Liturgia Verbi 2020-08-01 Sabtu.

Liturgia Verbi (A-II)
Hari Biasa, Pekan Biasa XVII

Sabtu, 1 Agustus 2020

PW S. Alfonsus Maria de Liguori, Uskup dan Pujangga Gereja

Ujud Umum/Universal - Kesejahteraan dalam dunia maritim.
Semoga semua orang yang bekerja dan hidup dari laut, yaitu pelaut, nelayan beserta keluarganya, dan para petugas yang menjaga laut, senantiasa dikaruniai keselamatan dan kesejahteraan.

Ujud Gereja Indonesia - Kerukunan bangsa.
Semoga, sebagai tindakan nyata dalam menjalin kebersamaan dan kerukunan bangsa, Gereja membuka diri terhadap kebudayaan dan mau menggalakkan aneka ragam kegiatan seni lokal.

Hari Sabtu Imam.
Marilah berdoa bagi para imam, agar Bapa Di Surga memberkati segala pelayanan mereka, serta dikuatkan dalam menghadapi godaan, cobaan dan marabahaya.



Bacaan Pertama
Yer  26:11-16.24

"Tuhan benar-benar mengutus aku kepadamu
untuk menyampaikan segala perkataan ini kepadamu."

Pembacaan dari Kitab Yeremia:

Setelah Yeremia ditangkap karena nubuat yang disampaikannya,
para imam dan para nabi itu kepada para pemuka
dan seluruh rakyat,
"Orang ini patut mendapat hukuman mati,
sebab ia telah bernubuat tentang kota ini,
seperti yang kalian dengar dengan telingamu sendiri."

Tetapi Yeremia berkata kepada para pemuka dan seluruh rakyat,
"Tuhanlah yang telah mengutus aku
bernubuat tentang kota dan rumah ini;
Tuhanlah yang mengutus aku
menyampaikan segala perkataan yang telah kalian dengar itu.
Oleh karena itu perbaikilah tingkah langkah dan perbuatanmu,
dan dengarkanlah suara Tuhan, Allahmu,
sehingga Tuhan mencabut kembali malapetaka
yang diancamkan-Nya atas kalian.
Tetapi aku ini, sesungguhnya aku ada di tanganmu.
Perbuatlah kepadaku apa yang baik dan benar menurut anggapanmu.
Hanya ketahuilah sungguh-sungguh,
bahwa jika kalian membunuh aku,
maka kalian mendatangkan darah orang tak bersalah
atas dirimu dan atas kota ini beserta penduduknya.
Sebab Tuhan benar-benar mengutus aku kepadamu
untuk menyampaikan segala perkataan ini kepadamu."

Lalu berkatalah para pemuka dan seluruh rakyat itu
kepada para imam dan para nabi,
"Orang ini tidak patut mendapat hukuman mati,
sebab ia telah berbicara kepada kita demi nama Tuhan, Allah kita."

Maka Yeremia dilindungi oleh Ahikam bin Safan,
sehingga ia tidak diserahkan ke dalam tangan rakyat, untuk dibunuh.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm  69:15-16.30-31.33-34,R:14

Refren: Pada waktu Engkau berkenan, jawablah aku, ya Tuhan.

*Lepaskanlah aku dari dalam lumpur,
supaya jangan aku tenggelam,
biarlah aku lepas dari orang-orang yang membenci aku,
dan dari air yang dalam!
Janganlah gelombang air menghanyutkan aku,
atau tubir menelan aku,
atau sumur menutup mulutnya di atasku.

*Tetapi aku ini tertindas dan kesakitan,
keselamatan dari pada-Mu, ya Allah, kiranya melindungi aku!
Aku akan memuji-muji nama Allah dengan nyanyian,
mengagungkan Dia dengan lagu syukur.

*Lihatlah, hai orang-orang yang rendah hati, dan bersukacitalah;
biarlah hatimu hidup kembali, hai kamu yang mencari Allah!
Sebab Tuhan mendengarkan orang-orang miskin,
dan tidak memandang hina
orang-orang-Nya dalam tahanan.



Bait Pengantar Injil
Mat 5:10

Berbahagialah yang dikejar-kejar karena taat kepada Tuhan,
sebab bagi merekalah Kerajaan Surga.



Bacaan Injil
Mat  14:1-12

"Herodes menyuruh memenggal kepala Yohanes Pembaptis,
kemudian murid-murid Yohanes memberitahukan hal itu kepada Yesus."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Sekali peristiwa sampailah berita tentang Yesus
kepada Herodes, raja wilayah.
Maka ia berkata kepada pegawai-pegawainya,
"Inilah Yohanes Pembaptis.
Ia sudah bangkit dari antara orang mati
dan itulah sebabnya kuasa-kuasa itu bekerja di dalam-Nya."

Sebab memang Herodes telah menyuruh menangkap Yohanes,
membelenggunya dan memenjarakannya,
berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus, saudaranya.
Sebab Yohanes pernah menegor Herodes,
"Tidak halal engkau mengambil Herodias!"
Herodes ingin membunuhnya,
tetapi ia takut kepada orang banyak
yang memandang Yohanes sebagai nabi.

Tetapi pada hari ulang tahun Herodes,
menarilah anak perempuan Herodias di tengah-tengah mereka
dan menyenangkan hati Herodes,
sehingga Herodes bersumpah
akan memberikan kepadanya apa saja yang dimintanya.
Maka setelah dihasut oleh ibunya, puteri itu berkata,
"Berikanlah kepadaku di sini kepala Yohanes Pembaptis
di sebuah talam."
Lalu sedihlah hati raja.
Tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya,
diperintahkannya juga untuk memberikannya.

Disuruhnya memenggal kepala Yohanes di penjara,
dan membawanya di sebuah talam,
lalu diberikan kepada puteri Herodias,
dan puteri Herodias membawanya kepada ibunya.
Kemudian datanglah murid-murid Yohanes Pembaptis
mengambil jenazah itu dan menguburkannya.
Lalu pergilah mereka memberitahu Yesus.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Kemarin telah kita renungkan, bisa jadi kita keliru menyambut Kerajaan Surga karena lebih mempertimbangkan siapa yang membawanya kepada kita, bukan apa yang dibawanya.
Bisa jadi kita tidak sungguh-sungguh mendengarkan homili di gereja karena tidak menyukai imam yang membawakannya, bukan karena tidak menyukai topik yang dibawakan.
Sebaliknya, karena kita menyukai pengkotbahnya, apa pun yang disampaikannya membuat kita senang.
Tentu ini tidak salah-salah amat, hanya perlu kewaspadaan saja, agar jangan sampai terjadi kita kehilangan kesempatan memperoleh Kerajaan Surga karena terhalang oleh ketidak-sukaan kita kepada yang membawakannya.
Kita percaya kepada Yesus Kristus, maka kita percaya penuh terhadap apa pun yang disampaikan-Nya melalui Injil.

Hari ini kita melihat halangan lain, yakni halangan oleh karena faktor eksternal.
Ada orang yang memang berusaha agar Kerajaan Surga tak sampai kepada kita, berbagai upaya pencegahan dilakukannya.
Lihat saja apa yang terjadi pada Bacaan Injil hari ini.
Langkah Yohanes Pembaptis untuk membawakan Kerajaan Surga kepada jemaat terhenti oleh ulah dari Herodias.
Contoh lain dari halangan eksternal adalah wabah pendemi misalnya.
Wabah ini telah menghalang-halangi kita untuk datang ke gereja menyambut Kerajaan Surga.

Rupanya ada banyak penghalang eksternal yang merugikan kita.
Tetapi janganlah kita menjadi risau akan hal ini, sebab tak ada seorang pun yang mampu menghalangi Kerajaan Surga.
Sudah menjadi kehendak Tuhan untuk mengaruniai Kerajaan Surga kepada kita, orang yang percaya kepada-Nya, sebagaimana yang telah disampaikan oleh Yesus, "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak."
Maka, tak ada satu pun yang dapat menghalangi kita menerima Kerajaan Surga.



Peringatan Orang Kudus
Santo Alfonsus Maria de Liguori, Uskup dan Pujangga Gereja
Alfonsus Maria de Liguori lahir di sebuah kota dekat Napoli, Italia pada tanggal 27 September 1696. Ia meninggal dunia di Nocera pada tanggal 1 Agustus 1787.
Alfonsus berasal dari sebuah keluarga bangsawan Kristen yang saleh. Orangtuanya, Joseph de Liguori dan Anna Cavalieri mendidik dia dengan baik dalam hal iman dan cara hidup Kristiani. Ayahnya berpangkat Laksamana dalam jajaran militer Kerajaan Napoli. Oleh karena itu tidaklah mengherankan apabila Alfonsus memperoleh pendidikan ala militer dengan disiplin yang keras. Sekali seminggu ia disuruh tidur di lantai tanpa alas. Maksudnya ialah agar ia terbiasa dengan pola hidup yang keras dan tidak manja.
Sejak kecil Alfonsus sudah menunjukkan bakat-bakat yang luarbiasa. Tak terbayangkan bahwa ia dalam usianya yang begitu muda, 16 tahun, sudah meraih gelar Doktor Hukum di Universitas Napoli, dengan predikat "Magna cum Laude". Karyanya sebagai seorang Sarjana Hukum dimulainya dengan menjadi advokat/pengacara. Ia selalu menang dalam setiap perkara yang dibelanya. Karena itu ia banyak mendapat tanda penghargaan dari orang-orang yang telah ditolongnya.
Pada tahun 1723 ia diminta membela satu perkara besar. Untuk itu ia berusaha keras mengumpulkan dan meneliti berbagai data tentang perkara itu. Namun keberuntungan rupanya tidak memihak dia. Karena suatu kesalahan kecil ia akhirnya dikalahkan oleh pengacara lawannya. Dengan muka pucat pasi ia beranjak meninggalkan gedung pengadilan. la mengakui lalai dalam meneliti semua data penting dari perkara itu. Ia mengalami shock berat dan selama tiga hari ia mengurung diri dalam biliknya merenungi kekalahannya.
Di satu pihak kekalahannya itu sungguh menekan batinnya tetapi di pihak lain kekalahan itu justru menjadi pintu masuk baginya untuk menjalani kehidupan bakti kepada Tuhan dan sesama. Setelah banyak berdoa dan merenung di depan Tabernakel, ia menemukan kembali ketenangan batin. Ketenangan batin itu menumbuhkan dalam hatinya suatu hasrat besar untuk menjadi seorang rohaniwan. Ketika sedang melayani orang di rumah sakit sebagaimana biasanya, ia mendengar suatu suara ajaib berkata: "Alfonsus, serahkanlah dirimu kepadaKu". Alfonsus terhentak sejenak karena suara ajaib itu terdengar begitu jelas. Lama kelamaan, ia sadar bahwa suara itu adalah suara panggilan Tuhan. Kesadaran ini mendesak dia untuk menentukan sikap tegas terhadap suara panggilan itu. la mengambil keputusan untuk menjadi seorang rohaniwan yang mengabdikan diri seutuhnya kepada Tuhan. Keputusan itu disampaikan kepada orangtuanya. Ayahnya sangat kecewa dan tidak mau lagi bertemu dengan dia. Biarapun berkeberatan menerimanya karena alasan kesehatan. Syukurlah uskup setempat meluluskan niat bekas advokat itu. Semenjak itu ia dengan tekun mempelajari teologi dan mempersiapkan diri sebaik-baiknya agar bisa menjadi seorang imam praja yang baik. Kesungguhan persiapannya itu terutama dilatarbelakangi oleh cara hidup imam-imam masa itu yang kurang mencerminkan keluhuran martabat imamat, dan karenanya umat sering memandang rendah mereka.
Alfonsus kemudian ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1726. Imam muda ini begitu cepat terkenal di kalangan umat karena kotbahnya yang menarik dan mendalam. Selain menjadi seorang pengkotbah ulung, ia pun menjadi bapa pengakuan yang disenangi umatnya. Karyanya sejak awal kehidupannya sebagai imam diabdikannya kepada orang­orang miskin dan pemuda-pemuda gelandangan di kota Napoli. Ia berusaha mengumpulkan mereka untuk memberi pelajaran agama dan bimbingan rohani.
Pada tahun 1729, ia menjadi imam kapelan di sebuah kolese yang khusus mendidik para calon imam misionaris. Di sana ia berkenalan dengan Pater Thomas Falciola, seorang imam yang memberi inspirasi dan dorongan kepadanya untuk mendirikan sebuah institut yang baru. Kepadanya Pater Falciola menceritakan tentang para suster binaannya di Scala yang menghayati cara hidup yang keras dalam doa dan matiraga. Terdorong oleh inspirasi dan semangat yang diberikan Pater Falciola, ia kemudian mendirikan sebuah tarekat religius baru di Scala pada tanggal 9 Nopember 1732. Tarekat ini diberinya nama 'Sanctissimi Redemptoris', dan mengabdikan diri di bidang pewartaan Injil kepada orang-orang desa di pedusunan. Tanpa kenal lelah anggota-anggota tarekat ini berkotbah di alun-alun, mendengarkan pengakuan dosa dan memberikan bimbingan khusus kepada muda-mudi, pasangan suami­isteri dan anak-anak.
Pada umurnya yang sudah tua (66 tahun), ia diangkat menjadi Uskup Agata, kendatipun ia sangat ingin agar orang lain saja yang dipilih. Sebagai uskup, ia berusaha membaharui cara hidup para imamnya dan seluruh umat di keuskupannya. Selain itu, ia menulis banyak buku, di antaranya buku Teologi Moral yang terus dicetak ulang sampai abad ini. Tulisan-tulisannya sangat membantu imam-imam teristimewa dalam bidang pelayanan Sakramen Tobat. Dengannya mereka bukan saja mengemban tugas itu dengan penuh kasih sayang, melainkan juga memberikan bimbingan yang tepat kepada umat.
Karena sering jatuh sakit, ia beberapa kali meminta boleh mengundurkan diri sebagai uskup, namun permohonannya baru dikabulkan ketika ia berumur 80 tahun. Ia diperbolehkan kembali ke biara. Masa-masa terakhir hidupnya sangatlah berat karena penyakit yang dideritanya dan serangan para musuh terhadap kongregasinya. Akhirnya pada tahun 1787, ketika berusia 91 tahun, ia meninggal dunia dengan tenang di Pagani, dekat Napoli, Italia.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/


Liturgia Verbi 2020-07-31 Jumat.

Liturgia Verbi (A-II)
Hari Biasa, Pekan Biasa XVII

Jumat, 31 Juli 2020

PW S. Ignasius dari Loyola, Imam



Bacaan Pertama
Yer  26:1-9

"Seluruh rakyat berkumpul menghadap Tuhan."

Pembacaan dari Kitab Yeremia:

Pada permulaan pemerintahan Yoyakim, putera Yosia, raja Yehuda,
bersabdalah Tuhan kepada Yeremia, "Beginilah sabda Tuhan,
'Berdirilah di pelataran rumah Tuhan
dan katakanlah kepada penduduk segala kota Yehuda,
yang datang untuk sujud di rumah Tuhan,
segala sabda yang Kuperintahkan untuk kaukatakan kepada mereka.
Janganlah kaukurangi sepatah kata pun!
Mungkin mereka mau mendengarkan,
dan masing-masing mau berbalik dari tingkah langkahnya yang jahat,
sehingga Aku menyesal dan mencabut kembali malapetaka
yang Kurancangkan terhadap mereka
karena perbuatan-perbuatan mereka yang jahat.'

Maka katakanlah kepada mereka, 'Beginilah sabda Tuhan:
Jika kalian tidak mau mendengarkan Daku,
tidak mau mengikuti Taurat-Ku
yang telah Kubentangkan di hadapanmu,
dan tidak mau mendengarkan perkataan hamba-hamba-Ku, para nabi,
yang terus-menerus Kuutus kepadamu
tetapi kalian tidak mau mendengarkan
maka Aku akan membuat rumah ini sama seperti Silo,
dan kota ini menjadi kutuk bagi segala bangsa di bumi."

Para imam, para nabi dan seluruh rakyat
mendengar Yeremia mengucapkan perkataan-perkataan itu dalam rumah Tuhan.
Sesudah Yeremia selesai mengatakan
segala yang diperintahkan Tuhan
untuk dikatakan kepada seluruh rakyat,
maka para imam, para nabi dan seluruh rakyat itu
menangkap dia serta berkata,
"Engkau harus mati!
Mengapa engkau bernubuat demi nama Tuhan dengan berkata,
'Rumah ini akan sama seperti Silo,
dan kota ini akan menjadi reruntuhan,
sehingga tidak ada lagi penduduknya?"
Dan seluruh rakyat berkumpul mengerumuni Yeremia
di rumah Tuhan.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm  69:5.8-10.14,R:14c

Refren: Demi kasih setia-Mu yang besar, jawablah aku, ya Tuhan.

*Orang-orang yang membenci aku tanpa alasan
lebih banyak dari pada rambut di kepalaku;
terlalu besar jumlah orang yang hendak membinasakan aku,
yang memusuhi aku tanpa sebab;
aku dipaksa untuk mengembalikan apa yang tidak kurampas.

*Sebab karena Engkaulah aku menanggung cela,
karena Engkaulah noda meliputi mukaku.
Aku telah menjadi orang luar bagi saudara-saudaraku,
menjadi asing bagi anak-anak ibuku;
Sebab cinta untuk rumah-Mu menghanguskan aku,
dan kata-kata yang mencela Engkau telah menimpa aku.

*Tetapi aku, aku berdoa kepada-Mu, ya Tuhan,
aku bermohon pada waktu Engkau berkenan, ya Allah;
demi kasih setia-Mu yang besar jawablah aku
dengan pertolongan-Mu yang setia!



Bait Pengantar Injil
1Ptr 1:25

Sabda Tuhan tetap selama-lamanya.
Itulah sabda yang diwartakan kepadaku.



Bacaan Injil
Mat  13:54-58

"Bukankah Dia itu anak tukang kayu? 
Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?"

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Pada suatu hari Yesus kembali ke tempat asal-Nya.
Di sana Ia mengajar orang di rumah ibadat mereka.
Orang-orang takjub dan berkata,
"Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu?
Bukankah Dia  itu anak tukang kayu?
Bukankah ibu-Nya bernama Maria
dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas?
Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?"
Lalu mereka kecewa dan menolak Dia.

Maka Yesus berkata kepada mereka,
"Seorang nabi dihormati di mana-mana,
kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya."
Karena ketidakpercayaan mereka itu,
maka Yesus tidak mengerjakan banyak mujizat di situ.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Selama minggu ini kita telah merenungkan tentang Kerajaan Surga, yang disampaikan oleh Yesus dalam berbagai perumpamaan.
Mula-mula perumpamaan tentang seorang penabur yang menabur benih di berbagai jenis tanah, dan pada tanah yang baiklah benih itu akan tumbuh dan menghasilkan banyak buah.
Kemudian perumpamaan tentang lalang di antara gandum, perumpamaan tentang harta terpendam dan mutiara yang berharga, perumpamaan tentang pukat yang dilabuhkan di laut untuk menangkap pelbagai jenis ikan, dan perumpamaan tentang biji sesawi dan ragi.
Maka hari ini dan besok kita akan merenungkan tentang halangan yang dapat mengakibatkan kita kehilangan kesempatan memperoleh Kerajaan Surga itu.

Pada Bacaan Injil hari ini diungkapkan bahwa pewartaan Kerajaan Surga tegantung dari siapa yang mewartakannya.
Kita menjadi percaya atau tidak percaya bukan karena apa yang diwartakan melainkan oleh siapa itu diwartakan.
Dengan kata lain, kita menilai secara subyektif sehingga obyektivitas seringkali diabaikan.
Yesus pun berkata, "Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya."
Ini terjadi karena orang-orang menilai dari siapa yang mewartakan, bukan dari apa yang diwartakan.
Mereka menjadi tidak percaya ketika mengetahui kalau Yesus "hanyalah" anak tukang kayu, bukan siapa-siapa.

Kita mesti menghilangkan halangan yang menghambat Kerajaan Surga, dan menjadi percaya, maka kehadiran Tuhan akan lebih nyata kita alami dalam kehidupan kita.
Jika masih tetap saja tidak mempercayai atau masih ragu-ragu, maka Kerajaan Surga yang sudah dekat itu tidak bakalan sampai-sampai juga, seperti yang ditulis, "Karena ketidakpercayaan mereka itu, maka Yesus tidak mengerjakan banyak mujizat di situ."



Peringatan Orang Kudus
Santo Ignasius Loyola, Pengaku Iman
Ignasius Loyola lahir di Azpeitia di daerah Basque, Profinsi Guipuzcoa, Spanyol Utara pada tahun 1491. Putera bungsu keluarga bangsawan Don Beltran de Onazy Loyola dan Maria Sanchez de Licona ini diberi nama Inigo Lopez de Loyola.
Semenjak kecil hingga masa mudanya, Ignasius mengecap kenikmatan hidup mewah di lingkungan istana. Dia dididik dalam tradisi dan kebiasaan hidup istana yang ketat.
Pada tahun 1517, Ignasius menjadi tentara Kerajaan Spanyol. Empat tahun kemudian, pada tanggal 20 Mei 1521, Ignasius menderita luka parah terkena peluru ketika mempertahankan benteng Pamplona dari serangan tentara Prancis. Penderitaan fisik dan mental yang hebat ini ditanggungnya dengan sabar dan berani dalam perawatan selama hampir satu tahun. 
Masa pemulihan kesehatannya yang begitu lama menjadi baginya suatu masa ber-rahmat, di mana ia menemukan ambang pintu bagi kehidupannya sebagai seorang 'manusia baru'.   Selama masa perawatannya, ingin sekali ia menghalau kebosanannya dengan membaca buku-­buku kepahlawanan. Sayang sekali bahwa buku-buku heroik yang ingin dibacanya tidak tersedia di situ.  Satu-satunya buku yang tersedia ialah buku tentang Kehidupan Kristus dan Para Orang Kudus.  Demi memuaskan keinginannya, ia terpaksa menjamah dan membolak-balik buku itu.  Tanpa disadarinya apa yang dibacanya tertanam dan mulai bersemi dalam lubuk hatinya.  Kalbunya serasa sejuk bila menekuni bacaan itu.  Lambat laun ia memutuskan untuk menyerahkan seluruh sisa hidupnya bagi Tuhan sebagai Abdi Allah. Ia tidak ingin lagi menjadi pahlawan duniawi.  Kepribadiannya berubah secara total. Dari suatu cara hidup duniawi yang sia-sia, ia menjadi seorang rohaniwan yang melekat erat pada Tuhan dalam cinta kasih yang mendalam. la bahkan bertekad melampaui pahlawan-pahlawan suci lainnya.
Pada tahun 1522, Ignasius pergi ke biara Benediktin Montserrat, Timurlaut Spanyol.  Selama tiga hari berada di sana, ia berdoa dengan tekun dan memohon ampun atas semua dosanya di masa silam.  Semua miliknya diberikan kepada orang-orang miskin. Niatnya yang sungguh untuk mengabdi Tuhan dan sesama ditunjukkan dengan meletakkan pedangnya di bawah kaki altar kapel biara itu, pada tanggal 24 Maret malam hari.  
Keesokan harinya setelah merayakan Ekaristi dan menerima Komuni Kudus, Ignasius pergi ke sebuah gua dekat Manresa.   Di gua ini ia mengalami suasana tenang dan damai yang menyenangkan.   Dan gua ini jugalah yang menjadi tempat kelahiran baru baginya sebagai seorang 'manusia baru'.   Meditasi dan doa-doanya selama berada di gua ini mengaruniakan kepadanya suatu pemahaman yang baru tentang kehidupan rohani.   Pemahaman ini diabadikannya dalam bukunya berjudul 'Latihan Rohani' yang masih relevan hingga sekarang.
Dari Manresa, Ignasius bermaksud berziarah ke Tanah Suci untuk mentobatkan orang-orang yang belum mengakui Kristus.   Tetapi niat ini dibatalkan karena kondisi negeri Palestina yang tidak memungkinkan.   Sebagai gantinya, ia kembali ke Barcelona, Spanyol. Pada tahun 1524, Ignasius semakin yakin bahwa tugas pelayanan bagi Tuhan dan sesama perlu didukung oleh pendidikan yang memadai. Karena itu, selama 10 tahun ia berjuang memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan. Ia belajar di Alcala de Henares (1526­1527), Salamanca (1527-1528) dan Paris (1528-1535) hingga memperoleh gelar sarjana pada tanggal 14 Maret 1535.  Masa pendidikan ini menjadikan dia seorang yang berkepribadian matang, penuh disiplin diri, dan berpengetahuan luas dan mendalam. Kepribadian dan pengetahuan itu sangat penting bagi peranannya sebagai pemimpin di kemudian hari.  Kadang-kadang ia memberikan pelajaran agama serta bimbingan rohani kepada orang-orang yang datang kepadanya. Tetapi kegiatannya itu menimbulkan kecurigaan para pejabat Gereja. Sebab, tidaklah lazim seorang awam mengajar agama dan spiritualitas.
Kariernya sebagai Abdi Allah dimulainya dengan mengumpulkan beberapa orang pemuda yang tertarik pada karya pelayanan kepada Tuhan dan GerejaNya.  Pemuda-pemuda yang menjadi pengikutnya yang pertama, antara lain Beato Petrus Faber, Santo Fransiskus Xaverius, Diego Laynez, Simon Rodriquez, Alonso Salmeron, dan Nikolas Bobadilla.   Kelompok pertama dari Serikat Yesus ini mengucapkan kaul hidup religius di kapel biara Benediktin di Montmartre.
Selain mengikrarkan ketiga kaul hidup membiara: kemurnian, ketaatan dan kemiskinan, mereka pun mengikrarkan kaul tambahan, yakni kesediaan menjalankan karya misioner di Tanah Suci di antara orang-orang Islam.   Ignasius sendiri kemudian ditahbiskan menjadi imam pada tanggal 24 Juni 1537.   Karena misi ke Palestina tak mungkin diwujudkan akibat perang waktu itu, maka kaul tambahan 'kesediaan menjalankan karya misi di Tanah Suci' dibatalkan dan diganti dengan 'pengabdian khusus kepada Sri Paus'.   Untuk itu Ignasius bersama rekan-rekannya menawarkan diri kepada Paus Paulus III (1534-1549) untuk mengerjakan tugas apa saja yang diberikan oleh paus, di mana saja dan kapan saja.   Pada tanggal 27 September 1540, Paus Paulus III merestui keberadaan kelompok Ignasian, yang kemudian dikokohkan menjadi sebuah serikat rohaniwan dengan nama Serikat Yesus.   Ignasius sendiri diangkat sebagai pemimpin pertama dalam sebuah upacara di basilik Santo Paulus.
Selama 15 tahun (1541-1556) memimpin Serikat Yesus, Ignasius memusatkan perhatiannya pada pembinaan semangat religius ordonya.  Semboyannya - yang kemudian menjadi semboyan umum Serikat Yesus - dalam melaksanakan tugasnya ialah "Ad Maiorem Dei Gloriam ".   Ia mendirikan banyak kolese antara lain Kolese Roma (yang kemudian menjadi Universitas Gregoriana) dan Kolese Jerman yang khusus untuk mendidik para calon imam untuk karya kerasulan di wilayah-wilayah Katolik yang sudah dipengaruhi oleh Reformasi Protestan.
Selama kepemimpinannya, Ignasius melibatkan imam-imamnya dalam usaha membendung arus pengaruh Protestantisme di Eropa Utara dan dalam Pewartaan Sabda kepada semua orang Katolik tanpa memandang kelas sosialnya.   Ia mengutus Fransiskus Xaverius, sahabat akrabnya, ke benua Asia yang masih kafir untuk membuka lahan baru bagi karya misioner Gereja.
Ignasius dikenal sebagai seorang rohaniwan yang ramah kepada sesamanya.   Kasih sayangnya yang besar kepada orang-orang sakit dan lemah, anak-anak dan pendidikannya, terutama orang-orang berdosa banyak kali membuatnya menangis karena memikirkan kemalangan mereka.   Karena itu ia menggugah hati imam-imamnya agar dengan tulus berkarya di tengah-tengah semua lapisan masyarakat demi menyelamatkan mereka.
Ordo Yesuit yang didirikannya dipoles menjadi sebuah ordo religius yang bebas dari keketatan aturan hidup monastik lama yang kaku. Sebagai reaksi terhadap kekejaman Gereja Abad Pertengahan, yang melahirkan Reformasi Protestan, Ignasius menuntut ketaatan mutlak kepada Takhta Suci dan prinsip prinsip Katolik.   Retret yang teratur diupayakannya sebagai suatu sarana ampuh bagi kedalaman spiritualitas orang-orang Kristen.
Sebelum wafatnya pada tanggal 31 Juli 1556, Ignasius menyaksikan keberhasilan Ordonya dalam mengabdi Tuhan dan GerejaNya. Propinsi serikatnya pada masa itu telah berjumlah 12 dengan 1000 orang imam dan kira-kira 100 buah biara dan kolese.   Ignasius dinyatakan sebagai 'beato' oleh Paus Paulus V pada tanggal 3 Desember 1609 dan kemudian oleh Paus Gregorius XV ia dinyatakan sebagai 'santo' pada tanggal 12 Maret 1622.   Ignasius diangkat sebagai pelindung semua kegiatan rohani oleh Paus Pius XI pada tahun 1922.

Beato Yohanes Columbini, Pengaku Iman
Yohanes Columbini lahir di Siena, Italia pada abad ke-14. la tergolong warga kota yang berkedudukan penting dalam masyarakat dan kaya raya tetapi sembrono hidupnya. Cita-cita hidupnya hanya satu, yakni menjadi semakin kaya. Untuk itu ia senantiasa bekerja keras agar harta kekayaannya semakin bertambah banyak.
Pertobatannya hingga menjadi seorang Abdi Allah dan sesama manusia berawal dari semangatnya membaca riwayat Santa Maria dari Mesir. Mulanya ia merasa tidak puas bahkan marah terhadap kisah itu. Buku yang dibacanya dibuangnya jauh-jauh. Tetapi kemudian ia pun tertarik untuk membaca lagi kisah itu. Tanpa disadarinya tumbuhlah dalam hatinya kesadaran akan keadaan dirinya. la bertobat dan segera membagi-bagikan semua kekayaannya kepada orang-orang miskin. Ia sendiri menjadi seorang perawat bagi orang-orang sakit di sebuah rumah sakit di kota itu. Perubahan sikap hidupnya ini mengherankan banyak penduduk Siena. Sangat banyak orang berdosa bertobat setelah menyaksikan cara hidup baru Columbini. Beberapa orang kaya di kota itu mengikuti jejaknya.
Pada waktu itu di Propinsi Toskania merajalela aksi perampokan dan peperangan antar berbagai suku. Yohanes bersama kawan-kawannya menjelajahi desa dan kota sampai ke pelosok-pelosok untuk mewartakan Injil sambil mendamaikan kelompok-kelompok yang bertikai. Mereka memikat hati banyak orang dengan pengajarannya dan berhasil mempertobatkan banyak orang berdosa.
Yohanes mempersatukan para pengikutnya dalam sebuah perkumpulan awam yang disebut Yesuat. Perkumpulan ini mengabdikan diri pada perawatan orang sakit dan jompo, penguburan orang-orang yang meninggal dan berbagai karya amal lainnya. Yohanes Columbini meninggal dunia pada tahun 1367 dan digelari sebagai 'Beato'.

Santo Germanus, Pengaku Iman
Germanus lahir pada tahun 378. la adalah seorang pegawai tinggi pemerintah. la dipilih menjadi Uskup Auxerre, Prancis, meskipun tidak menyukainya. Kemudian ia meninggalkan isterinya. Harta miliknya ia gunakan untuk membangun gereja dan biara. Dua kali ia diutus ke Inggris untuk membersihkan umat dari bidaah Pelagianisme dan ikut berperang melawan tentara Saxon. Germanus dengan giat mengkristenkan kembali seluruh wilayah keuskupannya. la meninggat dunia pada tahun 448.

Santa Eilin, Janda dan Pengaku Iman
Janda muda yang saleh ini berziarah dari Swedia ke Yerusalem. Oleh sanak keluarganya ia dituduh merencanakan pembunuhan atas suami puterinya. Karena itu Eilin dipukuli dengan tongkat kayu sampai mati. Banyak peziarah menyaksikan terjadinya banyak mujizat pada makamnya. Eilin mati terbunuh pada tahun 1160.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/


Liturgia Verbi 2020-07-30 Kamis.

Liturgia Verbi (A-II)
Hari Biasa, Pekan Biasa XVII

Kamis, 30 Juli 2020

PF S. Petrus Krisologus, Uskup dan Pujangga Gereja



Bacaan Pertama
Yer 18:1-6

"Seperti tanah liat di tangan tukang periuk,
demikianlah kalian di tangan-Ku."

Pembacaan dari Kitab Yeremia:

Tuhan bersabda kepada Yeremia,
"Pergilah segera ke rumah tukang periuk!
Di sana Aku akan memperdengarkan sabda-Ku kepadamu."
Lalu pergilah aku ke rumah tukang periuk,
dan kebetulan ia sedang bekerja dengan pelarikan.
Apabila bejana yang sedang dibuatnya dari tanah liat itu
rusak di tangannya itu,
maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali
menjadi bejana lain menurut keinginannya.

Kemudian bersabdalah Tuhan kepadaku,
"Masakan Aku tidak bertindak terhadap kalian
seperti tukang periuk ini,
hai kaum Israel!
Demikianlah sabda Tuhan.
Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk,
demikianlah kalian di tangan-Ku, hai kaum Israel!

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 146:2abc.2d-4.5-6,R:5a

Refren: Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong, yang harapannya pada Tuhan, Allahnya:


*Aku hendak memuliakan Tuhan selama aku hidup,
dan bermazmur bagi Allahku selagi aku ada.

*Janganlah percaya kepada para bangsawan,
kepada anak manusia yang tidak dapat memberikan keselamatan.
Apabila nyawanya melayang, ia kembali ke tanah;
pada hari itu juga lenyaplah maksud-maksudnya.

*Berbahagialah orang
yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong,
yang harapannya pada Tuhan, Allahnya:
Dia yang menjadikan langit dan bumi,
laut dan segala isinya;
yang tetap setia untuk selama-lamanya.



Bait Pengantar Injil
Kis 16:14b

Tuhan, bukalah hati kami
supaya kami memperhatikan sabda Putera-Mu.



Bacaan Injil
Mat 13:47-53

"Ikan yang baik dikumpulkan ke dalam pasu, yang buruk dibuang"

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Sekali peristiwa Yesus bersabda kepada orang banyak,
"Hal Kerajaan Surga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut,
lalu mengumpulkan pelbagai jenis ikan.
Setelah penuh, pukat itu pun diseret orang ke pantai.
Lalu mereka duduk dan dipilihlah ikan-ikan itu,
ikan yang baik dikumpulkan ke dalam pasu, yang buruk dibuang.
Demikianlah juga pada akhir zaman.
Malaikat-malaikat akan datang
memisahkan orang jahat dari orang benar.
Yang jahat lalu mereka campakkan ke dalam dapur api.
Di sana ada ratapan dan kertak gigi.

Mengertikah kalian akan segala hal ini ?"
Orang-orang menjawab, "Ya, kami mengerti."
Maka berkatalah Yesus kepada mereka,
"Karena itu
setiap ahli Taurat yang menerima pelajaran hal Kerajaan Allah
seumpama seorang tuan rumah
yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama
dari perbendaharaannya."
Setelah selesai menyampaikan perumpamaan itu,
Yesus pergi dari sana.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Bacaan Injil hari ini menyampaikan tentang Kerajaan Surga melalui perumpamaan yang lain lagi, yakni seumpama pukat yang dilemparkan di laut untuk menangkap berbagai jenis ikan.
Hasil tangkapannya diseret ke pantai lalu dipilah-pilah, ikan yang baik disimpan dalam pasu dan yang buruk dibuang.

Demikianlah yang akan terjadi pada akhir jaman.
Sekarang akhir jaman itu belum tiba, kita masih seumpama ikan-ikan yang hidup di dalam laut, masih terserah kita apakah kita mau jadi ikan yang baik atau yang buruk.
Jika ternyata kita adalah ikan yang buruk, masih terbuka lebar kesempatan untuk berubah menjadi ikan yang baik, itu kalau kita memang sungguh-sungguh menginginkannya, walau kita tahu bahwa itu tidak mudah.
Penderitaan hidup di dunia ini tentulah merupakan beban berat, yang rawan menimbulkan keputus-asaan seperti yang dialami Nabi Yeremia, menyesal telah dilahirkan dan tak tahu lagi bagaimana caranya menghadapi cacian, hujatan dan penganiayaan orang-orang, sementara Tuhan yang diharapkannya seolah tak berkenan menolong dia.

Dahulu saya pernah mengalami penderitaan hidup yang di luar kesanggupan saya untuk mengatasinya, masuk ke dalam keputus-asaan, hidup tanpa tujuan yang jelas, dan hari demi hari saya lalui sambil merusak diri saya sendiri serusak-rusaknya, dan saya tak perduli, persis seperti bejana tanah liat yang telah rusak parah.
Di saat seperti itu Tuhan datang kepada saya dengan cara-Nya sendiri, tetapi bukan pertolongan yang diberikannya kepada saya, melainkan tambahan beban-beban baru yang menjadikan hidup saya malah semakin terpuruk.
Banyak orang tidak mempercayai kalau saya telah bertobat, tak sedikit yang mencibir atau bersikap sinis kepada saya.

Sekarang saya faham, rupanya Allah Bapa memang seperti seorang penjunan.
Saya, yang ibaratnya seperti bejana yang rusak, oleh "Tukang Periuk" itu dikerjakan kembali menjadi bejana lain menurut keinginan-Nya.
Saya dijadikan-Nya bejana baru.
Proses pengerjaannya itulah yang saya rasakan sebagai tambahan beban, sudah pecah-belah, eh ditenggelamkan ke dalam air lalu ditempa-tempa.
Waktu itu saya tidak memahami kalau Allah Bapa sedang mendaur-ulang saya, menjadikan saya bejana baru dalam wujud yang lain, yakni wujud seperti saya sekarang ini.

Benarlah apa yang ditulis di dalam Injil, seumpama seorang ibu yang menderita selama sembilan bulan karena mengandung anaknya, tetapi ia segera melupakan segala penderitaannya saat bayinya lahir, dukacita diganti oleh sukacita.
Demikian pula yang saya rasakan sekarang ini, tak ada lagi dukacita karena ditempa oleh Sang Penjunan, karena saya telah diubah oleh-Nya menjadi bejana baru sesuai yang diinginkan-Nya.



Peringatan Orang Kudus
Santo Petrus Krisologus, Uskup dan Pujangga Gereja
Seorang yang dengan tekun dan sungguh-sungguh mengejar cita-cita akan memperoleh hasil yang melebihi harapan dan keinginannya. Prinsip ini terlihat dan terlaksana dalam diri Santo Petrus Krisologus, yang dijuluki "Si Mulut Emas". Ketika masih muda belia, ia sudah menjabat sebagai uskup di Ravenna. Pada masa itu, cara hidup kafir yang merajalela di antara umat di keuskupannya merupakan suatu masalah berat yang harus ditanganinya. Untuk itu, senjata ampuh satu-satunya ialah "kotbah-kotbahnya yang menyentuh hati umat". Dan Petrus Krisologus berhasil dalam memanfaatkan senjata ini. Kotbah-kotbahnya yang pendek dan menyentuh hati umat berhasil mempertobatkan banyak umat. Dalam kotbah-kotbahnya, ia menekankan pentingnya penghayatan dan penerapan asas-asas moral Kristiani dan ajaran resmi Gereja tentang iman akan Yesus Kristus. Hal ini sangat cocok dengan keadaan umat di Ravenna yang dilanda praktek kekafiran. Penyajian yang sangat bagus dan otentik membuat kotbah-kotbahnya sangat bermutu. Tigabelas abad kemudian, Paus Benediktus XIII (1724-1730) mengangkat dia menjadi seorang Pujangga Gereja.
Semangatnya yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya demi perkembangan iman umat, membuat dia menjadi orang tersohor di kalangan Bapa-bapa Gereja, baik karena caranya mengajar maupun caranya memimpin umat. Ia amat bijaksana dan memandang keahliannya sebagai karunia Tuhan yang harus diabdikan bagi kepentingan perkembangan Gereja.
Dalam pada itu Petrus Krisologus pun terkenal sebagai seorang uskup penentang ajaran sesat yang disebarkan Eutiches. Eutiches menyebarkan ajaran sesat yang menyangkal kemanusiaan Kristus. Untuk kemajuan ajarannya, ia tidak segan-segan meminta dukungan Gereja dari Petrus Krisologus selaku Uskup Ravenna. Tetapi Uskup Krisologus yang terkenal ramah itu menjawabnya dengan bijaksana dan ramah: "Demi perdamaian dan iman, kita sebaiknya menyebarkan ajaran iman dengan persetujuan Sri Paus selaku Pimpinan Tertinggi Gereja". Oleh karena itu, ia menolak gagasan Eutiches dan sebaliknya mendesak dia untuk mengakui dan mengimani rahasia "Penjelmaan Kristus" dan semua kebenaran iman yang diajarkan oleh Gereja.
Semangat imannya yang begitu besar disertai cinta kasihnya yang meluapluap membuat "Si Mulut Emas" ini meraih hasil karya yang melebihi cita-cita dan impiannya. Beberapa lama sebelum wafatnya, ia pulang ke tanah kelahirannya Imola dan di sana ia wafat dengan tenang pada tahun 450.

Santo Yustinus de Yakobis, Pengaku Iman
Yustinus lahir di San Fele, Italia pada tanggal 9 Oktober 1800. Dari empatbelas orang bersaudara, Yustinus adalah anak ketujuh dalam keluarganya. Ketika masih kecil, ia tinggal di Napoli. Kemudian pada umur 18 tahun, ia masuk Kongregasi Misi di tempat asalnya.
Ia benar-benar menghayati panggilannya dengan konsekuen. Menurut kesan kawan-kawannya, ia adalah seorang biarawan yang dicintai Tuhan dan sesama manusia, karena sifat-sifatnya yang menyenangkan banyak orang: rendah hati, ramah dan suka bergaul dengan siapa saja. Setelah ditahbiskan menjadi imam, ia bekerja di antara orang-orang miskin dan melarat di luar kota. Ia membantu mendirikan pusat Kongregasi baru di Napoli dan kemudian diangkat sebagai superior di Lecce. Ia dikenal luas oleh banyak orang karena tindakan-tindakannya di luar acara rutin sehari-hari. Ia memelihara dan merawat para penderita wabah kolera di Napoli tanpa mengenal lelah dan menghiraukan kesehatannya sendiri. Karena itu semua orang sangat menghormati dan mencintai dia.
Pada tahun 1839 ia diutus sebagai Prefek dan Vikaris Apostolik ke Etiopia, sebuah daerah misi baru di benua Afrika. Di sana selama dua tahun ia memusatkan perhatiannya pada usaha mengenal segala sesuatu menyangkut negeri itu: rakyatnya, bahasanya dan adat-istiadatnya. Dengan sifat-sifatnya yang baik dan cara hidupnya yang menarik, ia berhasil menghilangkan kecurigaan rakyat setempat. Kata-katanya yang menawan dan lembut memberi kesan pada hati banyak orang bahwa kehadirannya di tengah mereka adalah sebagai sahabat dan pelayan bagi mereka.
Meskipun ia berhasil sekali dalam tugasnya, namun ia sama sekali tidak terlepas dari banyak kesulitan seperti semua orang lain yang memperjuangkan keluhuran hidup. Tidak sedikit pemuka rakyat iri hati dan membenci dia. Kesulitan besar datang tatkala William Massaia diangkat sebagai Uskup Etiopia. Salama, seorang pemuka Gereja Optik melancarkan kampanye anti Gereja Katolik. Oleh pemimpin setempat, Kolese­kolese Katolik ditutup dan agama Katolik dihalang-halangi perkembangannya. Uskup William Massaia diusir pulang ke Aden. Sebelum berangkat, Uskup Massaia dengan diam-diam mengangkat Yustinus de Yakobis sebagai uskup di Massawa. Sebagai uskup, Yakobis menahbiskan 20 orang imam asal Etiopia untuk melayani umat Katolik yang berjumlah 5000 orang dan membuka kembali kolese-kolese.
Pada tahun 1860, Kedaref Kassa menjadi raja. Ia segera mendesak Salama untuk kembali melancarkan pengejaran terhadap semua orang beragama Katolik. Uskup Yakobis sendiri ditangkap dan dipenjarakan selama beberapa bulan.
Uskup Yakobis menghabiskan masa hidupnya di sepanjang pantai Laut Merah. Dalam perjalanannya menuju Halai, ia jatuh sakit karena keletihan dan kurang makan. Ia meninggal dunia pada tanggal 31 Juli 1860 di lembah Alghedien.

Santo Abdon dan Senen, Martir
Kedua orang kudus abad ke-3 ini berasal dari Persia. Mereka adalah tawanan perang dan budak belian yang sudah menganut agama Kristen. Kemartiran mereka bermula dari usaha mereka menguburkan jenazah-jenazah para kaum beriman yang dibunuh oleh orang kafir. Mereka ditangkap dan dibawa ke Roma. Di sana mereka dipaksa untuk mempersembahkan korban kepada dewa-dewi Romawi. Dengan tegas mereka menolak melakukan perbuatan berhala ini karena tak ingin mengkhianati imannya sendiri. Karena itu mereka dianiaya dan dipenggal kepalanya. Jenazah mereka dimakamkan oleh diakon Kuirinus di rumahnya. Kemudian pada tahun 833, tulang-tulang mereka dipindahkan oleh Paus Gregorius IV (827-844) ke dalam gereja Santo Markus di Roma.

Santa Yulita dari Kaesarea, Pengaku Iman
Yulita berasal dari Kapadokia. Ia memiliki ladang dan ternak, harta kekayaan lainnya dan banyak budak belian. Di antara penduduk setempat, Yulita tergolong wanita kaya raya. Banyak orang mengadakan hubungan dagang dengannya. Pada suatu ketika, dia terlibat dalam suatu pertikaian bisnis dengan seorang pemuka masyarakat. Dia dihadapkan ke pengadilan namun berhasil mengalahkan orang itu. Karena itu dia menjadi musuh bebuyutan orang itu.
Untuk membalas kekalahannya di depan pengadilan, orang itu melaporkan kepada penguasa setempat bahwa Yulita adalah seorang penganut agama Kristen. Oleh laporan ini, hakim segera memanggil Yulita dan memaksanya untuk mempersembahkan kurban bakaran kepada dewa Zeus.
Yulita berani menentang. Dengan tegas ia berkata: "Ladangku dan semua kekayaanku boleh diambil dan dirusakkan. Tetapi sekali-kali aku tidak akan meninggalkan imanku. Aku tidak akan pernah menghina Tuhanku yang telah menciptakan aku. Aku tahu bahwa aku akan memperoleh semuanya itu kembali di surga".
Tanpa banyak berpikir hakim itu menyuruh para algojo membakar hidup-hidup Yulita di depan umum. Peristiwa naas ini terjadi kira-kira pada tahun 303.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/


Liturgia Verbi 2020-07-29 Rabu.

Liturgia Verbi (A-II)
Hari Biasa, Pekan Biasa XVII

Rabu, 29 Juli 2020

PW S. Marta



Bacaan Pertama
Yer  15:10.16-21

"Mengapa penderitaanku tidak berkesudahan? 
Jika engkau mau kembali, Aku akan mengembalikan dikau
menjadi pelayan di hadapan-Ku."

Pembacaan dari Kitab Yeremia:

Pada waktu itu Yeremia mengeluh,
"Celaka aku, ya ibuku, bahwa engkau telah melahirkan daku.
Sebab aku seorang yang menjadi buah perbantahan
dan buah percederaan bagi seluruh negeri.
Padahal aku tidak menghutangkan
dan tidak pula berhutang kepada siapa pun.
Namun mereka semua mengutuki aku.

Apabila aku menemukan sabda-Mu, maka aku menikmatinya.
Sabda-Mu itu menjadi kegirangan bagiku
dan menjadi kesukaan hatiku.
Sabda nama-Mu telah diserukan atasku,
ya Tuhan, Allah semesta alam.
Tidak pernah aku duduk bersenang-senang
dalam pertemuan orang-orang yang bersenda gurau.
Karena tekanan tangan-Mu aku duduk seorang diri,
sebab Engkau telah memenuhi aku dengan geram.
Mengapakah penderitaanku tidak berkesudahan,
dan lukaku sangat payah, sukar disembuhkan?
Sungguh, Engkau seperti sungai yang curang bagiku,
air yang tidak dapat dipercaya."

Maka Tuhan menjawab, "Jika engkau mau kembali,
Aku akan mengembalikan engkau menjadi pelayan di hadapan-Ku.
Dan jika engkau mengucapkan apa yang berharga dan tidak hina,
maka engkau akan menjadi penyambung lidah bagi-Ku.
Biarpun mereka akan kembali kepadamu,
namun engkau tidak perlu kembali kepada mereka.
Terhadap bangsa ini
Aku akan membuat engkau sebagai tembok berkubu dari perunggu.
Mereka akan memerangi engkau,
tetapi tidak akan mengalahkan dikau.
Sebab Aku menyertai engkau
untuk menyelamatkan dan melepaskan dikau,"
demikianlah sabda Tuhan.
"Aku akan melepaskan dikau dari tangan orang-orang jahat,
dan membebaskan dikau dari genggaman orang-orang lalim."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 59:2-3.4-5a.10-11.17-18,R:17d

Refren: Tuhanlah tempat pengungsianku pada waktu kesesakan.

*Lepaskanlah aku dari pada musuhku, ya Allahku
bentengilah aku
terhadap orang-orang yang bangkit melawan daku.
Lepaskanlah aku dari pada orang-orang yang melakukan kejahatan,
dan selamatkanlah aku dari pada penumpah darah.

*Sebab sesungguhnya, mereka menghadang nyawaku;
orang-orang perkasa menyerbu aku,
padahal aku tidak melakukan pelanggaran,
aku tidak berdosa, ya Tuhan, aku tidak bersalah,
merekalah yang bergegas dan bersiap-siap.

*Ya Kekuatanku, aku mau berpegang pada-Mu,
sebab Allahlah kota bentengku.
Allahku, dengan kasih setia-Nya Ia akan menyongsong aku,
Allah akan membuat aku memandang rendah seteru-seteruku.

*Tetapi aku mau menyanyikan kekuatan-Mu,
pada waktu pagi aku mau bersorak-sorai karena kasih setia-Mu,
sebab Engkau telah menjadi kota bentengku,
tempat pelarian pada waktu kesesakanku.

*Ya Kekuatanku, bagi-Mu aku mau bermazmur;
sebab Allahlah kota bentengku,
Allahku dengan kasih setia-Nya.



Bait Pengantar Injil
Yoh 15:15b

Kalian Kusebut sahabat-Ku,
sebab kepada kalian Kusampaikan
apa saja yang Kudengar dari Bapa.



Bacaan Injil
Mat  13:44-46

"Ia menjual seluruh miliknya, lalu membeli ladang itu."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Sekali peristiwa Yesus mengajar orang banyak,
"Hal Kerajaan Surga itu seumpama harta yang terpendam di ladang,
yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi.
Karena sukacitanya, pergilah ia menjual seluruh miliknya,
lalu membeli ladang itu.

Demikian pula hal Kerajaan Surga itu seumpama seorang pedagang
yang mencari mutiara yang indah.
Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga,
ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Masih tentang Kerajaan Surga sebagai harta yang sangat berharga.
Memiliki Kerajaan Surga adalah sangat berguna bagi kita, tetapi sekaligus bisa mencelakai.
Mengapa bisa beresiko seperti itu?
Ya, ada yang tidak suka kalau kita memilikinya, yakni iblis.
Ia akan berusaha mati-matian untuk menjauhkan kita dari harta berharga itu, entah dengan membangkitkan irihati pada orang-orang di sekitar kita, atau dengan menyuruh orang mengiming-iming dengan bujuk-rayu bahwa harta dunia lebih berharga daripada Surga, atau bahkan dengan intimidasi dan berbagai bentuk ancaman lainnya.

Ini dialami oleh nabi Yeremia sebagaimana ditulis pada Bacaan Pertama hari ini, "Celaka aku, ya ibuku, bahwa engkau telah melahirkan daku.
Sebab aku seorang yang menjadi buah perbantahan dan buah percederaan bagi seluruh negeri.  Mereka semua mengutuki aku.
Mengapakah penderitaanku tidak berkesudahan, dan lukaku sangat payah, sukar disembuhkan?
Sungguh, Engkau seperti sungai yang curang bagiku, air yang tidak dapat dipercaya."
Itulah "salib" yang mesti dipikulnya.
Dan inilah cobaan besar baginya.
Kita juga mengalami yang sama, mesti memikul konsekuensinya.
Jika kita mampu bertahan, kita akan memenangi "pertarungan" melawan kuasa iblis itu, sebab Tuhan telah mengatakannya, "Aku akan melepaskan dikau dari tangan orang-orang jahat, dan membebaskan dikau dari genggaman orang-orang lalim."

Jika bertarung maka kekuatan Tuhan pasti menang.
Tetapi jika kita "menyerah sebelum bertarung", maka kekuatan iblislah yang akan menguasai kita.
Maka, jagalah, jangan sampai itu terjadi pada diri kita.



Peringatan Orang Kudus
Santa Marta, Perawan dan Sahabat Yesus
Kisah tentang Marta dilukiskan Yohanes dalam Injilnya 11:1-44. Di dalamnya terungkap jelas bahwa Marta dan Maria bersama Lazarus saudara mereka amat disayangi oleh Yesus. Mereka tinggal di Betania, sebuah kampung kecil yang letaknya tak jauh dari Yerusalem. Ketika Yesus mengunjungi mereka sehubungan dengan peristiwa kematian Lazarus, Marta selaku adik Maria bertindak sebagai pelayan. Ia sibuk menyediakan makanan bagi Yesus dan Rasul-rasul yang menyertaiNya. Sedangkan Maria kakaknya, yang pernah meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya, duduk di depan kaki Yesus sambil mendengarkan Sabda Yesus.
Ketika Lazarus jatuh sakit keras, Marta dan Maria mengirim khabar kepada Yesus. Pada waktu itu Yesus ada di seberang sungai Yordan yang agak jauh dari Betania. "Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit" demikian bunyi khabar itu. Yesus sengaja tinggal di tempat itu selama dua hari, lalu pergi ke Betania untuk menghibur Maria dan Marta.
Tatkala Yesus datang, Marta pergi menemui Dia. Maka terjadilah percakapan indah antara dia dengan Yesus. Dengan sikap yang realistis dan penuh iman kepada Yesus, Marta berkata: "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati. Tetapi sekarang pun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepadaMu segala sesuatu yang Engkau minta kepadaNya". Kata Yesus kepada Marta: "Saudaramu akan bangkit". Kata Marta kepadaNya: "Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman". Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan hidup walaupun ia sudah mati . . .". Marta memang kurang memahami apa yang dikatakan Yesus, namun ia percaya pada Yesus: "Ya Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia". Marta adalah seorang wanita yang bersemangat iman, praktis, ramah dan rajin.

Santo Simplisius, Faustinus dan Santa Beatriks, Martir
Ketiga bersaudara ini adalah warga kota Roma yang telah menganut agama Kristen. Mereka dibunuh karena imannya sekitar tahun 303-304. Menurut cerita, Simplisius dan Faustinus dianiaya dan dipancung kepalanya karena tidak mau meninggalkan imannya kepada Kristus. Mayat keduanya dibuang ke dalam sungai Tiber.
Beatriks saudari mereka berusaha menemukan kembali jenazah Simplisius dan Faustinus di sungai Tiber dan menguburkannya di pekuburan Generosa di jalan ke Porto. Tujuh bulan kemudian, Beatriks sendiri ditangkap dan dipenjarakan. Kemudian ia dihukum mati di penjara pada tanggal 11 Mei. Jenazahnya dikuburkan oleh orang-orang Kristen lain.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/


Liturgia Verbi 2020-07-28 Selasa.

Liturgia Verbi (A-II)
Hari Biasa, Pekan Biasa XVII

Selasa, 28 Juli 2020



Bacaan Pertama
Yer  14:17-22

"Ya Tuhan, janganlah kiranya membatalkan perjanjian-Mu dengan kami."

Pembacaan dari Kitab Yeremia:

Air mataku bercucuran siang dan malam tiada hentinya,
sebab anak dara, puteri bangsaku, dilukai dengan luka parah,
luka yang sama sekali tidak tersembuhkan.
Apabila aku keluar ke padang,
di sana ada orang-orang yang mati terbunuh oleh pedang!
Apabila aku masuk ke dalam kota,
di sana ada orang-orang sakit kelaparan.
Bahkan baik nabi maupun imam
menjelajah negeri yang tidak dikenalnya.

Telah Kautolakkah Yehuda sama sekali?
Telah merasa muakkah Engkau terhadap Sion?
Mengapakah kami Kaupukul sedemikian,
hingga tidak ada lagi kesembuhan bagi kami?
Kami mengharapkan damai sejahtera,
tetapi tiada sesuatu yang baik.
Kami mengharapkan kesembuhan, namun hanya ada kengerian.

Ya Tuhan, kami insaf akan kejahatan kami,
dan akan kesalahan leluhur kami;
kami sungguh telah berdosa terhadap-Mu;
janganlah kiranya menolak kami,
dan janganlah Engkau menghinakan takhta kemuliaan-Mu!
Ingatlah akan perjanjian-Mu dengan kami,
janganlah kiranya membatalkannya.

Adakah yang dapat menurunkan hujan
di antara dewa kesia-siaan bangsa-bangsa itu?
Atau dapatkah langit sendiri memberi hujan lebat?
Bukankah hanya Engkau saja, ya Tuhan Allah kami,
pengharapan kami,
yang membuat semuanya itu?

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm  79:8.9.11.13,R:9bc

Refren: Demi kemuliaan nama-Mu bebaskanlah kami, ya Tuhan.

*Janganlah perhitungkan kepada kami
kesalahan nenek moyang!
Kiranya rahmat-Mu segera menyongsong kami,
sebab sudah sangat lemahlah kami.

*Demi kemuliaan nama-Mu,
tolonglah kami, ya Allah penyelamat!
Lepaskanlah kami,
dan ampunilah dosa kami oleh karena nama-Mu!

*Biarlah sampai ke hadapan-Mu keluhan orang tahanan;
sesuai dengan kebesaran lengan-Mu,
biarkanlah hidup orang-orang yang ditentukan untuk mati dibunuh!
Maka kami, umat-Mu, dan kawanan domba gembalaan-Mu,
akan bersyukur kepada-Mu untuk selama-lamanya,
dan akan memberitakan puji-pujian bagi-Mu turun-temurun.



Bait Pengantar Injil


Benih melambangkan sabda Allah, penaburnya ialah Kristus.
Semua orang yang menemukan Kristus,
akan hidup selama-lamanya.



Bacaan Injil
Mat  13:36-43

"Seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api,
demikian juga pada akhir zaman."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Pada suatu hari
Yesus meninggalkan orang banyak, lalu pulang.
Para murid kemudian datang dan berkata kepada-Nya,
"Jelaskanlah kepada kami
perumpamaan tentang lalang di ladang itu."

Yesus menjawab,
"Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia.
Ladang itu ialah dunia.
Benih yang baik adalah anak-anak Kerajaan
dan lalang adalah anak-anak si jahat.
Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis.
Waktu menuai ialah akhir zaman, dan para penuai itu malaikat.

Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api,
demikian juga pada akhir zaman.
Anak Manusia akan mengutus malaikat-malaikat-Nya
dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan
dan semua orang yang melakukan kejahatan
dari dalam Kerajaan-Nya.
Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api.
Di sanalah akan terdapat ratapan dan kertak gigi.
Pada waktu itulah orang benar akan bercahaya seperti matahari
dalam Kerajaan Bapa mereka.
Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan!"

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Tanggal 17 dan 28 setiap bulannya, adalah giliran Erna dan saya untuk membawakan renungan Daily Fresh Juice.
Berikut renungannya pada hari ini:

Para Pendengar dan Pewarta Daily Fresh Juice,
Negara kita ini adalah negara hukum.
Ada undang-undang dan peraturan-peraturan di bawahnya
yang wajib dipatuhi oleh setiap warga negara.
Bagi yang melanggar tentu akan ditindak,
dituntut di depan pengadilan
dan kemudian dijatuhi hukuman penjara
sesuai dengan pelanggaran yang diperbuatnya.

Ada dua jenis hukuman bagi para pelanggar.
Yang pertama adalah hukuman perdata yakni berupa kewajiban yang mesti dibayar secara materi, dan yang kedua adalah hukuman pidana yang merupakan pelanggaran kriminal dan bagi mereka yang melanggar akan dipenjarakan.

Mari kita lihat kondisi Lembaga Pemasyarakatan saat ini.
Ada sekitar 200,000 warga binaan yang mendekam di berbagai penjara di seluruh Indonesia.
Ini tentu jumlah yang sangat sedikit dibandingkan populasi Indonesia yang mencapai 270 juta orang, tak sampai dua persen.
Artinya sebagian besar orang mematuhi peraturan perundang-undangan.
Orang patuh karena takut dipenjarakan.
Mendengar kata penjara saja sudah membuat kita merinding,
apalagi kalau tinggal di sana.
Lihat saja misalnya,
orang menggunakan helm ketika mengendarai sepedamotor,
bukan karena khawatir akan keselamatan dirinya,
melainkan karena takut ditilang polisi.

Bagaimana dengan hukum Tuhan?
Hukum Tuhan memang beda.
Dari istilah yang digunakan saja sudah berbeda.
Pelanggar hukum negara disebut sebagai terpidana atau tergugat,
sedangkan pelanggar hukum Tuhan disebut sebagai orang berdosa.
Azas yang digunakan pun berbeda.
Hukum negara berdasarkan azas keadilan
sedangkan hukum Tuhan berdasarkan kebijaksanaan.
Dalam hukum Tuhan dikenal adanya pengampunan,
dan ini yang didahulukan ketimbang penghukuman,
dan tak dibedakan antara pelanggar kecil atau pendosa berat,
semuanya berpeluang memperoleh pengampunan.

Ini yang tidak ada dalam hukum negara.
Siapa pun, baik yang menyesal mau pun yang tidak berasa bersalah,
tetap akan dijatuhi hukuman sesuai pelanggaran yang diperbuatnya,
tak ada ampun.
Makanya, seorang hakim pengadilan, sekali pun ia seorang Katolik,
tidaklah bisa berkata demikian ketika memutuskan suatu perkara,
"Baiklah, karena kamu sudah menyesal dan memohon pengampunan dari negara,
maka pelanggaranmu dihapuskan, silahkan pulang dengan damai dan jangan melanggar lagi".
Mana bisa begitu?
Tetapi dalam hukum Tuhan, hal seperti ini sangat bisa dan bahkan didahulukan untuk terjadi seperti itu.

Penghukuman Tuhan tidak bersifat segera.
Tuhan selalu memberi kesempatan bagi para pendosa untuk bertobat.
Dan bahkan kesempatan itu diberikan sampai pada akhir jaman,
setidaknya kesempatan itu diberikan selama kita masih hidup di dunia ini.
Inilah yang disampaikan oleh Yesus melalui perumpamaan tentang benih gandum dan rumput liar atau lalang itu.
Ketika orang-orang bertanya kepada pemilik ladang,
"Maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu?"
Oleh pemilik ladang dijawab,
"Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut
pada waktu kamu mencabut lalang itu.
Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai."

Jadi, janganlah heran kalau hanya dua persen saja yang melanggar hukum negara
tetapi hanya dua persen saja yang mematuhi hukum Tuhan, sisanya, termasuk saya, ada di bagian yang 98 persen, hampir seluruhnya berdosa, melanggar hukum Tuhan.

Mungkin sebagian dari kita menjadi bingung.
Kok begitu?  Tidak adil dong!
Kalau gitu, berbuat dosa saja, setelah itu bertobat dan selesai.
Iya memang, hukum Tuhan memang beda.
Yesus sendiri yang mengatakannya, "Sesungguhnya semua dosa dan hujat anak-anak manusia akan diampuni, ya, semua hujat yang mereka ucapkan." [Mrk 3:28]
Tetapi nanti dulu.
Hukum Tuhan tidak berlaku serta-merta seperti itu.
Yang dimaksudkan oleh Yesus adalah orang yang terjatuh ke dalam dosa.
Terjatuh adalah ketidak-sengajaan, atau kelalaian.
Tak ada orang yang ingin terjatuh.
Tetapi bagi orang yang dengan sengaja dan sadar menentang Tuhan, berbuat dosa karena hendak melawan Tuhan, maka ini dapat disamakan dengan menghujat Roh Kudus, dan dosanya tidak akan diampuni, selama-lamanya, karena dosanya bersifat kekal.
              
Para Pendengar dan Pewarta Daily Fresh Juice,
Marilah kita berusaha memahami kebijaksanaan Tuhan, yang terasa seperti tidak adil itu.
Tuhan tentu mengetahui
sumber pelanggaran itu sesungguhnya berasal dari si jahat, dari iblis,
seperti yang ditulis pada perumpamaan tentang lalang di antara bulir gandum,
"Pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi."
Orang-orang memang menjadi heran,
"Bukankah benih baik yang tuan taburkan di ladang tuan?
Dari manakah lalang itu?"

Jadi jelas sekarang,
kita bukanlah sumber pelanggaran atas hukum Tuhan,
lebih tepat kalau kita ini adalah korban dari kejahatan kuasa iblis,
makanya perlu ditolong, perlu diselamatkan, bukannya malah ikut-ikutan dihukum.
Inilah dasar dari Kasih Kristus itu.

Bayangkan saja seandainya kitalah yang melanggar hukum Tuhan,
bukankah kita pun berharap belas kasihan, berharap diampuni dan tidak dihukum?
Apa iya, kita maunya diampuni ketika melanggar tetapi berharap orang lain yang melanggar supaya dijatuhi hukuman?
Kita diminta untuk menjadi terang bagi sesama, memancarkan kasih Kristus itu,
baik kepada orang-orang benar maupun kepada orang-orang bersalah.
Kita diminta untuk menduplikasi kasih Tuhan, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. [Mat 5:45]
Di ayat berikutnya Yesus berkata, "Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?"
Beginilah perintah Yesus kepada kita, "Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu."

Maka, marilah kita mematuhi hukum Tuhan.
Jika kita mematuhi hukum Tuhan, maka tak ada satu pasal pun dari hukum dunia yang akan kita langgar, karena hukum Tuhan berada di atas hukum manusia.
Amin.



Peringatan Orang Kudus
Santo Nasarius dan Selsus, Martir; Santo Viktor dan Innosensius, Paus dan Martir
Nasarius adalah anak seorang Yahudi bernama Afrikanus. Ibunya, Perpetua yang sudah beragama Kristen dengan giat mendidik dia secara Kristen semenjak kecilnya. Karena itu Nasarius berkembang dewasa menjadi seorang Kristen yang saleh. Oleh Paus Linus, yang menggantikan Santo Petrus Rasul, Nasarius diutus untuk mewartakan Injil di Gallia (kini: Prancis).
Selsus adalah pemuda pertama yang berhasil ditobatkan oleh Nasarius sejak ia berkarya di Gallia. Selsus menemani Nasarius dalam perjalanan-perjalanan tugasnya. Pada suatu ketika mereka ditangkap oleh penduduk kafir setempat dan dibuang ke laut. Tetapi berkat perlindungan Tuhan, mereka tidak mati tenggelam. Mereka berhasil menyelamatkan diri lalu mengembara hingga sampai ke Milano, Italia. Di sana mereka mewartakan Injil dan membesarkan hati orang-orang Kristen yang ada di sana. Di Milano mereka sekali lagi ditangkap dan dijatuhi hukuman mati karena imannya akan Yesus Kristus.
Viktor lahir di Afrika Utara dan memimpin Gereja sebagai Paus pada tahun 189. Paus Viktor adalah paus yang secara resmi menetapkan bahwa permandian suci dalam keadaan bahaya maut dapat dilakukan dengan memakai air biasa apabila tidak ada persediaan air permandian di tempat itu. Ia mati sebagai martir pada tahun 189, sewaktu pemerintahan Kaisar Septimus Severus.
Innosensius lahir di Albano, dekat kota Roma. la terpilih menjadi Paus dengan suara bulat pada tahun 402. Ia sungguh-sungguh sadar akan bahaya-bahaya yang mengancam Gereja dan umat pada masa itu. Tak henti-hentinya ia berdoa memohon kebijaksanaan dan kekuatan Tuhan agar mampu mengemudikan bahtera Gereja Kristus dengan selamat. Bahaya-bahaya itu terutama disebabkan oleh adanya perpindahan besar-besaran bangsa-bangsa lain ke dunia Barat. Bangsa Goth menyerang kota Roma sebanyak dua kali di bawah pimpinan panglima Alarik dan berhasil menjarahi segala sesuatu yang mereka temui.
Dalam menghadapi ancaman-ancaman itu, Paus Innocentius senantiasa menguatkan hati umatnya dan meringankan beban penderitaan mereka. Sementara itu, Paus Innocentius menghadapi lagi masalah baru yang muncul di dalam Gereja oleh lahirnya ajaran sesat Pelagianisme yang menyangkal adanya rahmat untuk mencapai keselamatan kekal. Dua kali ia mengadakan konsili untuk menghukum ajaran sesat itu. Belum lagi selesai masalah itu terdengar berita bahwa Santo Yohanes Krisostomus dibuang dari takhta keuskupannya sebagai tawanan oleh keluarga Kaisar Konstantinopel. Innosensius tidak segan-segan mengutuk tindakan itu. Kaisar Arkadius bersama permaisurinya Eudoxia dikucilkan dari Gereja, meskipun ia tahu bahwa hal itu akan mendatangkan bahaya atas dirinya sendiri. Setelah memimpin Gereja selama 15 tahun, Innosensius meninggal dunia pada tahun 417.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/


Liturgia Verbi 2020-07-27 Senin.

Liturgia Verbi (A-II)
Hari Biasa, Pekan Biasa XVII

Senin, 27 Juli 2020



Bacaan Pertama
Yer 13:1-11

"Bangsa ini akan menjadi seperti ikat pinggang
yang tidak berguna untuk apa pun."

Pembacaan dari Kitab Yeremia:

Beginilah sabda Tuhan kepadaku,
"Pergilah membeli ikat pinggang lenan,
dan ikatkanlah pada pinggangmu,
tetapi jangan kaucelupkan ke dalam air!"
Maka aku membeli ikat pinggang seperti yang disabdakan Tuhan,
lalu kuikatkan pada pinggangku.

Sesudah itu datanglah sabda Tuhan kepadaku untuk kedua kalinya,
"Ambillah ikat pinggang yang telah kaubeli,
yang sekarang ada pada pinggangmu itu.
Pergilah segera ke sungai Efrat,
dan sembunyikanlah di sana, di celah-celah bukit batu!"
Maka pergilah aku dan menyembunyikannya di tepi sungai Efrat
sebagaimana diperintahkan Tuhan kepadaku.

Sesudah beberapa lama bersabdalah Tuhan kepadaku,
"Pergilah segera ke sungai Efrat,
dan ambillah dari sana ikat pinggang yang Kuperintahkan
kausembunyikan di sana!"
Maka pergilah aku ke sungai Efrat,
lalu aku menggali dan mengambil ikat pinggang itu
dari tempat aku menyembunyikannya.
Tetapi ternyata ikat pinggang itu sudah lapuk,
tidak berguna lagi untuk apa pun.

Lalu datanglah sabda Tuhan kepadaku,"Beginilah sabda Tuhan,
'Demikianlah
Aku akan menghapuskan kecongkakan Yehuda dan Yerusalem.
Bangsa yang jahat ini enggan mendengarkan sabda-Ku.
Mereka mengikuti kedegilan hatinya
dan mengikuti allah lain
untuk beribadah dan bersujud kepada mereka.
Bangsa yang jahat ini akan menjadi seperti ikat pinggang
yang tidak berguna untuk apa pun.
Sebab seperti ikat pinggang melekat pada pinggang seseorang,
demikianlah tadinya segenap kaum Israel dan segenap kaum Yehuda
Kulekatkan kepada-Ku,'
demikianlah sabda Tuhan,
'supaya mereka itu menjadi umat,
yang ternama, terpuji dan terhormat bagi-Ku.
Tetapi mereka itu tidak mau mendengar'."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Ul 32:18-19.20-21,R:18a

Refren: Engkau telah melupakan Allah yang melahirkan dikau.

*Hai umat, engkau telah melalaikan Gunung batu
yang memperanakkan dikau,
dan melupakan Allah yang melahirkan dikau.
Ketika Tuhan melihat hal itu, maka Ia menolak mereka,
karena Ia sakit hati oleh anak-anaknya lelaki dan perempuan.

*Tuhan bersabda,
"Aku hendak menyembunyikan wajah-Ku terhadap mereka,
dan melihat bagaimana kesudahan mereka,
sebab mereka itu suatu angkatan yang bengkok,
anak-anak yang tidak mempunyai kesetiaan.

*Mereka membangkitkan cemburu-Ku dengan yang bukan Allah,
mereka menimbulkan sakit hati-Ku dengan berhala mereka.
Sebab itu Aku akan membangkitkan cemburu mereka
dengan yang bukan umat,
dan akan menyakiti hati mereka dengan bangsa yang bebal.



Bait Pengantar Injil
Yak 1:18

Dengan rela hati Allah telah melahirkan kita
oleh sabda kebenaran,
supaya kita menjadi anak sulung ciptaan-Nya.



Bacaan Injil
Mat 13:31-35

"Biji sesawi itu menjadi pohon,
sehingga burung-burung di udara datang bersarang di cabang-cabangnya."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Sekali peristiwa Yesus membentangkan perumpamaan ini,
"Hal Kerajaan Surga itu seumpama biji sesawi,
yang diambil dan ditaburkan orang di ladangnya.
Memang biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih,
tetapi apabila sudah tumbuh,
sesawi itu lebih besar dari pada sayuran lain,
bahkan menjadi pohon,
sehingga burung-burung di udara datang bersarang
pada cabang-cabangnya."

Dan Yeus menceriterakan perumpamaan ini lagi,
"Hal Kerajaan Surga itu seumpama ragi yang diambil seorang wanita
dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat
sampai seluruhnya beragi."

Semuanya itu disampaikan Yesus kepada orang banyak
dalam perumpamaan,
dan Ia tidak menyampaikan apa pun kepada mereka
kecuali dengan perumpamaan.
Dengan demikian digenapilah sabda nabi,
"Aku mau membuka mulut-Ku mengatakan perumpamaan,
Aku mau mengucapkan hal yang tersembunyi
sejak dunia dijadikan."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Yesus menyampaikan dua perumpamaan tentang Kerajaan Surga.
Yang pertama, biji sesawi yang kecil tapi bisa tumbuh menjadi pohon yang besar.
Dan yang kedua, ragi yang sedikit cukup untuk tepung terigu sampai tiga sukat, semuanya menjadi beragi.
Begitu pula halnya dengan Kerajaan Surga, cukup sedikit saja yang ditanamkan dalam iman kita, lalu ia akan tumbuh menjadi kuat dan kokoh.
Ketika masih berupa benih biji, selain hampir-hampir tak ada harganya, biji itu juga gampang lenyap, entah dimakan oleh burung atau hanyut oleh air lalu terdampar di atas bebatuan sehingga tak dapat tumbuh.
Setelah tumbuh besar barulah banyak manfaatnya, terutama bukan untuk diri sendiri melainkan manfaat untuk orang lain.
Setelah besar pun pohon sesawi tetap menyantap air dan sinar matahari sebagai makanannya, ia tidak menyantap hasil dari pohonnya sendiri, tak ada ceritanya "jeruk makan jeruk".
Sekali pun pohon jeruk menghasilkan banyak buah jeruk, tak satu pun untuk dirinya sendiri, tak satu pun disantapnya sendiri.
Ia memberi kepada orang lain, sekaligus menitipkan "anak-anaknya" untuk disebarkan di tempat lain, anaknya adalah biji yang ada di dalam buahnya.
Begitu pula halnya Kerajaan Surga.
Tuhan mengaruniakannya kepada kita, agar di dalam iman kita ia tumbuh dan menjadi berguna.

Selain itu, dari kedua perumpamaan Yesus adalah proses duplikasi yang terakselerasi, semakin lama menjadi semakin banyak.
Ragi yang sedikit akan meragikan tepung yang banyak.
Maksudnya, Kerajaan Surga baru akan berfaedah jika kita menduplikasinya kepada orang lain.
Biarkan orang lain menikmati buah-buahnya, lalu titipkan juga "benih" dari Kerajaan Surga kepadanya untuk diduplikasi, demikian seterusnya.
Liturgia Verbi ini adalah upaya saya untuk menduplikasi, dan tentu saja saya akan merasa bersukacita kalau yang menerima juga menduplikasinya kepada yang lain lagi.



Peringatan Orang Kudus
Santo Pantaleon, Martir
Pantaleon lahir di Nikomedia, Asia Kecil. Ia bekerja di sana sebagai seorang tabib. Diceritakan bahwa tingkah lakunya sangat buruk dan karena itu ia sering kali gelisah dan resah karena tingkah lakunya itu. Kegelisahan dan keresahan ini menjadi suatu pintu masuk yang baik baginya menuju cara hidup yang baru. Oleh seorang imam bernama Hermolaus, Pantaleon diajari ajaran-ajaran iman Kristen dan akhirnya bertobat dan dipermandikan menjadi Kristen. Semenjak itu ia berjanji untuk meninggalkan cara hidupnya yang lama dan berniat menyilih dosa-dosanya dengan perbuatan-perbuatan baik.
Dengan keahliannya sebagai seorang tabib, Pantaleon menolong dan merawat orang-orang sakit, terutama yang miskin tanpa menuntut bayaran. Harta miliknya bahkan dibagi-bagikannya kepada mereka. Di samping itu ia rajin menyebarkan ajaran-ajaran Kristen kepada banyak orang terutama di kalangan orang-orang sakit yang dirawatnya. Banyak sekali orang yang berhasil ditobatkannya dan dihantar kepada iman yang benar. Ayahnya yang masih kafir ditobatkannya juga.
Pada masa penganiayaan orang-orang Kristen oleh Kaisar Diokletianus, Pantaleon ditangkap dan disiksa hingga mati dipenggal kepalanya pada tahun 303.

Santo Aurelius dan Santa Natalia, Martir
Orang tua suami-isteri ini beragama Islam. Karena Natalia dan temannya Liliosa (isteri Feliks, seorang yang pernah murtad menjadi Islam tetapi kemudian berbalik kembali) tidak memakai cadar, maka mereka dituduh murtad dari Islam. Mereka dengan berani mengakui dirinya Kristen dan oleh karena itu dibunuh bersama Georgius, seorang biarawan yang giat berkotbah membela kebenaran agama Kristen. Mereka meninggal di Cordoba, Spanyol pada masa pemerintahan Emir Abd Ar-Rahman II pada tahun 852.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/