Liturgia Verbi 2023-05-01 Senin.

Liturgia Verbi (A-I)
Hari Biasa Pekan Paskah IV

Senin, 1 Mei 2023

PF S. Yusuf, Pekerja

Ujud Gereja Universal: Gerakan-Gerakan dan Kelompok-Kelompok Gerejawi. 
Kita berdoa, semoga gerakan-gerakan dan kelompok-kelompok gerejawi menemukan kembali misi evangelisasi mereka setiap hari, dan menempatkan karisma mereka pada setiap pelayanan bagi mereka yang membutuhkan di dunia ini.

Ujud Gereja Indonesia: Kebijaksanaan Maria.
Kita berdoa, semoga para ibu dan kaum perempuan mempersembahkan Bunda Maria, sehingga mereka menjadi sabar dan bijaksana, rela berkorban dan percaya bahwa pertolongan Tuhan, apa yang tidak mungkin terjadi bagi kehidupan anak-anak dan sekitarnya.

Bulan Maria dan Bulan Liturgi Nasional



Bacaan Pertama
Kis 11:1-18

"Jadi kepada bangsa-bangsa lain pun
Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup."

Pembacaan dari Kisah Para Rasul:

Rasul-rasul dan saudara-saudara di Yudea mendengar,
bahwa bangsa-bangsa lain juga menerima firman Allah.
Ketika Petrus tiba di Yerusalem,
orang-orang dari golongan bersunat berselisih pendapat dengan dia.
Kata mereka,
"Engkau telah masuk ke rumah orang-orang yang tidak bersunat
dan makan bersama-sama dengan mereka."
Tetapi Petrus menjelaskan segala sesuatu berturut-turut, katanya:

"Ketika aku sedang berdoa di kota Yope,
tiba-tiba rohku diliputi kuasa ilahi,
dan aku melihat suatu penglihatan:
Suatu benda berbentuk kain lebar
yang bergantung pada keempat sudutnya
diturunkan dari langit sampai di depanku.
Aku menatapnya,
dan di dalamnya aku lihat segala jenis binatang berkaki empat,
binatang liar, binatang melata dan burung-burung.

Lalu aku mendengar suara berkata kepadaku:
Bangunlah, hai Petrus, sembelihlah dan makanlah!
Tetapi aku berkata: Tidak, Tuhan, tidak!
Belum pernah sesuatu yang haram dan tidak tahir
masuk ke dalam mulutku.
Akan tetapi untuk kedua kalinya
suara dari surga berkata kepadaku:
Apa yang dinyatakan halal oleh Allah,
tidak boleh engkau nyatakan haram!
Hal itu terjadi sampai tiga kali,
lalu semuanya ditarik kembali ke langit.
Dan saat itu juga tiga orang berdiri di depan rumah,
di mana kami menumpang;
mereka diutus kepadaku dari Kaisarea.
Lalu kata Roh kepadaku:
Pergilah bersama mereka dengan tidak bimbang!
Dan keenam saudara ini menyertai aku.
Kami masuk ke dalam rumah Kornelius, perwira Romawi itu,
dan ia menceriterakan kepada kami,
bagaimana ia melihat seorang malaikat berdiri di dalam rumahnya
dan berkata kepadanya:
Suruhlah orang ke Yope
untuk menjemput Simon yang disebut Petrus.
Ia akan menyampaikan suatu berita kepada kamu,
yang akan mendatangkan keselamatan
bagimu dan bagi seluruh isi rumahmu.

Dan ketika aku mulai berbicara,
turunlah Roh Kudus ke atas mereka,
sama seperti dahulu ke atas kita.
Maka teringatlah aku akan perkataan Tuhan:
Yohanes membaptis dengan air,
tetapi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus.
Jadi jika Allah memberikan karunia-Nya kepada mereka
sama seperti kepada kita
pada waktu kita mulai percaya kepada Yesus Kristus,
bagaimanakah mungkin aku mencegah Dia?"

Ketika mereka mendengar hal itu,
mereka menjadi tenang, lalu memuliakan Allah, katanya,
"Jadi kepada bangsa-bangsa lain pun
Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 42:2-3;43:3.4,R:Mzm 42:3a

Refren: Jiwaku haus akan Allah, akan Allah yang hidup!

*Seperti rusa merindukan sungai yang berair,
demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah.
Jiwaku haus akan Allah, akan Allah yang hidup.
Bilakah aku boleh datang melihat Allah?

*Suruhlah terang dan kesetiaan-Mu datang,
supaya aku dituntun dan dibawa
ke gunung-gunung yang kudus dan ke tempat kediaman-Mu!

*Maka aku dapat pergi ke mezbah Allah,
menghadap Allah, sukacita dan kegembiraanku,
dan bersyukur kepada-Mu dengan kecapi,
ya Allah, ya Allahku!



Bait Pengantar Injil
Yoh 10:14

Akulah gembala yang baik, sabda Tuhan,
Aku mengenal domba-domba-Ku
dan domba-domba-Ku mengenal Aku.



Bacaan Injil
Yoh 10:11-18

"Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya."

Inilah Injil Suci menurut Yohanes:

Sekali peristiwa Yesus berkata kepada orang Farisi,
"Akulah gembala yang baik.
Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;
sedangkan orang upahan yang bukan gembala,
dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri,
ketika melihat serigala datang,
meninggalkan domba-domba itu lalu lari,
sehingga serigala itu menerkam
dan mencerai-beraikan domba-domba itu.
Ia lari karena ia seorang upahan,
dan tidak memperhatikan domba-domba itu.

Akulah gembala yang baik.
Aku mengenal domba-domba-Ku,
dan domba-domba-Ku mengenal Aku
sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa,
dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku.

Ada lagi pada-Ku domba-domba lain,
yang bukan dari kandang ini;
domba-domba itu harus Kutuntun juga;
mereka akan mendengarkan suara-Ku
dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala.

Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku
untuk menerimanya kembali.
Tidak seorang pun mengambilnya daripada-Ku,
melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri.
Aku berkuasa memberikannya
dan berkuasa mengambilnya kembali.
Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Suatu ketika, seseorang bertanya kepada saya, "Pak Sandy, bukankah kita ini termasuk bangsa lain, nenek-moyang kita bukan Abraham atau Daud?"
"Mengapa bertanya demikian?", sahut saya.
Ia meneruskan "Iya, pada Injil Matius saya membaca, Yesus berkata, 'Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel. Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.'"
Rupanya yang dimaksud adalah perikop tentang "Perempuan Kanaan yang percaya" [Mat 15:21-28]
Lalu saya berkata kepadanya, "Baca juga dong perkataan Yesus pada ayat yang terakhir: 'Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.'"

Lalu saya mengajak dia untuk membaca dan merenungkan Injil Yohanes, yakni Bacaan Injil hari ini tentang gembala yang baik,
"Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga; mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala."
Jadi jelas, tak masalah kita berasal dari kandang yang mana, tak masalah apa warna kulit kita, sekarang kita telah menjadi "satu kawanan dengan satu gembala."

Melalui kesaksian Rasul Petrus pada Bacaan Pertama hari ini juga secara jelas bisa kita fahami, bukan hanya sekedar diterima menjadi domba yang sama di kandang Tuhan, bahkan kita juga menerima pencurahan Roh Kudus sama seperti yang diterima oleh para rasul Yesus tanpa dibedakan darimana kita berasal.
Petrus bersaksi, "Ketika aku mulai berbicara, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, sama seperti dahulu ke atas kita."
Dan Petrus melanjutkan perkataannya, "Jadi jika Allah memberikan karunia-Nya kepada mereka sama seperti kepada kita pada waktu kita mulai percaya kepada Yesus Kristus, bagaimanakah mungkin aku mencegah Dia?"
Itu dikatakannya karena ada sebagian orang menentang kalau Petrus memperhatikan bangsa-bangsa lain, mereka merasa sebagai "orang pilihan" dan Kristus adalah milik mereka secara eksklusif, bukan untuk bangsa lain.
Maka Petrus menutup perkataan dengan berkata, "Jadi kepada bangsa-bangsa lain pun Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup."
Petrus melakukan semuanya itu bukan atas kehendaknya sendiri, melainkan Roh Allah yang menyuruhnya, "Pergilah bersama mereka dengan tidak bimbang!"
Yang dimaksud adalah pergi ke rumah Kornelius, seorang perwira Romawi, dari bangsa lain.

Maka, jangan lagilah kita mempersoalkan asal-usul kita, warna kulit kita, sikap dan perbuatan kita, atau apa pun yang dapat memecah-belah, agar kita tetap menjadi satu kawanan dengan satu gembala, satu-satu penggembala yakni Yesus Kristus!



Peringatan Orang Kudus
Santo Yusuf Pekerja, Pelindung para Karyawan
Tradisi melukiskan pribadi Yusuf, suami Maria sebagai seorang tukang kayu di kota Nazareth. Ia seorang bangsawan yang saleh dan sederhana. Darah kebangsawanannya mengalir dari Raja Daud leluhurnya. Kesucian dan kesalehannya terlihat di dalam ketaatannya pada kehendak Allah untuk menerima Maria sebagai isterinya serta mendampingi Maria dalam membesarkan Yesus, Putera Allah yang menjadi manusia. Kesederhanaannya terlihat di dalam pekerjaannya sebagai seorang tukang kayu, dan cara hidupnya yang biasa-biasa saja di dalam masyarakat.
Dalam pribadi Yusuf, pekerjaan tangan memperoleh suatu dimensi ilahi. Kerja meningkatkan harkat dan martabat manusia sebagai ciptaan Allah dan memungkinkan manusia turut serta di dalam karya penciptaan dan penyelamatan Allah. Atas dasar inilah Gereja pada masa kepemimpinan Paus Pius XII menetapkan tanggal 1 Mei sebagai Hari Raya Santo Yusuf Pekerja, sekaligus menetapkannya sebagai Hari Buruh. Yusuf selanjutnya diangkat sebagai pelindung para karyawan/buruh yang bekerja setiap hari untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. (Lihat juga kisah tentang Santo Yusuf pada Pestanya tanggal 19 Maret).


Yeremia, Nabi
Yeremia lahir kira-kira pada tahun 650 seb. Masehi di Anathoth, dekat kota Yerusalem, termasuk wilayah Kerajaan Yehuda. Keluarganya adalah sebuah keluarga imam yang saleh. Panggilannya sebagai Nabi di Israel diterimanya dari Allah pada tahun 627 seb. Masehi, dalam tahun ketigabelas pemerintahan raja Yosias (Yer 1:2). Meskipun panggilan ini terjadi pada usia mudanya, namun Yeremia sebenarnya telah ditentukan Allah sebagai Nabi ketika masih ada di dalam rahim ibunya (Yer 1:5) untuk mewartakan Sabda Allah kepada Israel, umat pilihan Allah. Tatkala Allah memanggilnya, ia menolak karena merasa tidak layak untuk mengemban tugas mulia itu. Tetapi akhirnya ia pun menerima panggilan itu karena Allah berjanji akan selalu menyertai dia dalam tugasnya. Yeremia adalah Nabi Israel terakhir sebelum pembuangan ke Babylonia.
Karya perutusannya sebagai Nabi dimulainya pada usia mudanya (Yer 1:6) sampai pada saat kejatuhan Yerusalem di tangan bangsa Babylonia pada tahun 587 seb. Masehi. Selama 40 tahun karyanya, Yeremia tanpa mengenal lelah memperingatkan para penguasa bangsa dan pemimpim agama serta seluruh umat Israel akan bahaya kejatuhan mereka karena dosa-dosa Yerusalem dan Yehuda.
Sejalan dengan itu, Yeremia terus menerus terlibat di dalam berbagai perselisihan dan pertentangan. Ia dengan gigih melawan Raja Yoakim dan Yoakin (609-597 seb. Masehi) yang memutarbalikkan kebijakan keagamaan dari Raja Yosia. Pada masa pemerintahan Raja Sedekia (597 -587 seb. Masehi), nada pewartaannya mulai berubah. Ia tidak lagi mengeluh tentang tugas perutusannya tetapi mulai lebih sungguh-sungguh membuktikan dirinya pada tugas yang dibebankan Allah padanya. Dengan gigih ia berusaha meyakinkan Yehuda akan penguasaan bangsa Babylonia. Meskipun demikian ia tetap tidak diterima, bahkan dituduh sebagai pengkhianat bangsanya oleh orang-orang yang menginginkan Raja Sedekia bersekutu dengan Mesir dan memberontak (Yer 37:17­21). Karena itu, Yeremia mengalami penderitaan batin dan frustrasi yang hebat.
Walaupun ia menderita, ia tetap pasrah dan taat pada kehendak Allah. Cintanya akan Allah dan keakraban hubungannya dengan Allah menumbuhkan dalam dirinya suatu sikap iman yang kokoh. Sikap iman ini mendorong dia untuk mendalami lebih jauh teologi tradisional Israel tentang Perjanjian. Imannya itu berdasar pada pengetahuan yang mendalam akan Perjanjian Cinta Allah dengan Israel, Umat PilihanNya, yang memperkenankan Israel mengambil bagian dalam kekudusanNya. Dalam Perjanjian Cinta itu, Allah menuntut dari Israel ketaatan penuh pada kehendakNya sebagaimana diwahyukan di dalam perintah-perintahNya dan dinyatakan melalui Nabi-nabiNya. Menolak mengakui kebaikan dan cinta Allah yang diwahyukan adalah dosa. Dan dosa bagi Israel merupakan perbuatan melawan kesucian perkawinan antara Allah dan bangsa Israel (Yer 2:20, 25). Dosa mengakibatkan pengadilan Allah atas Israel untuk memurnikan mereka. Yeremia menyadari bahwa pengadilan Allah merupakan tahap awal pengampunan dan pembaharuan (Yer :3:1-4:4).  Ia menyadari bahwa Israel, yang dicekik oleh legalisme agama dan nasionalime, membutuhkan suatu pembaharuan batin yang radikal.
Dalam pewartaan tentang malapetaka yang akan terjadi atas Israel, Yeremia menubuatkan suatu 'Sisa Kecil', suatu kelompok kecil umat yang tetap setia pada Allah (Yer 23:3, 4; 30:10, 11; 31:10-14). Sisa Kecil ini adalah benih harapan di masa yang akan datang, kepadanya Allah mencurahkan pengampunan dan belaskasihanNya, dan dengannya Allah akan mengadakan suatu Perjanjian Baru (Yer 31:31-34). Allah akan menciptakan Iagi Israel suatu hubungan spiritual yang baru dan mendalam, dan akan menuliskan hukumNya di dalam hati mereka serta tinggal di dalam hati mereka.
Yeremia dengan tekun membantu perkembangan Sisa Kecil Israel yang saleh dari suku Yehuda ini karena mereka dengan sabar menantikan tibanya Hari Tuhan yang menyelamatkan. Penderitaan Yeremia yang demikian hebat menjadikan dia sebagai tokoh lambang bagi Yesus Kristus. Yeremia, yang hidup penuh penderitaan, namun tetap pasrah dan taat pada kehendak Allah yang mengutusnya, menjadi lambang gambaran Hamba Yahweh yang menderita sebagaimana diramalkan Yesaya (Yes 35).


Santo Peregrinus Laziosi, Pengaku Iman
Peregrinus Laziosi lahir di kota Forli, Italia pada tahun 1260. Ia menaruh kebencian besar terhadap Gereja Katolik. la pun termasuk salah seorang yang memusuhi Sri Paus di Roma. Dengan sifatnya yang keras dan kasar, ia melancarkan serangan terhadap Gereja Katolik di wilayah Romagna.
Awal kehidupannya sebagai 'manusia baru' dalam iman Kristiani bermula dari tindakannya yang brutal terhadap Pastor Filipus Benizi (1225-1285). Diceritakan bahwa pada suatu kesempatan kotbah dalam rangka misi perdamaian yang dicanangkan Sri Paus, Pastor Filipus ditinju hingga roboh oleh Peregrinus. Tetapi Pastor yang saleh ini tidak memberikan suatu perlawanan balik terhadap Peregrinus. Ia bahkan bangkit dan berdoa untuk Peregrinus serta memaafkan dia.
Sikap Pastor Filipus ini menyentuh hati Peregrinus yang keras membatu itu. "Belum pernah aku menjumpai orang seperti dia ini" kata Peregrinus dalam hatinya. Ia lalu berlutut di hadapan Pastor Filipus dan meminta maaf atas perlakuannya yang kasar itu. Semenjak itu ia bertobat dan bertekad menjalani suatu kehidupan baru dengan doa dan matiraga. Rahmat Tuhan semakin hebat mempengaruhi hidupnya. Pada suatu hari, Bunda Maria menampakkan diri kepadanya dan menyuruh dia pergi ke Siena. Di Siena ia diterima oleh Pastor Filipus sebagai salah seorang anggota Ordo Servit Santa Maria.
Di dalam ordo itu Tuhan terus melaksanakan rencanaNya atas diri Peregrinus. Pada suatu hari, Peregrinus jatuh sakit. la diserang penyakit kanker ganas pada kakinya. Dokter yang merawatnya menganjurkan agar kakinya dipotong demi menyelamatkan nyawanya. Sebelum ia tidur malam, ia berdoa kepada Yesus Tersalib hingga tertidur. Dalam mimpinya, ia melihat Yesus mengulurkan tanganNya dari atas salib dan menyentuh kakinya yang sakit itu. Ketika bangun dari tidur didapatinya kakinya sudah sembuh. Peristiwa ajaib ini semakin mengokohkan imannya akan kebenaran ajaran Gereja.
Rahmat kesembuhan ini mengobarkan semangatnya untuk tetap membaktikan dirinya kepada Tuhan dan Gereja dengan menjadi imam. Selama 62 tahun ia berkarya dengan penuh semangat diperkuat oleh doa dan matiraga yang mendalam. la meninggal dunia pada tahun 1345 dan diangkat Gereja sebagai pelindung para penderita sakit bernanah dan kanker.


Bulan Mei adalah Bulan Maria, dengan tema permenungan Maria sebagai Bunda Allah.  Umat dianjurkan untuk mendalami misteri keallahan Kristus yang bangkit serta pernan bunda-Nya yang adalah juga Bunda Gereja.   Kiranya baik kalau Bulan Maria dibuka dan ditutup dengan perayaan Ekaristi untuk umat/lingkungan-lingkungan separoki.

Bulan Mei juga adala Bulan Liturgi Nasional (BLN).
Diharapkan selama bulan Mei, liturgi mendapat perhatian khusus, didalami, dirancang, disiapkan, dan dilaksanakan dengan lebih baik.   Untuk kegiatan pendalaman liturgi, kita dapat memanfaatkan bahan-bahan yang disiapkan Komisi Liturgi KWI.



https://liturgia-verbi.blogspot.co.id/


Liturgia Verbi 2023-04-30 Minggu.

Liturgia Verbi (A-I)
Hari Minggu Paskah IV

Minggu, 30 April 2023

Hari Minggu Panggilan



Bacaan Pertama
Kis 2:14a.36-41

"Allah telah membuat Yesus menjadi Tuhan dan Kristus."

Pembacaan dari Kisah Para Rasul:

Pada hari Pentakosta
bangkitlah Petrus berdiri dengan kesebelas rasul,
dan dengan suara nyaring ia berkata kepada orang-orang Yahudi,
"Seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti
bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu,
menjadi Tuhan dan Kristus."

Ketika mereka mendengar hal itu,
hati mereka sangat terharu,
lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain,
"Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?"
Jawab Petrus kepada mereka,
"Bertobatlah,
dan hendaklah kamu masing-masing
memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus
untuk pengampunan dosamu;
maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.
Sebab bagi kamulah janji itu,
bagi anak-anakmu dan bagi orang yang masih jauh,
yaitu sebanyak yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kita."

Dengan banyak perkataan lain lagi
Petrus memberi suatu kesaksian yang sungguh-sungguh,
dan ia mengecam dan menasihati mereka, katanya,
"Berilah dirimu diselamatkan dari angkatan yang jahat ini!"

Orang-orang yang menerima perkataan Petrus itu
memberi diri dibaptis,
dan pada hari itu
jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 23:1-3a.3b-4.5.6,R:1

Refren: Tuhanlah gembalaku, aku takkan berkekurangan.

*Tuhanlah gembalaku, aku takkan berkekurangan.
Ia membaringkan daku di padang rumput yang hijau.
Ia membimbing aku ke air yang tenang,
dan menyegarkan daku.

*Ia menuntun aku di jalan yang lurus,
demi nama-Nya yang kudus.
Sekalipun berjalan dalam lembah yang kelam,
aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku.
Tongkat gembalaan-Mu, itulah yang menghibur aku.

*Engkau menyediakan hidangan bagiku,
di hadapan segala lawanku.
Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak,
pialaku penuh melimpah.

*Kerelaan dan kemurahan-Mu mengiringi aku,
seumur hidupku.
Aku akan diam dalam rumah Tuhan
sepanjang masa.



Bacaan Kedua
1Ptr 2:20b-25

"Kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu."

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Petrus:

Saudara-saudara terkasih,
Jika kamu berbuat baik dan karena itu harus menderita,
itu adalah kasih karunia pada Allah.
Sebab untuk itulah kamu dipanggil,
karena Kristus pun telah menderita untuk kamu,
dan telah meninggalkan teladan bagimu,
supaya kamu mengikuti jejak-Nya.

Ia tidak berbuat dosa,
dan tipu muslihat pun tidak ada dalam mulut-Nya.
Ketika dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki.
Ketika menderita, Ia tidak mengancam,
tetapi menyerahkannya kepada Dia,
yang menghakimi dengan adil.
Ia sendiri telah memikul dosa kita
di dalam tubuh-Nya di kayu salib,
supaya kita, yang telah mati terhadap dosa,
hidup untuk kebenaran.
Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah disembuhkan.
Sebab dahulu kamu sesat seperti domba,
tetapi sekarang kamu telah kembali
kepada gembala dan pemelihara jiwamu.

Demikianlah sabda Tuhan.



Bait Pengantar Injil
Yoh 10:14

Akulah gembala yang baik, sabda Tuhan.
Aku mengenal domba-domba-Ku,
dan domba-domba-Ku mengenal Aku.



Bacaan Injil
Yoh 10:1-10

"Akulah pintu kepada domba-domba."

Inilah Injil Suci menurut Yohanes:

sekali peristiwa
Yesus berkata kepada orang-orang Farisi,
"Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya, siapa yang masuk ke dalam kandang domba
dengan tidak melalui pintu tetapi dengan memanjat tembok,
ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok.
Tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba.
Untuk dia penjaga membuka pintu,
dan domba-domba mendengarkan suaranya;
ia memanggil dombanya masing-masing menurut namanya,
dan menuntunnya ke luar.
Jika semua domba telah dibawanya ke luar,
ia berjalan di depan mereka,
dan domba-domba itu mengikuti dia,
karena mereka mengenal suaranya.
Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti,
malah mereka lari dari padanya,
karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal."

Itulah yang dikatakan Yesus dalam perumpamaan kepada mereka,
tetapi mereka tidak mengerti
apa maksudnya Ia berkata demikian kepada mereka.

Maka kata Yesus sekali lagi,
"Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya Akulah pintu kepada domba-domba itu.
Semua orang yang datang sebelum Aku,
adalah pencuri dan perampok,
dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka.
Akulah pintu;
barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat;
ia akan masuk dan keluar, dan menemukan padang rumput.
Pencuri datang hanya untuk mencuri,
membunuh dan membinasakan;
Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup,
dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Yesus mengibaratkan relasi kita dengan-Nya seperti relasi antara domba dengan penggembalanya.
Secara sederhananya, kita adalah domba dan Yesus adalah penggembalanya.
Tetapi di balik itu, rupanya ada banyak hal yang menarik untuk kita renungkan.
Mari kita mulai lihat beberapa di antaranya.

Jika kita ibaratnya domba, maka kita mesti mengenali siapa penggembalanya, dan mesti mampu membedakannya dari pencuri atau perampok.
Penggembala memanggil kita masing-masing menurut namanya, dan kita pun mengenali suara sang penggembala.
Tetapi pencuri tak dapat memanggil domba menurut namanya masing-masing dan semestinya kita pun tak mengenali suaranya.
Pencuri datang tidak melalui pintu kandang, karena maksud kedatangannya memang tidak baik, entah hendak mengambil anak domba untuk disembelih, atau sekedar mencukuri bulu domba atau memerah susunya.

Penggembala datang melalui pintu kandang, membukakan pintu lalu mengajak domba-domba keluar ke padang rumput yang hijau supaya domba-domba mendapat makanannya.
Setelahnya pun penggembala akan menghantar domba-domba untuk kembali ke kandangnya.
Sang Penggembala selalu mengambil posisi paling depan, selain untuk menuntun juga untuk "pasang badan" terhadap ancaman dan marabahaya yang bakal menimpa.

Beginilah yang dikatakan oleh Yesus, "Pencuri datang hanya untuk mencuri, membunuh dan membinasakan;
Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan."  [Yoh 10:10]
Pertanyaannya, mengapa Yesus menggambarkan seolah-olah tanpa Yesus kita tidak mempunyai hidup?
Ya, tanpa kita sadari, kita ini seringkali narsis, atau tepatnya over-confidence, membanggakan kemampuan diri secara berlebihan padahal sesungguhnya kita ini hanyalah seekor domba.
Yesus tidak mengibaratkan kita seperti harimau, beruang atau hewan kuat lainnya, melainkan seperti domba yang lemah, yang tak punya senjata apa pun untuk membela diri, dan bahkan tak mampu menemukan sendiri jalan makanya sangat mudah tersesat dan perlu dituntun.

Jika kita memang kuat atau hebat, kita memang dapat meraih hidup kita sendiri, dan artinya kita tak perlu Yesus sebagai penggembala kita.
Tetapi kita hanyalah domba yang lemah, yang akan menjadi kuat dan hebat karena pemberdayaan dari Sang Penggembala, bukan karena berasal dari kemampuan sendiri.

Beberapa kali saya mengikuti seminar atau rekoleksi yang membakar semangat, bahwa kita ini bukan anak ayam melainkan anak elang.
Jangan memandang rendah diri sendiri, kita ini sebetulnya hebat lho!
Wow…wow, nanti dulu.
Memang betul kita bisa menjadi hebat, tapi siapa yang menjadikannya?
Apakah kita bisa hebat dengan upaya sendiri atau sebetulnya karena ada "sesuatu" atau "seseorang" yang menjadikannya demikian?
Maka, marilah kita merendahkan diri di hadapan Kristus, memohon Kristus untuk menjadi penggembala kita, karena sesungguhnya kita ini hanyalah domba.
"Tuhanlah gembalaku, ya Yesus Kristus!"



Peringatan Orang Kudus
Santo Pius V, Paus
Antonio Ghislieri adalah nama kecil Paus Pius V (1566-1572). Ia lahir di desa Bosko, tidak jauh dari Milano pada tahun 1504. Orang-tuanya miskin sehingga tidak mampu membiayai sekolahnya. Oleh karena itu Antonio sendiri harus berusaha bekerja untuk membantu orang­tuanya. Kerjanya setiap hari adalah menjaga domba-domba mereka di Pegunungan.
Tetapi berkat bantuan seorang dermawan, Antonio disekolahkan di kampung asalnya di bawah bimbingan imam-imam Dominikan. Kemudian hari Antonio masuk biara Dominikan dan ternyata menjadi seorang biarawan yang pandai dan bijaksana serta taat pada aturan­aturan ordonya, taat pada pimpinan, suka akan kemiskinan dan kemurnian.
Ia menjadi maha guru filsafat dan teologi. Pada umur 52 tahun, ia ditahbiskan menjadi Uskup dan setahun kemudian menjadi Kardinal. Pada tahun 1565, Paus Pius IV meninggal dunia. Para kardinal berkumpul dalam konklaf untuk memilih paus baru. Pemilihan ini tidaklah mudah. Tiga minggu telah berlalu, tetapi pemilihan belum juga berhasil menemukan seseorang untuk menduduki takhta kepausan. Akhirnya atas nasehat Karolus Borromeus yang hadir juga dalam konklaf itu, Antonio Ghislieri terpilih menjadi paus. Seluruh Gereja bersorak gembira karena mempunyai seorang paus baru yang saleh dan suci.
Dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin Gereja, beliau menghadapi banyak masalah. la bertugas mewujudkan keputusan-keputusan Konsili Trente. Tugasnya ini dijalankan dengan baik. Ia dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya. Hidup sebagai seorang rahib tetap dipertahankannya. Baginya, doa merupakan senjata ampuh untuk menghadapi segala rintangan dan masalah. Tempat tidurnya dialasi dengan jerami kasar. Penderitaan Kristus direnungkannya setiap hari disertai dengan doa rosario. Kemenangan umat kristen atas Angkatan Laut Turki dalam perang salib di Lavanto, diperoleh berkat doa rosario dari seluruh umat Katolik di seluruh dunia.
Dalam masa kepemimpinannya, beliau menyederhanakan cara hidup kepausan di Vatikan; menginstruksikan pembaharuan cara hidup ordo-ordo dan para imam projo; memberantas korupsi yang terjadi di Roma dan Negara Kepausan Vatikan; menginstruksikan pendirian seminari-seminari di setiap keuskupan. Semua rencana yang dicanangkannya berhasil baik. Pada tanggal 1 Mei 1572, ia meninggal dunia setelah 6 tahun menjadi pemimpin Gereja sejagat.

Santo Marianus dan Yakobus, Martir
Marianus dan Yakobus yang berjabatan masing-masing sebagai lektor dan diakon adalah martir Gereja Purba yang mati pada tahun 259, pada masa pemerintahan kaisar Valerian (253-260). Keduanya ditangkap di Cirta (sekarang: Konstantin, Aljajair). Kemudian bersama banyak orang Kristen lainnya, mereka digiring ke Lambessa, sekitar 80 mil jauhnya dari Cirta. Di sana mereka disiksa lalu dipenggal kepalanya bersama orang-orang Kristen lainnya.


Santo Yosef-Benedik Cottolengo, Pengaku Iman
Yosef-Benedik hidup antara tahun 1786-1842. Ia membangun rumah penginapan untuk para gelandangan, yatim-piatu dan penderita sakit yang terlantar. Yosef mengurus 8000 orang lebih semata-mata dari derma saja, karena ia percaya penuh kepada Penyelenggaraan Ilahi.




https://liturgia-verbi.blogspot.co.id/