Liturgia Verbi 2016-10-01 Sabtu.




Sabtu Pekan Biasa XXVI
01 Oktober 2016

Pesta S. Teresia dari Kanak-kanak Yesus, Perawan dan Pelindung Misi



Bacaan Pertama
Yes 66:10-14b

"Aku mengalirkan kepadanya keselamatan seperti sungai."

Pembacaan dari Kitab Yesaya:

Bersukacitalah bersama-sama Yerusalem,
dan bersorak-soraklah karenanya,
hai semua orang yang mencintainya!
Bergiranglah bersama-sama dia segirang-girangnya,
hai semua orang yang pernah berkabung karenanya!
Hendaknya kamu minum susu yang menyegarkan dan menjadi kenyang, 
hendaknya kamu menghirup dan menikmati susu yang bernas.
Sebab beginilah firman Tuhan:
Sungguh, Aku mengalirkan kepadanya
keselamatan seperti sungai,
dan kekayaan bangsa-bangsa seperti batang air yang membanjir.
Kamu akan menyusu, akan digendong,
dan akan dibelai-belai di pangkuan.
Seperti seseorang yang dihibur ibunya,
demikianlah kamu akan Kuhibur;
kamu akan dihibur di Yerusalem.
Apabila kamu melihatnya, hatimu akan girang,
dan kamu akan seperti rumput muda yang tumbuh dengan lebat.

Demikianlah sabda Tuhan.

ATAU BACAAN LAIN:
Ayb 42:1-3.5-6.12-16
"Sekarang mataku sendiri memandang Engkau.
Maka aku mencabut perkataanku."

Pembacaan dari Kitab Ayub:

Ayub berkata kepada Tuhan,
"Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu,
dan tidak ada rencana-Mu yang gagal.
Sabda-Mu:
Siapakah dia yang menyelubungi keputusan tanpa pengetahuan?
Itulah sebabnya, tanpa pengertian aku telah berceritera
tentang hal-hal yang sangat ajaib bagiku dan yang tidak kuketahui.
Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau,
tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.
Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku
dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu."

Maka Tuhan memberkati Ayub dalam kelanjutan hidupnya
lebih daripada dalam hidup yang dahulu.
Ayub mendapat empat belas ribu ekor kambing domba,
dan enam ribu unta, seribu pasang lembu,
dan seribu ekor keledai betina.
Ia juga mendapat tujuh orang anak laki-laki
dan tiga orang anak perempuan.
Anak perempuan yang pertama diberinya nama Yemima,
yang kedua Kezia dan yang ketiga Kerenhapukh.
Di seluruh negeri
tidak terdapat wanita yang secantik anak-anak Ayub.
Ayub mewariskan kepada mereka bagian milik pusaka
seperti kepada anak-anaknya laki-laki.
Sesudah itu Ayub masih hidup seratus empat puluh tahun lamanya.
ia melihat anak-anaknya dan cucu-cucunya
sampai keturunan yang keempat.
Maka Ayub meninggal dunia pada usia yang tua dan lanjut.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 131:1.2.3,

Refren: Jagalah aku dalam damai-Mu, ya Tuhan.

*Tuhan, aku tidak tinggi hati,
dan tidak memandang dengan sombong;
aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar
atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku.

*Sungguh, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku;
seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya,
ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku.

*Berharaplah kepada Tuhan, hai Israel,
dari sekarang sampai selama-lamanya.

ATAU MAZMUR LAIN:
Mzm 119:66.71.75.91.125.130
Refrein: Sinarilah hamba-Mu, ya Tuhan, dengan wajah-Mu.

*Ajarkanlah kepadaku kebijaksanaan dan pengetahuan yang baik,
sebab aku percaya pada perintah-perintah-Mu.

*Memang baik bahwa aku tertindas,
supaya aku belajar memahami ketetapan-ketetapan-Mu.

*Aku tahu, ya Tuhan, bahwa hukum-hukum-Mu adil;
dan memang tepat bahwa Engkau telah menyiksa aku.

*Menurut hukum-hukum-Mu sekarang semuanya itu ada,
sebab segala sesuatu melayani Engkau.

*Hamba-Mulah aku ini, buatlah aku mengerti,
supaya aku paham akan peringatan-peringatan-Mu.

*Bila tersingkap, firman-Mu memberi terang,
memberi pengertian kepada orang-orang bodoh.



Bait Pengantar Injil
Mat 11:25

Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi,
sebab misteri Kerajaan-Mu Kaunyatakan kepada orang kecil.



Bacaan Injil
Mat 18:1-5

"Jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini,
kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Sekali peristiwa
datanglah murid-murid kepada Yesus dan bertanya,
"Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Surga?"
Maka Yesus memanggil seorang anak kecil
dan menempatkannya di tengah-tengah mereka,
lalu berkata,
"Aku berkata kepadamu:
Sungguh, jika kamu tidak bertobat
dan menjadi seperti anak kecil ini,
kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga.
Sedangkan barangsiapa merendahkan diri
dan menjadi seperti anak kecil ini,
dialah yang terbesar dalam Kerajaan Surga.
Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku,
ia menyambut Aku."

Demikianlah sabda Tuhan.

ATAU BACAAN LAIN:
Luk 10:17-24

Terpujilah Engkau, Bapa, Tuhan langit dan bumi,
sebab misteri kerajaan Kaunyatakan kepada orang kecil.

"Bersukacitalah karena nama-Mu terdaftar di surga."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Pada waktu itu
ketujuh puluh dua murid Yesus kembali dari perutusannya dengan gembira
dan berkata,
"Tuhan, setan-setan pun takluk kepada kami demi nama-Mu."
Lalu kata Yesus kepada mereka,
"Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit.
Sesungguhnya Aku telah memberikan kalian
kuasa untuk menginjak-injak ular dan kalajengking
dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh,
sehingga tiada yang dapat membahayakan kalian.
Namun demikian janganlah bersukacita
karena roh-roh itu takluk kepadamu,
tetapi bersukacitalah karena namamu terdaftar di surga."

Pada waktu itu juga
bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata,
"Aku bersyukur kepada-Mu, ya Bapa, Tuhan langit dan bumi,
karena semuanya itu Kausembunyikan bagi orang bijak dan pandai,
tetapi Kaunyatakan kepada orang kecil.
Ya Bapa, itulah yang berkenan di hati-Mu.
Segala sesuatu telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku
dan tiada seorang pun yang tahu siapakah Anak selain Bapa,
dan siapakah Bapa selain Anak
dan orang yang kepadanya Anak berkenan menyatakannya."

Sesudah itu berpalinglah Yesus kepada para murid dan berkata,
"Berbahagialah mata yang melihat apa yang kalian lihat.
Karena Aku berkata kepada kamu:
Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kalian lihat,
tetapi tidak melihatnya
dan ingin mendengar apa yang kalian dengar,
tetapi tidak mendengarnya."

Demikianlah sabda Tuhan.



Renungan Injil
Sebagaimana telah kita renungkan sebelumnya, Ayub yang mula-mula hidup bahagia, dikaruniai harta melimpah.
Ayub hidup sebagai orang yang jujur dan taat kepada Tuhan, tetapi malang tak dapat ditolak, semua miliknya direngut darinya, harta benda, keluarga dan kerabat, dan kehormatan tak lagi dimilikinya, dan bahkan hamba-hambanya tak lagi menunjukkan hormat kepadanya.

Maka Ayub pun memberontak kepada Tuhan.
Mula-mula ia ingin membela diri di hadapan Tuhan, tetapi kebablasan, sampai-sampai ia malah menghujat Tuhan.
Beginilah yang dikatakannya kepada Tuhan, "Mengapa Engkau beperkara dengan aku? Apakah untungnya bagi-Mu mengadakan penindasan, membuang hasil jerih payah tangan-Mu, sedangkan Engkau mendukung rancangan orang fasik?"
Dan bahkan Ayub berani menuduh Tuhan secara semena-mena, "Engkau mencari-cari kesalahanku, dan mengusut dosaku, padahal Engkau tahu, bahwa aku tidak bersalah!"
Lalu ia lanjutkan lagi, "Tangan-Mulah yang membentuk dan membuat aku, tetapi kemudian Engkau berpaling dan hendak membinasakan aku?"
Dan akhirnya ia sampai kepada keputus-asaan, "Mengapa Engkau menyebabkan aku keluar dari kandungan? Lebih baik aku binasa, sebelum orang melihat aku!"

Teman-teman Ayub berusaha menolong dia, tetapi Ayub tetap ngotot sebagai orang benar yang tak layak menerima penderitaan.
Beginilah yang dikatakannya, "Hal seperti itu telah acap kali kudengar. Penghibur sialan kamu semua!
Belum habiskah omong kosong itu? Apa yang merangsang engkau untuk menyanggah?
Aku pun dapat berbicara seperti kamu, sekiranya kamu pada tempatku."

Pada Bacaan Pertama hari ini kita mengetahui kalau Ayub akhirnya menyesali perbuatannya itu, menyesali telah menyalahkan Tuhan dan juga orang lain atas penderitaannya sendiri, merasa iri kepada orang-orang fasik karena dibiarkan merampas harta kekayaannya.
Pertobatan Ayub terjadi karena Tuhan sendiri yang memberi pencerahan kepadanya.
Bagaimana mungkin Ayub bisa memenangkan perkaranya dengan Tuhan kalau kuda nil saja tak dapat ditundukkannya atau terhadap buaya saja Ayub sudah tak berdaya?

Sungguh indah perkataan Ayub setelah ia menyesali perbuatannya, "Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal."
Ayub yang nyaris terjerumus ke dalam genggaman iblis akhirnya menimbulkan sukacita di surga.
Ia berhasil memenangkan pertarungan yang sesungguhnya, yakni pertarungan melawan kuasa iblis, bukan pertarungannya dengan Tuhan.
Dengan penuh kerendahan hati Ayub berkata kepada Tuhan, "Aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu."
Ketahanan iman diuji ketika kita berhasil memenangkan pertarungan kita dengan iblis, jauhkanlah dari pemikiran hendak berperkara dengan Tuhan karena Tuhan ada di pihak kita, yang akan membantu kita memenangkan pertarungan itu.



Peringatan Orang Kudus
Santo Remigius, Uskup dan Pengaku Iman
Remi atau Remigius lahir di Prancis pada tahun 435. Pada umur 22 tahun, ia dipilih umat menjadi Uskup Reims, Prancis. Pilihan umat ini diterimanya dengan perasaan enggan karena ia merasa dirinya tidak layak. Tetapi di kemudian hari dalam seluruh hidupnya sebagai uskup terbukti bahwa pilihan umat atas dirinya sesungguhnya merupakan suara Tuhan sendiri.
Uskup Remi berbadan tinggi, bersikap tenang dan agung, ramah dan lembut terhadap siapa saja yang ditemuinya. Ia juga pintar, pandai berkotbah, dan murah hati terutama kepada orang-orang miskin. Sebagai uskup, ia berusaha sekuat tenaga untuk membawa bangsa Prancis, yang sebagian besar masih kafir ke pangkuan Kristus. Untuk itu tidak mengesampingkan pendekatan dan hubungan yang baik dengan raja dan para bangsawan Prancis. Ia berhasil dalam usaha kerasulan dan penginjilan bangsa Prancis itu, berkat doa dan teladan hidupnya, kotbahnya yang menyentuh hati umat, dan semua mujizat yang dilakukannya dalam nama Kristus Tuhan.
Pada malam Natal tahun 496 ia mempermandikan Raja Prancis, Klovis I bersama 3000 orang pembantunya. Remi memimpin keuskupannya selama 70 tahun lebih. Ketika ia meninggal dunia pada tahun 534 sebagian besar warga kerajaan Prancis sudah dikristenkan olehnya. Oleh karena itu ia diberi gelar 'rasul' negeri Prancis.
Santa Theresia dari Kanak-kanak Yesus, Perawan dan Pelindung Karya Misi
Maria Francoise Therese Martin lahir di Alencon, Prancis pada tanggal 2 Januari 1873. Theresia adalah puteri bungsu dari keluarga saleh Louis Martin dan Azelie Guerin. Ayahnya seorang pembuat arloji di kota Alencon. Sepeninggal isterinya, ia bersama anak-anaknya pindah ke Lisieux. Kematian ibunya menimbulkan shock besar pada Theresia sebagai puteri bungsu. Terpaksa kakaknya, Pauline, menggantikan kedudukan ibunya untuk merawat dan memperhatikan perkembangannya.
Theresia sangat dikasihi ayahnya. Ia diberi macam-macam julukan: 'Theresia Kecil', 'Bungsu Kecil' dan 'Ratu Kecil'. Pada tahun 1881 sampai 1885, ia belajar di sekolah Suster-suster Benediktin. Ia sangat perasa dan cepat menangis sehingga teman-temannya tidak akrab dengannya. Ia semakin menjadi perasa sewaktu kakaknya Pauline masuk biara Karmelit di Lisieux pada bulan Oktober 1882. Theresia jatuh sakit karena keberangkatan Pauline itu. Theresia disembuhkan secara ajaib. Sementara kakak-kakaknya berlutut disamping tempat tidurnya untuk berdoa bagi kesembuhannya, patung Bunda Maria yang berada di depannya tiba-tiba tersenyum padanya. Penyakit itu hilang seketika meskipun sifat perasa masih tetap ada. Sifat itu baru mulai hilang karena nasehat ayahnya ketika mereka menghadiri upacara malam Natal tahun 1886. Semenjak itu, ia mulai semakin sadar akan keburukan dari sifatnya yang manja dan lekas tersinggung itu. Ia sadar bahwa ia sudah mulai remaja dan lebih dari itu bahwa sifat kekanak-kanakan itu tidak cocok bagi seorang wanita yang bercita-cita menjadi suster. Saat kesadarannya ini - kemudian dalam autobiografinya - disebutnya sebagai saat ber-rahmat yang mengawali kehidupannya yang baru. Katanya dalam buku itu: "Yesuslah yang merubah diriku." 
Semenjak itu ia mulai sadar bahwa dirinya dipenuhi karunia Roh Kudus. Ia sadar pula bahwa dia harus mengabdikan seluruh-hidupnya kepada Tuhan. Kerinduannya untuk bersatu dengan Kanak-kanak Yesus sangatlah besar, dan karena itu di kemudian hari setelah ia digelari 'kudus', ia dinamai 'Theresia dari Kanak-kanak Yesus' dan 'Theresia dari Lisieux'. Kepada Yesus ia berjanji tidak akan pernah segan melakukan apa saja yang dikehendaki Tuhan dari padanya.
Kerinduannya itu terungkap dalam salah satu doanya berikut ini: "Yesus, tentu Engkau senang mempunyai mainan. Biarlah saya menjadi mainanMu! Anggap saja saya ini mainanMu. Bila akan Kauangkat, betapa senang hatiku. Jika hendak Kausepak kian kemari, silakan! Dan kalau hendak Kautinggalkan di pojok kamar lantaran bosan, boleh saja. Saya akan menunggu dengan sabar dan setia. Tetapi kalau hendak Kautusuk bolaMu. . .O, Yesus, tentu itu sakit sekali, namun terjadilah kehendakMu!" Inilah doa Theresia Martin kepada Kanak-kanak Yesus yang sangat dirindukannya tetapi belum bisa disambutnya karena umurnya baru 7 tahun. 
Orangtua Theresia baik sekali terhadapnya bersama saudara-saudaranya yang lain. Mereka semua - ada lima orang - menjadi suster. Betapa bahagia hati Theresia, ketika pada umur 12 tahun boleh menyambut Tubuh Yesus untuk pertama kalinya. Di hadapan sebuah salib, ia berjanji: "Yesus di kayu salib yang haus, saya akan memberikan air kepadaMu. Saya bersedia menderita sedapat mungkin, agar banyak orang berdosa bertobat." Pendosa pertama yang bertobat berkat doa Theresia ialah seorang penjahat kakap yang dijatuhi hukuman mati tanpa menyesal, namun akhirnya ia bertobat juga di hadapan sebuah salib sesaat sebelum menjalani hukuman. 
Kerinduan Theresia yang begitu besar pada Yesus mendesak dia untuk menjalani kehidupan khusus sebagai seorang biarawati, mengikuti teladan 4 orang saudaranya yang sudah lebih dahulu menjadi suster. Tetapi ia belum bisa diterima karena umurnya baru 14 tahun. Ia tidak putus asa. Ia berziarah ke Roma bersama orangtuanya. Dalam audiensi umum dengan Bapa Suci, ia dengan berani meminta izin khusus dari Bapa Suci untuk menjadi suster. Permintaannya itu dikabulkan dan dia boleh masuk biara pada umur 15 tahun. Ia diterima dalam biara Suster-suster Karmelit di Lisieux, Prancis. Kedua kakaknya sudah lebih dahulu di biara itu. Sembilan tahun lamanya, ia hidup sebagai suster biasa. Sebagaimana suster muda lainnya, ia melaksanakan tugas dan doa harian, harus mengatasi perasaan tersinggung, marah, rasa iri hati dan memerangi kebosanan serta bermacam ragam godaan lahir maupun batin. Untuk mencapai kesempurnaan hidup, ia memilih 'jalan sederhana' berdasarkan ajaran Kitab Suci: hidup selaku seorang anak kecil, penuh cinta dan iman kepercayaan akan Allah dan penyerahan diri yang total dengan perasaan gembira. Demi cita-cita itu, ia melakukan hal-hal kecil dan kewajiban-kewajiban sehari-hari dengan penuh tanggungjawab karena cinta kasihnya yang besar kepada Allah Bapa di surga. 
Ia sedih sekali melihat banyak orang menyakiti hati Yesus dengan berbuat dosa dan tidak mau bertobat. Untuk mempertobatkan orang­orang berdosa itu, ia mempersembahkan dirinya sebagai korban penyilih dosa-dosa. Ia rajin berdoa dan melakukan tapa bagi semua orang berdosa. Ia juga berdoa bagi para misionaris dan kemajuan Kerajaan Allah di seluruh dunia. 
Theresia akhirnya menderita sakit paru-paru yang parah.  Selama dua tahun lamanya ia menanggung beban penderitaan itu dengan gembira. Penyakit ini kemudian merengut nyawanya pada tanggal 30 September 1897 di biara Lisieux. Sebelum menghembuskan nafasnya, ia berjanji untuk menurunkan hujan mawar ke dunia. Janji ini benar terpenuhi karena banyak karunia Allah diberikan kepada semua orang yang berdoa dengan perantaraannya.
Theresia meninggal dunia dalam usia yang sangat muda, 24 tahun. Ia mewariskan catatan riwayat pribadinya yang ditulis atas permintaan ibu biara: "Kisah suatu Jiwa." Di dalamnya ia menunjukkan bahwa kesucian hidup dapat dicapai oleh siapa saja, betapa pun rendah, hina dan biasa orang itu. Caranya ialah melaksanakan pekerjaan-pekerjaan kecil dan tugas sehari-hari dengan penuh cintakasih yang murni kepada Tuhan. Theresia adalah seorang Suster Karmelit yang terkenal di Prancis pada abad 20. Pada tahun 1925, ia digelari sebagai 'santa' oleh Paus Pius XI (1922-1939) dan diangkat sebagai 'Pelindung Karya Misi Gereja'. Kemudian oleh Paus Pius XII (1939-1958), Theresia diangkat sebagai 'Pelindung Prancis'.
Santo Romanus dari Italia, Pertapa
Romanus dikenal sebagai seorang pertapa dan biarawan yang hidup di gurun pasir dekat Subiaco. Ia sangat berjasa kepada Santo Benediktus yang sedang mencari jalan kesempurnaan hidup di padang pasir dekat pegunungan Subiaco. Romanus-lah yang memberikan bimbingan dan nasehat serta menunjukkan kepada Benediktus gua pertapaan yang jauh dari keramaian. Selama Benediktus bertapa di gua itu, Romanus yang menghantarkan makanan kepadanya.
Konon Romanus pergi ke Auxere, Prancis untuk membebaskan bangsa Vandal yang membanjiri Italia. Di sana ia mendirikan biara Fontauge. Ia wafat pada tahun 550 dan relikuinya disimpan di Auxere Sens dan Vareilles.




Liturgia Verbi, www.live.sandykusuma.info

 

Liturgia Verbi 2016-09-30 Jumat.




Jumat Pekan Biasa XXVI
30 September 2016

PW S. Hieronimus, Imam dan Pujangga Gereja



Bacaan Pertama
Ayb 38:1.12-21;39:36-38

"Pernahkah engkau menyuruh dinihari datang?
Pernahkah engkau turun sampai ke sumber laut?"

Pembacaan dari Kitab Ayub:

Tuhan berbicara kepada Ayub dari dalam badai,
"Pernahkah dalam hidupmu engkau menyuruh dinihari datang
atau pernahkah fajar kautunjukkan tempatnya
untuk memegang bumi pada ujung-ujungnya,
sehingga orang-orang fasik dikebaskan daripadanya,
yakni tatkala fajar mengubah bumi
menjadi seperti tanah liat yang dimeteraikan,
dan mewarnainya seperti orang mewarnai kain,
tatkala orang-orang fasik dirampas terangnya,
dan dipatahkan lengannya yang teracung?

Pernahkah engkau turun sampai ke sumber laut,
atau berjalan-jalan menyusuri dasar samudera raya?
Apakah pintu gerbang maut tersingkap bagimu,
atau pernahkah engkau melihat pintu gerbang kelam pekat?
Tahukah engkau luasnya bumi?
Nyatakanlah, kalau engkau tahu semuanya itu!

Di manakah jalan ke tempat kediaman terang,
dan di manakah tempat tinggal kegelapan,
sehingga engkau dapat mengantarnya pulang
dan mengetahui jalan menuju rumahnya?
Tentulah engkau mengenalnya,
karena ketika itu engkau sudah lahir,
dan jumlah harimu telah banyak!"

Lalu Ayub menjawab kepada Tuhan,
"Sesungguhnya, aku ini terlalu hina.
Jawab apakah yang dapat kuberikan kepada-Mu?
Mulutku kututup dengan tangan.
Satu kali aku berbicara, tidak akan kuulangi;
dua kali aku berkata, tidak akan kulanjutkan."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 139:1-3.7-10.13-14b,R:24

Refren: Ya Tuhan, tuntunlah aku di jalan yang kekal.

*Tuhan, Engkau menyelidiki dan mengenal aku;
Engkau mengetahui apakah aku duduk atau berdiri,
Engkau mengerti pikiranku dari jauh.
Engkau memeriksa aku kalau aku berjalan dan berbaring,
segala jalanku Kaumaklumi.

*Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu,
ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu?
Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana;
jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati,
Engkau pun ada di situ.

*Jika aku terbang dengan sayap fajar,
dan membuat kediaman di ujung laut,
di sana pun tangan-Mu akan menuntun aku,
dan tangan kanan-Mu memegang aku.

*Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku,
Engkaulah yang menenun aku dalam kandungan ibuku.
Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena misteri kejadianku;
ajaiblah apa yang Kaubuat.



Bait Pengantar Injil
Mzm 95:8ab

Hari ini dengarkanlah suara Tuhan,
dan janganlah bertegar hati.



Bacaan Injil
Luk 10:13-16

"Barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Sekali peristiwa
Yesus bersabda, "Celakalah engkau Khorazim!
Celakalah engkau Betsaida!
Sebab seandainya di Tirus dan Sidon
terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengahmu,
sudah lama mereka bertobat dan berkabung.
Maka pada waktu penghakiman,
tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan
daripada tanggunganmu.

Dan engkau, Kapernaum,
apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit?
Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati.

Barangsiapa mendengarkan kalian, ia mendengarkan Daku;
dan barangsiapa menolak kalian, ia menolak Aku;
dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku."

Demikianlah sabda Tuhan.



Renungan Injil
Perikop pada Bacaan Pertama hari ini, yang dikutip dari Kitab Ayub bab/pasal 38, terdiri dari 38 ayat, dan sebaiknya dibaca secara lengkap sampai pasal 39 ayat 33 agar dapat lebih memahami tentang kekuasaan Tuhan di alam semesta ini.

Telah beberapa kali saya sampaikan dan sekarang ingin saya sampaikan kembali bahwa Injil Tuhan itu bersifat inklusif, diperuntukkan bagi semua orang, dan juga sekaligus eksklusif karena setiap pendengarnya dapat memaknai secara khusus bagi dirinya sendiri yang bisa jadi berbeda dengan pemaknaan orang lain sekali pun diperoleh dari perikop yang sama.
Ibarat yang terjadi di stasiun kereta api.
Ketika kereta akan memasuki stasiun, ia akan membunyikan pluitnya dengan kencang supaya didengar oleh semua orang yang berada di stasiun itu.
Bunyi pluit yang sama yang didengar oleh setiap orang yang ada di sana (inklusif), tetapi maknanya berbeda-beda bagi masing-masing orang (eksklusif).
Bagi petugas security, bunyi pluit dimaknai sebagai keharusan baginya untuk meminta orang-orang tidak lalu-lalang di lintasan kereta agar tidak tertabrak kereta.
Bagi seorang ibu yang berjualan soto ayam, bunyi yang sama itu dimaknai sebagai harapan ada pembeli yang mampir di warungnya.
Bagi seorang anak kecil, bunyi yang sama membuatnya segera berdoa dan berharap, "Semoga ada penumpang yang menggunakan sepatu kulit supaya saya bisa menjual jasa menyemir sepatu."
Bagi seorang bapak yang duduk bersama anaknya, setelah mendengar bunyi pluit yang sama lalu ia berkata kepada anaknya, "Nak, ini ibumu datang."

Begitu pula akan halnya dengan Injil Tuhan.
Setiap orang membaca Injil yang sama (inklusif), tetapi masing-masing memaknai berbeda-beda (eksklusif).
Pada renungan yang cukup panjang kali ini, saya ingin sekali men-sharing-kan pengalaman pribadi saya terkait dengan pemaknaan Injil, dengan harapan ini dapat menjadi stimulan bagi yang lain untuk juga dapat memaknai Injil yang sama sesuai dengan eksklusivitas masing-masing.

Dahulu hidup saya seperti kelelawar, tidur di siang hari dan keluyuran di malam hari, makanya dunia malam bukanlah sesuatu yang asing bagi saya, dunia yang bergelimang dosa.
Waktu itu saya percaya kepada bioritmik, bahwa waktu aktif saya adalah di malam hari, terlebih bagi seorang pemrogram komputer.
Tetapi Tuhan menegur saya, sama persis seperti Tuhan berbicara kepada Ayub dalam badai, "Pernahkah dalam hidupmu engkau menyuruh dinihari datang atau pernahkah fajar kautunjukkan tempatnya?"
Tuhan menciptakan siang dan malam agar manusia beraktifitas di siang hari dan beristirahat di malam hari, agar setiap orang terbangun di saat subuh untuk menyongsong fajar di pagi hari, bukan sebaliknya.
Singkat cerita, sekarang saya telah bisa menunjukkan tempat fajar memegang bumi karena saya selalu bangun sebelum fajar muncul di ufuk Timur.
Sekarang, tetap "melek" setelah jam 10 malam adalah keanehan bagi saya.

Ketika Tuhan bertanya, "Pernahkah engkau turun sampai ke sumber laut, atau berjalan-jalan menyusuri dasar samudera raya?" saya tersentak dengan pertanyaan selanjutnya, "Apakah pintu gerbang maut tersingkap bagimu, atau pernahkah engkau melihat pintu gerbang kelam pekat?"
Cukup lama saya merenungkannya, apa makna eksklusif bagi saya tentang "pintu gerbang maut" itu?
Iya, air dalam jumlah besar bisa jadi membahayakan bagi semua orang, entah itu berupa banjir bandang atau tsunami.
Tetapi saya tidak pernah mengalami bencana seperti itu, lalu apa maksudnya "pintu gerbang maut" itu?
Rupanya ketika kecil dua kali saya mengalami terseret arus ketika berenang di sungai, pernah terseret arus deras ketika mandi di pantai, pernah terjatuh di tebing yang curam di pinggir sungai dan kepala saya terjatuh di tanah persis di antara dua batu besar, meleset sedikit saja akan membuat kepala saya remuk redam.
Ketika masih belum bisa berenang, seroang teman mendorong saya "nyemplung" ke kolam renang dan membuat saya kekenyangan meminum air kolam.
Lalau saya pun teringat pernah mengalami diterjang ombak besar ketika pergi memancing ke tengah laut.
Terlintas pula di benak saya ketika saya di wisuda, teman-teman menggotong saya lalu melemparkan saya ke air di pantai Ancol, membuat saya basah kuyup semalaman karena tidak membawa baju ganti.
Dan yang cukup eksklusif bagi saya, perjalanan darat sejauh apa pun tidak membuat saya mesti mengkonsumsi antimo, tetapi perjalanan dengan kapal laut mudah sekali membuat perut saya merasa mual.
Bagi saya, air dalam jumlah besar adalah pintu gerbang maut, tetapi tentu bukan seperti inilah saya mesti memaknai Injil, karena Injil bukanlah perimbon atau kitab nujum.

Lalu sampailah saya pada pertanyaan Tuhan selanjutnya, "Tahukah engkau luasnya bumi?  Nyatakanlah, kalau engkau tahu semuanya itu!"
Wah, Tuhan tahu saja kalau saya ini ibarat katak dalam tempurung.
Tetapi perintah Tuhan "nyatakanlah" nampaknya melekat di hati saya.
Saya tak lagi mempersoalkan "saya bukan imam", "saya tidak memahami Injil" dan sebagainya.
Selagi saya masih bisa, selagi saya masih diberi waktu, maka saya berusaha untuk memenuhi setiap panggilan karena saya juga berada di statsiun kereta api itu dan saya juga mendengar bunyi peluit kereta api itu, maka saya mesti menyediakan "rest room" gratis di sana agar orang-orang yang lusuh dan kotor dapat membersihkan dirinya.
Tak lagi menjadi masalah seberapa banyak pintu gerbang maut mesti saya lalui, karena Tuhan telah mengingatkan saya bahwa memang ada banyak aral melintang di sepanjang perjalanan saya.
Fokus saya adalah menjawab perintah Tuhan ini, "Nyatakanlah, kalau engkau tahu semuanya itu!"



Peringatan Orang Kudus
Santo Hieronimus, Imam dan Pujangga Gereja
Eusebius Hieronimus Sophronius lahir di Stridon, Dalmatia pada tahun 342. Ayahnya, Eusebius, adalah seorang beriman Kristen yang saleh hidupnya dan dikenal luas sebagai tuan tanah yang kaya raya. Ia mendidik Hieronimus sesuai dengan kebiasaan-kebiasaan hidup Kristiani dan kebiasaan kerja keras. Ketika Hieronimus berusia 12 tahun, ia mengirimnya ke Roma untuk belajar ilmu hukum dan filsafat. Studinya berjalan lancar, hanya cara hidupnya tidak tertib karena pengaruh kehidupan moral orang Roma yang tidak terpuji pada masa itu. Untunglah bahwa ia lekas sadar dan bertobat dari cara hidupnya yang tidak tertib itu. Pada saat itulah ia meminta dipermandikan oleh Paus Liberius. Rahmat permandian yang diterimanya terus dihayatinya dengan banyak berdoa dan berziarah ke makam para martir dan para Rasul bersama kawan-kawannya. Kehidupan rohaninya terus meningkat, demikian pula cintanya kepada Tuhan dan sesama.
Pada tahun 370, ia berangkat ke kota Aquileia dan tinggal di sana beberapa lama untuk mendapat bimbingan dari Valerianus, seorang Uskup yang saleh. Dari sana ia pindah ke kota Antiokia, dan menjalani hidup bertapa di padang gurun Chalcis, di luar kota Antiokia. Empat tahun lamanya ia hidup di dalam kesunyian padang gurun untuk belajar dan meningkatkan hidup rohaninya dengan doa dan puasa. Di bawah bimbingan seorang rabbi, ia belajar bahasa Yunani dan Ibrani.
Berkat kemajuan hidup rohaninya yang besar, ia dianggap layak untuk ditahbiskan menjadi imam. Peristiwa itu terjadi di Antiokia pada tahun 379. Setelah menjadi imam, Hieronimus pergi ke Konstantinopel karena tertarik pada cara hidup Santo Gregorius dari Nazianza. Ia memperoleh banyak pengalaman dari Gregorius bagi peningkatan hidupnya. Hieronimus kemudian berangkat ke Roma dan di sana ia menjadi sekretaris pribadi Sri Paus Damasus (366-384).
Karena pengetahuannya yang luas dan mendalam tentang Kitab Suci dan kecakapannya dalam bahasa Latin, Yunani dan Ibrani, Hieronimus ditugaskan oleh Paus Damasus untuk membuat terjemahan baru atas seluruh isi Alkitab dari bahasa Yunani dan Ibrani ke dalam bahasa Latin. Untuk menunaikan tugas suci itu, ia pindah ke Betlehem, tempat kelahiran Yesus. Ia tinggal di sana selama 30 tahun untuk bekerja, belajar dan bersemadi. Perjanjian Lama diterjemahkannya dari bahasa Ibrani dan Aramik ke dalam bahasa Latin, sedangkan Perjanjian Baru diterjemahkannya dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Latin. Hasil terjemahannya sangat baik dan disukai banyak orang. Oleh karena itu terjemahannya disebut Vulgata, yang berarti Populer, dan sampai kini masih dianggap sebagai terjemahan yang resmi dan sah oleh Gereja.
Selain terkenal luas karena hasil terjemahannya, Hieronimus juga dikenal luas sebagai seorang pembela iman dari berbagai aliran bidaah dan pembimbing rohani. Dari segala penjuru datanglah banyak orang untuk mendapatkan bimbingannya dalam berbagai masalah ketuhanan dan Kitab Suci. Di Betlehem, Hieronimus mendirikan dua buah biara dan memimpinnya selama berada di Betlehem. Satu dari dua biara itu diperuntukkan bagi para biarawati di bawah pimpinan Santa Paula dan kelak oleh Santa Eustachia. Dua biara itu kemudian dibakar oleh para pengikut bidaah Pelagianisme. Kendatipun tertimpa kesedihan besar, Hieronimus terus giat menulis dan mengajar hingga wafatnya pada tahun 420. la dinyatakan oleh Gereja sebagai Orang Kudus sekaligus sebagai seorang Pujangga Gereja yang besar.




Liturgia Verbi, www.live.sandykusuma.info

 

Liturgia Verbi 2016-09-29 Kamis.




Kamis Pekan Biasa XXVI
29 September 2016

Pesta S. Mikael, Gabriel. Rafael, Malaikat Agung



Bacaan Pertama
Dan 7:9-10.13-14

"Seribu kali beribu-ribu orang melayani Dia."

Pembacaan dari Nubuat Daniel:

Aku, Daniel, melihat takhta-takhta dipasang,
lalu duduklah Yang Lanjut Usianya.
Pakaian-Nya putih seperti salju,
dan rambut-Nya bersih seperti bulu domba.
Tahta-Nya dari nyala api,
roda-rodanya dari api yang berkobar-kobar.
Suatu sungai api timbul dan mengalir dari hadapan-Nya.
Beribu-ribu melayani Dia,
Beratus-ratus ribu berdiri di hadapan-Nya.
Lalu duduklah Majelis Pengadilan dan dibukalah Kitab-kitab.

Aku terus melihat dalam penglihatan itu,
tampak dari langit bersama awan-gemawan
seorang serupa Anak Manusia.
Ia menghadap Yang Lanjut Usianya itu,
dan ia dihantar ke hadapan-Nya.
Kepada Dia yang serupa Anak Manusia itu diserahkan
kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja.
Maka segala bangsa, suku dan bahasa mengabdi kepadanya.
Kekuasaannya kekal adanya,
dan kerajaannya tidak akan binasa.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 138:1-2a.2b-3.4-5,R:1b

Refren: Di hadapan para dewata
aku akan bermazmur bagi-Mu, ya Tuhan.

*Aku hendak bersyukur kepada-Mu dengan segenap hatiku,
sebab Engkau mendengarkan kata-kata mulutku;
di hadapan para dewata aku akan bermazmur bagi-Mu.
Aku hendak bersujud ke arah bait-Mu yang kudus.

* Kau hendak memuji nama-Mu,
oleh karena kasih-Mu dan oleh karena setia-Mu,
sebab Kaubuat nama dan janji-Mu melebihi segala sesuatu.
Pada hari aku berseru, Engkau pun menjawab aku,
Engkau menambahkan kekuatan dalam jiwaku.

*Semua raja di bumi akan bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan,
sebab mereka mendengar janji dari mulut-Mu;
mereka akan menyanyi tentang jalan-jalan Tuhan,
sebab besar kemuliaan Tuhan.



Bait Pengantar Injil
Mzm 103:21

Pujilah Tuhan, hai segala tentara-Nya,
muliakanlah Dia, hai para hamba yang melakukan kehendak-Nya.



Bacaan Injil
Yoh 1:47-51

"Engkau akan melihat malaikat-malaikat Allah
turun naik kepada Anak Manusia."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes:

Pada waktu itu
Natanael datang kepada Yesus atas ajakan Filipus.
Tatkala melihat Natanael datang,
Yesus berkata tentang dia,
"Lihat, inilah seorang Israel sejati,
tidak ada kepalsuan di dalamnya!"
Kata Natanael kepada Yesus,
"Bagaimana Engkau mengenal aku?"
Jawab Yesus kepadanya,
"Sebelum Filipus memanggil engkau,
Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara."
Kata Natanael kepada-Nya,
"Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!"
Yesus menjawab, kata-Nya,
"Karena Aku berkata kepadamu:
'Aku melihat engkau di bawah pohon ara',
maka engkau percaya?
Hal-hal yang lebih besar daripada itu akan kaulihat."
Lalu kata Yesus kepadanya,
"Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka,
dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia."

Demikianlah sabda Tuhan.



Renungan Injil
Hari ini renungan Kitab Ayub kita gantikan dengan Nubuat Daniel karena hari ini adalah pesta para malaikat agung, Mikael, Gabriel dan Rafael.
Mereka adalah para pemimpin malaikat surga, berkedudukan di surga.
Mikael adalah panglima balatentara surga, pembela kaum beriman untuk mengalahkan kejahatan.
Gabriel adalah utusan Allah yang menyampaikan berbagai kabar keselamatan dari surga.
Rafael adalah Tabib Allah, yang membantu penyembuhan, sahabat kaum muda;  Dalam Kitab Tobit ditulis, Rafael membantu Tobia menemukan jodohnya.

Ketiga malaikat ini, bersama para malaikat lainnya, mengabdi kepada Allah Bapa, yang digambarkan sebagai "Yang Lanjut Usia".
Gambaran tentang lanjut usia ini tentu maksudnya untuk memberi pemahaman bahwa Allah Bapa sudah ada sejak dahulu kala, tidak dimaksudkan sebagai sosok yang berkulit keriput atau sudah pikun-pikunan, apalagi disebut "sudah bau tanah".
Pakaian yang seperti salju untuk menggambarkan kekudusan-Nya.
Saya tidak tahu apakah Bapa kita masih memerlukan pakaian untuk menutupi aurat-Nya? Jadi, pakaian yang dimaksud di sini adalah untuk memudahkan menggambarkan seperti apa Allah Bapa itu.
Rambut yang seperti bulu domba, putih-halus-menghangatkan, bukanlah dimaksud sebagai "telah ubanan" melainkan sebagai gambaran kematangan, kearifan, sosok yang telah "kenyang makan asam garam".

Allah Putera, digambarkan sebagai "Anak Manusia" karena memang pernah diutus datang ke dunia untuk menjadi manusia sama seperti manusia lainnya, sehingga wujud-Nya menjadi jelas walau pun seringkali digambarkan sebagai "laki-laki ganteng"; waktu itu belum ada kamera sehingga tidak ada foto-Nya yang bisa diabadikan.
Ada juga yang berkomentar, "Yesus itu sebetulnya tidak ganteng seperti yang digambarkan orang."
Ah, jadi masalah buat elo?

Yang justru cukup menggelitik saya adalah ayat yang ini: "Beribu-ribu melayani Dia."
Apa iya, Allah Bapa perlu dilayani oleh ribuan malaikat ini?
Apa iya perlu malaikat menyiapkan sarapan, lunch atau dinner bagi Allah Bapa, atau merebus air panas untuk mandi?
Ah, jangan pernah merendahkan Allah Bapa, menggambarkan Dia sebagai sosok yang lemah sehingga perlu dilayani!
Melayani Dia yang dimaksud tentulah mendengarkan perintah-perintah-Nya bagi pengaturan alam semesta, termasuk pengaturan dunia.
Allah Bapa tidak beranjak dari singgasana-Nya, para pelayan inilah yang mengerjakan sesuai perintah yang mereka terima.
Nah, kita sendiri, sekali pun masih berada di dunia yang fana ini, dan belum tentu akan tiba di kerajaan-Nya, mau atau tidak menjadi pelayan-Nya, bukan yang menyiapkan hidangan bagi-Nya melainkan yang melaksanakan titah-Nya?



Peringatan Orang Kudus
Mikael, Gabriel dan Rafael, Malaekat Agung
Mikael, yang berarti 'Siapakah yang sama dengan Allah?' adalah malaekat agung Allah dan panglima bala tentara surga. Dalam iman Kristen, Mikael dikenal sebagai pembela kaum beriman menghadapi serangan musuh.
Cerita-cerita klasik tentang malaekat agung Mikael umumnya bersumber pada kitab Wahyu Yohanes yang menggambarkan pertentangan antara Yang Baik dan yang jahat. Dalam Wahyunya, Yohanes menulis: "Mikael bersama malaekat-malaekatnya berperang melawan naga itu dan naga itu dibantu oleh malaekat-malaekatnya, tetapi mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga. Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaekat-malaekatnya." (Why 12:7-9). Lalu Yohanes mendengar suara nyaring di surga: "Sekaranglah saatnya Allah menyelamatkan umatNya! Sekarang Allah sudah menunjukkan kuasaNya sebagai Raja! Sekarang Raja Penyelamat Yang dijanjikanNya itu telah menunjukkan kekuasaanNya! Sebab, yang menuduh saudara-saudara kita di hadapan Allah siang dan malam, sudah dikeluarkan dari surga. Saudara-saudara kita sudah mengalahkan dia dengan darah Anak Domba itu, dan dengan Sabda Allah yang mereka kabarkan. Mereka rela mengorbankan nyawa mereka sampai mati. Sebab itu, hendaklah surga dan semua yang tinggal di dalamnya, bersuka ria! Tetapi celakalah bumi dan laut, karena iblis sudah turun kepadamu dengan amarah yang sangat besar. Sebab ia tahu bahwa waktunya tinggal sedikit." (Why 12: 10-12).
Mikael bersama malaekat-malaekat baik telah mengalahkan lusifer dengan sahabat-sahabatnya. Orang-orang Kristen yang rela mengorbankan nyawanya sudah menang berkat darah Kristus dan Sabda Ilahi. Namun Satan tetap mau menjatuhkan manusia di hadapan Tuhan; satan tetap berusaha menjauhkan manusia dari Tuhan, sumber hidup abadi. Tetapi orang beriman yang bersekutu dengan Mikael akan menang. Mikael adalah pembela kaum beriman dari segala serangan musuh yang jahat.
Bangsa Israel memandang Mikael sebagai pembelanya dalam segala penganiayaan, godaan dan perpecahan. Kitab Daniel mengungkapkan sbb: " . . . kemudian Mikael, salah seorang dari pemimpin-pemimpin terkemuka, datang menolong aku, dan aku meninggalkan dia di sana berhadapan dengan raja-raja orang Persia. . . " (Dan 10:13). Sebagaimana Israel, demikian juga Gereja senantiasa memandang Mikael sebagai pelindung, pembela Gereja dalam penganiayaan, godaan dan perpecahan. Umat Kristen mendirikan banyak gereja di atas bukit dan gunung dengan nama Mikael. Banyak kerajaan (seperti di Jerman), kota dan umat mempercayakan diri kepada pimpinan malaekat Mikael yang setia kepada Tuhan. Penghormatan kepada Mikael semakin besar setelah penampakannya di atas Gunung Gargano, Italia pada abad ke-5. Di atas gunung Gargano kemudian didirikan sebuah gereja megah untuk menghormati Mikael.
Selain itu diceritakan bahwa sewaktu Roma terserang wabah, Paus Gregorius melihat malaekat Mikael tengah menghunus pedangnya di atas makam Kaisar Adrian, yang sekarang disebut Benteng Santo Angelo. Orang-orang Negro Amerika bernyanyi: Michael, row the boat ashore! Alleluia!" Lagu ini mengingatkan tradisi tentang Santo Mikael sebagai penerima dan pengawal jiwa orang yang meninggal. Gabriel, yang lazim disebut juga 'Jibrail' berarti 'Kekuatan Allah.' Dalam tradisi Kristen malaekat agung ini dikenal sebagai 'pembawa khabar gembira' dari Tuhan kepada manusia. Peranannya sebagai pelayan dan utusan Allah sudah dikenal umat Allah semenjak masa Perjanjian Lama.
Dalam Kitab Daniel, kita baca uraian sang Nabi sbb: " . . . Dan aku mendengar dari tengah sungai Ulai itu suara manusia yang berseru: 'Gabriel, buatlah orang ini memahami penglihatan itu! . . . Lalu ia berkata kepadaku: 'Pahamilah, anak manusia, bahwa penglihatan itu mengenai akhir masa!" (Dan 8:16-18). Lalu selanjutnya Daniel berkata: " . . . Sementara aku berbicara dalam doa, terbanglah dengan cepat ke arahku Gabriel, dia yang telah kulihat dalam penglihatan yang dahulu itu pada waktu persembahan korban petang hari. Lalu ia mengajari aku dan berbicara dengan aku: 'Daniel, sekarang aku datang untuk memberi akal budi kepadamu untuk mengerti . . . " (Dan 9:21-23).
Dalam Perjanjian Baru, peranan Gabriel sebagai 'pembawa khabar gembira' dari Allah ditemukan lagi di dalam kisah tentang Zakarias. " . .  Tetapi malaekat itu berkata kepadanya: 'Jangan takut, hai Zakaria, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet, istrimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes . . . ' Lalu kata Zakaria kepada malaekat itu: 'Bagaimanakah aku tahu, bahwa hal ini akan terjadi? Sebab aku sudah tua dan isteriku sudah lanjut umurnya'. Jawab malaekat itu kepadanya: 'Akulah Gabriel yang melayani Allah dan aku telah diutus untuk berbicara dengan engkau dan untuk menyampaikan khabar baik ini kepadamu ...... (Luk 1:11-20).
Puncak dari peranan Gabriel tampak di dalam kisah kunjungannya kepada Maria, Dara murni yang terpilih: "Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaekat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazareth, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria .... Kata malaekat itu: 'Salam hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau' . . . . Jangan takut, hai Maria sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah.. . ' " (Luk 1:26-38).
Dari peranan malaekat Gabriel, kita tahu bahwa Gabriel menjadi utusan Allah untuk menyampaikan kepada manusia berita keselamatan dari Allah. Ia memberi penerangan ilahi kepada manusia sehingga terbukalah budi dan hati manusia untuk memahami dan meyakini kehendak Allah.
Rafael, Rafael berarti 'Obat Tuhan', 'Tabib Allah' atau 'Tuhan Menyembuhkan'. Kisah terkenal mengenai malaekat Rafael sebagai 'Tabib Allah' dapat kita baca di dalam Kitab Tobit 4-12. Di sana Rafael tampil sebagai 'teman seperjalanan' Tobia ke negeri Media, dan sebagai malaekat Tuhan yang diutus untuk menyembuhkan Tobias dari kebutaannya, dan untuk membebaskan Sara, puteri Raguel, dari gangguan roh jahat.
Kepada Tobit, Rafael memperkenalkan diri: "Aku ini Rafael, satu dari ketujuh malaekat yang melayani di hadapan Tuhan yang mulia ... Jangan takut; damai sejahtera dengan kamu. Pujilah Allah selama-lamanya! Waktu aku ada dengan kamu, maka bukan karena kerelaanku sendirilah terjadi demikian, melainkan karena kehendak Allah. Maka pujilah Dia seumur hidup, bernyanyilah kepadaNya! . . . " (Tob 12:15-18).
Umat Kristen menghormati malaekat Rafael sebagai tabib Allah yang diutus untuk menyembuhkan manusia dari penyakit dan menguatkan kelemahan jiwanya serta membebaskan manusia dari perhambaan setan.
Santo Sirakus, Pengaku Iman
Sirakus lahir pada tahun 449. Pada umur 17 tahun ia memasuki kehidupan pertapaan di Betlehem. Namun kemudian ia tinggal di banyak biara di seputar Palestina dan di tepi Laut Mati. Rahib Yunani ini sangat lemah lembut, tak pernah marah, dan senang menyanyikan Mazmur. Ia biasanya tidak makan sebelum matahari terbenam. Sirakus meninggal dunia di pertapaannya pada tahun 557.
Santa Theodota dari Philippopolis, Martir
Theodota berasal dari daerah Philippopolis, Thrace. Hari kelahiranya tidak diketahui dengan pasti. Ia dikenal sebagai orang Kristen di wilayah itu. Oleh karena itu ia ditangkap dan dihadapkan ke pengadilan kota Philippopolis. Di sana ia dipaksa oleh Prefek kota itu untuk bergabung dengan orang banyak membawakan kurban kepada dewa Apollo. Dengan tegas ia menolak hal itu karena imannya. Walaupun ia merasa diri sebagai orang yang penuh dosa, namun ia tidak sudi lebih jauh merusak dirinya dengan menyembah dewa-dewa kafir itu. Ia disiksa dengan berbagai cara agar bisa menyangkali imannya, namun ia benar­benar tabah dan sanggup menahan penderitaan itu. Ia memikul beban penderitaan 750 orang Kristen yang ada di daerah itu. Theodota akhirnya dirajam hingga menemui ajalnya. Ia dikenal sebagai martir Kristus abad keempat.




Liturgia Verbi, www.live.sandykusuma.info

 

Liturgia Verbi 2016-09-28 Rabu.




Rabu Pekan Biasa XXVI
28 September 2016

PF S. Wenseslaus, Martir



Bacaan Pertama
Ayb 9:1-12.14-16

"Masakan manusia benar di hadapan Allah?"

Pembacaan dari Kitab Ayub:

Ayub berkata kepada Bildad sahabatnya,
"Sungguh, aku tahu, bahwa beginilah adanya:
masakan manusia benar di hadapan Allah?
Jika ia ingin beperkara dengan Allah
satu dari seribu kali ia tidak dapat membantah-Nya.
Allah itu bijak dan kuat,
siapakah dapat berkeras melawan Dia dan tetap selamat?
Dialah yang memindahkan gunung-gunung tanpa diketahui orang,
yang menjungkir-balikkan dalam murka-Nya.
Ia menggeserkan bumi dari tempatnya,
sehingga tiangnya bergoyang-goyang.
Ia memberi perintah kepada matahari, sehingga tidak terbit,
dan mengurung bintang-bintang dengan meterai.
Seorang diri Ia membentangkan langit,
dan melangkah di atas gelombang-gelombang laut.
Ia menjadikan bintang Biduk, bintang Belantik, bintang Kartika,
dan gugusan-gugusan bintang Ruang Selatan.
Dialah yang melakukan perbuatan-perbuatan tegar yang terduga,
dan keajaiban-keajaiban yang tidak terbilang banyak.

Apabila Ia melewati aku, aku tidak melihat-Nya,
dan bila Ia lalu, aku tidak tahu.
Apabila Ia merampas, siapa akan menghalangi-Nya?
Siapa akan menegur-Nya, 'Apa yang Kaulakukan?'
Bagaimana mungkin aku dapat membantah Dia,
dan memilih kata-kata di hadapan Dia?

Walaupun benar, aku tidak mungkin membantah Dia,
malah aku harus memohon belas kasihan kepada yang mendakwa aku.
Bila aku berseru, Ia menjawab;
aku tidak dapat percaya, bahwa Ia sudi mendengarkan suaraku."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 88:10b-15,R:3a

Refren: Semoga doaku sampai ke hadirat-Mu, ya Tuhan.

*Aku telah berseru kepada-Mu, ya Tuhan, sepanjang hari,
aku telah mengulurkan tanganku kepada-Mu.
Adakah Engkau melakukan keajaiban
di hadapan orang-orang mati?
Masakan jenazah mereka bangkit untuk bersyukur kepada-Mu?

*Dapatkah kasih-Mu diberitakan di dalam kubur,
dan kesetiaan-Mu di tempat kebinasaan?
Diketahui orangkah keajaiban-keajaiban-Mu dalam kegelapan,
dan keadilan-Mu di negeri kealpaan?

*Tetapi aku ini, ya Tuhan, kepada-Mu aku berteriak minta tolong,
dan pada waktu pagi doaku datang ke hadapan-Mu.
Mengapa, ya Tuhan, Kaubuang aku?
Mengapa Kausembunyikan wajah-Mu dari padaku?



Bait Pengantar Injil
Flp 3:8-9

Segala sesuatu kuanggap sebagai sampah,
agar aku memperoleh Kristus dan bersatu dengan-Nya.



Bacaan Injil
Luk 9:57-62

"Aku akan mengikuti Engkau ke mana pun Engkau pergi."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Sekali peristiwa,
Ketika Yesus dan murid-murid-Nya sedang dalam perjalanan,
datanglah seorang di tengah jalan, berkata kepada Yesus
"Aku akan mengikut Engkau, ke mana pun Engkau pergi."

Yesus menjawab,
"Serigala mempunyai liang, dan burung mempunyai sarang,
tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat
untuk meletakkan kepala-Nya."
Lalu kepada orang lain Yesus berkata, "Ikutlah Aku."
Berkatalah orang itu,
"Izinkanlah aku pergi dahulu, menguburkan bapaku."
Tetapi Yesus menjawab, "Biarlah orang mati mengubur orang mati;
tetapi engkau, pergilah,
dan wartakanlah Kerajaan Allah di mana-mana."

Dan seorang lain lagi berkata, "Tuhan, aku akan mengikuti Engkau,
tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku."
Tetapi Yesus berkata,
"Setiap orang yang siap untuk membajak,
tetapi menoleh ke belakang,
tidak layak untuk Kerajaan Allah."

Demikianlah sabda Tuhan.



Renungan Injil
Kegundahan Ayub nampaknya semakin menjadi-jadi.
Malapetaka yang bertubi-tubi menimpanya akhirnya membuat iman Ayub rontok juga.
Nampaknya Ayub tidak hanya kehilangan ketujuh anak laki-laki dan ketiga anak perempuannya, tidak hanya kehilangan semua ternaknya yang jumlahnya mencapai belasan ribu ekor itu, melainkan kehilangan segala milik lainnya;  saudara dan kerabatnya meninggalkan dia, dan ia tidak lagi mendapat penghormatan dari orang-orang seperti sebelumnya.
Beginilah yang disampaikan oleh Ayub,
"Kaum kerabatku menghindar, dan kawan-kawanku melupakan aku.
Kalau aku memanggil budakku, ia tidak menyahut; aku harus membujuknya dengan kata-kata manis.
Nafasku menimbulkan rasa jijik kepada isteriku, dan bauku memualkan saudara-saudara sekandungku.
Bahkan kanak-kanak pun menghina aku, kalau aku mau berdiri, mereka mengejek aku.
Semua teman karibku merasa muak terhadap aku; dan mereka yang kukasihi, berbalik melawan aku."

Waduh, runyam juga kalau kita mengalami seperti yang dialami Ayub.
Percuma saja hidup saleh dan jujur, percuma saja taat kepada Tuhan dan menjauhi kejahatan, kalau akhirnya seperti ini, sementara orang-orang fasik dan orang-orang jahat dibiarkan selamat.
Pemikiran seperti inilah yang bisa membuat kita memberontak terhadap Tuhan, yang bisa membuat kita menuduh Tuhan tidak adil.
Merasa diri benar, memandang rendah orang lain, dan sampai menganggap tindakan Tuhan keliru, adalah kesalahan fatal yang seringkali tidak kita sadari.

Tuhan telah mengutus Zofar, sahabat Ayub, untuk datang kepada Ayub dan menasehati supaya Ayub merendahkan diri di hadapan Tuhan, jangan congkak, jangan merasa diri benar karena itu artinya menganggap Tuhan-lah yang salah.

Selagi kita berada di posisi atas, janganlah memandang rendah orang-orang yang status sosialnya di bawah kita.
Seorang teman marah-marah kepada tukang bakso gara-gara mangkok yang kotor, lalu mengata-ngatai tukang bakso itu dengan perkataan yang tak pantas didengar.
Saya hanya diam, meskipun di dalam hati saya ingin mengomentari, "Kalau mau yang bersih dan enak, kenapa kamu tidak datang ke restaurant yang berkelas saja?
Kalau kamu ingin makanan yang benar-benar bersih dan menyehatkan, opname saja di rumah sakit, pasti kamu akan disuguhi makanan sehat dan kebersihannya dijamin."

Ketika kita merasa diri benar, maka Tuhan pun akan nampak bersalah.
Padahal kita tahu, Tuhan dapat melakukan apa saja yang diinginkan-Nya, tetapi tidak akan pernah salah.
Ayub bukan orang biasa-biasa saja, maka Tuhan perlu menempa Ayub jauh melebihi orang kebanyakan lainnya, agar kisah hidupnya menjadi layak ditulis di dalam kitab suci dan menjadi pembelajaran bagi semua orang, termasuk saya dan Anda.
"Jangan merendahkan orang lain, sekali pun ia seorang hamba, tetapi justru merendahlah di hadapan Tuhan, jangan merasa diri benar di hadapan-Nya karena hanya Dia-lah yang empunya kebenaran."



Peringatan Orang Kudus
Santo Wenseslaus, Raja Bohemia, Martir
Bila dilihat dengan kacamata Gereja dewasa ini, Wenseslaus dapat dikatakan sebagai seorang awam Katolik yang mewarnai pemerintahan negara dengan asas-asas Kristiani sebagaimana diajarkan Kristus. Sebagai raja negeri Wratislav, Cekoslovakia, Wenseslaus dalam usianya yang masih begitu muda tampil sebagai seorang pemimpin yang berjiwa Kristen. Ia berada di dalam dunia dan berdiri tegak dengan semangat Kristiani memimpin rakyatnya dan menghadapi berbagai gejolak politik di negerinya.
Wenseslaus lahir di sebuah kota dekat Praha pada tahun 907 (buku lain 903). Ayahnya, Wratislaw, adalah seorang pangeran,dan penguasa negeri Bohemia yang dikenal saleh dan bijaksana. Ia memimpin rakyatnya berdasarkan asas-asas ajaran Kristiani. Ibunya, Dragomira, dikenal angkuh, gila hormat dan kuasa. Ia masih bermental kafir dan akrab dengan orang-orang kafir.
Oleh karena kekafiran isterinya Dragomira, Wratislaw mempercayakan pendidikan anaknya kepada ibu kandungnya Ludmila. Ludmila, nenek Wenseslaus, dikenal sebagai seorang wanita yang saleh dan baik hati. Ia menyekolahkan Wenseslaus di Budetch, sebuah sekolah Latin yang tinggi mutunya.
Ketika Wenseslaus berusia 13 tahun, ayahnya meninggal dunia sewaktu memerangi kaum Magyars pada tahun 920. Dengan itu kekuasaan kerajaan jatuh ke tangan ibunya, Dragomira. Watak kekafiran Dragomira benar-benar terlihat jelas di dalam caranya memerintah. Ia menimbulkan banyak kekacauan karena menyokong orang-orang kafir untuk menyerang para pemimpin Katolik beserta seluruh umat. Korban pertama ialah Ludmila, ibu kandung Wratislaw, yang mendidik dan membesarkan Wenseslaus. Ludmila mati dicekik oleh kaki tangan Dragomira.
Pembunuhan atas Ludmila semakin memperburuk situasi negara. Dari dalam dan dari luar Bohemia datang banyak reaksi keras. Pangeran Bayern memaksa Dragomira meletakkan jabatannya dan mendesak Wenseslaus naik takhta menggantikan ibunya yang korup itu. Wenseslaus yang baru berusia 15 tahun mengambil alih kekuasaan pada tahun 922. Dengan dukungan banyak orang, ia memimpin rakyatnya. Cita-citanya ialah mewujudkan suatu negara yang adil dan makmur berlandaskan asas-asas Kristiani.
Dengan seluruh sikap hidupnya, Wenseslaus berhasil memimpin rakyatnya. Ia dikenal sebagai seorang raja yang saleh, berani dan murah hati terutama kepada para janda dan anak yatim-piatu. Ia meringankan beban hidup orang-orang miskin, mengunjungi para tawanan untuk menghibur mereka. Lebih dari itu konon pada musim dingin ia sendiri menghantar kayu bakar kepada keluarga-keluarga miskin di sekitarnya.
Karyanya diletakkan di atas landasan iman yang kokoh. Ia menaruh devosi yang tinggi terhadap Sakramen Mahakudus. Kerapkali ia sendiri menjadi misdinar yang melayani imam pada waktu perayaan Ekaristi.  Sering ia mengunjungi gereja pada tengah malam untuk berdoa di hadapan Sakramen Mahakudus.
Tetapi sebagaimana biasa kepemimpinan yang jujur dan adil senantiasa tidak luput dari berbagai rintangan bahkan ancaman. Banyak pembesar kerajaan tidak senang dengan Wenseslaus karena kejujuran dan keadilannya. Pemimpin para lawannya ialah adik kandungnya sendiri, yaitu Boleslaw yang didukung oleh Dragomira. Bersama pembesar lainnya, Boleslaw berusaha membunuh Wenseslaus dan melenyapkan agama Katolik dari bumi Bohemia. Untuk itu mereka mencari kesempatan emas yang tepat untuk pelaksanaan niat jahat itu.
Kelahiran putera sulung Boleslaw merupakan kesempatan emas itu. Boleslaw mengadakan suatu perjamuan besar untuk merayakan kelahiran puteranya. Ia mengundang Wenseslaus bersama seluruh pembesar kerajaan. Pada kesempatan itulah, Boleslaw menyerang kakaknya dari belakang dan menusuknya dengan sebilah pedang. Sebelum menghembuskan nafas terakhir, Wenseslaus berkata: "Adikku, semoga Tuhan mengampuni engkau."
Wenseslaus adalah awam Katolik yang tangguh. Ia dibunuh karena perjuangannya menegakkan kebenaran dan keadilan, kejujuran dan cinta kasih sepanjang masa pemerintahannya. Memang ia mati sebagai seorang negarawan, namun apa yang diperjuangkan dan dipertahankannya sesungguhnya nilai-nilai hidup yang abadi berdasarkan ajaran Kris­tus dan GerejaNya. Oleh karena itu ia digelari sebagai Saksi Iman, Martir Kristus. Makamnya dikunjungi oleh banyak peziarah. Ia dihormati sebagai pelindung negeri Cekoslovakia modern dan dikenal sebagai tokoh awam Katolik yang mampu menerjemahkan ajaran-ajaran iman di dalam penyelenggaraan pemerintahan negara. Banyak mujizat terjadi atas orang-orang yang berdoa dengan perantaraannya. Tetapi mujizat terbesar ialah pertobatan Boleslaw adiknya, pembunuh yang bengis itu. Wenseslaus baru berusia 22 tahun ketika ia gugur sebagai pelindung Gereja Kristus serta pembela keadilan dan kejujuran.
Santa Eustakia, Perawan
Eustakia adalah puteri bungsu Santa Paula, janda seorang bangsawan Romawi. Ia dikenal sebagai gadis Romawi pertama yang mengikrarkan kaul kemurnian hidup bagi Kristus. Oleh Santo Hieronymus, pembimbing rohaninya di Betlehem Eustakia diberi julukan "Bunga para Gadis."
Ketika ibunya Paula meninggalkan segala-galanya dan berangkat ke Palestina untuk mengurbankan hidupnya demi Kristus dan kepentingan sesama, Eustakia menemaninya. Ia mau menjadi seperti ibunya dalam hal pengabdian kepada Kristus dan sesama. Di Palestina, mereka berdua bersama-sama mengunjungi berbagai tempat suci yang pernah disinggahi Kristus semasa hidupNya. Paula, ibunya mendirikan sebuah biara di Betlehem dan Eustakia menjadi salah satu anggota biara itu.
Sepeninggal ibunya, Eustakia menjadi pemimpin biara itu di bawah bimbingan Santo Hieronymus. Sebagai pemimpin biara, Eustakia benar­benar menunjukkan teladan hidup yang cemerlang dalam mengamalkan segala kebajikan Kristiani demi kemuliaan Kristus.
Santo Hieronymus sangat mengagumi cara hidup Eustakia. Ada beberapa surat yang ditulisnya kepada Eustakia untuk menunjukkan kekagumannya pada cara hidup Eustakia. Dalam salah satu suratnya ia menulis: "Eustakia, anakku dan adikku yang terkasih di dalam Kristus, Tuhan! Umurku dan kasih-sayangku memperkenankan aku menggunakan kata-kata seperti itu. Sesungguhnya Tuhan telah menciptakan engkau untuk menjadi orang terkemuka di antara para gadis Romawi. Oleh karena itu, berjuanglah sekuat tenagamu agar tugasmu yang suci mulia itu kau selesaikan sampai tuntas di dalam nama Kristus Tuhan kita. Kiranya kebahagiaan yang telah kauperoleh dari Kristus, tidaklah hilang karena kebodohan yang hanya menuntut pengorbanan yang setengah-setengah."
Sebaliknya cara hidup Eustakia menjadi dorongan moral yang besar bagi Santo Hieronymus dalam usahanya menyelesaikan terjemahan Kitab Suci ke dalam bahasa Latin. Setelah mengabdi Tuhan dalam waktu yang cukup lama, Eustakia meninggal dunia pada tahun 419. Tidak lama kemudian Santo Hieronymus pun menyusuli dia ke dalam kebahagiaan surgawi yang tak kunjung berakhir.




Liturgia Verbi, www.live.sandykusuma.info

 

Liturgia Verbi 2016-09-27 Selasa.




Selasa Pekan Biasa XXVI
27 September 2016

PW S. Vinsensius de Paul, Imam



Bacaan Pertama
Ayb 3:1-3.11-17.20-23

"Mengapa orang malang diberi terang?"

Pembacaan dari Kitab Ayub:

Dalam kemalangannya, Ayub membuka mulut
mengutuki hari kelahirannya, katanya,
"Biarlah hilang lenyap hari kelahiranku, dan malam yang mengatakan,
'Seorang anak laki-laki telah ada dalam kandungan.'
Mengapa aku tidak mati waktu aku lahir?
Atau binasa waktu aku keluar dari kandungan?
Mengapa ada pangkuan yang menerimaku?
Mengapa ada buah dada, sehingga aku dapat menyusu?

Andaikata semua itu tidak ada,
aku sekarang berbaring dan tenang.
Aku tertidur dan mendapat istirahat
bersama para raja dan para penasihat di bumi,
yang mendirikan kembali reruntuhan bagi dirinya;
atau bersama para pembesar yang mempunyai emas,
yang memenuhi rumahnya dengan perak.
Mengapa aku tidak seperti anak gugur yang disembunyikan,
seperti bayi yang tidak melihat terang?
Di sanalah orang jahat berhenti menimbulkan huru-hara;
di sanalah mereka yang kehabisan tenaga mendapat istirahat.

Mengapa orang malang diberi terang
dan orang yang pedih hati dibiarkan hidup?
Mereka menantikan maut, yang tak kunjung datang;
mereka mengejarnya lebih daripada menggali harta terpendam;
bila mereka menemukan kubur,
mereka bersukaria dan bersorak-sorai dengan gembira.
Mengapa dibiarkan hidup orang yang tidak tahu mesti kemana?
Orang yang dikepung oleh Allah?"

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 88:2-8,R:3a

Refren: Semoga doaku sampai ke hadirat-Mu, ya Tuhan.

*Ya Tuhan, Allah yang menyelamatkan daku,
siang hari aku berseru-seru,
dan pada waktu malam aku menghadap Engkau.
Biarlah doaku datang ke hadapan-Mu,
sendengkanlah telinga-Mu kepada teriakku.

*Sebab jiwaku kenyang dengan malapetaka,
dan hidupku sudah dekat dunia orang mati.
Aku telah dianggap termasuk orang-orang
yang turun ke liang kubur;
aku seperti orang yang tidak berkekuatan.

*Aku harus tinggal di antara orang-orang mati,
seperti orang-orang yang mati dibunuh, terbaring dalam kubur,
yang tidak Kauingat lagi,
sebab mereka terputus dari kuasa-Mu.

*Telah Kautaruh aku dalam liang kubur yang paling bawah,
dalam kegelapan, dalam tempat yang dalam.
Aku tertekan oleh panas murka-Mu,
dan segala pecahan ombak-Mu Kautindihkan kepadaku.



Bait Pengantar Injil
Mrk 10:45

Anak Manusia datang untuk melayani
dan menyerahkan nyawa-Nya sebagai tebusan bagi semua orang.



Bacaan Injil
Luk 9:51-56

"Yesus mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Ketika hampir genap waktunya diangkat ke surga,
Yesus mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem.
Diutus-Nya beberapa utusan mendahului Dia.
Mereka itu pergi, lalu masuk sebuah desa orang Samaria
untuk mempersiapkan segala sesuatu bagi-Nya.
Tetapi orang-orang Samaria di situ tidak mau menerima Dia,
karena perjalanan-Nya menuju Yerusalem.

Ketika dua murid-Nya, yaitu Yakobus dan Yohanes, melihat hal itu, mereka berkata,
"Tuhan, bolehkah kami menurunkan api dari langit
untuk membinasakan mereka?"

Tetapi Yesus berpaling dan menegur mereka,
"Kalian tidak tahu apa yang kalian inginkan.
Anak Manusia datang bukan untuk membinasakan orang,
melainkan untuk menyelamatkannya."
Lalu mereka pergi ke desa yang lain.

Demikianlah sabda Tuhan.



Renungan Injil
Mari kita lanjutkan renungan dari Kitab Ayub.
Kemarin kita telah merenungkan bagaimana Ayub yang hidup saleh dan yang kaya raya itu didera dengan berbagai persoalan hidup, segala miliknya telah direngut darinya.
Mengapa Ayub yang hidup saleh itu mesti mengalami penderitaan yang sangat berat dalam hidupnya di dunia ini?
Kemana saja Tuhan?  Kok sepertinya Tuhan telah melakukan pembiaran terhadap kesusahan Ayub?

Pada Bacaan Pertama hari ini, Ayub meluapkan perasaan hatinya, cermin keputus-asaan atas derita yang ditanggungnya, dan bahkan Ayub menyesali dirinya telah dilahirkan di dunia ini, "Mengapa aku tidak mati waktu aku lahir, atau binasa waktu aku keluar dari kandungan?"

Terpuruk dalam perasaan sedih atau pun terjebak dalam keputus-asaan bisa terjadi pada siapa saja, terutama di saat-saat hidup yang serba berkesusahan.
Saya mengalaminya berulang-kali, rasanya ingin mati saja tetapi tak berani bunuh diri.
Yesus juga mengalaminya, ketika di taman Getsemani Yesus berkata, "Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya." [Mat 26:38b]
Begitu pula saat menjelang ajal-Nya, Yesus berseru dengan suara nyaring, ""Eli, Eli, lama sabakhtani?" (Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?)

Kita patut belajar dari Ayub, orang jujur dan benar tapi mesti menderita.
Sekali pun demikian, Ayub tidak berpaling dari Tuhan.
Ia tidak melawan Tuhan, melainkan tetap teguh memelihara imannya.

Ketika kita mengalami penderitaan, apa sesungguhnya yang kita inginkan agar terbebas dari penderitaan itu?
Apakah kita akan cengeng, berharap Tuhan membuat sim-salabim sementara kita tidak melakukan apa-apa untuk mengatasi penderitaan itu?
Ataukah kita memohon pertolongan Tuhan agar kita dikuatkan menghadapi dan mengatasi penderitaan itu? Dengan demikian, iman kita pun akan menjadi semakin kokoh?
Yesus sendiri telah mengajarkan kepada kita, jika hendak menjadi pengikut Kristus, bukan kesenangan duniawi yang akan kita peroleh; Yesus tidak sedang "menyogok" kita, tidak melakukan gratifikasi.
Jika mengingini kelimpahan nikmat dunia, datanglah kepada Mamon; percuma saja datang kepada Kristus.
Jika hendak datang kepada Kristus dan menjadi pengikut-Nya, penuhilah kedua syarat utama berikut ini: menyangkal diri dan memikul salib, dan menurut Injil Lukas, perbuatlah itu setiap hari!



Peringatan Orang Kudus
Santo Vinsensius a Paulo, Pengaku Iman
Vinsensius a Paulo terkenal sebagai rasul cintakasih bagi kaum miskin dan penghibur orang-orang sakit. Pendiri Kongregasi Misi dan Kongregasi Puteri-puteri Cintakasih ini lahir di Pouy, Gascony, Prancis pada tanggal 24 April 1581. Ayahnya Jean de Paul dan ibunya Bertrande de Moras dikenal sebagai petani miskin di Pouy dengan enam orang anak. Meskipun demikian, mereka orang beriman dan saleh hidupnya. Mereka mendidik anak-anaknya dalam kerja dan hidup doa sehingga semuanya berkembang dewasa menjadi orang beriman yang saleh dan disenangi banyak orang.
Vinsens dikenal cerdas, namun tidak bisa bersekolah karena ketidak mampuan orangtuanya membiayai sekolah. Untunglah Tuan Comet, seorang dermawan, bersedia menyekolahkan dia. Pada umur 15 tahun, Vinsens mengikuti panggilan nuraninya untuk menjadi imam. Ia masuk Seminari. Orangtuanya bingung dengan cita-citanya itu. Tetapi akhirnya mereka pun meluluskan permintaannya. Mula-mula Vinsens belajar di sebuah kolese Fransiskan di kota Dax, lalu melanjutkan pendidikannya di Universitas Toulouse. Karena kecerdasannya, ia dapat menyelesaikan studinya dalam waktu yang singkat. Pada tahun 1600, ketika berusia 20 tahun, ia ditahbiskan menjadi imam, sambil melanjutkan studi hingga meraih gelar Sarjana Teologi di Universitas Toulouse pada tahun 1604.
Pada tahun 1605, dalam perjalanan pulang seusai studinya, kapal yang ditumpanginya disergap bajak-bajak laut dari Turki di Laut Tengah. Vinsens ditangkap dan digiring ke pasar budak Tunisia. Di sana dia dibeli oleh seorang saudagar dari Afrika Utara. Selama dua tahun, Vinsens mengalami banyak penderitaan karena perlakuan kasar majikannya. Namun dia dengan sabar dan rendah hati menanggung semuanya itu. Teladan hidupnya akhirnya berhasil mematahkan kekerasan hati tuannya sehingga dia tidak disiksa dengan pekerjaan-pekerjaan berat. Pada tahun 1607, Vinsens berhasil meloloskan diri dari cengkeraman tuannya dan lari ke Roma. Di Roma ia belajar lagi Teologi selama dua tahun sebelum kembali ke Prancis.
Di Prancis, ia bekerja di paroki Clichy di pinggiran kota Paris. Di bawah bimbingan Pater Pierre de Berulle, seorang teolog terkenal yang kemudian menjadi Kardinal, ia menjadi seorang imam yang disukai umat. Atas permintaan Pater de Berulle, ia menjadi pengajar pribadi putera tertua Philippe Gondi, seorang bangsawan terkemuka dari Prancis. Dalam keluarga bangsawan ini Vinsens mulai mencurahkan seluruh kemampuannya. Ia tidak hanya mengajar tetapi juga memberikan bimbingan rohani kepada para petani yang bekerja, di perkebunan-perkebunan keluarga Gondi di Champagne dan Picardy. Kepada mereka, Vinsens mengajarkan kebajikan-kebajikan iman Kristen dan mendorong mereka untuk selalu menerima sakramen terutama Komuni Kudus serta kembali kepada praktek iman Kristen yang benar dalam hidup sehari­hari.
Pada tahun 1617, Vinsens diangkat sebagai pastor paroki Chatillon­Les-Dombes. Paroki ini tergolong sulit dan berat karena sarat dengan masalah kemerosotan moral dan praktek kekafiran. Vinsens ternyata orang hebat. Ia berhasil mempertobatkan umat paroki itu hanya dalam waktu satu tahun. Kesalehan hidupnya dan caranya melayani umat sanggup mematahkan kedegilan hati umat. Di paroki itulah, Vinsens mulai merintis pendirian tarekat Persaudaraan Cintakasih. Ia berhasil menarik 20 orang wanita yang dengan sukarela mengunjungi orang­orang sakit dan para fakir miskin di seluruh wilayah paroki.
Menyaksikan prestasi Vinsens, Jean Francois de Gondi, Uskup Agung Paris dan saudara kandung Philippe Gondi, meminta Vinsens mendirikan sebuah tarekat misioner untuk mewartakan Injil dan melayani sakramen-sakramen di seluruh wilayah keuskupannya. Tarekat misioner ini kemudian dikenal luas dengan nama 'Kongregasi Imam untuk Karya Misi' atau Kongregasi Misi. Imam-imam dalam kongregasi ini lazim juga disebut 'Imam-imam Lazaris'. Pada mulanya mereka bermarkas di Kolese des Bos-Enfants, yang dipercayakan kepada Vinsens oleh Uskup Agung Jean Francois de Gondi.
Masalah besar yang dihadapi Vinsens ialah kurangnya persiapan imam-imam diosesan Prancis untuk tugas-tugas pastoral. Untuk mengatasinya, Vinsens mulai melancarkan program pembinaan rohani khusus untuk para calon imam yang akan ditahbiskan. Untuk itu, ia memindahkan pusat karyanya ke biara Santo Lazarus di Paris atas dukungan kepala biara itu. Di biara itu, Vinsens memprakarsai pertemuan mingguan untuk imam-imam diosesan, dan kegiatan pemeliharaan anak-anak yatim-piatu dan para fakir miskin. Melalui pertemuan mingguan itu, ia berhasil mendidik sejumlah orang saleh dari Prancis, seperti Jacques Benigne Bossuet dan Jean Jacques Olier, pendiri Serikat Santo Sulpice.
Bagi para miskin dan orang sakit, ia mendirikan banyak Yayasan Persaudaraan Cintakasih, yang telah dimulainya di paroki Chatillon-Les­Dombes. Louise de Marillac, janda Antoine Le Gras yang kemudian digelari kudus, ditugaskan untuk mengurus yayasan-yayasan itu. Orang­orang kaya dimintanya menyumbangkan sejumlah kekayaannya bagi orang-orang miskin. Beberapa wanita di bawah pimpinan Louise de Marillac dibimbingnya untuk menangani karya itu. Kelompok kecil ini terus bertambah jumlahnya dan akhirnya menjadi satu kongregasi tersendiri, Kongregasi Suster Puteri-puteri Cintakasih. Kelompok suster ini merupakan kelompok religius terbesar dalam Gereja dewasa ini. Semangat dua kongregasi religius yang didirikannya diilhami oleh pandangannya tentang cinta kepada Tuhan yang bersifat praktis: "Cintailah Tuhan dengan kedua tanganmu sampai kecapaian dan dengan butir-butir peluh yang mengucur dari wajahmu!"
Vinsensius a Paulo meninggal dunia di Paris pada tanggal 27 September 1660. Oleh Paus Klemens XII, ia digelari 'kudus' pada tahun 1737, dan oleh Paus Leo XIII diangkat sebagai pelindung semua karya dan perkumpulan cintakasih.




Liturgia Verbi, www.live.sandykusuma.info

 

Liturgia Verbi 2016-09-26 Senin.




Senin Pekan Biasa XXVI
26 September 2016

PF S. Kosmas dan Damianus, Martir



Bacaan Pertama
Ayb 1:6-22

"Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan."

Pembacaan dari Kitab Ayub:

Pada suatu hari anak-anak Allah datang menghadap Tuhan,
dan di antara mereka datanglah juga Iblis.
Maka bertanyalah Tuhan kepada Iblis, "Dari manakah engkau?"
Jawab Iblis, "Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi."

Lalu bersabdalah Tuhan,
"Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub?
Sebab tiada seorang pun di bumi seperti dia,
begitu saleh dan jujur, takwa dan menjauhi kejahatan."

Lalu jawab Iblis,
"Bukankah Ayub mendapat keuntungan karena takwanya?
Bukankah Engkau yang membuat pagar
sekeliling dia dan rumahnya serta segala miliknya?
Apa saja yang dikerjakannya telah Kauberkati,
dan apa yang dimilikinya makin bertambah di negeri itu.
Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah segala yang dipunyainya,
ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu."

Maka Tuhan bersabda kepada Iblis,
"Nah, segala yang dipunyainya ada dalam kuasamu;
hanya janganlah engkau mengulurkan tanganmu terhadap dirinya."
Kemudian pergilah Iblis dari hadapan Tuhan.

Pada suatu hari, ketika anak-anak Ayub laki-laki dan perempuan
makan-makan dan minum anggur
di rumah saudara mereka yang sulung,
datanglah seorang pesuruh kepada Ayub dan berkata,
"Sedang lembu sapi membajak
dan keledai-keledai betina makan rumput di sebelahnya,
datanglah orang-orang Syeba menyerang dan merampasnya,
serta memukul penjaganya dengan mata pedang.
Hanya aku sendiri yang luput,
sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada Tuan."

Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata,
"Api telah menyambar dari langit,
dan membakar serta memakan habis kambing domba dan para penjaga.
Hanya aku sendiri yang luput,
sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada Tuan."

Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain lagi dan berkata,
"Orang-orang Kasdim membentuk tiga pasukan,
lalu menyerbu unta-unta dan merampasnya
serta memukul para penjaga dengan mata pedang.
Hanya aku sendiri yang luput,
sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada Tuan."

Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain lagi dan berkata,
"Anak-anak Tuan lelaki dan perempuan sedang makan-makan dan minum anggur
di rumah saudara mereka yang sulung,
maka tiba-tiba angin ribut bertiup dari seberang padang gurun;
rumah itu dilandanya dari empat penjuru,
dan roboh menimpa orang-orang muda itu, sehingga mereka tewas.
Hanya aku sendiri yang luput,
sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada Tuan."

Maka berdirilah Ayub,
lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya.
Kemudian sujudlah ia dan menyembah, katanya,
"Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku,
dengan telanjang pula aku akan kembali ke dalamnya.
Tuhanlah yang memberi, Tuhanlah yang mengambil,
terpujilah nama Tuhan!"
Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa,
dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 17:1-3.6-7,R:6ab

Refren: Condongkanlah telinga-Mu kepadaku,
dan dengarkanlah kataku.

*Dengarkanlah, Tuhan, pengaduan yang jujur,
perhatikanlah seruanku;
berilah telinga kepada doaku,
doa dari bibir yang tidak menipu.

*Dari pada-Mulah kiranya datang penghakiman:
kiranya mata-Mu melihat apa yang benar.
Bila Engkau menguji hatiku;
bila Engkau memeriksanya pada waktu malam,
dan menyelidiki aku,
maka tidak suatu kejahatan pun Kautemukan;
mulutku tidak terlanjur.

*Aku berseru kepada-Mu, karena Engkau menjawab aku, ya Allah;
sendengkanlah telinga-Mu kepadaku, dengarkanlah perkataanku.
Tunjukkanlah kasih setia-Mu yang ajaib,
ya Engkau yang menyelamatkan orang-orang
yang berlindung pada tangan kanan-Mu terhadap pemberontak.



Bait Pengantar Injil
Mrk 10:45

Anak Manusia datang untuk melayani
dan menyerahkan nyawa-Nya
sebagai tebusan bagi semua orang.



Bacaan Injil
Luk 9:46-50

"Yang terkecil di antara kalian, dialah yang terbesar."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Sekali peristiwa
timbullah pertengkaran di antara para murid Yesus
tentang siapakah yang terbesar di antara mereka.
Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka.
Karena itu Ia mengambil seorang anak kecil
dan menempatkannya di samping-Nya.
Lalu Ia berkata kepada mereka,
"Barangsiapa meneruma anak ini demi nama-Ku, dia menerima Aku.
Dan barangsiapa menerima Aku, menerima Dia yang mengutus Aku.
Sebab yang terkecil di antara kalian, dialah yang terbesar."

Pada kesempatan lain Yohanes berkata,
"Guru, kami lihat seorang mengusir setan demi nama-Mu,
dan kami telah mencegahnya, karena ia bukan pengikut kita."
Tetapi Yesus menjawab, "Jangan kalian cegah,
sebab barangsiapa tidak melawan kalian, dia memihak kalian."

Demikianlah sabda Tuhan.



Renungan Injil
Kitab Ayub pada Bacaan Pertama hari ini menarik untuk kita renungkan;  apakah kita akan tetap setia kepada Tuhan di saat berbagai kesusahan datang melanda?
Ketika Tuhan mengijinkan iblis mempeloroti segala milik Ayub, maka orang-orang Syeba pun merampas sapi dan keledai milik Ayub; kambing, domba berikut para penjaganya pun hangus tersambar api petir; orang-orang Kasdim merampas unta-unta; dan angin ribut pun menewaskan anak-anak Ayub.

Habis sudah segala milik ayub.
Tuhan yang berjanji memasang pagar pelindung bagi Ayub ternyata hanya diam saja, membiarkan kesusahan terjadi silih berganti pada Ayub.
Dan Iblis pun yakin, kali ini Ayub akan berpaling dari Tuhan, akan meninggalkan Tuhan.
Tetapi iblis kecelik, iman Ayub tetap kokoh, hilangnya semua harta milik Ayub tidak membuat Ayub berpaling meninggalkan Tuhan.
Beginilah yang dikatannya,
"Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku,
dengan telanjang pula aku akan kembali ke dalamnya.
Tuhanlah yang memberi, Tuhanlah yang mengambil,
terpujilah nama Tuhan!"

Ada dua kondisi yang bisa menyebabkan orang berpaling dari Tuhan.
Yang pertama, ketika orang hidup berkelimpahan harta, memiliki kesehatan tubuh yang baik, menerima penghormatan orang, maka bisa jadi ia tak lagi memerlukan Tuhan, menjadi congkak dan takabur, untuk apa lagi mengabdi kepada Tuhan?
Yang kedua, ketika orang mengalami berbagai kesusahan hidup yang datang silih berganti, setelah lelah memanjatkan doa permohonan tapi tak didengarkan oleh Tuhan, lalu jatuh ke dalam keputus-asaan, maka iming-iming iblis bisa jadi menggodanya lalu berpaling kepada kuasa iblis.

Baik dalam hidup berkelimpahan atau pun dalam kesusahan hidup yang bertubi-tubi, iman kita tetap diukur, tetap ditakar, apakah akan luntur, menjadi rentan atau tetap kokoh.
Dalam kondisi dan situasi apa pun, Tuhan mau agar kita selalu saleh, jujur, takwa dan menjauhi kejahatan.



Peringatan Orang Kudus
Santo Kosmas dan Damianus, Martir
Kedua kakak beradik ini berkebangsaan Arabia. Nama mereka tertera pada alat-alat kedokteran, tetapi sedikit saja kisah yang dapat kita peroleh tentang mereka. Konon mereka dibesarkan oleh ibunya yang sudah menjanda sejak masa kecilnya. Dengan kasih sayang yang besar dan kerja keras, ibunya mendidik dan menyekolahkan mereka di Syria hingga berhasil menjadi dokter. Setelah menyelesaikan studinya di Syria, mereka bekerja sebagai dokter di Silisia, Asia Kecil. Sebagai orang beriman, cintakasih sungguh-sungguh mewarnai hidup mereka. Mereka mengabdikan seluruh kepandaian dan ilmu mereka guna menolong orang orang sakit tanpa memungut bayaran. Semua orang menyanjung dan menghormati mereka sebagai orang-orang Kristen yang benar-benar menghayati ajaran Kristus. Dalam karyanya mereka juga turut mewartakan Injil Kristus kepada orang-orang sekitar.
Dalam bahasa Yunani kedua kakak beradik ini dijuluki "Anarguroi" yang berarti 'Orang-orang yang tidak menghiraukan uang. Julukan ini tepat karena pengabdian mereka sebagai dokter tanpa memungut uang dari para pasiennya. Sering sekali mereka menyembuhkan orang sakit bukan karena keahliannya tetapi karena imannya akan Kristus dan perhatiannya yang besar pada kesembuhan orang-orang sakit. Karena perbuatan cinta kasih mereka itu, mereka ditangkap dan dipenjarakan oleh Prefek Lysias, dan dipaksa menyembah dewa-dewi kafir. Namun mereka tidak gentar sedikit pun menghadapi segala siksaan itu. Kepada Lysias mereka menegaskan bahwa agama Kristen sangat penting untuk keselamatan yang kekal. Setiap siksaan yang dikenakan pada mereka tidak mempan untuk mematahkan iman mereka. Tuhan ada dipihak mereka. Akhirnya Prefek itu memutuskan untuk memenggal saja kepala mereka untuk menghabisi nyawa mereka. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 27 September 303 pada masa pemerintahan Kaisar Diokletianus yang kejam itu.
Kisah lain mengungkapkan peristiwa pembunuhan mereka secara mendetail. Keduanya disalibkan dan dilempari batu serta dipanah. Tetapi batu-batu itu memental dan mengenai para pelempar itu sendiri. Demikian juga para pemanah terkena sendiri panah yang mereka tembakkan. Sesudah kematian mereka, banyak terjadi mujizat penyembuhan. Di antara orang-orang besar yang disembuhkan ialah Raja Yustianus I. Oleh karena itu raja mendirikan sebuah gereja besar di Konstantinopel untuk menghormati mereka. Paus Felix IV (526-530) mendirikan sebuah gereja lagi bagi mereka di Roma. Nama mereka dimasukkan dalam Doa Syukur Agung Misa. Para dokter menghormati mereka dan menjadikan mereka pelindung para dokter dan alat-alat kedokteran.
Santo Siprianus dan Yustina, Martir
Di Antiokia, Syria, Siprianus dikenal sebagai seorang dukun. Banyak orang datang kepadanya untuk disembuhkan dari penyakitnya.  Tapi praktek kedukunannya tidak mendapat tanggapan baik dari orang­orang Kristen. Ia sendiri tidak berdaya menghadapi orang-orang Kristen. Sekali peristiwa ia menggoda Yustina, seorang gadis Kristen namun ia tidak berhasil. Oleh pengaruh Yustina, ia lalu sadar akan keberdosaannya, bertobat dan dipermandikan. Ia kemudian menikahi Yustina dan menjadi seorang Kristen yang saleh.
Kegiatan-kegiatan iman yang dilakukan kedua suami-isteri ini mengakibatkan kematian mereka sebagai saksi iman. Mereka ditangkap, didera dan dipenjarakan dengan tujuan agar keduanya murtad dari imannya. Tetapi karena mereka tetap pada pendiriannya, maka mereka dibunuh di Nikomedia. Jenazah mereka ditinggalkan saja di tempat pembantaian. Tetapi kemudian diangkut ke Roma oleh beberapa orang pelaut yang beragama Kristen.




Liturgia Verbi, www.live.sandykusuma.info