Liturgia Verbi 2021-10-01 Jumat.

Liturgia Verbi (B-I)
Pesta S. Teresia dari Kanak-kanak Yesus, Perawan dan Pelindung Misi

Jumat, 1 Oktober 2021

Bulan Oktober adalah Bulan Rosario.
Kita memohon perlindungan Santa Perawan Maria dari segala mara bahaya.
Kiranya baik Bulan Rosario dibuka dan ditutup dengan Perayaan Ekaristi untuk umat/lingkungan-lingkungan se paroki.

Ujud Evangelisasi - Rasul-rasul misionaris.
Kita berdoa agar setiap orang yang dibaptis terlibat dalam pewartaan Injil, menyediakan diri untuk menjalankan misi, dengan siap menjadi saksi yang menghidupi semangat Injil.

Ujud Gereja Indonesia - Ari bersih.
Semoga kita semua masih bijaksana dalam menggunakan air agar tetap tersedia air yang bersih.



Bacaan Pertama
Yes 66:10-14b

"Aku mengalirkan kepadanya keselamatan seperti sungai."

Pembacaan dari Kitab Yesaya:

Bersukacitalah bersama-sama Yerusalem,
dan bersorak-soraklah karenanya,
hai semua orang yang mencintainya!
Bergiranglah bersama-sama dia segirang-girangnya,
hai semua orang yang pernah berkabung karenanya!
Hendaknya kamu minum susu yang menyegarkan dan menjadi kenyang, 
hendaknya kamu menghirup dan menikmati susu yang bernas.
Sebab beginilah firman Tuhan:
Sungguh, Aku mengalirkan kepadanya
keselamatan seperti sungai,
dan kekayaan bangsa-bangsa seperti batang air yang membanjir.
Kamu akan menyusu, akan digendong,
dan akan dibelai-belai di pangkuan.
Seperti seseorang yang dihibur ibunya,
demikianlah kamu akan Kuhibur;
kamu akan dihibur di Yerusalem.
Apabila kamu melihatnya, hatimu akan girang,
dan kamu akan seperti rumput muda yang tumbuh dengan lebat.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 131:1.2.3,

Refren: Jagalah aku dalam damai-Mu, ya Tuhan.

*Tuhan, aku tidak tinggi hati,
dan tidak memandang dengan sombong;
aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar
atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku.

*Sungguh, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku;
seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya,
ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku.

*Berharaplah kepada Tuhan, hai Israel,
dari sekarang sampai selama-lamanya.



Bait Pengantar Injil
Mat 11:25

Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi,
sebab misteri Kerajaan-Mu Kaunyatakan kepada orang kecil.



Bacaan Injil
Mat 18:1-5

"Jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini,
kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Sekali peristiwa
datanglah murid-murid kepada Yesus dan bertanya,
"Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Surga?"
Maka Yesus memanggil seorang anak kecil
dan menempatkannya di tengah-tengah mereka,
lalu berkata,
"Aku berkata kepadamu:
Sungguh, jika kamu tidak bertobat
dan menjadi seperti anak kecil ini,
kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga.
Sedangkan barangsiapa merendahkan diri
dan menjadi seperti anak kecil ini,
dialah yang terbesar dalam Kerajaan Surga.
Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku,
ia menyambut Aku."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Saya sungguh terkesan pada Bacaan Injil hari ini, yang diambil dari perikop tentang "Siapa yang terbesar dalam Kerajaan Sorga" [Mat 18:1-5], terutama pada ayat ke-3 berikut ini, "Aku berkata kepadamu:
Sungguh, jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga."

Yesus mengawali kalimat-Nya dengan "Aku berkata kepadamu", artinya tak bisa kita bertanya "Oh, Engkau berbicara kepadaku?" atau "Tuhan, kepada siapa Engkau berkata-kata?"
Jelas, Yesus berkata kepada kita.
Dan jelas pula, Yesus meneruskan dengan berkata "sungguh", artinya penting dan tidak main-main, sesuatu yang sangat serius.
Yang disampaikan oleh Yesus: bertobatlah dan menjadi seperti anak kecil, itu saja.
Tetapi menjadi penting, kalau tidak kita lakukan (pertobatan dan menjadi seperti anak kecil) maka jangan harap kita diijinkan masuk ke dalam Surga.

Barangkali kita hendak menyanggah, "Ah, saya kan rajin pengakuan dosa."
Ya ampun, rajin datang ke bilik pengakuan dosa kok sombong sih?
Jika rajin pengakuan dosa itu sama artinya rajin berbuat dosa!
Saya jadi bertanya-tanya, ini rajin berbuat dosa lalu rajin bertobat atau kangen sama romonya?
Coba beri tahu saya, seperti apa sih pertobatanmu itu?
Apakah dengan bersedih hati karena telah melukai hati Tuhan dengan dosa-dosa kita, atau hati kita menjadi galau tak keruan-keruan karena dipenuhi oleh penyesalan, lalu menangis tersedu-sedu sampai saputangan romonya basah kuyup?

Sini, saya kasih tahu ya.
Memang benar, pertobatan mesti dipenuhi oleh penyesalan karena telah berbuat dosa, dan perlu dibarengi jera atau kapok, yang artinya disertai tekad yang kuat untuk tidak mengulangi lagi perbuataan dosanya, dan sekaligus artinya tak mau lagi masuk ke bilik pengakuan dosa karena sudah jera atau kapok.
Jera atau kapok dapat terjadi kalau kita sungguh-sungguh menyadari bahwa perbuatan dosa itu menjauhkan kita dari Allah dan sedang menuju ke kematian kekal.
Nah, pertobatan yang sunguh-sungguh akan mendatangkan pengampunan dari Allah Bapa kita.
Dan, jika pengampunan itu telah datang kepada kita, masihkah kita menekuk wajah kita dan membasahinya dengan airmata?
Tidak!
Justru seharusnya kita bersukacita, sebab relasi kita dengan Tuhan telah dipulihkan, sebab hubungan dengan Tuhan yang diperbaharui sehingga kita menjadi layak untuk kembali memanggil-Nya dengan sebutan "Bapa", seperti seorang anak kecil yang dengan lepas tanpa beban memanggil "Bapa" kepada ayahnya.
Bukankah perubahan relasi yang menjadi baik dan diperbaharui adalah sukacita?
Bukankah Yesus sendiri mengatakan, "Akan ada sukacita di Surga karena satu orang berdosa yang bertobat."  [bdk. Luk 15:7]

Catatan:
Kali ini saya menggunakan gaya bahasa yang sedikit berbeda, dengan maksud agar suasana terasa lebih intim walau mesti membahas persoalan yang sangat serius.



Peringatan Orang Kudus
Santo Remigius, Uskup dan Pengaku Iman
Remi atau Remigius lahir di Prancis pada tahun 435. Pada umur 22 tahun, ia dipilih umat menjadi Uskup Reims, Prancis. Pilihan umat ini diterimanya dengan perasaan enggan karena ia merasa dirinya tidak layak. Tetapi di kemudian hari dalam seluruh hidupnya sebagai uskup terbukti bahwa pilihan umat atas dirinya sesungguhnya merupakan suara Tuhan sendiri.
Uskup Remi berbadan tinggi, bersikap tenang dan agung, ramah dan lembut terhadap siapa saja yang ditemuinya. Ia juga pintar, pandai berkotbah, dan murah hati terutama kepada orang-orang miskin. Sebagai uskup, ia berusaha sekuat tenaga untuk membawa bangsa Prancis, yang sebagian besar masih kafir ke pangkuan Kristus. Untuk itu tidak mengesampingkan pendekatan dan hubungan yang baik dengan raja dan para bangsawan Prancis. Ia berhasil dalam usaha kerasulan dan penginjilan bangsa Prancis itu, berkat doa dan teladan hidupnya, kotbahnya yang menyentuh hati umat, dan semua mujizat yang dilakukannya dalam nama Kristus Tuhan.
Pada malam Natal tahun 496 ia mempermandikan Raja Prancis, Klovis I bersama 3000 orang pembantunya. Remi memimpin keuskupannya selama 70 tahun lebih. Ketika ia meninggal dunia pada tahun 534 sebagian besar warga kerajaan Prancis sudah dikristenkan olehnya. Oleh karena itu ia diberi gelar 'rasul' negeri Prancis.

Santa Theresia dari Kanak-kanak Yesus, Perawan dan Pelindung Karya Misi
Maria Francoise Therese Martin lahir di Alencon, Prancis pada tanggal 2 Januari 1873. Theresia adalah puteri bungsu dari keluarga saleh Louis Martin dan Azelie Guerin. Ayahnya seorang pembuat arloji di kota Alencon. Sepeninggal isterinya, ia bersama anak-anaknya pindah ke Lisieux. Kematian ibunya menimbulkan shock besar pada Theresia sebagai puteri bungsu. Terpaksa kakaknya, Pauline, menggantikan kedudukan ibunya untuk merawat dan memperhatikan perkembangannya.
Theresia sangat dikasihi ayahnya. Ia diberi macam-macam julukan: 'Theresia Kecil', 'Bungsu Kecil' dan 'Ratu Kecil'. Pada tahun 1881 sampai 1885, ia belajar di sekolah Suster-suster Benediktin. Ia sangat perasa dan cepat menangis sehingga teman-temannya tidak akrab dengannya. Ia semakin menjadi perasa sewaktu kakaknya Pauline masuk biara Karmelit di Lisieux pada bulan Oktober 1882. Theresia jatuh sakit karena keberangkatan Pauline itu. Theresia disembuhkan secara ajaib. Sementara kakak-kakaknya berlutut disamping tempat tidurnya untuk berdoa bagi kesembuhannya, patung Bunda Maria yang berada di depannya tiba-tiba tersenyum padanya. Penyakit itu hilang seketika meskipun sifat perasa masih tetap ada. Sifat itu baru mulai hilang karena nasehat ayahnya ketika mereka menghadiri upacara malam Natal tahun 1886. Semenjak itu, ia mulai semakin sadar akan keburukan dari sifatnya yang manja dan lekas tersinggung itu. Ia sadar bahwa ia sudah mulai remaja dan lebih dari itu bahwa sifat kekanak-kanakan itu tidak cocok bagi seorang wanita yang bercita-cita menjadi suster. Saat kesadarannya ini - kemudian dalam autobiografinya - disebutnya sebagai saat ber-rahmat yang mengawali kehidupannya yang baru. Katanya dalam buku itu: "Yesuslah yang merubah diriku." 
Semenjak itu ia mulai sadar bahwa dirinya dipenuhi karunia Roh Kudus. Ia sadar pula bahwa dia harus mengabdikan seluruh-hidupnya kepada Tuhan. Kerinduannya untuk bersatu dengan Kanak-kanak Yesus sangatlah besar, dan karena itu di kemudian hari setelah ia digelari 'kudus', ia dinamai 'Theresia dari Kanak-kanak Yesus' dan 'Theresia dari Lisieux'. Kepada Yesus ia berjanji tidak akan pernah segan melakukan apa saja yang dikehendaki Tuhan dari padanya.
Kerinduannya itu terungkap dalam salah satu doanya berikut ini: "Yesus, tentu Engkau senang mempunyai mainan. Biarlah saya menjadi mainanMu! Anggap saja saya ini mainanMu. Bila akan Kauangkat, betapa senang hatiku. Jika hendak Kausepak kian kemari, silakan! Dan kalau hendak Kautinggalkan di pojok kamar lantaran bosan, boleh saja. Saya akan menunggu dengan sabar dan setia. Tetapi kalau hendak Kautusuk bolaMu. . .O, Yesus, tentu itu sakit sekali, namun terjadilah kehendakMu!" Inilah doa Theresia Martin kepada Kanak-kanak Yesus yang sangat dirindukannya tetapi belum bisa disambutnya karena umurnya baru 7 tahun. 
Orangtua Theresia baik sekali terhadapnya bersama saudara-saudaranya yang lain. Mereka semua - ada lima orang - menjadi suster. Betapa bahagia hati Theresia, ketika pada umur 12 tahun boleh menyambut Tubuh Yesus untuk pertama kalinya. Di hadapan sebuah salib, ia berjanji: "Yesus di kayu salib yang haus, saya akan memberikan air kepadaMu. Saya bersedia menderita sedapat mungkin, agar banyak orang berdosa bertobat." Pendosa pertama yang bertobat berkat doa Theresia ialah seorang penjahat kakap yang dijatuhi hukuman mati tanpa menyesal, namun akhirnya ia bertobat juga di hadapan sebuah salib sesaat sebelum menjalani hukuman. 
Kerinduan Theresia yang begitu besar pada Yesus mendesak dia untuk menjalani kehidupan khusus sebagai seorang biarawati, mengikuti teladan 4 orang saudaranya yang sudah lebih dahulu menjadi suster. Tetapi ia belum bisa diterima karena umurnya baru 14 tahun. Ia tidak putus asa. Ia berziarah ke Roma bersama orangtuanya. Dalam audiensi umum dengan Bapa Suci, ia dengan berani meminta izin khusus dari Bapa Suci untuk menjadi suster. Permintaannya itu dikabulkan dan dia boleh masuk biara pada umur 15 tahun. Ia diterima dalam biara Suster-suster Karmelit di Lisieux, Prancis. Kedua kakaknya sudah lebih dahulu di biara itu. Sembilan tahun lamanya, ia hidup sebagai suster biasa. Sebagaimana suster muda lainnya, ia melaksanakan tugas dan doa harian, harus mengatasi perasaan tersinggung, marah, rasa iri hati dan memerangi kebosanan serta bermacam ragam godaan lahir maupun batin. Untuk mencapai kesempurnaan hidup, ia memilih 'jalan sederhana' berdasarkan ajaran Kitab Suci: hidup selaku seorang anak kecil, penuh cinta dan iman kepercayaan akan Allah dan penyerahan diri yang total dengan perasaan gembira. Demi cita-cita itu, ia melakukan hal-hal kecil dan kewajiban-kewajiban sehari-hari dengan penuh tanggungjawab karena cinta kasihnya yang besar kepada Allah Bapa di surga. 
Ia sedih sekali melihat banyak orang menyakiti hati Yesus dengan berbuat dosa dan tidak mau bertobat. Untuk mempertobatkan orang­orang berdosa itu, ia mempersembahkan dirinya sebagai korban penyilih dosa-dosa. Ia rajin berdoa dan melakukan tapa bagi semua orang berdosa. Ia juga berdoa bagi para misionaris dan kemajuan Kerajaan Allah di seluruh dunia. 
Theresia akhirnya menderita sakit paru-paru yang parah.  Selama dua tahun lamanya ia menanggung beban penderitaan itu dengan gembira. Penyakit ini kemudian merengut nyawanya pada tanggal 30 September 1897 di biara Lisieux. Sebelum menghembuskan nafasnya, ia berjanji untuk menurunkan hujan mawar ke dunia. Janji ini benar terpenuhi karena banyak karunia Allah diberikan kepada semua orang yang berdoa dengan perantaraannya.
Theresia meninggal dunia dalam usia yang sangat muda, 24 tahun. Ia mewariskan catatan riwayat pribadinya yang ditulis atas permintaan ibu biara: "Kisah suatu Jiwa." Di dalamnya ia menunjukkan bahwa kesucian hidup dapat dicapai oleh siapa saja, betapa pun rendah, hina dan biasa orang itu. Caranya ialah melaksanakan pekerjaan-pekerjaan kecil dan tugas sehari-hari dengan penuh cintakasih yang murni kepada Tuhan. Theresia adalah seorang Suster Karmelit yang terkenal di Prancis pada abad 20. Pada tahun 1925, ia digelari sebagai 'santa' oleh Paus Pius XI (1922-1939) dan diangkat sebagai 'Pelindung Karya Misi Gereja'. Kemudian oleh Paus Pius XII (1939-1958), Theresia diangkat sebagai 'Pelindung Prancis'.

Santo Romanus dari Italia, Pertapa
Romanus dikenal sebagai seorang pertapa dan biarawan yang hidup di gurun pasir dekat Subiaco. Ia sangat berjasa kepada Santo Benediktus yang sedang mencari jalan kesempurnaan hidup di padang pasir dekat pegunungan Subiaco. Romanus-lah yang memberikan bimbingan dan nasehat serta menunjukkan kepada Benediktus gua pertapaan yang jauh dari keramaian. Selama Benediktus bertapa di gua itu, Romanus yang menghantarkan makanan kepadanya.
Konon Romanus pergi ke Auxere, Prancis untuk membebaskan bangsa Vandal yang membanjiri Italia. Di sana ia mendirikan biara Fontauge. Ia wafat pada tahun 550 dan relikuinya disimpan di Auxere Sens dan Vareilles.



https://liturgia-verbi.blogspot.co.id/


Liturgia Verbi 2021-09-30 Kamis.

Liturgia Verbi (B-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXVI

Kamis, 30 September 2021

PW S. Hieronimus, Imam dan Pujangga Gereja



Bacaan Pertama
Neh 8:1-4a.5-6.7b-12

"Ezra membuka Kitab dan memuji Tuhan.
Maka seluruh umat menjawab, "Amin! Amin!""

Pembacaan dari Kitab Nehemia:

Sesudah kembali dari pembuangan,
orang-orang Israel telah menetap kembali
di kota-kota mereka.
Lalu pada bulan ketujuh berkumpullah seluruh rakyat
di lapangan di muka gerbang Air di Yerusalem.
Mereka meminta kepada Ezra, ahli kitab,
supaya membawa kitab Taurat Musa,
yakni kitab hukum yang diberikan Tuhan kepada Israel.
Dan pada hari pertama bulan ketujuh itu
Imam Ezra membawa kitab Taurat itu ke depan jemaah,
pria, wanita dan semua yang dapat mendengar dan mengerti.
Ia membacakan beberapa bagian dari pada kitab itu
di halaman di depan gerbang Air
dari pagi sampai tengah hari
di depan pria, wanita dan semua orang yang dapat mengerti.
Dengan penuh perhatian
seluruh umat mendengarkan pembacaan kitab Taurat itu.

Adapun Ezra, ahli kitab, berdiri di atas mimbar kayu
yang dibuat khusus untuk peristiwa itu.
Ia membuka kitab itu di depan mata seluruh umat,
karena ia berdiri lebih tinggi dari semua orang.
Pada waktu ia membuka kitab semua orang bangkit berdiri.
Lalu Ezra memuji Tuhan, Allah yang mahaagung,
dan semua orang menjawab, "Amin! Amin,"
sambil mengangkat tangan.
Kemudian mereka berlutut,
dan sujud menyembah Tuhan dengan muka sampai ke tanah.
Para Lewi menjelaskan hukum itu kepada jemaat,
sementara rakyat berdiri di tempatnya.
Bagian-bagian kitab Taurat Allah dibacakan dengan jelas,
dengan diberi keterangan-keterangan,
sehingga pembacaan dimengerti.

Lalu Nehemia, kepala daerah, dan imam Ezra, ahli kitab,
serta orang-orang Lewi yang mengajar jemaat,
berkata kepada seluruh hadirin,
'Hari ini adalah kudus bagi Tuhan Allahmu.
Kalian jangan berdukacita dan menangis!"
Karena semua orang itu menangis,
ketika mendengar kalimat-kalimat Taurat.

Lalu berkatalah Nehemia kepada mereka,
"Pergilah, makanlah sedap-sedapan dan minumlah minuman manis;
dan berikanlah sebagian kepada mereka yang tidak sedia apa-apa!
Sebab hari ini kudus bagi Tuhan kita.
Janganlah bersusah hati, tetapi bersukacitalah karena Tuhan,
sebab sukacita karena Tuhanlah perlindunganmu."

Juga orang-orang Lewi menyuruh semua orang itu diam
dengan kata-kata,
"Tenanglah! Hari ini hari kudus. Jangan bersusah hati!"
Maka pergilah semua orang untuk makan dan minum,
untuk membagi-bagi makanan dan berpesta ria,
karena mereka mengerti segala sabda
yang diberitahukan kepada mereka.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 19:8-11,R:9a

Refren: Titah Tuhan tepat, menyenangkan hati.

*Taurat Tuhan itu sempurna,
menyegarkan jiwa;
peraturan Tuhan itu teguh,
memberikan hikmat kepada orang bersahaja.

*Titah Tuhan itu tepat, menyukakan hati;
perintah Tuhan itu murni, membuat mata ceria.

*Takut akan Tuhan itu suci,
tetap untuk selamanya;
hukum-hukum Tuhan itu benar,
adil selalu.

*Lebih indah daripada emas,
bahkan daripada emas tua;
dan lebih manis daripada madu,
bahkan daripada madu-tetesan dari sarang lebah.



Bait Pengantar Injil
Mrk 1:15

Kerajaan Allah sudah dekat.
Bertobatlah dan percayalah kepada Injil.



Bacaan Injil
Luk 10:1-12

"Semoga damaimu menyertai dia."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Pada waktu itu,
Tuhan menunjuk tujuh puluh murid.
Ia mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya
ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya.
Berkatalah Ia kepada mereka,
"Tuaian banyak, tetapi pekerjanya sedikit!
Sebab itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian,
supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja ke tuaian itu.
Pergilah!  Camkanlah, Aku mengutus kalian seperti anak domba
ke tengah-tengah serigala.
Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut,
dan janganlah memberi salam kepada siapa pun
selama dalam perjalanan.
Kalau memasuki suatu rumah,
katakanlah lebih dahulu, 'Damai sejahtera bagi rumah ini.'
Dan jika di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera,
maka salammu itu akan tinggal padanya.
Tetapi jika tidak, maka salammu kembali kepadamu.
Tinggallah dalam rumah itu,
makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu,
sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya.

Janganlah berpindah-pindah rumah.
Jika kalian masuk ke dalam sebuah kota dan diterima di situ,
makanlah apa yang dihidangkan kepadamu,
dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ.
Dan katakanlah kepada mereka, 'Kerajaan Allah sudah dekat padamu.'

Tetapi jika kalian masuk ke dalam sebuah kota
dan tidak diterima di situ,
pergilah ke jalan-jalan raya kota itu dan serukanlah,
'Juga debu kotamu yang melekat pada kaki kami,
kami kebaskan di depanmu.
Tetapi ketahuilah ini: 'Kerajaan Allah sudah dekat.'

Aku berkata kepadamu,
pada hari itu Sodom akan lebih ringan tanggungannya
dari pada kota itu."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Bacaan Injil hari ini menuliskan tentang Yesus menunjuk 70 murid lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului ke tempat-tempat yang hendak dikunjungi.
Kita tidak termasuk dalam 70 murid yang ditunjuk itu, tetapi oleh sebab banyaknya tuaian sementara sedikit pekerjanya, maka percayalah kalau kita juga telah ditunjuk dan diutus oleh-Nya.
Atau kita boleh saja menikmati status "awam" kita sambil berkata, "Ah, itu kan tugas para pastor, saya bisa apa?"
Tetapi jika kita mau menerima tugas perutusan Tuhan ini, maka marilah kita jawab panggilan-Nya, marilah kita "reply" ketika nama kita disebut.

Tapi, nanti dulu.
Sudah fahamkah kita apa sih tugas yang mesti kita emban?
Kalau dahulu, tugas kita untuk menyampaikan kabar, "Kerajaan Allah sudah dekat padamu."
Tapi sekarang, apakah kabar itu masih relevan untuk kita kabarkan?
Jangan-jangan nanti orang berkomentar negatif, "Sudah dekat… sudah dekat… sudah dua ribu tahun lebih kok gak sampai-sampai?"

Dari Bacaan Injil sudah jelas, kita ini kurir yang ditugasi membawa paket yang namanya "Damai Sejahtera Kristus", alamat tujuannya juga sudah jelas, artinya kita mesti mengantarkan paket sesuai alamat yang ditulis, karena bukan kita yang menentukan siapa yang layak menerima paket dari Kristus itu.
Begitu juga ketika si penerima menolak menerima paket itu, iya jangan paksa-paksa karena jika paket ditolak oleh si penerima maka paket itu dikembalikan kepada kita, artinya untuk kita, seperti yang disampaikan oleh Yesus, "Jika di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal padanya.  Tetapi jika tidak, maka salammu kembali kepadamu."

Berikutnya, yang juga menarik untuk kita renungkan, mengapa Yesus melarang kita membawa bekal padahal menurut Yesus kita ini diutus seperti anak domba ke tengah kawanan serigala.
Bekal saja gak boleh, apalagi senjata untuk membela diri dari ancaman serigala.
Tak perlu menjelimet, cukup berpegang pada ucapan Yesus yang ini saja, "Seorang pekerja patut mendapat upahnya."
Tak cuma itu.
Kita tetap membawa bekal dalam perjalanan, tetapi bukan bekal dari kita, melainkan Yesus-lah yang menyiapkan bekal untuk kita.
Bekal dari Yesus yang paling dahsyat adalah Kuasa Allah, kuasa yang sangat ampuh untuk menyembuhkan orang sakit, mengusir setan, dan sebagainya.
Tanpa kuasa itu, barangkali tugas perutusan tidak akan dapat dilaksanakan dengan baik dan berhasil.
Kuasa Ilahi yang diberikan melalui perantaraan Yesus itu tentulah tidak dapat digunakan secara semena-mena, tidak dapat digunakan untuk memaksa-maksa orang apalagi sampai menganiaya orang.

Marilah kita terima kuasa yang berasal dari Allah Bapa kita yang di Surga, dan marilah kita pergunakan kuasa tersebut dengan sebaik-baiknya demi memuliakan Allah Bapa.
Lupakan kepentingan diri sendiri, minimal menomer-duakannya.



Peringatan Orang Kudus
Santo Hieronimus, Imam dan Pujangga Gereja
Eusebius Hieronimus Sophronius lahir di Stridon, Dalmatia pada tahun 342. Ayahnya, Eusebius, adalah seorang beriman Kristen yang saleh hidupnya dan dikenal luas sebagai tuan tanah yang kaya raya. Ia mendidik Hieronimus sesuai dengan kebiasaan-kebiasaan hidup Kristiani dan kebiasaan kerja keras. Ketika Hieronimus berusia 12 tahun, ia mengirimnya ke Roma untuk belajar ilmu hukum dan filsafat. Studinya berjalan lancar, hanya cara hidupnya tidak tertib karena pengaruh kehidupan moral orang Roma yang tidak terpuji pada masa itu. Untunglah bahwa ia lekas sadar dan bertobat dari cara hidupnya yang tidak tertib itu. Pada saat itulah ia meminta dipermandikan oleh Paus Liberius. Rahmat permandian yang diterimanya terus dihayatinya dengan banyak berdoa dan berziarah ke makam para martir dan para Rasul bersama kawan-kawannya. Kehidupan rohaninya terus meningkat, demikian pula cintanya kepada Tuhan dan sesama.
Pada tahun 370, ia berangkat ke kota Aquileia dan tinggal di sana beberapa lama untuk mendapat bimbingan dari Valerianus, seorang Uskup yang saleh. Dari sana ia pindah ke kota Antiokia, dan menjalani hidup bertapa di padang gurun Chalcis, di luar kota Antiokia. Empat tahun lamanya ia hidup di dalam kesunyian padang gurun untuk belajar dan meningkatkan hidup rohaninya dengan doa dan puasa. Di bawah bimbingan seorang rabbi, ia belajar bahasa Yunani dan Ibrani.
Berkat kemajuan hidup rohaninya yang besar, ia dianggap layak untuk ditahbiskan menjadi imam. Peristiwa itu terjadi di Antiokia pada tahun 379. Setelah menjadi imam, Hieronimus pergi ke Konstantinopel karena tertarik pada cara hidup Santo Gregorius dari Nazianza. Ia memperoleh banyak pengalaman dari Gregorius bagi peningkatan hidupnya. Hieronimus kemudian berangkat ke Roma dan di sana ia menjadi sekretaris pribadi Sri Paus Damasus (366-384).
Karena pengetahuannya yang luas dan mendalam tentang Kitab Suci dan kecakapannya dalam bahasa Latin, Yunani dan Ibrani, Hieronimus ditugaskan oleh Paus Damasus untuk membuat terjemahan baru atas seluruh isi Alkitab dari bahasa Yunani dan Ibrani ke dalam bahasa Latin. Untuk menunaikan tugas suci itu, ia pindah ke Betlehem, tempat kelahiran Yesus. Ia tinggal di sana selama 30 tahun untuk bekerja, belajar dan bersemadi. Perjanjian Lama diterjemahkannya dari bahasa Ibrani dan Aramik ke dalam bahasa Latin, sedangkan Perjanjian Baru diterjemahkannya dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Latin. Hasil terjemahannya sangat baik dan disukai banyak orang. Oleh karena itu terjemahannya disebut Vulgata, yang berarti Populer, dan sampai kini masih dianggap sebagai terjemahan yang resmi dan sah oleh Gereja.
Selain terkenal luas karena hasil terjemahannya, Hieronimus juga dikenal luas sebagai seorang pembela iman dari berbagai aliran bidaah dan pembimbing rohani. Dari segala penjuru datanglah banyak orang untuk mendapatkan bimbingannya dalam berbagai masalah ketuhanan dan Kitab Suci. Di Betlehem, Hieronimus mendirikan dua buah biara dan memimpinnya selama berada di Betlehem. Satu dari dua biara itu diperuntukkan bagi para biarawati di bawah pimpinan Santa Paula dan kelak oleh Santa Eustachia. Dua biara itu kemudian dibakar oleh para pengikut bidaah Pelagianisme. Kendatipun tertimpa kesedihan besar, Hieronimus terus giat menulis dan mengajar hingga wafatnya pada tahun 420. la dinyatakan oleh Gereja sebagai Orang Kudus sekaligus sebagai seorang Pujangga Gereja yang besar.



https://liturgia-verbi.blogspot.co.id/