Liturgia Verbi 2019-01-01 Selasa.

Liturgia Verbi (C-I)
HR Santa Maria Bunda Allah

Selasa, 1 Januari 2019

Hari Perdamaian Sedunia.

Ujud Misi/Evangelisasi - Kaum muda dan teladan Bunda Maria.
Semoga kaum muda, terutama yang berada di Amerika Latin, mau meneladani Bunda Maria dan menjawab panggilan Tuhan untuk menyampaikan kegembiraan Injil pada dunia.

Ujud Gereja Indonesia - Pemimpin agama.
Semoga para pemimpin agama beraniu dengan tegas menolak segala bentuk usaha kelompok masyarakat yang hendak menggunakan agama demi meraih kepentingan politik praktisnya.



Bacaan Pertama
Bil 6:22-27

"Mereka harus meletakkan nama-Ku atas orang Israel;
maka Aku akan memberkati mereka."

Pembacaan dari Kitab Bilangan:

Sekali peristiwa Tuhan berfirman kepada Musa,
"Berbicaralah kepada Harun dan anak-anaknya:
Beginilah harus kamu memberkati orang Israel,
katakanlah kepada mereka:
Tuhan memberkati engkau dan melindungi engkau;
Tuhan menyinari engkau dengan wajah-Nya
dan memberi engkau kasih karunia;
Tuhan menghadapkan wajah-Nya kepadamu
dan memberi engkau damai sejahtera.
Demikianlah harus mereka meletakkan nama-Ku atas orang Israel;
maka Aku akan memberkati mereka."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 67:2-3.5.6.8,R:2a

Refren: Kiranya Allah mengasihani dan memberkati kita.

*Kiranya Allah mengasihani dan memberkati kita,
kiranya Ia menyinari kita dengan wajah-Nya,
kiranya jalan-Mu dikenal di bumi,
dan keselamatan-Mu di antara segala bangsa.

*Kiranya suku-suku bangsa bersukacita dan bersorak-sorai,
sebab Engkau memerintah bangsa-bangsa dengan adil,
dan menuntun suku-suku bangsa di atas bumi.

*Kiranya bangsa-bangsa bersyukur kepada-Mu, ya Allah,
kiranya bangsa-bangsa semuanya bersyukur kepada-Mu.
Allah memberkati kita;
kiranya segala ujung bumi takwa kepada-Nya!



Bacaan Kedua
Gal 4:4-7

"Allah mengutus Anak-Nya
yang lahir dari seorang perempuan."

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Galatia:

Saudara-saudara,
setelah genap waktunya, Allah mengutus Anak-Nya,
yang lahir dari seorang perempuan
dan takluk kepada hukum Taurat.
Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat,
supaya kita diterima menjadi anak.
Dan karena kamu adalah anak,
maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita,
yang berseru: "Abba, ya Bapa!"
Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak;
dan kalau kamu anak,
maka kamu juga menjadi ahliwaris-ahliwaris, oleh karena Allah.

Demikianlah sabda Tuhan.



Bait Pengantar Injil
Ibr 1:1-2

Dahulu kala
dengan pelbagai cara Allah berbicara kepada leluhur kita
dengan perantaraan para nabi,
Pada zaman akhir ini Ia berbicara kepada kita
dengan perantaraan Anak-Nya.



Bacaan Injil
Luk 2:16-21

"Mereka mendapati Maria, Yusuf dan Si Bayi. 
Pada hari ke delapan Ia diberi nama Yesus."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Setelah mendengar berita kelahiran penyelamat dunia,
para gembala cepat-cepat berangkat ke Betlehem,
dan mendapati Maria dan Yusuf
serta Bayi yang terbaring di dalam palungan.
Ketika melihat Bayi itu,
para gembala memberitahukan
apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang Anak itu.
Dan semua orang yang mendengarnya
heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala itu.
Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hati
dan merenungkannya.
Maka kembalilah gembala-gembala itu
sambil memuji dan memuliakan Allah
karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat;
semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka.
Ketika genap delapan hari umurnya,
Anak itu disunatkan,
dan Ia diberi nama Yesus,
yaitu nama yang disebut oleh malaikat
sebelum Ia dikandung ibu-Nya.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Mari kita rayakan Tahun Baru hari ini bersama-sama Santa Maria Bunda Allah, bunda kita.
Kisah kelahiran Yesus ditulis dalam Injil Matius dan juga Injil Lukas, dan secara jelas dituliskan bahwa Maria-lah yang melahirkan Yesus.
Santa Maria adalah bunda Allah, bunda Yesus Kristus.

Ada yang menarik untuk kita renungkan dari Bacaan Injil hari ini.
Kabar tentang kedatangan Sang Mesias sudah sejak lama dinubuatkan, tetapi tak ada yang dapat memastikan kapan waktunya.
Kepastian tentang rencana Allah itu baru diberitakan kepada Maria, Yusuf dan juga Elisabet.
Sangat mungkin Elisabet sendiri tak tahu persis kapan hari kelahiran Yesus, karena Maria dan Yusuf pergi ke Betlehem untuk sensus penduduk.

Kabar tentang kelahiran Yesus justru pertama-tama disampaikan kepada para penggembala yang ada di sekitar Betlehem.
Pada waktu yang bersamaan, kabar sukacita besar ini juga disampaikan kepada orang-orang Majus dari negeri yang sangat jauh dari Betlehem.
Ini yang saya maksudkan sebagai hal yang menarik untuk kita renungkan.

Pada waktu itu, sangat logis kalau saya katakan bahwa mayoritas keturunan Daud sedang berkumpul di Betlehem karena mesti mendaftarkan diri sesuai perintah Kaisar Agustus.
Artinya, sanak-saudara Yusuf-Maria sedang berkumpul di Betlehem, tetapi kepada mereka tak diberitakan perihal kelahiran Yesus.
Mereka bahkan tak mendapat tumpangan di salah satu rumah dari sanak-saudara itu, di rumah penginapan pun mereka tidak mendapat tempat, akhirnya terpaksa persalinan terjadi di kandang domba.

Allah menetapkan para penggembala dan orang-orang Majus itulah yang menjadi saksi-mata pertama tentang kelahiran Yesus.
Kepada mereka ditunjukkan tanda agar mereka menjadi percaya.
Kepada para penggembala dipertontonkan bala-tentara Surgawi dan kepada orang Majus diperlihatkan bintang berjalan di langit yang menuntun jalan mereka menuju tempat kelahiran Yesus.

Sekarang, kabar kelahiran Yesus telah tersebar ke seluruh pelosok bumi, karena memang dituliskan di dalam Injil dan memang diperintahkan oleh Yesus untuk mewartakan Injil ke seluruh penjuru dunia.
Kita baru saja merayakannya, dan hari ini, hari pertama di tahun yang baru,  kita juga merayakan ibu Yesus, Bunda Allah, bunda kita, Santa Perawan Maria.
Lalu, dengan apa kita merayakan Hari Raya Santa Maria Bunda Allah ini?
Cukupkah dengan menghadiri Ekaristi saja?
Tidak.
Inilah saatnya bagi kita untuk mencanangkan harapan kita terjadi di tahun yang baru ini.
Harapan kita masing-masing, sekali pun berbeda-beda, namun berlandaskan keyakinan yang sama, yakni: Allah Bapa memberkati kita, menyinari kita dengan wajah-Nya, melindungi kita, memberi kasih-karunia-Nya yang besar, serta memberi damai sejahtera di tempat kita berada.
Dengan demikian, harapan kita pun pasti akan terwujud.

Selamat Hari Raya Santa Maria Bunda Allah,
dan selamat tahun baru!



Peringatan Orang Kudus
Yesus dari Nazaret: Oktaf Natal
Delapan hari setelah kelahiran-Nya, Kanak-kanak Yesus disunat sesuai aturan hukum Taurat Musa (Im 12:3; Luk 2:21; Kis 7:8; Flp 3:5), dan diberi nama Yesus (Yun.: Iesous; Ibr.: Yesyua, Yehosyua,  yang berarti "Yahweh menyelamatkan".  Nama ini sebelum Yesus dari Nazaret sudah dipakai oleh Yosua, pengganti Musa.  Melalui Yesus dari Nazaret, umat manusia diselamatkan (Kis 4:12; Flp 2:9 – 11).  Dia-lah Al-Masih yang dijanjikan Yahweh kepada Israel, bangsa terpilih, dan kelahiran-Nya melalui Perawan Maria menjadikan Dia seorang warga suku bangsa Israel.  Sunat, sebagai upacara keagamaan di kalangan orang Ibrani dan lambang keanggotaan seseorang dalam masyarakat, menjadikan Yesus anggota masyarakat Yahudi.
Dengan demikian Yesus, yang adalah Al-Masih, menjadi batu pengunci antara Perjanjian Lama dan Baru, antara nubuat-nubuat nabi dan pemenuhannya, antara perumpamaan dan penetapannya, antara janji dan pelaksanaannya, antara Kerajaan Daud, leluhurnya dan Kerajaan-Nya sendiri yang bersifat universal dan abadi.

Santa Maria, Bunda Allah (Hari Raya Santa Perawan Maria)
Hari Raya Santa Perawan Maria Bunda Allah mengingatkan kita akan bidaah (ajaran sesat) tentang Kebundaan Ilahi Maria, yang muncul pada abad ke 5.  Pokok ajaran bidaah ini ialah bahwa Maria memang Bunda Yesus, tetapi bukan Bunda Allah.
Dalam Konsili Efesus pada tahun 431, ajaran sesat ini dikutuk.  Konsili tetap dengan teguh mempertahankan ajaran yang benar, yaitu bahwa Maria adalah Bunda Allah (Theotokos), karena Yesus Anaknya adalah sungguh-sungguh Allah.  Hari Raya Santa Perawan Maria Bunda Allah ditetapkan oleh Paus Pius XI pada hari ulang tahun ke-1500 Konsili Efesus tersebut.
Pada kesempatan ini, ada baiknya kita merenungkan makna nubuat nabi Yesaya: "Sesungguhnya seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia, Imanuel" (Yes 7:14), dan makna salam Elisabeth kepada Maria yang mengunjunginya: "Diberkatilah engkau diantara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu.  Siapakah aku ini, sehingga ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?" (Luk 1:42-43).
Merayakan Hari Raya Santa Perawan Maria Bunda Allah juga berarti bahwa kita mengakui Yesus sebagai "sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh Manusia".  Kemuliaan Maria sebagai Bunda Allah adalah cerminan kemulian Anaknya, yaitu Yesus, Tuhan dan Penebus umat manusia.

Santo Almakios atau Telemakus
Almakios adalah seorang biarawan. Tatkala ia mengunjungi kota Roma, ia berusaha menghentikan pertunjukan gladiator yang sering menimbulkan korban jiwa. Dalam usaha ini ia sendiri akhirnya terbunuh. Namun usahanya yang memuncak pada kematiannya itu membawa suatu perubahan, yakni bahwa sejak saat itu kaisar melarang pertunjukan berbahaya itu.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

Liturgia Verbi 2018-12-31 Senin.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Ketujuh dalam Oktaf Natal

Senin, 31 Desember 2018

PF S. Silvester I, Paus



Bacaan Pertama
1Yoh 2:18-21

"Kamu telah beroleh pengurapan dari Yang Kudus
dan dianugerahi pengetahuan."

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Yohanes:

Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir,
dan seperti yang telah kamu dengar,
seorang antikristus akan datang,
bahkan sekarang telah bangkit banyak antikristus.
Itulah tandanya
bahwa waktu ini benar-benar waktu yang terakhir.

Memang mereka berasal dari antara kita,
tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita;
sebab jika mereka sungguh termasuk pada kita,
niscaya mereka tetap bersama-sama kita.
Tetapi hal itu terjadi supaya menjadi nyata
bahwa tidak semua orang sungguh termasuk pada kita.
Tetapi kamu telah beroleh pengurapan dari Yang Kudus,
dan dengan demikian kamu semua dianugerahi pengetahuan.
Aku menulis kepadamu,
bukan karena kamu tidak mengetahui kebenaran,
tetapi justru karena kamu mengetahuinya,
dan karena kamu juga mengetahui,
bahwa tidak ada dusta yang berasal dari kebenaran.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 96:1-2.11-12.13,R:11a

Refren: Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorai.

*Nyanyikanlah lagu baru bagi Tuhan,
menyanyilah bagi Tuhan, hai seluruh bumi!
Menyanyilah bagi Tuhan, pujilah nama-Nya,
kabarkanlah dari hari ke hari.
keselamatan yang datang dari pada-Nya.

*Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorai,
biar gemuruhlah laut serta segala isinya!
Biarlah beria-ria padang dan segala yang ada di atasnya,
dan segala pohon di hutan bersorak-sorai.

*Biarlah mereka bersorak-sorai di hadapan Tuhan,
sebab ia datang,
sebab Ia datang untuk menghakimi bumi.
Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan,
dan bangsa-bangsa dengan kesetiaan-Nya.



Bait Pengantar Injil
Yoh 1:14.12b

Firman telah menjadi manusia, dan diam di antara kita,
Semua orang yang menerima Dia,
diberi-Nya kuasa untuk menjadi anak-anak Allah.



Bacaan Injil
Yoh 1:1-18

"Firman telah menjadi manusia."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes:

Pada awal mula adalah Firman.
Firman itu ada bersama-sama dengan Allah
dan Firman itu adalah Allah.
Firman itu pada mulanya bersama-sama dengan Allah.
Segala sesuatu dijadikan oleh Dia,
dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi
dari segala yang telah dijadikan.
Dalam Dia ada hidup,
dan hidup itu adalah terang bagi manusia.
Terang itu bercahaya di dalam kegelapan,
tetapi kegelapan tidak menguasainya.

Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes.
ia datang sebagai saksi
untuk memberi kesaksian tentang terang itu,
supaya oleh dia semua orang menjadi percaya.
Ia sendiri bukan terang itu,
tetapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu.
Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang,
sedang datang ke dalam dunia.

Terang itu telah ada di dalam dunia,
dan dunia dijadikan oleh-Nya,
tetapi dunia tidak mengenal-Nya.
Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya,
tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.
Tetapi semua orang yang menerima Dia
diberi-Nya kuasa menjadi anak-anak Allah,
yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya,
orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau daging,
bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki,
melainkan dari Allah.
Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita,
dan kita telah melihat kemuliaan-Nya,
yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya
sebagai Anak Tunggal Bapa,
penuh kasih dan kebenaran.
Tentang Dia Yohanes memberi kesaksian dan berseru,
"Inilah Dia yang kumaksudkan ketika aku berkata:
Sesudah aku akan datang Dia yang telah mendahului aku,
sebab Dia telah ada sebelum aku."
Karena dari kepenuhan-Nya
kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia;
sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa,
tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus.

Tidak seorang pun pernah melihat Allah;
tetapi Anak Tunggal Allah yang ada di pangkuan Bapa,
Dialah yang menyatakan-Nya.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Bacaan Injil hari ini ditulis oleh Yohanes, satu-satunya rasul Yesus yang hidup sampai di usia lanjut, tetapi Yohanes yang dimaksudkan dalam bacaan Injil hari ini bukanlah si penulis melainkan Yohanes Pembaptis yang datang mendahului kedatangan Yesus Kristus.
Bacaan Injil hari ini tidak berbicara tentang akhir, melainkan tentang awal.
Tentu pas untuk kita renungkan hari ini, yakni hari terakhir di tahun 2018.
menjadi lebih penting bagi kita untuk tidak berbicara tentang tahun yang sudah sampai di penghujung, yang akan segera berakhir, melainkan berbicara tentang awal tahun yang akan segera menjelang.
Kita tidak larut dalam kesedihan karena tahun akan segera menginggalkan kita, melainkan kita bersukacita menyambut tahun yang baru, yang akan segera tiba.

Setiap kali kita menerima sesuatu yang baru, selalu disertai dengan harapan baru, atau setidaknya harapan yang telah memudar menjadi bergairah kembali.
Pengikut Kristus adalah orang yang selalu memiliki harapan dalam hidupnya, dan pada setiap pergantian tahun selalu menerima anugerah harapan baru.
Harapan adalah sesuatu yang ingin didapat atau dicapai, tetapi belum diperoleh, dan akan diperoleh.

Mari kita torehkan di dalam lubuk hati kita, apa yang ingin kita dapat atau kita capai di tahun yang akan segera datang ini, sesuatu yang belum kita dapat di tahun sebelumnya, sesuatu yang gagal diraih di tahun sebelumnya, atau pun sesuatu yang juga baru yang belum pernah diinginkan sebelumnya.
Apa pun itu, semuanya adalah harapan.
Harapan adalah asa, yang perlu selalu dipelihara agar tidak putus menjadi keputus-asaan.
Asa adalah mesin pendorong bagi hidup kita, yang membuat hidup kita bergerak menuju arah yang kita kehendaki.

Keinginan untuk bersekutu dengan Allah Bapa adalah asa yang setiap tahun selalu saya perbaharui, sekali pun tidak persis di akhir tahun, karena saya memulai tahun yang baru saat Masa Adven tiba, tahun baru liturgi.
Keinginan saja tentu tak cukup.
Mesti diikuti dengan perencanaan tentang bagaimana kita akan mewujudkan keinginan tersebut, termasuk persiapan untuk mengantisipasi jika yang terjadi tidak sesuai harapan.
Setelah itu: Laksanakan! Kerjakan!

Sebagaimana Firman telah menjadi terang bagi manusia, demikian pula Firman yang sama juga akan menerangi segala upaya untuk mewujudkan harapan kita, Firman yang membuat jalan kita menjadi terang benderang, tidak lagi berjalan dalam kegelapan.



Peringatan Orang Kudus
Santa Melania, Martir
Melania Muda adalah cucu Santa Melania Tua dan anak dari Publicola dan Albina. Ia lahir di Roma dari sebuah keluarga Kristen yang kaya raya. Ayahnya seorang senator yang ambisius sekali. Demi harta dan nama baik keluarganya, ayahnya menikahkan Melania dengan saudara sepupunya: Pinianus. Melania tidak setuju, namun ia yang baru berusia 13 tahun itu tak berdaya menghadapi ambisi orang-tuanya. Dengan berat hati ia mengiakan juga perkawinan itu. Mereka dikaruniai 2 orang putra.  Melania sangat baik, penuh pengabdian, dan berjiwa sosial. Sifat sosialnya itu membuatnya tidak disenangi oleh kaum kerabatnya. Sepeninggal kedua putranya, sikap sosial Melania baru diterima, bahkan ditiru oleh mereka. Melania sangat disenangi oleh kaum miskin karena karya amalnya kepada mereka dan kepada Gereja. Bersama suaminya, Melania menolong membebaskan ratusan budak belian dengan harga tebusan yang sangat mahal.
Tahun-tahun terakhir hidupnya penuh dengan cobaan. Ketika Roma diserang bangsa Visigoth, mereka terpaksa mengungsi ke Afrika. Di sana mereka memiliki tanah yang luas. Pada tahun 417 mereka pindah ke Yerusalem dan tinggal dekat makam suci Yesus. Terpengaruh oleh corak hidup pertapaan di padang gurun Mesir, maka mereka mulai menghayati cara hidup bertapa itu. Di situ ia berjumpa dengan kemenakannya: Santa Paula dan menjalin hubungan baik dengan Santo Hieronimus. Pada tahun 432 suaminya Pianus meninggal dunia. Ia tidak putus asa. Sebagai janda ia menghimpun para wanita untuk mendirikan satu biara di bukit Zaitun. Usahanya diperluas hingga ke Afrika dengan 2 buah biara di sana. Tahun-tahun terakhir hidupnya dimanfaatkannya di dalam kelompok orang-orang kudus seperti Santo Hieronimus, Agustinus, Paulinus, dll, dengan menyalin buku-buku rohani. Ia wafat pada tahun 439 di Betlehem, seminggu setelah merayakan Natal.

Santo Silvester , Paus
Paus Silvester adalah paus dan orang kudus pertama yang wafat bukan sebagai martir. Sayang bahwa sedikit sekali informasi yang diketahui tentang kehidupannya.Silvester menjadi paus antara tahun 314-335 pada masa pemerintahan Kaisar Konstantin Agung. Pada masa itu sesuai ketetapan kaisar di dalam Edikta Milano, agam Kristen menjadi agama resmi yang berlaku di seluruh kekaisaran. Dengan itu orang-orang Kristen mulai keluar dari tempat persembunyiannya di katakombe-katakombe dan tidak takut-takut lagi melakukan kegiatan-kegiatan  keagamaan di hadapan umum. Posisi hukum Gereja menjadi sangat kuat di bawah Kaisar Konstantin Agung. Istana Lateran dihadiahkan kepada Tachta Suci oleh Konstantin. Oleh Paus Silvester, istana itu dirobah menjadi gereja Katedral Keuskupan Roma. Gereja Katedral ini menjadi lambang kemerdekaan Gereja dari penguasaan Kaisar-kaisar Romawi semenjak kelahirannya. Pada masa kepemimpinannya, Silvester juga mendirikan Gereja Santo Petrus di Vatikan dan rumah-rumah ibadat lainnya di seluruh kota Roma. Bersama Kaisar, Silvester mengambil bagian juga di dalam penyelenggaraan Konsili Ekumenis Pertama di Nicea pada tahun 325 untuk menghukum ajaran sesat Arianisme. Selama masa pontifikatnya buku "Para Martir Romawi" (Martyrology Romanum) dikerjakan. Ia juga berjuang memajukan kehidupan liturgi dan mendirikan Sekolah Seni Suara di Roma.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

Liturgia Verbi 2018-12-30 Minggu.

Liturgia Verbi (C-I)
Pesta Keluarga Kudus: Yesus, Maria, Yusuf

Minggu, 30 Desember 2018



Bacaan Pertama
1Sam 1:20-22.24-28

"Seumur hidupnya Samuel diserahkan kepada Tuhan."

Pembacaan dari Kitab Pertama Samuel:

Setahun sesudah mempersembahkan kurban di Silo,
mengandunglah Hana dan melahirkan seorang anak laki-laki.
Anak itu diberinya nama Samuel,
sebab katanya, "Aku telah memintanya dari Tuhan."

Lalu Elkana, suami Hana, pergi dengan seisi rumahnya
untuk mempersembahkan kurban sembelihan tahunan
dan kurban nazar kepada Tuhan.
Tetapi Hana tidak ikut pergi.
Katanya kepada suaminya,
"Nanti apabila anak itu cerai susu,
aku akan mengantarkan dia,
maka ia akan menghadap ke hadirat Tuhan,
dan tinggal di sana seumur hidupnya."

Setelah Samuel disapih oleh ibunya,
ia dihantar ke rumah Tuhan di Silo,
dan bersama dia dibawalah:
seekor lembu jantan yang berumur tiga tahun,
satu efa tepung dan sebuyung anggur.
Waktu itu Samuel masih kecil betul.
Setelah menyembelih lembu,
mereka mengantarkan kanak-kanak itu kepada Eli.
Lalu Hana berkata kepada Eli,
"Mohon bicara, Tuanku!
Demi Tuhanku hidup,
akulah perempuan yang dahulu berdiri di sini, dekat Tuanku,
untuk berdoa kepada Tuhan.
Untuk mendapat anak inilah aku berdoa,
dan Tuhan telah memberikan kepadaku
apa yang kuminta dari pada-Nya.
Maka aku pun menyerahkannya kepada Tuhan;
seumur hidupnya terserahlah anak ini kepada Tuhan."
Lalu sujudlah mereka semua menyembah Tuhan.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 84:2-3.5-6.9-10,R:5a

Refren: Berbahagialah orang yang diam di rumah-Mu, ya Tuhan.

*Betapa menyenangkan tempat kediaman-Mu,
ya Tuhan semesta alam!
Jiwaku merana karena merindukan pelataran rumah Tuhan;
jiwa dan ragaku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup.

*Berbahagialah orang yang diam di rumah-Mu,
yang memuji-muji Engkau tanpa henti.
Berbahagialah para peziarah
yang mendapat kekuatan dari pada-Mu,
yang bertolak dengan penuh gairah.

*Ya Tuhan, Allah emesta alam, dengarkanlah doaku,
pasanglah telinga-Mu, ya Allah Yakub.
Lihatlah kami, ya Allah perisai kami,
pandanglah wajah orang yang Kauurapi!



Bacaan Kedua
1Yoh 3:1-2.21-24

"Kita disebut anak-anak Allah,
dan memang kita adalah anak-anak Allah."

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Yohanes:

Saudara-saudaraku terkasih,
Lihatlah, betapa besar kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita,
sehingga kita disebut anak-anak Allah,
dan memang kita adalah anak-anak Allah.
Karena itu dunia tidak mengenal kita,
sebab dunia tidak mengenal Allah.

Saudara-saudaraku yang kekasih,
sekarang kita adalah anak-anak Allah,
tetapi belum nyata bagaimana keadaan kita kelak.
Akan tetapi kita tahu bahwa
apabila Kristus menyatakan diri-Nya,
kita akan menjadi sama seperti Dia,
sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.

Saudara-saudaraku yang kekasih,
jikalau hati kita tidak menuduh kita,
maka kita mempunyai keberanian penuh iman
untuk mendekati Allah.
Dan apa saja yang kita minta dari Allah,
kita peroleh dari pada-Nya,
karena kita menuruti segala perintah-Nya
dan berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.
Dan inilah perintah-Nya itu:
yakni supaya kita percaya akan nama Yesus Kristus, Anak-Nya,
dan supaya kita saling mengasihi sesuai dengan perintah
yang diberikan Kristus kepada kita.
Barangsiapa menuruti segala perintah-Nya,
ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam dia.
Dan beginilah kita ketahui bahwa Allah ada di dalam kita,
yaitu dalam Roh yang telah Ia karuniakan kepada kita.

Demikianlah sabda Tuhan.



Bait Pengantar Injil
Kis 16:14b

Bukalah hati kami, ya Tuhan,
supaya kami memahami sabda Putera-Mu.



Bacaan Injil
Luk 2:41-52 

"Yesus ditemukan orangtua-Nya
sedang duduk di tengah-tengah alim ulama."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Tiap-tiap tahun,  pada hari raya Paskah,
orang tua Yesus pergi ke Yerusalem.
Ketika Yesus telah berumur dua belas tahun,
pergilah mereka ke Yerusalem
seperti yang lazim pada hari raya itu.
Seusai hari-hari perayaan itu,
ketika mereka berjalan pulang,
tinggallah Yesus di Yerusalem tanpa diketahui orang tua-Nya.
Karena mereka menyangka
bahwa Yesus ada di antara orang-orang seperjalanan mereka,
berjalanlah mereka sehari perjalanan jauhnya,
lalu baru mencari Dia di antara kaum keluarga dan kenalan.
Karena tidak menemukan Dia,
kembalilah orangtua Yesus ke Yerusalem sambil terus mencari Dia.
Sesudah tiga hari,
mereka menemukan Yesus dalam Bait Allah;
Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama,
sambil mendengarkan mereka,
dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka.
Semua orang yang mendengar Dia
sangat heran akan kecerdasan dan segala jawab yang diberikan-Nya.

Ketika Maria dan Yusuf melihat Dia, tercenganglah mereka.
Lalu kata ibu-Nya kepada-Nya,
"Nak, mengapa Engkau berbuat demikian terhadap kami?
Lihatlah, Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau."
Jawab Yesus kepada mereka,
"Mengapa kamu mencari Aku?
Tidakkah kamu tahu
bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?"
Tetapi mereka tidak mengerti apa yang dikatakan Yesus kepada mereka.
Lalu Yesus pulang bersama-sama mereka ke Nazaret;
dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka.
Dan Maria menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya.
Yesus makin bertambah besar,
dan bertambah pula hikmat-Nya,
Ia makin besar, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Hari ini kita merayakan "Pesta Keluarga Kudus: Yesus, Maria, Yusuf".
Pada awalnya timbul tanda-tanya di benak saya, mengapa Bacaan Injil-nya diambil dari kisah Yesus yang ditemukan oleh Yusuf dan Maria di Bait Allah digunakan untuk memperingati Keluarga Kudus?
Jika menggunakan kaidah dan nalar budaya yang berlaku saat ini, nampaknya agak sulit untuk diterima kalau ada anak yang "tidak pamit" sebelum pergi ke suatu tempat sehingga menimbulkan kekhawatiran dan bahkan kepanikan pada kedua orangtuanya, terlebih lagi sampai 3 hari lamanya mereka mencari anaknya tanpa hasil.

Ketika Maria menegur Yesus, setelah Yesus ditemukan, jawaban Yesus pun terasa seperti kurang pantas, "Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?"
Tentu saja jawaban Yesus ini membuat Yusuf dan Maria gagal-faham, karena mereka belum mengerti siapa yang dimaksud oleh Yesus sebagai "Bapa-Ku" itu.

Tanda-tanya di benak saya pun sirna setelah saya mencoba memahami seperti apa sih sesungguhnya "keluarga kudus" itu.
Yang pertama, keluarga kudus adalah keluarga yang anggota-anggotanya taat menjalankan kehendak dan perintah Tuhan, oleh karenanya keluarga itu lalu diberkati oleh Tuhan.
Dan karena taat, maka keluarga itu pun jauhlah dari noda-noda dosa dan pelanggaran-pelanggaran lainnya.
Yang namanya taat iya…tidak dilanggar.
Karena pada waktu itu Hukum Taurat digunakan sebagai pegangan hidup, iya mereka pun mentaati hukum tersebut.
Tetapi di jaman sekarang, setelah Yesus mewartakannya, maka Injil-lah yang menjadi pegangan hidup kita, yang wajib untuk kita taati.
Mentaati dalam arti mengetahui, memahami dan menjalankannya.

Lalu, apakah keluarga kudus yang diberkati Allah itu terbebas dari berbagai perkara yang lazim terjadi di dalam keluarga-keluarga?
Tidak.
Contohnya saja, jawaban Yesus, "Mengapa kamu mencari Aku?" tentu membuat Maria terperanjat.
Tetapi Maria menyimpan perkara itu di dalam hatinya, tidak mempersoalkannya atau pun berdebat dengan anaknya.
Barangkali yang ada di benak Maria saat itu, "Ah, yang penting aku telah menemukan anakku, mari pulang."

Kalau kita mau jujur, keluarga Yesus-Maria-Yusuf ini malah mengalami berbagai perkara yang luarbiasa beratnya, mulai sejak Malaikat Gabriel datang kepada Maria, berbagai perkara pun muncul.
Dalam keadaan Maria hamil, mereka mesti menempuh perjalanan jauh menuju Betlehem untuk sensus penduduk, tak ada penginapan untuk menampung mereka, lalu terpaksa Maria bersalin di kandang domba, tak ada bidan atau orang lain yang membantu persalinannya.
Setelah itu pun mereka mesti mengungsi ke Mesir karena anaknya diancam akan dibunuh oleh Herodes.
Sampai dengan wafatnya Yesus di kayu salib, berbagai perkara berat menimpa keluarga mereka.

Jadi, keluarga kudus bukanlah keluarga yang tanpa masalah.
Pemahaman ini penting bagi kita, jika keliru memaknainya, maka keluarga-keluarga akan merasa atau meyakini bahwa keluarga kudus itu adanya dalam angan-angan, sesuatu yang tak mungkin diwujudkan, lalu pesimis dalam upaya mencapainya.
Keliru besar!
Setiap keluarga yang menerima Yesus Kristus dan menjadikannya sebagai pegangan hidup sangat berpeluang menjadi keluarga kudus.
Jangan pesimis, apalagi sampai skeptis, keliru itu.
Keluarga kudus adalah keluarga yang diberkati Allah Bapa karena ketaatan keluarga itu terhadap sabda Tuhan yang telah dituangkan ke dalam Injil.
Carut-marut yang terjadi di dalam keluarga kita, oleh sebab berbagai perkara yang terjadi, sama sekali tidak menjauhkan kita untuk menerima berkat Allah dan menjadi keluarga kudus.
Penyebab utama kita kehilangan kesempatan mewujudkan keluarga kudus adalah ketidak-taatan kita akan sabda Allah.
Jika kita berpegang kepada sabda Allah, tak ada perkara tanpa jalan keluar, sama seperti: tak ada rumah tanpa pintu.
Maka, carilah pintu itu, lalu keluarlah dari kungkungan penjara oleh karena perkara-perkara dunia.
"Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya,
maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." [Mat 6:33]



Peringatan Orang Kudus
Santo Sabinus, Uskup dan Martir
Sabinus adalah uskup kota Asisi. Bersama beberapa orang imamnya, ia ditangkap dan dipenjarakan di kala Kaisar Diokletianus dan Maksimianus melancarkan penganiayaan terhadap umat Kristen pada tahun 303. Pengadilan atas diri Sabinus bersama imam-imamnya dan seluruh umatnya ditangani langsung oleh Gubernur Venustian di kota Umbria. Mengikuti kebiasaan yang berlaku pada setiap pengadilan terhadap orang-orang Kristen, Venustian memerintahkan Sabinus bersama imam-imam dan seluruh umatnya menyembah sujud patung dewa Yupiter, dewa tertinggi bangsa Romawi. Mereka harus menyembah Yupiter karena Yupiterlah yang menurunkan hujan dan memberikan cahaya matahari kepada manusia, terutama karena Yupiter adalah pembela ulung kekuasaan Romawi di seluruh dunia.
Mendengar perintah sang Gubernur Venustian, Sabinus tampil ke depan seolah-olah hendak menyembah patung dewa Yupiter. Ia menyentuh patung itu dengan jarinya dan patung itu sekonyong-konyong hancur berkeping-keping dan berserakan di atas tanah. Semua orang yang hadir di situ tercengang keheranan. Melihat keajaiban itu, Venustian marah dan segera memerintahkan agar tangan Sabinus dipotong. Sementara itu imam-imamnya disiksa hingga mati.
Para serdadu yang diperintahkan memotong tangan Sabinus menggiring Sabinus ke hadapan Venustian untuk dihukum. Ketika berada di hadapan Venustian, Sabinus tergerak hatinya oleh belaskasihan atas Venustian yang sudah lama menderita penyakit mata yang membahayakan. Ia berdoa kepada Yesus lalu menyentuh mata Venustian. Seketika itu juga sembuhlah mata Venustian.
Mengalami kebaikan hati Sabinus, Venustian terharu dan melepaskan Sabinus. Ia sendiri pun kemudian bertobat dan minta dipermandikan. Tak lama kemudian Venustian yang sudah menjadi Kristen itu ditangkap dan dipenggal kepalanya oleh kaki tangan gubernur Asisi yang baru. Hal yang sama dilakukan pula atas diri Uskup Sabinus.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

Liturgia Verbi 2018-12-29 Sabtu.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Kelima dalam Oktaf Natal

Sabtu, 29 Desember 2018

PF S. Tomas Becket, Uskup dan Martir



Bacaan Pertama
1Yoh 2:3-11

"Barangsiapa mengasihi saudaranya, ia tetap berada di dalam terang."

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Yohanes:

Saudara-saudara terkasih,
inilah tandanya bahwa kita mengenal Allah,
yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya.
Barangsiapa berkata "Aku mengenal Allah"
tetapi tidak menuruti perintah-Nya,
ia adalah seorang pendusta,
dan tidak ada kebenaran di dalam dia.
Tetapi barangsiapa menuruti firman-Nya,
di dalam orang itu kasih Allah sungguh sudah sempurna;
dengan itulah kita ketahui bahwa kita ada di dalam Allah.
Barangsiapa mengatakan bahwa ia ada di dalam Allah,
ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.

Saudara-saudara kekasih,
bukan perintah baru yang kutuliskan kepada kamu,
melainkan perintah lama yang telah ada padamu dari mulanya.
Perintah lama itu ialah firman yang telah kamu dengar.
Namun perintah baru juga yang kutuliskan kepada kamu;
perintah ini telah ternyata benar di dalam Dia dan di dalam kamu;
sebab kegelapan sedang melenyap
dan terang yang benar telah bercahaya.
Barangsiapa berkata bahwa ia berada di dalam terang,
tetapi membenci saudaranya,
ia berada di dalam kegelapan sampai sekarang.
Barangsiapa mengasihi saudaranya,
ia tetap berada di dalam terang,
dan di dalam dia tidak ada penyesatan.
Tetapi barangsiapa membenci saudaranya,
ia berada di dalam kegelapan
dan hidup di dalam kegelapan.
Ia tidak tahu ke mana ia pergi,
karena kegelapan itu telah membutakan matanya.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 96:1-2a.2b-3.5b-6,R:11a

Refren: Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorai.

*Nyanyikanlah lagu baru bagi Tuhan,
menyanyilah bagi Tuhan, hai seluruh bumi!
Menyanyilah bagi Tuhan, pujilah nama-Nya!

*Kabarkanlah dari hari ke hari
keselamatan yang datang dari pada-Nya,
ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa,
kisahkanlah karya-karya-Nya yang ajaib di antara segala suku.

*Tuhanlah yang menjadikan langit,
keagungan dan semarak ada di hadapan-Nya,
kekuatan dan hormat ada di tempat kudus-Nya.



Bait Pengantar Injil
Luk 2:32

Kristus cahaya yang menerangi pada bangsa,
Dialah kemuliaan bagi umat allah.



Bacaan Injil
Luk 2:22-35

"Kristus cahaya para bangsa."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Ketika genap waktu pentahiran menurut hukum Taurat,
Maria dan Yusuf membawa kanak-kanak Yesus ke Yerusalem
untuk menyerahkan Dia kepada Tuhan,
seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan:
"Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah."
Juga mereka datang untuk mempersembahkan kurban
menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan,
yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.

Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon.
Ia seorang yang benar dan saleh hidupnya,
yang menantikan penghiburan bagi Israel.
Roh Kudus ada di atasnya,
dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus,
bahwa ia tidak akan mati sebelum melihat Mesias,
yaitu Dia yang diurapi Tuhan.
Atas dorongan Roh Kudus, Simeon datang ke Bait Allah.
Ketika kanak-kanak Yesus dibawa masuk oleh orang tua-Nya
untuk melakukan apa yang ditentukan hukum Taurat,
Simeon menyambut Anak itu
dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya,
"Sekarang Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini
pergi dalam damai sejahtera sesuai dengan firman-Mu,
sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu,
yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa,
yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain
dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel."

Yusuf dan Maria amat heran akan segala sesuatu
yang dikatakan tentang Kanak Yesus.
Lalu Simeon memberkati mereka
dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu,
"Sesungguhnya Anak ini ditentukan
untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel
dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan
-- dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri --,
supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Mari kita lihat dan renungkan salah satu topik dari Bacaan Injil hari ini, yakni tentang Yusuf dan Maria datang ke Bait Allah di Yerusalem dengan membawa kanak-kanak Yesus untuk diserahkan kepada Tuhan.
Menurut hukum Taurat, semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah.
Menyerahkan anak kepada Tuhan artinya merelakan apa pun terjadi pada anaknya menuruti kehendak Allah.
Melalui Simeon, kehendak Allah pun dinyatakan,
"Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan -- dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri --, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang."

Para orangtua patut mencontoh pasangan Yusuf-Maria ini, hendaknya mereka membawa dan menyerahkan anak-anak mereka kepada Tuhan agar di sepanjang kehidupannya, anak-anak itu melaksanakan kehendak Allah.
Tentu saja tidak mesti mengikuti aturan hukum Taurat yang mewajibkan orangtua membawa anaknya 40 hari setelah persalinan.

Pada Hari Raya Natal kemarin, 25 Desember 2018, saya dan isteri membawa ke-empat anak kami pulang ke kampung kelahiran kami di Tabanan, Bali.
Mereka sudah besar-besar, bukan bayi yang berusia 40 hari, dan ini bukan kali pertama kami membawanya ke gereja Santa Maria Immaculata Tabanan.
Tetapi tetap saja kami bawa kembali mereka ke hadapan Allah Bapa, agar mereka menjalani hidupnya masing-masing seturut kehendak Allah.

Tadi malam, anak-anak itu, didampingi ibunya, masuk ke kamar saya sambil membawa kado Natal, hadiah yang istimewa dari mereka.
Entah darimana mereka memperoleh uang untuk membelinya, pastinya mereka "patungan" bersama ibunya, mungkin mereka menyisihkan dari uang bekal masing-masing lalu dikumpulkan.
Saya tidak melihat dari sudut materialnya, memang mahal, tetapi saya terharu karena perhatian dan kasih mereka yang begitu besar kepada saya.
Entahlah, tapi saya meyakininya, mereka telah menjalankan kehendak Allah, mengungkapkan kasih mereka melalui kado Natal itu.



Peringatan Orang Kudus
Santo Thomas Becket dari Canterbury, Uskup dan Martir
Thomas Becket lahir di London pada tahun 1118. Orang-tuanya berkebangsaan Normandia. Semenjak kecilnya, Thomas menunjukkan bakat-bakat yang luar biasa. Ia belajar di biara Merton di Surrey, kemudian di London dan Paris. Pada usia 21 tahun ia sudah berkecimpung di dunia politik di London. Kepandaiannya menarik hati Theobaldus, Uskup Agung Canterbury sehingga ia ditahbiskan menjadi diakon dan dibebani macam-macam tugas.
Akhirnya namanya yang harum itu terdengar juga oleh Raja Henry II. Atas rekomendasi Uskup Theobaldus, Raja Henry II mengangkat Thomas menjadi penasehatnya. Sebagai seorang abdi sekaligus sahabat Raja, Thomas mendampingi Raja dalam berbagai urusan kenegaraan. Ia menyusun dan mengatur perjanjian damai dengan Prancis pada tahun 1160. Sepeninggal Uskup Theobaldus pada tahun 1161, Raja Henry mengangkat dia menjadi Uskup Agung Canterbury, karena ia membutuhkan seorang pendamping yang mampu membantunya dalam urusan-urusan kerajaan. Thomas sendiri sangat segan menerima jabatan mulia itu. Tetapi demi kelangsungan kepemimpinan di dalam Gereja, Thomas akhirnya dengan rendah hati menerima juga jabatan itu. Setelah ditahbiskan menjadi Uskup Agung Canterbury, Thomas mengundurkan diri dari jabatan penasehat raja agar supaya ia lebih leluasa menjalankan tugas-tugas kegembalaan. Ia meninggalkan gelanggang politik, meninggalkan segala kemewahan duniawi, lalu mulai lebih memusatkan perhatian pada bidang kerohanian, kasih amal dan studi teologi. Hidupnya ditandai dengan kesederhanaan. Ia gigih membela hak-hak Gereja dari rongrongan pihak mana pun. Dengan tegas ia menolak menandatangani Konstitusi Klarendon, suatu dokumen yang memberikan hak kepada pemerintah untuk campur-tangan di dalam urusan-urusan Gerejawi. Karena itu Henry mulai mengambil tindakan keras terhadapnya. Dalam suatu pertemuan di Northampton pada tanggal 13 Oktober 1164, Thomas secara terbuka menentang Henry dengan meninggalkan pertemuan itu.
Ia naik banding kepada paus dan mengasingkan diri ke Prancis. Raja Louis VII menyambut baik kedatangannya dan mengizinkan dia tinggal di sana selama 6 tahun. Raja Henry mengambil alih seluruh kekayaan keuskupannya. Namun paus tidak mengizinkan Thomas meletakkan jabatannya. Pada tahun 1170 Henry menawarkan perdamaian dengan Thomas dan mengizinkan dia kembali ke Inggris.
Pada bulan Desember 1170, Thomas kembali ke Inggris dan diterima dengan meriah oleh seluruh umat. Namun ia tidak mau mengampuni uskup-uskup yang memihak raja sebelum mereka bersumpah setia kepada paus. Ia bahkan memanfaatkan isinan Paus Aleksander III yang diberikan pada tahun 1166, untuk mengekskomunikasikan uskup-uskup itu. Tindakan ekskomunikasi ini membuat raja sangat kesal dan marah. Empat orang perwiranya segera diperintahkan ke Canterbury untuk membunuh Thomas. Ketika itu Thomas sedang melakukan ibadat sore di dalam katedralnya. Empat perwira itu segera menyergap dan membunuh Uskup Thomas di depan Sakramen Mahakudus. Peristiwa sadis ini terjadi pada tanggal 29 Desember 1170.
Thomas dari Canterbury segera dihormati sebagai orang kudus oleh seluruh umat dan tempat di mana ia dibunuh dihormati sebagai tempat keramat. Raja Henry merasa puas dengan pembunuhan itu. Namun suara hatinya terus mengusik batinnya sehingga pada tahun 1172 ia membatalkan Konstitusi Clarendon dan melakukan pertobatan di hadapan seluruh umat. Pada tanggal 21 Februari 1173, Aleksander III secara resmi mengumumkan kanonisasi Thomas. Tempat pembunuhannya menjadi salah satu tempat ziarah terkenal di Eropa sampai Raja Henry VIII membongkarnya dan mengambil alih kekayaannya pada tahun 1538. Kata-katanya terakhir sebelum menghembuskan nafasnya ialah: "Aku bersedia mati demi nama Yesus dan Gereja-Nya."

Santo Kaspar Del Bufalo, Pengaku Iman
Kaspar Del Bufalo yang dikenal sebagai pendiri Kongregasi Misionaris Darah Mulia, lahir pada tahun 1786 di Roma, Italia. Pada tahun 1808 ia ditahbiskan menjadi imam di Roma. Pada waktu tentara-tentara Napoleon I menduduki kota Roma, Kaspar ditangkap dan dipenjarakan tetapi ia kemudian berhasil meloloskan diri dari penjara dan melarikan diri dari Roma.
Dengan dukungan kuat dari Kardinal Cristaldi dan Paus Pius VII (1800-1823), Kaspar mendirikan Kongregasi Misionaris Darah Mulia pada tahun 1815 di Giano. Sambil mendirikan pusat biara di Albano Laziale, dekat Roma, dan di seluruh Kerajaan Napoli, Italia Selatan, kongregasi itu berjuang membangun kembali Italia yang diporak-porandakan oleh perang dan berbagai pertikaian. Kaspar dikenal sebagai seorang pengkotbah yang berhasil terutama di daerah-daerah pedesaan. Selain aktif dalam karya pewartaan dan karya karitatif untuk menolong orang-orang miskin, Kaspar mendirikan perkumpulan-perkumpulan doa untuk adorasi malam di hadapan Sakramen Mahakudus.  Ia meninggal dunia di Roma pada tanggal 28 Desember karena terserang penyakit kolera yang menyerang kota Roma. Pada tahun 1954, Kaspar digelari 'kudus' oleh Paus Pius XII (1939-1958).

Daud, Raja Israel Yang Terbesar
Daud (Yunani: Dauid; Ibrani: Dawid) artinya "Yang terkasih" adalah Raja Israel kedua dan yang terbesar sekitar tahun 1010 sampai 970 seb.M (1 Sam 16-1 Raj 2; Kis 7:45). Tanggal kelahirannya tidak diketahui pasti; tetapi ia meninggal dunia di Israel pada tahun 973 seb.M. Ia, seorang Efrata dari Betlehem dan anak bungsu Isai (1 Sam 16:11; 17: 12; 1 Taw 2:15; Mat 1:5-6; Luk 3:31). Kecintaan umat Israel kepada Daud terutama karena ia berhasil membunuh Goliath, panglima perang bangsa Filistin.
Sebagai seorang pejuang muda, Daud diagungkan sebagai seorang pahlawan. Cinta dan puji-pujian rakyat ini membangkitkan amarah dan kecemburuan Raja Saul. Saul kemudian berusaha membunuh Daud. Daud tetap tenang dan bersikap jantan menghadapi rencana jahat Saul. Ia mengungsi ke padang gurun Yudea dan berhasil memikat hati suku-suku bangsa yang berdiam di sana. Ia menikahi Aninoam, Abigail dan akhirnya dengan Mikhal. Dari sana ia menyusun rencana dan memanfaatkan setiap kesempatan untuk menggulingkan Saul yang dianggap sebagai "Orang yang diurapi Tuhan."
Setelah Saul meninggal dunia, Daud diurapi sebagai raja atas Yuda di Hebron, sektor selatan Israel. Sekitar tujuh tahun kemudian, setelah Abner meninggal dunia, Daud diakui sebagai raja untuk seluruh Israel sampai ia mati. Manufer politik pertama yang dilancarkan Daud sebagai raja ialah menaklukkan suku bangsa Yebusi dan merebut Yerusalem yang dikuasai oleh suku itu. Tempat tinggal raja dipindahkan ke Yerusalem. Di sana ia menikah dengan Batsyeba. Untuk mempertahankan kedudukkannya, ia harus menaklukkan setiap kota Kanaan atau mengintegrasikannya ke dalam suku-suku Israel. Sebaliknya Daud juga harus mempersatukan suku-suku yang masih berdiri sendiri-sendiri, terutama suku-suku Utara dan Selatan, menjadi satu bangsa. Oleh sebab itu, ia bersikap lunak sekali terhadap keluarga Saul (2 Sam l:1-16; 3:13-16), memilih tempat tinggal di daerah yang tidak dikuasai oleh bangsa Israel, memindahkan Tabut Perjanjian Allah (2 Sam 6:1-9), membuat persiapan untuk membangun kenisah pusat (2 Sam 7; 24:18-25), dan membentuk suatu pasukan yang tangguh (1 Taw 27:1-15). Hampir seluruh daerah Barat sungai Yordan dikalahkan oleh Daud. Para bangsa Edom; Aram, Moab dan Ammon ditaklukkannya. Tetapi kerajaannya yang begitu gemilang dikeruhkan oleh kejadian-kejadian dan intrik-intrik pribadi: tingkahnya sendiri terhadap Uria dan Batsyeba (2 Sam 11), penodaan oleh Ammon terhadap Tamar puterinya (2 Sam 13:1-22); pemberontakan dan kematian Absalom (2 Sam 15; 18:1 - 19:9) dan intrik-intrik untuk mewarisi takhta.
Kitab Raja-raja mengisahkan keinginan Daud untuk mendirikan satu kediaman yang pantas untuk menyimpan Tabut Perjanjian Yahweh, namun ia meninggal dunia sebelum melaksanakan niatnya itu. Kemudian Solomon, puteranya sendiri merealisir rencananya yang luhur itu dengan mendirikan sebuah kenisah. Daud meninggal dunia dalam keadaan sakit tua pada tahun 973 seb. M., kira-kira dalam usia 70 tahun. Makamnya masih dikenal pada zaman Nehemia (2 Sam 3;16) dan pada zaman Kristus (Kis 2:29). Daud adalah leluhur Yesus melalui Yusuf (Mat 1:17; 20; Luk 1:27,32; 2:4; Why 5:5; 22:16); ia juga seorang nabi karena dalam Mazmur-mazmur yang diciptakannya ia menubuatkan kedatangan Kristus (Sir 47:8; Kis 1:16; 2:25,34;4:25; Rom 4:6;11:9; Ibr 4:7), serta kebangkitan Kristus (Kis 2:29-36; 13:34-37).



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

Liturgia Verbi 2018-12-28 Jumat.

Liturgia Verbi (C-I)
Pesta Para Kanak-Kanak Suci, Martir

Jumat, 28 Desember 2018



Bacaan Pertama
1Yoh 1:5-2:2

"Darah Yesus Kristus menyucikan kita dari segala dosa."

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Yohanes:

Saudara-saudara terkasih,
inilah berita yang telah kami dengar dari Yesus Kristus,
dan yang kami sampaikan kepada kamu:
Allah adalah terang,
dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan.
Jika kita katakan bahwa
kita beroleh persekutuan dengan Dia
namun kita hidup di dalam kegelapan,
kita berdusta, dan kita tidak melakukan kebenaran.
Tetapi jika kita hidup di dalam terang
sama seperti Dia ada di dalam terang,
maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain,
dan darah Yesus, Anak-Nya itu,
menyucikan kita dari segala dosa.
Jika kita berkata bahwa kita tidak berdosa,
maka kita menipu diri kita sendiri,
dan kebenaran tidak ada di dalam kita.
Jika kita mengaku dosa kita,
maka Allah adalah setia dan adil,
sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita
dan menyucikan kita dari segala kejahatan.
Jika kita berkata bahwa kita tidak berbuat dosa,
maka kita membuat Allah menjadi pendusta,
dan firman-Nya tidak ada di dalam kita.

Anak-anakku,
hal-hal ini kutuliskan kepada kamu,
supaya kamu jangan berbuat dosa;
namun jika seorang berbuat dosa,
kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa,
yaitu Yesus Kristus yang adil.
Dialah pendamaian untuk segala dosa kita;
malahan bukan untuk dosa kita saja,
tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 124:2-3.4-5.7b-8,R:7a

Refren: Jiwa kita terluput
seperti burung terlepas dari jerat penangkap.

*Jika bukan Tuhan yang memihak kepada kita,
ketika manusia bangkit melawan kita,
maka mereka telah menelan kita hidup-hidup,
ketika amarah mereka menyala-nyala terhadap kita.

*Maka air telah menghanyutkan kita,
dan sungai telah mengalir menembus kita;
telah mengalir melanda kita
air yang meluap-luap itu.

*Jerat itu telah putus,
dan kita pun terluput!
Pertolongan kita dalam nama Tuhan,
yang menjadikan langit dan bumi.



Bait Pengantar Injil


Allah, Tuhan kami, Engkau kami puji dan kami muliakan.
Kepada-Mu barisan para martir berkurban
dengan mempertaruhkan nyawa.



Bacaan Injil
Mat 2:13-18 

"Herodes menyuruh
agar semua anak laki-laki di Betlehem dan sekitarnya dibunuh."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Setelah orang-orang majus
yang mengunjungi Bayi Yesus di Betlehem itu pulang,
nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi.
Malaikat itu berkata,
"Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya!
Larilah ke Mesir,
dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu,
karena raja Herodes akan mencari Anak itu untuk dibunuh."

Maka Yusuf pun bangunlah.
Malam itu juga diambilnya Anak itu serta ibu-Nya,
lalu menyingkir ke Mesir,
dan tinggal di sana hingga Herodes mati.
Hal itu terjadi supaya genaplah
yang difirmankan Tuhan lewat nabi-Nya,
"Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku."

Ketika Herodes tahu,
bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu,
sangat marahlah ia.
Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya,
yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah,
sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya
dari orang-orang majus itu.
Dengan demikian genaplah firman
yang disampaikan oleh nabi Yeremia:
Terdengarlah suara di Rama,
tangis dan ratap yang amat memilukan;
Rahel menangisi anak-anaknya, dan ia tidak mau dihibur,
sebab mereka tidak ada lagi.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Hari ini, hari ke-4 dalam Oktaf Natal, kita mengenang para kanak-kanak di Betlehem yang menjadi martir-martir cilik karena kelahiran Yesus yang dianggap sebagai ancaman bagi Herodes.
Herodes memerintahkan untuk membunuh semua bayi yang baru lahir di Betlehem.
Mereka yang dibunuh itu adalah bayi atau anak-anak yang sebaya dengan Yesus, berasal dari kampung halaman yang sama, tetapi mereka kehilangan kesempatan untuk mengenal Yesus karena mereka dibunuh, saat berusia tidak lebih dari 2 tahun.

Saya tidak tahu persis ada berapa anak yang dibunuh saat itu, mungkin mencapai puluhan anak, mungkin ratusan.
Mereka menjadi martir oleh karena Yesus.
Tapi akan lebih tepat kalau dikatakan, mereka menjadi martir oleh karena kekejaman Herodes.
Aneh juga, seorang raja merasa terancam oleh seorang bayi, tak masuk akal, tetapi itulah yang terjadi.

Dalam kehidupan kita juga bisa terjadi hal-hal yang tak masuk akal seperti itu.
Misalnya, ada orang dewasa yang takut sama kecoa atau cacing, padahal binatang kecil itu tidak membahayakan nyawanya, mereka bukanlah binatang liar dan buas sehingga tak layak untuk ditakuti.
Yesus jelas bukan ancaman bagi Herodes, Yesus justru datang untuk menyelamatkan, tetapi karena Herodes sangat mencintai takhtanya, maka ia takut kalau ada orang yang akan merebutnya.

Janganlah kedudukan atau harta kekayaan sampai menjadikan kita kerdil, lalu bertindak dan berbuat hal-hal konyol seperti Herodes.



Peringatan Orang Kudus
Pesta Para Kanak-kanak Suci Betlehem, Martir
Kelahiran Yesus yang konon akan menjadi 'Raja Israel' membawa kegoncangan bahkan ancaman terhadap kekuasaan Herodes Agung. Kemarahan Herodes semakin menjadi-jadi karena Tiga Raja dari Timur, yang disuruh kembali ke Yerusalem untuk memberitahukan kepadanya tempat kelahiran bayi Yesus, pulang ke negerinya masing-masing melalui jalan lain. Ia segera memerintahkan agar bayi Yesus dibunuh dan semua bayi yang ada di Betlehem. Tanpa mempedulikan ratap tangis ibu-ibu, disuruhnya membunuh semua kanak-kanak di daerah Betlehem. Maksudnya gagal karena Kanak-kanak Yesus sudah dibawa lari orangtua-Nya ke Mesir.
Herodes memang dikenal sebagai penguasa yang berhasil membangun Yerusalem dengan berbagai monumen, namun ia sebenarnya adalah boneka mainan kaisar Romawi. Namanya sendiri busuk karena ke bengisan dan kebejatan hidupnya. Ia membunuh banyak orang termasuk tiga orang puteranya sendiri. Isterinya ada 10 orang. Dengan melihat pada kepribadiannya yang bejat ini, kita dapat memahami tindakannya.
Pada hari ini Gereja bukan saja menghormati kanak-kanak itu sebagai martir-martir Kristus, melainkan juga terutama menekankan nilai kesucian hidup dan kemurnian hati sebagai suatu cita-cita iman semua orang Kristen. Pesta hari ini menghimbau semua orang Katolik untuk terus berjuang mewujudkan kesucian dan kemurnian hidup sebagai saksi-saksi Kristus, meskipun kerap harus mengorbankan nyawa, menumpahkan darah karena cinta kasih kepada Allah dan sesama. Di dalam diri kanak-kanak Suci dan tak bersalah itu dapat dibaca cita-cita Kristen pada masa Gereja perdana. Marilah kita meneladani pula cita-cita iman yang luhur itu agar kita pun suci dari semua yang menentang kehendak Tuhan serta menghadapi Bapa kita di surga dalam keadaan yang se-sempurna-sempurnanya.

Santa Fabiola, Janda
Fabiola Iahir di Roma pada pertengahan abad ke-4 dari sebuah keluarga ningrat. Masa mudanya sangat tidak terpuji. Mula-mula ia menikah dengan seorang pemuda yang bejat hidupnya. Karena tidak tahan maka ia berusaha cerai. Setelah ia berhasil secara sipil, ia menikah Iagi dengan lelaki lain. Sebagai orang Kristen, tindakannya ini sangat tidak terpuji dan mencoreng nama baik Gereja. Namun Tuhan rupanya tidak sudi membiarkan Fabiola bertindak semakin sembrono. Tuhan mulai campur tangan.
Tidak lama kemudian dua laki-laki yang menjadi suaminya itu meninggal dunia. Fabiola sendiri menyesali sikap hidupnya dan bertobat. Ia menaati aturan hidup sebagai anggota Gereja, melakukan silih di hadapan seluruh umat sehingga diterima kembali sebagai anggota Gereja. Pertobatannya secara terbuka dilakukannya di muka basilik Lateran. Paus Santo Siricius menerimanya kembali dalam pangkuan ibu Gereja.
Corak hidupnya yang baru diwarnai dengan pengabdian tulus dalam karya-karya cinta kasih. Harta bendanya ia manfaatkan untuk kepentingan Gereja Roma. Ia mendirikan rumah sakit khusus untuk membantu orang-orang miskin. Para pasiennya adalah gelandangan-gelandangan yang ditemuinya di jalan-jalan atau yang meringkuk di dalam penjara. Rumah sakit ini menampung siapa saja sehingga menjadi semacam rumah sakit umum pertama dalam sejarah Barat.
Pada tahun 395 Fabiola berziarah ke Yerusalem dan mengunjungi Santo Hieronimus, Santa Paula dan Santa Eustakium. Ketika itu Hieronimus sedang bermusuhan dengan Uskup Rufinus berkenaan dengan ajaran Origenes yang ditentangnya. Orang berusaha mempengaruhi Fabiola agar memihak Rufinus. Namun Fabiola tetap mendukung Hieronimus, gurunya. Fabiola mendirikan sebuah biara dan membantu Hieronimus dalam usaha menerjemahkan Kitab Suci. Tetapi kemudian ia pindah dari biara itu: biara itu menjadi tempat ziarah yang sangat ramai; kondisi hidup umat sangat tidak menyenangkan: umat Kristen terpecah-pecah, dan dari luar ada ancaman serangan bangsa Hun, dll.
Untuk sementara Fabiola dengan kawan-kawannya mengungsi ke Jaffa, sambil menantikan ketenteraman di Yerusalem. Setelah keadaan pulih dan aman, Fabiola pulang ke Roma dan kawan-kawannya kembali ke Yerusalem. Di Roma masih terdapat banyak masalah. Meskipun demikian, Fabiola tetap meneruskan karya cintakasihnya selama tahun-tahun terakhir hidupnya. Bersama Santo Pammachius, ia mendirikan rumah sakit umum besar di Porto untuk peziarah yang miskin dan sakit. Dalam satu tahun saja rumah sakit itu terkenal dari Parthia sampai ke Britania. Fabiola wafat pada tahun 399. Ia sangat dicintai dan dihormati.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

Liturgia Verbi 2018-12-27 Kamis.

Liturgia Verbi (C-I)
Pesta S. Yohanes, Rasul dan Penulis Injil

Kamis, 27 Desember 2018



Bacaan Pertama
1Yoh 1:1-4

"Apa yang telah kami lihat dan kami dengar,
itulah yang kami tuliskan kepada kamu."

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Yohanes:

Saudara-saudara terkasih,
apa yang telah ada sejak semula,
yang telah kami dengar dan kami lihat dengan mata kami,
yang telah kami saksikan, dan kami raba dengan tangan kami;
yakni Firman hidup,
itulah yang kami tuliskan kepada kamu.
Hidup telah dinyatakan,
dan kami telah melihatnya!
Dan sekarang kami bersaksi serta memberitakan kepada kamu
tentang hidup kekal,
yang ada bersama-sama dengan Bapa,
dan yang telah dinyatakan kepada kami.

Apa yang telah kami lihat dan kami dengar itu,
kami beritakan kepada kamu juga,
supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami.
Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa
dan dengan Anak-Nya, yakni Yesus Kristus.
Semuanya ini kami tuliskan kepada kamu,
supaya sukacita kami menjadi sempurna.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 97:1-2.5-6.11-12,R:12a

Refren: Bersukacitalah karena Tuhan, hai orang-orang benar.

*Tuhan adalah Raja, biarlah bumi bersorak-sorai,
biarlah banyak pulau bersukacita.
Awan dan kekelaman ada sekelilingnya,
keadilan dan hukum adalah tumpuan takhta-Nya.

*Gunung-gunung luluh laksana lilin di hadapan Tuhan,
di hadapan Tuhan semesta alam.
Langit memberitakan keadilan-Nya
dan segala bangsa melihat kemuliaan-Nya.

*Terang sudah terbit bagi orang benar,
dan sukacita bagi orang-orang yang tulus hati.
Bersukacitalah karena Tuhan, hai orang-orang benar,
dan nyanyikanlah syukur bagi nama-Nya yang kudus.



Bait Pengantar Injil


Allah, Tuhan kami, Engkau kami puji dan kami muliakan,
kepada-Mu paduan para rasul bersyukur.



Bacaan Injil
Yoh 20:2-8

"Murid yang lain itu berlari lebih cepat daripada Petrus
sehingga lebih dahulu sampai di kubur."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes:

Pada hari Minggu Paskah,
setelah mendapati makam Yesus kosong,
Maria Magdalena berlari-lari mendapatkan Simon Petrus
dan murid yang lain yang dikasihi Yesus.
Ia berkata kepada mereka,
"Tuhan telah diambil orang dari kuburnya,
dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan."

Maka berangkatlah Petrus dan murid yang lain itu ke kubur.
Keduanya berlari bersama-sama,
tetapi murid yang lain itu berlari lebih cepat daripada Petrus,
sehingga ia lebih dahulu sampai di kubur.
Ia menjenguk ke dalam,
dan melihat kain kapan terletak di tanah;
tetapi ia tidak masuk ke dalam.
Maka tibalah Simon menyusul dia,
dan masuk ke dalam kubur itu.
Ia melihat kain kapan terletak di tanah,
sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus
tidak terletak dekat kain kapan itu,
tetapi agak di samping di tempat yang lain,
dan sudah tergulung.
Maka masuklah juga murid yang lain,
yang lebih dahulu sampai di kubur itu;
dan ia melihatnya dan percaya.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Hari ini, hari ketiga dalam Oktaf Natal, kita memperingati Pesta Santo Yohanes, Rasul dan Penulis Injil.
Dari Bacaan Injil hari ini, nampak kalau Rasul Yohanes itu memang sigap, terutama terhadap segala sesuatu tentang Yesus.
Ia berlari lebih cepat daripada Petrus ketika menuju makam Yesus.
Iya, bersama Petrus dan Yakobus, Rasul Yohanes adalah rasul penting yang selalu dilibatkan dalam peristiwa-peristiwa penting dari karya Yesus.
Selain menulis Injil Yohanes, Rasul Yohanes juga diyakini menulis surat-surat Yohanes dan Kitab Wahyu.

Mari kita melihat lagi tentang rencana dan kehendak Allah terjadi di dunia ini, yang tentunya akan lebih memantapkan iman kita, jika Allah telah berkehendak maka yang mustahil menjadi mungkin.
Rasul Yohanes lahir dari keluarga nelayan di Betsaida, yang tentunya tidak berkesempatan mengenyam pendidikan tinggi, tetapi tengoklah Injil Yohanes yang ditulisnya, sangat berbobot bukan?
Darimana Yohanes mendapatkannya?
Menurut Yohanes, sederhana saja, "Apa yang telah kami lihat dan kami dengar itulah yang kami beritakan kepadamu."

Lalu, Yohanes adalah satu-satunya rasul Yesus yang tidak menyandang gelar "martir"; ia hidup sampai di hari tuanya.
Mengapa ia terkesan dikecualikan oleh Allah?
Ketika Petrus bertanya kepada Yesus perihal masa depan Yohanes, Yesus menjawab, "Itu bukan urusanmu."
Iya, Petrus memang mesti mempersiapkan kemartirannya sehingga tak berkesempatan untuk melihat masa tua Yohanes.
Dan Yohanes memang menerima tugas khusus, yakni menjadi saksi hidup dan menuliskan semua yang dialaminya itu ke dalam Injil Yohanes.

Nah, marilah kita belajar dari Rasul Yohanes, sigap dalam merespon berbagai peristiwa yang terjadi, jangan hanya diam saja, melainkan mesti bergerak lebih cepat lagi, terhadap peristiwa-peristiwa rohaniah yang terjadi di sekitar kita.
Dan, yang lebih penting lagi, marilah kita menjaga diri kita agar senantiasa berada di dekat-dekat Tuhan, jangan biarkan terjadi kita berpaling daripada-Nya, agar kita berkesempatan mengetahui dan terlibat dalam rencana yang menjadi kehendak-Nya.



Peringatan Orang Kudus
Santo Yohanes, Rasul dan Penulis Injil
Santo Yohanes Rasul, anak Zebedeuz (Mrk 1:19 dst) berasal dari Betsaida, sebuah dusun nelayan di pantai tasik Genesareth. Ia sendiri seorang nelayan Galilea. Ayahnya Zebedeus, seorang nelayan yang tergolong berkecukupan. Ibunya Salome tergolong wanita pelayan dan pengiring setia Yesus, bahkan sampai ke bulit Kalvari dan kubur Yesus.
Bersama dengan saudaranya Yakobus dan Petrus, Yohanes termasuk kelompok rasul inti dalam bilangan keduabelasan; ia bahkan disebut sebagai murid kesayangan Yesus (Yoh 21:20). Mereka bertiga (Yohanes, Yakobus dan Petrus) adalah saksi peristiwa pembangkitan puteri Yairus (Mrk 5:37 dst); saksi peristiwa perubahan rupa Yesus di gunung Tabor (Mrk 9:2 dst) dan saksi peristiwa sakratul maut dan doa Yesus di taman Getzemani (Mrk 14:33). Bersama Andreas, Yohanes adalah murid Yohanes Pemandi (Yoh 1:40). Yohanes Pemandi-lah yang menyuruh mereka berdua pergi kepada Yesus dan bertanya: "Rabbi, di manakah Engkau tinggal?  (Yoh 1:36-39).
Putera-putera Zebedeus itu terbilang kasar. oleh karena itu mereka dijuluki 'putera-putera guntur'. Bersama Yakobus kakaknya, Yohanes meminta kepada Yesus dengan perantaraan ibunya, agar mereka boleh duduk di sisi kanan-kiri Yesus di dalam kerajaan-Nya nanti. Keduanya pun berani berjanji akan meminum piala sengsara untuk memperoleh hal yang dipintanya itu; tetapi Yesus menjawab bahwa hal itu adalah urusan Bapa-Nya di surga (Mrk 10:35-41).
Nama Yohanes tidak disebutkan di dalam Injil ke-4. Hanya di dalam bab 21, yang secara umum dianggap sebagai tambahan dari waktu kemudian, ditemukan ungkapan "para putera Zebedeus." Demikian pula ungkapan yang mengatakan "murid yang dicintai Yesus" (ay. 20) baru muncul pada bab 13. Di dalam jemaat purba, Yohanes menempati satu kedudukan sebagai pemimpin (Kis 3-8). Paulus menjuluki dia sebagai "tiang agung/sokoguru Gereja" (Gal 2:9). Di dalam daftar keduabelasan rasul, kedudukannya langsung berada di belakang Petrus. Di dalam tradisi yang lebih muda, ia dikenal sebagai penulis Kitab Wahyu dan Surat-surat pertama sampai Ketiga Yohanes. Menurut Wahyu 1:9 ia tinggal di pulau Patmos. Ireneus menulis bahwa Yohanes tinggal dan wafat di Efesus.
Yohanes adalah murid Yesus yang paling setia, bahkan berani mengikuti Yesus sampai ke gunung Kalvari dan mendampingi Bunda Maria sampai di bawah kaki salib Yesus. Di bawah kaki salib itulah ia diserahi tugas oleh Yesus menjadi pengawal Bunda Maria (Yoh 19:27). Sejak Pentekosta ia bekerja bersama dengan Petrus, baik di Yerusalem maupun di Samaria untuk mencurahkan Roh Kudus kepada orang-orang yang baru dipermandikan.
Kira-kira pada tahun 60 ia pergi ke Asia Kecil dan menjadi Maha uskup di kota Efese. Dalam Kitab Wahyu diterangkannya bahwa la dibuang ke pulau Patmos karena agama dan ajarannya. Sepulangnya ke Efese ia mengarang Injilnya. Dari buah karangannya kita dapat mengatakan bahwa Yohanes adalah seorang teolog yang karangan-karangannya berisi refleksi dan ajaran teologis yang mendalam tentang Yesus dan karya perutusan-Nya.
Pada tahun-tahun terakhir hidupnya, kotbah Yohanes hanyalah berupa wejangan-wejangan singkat yang sama saja: "Anak-anakku, cobalah kamu saling mencintai." Atas pertanyaan orang-orang serani, mengapa ajarannya selalu yang sama saja, ia menjawab: "Sebab itulah perintah Tuhan yang utama dan jikalau kamu melakukannya, sudah cukuplah yang kamu perbuat." Santo Yohanes adalah Rasul terakhir yang meninggal dunia kira-kira pada tahun 100, pada masa pemerintahan Kaisar Trayanus.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

Liturgia Verbi 2018-12-26 Rabu.

Liturgia Verbi (C-I)
Pesta S. Stefanus, Martir Pertama

Rabu, 26 Desember 2018



Bacaan Pertama
Kis 6:8-10;7:54-59

"Aku melihat langit terbuka."

Pembacaan dari Kisah Para Rasul:

Sekali peristiwa,
Stefanus, yang penuh dengan karunia dan kuasa,
mengadakan mujizat dan tanda-tanda di antara orang banyak.
Tetapi tampillah beberapa orang dari jemaat Yahudi
yang disebut jemaat orang Libertini.
-- Anggota jemaat ini adalah
orang-orang dari Kirene dan dari Aleksandria. --
Mereka tampil bersama dengan beberapa orang Yahudi
dari Kilikia dan dari Asia.
Orang-orang itu bersoal jawab dengan Stefanus,
tetapi mereka tidak sanggup melawan hikmat Stefanus
dan Roh Kudus yang mendorong dia berbicara.

Mendengar semua yang dikatakan Stefanus,
para anggota Mahkamah Agama sangat tertusuk hatinya.
Maka mereka menyambutnya dengan gertakan gigi.
Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit;
ia melihat kemuliaan Allah,
dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. 
Maka katanya, "Sungguh, aku melihat langit terbuka,
dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah."

Maka berteriak-teriaklah mereka,
dan sambil menutup telinga serentak menyerbu dia.
Mereka menyeret dia ke luar kota,
lalu melemparinya dengan batu.
Dan saksi-saksi meletakkan jubah mereka
di depan kaki seorang muda yang bernama Saulus.
Sementara dilempari, Stefanus berdoa,
"Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 31:3cd-4.6.8ab.16bc.17,R:6a

Refren: Ke dalam tangan-Mu, Tuhan,
kuserahkan nyawaku.

*Jadilah bagiku gunung batu tempat berlindung,
dan kubu pertahanan untuk menyelamatkan daku!
Sebab Engkaulah bukit batu dan pertahananku;
oleh karena nama-Mu
Engkau akan menuntun dan membimbing aku.

*Ke dalam tangan-Mu kuserahkan nyawaku;
Sudilah membebaskan daku, ya Tuhan, Allah yang setia.
Aku akan bersorak-sorai dan bersukacita karena kasih setia-Mu,
sebab Engkau telah menilik sengsaraku.

*Lepaskanlah aku dari tangan musuh-musuhku
dan bebaskanlah dari orang-orang yang mengejarku!
Buatlah wajah-Mu bercahaya atas hamba-hamba-Mu,
selamatkanlah aku oleh kasih setia-Mu!



Bait Pengantar Injil
Mzm 118:26a.27a

Diberkatilah dia yang datang dalam nama Tuhan!
Tuhanlah Allah, Dia menerangi kita.



Bacaan Injil
Mat 10:17-22

"Bukan kamu yang berbicara, melainkan Roh Bapamu."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Pada waktu mengutus murid-murid-Nya, Yesus berkata,
"Waspadalah terhadap semua orang!
Sebab ada yang akan menyerahkan kamu kepada majelis agama;
dan mereka akan menyesah kamu di rumah ibadatnya.
Karena Aku,
kamu akan digiring ke muka para penguasa dan raja-raja
sebagai suatu kesaksian bagi mereka
dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah.

Apabila mereka menyerahkan kamu,
janganlah kamu kuatir
akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan,
karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga.
Karena bukan kamu yang berbicara, melainkan Roh Bapamu;
Dia yang akan berbicara dalam dirimu.

Orang akan menyerahkan saudaranya untuk dibunuh;
demikian juga seorang ayah akan menyerahkan anaknya.
Anak-anak akan memberontak terhadap orangtuanya
dan akan membunuh mereka.
Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku;
tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya
akan selamat."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Tanggal 26 Desember, hari kedua dalam Oktaf Natal, yang dahulu sering disebut sebagai Natal hari kedua, sekarang kita manfaatkan untuk memperingati Santo Stefanus, Martir Pertama.
Santo Stefanus memang layak untuk menerima kehormatan ini, ia menyerahkan nyawanya demi Kristus, menjadi martir yang pertama.
Stefanus adalah diakon yang dipilih untuk melayani orang miskin itu dilempari batu hingga tewas, disaksikan oleh Santo Paulus yang ketika itu masih sebagai Saulus.

Memang terkesan ironi, baru saja kemarin kita merayakan kelahiran Yesus Kristus, hari ini kita mesti mengenang Stefanus yang wafat secara mengenaskan.
Apakah hari ini kita mesti berduka oleh karena Stefanus?
Tentu saja tidak.
Stefanus meregang nyawa tidak sia-sia.
"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah."  [Yoh 12:24]

Pengorbanan Stefanus, menghadapi berbagai penolakan dan pertentangan, telah "membakar" semangat para pengikut Kristus lainnya, untuk bertahan menghadapi berbagai konsekuensi menjadi pengikut Kristus, bertahan sampai pada kesudahannya.

Kita juga bisa, kalau kita mau, menerima bimbingan Roh Allah untuk berbicara dan bersaksi bagi Kristus yang hidup.
Iya, kalau kita mau, karena pilihan menjadi pengikut Kristus adalah kehendak bebas dari kita, bukan ikut-ikutan atau keterpaksaan.
Marilah kita menjadi saksi Kristus.



Peringatan Orang Kudus
Santo Stefanus, Martir Pertama.
Hari ini tidak sama dengan hari kemarin. Sukacita dan kegembiraan hari kemarin karena Kelahiran Yesus Kristus, seolah sirna seketika dengan tragedi iman Pembunuhan Diakon Stefanus yang dirayakan Gereja hari ini.
Satu-satunya sumber informasi terpercaya tentang Stefanus adalah Kisah Para Rasul bab 6 dan 7. Di dalamnya Stefanus ditampilkan sebagai orang beriman yang kokoh dan penuh Roh Kudus dan salah satu orang yang diangkat oleh Keduabelasan untuk memangku jabatan diakon atau pelayan meja, barangkali sebagai pengurus rumah tangga jemaat. Ia, seorang Kristen Yahudi yang tinggal di Yerusalem dan bisa berbahasa Yunani. Ia pandai berpolemik dan sangat radikal dalam pandangannya mengenai tradisi-tradisi dan lembaga-lembaga Yahudi. Ketika berada di hadapan Sanhendrin, ia dengan tegas membantah semua tuduhan kaum Farisi dan membela karya misionernya di antara orang-orang Yahudi. Pembelaannya diperkuat dengan mengutip kata-kata Kitab Suci yang melukiskan kebaikan hati Yahweh kepada Israel dan ketidaksetiaan Israel sebagai "bangsa terpilih" kepada Yahweh. Oleh karena itu, ia diseret ke luar tembok kota Yerusalem dan dirajam sampai mati oleh pemimpin-pemimpin Yahudi yang tidak mampu melawan hikmatnya yang diilhami Roh Kudus.
Senjata utama untuk melawan musuhnya ialah cintanya akan Tuhan. Cinta itu demikian kuat mendorongnya untuk bersaksi tentang Kristus meskipun ia harus menghadapi perlawanan yang kejam dari musuh-musuhnya. Bahkan sampai saat terakhir hidupnya di dalam penderitaan sekian hebatnya, ia masih sanggup mengeluarkan kata-kata pengampunan ini: "Tuhan, janganlah dosa ini Engkau tanggungkan kepada mereka itu."
Laporan tentang pembunuhan Stefanus itu menyatakan bahwa Saulus (yang kemudian menjadi Paulus, Rasul bangsa kafir) hadir di sana dan memberi restu terhadap pembunuhan itu. Namun apa yang terjadi atas Saulus di kemudian hari? Sebagai pahala besar bagi Stefanus ialah bahwa Saulus musuhnya yang utama serta penghambat ulung Gereja, bertobat dan menjadi Paulus, Rasul terbesar bagi kaum kafir. Stefanus mati sebagai martir, kira-kira pada tahun 34.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi