Liturgia Verbi 2019-08-01 Kamis.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XVII

Kamis, 1 Agustus 2019

PW S. Alfonsus Maria de Liguori, Uskup dan Pujangga Gereja

Ujud Misi/Evangelisasi - Keluarga sebagai sekolah pengembagan kemanusiaan.
Semoga dengan hidup doa dan cintanya, keluarga-keluarga semakin mampu menjadi sekolah, tempat kemanusiaan yang sejati dihidupi dan dikembangkan.

Ujud Gereja Indonesia - Kerukunan antar umat beragama.
Semoga dalam menjalin kerukunan hidup antar umat beragama, umat Katolik dimampukan untuk melihat kebaikan dan ketulusan dari kelompok umat beragama lain.



Bacaan Pertama
Kel 40:16-21.34-38

"Awan menutupi Kemah Pertemuan
dan kemuliaan Tuhan memenuhi Kemah Suci."

Pembacaan dari Kitab Keluaran:

Tentang hal ikhwa Kemah Suci
Musa melakukan semuanya secara tepat,
seperti yang diperintahkan Tuhan kepadanya.
Dan terjadilah dalam bulan pertama tahun kedua,
pada tanggal satu bulan itu didirikanlah Kemah Suci.
Beginilah Musa mendirikan Kemah Suci itu:
Ia Memasang alas-alasnya, menyusun papan-papannya,
memasang kayu-kayu lintang dan mendirikan tiang-tiangnya.
Kemudian ia membentangkan atap kemah
yang menudungi Kemah Suci
dan meletakkan tudung kemah di atasnya,
seperti diperintahkan Tuhan kepadanya.

(Lalu Musa mengambil loh hukum Allah, menaruhnya ke dalam tabut,
lalu memasang kayu pengusung pada tabut itu dan meletakkan tutup pendamaian di atas tabut itu.
Ia membawa tabut itu ke dalam Kemah Suci, menggantungkan tabir penudung dan memasangnya sebagai penudung di depan tabut hukum Allah,
seperti yang diperintahkan Tuhan kepada Musa.)

Lalu awan menutupi Kemah Pertemuan
dan kemuliaan Tuhan memenuhi Kemah Suci,
sehingga Musa tidak dapat memasuki Kemah Pertemuan,
sebab awan itu hinggap di atas kemah
dan kemuliaan Tuhan memenuhi Kemah Suci.
Setiap kali awan itu naik dari atas Kemah Suci,
berangkatlah orang Israel dari tempat mereka berkemah.
Tetapi jika awan itu tidak naik, mereka pun tidak berangkat,
sampai hari awan itu naik.
Sebab awan Tuhan itu ada di atas Kemah Suci pada siang hari,
dan pada malam hari ada api di dalamnya,
di depan mata seluruh umat Israel
pada setiap tempat mereka berkemah.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 84:3-6a.8a.11,R:2

Refren: Betapa menyenangkan tempat kediaman-Mu,
ya Tuhan semesta alam!

*Jiwaku merana
karena merindukan pelataran Tuhan;
jiwa dan ragaku bersorak-sorai
kepada Allah yang hidup.

*Bahkan burung pipit mendapat tempat
dan burung layang-layang mendapat sebuah sarang,
tempat mereka menaruh anak-anaknya,
pada mezbah-mezbah-Mu, ya Tuhan semesta alam,
ya Rajaku dan Allahku!

*Berbahagialah orang yang diam di rumah-Mu,
yang memuji-muji Engkau tanpa henti.
Berbahagialah para peziarah
yang mendapat kekuatan dari pada-Mu,
langkah mereka makin lama makin tinggi.

*Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu
daripada seribu hari di tempat lain;
lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku
daripada diam di kemah-kemah orang fasik.



Bait Pengantar Injil
Kis 16:14b

Tuhan, bukalah hati kami,
supaya kami memperhatikan sabda Putera-Mu.



Bacaan Injil
Mat 13:47-53

"Ikan yang baik dikumpulkan ke dalam pasu, yang buruk dibuang."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Sekali peristiwa Yesus bersabda kepada orang banyak,
"Hal Kerajaan Surga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut,
lalu mengumpulkan pelbagai jenis ikan.
Setelah penuh, pukat itu pun diseret orang ke pantai.
Lalu mereka duduk dan dipilihlah ikan-ikan itu,
ikan yang baik dikumpulkan ke dalam pasu, yang buruk dibuang.
Demikianlah juga pada akhir zaman.
Malaikat-malaikat akan datang
memisahkan orang jahat dari orang benar.
Yang jahat lalu mereka campakkan ke dalam dapur api.
Di sana ada ratapan dan kertak gigi.

Mengertikah kalian akan segala hal ini ?"
Orang-orang menjawab, "Ya, kami mengerti."
Maka berkatalah Yesus kepada mereka,
"Karena itu
setiap ahli Taurat yang menerima pelajaran hal Kerajaan Allah
seumpama seorang tuan rumah
yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama
dari perbendaharaannya."
Setelah selesai menyampaikan perumpamaan itu,
Yesus pergi dari sana.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Bacaan Injil hari ini menunjukkan tentang kesamaan antara norma yang berlaku di Surga dan di dunia, yakni: yang baik disimpan dan yang buruk dibuang.
Bedanya, di dunia yang buruk masih bisa ditutup-tutupi sehingga nampak baik, tetapi di Surga tidaklah mungkin untuk menutup-nutupi keburukan.

Perbedaan yang menyolok, di dunia orang begitu mudah untuk mem-vonis orang lain itu buruk tetapi sulit untuk mengacungkan jempol terhadap orang baik, seolah-olah orang baik itu biasa-biasa saja dan memang sudah semestinya demikian, padahal menemukan orang yang benar-benar baik itu cukup sulit.
Barangkali inilah alasannya mengapa Yesus melarang untuk memisahkan rumput ilalang dari bulir gandum, sama seperti ikan-ikan yang terjerat dalam pukat, ada ikan yang baik dan ada pula yang buruk.
Kira-kira seperti ini, yang baik belum tentu baik dan yang buruk belum tentu buruk.
Cukup sering saya sendiri mengalami, berbuat suatu kebaikan tetapi dinilai buruk oleh orang lain, dan sebaliknya, perbuatan buruk malah menuai puji-pujian.

Di Kerajaan Surga, Allah Bapa nampak lebih berhati-hati untuk memvonis seseorang itu buruk, selalu diberi kesempatan untuk menjadi baik melalui pertobatan, selalu ada pengampunan atas dosa, itu karena memang kehendak-Nyalah supaya semua orang menjadi baik dan karena kasih-Nyalah Ia melakukan hal itu.
Di dunia beda, yang buruk langsung divonis, malah terkadang dengan alasan yang tak jelas atau alasan yang dibuat-buat, lalu keburukan itu pun digembor-gemborkan supaya orang-orang mengetahuinya.

Sekarang menjadi jelas, ada kesamaan norma di dunia dan di Surga, yang baik disimpan dan yang buruk dibuang, tetapi sangat berbeda atau malah bertolak belakang dalam hal penetrasinya.
Di surga, sebelum dibuang ke dapur api, diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk berubah menjadi baik.
Nah, kita ini telah diambil dari dunia, lalu diangkat menjadi warga Kerajaan Surga, maka sudah sepatutnyalah kita menggunakan norma yang diberlakukan di Surga, terutama dalam penetrasinya.
Marilah kita berusaha menjadi baik, lalu menolong orang-orang yang berperilaku buruk untuk berubah menjadi baik.
Yesus telah berpesan kepada kita agar hendaknya kita mengampuni kesalahan orang sebanyak 70x7 kali, dalam pengertian sebanyak-banyaknya.



Peringatan Orang Kudus
Santo Alfonsus Maria de Liguori, Uskup dan Pujangga Gereja
Alfonsus Maria de Liguori lahir di sebuah kota dekat Napoli, Italia pada tanggal 27 September 1696. Ia meninggal dunia di Nocera pada tanggal 1 Agustus 1787.
Alfonsus berasal dari sebuah keluarga bangsawan Kristen yang saleh. Orangtuanya, Joseph de Liguori dan Anna Cavalieri mendidik dia dengan baik dalam hal iman dan cara hidup Kristiani. Ayahnya berpangkat Laksamana dalam jajaran militer Kerajaan Napoli. Oleh karena itu tidaklah mengherankan apabila Alfonsus memperoleh pendidikan ala militer dengan disiplin yang keras. Sekali seminggu ia disuruh tidur di lantai tanpa alas. Maksudnya ialah agar ia terbiasa dengan pola hidup yang keras dan tidak manja.
Sejak kecil Alfonsus sudah menunjukkan bakat-bakat yang luarbiasa. Tak terbayangkan bahwa ia dalam usianya yang begitu muda, 16 tahun, sudah meraih gelar Doktor Hukum di Universitas Napoli, dengan predikat "Magna cum Laude". Karyanya sebagai seorang Sarjana Hukum dimulainya dengan menjadi advokat/pengacara. Ia selalu menang dalam setiap perkara yang dibelanya. Karena itu ia banyak mendapat tanda penghargaan dari orang-orang yang telah ditolongnya.
Pada tahun 1723 ia diminta membela satu perkara besar. Untuk itu ia berusaha keras mengumpulkan dan meneliti berbagai data tentang perkara itu. Namun keberuntungan rupanya tidak memihak dia. Karena suatu kesalahan kecil ia akhirnya dikalahkan oleh pengacara lawannya. Dengan muka pucat pasi ia beranjak meninggalkan gedung pengadilan. la mengakui lalai dalam meneliti semua data penting dari perkara itu. Ia mengalami shock berat dan selama tiga hari ia mengurung diri dalam biliknya merenungi kekalahannya.
Di satu pihak kekalahannya itu sungguh menekan batinnya tetapi di pihak lain kekalahan itu justru menjadi pintu masuk baginya untuk menjalani kehidupan bakti kepada Tuhan dan sesama. Setelah banyak berdoa dan merenung di depan Tabernakel, ia menemukan kembali ketenangan batin. Ketenangan batin itu menumbuhkan dalam hatinya suatu hasrat besar untuk menjadi seorang rohaniwan. Ketika sedang melayani orang di rumah sakit sebagaimana biasanya, ia mendengar suatu suara ajaib berkata: "Alfonsus, serahkanlah dirimu kepadaKu". Alfonsus terhentak sejenak karena suara ajaib itu terdengar begitu jelas. Lama kelamaan, ia sadar bahwa suara itu adalah suara panggilan Tuhan. Kesadaran ini mendesak dia untuk menentukan sikap tegas terhadap suara panggilan itu. la mengambil keputusan untuk menjadi seorang rohaniwan yang mengabdikan diri seutuhnya kepada Tuhan. Keputusan itu disampaikan kepada orangtuanya. Ayahnya sangat kecewa dan tidak mau lagi bertemu dengan dia. Biarapun berkeberatan menerimanya karena alasan kesehatan. Syukurlah uskup setempat meluluskan niat bekas advokat itu. Semenjak itu ia dengan tekun mempelajari teologi dan mempersiapkan diri sebaik-baiknya agar bisa menjadi seorang imam praja yang baik. Kesungguhan persiapannya itu terutama dilatarbelakangi oleh cara hidup imam-imam masa itu yang kurang mencerminkan keluhuran martabat imamat, dan karenanya umat sering memandang rendah mereka.
Alfonsus kemudian ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1726. Imam muda ini begitu cepat terkenal di kalangan umat karena kotbahnya yang menarik dan mendalam. Selain menjadi seorang pengkotbah ulung, ia pun menjadi bapa pengakuan yang disenangi umatnya. Karyanya sejak awal kehidupannya sebagai imam diabdikannya kepada orang­orang miskin dan pemuda-pemuda gelandangan di kota Napoli. Ia berusaha mengumpulkan mereka untuk memberi pelajaran agama dan bimbingan rohani.
Pada tahun 1729, ia menjadi imam kapelan di sebuah kolese yang khusus mendidik para calon imam misionaris. Di sana ia berkenalan dengan Pater Thomas Falciola, seorang imam yang memberi inspirasi dan dorongan kepadanya untuk mendirikan sebuah institut yang baru. Kepadanya Pater Falciola menceritakan tentang para suster binaannya di Scala yang menghayati cara hidup yang keras dalam doa dan matiraga. Terdorong oleh inspirasi dan semangat yang diberikan Pater Falciola, ia kemudian mendirikan sebuah tarekat religius baru di Scala pada tanggal 9 Nopember 1732. Tarekat ini diberinya nama 'Sanctissimi Redemptoris', dan mengabdikan diri di bidang pewartaan Injil kepada orang-orang desa di pedusunan. Tanpa kenal lelah anggota-anggota tarekat ini berkotbah di alun-alun, mendengarkan pengakuan dosa dan memberikan bimbingan khusus kepada muda-mudi, pasangan suami­isteri dan anak-anak.
Pada umurnya yang sudah tua (66 tahun), ia diangkat menjadi Uskup Agata, kendatipun ia sangat ingin agar orang lain saja yang dipilih. Sebagai uskup, ia berusaha membaharui cara hidup para imamnya dan seluruh umat di keuskupannya. Selain itu, ia menulis banyak buku, di antaranya buku Teologi Moral yang terus dicetak ulang sampai abad ini. Tulisan-tulisannya sangat membantu imam-imam teristimewa dalam bidang pelayanan Sakramen Tobat. Dengannya mereka bukan saja mengemban tugas itu dengan penuh kasih sayang, melainkan juga memberikan bimbingan yang tepat kepada umat.
Karena sering jatuh sakit, ia beberapa kali meminta boleh mengundurkan diri sebagai uskup, namun permohonannya baru dikabulkan ketika ia berumur 80 tahun. Ia diperbolehkan kembali ke biara. Masa-masa terakhir hidupnya sangatlah berat karena penyakit yang dideritanya dan serangan para musuh terhadap kongregasinya. Akhirnya pada tahun 1787, ketika berusia 91 tahun, ia meninggal dunia dengan tenang di Pagani, dekat Napoli, Italia.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

Liturgia Verbi 2019-07-31 Rabu.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XVII

Rabu, 31 Juli 2019

PW S. Ignasius dari Loyola, Imam



Bacaan Pertama
Kel 34:29-35

"Melihat wajah Musa, orang-orang Israel takut mendekat."

Pembacaan dari Kitab Keluaran:

Ketika Musa turun dari gunung Sinai
dengan membawa kedua loh hukum Allah,
ia tidak tahu, bahwa kulit wajahnya bercahaya
karena ia telah berbicara dengan Tuhan.
Dan ketika Harun dan semua orang Israel melihat Musa,
tampaklah kulit wajahnya bercahaya.
Maka mereka takut mendapati dia.
Tetapi Musa memanggil mereka.
Lalu Harun dan para pemimpin jemaah datang kepadanya
dan Musa berbicara kepada mereka.
Sesudah itu mendekatlah semua orang Israel
lalu disampaikannyalah kepada mereka segala perintah
yang diucapkan Tuhan kepadanya di atas gunung Sinai.

Setelah Musa selesai berbicara dengan mereka,
diselubunginyalah wajahnya.
Tetapi apabila Musa masuk menghadap Tuhan
untuk berbicara dengan Dia,
ditanggalkannyalah selubung itu sampai ia keluar.
Dan apabila keluar, ia menyampaikan kepada orang Israel
apa yang diperintahkan kepadanya.
Apabila orang Israel melihat bahwa kulit wajah Musa bercahaya,
maka Musa menyelubungi wajahnya kembali
sampai ia masuk menghadap untuk berbicara dengan Tuhan.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 99:5-7.9,R:9c

Refren: Kuduslah Tuhan, Allah kita.

*Tinggikanlah Tuhan, Allah kita,
dan sujudlah menyembah kepada tumpuan kaki-Nya!
Kuduslah Ia!

*Musa dan Harun di antara imam-imam-Nya,
dan Samuel di antara orang-orang yang menyerukan nama-Nya.
Mereka berseru kepada Tuhan dan Ia menjawab mereka.

*Dalam tiang awan Ia berbicara kepada mereka;
mereka telah berpegang pada peringatan-peringatan-Nya
dan pada ketetapan yang diberikan-Nya kepada mereka.

*Tinggikanlah Tuhan, Allah kita,
dan sujudlah menyembah di hadapan gunung-Nya yang kudus!
Sebab kuduslah Tuhan, Allah kita!



Bait Pengantar Injil
Yoh 15:15b

Kalian Kusebut sahabat-Ku,
sebab kepada kalian Kusampaikan
apa saja yang Kudengar dari Bapa.



Bacaan Injil
Mat  13:44-46

"Ia menjual seluruh miliknya, lalu membeli ladang itu."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Sekali peristiwa Yesus mengajar orang banyak,
"Hal Kerajaan Surga itu seumpama harta yang terpendam di ladang,
yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi.
Karena sukacitanya, pergilah ia menjual seluruh miliknya,
lalu membeli ladang itu.

Demikian pula hal Kerajaan Surga itu seumpama seorang pedagang
yang mencari mutiara yang indah.
Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga,
ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Iman kita adalah "harta karun" yang merupakan anugerah dari Allah Bapa yang diberikan kepada kita melalui perantaraan Yesus Kristus.
Yang namanya harta karun, tidak disimpan di brankas atau di bank, tidak juga di bawah bantal di tempat tidur.
Harta karun itu terpendam di ladang, tak nampak dan sulit untuk ditemukan orang.
Harta karun itu ibarat mutiara yang harganya mahal tapi terpendam di dalam laut, bukan di lemari perhiasan kita.

Jika kita mau memandang iman kita seperti harta karun itu, tentulah kita juga mau mengorbankan apa saja yang menjadi milik kita untuk memperoleh harta karun itu.
Apalagi jika yang mesti dikorbankan tidak seberapa, pastilah kita akan berseru, "Mau… mau… mau…!!!"

Kita tak mesti menjual rumah, mobil, atau perhiasan untuk memperoleh iman yang sangat berharga itu.
Harta surgawi tak dapat ditukar dengan harta duniawi.
Yang duniawi biarlah tetap duniawi.
Yang surgawi dapat kita peroleh dengan harta kekayaan yang bernilai di surga, yakni yang tak rusak oleh karat dan ngengat, yang sekali kita peroleh maka itu akan kita miliki untuk selama-lamanya karena tak dapat diambil oleh orang lain, dan bahkan akan ditambahkan sampai berlimpah-limpah.
"Siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya."   [Mat 13:12]

Semestinya tak menjadi masalah kalau kita dipandang miskin oleh dunia, asal Allah Bapa kita memandang kita kaya akan harta surgawi, yakni memiliki iman yang berlimpah.



Peringatan Orang Kudus
Santo Ignasius Loyola, Pengaku Iman
Ignasius Loyola lahir di Azpeitia di daerah Basque, Profinsi Guipuzcoa, Spanyol Utara pada tahun 1491. Putera bungsu keluarga bangsawan Don Beltran de Onazy Loyola dan Maria Sanchez de Licona ini diberi nama Inigo Lopez de Loyola.
Semenjak kecil hingga masa mudanya, Ignasius mengecap kenikmatan hidup mewah di lingkungan istana. Dia dididik dalam tradisi dan kebiasaan hidup istana yang ketat.
Pada tahun 1517, Ignasius menjadi tentara Kerajaan Spanyol. Empat tahun kemudian, pada tanggal 20 Mei 1521, Ignasius menderita luka parah terkena peluru ketika mempertahankan benteng Pamplona dari serangan tentara Prancis. Penderitaan fisik dan mental yang hebat ini ditanggungnya dengan sabar dan berani dalam perawatan selama hampir satu tahun. 
Masa pemulihan kesehatannya yang begitu lama menjadi baginya suatu masa ber-rahmat, di mana ia menemukan ambang pintu bagi kehidupannya sebagai seorang 'manusia baru'.   Selama masa perawatannya, ingin sekali ia menghalau kebosanannya dengan membaca buku-­buku kepahlawanan. Sayang sekali bahwa buku-buku heroik yang ingin dibacanya tidak tersedia di situ.  Satu-satunya buku yang tersedia ialah buku tentang Kehidupan Kristus dan Para Orang Kudus.  Demi memuaskan keinginannya, ia terpaksa menjamah dan membolak-balik buku itu.  Tanpa disadarinya apa yang dibacanya tertanam dan mulai bersemi dalam lubuk hatinya.  Kalbunya serasa sejuk bila menekuni bacaan itu.  Lambat laun ia memutuskan untuk menyerahkan seluruh sisa hidupnya bagi Tuhan sebagai Abdi Allah. Ia tidak ingin lagi menjadi pahlawan duniawi.  Kepribadiannya berubah secara total. Dari suatu cara hidup duniawi yang sia-sia, ia menjadi seorang rohaniwan yang melekat erat pada Tuhan dalam cinta kasih yang mendalam. la bahkan bertekad melampaui pahlawan-pahlawan suci lainnya.
Pada tahun 1522, Ignasius pergi ke biara Benediktin Montserrat, Timurlaut Spanyol.  Selama tiga hari berada di sana, ia berdoa dengan tekun dan memohon ampun atas semua dosanya di masa silam.  Semua miliknya diberikan kepada orang-orang miskin. Niatnya yang sungguh untuk mengabdi Tuhan dan sesama ditunjukkan dengan meletakkan pedangnya di bawah kaki altar kapel biara itu, pada tanggal 24 Maret malam hari.  
Keesokan harinya setelah merayakan Ekaristi dan menerima Komuni Kudus, Ignasius pergi ke sebuah gua dekat Manresa.   Di gua ini ia mengalami suasana tenang dan damai yang menyenangkan.   Dan gua ini jugalah yang menjadi tempat kelahiran baru baginya sebagai seorang 'manusia baru'.   Meditasi dan doa-doanya selama berada di gua ini mengaruniakan kepadanya suatu pemahaman yang baru tentang kehidupan rohani.   Pemahaman ini diabadikannya dalam bukunya berjudul 'Latihan Rohani' yang masih relevan hingga sekarang.
Dari Manresa, Ignasius bermaksud berziarah ke Tanah Suci untuk mentobatkan orang-orang yang belum mengakui Kristus.   Tetapi niat ini dibatalkan karena kondisi negeri Palestina yang tidak memungkinkan.   Sebagai gantinya, ia kembali ke Barcelona, Spanyol. Pada tahun 1524, Ignasius semakin yakin bahwa tugas pelayanan bagi Tuhan dan sesama perlu didukung oleh pendidikan yang memadai. Karena itu, selama 10 tahun ia berjuang memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan. Ia belajar di Alcala de Henares (1526­1527), Salamanca (1527-1528) dan Paris (1528-1535) hingga memperoleh gelar sarjana pada tanggal 14 Maret 1535.  Masa pendidikan ini menjadikan dia seorang yang berkepribadian matang, penuh disiplin diri, dan berpengetahuan luas dan mendalam. Kepribadian dan pengetahuan itu sangat penting bagi peranannya sebagai pemimpin di kemudian hari.  Kadang-kadang ia memberikan pelajaran agama serta bimbingan rohani kepada orang-orang yang datang kepadanya. Tetapi kegiatannya itu menimbulkan kecurigaan para pejabat Gereja. Sebab, tidaklah lazim seorang awam mengajar agama dan spiritualitas.
Kariernya sebagai Abdi Allah dimulainya dengan mengumpulkan beberapa orang pemuda yang tertarik pada karya pelayanan kepada Tuhan dan GerejaNya.  Pemuda-pemuda yang menjadi pengikutnya yang pertama, antara lain Beato Petrus Faber, Santo Fransiskus Xaverius, Diego Laynez, Simon Rodriquez, Alonso Salmeron, dan Nikolas Bobadilla.   Kelompok pertama dari Serikat Yesus ini mengucapkan kaul hidup religius di kapel biara Benediktin di Montmartre.
Selain mengikrarkan ketiga kaul hidup membiara: kemurnian, ketaatan dan kemiskinan, mereka pun mengikrarkan kaul tambahan, yakni kesediaan menjalankan karya misioner di Tanah Suci di antara orang-orang Islam.   Ignasius sendiri kemudian ditahbiskan menjadi imam pada tanggal 24 Juni 1537.   Karena misi ke Palestina tak mungkin diwujudkan akibat perang waktu itu, maka kaul tambahan 'kesediaan menjalankan karya misi di Tanah Suci' dibatalkan dan diganti dengan 'pengabdian khusus kepada Sri Paus'.   Untuk itu Ignasius bersama rekan-rekannya menawarkan diri kepada Paus Paulus III (1534-1549) untuk mengerjakan tugas apa saja yang diberikan oleh paus, di mana saja dan kapan saja.   Pada tanggal 27 September 1540, Paus Paulus III merestui keberadaan kelompok Ignasian, yang kemudian dikokohkan menjadi sebuah serikat rohaniwan dengan nama Serikat Yesus.   Ignasius sendiri diangkat sebagai pemimpin pertama dalam sebuah upacara di basilik Santo Paulus.
Selama 15 tahun (1541-1556) memimpin Serikat Yesus, Ignasius memusatkan perhatiannya pada pembinaan semangat religius ordonya.  Semboyannya - yang kemudian menjadi semboyan umum Serikat Yesus - dalam melaksanakan tugasnya ialah "Ad Maiorem Dei Gloriam ".   Ia mendirikan banyak kolese antara lain Kolese Roma (yang kemudian menjadi Universitas Gregoriana) dan Kolese Jerman yang khusus untuk mendidik para calon imam untuk karya kerasulan di wilayah-wilayah Katolik yang sudah dipengaruhi oleh Reformasi Protestan.
Selama kepemimpinannya, Ignasius melibatkan imam-imamnya dalam usaha membendung arus pengaruh Protestantisme di Eropa Utara dan dalam Pewartaan Sabda kepada semua orang Katolik tanpa memandang kelas sosialnya.   Ia mengutus Fransiskus Xaverius, sahabat akrabnya, ke benua Asia yang masih kafir untuk membuka lahan baru bagi karya misioner Gereja.
Ignasius dikenal sebagai seorang rohaniwan yang ramah kepada sesamanya.   Kasih sayangnya yang besar kepada orang-orang sakit dan lemah, anak-anak dan pendidikannya, terutama orang-orang berdosa banyak kali membuatnya menangis karena memikirkan kemalangan mereka.   Karena itu ia menggugah hati imam-imamnya agar dengan tulus berkarya di tengah-tengah semua lapisan masyarakat demi menyelamatkan mereka.
Ordo Yesuit yang didirikannya dipoles menjadi sebuah ordo religius yang bebas dari keketatan aturan hidup monastik lama yang kaku. Sebagai reaksi terhadap kekejaman Gereja Abad Pertengahan, yang melahirkan Reformasi Protestan, Ignasius menuntut ketaatan mutlak kepada Takhta Suci dan prinsip prinsip Katolik.   Retret yang teratur diupayakannya sebagai suatu sarana ampuh bagi kedalaman spiritualitas orang-orang Kristen.
Sebelum wafatnya pada tanggal 31 Juli 1556, Ignasius menyaksikan keberhasilan Ordonya dalam mengabdi Tuhan dan GerejaNya. Propinsi serikatnya pada masa itu telah berjumlah 12 dengan 1000 orang imam dan kira-kira 100 buah biara dan kolese.   Ignasius dinyatakan sebagai 'beato' oleh Paus Paulus V pada tanggal 3 Desember 1609 dan kemudian oleh Paus Gregorius XV ia dinyatakan sebagai 'santo' pada tanggal 12 Maret 1622.   Ignasius diangkat sebagai pelindung semua kegiatan rohani oleh Paus Pius XI pada tahun 1922.

Beato Yohanes Columbini, Pengaku Iman
Yohanes Columbini lahir di Siena, Italia pada abad ke-14. la tergolong warga kota yang berkedudukan penting dalam masyarakat dan kaya raya tetapi sembrono hidupnya. Cita-cita hidupnya hanya satu, yakni menjadi semakin kaya. Untuk itu ia senantiasa bekerja keras agar harta kekayaannya semakin bertambah banyak.
Pertobatannya hingga menjadi seorang Abdi Allah dan sesama manusia berawal dari semangatnya membaca riwayat Santa Maria dari Mesir. Mulanya ia merasa tidak puas bahkan marah terhadap kisah itu. Buku yang dibacanya dibuangnya jauh-jauh. Tetapi kemudian ia pun tertarik untuk membaca lagi kisah itu. Tanpa disadarinya tumbuhlah dalam hatinya kesadaran akan keadaan dirinya. la bertobat dan segera membagi-bagikan semua kekayaannya kepada orang-orang miskin. Ia sendiri menjadi seorang perawat bagi orang-orang sakit di sebuah rumah sakit di kota itu. Perubahan sikap hidupnya ini mengherankan banyak penduduk Siena. Sangat banyak orang berdosa bertobat setelah menyaksikan cara hidup baru Columbini. Beberapa orang kaya di kota itu mengikuti jejaknya.
Pada waktu itu di Propinsi Toskania merajalela aksi perampokan dan peperangan antar berbagai suku. Yohanes bersama kawan-kawannya menjelajahi desa dan kota sampai ke pelosok-pelosok untuk mewartakan Injil sambil mendamaikan kelompok-kelompok yang bertikai. Mereka memikat hati banyak orang dengan pengajarannya dan berhasil mempertobatkan banyak orang berdosa.
Yohanes mempersatukan para pengikutnya dalam sebuah perkumpulan awam yang disebut Yesuat. Perkumpulan ini mengabdikan diri pada perawatan orang sakit dan jompo, penguburan orang-orang yang meninggal dan berbagai karya amal lainnya. Yohanes Columbini meninggal dunia pada tahun 1367 dan digelari sebagai 'Beato'.

Santo Germanus, Pengaku Iman
Germanus lahir pada tahun 378. la adalah seorang pegawai tinggi pemerintah. la dipilih menjadi Uskup Auxerre, Prancis, meskipun tidak menyukainya. Kemudian ia meninggalkan isterinya. Harta miliknya ia gunakan untuk membangun gereja dan biara. Dua kali ia diutus ke Inggris untuk membersihkan umat dari bidaah Pelagianisme dan ikut berperang melawan tentara Saxon. Germanus dengan giat mengkristenkan kembali seluruh wilayah keuskupannya. la meninggat dunia pada tahun 448.

Santa Eilin, Janda dan Pengaku Iman
Janda muda yang saleh ini berziarah dari Swedia ke Yerusalem. Oleh sanak keluarganya ia dituduh merencanakan pembunuhan atas suami puterinya. Karena itu Eilin dipukuli dengan tongkat kayu sampai mati. Banyak peziarah menyaksikan terjadinya banyak mujizat pada makamnya. Eilin mati terbunuh pada tahun 1160.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

Liturgia Verbi 2019-07-30 Selasa.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XVII

Selasa, 30 Juli 2019

PF S. Petrus Krisologus, Uskup dan Pujangga Gereja



Bacaan Pertama
Kel 33:7-11;34:5b-9.28

"Tuhan bersabda kepada Musa dengan berhadapan muka."

Pembacaan dari Kitab Keluaran:

Waktu Israel ada di padang gurun,
Musa mengambil sebuah kemah
dan membentangkannya jauh di luar perkemahan.
Kemah itu diberi nama Kemah Pertemuan.
Setiap orang yang mencari Tuhan,
pergi ke Kemah Pertemuan itu di luar perkemahan.

Apabila Musa pergi ke kemah itu,
bangunlah seluruh bangsa dan berdirilah mereka,
masing-masing di pintu kemahnya,
dan mereka mengikuti Musa dengan matanya,
sampai ia masuk ke dalam kemah itu.

Apabila Musa masuk ke dalam kemah itu,
turunlah tiang awan dan berhenti di pintu kemah
lalu berbicaralah Tuhan dengan Musa di sana.
Setelah seluruh bangsa melihat,
bahwa tiang awan berhenti di pintu kemah,
maka mereka bangun dan sujud menyembah,
masing-masing di pintu kemahnya.
Dan Tuhan berbicara kepada Musa dengan berhadapan muka
seperti orang yang berbicara dengan temannya.
Kemudian kembalilah Musa ke perkemahan.
Tetapi Yosua bin Nun, hambanya, seorang yang masih muda,
tidaklah meninggalkan kemah itu.

Pada suatu hari, pagi-pagi benar, Musa naik ke Gunung Sinai.
Ia menyerukan nama Tuhan.
Tuhan lewat di depan Musa sambil berseru,
"Tuhan adalah Allah yang penyayang dan pengasih,
panjang sabar dan berlimpah kasih setia-Nya;
rahmat dan kesetiaan-Nya berlimpah-limpah.
Ia meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang,
Ia mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa.
Tetapi orang yang bersalah
tidak sekali-kali Ia bebaskan dari hukuman.
Dan kesalahan bapa akan dibalaskan-Nya
kepada anak-anak dan cucunya,
sampai keturunan yang ketiga dan keempat."

Segeralah Musa berlutut ke tanah,
lalu sujud menyembah, serta berkata,
"Jika aku mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, ya Tuhan,
berjalanlah kiranya Tuhan di tengah-tengah kami.
Sekalipun bangsa ini suatu bangsa yang berkeras kepala,
tetapi ampunilah kesalahan dan dosa kami.
Ambillah kami menjadi milik-Mu."

Musa berada di sana bersama-sama Tuhan
empat puluh hari empat puluh malam lamanya,
tanpa makan roti dan tanpa minum air.
Dan seluruh perjanjian, yakni Kesepuluh sabda,
dituliskannya pada loh batu.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 103:6-7.8-9.10-11.12-13,R:8a

Refren: Tuhan itu pengasih dan penyayang.

*Tuhan menjalankan keadilan dan hukum
bagi semua orang yang diperas.
Ia telah memperkenalkan jalan-jalan-Nya kepada Musa,
dan memaklumkan perbuatan-perbuatan-Nya kepada orang Israel.

*Tuhan adalah penyayang dan pengasih,
panjang sabar dan berlimpah kasih setia.
Tidak terus-terusan Ia murka,
dan tidak untuk selamanya Ia mendendam.

*Tidak pernah Ia memperlakukan kita setimpal dengan dosa kita,
atau membalas kita setimpal dengan kesalahan kita.
Setinggi langit dari bumi,
demikianlah besarnya kasih setia Tuhan,
atas orang-orang yang takut akan Dia!

*sejauh timur dari barat,
demikianlah pelanggaran-pelanggaran kita dibuang-Nya.
Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya,
demikian Tuhan sayang kepada orang-orang yang takwa.



Bait Pengantar Injil


Benih melambangkan sabda Allah, penaburnya ialah Kristus.
Semua orang yang menemukan Kristus, akan hidup selama-lamanya.



Bacaan Injil
Mat  13:36-43

"Seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api,
demikian juga pada akhir zaman."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Pada suatu hari
Yesus meninggalkan orang banyak, lalu pulang.
Para murid kemudian datang dan berkata kepada-Nya:,
"Jelaskanlah kepada kami
arti perumpamaan tentang lalang di ladang itu."

Yesus menjawab,
"Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia.
Ladang ialah dunia.
Benih yang baik adalah anak-anak Kerajaan
dan lalang adalah anak-anak si jahat.
Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis.
Waktu menuai ialah akhir zaman, dan para penuai itu malaikat.

Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api,
demikian juga pada akhir zaman.
Anak Manusia akan mengutus malaikat-malaikat-Nya
dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan
dan semua orang yang melakukan kejahatan
dari dalam Kerajaan-Nya.
Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api.
Di sanalah akan terdapat ratapan dan kertak gigi.
Pada waktu itulah orang benar akan bercahaya seperti matahari
dalam Kerajaan Bapa mereka.
Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan!"

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Nampaknya memang ada pilihan, kita mau menjalani hidup di dunia ini sebagai bulir gandum atau sebagai rumput ilalang.
Sama-sama boleh tumbuh, bedanya, sebagai bulir gandum kita berkesempatan untuk menjalin relasi yang intim dengan Yesus Kristus.
Dan perbedaan yang paling mendasar justru di hasil akhirnya, bukan saat menjalani hidup, karena di bagian akhir nanti rumput ilalang akan dipisahkan dari bulir gandum lalu dicampakkan ke dalam dapur api.

Jika kita telah memutuskan untuk menjadi bulir gandum, maka pada akhir jaman nanti kita akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Surga.
Itulah yang disampaikan oleh Yesus.
Sekarang ini semuanya itu masih dalam harapan, dan harapan itu akan menjadi nyata pada waktunya nanti.
Sekarang ini, harapan itu akan menjadi semacam mesin pembangkit semangat hidup, pemelihara ketaatan akan ajaran dan perintah-Nya, dan menjadikan hidup di dunia ini menjadi kurang penting dibandingkan hidup kekal yang akan kita capai itu.

Sekarang, yang perlu kita upayakan, menjalani hidup di dunia ini sebagai bulir gandum, mengatasi segala himpitan rumput ilalang, menolak segala penyesatan yang mereka lakukan, dan menghindari diri agar jangan sampai kita turut menyesatkan orang lain.
Bertekun di dalam doa adalah cara ampuh untuk mencapainya.
Dan, seperti yang diutarakan oleh Yesus, "Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan!", maka marilah kita mendengarkan sabda-Nya.



Peringatan Orang Kudus
Santo Petrus Krisologus, Uskup dan Pujangga Gereja
Seorang yang dengan tekun dan sungguh-sungguh mengejar cita-cita akan memperoleh hasil yang melebihi harapan dan keinginannya. Prinsip ini terlihat dan terlaksana dalam diri Santo Petrus Krisologus, yang dijuluki "Si Mulut Emas". Ketika masih muda belia, ia sudah menjabat sebagai uskup di Ravenna. Pada masa itu, cara hidup kafir yang merajalela di antara umat di keuskupannya merupakan suatu masalah berat yang harus ditanganinya. Untuk itu, senjata ampuh satu-satunya ialah "kotbah-kotbahnya yang menyentuh hati umat". Dan Petrus Krisologus berhasil dalam memanfaatkan senjata ini. Kotbah-kotbahnya yang pendek dan menyentuh hati umat berhasil mempertobatkan banyak umat. Dalam kotbah-kotbahnya, ia menekankan pentingnya penghayatan dan penerapan asas-asas moral Kristiani dan ajaran resmi Gereja tentang iman akan Yesus Kristus. Hal ini sangat cocok dengan keadaan umat di Ravenna yang dilanda praktek kekafiran. Penyajian yang sangat bagus dan otentik membuat kotbah-kotbahnya sangat bermutu. Tigabelas abad kemudian, Paus Benediktus XIII (1724-1730) mengangkat dia menjadi seorang Pujangga Gereja.
Semangatnya yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya demi perkembangan iman umat, membuat dia menjadi orang tersohor di kalangan Bapa-bapa Gereja, baik karena caranya mengajar maupun caranya memimpin umat. Ia amat bijaksana dan memandang keahliannya sebagai karunia Tuhan yang harus diabdikan bagi kepentingan perkembangan Gereja.
Dalam pada itu Petrus Krisologus pun terkenal sebagai seorang uskup penentang ajaran sesat yang disebarkan Eutiches. Eutiches menyebarkan ajaran sesat yang menyangkal kemanusiaan Kristus. Untuk kemajuan ajarannya, ia tidak segan-segan meminta dukungan Gereja dari Petrus Krisologus selaku Uskup Ravenna. Tetapi Uskup Krisologus yang terkenal ramah itu menjawabnya dengan bijaksana dan ramah: "Demi perdamaian dan iman, kita sebaiknya menyebarkan ajaran iman dengan persetujuan Sri Paus selaku Pimpinan Tertinggi Gereja". Oleh karena itu, ia menolak gagasan Eutiches dan sebaliknya mendesak dia untuk mengakui dan mengimani rahasia "Penjelmaan Kristus" dan semua kebenaran iman yang diajarkan oleh Gereja.
Semangat imannya yang begitu besar disertai cinta kasihnya yang meluapluap membuat "Si Mulut Emas" ini meraih hasil karya yang melebihi cita-cita dan impiannya. Beberapa lama sebelum wafatnya, ia pulang ke tanah kelahirannya Imola dan di sana ia wafat dengan tenang pada tahun 450.

Santo Yustinus de Yakobis, Pengaku Iman
Yustinus lahir di San Fele, Italia pada tanggal 9 Oktober 1800. Dari empatbelas orang bersaudara, Yustinus adalah anak ketujuh dalam keluarganya. Ketika masih kecil, ia tinggal di Napoli. Kemudian pada umur 18 tahun, ia masuk Kongregasi Misi di tempat asalnya.
Ia benar-benar menghayati panggilannya dengan konsekuen. Menurut kesan kawan-kawannya, ia adalah seorang biarawan yang dicintai Tuhan dan sesama manusia, karena sifat-sifatnya yang menyenangkan banyak orang: rendah hati, ramah dan suka bergaul dengan siapa saja. Setelah ditahbiskan menjadi imam, ia bekerja di antara orang-orang miskin dan melarat di luar kota. Ia membantu mendirikan pusat Kongregasi baru di Napoli dan kemudian diangkat sebagai superior di Lecce. Ia dikenal luas oleh banyak orang karena tindakan-tindakannya di luar acara rutin sehari-hari. Ia memelihara dan merawat para penderita wabah kolera di Napoli tanpa mengenal lelah dan menghiraukan kesehatannya sendiri. Karena itu semua orang sangat menghormati dan mencintai dia.
Pada tahun 1839 ia diutus sebagai Prefek dan Vikaris Apostolik ke Etiopia, sebuah daerah misi baru di benua Afrika. Di sana selama dua tahun ia memusatkan perhatiannya pada usaha mengenal segala sesuatu menyangkut negeri itu: rakyatnya, bahasanya dan adat-istiadatnya. Dengan sifat-sifatnya yang baik dan cara hidupnya yang menarik, ia berhasil menghilangkan kecurigaan rakyat setempat. Kata-katanya yang menawan dan lembut memberi kesan pada hati banyak orang bahwa kehadirannya di tengah mereka adalah sebagai sahabat dan pelayan bagi mereka.
Meskipun ia berhasil sekali dalam tugasnya, namun ia sama sekali tidak terlepas dari banyak kesulitan seperti semua orang lain yang memperjuangkan keluhuran hidup. Tidak sedikit pemuka rakyat iri hati dan membenci dia. Kesulitan besar datang tatkala William Massaia diangkat sebagai Uskup Etiopia. Salama, seorang pemuka Gereja Optik melancarkan kampanye anti Gereja Katolik. Oleh pemimpin setempat, Kolese­kolese Katolik ditutup dan agama Katolik dihalang-halangi perkembangannya. Uskup William Massaia diusir pulang ke Aden. Sebelum berangkat, Uskup Massaia dengan diam-diam mengangkat Yustinus de Yakobis sebagai uskup di Massawa. Sebagai uskup, Yakobis menahbiskan 20 orang imam asal Etiopia untuk melayani umat Katolik yang berjumlah 5000 orang dan membuka kembali kolese-kolese.
Pada tahun 1860, Kedaref Kassa menjadi raja. Ia segera mendesak Salama untuk kembali melancarkan pengejaran terhadap semua orang beragama Katolik. Uskup Yakobis sendiri ditangkap dan dipenjarakan selama beberapa bulan.
Uskup Yakobis menghabiskan masa hidupnya di sepanjang pantai Laut Merah. Dalam perjalanannya menuju Halai, ia jatuh sakit karena keletihan dan kurang makan. Ia meninggal dunia pada tanggal 31 Juli 1860 di lembah Alghedien.

Santo Abdon dan Senen, Martir
Kedua orang kudus abad ke-3 ini berasal dari Persia. Mereka adalah tawanan perang dan budak belian yang sudah menganut agama Kristen. Kemartiran mereka bermula dari usaha mereka menguburkan jenazah-jenazah para kaum beriman yang dibunuh oleh orang kafir. Mereka ditangkap dan dibawa ke Roma. Di sana mereka dipaksa untuk mempersembahkan korban kepada dewa-dewi Romawi. Dengan tegas mereka menolak melakukan perbuatan berhala ini karena tak ingin mengkhianati imannya sendiri. Karena itu mereka dianiaya dan dipenggal kepalanya. Jenazah mereka dimakamkan oleh diakon Kuirinus di rumahnya. Kemudian pada tahun 833, tulang-tulang mereka dipindahkan oleh Paus Gregorius IV (827-844) ke dalam gereja Santo Markus di Roma.

Santa Yulita dari Kaesarea, Pengaku Iman
Yulita berasal dari Kapadokia. Ia memiliki ladang dan ternak, harta kekayaan lainnya dan banyak budak belian. Di antara penduduk setempat, Yulita tergolong wanita kaya raya. Banyak orang mengadakan hubungan dagang dengannya. Pada suatu ketika, dia terlibat dalam suatu pertikaian bisnis dengan seorang pemuka masyarakat. Dia dihadapkan ke pengadilan namun berhasil mengalahkan orang itu. Karena itu dia menjadi musuh bebuyutan orang itu.
Untuk membalas kekalahannya di depan pengadilan, orang itu melaporkan kepada penguasa setempat bahwa Yulita adalah seorang penganut agama Kristen. Oleh laporan ini, hakim segera memanggil Yulita dan memaksanya untuk mempersembahkan kurban bakaran kepada dewa Zeus.
Yulita berani menentang. Dengan tegas ia berkata: "Ladangku dan semua kekayaanku boleh diambil dan dirusakkan. Tetapi sekali-kali aku tidak akan meninggalkan imanku. Aku tidak akan pernah menghina Tuhanku yang telah menciptakan aku. Aku tahu bahwa aku akan memperoleh semuanya itu kembali di surga".
Tanpa banyak berpikir hakim itu menyuruh para algojo membakar hidup-hidup Yulita di depan umum. Peristiwa naas ini terjadi kira-kira pada tahun 303.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

Liturgia Verbi 2019-07-29 Senin.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XVII

Senin, 29 Juli 2019

PW S. Marta



Bacaan Pertama
Kel 32:15-24.30-34

"Bangsa itu telah berbuat dosa besar,
sebab mereka telah membuat allah emas."

Pembacaan dari Kitab Keluaran:

Waktu itu Musa dan Yosua turun dari gunung Sinai.
Musa membawa di tanganya kedua loh hukum Allah.
Loh-loh itu bertulis pada kedua sisinya sebelah-menyebelah.
Kedua loh itu telah dibuat oleh Allah
dan tulisannya adalah tulisan Allah,
digurat pada loh-loh itu.
Ketika Yosua mendengar sorak sorai bangsa Israel,
berkatalah ia kepada Musa,
"Kedengarann bunyi sorak peperangan di perkemahan!"
Jawab Musa,
"Bukan nyanyian kemenangan, bukan pula nyanyian kekalahan,
melainakn nyanyian berbalas-balasan, itulah yang kudengar."

Ketika sudah dekat perkemahan
dan melihat anak lembu serta orang menari-nari,
maka bangkitlah amarah Musa.
Dibantingnya kedua loh itu dan dihancurkannya pada kaki gunung.
Kemudian diambilnya patung anak lembu buatan mereka itu,
lalu dibakarnya dalam api,
digilingnya sampai halus dan ditaburkannya ke atas air,
dan orang Israel disuruh meminumnya.

Lalu berkatalah Musa kepada Harun,
"Apakah yang dilakukan bangsa ini kepadamu,
sehingga engkau mendatangkan dosa sebesar itu kepada mereka?"
Jawab Harun, "JanganlahTuanku marah.
Engkau sendiri tahu, bahwa bangsa ini jahat semata-mata.
Mereka berkata kepadaku,
'Buatlah allah bagi kami, yang akan berjalan di depan kami,
sebab mengenai Musa,
yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir,
kami tidak tahu apa yang terjadi dengan dia.'
Lalu aku berkata kepada mereka,
'Barangsiapa mempunyai emas, hendaklah menanggalkannya.'
Semua emas itu mereka berikan kepadaku;
aku melemparkannya ke dalam api, dan keluarlah anak lembu ini."

Keesokan harinya berkatalah Musa kepada bangsa itu,
"Kalian telah berbuat dosa besar,
tetapi sekarang aku akan naik menghadap Tuhan,
mungkin aku dapat mengadakan pendamaian karena dosamu itu."
Lalu kembalilah Musa menghadap Tuhan dan berkata,
"Ah, bangsa ini telah berbuat dosa besar,
sebab mereka telah membuat allah emas bagi mereka.
Tetapi sekarang kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu.
Dan jika tidak,
hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis."

Maka Tuhan bersabda kepada Musa,
"Barangsiapa berdosa terhadap-Ku,
nama orang itulah yang akan Kuhapuskan dari dalam kitab-Ku.
Tetapi pergilah sekarang,
tuntunlah bangsa itu ke tempat yang telah Kusebutkan kepadamu.
Di depanmu akan berjalan malaikat-Ku.
Tetapi pada hari pembalasan-Ku,
Aku akan membalaskan dosa mereka kepada mereka."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 106:19-20.21-22.23,R:1a

Refren: Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik.

*Mereka membuat anak lembu di Horeb,
dan sujud menyembah kepada patung tuangan;
mereka menukar Yang Mulia
dengan patung sapi jantan yang makan rumput.

*Mereka melupakan Allah yang telah menyelamatkan mereka,
yang telah melakukan hal-hal yang besar di tanah Mesir;
yang melakukan karya-karya ajaib di tanah Ham,
dan perbuatan-perbuatan dahsyat di tepi Laut Teberau.

*Maka Ia mengatakan hendak memusnahkan mereka,
kalau Musa, orang pilihan-Nya,
tidak mengetengahi di hadapan-Nya,
untuk menyurutkan amarah-Nya,
sehingga Ia tidak memusnahkan mereka.



Bait Pengantar Injil
Yak 1:18

Dengan rela hati Allah telah melahirkan kita oleh sabda kebenaran,
supaya kita menjadi anak sulung ciptaan-Nya.



Bacaan Injil
Mat 13:31-35

"Biji sesawi itu menjadi pohon,
sehingga burung-burung di udara datang bersarang di cabang-cabangnya."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Sekali peristiwa Yesus membentangkan perumpamaan ini,
"Hal Kerajaan Surga itu seumpama biji sesawi,
yang diambil dan ditaburkan orang di ladangnya.
Memang biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih,
tetapi apabila sudah tumbuh,
sesawi itu lebih besar dari pada sayuran lain,
bahkan menjadi pohon,
sehingga burung-burung di udara datang bersarang
pada cabang-cabangnya."

Dan Yesus menceriterakan perumpamaan ini lagi,
"Hal Kerajaan Surga itu seumpama ragi yang diambil seorang wanita
dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat
sampai seluruhnya beragi."

Semuanya itu disampaikan Yesus kepada orang banyak
dalam perumpamaan,
dan Ia tidak menyampaikan apa pun kepada mereka
kecuali dengan perumpamaan.
Dengan demikian digenapilah sabda nabi,
"Aku mau membuka mulut-Ku mengatakan perumpamaan,
Aku mau mengucapkan hal yang tersembunyi
sejak dunia dijadikan."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Marilah sekarang kita mengamati iman kita, adakah kepercayaan kita kepada Allah telah penuh ataukah kita masih kurang percaya kepada-Nya?
Bagaimana caranya memelihara agar biji sesawi yang mungil itu dapat tumbuh menjadi pohon yang besar, sehingga kita menjadi percaya seratus persen kepada-Nya?

Jika kita menggunakan hal-hal duniawi sebagai "pupuk" maka lupakan saja kita akan memiliki iman sebesar pohon sesawi.
Maksud saya, jika kita menggunakan nalar dan akal sehat kita, maka kita tak akan mendekat kepada Kerajaan Surga.
Kita mesti menggunakan hati kita, yang di dalamnya kita tanam iman karena di sanalah iman itu tumbuh.
Jika kita berpedoman kepada hal-hal yang masuk akal saja, maka iman tidak akan tumbuh.
Justru kita memerlukan hal-hal yang mustahil, hal-hal yang tidak masuk akal, agar iman itu tumbuh, karena memang iman itu bersumber dari luar dunia ini.
Begini yang dipaparkan Yesus kepada kita,
"Sesungguhnya, sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, -- maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu."   [Mat 17:20]
dan di kesempatan lain Yesus berkata,
"Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu."  [Luk 17:6]

Namun demikian, kita wajib untuk berhati-hati, wajib untuk waspada, karena tidak semua hal mustahil berasal dari Surga.
Malah lebih banyak yang tidak berasal dari Surga, yang bersifat klenis, yang sesungguhnya justru berupa penyesatan.
Maka dari itulah, kita mesti cerdas dalam memilah-milah, mana yang berasal dari Surga dan mana yang tidak.
Untuk hal-hal yang mustahil, yang tidak masuk akal, kita hanya mempercayai yang berasal dari Surga saja, lainnya tidak.
Lalu bagaimana memilahnya?
Iya, tentu kita mesti mengetahui sumbernya dan siapa yang menyampaikannya.
Jika sumbernya adalah Injil, dimana Yesus sendiri yang menyampaikannya, maka sepatutnya kita percayai.



Peringatan Orang Kudus
Santa Marta, Perawan dan Sahabat Yesus
Kisah tentang Marta dilukiskan Yohanes dalam Injilnya 11:1-44. Di dalamnya terungkap jelas bahwa Marta dan Maria bersama Lazarus saudara mereka amat disayangi oleh Yesus. Mereka tinggal di Betania, sebuah kampung kecil yang letaknya tak jauh dari Yerusalem. Ketika Yesus mengunjungi mereka sehubungan dengan peristiwa kematian Lazarus, Marta selaku adik Maria bertindak sebagai pelayan. Ia sibuk menyediakan makanan bagi Yesus dan Rasul-rasul yang menyertaiNya. Sedangkan Maria kakaknya, yang pernah meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya, duduk di depan kaki Yesus sambil mendengarkan Sabda Yesus.
Ketika Lazarus jatuh sakit keras, Marta dan Maria mengirim khabar kepada Yesus. Pada waktu itu Yesus ada di seberang sungai Yordan yang agak jauh dari Betania. "Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit" demikian bunyi khabar itu. Yesus sengaja tinggal di tempat itu selama dua hari, lalu pergi ke Betania untuk menghibur Maria dan Marta.
Tatkala Yesus datang, Marta pergi menemui Dia. Maka terjadilah percakapan indah antara dia dengan Yesus. Dengan sikap yang realistis dan penuh iman kepada Yesus, Marta berkata: "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati. Tetapi sekarang pun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepadaMu segala sesuatu yang Engkau minta kepadaNya". Kata Yesus kepada Marta: "Saudaramu akan bangkit". Kata Marta kepadaNya: "Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman". Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan hidup walaupun ia sudah mati . . .". Marta memang kurang memahami apa yang dikatakan Yesus, namun ia percaya pada Yesus: "Ya Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia". Marta adalah seorang wanita yang bersemangat iman, praktis, ramah dan rajin.

Santo Simplisius, Faustinus dan Santa Beatriks, Martir
Ketiga bersaudara ini adalah warga kota Roma yang telah menganut agama Kristen. Mereka dibunuh karena imannya sekitar tahun 303-304. Menurut cerita, Simplisius dan Faustinus dianiaya dan dipancung kepalanya karena tidak mau meninggalkan imannya kepada Kristus. Mayat keduanya dibuang ke dalam sungai Tiber.
Beatriks saudari mereka berusaha menemukan kembali jenazah Simplisius dan Faustinus di sungai Tiber dan menguburkannya di pekuburan Generosa di jalan ke Porto. Tujuh bulan kemudian, Beatriks sendiri ditangkap dan dipenjarakan. Kemudian ia dihukum mati di penjara pada tanggal 11 Mei. Jenazahnya dikuburkan oleh orang-orang Kristen lain.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

Liturgia Verbi 2019-07-28 Minggu.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Minggu Biasa XVII 

Minggu, 28 Juli 2019



Bacaan Pertama
Kej  18:20-33

"Janganlah kiranya Tuhan murka kalau aku berkata."

Pembacaan dari Kitab Kejadian:

Sekali peristiwa
bersabdalah Tuhan kepada Abraham,
"Sesungguhnya, banyaklah keluh kesah orang
tentang Sodom dan Gomora,
dan sesungguhnya sangat beratlah dosanya.
Baiklah Aku turun untuk melihat,
apakah benar-benar mereka telah berkelakuan
seperti keluh kesah orang yang telah sampai kepada-Ku atau tidak;
Aku hendak mengetahuinya."

Lalu berpalinglah orang-orang itu dan berjalan ke Sodom,
tetapi Abraham masih tetap berdiri di hadapan Tuhan.
Abraham datang mendekat dan berkata,
"Apakah Engkau akan membinasakan orang benar
bersama dengan orang fasik?
Bagaimana sekiranya ada lima puluh orang benar dalam kota itu?
Apakah Engkau akan membinasakan tempat itu?
Tidakkah Engkau mengampuninya karena kelima puluh orang benar yang ada di dalamnya itu?
Jauhlah kiranya dari pada-Mu untuk berbuat demikian,
membunuh orang benar bersama dengan orang fasik,
sehingga orang benar itu seolah-olah sama dengan orang fasik!
Jauhlah kiranya yang demikian dari pada-Mu!
Masakan Hakim segenap bumi tidak menghukum dengan adil?"
Tuhan berfirman,
"Jika Kudapati lima puluh orang benar dalam kota Sodom,
Aku akan mengampuni seluruh tempat itu demi mereka."
Abraham menyahut,
"Sesungguhnya aku telah memberanikan diri berkata kepada Tuhan,
walaupun aku debu dan abu.
Sekiranya kurang lima orang dari kelima puluh orang benar itu,
apakah Engkau akan memusnahkan seluruh kota itu karena yang lima itu?"
Tuhan bersabda,
"Aku takkan memusnahkannya,
jika Kudapati empat puluh lima di sana."

Lagi Abraham melanjutkan perkataannya,
"Sekiranya empat puluh didapati di sana?"
Sabda Tuhan,
Aku takkan berbuat demikian demi yang empat puluh itu."
Kata Abraham,
"Janganlah kiranya Tuhan murka kalau aku berkata sekali lagi.
Sekiranya tiga puluh didapati di sana?"
Sabda Tuhan,
"Aku takkan berbuat demikian jika Kudapati tiga puluh di sana."

Kata Abraham lagi,
"Sesungguhnya aku telah memberanikan diri
berkata kepada Tuhan.
Sekiranya dua puluh didapati di sana?"
Sabda Tuhan,
"Aku tidak akan memusnahkannya demi yang dua puluh itu."
Kata Abraham,
"Janganlah kiranya Tuhan murka,
kalau aku berkata lagi sekali ini saja.
Sekiranya sepuluh didapati di sana?"
Jawab Tuhan,
"Aku takkan memusnahkannya demi yang sepuluh itu."

Lalu pergilah Tuhan,
setelah selesai bersabda kepada Abraham.
Dan kembalilah Abraham ke tempat tinggalnya.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm  138:1-2a.2bc-3.6-7ab.7c-8,R:3a

Refren: Pada hari aku berseru kepada-Mu,
jawablah aku, ya Tuhan.

*Aku hendak bersyukur kepada-Mu dengan segenap hati,
sebab Engkau mendengarkan kata-kata mulutku;
di hadapan para dewata aku akan bermazmur bagi-Mu.
Aku hendak sujud ke arah bait-Mu yang kudus.

*Aku hendak memuji nama-Mu
oleh karena kasih-Mu dan oleh karena setia-Mu,
sebab Kaubuat nama dan janji-Mu melebihi segala sesuatu.
Pada hari aku berseru, Engkau pun menjawab aku.
Engkau menambahkan kekuatan dalam jiwaku.

*Tuhan itu tinggi, namun Ia memperhatikan orang yang hina,
dan mengenal orang yang sombong dari jauh.
Jika aku berada dalam kesesakan,
Engkau mempertahankan hidupku,
terhadap amarah musuhku Engkau mengulurkan tangan-Mu.

*Tangan kanan-Mu menyelesaikan segalanya bagiku.
Tuhan akan menyelesaikan segalanya bagiku!
Ya Tuhan, kasih setia-Mu kekal abadi,
janganlah Kautinggalkan buatan tangan-Mu!



Bacaan Kedua
Kol  2:12-14

"Kamu telah dihidupkan Allah bersama dengan Kristus,
sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran."

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Kolose:

Saudara-saudara,
bersama Kristus kamu telah dikuburkan dalam pembaptisan,
dan bersama Dia kamu juga turut dibangkitkan
oleh kepercayaanmu akan karya kuasa Allah,
yang telah membangkitkan Kristus dari antara orang mati.
Dahulu kamu mati karena pelanggaranmu
dan karena tidak disunat secara lahiriah.
Tetapi kini Allah menghidupkan kamu bersama Kristus
sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita.
Surat hutang
yang oleh ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita,
telah dihapuskan-Nya dan ditiadakan-Nya
dengan memakukannya pada kayu salib.

Demikianlah sabda Tuhan.



Bait Pengantar Injil
Rom 8:15bc

Kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah.
Oleh Roh itu kita berseru, "Abba, ya Bapa."



Bacaan Injil
Luk  11:1-13

"Mintalah, maka kamu akan diberi."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Pada waktu itu
Yesus sedang berdoa di salah satu tempat.
Ketika Ia berhenti berdoa,
berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya,
"Tuhan, ajarlah kami berdoa,
sebagaimana Yohanes telah mengajar murid-muridnya."
Maka Yesus berkata kepada mereka,
"Apabila kamu berdoa, katakanlah:
  Bapa, dikuduskanlah nama-Mu;
  datanglah Kerajaan-Mu.
  Berilah kami setiap hari makanan yang secukupnya
  dan ampunilah dosa kami,
  sebab kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami;
  dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan."

Lalu kata-Nya kepada mereka,
"Jika di antara kamu
ada yang tengah malam pergi ke rumah seorang sahabat
dan berkata kepadanya, 'Saudara, pinjami aku tiga buah roti,
sebab seorang sahabatku yang sedang berada dalam perjalanan
singgah ke rumahku,
dan aku tidak mempunyai apa-apa untuk dihidangkan kepadanya',
masakan ia yang di dalam rumah itu akan menjawab,
'Jangan mengganggu aku;
pintu sudah tertutup, dan aku serta anak-anakku sudah tidur.
Aku tidak dapat bangun dan memberikannya kepadamu.

Aku berkata kepadamu:
Sekalipun dia tidak mau bangun
dan tidak mau memberikan sesuatu meskipun ia itu sahabatnya,
namun karena sikap sahabatnya yang tidak malu-malu itu,
pastilah ia akan bangun dan memberikan apa yang dia perlukan.

Oleh karena itu Aku berkata kepadamu:
Mintalah, maka kamu akan diberi;
carilah, maka kamu akan mendapat;
ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.
Karena setiap orang yang meminta akan menerima,
setiap orang yang mencari akan mendapat,
dan setiap orang yang mengetuk akan dibukakan pintu.
Bapa manakah di antara kamu,
yang memberi anaknya sebuah batu kalau anak itu minta roti?
Atau seekor ular, jika anaknya minta ikan?
Atau kalajengking, kalau yang diminta telur?
Jadi kamu yang jahat tahu memberikan yang baik kepada anakmu,
apalagi Bapamu yang di surga!
Ia akan memberikan Roh Kudus
kepada siapa pun yang meminta kepada-Nya."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Pada Pekan Biasa ke-17 minggu ini, kita akan merenungkan perihal pembangunan iman kita:  Untuk apa sih iman itu?  Bagaimana caranya membangun iman?  Apa yang akan terjadi jika kita tidak beriman atau kurang iman?

Hari ini kita awali dengan renungan Daily Fresh Juice yang dibawakan oleh istri saya, Erna Kusuma, perihal berdoa sebagai wujud iman kita:

Para Pendengar setia Daily Fresh Juice yang dikasihi Tuhan,
Pada awalnya saya merasa agak aneh setelah mendengarkan ayat awal dari Bacaan Injil hari ini, "Pada suatu kali Yesus sedang berdoa di salah satu tempat."
Yesus berdoa?
Bukankah Yesus adalah Tuhan, mengapa mesti berdoa?
Bukankah sepatutnya manusialah yang berdoa kepada Yesus?

Dari Injil kita mengetahui kalau Yesus selalu berdoa.
Yesus selalu menyempatkan diri untuk berdoa kepada Bapa-Nya yang di Surga.
Terutama pada peristiwa-peristiwa penting,
Yesus selalu berdoa kepada Bapa-Nya.
Misalnya, ketika Yesus dibaptis oleh Yohanes, Yesus berdoa,
dan doa-Nya langsung dijawab, terdengar suara dari langit,
"Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan." [Luk 3:21]

Begitu pula ketika Yesus hendak memilih kedua belas rasul-Nya,
Yesus pergi ke bukit untuk berdoa,
dan bahkan di situ Yesus berdoa semalam-malaman. [Luk 6:12]

Yesus juga berdoa kepada Bapa-Nya, ketika Yesus dimuliakan di atas gunung.
Dan ketika berdoa di taman Getsemani, menjelang peristiwa yang sangat penting yang akan dihadapi-Nya, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,
"Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa."
Hanya Petrus dan kedua anak Zebedeus saja yang mendengarkan sendiri apa yang didoakan oleh Yesus, sementara murid lainnya tertidur.
Maka Yesus pun menegur mereka,
"Mengapa kamu tidur?
Bangunlah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan."

Dan di banyak kesempatan lain, ditulis di dalam Injil kalau Yesus selalu berdoa.
Dari semua kisah tentang Yesus berdoa tadi,
Yesus berdoa sendiri, memilih untuk menyendiri ketika berdoa,
sehingga para murid tidak mengetahui apa sesungguhnya yang didoakan oleh Yesus.
Karena para murid tidak mengetahui apa yang didoakan oleh Yesus,
maka seorang murid memberanikan diri berkata kepada Yesus,
"Tuhan, ajarlah kami berdoa,
sebagaimana Yohanes telah mengajar murid-muridnya."
Yesus merespon permintaan itu, dan langsung memberikan contoh doa,
yaitu doa yang sekarang ini kita kenal sebagai "Doa Bapa Kami".

Para Pendengar Daily Fresh Juice yang dikasihi Allah,
Yesus melakukan ritual berdoa tentu dengan harapan
agar kita pun melakukan yang sama,
menjadikan berdoa sebagai ritual yang kita lakukan dengan tekun.

Kalau kita cermati Injil,
Sebenarnya telah beberapa kali Yesus mengajarkan tentang berdoa.
Yang pertama dan terpenting di dalam berdoa,
bahwa kita mesti percaya kepada Allah, mendaraskan doa dengan iman,
serta percaya bahwa Allah mendengarkan doa-doa kita.
Yesus telah menyampaikan mengenai hal ini dengan cukup jelas,
 "Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan,
percayalah bahwa kamu telah menerimanya,
maka hal itu akan diberikan kepadamu."  [Markus 11 Ayat 24].
Di dalam doa Bapa Kami,
ungkapan iman ini kita dahulukan,
"Bapa kami yang ada di Surga, dimuliakanlah nama-Mu. Datanglah kerajaan-Mu."

Selanjutnya,
Allah Bapa mengetahui apa yang baik untuk kita.
Allah adalah Bapa kita.
"Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya,
jika ia meminta roti?
atau memberi ular jika ia meminta ikan?
Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga!
Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya."

Yesus saja berpasrah kepada kehendak Bapa-Nya,
seperti yang dipanjatkan di dalam doa-Nya,
"Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku;
tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi."

Bukan kehendak kitalah yang mesti dituruti oleh Allah Bapa,
melainkan kitalah yang mesti menuruti kehendak Allah Bapa,
dan itu kita ungkapkan di dalam doa,
"Jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam Surga."

Kemudian tentang berbagai kebutuhan hidup kita di dunia ini,
Yesus telah mengajarkan,
"Janganlah kamu mempersoalkan
apa yang akan kamu makan atau apa yang akan kamu minum
dan janganlah cemas hatimu.
Semua itu dicari bangsa-bangsa di dunia yang tidak mengenal Allah.
Akan tetapi Bapamu tahu, bahwa kamu memang memerlukan semuanya itu."
Kita perlu memintanya di dalam doa,
"Berilah kami rejeki pada hari ini."
Artinya kita perlu memohonnya setiap hari.
Doa Bapa Kami mesti kita daraskan setiap hari.
Hari ini untuk hari ini, esok untuk esok, dan seterusnya.
Dengan kata lain, kita mesti bertekun di dalam doa.
Yesus meminta agar kita harus selalu berdoa dengan tak jemu-jemu.

Kita memang rentan terhadap kesalahan dan dosa.
Yesus memahami hal ini, seperti yang dikatakan-Nya,
"Roh memang penurut, tetapi daging lemah."
Oleh sebab itulah kita juga mesti memohonkan pengampunan dari Allah Bapa
terhadap kesalahan dan dosa yang telah kita perbuat,
sebagaimana kita juga mesti mengampuni orang lain
karena mereka juga sama seperti kita, rentan terhadap kesalahan dan dosa.

Dan yang terakhir,
seperti yang terjadi di Taman Getsemani,
saat menjelang Yesus akan menyerahkan nyawa-Nya,
Yesus mendapati para murid-Nya tertidur, lalu berkata,
"Mengapa kamu tidur?
Bangunlah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan."
Iblis memang selalu berusaha agar kita terjatuh ke dalam pencobaan.
Maka dari itu kita juga memohon kepada Allah Bapa,
"Janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan
tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat."



Peringatan Orang Kudus
Santo Nasarius dan Selsus, Martir; Santo Viktor dan Innosensius, Paus dan Martir
Nasarius adalah anak seorang Yahudi bernama Afrikanus. Ibunya, Perpetua yang sudah beragama Kristen dengan giat mendidik dia secara Kristen semenjak kecilnya. Karena itu Nasarius berkembang dewasa menjadi seorang Kristen yang saleh. Oleh Paus Linus, yang menggantikan Santo Petrus Rasul, Nasarius diutus untuk mewartakan Injil di Gallia (kini: Prancis).
Selsus adalah pemuda pertama yang berhasil ditobatkan oleh Nasarius sejak ia berkarya di Gallia. Selsus menemani Nasarius dalam perjalanan-perjalanan tugasnya. Pada suatu ketika mereka ditangkap oleh penduduk kafir setempat dan dibuang ke laut. Tetapi berkat perlindungan Tuhan, mereka tidak mati tenggelam. Mereka berhasil menyelamatkan diri lalu mengembara hingga sampai ke Milano, Italia. Di sana mereka mewartakan Injil dan membesarkan hati orang-orang Kristen yang ada di sana. Di Milano mereka sekali lagi ditangkap dan dijatuhi hukuman mati karena imannya akan Yesus Kristus.
Viktor lahir di Afrika Utara dan memimpin Gereja sebagai Paus pada tahun 189. Paus Viktor adalah paus yang secara resmi menetapkan bahwa permandian suci dalam keadaan bahaya maut dapat dilakukan dengan memakai air biasa apabila tidak ada persediaan air permandian di tempat itu. Ia mati sebagai martir pada tahun 189, sewaktu pemerintahan Kaisar Septimus Severus.
Innosensius lahir di Albano, dekat kota Roma. la terpilih menjadi Paus dengan suara bulat pada tahun 402. Ia sungguh-sungguh sadar akan bahaya-bahaya yang mengancam Gereja dan umat pada masa itu. Tak henti-hentinya ia berdoa memohon kebijaksanaan dan kekuatan Tuhan agar mampu mengemudikan bahtera Gereja Kristus dengan selamat. Bahaya-bahaya itu terutama disebabkan oleh adanya perpindahan besar-besaran bangsa-bangsa lain ke dunia Barat. Bangsa Goth menyerang kota Roma sebanyak dua kali di bawah pimpinan panglima Alarik dan berhasil menjarahi segala sesuatu yang mereka temui.
Dalam menghadapi ancaman-ancaman itu, Paus Innocentius senantiasa menguatkan hati umatnya dan meringankan beban penderitaan mereka. Sementara itu, Paus Innocentius menghadapi lagi masalah baru yang muncul di dalam Gereja oleh lahirnya ajaran sesat Pelagianisme yang menyangkal adanya rahmat untuk mencapai keselamatan kekal. Dua kali ia mengadakan konsili untuk menghukum ajaran sesat itu. Belum lagi selesai masalah itu terdengar berita bahwa Santo Yohanes Krisostomus dibuang dari takhta keuskupannya sebagai tawanan oleh keluarga Kaisar Konstantinopel. Innosensius tidak segan-segan mengutuk tindakan itu. Kaisar Arkadius bersama permaisurinya Eudoxia dikucilkan dari Gereja, meskipun ia tahu bahwa hal itu akan mendatangkan bahaya atas dirinya sendiri. Setelah memimpin Gereja selama 15 tahun, Innosensius meninggal dunia pada tahun 417.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

Liturgia Verbi 2019-07-27 Sabtu.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XVI

Sabtu, 27 Juli 2019



Bacaan Pertama
Kel 24:3-8

"Inilah darah perjanjian yang diikat Allah dengan kalian."

Pembacaan dari Kitab Keluaran:

Ketika Musa turun dari Gunung Sinai,
dan memberitahukan kepada umat
segala sabda dan peraturan Tuhan,
maka seluruh bangsa itu menjawab serentak,
"Segala sabda yang telah diucapkan Tuhan itu,
akan kami laksanakan."
Musa lalu menuliskan segala sabda Tuhan itu.

Keesokan harinya, pagi-pagi,
didirikannyalah mezbah di kaki gunung itu,
dengan dua belas tugu sesuai dengan kedua belas suku Israel.
Kemudian disuruhnyalah beberapa pemuda Israel
mempersembahkan kurban bakaran
dan menyembelih lembu-lembu jantan
sebagai kurban keselamatan kepada Tuhan.
Sesudah itu Musa mengambil darahnya sebagian,
lalu ditaruhnya ke dalam pasu,
sebagian lagi dari darah itu dituangkannya di atas mezbah.
Lalu diambilnya kitab perjanjian itu dan dibacakannya,
dan bangsa itu mendengarkan.
Lalu mereka berkata,
"Segala sabda Tuhan akan kami laksanakan dan kami taati."
Kemudian Musa mengambil darah itu
dan memercikkannya kepada umat seraya berkata,
"Inilah darah perjanjian yang diikat Tuhan dengan kalian,
berdasarkan segala sabda ini."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 50:1-2.5-6.14-15,R:14a

Refren: Persembahkanlah kurban pujian kepada Allah.

*Yang Mahakuasa, Tuhan Allah, berfirman
dan memanggil bumi,
dari terbitnya matahari sampai kepada terbenamnya.
Dari Sion, puncak keindahan, Allah tampil bersinar.

*"Bawalah kemari orang-orang yang Kukasihi,
yang mengikat perjanjian dengan Daku,
perjanjian yang dikukuhkan dengan kurban sembelihan!"
Maka langit memberitakan keadilan-Nya,
Allah sendirilah Hakim!

*Persembahkanlah syukur sebagai kurban kepada Allah,
dan bayarlah nazarmu kepada Yang Mahatinggi.
Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan,
maka Aku akan meluputkan engkau,
dan engkau akan memuliakan Daku."



Bait Pengantar Injil
Yak 1:21

Terimalah dengan lemah lembut
sabda yang tertanam dalam hatimu,
yang mampu menyelamatkan jiwamu.



Bacaan Injil
Mat  13:24-30

"Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai tiba."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Pada suatu hari
Yesus membentangkan suatu perumpamaan kepada orang banyak.
"Hal Kerajaan Surga itu
seumpama orang yang menaburkan benih baik di ladangnya.
Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya,
menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi.

Ketika gandum tumbuh dan mulai berbulir,
nampak jugalah lalang itu.
Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu
dan berkata kepadanya,
'Tuan, bukankah benih baik yang tuan taburkan di ladang Tuan?
Dari manakah lalang itu?'
Jawab tuan itu, 'Seorang musuh yang melakukannya!'
Lalu berkatalah para hamba itu,
"Maukah tuan, supaya kami pergi mencabuti lalang itu?'

Tetapi ia menjawab,
'Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut
pada waktu kalian mencabut lalangnya.
Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai tiba.
 Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai,
'Kumpulkanlah dahulu lalang itu
dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar;
kemudian kumpulkanlah gandumnya ke dalam lumbungku'."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Hari ini kita renungkan perihal relasi dengan sesama, berdasarkan Bacaan Injil hari ini.
Tidak terjalinnya relasi yang baik lebih disebabkan karena adanya perbedaan-perbedaan.
Orang baik biasanya tidak mau berteman dengan orang yang tidak baik.
Perbedaan suku, agama, latar belakang pendidikan, status sosial, dan sebagainya, adalah pemicu renggangnya relasi.

Pada Bacaan Injil hari ini diperdebatkan perihal bulir gandum dan rumput ilalang yang tumbuh di ladang yang sama.
Para murid Yesus berpikiran kalau rumput ilalang itu hanya menyusahkan saja, tak ada hasilnya, tak bisa berbuah, maka sebaiknya dicabuti saja, apalagi rumput ilalang itu berasal dari musuh.
Tetapi Yesus berpikiran lain, rumput ilalang jangan dicabuti, biarkan saja tumbuh bersama-sama, agar bulir gandum tidak ikut tercabut.
Nanti ada waktunya untuk memisahkan keduanya.

Kalau bulir gandum dan rumput ilalang saja bisa hidup berdampingan, apalagi manusia, semestinya lebih bisa lagi.
Orang berdosa sangat mungkin untuk bertobat, maka tak selayaknya dimusuhi.

Maka dari itu, marilah kita menjadi saudara atau sahabat bagi siapa saja, jangan lagi melihat kesalahan atau dosanya, jangan pula melihat suku, agama, status sosial dan lain-lainnya.
Apalagi sampai merasa diri lebih benar ketimbang orang lain, jadi seperti orang Farisi dong kita.



Peringatan Orang Kudus
Santo Pantaleon, Martir
Pantaleon lahir di Nikomedia, Asia Kecil. Ia bekerja di sana sebagai seorang tabib. Diceritakan bahwa tingkah lakunya sangat buruk dan karena itu ia sering kali gelisah dan resah karena tingkah lakunya itu. Kegelisahan dan keresahan ini menjadi suatu pintu masuk yang baik baginya menuju cara hidup yang baru. Oleh seorang imam bernama Hermolaus, Pantaleon diajari ajaran-ajaran iman Kristen dan akhirnya bertobat dan dipermandikan menjadi Kristen. Semenjak itu ia berjanji untuk meninggalkan cara hidupnya yang lama dan berniat menyilih dosa-dosanya dengan perbuatan-perbuatan baik.
Dengan keahliannya sebagai seorang tabib, Pantaleon menolong dan merawat orang-orang sakit, terutama yang miskin tanpa menuntut bayaran. Harta miliknya bahkan dibagi-bagikannya kepada mereka. Di samping itu ia rajin menyebarkan ajaran-ajaran Kristen kepada banyak orang terutama di kalangan orang-orang sakit yang dirawatnya. Banyak sekali orang yang berhasil ditobatkannya dan dihantar kepada iman yang benar. Ayahnya yang masih kafir ditobatkannya juga.
Pada masa penganiayaan orang-orang Kristen oleh Kaisar Diokletianus, Pantaleon ditangkap dan disiksa hingga mati dipenggal kepalanya pada tahun 303.

Santo Aurelius dan Santa Natalia, Martir
Orang tua suami-isteri ini beragama Islam. Karena Natalia dan temannya Liliosa (isteri Feliks, seorang yang pernah murtad menjadi Islam tetapi kemudian berbalik kembali) tidak memakai cadar, maka mereka dituduh murtad dari Islam. Mereka dengan berani mengakui dirinya Kristen dan oleh karena itu dibunuh bersama Georgius, seorang biarawan yang giat berkotbah membela kebenaran agama Kristen. Mereka meninggal di Cordoba, Spanyol pada masa pemerintahan Emir Abd Ar-Rahman II pada tahun 852.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi