Liturgia Verbi 2017-12-01 Jumat.

Liturgia Verbi (A-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXXIV

Jumat, 1 Desember 2017

Bulan Desember:
Ujud Umum/Universal - Para Lansia.
Semoga para lansia, dengan didukung oleh keluarga dan komunitas Kristiani dapat menerapkan kebijaksanaan dan pengalaman mereka dalam menyebarluaskan iman dan membangun generasi baru.

Ujud Gereja Indonesia - Papua.
Semoga pemerintah makin bisa mewujudkan langkah-langkah konkret untuk membangun masyarakat Papua, agar mereka makin bisa merasakan hak-haknya sebagai warga Negara Kesatuan Republik Indonesia.



Bacaan Pertama
Dan 7:2-14

"Seseorang serupa Anak Manusia datang bersama awan-gemawan."

Pembacaan dari Nubuat Daniel:

Aku, Daniel, mendapat suatu penglihatan pada waktu malam.
Tampak keempat angin dari langit mengguncangkan laut besar.
Lalu naiklah empat binatang besar dari dalam laut,
yang satu berbeda dengan yang lain.
Yang pertama rupanya seperti seekor singa
dan mempunyai sayap burung rajawali.

Aku terus melihatnya sampai sayapnya tercabut
dan ia terangkat dari tanah
dan ditegakkan pada dua kaki seperti manusia,
dan kepadanya diberikan hati manusia.

Dan tampak ada seekor binatang yang lain, yang kedua,
rupanya seperti beruang.
Ia berdiri pada sisinya yang sebelah,
dan tiga tulang rusuk masih ada di dalam mulutnya di antara giginya.
Kepadanya dikatakan demikian,
'Ayo, makanlah daging banyak-banyak.'
Kemudian aku melihat, tampak seekor binatang lain lagi,
rupanya seperti macan tutul.
Ada empat sayap burung pada punggungnya.
Lagipula binatang itu berkepala empat,
dan kepadanya diberikan kekuasaan.
Kemudian aku melihat dalam penglihatan malam itu,
tampak seekor binatang yang keempat,
yang menakutkan dan mendahsyatkan,
ia sangat kuat.
Ia bergigi besar dari besi.
ia melahap dan meremukkan mangsanya,
dan sisanya diinjak-injaknya dengan kakinya.
ia berbeda dengan segala binatang yang terdahulu.
lagipula ia bertanduk sepuluh.
Sementara aku memperhatikan tanduk-tanduk itu,
tumbuhlah di antaranya suatu tanduk lain yang kecil,
sehingga tiga dari tanduk-tanduk yang dahulu tercabut.
Pada tanduk itu tampak ada mata seperti mata manusia
dan mulut yang menyombong.

Sementara aku terus melihat, takhta-takhta diletakkan,
lalu duduklah Yang Lanjut Usianya.
Pakaian-Nya putih seperti salju
dan rambut-Nya bersih seperti bulu domba.
Takhta-Nya dari nyala api, rodanya dari api yang berkobar-kobar.
Suatu sungai api timbul dan mengalir dari hadapan-Nya.
Beribu-ribu melayani Dia,
dan beratus-ratus ribu berdiri di hadapan-Nya.
Lalu duduklah Majelis Pengadilan dan dibukalah Kitab-kitab.
Aku terus melihatnya,
karena tanduk kecil binatang yang keempat itu mengucapkan kata-kata sombong.
Aku terus melihatnya sampai binatang itu dibunuh.
Bangkainya dibinasakan dan dilemparkan
ke dalam api yang membakar.
Juga kekuasaan binatang-binatang yang lain dicabut,
dan jangka hidup mereka ditentukan sampai waktu dan saatnya.

Aku terus melihat dalam penglihatan waktu malam itu,
tampak seorang serupa Anak Manusia
datang dari langit bersama awan-gemawan.
Ia menghadap Dia yang telah lanjut usia-Nya
dan diantar ke hadapan-Nya.
Kepada yang serupa Anak Manusia itu
diserahkan  kekuasaan, kehormatan dan kuasa sebagai raja.
Dan segala bangsa, suku dan bahasa mengabdi kepada-Nya.
Kekuasaan-Nya kekal adanya dan kerajaan-Nya takkan binasa.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
T.Dan 3:75-81,

Refren:

*Pujilah Tuhan, hai gunung-gemunung.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai segala tumbuhan di bumi.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai segenap mata air dan bukit.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai lautan dan sungai.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai raksasa lautan dan segala yang bergerak di air.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai unggas di udara.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai segala binatang buas dan ternak di bumi.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.



Bait Pengantar Injil
Luk 21:28

Angkatlah kepalamu, sebab penyelamatmu sudah dekat.



Bacaan Injil
Luk 21:29-33

"Jika kalian melihat hal-hal itu terjadi,
ketahuilah bahwa Kerajaan Allah sudah dekat."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Pada waktu itu
Yesus mengemukakan perumpamaan ini kepada murid-murid-Nya,
"Perhatikanlah pohon ara atau pohon apa saja.
Apabila kalian melihat pohon-pohon itu sudah bertunas,
kalian tahu dengan sendirinya, bahwa musim panas sudah dekat.
Demikian pula, jika kalian melihat hal-hal itu terjadi,
ketahuilah, bahwa Kerajaan Allah sudah dekat.
Aku berkata kepadamu:
Sungguh, angkatan ini takkan berlalu, sebelum semuanya terjadi.
Langit dan bumi akan berlalu, tetapi sabda-Ku takkan berlalu."

Demikianlah sabda Tuhan.



Renungan Injil
Bacaan Injil hari ini masih tentang kedatangan Kristus yang kedua kalinya, terkait dengan nubuat tentang keruntuhan Yerusalem.
Pada waktunya, digambarkan bahwa orang-orang akan mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala apa yang menimpa bumi ini, sebab kuasa-kuasa langit akan goncang.
Pada waktu itulah kita mesti memiliki kemampuan untuk bangkit dan mengangkat muka menyambut kedatangan-Nya.

Sudah semestinya kita bertekun dalam doa dan pengharapan, agar kita dimampukan untuk melihat tanda-tanda kedatangan-Nya.
Kita diminta untuk menghindarkan diri dari perbuatan dosa, tidak larut dalam berbagai nikmat duniawi.

Marilah kita bersiap-siap senantiasa, dengan memperhatikan tanda-tanda kedatangan-Nya, dan meyakini bahwa kedatangan-Nya bisa terjadi kapan saja.



Peringatan Orang Kudus
Beato Dionisius dan Redemptus a Cruce, Martir Indonesia
Pierre Berthelot - demikian nama Santo Dionisius - lahir di kota Honfleur, Prancis pada tanggal 12 Desember 1600. Ayahnya Berthelot dan Ibunya Fleurie Morin adalah bangsawan Prancis yang harum namanya. Semua adiknya: Franscois, Jean, Andre, Geoffin dan Louis menjadi pelaut seperti ayahnya. Sang ayah adalah seorang dokter dan nakoda kapal. Pierre sendiri semenjak kecil (12 tahun) telah mengikuti ayahnya mengarungi lautan luas; dan ketika berusia 19 tahun ia sudah menjadi seorang pelaut ulung. Selain darah pelaut, ia juga mewarisi dari ayahnya hidup keagamaan yang kuat, yang tercermin di dalam kerendahan hatinya, kekuatan imannya, kemurnian dan kesediaan berkorban. Ia kemudian memasuki dinas perusahaan dagang Prancis. Dalam rangka tugas dagang, ia berlayar sampai ke Banten, Indonesia. Tetapi kapalnya dibakar oleh saudagar-saudagar Belanda dari kongsi dagang VOC. Berkat pengalamannya mengarungi lautan, ia sangat pandai menggambar peta laut dan memberikan petunjuk jalan.
Pierre kemudian bekerja pada angkatan laut Portugis di Goa, India. Namun ia senantiasa tidak puas dengan pekerjaannya itu. Ada keresahan yang senantiasa mengusik hatinya. Ia selalu merenungkan dan mencari arti hidup yang lebih mendalam. Ketika itu ia sudah berusia 35 tahun. Akan tetapi usia tidak menghalangi dorongan hatinya untuk hidup membiara. Ia diterima di biara Karmel. Namanya diubah menjadi Dionisius a Nativitate. Sekalipun ia sudah menjalani hidup membiara, namun ia masih beberapa kali menyumbangkan keahliannya kepada pemerintah, baik dengan menggambar peta maupun dengan mengangkat senjata membuyarkan blokade di Goa yang dilancarkan oleh armada Belanda (1636).
Di biara Karmel itulah, ia bertemu dengan Redemptus a Cruce, seorang bruder yang bertugas sebagai penjaga pintu biara dan koster, penerima tamu dan pengajar anak-anak. Redemptus lahir di Paredes, Portugal pada tahun 1598 dari sebuah keluarga tani yang miskin namun saleh dan taat agama. Orangtuanya memberinya nama Thomas Rodriguez da Cunha. Semenjak usia muda, ia masuk dinas ketentaraan Portugis dan ditugaskan ke India. Ia kemudian menarik diri dari dinas ketentaraan karena ingin menjadi biarawan untuk mengabdikan dirinya pada tugas-tugas keagamaan. Ia diterima sebagai bruder di biara Karmel.
Suatu ketika Raja Muda di Goa bermaksud mengirim utusan ke Aceh, Indonesia, yang baru saja berganti sultan dari Sultan Iskandar Muda ke Sultan Iskandar Thani. Ia ingin menjalin hubungan persahabatan karena hubungannya dengan sultan terdahulu tidak begitu baik. Sebagai seorang bekas pelaut yang sudah pernah datang ke Banten, Dionisius ditunjuk sebagai almosenir, juru bahasa dan pandu laut. Oleh karena itu tahbisan imamatnya dipercepat. Dionisius ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1637 oleh Mgr. Alfonso Mendez. Bruder Redemptus dengan izinan atasannya ikut serta dalam perjalanan dinas itu sebagai pembantu.
Pastor tentara Dionisius bersama rombongannya berangkat ke Aceh pada tanggal 25 September 1638 dengan tiga buah kapal: satu kapal dagang dan dua kapal perang. Penumpang kapal itu ialah: Don Fransisco de Sosa (seorang bangsawan Portugis), Pater Dionisius, Bruder Redemptus, Don Ludovico dan Soza, dua orang Fransiskan Rekolek, seorang pribumi dan 60 orang lainnya. Mereka berlabuh di Ole-Ole (kini: Kotaraja) dan disambut dengan ramah.
Tetapi keramahan orang Aceh ternyata hanya merupakan tipu muslihat saja. Orang-orang Belanda telah menghasut Sultan Iskandar Thani dengan menyebarkan isu bahwa bangsa Portugis datang hanya untuk meng-katolik-kan bangsa Aceh yang sudah memeluk agama Islam. Mereka semua segera ditangkap, dipenjarakan, dan disiksa agar menyangkal imannya. Selama sebulan mereka meringkuk di dalam penjara dalam keadaan yang sangat menyedihkan. Beberapa orang dari antara mereka meninggalkan imannya. Dionisius dan Redemptus terus meneguhkan iman saudara-saudaranya dan memberi mereka hiburan. Akhirnya di pesisir pantai tentara sultan mengumumkan bahwa mereka dihukum bukan karena berkebangsaan Portugis melainkan beriman KatoIik. Maklumat sultan ini diterjemahkan oleh Dionisius kepada teman-temannya. Sebelum menyerahkan nyawa ke tangan para algojo, mereka semua berdoa dan Pater Dionisius mengambil salib dan memperlihatkan kepada mereka supaya jangan mundur, melainkan bersedia mengorbankan nyawa demi Kristus Yang Tersalib dan yang telah menebus dosa dunia, dosa mereka. Dionisius memohon ampun kepada Tuhan dan memberikan absolusi terakhir kepada mereka satu per satu. Segera tentara menyeret Dionisius dan mulailah pembantaian massal.
Sepeninggal teman-temannya, Pater Dionisius masih bersaksi tentang Kristus dengan penuh semangat. Kotbahnya itu justru semakin menambah kebencian rakyat Aceh terhadapnya. Algojo-algojo semakin beringas untuk segera menamatkan riwayat Dionisius. Namun langkah mereka terhenti di hadapan Dionisius. Dengan sekuat tenaga mereka menghunuskan kelewang dan tombak akan tetapi seolah-olah ada kekuatan yang menahan, sehingga tidak ada yang berani. Segera kepala algojo mengirim utusan kepada sultan agar menambah bala bantuan. Dionisus berdoa kepada Tuhan agar niatnya menjadi martir dikabulkan. Dan permintaan itu akhirnya dikabulkan Tuhan. Dionisius menyerahkan diri kepada algojo-algojo itu. Seorang algojo - orang Kristen Malaka yang murtad - mengangkat gada dan disambarkan keras-keras mengenai kepala Dionisius, disusul dengan kelewang yang memisahkan kepala Dionisius dari tubuhnya.
Kemartiran Dionisius dengan kawan-kawannya disahkan Tuhan: mayat mereka selama 7 bulan tidak hancur, tetap segar seperti sedang tidur. Menurut saksi mata, jenazah Dionisius sangat merepotkan orang sekitarnya, karena setiap kali dibuang - ke laut dan tengah hutan - senantiasa kembali lagi ke tempat ia dibunuh. Akhirnya jenazahnya dengan hormat dimakamkan di Pulau Dien ('pulau buangan'). Kemudian dipindahkan ke Goa, India. Martir-martir itu dibunuh pada tanggal 29 Nopember 1638. Bersama Redemptus, Dionisius digelarkan 'beato' pada tahun 1900.

Santo Eligius, Uskup dan Pengaku Iman
Santo Eligius atau Eloi adalah seorang pandai emas dan pencetak uang logam di kota Paris pada abad yang ketujuh. Oleh raja Klotar, ia diminta membuat sebuah takhta. Tetapi dengan emas dan permata yang diserahkan raja untuk keperluan itu, Eloi berhasil menciptakan dua buah takhta yang indah sekali. Raja sangat mengagumi kejujurannya itu dan mengangkatnya menjadi kepala percetakan uang logam kerajaan.
Sejak saat itu Eloi menjadi seorang petinggi kerajaan dengan pendapatan yang lumayan pula; namun semuanya dimanfaatkan untuk menolong para tawanan dan fakir miskin. Rumahnya, bahkan meja makannya sendiri selalu dikelilingi orang-orang miskin.
Di samping pandai mencetak uang logam, ia juga seorang seniman. Kegemarannya ialah membuat tabut yang indah sebagai tempat penyimpanan relikui-relikui orang suci. Tabut yang pernah dikerjakannya antara lain tabut penyimpanan relikui Santo Martinus dan Santa Genoveva.
Eloi seorang yang saleh dan bijaksana; karena itu ia diangkat sebagai penasehat raja dan uskup-uskup. Tahun 641, ketika Uskup Noyon, Prancis meninggal dunia, ia sendiri yang dinobatkan menjadi Uskup Noyon. Di negeri Vlandria dan Zeelandia, ia berhasil membawa banyak orang kafir kepada Kristus. Selama 20 tahun ia berusaha keras memajukan Kerajaan Kristus disertai banyak mujizat sebagai peneguh kebenaran iman yang diwartakannya. Segala macam takhayul serta kepercayaan yang sia-sia dilawan dan ditentangnya. Sesudah bekerja keras memperluas Kerajaan Kristus di dunia ini, Eloi meninggal dunia pada tahun 660.

Santa dan Santo Adrianus dan Natalia, Martir
Suami-istri ini mati sebagai martir pada abad ke-4 di Nikomedia pada masa pemerintahan Kaisar Diokletianus – Licinius. Adrianus adalah seorang perwira Romawi yang bertugas di Nikomedia. Ia belum dipermandikan, namun sudah beriman kepada Yesus; sedangkan isterinya, Natalia, seorang Kristen yang saleh.
Suatu ketika Adrianus diperintahkan untuk mengejar, menangkap, dan menganiaya umat Kristen. Maklumlah penguasa Romawi sangat benci kepada umat Kristen karena mereka tidak mau menyembah dewa-dewa Romawi. Adrianus bingung. Ia sendiri pernah menyaksikan penganiayaan terhadap 23 orang Kristen. Hatinya tidak tahan, karena ia merasa seiman dengan mereka. Terdorong oleh cintanya kepada orang-orang seiman, dengan berani ia mengatakan kepada para serdadu Romawi lainnya: "Tangkaplah dan siksalah juga aku sebab aku sendiri pun orang Kristen." Ia rela menyerahkan diri untuk ditangkap dan digiring ke penjara. Mendengar peristiwa penangkapan Adrianus, Natalia datang ke penjara untuk menemuinya. Kepada Adrianus, ia berkata: "Adrian, engkau diberkati Allah, karena berani mengakui imanmu di hadapan orang-orang kafir. Sesungguhnya engkau telah menemukan harta kekayaan yang tidak diwariskan orangtuamu . . . " Natalia meminta dengan sangat kepada Adrianus agar menguatkan juga hati teman-temannya di penjara. Selain itu ia berusaha agar Adrianus mendapat pelajaran agama dan dibaptis di dalam penjara. Hal itu diketahui penjaga penjara, sehingga mulai saat itu ia tidak diizinkan lagi menemui suaminya di penjara. Namun ia tidak kehabisan akal: ia menyamar sebagai pemuda dan berhasil menemui Adrianus di penjara. Kepadanya ia berpesan agar berdoa untuknya bila sudah berada di surga.
Adrianus bersama orang-orang Kristen lainnya dijatuhi hukuman mati. Pelaksanaan hukuman mati itu disaksikan Natalia. Ia menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana anggota tubuh suaminya dicincang. Keinginannya untuk ikut serta terjun ke dalam bara api sungguh tak terbendung, ketika tubuh suaminya dilemparkan ke tengah jilatan api bersama martir-martir lainnya. Api kemudian padam karena sekonyong-konyong turun hujan lebat.  Orang-orang Kristen mengumpulkan sisa-sisa jenazahnya dan memakamkannya dekat Argyropolis, di pantai Bosporus, Turki.
Natalia sendiri menyimpan tangan suaminya sebagai relikui kudus. Ia tidak mau menetap di Nikomedia karena merasa terancam oleh penguasa Romawi yang kafir. Ia memutuskan untuk tinggal tidak jauh dari makam suaminya. Beberapa lama setelah berada di Argyropolis, ia pun wafat dengan damai dan dimakamkan dekat kubur Adrianus di antara para martir lainnya. Ia dimasukkan dalam bilangan para martir karena situasi kematiannya. Adrianus adalah martir populer waktu itu dan dijadikan pelindung para serdadu. Ia juga sering dimintai perlindungannya apabila ada wabah penyakit.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

 

Liturgia Verbi 2017-11-30 Kamis.

Liturgia Verbi (A-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXXIV

Kamis, 30 November 2017

Pesta S. Andreas, Rasul



Bacaan Pertama
Rom 10:9-18

"Iman timbul dari pendengaran,
dan pendengaran dari firman Kristus."

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma:

Saudara-saudara,
jika kamu mengaku dengan mulut bahwa Yesus adalah Tuhan,
dan percaya dalam hati bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati,
maka kamu akan diselamatkan.
Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan,
dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.
Karena Kitab Suci berkata,
"Barangsiapa percaya kepada Dia tidak akan dipermalukan."
Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani.
Karena, Allah yang satu itu adalah Tuhan semua orang,
dan Dia kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya.
Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan.

Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya,
jika mereka tidak percaya kepada Dia?
Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia,
jika tidak mendengar tentang Dia?
Bagaimana mereka mendengar tentang Dia,
jika tidak ada yang memberitakan-Nya?
Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya,
jika tidak diutus?
Seperti ada tertulis,
"Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!"

Tetapi tidak semua orang telah menerima kabar baik itu.
Yesaya sendiri berkata,
"Tuhan, siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami?"
Jadi, iman timbul dari pendengaran,
dan pendengaran dari firman Kristus.

Tetapi aku bertanya,
Adakah mereka tidak mendengarnya?
Sungguh, mereka telah mendengarnya!
"Suara mereka sampai ke seluruh dunia,
dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 19:2-3.4-5,R:5a

Refren: Di seluruh bumi bergemalah suara mereka.

*Langit menceritakan kemuliaan Allah,
dan cakrawala memberitakan karya tangan-Nya;
hari yang satu mengisahkannya kepada hari yang lain,
dan malam yang satu menyampaikan pengetahuannya
kepada malam berikut.

*Meskipun tidak berbicara,
dan tidak memperdengarkan suara,
namun di seluruh bumi bergaunglah gemanya,
dan amanat mereka sampai ke ujung bumi.



Bait Pengantar Injil
Mat 4:19

Mari, ikutlah Aku, sabda Tuhan,
dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.



Bacaan Injil
Mat 4:18-22

"Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Yesus."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Pada suatu hari,
ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea,
Ia melihat dua orang bersaudara,
yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya.
Mereka sedang menebarkan jala di danau,
sebab mereka itu penjala ikan.
Yesus berkata kepada mereka,
"Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia."
Mereka pun segera meninggalkan jalanya,
lalu mengikuti Yesus.

Setelah Yesus pergi dari sana,
dilihat-Nya pula dua orang bersaudara,
yaitu Yakobus anak Zebedeus, dan Yohanes saudaranya,
bersama ayah mereka, Zebedeus,
sedang membereskan jala di dalam perahu.
Yesus memanggil mereka,
dan mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya,
lalu mengikuti Dia.

Demikianlah sabda Tuhan.



Renungan Injil
Mengikuti Yesus adalah intisari dari Bacaan Injil hari ini, yang dipilih untuk memperingati Pesta Santo Andreas, Rasul, saudara dari Rasul Petrus.
Mengikuti Yesus dijabarkan sebagai: Menyangkal diri dan memikul salib masing-masing.
Menjawab panggilan Yesus itu sifatnya segera, tak bisa ditunda-tunda, dan mesti meninggalkan apa pun yang menjadi milik kita.
Petrus, Andreas, Yakobus dan Yohanes, tanpa ba-bi-bu segera meninggalkan pekerjaan dan juga keluarga mereka, untuk segera mengikuti Yesus.
Dan bahkan mereka tidak tahu, mengapa mesti mengikuti Yesus?

Mereka telah mengambil keputusan besar, sangat besar, tetapi tanpa keragu-raguan sama sekali.
Seandainya mereka menolak ajakan Yesus, maka mereka tetap seperti profesi sebelumnya, hanyalah nelayan yang segera akan dilupakan orang.
Tetapi dengan menjawab ajakan Yesus, maka mereka tetap dikenang sampai sekarang dan bahkan juga di masa-masa mendatang.

Kita juga dipanggil-Nya, bukan untuk menjadi rasul-rasul-Nya, melainkan menjadi pengikut-Nya, artinya kita diminta untuk berjalan di jalan yang telah ditunjukkan-Nya, tidak dibenarkan untuk menyimpang ke jalan yang lain;  berjalan di jalan Tuhan.
Jalan yang ditunjukkan Tuhan itu ternyata bukan jalan tol, melainkan jalan sempit dan mesti berdesak-desakan.
Bayangkan saja jalan sempit yang becek dan berlubang, itulah jalan-Nya.
Tujuannya bukan kenyamanan melainkan keselamatan.
Tetapi jangan salah, kenyamanan yang duniawi itu bukanlah kenyamanan yang abadi, ada jangka waktu kadaluarsanya.
Sementara itu, keselamatan yang ditawarkan oleh Yesus bersifat kekal dan di dalamnya berisi kenyamanan batin, dan ini jauh lebih penting dan lebih baik bagi hidup kita, baik se masih hidup di dunia ini, apalagi setelahnya.

Maka dari itu, janganlah kita banyak berdalih.
Marilah berjalan di jalan Tuhan.



Peringatan Orang Kudus
Santo Andreas, Rasul
Andreas, salah seorang dari keduabelas Rasul Yesus, Tuhan kita. Mulanya ia berguru pada Yohanes Pembaptis; tetapi kemudian ia bersama seorang kawannya mengikuti dan menjadi murid Yesus, segera setelah Yohanes mengarahkan perhatian murid-muridnya kepada Yesus dengan menyebutNya "Anak Domba Allah" yang dinantikan Israel (Yoh 1:36-42).
Saudara Simon Petrus ini adalah nelayan kelahiran Betsaida, sebuah kota di tepi danau Genesaret (Mrk 6:45; Yoh 1:44; 12:21). Ayahnya Yohanes (Yona) adalah juga seorang nelayan di Kapernaum, sebuah kota yang letaknya 4 km sebelah barat muara Yordan pada danau Genesaret. Andreas-lah yang membawa Simon saudaranya (yang kemudian disebut Yesus 'Petrus', Si Batu Karang) kepada Yesus. Bersama Yakobus dan Yohanes (anak-anak Zebedeus), Andreas dan Simon adalah murid-murid Yesus yang pertama. Ketika beberapa orang Yunani mau bertemu dengan Yesus, Andreas-lah yang membawa mereka kepada Yesus dan menyampaikan maksud mereka itu kepadaNya. Karena keutamaannya ini, Santo Beda menjuluki dia "Pengantar kepada Kristus."
Andreas memainkan suatu peran yang penting di dalam peristiwa-peristiwa kehidupan Yesus. Ia hadir pada saat Yesus mengadakan mujizat perbanyakan roti kepada lima ribu orang; bahkan justru dialah yang memberitahukan kepada Yesus perihal anak lelaki kecil yang membawa lima ketul roti dan dua ekor ikan itu (Yoh 6:5-9). Ia juga ada di antara empat orang rasul yang mempertanyakan kepada Yesus perihal tibanya hari akhirat (Mrk 13:3,4).
Setelah Yesus naik ke surga, Andreas ada di antara rasul-rasul lainnya di ruang atas untuk menantikan turunnya Roh Kudus yang dijanjikan Yesus. Konon, ia kemudian mewartakan Injil di Scytia dan Yunani, dan kemudian menurut tradisi (yang agak diragukan), ia pergi ke Byzantium, di mana ia mengangkat Stachys menjadi Uskup setempat.
Di mana, kapan, dan bagaimana Andreas wafat kurang diketahui jelas. Namun seturut tradisi, ia wafat di Patras, Acaia, digantung pada sebuah salib yang berbentuk huruf "X" (silang). Ia bergantung di salib itu selama 2 hari, dan selama itu ia terus berkotbah kepada khalayak yang datang menyaksikannya. Ia tidak dipakukan melainkan diikat saja pada salib itu, sehingga lebih lama ia menderita sebelum menghembuskan nafasnya. Salib ini kemudian dinamakan orang "Salib Santo Andreas".
Pada masa pemerintahan Kaisar Konstansius II, salib relikui Andreas itu dipindahkan dari Patras ke gereja para Rasul di Konstantinopel. Sesudah kota itu rusak oleh Perang Salib pada tahun 1204, maka salib itu dicuri dan kemudian disimpan di katedral Amalfi di Italia. Kurang jelas apakah ia pernah berkotbah di Rusia dan Skotlandia seperti yang dikatakan oleh tradisi. Yang jelas ialah bahwa ia dijadikan pelindung kedua negara itu.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

 

Liturgia Verbi 2017-11-29 Rabu.

Liturgia Verbi (A-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXXIV

Rabu, 29 November 2017



Bacaan Pertama
Dan 5:1-6.13-14.16-17.23-28

"Tampaklah jari-jari tangan manusia yang menulis pada dinding."

Pembacaan dari Nubuat Daniel:

Sekali peristiwa Raja Belsyazar mengadakan perjamuan besar
untuk para pembesarnya, seribu orang jumlahnya.
Di hadapan seribu orang itu raja minum-minum anggur.
Dalam kemabukan anggur,
Belsyazar menitahkan orang mengambil perkakas emas dan perak
yang telah dibawa oleh Nebukadnezar, ayahnya, dari dalam Bait Suci di Yerusalem. 
Sebab Belsyazar dan para pembesarnya,
para isteri dan gundik mereka,
ingin minum dari perkakas itu.
Maka dibawalah perkakas emas dan perak,
yang dirampas dari dalam Bait Suci, Rumah Allah di Yerusalem. 
lalu raja dan para pembesarnya, para isteri dan gundik mereka,
minum dari perkakas itu.
Mereka minum anggur dan memuji-muji para dewa
yang dari emas dan perak, tembaga, besi, kayu dan batu.

Pada waktu itu juga tampaklah jari-jari tangan manusia,
menulis pada kapur dinding istana raja, di depan kaki dian.
Raja sendiri melihat punggung tangan yang sedang menulis itu.
Maka raja menjadi pucat dan pikirannya menggelisahkan dia;
sendi-sendi pangkal pahanya menjadi lemas dan lututnya berantukan.
Lalu dibawalah Daniel menghadap raja.
Bertanyalah raja kepada Daniel,
"Engkaukah Daniel,
salah seorang buangan yang diangkut ayahku dari tanah Yehuda?
Telah kudengar bahwa engkau penuh dengan roh para dewa,
dan memiliki kecerahan akal budi dan hikmat yang luar biasa.
Akupun telah mendengar bahwa engkau dapat memberikan makna
dan dapat menguraikan kekusutan.
Oleh sebab itu jika engkau dapat membaca tulisan itu
dan dapat memberitahukan maknanya kepadaku,
maka kepadamu akan dikenakan pakaian dari kain ungu
dan pada lehermu akan dikalungkan rantai emas,
dan dalam kerajaan ini
engkau akan mempunyai kekuasaan sebagai orang ketiga."

Kemudian Daniel menjawab raja,
"Tak usahlah Tuanku memberi hadiah;
berikanlah kepada orang lain saja!
Namun demikian, aku akan membaca tulisan itu bagi Tuanku
dan memberitahukan maknanya.
Tuanku telah menyombongkan diri terhadap Yang Berkuasa di ssurga:
perkakas dari Bait-Nya dibawa orang kepada Tuanku.
Lalu Tuanku dan para pembesar, para isteri dan para gundik Tuanku
telah minum anggur dari perkakas itu.
Tuanku telah memuji-muji para dewa dari perak dan emas,
dari tembaga, besi, kayu dan batu,
yang tidak dapat melihat atau mendengar ataupun mengetahui.
Tuanku tidak memuliakan Allah,
yang menggenggam nafas Tuanku
dan menentukan segala jalan Tuanku.
Sebab itu Ia memerintahkan punggung tangan itu,
dan dituliskanlah tulisan ini.

Beginilah tulisan itu, 'Mené, mené, tekél ufarsin.'
Dan beginilah makna perkataan itu,
'Mené' artinya masa pemerintahan Tuanku dihitung oleh Allah dan telah diakhiri.
'Tekél'artinya Tuanku telah ditimbang dengan neraca dan didapati terlalu ringan;
'Urfasin,' kerajaan Tuanku dipecah
dan diberikan kepada orang Media dan Persia."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
T.Dan 3:62-67,

Refren:

*Pujilah Tuhan, hai matahari dan bulan.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai segala bintang di langit.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai segala hujan dan embun.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai segala angin.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai api dan panas terik.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai hawa yang dingin dan kebekuan.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.



Bait Pengantar Injil
Why 2:10C

Hendaklah engkau setia sampai mati, sabda Tuhan,
dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.



Bacaan Injil
Luk 21:12-19

"Karena nama-Ku kalian akan dibenci semua orang.
Tetapi  tidak sehelai pun rambut kepalamu akan hilang."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Pada waktu itu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,
"Akan datang harinya kalian akan ditangkap dan dianiaya.
Karena nama-Ku kalian akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat,
dimasukkan ke dalam penjara,
dan dihadapkan kepada raja-raja dan para penguasa.
Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi.
Sebab itu tetap teguhlah di dalam hatimu,
jangan kalian memikirkan lebih dahulu pembelaanmu.
Aku sendirilah yang akan memberi kalian kata-kata hikmat,
sehingga kalian tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawanmu.

Dan kalian akan diserahkan juga oleh orangtuamu,
saudara-saudaramu, kaum keluargamu dan sahabat-sahabatmu,
dan beberapa orang di antaramu akan dibunuh;
karena nama-Ku kalian akan dibenci semua orang.

Tetapi tidak sehelai pun rambut kepalamu akan hilang.
Kalau kalian tetap bertahan, kalian akan memperoleh hidupmu."

Demikianlah sabda Tuhan.



Renungan Injil
Pada Bacaan injil hari ini, Yesus berpesan kepada murid-murid-Nya agar para murid itu tahu kalau mereka akan menghadapi penderitaan oleh karena Yesus: dibenci, ditangkap, dianiaya, dipenjarakan dan bahkan ada yang dibunuh.
Sebetulnya jalan yang paling gampang yang dapat ditempuh oleh para murid Yesus adalah pergi meninggalkan Yesus dan menyeberang mengikuti orang-orang yang memusuhi Yesus.
Nampaknya keselamatan yang ditawarkan pihak lawan itu cukup menjanjikan.

Pemikiran seperti di atas tentu saja sangat mengkhawatirkan.
Maka dari itulah Yesus menyampaikan pesan-Nya, "Tidak sehelai pun rambut kepalamu akan hilang.
Kalau kalian tetap bertahan, kalian akan memperoleh hidupmu."
Yesus meminta kita agar kita tetap bertahan sampai pada kesudahannya.

Sampai sekarang pun masih sering terjadi.
Orang ingin agar orang lain mau memilih agama yang sama dengan yang dianutnya.
Makanya, ketika ada orang yang memutuskan pindah agama, maka ia akan menjadi berita besar di kalangan agama barunya, tetapi sangat mungkin dibenci atau dimusuhi di kalangan agama sebelumnya, dengan memberinya julukan "murtad".

Yesus bukan hanya meminta kita untuk bertahan dalam situasi dan kondisi seperti di atas, melainkan juga merupakan kesempatan untuk menyatakan iman kita, menjadi saksi Kristus, sebagaimana yang ditulis pada Injil hari ini, "Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi."
Bukan hanya bertahan, Yesus juga mau agar kita menjadi saksi-saksi-Nya.
Situasi perbedaan ini adalah kesempatan untuk bersaksi, bukan dengan berteriak-teriak mengatakan agama sayalah yang terbaik, melainkan dengan bersikap dan berbuat sebagaimana yang telah diajarkan Yesus.
Dengan demikian, orang-orang akan melihat kita baik adanya, karena kebaikanlah yang telah diajarkan oleh Yesus kepada kita.



Peringatan Orang Kudus
Tidak ada peringatan Orang Kudus.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

 

Liturgia Verbi 2017-11-28 Selasa.

Liturgia Verbi (A-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXXIV

Selasa, 28 November 2017



Bacaan Pertama
Dan 2:31-45

"Allah akan mendirikan suatu kerajaan yang takkan binasa selama-lamanya,
dan akan meremukkan segala kerajaan."

Pembacaan dari Nubuat Daniel:

Pada waktu itu Daniel berkata kepada Raja Nebukadnezar,
"Ya raja, Tuanku melihat suatu penglihatan,
yakni sebuah patung yang besar!
Patung ini tinggi, berkilau-kilauan luar biasa,
berdiri tegak di hadapan tuanku, dan tampak mendahsyatkan.
Adapun patung itukepalanya dari emas tua,
dada dan lengannya dari perak, perut dan pinggangnya dari tembaga,
pahanya dari besi,
sedang kaki serta jari-jarinya
sebagian dari besi dan sebagian dari tanah liat.

Sementara Tuanku melihatnya,
sebuah batu terungkit lepas tanpa perbuatan tangan manusia.
Batu itu menimpa patung itu
tepat pada kakinya yang dari besi dan tanah liat itu,
sehingga remuk.
Maka sekaligus diremukkan juga
besi, tanah liat, tembaga, perak dan emas itu.
Semuanya menjadi seperti sekam yang dihembus angin,
di tempat pengirikan pada musim panas,
sehingga tidak ada bekas-bekasnya lagi.
Tetapi batu yang menimpa patung itu menjadi gunung besar
yang memenuhi seluruh bumi.

Itulah mimpi Tuanku.
Adapun maknanya akan kami jelaskan sekarang kepada Tuanku Raja.
Ya Tuanku Raja, raja segala raja!
Kepada Tuanku Allah semesta langit telah memberikan kerajaan,
kekuasaan, kekuatan dan kemuliaan.
Ke dalam tangan Tuanku telah diserahkan-Nya
semua manusia, di mana pun mereka berada,
juga binatang-binatang di padang dan burung-burung di udara.
Tuanku telah diberinya kuasa atas semuanya itu.
Maka Tuankulah kepala yang dari emas itu.

Tetapi sesudah Tuanku akan muncul suatu kerajaan lain,
yang kurang besar dari kerajaan Tuanku;
kemudian suatu kerajaan lagi, yakni yang ketiga, dari tembaga,
yang akan berkuasa atas seluruh bumi.
Sesudah itu akan ada kerajaan yang keempat, yang keras seperti besi,
tepat seperti besi yang meremukkan dan menghancurkan segala sesuatu.
Seperti besi yang menghancurluluhkan,
maka kerajaan itu akan meremukkan dan menghancurluluhkan semuanya.

Dan seperti Tuanku lihat
kaki dan jari-jarinya sebagian dari tanah liat tukang periuk
dan sebagian lagi dari besi,
itu berarti, bahwa kerajaan itu terbagi.
Memang kerajaan itu juga keras seperti besi,
sesuai dengan yang Tuanku lihat, besi itu bercampur dengan tanah liat.
Sebagaimana kaki dan jari-jari kaki itu
sebagian dari besi dan sebagian dari tanah liat,
demikianlah kerajaan itu sebagian keras dan sebagian rapuh.
Seperti Tuanku lihat besi bercampur dengan tanah liat, itu berarti:
mereka akan bercampur karena perkawinan,
tetapi tidak akan merupakan satu kesatuan,
seperti besi tidak dapat bercampur dengan tanah liat.

Lalu pada zaman raja-raja itu,
Allah semesta langit akan mendirikan suatu kerajaan
yang takkan binasa selama-lamanya.
Kekuasaannya takkan beralih lagi kepada bangsa lain.
Kerajaan itu akan meremukkan segala kerajaan dan melenyapkannya,
tetapi kerajaan itu sendiri akan tetap untuk selama-lamanya.
Hal itu telah Tuanku lihat,
yaitu bahwa tanpa perbuatan tangan manusia
sebuah batu terungkit lepas dari gunung
dan meremukkan besi, tembaga, tanah liat, perak serta emas.
Allah yang maha besar telah memberitahukan kepada Tuanku Raja,
apa yang akan terjadi di kemudian hari.
Mimpi itu benar dan maknanya dapat dipercaya."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
T.Dan 3:57-61,

Refren:

*Pujilah Tuhan, hai segala karya Tuhan.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai segala malaikat Tuhan.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai segenap langit.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai segala air di atas langit.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, segenap bala tentara Tuhan.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.



Bait Pengantar Injil
Why 2:10c

Hendaklah engkau setia sampai mati, sabda Tuhan,
dan Aku akan mengurniakan kepadamu mahkota kehidupan.



Bacaan Injil
Luk 21:5-11

"Tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Ketika itu beberapa orang berbicara tentang Bait Allah
dan mengagumi bangunan yang dihiasi dengan batu indah,
dan berbagai macam barang persembahan.
Tetapi Yesus berkata kepada mereka,
"Akan tiba harinya segala yang kalian lihat di situ diruntuhkan,
dan tidak akan ada satu batu pun
dibiarkan terletak di atas batu yang lain."

Lalu murid-murid bertanya,
"Guru, bilamanakah hal itu akan terjadi?
Dan apakah tandanya, kalau itu akan terjadi?"
Jawab Yesus, "Waspadalah, jangan sampai kalian disesatkan.
Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku,
dan berkata,
'Akulah Dia' dan 'Saatnya sudah dekat.'
Janganlah kalian mengikuti mereka.
Dan bila kalian mendengar kabar tentang perang dan pemberontakan,
janganlah kalian terkejut.
Sebab semuanya itu harus terjadi dahulu,
tetapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera."

Kemudian Yesus berkata kepada mereka,
"Bangsa akan bangkit melawan bangsa
dan kerajaan melawan kerajaan.
Akan terjadi gempa bumi yang dahsyat,
dan di berbagai tempat akan ada penyakit sampar dan kelaparan.
Dan akan terjadi juga
hal-hal yang mengejutkan dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit."

Demikianlah sabda Tuhan.



Renungan Injil
Yesus mempersiapkan para murid-Nya dengan sungguh-sungguh, agar kelak setelah Yesus mengalami penderitaan, wafat di tiang salib, bangkit dan naik ke Surga, para murid tetap bertahan dalam kesusahan, lolos dari upaya-upaya penyesatan, sehingga menjadi sanggup untuk mewartakan Injil ke seluruh penjuru dunia.

Malapetaka memang akan menimpa mereka.
Yesus pun telah bernubuat, "Sebab semuanya itu harus terjadi dahulu,
tetapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera."
Segala sesuatu yang saat ini nampak megah dan indah akan diruntuhkan, dan memang mesti terjadi demikian.
Beginilah yang disampaikan oleh Yesus,
"Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja;
tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah."   [Yoh 12:24]

Yang menjadi persoalan, kesudahannya tidak akan datang segera.
Tidak ada biji yang ujug-ujug menjadi pohon besar dan langsung berbuah.
"Hal Kerajaan Allah itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah.
Memang biji itu yang paling kecil dari pada segala jenis benih yang ada di bumi.
Tetapi apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar daripada segala sayuran yang lain
dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya."  [Mrk 4:31-32]

Oleh karenanya diperlukan ketekunan dan juga ketahanan hidup dalam penderitaan, seperti seorang ibu yang mengandung bayinya yang mesti menderita kesakitan.
Tetapi jika tiba kesudahannya, maka penderitaan itu akan segera dilupakan, tak lagi diingat-ingat.
Maka, marilah kita jawab "tantangan" yang disampaikan oleh Yesus kepada kita, "Siapkah kita menyangkal diri dan memikul salib kita masing-masing?"



Peringatan Orang Kudus
Santa Katarina Laboure, Perawan
Zoe Laboure - nama kecil Katarina Laboure -lahir di desa Fainles Mautiers, Prancis pada tanggal 2 Mei 1806. Mula-mula ia bekerja sebagai pelayan; kemudian ia masuk biara Suster-suster 'Puteri Kasih' dengan nama 'Katarina'. Ia, seorang suster yang amat sederhana namun saleh, sangat rajin dan penuh pengabdian. Sepanjang hidupnya ia tidak pernah belajar membaca dan menulis. Beberapa hari setelah menjadi postulan di biara Rue de Bac, Paris, Bunda Maria menampakkan diri kepadanya.
Pada tengah malam tanggal18/19 Juli 1830, ia terjaga dari tidurnya karena suatu suara ajaib yang memanggilnya sebanyak tiga kali: "Suster Laboure . . . Suster Laboure . . . Suster Laboure!" Ia tersentak bangun dan tampaklah di hadapannya seorang anak kecil berusia kirakira 4/5 tahun. Anak kecil ini mengajaknya ke kapel. "Bunda Maria menanti engkau di kapel!" kata anak kecil itu. Dalam sikap ragu-ragu, penuh tanda tanya dan takut, Suster Katarina bersama anak kecil ajaib itu melangkah ke kapel. Herannya, semua pintu kapel terbuka dengan sendirinya, lilin-lilin dan lampu-lampu di dalam kapel itu menyala. Dan benarlah pemberitahuan anak kecil itu! Setelah menunggu setengah jam lamanya, tiba-tiba anak kecil itu berseru: "Lihat, itulah Bunda Maria!" Bunda Maria muncul dan berlutut menyembah Sakramen Mahakudus, lalu duduk di kursi Pastor Kepala. Suster Katarina segera mendekatinya dan meletakkan tangannya di atas pangkuan Bunda Maria. Lebih dari dua jam lamanya Bunda Maria berbicara dengan Katarina perihal tugas perutusannya yang dipercayakan Tuhan kepadanya.
Pada tanggal 27 Nopember 1830, jam setengah enam malam, sekali lagi Bunda Maria menampakkan diri kepadanya dalam rupa sebuah gambar. Bunda Maria tampak sedang berdiri di atas bola bumi dengan berkas-berkas cahaya ajaib memancar dari tangannya. Bola bumi itu dikelilingi tulisan berikut: "Oh Maria yang dikandung tanpa noda dosa, doakanlah kami yang berlindung kepadamu!" Gambar itu lalu membalik dan menampakkan huruf "M"; di atasnya terdapat sebuah hati dan salib yang saling berhubungan. Sementara itu terdengar olehnya suruhan Bunda Maria agar ia segera membuat satu medali yang berbentuk bulat lonjong seperti yang tergambar dalam tanda penampakan itu. Bunda Maria berjanji: "Semua orang yang mengenakan medali ini pada lehernya akan memperoleh karunia khusus." Katarina meneruskan pesan tersebut kepada yang berwajib. Lalu sesuai suruhan Bunda Maria, dibuatlah medali tersebut dan segera disebarluaskan kepada umat. Banyaklah permohonan yang terkabul karena medali tersebut, misalnya penyembuhan, pertobatan dll. Semuanya itu sungguh-sungguh ajaib, karena semula hal-hal itu memang tak dapat diatasi dengan cara biasa.
Penampakan itu terus berlanjut beberapa kali lagi sampai bulan September 1881. Kemudian Suster Katarina menceritakan penampakan-penampakan itu dengan jelas kepada Pastor Aladel, Bapa Pengakuannya. Setelah diselidiki dengan saksama, pastor itu mohon kepada Uskup Agung de Quelen di Paris untuk memberikan restu dan izin bagi pembuatan medali tersebut. Medali inilah yang sekarang lazim disebut 'Medali Wasiat'. Kata 'wasiat' tidak menunjuk kepada hasil yang diperoleh umat oleh karena memakai medali itu, melainkan menunjuk pada asal dan cara bagaimana medali itu terjadi.
Katarina melanjutkan cara hidupnya dalam kesederhanaan dan kerendahan hati dengan melakukan tugasnya sebagai penjaga pintu dan tukang masak di biara Enghien-Reuilly. Rahasia penampakan Bunda Maria yang dialaminya tidak diketahui oleh rekan-rekannya sebiara. Delapan bulan sebelum kematiannya, barulah ia menceritakan beberapa penampakan yang dialaminya kepada Suster Dufes, Superiornya. Katarina Laboure meninggal dunia pada tanggal 31 Desember 1876 pada usia 70 tahun. Ia digelari 'beata' pada tahun 1933 dan dinyatakan sebagai 'santa' pada tahun 1947 oleh Paus Pius XII (1939-1958).



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

 

Liturgia Verbi 2017-11-27 Senin.

Liturgia Verbi (A-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXXIV

Senin, 27 November 2017



Bacaan Pertama
Dan 1:1-6.8-20

"Di antara mereka tidak didapati yang setara
dengan Daniel, Hananya, Misael dan Azarya."

Pembacaan dari Nubuat Daniel:

Pada tahun ketiga pemerintahan Yoyakim, raja Yehuda,
datanglah Nebukadnezar, raja Babel, ke Yerusalem,
dan mengepung kota itu.
Tuhan menyerahkan Yoyakim, raja Yehuda,
dan juga sebagian dari perkakas-perkakas di rumah Allah
ke dalam tangan Raja Nebukadnezar,
Nebukadnezar membawa semuanya itu ke tanah Sinear,
ke dalam rumah dewanya
dan perkakas-perkakas itu dimasukkannya
dalam perbendaharaan dewanya.

Lalu Nebukadnezar bertitah kepada Aspenas, kepala istananya,
untuk membawa beberapa orang muda Israel,
yang berasal dari keturunan raja
atau dari kaum bangsawan.
Pemuda-pemuda itu hendaknya tidak bercela, berperawakan baik,
memahami berbagai-bagai hikmat, berpengetahuan luas,
dan mempunyai pengertian tentang ilmu.
Pendek kata hendaknya orang-orang yang cakap untuk bekerja
dalam istana raja.
Hendaknya mereka diajar tulisan dan bahasa orang Kasdim.
Dan raja menetapkan bagi mereka
jatah makanan setiap hari dari santapan raja,
dan jatah minuman dari anggur yang biasa diminum raja.

Mereka harus dididik selama tiga tahun,
dan sesudah itu mereka harus bekerja pada raja.
Di antara mereka itu ada juga beberapa orang Yehuda,
yakni Daniel, Hananya, Misael dan Azarya.
Tetapi Daniel bertekad untuk tidak menajiskan diri
dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja.
Maka ia meminta kepada pemimpin pegawai istana itu,
supaya ia tak usah menajiskan diri.

Maka Allah mengaruniakan kepada Daniel
kasih dan sayang dari pemimpin pegawai istana itu,
namun katanya,
"Makanan dan minuman telah ditetapkan oleh raja sendiri.
Aku takut, kalau-kalau tuanku raja berpendapat
bahwa kalian kelihatan kurang sehat
dibandingkan dengan pemuda-pemuda lain
yang sebaya dengan kalian.
Nanti akulah yang dipersalahkan oleh raja, oleh karena kalian.
Kemudian berkatalah Daniel kepada penjenang,
yang telah diangkat oleh pemimpin pegawai istana untuk
mengawasi Daniel, Hananya, Misael dan Azarya,
"Adakanlah percobaan dengan hamba-hambamu ini
selama sepuluh hari,
dan biarlah kami diberikan sayur sebagai makanan
dan air sebagai minuman.
Sesudah itu bandingkanlah perawakan kami
dengan perawakan pemuda-pemuda yang makan dari santapan raja.
Kemudian perlakukanlah hamba-hambamu ini
sesuai dengan pendapatmu."

Permintaan Daniel itu dikabulkannya.
Maka diadakanlah percobaan dengan mereka selama sepuluh hari.
Setelah lewat sepuluh hari, ternyata perawakan mereka lebih baik,
dan mereka kelihatan lebih gemuk daripada pemuda lain
yang telah makan dari santapan raja.
Maka selanjutnya
penjenang itu selalu menyisihkan makanan dan minuman
yang disediakan bagi mereka
dan memberikan sayur kepada mereka.
Kepada keempat pemuda itu
Allah memberikan pengetahuan dan kepandaian
tentang berbagai-bagai tulisan dan hikmat,
sedang Daniel juga mempunyai pengertian
tentang berbagai-bagai penglihatan dan mimpi.
Setelah lewat waktu yang ditetapkan raja,
mereka sekalian harus dibawa menghadap,
maka dibawalah mereka oleh pemimpin pegawai istana itu
menghadap Raja Nebukadnezar.

Raja bercakap-cakap dengan mereka semua.
Di antara mereka tidak didapati yang setara dengan Daniel,
Hananya, Misael dan Azarya.
Maka bekerjalah mereka itu pada raja.
Dalam tiap-tiap masalah
yang menuntut kebijaksanaan dan pengertian,
dan yang ditanyakan raja kepada mereka,
ternyata mereka sepuluh kali lebih cerdas
daripada semua orang berilmu dan semua ahli jampi
di seluruh kerajaannya.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
T.Dan 3:52-56,

Refren:

*Terpujilah Engkau, Tuhan, Allah leluhur kami.
   U: Kepada-Mulah pujian selama segala abad.
*Terpujilah nama-Mu yang mulia dan kudus.
   U: Kepada-Mulah pujian selama segala abad.
*Terpujilah Engkau dalam Bait-Mu yang mulia dan kudus.
   U: Kepada-Mulah pujian selama segala abad.
*Terpujilah Engkau di atas takhta kerajaan-Mu.
   U: Kepada-Mulah pujian selama segala abad.
*Terpujilah Engkau yang mendugai samudera raya.
   U: Kepada-Mulah pujian selama segala abad.
*Terpujilah Engkau di bentangan langit.
   U: Kepada-Mulah pujian selama segala abad.



Bait Pengantar Injil
Mat 24:42a.44

Berjaga-jagalah dan bersiap-siaplah,
sebab Anak Manusia datang pada saat yang tidak kalian duga.



Bacaan Injil
Luk 21:1-4

"Yesus melihat seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti derma."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Di bait Allah, tatkala mengangkat muka,
Yesus melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka
ke dalam peti persembahan.
Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser
ke dalam peti itu.

Maka Yesus berkata, "Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak
daripada semua orang itu.
Sebab mereka semua memberi persembahannya
dari kelimpahannya,
tetapi janda ini memberi dari kekurangannya,
bahkan ia memberi seluruh nafkahnya."

Demikianlah sabda Tuhan.



Renungan Injil
Seseorang dikatakan orang kaya karena ia memiliki harta yang melimpah.
Sebaliknya, orang miskin hidup dalam kekurangannya.
Orang kaya mudah mendapatkan penghormatan; orang miskin seringkali diabaikan orang.
Dengan hartalah orang dapat mewujudkan apa yang menjadi keinginannya.
Kira-kira seperti itulah paradigma yang berlaku di dunia ini.

Tuhan memiliki pandangan sendiri tentang siapa yang dinilai kaya dan siapa yang tidak, yakni pandangan yang berbeda dengan paradigma dunia itu.
Janda miskin yang dikisahkan pada Bacaan Injil hari ini menerima pujian dari Yesus sebagai seorang yang kaya, yang memberikan lebih banyak daripada orang-orang kaya duniawi lainnya, sekali pun wanita itu hanya memberikan persembahan yang tak seberapa itu.
Wanita itu memberi dari kekurangannya, dan bahkan ia memberi seluruh nafkahnya.

Rupanya di jaman dahulu itu, orang lain bisa melihat seberapa banyak persembahan yang dimasukkan ke dalam peti persembahan.
Kalau sekarang, persembahan dimasukkan ke dalam kantong kolekte dalam tangan tertutup sehingga besarannya tak diketahui oleh orang lain.

Bermurah-hati dan berbelas-kasihan kepada orang lain tentu baik dan sesuai dengan ajaran Yesus.
Tetapi persembahan kepada Tuhan bisa saja menimbulkan pemahaman yang kontradiktif.
Sepatutnya, kita ini menerima atau meminta dari Tuhan, bukan memberi.
Tuhan itu kaya dalam segala hal, apalah artinya persembahan kita yang hanya sedikit sekali.
Seperti inilah cara berpikir orang-orang yang kikir atau pelit, selalu punya alasan untuk tidak memberi.
Memang relatif mudah mencari pembenaran untuk tidak menyumbang, "Saya enggan menyumbang karena tak jelas peruntukannya, akan di kemanakan sumbangan yang terkumpul itu? Jangan-jangan dikorupsi."
Jika cara pandang yang seperti ini yang kita gunakan ketika membawa persembahan kepada Tuhan, maka itu sama artinya kita meragukan Tuhan tidak dapat mempertanggung-jawabkan persembahan kita, setidaknya khawatir persembahan kita akan "salah alamat".

Ada seorang kaya datang ke gereja hendak memeriksa keuangan gereja, "Saya banyak menyumbang bagi gereja, oleh karenanya saya berhak memeriksa peruntukannya."
Saya sendiri setuju kalau gereja bisa transparan dalam menyampaikan laporan keuangan gereja, akuntabel, tetapi tidak bertujuan untuk membela ketidak-relaan para penyumbang, melainkan sebagai upaya pencegahan terjadinya kesalahan dalam menyalurkan sumbangan itu.

Ada orang yang membawa persembahan melebihi dari kemampuan finansialnya, seperti yang dilakukan oleh janda miskin itu, tetapi dengan alasan yang berbeda.
Orang itu merasa malu kalau memberi sedikit, ada gengsi untuk menjaga martabatnya, atau bisa jadi ia berharap mendapat penghormatan sebagai imbalannya.

Ada pula yang memberi persembahan dengan harapan Tuhan akan mengembalikannya berlipat-lipat, semacam membeli umpan karena berharap akan memperoleh ikan.
Ini menabung namanya, bukan persembahan, memangnya Tuhan itu banker yang akan membayar bunga simpanan?

Dan masih banyak lagi perilaku orang terkait dengan persembahan ini.
Barangkali ini alasan atau kesempatan bagi Yesus untuk mengangkat muka-Nya dan menjadikan janda miskin itu sebagai contoh teladan dalam hal persembahan.
Bagi Tuhan, bukan nominalnya yang penting, melainkan kerelaan atau ketulusan dalam menyampaikan persembahan.
Terlebih lagi jika ada pengorbanan yang mengiringi persembahan.
Janda miskin itu memberi seluruh nafkahnya.
Ini jelas pengorbanan besar, karena itu artinya tak tersisa sedikit pun untuk dibawanya pulang.
Begitu teganyakah Tuhan menerima persembahan dari janda miskin itu sehingga membuat wanita itu "tidak makan" karena seluruh nafkahnya telah dipersembahkan kepada Tuhan?
Saya tidak berpikiran kalau wanita itu datang ke Bait Allah setiap hari untuk mempersembahkan seluruh nafkah yang diperolehnya hari itu.
Saya percaya wanita itu tidak berharap Tuhan akan membalasnya berlipat-lipat.
Wanita itu mendahulukan kepentingan Tuhan daripada kepentingan dirinya sendiri.



Peringatan Orang Kudus
Santo Yakobus dari Persia, Martir
Yakobus dari Beth-Lapeta, Persia (sekarang: Iran) lahir pada akhir abad keempat. Beliau seorang bangsawan Kristen kaya raya dan berpangkat tinggi di dalam Kerajaan Persia sebagai penasehat raja. Tetapi kebesarannya ini justru kemudian mendatangkan kecelakaan atas dirinya. Ketika raja mulai menganiaya orang-orang Kristen, Yakobus mengkhianati imannya dengan maksud supaya terlindung dari bahaya mati dan terus hidup terjamin. Namun isteri serta ibunya tetap setia kepada Kristus. Dengan terus terang mereka menegur Yakobus dan menunjukkan kesalahannya. Meskipun sejak itu mereka segan bergaul dengannya, namun karena terdorong oleh cinta sejati, mereka tetap mendoakan agar hatinya berbalik lagi kepada Kristus.
Demikianlah akhirnya, oleh sinar cahaya rahmat ilahi yang menembusi hatinya yang tegar dan keras, Yakobus kembali kepada Tuhan. Semenjak itu ia tidak pernah lagi pergi ke istana bahkan dengan berani meletakkan jabatannya yang tinggi itu. Perubahan sikapnya itu tak dibiarkan begitu saja oleh raja. Yakobus dipanggil lalu dimintai pertanggungjawabannya tentang sikapnya itu. Ia menyatakan secara tegas bahwa ia seorang Kristen yang tidak boleh bekerja sama dengan raja yang lalim. Maka murkalah raja, lalu segera memanggil pembesar-pembesar kerajaan dan hakim-hakim untuk menentukan hukuman yang tepat atas orang-orang Kristen.
Tuduhan yang dikemukakan ialah bahwa orang-orang Kristen menghina dan tidak mau menyembah dewa-dewa nasional. Oleh karena itu hukuman mati pantas dijatuhkan atas mereka termasuk Yakobus. Anggota badan Yakobus dipotong-potong. Menyaksikan hukuman mati yang dijatuhkan kepada Yakobus, orang-orang Kristen tak putus-putusnya berdoa agar Yakobus dapat bertahan dan berkanjang dalam menahan sengsara yang ditimpakan kepadanya. Doa mereka itu dikabulkan. Yakobus dengan gembira dan tersenyum menanggung penderitaan itu. Ia bahkan mengucap syukur kepada Allah karena boleh turut serta menanggung sengsara Kristus. Yakobus mati sebagai martir Kristus pada tahun 421.

Santo Virgilius, Uskup dan Pengaku Iman
Biarawan dan abbas Irlandia ini diangkat menjadi Uskup Zalsburg, Austria. Ia mengajarkan bahwa bumi ini bulat. Konsekuensinya, orang-orang di dua tempat berbeda di muka bumi yang dihubungkan oleh garis tengah bumi berdiri dengan posisi kaki saling berlawanan (Yunani: antipodes). Misalnya orang-orang di Jawa berdiri terbalik dengan orang-orang di sekitar Karibia (sebelah utara Amerika Tengah). Ajaran ini ditentang oleh banyak orang, bahkan dicap bidaah oleh Santo Bonifasius. Sebagai misionaris ia sangat giat.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

 

Liturgia Verbi 2017-11-26 Minggu.

Liturgia Verbi (A-I)
Hari HR Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam

Minggu, 26 November 2017



Bacaan Pertama
Yeh 34:11-12.15-17

"Wahai domba-domba-Ku,
Aku akan menjadi hakim di antara domba dengan domba."

Pembacaan dari Nubuat Yehezkiel:

Beginilah firman Tuhan Allah,
"Dengar,
Aku sendirilah yang akan memperhatikan domba-domba-Ku
dan mencari mereka.
Seperti seorang gembala mencari dombanya
pada waktu domba itu tercerai dari kawanannya,
begitulah Aku akan mencari domba-domba-Ku,
dan Aku akan menyelamatkan mereka dari segala tempat,
ke mana mereka diserakkan
pada hari berkabut dan hari kegelapan.

Aku sendiri akan menggembalakan domba-domba-Ku,
dan Aku akan membiarkan mereka berbaring,
demikianlah firman Tuhan Allah.
Yang hilang akan Kucari,
yang tersesat akan Kubawa pulang,
yang luka akan Kubalut,
yang sakit akan Kukuatkan,
sedang yang gemuk dan kuat akan Kulindungi.
Aku akan menggembalakan mereka sebagaimana seharusnya."

"Wahai kamu domba-domba-Ku,"
beginilah firman Tuhan Allah,
"Sungguh, Aku akan menjadi hakim di antara domba dengan domba,
dan di antara domba jantan dan kambing jantan."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 23:1-2a.2b-3.5-6,R:1

Refren: Tuhanlah Gembalaku, aku takkan berkekurangan.

*Tuhanlah Gembalaku, aku takkan berkekurangan.
Ia membaringkan daku di padang tumput yang hijau.

*Ia membimbing aku ke air yang tenang,
dan menyegarkan jiwaku.
Ia menuntun aku di jalan yang lurus,
demi nama-Nya yang kudus.

*Engkau menyediakan hidangan bagiku,
di hadapan segala lawanku.
Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak,
pialaku penuh berlimpah.

*Kerelaan dan kemurahan-Mu mengiringi aku
seumur hidupku.
Aku akan diam di dalam rumah Tuhan
sepanjang masa.



Bacaan Kedua
1Kor 15:20-26a.28

"Ia menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa,
supaya Allah menjadi semua di dalam semua."

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus:

Saudara-saudara,
Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati,
sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal.
Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia,
demikian juga
kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia.
Karena sama seperti semua orang mati
dalam persekutuan dengan Adam,
demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali
dalam persekutuan dengan Kristus.
Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya:
Kristus sebagai buah sulung;
sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya
pada waktu kedatangan-Nya.

Kemudian tibalah kesudahannya,
yaitu bilamana Kristus menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa,
sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan,
kekuasaan dan kekuatan.
Karena Kristus harus memegang pemerintahan sebagai Raja
sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya.
Musuh terakhir yang dibinasakan ialah maut.
Dan kalau segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Kristus,
maka Kristus sendiri sebagai Anak akan menaklukkan diri-Nya
di bawah Dia yang telah menaklukkan segala sesuatu,
supaya Allah menjadi semua di dalam semua.

Demikianlah sabda Tuhan.



Bait Pengantar Injil
Mrk 11:9.10

Diberkatilah yang datang dalam nama Tuhan.
Diberkatilah Kerajaan yang datang, Kerajaan bapak kita Daud.



Bacaan Injil
Mat 25:31-46

"Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya
dan akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Sekali peristiwa
Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,
"Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan
dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia,
maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya.
Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya,
dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang,
sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing;
Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya,
dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya.
Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya:
Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku,
terimalah Kerajaan
yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.

Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan;
ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum;
ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan;
ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian;
ketika Aku sakit, kamu melawat Aku;
ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.

Maka orang-orang benar itu akan bertanya kepada-Nya:
Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar
dan kami memberi Engkau makanan,
atau haus dan kami memberi Engkau minum?
Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing,
dan kami memberi Engkau tumpangan,
atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian?
Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara
dan kami mengunjungi Engkau?

Dan Raja itu akan menjawab mereka:
Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan
untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini,
kamu telah melakukannya untuk Aku.

Lalu Raja itu akan berkata juga kepada mereka
yang di sebelah kiri-Nya:
Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk,
enyahlah ke dalam api yang kekal,
yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.
Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan;
ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum;
ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan;
ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian;
ketika Aku sakit dan dalam penjara,
kamu tidak melawat Aku.

Lalu mereka pun akan bertanya kepada-Nya:
Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar,
atau haus, atau sebagai orang asing,
atau telanjang atau sakit,
atau dalam penjara,
dan kami tidak melayani Engkau?

Maka Ia akan menjawab mereka:
Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan
untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini,
kamu tidak melakukannya juga untuk Aku.

Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal,
tetapi orang benar masuk ke dalam hidup yang kekal."

Demikianlah sabda Tuhan.



Renungan Injil
Hari ini kita memperingati, sekaligus mengakui, Tuhan Kita Yesus Kristus adalah Raja Semesta Alam, yang berkuasa atas segala sesuatu yang ada di alam semesta.
Salah satu tugas seorang raja dipaparkan pada Bacaan Injil hari ini, yaitu mengadili lalu menghukum warga kerajaan yang melanggar tata-aturan yang telah ditetapkan.
Maka orang-orang pun dipisahkan menjadi dua kelompok, yang melaksanakan kehendak kerajaan dan yang tidak, seperti memisahkan kambing dari domba, seperti memisahkan rumput ilalang dari bulir gandum.

Pemisahan ini bersifat permanen, dan hanya ada 2 kelompok saja, dan itu terlaksana di saat kedatangan Anak Manusia kelak.
Tidak ada yang namanya setengah domba - setengah kambing, atau setengah bulir gandum - setengahnya rumput ilalang.
Tetapi ajaibnya, kambing yang mana pun tetap diberi kesempatan untuk berubah menjadi domba, kapan saja sebelum akhir jaman.
Se buruk apa pun kelakuan rumput ilalang, tetap boleh menempuh pertobatan untuk menerima pengampunan untuk menjadi bulir gandum, sebelum akhir jaman.
Setelah akhir jaman tiba, maka semuanya menjadi permanen, yang kambing tetap kambing, yang ilalang tetap ilalang, tak ada lagi kesempatan untuk berubah.
Domba-domba akan menerima hidup kekal, kambing-kambing akan dilemparkan ke dalam siksaan kekal.

Apa yang mesti kita lakukan agar kita menjadi domba atau bulir gandum?
Berbuat baiklah seperti seekor domba, yang terus-menerus merelakan bulu lebatnya dipangkas demi orang lain, yang tak pernah pusing memikirkan "senjata" untuk membela dirinya atau pun untuk mencelakai orang lain.
Berbelas kasihlah kepada orang-orang yang lapar, yang haus, yang tak mempunyai pakaian, yang sakit, yang mendekam di penjara, dan yang memerlukan tumpangan.
Lakukanlah itu tanpa pandang bulu, baik terhadap kambing, terlebih terhadap domba, baik terhadap rumput ilalang, terlebih terhadap bulir gandum.
Beginilah yang disampaikan oleh Yesus,
"Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan
untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini,
kamu telah melakukannya untuk Aku."



Peringatan Orang Kudus
Santo Yohanes Berchmans, Pengaku Iman
Yohanes Berchmans lahir di kota Diest, Belgia Tengah pada tanggal 13 Maret 1599. Ayahnya yang tukang kayu itu bercita-cita agar Berchmans kelak menjadi orang yang berpangkat tinggi dan masyhur namanya. Dalam sikapnya yang tenang laksana air jernih tak beriak, Berchmans bercita-cita menuntut ilmu setinggi-tingginya. Ia mendapat pelajaran bahasa Latin dari Peter Emerich. Imam ini sering mengajaknya ke biara dan pastoran. Pengalaman inilah yang mempengaruhi cita-citanya di kemudian hari yaitu menjadi seorang imam. Tetapi karena perusahaan ayahnya, mengalami kemunduran hebat dan ibunya sakit keras, ia dipanggil pulang ke rumah agar bisa membantu ayahnya dalam memperbaiki keadaan ekonomi keluarga. Ayahnya memutuskan untuk menghentikan studinya.
Mendengar keputusan ayahnya, ia diam tertegun sambil merenungkan nasibnya di kemudian hari. Ia lalu memutuskan untuk melanjutkan studinya atas tanggungan pribadi dan berjanji untuk makan roti kering saja dan hidup sederhana, asal cita-citanya tercapai. Ayahnya mengalah. Sambil mengikuti pelajaran di sebuah kolese umum, ia bekerja sebagai pelayan di gereja Katedral untuk memperoleh nafkahnya. Berkat kecerdasan serta kemauannya yang keras, ia selalu lulus dalam ujian dengan nilai yang gemilang. Ia bahkan selalu menjadi juara kelas. Teman-temannya sangat baik dan sayang padanya karena tabiatnya yang tenang dan periang. Kegemarannya adalah menjadi pelakon dalam setiap drama yang di pertunjukkan sekolah.
Ketika menginjak tahun terakhir studinya yaitu tahun retorika, ia pindah ke Kolese Yesuit di Malines pada tahun 1615. Hal yang menarik dia ke sana ialah semangat perjuangan dan kemartiran para misionaris Yesuit di Inggris. Tahun 1616, setelah mengalahkan ketegaran hati ayahnya, ia masuk novisiat Yesuit dan setahun kemudian ia dikirim ke Roma untuk melanjutkan studinya di sana. Dari sana ia mengirim surat kepada orang-tuanya: "Dengan rendah hati, aku berdoa untuk ayah dan ibu. Dan dengan segenap kasih-sayangku dan cintaku . . . saya ucapkan 'selamat datang dan selamat tinggal' kepada kalian, karena kalian mempersembahkan kembali aku puteramu, kepada Tuhan. Dia yang telah memberikan aku kepada kalian."
Sebagai novis, Berchmans sangat mengagumkan. Hidup asketik dan tulisan-tulisan rohaninya sangat mendalam, sempurna, seperti tampak di dalam kalimat: "Menabung banyak harta dalam bejana yang kecil." Sekali peristiwa ia membaca riwayat hidup Santo Aloysius. Pedoman yang diambilnya dari Aloysius ialah: "Jika saya tidak jadi orang suci di masa mudaku, maka tak pernah saya akan menjadi demikian." Tuhan memberinya waktu tiga tahun untuk mencapai apa yang diidamkannya. Dua hari sebelum pesta Santa Maria diangkat ke Surga, yaitu tanggal15 Agustus 1621, ia meninggal dunia dalam usia 22 tahun.
Meskipun dia meninggal dalam usia yang begitu muda, namun ia dinyatakan 'kudus' oleh Gereja karena ia menyempurnakan diri dengan melaksanakan tugas-tugas hariannya dengan sangat baik. Ia berhasil mencapai cita-citanya: menjadi seorang biarawan yang tekun melaksanakan tugas-tugas yang sederhana dengan sempurna penuh tanggung jawab, riang dan senang hati demi cinta akan Tuhan. Berchmans menjadi contoh teladan dan pelindung para pelajar.

Santo Silvester Gozzolini, Abbas dan Pengaku iman
Silvester lahir di Osimo, Italia pada tahun 1177 dari sebuah keluarga bangsawan kaya raya. Pada masa mudanya ia belajar ilmu hukum di Bologna dan Padua sampai selesai dan menjadi seorang ahli hukum di kota asalnya. Namun kemudian ia melepaskan jabatannya itu dan menekuni bidang teologi untuk menjadi imam di Osimo. Kemudian ia meninggalkan semua miliknya dan keramaian kota untuk menjalani kehidupan sebagai seorang pertapa yang miskin di Grotta (gua) Fucile.
Dari Fucile, ia pindah ke sebuah biara pertapaan di Monte Fano, Italia. Di sana jugalah ia kemudian pada tahun 1231 mendirikan sebuah biara pertapaan untuk menghimpun semua orang yang menjadi muridnya. Persaudaraan religius mereka terkenal dengan nama 'Ordo Santo Silvester'. Mereka menghayati suatu cara hidup yang keras di bawah panduan aturan-aturan Santo Benediktus, tanpa pernah secara resmi menjadi cabang dari salah satu Ordo Benediktin. Di bawah pimpinan Silvester sendiri selama 36 tahun, Ordo Silvestrin ini berkembang sangat pesat. Selama itu ia berhasil mendirikan 25 buah biara di Italia. Ia wafat pada tanggal 26 Nopember 1261 dalam usia 90 tahun, dan dinyatakan 'kudus' oleh Paus Klemens VIII (1592-1605) pada tahun 1598.

Santo Leonardus Porto Morizio, Pengaku Iman
Leonardus lahir di Porto Morizio, Italia pada tanggal 20 Desember 1676. Pada umur 13 tahun, ia dipanggil ke Roma oleh Agustinus, pamannya untuk dididik di kolese Yesuit yang dipimpin oleh Santo Philipus Neri. Pamannya menginginkan dia menjadi dokter, namun ia dengan tegas menolaknya. Oleh karena itu ia tidak lagi diakui oleh pamannya. Sejak itu ia mengatur hidupnya sendiri di Roma tanpa bantuan pamannya.
Pada tahun 1697, ia diterima dalam Tarekat Fransiskan di biara Rifomalla di Ponticelli. Oleh pimpinan Ordo ia kemudian dikirim belajar di Universitas Roma. Di Universitas Bonaventura inilah ia ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1703. Bersama dengan beberapa rekannya, ia mengambil alih sebuah biara di Florence pada tahun 1709. Di bawah bimbingannya, biara ini kemudian menjadi pusat karya misi di Tuscany. Dari biara inilah, ia berkeliling ke berbagai tempat untuk berkotbah dan mengajar umat, teristimewa umat sederhana dari golongan rakyat jelata.
Leonardus dikenal sebagai seorang misionaris Fransiskan yang rajin dan tekun dalam tugasnya mewartakan Injil. Ia mengelilingi seluruh Italia untuk berkotbah. Dengan gayanya yang lucu, ia mengemukakan prinsip misionernya sebagai berikut: "Berkotbah kepada orang lain harus dimulai dan diselingi dengan berkotbah kepada diri sendiri." Leo menghayati semangat hidup miskin dan sederhana yang tinggi sehingga banyak orang terpikat padanya.
Salah satu keistimewaannya yang membuat dia dikenal hingga sekarang ialah kesukaannya merenungkan peristiwa Sengsara Yesus. Ia mengabdikan devosinya ini dan menjadikannya milik semua umat Katolik dengan merintis kebaktian "Jalan Salib" lengkap dengan 14 stasinya seperti yang kita kenal sekarang. Untuk mengumatkan devosi itu, ia mendirikan 'Jalan Salib Kristus' di berbagai tempat, termasuk di Colosseum, tempat pembantaian dan gelanggang sengsara orang-orang Kristen pertama di Roma. Tentang kebaktian Jalan Salib ini, ia berkata: "Tidak ada sesuatu pun yang lebih mulia dan berguna bagi pengudusan diri kita daripada merenungkan peristiwa sengsara Kristus.” Selain devosi itu, ia juga menjadi perintis devosi kepada Hati Yesus yang Mahakudus dan devosi kepada Bunda Maria.
Sampai usia tuanya ia berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan jiwa-jiwa dengan doa-doa pribadi dan perayaan Misa Kudus setiap hari. Pada tahun 1744 ia diutus paus ke pulau Corsica untuk menenteramkan suasana pertikaian antar umat di sana. Namun sayang bahwa usahanya ini kurang berhasil. Dalam keadaan payah ia kembali ke Roma, dan tak lama kemudian ia meninggal dunia di biara Santo Bonaventura pada tanggal 26 Nopember 1751. Pada tahun 1867 ia dinyatakan sebagai 'santo'.

Santo Sarbel Maklouf, Pengaku Iman
Seorang gadis dan seorang biarawati dengan mata terbelalak memandang ke arah dinding batu karang yang terletak di hadapan mereka. Mereka heran karena melihat bahwa batu (nisan) itu mengeluarkan peluh. Tetesan-tetesan air keluar dari permukaannya. Seperti kena hipnose, gadis itu mengulurkan dan menempelkan tangannya yang lumpuh itu pada batu itu. Sementara itu biarawati itu pun merasa tegang seluruh tubuhnya. Gadis lumpuh yang gemetaran itu, lalu terjatuh di pangkuan biarawati yang sedang tegang itu. Ketika gadis itu siuman lagi, ia merasa sudah terbebas dari penyakit lumpuh yang telah dideritanya selama 14 tahun. Bekas-bekas kelumpuhan pun tidak kelihatan lagi. Sekarang ia telah bersuami dan tinggal di Libanon.
Batu (nisan) yang bertuliskan huruf-huruf Arab itu mengingatkan penduduk setempat akan suatu peristiwa penyembuhan yang terjadi di situ pada tahun 1951. Batu itu adalah batu kubur Sarbel Maklouf, seorang rahib Gereja Maronit Libanon, yang dijuluki "Bapa Kami" oleh orang-orang Libanon, baik Kristen maupun Islam.
Pada tahun 1822, para rahib Maronit di Libanon membangun biara Maron d'Annaya, yang terletak di pegunungan Libanon. Tigapuluh tahun setelah biara itu berdiri, datanglah ke biara itu seorang pemuda sederhana dan miskin dengan pakaian yang tak teratur. Pemuda itulah Sarbel Maklouf. Semula Sarbel adalah petani dan gembala miskin di pegunungan Libanon. Menginjak usia 23 tahun, ia meninggalkan desanya, lalu melangkahkan kakinya ke daerah pegunungan Annaya menuju sebuah biara yang ada di sana. Ia diterima masuk biara itu untuk selamanya. Di sana ia belajar teologi dan giat membantu di paroki. Dalam waktu relatif singkat Sarbel segera terkenal di antara kaum Badui, petani-petani miskin di pegunungan, orang-orang Kristen dan kaum Muslim. Ia selalu menolong mereka yang menderita dan menghibur orang-orang yang bersusah. Pengetahuannya sangat luas tentang rempah-rempah dan aneka jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat. Sesuatu yang luar biasa tidak tampak pada dirinya. Demikian juga setelah ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1859, ia tetap seorang rahib yang rendah hati, sederhana dan rajin membantu siapa saja yang meminta bantuannya.
Duapuluh tiga tahun terakhir hidupnya, ia bertapa di puncak gunung Annaya, dekat dengan biaranya. Dalam biliknya yang sempit, Pastor Sarbel kusuk berdoa sampai larut malam. Pada waktu subuh ia sudah bangun untuk berdoa sebelum merayakan Misa Kudus. Ia selalu sendirian dan bekerja keras di kebun. Ia hanya makan sekali sehari dan itu pun tidak sampai kenyang. Sehari-harinya pertapa ini tidak banyak bicara. Dengan selembar kain yang membelit tubuhnya ia melawan panas dan dinginnya udara yang tidak kenal kompromi. Suatu hari halilintar menyambar kapelnya dan mengoyakkan jubah yang sedang dikenakannya. Namun aneh bahwa Sarbel yang sedang berdoa itu tidak terkena sedikit pun dan terus berdoa dengan tenang. Di tempat pertapaannya itu, Pastor Sarbel menghembuskan nafasnya terakhir pada tanggal 16 Desember 1898. Jenazahnya diletakkan di atas dua lembar papan dan dimasukkan ke dalam lobang yang dipahat pada batu karang.
Sehabis penguburan Pastor Sarbel, orang-orang Badui menyaksikan suatu peristiwa ajaib yang membingungkan mereka: dari makam Sarbel itu terpancarlah berkas-berkas cahaya biru selama 45 hari penuh setelah penguburannya. Hal ini pun dilihat oleh rekan imamnya yang lain: Pastor Elie Abi-Ramia yang berusia 97 tahun dan satu-satunya imam Maronit yang masih hidup di antara biarawan-biarawan yang tinggal bersama Sarbel dibiara Santo Maron d'Annaya. Ia juga hadir pada upacara penguburan Sarbel Maklouf rekannya pada tahun 1898. Tentang Sarbel, ia berkomentar: "Sarbel Maklouf semasa hidupnya dikenal sangat sederhana, rajin dan menaruh perhatian besar kepada orang-orang miskin dan bersusah. Tidak ada sesuatu keistimewaan yang luar biasa pada dirinya. Yang tampak menonjol ialah bahwa ia rajin berdoa dan tekun memperhatikan orang-orang miskin."
Tahun-tahun berikutnya makam itu menjadi tempat ziarah yang ramai dikunjungi. Di sana terjadi mujizat penyembuhan berbagai jenis penyakit. Berpuluh-puluh tahun kemudian, setelah menyaksikan berbagai mujizat penyembuhan di makam itu, makam Sarbel menarik perhatian Vatikan untuk turun tangan menyelidikinya.
Atas perintah Vatikan, jenazah rahib saleh itu dikeluarkan kembali dari makamnya untuk diselidiki kebenaranriya. Vatikan mengirim dokter-dokter ahli dan para sarjana dari berbagai disiplin ilmu untuk menyelidiki makam dan jenazah Sarbel dan berbagai penyembuhan yang terjadi di makamnya. Makam itu, yang berbentuk sebuah lobang pahatan di dalam batu karang dan ditutup dengan batu itu, disegel dan dipasangi pintu besi yang berjeruji. Kunci pintu makam itu disimpan oleh ketua panitia internasional yang beranggotakan dokter-dokter ahli dan para sarjana itu. Mereka, bersama rekan-rekan Sarbel yang tinggal di biara Maron d'Annaya, heran menyaksikan bahwa meskipun sudah 68 tahun wafat dan dikuburkan, jenazah Sarbel masih dalam keadaan utuh.
Mereka terus menyelidiki kalau-kalau batu makam tersebut mengandung zat-zat kimia yang mempunyai daya pengawet. Tetapi penyelidikan itu tidak menemukan hal itu. Maka selama 6 tahun, jenazah Sarbel Maklouf dimasukkan kembali ke dalam sebuah lobang dalam batu karang untuk melihat apakah jenazah itu masih tetap mengeluarkan peluh keringat. Karena peluh itu tetap mengalir, jenazah Sarbel dikeluarkan lagi dan dijemur selama tujuh bulan. Akibat penjemuran itu, warna kulit Sarbel menjadi sawo matang dan kulitnya mengerut, sambil tetap mengeluarkan peluh sampai tahun 1927.
Dalam penyelidikan selanjutnya terjadi hal-hal baru yang mengherankan para dokter: ketika jenazah itu diiris sedikit dengan pisau keluarlah darah. Memang warna darah itu hitam, namun anehnya bahwa darah itu terus mengalir keluar seperti orang yang masih hidup. Contoh darah ini dengan bukti-bukti lain yang tak terhitung jumlahnya disimpan di dalam sebuah lemari kaca yang disegel. Sementara itu lembaga-lembaga di Italia, Prancis dan Jerman terus menyelidiki darah itu di laboratorium-laboratorium terkenal. Hasil analisa-analisa itu dikirim ke Vatikan.
Setelah melewati berbagai penyelidikan yang mutakhir, akhirnya Sarbel dinyatakan sebagai 'kudus' oleh Paus Paulus VI (1963-1978) pada tanggal 5 Desember 1965 di basilik Santo Petrus Roma. Hingga sekarang bekas tempat tinggal dan makam Sarbel Maklouf menjadi tempat ziarah terkenal di Libanon, yang dikunjungi banyak orang dari berbagai penjuru dunia, baik Kristen maupun Islam dan Yahudi, terlebih orang-orang Badui setempat.
Tentang mujizat penyembuhan di makam Sarbel Maklouf, Pater Joseph Ejail, seorang imam dari biara Maron d'Annaya yang menguasai tiga bahasa asing dan mengajar di sekolah-sekolah Libanon, memberikan kesaksian pandangan mata berikut: "Di muka makam itu duduk sepasang suami-isteri dari Syria. Mereka orang Islam. Di samping mereka, berbaring anak lelaki mereka berumur 6 tahun di atas sebuah usungan. Oleh dokter-dokter, anak lelaki itu dikatakan tidak bisa sembuh lagi dari kelumpuhannya. Kira-kira setelah sejam mereka berdoa di makam itu, Bapa anak itu menyaksikan peristiwa ajaib kesembuhan anaknya. Anaknya yang lumpuh sejak kecil itu sekonyong-konyong bangkit dan berjalan tegak. Bapa itu langsung jatuh pingsan melihat peristiwa ajaib itu. Demikian juga isterinya; ia tak berdaya karena lemas seluruh badannya. Setelah siuman dan kuat kembali, ia membimbing keluar anak dan isterinya yang lemas itu", demikian kisah pandangan mata Pater Joseph Ejail untuk menguatkan mujizat-mujizat penyembuhan yang terjadi di makam Santo Sarbel Maklouf.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

 

Liturgia Verbi 2017-11-25 Sabtu.

Liturgia Verbi (A-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXXIII

Sabtu, 25 November 2017



Bacaan Pertama
1Mak 6:1-13

"Karena segala kejahatan yang kuperbuat terhadap Yerusalem,
maka aku sekarang mati dalam kepedihan yang besar."

Pembacaan dari Kitab Pertama Makabe:

Pada waktu itu
Raja Antiokhus menjelajahi wilayah pegunungan Persia.
Didengarnya kabar bahwa Elimais, sebuah kota di negeri Persia,
termasyhur karena kekayaan perak dan emas.
Lagi pula di kota itu ada sebuah kuil yang sangat kaya,
karena di sana disimpan
alat-alat perang emas, serta baju baja dan senjata
yang ditinggalkan Aleksander, putera Filipus, raja Makedonia,
yang mula-mula menjadi raja atas orang-orang Yunani.
Maka Antiokhus pergi ke sana
dan berusaha merebut kota itu serta menjarahnya.
Tetapi ia tidak berhasil
karena maksudnya ketahuan oleh penduduk kota itu.
Mereka memberikan perlawanan kepada raja,
sehingga ia melarikan diri dari situ
dan dengan meyesal mau kembali ke kota Babel.
Kemudian datanglah seseorang ke daerah Persia memberitahu raja,
bahwa bala tentaranya yang memasuki negeri Yudea sudah dipukul mundur.
Khususnya Lisias yang berperang dengan bala tentara yang kuat
telah dipukul mundur oleh orang-orang Yahudi.
Orang-orang Yahudi itu bertambah kuat
karena senjata, pasukan dan banyak barang rampasan
yang mereka peroleh dari tentara yang sudah mereka kalahkan.
Mereka telah membongkar juga patung berhala
yang didirikan oleh raja di atas mezbah di Yerusalem.
Mereka telah memagari bait suci dengan tembok-tembok yang tinggi seperti dahulu.
Demikian pula halnya dengan Bet-Zur, salah satu kota raja.

Mendengar berita itu
maka tercenganglah raja dan sangat kacau pikirannya.
Ia merebahkan diri di ranjang dan jatuh sakit karena sakit hati.
Sebab semuanya tidak terjadi sebagaimana diinginkannya.

Berhari-hari raja berbaring di ranjangnya
dan terus-menerus dihinggapi kemurungan besar.
Ketika merasa akan meninggal dipanggilnya semua sahabatnya
lalu dikatakannya kepada mereka,
"Tidur sudah lenyap dari mataku
dan hatiku hancur karena kemasygulan.
Maka dalam hati aku berkata:
Betapa besar keimpitan dan kemalangan
yang menimpa diriku sekarang ini!
Padahal aku ini selalu murah hati dan tercinta dalam kekuasaanku!
Tetapi teringatlah aku sekarang akan segala kejahatan
yang telah kuperbuat terhadap Yerusalem
dengan mengambil perkakas perak dan emas yang ada di kota itu
dan dengan menyuruh menumpas penduduk Yerusalem
dengan sewenang-wenang.
Sekarang aku menjadi insaf bahwa semuanya itulah sebabnya
aku ditimpa malapetaka ini.
Sungguh aku sekarang jatuh binasa di negeri yang asing
dengan amat sedih hati."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 9:2-3.4.6.16b.19,R:16a

Refren: Ya Tuhan, aku bergembira atas kemenangan-Mu.

*Aku mau bersyukur kepada Tuhan dengan segenap hati,
aku mau menceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib;
aku mau bersukacita dan bersukaria karena Engkau,
bermazmur bagi nama-Mu, ya Yang Mahatinggi.

*Sebab musuhku telah mundur,
tersandung jatuh, dan binasa di hadapan-Mu.
Engkau menghardik bangsa-bangsa,
dan telah membinasakan orang-orang fasik;
nama mereka telah Kauhapuskan
untuk seterusnya dan selama-lamanya;

*Kakinya tertangkap dalam jaring yang dipasangnya sendiri.
Sebab bukan untuk seterusnya orang miskin dilupakan,
bukan untuk selamanya hilang harapan orang sengsara.



Bait Pengantar Injil
2Tim 1:10b

Juruselamat kita Yesus Kristus telah mematahkan kuasa maut
dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa.



Bacaan Injil
Luk 20:27-40

"Allah bukanlah Allah orang mati,
melainkan Allah orang hidup."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Santo Lukas:

Pada suatu ketika
datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki
yang tidak mengakui adanya kebangkitan.
Mereka bertanya kepada Yesus,
"Guru, Musa menuliskan untuk kita perintah ini:
'Jika seorang yang mempunyai saudara laki-laki
mati meninggalkan isteri tetapi tidak meninggalkan anak,
maka saudaranya harus kawin dengan wanita itu
dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya.'
Ada tujuh orang bersaudara.
Yang pertama kawin dengan seorang wanita
lalu mati tanpa meninggalkan anak.
Lalu wanita itu dikawini oleh yang kedua, dan oleh yang ketiga,
dan demikianlah berturut-turut oleh ketujuh saudara itu.
Mereka semuanya mati tanpa meninggalkan anak.
Akhirnya perempuan itu pun mati.
Bagaimana sekarang dengan wanita itu?
Siapakah di antara orang-orang itu yang menjadi suaminya pada hari kebangkitan?
Sebab ketujuhnya telah beristerikan dia."

Berkatalah Yesus kepada mereka,
"Orang dunia ini kawin dan dikawinkan,
tetapi orang yang dianggap layak untuk mendapat bagian
dalam dunia yang lain itu
dan dalam kebangkitan dari antara orang mati
tidak kawin dan tidak dikawinkan.
Sebab mereka tidak dapat mati lagi.
Mereka sama dengan malaikat-malaikat
dan menjadi anak-anak Allah,
karena mereka telah dibangkitkan.

Tentang bangkitnya orang-orang mati,
Musa telah memberitahukannya dalam nas tentang semak duri,
di mana Tuhan disebut Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub.
Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup,
karena di hadapan Dia semua orang hidup."

Mendengar itu beberapa ahli Taurat berkata,
"Guru, jawab-Mu itu tepat sekali."
Maka mereka tidak berani lagi menanyakan apa-apa kepada Yesus.

Demikianlah sabda Tuhan.



Renungan Injil
Orang-orang Saduki tidak mempercayai adanya kebangkitan setelah kematian di dunia ini.
Barangkali menurut mereka kehidupan kekal itu tidak masuk akal.
Mereka mempersoalkan orang yang menikah lebih dari satu kali, dengan siapa ia akan tinggal setelah semuanya meninggal dunia.

Di dunia ini, ada kelahiran tapi juga ada kematian, sedangkan di dunia yang lain itu hanya ada kebangkitan dan tidak mati-mati lagi.
Artinya suatu saat nanti di dunia lain itu akan penuh sesak, tak ada lagi tempat.

Mereka membayangkan kehidupan di surga itu kurang lebih sama seperti di dunia, padahal jelas sekali berbeda.
Di surga orang tidak kawin dan dikawinkan, artinya tidak lagi beranak-pinak.
Orang-orang yang dianggap layak untuk mendapat tempat dalam dunia yang lain itu, hidup sama seperti para malaikat, menjadi anak-anak Allah.

Intisarinya sebetulnya adalah soal keberadaan Allah itu sendiri.
Allah bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup.
Jika kematian di dunia ini adalah akhir dari perziarahan hidup seseorang, maka tidak ada artinya lagi segala perintah dan ketentuan Allah.
Orang baik dan orang jahat sama-sama akan meninggal dunia.
Lalu untuk apa menjadi orang baik kalau kematian di dunia ini merupakan akhir?
Adanya penghakiman setelah kematian itulah yang akan membedakan orang baik dari yang jahat.
Yang hidup di dunia mengikuti kehendak Allah akan diselamatkan dan tinggal di surga, sedangkan yang tidak layak akan digiring ke dalam dapur api.
Inilah alasannya mengapa kita tidak punya pilihan, suka tak suka kita mesti mematuhi perintah Allah agar kelak tidak dilempar ke dalam dapur api itu.



Peringatan Orang Kudus
Santa Katarina dari Aleksandria, Perawan dan Martir
Sejak Abad Pertengahan banyak gereja ditahbiskan dengan nama pelindung Santa Katarina. Demikian pula banyak anak puteri diberi nama Katarina. Dari antara mereka, beberapa orang kemudian menjadi orang kudus terkenal, seperti misalnya: Katarina dari Genoa, Katarina dari Siena; dan Katarina Laboure. Buku-buku kisah para Kudus dan sejarah umat Kristen pertama melukiskan Katarina dari Aleksandria sebagai seorang martir dan perawan yang cantik rupawan dan sangat pandai. Ia iahir pada abad ketiga dari sebuah keluarga bangsawan kaya raya di Aleksandria. Sayang bahwa riwayat hidupnya telah dibumbui dengan berbagai cerita ajaib, sehingga sulit bagi kita untuk mengenal cerita historis yang sebenarnya. Kisah yang ada muncul agak kemudian dan tanpa makna historis.
Ketika menanjak dewasa, ia didesak orang-tuanya agar cepat-cepat berumahtangga. Tetapi Katarina selalu menjawab: "Saya hanya mau menikah dengan lelaki yang lebih cakap, lebih pandai, lebih kaya dan lebih berkuasa daripada saya." Banyak lelaki tertarik, padanya dan bermaksud menikahinya. Beberapa orang pelamar datang, tetapi tak satu pun dari antara mereka berkenan di hatinya. Lalu Katarina mengunjungi seorang rahib yang suci dan pandai untuk meminta petuahnya. Rahib itu bercerita banyak tentang Tuhan Yesus, Raja segala raja yang lebih berkuasa, lebih pandai dan lebih suci daripada semua raja di seantero jagad. Berkatalah Katarina, "Kalau begitu, saya akan mengabdi Raja Yesus Kristus dan hanya kepadaNya saya mengabdi!" Ketika itulah ia mulai mengenal dan memeluk iman Kristen. Ia dengan tekun mempelajari segala sesuatu yang berkenaan dengan ajaran iman Kristen dan mendermakan harta kekayaannya kepada kaum miskin.
Katarina menjadi semakin terkenal di Aleksandria. Ketenaran namanya sempat terdengar oleh Kaisar Roma Maksimianus dan membuatnya iri hati dan cemburu. Untuk menjebak Katarina, Maksimianus memerintahkan agar Katarina menyembah patung dewa-dewa kafir Romawi. Hal ini ditolaknya dengan tegas. Selanjutnya untuk membawa Katarina kepada jalan yang sesat, ia dihadapkan kepada 50 orang filsuf untuk membuktikan kepalsuan imannya. Tetapi ia memenangkan perdebatan itu dan mempermalukan mereka. Di hadapan mereka ia menyajikan kebenaran iman Kristen disertai bukti-bukti yang tak dapat dibantah kebenarannya. Dari keterangan-keterangannya, beberapa filsuf menemukan kebenaran sejati yang dicarinya selama ini dan bertobat menjadi Kristen mengikuti Katarina.
Gubernur menjadi sangat marah dan menjatuhkan hukuman bakar hidup-hidup atas para filsuf itu. Karena senjata perdebatan tak mempan untuk menaklukkan Katarina maka kekerasan serta kelaliman para algojo mendapat giliran. Katarina disekap di dalam penjara dan selama dua jam lamanya dia disesah dengan cemeti tajam. Namun siksaan-siksaan itu tidak pernah mempan untuk menaklukkan keteguhan imannya. Katarina kemudian dijatuhi hukuman mati dengan gilasan roda kayu besar berduri. Tetapi secara ajaib roda itu terbongkar dan hancur berkeping-keping. Tanda-tanda ajaib ini menunjukkan bahwa Tuhan menyertai hambanya dan memberinya kekuatan sehingga ia tidak menyerah pada kekerasan orang-orang kafir itu. Akhirnya jalan satu-satunya yang ditempuh oleh musuh-musuhnya ialah memenggal lehernya dengan pedang. Dengan cara itu Katarina mengakhiri hidupnya sebagai seorang martir Kristus di hadapan para algojo kafir. Peristiwa ini terjadi pada tahun 307 di Aleksandria.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi