Liturgia Verbi 2022-06-01 Rabu.

Liturgia Verbi (C-II)
Hari Biasa Pekan Paskah VII

Rabu, 1 Juni 2022

PW S. Yustinus, Martir

Ujud Gereja Universal - Cinta keluarga Kristiani.
Kita berdoa untuk keluarga-keluarga Kristiani di seluruh penjuru dunia, semoga mereka memiliki dan mengalami cinta tanpa syarat dan mengutamakan kesucian dalam menjalani hidup sehari-hari.

Ujud Gereja Indonesia - Pendidikan yang kritis.
Kita berdoa, semoga lembaga pendidikan dan keluarga mendidik anak-anaknya agar dapat bersikap kritis dan realistis terhadap tawaran-tawaran palsu dan kemewahan di sosial media.



Bacaan Pertama
Kis 20:28-38

"Aku menyerahkan kamu kepada Tuhan
yang berkuasa membangun kamu
dan menganugerahkan kepada kamu suatu bagian yang telah ditentukan."

Pembacaan dari Kisah Para Rasul:

Dalam perpisahan dengan para panatua jemaat dari Efesus,
Paulus berkata, "Jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan,
karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik
untuk menggembalakan jemaat Allah
yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri.
Aku tahu, bahwa sesudah aku pergi,
serigala-serigala yang ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu
dan tidak akan menyayangkan kawanan itu.
Bahkan dari antara kamu sendiri akan muncul beberapa orang,
yang dengan ajaran palsu
berusaha menarik murid-murid dari jalan yang benar
supaya mengikut mereka.

Sebab itu berjaga-jagalah dan ingatlah,
bahwa aku tiga tahun lamanya, siang malam,
dengan tiada berhenti-hentinya menasihati kamu masing-masing
dengan mencucurkan air mata.
Dan sekarang aku menyerahkan kamu kepada Tuhan
dan kepada firman kasih karunia-Nya,
yang berkuasa membangun kamu
dan berkuasa pula menganugerahkan kepada kamu
bagian yang ditentukan bagi semua orang yang telah dikuduskan.

Perak atau emas atau pakaian
tidak pernah aku ingini dari siapa pun juga.
Kamu sendiri tahu,
bahwa dengan tanganku sendiri aku telah bekerja
untuk memenuhi keperluanku
dan keperluan kawan-kawan seperjalananku.
Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu,
bahwa dengan bekerja demikian
kita harus membantu orang-orang yang lemah
dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus,
sebab Ia sendiri telah mengatakan:
Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima."
Sesudah mengucapkan kata-kata itu,
Paulus berlutut dan berdoa bersama-sama dengan mereka semua.
Maka menangislah mereka semua tersedu-sedu,
dan sambil memeluk Paulus, mereka berulang-ulang mencium dia.
Mereka sangat berdukacita, terlebih-lebih karena Paulus katakan,
bahwa mereka tidak akan melihat mukanya lagi.
Lalu mereka mengantar dia ke kapal.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 68:29-30.33-35a.35b-36c,R:33a

Refren: Hai kerajaan-kerajaan bumi, menyanyilah bagi Allah!

*Kerahkanlah kekuatan-Mu, ya Allah,
tunjukkanlah kekuatan-Mu, ya Allah,
Engkau yang telah bertindak bagi kami.
Demi bait-Mu di Yerusalem,
raja-raja menyampaikan persembahan kepada-Mu.

*Hai kerajaan-kerajaan bumi, menyanyilah bagi Allah,
bermazmurlah bagi Tuhan,
bagi Dia yang berkendaraan melintasi langit purbakala.
Perhatikanlah,
Ia memperdengarkan suara, suara-Nya yang dahsyat!
Akuilah kekuasaan Allah.

*Kemegahan-Nya ada di atas Israel,
kekuasaan-Nya di dalam awan-awan.
Terpujilah Allah!



Bait Pengantar Injil
Yoh 17:17b.a

Firman-Mu, ya Tuhan,  adalah kebenaran.
Kuduskanlah kami dalam kebenaran.



Bacaan Injil
Yoh 17:11b-19

"Supaya mereka menjadi satu sama seperti kita."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes:

Dalam perjamuan malam terakhir
Yesus menengadah ke langit dan berdoa bagi semua murid-Nya,
"Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu,
yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku,
supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita.
Selama Aku bersama mereka,
Aku memelihara mereka dalam nama-Mu,
yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku.
Aku telah menjaga mereka,
dan tidak ada seorang pun dari mereka yang binasa
selain dia yang telah ditentukan untuk binasa,
supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci.
Tetapi sekarang, Aku datang kepada-Mu.
Aku mengatakan semuanya ini
sementara Aku masih ada di dalam dunia,
supaya penuhlah sukacita-Ku di dalam diri mereka.
Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka,
dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia,
sama seperti Aku bukan dari dunia.
Aku tidak meminta supaya Engkau mengambil mereka dari dunia,
tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat.
Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia.

Kuduskanlah mereka dalam kebenaran;
firman-Mu adalah kebenaran.
Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia,
demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia.
Dan Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka,
supaya mereka pun dikuduskan dalam kebenaran.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Bacaan Injil hari ini sungguh luarbiasa, Yesus berdoa bagi semua murid-Nya.
"Semua murid" itu artinya kita juga termasuk.
Yesus berdoa untuk kita.
Dan salah satu point penting dari doa Yesus itu, "Supaya mereka menjadi satu sama seperti kita."
Wow… kita menjadi begitu istimewa bagi Kristus.
Memangnya Yesus datang ke dunia ini untuk siapa dan untuk apa?
Iya, itu karena kita begitu berharga bagi-Nya.
Burung-burung atau pun bunga bakung saja mendapat perhatian dari-Nya, apalagi kita yang jauh lebih berharga dari burung atau bunga bakung.
Mar kita baca kembali doa dari Yesus itu, "Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita."

Tidak hanya itu, masih ada hal-hal luarbiasa lainnya yang disebutkan oleh Yesus di dalam doa-Nya, yang membuat kita terheran-heran, "Aku memelihara mereka… Aku telah menjaga mereka…"
Bukankah kita menjadi begitu berharga karena dipelihara dan dijagai oleh Yesus Kristus?

Bersatu dengan Allah Bapa, Allah Putera dan Allah Roh Kudus, bukan berarti kita mesti cepat-cepat dipanggil Tuhan menuju Surga.
Kalau toh ada yang berpandangan seperti itu, menurut saya itu keliru.
Jalan hidup kita masing-masing boleh berbeda-beda karena memang demikian adanya, dan dengan dipersatukan dan didamaikan oleh Yesus bukanlah berarti "salib" boleh tidak kita pikul lagi atau kita boleh tidak menyangkal diri, itu juga keliru.
Menjadi satu sama seperti Yesus dan Allah Bapa, tentu maksudnya menjadi sama dalam menilai mana yang benar dan yang salah, mana yang baik dan tidak baik.
Dan itu juga berarti kalau kita juga mengasihi Tuhan, sama seperti Tuhan telah terlebih dahulu mengasihi kita, dan itulah pilar penyangga persatuan.



Peringatan Orang Kudus
Santo Yustinus, Martir
Yustinus lahir dari sebuah keluarga kafir di Nablus, Samaria, Asia Kecil pada permulaan abad kedua kira-kira pada kurun waktu meninggalnya Santo Yohanes Rasul.
Yustinus mendapat pendidikan yang baik semenjak kecilnya. Kemudian ia tertarik pada pelajaran filsafat untuk memperoleh kepastian tentang makna hidup ini dan tentang Allah. Suatu ketika ia berjalan­jalan di tepi pantai sarnbil merenungkan berbagai soal. la bertemu dengan seorang orang-tua. Kepada orang-tua itu, Yustinus menanyakan berbagai soal yang sedang direnungkannya. Orang-tua itu menerangkan kepadanya segala hal tentang para nabi Israel yang diutus Allah, tentang Yesus Kristus yang diramalkan para nabi serta tentang agama Kristen. Ia dinasihati agar berdoa kepada Allah memohon terang surgawi.
Di samping filsafat, ia juga belajar Kitab Suci. Ia kemudian dipermandikan dan menjadi pembela kekristenan yang tersohor. Sesuai kebiasaan di zaman iru, Yustinus pun mengajar di tempat-tempat umum, seperti alun-alun kota, dengan mengenakan pakaian seorang filsuf. Ia juga menulis tentang berbagai masalah, terutama yang menyangkut pembelaan ajaran iman yang benar. Di sekolahnya di Roma, banyak kali diadakan perdebatan umum guna membuka hati banyak orang bagi kebenaran iman kristen.
Yustinus bangga bahwa ia menjadi seorang kristen yang saleh, dan ia bertekad meluhurkan kekristenannya dengan hidupnya. Dalam bukunya, "Percakapan dengan Tryphon Yahudi", Yustinus menulis: "Meski kami orang Kristen dibunuh dengan pedang, disalibkan, atau dibuang ke moncong-moncong binatang buas, ataupun disiksa dengan belenggu dan api, kami tidak akan murtad dari iman kami. Sebaliknya, semakin hebat penyiksaan, semakin banyak orang demi nama Yesus, bertobat dan menjadi orang saleh".
Di Roma, Yustinus ditangkap dan bersama para martir lainnya dihadapkan ke depan penguasa Roma. Setelah banyak disesah, kepala mereka dipenggal. Perisitiwa itu terjadi pada tahun 165. Yustinus dikenal sebagai seorang pembela iman terbesar pada zaman Gereja Purba.


Santo Simeon, Pengaku Iman
Simeon menempuh pendidikan di Konstantinopel dan hidup bertapa di tepi sungai Yordan. Pria berdarah Yunani ini kemudian menjadi rahib di biara Betlehem dan Gunung Sinai. Ia lebih suka hidup menyendiri dan menetap di seputar pantai Laut Merah dan di puncak gunung. Namun kemudian pemimpin biara mengutusnya ke Prancis. Setelah menjelajahi berbagai daerah, ia secara sukarela hidup terkunci di dalam sebuah bilik di suatu biara di Trier, Jerman sampai saat kematiannya.


Santo Johannes Storey, Martir
Yohannes Storey hidup antara tahun 1510-1571. Anggota parlemen Inggris ini sama sekali menolak mengakui Ratu Elisabeth I sebagai kepala Gereja. Akibatnya ia dipenjarakan. Namun sempat lolos dan melarikan diri ke Belgia. Dengan tipu muslihat, ia dibawa kembali ke Inggris dan digantung hingga menghembuskan nafasnya di London.


Santo Pamphilus dari Sesarea, Martir
Pamphilus lahir di Berytus, Phoenicia (sekarang: Beirut, Lebanon) pada tahun 240 dari sebuah keluarga terkemuka dan kaya. Pamphilus mempunyai minat dan bakat besar dalam masalah-masalah sekular di Berytus sambil meneruskan studi teologi di Sekolah Kateketik Aleksandria yang tersohor namanya di bawah bimbingan Pierius, pengganti Origenes. Dari Aleksandria ia pergi ke Sesarea, ibukota Palestina. Tak lama setelah ia tiba di Sesarea, ia ditahbiskan menjadi imam oleh Uskup Agapius. Ia menetap di sana dan teguh membela iman Kristen selama masa penganiayaan orang-orang Kristen sampai hari kematiannya sebagai martir sekitar tahun 309/310.
Pamphilus seorang imam, dosen, ekseget, dan pengumpul buku-buku yang bernilai tinggi. Dengan buku-buku yang berhasil dikumpulkannya, ia mengorganisir dan mengembangkan perpustakaan besar yang telah dirintis oleh Origenes. Perpustakaan ini berguna sekali bagi berbagai studi tentang Gereja. Dengan keahliannya di bidang teologi dan kitab suci, ia membimbing sekelompok pelajar dalam studi Kitab Suci. Eusebius, salah seorang muridnya - yang kemudian dijuluki 'Bapa Sejarah Gereja' - sangat akrab dengannya. Bersama dia, Phamphilus menulis sebuah biografi tentang gurunya (buku biografi ini telah hilang) sambil terus mengembangkan perpustakaan Sesarea di atas. Ia memusatkan perhatian pada pengumpulan teks-teks Alkitab beserta komentar-komentarnya sehingga koleksinya menjadi sumber informasi penting bagi penerbitan suatu versi penulisan Kitab Suci yang secara tekstual lebih tinggi daripada versi-versi lainnya pada masa itu. Koleksi teks-teks Kitab Suci dan buku-buku lainnya di dalam perpustakaan ini merupakan sumbangannya yang utama bagi Gereja, karena memberikan data yang lengkap dan terpercaya tentang literatur-literatur Kristen perdana. Karya Santo Hieronimus dan Eusebius di bidang Sejarah Gereja dan Kitab Suci didasarkan pada informasi yang disediakan di dalam perpustakaan Pamphilus ini. Sayang sekali bahwa perpustakaan ini dan semua buku yang ada di dalamnya dirusakkan oleh orang-orang Arab pada abad ketujuh.
Kira-kira antara tahun 307 dan 308, Pamphilus ditangkap, dipenjarakan, dan disiksa karena imannya. Sementara berada di penjara, ia bersama Eusebius - yang juga dipenjarakan - menulis sebuah apologi untuk rnembela Origenes; sebagian fragmen dari tulisan ini kini masih ada. Karena ia menolak untuk membawa korban kepada dewa-dewa kafir selama aksi penganiayaan oleh Maximinus Daza, ia dipenggal kepalanya antara tahun 309 atau 310.


Santo Ahmed, Martir
Ahmed adalah saudara Almansur, kepala negeri Lerida di Spanyol. Bersama dengan kedua adiknya Zaida dan Zoraida, Ahmed bertobat mengikuti Kristus dan dipermandikan menjadi Kristen, masing-masing dengan nama permandian: Bernard, Maria dan Gracia. Setelah menjadi Kristen ketiga kakak-beradik ini berusaha mengkristenkan Almansur, kakak mereka, tetapi tindakan mereka ini justru mengakibatkan kematian mereka sebagai martir. Mereka ditangkap dan diserahkan ke tangan algojo untuk dibunuh.




https://liturgia-verbi.blogspot.co.id/


Liturgia Verbi 2022-05-31 Selasa.

Liturgia Verbi (C-II)
Pesta S.P. Maria Mengunjungi Elisabet

Selasa, 31 Mei 2022



Bacaan Pertama
Zef 3:14-18a

"Tuhan, Raja Israel, ada di tengah-tengah kamu."

Pembacaan dari Nubuat Zefanya:

Bersorak-sorailah, hai puteri Sion,
bergembiralah hai Israel!
Bersukacitalah dan beria-rialah dengan segenap hati,
hai puteri Yerusalem!
Tuhan telah menyingkirkan hukuman yang dijatuhkan atasmu,
Ia telah menebas binasa musuhmu.
Raja Israel, yakni Tuhan, ada di tengah-tengahmu;
Engkau tidak akan takut lagi kepada malapetaka.

Pada hari itu akan dikatakan kepada Yerusalem,
"Janganlah takut, hai Sion!
Janganlah tanganmu menjadi lunglai!
Tuhan Allahmu ada di tengah-tengahmu
sebagai pahlawan yang memberi kemenangan.
Ia bersukaria karena engkau,
Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya,
dan Ia bersorak gembira karena engkau
seperti pada hari pertemuan raya."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Yes 12:2-3.4bcd.5-6,R:6b

Refren: Agunglah di tengah-tengahmu: Yang Kudus, Allah Israel.

*Sungguh, Allah itu keselamatanku;
aku percaya dengan tidak gementar;
sebab Tuhan Allah itu kekuatanku dan mazmurku,
Ia telah menjadi keselamatanku.

*Maka kamu akan menimba air dengan kegirangan
dari mata air keselamatan.

*Bersyukurlah kepada Tuhan, panggillah nama-Nya,
beritahukanlah karya-Nya di antara bangsa-bangsa,
masyhurkanlah bahwa nama-Nya tinggi luhur!

*Bermazmurlah bagi Tuhan, sebab mulialah karya-Nya;
baiklah hal ini diketahui di seluruh bumi!
Berserulah dan bersorak-sorailah, hai penduduk Sion,
sebab Yang Mahakudus, Allah Israel, agung di tengah-tengahmu!



Bait Pengantar Injil
Luk 1:45

Berbahagialah dia yang telah percaya,
sebab firman Tuhan yang telah dikatakan kepadanya
akan terlaksana.



Bacaan Injil
Luk 1:39-56

"Siapakah aku ini
sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?"

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Beberapa waktu sesudah kedatangan Malaikat Gabriel,
bergegaslah Maria ke pegunungan
menuju sebuah kota di wilayah Yehuda.
Ia masuk ke rumah Zakharia
dan memberi salam kepada Elisabet.

Ketika Elisabet mendengar salam Maria,
melonjaklah anak yang di dalam rahimnya
dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus,
lalu berseru dengan suara nyaring,
"Diberkatilah engkau di antara semua wanita,
dan diberkatilah buah rahimmu.
Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?
Sebab sesungguhnya,
ketika salammu sampai kepada telingaku,
anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan.
Sungguh, berbahagialah dia yang telah percaya,
sebab firman Tuhan yang dikatakan kepadanya akan terlaksana."

Lalu kata Maria,
"Jiwaku memuliakan Tuhan,
dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku,
sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya.
Sesungguhnya,
mulai sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia,
karena Yang Mahakuasa
telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku,
dan nama-Nya adalah kudus.
Rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia.
Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya
dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya;
Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya,
dan meninggikan orang-orang yang rendah;
Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar,
dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa;
Ia menolong Israel, hamba-Nya,
karena Ia mengingat rahmat-Nya,
seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita,
kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya."

Kira-kira tiga bulan lamanya
Maria tinggal bersama dengan Elisabet,
lalu pulang kembali ke rumahnya.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Mari kita lanjutkan renungan tentang persatuan.
Hari ini kita memperingati Pesta SP Maria mengunjungi Elisabet.
Elisabet adalah sanak-saudara Maria, diyakini Elisabet adalah sepupu atau saudara misan Maria.
Kunjungan Maria adalah wujud untuk mempererat tali silaturahmi di antara sesama sanak-saudara, tentu tujuannya adalah persatuan.
Bagaimana kita dapat berbicara soal persatuan kalau dengan sanak-saudara saja kita tidak hidup rukun satu dengan yang lainnya?

Di jaman sekarang, komunikasi digital sudah sedemikian maju, tidak seperti di jaman Maria-Elisabet, orang mesti mengirim surat berupa kertas atau malah titip omongan dan baru akan sampai di tujuan setelah beberapa hari, beberapa minggu, atau bahkan beberapa bulan.
Sekarang, pesan akan sampai dalam hitungan menit, bahkan detik saja.
Ilmu pengetahuan tentang persatuan, kerukunan, dan sebagainya, sekarang telah banyak kemajuan dan mudah didapat.
Seharusnya persatuan di jaman sekarang dapat jauh lebih erat lebih intim.

Maria mengunjungi Elisabet tentu tanpa bikin janji terlebih dahulu, tidak seperti sekarang, dapat dengan mudah kita bikin janji atau appointment untuk bertemu.
Maka ketika mengetahui kedatangan Maria, Elisabet jelas sekali berseru secara spontan, "Diberkatilah engkau di antara semua wanita, dan diberkatilah buah rahimmu."
Kalau sebelumnya telah bikin janji, bisa jadi saja perkataan telah disiapkan sebelumnya.

Memang sudah semestinya demikian, seperti perjumpaan Maria dan Elisabet, perjumpaan yang diawali dengan sukacita dan dengan kerinduan yang meluap melalui raut wajah gembira.
Elisabet mengawali sapaannya dengan pujian, dengan ungkapan perasaan kalau ia merasa sangat dihormati mendapat kunjungan dari "ibu Tuhanku".
Jika perjumpaan diawali dengan keceriaan seperti ini, tentulah selanjutnya situasi segera menjadi cair, meluluhkan berbagai ganjalan yang menghambat relasi di antara yang berjumpa itu.

Satu hal lagi yang ingin saya tulis, Maria memang mengkhususkan perjalanan menuju kediaman Elisabet, memang direncanakan untuk pergi ke pegunungan untuk menjumpai Elisabet.
Artinya, perjumpaan dengan Elisabet memang direncanakan, bukan kebetulan ketemu, atau dalam bahasa Jawa disebut "ora sengaja kepethuk", juga bukan karena "kebetulan lewat lalu sekalian mampir".

Begitu pula halnya, ketika kita bertemu Allah Bapa di dalam doa.
Khususkanlah waktu kita untuk dengan sengaja dan memang direncakan untuk bertemu, bukan "berdoa sambil menyetir atau daripada bengong dalam perjalanan".
Sebaliknya, janganlah berlama-lama ketika berdoa, seperti yang dikatakan oleh Yesus, "Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan."  [Mat 6:7]
Allah Bapa itu adalah sosok yang amat-sangat penting, presiden gak ada apa-apanya, para nabi dan orang kudus juga gak ada apa-apa, paus apalagi uskup gak ada apa-apanya.
Sama seperti bertemu tokoh penting, kita boleh berlama-lama berada di tempat kediamannya tetapi saat bertemu hanya singkat saja.
Mau berlama-lama di daam gereja, tuguran menjelang Paskah, meditasi, atau kegiatan spiritual lainnya, gak masalah malah bagus.
Tetapi doa kepada Allah Bapa tak perlu bertele-tele, sebab seperti yang disampaikan oleh Yesus, "Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya."

Jadi, bersekutu dengan Tuhan perlu dan penting, tinggal bersama-sama dengan-Nya mesti selama mungkin, "Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu", "Akulah pokok anggur dan kamu adalah ranting-rantingnya".
Itulah wujud persatuan kita, yang dimulai dengan persekutuan di antara sesama sanak-saudara seperti yang diperbuat oleh Maria dan Elisabet.
Mari kita juga perbuat yang sama.



Peringatan Orang Kudus
Santa Perawan Maria Mengunjungi Elisabeth
Ketika malaekat Gabriel membawa khabar gembira kepada Maria, ia menyampaikan juga kepada Maria peristiwa ilahi perkandungan Elisabeth. Malaekat Gabriel mengatakan bahwa Elisabeth sedang mengandung seorang anak laki-laki pada usia tuanya. Bayi laki-laki itu adalah Yohanes Pemandi, yang akan menjadi perintis jalan bagi Yesus, Juru Selamat yang dijanjikan Allah.
Maria segera bergegas ke pegunungan Yudea, ke kota Karem, tempat tinggal Elisabeth dan Zakarias. Maria berangkat ke sana untuk melayani Elisabeth. Sebagaimana kata Injil, pertemuan itu merupakan suatu peristiwa kegembiraan baik bagi Elisabeth maupun anak yang dikandungnya. Dari mulut Elisabeth keluarlah kata-kata pujian ini: "Terpujilah engkau di antara wanita, dan terpujilah buah tubuhmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? . . . "Elisabeth juga menyebut Maria sebagai Yang Berbahagia karena Maria percaya akan Sabda Tuhan yang disampaikan malaekat kepadanya.
Maria tidak membantah kata-kata pujian Elisabeth. Sebaliknya, dalam terang ilahi dilihatnya bahwa Tuhan mau menyelamatkan bangsa-bangsa melalui rahimnya yang kudus. Bahwa dengan perantaraannya Tuhan mau datang ke tengah-tengah umatNya untuk menyelamatkan mereka. Bahwa Tuhan hendak menyerahkan bangsa-bangsa di bawah perlindungannya yang rahim.
Oleh karena itu, Maria segera menjawab kata-kata pujian Elisabeth dengan Magnifikatnya: "Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya mulai sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia . . . ". Kira-kira Maria tinggal tiga bulan lamanya di rumah Elisabeth saudaranya dan menolongnya dalam urusan rumah tangga menyongsong kelahiran anak yang dikandung Elisabeth. Setelah itu, Maria kembali ke Nazareth.




https://liturgia-verbi.blogspot.co.id/