Liturgia Verbi 2019-12-01 Minggu.

Liturgia Verbi (A-II)
Hari Minggu Adven I

Minggu, 1 Desember 2019

Ujud Umum/Universal - Masa depan kaum muda.
Semoga setiap negara berketetapan hati dalam menentukan dan mengambil langkah yang diperlukan untuk mendahulukan dan menjamin masa depan kaum mudanya, terutama mereka yang menderita.

Ujud Gereja Indonesia - Kesetiaan pasutri.
Semoga kesetiaan janji perkawinan pasutri tidak luntur karena perkara-perkara sepele dalam hidup harian yang justru sering memicu perselisihan dalam keluarga.



Bacaan Pertama
Yes 2:1-5

"Tuhan menghimpun semua bangsa
dalam kerajaan Allah yang damai abadi."

Pembacaan dar Kitab Yesaya:

Inilah firman yang dinyatakan kepada Yesaya, putera Amos,
tentang Yehuda dan Yerusalem.
Pada hari-hari yang terakhir akan terjadilah hal-hal ini:
Gunung tempat rumah Tuhan
akan berdiri tegak di puncak gunung-gunung
dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit.
Segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana,
dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata,
"Mari kita naik ke gunung Tuhan, ke rumah Allah Yakub,
supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya,
dan supaya kita berjalan menempuh jalan itu.
Sebab dari Sion akan keluar pengajaran,
dan dari Yerusalem akan keluar sabda Tuhan."
Tuhan akan menjadi hakim antara bangsa-bangsa
dan akan menjadi wasit bagi banyak suku bangsa.
Maka mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak
dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas.
Bangsa yang satu tidak akan lagi mengangkat pedang
terhadap bangsa yang lain,
dan mereka tidak akan lagi berlatih perang.
Hai kaum keturunan Yakub,
mari kita berjalan di dalam terang Tuhan!

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 122:1-2.4-5.6-7.8-9,R:1

Refren: Mari kita pergi ke rumah Tuhan dengan sukacita.

*Aku bersukacita, ketika orang berkata kepadaku,
"Mari kita pergi ke rumah Tuhan."
Sekarang kaki kami berdiri
di pintu gerbangmu, hai Yerusalem.

*Kepadamu, hari Yerusalem, suku-suku berziarah,
yakni suku-suku Tuhan,
untuk bersyukur kepada nama Tuhan
sesuai dengan peraturan bagi Israel.
Sebab di Yerusalemlah ditaruh kursi-kursi pengadilan,
kursi-kursi milik keluarga raja Daud.

*Berdoalah untuk kesejahteraan Yerusalem:
"Biarlah orang-orang yang mencintaimu mendapat kesentosaan.
Biarlah kesejahteraan ada di lingkungan tembokmu,
dan kesentosaan di dalam purimu!"

*Oleh karena saudara-saudara dan teman-temanku
aku hendak mengucapkan: Semoga kesejahteraan ada di dalammu.
Oleh karena rumah Tuhan, Allah kita,
aku hendak mencari kebaikan bagimu.



Bacaan Kedua
Rom 13:11-14a

"Keselamatan sudah dekat pada kita."

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma:

Saudara-saudara,
kamu mengetahui keadaan waktu sekarang:
Saatnya telah tiba kamu bangun dari tidur.
Sebab sekarang ini keselamatan sudah lebih dekat pada kita
daripada waktu kita baru mulai percaya.
Malam sudah hampir lewat,
dan sebentar lagi pagi akan tiba.

Sebab itu marilah kita menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan,
dan mengenakan perlengkapan senjata terang!
Marilah kita hidup dengan sopan,
seperti pada siang hari,
jangan dalam pesta pora dan kemabukan,
jangan dalam percabulan dan hawa nafsu,
jangan dalam perselisihan dan iri hati.
Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus
sebagai perlengkapan senjata terang.

Demikianlah sabda Tuhan.



Bait Pengantar Injil
Mzm 85:8

Perlihatkanlah kepada kami kasih setia-Mu, ya Tuhan,
dan berilah kami keselamatan yang dari pada-Mu.



Bacaan Injil
Mat 24:37-44

"Berjaga-jagalah dan siap siagalah!"

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Sekali peristiwa
Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya,
"Seperti halnya pada zaman Nuh,
demikianlah kelak pada kedatangan Anak Manusia.
Pada zaman sebelum air bah itu
orang makan dan minum,
kawin dan mengawinkan,
sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera;
mereka tidak menyadari apa yang terjadi
sampai air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua.
Demikian pulalah halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia.
Pada waktu itu kalau ada dua orang di ladang,
yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan.
Kalau ada dua orang perempuan sedang menggiling gandum,
yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan.
Oleh karena itu berjaga-jagalah,
sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.

Tetapi ketahuilah ini:
Jika tuan rumah tahu pada waktu mana pencuri datang waktu malam,
pastilah ia berjaga-jaga,
dan tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar.
Sebab itu, hendaklah kamu selalu siap siaga,
karena Anak Manusia datang
pada saat yang tidak kamu duga."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Selamat tahun baru Liturgi.
Hari ini kita memasuki tahun Liturgi A-II, yang diawali dengan Masa Adven I, Minggu, 1 Desember 2019.
Sepanjang tahun A-II ini, kita akan merenungkan sabda Tuhan dari Bacaan Pertama, Bacaan Kedua (kalau ada), atau dari Bacaan Injil.

Mari kita renungkan nasehat Rasul Paulus pada Bacaan Kedua tentang keselamatan yang sudah semakin dekat pada kita.
Paulus mengibaratkan, sebelum menjadi percaya kepada Kristus, kita seperti hidup di dalam gelap, hidup di malam hari.
Menjadi percaya kepada Kristus adalah saat fajar, yang tak lama lagi terang akan hadir di ufuk Timur.
Paulus mengajak kita untuk menggunakan terang itu sebagai senjata, untuk mengalahkan dan mengusir perbuatan-perbuatan yang kita perbuat di dalam gelap: pesta pora dan kemabukan, percabulan dan hawa nafsu, perselisihan dan iri hati.

Kegelapan tidak akan pernah mampu mengalahkan terang.
Begitu terang datang maka kegelapan akan sirna.
Semakin gelap maka semakin sedikit terang yang dibutuhkan untuk mengusir kegelapan itu.
Di malam hari, cahaya dari lilin saja sudah dapat menerangi sekitar sampai jauh.

Yesus Kristus adalah terang itu.
Tak ada kegelapan yang sanggup bertahan ketika terang itu datang.
Maka, marilah kita mengenakan terang Kristus sebagai perlengkapan dan senjata untuk menerangi sisi-sisi gelap yang masih tersisa di hati kita, membuatnya menjadi terang-benderang.



Peringatan Orang Kudus
Beato Dionisius dan Redemptus a Cruce, Martir Indonesia
Pierre Berthelot - demikian nama Santo Dionisius - lahir di kota Honfleur, Prancis pada tanggal 12 Desember 1600. Ayahnya Berthelot dan Ibunya Fleurie Morin adalah bangsawan Prancis yang harum namanya. Semua adiknya: Franscois, Jean, Andre, Geoffin dan Louis menjadi pelaut seperti ayahnya. Sang ayah adalah seorang dokter dan nakoda kapal. Pierre sendiri semenjak kecil (12 tahun) telah mengikuti ayahnya mengarungi lautan luas; dan ketika berusia 19 tahun ia sudah menjadi seorang pelaut ulung. Selain darah pelaut, ia juga mewarisi dari ayahnya hidup keagamaan yang kuat, yang tercermin di dalam kerendahan hatinya, kekuatan imannya, kemurnian dan kesediaan berkorban. Ia kemudian memasuki dinas perusahaan dagang Prancis. Dalam rangka tugas dagang, ia berlayar sampai ke Banten, Indonesia. Tetapi kapalnya dibakar oleh saudagar-saudagar Belanda dari kongsi dagang VOC. Berkat pengalamannya mengarungi lautan, ia sangat pandai menggambar peta laut dan memberikan petunjuk jalan.
Pierre kemudian bekerja pada angkatan laut Portugis di Goa, India. Namun ia senantiasa tidak puas dengan pekerjaannya itu. Ada keresahan yang senantiasa mengusik hatinya. Ia selalu merenungkan dan mencari arti hidup yang lebih mendalam. Ketika itu ia sudah berusia 35 tahun. Akan tetapi usia tidak menghalangi dorongan hatinya untuk hidup membiara. Ia diterima di biara Karmel. Namanya diubah menjadi Dionisius a Nativitate. Sekalipun ia sudah menjalani hidup membiara, namun ia masih beberapa kali menyumbangkan keahliannya kepada pemerintah, baik dengan menggambar peta maupun dengan mengangkat senjata membuyarkan blokade di Goa yang dilancarkan oleh armada Belanda (1636).
Di biara Karmel itulah, ia bertemu dengan Redemptus a Cruce, seorang bruder yang bertugas sebagai penjaga pintu biara dan koster, penerima tamu dan pengajar anak-anak. Redemptus lahir di Paredes, Portugal pada tahun 1598 dari sebuah keluarga tani yang miskin namun saleh dan taat agama. Orangtuanya memberinya nama Thomas Rodriguez da Cunha. Semenjak usia muda, ia masuk dinas ketentaraan Portugis dan ditugaskan ke India. Ia kemudian menarik diri dari dinas ketentaraan karena ingin menjadi biarawan untuk mengabdikan dirinya pada tugas-tugas keagamaan. Ia diterima sebagai bruder di biara Karmel.
Suatu ketika Raja Muda di Goa bermaksud mengirim utusan ke Aceh, Indonesia, yang baru saja berganti sultan dari Sultan Iskandar Muda ke Sultan Iskandar Thani. Ia ingin menjalin hubungan persahabatan karena hubungannya dengan sultan terdahulu tidak begitu baik. Sebagai seorang bekas pelaut yang sudah pernah datang ke Banten, Dionisius ditunjuk sebagai almosenir, juru bahasa dan pandu laut. Oleh karena itu tahbisan imamatnya dipercepat. Dionisius ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1637 oleh Mgr. Alfonso Mendez. Bruder Redemptus dengan izinan atasannya ikut serta dalam perjalanan dinas itu sebagai pembantu.
Pastor tentara Dionisius bersama rombongannya berangkat ke Aceh pada tanggal 25 September 1638 dengan tiga buah kapal: satu kapal dagang dan dua kapal perang. Penumpang kapal itu ialah: Don Fransisco de Sosa (seorang bangsawan Portugis), Pater Dionisius, Bruder Redemptus, Don Ludovico dan Soza, dua orang Fransiskan Rekolek, seorang pribumi dan 60 orang lainnya. Mereka berlabuh di Ole-Ole (kini: Kotaraja) dan disambut dengan ramah.
Tetapi keramahan orang Aceh ternyata hanya merupakan tipu muslihat saja. Orang-orang Belanda telah menghasut Sultan Iskandar Thani dengan menyebarkan isu bahwa bangsa Portugis datang hanya untuk meng-katolik-kan bangsa Aceh yang sudah memeluk agama Islam. Mereka semua segera ditangkap, dipenjarakan, dan disiksa agar menyangkal imannya. Selama sebulan mereka meringkuk di dalam penjara dalam keadaan yang sangat menyedihkan. Beberapa orang dari antara mereka meninggalkan imannya. Dionisius dan Redemptus terus meneguhkan iman saudara-saudaranya dan memberi mereka hiburan. Akhirnya di pesisir pantai tentara sultan mengumumkan bahwa mereka dihukum bukan karena berkebangsaan Portugis melainkan beriman KatoIik. Maklumat sultan ini diterjemahkan oleh Dionisius kepada teman-temannya. Sebelum menyerahkan nyawa ke tangan para algojo, mereka semua berdoa dan Pater Dionisius mengambil salib dan memperlihatkan kepada mereka supaya jangan mundur, melainkan bersedia mengorbankan nyawa demi Kristus Yang Tersalib dan yang telah menebus dosa dunia, dosa mereka. Dionisius memohon ampun kepada Tuhan dan memberikan absolusi terakhir kepada mereka satu per satu. Segera tentara menyeret Dionisius dan mulailah pembantaian massal.
Sepeninggal teman-temannya, Pater Dionisius masih bersaksi tentang Kristus dengan penuh semangat. Kotbahnya itu justru semakin menambah kebencian rakyat Aceh terhadapnya. Algojo-algojo semakin beringas untuk segera menamatkan riwayat Dionisius. Namun langkah mereka terhenti di hadapan Dionisius. Dengan sekuat tenaga mereka menghunuskan kelewang dan tombak akan tetapi seolah-olah ada kekuatan yang menahan, sehingga tidak ada yang berani. Segera kepala algojo mengirim utusan kepada sultan agar menambah bala bantuan. Dionisus berdoa kepada Tuhan agar niatnya menjadi martir dikabulkan. Dan permintaan itu akhirnya dikabulkan Tuhan. Dionisius menyerahkan diri kepada algojo-algojo itu. Seorang algojo - orang Kristen Malaka yang murtad - mengangkat gada dan disambarkan keras-keras mengenai kepala Dionisius, disusul dengan kelewang yang memisahkan kepala Dionisius dari tubuhnya.
Kemartiran Dionisius dengan kawan-kawannya disahkan Tuhan: mayat mereka selama 7 bulan tidak hancur, tetap segar seperti sedang tidur. Menurut saksi mata, jenazah Dionisius sangat merepotkan orang sekitarnya, karena setiap kali dibuang - ke laut dan tengah hutan - senantiasa kembali lagi ke tempat ia dibunuh. Akhirnya jenazahnya dengan hormat dimakamkan di Pulau Dien ('pulau buangan'). Kemudian dipindahkan ke Goa, India. Martir-martir itu dibunuh pada tanggal 29 Nopember 1638. Bersama Redemptus, Dionisius digelarkan 'beato' pada tahun 1900.

Santo Eligius, Uskup dan Pengaku Iman
Santo Eligius atau Eloi adalah seorang pandai emas dan pencetak uang logam di kota Paris pada abad yang ketujuh. Oleh raja Klotar, ia diminta membuat sebuah takhta. Tetapi dengan emas dan permata yang diserahkan raja untuk keperluan itu, Eloi berhasil menciptakan dua buah takhta yang indah sekali. Raja sangat mengagumi kejujurannya itu dan mengangkatnya menjadi kepala percetakan uang logam kerajaan.
Sejak saat itu Eloi menjadi seorang petinggi kerajaan dengan pendapatan yang lumayan pula; namun semuanya dimanfaatkan untuk menolong para tawanan dan fakir miskin. Rumahnya, bahkan meja makannya sendiri selalu dikelilingi orang-orang miskin.
Di samping pandai mencetak uang logam, ia juga seorang seniman. Kegemarannya ialah membuat tabut yang indah sebagai tempat penyimpanan relikui-relikui orang suci. Tabut yang pernah dikerjakannya antara lain tabut penyimpanan relikui Santo Martinus dan Santa Genoveva.
Eloi seorang yang saleh dan bijaksana; karena itu ia diangkat sebagai penasehat raja dan uskup-uskup. Tahun 641, ketika Uskup Noyon, Prancis meninggal dunia, ia sendiri yang dinobatkan menjadi Uskup Noyon. Di negeri Vlandria dan Zeelandia, ia berhasil membawa banyak orang kafir kepada Kristus. Selama 20 tahun ia berusaha keras memajukan Kerajaan Kristus disertai banyak mujizat sebagai peneguh kebenaran iman yang diwartakannya. Segala macam takhayul serta kepercayaan yang sia-sia dilawan dan ditentangnya. Sesudah bekerja keras memperluas Kerajaan Kristus di dunia ini, Eloi meninggal dunia pada tahun 660.

Santa dan Santo Adrianus dan Natalia, Martir
Suami-istri ini mati sebagai martir pada abad ke-4 di Nikomedia pada masa pemerintahan Kaisar Diokletianus – Licinius. Adrianus adalah seorang perwira Romawi yang bertugas di Nikomedia. Ia belum dipermandikan, namun sudah beriman kepada Yesus; sedangkan isterinya, Natalia, seorang Kristen yang saleh.
Suatu ketika Adrianus diperintahkan untuk mengejar, menangkap, dan menganiaya umat Kristen. Maklumlah penguasa Romawi sangat benci kepada umat Kristen karena mereka tidak mau menyembah dewa-dewa Romawi. Adrianus bingung. Ia sendiri pernah menyaksikan penganiayaan terhadap 23 orang Kristen. Hatinya tidak tahan, karena ia merasa seiman dengan mereka. Terdorong oleh cintanya kepada orang-orang seiman, dengan berani ia mengatakan kepada para serdadu Romawi lainnya: "Tangkaplah dan siksalah juga aku sebab aku sendiri pun orang Kristen." Ia rela menyerahkan diri untuk ditangkap dan digiring ke penjara. Mendengar peristiwa penangkapan Adrianus, Natalia datang ke penjara untuk menemuinya. Kepada Adrianus, ia berkata: "Adrian, engkau diberkati Allah, karena berani mengakui imanmu di hadapan orang-orang kafir. Sesungguhnya engkau telah menemukan harta kekayaan yang tidak diwariskan orangtuamu . . . " Natalia meminta dengan sangat kepada Adrianus agar menguatkan juga hati teman-temannya di penjara. Selain itu ia berusaha agar Adrianus mendapat pelajaran agama dan dibaptis di dalam penjara. Hal itu diketahui penjaga penjara, sehingga mulai saat itu ia tidak diizinkan lagi menemui suaminya di penjara. Namun ia tidak kehabisan akal: ia menyamar sebagai pemuda dan berhasil menemui Adrianus di penjara. Kepadanya ia berpesan agar berdoa untuknya bila sudah berada di surga.
Adrianus bersama orang-orang Kristen lainnya dijatuhi hukuman mati. Pelaksanaan hukuman mati itu disaksikan Natalia. Ia menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana anggota tubuh suaminya dicincang. Keinginannya untuk ikut serta terjun ke dalam bara api sungguh tak terbendung, ketika tubuh suaminya dilemparkan ke tengah jilatan api bersama martir-martir lainnya. Api kemudian padam karena sekonyong-konyong turun hujan lebat.  Orang-orang Kristen mengumpulkan sisa-sisa jenazahnya dan memakamkannya dekat Argyropolis, di pantai Bosporus, Turki.
Natalia sendiri menyimpan tangan suaminya sebagai relikui kudus. Ia tidak mau menetap di Nikomedia karena merasa terancam oleh penguasa Romawi yang kafir. Ia memutuskan untuk tinggal tidak jauh dari makam suaminya. Beberapa lama setelah berada di Argyropolis, ia pun wafat dengan damai dan dimakamkan dekat kubur Adrianus di antara para martir lainnya. Ia dimasukkan dalam bilangan para martir karena situasi kematiannya. Adrianus adalah martir populer waktu itu dan dijadikan pelindung para serdadu. Ia juga sering dimintai perlindungannya apabila ada wabah penyakit.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

Liturgia Verbi 2019-11-30 Sabtu.

Liturgia Verbi (C-I)
Pesta S. Andreas, Rasul

Sabtu, 30 November 2019



Bacaan Pertama
Rom 10:9-18

"Iman timbul dari pendengaran,
dan pendengaran dari firman Kristus."

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma:

Saudara-saudara,
jika kamu mengaku dengan mulut bahwa Yesus adalah Tuhan,
dan percaya dalam hati bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati,
maka kamu akan diselamatkan.
Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan,
dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.
Karena Kitab Suci berkata,
"Barangsiapa percaya kepada Dia tidak akan dipermalukan."
Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani.
Karena, Allah yang satu itu adalah Tuhan semua orang,
dan Dia kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya.
Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan.

Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya,
jika mereka tidak percaya kepada Dia?
Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia,
jika tidak mendengar tentang Dia?
Bagaimana mereka mendengar tentang Dia,
jika tidak ada yang memberitakan-Nya?
Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya,
jika tidak diutus?
Seperti ada tertulis,
"Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!"

Tetapi tidak semua orang telah menerima kabar baik itu.
Yesaya sendiri berkata,
"Tuhan, siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami?"
Jadi, iman timbul dari pendengaran,
dan pendengaran dari firman Kristus.

Tetapi aku bertanya,
Adakah mereka tidak mendengarnya?
Sungguh, mereka telah mendengarnya!
"Suara mereka sampai ke seluruh dunia,
dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 19:2-3.4-5,R:5a

Refren: Di seluruh bumi bergemalah suara mereka.

*Langit menceritakan kemuliaan Allah,
dan cakrawala memberitakan karya tangan-Nya;
hari yang satu mengisahkannya kepada hari yang lain,
dan malam yang satu menyampaikan pengetahuannya
kepada malam berikut.

*Meskipun tidak berbicara,
dan tidak memperdengarkan suara,
namun di seluruh bumi bergaunglah gemanya,
dan amanat mereka sampai ke ujung bumi.



Bait Pengantar Injil
Mat 4:19

Mari, ikutlah Aku, sabda Tuhan,
dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.



Bacaan Injil
Mat 4:18-22

"Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Yesus."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Pada suatu hari,
ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea,
Ia melihat dua orang bersaudara,
yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya.
Mereka sedang menebarkan jala di danau,
sebab mereka itu penjala ikan.
Yesus berkata kepada mereka,
"Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia."
Mereka pun segera meninggalkan jalanya,
lalu mengikuti Yesus.

Setelah Yesus pergi dari sana,
dilihat-Nya pula dua orang bersaudara,
yaitu Yakobus anak Zebedeus, dan Yohanes saudaranya,
bersama ayah mereka, Zebedeus,
sedang membereskan jala di dalam perahu.
Yesus memanggil mereka,
dan mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya,
lalu mengikuti Dia.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Hari ini kita mencapai akhir renungan mingguan kita tentang mendekatkan diri kepada Kristus, bertepatan dengan peringatan "Pesta Santo Andreas, Rasul".
Agar kita selalu berada di dekat-dekat Yesus, maka kita mesti selalu mengikuti kemana Yesus pergi, itu yang namanya selalu bersama-sama, seperti yang dilakukan oleh para rasul Yesus, mereka selalu mengikuti kemana Yesus pergi.
Yesus sendirilah yang mengundang, "Mari, ikutlah Aku…"

Bagaimana dengan kita sekarang ini?
Bagaimana caranya mengikuti Yesus karena Yesus telah kembali ke rumah Bapa-Nya?
Untuk menjawab pertanyaan ini pun Yesus telah memberitahukannya,
"Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku." [Luk 9:23, Mat 16:24, Mrk 8:34]

Secara sederhana, menyangkal diri maksudnya mengabaikan kehendak sendiri lalu dengan rela menuruti kehendak Yesus.
Katakanlah kita ingin ke Barat tapi Yesus berjalan ke arah Timur, maka kita pun mengabaikan keinginan kita ke arah Barat, lalu dengan rela mengikuti Yesus ke arah Timur.
Kehendak kita itu kelas TK dan kehendak Yesus itu kelas S3, maka sudah pastilah kehendak Yesus itu jauh lebih baik, termasuk bagi diri kita sendiri.

Secara sederhana pula, memikul salib tentulah merupakan beban bagi kita.
Sampai tiga kali Yesus terjatuh ketika memikul salib-Nya menuju bukit Golgota.
Salib kita tidak se berat yang dipikul oleh Yesus, tetapi Yesus mau agar kita memikulnya setiap hari, agar semakin hari akan terasa semakin ringanlah beban salib itu, dan kita pun akan menjadi semakin kuat.
Setiap orang yang hidup di dunia ini mendapatkan beban salibnya masing-masing, tak ada satu pun yang luput.
Tinggal sekarang, apakah kita mau memikul beban hidup itu atau membiarkan diri kita semakin terhimpit oleh beban itu?
Tak salah kalau Yesus menganjurkan kepada kita, "Bangkitlah dan angkatlah mukamu."



Peringatan Orang Kudus
Santo Andreas, Rasul
Andreas, salah seorang dari keduabelas Rasul Yesus, Tuhan kita. Mulanya ia berguru pada Yohanes Pembaptis; tetapi kemudian ia bersama seorang kawannya mengikuti dan menjadi murid Yesus, segera setelah Yohanes mengarahkan perhatian murid-muridnya kepada Yesus dengan menyebutNya "Anak Domba Allah" yang dinantikan Israel (Yoh 1:36-42).
Saudara Simon Petrus ini adalah nelayan kelahiran Betsaida, sebuah kota di tepi danau Genesaret (Mrk 6:45; Yoh 1:44; 12:21). Ayahnya Yohanes (Yona) adalah juga seorang nelayan di Kapernaum, sebuah kota yang letaknya 4 km sebelah barat muara Yordan pada danau Genesaret. Andreas-lah yang membawa Simon saudaranya (yang kemudian disebut Yesus 'Petrus', Si Batu Karang) kepada Yesus. Bersama Yakobus dan Yohanes (anak-anak Zebedeus), Andreas dan Simon adalah murid-murid Yesus yang pertama. Ketika beberapa orang Yunani mau bertemu dengan Yesus, Andreas-lah yang membawa mereka kepada Yesus dan menyampaikan maksud mereka itu kepadaNya. Karena keutamaannya ini, Santo Beda menjuluki dia "Pengantar kepada Kristus."
Andreas memainkan suatu peran yang penting di dalam peristiwa-peristiwa kehidupan Yesus. Ia hadir pada saat Yesus mengadakan mujizat perbanyakan roti kepada lima ribu orang; bahkan justru dialah yang memberitahukan kepada Yesus perihal anak lelaki kecil yang membawa lima ketul roti dan dua ekor ikan itu (Yoh 6:5-9). Ia juga ada di antara empat orang rasul yang mempertanyakan kepada Yesus perihal tibanya hari akhirat (Mrk 13:3,4).
Setelah Yesus naik ke surga, Andreas ada di antara rasul-rasul lainnya di ruang atas untuk menantikan turunnya Roh Kudus yang dijanjikan Yesus. Konon, ia kemudian mewartakan Injil di Scytia dan Yunani, dan kemudian menurut tradisi (yang agak diragukan), ia pergi ke Byzantium, di mana ia mengangkat Stachys menjadi Uskup setempat.
Di mana, kapan, dan bagaimana Andreas wafat kurang diketahui jelas. Namun seturut tradisi, ia wafat di Patras, Acaia, digantung pada sebuah salib yang berbentuk huruf "X" (silang). Ia bergantung di salib itu selama 2 hari, dan selama itu ia terus berkotbah kepada khalayak yang datang menyaksikannya. Ia tidak dipakukan melainkan diikat saja pada salib itu, sehingga lebih lama ia menderita sebelum menghembuskan nafasnya. Salib ini kemudian dinamakan orang "Salib Santo Andreas".
Pada masa pemerintahan Kaisar Konstansius II, salib relikui Andreas itu dipindahkan dari Patras ke gereja para Rasul di Konstantinopel. Sesudah kota itu rusak oleh Perang Salib pada tahun 1204, maka salib itu dicuri dan kemudian disimpan di katedral Amalfi di Italia. Kurang jelas apakah ia pernah berkotbah di Rusia dan Skotlandia seperti yang dikatakan oleh tradisi. Yang jelas ialah bahwa ia dijadikan pelindung kedua negara itu.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

Liturgia Verbi 2019-11-29 Jumat.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXXIV

Jumat, 29 November 2019



Bacaan Pertama
Dan 7:2-14

"Seseorang serupa Anak Manusia datang bersama awan-gemawan."

Pembacaan dari Nubuat Daniel:

Aku, Daniel, mendapat suatu penglihatan pada waktu malam.
Tampak keempat angin dari langit mengguncangkan laut besar.
Lalu naiklah empat binatang besar dari dalam laut,
yang satu berbeda dengan yang lain.
Yang pertama rupanya seperti seekor singa
dan mempunyai sayap burung rajawali.

Aku terus melihatnya sampai sayapnya tercabut
dan ia terangkat dari tanah
dan ditegakkan pada dua kaki seperti manusia,
dan kepadanya diberikan hati manusia.

Dan tampak ada seekor binatang yang lain, yang kedua,
rupanya seperti beruang.
Ia berdiri pada sisinya yang sebelah,
dan tiga tulang rusuk masih ada di dalam mulutnya di antara giginya.
Kepadanya dikatakan demikian,
'Ayo, makanlah daging banyak-banyak.'
Kemudian aku melihat, tampak seekor binatang lain lagi,
rupanya seperti macan tutul.
Ada empat sayap burung pada punggungnya.
Lagipula binatang itu berkepala empat,
dan kepadanya diberikan kekuasaan.
Kemudian aku melihat dalam penglihatan malam itu,
tampak seekor binatang yang keempat,
yang menakutkan dan mendahsyatkan,
ia sangat kuat.
Ia bergigi besar dari besi.
ia melahap dan meremukkan mangsanya,
dan sisanya diinjak-injaknya dengan kakinya.
ia berbeda dengan segala binatang yang terdahulu.
lagipula ia bertanduk sepuluh.
Sementara aku memperhatikan tanduk-tanduk itu,
tumbuhlah di antaranya suatu tanduk lain yang kecil,
sehingga tiga dari tanduk-tanduk yang dahulu tercabut.
Pada tanduk itu tampak ada mata seperti mata manusia
dan mulut yang menyombong.

Sementara aku terus melihat, takhta-takhta diletakkan,
lalu duduklah Yang Lanjut Usianya.
Pakaian-Nya putih seperti salju
dan rambut-Nya bersih seperti bulu domba.
Takhta-Nya dari nyala api, rodanya dari api yang berkobar-kobar.
Suatu sungai api timbul dan mengalir dari hadapan-Nya.
Beribu-ribu melayani Dia,
dan beratus-ratus ribu berdiri di hadapan-Nya.
Lalu duduklah Majelis Pengadilan dan dibukalah Kitab-kitab.
Aku terus melihatnya,
karena tanduk kecil binatang yang keempat itu mengucapkan kata-kata sombong.
Aku terus melihatnya sampai binatang itu dibunuh.
Bangkainya dibinasakan dan dilemparkan
ke dalam api yang membakar.
Juga kekuasaan binatang-binatang yang lain dicabut,
dan jangka hidup mereka ditentukan sampai waktu dan saatnya.

Aku terus melihat dalam penglihatan waktu malam itu,
tampak seorang serupa Anak Manusia
datang dari langit bersama awan-gemawan.
Ia menghadap Dia yang telah lanjut usia-Nya
dan diantar ke hadapan-Nya.
Kepada yang serupa Anak Manusia itu
diserahkan  kekuasaan, kehormatan dan kuasa sebagai raja.
Dan segala bangsa, suku dan bahasa mengabdi kepada-Nya.
Kekuasaan-Nya kekal adanya dan kerajaan-Nya takkan binasa.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
T.Dan 3:75-81,

Refren:

*Pujilah Tuhan, hai gunung-gemunung.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai segala tumbuhan di bumi.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai segenap mata air dan bukit.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai lautan dan sungai.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai raksasa lautan dan segala yang bergerak di air.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai unggas di udara.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai segala binatang buas dan ternak di bumi.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.



Bait Pengantar Injil
Luk 21:28

Angkatlah kepalamu, sebab penyelamatmu sudah dekat.



Bacaan Injil
Luk 21:29-33

"Jika kalian melihat hal-hal itu terjadi,
ketahuilah bahwa Kerajaan Allah sudah dekat."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Pada waktu itu
Yesus mengemukakan perumpamaan ini kepada murid-murid-Nya,
"Perhatikanlah pohon ara atau pohon apa saja.
Apabila kalian melihat pohon-pohon itu sudah bertunas,
kalian tahu dengan sendirinya, bahwa musim panas sudah dekat.
Demikian pula, jika kalian melihat hal-hal itu terjadi,
ketahuilah, bahwa Kerajaan Allah sudah dekat.
Aku berkata kepadamu:
Sungguh, angkatan ini takkan berlalu, sebelum semuanya terjadi.
Langit dan bumi akan berlalu, tetapi sabda-Ku takkan berlalu."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Bacaan Injil hari ini masih terkait dengan nubuat keruntuhan Yerusalem dan kedatangan Kristus kali kedua.
Ada peristiwa-peristiwa yang menjadi tanda bahwa Kerajaan Allah sudah dekat.
Seperti pohon ara atau pepohonan lainnya, saat mereka bertunas adalah tanda musim panas sudah dekat.
Langit mendung adalah tanda hari akan hujan tetapi belum tentu akan terjadi hujan.
Sebaliknya, tak ada hujan yang tak diawali dengan mendung.
Ada tanda-tanda yang lebih pasti, misalnya: ketika matahari telah berada di ufuk Barat maka tak lama lagi malam menjelang.

Mendekatkan diri kepada Kristus sama artinya Kerajaan Allah sudah dekat.
Ada tanda-tanda yang menunjukkan hal itu.
Sama seperti yang kita alami ketika hendak bepergian ke pantai yang cukup jauh dari rumah.
Kita bisa melihat tanda-tanda yang ada untuk menunjukkan apakah kita sudah dekat pantai, misalnya mulai kita jumpai pohon kelapa dan pepohonan lain yang tumbuhnya di pesisir pantai, dari kejauhan samar-samar nampak garis membentang yang dibawahnya berwarna kebiru-biruan, dan sebagainya.

Lalu, apa tanda-tandanya kalau kita sudah dekat dengan Kristus?
Dari apa yang saya alami, tanda-tanda itu nampak dari kehidupan saya sehari-hari.
Ada banyak sekali perubahan-perubahan yang terjadi di dalam hidup saya.
Misalnya, dahulu saya senang sekali memancing.
Kalau memancing di tengah laut saya bisa mendapat ikan besar-besar dan tentu berguna sebagai lauk-pauk.
Tetapi ketika memancing di kali atau di danau, ikannya kecil-kecil dan hanya untuk dibuang setelah mendapatkannya.
Entah kenapa hobi saya itu hilang lenyap entah kemana, terutama hobi memancing ikan-ikan kecil yang hanya untuk kepuasan diri semata.

Contoh lain misalnya, di awal-awal saya berusaha mendekatkan diri kepada Kristus, membaca Injil dan mendengarkan Homili terasa sebagai beban, cukup sering saya merasa terpaksa melakukannya, malah sesekali saya merasa seperti buang-buang waktu saja lalu menjadi bosan.
Tetapi sekarang, ritual pagi saya adalah membaca dan merenungkan Injil tanpa keterpaksaan dan bukan kewajiban, melainkan karena kebutuhan.
Saya merasa sangat memerlukannya, sama seperti saya memerlukan makan atau mandi, dan itu saya lakukan setiap hari tanpa merasa bosan, malahan terasa ada yang kurang kalau saya tidak melakukannya atau menundanya.
 
Contoh lainnya lagi, dahulu saya merasa berbuat baik itu kewajiban, suka tak suka mesti diupayakan untuk dilakukan.
Sekarang saya merasa berbuat baik itu adalah kebahagiaan.
Saya merasa berbahagia saat melihat raut wajah yang penuh syukur dari orang-orang yang menerima kebaikan saya, nyaris tak ada pamrih terbersit di pikiran saya.

Kedekatan Kerajaan Allah itu bersifat personal, maka tanda-tanda-Nya pun bersifat eksklusif.
Oleh karenanya, janganlah kaitkan bencana alam dengan dosa manusia, apalagi dengan kedekatan Kerajaan Allah.
Dan jangan lupa juga, bukan kita yang akan mencari-cari Kerajaan Allah melainkan Dia-lah yang mendekat kepada kita.
Bagi kita sendiri, cukup dengan mempersiapkan diri menyambut kedatangan-Nya yang sudah dekat itu.
Lalu Kerajaan Allah itu, yang di dalamnya terdapat kasih Kristus, biarlah bersemayan di hati kita, memenuhi hati kita.



Peringatan Orang Kudus
Tidak ada peringatan Orang Kudus.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

Liturgia Verbi 2019-11-28 Kamis.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXXIV

Kamis, 28 November 2019



Bacaan Pertama
Dan 6:12-28

"Allah telah mengutus malaikat-Nya dan mengatupkan mulut singa-singa."

Pembacaan dari Nubuat Daniel:

Sekali peristiwa para pegawai Raja Darius masuk ke kamar Daniel,
dan mendapati Daniel sedang berdoa dan bermohon kepada Allahnya.
Maka mereka menghadap raja dan menanyakan kepada raja,
"Bukankah Tuanku mengeluarkan suatu perintah,
supaya setiap orang yang dalam tiga puluh hari
menyampaikan permohonan kepada salah satu dewa atau manusia
selain kepada Tuanku,
akan dilemparkan ke dalam gua singa?"
Raja menjawab, "Memang!
Perkara itu sudah pasti menurut undang-undang orang Media dan Persia,
yang tidak dapat dicabut kembali."
Lalu mereka berkata kepada raja,
"Daniel adalah seorang buangan dari Yehuda,
tidak mengindahkan Tuanku, ya raja.
Ia tidak mengindahkan larangan yang Tuanku keluarkan,
tetapi tiga kali sehari ia mengucapkan doanya."
Mendengar hal itu sangat sedihlah raja,
dan ia mencari jalan untuk melepaskan Daniel.
Bahkan sampai matahari terbenam,
ia masih berusaha untuk menolongnya.

Tetapi para pegawai itu bergegas-gegas menghadap raja
serta berkata kepadanya,
"Ketahuilah, ya raja,
bahwa menurut undang-undang orang Media dan Persia
tiada larangan atau penetapan yang dikeluarkan raja dapat diubah."
Sesudah itu raja memberi perintah,
lalu diambillah Daniel dan dilemparkan ke dalam gua singa.
Berbicaralah raja kepada Daniel,
"Allahmu yang kausembah dengan tekun,
Dialah kiranya yang akan melepaskan dikau!"
Lalu dibawalah sebuah batu dan diletakkan pada mulut gua itu.
Raja mencap batu itu dengan cincin meterainya
dan dengan cincin meterai para pembesarnya,
supaya dalam perkara Daniel tidak diadakan perubahan apa-apa.
Lalu pergilah raja ke istananya dan berpuasalah ia semalam-malaman.
Ia tidak mendatangkan penghibur-penghibur,
dan ia tidak dapat tidur.

Pagi-pagi benar ketika fajar menyingsing,
bangunlah raja dan pergi dengan buru-buru ke gua singa.
Sesampai di dekat gua itu,
berserulah ia kepada Daniel dengan suara sayu,
"Daniel, hamba Allah yang hidup,
Allahmu yang kausembah dengan tekun,
telah sanggupkah Ia melepaskan dikau dari singa-singa?"

Daniel menjawab, "Ya raja, semoga kekallah hidupmu!
Allahku telah mengutus malaikat-Nya
untuk mengatupkan mulut singa-singa.
Maka aku tidak diapa-apakan,
karena ternyata aku tidak bersalah di hadapan Allahku.
Demikian pula terhadap Tuanku, ya Raja, aku tidak bersalah."
Raja sangat sukacita
dan memberi perintah supaya Daniel ditarik dari dalam gua itu.
Maka ditariklah Daniel dari dalam gua.
Ternyata tidak ada luka sedikit pun padanya,
karena ia percaya kepada Allahnya.
Kemudian atas perintah raja,
ditangkaplah orang-orang yang telah menuduh Daniel,
dan dilemparkan ke dalam gua singa,
baik mereka sendiri maupun anak isteri mereka.
Belum lagi mereka sampai ke dasar gua,
singa-singa itu telah menerkam mereka,
bahkan meremukkan tulang-tulang mereka.
Kemudian raja Darius mengirim surat
kepada orang-orang dari segala bangsa,
suku bangsa dan bahasa, yang mendiami seluruh bumi, bunyinya,
"Bertambah-tambahlah kiranya kesejahteraanmu!
Bersama ini kuberikan perintah,
bahwa di seluruh kerajaan yang kukuasai
orang harus takut dan gentar terhadap Allahnya Daniel,
sebab Dialah Allah yang hidup, yang kekal untuk selamanya;
pemerintahan-Nya tidak akan binasa
dan kekuasaan-Nya tidak akan berakhir.
Dia melepaskan dan menolong,
dan mengadakan tanda dan mujizat di langit dan di bumi.
Dialah yang melepaskan Daniel dari cengkaman singa-singa."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
T.Dan 3:68-74,

Refren:

*Pujilah Tuhan, hai embun dan salju membadai.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai es dan udara dingin.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai embun beku dan salju.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai siang dan malam.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai cahaya dan kegelapan.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai halilintar dan awan-kemawan.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Biarlah bumi memuji Tuhan.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.



Bait Pengantar Injil
Luk 21:28

Angkatlah kepalamu, sebab penyelamatmu sudah dekat.



Bacaan Injil
Luk 21:20-28

"Yerusalem akan diinjak-injak oleh para bangsa asing
sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,
"Apabila kalian melihat Yerusalem dikepung oleh tentara,
ketahuilah bahwa keruntuhannya sudah dekat.
Pada waktu itu orang-orang yang berada di Yudea
harus melarikan diri ke pegunungan,
orang-orang yang ada di dalam kota harus mengungsi,
dan orang-orang yang berada di pedusunan
jangan masuk lagi ke dalam kota.
Sebab itulah masa pembalasan dan genaplah semua yang tertulis.

Celakalah para ibu yang sedang hamil
atau yang sedang menyusui bayi pada masa itu!
Sebab kesesakan yang dahsyat akan menimpa seluruh negeri,
dan murka akan menimpa bangsa ini.
Mereka akan tewas oleh mata pedang
dan diangkut sebagai tawanan ke segala bangsa.
Yerusalem akan diinjak-injak
oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah,
sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu."

Dan akan tampaklah tanda-tanda pada matahari, bulan dan bintang-bintang.
Bangsa-bangsa di bumi akan ketakutan dan bingung menghadapi deru dan gelora laut.
Orang akan mati ketakutan karena cemas
berhubung dengan segala sesuatu yang menimpa bumi ini,
karena kuasa-kuasa langit bergoncangan.

Pada waktu itu
orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan
dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya.
Apabila semuanya itu mulai terjadi,
bangkitlah dan angkatlah mukamu,
sebab penyelamatanmu sudah dekat."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Renungan hari ini diambil dari renungan Daily Fresh Juice berikut ini, yakni tentang resiko jika kita tidak mendekatkan diri kepada Kristus, kita tidak berani bangkit dan mengangkat muka ketika akhir jaman tiba.

Para Pendengar dan Pewarta Daily Fresh Juice,
Bagaimana perasaan kita setelah mendengarkan Injil Lukas hari ini?
Yesus menyampaikan tentang bencana yang akan menimpa Yerusalem.
Yesus juga menyampaikan tentang bencana yang lebih besar lagi
saat kedatangan Anak Manusia pada akhir jaman.

Berita tentang bencana yang melanda di suatu daerah
hampir setiap hari kita terima dari media,
entah itu bencana banjir, tanah longsor, gempa bumi, gunung meletus,
tsunami, atau kerusuhan masa yang menimbulkan banyak korban jiwa.
Ketika kita mendengar berita tentang bencana yang terjadi,
apakah kita merasa cemas, takut, atau biasa-biasa saja?

Kalau saya boleh jujur,
ketika mendengar berita bencana dari televisi,
saya sempat tertegun, merasa prihatin, tapi tak lama kemudian kembali normal.
Berita bencana sepertinya hanya numpang lewat saja.
Saya merasa jauh lebih panik ketika mengetahui tangan isteri atau anak saya
tergores pisau.
Padahal hanya tergores saja saya menjadi panik.
Sementara mendengar berita bencana yang menimbulkan banyak korban jiwa
saya tidak sepanik kalau keluarga saya terluka oleh pisau.

Anehnya lagi,
Saya bisa merasa sangat tegang ketika nonton film "Into the Storm" yang mengisahkan tentang bencana badai,
atau merasa sedih, sampai menangis ketika menonton film "Hachiko",
yang mengisahkan tentang kesedihan seekor anjing di Jepang yang sia-sia menanti-nantikan tuannya pulang karena tuannya telah meninggal dunia.
Padahal ada banyak film-film fiktif, yang bukan kisah nyata,
yang jelas-jelas merupakan rekayasa dari sang sutradara,
tetap saja membuat perasaan saya tergugah.

Kembali ke pertanyaan awal tadi,
apakah saya merasa sedih mendengar Yerusalem diruntuhkan?
"Ah, itu sih cerita jadul", atau
"Ah, saya gak kenal sama orang-orang Yerusalem…"

Bentar dulu,
kisah keruntuhan Yerusalem itu sumbernya dari Injil lho.
Apa iya kita mengabaikannya?

Para Pendengar dan Pewarta Daily Fresh Juice,
Rasa-rasanya bukan maksud Yesus menubuatkan tentang Yerusalem
agar para murid yang mendengarnya menjadi sedih,
buru-buru ambil tissue untuk mengusap airmata.
Rasa-rasanya bukan maksud Yesus untuk menjadi tukang ramal,
walau pun yang disampaikan oleh Yesus itu memang kemudian benar-benar terjadi.
Lalu, kira-kira untuk apa Yesus menyampaikannya?

Keruntuhan Yerusalem memang terjadi lebih segera,
dan orang-orang masih berkesempatan merasakan kesengsaraan
ketika Yerusalem dikepung oleh tentara dari bangsa yang tidak mengenal Allah.

Keruntuhan Yerusalem hanyalah sebagai pembanding saja,
karena akan ada bencana yang jauh lebih dahsyat akan terjadi,
akan terjadi pada akhir jaman, yang sering disebut kiamat itu.
Bencana-bencana yang terjadi sebelumnya
hanya bersifat lokal, terjadinya di suatu daerah saja.
Tetapi pada akhir jaman nanti, bencana akan melanda di seluruh dunia,
tak ada satu daerah pun yang tidak mengalaminya.
Kalau keruntuhan Yerusalem saja telah membuat kesesakan yang dahsyat,
bagaimana dengan bencana yang menimpa seluruh dunia?
Tentu kepanikan akan meningkat berlipat-lipat.

Nah, inilah kekeliruan yang hendak dikoreksi oleh Yesus.
Pada akhir jaman, Anak Manusia akan datang untuk kali kedua
dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya.
Pada waktu itu,
memang kuasa-kuasa langit akan bergoncangan,
ketakutan dan kepanikan akan melanda semua orang,
tetapi kepada para murid-Nya Yesus berpesan,
"Apabila semuanya itu terjadi,
bangkitlah dan angkatlah mukamu,
sebab penyelamatanmu sudah dekat!"

Jika kita percaya kepada-Nya,
dan mematuhi semua ajaran dan perintah-perintah-Nya,
tak ada alasan bagi kita untuk tidak bangkit dan mengangkat muka,
sebab Yesus telah menjanjikan kepada kita
sebagaimana yang dicatat dalam Injil Yohanes 14, ayat 2-3,
"Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal.
Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.
Aku akan datang kembali
dan membawa kamu ke tempat-Ku,
supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada."
Amin.



Peringatan Orang Kudus
Santa Katarina Laboure, Perawan
Zoe Laboure - nama kecil Katarina Laboure -lahir di desa Fainles Mautiers, Prancis pada tanggal 2 Mei 1806. Mula-mula ia bekerja sebagai pelayan; kemudian ia masuk biara Suster-suster 'Puteri Kasih' dengan nama 'Katarina'. Ia, seorang suster yang amat sederhana namun saleh, sangat rajin dan penuh pengabdian. Sepanjang hidupnya ia tidak pernah belajar membaca dan menulis. Beberapa hari setelah menjadi postulan di biara Rue de Bac, Paris, Bunda Maria menampakkan diri kepadanya.
Pada tengah malam tanggal18/19 Juli 1830, ia terjaga dari tidurnya karena suatu suara ajaib yang memanggilnya sebanyak tiga kali: "Suster Laboure . . . Suster Laboure . . . Suster Laboure!" Ia tersentak bangun dan tampaklah di hadapannya seorang anak kecil berusia kirakira 4/5 tahun. Anak kecil ini mengajaknya ke kapel. "Bunda Maria menanti engkau di kapel!" kata anak kecil itu. Dalam sikap ragu-ragu, penuh tanda tanya dan takut, Suster Katarina bersama anak kecil ajaib itu melangkah ke kapel. Herannya, semua pintu kapel terbuka dengan sendirinya, lilin-lilin dan lampu-lampu di dalam kapel itu menyala. Dan benarlah pemberitahuan anak kecil itu! Setelah menunggu setengah jam lamanya, tiba-tiba anak kecil itu berseru: "Lihat, itulah Bunda Maria!" Bunda Maria muncul dan berlutut menyembah Sakramen Mahakudus, lalu duduk di kursi Pastor Kepala. Suster Katarina segera mendekatinya dan meletakkan tangannya di atas pangkuan Bunda Maria. Lebih dari dua jam lamanya Bunda Maria berbicara dengan Katarina perihal tugas perutusannya yang dipercayakan Tuhan kepadanya.
Pada tanggal 27 Nopember 1830, jam setengah enam malam, sekali lagi Bunda Maria menampakkan diri kepadanya dalam rupa sebuah gambar. Bunda Maria tampak sedang berdiri di atas bola bumi dengan berkas-berkas cahaya ajaib memancar dari tangannya. Bola bumi itu dikelilingi tulisan berikut: "Oh Maria yang dikandung tanpa noda dosa, doakanlah kami yang berlindung kepadamu!" Gambar itu lalu membalik dan menampakkan huruf "M"; di atasnya terdapat sebuah hati dan salib yang saling berhubungan. Sementara itu terdengar olehnya suruhan Bunda Maria agar ia segera membuat satu medali yang berbentuk bulat lonjong seperti yang tergambar dalam tanda penampakan itu. Bunda Maria berjanji: "Semua orang yang mengenakan medali ini pada lehernya akan memperoleh karunia khusus." Katarina meneruskan pesan tersebut kepada yang berwajib. Lalu sesuai suruhan Bunda Maria, dibuatlah medali tersebut dan segera disebarluaskan kepada umat. Banyaklah permohonan yang terkabul karena medali tersebut, misalnya penyembuhan, pertobatan dll. Semuanya itu sungguh-sungguh ajaib, karena semula hal-hal itu memang tak dapat diatasi dengan cara biasa.
Penampakan itu terus berlanjut beberapa kali lagi sampai bulan September 1881. Kemudian Suster Katarina menceritakan penampakan-penampakan itu dengan jelas kepada Pastor Aladel, Bapa Pengakuannya. Setelah diselidiki dengan saksama, pastor itu mohon kepada Uskup Agung de Quelen di Paris untuk memberikan restu dan izin bagi pembuatan medali tersebut. Medali inilah yang sekarang lazim disebut 'Medali Wasiat'. Kata 'wasiat' tidak menunjuk kepada hasil yang diperoleh umat oleh karena memakai medali itu, melainkan menunjuk pada asal dan cara bagaimana medali itu terjadi.
Katarina melanjutkan cara hidupnya dalam kesederhanaan dan kerendahan hati dengan melakukan tugasnya sebagai penjaga pintu dan tukang masak di biara Enghien-Reuilly. Rahasia penampakan Bunda Maria yang dialaminya tidak diketahui oleh rekan-rekannya sebiara. Delapan bulan sebelum kematiannya, barulah ia menceritakan beberapa penampakan yang dialaminya kepada Suster Dufes, Superiornya. Katarina Laboure meninggal dunia pada tanggal 31 Desember 1876 pada usia 70 tahun. Ia digelari 'beata' pada tahun 1933 dan dinyatakan sebagai 'santa' pada tahun 1947 oleh Paus Pius XII (1939-1958).



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

Liturgia Verbi 2019-11-27 Rabu.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXXIV

Rabu, 27 November 2019



Bacaan Pertama
Dan 5:1-6.13-14.16-17.23-28

"Tampaklah jari-jari tangan manusia yang menulis pada dinding."

Pembacaan dari Nubuat Daniel:

Sekali peristiwa Raja Belsyazar mengadakan perjamuan besar
untuk para pembesarnya, seribu orang jumlahnya.
Di hadapan seribu orang itu raja minum-minum anggur.
Dalam kemabukan anggur,
Belsyazar menitahkan orang mengambil perkakas emas dan perak
yang telah dibawa oleh Nebukadnezar, ayahnya, dari dalam Bait Suci di Yerusalem. 
Sebab Belsyazar dan para pembesarnya,
para isteri dan gundik mereka,
ingin minum dari perkakas itu.
Maka dibawalah perkakas emas dan perak,
yang dirampas dari dalam Bait Suci, Rumah Allah di Yerusalem. 
lalu raja dan para pembesarnya, para isteri dan gundik mereka,
minum dari perkakas itu.
Mereka minum anggur dan memuji-muji para dewa
yang dari emas dan perak, tembaga, besi, kayu dan batu.

Pada waktu itu juga tampaklah jari-jari tangan manusia,
menulis pada kapur dinding istana raja, di depan kaki dian.
Raja sendiri melihat punggung tangan yang sedang menulis itu.
Maka raja menjadi pucat dan pikirannya menggelisahkan dia;
sendi-sendi pangkal pahanya menjadi lemas dan lututnya berantukan.
Lalu dibawalah Daniel menghadap raja.
Bertanyalah raja kepada Daniel,
"Engkaukah Daniel,
salah seorang buangan yang diangkut ayahku dari tanah Yehuda?
Telah kudengar bahwa engkau penuh dengan roh para dewa,
dan memiliki kecerahan akal budi dan hikmat yang luar biasa.
Akupun telah mendengar bahwa engkau dapat memberikan makna
dan dapat menguraikan kekusutan.
Oleh sebab itu jika engkau dapat membaca tulisan itu
dan dapat memberitahukan maknanya kepadaku,
maka kepadamu akan dikenakan pakaian dari kain ungu
dan pada lehermu akan dikalungkan rantai emas,
dan dalam kerajaan ini
engkau akan mempunyai kekuasaan sebagai orang ketiga."

Kemudian Daniel menjawab raja,
"Tak usahlah Tuanku memberi hadiah;
berikanlah kepada orang lain saja!
Namun demikian, aku akan membaca tulisan itu bagi Tuanku
dan memberitahukan maknanya.
Tuanku telah menyombongkan diri terhadap Yang Berkuasa di ssurga:
perkakas dari Bait-Nya dibawa orang kepada Tuanku.
Lalu Tuanku dan para pembesar, para isteri dan para gundik Tuanku
telah minum anggur dari perkakas itu.
Tuanku telah memuji-muji para dewa dari perak dan emas,
dari tembaga, besi, kayu dan batu,
yang tidak dapat melihat atau mendengar ataupun mengetahui.
Tuanku tidak memuliakan Allah,
yang menggenggam nafas Tuanku
dan menentukan segala jalan Tuanku.
Sebab itu Ia memerintahkan punggung tangan itu,
dan dituliskanlah tulisan ini.

Beginilah tulisan itu, 'Mené, mené, tekél ufarsin.'
Dan beginilah makna perkataan itu,
'Mené' artinya masa pemerintahan Tuanku dihitung oleh Allah dan telah diakhiri.
'Tekél'artinya Tuanku telah ditimbang dengan neraca dan didapati terlalu ringan;
'Urfasin,' kerajaan Tuanku dipecah
dan diberikan kepada orang Media dan Persia."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
T.Dan 3:62-67,

Refren:

*Pujilah Tuhan, hai matahari dan bulan.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai segala bintang di langit.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai segala hujan dan embun.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai segala angin.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai api dan panas terik.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai hawa yang dingin dan kebekuan.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.



Bait Pengantar Injil
Why 2:10C

Hendaklah engkau setia sampai mati, sabda Tuhan,
dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.



Bacaan Injil
Luk 21:12-19

"Karena nama-Ku kalian akan dibenci semua orang.
Tetapi  tidak sehelai pun rambut kepalamu akan hilang."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Pada waktu itu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,
"Akan datang harinya kalian akan ditangkap dan dianiaya.
Karena nama-Ku kalian akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat,
dimasukkan ke dalam penjara,
dan dihadapkan kepada raja-raja dan para penguasa.
Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi.
Sebab itu tetap teguhlah di dalam hatimu,
jangan kalian memikirkan lebih dahulu pembelaanmu.
Aku sendirilah yang akan memberi kalian kata-kata hikmat,
sehingga kalian tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawanmu.

Dan kalian akan diserahkan juga oleh orangtuamu,
saudara-saudaramu, kaum keluargamu dan sahabat-sahabatmu,
dan beberapa orang di antaramu akan dibunuh;
karena nama-Ku kalian akan dibenci semua orang.

Tetapi tidak sehelai pun rambut kepalamu akan hilang.
Kalau kalian tetap bertahan, kalian akan memperoleh hidupmu."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Masih tentang mendekatkan diri kepada Kristus, kali ini kita akan merenungkan konsekuensi berada dekat Kristus.
Semasih di dunia ini, pro dan kontra selalu terjadi dimana-mana, setuju dan tidak setuju, menerima dan menolak, dan seterusnya.
Dan bahkan di dalam diri kita pun sering terjadi pro dan kontra itu, yang membuat kita menjadi ragu-ragu atau bimbang.

Mendekatkan diri kepada Kristus juga menimbulkan pro dan kontra, ada yang setuju tapi ada juga yang menolak.
Kenyataannya memang terjadi, kita bisa jadi dibenci orang bukan karena perbuatan kita melainkan karena kedekatan kita pada Kristus.
Karena nama Kristus bisa jadi kita di-bully, dicaci-maki, dianiaya atau bahkan dibunuh.
Ini memang konsekuensi yang mesti diterima sebagai suatu resiko, akibat adanya pro-kontra itu.

Oleh sebab itu, Yesus mengingatkan kita, agar tetap teguhlah di dalam hati kita, jangan bimbang atau ragu untuk terus mendekat kepada Kristus.
Kristus ada di pihak kita, untuk menghadapi kelompok kontra.
Kristus sendiri yang akan memberikan kepada kita kata-kata hikmat ketika melakukan perlawanan terhadap kelompok kontra itu.

Janganlah sampai terjadi, kita berpaling dari iman kita kepada Kristus.
Iming-iming, intimidasi atau pun ancaman adalah bentuk penyesatan yang wajib untuk kita waspadai.
Kalau kita percaya kepada-Nya, semestinya kita juga percaya akan apa yang dikatakan-Nya, "Tidak sehelai pun rambut kepalamu akan hilang. Kalau kalian tetap bertahan, kalian akan memperoleh hidupmu."



Peringatan Orang Kudus
Santo Yakobus dari Persia, Martir
Yakobus dari Beth-Lapeta, Persia (sekarang: Iran) lahir pada akhir abad keempat. Beliau seorang bangsawan Kristen kaya raya dan berpangkat tinggi di dalam Kerajaan Persia sebagai penasehat raja. Tetapi kebesarannya ini justru kemudian mendatangkan kecelakaan atas dirinya. Ketika raja mulai menganiaya orang-orang Kristen, Yakobus mengkhianati imannya dengan maksud supaya terlindung dari bahaya mati dan terus hidup terjamin. Namun isteri serta ibunya tetap setia kepada Kristus. Dengan terus terang mereka menegur Yakobus dan menunjukkan kesalahannya. Meskipun sejak itu mereka segan bergaul dengannya, namun karena terdorong oleh cinta sejati, mereka tetap mendoakan agar hatinya berbalik lagi kepada Kristus.
Demikianlah akhirnya, oleh sinar cahaya rahmat ilahi yang menembusi hatinya yang tegar dan keras, Yakobus kembali kepada Tuhan. Semenjak itu ia tidak pernah lagi pergi ke istana bahkan dengan berani meletakkan jabatannya yang tinggi itu. Perubahan sikapnya itu tak dibiarkan begitu saja oleh raja. Yakobus dipanggil lalu dimintai pertanggungjawabannya tentang sikapnya itu. Ia menyatakan secara tegas bahwa ia seorang Kristen yang tidak boleh bekerja sama dengan raja yang lalim. Maka murkalah raja, lalu segera memanggil pembesar-pembesar kerajaan dan hakim-hakim untuk menentukan hukuman yang tepat atas orang-orang Kristen.
Tuduhan yang dikemukakan ialah bahwa orang-orang Kristen menghina dan tidak mau menyembah dewa-dewa nasional. Oleh karena itu hukuman mati pantas dijatuhkan atas mereka termasuk Yakobus. Anggota badan Yakobus dipotong-potong. Menyaksikan hukuman mati yang dijatuhkan kepada Yakobus, orang-orang Kristen tak putus-putusnya berdoa agar Yakobus dapat bertahan dan berkanjang dalam menahan sengsara yang ditimpakan kepadanya. Doa mereka itu dikabulkan. Yakobus dengan gembira dan tersenyum menanggung penderitaan itu. Ia bahkan mengucap syukur kepada Allah karena boleh turut serta menanggung sengsara Kristus. Yakobus mati sebagai martir Kristus pada tahun 421.

Santo Virgilius, Uskup dan Pengaku Iman
Biarawan dan abbas Irlandia ini diangkat menjadi Uskup Zalsburg, Austria. Ia mengajarkan bahwa bumi ini bulat. Konsekuensinya, orang-orang di dua tempat berbeda di muka bumi yang dihubungkan oleh garis tengah bumi berdiri dengan posisi kaki saling berlawanan (Yunani: antipodes). Misalnya orang-orang di Jawa berdiri terbalik dengan orang-orang di sekitar Karibia (sebelah utara Amerika Tengah). Ajaran ini ditentang oleh banyak orang, bahkan dicap bidaah oleh Santo Bonifasius. Sebagai misionaris ia sangat giat.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

Liturgia Verbi 2019-11-26 Selasa.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXXIV

Selasa, 26 November 2019



Bacaan Pertama
Dan 2:31-45

"Allah akan mendirikan suatu kerajaan yang takkan binasa selama-lamanya,
dan akan meremukkan segala kerajaan."

Pembacaan dari Nubuat Daniel:

Pada waktu itu Daniel berkata kepada Raja Nebukadnezar,
"Ya raja, Tuanku melihat suatu penglihatan,
yakni sebuah patung yang besar!
Patung ini tinggi, berkilau-kilauan luar biasa,
berdiri tegak di hadapan tuanku, dan tampak mendahsyatkan.
Adapun patung itukepalanya dari emas tua,
dada dan lengannya dari perak, perut dan pinggangnya dari tembaga,
pahanya dari besi,
sedang kaki serta jari-jarinya
sebagian dari besi dan sebagian dari tanah liat.

Sementara Tuanku melihatnya,
sebuah batu terungkit lepas tanpa perbuatan tangan manusia.
Batu itu menimpa patung itu
tepat pada kakinya yang dari besi dan tanah liat itu,
sehingga remuk.
Maka sekaligus diremukkan juga
besi, tanah liat, tembaga, perak dan emas itu.
Semuanya menjadi seperti sekam yang dihembus angin,
di tempat pengirikan pada musim panas,
sehingga tidak ada bekas-bekasnya lagi.
Tetapi batu yang menimpa patung itu menjadi gunung besar
yang memenuhi seluruh bumi.

Itulah mimpi Tuanku.
Adapun maknanya akan kami jelaskan sekarang kepada Tuanku Raja.
Ya Tuanku Raja, raja segala raja!
Kepada Tuanku Allah semesta langit telah memberikan kerajaan,
kekuasaan, kekuatan dan kemuliaan.
Ke dalam tangan Tuanku telah diserahkan-Nya
semua manusia, di mana pun mereka berada,
juga binatang-binatang di padang dan burung-burung di udara.
Tuanku telah diberinya kuasa atas semuanya itu.
Maka Tuankulah kepala yang dari emas itu.

Tetapi sesudah Tuanku akan muncul suatu kerajaan lain,
yang kurang besar dari kerajaan Tuanku;
kemudian suatu kerajaan lagi, yakni yang ketiga, dari tembaga,
yang akan berkuasa atas seluruh bumi.
Sesudah itu akan ada kerajaan yang keempat, yang keras seperti besi,
tepat seperti besi yang meremukkan dan menghancurkan segala sesuatu.
Seperti besi yang menghancurluluhkan,
maka kerajaan itu akan meremukkan dan menghancurluluhkan semuanya.

Dan seperti Tuanku lihat
kaki dan jari-jarinya sebagian dari tanah liat tukang periuk
dan sebagian lagi dari besi,
itu berarti, bahwa kerajaan itu terbagi.
Memang kerajaan itu juga keras seperti besi,
sesuai dengan yang Tuanku lihat, besi itu bercampur dengan tanah liat.
Sebagaimana kaki dan jari-jari kaki itu
sebagian dari besi dan sebagian dari tanah liat,
demikianlah kerajaan itu sebagian keras dan sebagian rapuh.
Seperti Tuanku lihat besi bercampur dengan tanah liat, itu berarti:
mereka akan bercampur karena perkawinan,
tetapi tidak akan merupakan satu kesatuan,
seperti besi tidak dapat bercampur dengan tanah liat.

Lalu pada zaman raja-raja itu,
Allah semesta langit akan mendirikan suatu kerajaan
yang takkan binasa selama-lamanya.
Kekuasaannya takkan beralih lagi kepada bangsa lain.
Kerajaan itu akan meremukkan segala kerajaan dan melenyapkannya,
tetapi kerajaan itu sendiri akan tetap untuk selama-lamanya.
Hal itu telah Tuanku lihat,
yaitu bahwa tanpa perbuatan tangan manusia
sebuah batu terungkit lepas dari gunung
dan meremukkan besi, tembaga, tanah liat, perak serta emas.
Allah yang maha besar telah memberitahukan kepada Tuanku Raja,
apa yang akan terjadi di kemudian hari.
Mimpi itu benar dan maknanya dapat dipercaya."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
T.Dan 3:57-61,

Refren:

*Pujilah Tuhan, hai segala karya Tuhan.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai segala malaikat Tuhan.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai segenap langit.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai segala air di atas langit.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, segenap bala tentara Tuhan.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.



Bait Pengantar Injil
Why 2:10c

Hendaklah engkau setia sampai mati, sabda Tuhan,
dan Aku akan mengurniakan kepadamu mahkota kehidupan.



Bacaan Injil
Luk 21:5-11

"Tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Ketika itu beberapa orang berbicara tentang Bait Allah
dan mengagumi bangunan yang dihiasi dengan batu indah,
dan berbagai macam barang persembahan.
Tetapi Yesus berkata kepada mereka,
"Akan tiba harinya segala yang kalian lihat di situ diruntuhkan,
dan tidak akan ada satu batu pun
dibiarkan terletak di atas batu yang lain."

Lalu murid-murid bertanya,
"Guru, bilamanakah hal itu akan terjadi?
Dan apakah tandanya, kalau itu akan terjadi?"
Jawab Yesus, "Waspadalah, jangan sampai kalian disesatkan.
Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku,
dan berkata,
'Akulah Dia' dan 'Saatnya sudah dekat.'
Janganlah kalian mengikuti mereka.
Dan bila kalian mendengar kabar tentang perang dan pemberontakan,
janganlah kalian terkejut.
Sebab semuanya itu harus terjadi dahulu,
tetapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera."

Kemudian Yesus berkata kepada mereka,
"Bangsa akan bangkit melawan bangsa
dan kerajaan melawan kerajaan.
Akan terjadi gempa bumi yang dahsyat,
dan di berbagai tempat akan ada penyakit sampar dan kelaparan.
Dan akan terjadi juga
hal-hal yang mengejutkan dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Hari ini kita tidak merenungkan perihal keruntuhan.
Tema kita minggu ini adalah mendekatkan diri kepada Kristus.
Sudah jelas kalau Yesus sangat ingin berada di dekat-dekat kita, sampai-sampai mau turun ke dunia untuk menjumpai kita, dan menjanjikan masih akan datang lagi untuk kali kedua.
Jika kita menjauh, tidak berusaha untuk berada dekat dengan Kristus, maka tak ada gunanya lagi Kristus berada di dekat kita.

Salah satu hambatan untuk berad di dekat Kristus adalah penyesatan yang dilakukan orang, yang membuat kita menjauh dari-Nya.
Beginilah yang disampaikan oleh Yesus pada Bacaan Injil hari ini, "Waspadalah, jangan sampai kalian disesatkan.
Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku,
dan berkata, 'Akulah Dia' dan 'Saatnya sudah dekat.'
Janganlah kalian mengikuti mereka."

Berulang-kali Yesus menyampaikan tentang penyesatan ini, yakni upaya orang untuk menjauhkan kita dari Kristus.
Yesus telah menyampaikan kepada kita, "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas."  [Mat 7:15]
Sebelumnya Yesus juga telah menyampaikan, "Tidak mungkin tidak akan ada penyesatan, tetapi celakalah orang yang mengadakannya."  [Luk 17:1]

Penyesatan itu memang selalu ada, bergerak secara diam-diam sehingga kita tidak menyadarinya.
Mungkin kita bukanlah pelaku penyesatan itu, tetapi kita berpeluang menjadi korban penyesatan yang dilakukan orang.
Ketidak-tahuan atau kekurang-fahaman dapat membuat kita menjadi lebih mudah disesatkan, sementara untuk menjadi faham nyatanya tidak mudah.
Yang sering terjadi, kita percaya akan suatu penyesatan karena kita percaya kepada orang yang menyampaikannya, tak ada celah bagi kita untuk memeriksa kebenarannya.
Oleh sebab itu, mau tak mau kita memang mesti bertekun mendengarkan sabda Tuhan melalui Injil, agar semakin hari semakin faham, dan sekaligus menjadi semakin tangguh mengasati penyesatan.
Maka, percayalah hanya kepada Injil, tidak kepada yang lain!



Peringatan Orang Kudus
Santo Yohanes Berchmans, Pengaku Iman
Yohanes Berchmans lahir di kota Diest, Belgia Tengah pada tanggal 13 Maret 1599. Ayahnya yang tukang kayu itu bercita-cita agar Berchmans kelak menjadi orang yang berpangkat tinggi dan masyhur namanya. Dalam sikapnya yang tenang laksana air jernih tak beriak, Berchmans bercita-cita menuntut ilmu setinggi-tingginya. Ia mendapat pelajaran bahasa Latin dari Peter Emerich. Imam ini sering mengajaknya ke biara dan pastoran. Pengalaman inilah yang mempengaruhi cita-citanya di kemudian hari yaitu menjadi seorang imam. Tetapi karena perusahaan ayahnya, mengalami kemunduran hebat dan ibunya sakit keras, ia dipanggil pulang ke rumah agar bisa membantu ayahnya dalam memperbaiki keadaan ekonomi keluarga. Ayahnya memutuskan untuk menghentikan studinya.
Mendengar keputusan ayahnya, ia diam tertegun sambil merenungkan nasibnya di kemudian hari. Ia lalu memutuskan untuk melanjutkan studinya atas tanggungan pribadi dan berjanji untuk makan roti kering saja dan hidup sederhana, asal cita-citanya tercapai. Ayahnya mengalah. Sambil mengikuti pelajaran di sebuah kolese umum, ia bekerja sebagai pelayan di gereja Katedral untuk memperoleh nafkahnya. Berkat kecerdasan serta kemauannya yang keras, ia selalu lulus dalam ujian dengan nilai yang gemilang. Ia bahkan selalu menjadi juara kelas. Teman-temannya sangat baik dan sayang padanya karena tabiatnya yang tenang dan periang. Kegemarannya adalah menjadi pelakon dalam setiap drama yang di pertunjukkan sekolah.
Ketika menginjak tahun terakhir studinya yaitu tahun retorika, ia pindah ke Kolese Yesuit di Malines pada tahun 1615. Hal yang menarik dia ke sana ialah semangat perjuangan dan kemartiran para misionaris Yesuit di Inggris. Tahun 1616, setelah mengalahkan ketegaran hati ayahnya, ia masuk novisiat Yesuit dan setahun kemudian ia dikirim ke Roma untuk melanjutkan studinya di sana. Dari sana ia mengirim surat kepada orang-tuanya: "Dengan rendah hati, aku berdoa untuk ayah dan ibu. Dan dengan segenap kasih-sayangku dan cintaku . . . saya ucapkan 'selamat datang dan selamat tinggal' kepada kalian, karena kalian mempersembahkan kembali aku puteramu, kepada Tuhan. Dia yang telah memberikan aku kepada kalian."
Sebagai novis, Berchmans sangat mengagumkan. Hidup asketik dan tulisan-tulisan rohaninya sangat mendalam, sempurna, seperti tampak di dalam kalimat: "Menabung banyak harta dalam bejana yang kecil." Sekali peristiwa ia membaca riwayat hidup Santo Aloysius. Pedoman yang diambilnya dari Aloysius ialah: "Jika saya tidak jadi orang suci di masa mudaku, maka tak pernah saya akan menjadi demikian." Tuhan memberinya waktu tiga tahun untuk mencapai apa yang diidamkannya. Dua hari sebelum pesta Santa Maria diangkat ke Surga, yaitu tanggal15 Agustus 1621, ia meninggal dunia dalam usia 22 tahun.
Meskipun dia meninggal dalam usia yang begitu muda, namun ia dinyatakan 'kudus' oleh Gereja karena ia menyempurnakan diri dengan melaksanakan tugas-tugas hariannya dengan sangat baik. Ia berhasil mencapai cita-citanya: menjadi seorang biarawan yang tekun melaksanakan tugas-tugas yang sederhana dengan sempurna penuh tanggung jawab, riang dan senang hati demi cinta akan Tuhan. Berchmans menjadi contoh teladan dan pelindung para pelajar.

Santo Silvester Gozzolini, Abbas dan Pengaku iman
Silvester lahir di Osimo, Italia pada tahun 1177 dari sebuah keluarga bangsawan kaya raya. Pada masa mudanya ia belajar ilmu hukum di Bologna dan Padua sampai selesai dan menjadi seorang ahli hukum di kota asalnya. Namun kemudian ia melepaskan jabatannya itu dan menekuni bidang teologi untuk menjadi imam di Osimo. Kemudian ia meninggalkan semua miliknya dan keramaian kota untuk menjalani kehidupan sebagai seorang pertapa yang miskin di Grotta (gua) Fucile.
Dari Fucile, ia pindah ke sebuah biara pertapaan di Monte Fano, Italia. Di sana jugalah ia kemudian pada tahun 1231 mendirikan sebuah biara pertapaan untuk menghimpun semua orang yang menjadi muridnya. Persaudaraan religius mereka terkenal dengan nama 'Ordo Santo Silvester'. Mereka menghayati suatu cara hidup yang keras di bawah panduan aturan-aturan Santo Benediktus, tanpa pernah secara resmi menjadi cabang dari salah satu Ordo Benediktin. Di bawah pimpinan Silvester sendiri selama 36 tahun, Ordo Silvestrin ini berkembang sangat pesat. Selama itu ia berhasil mendirikan 25 buah biara di Italia. Ia wafat pada tanggal 26 Nopember 1261 dalam usia 90 tahun, dan dinyatakan 'kudus' oleh Paus Klemens VIII (1592-1605) pada tahun 1598.

Santo Leonardus Porto Morizio, Pengaku Iman
Leonardus lahir di Porto Morizio, Italia pada tanggal 20 Desember 1676. Pada umur 13 tahun, ia dipanggil ke Roma oleh Agustinus, pamannya untuk dididik di kolese Yesuit yang dipimpin oleh Santo Philipus Neri. Pamannya menginginkan dia menjadi dokter, namun ia dengan tegas menolaknya. Oleh karena itu ia tidak lagi diakui oleh pamannya. Sejak itu ia mengatur hidupnya sendiri di Roma tanpa bantuan pamannya.
Pada tahun 1697, ia diterima dalam Tarekat Fransiskan di biara Rifomalla di Ponticelli. Oleh pimpinan Ordo ia kemudian dikirim belajar di Universitas Roma. Di Universitas Bonaventura inilah ia ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1703. Bersama dengan beberapa rekannya, ia mengambil alih sebuah biara di Florence pada tahun 1709. Di bawah bimbingannya, biara ini kemudian menjadi pusat karya misi di Tuscany. Dari biara inilah, ia berkeliling ke berbagai tempat untuk berkotbah dan mengajar umat, teristimewa umat sederhana dari golongan rakyat jelata.
Leonardus dikenal sebagai seorang misionaris Fransiskan yang rajin dan tekun dalam tugasnya mewartakan Injil. Ia mengelilingi seluruh Italia untuk berkotbah. Dengan gayanya yang lucu, ia mengemukakan prinsip misionernya sebagai berikut: "Berkotbah kepada orang lain harus dimulai dan diselingi dengan berkotbah kepada diri sendiri." Leo menghayati semangat hidup miskin dan sederhana yang tinggi sehingga banyak orang terpikat padanya.
Salah satu keistimewaannya yang membuat dia dikenal hingga sekarang ialah kesukaannya merenungkan peristiwa Sengsara Yesus. Ia mengabdikan devosinya ini dan menjadikannya milik semua umat Katolik dengan merintis kebaktian "Jalan Salib" lengkap dengan 14 stasinya seperti yang kita kenal sekarang. Untuk mengumatkan devosi itu, ia mendirikan 'Jalan Salib Kristus' di berbagai tempat, termasuk di Colosseum, tempat pembantaian dan gelanggang sengsara orang-orang Kristen pertama di Roma. Tentang kebaktian Jalan Salib ini, ia berkata: "Tidak ada sesuatu pun yang lebih mulia dan berguna bagi pengudusan diri kita daripada merenungkan peristiwa sengsara Kristus." Selain devosi itu, ia juga menjadi perintis devosi kepada Hati Yesus yang Mahakudus dan devosi kepada Bunda Maria.
Sampai usia tuanya ia berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan jiwa-jiwa dengan doa-doa pribadi dan perayaan Misa Kudus setiap hari. Pada tahun 1744 ia diutus paus ke pulau Corsica untuk menenteramkan suasana pertikaian antar umat di sana. Namun sayang bahwa usahanya ini kurang berhasil. Dalam keadaan payah ia kembali ke Roma, dan tak lama kemudian ia meninggal dunia di biara Santo Bonaventura pada tanggal 26 Nopember 1751. Pada tahun 1867 ia dinyatakan sebagai 'santo'.

Santo Sarbel Maklouf, Pengaku Iman
Seorang gadis dan seorang biarawati dengan mata terbelalak memandang ke arah dinding batu karang yang terletak di hadapan mereka. Mereka heran karena melihat bahwa batu (nisan) itu mengeluarkan peluh. Tetesan-tetesan air keluar dari permukaannya. Seperti kena hipnose, gadis itu mengulurkan dan menempelkan tangannya yang lumpuh itu pada batu itu. Sementara itu biarawati itu pun merasa tegang seluruh tubuhnya. Gadis lumpuh yang gemetaran itu, lalu terjatuh di pangkuan biarawati yang sedang tegang itu. Ketika gadis itu siuman lagi, ia merasa sudah terbebas dari penyakit lumpuh yang telah dideritanya selama 14 tahun. Bekas-bekas kelumpuhan pun tidak kelihatan lagi. Sekarang ia telah bersuami dan tinggal di Libanon.
Batu (nisan) yang bertuliskan huruf-huruf Arab itu mengingatkan penduduk setempat akan suatu peristiwa penyembuhan yang terjadi di situ pada tahun 1951. Batu itu adalah batu kubur Sarbel Maklouf, seorang rahib Gereja Maronit Libanon, yang dijuluki "Bapa Kami" oleh orang-orang Libanon, baik Kristen maupun Islam.
Pada tahun 1822, para rahib Maronit di Libanon membangun biara Maron d'Annaya, yang terletak di pegunungan Libanon. Tigapuluh tahun setelah biara itu berdiri, datanglah ke biara itu seorang pemuda sederhana dan miskin dengan pakaian yang tak teratur. Pemuda itulah Sarbel Maklouf. Semula Sarbel adalah petani dan gembala miskin di pegunungan Libanon. Menginjak usia 23 tahun, ia meninggalkan desanya, lalu melangkahkan kakinya ke daerah pegunungan Annaya menuju sebuah biara yang ada di sana. Ia diterima masuk biara itu untuk selamanya. Di sana ia belajar teologi dan giat membantu di paroki. Dalam waktu relatif singkat Sarbel segera terkenal di antara kaum Badui, petani-petani miskin di pegunungan, orang-orang Kristen dan kaum Muslim. Ia selalu menolong mereka yang menderita dan menghibur orang-orang yang bersusah. Pengetahuannya sangat luas tentang rempah-rempah dan aneka jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat. Sesuatu yang luar biasa tidak tampak pada dirinya. Demikian juga setelah ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1859, ia tetap seorang rahib yang rendah hati, sederhana dan rajin membantu siapa saja yang meminta bantuannya.
Duapuluh tiga tahun terakhir hidupnya, ia bertapa di puncak gunung Annaya, dekat dengan biaranya. Dalam biliknya yang sempit, Pastor Sarbel kusuk berdoa sampai larut malam. Pada waktu subuh ia sudah bangun untuk berdoa sebelum merayakan Misa Kudus. Ia selalu sendirian dan bekerja keras di kebun. Ia hanya makan sekali sehari dan itu pun tidak sampai kenyang. Sehari-harinya pertapa ini tidak banyak bicara. Dengan selembar kain yang membelit tubuhnya ia melawan panas dan dinginnya udara yang tidak kenal kompromi. Suatu hari halilintar menyambar kapelnya dan mengoyakkan jubah yang sedang dikenakannya. Namun aneh bahwa Sarbel yang sedang berdoa itu tidak terkena sedikit pun dan terus berdoa dengan tenang. Di tempat pertapaannya itu, Pastor Sarbel menghembuskan nafasnya terakhir pada tanggal 16 Desember 1898. Jenazahnya diletakkan di atas dua lembar papan dan dimasukkan ke dalam lobang yang dipahat pada batu karang.
Sehabis penguburan Pastor Sarbel, orang-orang Badui menyaksikan suatu peristiwa ajaib yang membingungkan mereka: dari makam Sarbel itu terpancarlah berkas-berkas cahaya biru selama 45 hari penuh setelah penguburannya. Hal ini pun dilihat oleh rekan imamnya yang lain: Pastor Elie Abi-Ramia yang berusia 97 tahun dan satu-satunya imam Maronit yang masih hidup di antara biarawan-biarawan yang tinggal bersama Sarbel dibiara Santo Maron d'Annaya. Ia juga hadir pada upacara penguburan Sarbel Maklouf rekannya pada tahun 1898. Tentang Sarbel, ia berkomentar: "Sarbel Maklouf semasa hidupnya dikenal sangat sederhana, rajin dan menaruh perhatian besar kepada orang-orang miskin dan bersusah. Tidak ada sesuatu keistimewaan yang luar biasa pada dirinya. Yang tampak menonjol ialah bahwa ia rajin berdoa dan tekun memperhatikan orang-orang miskin."
Tahun-tahun berikutnya makam itu menjadi tempat ziarah yang ramai dikunjungi. Di sana terjadi mujizat penyembuhan berbagai jenis penyakit. Berpuluh-puluh tahun kemudian, setelah menyaksikan berbagai mujizat penyembuhan di makam itu, makam Sarbel menarik perhatian Vatikan untuk turun tangan menyelidikinya.
Atas perintah Vatikan, jenazah rahib saleh itu dikeluarkan kembali dari makamnya untuk diselidiki kebenaranriya. Vatikan mengirim dokter-dokter ahli dan para sarjana dari berbagai disiplin ilmu untuk menyelidiki makam dan jenazah Sarbel dan berbagai penyembuhan yang terjadi di makamnya. Makam itu, yang berbentuk sebuah lobang pahatan di dalam batu karang dan ditutup dengan batu itu, disegel dan dipasangi pintu besi yang berjeruji. Kunci pintu makam itu disimpan oleh ketua panitia internasional yang beranggotakan dokter-dokter ahli dan para sarjana itu. Mereka, bersama rekan-rekan Sarbel yang tinggal di biara Maron d'Annaya, heran menyaksikan bahwa meskipun sudah 68 tahun wafat dan dikuburkan, jenazah Sarbel masih dalam keadaan utuh.
Mereka terus menyelidiki kalau-kalau batu makam tersebut mengandung zat-zat kimia yang mempunyai daya pengawet. Tetapi penyelidikan itu tidak menemukan hal itu. Maka selama 6 tahun, jenazah Sarbel Maklouf dimasukkan kembali ke dalam sebuah lobang dalam batu karang untuk melihat apakah jenazah itu masih tetap mengeluarkan peluh keringat. Karena peluh itu tetap mengalir, jenazah Sarbel dikeluarkan lagi dan dijemur selama tujuh bulan. Akibat penjemuran itu, warna kulit Sarbel menjadi sawo matang dan kulitnya mengerut, sambil tetap mengeluarkan peluh sampai tahun 1927.
Dalam penyelidikan selanjutnya terjadi hal-hal baru yang mengherankan para dokter: ketika jenazah itu diiris sedikit dengan pisau keluarlah darah. Memang warna darah itu hitam, namun anehnya bahwa darah itu terus mengalir keluar seperti orang yang masih hidup. Contoh darah ini dengan bukti-bukti lain yang tak terhitung jumlahnya disimpan di dalam sebuah lemari kaca yang disegel. Sementara itu lembaga-lembaga di Italia, Prancis dan Jerman terus menyelidiki darah itu di laboratorium-laboratorium terkenal. Hasil analisa-analisa itu dikirim ke Vatikan.
Setelah melewati berbagai penyelidikan yang mutakhir, akhirnya Sarbel dinyatakan sebagai 'kudus' oleh Paus Paulus VI (1963-1978) pada tanggal 5 Desember 1965 di basilik Santo Petrus Roma. Hingga sekarang bekas tempat tinggal dan makam Sarbel Maklouf menjadi tempat ziarah terkenal di Libanon, yang dikunjungi banyak orang dari berbagai penjuru dunia, baik Kristen maupun Islam dan Yahudi, terlebih orang-orang Badui setempat.
Tentang mujizat penyembuhan di makam Sarbel Maklouf, Pater Joseph Ejail, seorang imam dari biara Maron d'Annaya yang menguasai tiga bahasa asing dan mengajar di sekolah-sekolah Libanon, memberikan kesaksian pandangan mata berikut: "Di muka makam itu duduk sepasang suami-isteri dari Syria. Mereka orang Islam. Di samping mereka, berbaring anak lelaki mereka berumur 6 tahun di atas sebuah usungan. Oleh dokter-dokter, anak lelaki itu dikatakan tidak bisa sembuh lagi dari kelumpuhannya. Kira-kira setelah sejam mereka berdoa di makam itu, Bapa anak itu menyaksikan peristiwa ajaib kesembuhan anaknya. Anaknya yang lumpuh sejak kecil itu sekonyong-konyong bangkit dan berjalan tegak. Bapa itu langsung jatuh pingsan melihat peristiwa ajaib itu. Demikian juga isterinya; ia tak berdaya karena lemas seluruh badannya. Setelah siuman dan kuat kembali, ia membimbing keluar anak dan isterinya yang lemas itu", demikian kisah pandangan mata Pater Joseph Ejail untuk menguatkan mujizat-mujizat penyembuhan yang terjadi di makam Santo Sarbel Maklouf.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi