Liturgia Verbi 2024-07-11 Kamis.

Liturgia Verbi (B-II)
Hari Biasa, Pekan Biasa XIV

Kamis, 11 Juli 2024

PW S. Benediktus, Abas



Bacaan Pertama
Hos  11:1b.3-4.8c-9

"Hatiku berbalik dari segala murka."

Pembacaan dari Nubuat Hosea:

Beginilah sabda Tuhan,
"Ketika Israel masih muda, Kukasihi dia,
dan dari Mesir anak itu Kupanggil.
Akulah yang mengajar Efraim berjalan
dan mengangkatnya di tangan-Ku,
tetapi mereka tidak mau insaf,
bahwa Aku menyembuhkan mereka.
Aku menarik mereka dengan tali kesetiaan,
dengan ikatan kasih.
Bagi mereka
Aku seperti orang yang mengangkat kekang dari rahang mereka,
yang membungkuk di hadapan mereka untuk memberi makan.

Aku berbalik dari segala murka.
Belas kasihan-Ku bangkit serentak.
Aku tidak akan melaksanakan murka-Ku yang bernyala-nyala,
tidak akan membinasakan Efraim lagi.
Sebab Aku ini Allah, dan bukan manusia,
Aku ini Yang Kudus di tengah-tengahmu,
dan Aku tidak datang untuk menghanguskan.

Demikianlah sabda Tuhan.

ATAU BACAAN LAIN:
Ams 2:1-9

Pembacaan dari Kitab Amsal:

Hai anakku, jikalau engkau menerima perkataanku
dan menyimpan perintahku di dalam hatimu,
sehingga telingamu memperhatikan hikmat,
dan engkau menyondongkan hatimu kepada kepandaian;

Jikalau engkau berseru kepada pengertian,
dan menujukan suaramu kepada kepandaian,
jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak,
dan mengejarnya seperti harta terpendam,
maka engkau akan memperoleh pengertian
tentang takwa kepada Tuhan
dan mendapat pengenalan akan Allah.
Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat,
dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian.

Ia menyediakan pertolongan bagi orang yang jujur,
menjadi perisai bagi orang yang tidak bercela perilakunya,
sambil menjaga jalan keadilan,
dan memelihara jalan orang-orang-Nya yang setia.

Maka engkau akan mengerti
tentang kebenaran, keadilan, dan kejujuran,
bahkan setiap jalan yang baik.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm  80:2ac.3b.15-16,R:4b

Refren: Tunjukkanlah seri wajah-Mu, ya Tuhan,
maka selamatlah kami.

*Hai gembala Israel, pasanglah telingamu,
Engkau yang duduk di atas para kerub, tampillah bersinar.
Bangkitkanlah keperkasaan-Mu
dan datanglah menyelamatkan kami.

*Ya Allah semesta alam, kembalilah,
pandanglah dari langit, dan lihatlah!
Tengoklah pohon anggur ini,
lindungi batang yang ditanam oleh tangan kanan-Mu!

ATAU MAZMUR LAIN:
Mzm 34:2-3.4-5.6-7.8-9.10-11

Refren: Aku hendak memuji Tuhan pada segala waktu.
(Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan.)

*Aku hendak memuji Tuhan setiap waktu;
puji-pujian kepada-Nya selalu ada di dalam mulutku.
Karena Tuhan jiwaku bermegah;
biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya
dan bersukacita.

*Muliakanlah Tuhan bersama-sama dengan daku,
marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya.
Aku telah mencari Tuhan, lalu Ia menjawab aku,
dan melepaskan daku dari segala kegentaranku.

*Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya,
maka mukamu akan berseri-seri,
dan tidak akan malu tersipu-sipu.
Orang yang tertindas ini berseru, dan Tuhan mendengarkan,
Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya.

*Malaikat Tuhan berkemah di sekeliling orang-orang yang takwa,
lalu meluputkan mereka.
Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan!
Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!

*Takutlah akan Tuhan, hai orang-orang-Nya yang kudus,
sebab orang yang takut akan Dia takkan berkekurangan.
Singa-singa muda merasa kelaparan,
tetapi orang-orang yang mencari Tuhan
tidak akan kekurangan sesuatu pun.



Bait Pengantar Injil
Mrk 1:15

Kerajaan Allah sudah dekat.
Bertobatlah dan percayalah kepada Injil.



Bacaan Injil
Mat  10:7-15

"Kalian telah memperoleh dengan cuma-cuma,
maka berilah pula dengan cuma-cuma."

Inilah Injil Suci menurut Matius:

Pada waktu itu Yesus bersabda kepada kedua-belas murid-Nya,
"Pergilah dan wartakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat.
Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati;
tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan.
Kalian telah memperolehnya dengan cuma-cuma,
karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma.
Janganlah kalian membawa emas atau perak atau tembaga
dalam ikat pinggangmu.
Janganlah kalian membawa bekal dalam perjalanan,
janganlah kalian membawa baju dua helai, kasut atau tongkat,
sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya.

Apabila kalian masuk kota atau desa,
carilah di situ seorang yang layak,
dan tinggallah padanya sampai kalian berangkat.
Apabila kalian masuk rumah orang, berilah salam kepada mereka.
Jika mereka layak menerimanya, salammu itu turun ke kepadanya,
jika tidak, salammu itu kembali kepadamu.

Dan apabila seorang tidak menerima kalian
dan tidak mendengarkan perkataanmu,
keluarlah dan tinggalkanlah rumah atau kota itu,
dan kebaskanlah debunya dari kakimu.
Aku berkata kepadamu:
Sungguh, pada hari penghakiman
tanah Sodom dan Gomora akan lebih ringan tanggungannya
dari pada kota itu."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Hari renungan saya ambilkan dari Renungan Harian *The Power of Word* berikut ini:

*Mengenal Siapa yang Mengutus Kita*

Adik-adik, Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara se-iman dalam Kasih Kristus,
Saya tidak percaya sesuatu itu terjadi secara kebetulan.
Kebetulan itu terjadi secara tidak disengaja.
Kalau terjadinya secara tidak terduga, ini masih masuk akal, dan kaidah sebab-akibat termasuk yang saya percayai. Ada sebab dan ada akibatnya.

Bacaan Injil hari ini sama dengan bacaan Injil yang saya bawakan bulan lalu.
Ini jelas bukan suatu kebetulan.
Maka saya pun berusaha untuk menemukan apa sebabnya Tuhan menghendaki saya membawakan renungan dari Injil yang sama selama dua bulan berturut-turut ini?
Kalau bulan lalu kita banyak merenungkan tentang bagaimana semestinya kita melaksanakan tugas perutusan itu, baiklah sekarang kita berorientasi pada siapa yang mengutus kita.
Kita tidak meragukan kalau Yesus-lah yang mengutus kita, Yesus-lah yang memberi tenaga dan kuasa kepada kita untuk menjalankan tugas perutusan dari-Nya: menyembuhkan orang sakit, mengusir setan dan bahkan membangkitkan orang mati.

Pertanyaannya: mengapa Yesus mesti mengutus kita?
Bukankah dengan kuasa-Nya Yesus dapat dengan mudah, katakanlah, untuk melenyapkan segala macam penyakit dari dunia ini sehingga semua orang menjadi sehat dan bisa hidup sampai seribu tahun lamanya.
Yesus tak perlu bersusah-payah mengusir setan-setan dari dunia ini, cukup dengan berkata-kata saja maka setan-setan akan lenyap selama-lamanya.
Mengapa Yesus malah menugaskan kita untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang bagi-Nya mudah tetapi bagi kita sangatlah sulit?
Saya tidak menemukan jawaban lain yang lebih memuaskan selain karena Yesus mau kita melibatkan diri dalam karya-karya-Nya di dunia ini.
Yesus mau kita turut ambil bagian dalam karya penyelamatan itu.
Dan keikut-sertaan dalam pekerjaan-pekerjaan ini sekaligus merupakan keselamatan juga bagi kita sendiri.

Kata "pergilah" yang diucapkan oleh Yesus janganlah diartikan kalau Yesus mengusir kita.
Pergilah yang dimaksud Yesus adalah tugas perutusan, menyuruh kita berada di garis depan, dan Roh Allah akan mengawal perjalanan kita.
Di luar sana ada banyak orang membutuhkan pertolongan, sama seperti kita juga, membutuhkan pertolongan terhadap berbagai kesulitan hidup kita.
Namun uluran tangan kita untuk menolong orang lain tentulah merupakan tindakan terpuji.
Dan yang lebih penting lagi, membantu orang agar kembali bersekutu dengan Allah, agar terjadi pertobatan, adalah hal penting yang dikehendaki Allah untuk kita kerjakan.

Dari Nubuat Hosea pada Bacaan Pertama hari ini
kita boleh mengetahui tentang kehendak Tuhan, yang berbalik dari segala murga, menggantikannya dengan belas kasihan.
Tuhan tidak datang untuk membinasakan atau menghanguskan melainkan untuk menyelamatkan.
Sebelumnya juga ditulis kalau "Sudah waktunya untuk mencari Tuhan.  Menaburlah sesuai dengan keadilan, menuailah menurut kasih setia!" [Hosea 10 ayat 12].
Seringkali orang mencari Tuhan, entah dalam doa atau kunjungan ke rumah ibadat atau ziarah ke tempat suci, tujuannya untuk memperoleh sesuatu, menerima berkat dan anugerah dari Tuhan.
Seperti lazimnya ketika kita mengunjungi seseorang, tentulah bukan tentang makanan atau minuman apa yang akan disuguhkan kepada kita, melainkan tentang apa yang akan kita bawa sebagai "buah tangan" bagi tuan rumah yang akan kita kunjungi.
Sama halnya, ketika kita berkunjung kepada Allah Bapa kita, seharusnya kita memikirkan "buah tangan" apa yang akan kita bawa ke hadapan Allah Bapa kita.
Pertobatan adalah buah tangan yang sangat layak untuk kita bawa, sebab pertobatan akan memulihkan relasi kita dengan Allah Bapa, menjadikannya lebih intim sebagaimana layaknya relasi antara anak dan bapanya.
Tentulah Allah Bapa akan menyambut kedatangan kita dengan sukacita.
Ini persis seperti yang dikatakan oleh Yesus, "Akan ada sukacita di Surga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan." [Luk 15:7]
Sebagai tuan rumah, Allah Bapa juga akan menjamu kita, seperti yang ditulis pada Bacaan Pertama hari ini, "Aku membungkuk di hadapan mereka untuk memberi makan."
Ini jelas menunjukkan belas-kasih yang luar biasa dari Allah Bapa kita.

Adik-adik, Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara se-iman dalam Kasih Kristus,
Semoga sekarang menjadi jelas, bagaimana mungkin kita menjalankan tugas perutusan kalau kita sendiri tidak mengenal dengan baik siapa yang mengutus kita.
Yesus, Allah Putera, Tuhan kita, telah datang ke dunia ini, dan segala kisah-Nya telah ditulis dengan seksama dalam Kitab Suci, maka dari situ lah kita berkesempatan mengenal siapa yang mengutus kita untuk berbuat kebaikan menolong orang lain yang sedang berkesesuhan.
Marilah kita jadikan perutusan dari Tuhan ini sebagai kegiatan utama dalam kehidupan kita sehari-hari.
Dan sekarang marilah kita berdoa bersama untuk menutup renungan hari ini.
Amin.



Peringatan Orang Kudus
Santo Benediktus, Abbas
Benediktus dikenal sebagai pendiri cara hidup monastik di Eropa Barat. Ia meninggalkan kehidupan duniawi dan menjadi seorang pertapa. Kemudian ia mendirikan sebuah tarekat yang dikenal dengan namanya, Ordo Benediktin, yang bermarkas di Monte Casino. Pada tahun 1944 ketika Perang Dunia II berkecamuk biara induk Monte Casino dihancurkan, dan baru dibangun kembali setelah perang.
Benediktus lahir di Nursia, Italia Tengah sekitar tahun 480 dan meninggal dunia di Monte Casino pada tahun 547. Saudarinya, Skolastika, yang kemudian menjadi seorang Santa, adalah seorang religius sejati yang membaktikan dirinya kepada Tuhan dan sesama. Dibantu oleh sebuah keluarga bangsawan yang mengikuti kebiasaan mendidik anak-anaknya bagi karier politik, Benediktus dikirim ke Roma untuk melanjutkan pendidikannya. Di Roma ia menderita sekali karena tingginya biaya hidup. Lalu ditemani oleh seorang pelayan keluarga yang terpercaya, ia meninggalkan kota Roma. Ketika itu ia berusia 20 tahun.
Untuk sementara waktu, ia tinggal di Enfide kira-kira 40 mil baratdaya kota Roma bersama sekelompok orang Kristen saleh sambil terus melanjutkan studi dan praktek askesenya. la kemudian meninggalkan Enfide untuk hidup menyendiri jauh dari kehidupan ramai di kota. Rekan-rekannya sangat mencintai dia dan percaya akan kemampuannya membuat mujizat. Ia menemukan sebuah tempat pengungsian yang sepi di dalam sebuah gua di atas gunung Subiako, 50 mil sebelah timur kota Roma. Di dalam gua itu, ia bertapa selama tiga tahun. Ia dibantu oleh Romanus, seorang pertapa lain, dalam bimbingan rohani maupun makan-minum setiap hari.
Reputasi Benediktus sebagai seorang pertapa tidak bisa terus disembunyikannya. Namanya segera terkenal di antara penduduk desa di sekitarnya. Tatkala superior dari sebuah biara di dekat gua pertapaannya meninggal dunia, biarawan-biarawan itu meminta Benediktus menjadi pemimpin mereka. Dengan senang hati Benediktus menerima permohonan itu dan segera meninggalkan gua pertapaannya. Ia disambut dengan gembira. Tetapi segera ia menyadari, bahwa kehidupan di biara itu tidak berjalan sebagaimana mestinya. Para biarawannya tidak disiplin dan lemah pendiriannya. Benediktus berusaha untuk memperbaiki situasi biara itu, namun tidak semua biarawan setuju, ada yang bahkan membenci dan berupaya meracuninya. Untunglah Benediktus selamat. Gelas minum yang berisi racun itu tiba-tiba saja hancur berantakan ketika dijamahnya. Benediktus segera meninggalkan biara itu dengan sedih hati. Ia kembali ke gua Subiako. Dari sana ia mulai mengumpulkan banyak pertapa yang terpencar di mana-mana. Sejak itu ia mulai meninggalkan idenya yang lama dan memulai kehidupan Cenobitik: suatu komunitas pria, yang mengabdikan diri pada kehidupan religius. Dengan meniru cara hidup asketis Mesir, teristimewa dari tradisi Pakomius, Benediktus mengelompokkan pengikut-pengikutnya dalam 12 kelompok, masing-masing dengan pemimpinnya. Kehidupan monastik dengan 12 biara ini dimulainya di Subiako.                                                                                                                                                                        Selanjutnya, seorang bangsawan Roma memberinya sebidang tanah di dekat kota Kasino, kira-kira 30 mil jauhnya dari Subiako. Kasino terletak di kaki gunung dan sangat subur. Di sini Benediktus mendirikan sebuah gereja yang dipersembahkan kepada Santo Yohanes Pembaptis. Demikianlah awal dari biara Monte Kasino yang terkenal itu.
Enam hari sebelum wafatnya, Benediktus menyuruh rekan-rekannya menyiapkan kuburnya di samping saudaranya Santa Skolastika yang meninggal enarn minggu sebelumnya. Relikui Benediktus dan Skolastika ditemukan kembali pada tahun 1950 di bawah reruntuhan altar gereja Monte Kasino yang hancur pada masa Perang Dunia II.
Semua berita tentang kehidupan Benediktus diketahui dari buku "Dialog" karangan Paus Gregorius Agung yang ditulis 50 tahun setelah kematian Benediktus. Sumber informasi lain ialah aturan-aturan hidup yang disusunnya bagi pengikut-pengikutnya di Monte Kasino. Dari aturan hidup itu terlihat jelas kepribadian Benediktus sebagai seorang pemimpin biara yang ramah tamah, bijaksana dan penuh pengertian. Sikapnya sangat moderat baik dalam hal doa, kerja, pewartaan, makan­an, tidur dan lain-lainnya. Aturan hidup membiara Santo Benediktus merupakan aturan hidup membiara pertama di Eropa Barat. Santo Benediktus biasanya digambarkan sebagai seorang Abbas yang sedang memegang satu salinan aturan hidup membiara.

Santa Olga, Janda
Olga - yang disebut juga Helga atau Ilga - lahir di Kskov, Rusia pada tahun 879. Keluarganya masih kafir tetapi ia sendiri sudah sering mendengar tentang Yesus Kristus dan ajaran-ajaranNya, terutama ajaran cintakasih kepada Allah dan kepada sesama.
Pada tahun 903 ia menikah dengan Igor, raja muda Vangirian di Kiev.  Pada tahun 945, Igor suaminya terbunuh dalam suatu pertempuran di Konstantinopel. Olga amat marah mendengar berita kematian suaminya itu. Lalu dengan semangat dan keberanian yang tinggi, ia segera menghimpun tentaranya yang sudah tercerai-berai dan maju berperang sebagai panglima melawan pasukan yang setia kepada kaisar. Dengan gagah berani ia berhasil menumpas pasukan kaisar. Untuk melampiaskan amarahnya, ia memerintahkan supaya pembunuh suaminya disirami air panas hingga mati dan tentara-tentara tawanan dibunuh. Tetapi niatnya ini tidak terlaksana karena belaskasihannya kepada para tawanan itu. Ia memperlakukan mereka secara baik dan ramah. Harta kekayaan mereka tidak dijarahnya dan kota mereka tidak dibumi-hanguskan. la membawa kedamaian di seluruh kerajaan dan memerintah mereka dengan ramah bagaikan seorang ibu melindungi anak-anaknya.
Setelah memerintah kerajaan selama 3 tahun (945-947), ia menyerahkan kekuasaannya kepada puteranya Pangeran Szyastoslav. Ketika itu ia belum beragama Kristen. Ia masih tetap setia pada cara hidup yang sesuai dengan adat istiadat kafir yang diwarisinya dari orang-tuanya. Namun karena tertarik pada Yesus Kristus dan ajaranNya yang sudah sering didengarnya, maka ia pergi ke Konstantinopel untuk belajar agama Kristen dan kemudian dipermandikan. Sejak itu ia mulai menyesuaikan cara hidupnya dengan cara hidup Kristen. Ia kemudian pulang ke Rusia dan menyebarkan iman Kristen di sana.
Agar iman Kristen lebih cepat berkembang, ia meminta bantuan kepada raja Otto I dari Jerman agar mengirimkan Santo Adelbertus ke sana. Sayang bahwa karya Santo Adelbertus kurang membawa hasil, karena raja Szyastoslav, putera Olga sendiri tidak mau bertobat dan menganut agama baru yang dibawa ibunya. Katanya kepada ibunya "Rakyatku akan mentertawakan aku jika aku sendiri menganut agama asing itu.
Meskipun perkembangan kekristenan berjalan seret di Rusia pada masa itu, namun benih-benih iman sudah mulai berkembang di sana. Olga dan cucunya Vladimir dianggap sebagai orang Kristen pertama di Rusia. Oleh Yakop, seorang rahib saleh, Olga dan Vladimir dipandang sebagai rasul negeri Rusia. Olga wafat pada tahun 969.

Martir-martir Vietnam
Sejak abad ke-16 perkembangan agama Katolik cukup pesat di seputar Annam, Cochin China dan Tonkin. Kehidupan iman umat tidak diganggu, kecuali oleh serangan lokal yang membawa korban seperti antara lain dua orang imam praja, yaitu Emanuel Trien (1797) dan Yoanea Dat (1798) yang mati dipenggal kepalanya. Akan tetapi pada abad ke-19 kesetiaan umat Vietnam kepada Yesus betul-betul diuji oleh serentetan badai gelombang penganiayaan yang berat. Banyak berguguran saksi iman di seluruh negeri itu. Puluhan ribu orang Kristen mati sebagai saksi iman antara tahun 1833-1862. Beberapa misionaris ditangkap, disiksa dan akhirnya dibunuh. Mereka adalah Ignasius Delgado OP (1838) mati kelaparan dan kepayahan; Dominik Henares OP (1838) bersama seorang katekis, Franz Chien mati dipenggal; Uskup Yoanes Karolus Corney (1837) dikunci dalam kandang bambu untuk dipertontonkan kepada warga masyarakat dan disiksa selama tiga bulan, sebelum sebilah pedang memisahkan kepalanya; Andreas Trong - seorang tentara -, Peter Thi (1839) dan seorang petani bernama Antonius Dieh (1838) dihabisi nyawanya karena ketahuan menjamu seorang misionaris.  Petrus Dumoulin Borie - imam misionaris - menerima khabar bahwa ia diangkat menjadi Uskup, sewaktu sedang meringkuk dalam penjara. Bersama dua orang imamnya, yaitu Peter Choa dan Vinsen Diem, beliau menunggu giliran pelaksanaan hukuman mati (1838).
Puluhan tahun seluruh umat dicekam kegelisahan dan ketakutan yang silih berganti. Dan walaupun Uskup Pigneau membantu Nguyen ke jenjang mahkota kekaisaran, namun puteranya yaitu Minh Menh dan penggantinya – Thu-Duc - melancarkan penganiayaan terhadap umat Kristen sampai tahun 1887. Mikhael Ho-Dinh-Hy - seorang Mandarin dan pejabat tinggi pemerintah - dipenggal kepalanya di Hue, (1857) karena melindungi dan membimbing umat yang tercerai-berai. Pada tahun 1860, seorang kapten pasukan kaisar, yaitu Yosef Thi dibunuh. Yosef Khang (1861) disesah sampai mati di Travi, karena ingin membebaskan Uskup Hieronimus Hermosilla. Pada tahun itu juga Uskup Stefan Cuenot - yang ditahbiskan Uskup di Singapura (1833) - meninggal dalam penjara (1861); sedangkan Pastor Teofanes Verard disiksa dengan kejam hingga mati. Di Saigon Pater Paul Hank dan seorang imam baru Paul Loe dibunuh pula karena kecintaan mereka kepada Yesus Kristus.
Kaum muda pun tidak ketinggalan dalam penganiayaan itu. Pada tahun 1859,  Peter Tuam dan Peter Thae diinjak-injak gajah sampai lumat tubuhya. Juga teman mereka yang lebih muda, yaitu Paul Bao, Dominik Duyet, dan Dominikus Nink di cekik oleh para algojo di penjara Nam-Dinh.
Umat Katolik Vietnam berkali-kali diuji kesetiaan mereka pada Yesus Kristus dalam kobaran api pembantaian, supaya kehidupan iman mereka tampak bagaikan emas yang disepuh bagi Tuhan. Sekarang pun umat Katolik Vietnam masih mengalami berbagai hambatan dalam penghayatan imannya.



https://liturgia-verbi.blogspot.co.id/