Liturgia Verbi 2020-08-31 Senin.

Liturgia Verbi (A-II)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXII

Senin, 31 Agustus 2020



Bacaan Pertama
1Kor 2:1-5

"Aku mewartakan kepadamu kesaksian Kristus yang tersalib."

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus
kepada Jemaat di Korintus:

Saudara-saudara,
ketika aku datang kepadamu,
aku tidak datang dengan kata-kata yang indah atau dengan hikmat
untuk mewartakan kesaksian Allah kepada kalian.
Sebab aku telah memutuskan
untuk tidak mengetahui apa pun di antaramu
selain Yesus Kristus, Dia yang disalibkan.
Aku pun telah datang kepadamu dalam kelemahan,
dengan sangat takut dan gentar.
Baik ajaran maupun pemberitaanku
tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan,
tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh,
supaya imanmu jangan bergantung pada hikmat manusia,
melainkan pada kekuatan Allah.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 119:97.98.99.100.101.102,R:97a

Refren: Betapa besar cintaku kepada Hukum-Mu, ya Tuhan.

*Betapa kucintai Taurat-Mu!
Aku merenungkannya sepanjang hari.

*Perintah-Mu membuat aku lebih bijaksana
dari pada musuh-musuhku,
sebab selama-lamanya perintah itu ada padaku.

*Aku lebih berakal budi daripada semua pengajarku,
sebab peringatan-peringatan-Mu kurenungkan selalu.

*Aku lebih mengerti dari pada orang-orang tua,
sebab aku memegang titah-titah-Mu.

*Terhadap segala jalan kejahatan aku menahan kakiku,
supaya aku berpegang pada firman-Mu.

*Aku tidak menyimpang dari hukum-hukum-Mu,
sebab Engkaulah yang mengajar aku.



Bait Pengantar Injil
Luk 4:18

Roh Tuhan menyertai aku;
Aku diutus Tuhan mewartakan kabar baik
kepada orang-orang miskin.



Bacaan Injil
Luk 4:16-30

"Aku diutus menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin. 
Tiada nabi yang dihargai di tempat asalnya."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Sekali peristiwa datanglah Yesus di Nazaret, tempat Ia dibesarkan.
Seperti biasa, pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat.
Yesus berdiri hendak membacakan Kitab Suci.
Maka diberikan kepada-Nya kitab nabi Yesaya.

Yesus membuka kitab itu dan menemukan ayat-ayat berikut,
"Roh Tuhan ada pada-Ku.
Sebab Aku diurapi-Nya
untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin.
Dan Aku diutus-Nya
memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan,
penglihatan kepada orang-orang buta,
serta membebaskan orang-orang yang tertindas;
Aku diutus-Nya memberitakan
bahwa tahun rahmat Tuhan telah datang."
Kemudian Yesus menutup kitab itu
dan mengembalikannya kepada pejabat;
lalu Ia duduk
dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya.

Kemudian Yesus mulai mengajar mereka, kata-Nya,
"Pada hari ini genaplah ayat-ayat Kitab Suci itu
pada saat kalian mendengarnya."
Semua orang membenarkan Yesus.
Mereka heran akan kata-kata indah yang diucapkan-Nya.
Lalu kata mereka, "Bukankah Dia anak Yusuf?"
Yesus berkata,
"Tentu kalian akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku,
'Hai Tabib, sembuhkanlah dirimu sendiri.
Perbuatlah di sini, di tempat asal-Mu ini,
segala yang kami dengar telah terjadi di Kapernaum!"

Yesus berkata lagi, "Aku berkata kepadamu:
Sungguh, tiada nabi yang dihargai di tempat asalnya.
Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar,
'Pada zaman Elia terdapat banyak wanita janda di Israel
ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan
dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri.
Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka,
melainkan kepada seorang wanita janda di Sarfat, di tanah Sidon.
Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel
tetapi tiada seorang pun dari mereka yang ditahirkan,
selain Naaman, orang Siria itu."

Mendengar itu sangat marahlah semua orang di rumah ibadat itu.
Mereka bangkit lalu menghalau Yesus ke luar kota,
dan membawa Dia ke tebing gunung tempat kota itu terletak,
untuk melemparkan Dia dari tebing itu.
Tetapi Yesus berjalan lewat tengah-tengah mereka, lalu pergi.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Salah satu konsekuensi dari mengikuti Yesus adalah resiko penolakan atau pertentangan dari orang, dan ini memang mesti kita pikul.
Kebenaran yang kita nyatakan dalam perkataan, sikap dan perbuatan, belum tentu dapat diterima begitu saja oleh orang lain, terutama jika sudut pandangnya berbeda maka berbeda pula yang terlihat.
Itulah yang dialami oleh Yesus di tempat asal-Nya, Nazaret, seperti yang telah kita dengarkan dari Bacaan Injil hari ini.
Sesungguhnya Yesus mengungkapkan apa yang ditulis dalam kitab suci, tentang nabi Elia dan juga Elisa, tetapi kebenaran yang diungkap oleh Yesus itu justru membangkitkan amarah orang-orang yang mendengarnya.
Memang benar nabi Elia pergi ke Sarfat di tanah Sidon, dan memang benar nabi Elisa mentahirkan seorang Siria, bukan Yahudi.
Tetapi kebenaran yang diungkap oleh Yesus dianggap menghina atau mempermalukan, karena dianggap membongkar aib.

Memang lumrah, kita menerima atau merespon suatu itu tergantung dari siapa yang menyampaikannya, bukan dari apa yang disampaikan.
Lihat saja apa yang terjadi saat komuni di gereja.
Orang lebih senang menerima komuni dari Bapa Uskup ketimbang dari Prodiakon, seolah-olah komuninya beda kelas, beda rasa.
Bahkan sengaja pindah lajur saat antre agar menerima komuni dari Bapa Uskup.
Belakangan ini, sejak dilakukan misa secara online, sontak seorang uskup menjadi terkenal karena homilinya disukai banyak orang.
Orang-orang lintas-paroki dan bahkan lintas-keuskupan berduyun-duyun mengikuti misa dari Uskup tersebut.
Padahal banyak uskup lain yang juga menyelenggarakan misa online, kenapa tidak heboh seperti uskup itu?

Subyektivitas seperti ini memang bisa menjadi penghalang bagi kita untuk mengikuti Yesus.
Kenapa begitu?
Yesus itu justru datang kepada orang-orang berdosa, pemungut cukai, janda miskin, dan orang-orang yang terpinggirkan lainnya.
Yesus tidak datang kepada raja atau kepada tokoh-tokoh masyarakat.
Tujuan Yesus adalah orang-orang yang pantas untuk diselamatkan.
Orang yang sudah merasa dirinya selamat tentu tidak lagi memerlukan pertolongan.
Kalau mau mengikuti Yesus, iya tujuannya mesti sama dengan tujuan Yesus itu.
Tujuan kita bukanlah uskup atau pemimpin gereja yang tenar, melainkan tindakan nyata dalam berbela-rasa terhadap mereka-mereka yang memerlukan pertolongan.

Rasul Paulus dalam suratnya kepada Jemaat di Korintus menuliskan dengan sangat baik mengenai hal ini, "Janganlah imanmu bergantung pada hikmat manusia, melainkan pada kekuatan Allah."
Tak dapat kita pungkiri, ketergantungan pada hikmat manusia itu masih saja ada sampai sekarang.
Ketokohan memang bisa menjelma menjadi kultus-individu.
Ini bukan saja dalam kepemimpinan gereja, tetapi juga terjadi dalam kepemimpinan negera dan pemerintahan.

Oleh sebab itu, marilah kita berpegang pada ajaran Yesus ini:
"Janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga.
Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias."  [Mat 23:9-10]



Peringatan Orang Kudus
Santo Raymundus Nonnatus, Pengaku Iman
Julukan 'Nonnatus' yang berarti 'Yang tidak dilahirkan' sertamerta menunjukkan kepada kita bahwa ada suatu keanehan seputar saat kelahiran Raymundus. Memang Raymundus lahir tidak seperti biasanya.
Ibunya meninggal dunia karena sakit keras selagi Raymundus masih ada dalam kandungan. Demi menyelamatkan dia, dokter terpaksa melakukan operasi terhadap ibunya yang sudah tak bernyawa lagi. Dokter berhasil mengeluarkan dia dari rahim ibunya. Karena itulah, ia dijuluki 'Nonnatus'.
Raymundus lahir di Portello Katalonia, Spanyol pada tahun 1204. Ayahnya seorang bangsawan dari keluarga Sarrois yang disebut juga keluarga Segers. Meskipun berdarah bangsawan, namun keluarganya hidup miskin dan serba kekurangan. Raymundus mengalami kegetiran hidup itu selama masa mudanya. Meskipun terlilit kemiskinan, ia tetap riang. Dalam doa dan imannya yang teguh, ia menyerahkan hidupnya kepada penyelenggaraan ilahi Allah. Dalam situasi sulit ini, ia mengatakan keinginannya untuk menjadi seorang biarawan. Ayahnya tidak merestui dan menyuruh dia mengusahakan kebun mereka yang terletak jauh dari kampung halaman dengan maksud agar dia dapat melupakan cita-citanya itu. Namun usaha sang ayah ini tidak berhasil. Sebaliknya Raymundus lebih banyak mempunyai waktu untuk berdoa dan merenung.
Setelah mengalami banyak kesulitan, ia diterima oleh Santo Petrus Nolaskus dalam tarekat Mercederian. Ordo ini didirikan pada tahun 1256 dengan tujuan pokok ialah membebaskan para budak dan tawanan yang beragama Kristen dari tangan orang-orang Islam. Mula-mula Raymundus bekerja di Barcelona selama 3 tahun. Kemudian ia diutus ke Aljazair, Afrika Utara untuk menebus para budak dan tawanan Kristen dari tangan orang-orang Islam. Ia membawa banyak uang untuk menebus mereka. Namun uang itu ternyata tidak mencukupi. Karena itu ia dengan sukarela menyerahkan diri sebagai pengganti para budak dan tawanan itu. Ia bekerja keras sambil mewartakan Injil Kristus dan mengajar agama. Kegiatannya ini menimbulkan amarah besar di kalangan para majikan dan mandor, karena pengajarannya dianggap sangat merugikan mereka.
Raymundus dipenjarakan selama 8 bulan dengan siksaan yang berat. Bibirnya dilubangkan dan dikunci sehingga ia tidak bisa lagi mengajar orang banyak. Untunglah bahwa uang tebusan baginya segera tiba, sehingga ia dapat segera dibebaskan dan bisa kembali ke Spanyol.
Di sana ia mendapat kabar bahwa Paus Gregorius IX sangat terharu dan kagum akan ketabahan dan keberaniannya mewartakan Injil Kristus kepada orang-orang Islam. Paus mengangkatnya menjadi Kardinal dan mengundangnya datang ke Roma. Tetapi rupanya Tuhan sudah puas dengan jasa-jasanya. Sementara di tengah perjalanan, ia jatuh sakit dan menghembuskan nafasnya di Cardona, dekat Barcelona. Raymundus meninggal dunia pada tahun 1240. la dihormati sebagai pelindung para ibu yang akan melahirkan.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/


Liturgia Verbi 2020-08-30 Minggu.

Liturgia Verbi (A-II)
Hari Minggu Biasa XXII

Minggu, 30 Agustus 2020



Bacaan Pertama
Yer 20:7-9

"Firman Tuhan telah menjadi cela dan cemooh bagiku
sepanjang hari."

Pembacaan dari Kitab Yeremia:

Kata Nabi Yeremia,
"Engkau telah membujuk aku, ya Tuhan,
dan aku telah membiarkan diriku Kaubujuk.
Engkau terlalu kuat bagiku dan Engkau menundukkan aku.
Aku telah menjadi tertawaan sepanjang hari,
semua orang mengolok-olokkan aku.
Sebab setiap kali aku berbicara,
terpaksa aku berteriak,
terpaksa berseru, "Kelaliman! Aniaya!"
Sebab firman Tuhan telah menjadi cela dan cemooh bagiku,
sepanjang hari.

Tetapi apabila aku berpikir,
'Aku tidak mau mengingat Tuhan,
dan tidak mau mengucapkan firman lagi demi nama-Nya,'
maka dalam hatiku ada sesuatu
yang seperti api yang menyala-nyala,
terkurung dalam tulang-tulangku;
aku berlelah-lelah untuk menahannya,
tetapi aku tidak sanggup."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 63:2.3-4.5-6.8-9,R:2b

Refren: Jiwaku haus akan Dikau, ya Tuhan, Allahku.

*Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau,
jiwaku haus akan Dikau,
tubuhku rindu kepada-Mu,
seperti tanah yang kering dan tandus,
yang tiada berair.

*Demikianlah aku rindu memandang-Mu di tempat kudus
sambil melihat kekuatan dan kemuliaan-Mu.
Sebab kasih setia-Mu lebih baik daripada hidup;
bibirku akan memegahkan Dikau.

*Aku mau memuji Engkau seumur hidupku
dan menaikkan tanganku demi nama-Mu.
Seperti dengan lemak dan sumsum jiwaku dikenyangkan,
bibirku bersorak-sorai, mulutku memuji-muji.

*Sungguh, Engkau telah menjadi pertolonganku,
dan dalam naungan sayap-Mu aku bersorak-sorai.
Jiwaku melekat kepada-Mu,
tangan kanan-Mu menopang aku.



Bacaan Kedua
Rom 12:1-2

"Persembahkanlah tubuhmu sebagai persembahan yang hidup."

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma:

Saudara-saudara,
demi kemurahan Allah aku menasihati kamu,
supaya kamu mempersembahkan tubuhmu
sebagai persembahan yang hidup,
yang kudus dan yang berkenan kepada Allah.
Itulah ibadahmu yang sejati!
Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini,
tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu,
sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah,
mana yang baik,
yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.

Demikianlah sabda Tuhan.



Bait Pengantar Injil
Ef 1:17-18

Allah Tuhan kita Yesus Kristus menjadikan mata hatimu terang,
agar kamu mengerti
pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya.



Bacaan Injil
Mat 16:21-27

"Setiap orang yang mau mengikut Aku,
ia harus menyangkal dirinya."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Sekali peristiwa,
Yesus menyatakan kepada murid-murid-Nya
bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem
dan menanggung banyak penderitaan
dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat,
lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.
Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping
dan menegur Dia, katanya,
"Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu!
Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau!"
Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus,
"Enyahlah Iblis!
Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku,
sebab engkau memikirkan bukan yang dipikirkan Allah,
melainkan yang dipikirkan manusia."

Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,
"Setiap orang yang mau mengikuti Aku,
harus menyangkal diri,
memikul salibnya dan mengikuti Aku.
Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya,
ia akan kehilangan nyawanya.
Tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku,
ia akan memperolehnya.
Apa gunanya bagi seseorang jika ia memperoleh seluruh dunia
tetapi kehilangan nyawanya?
Apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?
Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya
diiringi malaikat-malaikat-Nya.
Pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang
setimpal dengan perbuatannya."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Minggu ini telah disediakan bacaan Injil terkait dengan "Mengikuti Yesus", sebagaimana yang disampaikan oleh Yesus kepada Simon Petrus dan Andreas, saudaranya, "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia."

Pada Bacaan Injil hari ini, Yesus berkata kepada para murid-Nya, "Setiap orang yang mau mengikuti Aku, harus menyangkal diri, memikul salibnya dan mengikuti Aku."
Menyangkal artinya tidak mengakui atau tidak membenarkan.
Sebagai manusia yang hidup di dunia ini, memang banyak sekali hal-hal duniawi yang merasuki hati dan pikiran kita, berupa kenikmatan duniawi yang seringkali menggoda kita, entah itu kekayaan, kedudukan, atau pun hal duniawi lainnya.
Pertanyaannya, apakah semuanya itu wajib kita sangkal?
Saya rasa bukan itu yang dimaksud oleh Yesus, karena Bapa-Nya sendiri telah berfirman, "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi." [Kej 1:26]
Ya, Allah Bapa telah mengijinkan manusia untuk menguasai isi dunia ini, "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."  [Kej 1:28]
Jadi, segala sesuatu yang ada di dunia ini memang boleh diperuntukkan bagi kehidupan manusia.
Lalu, apa yang dimaksud oleh Yesus dengan "menyangkal diri" itu?
Tak dapat dipungkiri, harta dunia bisa menimbulkan keserakahan, membuat orang menjadi tamak lalu hanya mementingkan dirinya sendiri saja.
Ini yang perlu disangkal.
Kalau Allah Bapa melimpahi kita dengan banyak rejeki, tentu saja baik, tetapi jangan sampai kita terjerumus ke dalam keserakahan tadi.
Mesti diingat bahwa di luar sana masih banyak umat Tuhan yang hidupnya berkekurangan.

Lalu tentang memikul salib.
Tak ada satu orang pun yang hidup di dunia ini tanpa kesusahan.
Yesus malah mesti dihina, dicaci-maki, dianiaya dan dibunuh.
Bunda Maria, ibu-Nya, bahkan mesti menghadapi kesusahannya sejak sebelum mengandung Yesus dan terus-menerus mengalami berbagai kesusahan sampai pada akhirnya Bunda Maria menerima penghormatan dari Surga, diangkat dan dimahkotai di Surga.

Kita juga, masing-masing mesti menghadapi kesusahan hidup kita.
Berbeda-beda, tapi wujudnya kesusahan juga.
Tuhan tidak meniadakan kesusahan kita, ini keliru.
Yesus mau justru kita memikul kesusahan hidup itu, memikul salib kita masing-masing.
Terus, Allah Bapa diam saja?  Tidak membantu kita menghadapi kesusahan itu?
Tentu saja Tuhan akan menolong.
Mengenai hal ini saya rasa sudah jelas, Yesus telah menyampaikannya,
"Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?"  [Luk 18:7]
Pertolongan Tuhan bukan dalam bentuk meniadakan kesusahan, melainkan menguatkan kita agar kita mampu mengatasi kesusahan itu, entah melalui upaya diri sendiri atau dengan mengutus orang lain untuk menolong kita, atau bisa juga melalui suatu kejadian atau peristiwa yang pada akhirnya kita bisa lolos dari kesusahan itu.
Nah, inilah yang boleh kita andalkan sebagai pertolongan.
Begini yang disampaikan oleh Yesus, "Janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."  [Mat 6:34]

Mari kita mantapkan niat dan tekad kita untuk menyangkal diri dan memikul salib!



Peringatan Orang Kudus
Beato Ghabra Mikael, Martir
Ghabra Mikael - yang berarti 'Hamba dari Mikael' - adalah martir bangsa Afrika. Ia lahir di Etiopia pada tahun 1790. Semenjak kecil, ia hidup dan dididik di dalam lingkungan dan iman bidaah Arianisme yang menyangkal kemanusiaan Yesus Kristus. Ghabra dikenal cerdas dan saleh. Setelah menyelesaikan studinya di sekolah menengah, ia masuk biara Mertulai - Miryam di Etiopia. Oleh rekan-rekannya ia dikenal sebagai seorang biarawan yang saleh dan pintar, namun ia dicurigai sebagai seorang yang tidak menerima ajaran bidaah Arianisme. Meskipun demikian, Ghabra tetap kokoh pada pendiriannya. Ia tetap tekun mempelajari teologi dan berdoa memohon penerangan ilahi agar dapat menemukan kebenaran sejati mengenai Yesus Kristus. Ia pun rajin mengunjungi berbagai biara yang tersebar di kawasan itu untuk mempelajari cara hidup mereka. Seluruh hidupnya hingga ia berusia 50 tahun boleh dikatakan merupakan suatu usaha pencarian terus menerus kebenaran sejati Yesus Kristus. Apa yang diajarkan Arianisme ditolaknya mentah-mentah. Sebaliknya ia mulai lebih tertarik pada ajaran yang disebarkan oleh iman Katolik, bahwa Yesus Kristus itu sungguh Allah dan sungguh Manusia.
Oleh pengaruh Yustinus de Yakobis, seorang uskup dari tarekat Kongregasi Misi, Ghabra dengan tegas memutuskan untuk memeluk iman Katolik. Ia bertobat pada tahun 1844. Tujuh tahun kemudian (1851), Yustinus menahbiskan dia menjadi imam. Bersama Uskup Yustinus, Ghabra giat mengajar agama dan membangun sebuah kolese untuk mendidik anak-anak Etiopia. Ia juga menulis sebuah buku Katekismus dalam bahasa Etiopia. Atas restu Uskup Yustinus; ia pun mendirikan sebuah seminari untuk mendidik calon-calon imam pribumi Etiopia.
Semua kegiatan ini menimbulkan amarah besar dari para penganut Arianisme terutama Abuna Salama, Uskup Gereja Arian. Atas hasutannya, Teodorus II, raja Abessinia, melancarkan penganiayaan besar atas semua orang lain yang tidak menganut ajaran Arianisme. Ghabra bersama beberapa orang Katolik pengikutnya ditangkap dan disesah. Ghabra dipenjarakan di dalam sebuah kandang ternak yang sangat kotor. Setiap kali disesah, ia dengan tenang dan tegas menjawab: "Karena imanku aku akan tetap melawan kamu, namun demi cinta kasih Kristiani aku akan terus berbuat baik kepada kamu ". Akhirnya karena penderitaan yang ditanggungnya dan karena serangan penyakit kolera, Ghabra meninggal dunia pada tanggal 28 Agustus 1855.
Ghabra, seorang martir Kristus yang kokoh imannya. Seluruh hidup dan perjuangannya dapat dikatakan secara ringkas sebagai suatu pemuliaan terhadap Sabda Allah yang menjadi manusia. Ia meninggal dunia sebagai seorang imam yang saleh dari tarekat Kongregasi Misi atau tarekat Imam-imam Lazaris.

Santo Heribertus, Uskup
Heribertus lahir di kota Worms, Jerman pada tahun 970. Orangtuanya mempercayakan dia kepada Abbas Gorsse, pemimpin biara Benediktin Lorraine untuk dididik sesuai dengan cara hidup Kristiani. Pendidikan dan cara hidup di biara itu berhasil menanamkan dalam batinnya hasrat yang kuat untuk menjalani hidup membiara. Namun cita­citanya itu tidak direstui oleh ayah dan sanak keluarganya. Heribertus segera dipanggil pulang ke Worms agar tidak lagi terpengaruh oleh cara hidup membiara.
Namun rencana Tuhan atas dirinya tak terselami manusia. Meskipun orangtuanya berusaha keras menghindarkan dia dari cita-cita hidup membiara itu, ia tetap menunjukkan kesalehan hidup yang mengagumkan. Melihat cara hidupnya itu, ia kemudian ditahbiskan menjadi imam. Oleh Raja Otto III, ia diangkat menjadi penasehat pribadi baik dalam kehidupan politik maupun dalam kehidupan rohani. Prestasi kariernya terus meningkat dengan pengangkatannya sebagai Vikaris Jenderal keuskupan Koln, dan kemudian sebagai Uskup Agung Koln.
Heribertus memanfaatkan kedudukannya sebagai penasehat pribadi raja dan sebagai imam untuk menunjukkan cinta kasih Allah kepada orang banyak. Bersama Otto III, ia mendirikan gereja dan biara di kota Deutss, sebelah kota Rhein, atas tanggungan kerajaan. Ia dengan giat merawat orang-orang sakit dan memperhatikan nasib para kaum miskin. Sebagian besar pendapatannya dibagi baik untuk kepentingan Gereja maupun untuk kepentingan aksi-aksi sosial itu. Ia sendiri hidup dari sisa uang yang diterimanya dari raja. Kepada imam-imamnya yang mengalami kesulitan keuangan, ia mendermakan juga sebagian dari pendapatannya.
Sekali peristiwa, ia menemani Otto III ke Italia untuk sesuatu urusan politik. Tak terduga-duga, Otto III meninggal seketika karena keracunan. Dalam kebingungan dan kesedihan, ia membawa pulang jenazah Otto III ke Aachen, Jerman dan menguburkannya secara terhormat. Peristiwa ini menimbulkan pertentangan hebat antara dia dan Pangeran Heinrich II. Ia dituduh sengaja meracuni Otto III dengan maksud untuk mengambil alih kekuasaan sebagai raja. Ketegangan ini baru mereda ketika Pangeran Heinrich dilantik menjadi raja menggantikan ayahnya.
Tanpa menaruh dendam pada Heinrich, Heribertus dengan senang hati melepaskan tugasnya sebagai penasehat raja dan mulai memusatkan perhatiannya pada kehidupan rohaninya dan pada pelayanan umat. Ia mulai lebih banyak berdoa dan melakukan silih. Pada musim kering, ia bersama umat mengadakan perarakan dari gereja Santo Severinus ke gereja Santo Pantaleon. Dalam kotbah-kotbahnya ia menghimbau agar umat bertobat dan percaya kepada kerahiman Allah. Kepada imam-imamnya, ia mengadakan kunjungan-kunjungan pastoral dan menggalakkan pembinaan rohani untuk meneguhkan mereka dalam panggilan dan karyanya. Heribertus dikenal sebagai seorang uskup yang saleh dan sayang pada umatnya. Ia meninggal dunia pada tahun 1021 karena serangan penyakit.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/


Liturgia Verbi 2020-08-29 Sabtu.

Liturgia Verbi (A-II)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXI

Sabtu, 29 Agustus 2020

PW Wafatnya S. Yohanes Pembaptis, Martir



Bacaan Pertama
Yer 1:17-19

"Sampaikanlah kepada Yehuda
segala yang Kuperintahkan kepadamu.
Janganlah gentar terhadap mereka."

Pembacaan dari Kitab Yeremia:

Sekali peristiwa, Tuhan berkata kepadaku, Yeremia,
"Baiklah engkau bersiap!
Bangkitlah dan sampaikanlah kepada umat-Ku
segala yang Kuperintahkan kepadamu.
Janganlah gentar terhadap mereka,
supaya jangan Aku menggentarkan engkau di depan mereka!
Mengenai Aku,
sungguh, pada hari ini Aku membuat engkau
menjadi kota yang berkubu,
menjadi tiang besi dan menjadi tembok tembaga
melawan seluruh negeri ini,
menentang raja-raja Yehuda dan pemuka-pemukanya,
menentang para imam dan rakyat negeri lain.
Mereka akan memerangi engkau,
tetapi tidak akan mengalahkan engkau,
sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau,
demikianlah firman Tuhan."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 71:1-2.3-4a.5-6ab.15ab.17,R:15a

Refren: Berbahagialah bangsa
yang dipilih Tuhan menjadi milik-pusaka-Nya.

*Pada-Mu, ya Tuhan, aku berlindung,
janganlah sekali-kali aku mendapat malu.
Lepaskan dan luputkanlah aku oleh karena keadilan-Mu,
sendengkanlah telinga-Mu kepadaku dan selamatkanlah aku!

*Jadilah bagiku gunung batu tempat berteduh,
kubu pertahanan untuk menyelamatkan diri;
sebab Engkaulah bukit batu dan pertahananku.
ya Allah, luputkanlah aku dari tangan orang fasik.

*Sebab Engkaulah harapanku, ya Tuhan,
Engkaulah kepercayaanku sejak masa muda, ya Allah.
Kepada-Mulah aku bertopang mulai dari kandungan,
Engkau telah mengeluarkan aku dari perut ibuku.

*Mulutku akan menceritakan keadilan-Mu,
dan sepanjang hari mengisahkan keselamatan yang datang dari-Mu,
sebab aku tidak dapat menghitungnya.
Ya Allah, Engkau telah mengajar aku sejak kecilku,
dan sampai sekarang aku memberitakan perbuatan-Mu yang ajaib.



Bait Pengantar Injil
Mat 5:10

Berbahagialah orang yang dianiaya demi kebenaran,
karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga.



Bacaan Injil
Mrk 6:17-29

"Aku mau, supaya sekarang juga engkau berikan kepadaku
kepala Yohanes Pembaptis."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Sekali peristiwa
Herodeslah menyuruh orang menangkap Yohanes
dan membelenggunya di dalam penjara
berhubung dengan peristiwa Herodias,
yakni bahwa Herodes telah memperistri Herodias,
isteri Filipus saudaranya.
Yohanes pernah menegur Herodes,
"Tidak halal engkau mengambil isteri saudaramu!"
Karena kata-kata itu Herodias menaruh dendam pada Yohanes,
dan bermaksud membunuh dia,
tetapi tidak dapat, sebab Herodes segan terhadap Yohanes,
karena ia tahu bahwa Yohanes adalah orang yang benar dan suci;
jadi ia melindunginya.
Tetapi setiap kali mendengarkan Yohanes,
hati Herodes selalu terombang-ambing;
namun ia merasa senang juga mendengarkan dia.

Akhirnya tiba juga kesempatan yang baik bagi Herodias,
yakni ketika Herodes - pada hari ulang tahunnya
mengadakan perjamuan untuk pembesar-pembesar,
para perwira dan orang-orang terkemuka di Galilea.
Pada waktu itu Puteri Herodias tampil lalu menari,
dan ia menyukakan hati Herodes dan tamu-tamunya.
Maka Raja berkata kepada gadis itu,
"Minta dari padaku apa saja yang kauingini,
maka akan kuberikan kepadamu!"
Lalu Herodes bersumpah kepadanya,
"Apa saja yang kauminta akan kuberikan kepadamu,
sekalipun itu setengah dari kerajaanku!"

Anak itu pergi dan menanyakan kepada ibunya,
"Apa yang harus kuminta?"
Jawab ibunya, "Kepala Yohanes Pembaptis!"
Maka cepat-cepat ia pergi kepada raja dan meminta,
"Aku mau, supaya sekarang juga engkau berikan kepadaku
kepala Yohanes Pembaptis dalam sebuah talam!"

Maka sangat sedihlah hati raja!
Tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya,
ia tidak mau menolaknya.
Raja segera menyuruh seorang pengawal
dengan perintah supaya mengambil kepala Yohanes.
Orang itu pergi dan memenggal kepala Yohanes di penjara.
Ia membawa kepala itu di sebuah talam
dan memberikannya kepada Herodias,
dan gadis itu memberikannya pula kepada ibunya.

Ketika murid-murid Yohanes mendengar hal itu,
mereka datang dan mengambil mayatnya,
lalu membaringkannya dalam kubur.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Hari ini kita tuntaskan renungan tentang kehadiran Tuhan dalam hidup kita.
Bacaan Injil hari ini, diambil dari  Injil Markus 6: 17-29.
Ada tiga ayat pertamanya dari perikop "Yohanes Pembaptis dibunuh" yang tidak dikutip padahal terkait dengan tema renungan kita.
Inilah ketiga ayat yang saya maksudkan:
14. Raja Herodes juga mendengar tentang Yesus, sebab nama-Nya sudah terkenal dan orang mengatakan: "Yohanes Pembaptis sudah bangkit dari antara orang mati dan itulah sebabnya kuasa-kuasa itu bekerja di dalam Dia."
15. Yang lain mengatakan: "Dia itu Elia!" Yang lain lagi mengatakan: "Dia itu seorang nabi sama seperti nabi-nabi yang dahulu."
16. Waktu Herodes mendengar hal itu, ia berkata: "Bukan, dia itu Yohanes yang sudah kupenggal kepalanya, dan yang bangkit lagi."

Tanda-tanda kehadiran Yesus telah nampak, sampai juga kepada Herodes.
Ia mendengar tentang Yesus, tetapi ia salah memahami.
Herodes berpikir kalau Yesus itu adalah Yohanes yang bangkit dari kematian.
Sesungguhnya Herodes telah tergerak hatinya.
Ia segan kepada Yohanes Pembaptis, dan ini tidak lazim.
Di jaman dulu, mana ada seorang raja merasa segan kepada rakyat jelata?
Bahkan ketika Herodias meminta kepala Yohanes dipenggal, Herodes merasa sangat sedih.
Inilah tanda kehadiran Tuhan dalam hidup Herodes, sayangnya gemerlap harta dan kedudukannya sebagai raja telah menutupi hatinya sendiri.
Ia lebih memilih gensinya sebagai raja, bahwa perkataan raja adalah undang-undang, maka ia pun mengabulkan permintaan Herodias.

Saya percaya, tanda-tanda kehadiran Tuhan sudah nampak dan sudah berulang-ulang kali nampak dalam kehidupan kita, dan bahkan kehadiran-Nya sesungguh berupa pertolongan bagi kita, tapi sayangnya ada yang menutupi mata dan hati kita sehingga kita tidak menyadari kehadiran-Nya.
Saya adalah saksi yang menyadari kehadiran Tuhan dalam hidup saya, ada banyak kisah yang saya alami terkait dengan hal ini, dan sudah cukup banyak juga yang telah saya sharing-kan di tahun-tahun awal saya memulai renungan Liturgia Verbi ini.
Sebelum saya menyadari kehadiran-Nya, sama seperti kebanyakan orang lain, kehadiran-Nya yang membawa pertolongan itu saya anggap sebagai "kebetulan" belaka, atau sebagai "nasib lagi mujur", tanpa pernah menelaah sebetulnya darimana kebetulan atau nasib mujur itu berasal.
Mungkinkah iblis membawa hal baik untuk menolong saya?
Jelas tidak.
Lalu, kalau bukan dari iblis, dari siapa dong?
Lambat laun, peristiwa demi peristiwa yang saya alami itulah akhirnya membuat saya menjadi percaya bahwa Roh Kudus telah hadir dalam hidup saya, hadir sebagai penghibur, penolong dan sekaligus sebagai "pengawas" yang segera menegur saya di saat saya melakukan kelalaian, kesalahan, apalagi ketika saya berbuat dosa.



Peringatan Orang Kudus
Santo Wafatnya Santo Yohanes Pembaptis
Pada tanggal 24 Juni Gereja merayakan pesta Kelahiran Yohanes Pembaptis; sedangkan pada hari ini, 29 Agustus, Gereja mengajak seluruh umat untuk memperingati kemartirannya.
Kemartiran Yohanes berkaitan erat dengan tegurannya yang pedas kepada Raja Herodes karena ia memperisteri Herodias, isteri Filipus, saudaranya secara tidak sah. Herodes marah dan mencampakkan Yohanes ke dalam penjara.   Herodias pun marah dan tak henti-hentinya berusaha mencari kesempatan untuk membunuh Yohanes. 
Kesempatan emas itu akhirnya tiba juga. Pada hari ulang tahunnya, Herodes mengadakan jamuan makan untuk para petinggi kerajaan di seluruh Galilea. Kesempatan ini dimanfaatkan Herodias untuk melaksanakan niat jahatnya atas diri Yohanes. Ia menyuruh puterinya menari dihadapan para tamu. Tariannya sungguh menawan hati para tamu yang sudah mulai mabuk itu. Herodes tampak bangga dan gembira. Terdorong oleh kebanggaannya itu, Herodes berkata kepada gadis itu: "Mintalah kepadaku apa saja seturut kehendakmu. Aku akan memberikannya kepadamu". Herodes bahkan bersumpah di hadapan para tamu: "Apa saja yang kauminta, akan kuberikan, sekalipun separuh dari kerajaanku". Gadis itu tidak tahu apa yang harus dimintanya. Karena itu ia berlari kepada ibunya Herodias untuk memintai pendapatnya. Tanpa banyak pikir, Herodias berkata: "Kepala Yohanes Pembaptis!"
Gadis itu segera menghadap Herodes dan berkata: "Berikanlah aku di sini kepala Yohanes Pembaptis di dalam sebuah talam". Herodes sedih tetapi karena sumpahnya dan karena malu kepada tamu-tamunya, ia segera memerintahkan pengawal-pengawalnya untuk memenggal kepala Yohanes pada hari itu juga. Injil Mateus 14 mengatakan bahwa kepala Yohanes itu diletakkan di dalam sebuah talam dan diberikan kepada puteri Herodias itu.
Karena kesetiaannya kepada Allah dan panggilannya sebagai nabi pendahulu Yesus, Yohanes mati di bawah kuasa kelaliman Herodes. Ia mati dibunuh pada tahun 31.

Santa Sabina, Martir
Sabina adalah isteri seorang bangsawan Romawi Kristen bernama Valentinus. Ia menjadi Kristen di bawah bimbingan Seraphia, seorang gadis Kristen yang saleh. Sabina-lah yang mengurusi pemakaman Seraphia ketika ia dibunuh oleh kaki-tangan Kaisar Hadrianus pada abad kedua. Perbuatannya ini akhirnya juga menyebabkan dia ditangkap dan dibunuh. Sabina dihormati sebagai pelindung ibu rumah tangga dan anak-anak.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/


Liturgia Verbi 2020-08-28 Jumat.

Liturgia Verbi (A-II)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXI

Jumat, 28 Agustus 2020

PW S. Agustinus, Uskup dan Pujangga Gereja



Bacaan Pertama
1Kor 1:17-25

"Kami memberitakan Kristus yang tersalib,
suatu sandungan bagi kebanyakan orang,
tetapi bagi mereka yang terpanggil, merupakan hikmat Allah."

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus
kepada Jemaat di Korintus:

Saudara-saudara,
Kristus mengutus aku bukan untuk membaptis,
melainkan untuk memberitakan Injil;
dan ini pun bukan dengan hikmat perkataan,
supaya salib Kristus jangan sampai menjadi sia-sia.
Sebab pemberitaan tentang salib
memang suatu kebodohan bagi mereka yang akan binasa,
tetapi bagi kita yang diselamatkan
pemberitaan itu adalah kekuatan Allah.

Karena ada tertulis,
'Aku akan membinasakan hikmat orang-orang arif
dan melenyapkan kearifan orang-orang bijak.'
Di manakah terdapat orang berhikmat?
Di manakah si ahli Taurat?
Di manakah orang cerdik pandai dari dunia ini?
Bukankah Allah telah membuat hikmat dunia ini
menjadi kebodohan?
Sebab hikmat Allah telah menentukan
bahwa dunia dengan hikmatnya tidak mengenal Allah.
Oleh karena itu Allah berkenan menyelamatkan mereka
yang percaya berkat kebodohan pemberitaan Injil.
Orang Yahudi menuntut tanda dan orang Yunani mencari hikmat.
Tetapi kami memberitakan Kristus yang tersalib,
suatu sandungan bagi orang Yahudi,
Tetapi bagi mereka yang dipanggil,
baik Yahudi maupun bukan Yahudi,
Kristus adalah kekuatan dan hikmat Allah!
Karena yang bodoh dari Allah
lebih besar hikmatnya daripada manusia,
dan yang lemah dari Allah lebih kuat daripada manusia.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 33:1-2.4-5.10ab.11,R;5b

Refren: Bumi penuh dengan kasih setia Tuhan.

*Bersorak-sorailah dalam Tuhan, hai orang-orang benar!
Sebab memuji-muji itu layak bagi orang jujur.
Bersyukurlah kepada Tuhan dengan kecapi,
bermazmurlah bagi-Nya dengan gambus sepuluh tali!

*Sebab firman Tuhan itu benar,
segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan.
Ia senang kepada pada keadilan dan hukum;
bumi penuh dengan kasih setia-Nya.

*Tuhan menggagalkan rencana bangsa-bangsa;
Ia meniadakan rancangan suku-suku bangsa.
Tetapi rencana Tuhan tetap selama-lamanya,
rancangan hati-Nya turun-temurun.



Bait Pengantar Injil
Luk 21:36

Berjaga-jagalah dan berdoalah selalu,
agar kalian layak berdiri di hadapan Anak Manusia.



Bacaan Injil
Mat 25:1-13

"Lihatlah pengantin datang, pergilah menyongsong dia!"

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Pada suatu hari
Yesus mengucapkan perumpamaan ini kepada murid-murid-Nya,
"Hal Kerajaan Surga itu seumpama sepuluh gadis,
yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong pengantin.
Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana.
Yang bodoh membawa pelita, tetapi tidak membawa minyak.
Sedangkan yang bijaksana,
selain pelita juga membawa minyak dalam buli-bulinya.
Tetapi karena pengantin itu lama tidak datang-datang,
mengantuklah mereka semua, lalu tertidur.

Tengah malam terdengarlah suara orang berseru,
'Pengantin datang! Songsonglah dia!'
Gadis-gadis itu pun bangun semuanya
lalu membereskan pelita mereka.
Yang bodoh berkata kepada yang bijaksana,
'Berilah kami minyakmu sedikit, sebab pelita kami mau padam.'
Tetapi yang bijaksana menjawab,
'Tidak, jangan-jangan nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kalian.
Lebih baik kalian pergi membelinya pada penjual minyak.'

Tetapi sementara mereka pergi membelinya, datanglah pengantin,
dan yang sudah siap sedia
masuk bersama dia ke dalam ruang perjamuan nikah.
Lalu pintu ditutup.
Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata,
'Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu!'
Tetapi tuan itu menjawab,
'Sungguh, aku berkata kepadamu, aku tidak mengenal kalian.'

Karena itu, berjaga-jagalah,
sebab kamu tidak tahu akan hari maupun saatnya."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Renungan hari ini saya ambil dari Renungan Daily Fresh Juice, yang dibawakan oleh Ibu Erna Kusuma:

"Bijaksana yang Menyelamatkan"

Mat 25:1-13
Oleh Erna Kusuma

Para Pendengar Daily Fresh Juice dimana pun berada,
Hari ini kita diajak untuk mendengarkan dan merenungkan Injil Matius, Bab 25, Ayat 1 sampai 13, tentang Kerajaan Surga, yang diumpamakan oleh Yesus sebagai sepuluh gadis yang mendapat tugas membawa pelita dalam suatu pernikahan.
Sesuai tradisi di jaman itu, sebagian orang yang dilibatkan dalam kepanitiaan berkumpul di rumah mempelai pria untuk membantu dan mendampingi mempelai pria menuju rumah mempelai wanita.
Sebagian lainnya, langsung menuju rumah mempelai wanita, untuk turut menyongsong kedatangan mempelai pria.
Ada sepuluh gadis yang turut berada di rumah mempelai wanita, ditugasi membawa pelita.

Bacaan Injil yang baru saja kita dengarkan,
mengingatkan keterlibatan saya di organisasi atau pun di komunitas.
Saya langsung memeriksa diri saya sendiri, apakah saya termasuk 5 gadis yang bijaksana itukah, atau 5 gadis lainnya?
Didalam sebuah kegiatan entah itu di organisasi, komunitas atau kepanitiaan,
tidak bias dihindari adanya  pengurus atau anggota panitia yang berperilaku seperti kelima gadis yang tidak bijaksana itu.
Seringkali menganggap tugas yang diberikan itu tidak penting lalu menyepelekannya sehingga tidak bertanggung jawab dan menggangu proses kegiatan tersebut yang mengakibatkan hasilnya tidak memuaskan
Memulai sebuah kegiatan pastinya diawali dengan mempersiapkan segala sesuatu yang menjadi bagian dari tugas tersebut, baik dalam hal sarana dan prasarananya. Waktu, tenaga dan pikiran menjadi bagian yang tidak boleh diabaikan,  menunda-nunda untuk mengerjakannya, ketidak taatan pada prosedur dan ketidak mampuan bekerja sama dengan tim lainnya akan menjadikan sebuah kegiatan tidak berakhir dengan baik.
Hari ini saya merasa Yesus menegur saya,
"Eh, Erna, kamu itu termasuk gadis yang bijaksana atau yang lainnya?"
Rupanya memang lebih mudah mencari kesalahan orang lain, tetapi tidak melihat kekurangan kita sendiri, sebelum memulai menilai diri sendiri.
Ketika membaca firman tadi, tentunya saya merasa kesal kepada kelima gadis bodoh tersebut. Seharusnya saya berusaha memahami kelima gadis yang disebut bodoh itu,
apa yang membuat mereka menjadi lalai seperti itu.
Menunggu itu memang tidak menyenangkan,
rombongan pengantin pria yg tidak datang-datang,
dan tak jelas juga kapan akan datang.
Barangkali karena menunggu cukup lama, kelima gadis itu kehabisan minyak.
Sesungguhnya ada hal positif dari kelima gadis itu,
mereka masih mendengarkan saran dari gadis bijak danberusaha memperbaiki kesalahannya dan berusaha membeli minyak, agar pelita mereka tetap menyala.
Tetapi sayangnya, tak ada waktu lagi,
rombongan pengantin pria tiba disaat mereka sedang membeli minyak.
Sehingga mereka tak dapat melaksanakan tugasnya karena pintu telah ditutup.
Penyesalan memang munculnya belakangan,
tetapi masih lebih baik daripada tidak ada penyesalan.
Penyesalan adalah tanda tobat, dan sangat diharapkan terjadi pada diri kita di saat kita melakukan kesalahan atau berbuat dosa.
Selalu ada kesempatan untuk memperoleh pengampunan,
itu karena kemurahan hati Allah Bapa kita.
Tetapi ada saatnya kesempatan itu akan berakhir,
yaitu disaat kita meninggalkan dunia ini, maka kesempatan itu tak ada lagi,
dan kita tidak tahu kapan hal itu akan terjadi. Atau…kesempatan itu berakhir disaat kita tidak bisa dipercaya lagi untuk melakukan sesuatu dalam kegiatan baik di organisasi atau komunitas.
Oleh karenanya, Yesus berpesan, "Karena itu, berjaga-jagalah,
sebab kamu tidak tahu akan hari maupun saatnya."

Para Pendengar Daily Fresh Juice yang dikasihi Tuhan,
Ada  pesan dari Sandy yang tidak boleh saya langgar ketika saya memutuskan untuk menerima sebuah tanggung jawab yaitu
jika saya telah memutuskan untuk terlibat dalam suatu kegiatan,
maka lakukanlah itu dengan sepenuh hati dan mesti sampai pada kesudahannya, tidak berhenti di tengah jalan karena itu sama artinya saya telah gagal.
Komitmen adalah hal penting, bukan saja di dalam suatu organisasi atau komunitas,
di dalam keluarga juga, baik sebagai ibu dari anak-anak saya mau pun sebagai istri.
Dan akan menjadi lebih penting lagi terhadap Allah Bapa kita.
Janganlah sampai terjadi, halangan atau hambatan melemahkan komitmen kita.
Maka menjadi penting untuk mempersiapkan sebaik-baiknya,
persiapan yang dilakukan salah satu yang penting adalah, tidak menunda-nunda,
serta mengantisipasi situasi atau kondisi terburuk yang mungkin terjadi.
Kelima gadis pada Injil hari ini,  mereka seharusnya mengantisipasi kemungkinan kekurangan minyak karena kedatangan mempelai pria yang tak dapat dipastikan.
Seandainya kedatangan mempelai pria dapat diperkirakan waktunya,
tentu dapat pula diperkirakan seberapa banyak minyak yang diperlukan.
Tetapi karena kedatangannya tak pasti, maka anggaplah kedatangannya masih akan lama dan perlu minyak lebih banyak.

Para Pendengar Daily Fresh Juice yang saya kasihi,
Jika kita diminta untuk terlibat dalam suatu kegiatan,
hendaklah kita memandang tugas yang diberikan kepada kita itu sebagai tugas yang penting, jangan menganggapnya sebagai hal yang sepele atau mengandalkan orang lain yang mendapat tugas yang sama.
Mungkin kelima gadis itu berpikiran kalau yang bertugas membawa pelita itu ada sepuluh orang, seandainya saya tidak dapat menjalankan tugas itu, kan masih ada sembilan orang lainnya.
Toh acara pernikahan tetap akan berlangsung, tidak akan tertunda atau batal hanya gara-gara ada satu pelita yang tidak menyala.
Pemikiran-pemikiran seperti inilah yang dapat membuat kita menyepelekan tugas yang kita terima, membuat kita tidak mempersiapkannya dengan sepenuh hati, serta melunturkan komitmen kita. Kelima gadis itu tidak mengganggap diri mereka menjadi bagian dari peristiwa pernikahan itu, membawa lentera sebagai symbol membawa cahaya yang menerangi sehingga semua proses bisa berjalan dengan baik, mempelai dapat melihat seisi ruang, undangan yang hadir dan lain sebagainya. Sehingga tidak salah ketika jika sang tuan tidak mengenali mereka.

Apalagi dalam urusan Kerajaan Surga, yang penghakimannya dilakukan orang per orang, dimana setiap orang mesti mempertanggung-jawabkan perbuatannya sendiri.

Setiap tugas yang kita terima
seharusnya kita pandang sebagai tugas penting
yang mesti dikerjakan sampai tuntas.
Janganlah kita menjadi nila setitik yang dapat merusak susu se belanga,
janganlah hal yang kita anggap sepele malah membuat keseluruhannya menjadi terganggu.

Para Pendengar Daily Fresh Juice yang saya kasihi,
Marilah kita tutup renungan hari ini dengan berdoa bersama.

Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus, Amin.
Allah Bapa yang di Surga,
Kami sungguh-sungguh ingin Engkau libatkan dalam karya-Mu di dunia ini,
karena itu merupakan kebahagiaan besar bagi kami, dapat melayani-Mu,
dan memuliakan Nama-Mu.
Kami bersyukur, Tuhan kami Yesus Kristus telah mengingatkan kami,
agar janganlah kami meniru kelima gadis pembawa pelita itu
dalam pelayanan kami.
Mampukanlah kami untuk turut serta melayani-Mu dalam karya nyata di dunia ini.
Demi Yesus Kristus, Tuhan dan penyelamat kami.
Amin.

Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus, Amin.

Terimakasih.
Sampai jumpa bulan depan!



Peringatan Orang Kudus
Santo Agustinus, Uskup dan Pujangga Gereja
Agustinus adalah bapa Gereja purba yang terkenal. Ia lahir di Tagaste (sekarang: Souk-Ahras), Afrika Utara pada tanggal 13 Nopember 354. Ibunya, Monika, seorang beriman Kristen dari sebuah keluarga yang taat agama; sedangkan ayahnya, Patrisius, seorang tuan tanah dan sesepuh kota yang masih kafir. Berkat semangat doa Monika yang tak kunjung padam, Patrisius baru bertobat dan dipermandikan menjelang saat kematiannya. Kekafiran Patrisius sungguh berpengaruh besar pada diri anaknya Agustinus. Karena itu Agustinus belum juga dipermandikan menjadi Kristen meskipun ia sudah besar. Usaha ibunya untuk menanamkan benih iman Kristen padanya seolah-olah tidak berdaya mematahkan pengaruh kekafiran ayahnya.
Semenjak kecil Agustinus sudah menampilkan kecerdasan yang tinggi. Karena itu ayahnya mencita-citakan agar ia menjadi seorang yang terkenal. Ia masuk sekolah dasar di Tagaste. Karena kecerdasannya, ia kemudian dikirim untuk belajar bahasa Latin dan macam-macam tulisan Latin di Madauros. Pada usia 17 tahun, ia dikirim ke Kartago untuk belajar ilmu retorika. Di Kartago, ia belajar dengan tekun hingga menjadi seorang murid yang terkenal. Namun hidupnya tidak lagi tertib oleh karena pengaruh cara hidup banyak orang yang tidak mengikuti aturan­aturan moral. Ia menganut aliran Manikeisme, suatu sekte keagamaan dari Persia yang mengajarkan bahwa semua barang material adalah buruk. Minatnya pada aliran ini berakhir ketika ia menyaksikan kebodohan Faustus, seorang pengajar Manikeisme. Selanjutnya selama beberapa tahun, ia meragukan semua kebenaran agama-agama.
Pada tahun 383 ia pergi ke Roma lalu ke Milano, kota pemerintahan dan kota kediaman Uskup Ambrosius. Di Milano ia mengajar ilmu retorika. Banyak orang Roma berbondong-bondong datang kepadanya hanya untuk mendengarkan kuliah dan pidatonya. Di kota itu pun ia berkenalan dengan Uskup Santo Ambrosius, seorang mantan gubernur yang saleh. Ia menyaksikan dari dekat cara hidup para biarawan yang mengikuti suatu disiplin hidup yang baik dan membahagiakan. Mereka bijaksana, ramah dan saling mengasihi. Hatinya tersentuh dan mulailah ia berpikir: "Apa yang mendasari hidup mereka? Injilkah yang menjiwai hidup mereka itu?" Kecuali itu, ia sering mendengar kotbah-kotbah Uskup Ambrosius dan tertarik pada semua ajarannya. Semuanya itu kembali menyadarkan dia akan nasihat-nasihat ibunya tatkala ia masih di Tagaste. Suatu hari, ia mendengar suara ajaib seorang anak: "Ambil dan bacalah! ". Tanpa banyak berpikir, ia segera menjamah Kitab Injil itu, membukanya dan membaca: "Marilah kita hidup sopan seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam perselisihan dan iri hati. Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya" (Rom 13:13-14).
Agustinus yang telah banyak mendalami filsafat itu akhirnya terbuka pikirannya dan melihat kebenaran sejati, yakni wahyu ilahi yang dibawakan Yesus Kristus. Ia kemudian bertobat dan bersama dengan sahabatnya Alipius, ia dipermandikan pada tahun 387. Dalam bukunya 'Confession', ia menuliskan riwayat hidup dan pertobatannya dan dengan terus terang mengakui betapa ia sangat terbelenggu oleh kejahatan dosa dan ajaran Manikeisme. Suara hatinya terus mendorong dia agar memperbaiki cara hidupnya seperti banyak orang lain yang meneladani Santo Antonius dari Mesir.
Pada tahun 388, ia kembali ke Afrika bersama ibunya Monika. Di kota pelabuhan Ostia, ibunya meninggal dunia. Tahun-tahun pertama hidupnya di Afrika, ia bertapa dan banyak berdoa bersama beberapa orang rekannya. Kemudian ia ditahbiskan menjadi imam pada tahun 391, dan bertugas di Hippo sebagai pembantu uskup kota itu. Sepeninggal uskup itu pada tahun 395, ia dipilih menjadi Uskup Hippo. Selama 35 tahun ia menjadi pusat kehidupan keagamaan di Afrika. Rahmat Tuhan yang besar atas dirinya dimuliakannya di dalam berbagai bentuk kidung dan tulisan. Tulisan-tulisannya meliputi 113 buah buku, 218 buah surat dan 500 buah kotbah. Tak terbilang banyaknya orang berdosa yang bertobat karena membaca tulisan-tulisannya. Tulisan-tulisannya itu hingga kini dianggap oleh para ahli filsafat dan teologi sebagai sumber penting dari pengetahuan rohani. Semua kebenaran iman Kristiani diuraikan secara tepat dan mendalam sehingga mampu menggerakkan hati orang.
Sebagai seorang uskup, Agustinus sangat menaruh perhatian besar pada umatnya terutama yang miskin dan melarat. Dialah yang mendirikan asrama dan rumah sakit pertama di Afrika Utara demi kepentingan umatnya.
Agustinus meninggal dunia pada tanggal 28 Agustus 430 tatkala bangsa Vandal mengepung Hippo. Jenazah Agustinus berhasil diamankan oleh umatnya dan kini dimakamkan di basilik Santo Petrus.

Santo Hermes, Martir
Hermes adalah prefek kota Roma yang kemudian bertobat dan menjadi Kristen. Ia dibunuh bersama Paus Aleksander I pada tahun 116 pada masa pemerintahan Kaisar Hadrianus. Jenazahnya dimakamkan di Jalan Salasia, Roma.

Santo Musa Hitam, Pengaku iman
Musa berasal dari Etiopia. Ia bekerja pada seorang majikan kaya raya, namun kemudian dipecat karena melakukan banyak kesalahan dalam tugasnya. Lalu ia menjadi pemimpin suatu kawanan perampok yang merajalela di Mesir.
Oleh sentuhan rahmat Tuhan, ia sekonyong-konyong bertobat dan menjadi biarawan yang saleh sehingga dianggap layak untuk ditahbiskan menjadi imam. Ketika ia mengenakan jubah putih untuk merayakan misa pertama, Uskup berseru: "Lihatlah, orang hitam ini kini menjadi putih bersih!" Musa menjawab: "Itu bagian luarnya saja! Tuhan lebih tahu, bahwa hatiku masih hitam seperti kulitku".
Pada waktu suku Berber mengobrak-abrik biaranya, ia tidak melawan sedikit pun dan membiarkan diri dibunuh. Di biaranya - Dair al Baramus di Wadi Natrun - hingga kini para biarawan masih terus mendendangkan madah pujian kepada Tuhan dan berdoa dengan perantara­annya. Ia meninggal pada tahun 395.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/


Liturgia Verbi 2020-08-27 Kamis.

Liturgia Verbi (A-II)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXI

Kamis, 27 Agustus 2020

PW S. Monika



Bacaan Pertama
1Kor 1:1-9

"Di dalam Kristus kalian telah menjadi kaya dalam segala hal."

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus
kepada Jemaat di Korintus;

Dari Paulus
yang oleh kehendak Allah dipanggil menjadi rasul Kristus Yesus,
dan dari Sostenes, saudara kita,
kepada jemaat Allah di Korintus,
yaitu mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus
dan yang dipanggil menjadi orang-orang kudus,
serta kepada saudara sekalian di mana pun,
yang berseru kepada nama Yesus Kristus,
Tuhan mereka dan Tuhan kita.
Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita,
dan dari Tuhan Yesus Kristus
menyertai kalian.
Aku senantiasa mengucap syukur kepada Allahku karena kalian,
atas kasih karunia Allah yang dianugerahkan-Nya kepada kalian
dalam Kristus Yesus.
Sebab di dalam Kristus kalian telah menjadi kaya dalam segala hal:
dalam segala macam perkataan dan pengetahuan,
sesuai dengan kesaksian tentang Kristus
yang telah diteguhkan di antara kalian,
sehingga kalian tidak kekurangan dalam suatu karunia pun
sementara kalian menantikan penampakan Tuhan kita Yesus Kristus.
Dia juga akan meneguhkan kalian sampai kesudahannya,
sehingga kalian tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus.
Sebab setialah Allah
yang telah memanggil kalian
kepada persekutuan dengan Putera-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 145:2-3.4-5.6-7,R:1

Refren: Aku hendak memuji nama-Mu selama-lamanya,
ya Allah Rajaku.

*Setiap hari aku hendak memuji Engkau,
dan memuliakan nama-Mu untuk selama-lamanya.
Besarlah Tuhan dan sangat terpuji;
kebesaran-Nya tidak terselami.

*Angkatan demi angkatan akan memegahkan karya-karya-Mu,
dan akan memberitakan keperkasaan-Mu.
Semarak kemuliaan-Mu yang agung akan kukidungkan,
dan karya-karya-Mu yang ajaib akan kunyanyikan.

*Kekuatan karya-karya-Mu yang dahsyat akan dimaklumkan,
dan kebesaran-Mu hendak kuceritakan.
Kenangan akan besarnya kebaikan-Mu akan dimasyhurkan,
orang akan bersorak-sorai tentang keadilan-Mu.



Bait Pengantar Injil
Mat 24:42a.44

Berjaga-jaga dan bersiap-siaplah,
sebab kalian tidak tahu bilamana Anak Manusia datang.



Bacaan Injil
Mat 24:42-51

"Hendaknya kalian selalu siap siaga."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya,
"Berjaga-jagalah,
sebab kalian tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.
Tetapi ketahuilah ini:
Jika tuan rumah tahu
pada waktu mana pencuri datang waktu malam,
pastilah ia berjaga-jaga dan tidak membiarkan rumahnya dibongkar.
Sebab itu hendaklah kalian selalu siap siaga,
sebab Anak Manusia datang pada saat yang tidak kalian duga."

Siapakah hamba yang setia dan bijaksana,
yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya
untuk memberi makan kepada mereka pada waktunya?
Berbahagialah hamba,
yang didapati tuannya sedang melakukan tugasnya itu,
ketika tuannya datang.
Aku berkata kepadamu:
Sungguh, tuan itu akan mengangkat dia
menjadi pengawas segala miliknya.

Akan tetapi jika hamba itu jahat, dan berkata di dalam hatinya,
'Tuanku tidak datang-datang,'
lalu ia mulai memukul hamba-hamba lain,
dan makan minum bersama para pemabuk,
maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak ia sangka,
dan pada saat yang tidak ia ketahui.
Maka hamba itu akan dibunuhnya
dan dibuatnya senasib dengan orang-orang munafik.
Di sanalah akan terdapat ratapan dan kertak gigi."

Demikianlan sabda Tuhan.

ATAU BACAAN LAIN:
Luk 7:11-17

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Sekali peristiwa
Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain.
Para murid serta banyak orang pergi bersama Dia.
Ketika Yesus mendekati pintu gerbang kota,
ada orang mati diusung ke luar,
yaitu anak laki-laki tunggal seorang ibu yang sudah janda,
dan banyak orang kota itu menyertai janda tersebut.

Melihat janda itu,
tergeraklah hati Tuhan oleh belas kasihan.
Lalu Tuhan berkata kepadanya, "Jangan menangis!"
Dihampiri-Nya usungan jenazah itu dan disentuh-Nya.
Maka para pengusung berhenti.
Tuhan berkata,
"Hai Pemuda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!"
Maka bangunlah pemuda itu, duduk dan mulai berbicara.
Lalu Yesus menyerahkannya kepada ibunya.

Semua orang itu ketakutan,
dan mereka memuliakan Allah sambil berkata,
"Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita,"
dan, "Allah telah mengunjungi umat-Nya."
Maka tersiarlah kabar tentang Yesus di seluruh Yudea
dan di seluruh daerah sekitarnya.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Kita ini hamba Tuhan, yang mengabdi kepada-Nya, yang mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya kepada kita, yang menggantungkan hidup dari kemurahan hati-Nya, dan yang kelak akan hidup kekal bersama-Nya.
Itu akan terjadi jika kita menjadi hamba yang baik, hamba yang mengerjakan kewajiban tanpa melihat apakah "Tuan"-nya ada atau tidak.
Hamba yang baik tentulah layak mendapatkan upahnya.
Sebaliknya, hamba yang jahat akan menerima ganjarannya, berupa hukuman atas kejahatan yang diperbuatnya.

Barangkali kita dapat mengelabui orang lain yang tidak melilhat apa yang kita perbuat sehingga kita "berhasil" melakukan kebohongan.
Atau bisa jadi saja kita masih berusaha untuk membohongi diri sendiri, dengan mencari-cari alasan sebagai pembenaran atas perbuatan kita yang melanggar hukum Tuhan.
Tetapi tidak demikian kita di hadapan Tuhan.
Ada semacam kamera cctv yang terus menerus memantau dan merekam semua perbuatan kita, yang pada saatnya nanti mesti kita pertanggungjawabkan di hadapan-Nya.

Memang, tidaklah salah kalau kita menjadi taat karena takut kepada Tuhan, karena takut menghadapi hari penghakiman dari Tuhan dan tidak siap menghadapi penghukuman atas perbuatan kita.
Tetapi, meski pun demikian, janganlah sampai kita "terpaksa" mentaatinya, terpaksa menyangkal diri agar bisa lolos dari penghakiman.
Akan lebih baik jika kita laksanakan, walau tak sejalan dengan kehendak hati sendiri, tetapi tetap kita jalankan karena kita mengasihi Tuhan, karena kita tidak ingin mengecewakan Tuhan, karena kita memang ingin menjadi hamba yang berguna bagi-Nya.
Menyangkal diri dan memikul salib seperti yang disampaikan oleh Yesus tidaklah dimaksudkan untuk menyiksa, melainkan untuk mencapai hasil akhir yang baik dan berguna.
Seorang ibu memang mesti menderita, setidaknya selama 9 bulan, sebelum anaknya lahir.
Tetapi yang dialaminya itu tidaklah dianggap sebagai siksaan, dan ibu itu tidaklah merasa menderita oleh kandungannya, melainkan justru dijalaninya dengan penuh harapan bahwa tak lama lagi ia akan memperoleh anak.
Untuk memperoleh badan yang sehat, orang rela "menderita" kok, berlelah-lelah saat berolahraga, dan juga pantang makan ini dan itu, tetapi semuanya itu tidak dianggap sebagai siksaan melainkan ditempuh dengan pengharapan memperoleh badan yang sehat.

Begitu pula hendaknya kita, hidup yang tidak mudah ini kita jalani dengan penuh pengharapan, agar tidak kita rasakan sebagai penderitaan, maka kita pun akan dapat menjalaninya dengan sukacita.



Peringatan Orang Kudus
Santa Monika, Janda
Monika, ibu Santo Agustinus dari Hippo, adalah seorang ibu teladan. Iman dan cara hidupnya yang terpuji patut dicontoh oleh ibu-ibu Kristen terutama mereka yang anaknya tersesat oleh berbagai ajaran dan bujukan dunia yang menyesatkan. Riwayat hidup Monika terpaut erat dengan hidup anaknya Santo Agustinus yang terkenal bandel sejak masa mudanya. Monika lahir di Tagaste, Afrika Utara dari sebuah keluarga Kristen yang saleh dan beribadat. Ketika berusia 20 tahun, ia menikah dengan Patrisius, seorang pemuda kafir yang cepat panas hatinya.
Dalam kehidupannya bersama Patrisius, Monika mengalami tekanan batin yang hebat karena ulah Patrisius dan anaknya Agustinus. Patrisius mencemoohkan dan menertawakan usaha keras isterinya mendidik Agustinus menjadi seorang pemuda yang luhur budinya.  Namun semuanya itu ditanggungnya dengan sabar sambil tekun berdoa untuk memohon campur tangan Tuhan. Bertahun-tahun lamanya tidak ada tanda apa pun bahwa doanya dikabulkan Tuhan. Baru pada saat-saat terakhir hidupnya, Patrisius bertobat dan minta dipermandikan. Monika sungguh bahagia dan mengalami rahmat Tuhan pada saat-saat kritis hidup suaminya.
Ketika itu Agustinus berusia 18 tahun dan sedang menempuh pendidikannya di kota Kartago. Cara hidupnya semakin menggelisahkan hati ibunya karena telah meninggalkan imannya dan memeluk ajaran Manikeisme yang sesat itu. Lebih dari itu, di luar perkawinan yang sah, ia hidup dengan seorang wanita hingga melahirkan seorang anak yang diberi nama Deodatus. Untuk menghindarkan diri dari keluhan ibunya, Agustinus pergi ke Italia. Namun ia sama sekali tidak luput dari doa dan air mata ibunya.
Monika berlari meminta bantuan kepada seorang uskup. Kepadanya uskup itu berkata: "Pergilah kepada Tuhan! Sebagaimana engkau hidup, demikian pula anakmu, yang baginya telah kau curahkan begitu banyak air mata dan doa permohonan, tidak akan binasa. Tuhan akan mengembalikannya kepadamu". Nasehat pelipur lara itu tidak dapat menenteramkan batinnya. Ia tidak tega membiarkan anaknya lari menjauhi dia, sehingga kemudian ia menyusul anaknya ke Italia. Di sana ia menyertai anaknya di Roma maupun di Milano. Di Milano, Monika berkenalan dengan Uskup Santo Ambrosius. Akhirnya oleh teladan dan bimbingan Ambrosius, Agustinus bertobat dan bertekad untuk hidup hanya bagi Allah dan sesamanya. Saat itu bagi Monika merupakan puncak dari segala kebahagiaan hidupnya. Hal ini terlukis di dalam kesaksian Agustinus sendiri perihal perjalanan mereka pulang ke Afrika: "Kami berdua terlibat dalam pembicaraan yang sangat menarik, sambil melupakan liku-liku masa lampau dan menyongsong hari depan. Kami bertanya-tanya, seperti apakah kehidupan para suci di surga. Dan akhirnya dunia dengan segala isinya ini tidak lagi menarik bagi kami. Ibu berkata: "Anakku, bagi ibu sudah tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang memikat hatiku. Ibu tidak tahu untuk apa mesti hidup lebih lama. Sebab, segala harapan ibu di dunia ini sudah terkabul". Dalam tulisan lain, Agustinus mengisahkan pembicaraan penuh kasih antara dia dan ibunya di Ostia: "Sambil duduk di dekat jendela dan memandang ke laut biru yang tenang, ibu berkata: "Anakku, satu-satunya alasan yang membuat aku masih ingin hidup sedikit lebih lama lagi ialah aku mau melihat engkau menjadi seorang Kristen sebelum aku menghembuskan nafasku. Hal itu sekarang telah dikabulkan Allah, bahkan lebih dari itu, Allah telah menggerakkan engkau untuk mempersembahkan dirimu sama sekali kepadaNya dalam pengabdian yang tulus kepadaNya. Sekarang apa lagi yang aku harapkan?"
Beberapa hari kemudian, Monika jatuh sakit. Kepada Agustinus, ia berkata: "Anakku, satu-satunya yang kukehendaki ialah agar engkau mengenangkan daku di altar Tuhan". Monika akhirnya meninggal di Ostia, Roma. Teladan hidup Santa Monika menyatakan kepada kita bahwa doa yang tak kunjung putus, tak dapat tiada akan didengarkan Tuhan.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/


Liturgia Verbi 2020-08-26 Rabu.

Liturgia Verbi (A-II)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXI

Rabu, 26 Agustus 2020



Bacaan Pertama
2Tes 3:6-10.16-18

"Barang siapa tidak mau bekerja, janganlah ia makan."

Pembacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada Jemaat di Tesalonika:

Saudara-saudara, demi nama Tuhan Yesus Kristus kami berpesan,
agar kalian menjauhkan diri dari setiap saudara
yang tidak melakukan pekerjaannya
dan yang tidak menurut ajaran yang telah kalian terima dari kami.

Sebab kalian sendiri tahu,
bagaimana kalian harus mengikuti teladan kami,
karena kami tidak lalai bekerja di antara kalian.
Kami tidak makan rejeki orang dengan cuma-cuma,
tetapi kami berusaha dan berjerih payah siang malam,
supaya jangan menjadi beban bagi siapa pun di antara kalian.
Bukan karena kami tidak berhak menerima rejeki dari kalian,
melainkan karena kami mau menjadikan diri kami
teladan bagi kalian, supaya kalian ikuti.
Ketika berada di tengah-tengahmu, kami telah memperingatkan,
"Barangsiapa tidak mau bekerja, janganlah ia makan."

Semoga Tuhan damai sejahtera,
mengaruniakan damai sejahtera kepadamu,
terus-menerus, dalam segala hal.
Tuhan menyertai kalian semua.
Salam dari padaku, Paulus.
Salam ini kutulis dengan tanganku sendiri.
Inilah tanda dalam setiap surat, beginilah tulisanku.
Semoga kasih karunia Yesus Kristus, Tuhan kita,
menyertai kalian semua!

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 128:1-2.4-5,R:1

Refren: Berbahagialah orang yang takwa pada Tuhan.

*Berbahagialah orang yang takwa kepada Tuhan,
yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!
Apabila engkau menikmati hasil jerih payahmu,
berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu!

*Sungguh, demikianlah akan diberkati Tuhan
orang laki-laki yang takwa hidupnya.
Kiranya Tuhan memberkati engkau dari Sion:
boleh melihat kebahagiaan Yerusalem seumur hidupmu.



Bait Pengantar Injil
1Yoh 2:5

Sempurnalah cinta Allah dalam hati orang
yang mendengarkan sabda Kristus.



Bacaan Injil
Mat 23:27-32

"Kalian ini keturunan pembunuh nabi-nabi."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Pada waktu itu Yesus bersabda,
"Celakalah kalian, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi,
hai kalian orang-orang munafik,
sebab kalian itu seperti kuburan yang dilabur putih.
Sebelah luarnya memang tampak bersih,
tetapi sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran.
Demikian pula kalian,
dari sebelah luar nampaknya benar,
tetapi sebelah dalam penuh kemunafikan dan kedurjanaan.

Celakalah kalian, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi,
hai kalian orang-orang munafik,
kalian membangun makam bagi nabi-nabi
dan memperindah tugu peringatan bagi orang-orang saleh,
dan sementara itu kalian berkata,
'Seandainya kami hidup pada zaman nenek moyang kita,
tentulah kami tidak ikut membunuh para nabi.'
Tetapi dengan demikian kalian bersaksi melawan dirimu sendiri,
bahwa kalian keturunan pembunuh nabi-nabi itu.
Jadi, penuhilah takaran para leluhurmu!"

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Hari ini kita lanjutkan renungan tentang perilaku kita dalam menjalani hidup di dunia ini seturut kehendak Tuhan.
Kemarin kita telah mendalami tentang pentingnya menjalani hidup mengikuti aturan dan tata-krama duniawi dan yang lebih penting lagi adalah mematuhi kehendak Tuhan dengan cara menjalankan sepenuhnya ajaran-ajaran Yesus Kristus.
Kita mesti menjalani hari-hari di dalam hidup kita dengan secara seksama mengikuti bimbingan Roh Kudus, Roh yang hadir dalam hidup kita di dunia ini.
Janganlah melakukan semuanya itu agar dipuji orang padahal di dalam hati kita sesungguh tidak demikian.
Janganlah mengatakan sesuatu tetapi tidak sesuai dengan yang kita perbuat, itu namanya munafik atau bermuka dua.
Ngomong-ngomong soal bermuka dua atau kemunafikan ini, saya teringat pepatah yang ditulis oleh William Shakespeare, "Tuhan sudah memberimu satu wajah, dan kau malah membuat satu lagi untuk dirimu sendiri."

Jujurlah dalam perkataan, sikap dan perbuatan, sebagaimana yang diajarkan oleh Yesus, "Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat."  [Mat 5:37]
Dengan demikian, wajah kita yang dilihat orang akan sama dengan wajah yang kita lihat di depan cermin, hanya ada satu wajah.

Hari ini Yesus menambahkan, janganlah mengerjakan hal-hal supaya terlihat baik, memugar kuburan leluhur yang terkenal, membangun makam nabi-nabi dengan megah, lalu mengaku-ngaku sebagai keturunan nabi, padahal ajaran dan perilaku dari nabi itu tidak diteladani malah yang diperbuat berlawanan dengan perbuatan nabi itu sendiri.
Ini asli munafik, dan sekaligus "nebeng ngetop" namanya.

Maka, marilah kita perbaiki kekeliruan kita, jika masih ada.
Janganlah kita mengaku sebagai "pengikut Kristus" jika perkataan, sikap dan perbuatan kita tidak mengikuti ajaran-Nya.



Peringatan Orang Kudus
Santa Teresia Yornet, Perawan
Teresia lahir di kota Aytona, Spanyol pada tanggal 9 Januari 1843. Orangtuanya adalah petani miskin yang saleh dan sangat beribadat kepada Tuhan. Teresia belajar di sekolah setempat hingga memperoleh ijazah guru. Selama beberapa tahun ia mengajar di sekolah dasar Argensola. Masyarakat sekitar senang sekali dengannya karena caranya mendidik anak-anak sangat baik.
Meskipun dunia pendidikan merupakan bidang kerja yang disenanginya, namun dia mencita-citakan sesuatu yang lebih mulia, yakni menjadi biarawati. Tak lama kemudian ia masuk novisiat Suster-suster Klaris. Tetapi karena kesehatannya terganggu Teresia tidak diperkenankan mengikrarkan kaulnya yang pertama. Ia lalu keluar dari biara Suster-suster Klaris. Kemudian oleh seorang imam yang saleh, Teresia diminta untuk turut mendirikan sebuah kongregasi suster yang diabdikan untuk pelayanan dan perawatan orang-orang tua renta yang sakit dan miskin.
Pada tahun 1873 Teresia bersama beberapa orang gadis membentuk Kongregasi Suster-suster Kecil. Dia diangkat sebagai pemimpin kongregasi baru ini. Oleh suster-suster rekannya, dia disebut juga Teresia a Jesu. Di bawah kepemimpinannya, kongregasi ini berkembang pesat. Limabelas tahun kemudian, tatkala tarekat tersebut disahkan oleh Takhta Suci, anggota-anggotanya telah bekerja di 58 rumah perawatan orang-orang jompo di Spanyol dan kemudian di Amerika Selatan. Sulit sekali membayangkan berbagai penderitaan yang harus ditanggung oleh suster-suster tersebut. Salah satu peristiwa haru yang menimpa mereka ialah meninggalnya 24 orang suster serta 70 orang tua karena serangan penyakit kolera. Menghadapi musibah besar ini, Teresia tak bisa berbuat apa pun kecuali menyerahkan diri kepada penyelenggaraan ilahi Allah. Imannya yang kokoh akan Allah memberi keteguhan kepada suster-suster lainnya dalam melanjutkan karyanya demi kebahagiaan orang­orang tua yang dipercayakan Tuhan kepada mereka. Teresia Yornet meninggal dunia pada tangga126 Agustus.

Santo Zepherinus, Paus dan Martir
Zepherinus terpilih menjadi Paus pada tahun 199. la memimpin Gereja dalam situasi yang sangat sulit karena aksi penganiayaan terhadap umat oleh Kaisar Lucius Septimus Severus. Di samping harus berusaha keras mengembalikan orang-orang beriman yang murtad, Zepherinus pun harus berjuang menegakkan iman yang benar di hadapan petinggi Kekaisaran Roma dan para heretik trinitarian. Untuk itu ia dengan setia dan penuh kasih sayang mendampingi para tahanan dan orang-orang berdosa yang bertobat.
Paus Zepherinus mati sebagai martir Kristus pada tahun 217. Jenazahnya dikuburkan di pekuburan Santo Kallistus di Roma di samping Santo Tarsisius, martir Ekaristi dari abad ketiga.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/