Liturgia Verbi 2016-11-01 Selasa.




Selasa Pekan Biasa XXXI
01 November 2016

HR Semua Orang Kudus



Bacaan Pertama
Why 7:2-4.9-14

"Aku melihat suatu kumpulan besar orang banyak
yang tidak terhitung jumlahnya;
mereka terdiri dari segala bangsa dan suku, kaum dan bahasa."

Pembacaan dari Kitab Wahyu:

Aku, Yohanes, melihat seorang malaikat
muncul dari tempat matahari terbit.
Ia membawa meterai Allah yang hidup.
Dengan suara nyaring ia berseru kepada keempat malaikat
yang ditugaskan untuk merusakkan bumi dan laut,
katanya,
"Janganlah merusakkan bumi atau laut atau pohon-pohon
sebelum kami memeteraikan hamba-hamba Allah kami
pada dahi mereka!"

Dan aku mendengar jumlah mereka yang dimeteraikan itu:
seratus empat puluh empat ribu
yang telah dimeteraikan dari semua suku keturunan Israel.

Kemudian dari pada itu
aku melihat suatu kumpulan besar orang banyak
yang tidak terhitung jumlahnya,
dari segala bangsa dan suku, kaum dan bahasa.
Mereka berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba,
memakai jubah putih,
dan memegang daun-daun palem di tangan mereka.
Dengan suara nyaring mereka berseru,
"Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta,
dan bagi Anak Domba!"

Dan semua malaikat berdiri
mengelilingi takhta, tua-tua dan keempat makhluk
yang ada di sekeliling takhta itu.
Mereka tersungkur di hadapan takhta itu
dan menyembah Allah sambil berkata,
"Amin! Puji-pujian dan kemuliaan,
hikmat dan syukur,
hormat, kekuasaan dan kekuatan
bagi Allah kita sampai selama-lamanya! Amin!"

Seorang dari antara tua-tua itu berkata kepadaku,
"Siapakah mereka yang memakai jubah putih itu,
dan dari manakah mereka datang?"
Maka kataku kepadanya,
"Tuanku, Tuan mengetahuinya!"
Lalu ia berkata kepadaku,
"Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan besar!
Mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih
di dalam darah Anak Domba."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 24:1-2.3-4ab.5-6,R:6

Refren: Inilah angkatan orang-orang yang mencari wajah-Mu, ya Tuhan.

*Milik Tuhanlah bumi dan segala isinya,
jagat dan semua yang diam di dalamnya.
Sebab Dialah yang mendasarkannya bumi di atas lautan,
dan menegakkannya di atas sungai-sungai.

*Siapakah yang boleh naik ke gunung Tuhan?
Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?
Orang-orang yang bersih tangannya dan murni hatinya,
yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan.

*Dialah yang akan menerima berkat dari Tuhan
dan keadilan dari Allah, penyelamatnya.
Itulah angkatan orang-orang yang mencari Tuhan,
yang mencari wajah-Mu, ya Allah Yakub.



Bacaan Kedua
1Yoh 3:1-3

"Kita akan melihat Kristus dalam keadaan-Nya yang sebenarnya."

Pembacaan dari Surat pertama Rasul Yohanes:

Saudara-saudara terkasih,
Lihatlah, betapa besar kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita,
sehingga kita disebut anak-anak Allah,
dan memang kita sungguh anak-anak Allah.
Karena itu dunia tidak mengenal kita,
sebab dunia tidak mengenal Dia.

Saudara-saudaraku yang kekasih,
sekarang kita ini sudah anak-anak Allah,
tetapi bagaimana keadaan kita kelak belumlah nyata.
Akan tetapi kita tahu bahwa,
apabila Kristus menyatakan diri-Nya,
kita akan menjadi sama seperti Dia,
sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.
Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya,
ia menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci.

Demikianlah sabda Tuhan.



Bait Pengantar Injil
Mat 11:28

Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat,
Aku akan memberi kelegaan kepadamu.



Bacaan Injil
Mat 5:1-12a

"Bersukacita dan bergembiralah,
karena besarlah ganjaranmu di surga."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Sekali peristiwa
ketika melihat banyak orang yang datang,
Yesus mendaki lereng sebuah bukit.
Setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya.
Lalu Yesus pun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya,
"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah,
karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga.
Berbahagialah orang yang berdukacita,
karena mereka akan dihibur.
Berbahagialah orang yang lemah lembut,
karena mereka akan memiliki bumi.
Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran,
karena mereka akan dipuaskan.
Berbahagialah orang yang murah hati,
karena mereka akan beroleh kemurahan.
Berbahagialah orang yang suci hatinya,
karena mereka akan melihat Allah.
Berbahagialah orang yang membawa damai,
karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
Berbahagialah orang yang dianiaya demi kebenaran,
karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga.
Berbahagialah kamu,
jika demi Aku kamu dicela dan dianiaya,
dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat;
bersukacita dan bergembiralah,
karena besarlah ganjaranmu di surga."

Demikianlah sabda Tuhan.



Renungan Injil
Pada Hari Raya Semua Orang Kudus hari ini, kita merenungkan Bacaan Pertama yang diambil dari Kitab Wahyu, agar mendapatkan pencerahan tentang orang kudus, siapakah mereka itu?

Mungkin telah kita fahami kalau santo, santa, beato dan beata adalah orang-orang kudus.
Namun, adakah orang kudus lainnya selain santo/santa/beato/beata?
Ya, Kitab Wahyu telah memaparkannya, ada banyak orang kudus lainnya, dan bahkan tak terhitung jumlahnya, dari segala bangsa dan suku, kaum dan bahasa.

Jika demikian halnya, mengapa hanya sedikit sekali yang diangkat menjadi santo atau santa?
Jawaban yang paling rasional karena hanya Tuhanlah yang memiliki kewenangan untuk menilai kekudusan seseorang.
Hanya Tuhanlah yang membubuhkan materai pada dahi orang-orang yang ditetapkan sebagai orang kudus.
Gereja perlu berhati-hati agar tidak keliru dalam memutuskan seorang santo/santa.
Surga tidak bisa keliru karena para orang kudus ini terlihat berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, mengenakan jubah putih dan memegang daun palem, serta tak henti-henti berseru, "Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta, dan bagi Anak Domba!"

Orang kudus adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan besar.
Mereka menderita karena membela Kristus dan bahkan sampai menyerahkan nyawa.
"Mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih
di dalam darah Anak Domba."

Kita boleh meminta pertolongan dari orang-orang kudus ini, agar mereka mau mendoakan kita.
Salah satu dari mereka boleh menjadi pelindung kita atau pun komunitas kita, agar secara khusus ia berdoa bagi kita/komunitas.
Oleh sebab mereka telah dimeteraikan sebagai orang kudus, maka doa-doa mereka akan didengarkan oleh Allah dan dikabulkan.



Peringatan Orang Kudus
Hari Raya Semua Orang Kudus
Hari raya ini mula-mula dirayakan di lingkungan Gereja Timur untuk menghormati semua saksi iman yang mati bagi Kristus dalam usahanya merambatkan iman Kristen. Di lingkungan Gereja Barat, khususnya di Roma, pesta ini bermula pada tahun 609 ketika Paus Bonifasius IV merombak Pantheon, yaitu tempat ibadat kafir untuk dewa-dewi Romawi, menjadi sebuah gereja. Gereja ini dipersembahkan kepada Santa Maria bersama para Rasul.
Dahulu di Roma hari raya ini biasanya dirayakan pada hari minggu sesudah Pentekosta.   Lama kelamaan pesta ini menjadi populer untuk menghormati para Kudus, baik mereka yang sudah diakui resmi oleh Gereja maupun mereka yang belum dan yang tidak diketahui. 
Pesta hari ini dirayakan untuk menghormati segenap anggota Gereja, yang oleh jemaat-jemaat perdana disebut "Persekutuan para Kudus", yakni persekutuan semua orang yang telah mempercayakan dirinya kepada Yesus Kristus dan disucikan oleh Darah Anak Domba Allah. Secara khusus pada hari raya ini kita memperingati rombongan besar orang yang berdiri di hadapan takhta Allah, karena mereka telah memelihara imannya dengan baik sampai pada akhir pertandingan di dunia ini, sehingga memperoleh ganjaran yang besar di surga. 
Di antara mereka yang berbahagia itu teristimewa tampil para Santo-santa, Beato-beata sebagai perintis jalan dan penuntun bagi kita. Para kudus yang berbahagia di surga itu bersama Santa Perawan Maria, Bunda Gereja, mendoakan kita agar tekun dalam perjuangan dan tabah dalam penderitaan. Bersama mereka kita nantikan kebangkitan badan. Dan bila Kristus menyatakan diri dalam kemuliaan, kita akan menjadi serupa dengan Dia. Pada saat itulah terjalin kesatuan kita yang sempurna dengan Kristus dan dengan semua saudara kita. Para kudus itu berbahagia karena mereka telah mengikuti Kristus. 
Kebahagiaan dan kemuliaan mereka tak bisa kita lukiskan dengan kata-kata manusiawi.
Sehubungan dengan itu Santo Paulus berkata: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia; semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." (1Kor 2:9)
Ganjaran yang diterimanya dari Kristus adalah turut serta di dalam Perjamuan Perkawinan Anak Domba Allah. Air mata mereka telah dihapus sendiri oleh Yesus. Tentang itu Yohanes menulis: "Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan perkawinan Anak Domba." (Why 19:9) "Dan Dia akan menghapus segala air mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau berdukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu."
Oleh sebab itu "Kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita meninggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan kepada kita.   Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah." (Hibr 12:1-2).




Liturgia Verbi, www.live.sandykusuma.info

 

Liturgia Verbi 2016-10-31 Senin.




Senin Pekan Biasa XXXI
31 Oktober 2016



Bacaan Pertama
Flp 2:1-4

"Lengkapilah sukacitaku, hendaklah kalian sehati sepikir."

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Filipi:

Saudara-saudara,
dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih,
ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasih.
Maka sempurnakanlah sukacitaku dengan ini:
hendaklah kalian sehati sepikir,
dalam satu kasih, satu jiwa dan satu tujuan,
dengan tidak mencari kepentingan sendiri
atau pujian yang sia-sia.
Sebaliknya dengan rendah hati anggaplah orang lain
lebih utama dari pada dirimu sendiri.
Janganlah masing-masing hanya memperhatikan kepentingan sendiri,
melainkan kepentingan orang lain juga.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 131:1.2.3,

Refren: Tuhan, lindungilah aku dalam damai-Mu.

*Tuhan, aku tidak tinggi hati,
dan tidak memandang dengan sombong;
aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar
atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku.

*Sungguh, aku telah menenangkan dan mendirikan jiwaku;
seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya,
ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku.

*Berharaplah kepada Tuhan, hai Israel,
dari sekarang sampai selama-lamanya!



Bait Pengantar Injil
Yoh 8:31b-32

Jika kalian tetap dalam firman-Ku,
kalian benar-benar murid-Ku,
dan kalian akan mengetahui kebenaran.



Bacaan Injil
Luk 14:12-14

"Janganlah mengundang sahabat-sahabatmu,
melainkan undanglah orang-orang miskin dan cacat."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Yesus bersabda kepada orang Farisi yang mengundang Dia makan,
"Bila engkau mengadakan perjamuan siang atau malam,
janganlah mengundang sahabat-sahabatmu, saudara-saudaramu,
kaum keluargamu, atau tetangga-tetanggamu yang kaya,
karena mereka akan membalasnya dengan mengundang engkau pula,
dan dengan demikian engkau mendapat balasnya.
Tetapi bila engkau mengadakan perjamuan,
undanglah orang-orang miskin, cacat, lumpuh dan buta.
Maka engkau akan berbahagia,
karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalas engkau.
Sebab engkau akan mendapat balasnya
pada hari kebangkitan orang-orang benar."

Demikianlah sabda Tuhan.



Renungan Injil
Nasehat yang disampaikan Rasul Paulus kepada Jemaat di Filipi ini nampaknya biasa-biasa saja, sudah seringkali kita dengarkan, bahwa janganlah kita hanya memikirkan kepentingan sendiri melainkan kepentingan orang lain juga.
Dan lebih baik lagi, utamakan orang lain daripada diri sendiri, yakni dengan selalu bersikap rendah hati.

Apakah nasehat Rasul Paulus ini telah kita laksanakan dalam kehidupan sehari-hari?
Mari kita lihat apa yang terjadi ketika kita datang ke gereja untuk mengikuti perayaan Ekaristi.
Umumnya gereja menyediakan kursi yang panjang dan dapat digunakan oleh cukup banyak orang.
Yang datang lebih awal cenderung memilih duduk di pinggir, mungkin supaya lebih mudah dan lebih cepat keluar setelah misa berakhir.
Yang datang belakangan jadi lebih susah untuk masuk ke tempat duduk yang lebih di dalam, tak jarang mesti mengganggu yang sedang berlutut dan berdoa.

Seusai Ekaristi, saya memilih untuk tidak mengambil air suci daripada mesti berdesak-desakan, seolah-olah tak ada yang mau mengalah, maunya duluan.
Begitu juga yang terjadi di tempat parkir, umumnya orang ingin diberi jalan terlebih dahulu, tak jarang dengan cara memaksa, mungkin karena merasa dirinya lebih penting daripada orang lain.

Itulah gambaran tingkah-laku orang yang saya potret, masih belum mencerminkan kalau kita telah melaksanakan nasehat Rasul Paulus untuk mengutamakan orang lain.
Seandainya sejak kecil kita telah dididik menjadi pluralis, bahwa orang lain juga memiliki kepentingan, sama seperti kita sendiri, semestinya tidaklah sulit melaksanakan nasehat Rasul Paulus ini.
Tetapi jika kita sudah terbiasa individualis, "Kepentinganku adalah urusanku dan kepentinganmu adalah urusanmu," lalu bagaimana bisa terwujud persekutuan yang sehati dan sepikir itu?

Maka marilah kita meniru Yesus, yang sebenarnya adalah Tuhan, tetapi berkenan merendah diri serendah-rendahnya dengan menjadi manusia.
Dan itu dilakukan Yesus bukan untuk kepentingan diri-Nya sendiri, melainkan demi kepentingan orang lain.

Beberapa hari yang lalu, ketika saya menjemput anak pulang sekolah, saya menerima pujian dari seorang teman yang kebetulan berjumpa, "Saya salut sama Pak Sandy, sebagai orang sibuk masih sempat menjemput anak pulang dari sekolah."
Tak lama kemudian saya termenung, apakah yang disampaikan oleh teman tadi memang benar merupakan pujian bagi seorang ayah yang mengasihi anaknya, mau mengorbankan waktu untuk menjemput?
Ataukah sebetulnya merupakan sindiran, kalau saya yang dianggapnya sibuk enggan menggaji supir karena mau hemat atau malah pelit.
Ah, tidak.
Saya sedang mengajari anak saya untuk memperhatikan kepentingan orang lain, untuk dapat membedakan antara "dijemput Papa" atau "dijemput supir".
Anak saya perlu mempelajari kalau ayahnya dan supir masing-masing punya kepentingannya sendiri-sendiri, meski pun melakukan pekerjaan yang sama.
Apakah anak saya dapat mendahulukan kepentingan ayahnya daripada kepentingan dirinya sendiri yaitu ingin dijemput ayahnya seperti teman-temannya yang selalu dijemput oleh ayah atau ibunya.
Dan pada akhirnya, anak saya dapat melihat bagaimana teman-temannya memperlakukan ayah atau ibunya seperti seorang supir.
Sebagai seorang ayah saya tentu menyadari ketika anak saya melonjak kegirangan ketika mendapat kabar supir tidak masuk kerja, artinya ia akan diantar dan dijemput oleh ayahnya.
Maka saya pun menjadi faham kalau anak saya pun memiliki kepentingan sendiri, maka janganlah saya hanya memikirkan kepentingan saya sendiri.



Peringatan Orang Kudus
Santo Bruder Alfonsus Rodriguez, Pengaku Iman
Alfonsus lahir di Segovia, Spanyol pada tahun 1531. Ayahnya, Rodriguez adalah seorang pedagang kain wol yang tergolong kaya raya di negeri itu. Sementara belajar di Universitas Alkala, ayahnya terkasih meninggal dunia sehingga ibunya terpaksa memanggilnya pulang untuk melanjutkan usaha dagang ayahnya.
Selang beberapa tahun ia menikah dan dikaruniai dua orang anak. Meskipun demikian, Tuhan yang menyelenggarakan hidup manusia, rupanya menginginkan sesuatu yang lain dari Alfonsus. Usaha dagangnya yang pada tahun-tahun awal berjalan begitu lancar tanpa masalah serius, lama-kelamaan berangsur-angsur merosot dan bangkrut. Isterinya terkasih tak terduga jatuh sakit keras lalu meninggal dunia. Lebih dari itu, kedua anaknya pun kemudian menyusul kepergian ibunya. Tinggallah Alfonsus seorang diri dalam bimbingan Tuhan secara rahasia. Tampaknya semua peristiwa ini sangat tragis dan menyayat hati. Tetapi Alfonsus yang sejak masa mudanya beriman teguh menerima segalanya dengan pasrah. Ia yakin bahwa Tuhan itu mahabaik dan penyelenggaraanNya terhadap hidup manusia tidak pernah mengecewakan manusia. Ia yakin bahwa Tuhan selalu memilih yang terbaik untuk manusia.
Lalu Tuhan menggerakkan hati Alfonsus untuk memasuki cara hidup bakti dalam suatu tarekat religius. Pada umur 40 tahun ia memutuskan untuk meninggalkan kehidupan duniawi dan mengajukan permohonan menjadi seorang bruder dalam Serikat Yesus di Valencia, Spanyol. Setelah dipertimbangkan agak lama, akhirnya ia diterima dan ditempatkan di Kolese Montesion di Palma de Majorca. Di sinilah ia menekuni sisa-sisa hidupnya dengan melaksanakan tugas-tugas yang diserahkan kepadanya. Tugasnya sangat remeh dan sepele: membukakan pintu bagi tamu, memberitahu penghuni bila kedatangan tamu dan mengerjakan hal-hal kecil sembari menjaga pintu.
Tuhan yang mengenal baik Alfonsus mengaruniakan kepadanya karunia-karunia istimewa, antara lain ketekunan berdoa dan pengetahuan adikodrati. Karunia-karunia ini membuatnya dikenal banyak orang sebagai seorang yang diterangi Allah. Banyak orang datang kepadanya untuk minta nasehat, antara lain Santo Petrus Klaver sewaktu masih belajar. Oleh bimbingan Alfonsus, Petrus Klaver akhirnya tertarik untuk membaktikan dirinya bagi kepentingan jiwa orang-orang Negro yang menjadi budak belian di Amerika Selatan.
Cita-citanya ialah melupakan dirinya. Konon, pada suatu upacara besar semua kursi biara termasuk yang dipakai oleh para biarawan di kamarnya, diangkat ke dalam gereja. Sehabis upacara itu, kursi bruder Alfonsus tidak dikembalikan ke kamarnya. Bruder yang rendah hati itu tidak memintanya juga. Ia membiarkan kamarnya tanpa kursi selama setahun. Pada tahun berikutnya ketika akan diadakan lagi upacara besar di gereja, barulah diketahui bahwa bruder Alfonsus tidak mempunyai kursi sudah selama satu tahun. Pemimpin biara itu tertegun memandang bruder Alfonsus yang rendah hati itu. Ia tidak memberontak karena ia menganggap dirinya seorang pengemis malang yang tidak segan menerima hal-hal yang paling sederhana.
Pengalaman-pengalaman rohaninya dituangkan dalam sebuah tulisan yang menarik atas permintaan atasannya. Setelah menikmati jalan yang ditunjukkan Tuhan padanya, ia menghembuskan nafasnya di Palma de Majorca pada tahun 1617.




Liturgia Verbi, www.live.sandykusuma.info

 

Liturgia Verbi 2016-10-30 Minggu.




Minggu Biasa XXXI 
30 Oktober 2016



Bacaan Pertama
Keb 11:22-12:2

"Semua orang Kaukasihani,
sebab Engkau mengasihi segala yang ada."

Pembacaan dari Kitab Kebijaksanaan:

Tuhan, laksana sebutir debu di atas neraca,
atau seperti embun pagi yang jatuh ke bumi,
demikianlah seluruh jagat di hadapan-Mu.
Tetapi justru karena Engkau berkuasa atas segala sesuatu,
maka semua orang Kaukasihani,
dan dosa manusia tidak Kauperhatikan,
supaya mereka bertobat.
Sebab Engkau mengasihi segala yang ada,
dan tidak benci kepada barang apapun yang telah Kaubuat.
Sebab andaikata sesuatu Kaubenci, niscaya tidak Kauciptakan.

Bagaimana sesuatu dapat bertahan, jika tidak Kaukehendaki,
atau bagaimana dapat tetap terpelihara, kalau tidak Kaupanggil?
Engkau menyayangkan segala-galanya sebab semua itu milik-Mu,
ya Penguasa penyayang hidup!
Roh-Mu yang baka ada di dalam segala sesuatu.
Dari sebab itu orang-orang yang jatuh Kauhukum berdikit-dikit.
Mereka Kautegur dengan mengingatkan
dalam hal mana mereka sudah berdosa,
supaya setelah menjauhi kejahatan itu
mereka percaya kepada Dikau, ya Tuhan.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 145:1-2.8-9.10-11.13cd-14,R:1

Refren: Aku hendak mengagungkan Dikau selama-lamanya, ya Allah, ya Rajaku.

*Aku hendak mengagungkan Engkau, ya Allahku, ya Rajaku,
aku hendak memuji nama-Mu untuk seterusnya dan selamanya.
Setiap hari aku hendak memuji Engkau
dan memuliakan nama-Mu untuk selama-lamanya.

*Tuhan itu pengasih dan penyayang,
panjang sabar dan besar kasih setia-Nya.
Tuhan itu baik kepada semua orang,
penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya.

*Segala yang Kaujadikan akan bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan,
dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau.
Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu,
dan akan membicarakan keperkasaan-Mu.

*Tuhan itu setia dalam segala perkataan-Nya,
dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya.
Tuhan itu penopang bagi semua orang yang jatuh
dan penegak bagi semua orang yang tertunduk.



Bacaan Kedua
2Tes 1:11-2:2

"Semoga nama Yesus, Tuhan kita, dimuliakan di dalam kamu,
dan kamu di dalam Dia."

Pembacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada Jemaat di Tesalonika:

Saudara-saudara,
kami senantiasa berdoa juga untuk kamu,
supaya Allah kita menganggap kamu layak bagi panggilan-Nya
dan dengan kekuatan-Nya
menyempurnakan kehendakmu untuk berbuat baik
dan menyempurnakan segala pekerjaan imanmu.
Dengan demikian nama Yesus, Tuhan kita,
dimuliakan di dalam kamu, dan kamu di dalam Dia,
sesuai dengan kasih karunia Allah kita dan Tuhan kita Yesus Kristus.

Tentang kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus
dan berkumpulnya kita dengan Dia,
kami minta kepadamu, Saudara-saudara,
jangan lekas bingung dan gelisah,
baik oleh ilham roh maupun oleh kabar atau surat
yang dikatakan dari kami,
seolah-olah hari Tuhan telah tiba.

Demikianlah sabda Tuhan.



Bait Pengantar Injil
Yoh 3:16

Begitu besar kasih Allah akan dunia ini,
sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal,
supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya
beroleh hidup yang kekal.



Bacaan Injil
Luk 19:1-10

"Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Sekali peristiwa
Yesus memasuki kota Yerikho dan berjalan melintasi kota itu.
Di situ ada seorang kepala pemungut cukai yang amat kaya,
bernama Zakheus.
Ia berusaha melihat orang apakah Yesus itu,
tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak,
sebab ia berbadan pendek.
Maka berlarilah ia mendahului orang banyak,
lalu memanjat pohon ara
untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ.

Ketika sampai ke tempat itu,
Yesus melihat ke atas dan berkata,
"Zakheus, segeralah turun!
Hari ini Aku harus menumpang di rumahmu."
Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita.
Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya,
"Ia menumpang di rumah orang berdosa!"

Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan,
"Tuhan, separuh dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin,
dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang
akan kukembalikan empat kali lipat."
Kata Yesus kepadanya,
"Hari ini telah terjadi keselamatan atas rumah ini,
karena orang ini pun anak Abraham.
Sebab Anak Manusia datang
untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang."

Demikianlah sabda Tuhan.



Renungan Injil
Dari Kitab Kebijaksanaan pada Bacaan Pertama, kita mengetahui bahwa Tuhan mengasihi segala yang ada, tidak membenci barang apa pun.
Yang baik maupun yang buruk tidak dibenci-Nya, sebab Tuhan tidak menciptakan sesuatu yang dibenci-Nya.

Kebijaksanaan ini mudah dimengerti tetapi sulit dilaksanakan.
Seringkali kita tidak mampu untuk mengasihi siapa saja atau apa saja.
Terhadap orang atau apa saja yang tidak sesuai dengan harapan kita, apalagi yang menentang kita, yang menganiaya kita, cenderung timbul perasaan jengkel atau bahkan benci, maka menjadi sulit untuk mengasihi.

Entah apa sebabnya, mengasihi kepunyaan sendiri saja seringkali sulit, apalagi mengasihi yang bukan milik sendiri.
Tidak memperhatikan kesehatan, makan tidak terkontrol padahal sudah berumur, tidaklah dapat dikatakan mengasihi diri sendiri.
Tetapi ketika penyakit datang, lalu sibuk mencari kambing hitam untuk disalah-salahkan.

Suami mengaku mengasihi istrinya, begitu pula istri mengaku mengasihi suaminya, tetapi ketika pasangannya melakukan suatu kesalahan maka berbagai sumpah serapah pun terlontar dari mulutnya, jauh dari kasih yang seolah sirna entah kemana.
Mengasihi hanya dalam keadaan baik saja bukanlah mengasihi yang dimaksudkan oleh Tuhan.
Justru ketika pasangan hidupnya terjatuh di dalam dosa, jika ia memang mengasihi pasangannya itu, maka ia wajib menolong pasangannya menuju pertobatan agar memperoleh pengampunan Tuhan.

Seringkali tanpa disadari, orangtua mengasihi anaknya yang berprestasi, yang berbakti kepada orangtua, yang rajin, pintar, dan yang baik-baik lainnya, tetapi mengabaikan anaknya yang lain yang menurut mereka kurang.
Maka ada anak emas, ada anak bukan emas.
Ketika anak melakukan sesuatu yang sangat buruk, ia kehilangan kasih dari orangtuanya karena orangtuanya tak sanggup menanggung "aib" yang memalukan itu, lebih baik tak usah saja diakui anak.

Ketika kita sendiri terjatuh dalam dosa, kasih Tuhan tetap, tidak berubah.
Barangkali Tuhan akan menegur kita, supaya segera bertobat, tetapi Tuhan tidak akan meninggalkan kita, tidak akan menghentikan aliran kasih-Nya kepada kita.



Peringatan Orang Kudus
Santo Marcellus, Martir
Perwira Romawi yang bertugas di Tanger, Afrika ini konon menjadi Kristen dan dipermandikan langsung oleh Santo Petrus Rasul. Ia menolak mengikuti upacara korban untuk memuja kaisar dan dewa-dewa Romawi. Dengan tegas ia berkata: "Aku hanya mengabdi kepada Raja Abadi, Tuhanku Yesus Kristus". Akibatnya ia langsung ditangkap dan dihukum mati pada tahun 298.




Liturgia Verbi, www.live.sandykusuma.info

 

Liturgia Verbi 2016-10-29 Sabtu.




Sabtu Pekan Biasa XXX
29 Oktober 2016



Bacaan Pertama
Flp 1:18b-26

"Bagiku hidup ialah Kristus dan mati keuntungan."

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Filipi:

Saudara-saudara,
asal saja Kristus diwartakan, aku bersukacita karenanya.
Dan aku akan tetap bersukacita sebab aku tahu,
bahwa akhir dari semuanya ini ialah keselamatanku
berkat doamu dan pertolongan Roh Yesus Kristus.
Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan,
ialah bahwa dalam segala hal aku tidak mendapat malu.
Kuharapkan bahwa seperti dahulu,
sekarang pun Kristus dengan nyata dimuliakan dalam tubuhku,
baik oleh hidup maupun oleh matiku.
Karena bagiku hidup ialah Kristus dan mati keuntungan.
Hidup di dunia bagiku berarti bekerja dan menghasilkan buah.
Maka aku tidak tahu, mana yang harus dipilih.
Aku didesak dari dua pihak:
aku ingin pergi dan diam bersama Kristus,
karena ini memang jauh lebih baik.
Tetapi demi kalian, lebih perlu aku tetap tinggal di dunia ini.
Dalam keyakinan ini tahulah aku
bahwa aku akan tetap tinggal
dan akan bersama-sama lagi dengan kalian semua,
supaya kalian makin maju dan bersukacita dalam iman.
Dengan demikian kemegahanmu dalam Kristus Yesus
makin bertambah karena aku,
yaitu apabila aku kembali kepadamu.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 42:2.3.5bcd,R:3a

Refren: Jiwaku haus akan Allah, Allah yang hidup.

*Seperti rusa yang merindukan sungai berair,
demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah.

*Jiwaku haus kepada Allah,
akan Allah yang hidup.
Bilakah aku boleh datang melihat Allah?

*Bagaimana aku berjalan maju di tengah kepadatan manusia,
mendahului mereka melangkah ke rumah Allah
di tengah suara sorak-sorai dan nyanyian syukur,
di tengah keramaian orang-orang yang mengadakan perayaan.



Bait Pengantar Injil
Mat 11:29ab

Terimalah beban-Ku dan belajarlah pada-Ku,
sebab Aku lemah lembut dan rendah hati.



Bacaan Injil
Luk 14:1.7-11

"Barangsiapa meninggikan diri, akan direndahkan; 
dan barangsiapa merendahkan diri, akan ditinggikan."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Pada suatu hari Sabat
Yesus masuk rumah seorang pemimpin orang-orang Farisi
untuk makan di situ.
Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama.
Melihat tamu-tamu berusaha menduduki tempat-tempat terhormat,
Yesus lalu mengatakan perumpamaan berikut,
"Kalau engkau diundang ke pesta perkawinan,
janganlah duduk di tempat kehormatan.
Sebab mungkin ada undangan yang lebih terhormat daripadamu.
Jangan-jangan orang yang telah mengundang engkau dan tamu itu berkata kepadamu,
'Berilah tempat itu kepada orang ini.'
Lalu dengan malu engkau harus pindah ke tempat yang paling rendah!
Tetapi apabila engkau diundang,
duduklah di tempat yang paling rendah.
Mungkin tuan rumah akan datang dan berkata,
'Sahabat, silakan duduk di depan.'
Dengan demikian engkau mendapat kehormatan
di mata semua tamu yang lain.

Sebab barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan;
dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan."

Demikianlah sabda Tuhan.



Renungan Injil
Telah beberapa kali saya membaca surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Filipi pada Bacaan Pertama hari ini, namun tetap saja membakar hati saya, membuat iman saya berkobar-kobar untuk meneruskan mewartakan Injil.
Mengapa demikian?

Rasul Paulus menulis, "Bahwa akhir dari semuanya ini ialah keselamatanku, berkat doamu dan pertolongan Roh Yesus Kristus."
Apa yang dimaksud dengan "akhir dari semuanya ini"?
Ya, Rasul Paulus menulis suratnya ini dari dalam penjara.
Tetapi atas kerjasamanya dengan Timotius, Rasul Paulus tetap dapat mewartakan Injil sekali pun ia mesti mendekam di penjara.
Ia dipenjarakan bukan karena ia mencuri, atau mencemarkan nama baik atau pelanggaran hukum lain yang dilakukannya.
Ia dipenjarakan karena menyebarkan ajaran Yesus Kristus.
Ini hanyalah sebagian dari yang dimaksud dengan "semuanya ini".

Tentu Paulus mengetahui betapa sulitnya untuk menjadi pengikut Kristus di jaman itu.
Ajaran Yesus boleh dikatakan dianggap sebagai "ajaran sesat" yang dilarang, makanya para pengikutnya dikejar-kejar orang, dipenjarakan dan bahkan dibunuh.
Situasi di jaman itu sangat berbeda dengan situasi kita sekarang ini.
Sekarang ini ada jaminan kebebasan untuk memilih agama yang kita anut, kebebasan untuk mengikuti upacara keagamaan.
Dalam situasi seperti ini saja ada orang yang masih sulit bersaksi dan menunjukkan jati dirinya sebagai pengikut Kristus, buat tanda salib di depan umum masih sulit untuk dilakukan.
Lalu bagaimana jika situasinya sama seperti di jaman Rasul Paulus?
Jangan-jangan akan ada banyak orang yang pergi meninggalkan Kristus.
Ada orang yang memutuskan pindah agama hanya gara-gara menerima perkataan yang tidak pantas dari seorang pemimpin gerejanya.
Belum lagi ada banyak perkara lain yang mesti dihadapi Paulus, ada banyak hambatan dan rintangan baginya.
Rasul Paulus tetap bertahan pada imannya, karena ia percaya akan pertolongan Kristus melalui doa-doa orang lain yang ditujukan baginya.
Itulah yang dimaksud sebagai "akhir dari semuanya ini".

Yang ditulis oleh Rasul Paulus ini sungguh menarik, "Bagiku hidup ialah Kristus dan mati keuntungan."
Ini adalah pilihan dilematis bagi Paulus.
Di satu sisi, Paulus ingin pergi meninggalkan dunia ini untuk tinggal bersama Kristus, makanya masuk akal kalau Paulus mengatakan bahwa mati adalah keuntungan baginya.
Di sisi lain, Paulus merasa perlu untuk tetap bertahan hidup di dunia ini, dengan berbagai perkara yang mesti dihadapinya, dan yang terpenting demi keselamatan jemaat Kristus, bukan demi kepentingan dirinya sendiri.

Nampaknya perkara inilah yang telah mendorong Rasul Paulus menulis surat kepada Jemaat di Filipi, bertujuan untuk mengobarkan iman agar tetap bertahan hidup di dalam Yesus Kristus.
Saya tidak tinggal di Filipi, bukan merupakan tujuan surat Paulus, tetapi turut terkena imbasnya, turut merasakan berkobarnya iman saya, yang meneguhkan saya untuk tetap mewartakan Injil dengan sukacita.



Peringatan Orang Kudus




Liturgia Verbi, www.live.sandykusuma.info

 

Liturgia Verbi 2016-10-28 Jumat.




Jumat Pekan Biasa XXX
28 Oktober 2016

Pesta S. Simon dan Yudas, Rasul



Bacaan Pertama
Ef 2:19-22

"Kamu dibangun di atas dasar para rasul."

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Efesus:

Saudara-saudara,
kamu bukan lagi orang asing dan pendatang,
melainkan sewarga dengan orang kudus dan anggota keluarga Allah.
Kamu dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi,
dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.
Di atas Dia tumbuhlah seluruh bangunan,
yang rapi tersusun,
menjadi bait Allah yang kudus dalam Tuhan.
Di atas Dia pula kamu turut dibangun
menjadi tempat kediaman Allah dalam Roh.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 19:2-3.4-5,R:5a

Refren: Di seluruh bumi bergemalah suara mereka.

*Langit menceritakan kemuliaan Allah,
dan cakrawala memberitakan karya tangan-Nya;
hari yang satu mengisahkannya kepada hari yang lain,
dan malam yang satu menyampaikan pengetahuannya
kepada malam berikut.

*Meskipun tidak berbicara,
dan tidak memperdengarkan suara,
namun di seluruh bumi bergaunglah gemanya,
dan amanat mereka sampai ke ujung bumi.



Bait Pengantar Injil


Allah, Tuhan kami, Engkau kami puji dan kami muliakan.
Kepada-Mu paduan para rasul bersyukur, ya Tuhan.



Bacaan Injil
Luk 6:12-19

"Yesus memilih dari antara murid-murid-Nya
dua belas orang yang disebut-Nya rasul."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Sekali peristiwa,
Yesus mendaki sebuah bukit untuk berdoa.
Semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah.
Keesokan harinya, ketika hari siang,
Ia memanggil murid-murid-Nya,
lalu memilih dari antara mereka
dua belas orang yang disebut-Nya rasul.
Mereka itu ialah:
Simon yang juga diberi-Nya nama Petrus,
Andreas saudara Simon,
Yakobus dan Yohanes,
Filipus dan Bartolomeus,
Matius dan Tomas,
Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot,
Yudas anak Yakobus,
dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat.

Lalu Yesus turun bersama mereka
dan berhenti pada suatu tempat yang datar.
Di situ berkumpul sejumlah besar dari murid-murid-Nya,
dan banyak orang lain
yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem,
dari daerah pantai Tirus dan Sidon.
Mereka datang untuk mendengarkan Dia
dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka;
juga mereka yang dirasuk oleh roh-roh jahat beroleh kesembuhan.
Dan orang banyak itu berusaha menjamah Dia,
karena dari pada-Nya keluar suatu kuasa,
dan semua orang itu disembuhkan-Nya.

Demikianlah sabda Tuhan.



Renungan Injil
Hari ini kita mendapat "bonus" diperkenankan melanjutkan renungan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Efesus, karena hari ini adalah Pesta Santo Simon dan Yudas, Rasul.
Masih seputaran umat yang non-Yahudi, yang menurut Rasul Paulus dahulu tidak diakui berhak atas warisan sebagai umat pilihan, dianggap sebagai orang asing dan pendatang.
Secara tegas Paulus mengakui umat non-Yahudi sebagai orang sewarga dengan orang kudus dan sebagai anggota keluarga Allah.
Umat dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, bukan di atas para ahli Taurat.
Dengan demikian umat non-Yahudi tak perlu lagi merasa resah apakah mereka perlu menjalankan sunat atau pun mematuhi aturan-aturan lain yang bukan murni berasal dari hukum Taurat.
 
Yang perlu menjadi perhatian adalah ajaran-ajaran Yesus serta pewartaan dan kesaksian pada rasul.
Kristus adalah batu penjuru yang di atasnya dibangun dasar para rasul dan nabi.
Inilah perjanjian baru antara Tuhan dengan umat-Nya.

Demikian pula halnya kita.
Kita adalah anggota dari keluarga Allah, bukan orang asing atau pendatang di lingkungan gereja, sekali pun secara duniawi kita adalah minoritas yang tinggal di suatu daerah.
Orang-orang asli dari daerah itu tidak bisa memperlakukan kelompok minoritas sebagai orang asing atau pendatang.
Semua orang adalah sewarga di dalam komunitas Kristus.

Bagaimana dengan bahasa daerah yang digunakan dalam misa?
Bukankah ini menonjolkan kedaerahan?
Bagi sebagian umat tentu merupakan ganjalan ketika mengikuti misa yang menggunakan bahasa yang tidak dimengertinya.
Marilah kita belajar untuk bijaksana dalam menyikapi perbedaan bahasa ini.
Jika kita bepergian ke luar negeri, jangan terlalu berharap bisa mengikuti misa yang menggunakan bahasa kita sendiri, semua misa diselenggarakan menggunakan bahasa dari negara itu, bukan bahasa kita.
Lalu kita memutuskan tidak pergi ke gereja untuk misa gara-gara tidak mengerti bahasanya, apa begitu?
Apakah kita rela jika bahasa menjadi penghalang bagi kita untuk berjumpa dengan Yesus Kristus?
Bukankah kita mesti bersyukur karena gereja telah menetapkan tata pelaksanaan liturgi Ekaristi yang seragam di mana pun ekaristi itu diselenggarakan, sehingga kita masih tetap dapat mengikutinya sekali pun kita tidak mengerti bahasanya?



Peringatan Orang Kudus
Santo Simon dan Yudas, Rasul
Pesta kedua rasul ini dirayakan bersama hari ini, (mungkin) karena nama keduanya selalu disebutkan serentak berurutan dalam Injil-injil Sinoptik (Mat 13:55; Mrk 3:18 dan 14:3; Luk 6:16) dan karena keduanya sama-sama mengalami nasib sebagai martir di negeri Persia (sekarang: Iran).
Simon, selain dikenal sebagai saudara sepupu Yesus, juga dikenal sebagai saudara rasul Yakobus Muda dan Yudas (Lih. Mat. 13:55). Ia dijuluki 'Si Zelot', yang berarti 'yang rajin', 'yang meluap semangatnya' dalam mempelajari dan menaati Hukum Taurat Yahudi. Gelaran ini diberikan juga barangkali karena ia termasuk salah seorang penganut aliran Zelot (lih. Mrk 3:18 dst), yang sangat fanatik berpegang teguh pada Taurat dan yang turut ambil bagian dalam pemberontakan melawan penjajah Romawi tahun 67-70. Ia orang Kanaan yang dipanggil Yesus menjadi RasulNya. Kisah hidupnya dan karyanya sebagai rasul sama sekali tidak dicantumkan di dalam Injil-injil, kecuali pencantuman namanya. Kita mengetahui sedikit tentang dia dalam tradisi-tradisi kuno. Buku Menologi Santo Blasius menyebutkan bahwa Simon wafat dengan damai di Edessa, Irak. Dalam tradisi Barat yang tertera di dalam Liturgi Romawi disebutkan bahwa ia pernah mewartakan Injil di Mesir, kemudian bergabung dengan Yudas pergi ke Mesopotamia, dan dari sana mereka pergi sebagai misionaris ke negeri Persia, Iran hingga menemui ajalnya sebagai martir bersama Yudas. Tradisi lain menyebutkan bahwa setelah saudaranya Yakobus, Uskup Yerusalem, dibunuh, rasul lain memilih dia menggantikan Yakobus. Ia memegang jabatan uskup pada tahun 62 hingga kematiannya sebagai martir ketika terjadi penganiayaan umat Kristen pada masa pemerintahan Kaisar Trayanus pada tahun 107.
Yudas yang disebut juga Tadeus yang berarti 'yang berani' adalah saudara rasul Yakobus Muda. Tidak diketahui bagaimana dan kapan Yesus memanggilnya menjadi Rasul. Tradisi mengakui dia sebagai penulis Surat Yudas, yang berisi dorongan semangat dan peneguhan kepada umat Kristen yang berada dalam krisis akhlak pada masa itu. Namun hal ini masih dipersoalkan oleh banyak ahli modern, mengingat Yudas bukanlah seorang yang terdidik baik sehingga mampu menulis sebaik itu. Mungkin ia menyuruh orang lain menuliskannya.
Namanya dimunculkan dalam Injil Yohanes pada waktu Yesus mengadakan Perjamuan Terakhir. Dialah yang bertanya kepada Yesus: "Tuhan, apakah sebabnya maka Engkau menyatakan diriMu kepada kami, dan bukan kepada dunia?" Jawab Yesus: "Jika seseorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firmanKu dan BapaKu akan mengasihi dia dan kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia." (Yoh 14:22, 23)
Setelah kenaikan Yesus, tak ada cerita Kitab Suci tentang karya Yudas. Menurut tradisi, Yudas mewartakan Injil di Mesopotamia sebelum bergabung bersama Simon di Persia, di mana keduanya bersama-sama menemui ajal sebagai martir Kristus. Sejarawan Eusebius menyebutkan bahwa ia mempunyai dua orang cucu: Zoker dan Yakobus, yang dihadapkan kepada Raja Domisianus, karena ada laporan bahwa keduanya berasal dari Kerajaan Daud. Tetapi setelah diketahui bahwa keduanya orang-orang miskin dan sederhana, maka mereka dibebaskan kembali. Santo Yudas dihormati Gereja sebagai pelindung bagi orang-orang yang mengemban tugas-tugas yang sulit.




Liturgia Verbi, www.live.sandykusuma.info

 

Liturgia Verbi 2016-10-27 Kamis.




Kamis Pekan Biasa XXX
27 Oktober 2016



Bacaan Pertama
Ef 6:10-20

"Kenakanlah perlengkapan senjata Allah, agar kalian dapat bertahan."

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Efesus:

Saudara-saudara,
hendaklah kalian kuat dalam Tuhan, dalam kekuatan kuasa-Nya.
Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah,
agar kalian dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis.
Sebab perjuangan kita bukanlah melawan manusia,
melainkan melawan pemerintah dan penguasa,
melawan para penghulu dunia gelap ini,
melawan roh-roh jahat di udara.
Sebab itu kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah,
agar kalian dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu
dan tetap berdiri sesudah menyelesaikan segala sesuatu.
Jadi berdirilah tegap berikatpinggangkan kebenaran,
dan berbajuzirahkan keadilan dan kakimu berkasutkan kerelaan
untuk memberitakan Injil damai sejahtera.
Dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman,
sebab dengan perisai itu
kalian akan dapat memadamkan semua panah api si jahat.
Terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu sabda Allah,
dalam segala doa dan permohonan.
Berdoalah setiap waktu dalam Roh
dan berjaga-jagalah dalam doamu itu
dengan permohonan terus-menerus untuk segala orang Kudus.
Berdoalah juga untuk aku, supaya setiap kali membuka mulutku,
aku dikaruniai perkataan yang tepat.
Berdoalah, agar aku dengan berani mewartakan rahasia Injil,
yang kulayani sebagai utusan yang dipenjarakan.
Berdoalah supaya aku menyatakannya dengan berani,
sebagaimana seharusnya aku berbicara.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 144:1.2.9-10,R:1a

Refren: Terpujilah Tuhan, gunung batuku!

*Terpujilah Tuhan, gunung batuku!
Ia mengajar tanganku bertempur,
Ia melatih jari-jariku berperang!

*Ia menjadi tempat perlindungan dan kubu pertahananku,
kota bentengku dan penyelamatku;
Ia menjadi perisai, dan tempat aku berlindung;
Dialah yang menundukkan bangsa-bangsa ke bawah kuasaku!

*Ya Allah, aku hendak menyanyikan lagu baru bagi-Mu,
dengan gambus sepuluh tali aku hendak bermazmur.
Sebab Engkaulah yang memberikan kemenangan kepada raja-raja,
dan yang membebaskan Daud, hamba-Mu!



Bait Pengantar Injil
Luk 13:35; Mrk 11:10

Terberkatilah yang datang atas nama Tuhan.
Terpujilah Engkau di Surga.



Bacaan Injil
Luk 13:31-35

"Tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh di luar Yerusalem."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Pada waktu itu datanglah beberapa orang Farisi
dan berkata kepada Yesus,
"Pergilah, tinggalkanlah tempat ini,
karena Herodes hendak membunuh Engkau."

Jawab Yesus kepada mereka,
"Pergilah dan katakanlah kepada si serigala itu,
'Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang
pada hari ini dan esok,
dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai.
Tetapi hari ini dan esok dan lusa
Aku harus meneruskan perjalanan-Ku,
sebab tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh di luar Yerusalem.'
Yerusalem, Yerusalem, engkau membunuh nabi-nabi
dan merajam orang-orang yang diutus kepadamu!
Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu,
sama seperti  induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayap,
tetapi  kalian tidak mau.

Sungguh, rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi!
Tetapi Aku berkata kepadamu,
kalian tidak akan melihat Aku lagi hingga pada saat kalian berkata,
'Terberkatilah Dia yang datang atas nama Tuhan'."

Demikianlah sabda Tuhan.



Renungan Injil
Hari ini kita masih melanjutkan renungan yang semakin menarik saja, dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Efesus.
Hari ini Rasul Paulus menulis tentang perlunya kita melengkapi diri dengan persenjataan yang lengkap untuk menghadapi "perang rohani" melawan penghulu dunia gelap, yakni roh-roh jahat.
Untuk dapat memastikan kemenangan, maka kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, jangan setengah-setengah.
Pakailah kebenaran sebagai ikatpinggang, keadilan sebagai bajuzirah, kerelaan sebagai kasut.
Gunakanlah iman sebagai perisai atau tameng, keselamatan sebagai ketopong (topi baja), dan sabda Allah yang adalah Roh sebagai pedang.
Ini sungguh merupakan perlengkapan untuk "siap tempur", tidak tanggung-tanggung, agar tak satu pun upaya jahat dapat mengalahkan kita, apalagi sampai membuat kita "gugur di medan perang."

Beberapa kali saya menghadiri ritual pengusiran setan (exorcism), dengan segala pernak-pernik yang dianggap mampu mengalahkan penghulu dunia kegelapan itu.
Menggunakan air suci yang telah dicampuri garam, atau menggunakan salib Yesus, atau benda-benda rohani lainnya, tentu boleh-boleh saja, karena itu semua merupakan "perangkat perang" yang berguna dalam peperangan rohani melawan iblis.
Tetapi jika kita mau mendengarkan apa yang ditulis oleh Rasul Paulus, sesungguhnya perangkat perang yang utama yang diperlukan dalam setiap pertempuran adalah: 1) Alat untuk bertahan; dan 2) Alat untuk menyerang, selebihnya boleh digunakan sebagai pelengkap saja, misalnya ketopong atau topi baja dapat melindungi kepala dari serangan, baju zirah untuk melindungi badan dan sebagainya.

Iman adalah alat utama, ibarat benteng pertahanan yang sangat kokoh, yang dapat melindungi secara keseluruhan dan secara lebih dini.
Iman yang terus-menerus kita pelihara di dalam hati akan tumbuh semakin besar dan semakin kuat.
Iman yang sekecil biji sesawi saja telah mampu memindahkan gunung, apalagi iman yang sebesar pohon yang tinggi dan rimbun.
Pada Injil Matius 17:14-21 dikisahkan tentang para murid Yesus yang gagal menyembuhkan seseorang yang sakit ayan karena ulah iblis.
"Aku sudah membawanya kepada murid-murid-Mu, tetapi mereka tidak dapat menyembuhkannya."
Ketika para murid bertanya kepada Yesus, mengapa mereka tidak dapat mengusir setan itu, maka Yesus menjawab, "Karena kamu kurang percaya."
Iya, kita-kita ini bukan ateis yang tidak percaya Tuhan.
Kita percaya kepada Yesus Kristus, tetapi bisa jadi masih kurang alias belum cukup.
Iman adalah perisai diri yang dahsyat, yang dapat memadamkan semua panah api si jahat.
Iman yang benar adalah iman yang mengandalkan kuasa Allah, bukan pongah dengan kekuatan sendiri.
Dengan kata lain, berdoalah dan memohonlah kepada-Nya, apalagi memang ada sebagian setan yang tak dapat diusir kecuali dengan berdoa dan berpuasa.

Sesungguhnya dengan perisai iman ini saja sudah lebih dari cukup untuk membentengi diri dari serangan iblis.
Tetapi jika kita ingin melakukan serangan balik, memukul mundur kuasa iblis itu, maka kita mesti menggunakan pedang Roh.
Mengalahkan kejahatan tidak dilarang oleh Tuhan.
Pedang Roh adalah sabda Allah, bukan air yang digarami atau patung kayu.
Ada cukup banyak Bacaan Injil yang dapat dipilih untuk dijadikan pedang Roh, misalnya, salah satu yang saya sukai adalah Injil Matius 4:1-12 tentang percobaan di padang gurun.
Dalam perikop itu Yesus bersabda, "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"
Atau kita bisa mengambil dari kutipan-kutipan lainnya, misalnya:
[Mat 7:23] Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"
[Mat 16:23] Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."
[Mat 25:41] Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.

Kesimpulannya, kita hanya butuh satu alat saja, yakni iman sebagai perisai yang membentengi diri dari serangan si jahat.
Percaya dan menaruh harapan kepada Bapa di Surga.
Kalau mau, gunakan kekuatan sabda Allah untuk menyerang balik, sebagai pedang Roh, yakni sabda Allah yang ditulis di dalam Injil, disertai dengan berdoa, dan bila perlu berpuasa.
Jika masih mau lebih lengkap lagi, gunakanlah perangkat-perangkat lainnya sebagaimana yang ditulis pada Bacaan Pertama hari ini.



Peringatan Orang Kudus
Santo Frumensius, Uskup dan Pengaku Iman
Orang-tuanya berdiam di kota Tyrus, Asia Kecil. Dari orangtuanya Frumensius bersama adiknya Edesius mendapat pendidikan yang baik. Keluarga Kristen ini tergolong keluarga kaya di kota itu. Frumensius bersama Edesius mempunyai seorang guru pribadi bernama Meropius. Di bawah bimbingan Meropius, kedua bersaudara ini berkembang dewasa menjadi pemuda-pemuda yang berhati mulia dan saleh. Ketika Meropius berlayar ke India, kedua bersaudara ini diizinkan turut serta ke sana, guna menambah dan memperdalam ilmunya di negeri itu.
Dalam perjalanan pulang ke negerinya, kapal yang mereka tumpangi singgah di pelabuhan Adulius, Etiopia, untuk mengambil perbekalan. Malang nasib mereka. Tak terduga terjadilah perkelahian seru antara awa-awak kapal itu dengan penduduk setempat. Peristiwa ini menyebabkan kematian banyak penumpang kapal itu. Untunglah bahwa pada waktu itu Frumensius dan adiknya Edesius berada di darat. Mereka bermaksud untuk beristirahat sebentar di bawah pohon sambil belajar. Tetapi mereka pun kemudian ditangkap lalu dihadapkan kepada raja. Raja Aksum tidak menindak dan membunuh mereka karena mereka terdidik dan berpengetahuan luas. Sebaliknya mereka dipekerjakan sebagai pegawai raja. Frumensius bahkan diangkat sebagai sekretaris Raja Aksum dan diminta mendidik puteranya.
Kesempatan emas ini mereka manfaatkan untuk mewartakan Injil kepada orang-orang Etiopia. Konon, Frumensius bersama Edesius berhasil mentobatkan banyak orang dan membangunkan sebuah kapela di sana. Sepeninggal Raja Aksum, Frumensius bersama Edesius diizinkan pulang ke tanah airnya. Edesius pergi ke Tyrus dan di sana ditahbiskan menjadi imam. Sedangkan Frumensius memutuskan untuk menemui Santo Atanasius, Uskup dan Patriark kota Aleksandria. Ia bermaksud meminta bantuan tenaga imam untuk melayani umat Etiopia yang sudah dipermandikannya sambil melanjutkan pewartaan Injil di sana. Supaya umat Etiopia mempunyai seorang gembala maka Santo Atanasius menahbiskan Frumensius menjadi uskup. Ketika itu bidaah Arianisme sedang berkembang pesat di sana. Oleh karena itu karya kerasulannya mendapat hambatan dari orang-orang Arian yang sesat itu. Meskipun demikian ia terus melanjutkan karyanya: mengajar dan mempermandikan banyak orang, menerjemahkan doa-doa liturgis ke dalam bahasa setempat, dan mendidik imam-imam pribumi untuk melanjutkan pewartaan Injil di Etiopia. Frumensius meninggal dunia pada tahun 380 dan dijuluki "Rasul Etiopia"




Liturgia Verbi, www.live.sandykusuma.info

 

Liturgia Verbi 2016-10-26 Rabu.




Rabu Pekan Biasa XXX
26 Oktober 2016



Bacaan Pertama
Ef 6:1-9

"Laksanakan pelayananmu seperti orang yang melayani Kristus,
dan bukan manusia."

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Efesus:

Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam Tuhan,
karena memang haruslah demikian.
Hormatilah ayah dan ibumu, sebab inilah perintah penting
yang memuat suatu janji, yaitu:
supaya kalian berbahagia dan panjang umurmu di bumi.

Dan kalian para bapak,
jangan bangkitkan amarah dalam hati anak-anakmu,
tetapi didiklah mereka dalam ajaran dan nasihat Tuhan.

Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu di dunia ini
dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati,
sama seperti kalian taat kepada Kristus.
Jangan hanya taat di hadapan mereka
untuk menyenangkan hati orang,
tetapi taatlah sebagai hamba Kristus
yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah.
Laksanakanlah pelayananmu dengan rela
seperti orang-orang yang melayani Tuhan, dan bukan manusia.
Kalian tahu, bahwa setiap orang,
entah hamba, entah orang merdeka,
akan menerima ganjaran dari Tuhan,
kalau ia berbuat sesuatu yang baik.

Dan kalian para tuan,
bersikaplah demikian juga terhadap hamba-hambamu,
dan jauhkanlah mengancam.
Ingatlah bahwa Tuhan mereka dan Tuhanmu ada di surga,
dan Ia tidak memandang muka.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 145:10-14,R:13c

Refren: Tuhan itu setia dalam segala perkataan-Nya.

*Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan,
dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau.
Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu,
dan akan membicarakan keperkasaan-Mu.

*Untuk memberitahukan keperkasaan-Mu
kepada anak-anak manusia,
dan memaklumkan kemuliaan-Mu yang semarak mulia.
Kerajaan-Mu ialah kerajaan abadi,
pemerintahan-Mu lestari melalui segala keturunan.

*Tuhan itu setia dalam segala perkataan-Nya
dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya.
Tuhan itu penopang bagi semua orang yang jatuh
dan penegak bagi semua orang yang tertunduk.



Bait Pengantar Injil
2Tes 2:14

Allah telah memanggil kita
untuk memperoleh kemuliaan Tuhan kita Yesus Kristus.



Bacaan Injil
Luk 13:22-30

"Mereka datang dari timur dan barat,
dan akan duduk makan di dalam kerajaan Allah."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem
Yesus berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa
sambil mengajar.
Maka bertanyalah orang kepada-Nya,
"Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?"

Jawab Yesus kepada orang-orang di situ,
"Berusahalah masuk melalui pintu yang sempit itu!
Sebab Aku berkata kepadamu,
'banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat.
Jika tuan rumah telah bangkit dan menutup pintu,
kalian akan berdiri di luar
dan mengetok-ngetok pintu sambil berkata,
'Tuan, bukakan pintu bagi kami.'
Tetapi dia akan berkata,
'Aku tidak tahu dari mana kalian datang.'
Maka kalian akan berkata,
'Kami telah makan dan minum di hadapan-Mu,
dan Engkau telah mengajar di jalan-jalan kota kami.'

Tetapi ia akan berkata,
'Aku tidak tahu dari mana kalian datang.
Enyahlah dari hadapan-Ku,
hai kalian semua yang melakukan kejahatan!'
Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi,
apabila kalian melihat
Abraham dan Ishak dan Yakub dan semua nabi
ada di dalam Kerajaan Allah,
tetapi kalian sendiri dicampakkan ke luar.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat, dari Utara dan Selatan,
dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah.
Ingatlah, ada orang terakhir yang akan menjadi terdahulu,
dan ada orang terdahulu yang akan menjadi yang terakhir."

Demikianlah sabda Tuhan.



Renungan Injil
Renungan hari ini masih berlanjut tentang wejangan Rasul Paulus, dalam suratnya kepada Jemaat di Efesus.
Kali ini tentang pertalian kasih Kristus di antara orangtua dan anak, dan juga di antara kita dengan orang lain dalam strata sosial.

Restu dari orangtua merupakan hal penting bagi anak-anak, karena di dalam restu orangtua itu terselip doa dan harapan orangtua termasuk dukungan orangtua bagi anak-anak mereka.
Oleh sebab itu, Rasul Paulus meminta anak-anak agar mentaati dan menghormati orangtuanya, supaya kelak anak-anak akan berbahagia dan berumur panjang di dunia ini.
Di masa lalu, ketika orangtua saya masih hidup, saya mempunyai se gudang alasan untuk merasa kecewa dan bahkan marah kepada orangtua saya.
Entah sudah berapa banyak airmata mengalir dari kedua mata Mama, ibu kandung saya, akibat ulah dan polah saya yang tidak taat dan tidak menaruh hormat.
Namun demikian, se buruk apa pun perbuatan saya tidak pernah sekali pun membuat orangtua saya berkeinginan mencoret nama saya dari daftar anak-anaknya.
Kasih Kristus terus-menerus mengalir dari mereka kepada saya, sama seperti Yesus yang mengalirkan kasih-Nya tanpa pandang bulu, dan bahkan terhadap orang-orang berdosa Yesus malah memberi prioritas sebagai orang yang perlu didahulukan.

Bagaimana saya menjalani hidup sekarang ini, yang menurut saya telah sesuai dengan doa dan harapan orangtua saya, apakah cukup untuk menyeka airmata mereka yang terlanjur membanjir itu?
Seandainya dari tempatnya sekarang mereka dapat melihat segala perbuatan saya sekarang ini, tentulah mereka melihat kalau saya datang kepada mereka membawa cukup banyak saputangan dan tissue untuk menyeka airmata mereka itu.
"Jangan lagi menangis, Mama dan Papa, biarlah kutanggung sendiri hukuman atas dosa-dosa besar yang telah kulakukan terhadap Mama dan Papa. Lihatlah anakmu sekarang, dan mohon abaikan anakmu yang dahulu itu;  Ia telah dijadikan manusia baru oleh Tuhan kita, Yesus Kristus." Demikian saya menggumam di dalam renungan pagi, berharap ada malaikat yang berbaik hati mau menyampaikannya kepada Mama dan Papa.

Sekarang saya telah menjadi orangtua, berada di tempat yang berseberangan dengan tempat saya yang dahulu; saya sendiri memiliki anak-anak yang wajib saya didik dalam ajaran dan nasehat Tuhan, sebagaimana saran dan wejangan dari Rasul Paulus.
Saya telah bertekad untuk tidak membangkitkan amarah dalam hati anak-anak saya.
Biarlah hanya kasih Kristus yang mengalir dari saya kepada anak-anak yang sangat saya kasihi itu, sama persis seperti kasih yang mengalir dari orangtua saya kepada saya.
Biarlah anak-anak saya itu kebingungan mengingat-ingat kapan terakhir kali saya marah kepada mereka.

Saya telah memetik pelajaran yang sangat berharga, dari pengalaman saya menjadi anak durhaka, yang sekarang telah beralih posisi menjadi orangtua, maka pelajaran penting itulah yang menjadi bekal utama saya sebagai orangtua.
Saya tahu, saya wajib mendampingi anak-anak saya agar kelak tidak menjadi seperti saya, durhaka kepada Tuhan dan orangtua sendiri, tetapi tidak dengan kemarahan, tidak juga dengan kuasa sebagai orangtua, melainkan sepenuhnya dengan kasih Kristus, sebanyak yang telah pernah dialirkan oleh orangtua saya kepada saya, dan bahkan berlebih karena mengalirkan kasih Kristus tidak akan pernah sia-sia, sebanyak-banyak yang dapat kita alirkan, tidak berdasarkan kecukupan bagi yang menerima.

Demikian pula halnya kecongkakan saya terhadap pastor paroki dan para pemimpin gereja, yang dahulu nampak buruk di mata saya karena tuntutan saya yang berlebih, berharap dipimpin oleh malaikat atau nabi, tidak mau dipimpin oleh manusia biasa.
Sekarang, ketika tiba giliran saya yang mesti mendampingi orang-orang, apakah saya mau menjelma menjadi nabi?  Atau membuat banyak mujizat yang membuat orang terbengong-bengong?
Tidak.
Tidak ada lagi nabi setelah kedatangan Yesus Kristus, tidak ada lagi "tanda" dari Surgawi untuk pamer-pamer, karena semua orang hanya menantikan kedatangan kembali Kristus, kedatangan yang kedua dan terakhir dalam gemerlap kuasa Surga.
Dengan demikian sekarang menjadi jelas, saya tidak bisa menjadi nabi atau malaikat sebagaimana tuntutan saya dahulu terhadap para pemimpin gereja.
Saya juga tidak bisa berpura-pura menjadi nabi, atau melakukan sulap yang sim-salabim, supaya orang mau datang kepada saya, supaya orang mau mendengarkan Injil yang saya wartakan.
Tidak bisa.
Hidup saya yang sekarang inilah warta Injil, hidup yang melayani orang seperti sedang melayani Kristus, hidup sebagai saksi akan seseorang yang dahulunya pendosa besar sekarang telah berbalik kepada Tuhan.
Hanya ini yang memampukan saya untuk memikul salib yang kian hari kian berat, memampukan saya agar tak pernah lelah melayani orang seperti Yesus yang tak mengenal lelah belusukan dari satu desa ke desa yang lain.
Saya berharap, Anda juga bertekad seperti saya, bersumber dari kasih yang sama, bersaksi dengan cara-cara yang telah ditunjukkan oleh Kristus.
Dimuliakanlah Tuhan, dahulu, sekarang dan selama-lamanya.



Peringatan Orang Kudus
Santo Lucianus dan Marcianus, Martir
Lucianus dan Marcianus dikenal sebagai tukang sihir yang bertobat menjadi Kristen. Di kemudian hari pada tahun 250 mereka dengan berani mengorbankan nyawanya di Nikomedia demi tegaknya iman Kristen yang telah mereka terima. Di dalam sebuah buku yang mengisahkan tentang kesengsaraan mereka diceritakan bahwa sebelum bertobat mereka mempelajari ilmu sihir hitam (black magic). Tetapi kemudian ternyatalah bahwa kekuatan sihir mereka tidak bisa menandingi kekuatan iman seorang gadis yang beragama Kristen. Mereka tak berdaya di hadapan gadis cilik itu.
Sejak saat itu mereka bertobat dan mulai mempelajari ajaran iman Kristen. Mereka membakar buku-buku sihirnya di kota Nikomedia dan kemudian dipermandikan. Harta milik mereka dibagikan kepada para fakir miskin, lalu keduanya mengasingkan diri ke tempat sunyi untuk berdoa dan bertapa agar semakin kuat dalam imannya. Dari tempat pertapaan itu mereka pergi ke Bithinia dan daerah-daerah sekitar untuk mewartakan Injil.
Sementara itu Raja Decius mengeluarkan keputusan untuk menangkap umat Kristen di daerah Bithinia. Lucianus dan Marcianus serta umatnya ditangkap dan dibawa ke hadapan Prokonsul Sabinus.  Kepada Lucianus, Sabinus bertanya: "Dengan kekuasaan siapa kamu berani mengajarkan Kristus?" Dengan tenang Lucianus menjawab: "Setiap orang harus berusaha sungguh-sungguh untuk membebaskan saudara­saudaranya dari penyakit yang berbahaya." Atas jawaban yang berani itu prokonsul Sabinus memerintahkan penganiayaan atas Lucianus dan Marcianus bersama umatnya. Walaupun mereka disiksa secara ngeri namun mereka tetap tidak goyah pendiriannya. Marcianus dalam kesengsaraannya masih dengan lantang berkata: "Kami siap menderita demi Tuhan dan iman kami. Kami tidak akan mengkhianati Tuhan kami, supaya kami tidak disiksa olehNya di kemudian hari di dalam neraka." Mereka dengan gembira menanggung hukuman bakar hidup-hidup.




Liturgia Verbi, www.live.sandykusuma.info

 

Liturgia Verbi 2016-10-25 Selasa.




Selasa Pekan Biasa XXX
25 Oktober 2016



Bacaan Pertama
Ef 5:21-33

"Rahasia ini sungguh besar!
Yang kumaksudkan ialah hubungan Kristus dengan jemaat."

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Efesus:

Saudara-saudara,
hendaknya kalian saling merendahkan diri
dalam takwa kepada Kristus.
Para isteri hendaknya tunduk kepada suaminya,
seolah-olah kepada Tuhan.
Sebab suami adalah kepala isteri,
sebagaimana Kristus adalah kepala jemaat.
Dialah yang menyelamatkan tubuh.
Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus,
begitu pulalah isteri hendaknya tunduk kepada suaminya dalam segala hal.

Para suami hendaknya mengasihi isterinya
sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat,
dan telah menyerahkan diri bagi jemaat untuk menguduskannya
setelah menyucikannya dengan air dan firman.
Maksudnya ialah
supaya dengan demikian Kristus menempatkan jemaat
di hadapan-Nya dalam keadaan cemerlang,
tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu,
tetapi kudus dan tidak bercela.
Demikian pula
suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri;
maka yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri.
Sebab tak pernah orang membenci tubuhnya sendiri.
Sebaliknya ia merawat dan mengasuhnya
seperti Kristus terhadap jemaat,
karena kita adalah anggota tubuh-Nya.
Karena itu pria akan meninggalkan ayah dan ibunya
dan bersatu dengan isterinya,
sehingga keduanya menjadi satu daging.

Rahasia ini sungguh besar!
Yang Kumaksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat.
Bagaimanapun juga bagi kalian masing-masing berlaku:
kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri,
dan isteri hendaklah menghormati suaminya.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 128:1-5,R:1a

Refren: Berbahagialah orang yang takwa pada Tuhan.

*Berbahagialah orang yang takwa kepada Tuhan,
yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!
Apabila engkau menikmati hasil jerih payahmu,
berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu!

*Isterimu akan menjadi laksana pohon anggur subur
di dalam rumahmu;
anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun
sekeliling mejamu!

*Sungguh, demikianlah akan diberkati Tuhan
orang laki-laki yang takwa hidupnya.
Kiranya Tuhan memberkati engkau dari Sion:
boleh melihat kebahagiaan Yerusalem seumur hidupmu,



Bait Pengantar Injil
Mat 11:25

Terpujilah Engkau, Bapa, Tuhan langit dan bumi,
sebab misteri kerajaan Kaunyatakan kepada orang kecil.



Bacaan Injil
Luk 13:18-21

"Biji itu tumbuh dan menjadi pohon."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Ketika mengajar di salah satu rumah ibadat, Yesus bersabda,
"Kerajaan Allah itu seumpama apa?
Dengan apakah Aku akan mengumpamakannya?
Kerajaan Allah itu seumpama biji sesawi,
yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya.
Biji itu tumbuh dan menjadi pohon,
dan burung-burung di udara bersarang di ranting-rantingnya."

Dan Yesus berkata lagi,
"Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah?
Kerajaan Allah itu seumpama ragi, yang diambil seorang wanita
dan diaduk-aduk ke dalam tepung terigu tiga sukat
sampai seluruhnya beragi."

Demikianlah sabda Tuhan.



Renungan Injil
Hari ini kita melanjutkan renungan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Efesus, yakni tentang kasih Kristus sebagai dasar hidup suami-istri yang oleh Rasul Paulus disebut sebagai "rahasia besar".
Bagi kita rahasia besar ini tidak lagi merupakan rahasia karena telah dibeberkan oleh Rasul Paulus kepada kita.

Relasi di antara suami-istri mesti dibangun indentik dengan relasi Kristus dengan umat, keduanya bersatu menjadi satu daging.
Suami adalah kepala keluarga, adalah tubuh keluarga;  istri dan anak-anak adalah anggota tubuhnya.
Kristus adalah "mempelai pria" dan kita adalah "mempelai wanita".
Para suami harus mengasihi istrinya seperti mengasihi dirinya sendiri, sama seperti Kristus yang mengasihi kita, umat-Nya.
Demikian pula para istri harus menghormati dan tunduk kepada suaminya karena suaminya adalah kepala keluarga, sama seperti kita sebagai umat Tuhan harus menghormati dan tunduk kepada Kristus yang adalah kepala jemaat.

Jika kita gali lebih dalam lagi dari apa yang ditulis oleh Rasul Paulus ini, maka kita akan menemukan hal-hal pokok yang merupakan "rahasia besar" itu.
Yang pertama adalah perihal pernikahan yang monogami, suami hanya memiliki satu istri dan istri hanya memiliki satu suami.
Begitu pula halnya, suami bersatu dengan istrinya dan istri bersatu dengan suaminya, tidak bisa disatukan antara suami dengan suami atau istri dengan istri, atau satu  suami dengan beberapa istri atau satu istri dengan beberapa suami.
Sama juga halnya persatuan kita dengan Kristus, tidaklah pantas kalau kita "menduakan" Kristus, memiliki PIL (Pria Idaman Lain), sama seperti Kristus yang tidak pernah dan tidak akan pernah menduakan umat-Nya.

Yang kedua adalah pernikahan yang tak terceraikan.
Karena telah bersatu menjadi satu daging, maka suami-istri tak dapat dipisahkan.
Jadi bukan "tidak boleh bercerai" melainkan "tidak dapat bercerai" karena telah menyatu dan yang mempersatukannya adalah Tuhan sendiri.
Jika kita sebagai "mempelai wanita" yang menghormati dan tunduk Kristus sebagai "suami" kita, maka tidaklah mungkin kita akan menceraikan Kristus apalagi dengan alasan "pergi kepada laki-laki lain".

Keluarga, yang terdiri dari suami-istri dan anak-anak, adalah mempelai wanita bagi Kristus, maka hendaknya kita menjaga dan memelihara pertalian ini, janganlah sampai terceraikan.
Inilah rahasia besar itu.



Peringatan Orang Kudus
Santo Gaudensius, Uskup dan Pengaku Iman
Gaudensius lahir pada pertengahan abad ke-4 di kota Brescia, Italia dari sebuah keluarga Kristen saleh. Semenjak masa mudanya ia mendapat pendidikan dan pelajaran agama langsung dari uskupnya, Santo Philaster. Ternyata oleh pendidikan itu, ia berkembang dewasa menjadi seorang pemuda yang saleh, bijaksana dan cakap. Karena itu ia dikagumi oleh orang-orang sekotanya.
Ketika dewasa, ia berziarah ke Yerusalem dan berbagai tempat suci bersejarah dengan maksud agar dilupakan oleh para pencintanya di Brescia. Sementara ia berada di Tanah Suci, uskup kota Brescia meninggal dunia. Segenap imam dan umat kota itu dengan suara bulat memilih Gaudensius sebagai uskup baru. Uskup-uskup Italia di bawah pimpinan Uskup Santo Ambrosius berkumpul dan meresmikan pilihan itu. Mereka lalu mengirim kabar kepada Gaudensius yang pada waktu itu sedang berada di Kapadokia, Asia Kecil untuk memintanya segera pulang ke Brescia guna mengemban tugas sebagai Uskup kota Brescia. Mendengar kabar itu, Gaudensius, yang mulanya merasa berat, segera pulang karena hormatnya yang besar kepada Uskup Santo Ambrosius yang saleh itu. Di Brescia ia ditahbiskan menjadi uskup pada tahun 397.  Sebagai uskup, Gaudensius menaruh perhatian besar pada bidang pengajaran agama bagi seluruh umatnya.  Dalam rangka itu, ia dengan rajin menjelajahi seluruh keuskupannya untuk berkotbah. Ia sendiri pun bersikap tegas kepada dan menghukum orang-orang yang berkelakuan buruk, yang hanya mengejar kenikmatan duniawi sambil melupakan tuntutan ajaran Injil Kristus.
Prestasi kerjanya sungguh mengagumkan. Ia diutus paus untuk menghadap kaisar Konstantinopel guna membebaskan Santo Krisostomus. Usahanya itu gagal malahan ia diperlakukan dengan kasar oleh kaisar. Gaudensius meninggal dunia pada tahun 410.
Santo Krisantus dan Daria, Martir
Kedua orang kudus ini dihormati sebagai martir-martir Roma yang dibunuh pada masa pemerintahan bersama dua orang kaisar Roma, Karinus dan Numerianus (283-285). Hari kelahiran dan kematian mereka tidak diketahui dengan pasti. Cerita tentang kemartiran mereka diketahui dari sebuah cerita kuno abad kelima. Menurut cerita itu Krisantus adalah putera Polemius, seorang bangsawan kafir. Ia menjadi Kristen dan giat dalam usaha penyebaran iman Kristen kepada orang-orang Roma. Ayahnya yang masih kafir itu tidak merestui dan berusaha keras dengan berbagai cara untuk memurtadkan kembali dia. Tetapi Krisantus tetap tidak mau mengingkari imannya. Cara terakhir yang dipakai ialah memaksa Krisantus menikah dengan Daria, seorang iman kafir.
Untuk itu ia mempertemukan Krisantus dengan Daria. Apa yang terjadi?  Berlawanan dengan harapannya, Daria justru jatuh cinta pada Krisantus dan bertobat menjadi Kristen. Mereka kemudian hidup bersama sebagai suami-isteri, dan menghayati suatu kehidupan Kristen penuh bakti kepada Tuhan. Mereka giat dalam penyebaran iman Kristen dan berhasil mempertobatkan banyak orang Roma, termasuk hakim yang diperintahkan untuk memaksa mereka menyangkali imannya. Akibatnya ialah mereka ditangkap dan disiksa oleh penguasa Roma. Setelah mengalami berbagai macam siksaan, mereka dirajam dan dikuburkan hidup-hidup di Jalan Salaria, di luar kota Roma pada tahun 283. Peristiwa pembunuhan tersebut tidak menakutkan orang-orang Kristen dalam usahanya menyebarkan iman Kristen, malah semakin menarik banyak orang Roma berpaling kepada kebenaran yang ada di dalam Kristus sebagaimana diwartakan oleh iman Kristen.
Santo Gregorius dari Tours (538-394) mengatakan bahwa di tempat kedua martir itu dimakamkan didirikan sebuah tempat ibadah untuk menghormati mereka. Kemudian pada abad kesembilan jenazah mereka dipindahkan ke Munstereifel, Jerman.
Santa Margaretha, Martir
Margaretha dibunuh oleh suaminya pada tahun 1176 dan dimakamkan di luar tempat pemakaman orang-orang beriman. Mulanya suaminya menyangkal tuduhan itu, dengan mengatakan bahwa Margaretha gantung diri. Tetapi karena pada kubur Margaretha terjadi begitu banyak mujizat, penipuan suaminya itu terbongkar. Lalu jenazah Margaretha digali kembali dan dimakamkan di dalam gereja Roskilde, Denmark.




Liturgia Verbi, www.live.sandykusuma.info