Liturgia Verbi 2020-05-01 Jumat.

Liturgia Verbi (A-II)
Hari Biasa Pekan Paskah III

Jumat, 1 Mei 2020

PF S. Yusuf, Pekerja

Bulan Mei adalah Bulan Maria, dengan tema permenungan "Maria sebagai Bunda Allah".
Umat dianjurkan untuk mendalami misteri keallahan Kristus yang bangkit serta peranan Bunda-Nya yang adalah juga Bunda Gereja.

Bulan Mei adalah Bulan Liturgi Nasional.
Diharapkan supaya selama bulan Mei liturgi mendapat perhatian khusus: didalami, dirancang, disiapkan, dan dilaksanakan dengan lebih baik.

Ujud Misi/Evangelisasi - Kesetiaan para diakon.
Semoga para diakon, dengan kesetiaannya pada pelayanan sabda Tuhan dan orang miskin, bisa menjadi simbul Gereja yang inspiratif dan menggugah semangat umat.

Ujud Gereja Indonesia - Maria Bunda Keteguhan Hati.
Semoga di tengah kebingungan dan ketidakpastian, umat Katolik mau meneladani Bunda Maria sebagai Bunda Keteguhan Hati.



Bacaan Pertama
Kis 9:1-20

"Orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku,
untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain."

Pembacaan dari Kisah Para Rasul:

Ketika pecah penganiayaan terhadap jemaat,
hati Saulus berkobar-kobar
untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan.
Ia menghadap Imam Besar, dan meminta surat kuasa daripadanya
untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik,
supaya jika ia menemukan laki-laki atau perempuan
yang mengikuti Jalan Tuhan,
ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem.

Dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu,
tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia.
Ia rebah ke tanah,
dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya,
"Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?"

Jawab Saulus, "Siapakah Engkau, Tuhan?"
Kata-Nya, "Akulah Yesus yang kau aniaya itu!
Tetapi bangunlah dan pergilah ke dalam kota.
Di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kauperbuat."
Maka termangu-mangulah temannya seperjalanan,
karena mereka memang mendengar suara itu,
tetapi tidak melihat seorang juga pun.
Saulus bangun dan berdiri, lalu membuka matanya,
tetapi ia tidak dapat melihat apa-apa.
Teman-temannya harus menuntun dia masuk ke Damsyik.
Tiga hari lamanya ia tidak dapat melihat
dan tiga hari lamanya ia tidak makan dan minum.

Di Damsyik ada seorang murid Tuhan bernama Ananias.
Firman Tuhan kepadanya dalam suatu penglihatan, "Ananias!"
Jawabnya, "Ini aku, Tuhan!"
Firman Tuhan, "Pergilah ke jalan yang bernama Jalan Lurus,
dan carilah di rumah Yudas
seorang dari Tarsus yang bernama Saulus.
Ia sekarang berdoa,
dan dalam suatu penglihatan ia melihat,
bahwa seorang yang bernama Ananias masuk ke dalam
dan menumpangkan tangannya ke atasnya,
supaya ia dapat melihat lagi."

Jawab Ananias,
"Tuhan, dari banyak orang telah kudengar tentang orang itu,
betapa banyak kejahatan yang dilakukannya
terhadap orang-orang kudus-Mu di Yerusalem.
Dan ia datang ke mari dengan kuasa penuh dari imam-imam kepala
untuk menangkap semua orang yang memanggil nama-Mu."

Tetapi firman Tuhan kepadanya,
"Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku
untuk memberitakan nama-Ku
kepada bangsa-bangsa lain, kepada raja-raja dan orang-orang Israel.
Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya,
betapa banyak penderitaan
yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku."

Lalu pergilah Ananias ke situ dan masuk ke rumah itu.
Ia menumpangkan tangannya ke atas Saulus, katanya,
"Saulus, saudaraku,
Tuhan Yesus yang telah menampakkan diri kepadamu
di jalan yang engkau lalui,
telah menyuruh aku kepadamu,
supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus."
Dan seketika itu juga
seolah-olah selaput gugur dari matanya,
sehingga ia dapat melihat lagi.
Saulus bangun lalu dibaptis.
Dan setelah ia makan, pulihlah kekuatannya.

Saulus tinggal beberapa hari
bersama-sama dengan murid-murid di Damsyik.
Ketika itu juga ia memberitakan Yesus di rumah-rumah ibadat,
dan mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah.

Demikanlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 117:1.2,R:Mrk 16:15

Refren: Pergilah ke seluruh dunia, dan beritakanlah Injil.

*Pujilah Tuhan, hai segala bangsa,
megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa!

*Sebab kasih-Nya hebat atas kita,
dan kesetiaan Tuhan untuk selama-lamanya.



Bait Pengantar Injil
Yoh 6:56

Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku,
ia tinggal di dalam Aku, dan Aku di dalam dia, sabda Tuhan.



Bacaan Injil
Yoh 6:52-59

"Daging-Ku adalah benar-benar makanan,
dan darah-Ku adalah benar-benar minuman."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes:

Di rumah ibadat di Kapernaum
orang-orang Yahudi bertengkar antar mereka sendiri dan berkata,
"Bagaimana Yesus ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan."

Maka kata Yesus kepada mereka,
"Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia
dan minum darah-Nya,
kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu.
Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku,
ia mempunyai hidup yang kekal,
dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman.

Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan,
dan darah-Ku adalah benar-benar minuman.
Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku,
ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.

Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku
dan Aku hidup oleh Bapa,
demikian juga barangsiapa yang memakan Aku,
akan hidup oleh Aku.
Akulah roti yang telah turun dari surga,
bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu
dan mereka telah mati.
Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya."

Semuanya ini dikatakan Yesus di Kapernaum
ketika Ia mengajar di rumah ibadat.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Terkait dengan "Roti Hidup" yang menjadi tema kita minggu ini, saya ingin men-sharing-kan nalar rohani saya mengenai Komuni Kudus saat perayaan Ekaristi.
Perayaan Ekaristi secara live-streaming telah menimbulkan pendapat yang berbeda-beda, terutama terkait dengan penerimaan komuni.
Sebagian orang menganggap bahwa Komuni Kudus seolah-olah telah "dimodif" menjadi "Komuni Batin", hanya gara-gara wabah pandemi.
Tetapi entah apa sebabnya, imam yang memimpin Misa tidak cukup menjelaskan, misalnya di saat homili, agar menjadi terang benderang perihal Komuni Batin ini.

Komuni Batin ini bukan "barang baru".
Komuni Batin, atau disebut juga Komuni Spriritual, atau ada juga yang menyebutnya sebagai Komuni Kerinduan, sudah ada sejak awal gereja.
Doa Komuni Batin yang kita daraskan saat Misa lilve-streaming diambil dari doa yang dibuat oleh Santo Alfonsus Liguori, yang hidup di abad ke-16 yang lalu.
Se lain karena wabah Covid-19, ada banyak sekali alasan orang "terpaksa" menerima komuni batin, entah karena sakit sehingga tak dapat datang ke gereja, atau di jaman dulu orang yang sedang di penjara tak diberi ijin keluar penjara untuk pergi ke gereja, dan bahkan ada pengikut Kristus yang dilarang untuk menyelenggarakan Ekaristi oleh penguasa atau pihak lain sehingga tak dapat menerima komuni.
Orang yang belum/tidak berhak menerima komuni, entah karena belum dibaptis atau karena hal lainnya sehingga dianggap tidak layak menerima komuni, tetap dapat menerima komuni batin.

Komuni Kudus memang penting, tapi bukan satu-satunya yang penting dalam perayaan Ekaristi.
Landasan utama dari Ekaristi adalah persekutuan, terutama persekutuan kita dengan Yesus Kristus, dan juga persekutuan dengan para kudus dan seluruh gereja, serta persekutuan sesama umat sendiri.
Intinya adalah kita menerima menjadi anggota dari Tubuh Kristus, menjadi ranting dari pokok anggur itu.
Kesungguhan kita menerima Tubuh dan Darah Kristus jauh lebih penting daripada ritualnya sendiri.
Kesungguhan ini perlu kita tunjukkan dengan sikap jasmani kita.
Saya menerima komuni dengan sedikit membungkukkan badan, menadahkan kedua telapak tangan saya untuk "menerima" sambil mengucapkan "Amin" ketika mendengar "Tubuh Kristus".
Ini alasannya mengapa saya kurang "sreg" ketika imam meminta saya untuk mengambil sendiri hosti lalu mencelupkan ke dalam anggur.
Mengambil itu berbeda dengan menerima.
Begitu pula di saat Misa khusus, misalnya misa untuk pasutri, saya kurang sreg menerima komuni bersama pasangan lalu saling menyuapi hosti.
Menerima dan menerimakan itu dua hal yang berbeda.
Saya menerima Tubuh Kristus untuk diri saya sendiri, makanya baik kalau segera menyantapnya, tidak dibawa ke tempat duduk apalagi diam-diam dibawa pulang.

Bentuk penghormatan lainnya, misalnya dengan berpuasa satu jam sebelum mengikuti perayaan Ekaristi, atau tidak dengan mengunyahnya melainkan membiarkannya larut di atas lidah.
Saya merasa risih ketika melihat orang yang sambil mengunyah hosti kembali ke tempat duduknya.
Penghormatan kepada Tubuh dan Darah Kristus perlu kita tunjukkan dengan sikap kita.

Oleh sebab itu, marilah kita memusatkan hati dan perhatian kita kepada "Roti Hidup" itu, janganlah dipengaruhi oleh hal-hal duniawi, misalnya: mengapa menerima komuni dengan tangan kiri, kan tidak sopan? Siapa bilang tidak sopan?
Marilah kita kembali kepada tujuan utama kita, yakni kerinduan untuk bersekutu dengan Kristus, para kudus, dan saudara se iman di seluruh gereja.



Peringatan Orang Kudus
Santo Yusuf Pekerja, Pelindung para Karyawan
Tradisi melukiskan pribadi Yusuf, suami Maria sebagai seorang tukang kayu di kota Nazareth. Ia seorang bangsawan yang saleh dan sederhana. Darah kebangsawanannya mengalir dari Raja Daud leluhurnya. Kesucian dan kesalehannya terlihat di dalam ketaatannya pada kehendak Allah untuk menerima Maria sebagai isterinya serta mendampingi Maria dalam membesarkan Yesus, Putera Allah yang menjadi manusia. Kesederhanaannya terlihat di dalam pekerjaannya sebagai seorang tukang kayu, dan cara hidupnya yang biasa-biasa saja di dalam masyarakat.
Dalam pribadi Yusuf, pekerjaan tangan memperoleh suatu dimensi ilahi. Kerja meningkatkan harkat dan martabat manusia sebagai ciptaan Allah dan memungkinkan manusia turut serta di dalam karya penciptaan dan penyelamatan Allah. Atas dasar inilah Gereja pada masa kepemimpinan Paus Pius XII menetapkan tanggal 1 Mei sebagai Hari Raya Santo Yusuf Pekerja, sekaligus menetapkannya sebagai Hari Buruh. Yusuf selanjutnya diangkat sebagai pelindung para karyawan/buruh yang bekerja setiap hari untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. (Lihat juga kisah tentang Santo Yusuf pada Pestanya tanggal 19 Maret).


Yeremia, Nabi
Yeremia lahir kira-kira pada tahun 650 seb. Masehi di Anathoth, dekat kota Yerusalem, termasuk wilayah Kerajaan Yehuda. Keluarganya adalah sebuah keluarga imam yang saleh. Panggilannya sebagai Nabi di Israel diterimanya dari Allah pada tahun 627 seb. Masehi, dalam tahun ketigabelas pemerintahan raja Yosias (Yer 1:2). Meskipun panggilan ini terjadi pada usia mudanya, namun Yeremia sebenarnya telah ditentukan Allah sebagai Nabi ketika masih ada di dalam rahim ibunya (Yer 1:5) untuk mewartakan Sabda Allah kepada Israel, umat pilihan Allah. Tatkala Allah memanggilnya, ia menolak karena merasa tidak layak untuk mengemban tugas mulia itu. Tetapi akhirnya ia pun menerima panggilan itu karena Allah berjanji akan selalu menyertai dia dalam tugasnya. Yeremia adalah Nabi Israel terakhir sebelum pembuangan ke Babylonia.
Karya perutusannya sebagai Nabi dimulainya pada usia mudanya (Yer 1:6) sampai pada saat kejatuhan Yerusalem di tangan bangsa Babylonia pada tahun 587 seb. Masehi. Selama 40 tahun karyanya, Yeremia tanpa mengenal lelah memperingatkan para penguasa bangsa dan pemimpim agama serta seluruh umat Israel akan bahaya kejatuhan mereka karena dosa-dosa Yerusalem dan Yehuda.
Sejalan dengan itu, Yeremia terus menerus terlibat di dalam berbagai perselisihan dan pertentangan. Ia dengan gigih melawan Raja Yoakim dan Yoakin (609-597 seb. Masehi) yang memutarbalikkan kebijakan keagamaan dari Raja Yosia. Pada masa pemerintahan Raja Sedekia (597 -587 seb. Masehi), nada pewartaannya mulai berubah. Ia tidak lagi mengeluh tentang tugas perutusannya tetapi mulai lebih sungguh-sungguh membuktikan dirinya pada tugas yang dibebankan Allah padanya. Dengan gigih ia berusaha meyakinkan Yehuda akan penguasaan bangsa Babylonia. Meskipun demikian ia tetap tidak diterima, bahkan dituduh sebagai pengkhianat bangsanya oleh orang-orang yang menginginkan Raja Sedekia bersekutu dengan Mesir dan memberontak (Yer 37:17­21). Karena itu, Yeremia mengalami penderitaan batin dan frustrasi yang hebat.
Walaupun ia menderita, ia tetap pasrah dan taat pada kehendak Allah. Cintanya akan Allah dan keakraban hubungannya dengan Allah menumbuhkan dalam dirinya suatu sikap iman yang kokoh. Sikap iman ini mendorong dia untuk mendalami lebih jauh teologi tradisional Israel tentang Perjanjian. Imannya itu berdasar pada pengetahuan yang mendalam akan Perjanjian Cinta Allah dengan Israel, Umat PilihanNya, yang memperkenankan Israel mengambil bagian dalam kekudusanNya. Dalam Perjanjian Cinta itu, Allah menuntut dari Israel ketaatan penuh pada kehendakNya sebagaimana diwahyukan di dalam perintah-perintahNya dan dinyatakan melalui Nabi-nabiNya. Menolak mengakui kebaikan dan cinta Allah yang diwahyukan adalah dosa. Dan dosa bagi Israel merupakan perbuatan melawan kesucian perkawinan antara Allah dan bangsa Israel (Yer 2:20, 25). Dosa mengakibatkan pengadilan Allah atas Israel untuk memurnikan mereka. Yeremia menyadari bahwa pengadilan Allah merupakan tahap awal pengampunan dan pembaharuan (Yer :3:1-4:4).  Ia menyadari bahwa Israel, yang dicekik oleh legalisme agama dan nasionalime, membutuhkan suatu pembaharuan batin yang radikal.
Dalam pewartaan tentang malapetaka yang akan terjadi atas Israel, Yeremia menubuatkan suatu 'Sisa Kecil', suatu kelompok kecil umat yang tetap setia pada Allah (Yer 23:3, 4; 30:10, 11; 31:10-14). Sisa Kecil ini adalah benih harapan di masa yang akan datang, kepadanya Allah mencurahkan pengampunan dan belaskasihanNya, dan dengannya Allah akan mengadakan suatu Perjanjian Baru (Yer 31:31-34). Allah akan menciptakan Iagi Israel suatu hubungan spiritual yang baru dan mendalam, dan akan menuliskan hukumNya di dalam hati mereka serta tinggal di dalam hati mereka.
Yeremia dengan tekun membantu perkembangan Sisa Kecil Israel yang saleh dari suku Yehuda ini karena mereka dengan sabar menantikan tibanya Hari Tuhan yang menyelamatkan. Penderitaan Yeremia yang demikian hebat menjadikan dia sebagai tokoh lambang bagi Yesus Kristus. Yeremia, yang hidup penuh penderitaan, namun tetap pasrah dan taat pada kehendak Allah yang mengutusnya, menjadi lambang gambaran Hamba Yahweh yang menderita sebagaimana diramalkan Yesaya (Yes 35).


Santo Peregrinus Laziosi, Pengaku Iman
Peregrinus Laziosi lahir di kota Forli, Italia pada tahun 1260. Ia menaruh kebencian besar terhadap Gereja Katolik. la pun termasuk salah seorang yang memusuhi Sri Paus di Roma. Dengan sifatnya yang keras dan kasar, ia melancarkan serangan terhadap Gereja Katolik di wilayah Romagna.
Awal kehidupannya sebagai 'manusia baru' dalam iman Kristiani bermula dari tindakannya yang brutal terhadap Pastor Filipus Benizi (1225-1285). Diceritakan bahwa pada suatu kesempatan kotbah dalam rangka misi perdamaian yang dicanangkan Sri Paus, Pastor Filipus ditinju hingga roboh oleh Peregrinus. Tetapi Pastor yang saleh ini tidak memberikan suatu perlawanan balik terhadap Peregrinus. Ia bahkan bangkit dan berdoa untuk Peregrinus serta memaafkan dia.
Sikap Pastor Filipus ini menyentuh hati Peregrinus yang keras membatu itu. "Belum pernah aku menjumpai orang seperti dia ini" kata Peregrinus dalam hatinya. Ia lalu berlutut di hadapan Pastor Filipus dan meminta maaf atas perlakuannya yang kasar itu. Semenjak itu ia bertobat dan bertekad menjalani suatu kehidupan baru dengan doa dan matiraga. Rahmat Tuhan semakin hebat mempengaruhi hidupnya. Pada suatu hari, Bunda Maria menampakkan diri kepadanya dan menyuruh dia pergi ke Siena. Di Siena ia diterima oleh Pastor Filipus sebagai salah seorang anggota Ordo Servit Santa Maria.
Di dalam ordo itu Tuhan terus melaksanakan rencanaNya atas diri Peregrinus. Pada suatu hari, Peregrinus jatuh sakit. la diserang penyakit kanker ganas pada kakinya. Dokter yang merawatnya menganjurkan agar kakinya dipotong demi menyelamatkan nyawanya. Sebelum ia tidur malam, ia berdoa kepada Yesus Tersalib hingga tertidur. Dalam mimpinya, ia melihat Yesus mengulurkan tanganNya dari atas salib dan menyentuh kakinya yang sakit itu. Ketika bangun dari tidur didapatinya kakinya sudah sembuh. Peristiwa ajaib ini semakin mengokohkan imannya akan kebenaran ajaran Gereja.
Rahmat kesembuhan ini mengobarkan semangatnya untuk tetap membaktikan dirinya kepada Tuhan dan Gereja dengan menjadi imam. Selama 62 tahun ia berkarya dengan penuh semangat diperkuat oleh doa dan matiraga yang mendalam. la meninggal dunia pada tahun 1345 dan diangkat Gereja sebagai pelindung para penderita sakit bernanah dan kanker.




http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/


Liturgia Verbi 2020-04-30 Kamis.

Liturgia Verbi (A-II)
Hari Biasa Pekan Paskah III

Kamis, 30 April 2020

PF S. Pius V, Paus



Bacaan Pertama
Kis 8:26-40

"Jika Tuan percaya dengan segenap hati, Tuan boleh dibaptis."

Pembacaan dari Kisah Para Rasul:

Waktu Filipus di Samaria,
berkatalah seorang malaikat Tuhan kepadanya,
"Bangunlah dan berangkatlah ke sebelah selatan,
menyusur jalan yang turun dari Yerusalem ke Gaza."
Jalan itu jalan yang sunyi.
Lalu berangkatlah Filipus.

Adalah seorang Etiopia, seorang sida-sida,
pembesar dan kepala perbendaharaan Sri Kandake, ratu negeri Etiopia,
yang pergi ke Yerusalem untuk beribadah.
Sekarang orang itu sedang dalam perjalanan pulang,
ia duduk dalam keretanya sambil membaca kitab nabi Yesaya.
Lalu kata Roh kepada Filipus,
"Pergilah ke situ dan dekatilah kereta itu!"
Filipus segera mendekat,
dan mendengar sida-sida itu sedang membaca kitab nabi Yesaya.
Kata Filipus, "Mengertikah Tuan apa yang Tuan baca itu?"

Jawabnya,
"Bagaimanakah aku dapat mengerti,
kalau tidak ada yang membimbing aku?"
Lalu ia meminta Filipus naik dan duduk di sampingnya.
Nas yang dibacanya itu berbunyi seperti berikut:
Seperti seekor domba Ia dibawa ke pembantaian;
dan seperti anak domba
yang kelu di depan orang yang menggunting bulunya,
demikianlah Ia tidak membuka mulut-Nya.
Dalam kehinaan-Nya berlangsunglah hukuman-Nya;
siapakah yang akan menceriterakan asal usul-Nya?
Sebab nyawa-Nya diambil dari bumi.

Maka kata sida-sida itu kepada Filipus,
"Aku bertanya kepadamu,
tentang siapakah nabi berkata demikian?
Tentang dirinya sendiri atau tentang orang lain?"
Maka mulailah Filipus berbicara,
dan bertolak dari nas itu ia memberitakan Injil Yesus kepadanya.

Mereka melanjutkan perjalanan,
dan tiba di suatu tempat yang ada air.
Lalu kata sida-sida itu,
"Lihat, di situ ada air; apakah halangannya, jika aku dibaptis?"
Sahut Filipus, "Jika tuan percaya dengan segenap hati, boleh."
Jawabnya,
"Aku percaya, bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah."
Lalu orang Etiopia itu menyuruh menghentikan kereta,
dan keduanya turun ke dalam air,
baik Filipus maupun sida-sida itu,
dan Filipus membaptis dia.

Dan setelah mereka keluar dari air,
Roh Tuhan tiba-tiba melarikan Filipus,
dan sida-sida itu tidak melihatnya lagi.
Ia meneruskan perjalanannya dengan sukacita.
Tetapi ternyata Filipus ada di Asdod.
Ia menjelajah daerah itu
dan memberitakan Injil di semua kota sampai ia tiba di Kaisarea.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 66:8-9.16-17.20,R:1

Refren: Bersorak-sorailah bagi Allah, hai seluruh bumi!

*Pujilah Allah kami, hai bangsa-bangsa,
dan perdengarkanlah puji-pujian kepada-Nya!
Ia mempertahankan jiwa kami di dalam hidup
dan tidak membiarkan kaki kami goyah.

*Marilah, dengarlah, hai kamu sekalian yang takwa kepada Allah,
aku hendak menceritakan apa yang dilakukan-Nya terhadapku.
Kepada-Nya aku telah berseru dengan mulutku,
kini dengan lidahku aku menyanyikan pujian.

*Terpujilah Allah, yang tidak menolak doaku,
dan tidak menjauhkan kasih setia-Nya daripadaku.



Bait Pengantar Injil
Yoh 6:51

Akulah roti hidup yang telah turun dari surga, sabda Tuhan.
Barangsiapa makan dari roti ini,
ia akan hidup selama-lamanya.



Bacaan Injil
Yoh 6:44-51

"Akulah roti hidup yang telah turun dari surga."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes:

Di rumah ibadat di Kapernaum
Yesus berkata kepada orang banyak,
"Tidak seorang pun dapat datang kepada-Ku,
jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku;
dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.
Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi:
Dan mereka semua akan diajar oleh Allah.

Dan setiap orang,
yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa,
datang kepada-Ku.
Hal itu tidak berarti, bahwa ada orang yang telah melihat Bapa!
Hanya Dia yang datang dari Allah,
Dialah yang telah melihat Bapa!
Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya barangsiapa percaya,
ia mempunyai hidup yang kekal.

Akulah roti hidup.
Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun
dan mereka telah mati.
Inilah roti yang turun dari surga:
Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati.

Akulah roti hidup yang telah turun dari surga.
Jikalau seorang makan dari roti ini,
ia akan hidup selama-lamanya.
Dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku,
yang akan Kuberikan untuk hidup dunia."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Mari kita lanjutkan, kemarin kita telah merenungkan tentang "Roti Hidup", yang intisarinya adalah Kasih Kristus yang begitu sempurna, sehingga sangatlah sulit bagi manusia untuk meneladaninya.
Waduh, jika seperti ini, artinya PHP dong?
Sesuatu yang sangat menjanjikan tetapi mustahil untuk dipenuhi.
Ya, mustahil bagi kita tetapi mungkin bagi Allah Bapa.

Pada Bacaan Injil hari ini Yesus menegaskan, "Tidak seorang pun dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku."
Di kesempatan lain Yesus juga mengatakan, "Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu."  [Yoh 15:16]
Pada Bacaan Pertama hari ini juga ditunjukkan bagaimana seorang sida-sida "ditarik" oleh Allah Bapa melalui perantaraan Filipus.
Ia adalah pembesar dan kepala perbendaharaan Etiopia, tentu banyak uang dan segala kebutuhan hidupnya tercukupi, termasuk setiap hari menerima penghormatan dari orang-orang.

Pertanyaan Filipus kepada sida-sida itu seperti ditanyakan juga kepada kita, "Mengertikah Tuan apa yang Tuan baca itu?"
Maka jawaban kita pun mestinya sama, "Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku?"
Ah, tak usahlah memanggil guru agama untuk memberi les privat, tak usahlah mencari ke sana ke mari mencari bimbingan, sementara saat mendengarkan homili kita hanya melamun saja.
Mencari dengan kepanikan, apalagi sampai kalap, jangan-jangan kita malah terperangkap dalam tarikan nabi palsu, "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas."  [Mat 7:15]

Sebenarnya, dengan mendengarkan dan menuruti ajaran dan perintah Yesus sudah lebih cukup, karena kita sudah ditarik-Nya, sudah dibaptis atas nama Allah Bapa, Allah Putera dan Roh Kudus, seharusnya kita sudah tinggal di dalam Kasih Kristus, "Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya."  [Yoh 15:10]
Tentu akan baik sekali kalau kita mendengarkan dan menuruti seluruh perintah Yesus, tapi balik lagi, apakah mungkin?
Maka, Yesus telah menyederhanakannya menjadi satu perintah utama, setidaknya mulai dari situ dululah,  "Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu."  [Yoh 15:12]

Maka, marilah sekarang, tengoklah ke sekitar kita, ada banyak sekali orang yang masih lapar dan haus akan belaian kasih dari kita, yakni Kasih Kristus yang telah tinggal dalam diri kita itu.



Peringatan Orang Kudus
Santo Pius V, Paus
Antonio Ghislieri adalah nama kecil Paus Pius V (1566-1572). Ia lahir di desa Bosko, tidak jauh dari Milano pada tahun 1504. Orang-tuanya miskin sehingga tidak mampu membiayai sekolahnya. Oleh karena itu Antonio sendiri harus berusaha bekerja untuk membantu orang­tuanya. Kerjanya setiap hari adalah menjaga domba-domba mereka di Pegunungan.
Tetapi berkat bantuan seorang dermawan, Antonio disekolahkan di kampung asalnya di bawah bimbingan imam-imam Dominikan. Kemudian hari Antonio masuk biara Dominikan dan ternyata menjadi seorang biarawan yang pandai dan bijaksana serta taat pada aturan­aturan ordonya, taat pada pimpinan, suka akan kemiskinan dan kemurnian.
Ia menjadi maha guru filsafat dan teologi. Pada umur 52 tahun, ia ditahbiskan menjadi Uskup dan setahun kemudian menjadi Kardinal. Pada tahun 1565, Paus Pius IV meninggal dunia. Para kardinal berkumpul dalam konklaf untuk memilih paus baru. Pemilihan ini tidaklah mudah. Tiga minggu telah berlalu, tetapi pemilihan belum juga berhasil menemukan seseorang untuk menduduki takhta kepausan. Akhirnya atas nasehat Karolus Borromeus yang hadir juga dalam konklaf itu, Antonio Ghislieri terpilih menjadi paus. Seluruh Gereja bersorak gembira karena mempunyai seorang paus baru yang saleh dan suci.
Dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin Gereja, beliau menghadapi banyak masalah. la bertugas mewujudkan keputusan-keputusan Konsili Trente. Tugasnya ini dijalankan dengan baik. Ia dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya. Hidup sebagai seorang rahib tetap dipertahankannya. Baginya, doa merupakan senjata ampuh untuk menghadapi segala rintangan dan masalah. Tempat tidurnya dialasi dengan jerami kasar. Penderitaan Kristus direnungkannya setiap hari disertai dengan doa rosario. Kemenangan umat kristen atas Angkatan Laut Turki dalam perang salib di Lavanto, diperoleh berkat doa rosario dari seluruh umat Katolik di seluruh dunia.
Dalam masa kepemimpinannya, beliau menyederhanakan cara hidup kepausan di Vatikan; menginstruksikan pembaharuan cara hidup ordo-ordo dan para imam projo; memberantas korupsi yang terjadi di Roma dan Negara Kepausan Vatikan; menginstruksikan pendirian seminari-seminari di setiap keuskupan. Semua rencana yang dicanangkannya berhasil baik. Pada tanggal 1 Mei 1572, ia meninggal dunia setelah 6 tahun menjadi pemimpin Gereja sejagat.

Santo Marianus dan Yakobus, Martir
Marianus dan Yakobus yang berjabatan masing-masing sebagai lektor dan diakon adalah martir Gereja Purba yang mati pada tahun 259, pada masa pemerintahan kaisar Valerian (253-260). Keduanya ditangkap di Cirta (sekarang: Konstantin, Aljajair). Kemudian bersama banyak orang Kristen lainnya, mereka digiring ke Lambessa, sekitar 80 mil jauhnya dari Cirta. Di sana mereka disiksa lalu dipenggal kepalanya bersama orang-orang Kristen lainnya.


Santo Yosef-Benedik Cottolengo, Pengaku Iman
Yosef-Benedik hidup antara tahun 1786-1842. Ia membangun rumah penginapan untuk para gelandangan, yatim-piatu dan penderita sakit yang terlantar. Yosef mengurus 8000 orang lebih semata-mata dari derma saja, karena ia percaya penuh kepada Penyelenggaraan Ilahi.




http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/


Liturgia Verbi 2020-04-29 Rabu.

Liturgia Verbi (A-II)
Hari Biasa Pekan Paskah III

Rabu, 29 April 2020

PW S. Katarina dari Siena, Perawan dan Pujangga Gereja



Bacaan Pertama
Kis 8:1b-8

"Mereka menjelajah seluruh negeri sambil memberitakan Injil."

Pembacaan dari Kisah Para Rasul:

Setelah Stefanus dibunuh,
mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem.
Mereka semua, kecuali rasul-rasul,
tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria.

Orang-orang saleh menguburkan mayat Stefanus
serta meratapinya dengan sangat.

Tetapi Saulus berusaha membinasakan jemaat itu.
Ia memasuki rumah demi rumah
dan menyeret laki-laki dan perempuan ke luar,
lalu menyerahkan mereka untuk dimasukkan ke dalam penjara.
Mereka yang tersebar menjelajah seluruh negeri
sambil memberitakan Injil.

Filipus pergi ke suatu kota di Samaria
dan memberitakan Mesias kepada orang-orang di situ.
Ketika orang banyak itu mendengar pemberitaan Filipus
dan melihat tanda-tanda yang diadakannya,
mereka semua dengan bulat hati
menerima apa yang diberitakannya itu.
Sebab dari banyak orang yang kerasukan roh jahat
keluarlah roh-roh itu sambil berseru dengan suara keras,
dan banyak juga orang lumpuh dan orang timpang
yang disembuhkan.
Maka sangatlah besar sukacita dalam kota itu.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 66:1-3a.4-5.6-7a,R:1

Refren: Bersorak-sorailah bagi Allah, hai seluruh bumi!

*Bersorak-sorailah bagi Allah, hai seluruh bumi,
mazmurkanlah kemuliaan nama-Nya,
muliakanlah Dia dengan puji-pujian!
Katakanlah kepada Allah,
"Betapa dahsyat segala pekerjaan-Mu!

*Seluruh bumi sujud menyembah kepada-Mu,
dan bermazmur bagi-Mu,
seluruh bumi memazmurkan nama-Mu.
Pergilah dan lihatlah karya-karya Allah;
Ia dahsyat dalam perbuatan-Nya terhadap manusia.

*Ia mengubah laut menjadi tanah kering,
dan orang berjalan kaki menyeberangi sungai.
Oleh sebab itu kita bersukacita karena Dia,
yang memerintah dengan perkasa untuk selama-lamanya.



Bait Pengantar Injil
Yoh 6:40

Setiap orang yang percaya kepada Anak,
beroleh hidup yang kekal,
dan Aku membangkitkannya pada akhir zaman, sabda Tuhan.



Bacaan Injil
Yoh 6:35-40

"Inilah kehendak Bapa-Ku,
yaitu supaya setiap orang yang melihat Anak beroleh hidup yang kekal."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes:

Di rumah ibadat di Kapernaum
Yesus berkata kepada orang banyak,
"Akulah roti hidup!
Barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi,
dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.
Tetapi Aku telah berkata kepadamu:
Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya.
Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku,
dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.
Sebab Aku telah turun dari surga
bukan untuk melakukan kehendak-Ku,
tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku.

Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku,
yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku
jangan ada yang hilang,
tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.
Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang,
yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya
beroleh hidup yang kekal,
dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Apa alasannya mengapa Yesus Kristus layak dimuliakan?
Apakah karena Yesus adalah tokoh yang mengatasi segala nama, yang sejak kedatangannya sampai sekarang dan di kemudian hari nama-Nya akan selalu disebut-sebut? Ya, setuju.
Apakah karena segala mujizat yang dilakukan-Nya?  Ya.
Apakah karena pengajaran-Nya yang "hidup" dan tak tergerus oleh waktu sehingga sampai sekarang pun masih sangat relevan?  Ya, juga.
Masih ada banyak pertanyaan yang jawabannya dapat dipastikan "Ya".

Salah satu yang dominan adalah perihal kasih-Nya yang begitu sempurna, jauh di atas kemampuan nalar manusia untuk mencernanya, sehingga bisa membuat orang keliru memahaminya.
Sebagai contoh, lihatlah repons Yesus terhadap perempuan yang dibawa kepada-Nya karena perbuatan zinah, "Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."
Bahkan setelah diangkat ke tiang salib pun Yesus masih berdoa kepada Bapa-Nya, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat."
dan kepada orang yang disalibkan di sebelah-Nya, Yesus berkata, "Sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus."

Memang sangat sulit untuk mengikuti dan melaksanakan kasih-Nya yang begitu sempurna itu, sehingga kita menganggapnya sebagai sesuatu yang kontroversial, misalnya, "Siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu."
Atau yang ini, "Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu."

Dengan kasih-Nya yang sempurna itulah Yesus menunjukkan kerendahan-hati-Nya.
Yesus mau mengerjakan sesuatu yang sebetulnya bukan yang Ia ingin kerjakan.
Pada Bacaan Injil hari ini, Yesus berkata, "Aku turun dari surga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku."
Masih ingat peristiwa pada perkawinan di Kana?
Yesus berkata kepada ibu-Nya, "Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba."  Tetapi toh akhirnya Yesus mengabulkan juga.

Saya selalu ingin menempatkan Yesus Kristus setinggi-tingginya, tetapi Yesus turun lagi - turun lagi.
Yesus selalu ingin berada se tara dengan kita, persis seperti yang dikatakan-Nya, "Aku tidak lagi menyebut kamu hamba, melainkan sahabat".  [bdk. Yoh 15:15]
Yesus ingin tinggal bersama-sama kita, "Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa."   [Yoh 15:5]

Jika demikian halnya, adakah alasan bagi kita untuk menolak kehadiran-Nya di dalam hidup kita, di dalam keluarga kita?
Mari, di luar sana ada banyak orang menanti-nantikan buah-buah dari kita.



Peringatan Orang Kudus
Santa Katarina dari Siena, Perawan
Pada abad ke-14, kota Siena menjadi ibukota sebuah republik yang makmur dan merdeka. Di kota inilah, Katarina lahir pada tahun 1347. Keluarganya tergolong besar tapi sederhana. Demi keutuhan Gereja, Allah memilih dia rnenjadi pembimbing dan pelindung Gereja dalam suatu kurun waktu yang suram.
Katarina tidak bersekolah dan tidak pandai menulis. Ketrampilan membaca sangat sedikit dikuasainya. Hal ini sedikit menolongnya untuk mengikuti doa ofisi di kemudian hari ketika ia masuk biara. Ketika berusia 6 tahun, ia mengalami suatu peristiwa ajaib, yang memberi tanda surgawi bahwa ia akan dipilih Allah untuk suatu tugas khusus dalam Gereja. la melihat Kristus di atas gereja Santo Dominikus sedang memberkatinya.
Peristiwa ini menyebabkan perubahan besar dalam hidupnya. Sejak saat itu, ia suka memencilkan diri untuk berdoa. Ibunya tidak suka melihat kelakuannya. Oleh karena itu, ia dipekerjakan di dapur dari pagi hingga malam. Ia tidak memberontak terhadap perlakuan ibunya. Sebaliknya, ia dengan taat dan rajin melakukan apa yang disuruh ibunya.
Kesabarannya dalan menaati suruhan ibunya, akhirnya membuahkan hasil yang baik. Ia mampu mengatasi segala kesulitan yang menimpanya, sambil terus berdoa kepada Tuhan. Sesudah mengalami banyak kesulitan, ia diizinkan orangtuanya untuk masuk Ordo Ketiga Santo Dominikus.
Di dalam biara, ia tetap melaksanakan doa dan meditasi di samping karya amal dan kerasulannya. Lama-kelamaan ia menjadi pusat perhatian semua anggota biara. Kerohanian dan kepribadiannya yang menarik mengangkat dia ke atas jabatan pemimpin biara itu.
Situasi Gereja pada masa itu kacau-balau. Imam-imam dan pimpinan Gereja tidak menampilkan diri secara baik. Peperangan antar negara dan antar raja-raja timbul di mana-mana. Di samping itu, istana Sri Paus di Avignon, Prancis, yang sudah berusia 70 tahun menimbulkan percekcokan di kalangan pemimpin-pemimpin Gereja. Dalam suatu penglihatan, Kristus menganjurkan kepada Katarina untuk menyurati paus, raja­raja dan para uskup serta para panglima guna memperbaiki keadaan masyarakat dan Gereja. Paus Gregorius XI memintanya pergi ke Pisa dan Florence untuk mendamaikan kedua republik itu. Katarina berhasil meyakinkan paus untuk pulang ke Roma sebagai kota abadi dan pusat Gereja.
Semenjak masuk dalam Ordo Ketiga Santo Dominikus, Katarina makin memperkeras puasanya. Banyak kali ia tidak makan, kecuali menerima komuni suci. la dikaruniai stigmata/luka-luka Tuhan Yesus. Atas permohonannya, stigmata itu tidak terlihat oleh orang lain selama hidupnya. Kemudian setelah ia meninggal, stigmata itu baru terlihat di badannya secara jelas.
Katarina memiliki karisma yang besar untuk mempengaruhi banyak orang. Ia berhasil membawa kembali banyak pendosa ke jalan Tuhan, termasuk mendamaikan raja-raja dengan Gereja. Semuanya itu dilihatnya sebagai anugerah Tuhan. Ia sendiri menganggap dirinya hanyalah alat Tuhan untuk menegakkan kemuliaan Tuhan. Pada tahun 1380 ia meninggal dunia di Roma dalam usia 33 tahun.


Santo Petrus dari Verona, Martir
Petrus lahir di Verona, Italia, pada tahun 1205. Ia mendapat pendidikan di sekolah Katolik, padahal keluarganya menganut faham Katarisme. Faham Katarisme mengajarkan bahwa segala sesuatu yang bersifat kebendaan (materi) adalah buruk dan jahat, oleh karena itu bukan ciptaan Allah yang mahabaik. Bumi dan segala isinya yang bersifat kebendaan bukan ciptaan Allah.
Ajaran Katarisme ini bertentangan sekali dengan ajaran iman Katolik yang diperoleh Petrus di sekolahnya. Di sekolah ia diajarkan tentang pengakuan iman Para Rasul (Credo) yang antara lain berbunyi: "Aku percaya akan Allah Bapa yang mahakuasa, pencipta langit dan bumi . . ." Ajaran iman Katolik ini lebih berkesan di hatinya. Kepada keluarganya ia berkata: "Pengetahuanku tentang rahasia-rahasia iman Katolik sangatlah jelas dan dalam, dan keyakinanku akan kebenaran-kebenaran itu sungguh kokoh, sehingga bagiku semuanya itu lebih merupakan sesuatu yang tampak di mataku daripada yang diimani belaka".
Setelah menanjak dewasa, Petrus masuk biara Dominikan. Di sana ia menerima pakaian biara dari tangan Santo Dominikus sendiri. Setelah menempuh pendidikan hidup membiara, ia ditahbiskan menjadi imam. Sebagai imam baru, ia ditugaskan berkhotbah di seluruh wilayah Lombardia tentang ajaran iman yang benar. Hal ini menimbulkan kemarahan dan kebencian para penganut Katarisme. Para pengikut aliran sesat itu menyerangnya dengan berbagai tuduhan palsu. Tanpa menyelidiki secara mendalam benar-tidaknya ajaran yang disebarkan Petrus dalam khotbah-khotbahnya, para pembesar masyarakat menegur dan mengecamnya. Menghadapi kecaman-kecaman itu, Petrus tetap bersemangat menjalankan tugasnya sebagai pengkhotbah dan terus berdoa meminta kepada Tuhan agar kiranya ia dapat mati untuk Tuhan, sebagaimana telah diteladankan Kristus dengan mati di salib demi keselamatan manusia, termasuk dirinya. la selalu berkata: "Biarkanlah mereka melakukan apa saja atas diriku sesuai rencana mereka.  Aku tetap bergembira dan bersemangat, karena dengan mati aku akan lebih berpengaruh daripada sekarang".
Doa-doanya untuk mati dalam nama Tuhan terkabulkan, ketika ia dibunuh oleh dua orang Kataris sementara menjalankan tugasnya sebagai pengajar agama. Tetapi justru kematiannya ini membawa banyak berkat bagi orang-orang Kataris. Segera sesudah peristiwa pembunuhan atas dirinya, seorang dari pembunuh itu bertobat dan masuk biara Dominikan.


Santo Hugh/Hugo Agung, Abbas
Putra pangeran dari Samur, Prancis ini lahir pada tahun 1024. Ketika berusia 15 tahun, ia masuk biara Benediktin dan menjadi Abbas biara Kluni pada usia 25 tahun. Ketika itu biara Prancis ini mulai kuat pengaruhnya di seluruh Eropa. Banyak biara Kluni didirikan pada masa kepemimpinan Hugo. Aturan-aturan hidup membiara dibuatnya untuk seluruh biara yang dibangunnya.
Kepribadiannya yang mengagumkan dan kesalehan hidupnya berpengaruh luas baik di kalangan Gereja maupun pemerintahan negara. Ia menjadi penasihat bagi sembilan orang paus, termasuk Sri Paus Gregorius VII (1073-1085) dan banyak pemimpin negara. la berusaha keras untuk membaharui cara hidup para imam dan berusaha membebaskan Gereja dari pengawasan negara. Karena semuanya itu, ia dikenal sebagai pencinta dan pencipta perdamaian, dan sebagai sahabat para kusta dan semua orang sakit yang berada di rumah sakit yang didirikannya di Marcigny. Ia meninggal pada tanggal 29 April 1109 dan digelari 'kudus' pada tahun 1120.




http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/


Liturgia Verbi 2020-04-28 Selasa.

Liturgia Verbi (A-II)
Hari Biasa Pekan Paskah III

Selasa, 28 April 2020

PF S. Ludovikus Maria Grignion de Montfort, Imam
PF S. Petrus Chanel, Imam dan Martir



Bacaan Pertama
Kis 7:51-8:1a

"Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku."

Pembacaan dari Kisah Para Rasul:

Di hadapan sidang Mahkamah Agama Yahudi
Stefanus berkata kepada Imam Besar, para penatua dan ahli Taurat,
"Hai orang-orang yang keras kepala,
yang tidak bersunat hati dan telinga,
kamu selalu menentang Roh Kudus;
sama seperti nenek moyangmu, demikian juga kamu.
Siapakah dari nabi-nabi
yang tidak dianiaya oleh nenek moyangmu?
Bahkan mereka membunuh orang-orang
yang telah menubuatkan kedatangan Orang Benar,
yang sekarang telah kamu khianati dan kamu bunuh.
Kita telah menerima hukum Taurat
yang disampaikan oleh malaikat-malaikat,
tetapi kamu tidak menurutinya!"

Mendengar semuanya itu,
para anggota Mahkamah Agama sangat tertusuk hatinya.
Maka mereka menyambutnya dengan gertakan gigi.

Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus,
menatap ke langit;
ia melihat kemuliaan Allah,
dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah.
Maka katanya, "Sungguh, aku melihat langit terbuka,
dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah."

Maka berteriak-teriaklah mereka,
dan sambil menutup telinga serentak menyerbu dia.
Mereka menyeret dia ke luar kota,
lalu melemparinya dengan batu.
Dan saksi-saksi meletakkan jubah mereka
di depan kaki seorang muda yang bernama Saulus.
Sementara dilempari batu, Stefanus berdoa,
"Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku."
Sambil berlutut Stefanus berseru dengan suara nyaring,
"Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!"
Dan dengan perkataan itu meninggallah Stefanus.
Saulus juga setuju, bahwa Stefanus mati dibunuh.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 31:3cd-4.6ab.7b.8a.17.21ab,R:6a

Refren: Ke dalam tangan-Mu, Tuhan, kuserahkan nyawaku.

*Jadilah bagiku gunung batu tempat berlindung,
dan kubu pertahanan untuk menyelamatkan daku!
Sebab Engkaulah bukit batu dan pertahananku;
oleh karena nama-Mu
Engkau akan menuntun dan membimbing aku.

*Ke dalam tangan-Mu kuserahkan nyawaku;
Sudilah membebaskan daku, ya Tuhan, Allah yang setia.
Tetapi aku percaya kepada Tuhan,
aku akan bersorak-sorai dan bersukacita karena kasih setia-Mu.

*Buatlah wajah-Mu bercahaya atas hamba-hamba-Mu,
selamatkanlah aku oleh kasih setia-Mu!
Engkau menyembunyikan mereka dalam naungan wajah-Mu
terhadap persekongkolan orang-orang.



Bait Pengantar Injil
Yoh 6:35

Akulah roti hidup, sabda Tuhan;
barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi.



Bacaan Injil
Yoh 6:30-35

"Bukan Musa yang memberi kamu roti dari Surga,
melainkan Bapa-Kulah yang memberi kamu roti yang benar dari Surga."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes:

Di rumah ibadat di Kapernaum
orang banyak berkata kepada Yesus,
"Tanda apakah yang Engkau perbuat,
supaya dapat kami melihatnya dan percaya kepada-Mu?
Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan?
Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun,
seperti ada tertulis:
Mereka diberi-Nya makan roti dari Surga."

Maka kata Yesus kepada mereka,
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberi kamu roti dari Surga,
melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu
roti yang benar dari Surga.
Karena roti yang dari Allah ialah
roti yang turun dari Surga dan yang memberi hidup kepada dunia."

Maka kata mereka kepada-Nya,
"Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa."

Kata Yesus kepada mereka,
"Akulah roti hidup!
Barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi,
dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi."

Demikanlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Hari ini giliran saya bertugas membawakan renungan Daily Fresh Juice.
Berikut narasinya:

Para Pendengar dan Pewarta Daily Fresh Juice,
Dahulu saya merasa irihati terhadap bangsa Israel.
Membaca dari Kitab keluaran, Tuhan sangat memanjakan mereka.
Tuhan mendatangkan berbagai macam tulah kepada bangsa Mesir,
untuk memerdekakan mereka dari perbudakan,
mengubah air menjadi darah, membuat hujan es, mendatangkan hama katak, nyamuk, lalat, dan belalang, juga tulah berupa penyakit sampar dan barah,
agar penguasa Mesir mengijinkan bangsa Israel pergi meninggalkan Mesir menuju tanah yang dijanjikan.
Setelah keluar dari Mesir pun, mereka tetap mendapatkan pertolongan Tuhan.
Air yang rasanya pahit diubah menjadi manis, laut pun dibelah sehingga mereka selamat dari kejaran tentara Mesir.
Mereka memenangkan perang melawan bangsa Amalek oleh karena pertolongan Tuhan.
Dan bahkan, ketika mereka melintasi padang gurun, lapar dan haus karena tidak tersedia makanan dan air, Tuhan pun menyuguhkan roti manna setiap pagi dan mendatangkan burung puyuh di sore hari agar mereka dapat makan.
Selamat 40 tahun Tuhan menyediakan makanan bagi mereka.
Siapa sih yang tidak ingin dimanja seperti itu? 

Dari Bacaan Injil yang kita dengarkan tadi,
nampaknya orang-orang yang berkumpul di rumah ibadat di Kapernaum
juga menginginkan seperti yang dialami di jaman Musa.
Rupanya kisah eksodus dari Mesir yang penuh keajaiban itu
membuat orang Yahudi juga ingin menerimanya.
Saat itu mereka sedang mengalami kesusahan, dijajah oleh Romawi.
Mereka mengharapkan kedatangan seorang raja, seperti yang dijanjikan,
yang akan memerdekakan mereka dari penjajahan Romawi,
yang akan membuat mereka hidup sejahtera.
Mereka tentu telah mendengar kalau Yesus melakukan mujizat,
menggandakan roti, dan berjalan di atas air.
Maka mereka pun berduyun-duyun datang menemui Yesus.
Mereka ingin menyaksikan sendiri kehebatan Yesus supaya mereka menjadi percaya.
Tanpa sungkan mereka mempertanyakan kepada Yesus,
"Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan? 
Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun.
Tanda apakah yang Engkau perbuat,
supaya dapat kami melihatnya dan percaya kepada-Mu?"
Dan setelah Yesus menjawab tentang roti yang dari Allah, tanpa malu mereka berkata kepada Yesus, "Berikanlah kami roti itu senantiasa".
Maunya, Yesus menggandakan roti setiap hari.

Tapi mereka menjadi kecewa ketika Yesus menjawab, "Akulah roti hidup!"
Mereka menganggap tak masuk akal ketika Yesus berkata,
"Daging-Ku adalah benar-benar makanan
dan darah-Ku adalah benar-benar minuman."
Apa gak salah denger, Yesus menyuruh mereka memakan daging-Nya dan meminum darah-Nya?
Apa iya bisa, sekali makan lalu tidak akan lapar lagi,
dan sekali minum tidak akan haus lagi?
Orang-orang pun menjadi tidak percaya kepada Yesus,
terlebih lagi setelah meyakini bahwa Yesus tidak turun dari  Surga,
melainkan hanya anak dari Yusuf yang mereka kenal.
Bahkan banyak murid Yesus yang ikut-ikutan tidak percaya,
mengundurkan diri, pergi meninggalkan Yesus.

Para Pendengar dan Pewarta Daily Fresh Juice,
Saat ini kita juga sedang menghadapi ancaman yang sangat serius dari wabah virus.
Kita sangat mengharapkan pertolongan Tuhan untuk mengatasi wabah ini.
Ada sebagian dari kita merasa bahwa pertolongan itu tak kunjung datang.
Sebagian lainnya nampaknya mulai berkenalan dengan keputus-asaan, atau seperti sebagian dari murid Yesus itu, menjauhkan diri dari Kristus.
Sebaliknya, ada juga yang ke-pede-an, berharap lebih dari yang semestinya, tidak mau menuruti himbauan untuk menjaga jarak, tidak mau mengenakan masker, karena percaya virus tidak akan mencelakai dirinya.
Mereka percaya kalau Tuhan pasti akan mengabulkan permintaan mereka.
Mungkin mereka lupa, kalau Yesus saja menuruti kehendak Bapa-Nya, bukan Bapa-Nya yang mesti menuruti kehendak Yesus, seperti yang dilakukan oleh Yesus saat berdoa kepada Bapa-Nya di taman Getsemani,
"Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi."  [Luk 22:42]
Atau ketika Yesus datang kepada Yohanes meminta dibaptis,
"Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah."  [Mat 3:15]
Jangan-jangan, ada yang berharap, malaikat Tuhan datang ke rumahnya menghantarkan vaksin, seperti berharap ojek online datang membawa pesanan.
Atau berharap gereja mendirikan tongkat ular tembaga, supaya siapa pun yang memandangnya akan sembuh.

Adalah kenyataan, kita tidak bisa lagi datang ke gereja untuk merayakan Ekaristi.
Hari Raya Paskah pun kita peringati secara sangat sederhana di rumah.
Anak Domba Paskah yang dikurbankan untuk menyelamatkan manusia itu nampaknya tak cukup memberi makna.
Lalu apa sesungguhnya makna dari peristiwa ini?
Apakah Tuhan sudah mulai meninggalkan kita?
Saya rasa tidak.

Saya meyakini bahwa pertolongan Tuhan telah datang,
melalui para ahli medis dan juga pemerintah,
kita telah diminta untuk menghindari kerumunan, tinggal di rumah masing-masing.
Pertanyaannya: mengapa kita mesti tinggal di rumah, menghindari pergi ke luar rumah?

Para Pendengar dan Pewarta Daily Fresh Juice,
Ketika saya mesti mematuhi anjuran untuk "Work From Home",
saya merasa sangat sedih, melihat kursi-kursi kosong di kantor karena tidak ada karyawan yang masuk kerja.
Tetapi ketika saya menyadari bahwa para pelanggan kami, yaitu hotel-hotel juga pada tutup, iya memang tak banyak lagi yang mesti dikerjakan di kantor.

Hari-hari pertama saya bekerja di rumah, terjadi perubahan di dalam diri saya.
Ternyata selama ini saya menjalani hidup sebagai orang lain, mendahulukan kepentingan para pelanggan dan memimpin karyawan di kantor.
Hanya sedikit waktu untuk keluarga saya, untuk istri dan anak-anak saya.
Saya ini seorang suami dan juga seorang ayah,
lalu mengapa selama ini hanya sedikit waktu yang saya sisihkan untuk mereka?

Pandemi telah membuat kami se keluarga berkumpul di rumah, siang dan malam, membuat saya berkesempatan melihat Erna dan anak-anak bekerjasama
mencoba resep masakan, memasak dan membuat kue.
Tak ada lagi pembicaraan soal memesan makanan secara online.
Mereka bekerjasama membersihkan rumah dan mencuci pakaian.
Dan kami merayakan Ekaristi di rumah, eksklusif, tak ada orang lain.
Memang, kami tidak mengantri untuk menerima komuni, tak ada komuni, tak mungkinlah hosti dikirim ke rumah kami pakai ojek online.

Dari Bacaan Injil yang tadi kita dengarkan,
jelas sekali pesan Yesus, "Akulah roti hidup!  Roti yang dari Allah, yang turun dari Surga, dan yang memberi hidup kepada dunia."
Lalu saya merenung, dimanakah saya hidup selama ini?
Ke gereja hanya se minggu sekali, itu pun hanya dua jam saja.
Selebihnya saya hidup di kantor, pulang ke rumah hanya untuk mandi dan tidur saja.
Lalu dimana saya bisa menemukan "roti hidup" itu, roti yang memberi hidup kepada saya dan keluarga saya?

Ecclesia domestica, gereja domestik, gereja kecil, ada di keluarga saya, tempat dimana Tuhan kita Yesus Kristus ingin tinggal dan mengajak segenap anggota keluarga untuk mengambil bagian dalam karya Ilahi, untuk mengalami kehangatan kasih Kristus, untuk mengalami kekudusan Kristus dalam persekutuan keluarga.
Gereja kecil, yang selama ini kurang mendapat perhatian kami, sekarang saatnya untuk dibenahi.
Sekaranglah saatnya untuk menjadikan Kristus sebagai pusat hidup kita,
menjadikan keluarga sebagai tempat berseminya Kasih Kristus,
mengatasi tantangan, kegelisahan dan kekhawatiran hidup duniawi.
Keluarga adalah tempat yang paling pas
untuk menumbuhkan iman, kasih dan pengharapan kepada Kristus.
Amin.



Peringatan Orang Kudus
Santo Louis Marie Grignon de Montfort, Pengaku Iman
Louis Grignion lahir di Montfort, Prancis, dari sebuah keluarga miskin pada tahun 1673, Di masa mudanya, ia dikenal lekas marah bila ada sesuatu yang tidak memuaskan hatinya. Namun ketika ia meningkat dewasa, ia mampu mengendalikan sifatnya itu dan berubah menjadi seorang yang penuh pengertian dan rendah hati. Perubahan ini menjadi suatu persiapan yang baik baginya untuk memasuki perjalanan hidup yang panjang sebagai seorang imam.
Pendidikannya yang berlangsung di Paris dirintangi oleh banyak kesulitan, terutama karena kekurangan uang, baik untuk biaya pendidikannya maupun untuk kebutuhan hidupnya sehari-hari. Hidupnya sungguh memprihatinkan. Biliknya sangat sempit, tanpa pemanas ruangan di musim dingin. Untuk memperoleh sedikit uang, ia berusaha bekerja, malam di sebuah rumah sakit sebagai penjaga jenazah-jenazah. Namun semua penderitaan yang menimpanya dihadapinya dengan penuh ketabahan demi mencapai cita-citanya yang luhur.
Setelah beberapa tahun berkarya sebagai imam misionaris di dalam negeri dan menjadi pembimbing rohani di sebuah rumah sakit, ia berziarah ke Roma untuk bertemu dengan Sri Paus Klemens XI (1700­1721). Di Roma ia diterima oleh Sri Paus. Melihat karya dan kepribadiannya, Sri Paus memberi gelar "Misionaris Apostolik" kepadanya. Oleh Sri Paus, ia ditugaskan untuk mentobatkan para penganut Yansenisme yang sudah merambat di seluruh Prancis. Tugas suci ini diterimanya dengan senang hati dan dilaksanakannya dengan sangat berhasil.
Di Poiters, ia meletakkan dasar bagi Kongregasi Suster-suster Putri Sapienta, sedangkan di Paris ia menyiapkan Anggaran Dasar bagi tarekat imam-imamnya. la menghayati kaul kemiskinan dengan sungguh­sungguh dengan menggantungkan seluruh hidupnya kepada kemurahan hati umatnya.
Dua kali ia lepas dari usaha pembunuhan oleh para penganut Yansenisme. Di Indonesia ia dikenal sebagai salah seorang pelindung Legio Maria. la mendirikan Tarekat Montfortan, yang anggota-anggotanya berkarya juga di Kalimamtan Barat. Tahun-tahun terakhir hidupnya dihabiskannya dengan berdiam di sebuah gua yang sunyi untuk berdoa dan berpuasa hingga menghembuskan nafasnya pada tahun 1716 dalam usia 43 tahun.


Santo Petrus Louis Chanel, Martir
Petrus Louis Chanel dikenal sebagai misionaris Prancis yang merintis pewartaan Injil di pulau Futuna, Lautan Teduh. Bersama beberapa misionaris lainnya, ia meninggalkan Prancis pada tahun 1837 menuju Futuna. Sesampai di Futuna, ia dengan giat mempelajari bahasa dan adat istiadat setempat agar bisa dengan mudah berkomunikasi dengan rakyat setempat. Usahanya ini berhasil menarik perhatian penduduk setempat.
Meskipun demikian, para pemimpin masyarakat tidak menyambut baik, bahkan menentang keras penyebaran iman kristen di antara penduduk Futuna. Musumusu, salah seorang kepala suku Futuna sangat menentang Petrus. Ia melancarkan aksi penangkapan dan penganiayaan terhadap orang-orang yang mengikuti pelajaran agama pada Petrus. Terhadap Petrus sendiri, ia merencanakan pembunuhan. Untuk maksudnya yang jahat itu, bersama beberapa orang pengawalnya, ia pergi kepada pastor Petrus untuk mengobati kakinya yang luka.
Dengan ramah Petrus menyambut mereka dan mengabulkan permohonannya. Tetapi tiba-tiba mereka menangkap Petrus dan menganiaya dia sampai mati. Lalu mereka dengan diam-diam menguburkan Petrus. Pada hemat mereka, kematian Petrus akan mengakhiri semua kegiatan pengajaran iman di Futuna. Tetapi perhitungan itu meleset karena kematian imam yang saleh itu ternyata semakin menyemangati orang-orang serani di seluruh pulau Futuna untuk tetap mempertahankan imannya. Tiga tahun setelah kematian Petrus, seluruh penduduk Futuna telah menjadi kristen, termasuk Musumusu yang telah membunuh Petrus.
Petrus Louis Chanel menjadi martir pertama dari Kongregasi Persekutuan Santa Perawan Maria dan martir pertama di Pasifik.




http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/


Liturgia Verbi 2020-04-27 Senin.

Liturgia Verbi (A-II)
Hari Biasa Pekan Paskah III

Senin, 27 April 2020



Bacaan Pertama
Kis 6:8-15

"Mereka tidak sanggup melawan hikmat Stefanus
dan Roh yang mendorong dia berbicara."

Pembacaan dari Kisah Para Rasul:

Stefanus, yang penuh dengan karunia dan kuasa,
mengadakan mujizat-mujizat dan tanda-tanda
di antara orang banyak.

Tetapi tampillah beberapa orang dari jemaat Yahudi
yang disebut jemaat orang Libertini.
 -- anggota-anggota jemaat ini
adalah orang-orang dari Kirene dan dari Aleksandria --
Mereka datang
bersama dengan beberapa orang Yahudi dari Kilikia dan dari Asia.
Orang-orang itu bersoal jawab dengan Stefanus,
tetapi mereka tidak sanggup melawan hikmatnya
dan Roh yang mendorong dia berbicara.

Lalu mereka menghasut beberapa orang untuk mengatakan,
"Kami telah mendengar
dia mengucapkan kata-kata hujat terhadap Musa dan Allah."
Dengan jalan demikian mereka mengadakan suatu gerakan
di antara orang banyak serta tua-tua dan ahli-ahli Taurat;
maka mereka menyergap Stefanus,
lalu menyerahkan dan membawanya ke hadapan Mahkamah Agama.

Lalu mereka memajukan saksi-saksi palsu yang berkata,
"Orang ini terus-menerus mengucapkan perkataan
yang menghina tempat kudus ini dan hukum Taurat.
Sebab kami telah mendengar dia mengatakan,
bahwa Yesus, orang Nazaret itu, akan merubuhkan tempat ini
dan mengubah adat istiadat
yang diwariskan oleh Musa kepada kita."
Semua orang yang duduk dalam sidang Mahkamah Agama itu
menatap Stefanus,
lalu mereka melihat muka Stefanus
sama seperti muka seorang malaikat.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 119:23-24.26-27.29-30,R:1b

Refren: Berbahagialah orang-orang yang hidup menurut Taurat Tuhan.

*Sekalipun para pemuka duduk bersepakat melawan aku,
hamba-Mu ini merenungkan ketetapan-ketetapan-Mu.
Ya, peringatan-peringatan-Mu menjadi kegemaranku,
dan kehendak-Mu menjadi penasihat bagiku.

*Jalan hidupku telah kuceritakan dan Engkau menjawab aku;
ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku.
Buatlah aku mengerti petunjuk titah-titah-Mu,
supaya aku merenungkan perbuatan-perbuatan-Mu yang ajaib.

*Jauhkanlah jalan dusta dari padaku,
dan karuniakanlah hukum-Mu kepadaku.
Aku telah memilih jalan kebenaran,
dan menempatkan hukum-hukum-Mu di hadapanku.



Bait Pengantar Injil
Mat 4:4ab

Manusia hidup bukan dari roti saja,
tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.



Bacaan Injil
Yoh 6:22-29

"Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa,
melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes:

Setelah Yesus mempergandakan roti,
keesokan harinya orang banyak,
yang masih tinggal di seberang danau Tiberias,
melihat bahwa di situ tidak ada perahu
selain yang dipakai murid-murid Yesus.
Mereka melihat juga bahwa Yesus tidak turut naik ke perahu itu
bersama-sama dengan murid-murid-Nya,
dan bahwa murid-murid-Nya saja yang berangkat.
Tetapi sementara itu beberapa perahu lain datang dari Tiberias
ke dekat tempat mereka makan roti,
sesudah Tuhan mengucapkan syukur atasnya.

Ketika orang banyak melihat
bahwa Yesus tidak ada di situ dan murid-murid-Nya juga tidak,
mereka naik ke perahu-perahu itu lalu berangkat ke Kapernaum
untuk mencari Yesus.
Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu,
mereka berkata kepada-Nya,
"Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?"
Yesus menjawab, "Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya kamu mencari Aku,
bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda,
melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang.
Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa,
melainkan untuk makanan
yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal,
yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu;
sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya."

Lalu kata mereka kepada-Nya,
"Apakah yang harus kami perbuat,
supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?"
Jawab Yesus kepada mereka,
"Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah,
yaitu hendaklah kamu percaya
kepada Dia yang telah diutus Allah."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Hari ini kita memperbincangkan perihal makanan.
Ada dua asupan makanan yang mesti kita santap, untuk badan jasmani dan juga untuk jiwa kita, dua-duanya perlu makan.

Kita telah sangat faham dengan santapan untuk jasmani.
Kita mesti makan, tiga kali se hari, dan minum yang cukup, supaya tetap hidup.
Lebih baik lagi kalau kita cermat dalam memilih makanan yang hendak disantap.
Saran orang, pagi hari sebaiknya buah dan sayuran yang kaya vitamin dan mineral.
Siang hari, bolehlah karbohidrat yang bisa diperoleh dari nasi, tepung atau yang lainnya, supaya ada tenaga.
Malam hari, barulah asupan protein, misalnya dari daging.
Selain untuk memenuhi kebutuhan jasmani, melalui alat perasa, kita juga mau kenikmatan, dengan menyantap makanan yang lezat.
Tapi, makanan yang lezat umumnya tidak sehat, dan makanan yang sehat umumnya tidak lezat, mesti memilih.
Takarannya juga mesti diatur, kalau kebanyakan maka obesitas, kalau terlalu sedikit maka kurang gizi.
Kita sudah faham dalam urusan santapan jasmani ini.

Bagaimana dengan santapan untuk jiwa kita?
Santapan rohani untuk jiwa kita nampaknya berbeda, tak ada wujudnya, tak bisa dikunyah, tak jelas juga berapa takaran yang pas, tak pernah dibahas orang mengalami obesitas rohani atau kurang gizi rohani.
Santapan jasmani dapat memberikan kenikmatan melalui kelezatannya, apakah santapan rohani juga dapat dirasakan kelezatannya?

Santapan rohani yang pokok adalah kasih.
Jiwa kita akan disegarkan di saat kita menerima belas-kasih dari orang lain, entah berupa materi, perhatian, pujian, dan sebagainya.
Biasanya, santapan seperti ini langsung saja kita telan mentah-mentah.
Ketika orang memuji kita, entah sebetulnya benar atau hanya PHP (pemberi harapan palsu), jiwa kita pun menjadi kenyang.

Apakah ada yang perlu mendapat perhatian kita akan santapan rohani ini?
Ya, sama seperti santapan jasmani.
Kita tidak mendapat santapan rohani, jiwa kita juga menjadi "lapar", lalu berusaha untuk mendapatkannya, menuntut orang lain memuji kita, memberi perhatian kepada kita, dan bila perlu, kita maunya didahulukan, diistimewakan lebih dari yang lain.
Jika tidak kita dapatkan, jiwa kita bisa "sakit", lalu berbuat menurut kehendak sendiri tanpa memperdulikan orang lain.
Ini yang namanya "kurang gizi" secara kejiwaan.

Sebaliknya, jika asupan rohani berlebihan, maka "obesitas" juga terjadi.
Kita menjadi sombong, congkak, angkuh, dan cenderung memandang rendah orang lain.
Lebih buruk lagi, kita cenderung memperlakukan orang lain sekehendak hati kita.
Maka perlu berhati-hati, jangan sampai kita menderita obesitas rohani.

Pada Bacaan Injil hari ini Yesus mengajarkan, bahwa santapan jasmani memang merupakan kebutuhan tetapi se-lezat apa pun tetap akan berakhir ke dalam jamban.
Santapan Rohani jauh lebih penting, karena tak ada yang terbuang ke dalam jamban, walau cuma sedikit tetap akan tersimpan di dalam jiwa, dan akan terakumulasi untuk kehidupan kekal di kemudian hari.

Kita tak perlu khawatir akan obesitas oleh karena santapan rohani, untuk makan sampai kenyang saja sulit apalagi sampai berkelebihan.
Nyatanya memang demikian, makanya Yesus mengatakan, "menyangkal diri dan memikul salib" karena memang tidak mudah untuk menjalankan apa yang menjadi kehendak Allah Bapa kita.
Saya tidak tahu adakah takaran yang pas untuk santapan rohani ini?
Yang saya tahu, kita diminta untuk setiap saat ingat Tuhan, setiap saat berbuat baik, seperti orang "ngemil", sedikit-sedikit tetapi sering.
Bagi saya, cukuplah kalau setiap hari saya berjumpa Tuhan melalui doa, mendengarkan sabda-Nya melalui Injil, lalu berusaha menjalani hidup di hari itu sesuai yang dikehendaki-Nya.
Dengan demikianlah jiwa kita akan menjadi imun terhadap "serangan dosa".



Peringatan Orang Kudus
Santo Petrus Kanisius, Imam dan Pujangga Gereja
Petrus Kanisius lahir pada tanggal 8 Mei 1521 di Nijmegen, Belanda. Ketika itu Nijmegen masih termasuk bagian wilayah Keuskupan Agung Cologne dan berada di bawah kekuasaan Jerman. Petrus adalah putra tertua dari Yakob Kanis. Yakob Kanis, ayahnya menjabat sebagai Walikota Nijmegen, dan menjadi guru pribadi bagi anak-anak raja dari Lorraine. Semasa hidupnya Petrus menyaksikan pergolakan hebat dalam tubuh Gereja oleh munculnya gerakan Reformasi pimpinan Martin Luther.
Pada umur 14 tahun, Petrus masuk Universitas Cologne dan mencapai gelar Magister (Master of Arts) pada usia 19 tahun. la bercita-cita menjadi seorang ahli di bidang hukum. Untuk itu ia melanjutkan studinya di Universitas Louvain. Tetapi kemudian ia berubah haluan. Ia mulai tertarik dengan kehidupan membiara. Ketertarikannya pada kehidupan membiara ini berkaitan erat dengan cara hidup para pertapa di biara Kartusian yang disaksikannya sendiri selama belajar di Cologne. Karena itu, ia kembali ke Cologne untuk belajar Teologi. Di sana ia mengikuti latihan-latilan rohani Santo Ignasius Loyola, yang dipimpin oleh Petrus Faber, seorang imam Yesuit yang saleh. Latihan rohani ini sungguh meresap dalam hatinya sehingga Petrus memutuskan untuk menjadi seorang iman Yesuit juga. Niatnya untuk memasuki biara Kartusia dibatalkannya.
Ketika berumur 22 tahun, Petrus memasuki Serikat Yesuit. Di Cologne, Petrus turut mendirikan rumah Yesuit pertama, tempat ia menjalani masa novisiatnya. Pada tahun 1546, ia ditahbiskan menjadi imam dan segera terkenal sebagai seorang pengkhotbah ulung. Kardinal Otto Truchsess von Waldburg, Uskup Augsburg, memilihnya menjadi teolog pribadinya pada Konsili Trente. Dalam konsili itu, Petrus mendapat kesempatan untuk berbicara, baik di Trente maupun di Bologna. Kemudian ia dipangil ke Roma oleh Santo Ignasius sendiri, dan pada tahun 1548 ia dikirm untuk mengajar retorik di sekolah Yesuit pertama di Messina, Sisilia.
Sebagai jawaban terhadap permohonan raja William 1V dari Bavaria, yang membutuhkan profesor-profesor Katolik untuk melawan ajaran­ajaran bidaah, Paus Paulus III (1534-1549) mengirim Petrus dan dua orang imam Yesuit lainnya ke Ingolstadt untuk mengajar di sebuah universitas yang ada di sana. Pada tahun 1550, setahun setelah Petrus mengucapkan kaul kekal dalam Serikat Yesus, Petrus diangkat menjadi rektor universitas Ingolstadt. Melalui khotbah-khotbah dan katekesenya, ia berhasil membangkitkan lagi semangat hidup keagamaan di kalangam umat di wilayah itu. Pada tahun 1552, atas permohonan Raja Ferdinand I dari Austria, ia pergi ke Vienna untuk menjalankan misi yang sama. Di Vienna, Raja Ferdinand menawarkan kepadanya jabatan Uskup Vienna, tetapi selalu ditolaknya.
Pada tahun 1554, atas permintaan Paus Yulius III, Ignasius Loyola mengizinkan Petrus menjadi administrator Takhta Suci yang mengalami kekosongan. Di sini ia menyusun buku katekismusnya yang terkenal: Ringkasan Ajaran Kristen, yang dipakai di seluruh Eropa selama beberapa abad sebagai buku pegangan. Kemudian ia menyusun lagi dua buah buku katekismus yang lebih singkat untuk sekolah-sekolah. Kemudian Petrus diangkat sebagai pemimpin serikat untuk sebuah wilayah kerja Yesuit yang meliputi Jerman Selatan, Austria dan Bohemia. Dalam masa kepemimpinannya, ia membuka sebuah kolese di Munich dan Praha dan bertanggungjawab atas pembaharuan sekolah-sekolah di Augsburg. Pada tahun 1562, ia mendirikan sebuah kolese di Insbruck dan mengambil bagian sebagai pembicara dalam Konsili Trente sebagai Teolog Kepausan.
Setelah menyelesaikan masa jabatannya sebagai pemimpin serikat ia mengajar di Universitas Dillingen di Bavaria. Di sini ia giat menulis suatu seri buku sebagai tanggapan terhadap sebuah buku yang diterbitkan sekelompok penulis Protestan dari Magdeburg. Karyanya yang terakhir diselesaikannya di Frieburg, Switzerland, tempat ia mendirikan sebuah universitas dan membantu membangun sebuah penerbitan Katolik pada tahun 1580. Pada tahun 1591 ia jatuh sakit tetapi terus menulis hingga kematiannya pada tanggal 21 Desember 1597 di Frierbuxg. Oleh Paus Pius XI (1922-1939) Petrus digelar sebagai seorang Pujangga Gereja yang mashyur.


Santa Zita, Pengaku Iman
Santa Zita dilahirkan di Monte Sagrati, Italia Tengah pada tahun 1218. Pada umur 12 tahun ia menjadi pelayan/pembantu rumah pada keluarga Pagano Di Fatinelli, seorang pengusaha tekstil yang kaya.
Zita juga bekerja di pabrik tuannya. Sebagai buruh, ia memperlihatkan perilaku yang saleh dan murah hati. Hal ini menimbulkan amarah dari pelayan-pelayan yang lain. Selain itu, ia pun dimarahi oleh tuannya karena mengambil sejumlah besar makanan dan pakaian untuk dibagikan kepada para miskin. Namun keluarga Fatinelli memahami maksud Zita dan turut menambahkan bantuan kepadanya untuk melanjutkan karya-karya cinta kasih.
Setelah beberapa tahun, ia dibiarkan membantu anak-anak dan menjadi pengurus rumahtangga Fatinelli. Dalam tahun-tahun terakhir hidupnya, keluarga Fatinelli membebaskan dia dari tugas-tugas rumah dan membiarkan dia mengunjungi orang-orang sakit dan para tawanan di penjara.
Setelah kematiannya, jenazahnya dikuburkan di gereja Santo Frediano di Lucca. la meninggal pada tanggal 27 April 1278 di Lucca, dekat tempat kelahirannya. Pada tahun 1696, ia digelari 'kudus' oleh Sri Paus Innocentio XII (1691-1700).


Santa Lydia Longley, Pengaku Iman
Lydia Longley lahir pada tahun 1674 di Groton, sebuah daerah koloni lnggris di Amerika Serikat. Keluarga Longley penganut agama Protestan Puritan, yang keras sekali pandangan hidupnya. Ibunya meninggal dunia ketika Lydia bersama tiga orang adiknya: Will, Jemina dan John masih kecil. Dalam usia remajanya, Lydia terpaksa menggantikan ibunya dalam mengurusi adik-adiknya. Hai ini dilakukannya sampai saat ayahnya William Longley menikah lagi dengan Crips Deliverance, seorang janda muda. Semenjak itu, Crips mengambil alih lagi tugas-tugas Lydia sebagai ibu rumah tangga.
Dari perkawinan kedua ini, William memperoleh lagi empat orang anak: Yosef, Betty, Richard dan Mathaniel. William mendidik anak-anaknya penuh disiplin bahkan keras. Mereka dilatih untuk bekerja, berdoa dan menulis.  Lydia dibebani tugas mendampingi adik-adiknya dalam melaksanakan tugas-tugas itu. Setiap hari Minggu, mereka bersama-sama pergi ke Gereja untuk berdoa bersama orang kristen lainnya, dan mendengarkan khotbah pendeta Hobart. Selain itu, William melatih anak-anaknya menggunakan senjata untuk membela diri bila ada suatu bahaya. Bahaya besar yang selalu mengancam hidup mereka ialah serangan orang-orang Indian yang masih biadab.
Pada tahun 1694, daerah Groton diserang oleh orang-orang Indian Abenaki. Ayah dan ibunya bersama beberapa orang lainnya mati terbunuh dalam peristiwa itu. Tinggallah Lydia, Betty dan John dibiarkan hidup oleh orang-orang Indian itu. Mereka dibawa sebagai tawanan ke New France, daerah koloni Prancis. Di tengah perjalanan itu, Betty meninggal dunia dan John dipisahkan dari Lydia.
Setiba di New France, Lydia dihadapkan ke depan Penguasa Prancis setempat. Di sana hadir juga Tuan Le Ber, seorang duda yang beragama Katolilk. Oleh Tuan Le Ber, Lydia ditebus dan diangkat menjadi anaknya sendiri. Semenjak itu, kehidupan Lydia tergantung sepenuhnya pada kebaikan hati Tuan Le Ber dan anak-anaknya Pierre dan Jeanne. Ia merasa senang karena diperlakukan sebagai anak kandung dengan cara hidup Katolik dari keluarga Le Ber, maupun dari segenap warga kota New France. Lydia kemudian berkenalan dengan Pastor Pere Meriel, imam di New France dan Suster-suster Notre Dame. Atas permintaan Tuan Le Ber, seorang suster datang mengajarkan bahasa Prancis kepada Lydia. Pada suatu hari, Lydia diperkenalkan pada Suster Mere Bourgooys, pendiri kongregasi tersebut. Pertemuannya dengan Suster Mere Bourgooys menumbuhkan dalam hatinya keinginan untuk menjadi suster juga.
Atas pengaruh keluarga Le Ber, suster-suster dan pastor Pere Meriel, Lydia kemudian dipermandikan menjadi Katolik pada tanggal 24 April 1696 dengan nama Magdalena. Kemudian ia diterima menjadi suster dengan nama Suster Magdalena. Pada tanggal 19 September 1699, ia mengikrarkan kaul kekal. Setelah bertugas di New France selama beberapa tahun, Lydia dikirim ke pulau Orleans untuk menjadi superior biara Keluarga Kudus di sana. Ia meninggal dunia pada tanggal 21 Juni 1758 dan dimakamkan di kapela Kanak-kanak Yesus di Montreal.




http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/