Liturgia Verbi 2017-08-01 Selasa.

Liturgia Verbi (A-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XVII

Selasa, 1 Agustus 2017

PW S. Alfonsus Maria de Liguori, Uskup dan Pujangga Gereja

Bulan Agustus:
Ujud Umum/Universal - Para Seniman.
Semoga para seniman zaman ini, melalui orisinalitasnya, bisa membantu setiap orang menemukan keindahan ciptaan Tuhan.

Ujud Gereja Indonesia - Kaum Religius.
Semoga kaum religius makin rela untuk menyerahkan tanggungjawab yang tidak bisa ditanganinya kepada kaum awam yang mau dan mampu membantu Gereja dengan sepenuh hati.



Bacaan Pertama
Kel 33:7-11;34:5b-9.28

"Tuhan bersabda kepada Musa dengan berhadapan muka."

Pembacaan dari Kitab Keluaran:

Waktu Israel ada di padang gurun,
Musa mengambil sebuah kemah
dan membentangkannya jauh di luar perkemahan.
Kemah itu diberi nama Kemah Pertemuan.
Setiap orang yang mencari Tuhan,
pergi ke Kemah Pertemuan itu di luar perkemahan.

Apabila Musa pergi ke kemah itu,
bangunlah seluruh bangsa dan berdirilah mereka,
masing-masing di pintu kemahnya,
dan mereka mengikuti Musa dengan matanya,
sampai ia masuk ke dalam kemah itu.

Apabila Musa masuk ke dalam kemah itu,
turunlah tiang awan dan berhenti di pintu kemah
lalu berbicaralah Tuhan dengan Musa di sana.
Setelah seluruh bangsa melihat,
bahwa tiang awan berhenti di pintu kemah,
maka mereka bangun dan sujud menyembah,
masing-masing di pintu kemahnya.
Dan Tuhan berbicara kepada Musa dengan berhadapan muka
seperti orang yang berbicara dengan temannya.
Kemudian kembalilah Musa ke perkemahan.
Tetapi Yosua bin Nun, hambanya, seorang yang masih muda,
tidaklah meninggalkan kemah itu.

Pada suatu hari, pagi-pagi benar, Musa naik ke Gunung Sinai.
Ia menyerukan nama Tuhan.
Tuhan lewat di depan Musa sambil berseru,
"Tuhan adalah Allah yang penyayang dan pengasih,
panjang sabar dan berlimpah kasih setia-Nya;
rahmat dan kesetiaan-Nya berlimpah-limpah.
Ia meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang,
Ia mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa.
Tetapi orang yang bersalah
tidak sekali-kali Ia bebaskan dari hukuman.
Dan kesalahan bapa akan dibalaskan-Nya
kepada anak-anak dan cucunya,
sampai keturunan yang ketiga dan keempat."

Segeralah Musa berlutut ke tanah,
lalu sujud menyembah, serta berkata,
"Jika aku mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, ya Tuhan,
berjalanlah kiranya Tuhan di tengah-tengah kami.
Sekalipun bangsa ini suatu bangsa yang berkeras kepala,
tetapi ampunilah kesalahan dan dosa kami.
Ambillah kami menjadi milik-Mu."

Musa berada di sana bersama-sama Tuhan
empat puluh hari empat puluh malam lamanya,
tanpa makan roti dan tanpa minum air.
Dan seluruh perjanjian, yakni Kesepuluh sabda,
dituliskannya pada loh batu.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 103:6-13,R:8a

Refren: Tuhan itu pengasih dan penyayang.

*Tuhan menjalankan keadilan dan hukum
bagi semua orang yang diperas.
Ia telah memperkenalkan jalan-jalan-Nya kepada Musa,
dan memaklumkan perbuatan-perbuatan-Nya kepada orang Israel.

*Tuhan adalah penyayang dan pengasih,
panjang sabar dan berlimpah kasih setia.
Tidak terus-terusan Ia murka,
dan tidak untuk selamanya Ia mendendam.

*Tidak pernah Ia memperlakukan kita setimpal dengan dosa kita,
atau membalas kita setimpal dengan kesalahan kita.
Setinggi langit dari bumi,
demikianlah besarnya kasih setia Tuhan,
atas orang-orang yang takut akan Dia!

*sejauh timur dari barat,
demikianlah pelanggaran-pelanggaran kita dibuang-Nya.
Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya,
demikian Tuhan sayang kepada orang-orang yang takwa.



Bait Pengantar Injil


Benih melambangkan sabda Allah, penaburnya ialah Kristus.
Semua orang yang menemukan Kristus, akan hidup selama-lamanya.



Bacaan Injil
Mat  13:36-43

"Seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api,
demikian juga pada akhir zaman."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Pada suatu hari
Yesus meninggalkan orang banyak, lalu pulang.
Para murid kemudian datang dan berkata kepada-Nya:,
"Jelaskanlah kepada kami
arti perumpamaan tentang lalang di ladang itu."

Yesus menjawab,
"Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia.
Ladang ialah dunia.
Benih yang baik adalah anak-anak Kerajaan
dan lalang adalah anak-anak si jahat.
Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis.
Waktu menuai ialah akhir zaman, dan para penuai itu malaikat.

Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api,
demikian juga pada akhir zaman.
Anak Manusia akan mengutus malaikat-malaikat-Nya
dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan
dan semua orang yang melakukan kejahatan
dari dalam Kerajaan-Nya.
Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api.
Di sanalah akan terdapat ratapan dan kertak gigi.
Pada waktu itulah orang benar akan bercahaya seperti matahari
dalam Kerajaan Bapa mereka.
Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan!"

Demikianlah sabda Tuhan.



Renungan Injil
Ada dua pihak yang menabur di ladang, yaitu: Yesus Kristus yang menaburkan benih gandum yang baik dan iblis yang menaburkan benih rumput-ilalang.
Kedua benih itu tumbuh bersama-sama.
Yang satu menghasilkan anak-anak Kerajaan dan yang lain menghasilkan anak-anak si jahat.
Keduanya dibiarkan tumbuh, sampai saat akhir jaman tiba, maka Anak Manusia akan datang lagi untuk menuai, memisahkan rumput ilalang dari bulir gandum, mengumpulkannya lalu membakarnya dalam api.
Gandum akan disimpan dalam lumbung.
Keduanya akan mencapai hidup kekal, artinya takkan lagi berubah atau menjelma menjadi yang lain.
Anak-anak Kerajaan akan hidup kekal di Surga, sedangkan anak-anak si jahat akan hidup kekal di neraka, tempat ratapan dan kertak gigi.

Sesungguhnya jika kita mau mendengarkan sabda-Nya dan melaksanakannya, maka dapat dipastikan kita akan memperoleh hidup kekal di Surga.
Seandainya pun kita melakukan pelanggaran terhadap sabda-Nya, selalu terbuka kesempatan untuk memperoleh pengampunan dari-Nya melalui pertobatan.
Jika kita meninggal dunia, maka tak ada lagi kesempatan untuk memperoleh pengampunan.

Nah, selagi masih ada kesempatan, maka marilah kita mengupayakan pengampunan terhadap perbuatan-perbuatan kita yang melenceng dari sabda-Nya, kemudian bertekad untuk tidak berbuat dosa lagi.



Peringatan Orang Kudus
Santo Alfonsus Maria de Liguori, Uskup dan Pujangga Gereja
Alfonsus Maria de Liguori lahir di sebuah kota dekat Napoli, Italia pada tanggal 27 September 1696. Ia meninggal dunia di Nocera pada tanggal 1 Agustus 1787.
Alfonsus berasal dari sebuah keluarga bangsawan Kristen yang saleh. Orangtuanya, Joseph de Liguori dan Anna Cavalieri mendidik dia dengan baik dalam hal iman dan cara hidup Kristiani. Ayahnya berpangkat Laksamana dalam jajaran militer Kerajaan Napoli. Oleh karena itu tidaklah mengherankan apabila Alfonsus memperoleh pendidikan ala militer dengan disiplin yang keras. Sekali seminggu ia disuruh tidur di lantai tanpa alas. Maksudnya ialah agar ia terbiasa dengan pola hidup yang keras dan tidak manja.
Sejak kecil Alfonsus sudah menunjukkan bakat-bakat yang luarbiasa. Tak terbayangkan bahwa ia dalam usianya yang begitu muda, 16 tahun, sudah meraih gelar Doktor Hukum di Universitas Napoli, dengan predikat "Magna cum Laude". Karyanya sebagai seorang Sarjana Hukum dimulainya dengan menjadi advokat/pengacara. Ia selalu menang dalam setiap perkara yang dibelanya. Karena itu ia banyak mendapat tanda penghargaan dari orang-orang yang telah ditolongnya.
Pada tahun 1723 ia diminta membela satu perkara besar. Untuk itu ia berusaha keras mengumpulkan dan meneliti berbagai data tentang perkara itu. Namun keberuntungan rupanya tidak memihak dia. Karena suatu kesalahan kecil ia akhirnya dikalahkan oleh pengacara lawannya. Dengan muka pucat pasi ia beranjak meninggalkan gedung pengadilan. la mengakui lalai dalam meneliti semua data penting dari perkara itu. Ia mengalami shock berat dan selama tiga hari ia mengurung diri dalam biliknya merenungi kekalahannya.
Di satu pihak kekalahannya itu sungguh menekan batinnya tetapi di pihak lain kekalahan itu justru menjadi pintu masuk baginya untuk menjalani kehidupan bakti kepada Tuhan dan sesama. Setelah banyak berdoa dan merenung di depan Tabernakel, ia menemukan kembali ketenangan batin. Ketenangan batin itu menumbuhkan dalam hatinya suatu hasrat besar untuk menjadi seorang rohaniwan. Ketika sedang melayani orang di rumah sakit sebagaimana biasanya, ia mendengar suatu suara ajaib berkata: "Alfonsus, serahkanlah dirimu kepadaKu". Alfonsus terhentak sejenak karena suara ajaib itu terdengar begitu jelas. Lama kelamaan, ia sadar bahwa suara itu adalah suara panggilan Tuhan. Kesadaran ini mendesak dia untuk menentukan sikap tegas terhadap suara panggilan itu. la mengambil keputusan untuk menjadi seorang rohaniwan yang mengabdikan diri seutuhnya kepada Tuhan. Keputusan itu disampaikan kepada orangtuanya. Ayahnya sangat kecewa dan tidak mau lagi bertemu dengan dia. Biarapun berkeberatan menerimanya karena alasan kesehatan. Syukurlah uskup setempat meluluskan niat bekas advokat itu. Semenjak itu ia dengan tekun mempelajari teologi dan mempersiapkan diri sebaik-baiknya agar bisa menjadi seorang imam praja yang baik. Kesungguhan persiapannya itu terutama dilatarbelakangi oleh cara hidup imam-imam masa itu yang kurang mencerminkan keluhuran martabat imamat, dan karenanya umat sering memandang rendah mereka.
Alfonsus kemudian ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1726. Imam muda ini begitu cepat terkenal di kalangan umat karena kotbahnya yang menarik dan mendalam. Selain menjadi seorang pengkotbah ulung, ia pun menjadi bapa pengakuan yang disenangi umatnya. Karyanya sejak awal kehidupannya sebagai imam diabdikannya kepada orang­orang miskin dan pemuda-pemuda gelandangan di kota Napoli. Ia berusaha mengumpulkan mereka untuk memberi pelajaran agama dan bimbingan rohani.
Pada tahun 1729, ia menjadi imam kapelan di sebuah kolese yang khusus mendidik para calon imam misionaris. Di sana ia berkenalan dengan Pater Thomas Falciola, seorang imam yang memberi inspirasi dan dorongan kepadanya untuk mendirikan sebuah institut yang baru. Kepadanya Pater Falciola menceritakan tentang para suster binaannya di Scala yang menghayati cara hidup yang keras dalam doa dan matiraga. Terdorong oleh inspirasi dan semangat yang diberikan Pater Falciola, ia kemudian mendirikan sebuah tarekat religius baru di Scala pada tanggal 9 Nopember 1732. Tarekat ini diberinya nama 'Sanctissimi Redemptoris', dan mengabdikan diri di bidang pewartaan Injil kepada orang-orang desa di pedusunan. Tanpa kenal lelah anggota-anggota tarekat ini berkotbah di alun-alun, mendengarkan pengakuan dosa dan memberikan bimbingan khusus kepada muda-mudi, pasangan suami­isteri dan anak-anak.
Pada umurnya yang sudah tua (66 tahun), ia diangkat menjadi Uskup Agata, kendatipun ia sangat ingin agar orang lain saja yang dipilih. Sebagai uskup, ia berusaha membaharui cara hidup para imamnya dan seluruh umat di keuskupannya. Selain itu, ia menulis banyak buku, di antaranya buku Teologi Moral yang terus dicetak ulang sampai abad ini. Tulisan-tulisannya sangat membantu imam-imam teristimewa dalam bidang pelayanan Sakramen Tobat. Dengannya mereka bukan saja mengemban tugas itu dengan penuh kasih sayang, melainkan juga memberikan bimbingan yang tepat kepada umat.
Karena sering jatuh sakit, ia beberapa kali meminta boleh mengundurkan diri sebagai uskup, namun permohonannya baru dikabulkan ketika ia berumur 80 tahun. Ia diperbolehkan kembali ke biara. Masa-masa terakhir hidupnya sangatlah berat karena penyakit yang dideritanya dan serangan para musuh terhadap kongregasinya. Akhirnya pada tahun 1787, ketika berusia 91 tahun, ia meninggal dunia dengan tenang di Pagani, dekat Napoli, Italia.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

 

Liturgia Verbi 2017-07-31 Senin.

Liturgia Verbi (A-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XVII

Senin, 31 Juli 2017

PW S. Ignasius dari Loyola, Imam



Bacaan Pertama
1Kor 10:31-11:1

"Lakukanlah semuanya demi kemuliaan Allah."

Pembacaan dari Surat pertama Rasul Paulus
kepada Jemaat di Korintus:

Saudara-saudara,
jika engkau makan atau minum,
atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain,
lakukanlah semuanya itu demi kemuliaan Allah.
Janganlah kamu menimbulkan syak dalam hati orang,
baik orang Yahudi atau orang Yunani, maupun Jemaat Allah.
Sama seperti aku juga berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal,
bukan untuk kepentinganku sendiri,
tetapi untuk kepentingan orang banyak,
supaya mereka beroleh selamat.
Jadilah pengikutku,
sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus.

Demikianlah sabda Tuhan.

ATAU BACAAN LAIN:
Kel 32:15-24.30-34

"Bangsa itu telah berbuat dosa besar,
sebab mereka telah membuat allah emas."

Pembacaan dari Kitab Keluaran:

Waktu itu Musa dan Yosua turun dari gunung Sinai.
Musa membawa di tanganya kedua loh hukum Allah.
Loh-loh itu bertulis pada kedua sisinya sebelah-menyebelah.
Kedua loh itu telah dibuat oleh Allah
dan tulisannya adalah tulisan Allah,
digurat pada loh-loh itu.
Ketika Yosua mendengar sorak sorai bangsa Israel,
berkatalah ia kepada Musa,
"Kedengarann bunyi sorak peperangan di perkemahan!"
Jawab Musa,
"Bukan nyanyian kemenangan, bukan pula nyanyian kekalahan,
melainakn nyanyian berbalas-balasan, itulah yang kudengar."

Ketika sudah dekat perkemahan
dan melihat anak lembu serta orang menari-nari,
maka bangkitlah amarah Musa.
Dibantingnya kedua loh itu dan dihancurkannya pada kaki gunung.
Kemudian diambilnya patung anak lembu buatan mereka itu,
lalu dibakarnya dalam api,
digilingnya sampai halus dan ditaburkannya ke atas air,
dan orang Israel disuruh meminumnya.

Lalu berkatalah Musa kepada Harun,
"Apakah yang dilakukan bangsa ini kepadamu,
sehingga engkau mendatangkan dosa sebesar itu kepada mereka?"
Jawab Harun, "JanganlahTuanku marah.
Engkau sendiri tahu, bahwa bangsa ini jahat semata-mata.
Mereka berkata kepadaku,
'Buatlah allah bagi kami, yang akan berjalan di depan kami,
sebab mengenai Musa,
yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir,
kami tidak tahu apa yang terjadi dengan dia.'
Lalu aku berkata kepada mereka,
'Barangsiapa mempunyai emas, hendaklah menanggalkannya.'
Semua emas itu mereka berikan kepadaku;
aku melemparkannya ke dalam api, dan keluarlah anak lembu ini."

Keesokan harinya berkatalah Musa kepada bangsa itu,
"Kalian telah berbuat dosa besar,
tetapi sekarang aku akan naik menghadap Tuhan,
mungkin aku dapat mengadakan pendamaian karena dosamu itu."
Lalu kembalilah Musa menghadap Tuhan dan berkata,
"Ah, bangsa ini telah berbuat dosa besar,
sebab mereka telah membuat allah emas bagi mereka.
Tetapi sekarang kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu.
Dan jika tidak,
hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis."

Maka Tuhan bersabda kepada Musa,
"Barangsiapa berdosa terhadap-Ku,
nama orang itulah yang akan Kuhapuskan dari dalam kitab-Ku.
Tetapi pergilah sekarang,
tuntunlah bangsa itu ke tempat yang telah Kusebutkan kepadamu.
Di depanmu akan berjalan malaikat-Ku.
Tetapi pada hari pembalasan-Ku,
Aku akan membalaskan dosa mereka kepada mereka."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 34:2-3.4-5.6-7.8-9.10-11,R:2a

Refren: Aku hendak memuji Tuhan setiap waktu.
(Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan)

*Aku hendak memuji Tuhan setiap waktu;
puji-pujian kepada-Nya selalu ada di dalam mulutku.
Karena Tuhan jiwaku bermegah;
biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya
dan bersukacita.

*Muliakanlah Tuhan bersama dengan daku,
marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya.
Aku telah mencari Tuhan, lalu Ia menjawab aku,
dan melepaskan daku dari segala kegentaranku.

*Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya,
maka mukamu akan berseri-seri,
dan tidak akan malu tersipu-sipu.
Orang yang tertindas ini berseru, dan Tuhan mendengarkan,
Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya.

*Malaikat Tuhan berkemah di sekeliling orang-orang yang takwa,
lalu meluputkan mereka.
Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan!
Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!

*Takutlah akan Tuhan, hai orang-orang-Nya yang kudus,
sebab orang yang takut akan Dia takkan berkekurangan.
Singa-singa muda merana kelaparan,
tetapi orang-orang yang mencari Tuhan
tidak kekurangan sesuatu pun.

ATAU MAZMUR LAIN:
Mzm 106:19-20.21-22.23
Refrein: Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik.

*Mereka membuat anak lembu di Horeb,
dan sujud menyembah kepada patung tuangan;
mereka menukar Yang Mulia
dengan patung sapi jantan yang makan rumput.

*Mereka melupakan Allah yang telah menyelamatkan mereka,
yang telah melakukan hal-hal yang besar di tanah Mesir;
yang melakukan karya-karya ajaib di tanah Ham,
dan perbuatan-perbuatan dahsyat di tepi Laut Teberau.

*Maka Ia mengatakan hendak memusnahkan mereka,
kalau Musa, orang pilihan-Nya,
tidak mengetengahi di hadapan-Nya,
untuk menyurutkan amarah-Nya,
sehingga Ia tidak memusnahkan mereka.



Bait Pengantar Injil
Yak 1:18

Dengan rela hati Allah telah melahirkan kita oleh sabda kebenaran,
supaya kita menjadi anak sulung ciptaan-Nya.



Bacaan Injil
Mat 13:31-35

"Biji sesawi itu menjadi pohon,
sehingga burung-burung di udara datang bersarang di cabang-cabangnya."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Sekali peristiwa Yesus membentangkan perumpamaan ini,
"Hal Kerajaan Surga itu seumpama biji sesawi,
yang diambil dan ditaburkan orang di ladangnya.
Memang biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih,
tetapi apabila sudah tumbuh,
sesawi itu lebih besar dari pada sayuran lain,
bahkan menjadi pohon,
sehingga burung-burung di udara datang bersarang
pada cabang-cabangnya."

Dan Yesus menceriterakan perumpamaan ini lagi,
"Hal Kerajaan Surga itu seumpama ragi yang diambil seorang wanita
dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat
sampai seluruhnya beragi."

Semuanya itu disampaikan Yesus kepada orang banyak
dalam perumpamaan,
dan Ia tidak menyampaikan apa pun kepada mereka
kecuali dengan perumpamaan.
Dengan demikian digenapilah sabda nabi,
"Aku mau membuka mulut-Ku mengatakan perumpamaan,
Aku mau mengucapkan hal yang tersembunyi
sejak dunia dijadikan."

Demikianlah sabda Tuhan.



Renungan Injil
Marilah sekarang kita fokus kepada iman kita.
Seperti biji sesawi, iman itu bertumbuh, semakin lama semakin besar.
Iman itu tidak tiba-tiba menjadi besar, tetapi bertumbuh perlahan dan semakin lama akan semakin besar.

Hari ini saya diteguhkan oleh Denzel Washington, seorang motivator dari Amerika, melalui video-nya yang beredar di Youtube,
"In everything you think, everything you do, put God first!"
Lebih lanjut ia juga mengatakan, "Apa pun yang kita miliki adalah anugerah dari Tuhan."
Pertanyaannya: Bagaimana caranya melaksanakan "Put God first" itu?
Pertama-tama tentu dengan menyediakan "space" bagi Tuhan di hati kita.
Lalu secara terus-menerus kita tempatkan sabda-Nya di ruang yang telah kita sediakan itu, maka hati kita yang telah dipenuhi oleh "biji sesawi" itu akan mengendalikan pikiran kita, lalu pikiran kita pun akan mengatur perkataan dan perbuatan kita.
Iman kita pun akhirnya akan terpancar ke luar, menjadi terang dan menjadi garam bagi dunia di sekitar kita.
Mungkin terang itu tak nampak tapi pasti dapat dirasakan.
Orang mengatakannya sebagai "inner beauty" tetapi saya mengatakannya sebagai "pancaran Roh Kudus" yang berasal dari iman kita.

Maka, marilah kita selalu menempatkan sabda-Nya sebagai yang pertama-tama di setiap gerak langkah kita, agar apa pun yang kita pikirkan, apa pun yang kita kerjakan, akan seturut dengan kehendak-Nya.
Dengan demikianlah kita akan menjadi patuh kepada-Nya.



Peringatan Orang Kudus
Santo Ignasius Loyola, Pengaku Iman
Ignasius Loyola lahir di Azpeitia di daerah Basque, Profinsi Guipuzcoa, Spanyol Utara pada tahun 1491. Putera bungsu keluarga bangsawan Don Beltran de Onazy Loyola dan Maria Sanchez de Licona ini diberi nama Inigo Lopez de Loyola.
Semenjak kecil hingga masa mudanya, Ignasius mengecap kenikmatan hidup mewah di lingkungan istana. Dia dididik dalam tradisi dan kebiasaan hidup istana yang ketat.
Pada tahun 1517, Ignasius menjadi tentara Kerajaan Spanyol. Empat tahun kemudian, pada tanggal 20 Mei 1521, Ignasius menderita luka parah terkena peluru ketika mempertahankan benteng Pamplona dari serangan tentara Prancis. Penderitaan fisik dan mental yang hebat ini ditanggungnya dengan sabar dan berani dalam perawatan selama hampir satu tahun. 
Masa pemulihan kesehatannya yang begitu lama menjadi baginya suatu masa ber-rahmat, di mana ia menemukan ambang pintu bagi kehidupannya sebagai seorang 'manusia baru'.   Selama masa perawatannya, ingin sekali ia menghalau kebosanannya dengan membaca buku-­buku kepahlawanan. Sayang sekali bahwa buku-buku heroik yang ingin dibacanya tidak tersedia di situ.  Satu-satunya buku yang tersedia ialah buku tentang Kehidupan Kristus dan Para Orang Kudus.  Demi memuaskan keinginannya, ia terpaksa menjamah dan membolak-balik buku itu.  Tanpa disadarinya apa yang dibacanya tertanam dan mulai bersemi dalam lubuk hatinya.  Kalbunya serasa sejuk bila menekuni bacaan itu.  Lambat laun ia memutuskan untuk menyerahkan seluruh sisa hidupnya bagi Tuhan sebagai Abdi Allah. Ia tidak ingin lagi menjadi pahlawan duniawi.  Kepribadiannya berubah secara total. Dari suatu cara hidup duniawi yang sia-sia, ia menjadi seorang rohaniwan yang melekat erat pada Tuhan dalam cinta kasih yang mendalam. la bahkan bertekad melampaui pahlawan-pahlawan suci lainnya.
Pada tahun 1522, Ignasius pergi ke biara Benediktin Montserrat, Timurlaut Spanyol.  Selama tiga hari berada di sana, ia berdoa dengan tekun dan memohon ampun atas semua dosanya di masa silam.  Semua miliknya diberikan kepada orang-orang miskin. Niatnya yang sungguh untuk mengabdi Tuhan dan sesama ditunjukkan dengan meletakkan pedangnya di bawah kaki altar kapel biara itu, pada tanggal 24 Maret malam hari.  
Keesokan harinya setelah merayakan Ekaristi dan menerima Komuni Kudus, Ignasius pergi ke sebuah gua dekat Manresa.   Di gua ini ia mengalami suasana tenang dan damai yang menyenangkan.   Dan gua ini jugalah yang menjadi tempat kelahiran baru baginya sebagai seorang 'manusia baru'.   Meditasi dan doa-doanya selama berada di gua ini mengaruniakan kepadanya suatu pemahaman yang baru tentang kehidupan rohani.   Pemahaman ini diabadikannya dalam bukunya berjudul 'Latihan Rohani' yang masih relevan hingga sekarang.
Dari Manresa, Ignasius bermaksud berziarah ke Tanah Suci untuk mentobatkan orang-orang yang belum mengakui Kristus.   Tetapi niat ini dibatalkan karena kondisi negeri Palestina yang tidak memungkinkan.   Sebagai gantinya, ia kembali ke Barcelona, Spanyol. Pada tahun 1524, Ignasius semakin yakin bahwa tugas pelayanan bagi Tuhan dan sesama perlu didukung oleh pendidikan yang memadai. Karena itu, selama 10 tahun ia berjuang memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan. Ia belajar di Alcala de Henares (1526­1527), Salamanca (1527-1528) dan Paris (1528-1535) hingga memperoleh gelar sarjana pada tanggal 14 Maret 1535.  Masa pendidikan ini menjadikan dia seorang yang berkepribadian matang, penuh disiplin diri, dan berpengetahuan luas dan mendalam. Kepribadian dan pengetahuan itu sangat penting bagi peranannya sebagai pemimpin di kemudian hari.  Kadang-kadang ia memberikan pelajaran agama serta bimbingan rohani kepada orang-orang yang datang kepadanya. Tetapi kegiatannya itu menimbulkan kecurigaan para pejabat Gereja. Sebab, tidaklah lazim seorang awam mengajar agama dan spiritualitas.
Kariernya sebagai Abdi Allah dimulainya dengan mengumpulkan beberapa orang pemuda yang tertarik pada karya pelayanan kepada Tuhan dan GerejaNya.  Pemuda-pemuda yang menjadi pengikutnya yang pertama, antara lain Beato Petrus Faber, Santo Fransiskus Xaverius, Diego Laynez, Simon Rodriquez, Alonso Salmeron, dan Nikolas Bobadilla.   Kelompok pertama dari Serikat Yesus ini mengucapkan kaul hidup religius di kapel biara Benediktin di Montmartre.
Selain mengikrarkan ketiga kaul hidup membiara: kemurnian, ketaatan dan kemiskinan, mereka pun mengikrarkan kaul tambahan, yakni kesediaan menjalankan karya misioner di Tanah Suci di antara orang-orang Islam.   Ignasius sendiri kemudian ditahbiskan menjadi imam pada tanggal 24 Juni 1537.   Karena misi ke Palestina tak mungkin diwujudkan akibat perang waktu itu, maka kaul tambahan 'kesediaan menjalankan karya misi di Tanah Suci' dibatalkan dan diganti dengan 'pengabdian khusus kepada Sri Paus'.   Untuk itu Ignasius bersama rekan-rekannya menawarkan diri kepada Paus Paulus III (1534-1549) untuk mengerjakan tugas apa saja yang diberikan oleh paus, di mana saja dan kapan saja.   Pada tanggal 27 September 1540, Paus Paulus III merestui keberadaan kelompok Ignasian, yang kemudian dikokohkan menjadi sebuah serikat rohaniwan dengan nama Serikat Yesus.   Ignasius sendiri diangkat sebagai pemimpin pertama dalam sebuah upacara di basilik Santo Paulus.
Selama 15 tahun (1541-1556) memimpin Serikat Yesus, Ignasius memusatkan perhatiannya pada pembinaan semangat religius ordonya.  Semboyannya - yang kemudian menjadi semboyan umum Serikat Yesus - dalam melaksanakan tugasnya ialah "Ad Maiorem Dei Gloriam ".   Ia mendirikan banyak kolese antara lain Kolese Roma (yang kemudian menjadi Universitas Gregoriana) dan Kolese Jerman yang khusus untuk mendidik para calon imam untuk karya kerasulan di wilayah-wilayah Katolik yang sudah dipengaruhi oleh Reformasi Protestan.
Selama kepemimpinannya, Ignasius melibatkan imam-imamnya dalam usaha membendung arus pengaruh Protestantisme di Eropa Utara dan dalam Pewartaan Sabda kepada semua orang Katolik tanpa memandang kelas sosialnya.   Ia mengutus Fransiskus Xaverius, sahabat akrabnya, ke benua Asia yang masih kafir untuk membuka lahan baru bagi karya misioner Gereja.
Ignasius dikenal sebagai seorang rohaniwan yang ramah kepada sesamanya.   Kasih sayangnya yang besar kepada orang-orang sakit dan lemah, anak-anak dan pendidikannya, terutama orang-orang berdosa banyak kali membuatnya menangis karena memikirkan kemalangan mereka.   Karena itu ia menggugah hati imam-imamnya agar dengan tulus berkarya di tengah-tengah semua lapisan masyarakat demi menyelamatkan mereka.
Ordo Yesuit yang didirikannya dipoles menjadi sebuah ordo religius yang bebas dari keketatan aturan hidup monastik lama yang kaku. Sebagai reaksi terhadap kekejaman Gereja Abad Pertengahan, yang melahirkan Reformasi Protestan, Ignasius menuntut ketaatan mutlak kepada Takhta Suci dan prinsip prinsip Katolik.   Retret yang teratur diupayakannya sebagai suatu sarana ampuh bagi kedalaman spiritualitas orang-orang Kristen.
Sebelum wafatnya pada tanggal 31 Juli 1556, Ignasius menyaksikan keberhasilan Ordonya dalam mengabdi Tuhan dan GerejaNya. Propinsi serikatnya pada masa itu telah berjumlah 12 dengan 1000 orang imam dan kira-kira 100 buah biara dan kolese.   Ignasius dinyatakan sebagai 'beato' oleh Paus Paulus V pada tanggal 3 Desember 1609 dan kemudian oleh Paus Gregorius XV ia dinyatakan sebagai 'santo' pada tanggal 12 Maret 1622.   Ignasius diangkat sebagai pelindung semua kegiatan rohani oleh Paus Pius XI pada tahun 1922.

Beato Yohanes Columbini, Pengaku Iman
Yohanes Columbini lahir di Siena, Italia pada abad ke-14. la tergolong warga kota yang berkedudukan penting dalam masyarakat dan kaya raya tetapi sembrono hidupnya. Cita-cita hidupnya hanya satu, yakni menjadi semakin kaya. Untuk itu ia senantiasa bekerja keras agar harta kekayaannya semakin bertambah banyak.
Pertobatannya hingga menjadi seorang Abdi Allah dan sesama manusia berawal dari semangatnya membaca riwayat Santa Maria dari Mesir. Mulanya ia merasa tidak puas bahkan marah terhadap kisah itu. Buku yang dibacanya dibuangnya jauh-jauh. Tetapi kemudian ia pun tertarik untuk membaca lagi kisah itu. Tanpa disadarinya tumbuhlah dalam hatinya kesadaran akan keadaan dirinya. la bertobat dan segera membagi-bagikan semua kekayaannya kepada orang-orang miskin. Ia sendiri menjadi seorang perawat bagi orang-orang sakit di sebuah rumah sakit di kota itu. Perubahan sikap hidupnya ini mengherankan banyak penduduk Siena. Sangat banyak orang berdosa bertobat setelah menyaksikan cara hidup baru Columbini. Beberapa orang kaya di kota itu mengikuti jejaknya.
Pada waktu itu di Propinsi Toskania merajalela aksi perampokan dan peperangan antar berbagai suku. Yohanes bersama kawan-kawannya menjelajahi desa dan kota sampai ke pelosok-pelosok untuk mewartakan Injil sambil mendamaikan kelompok-kelompok yang bertikai. Mereka memikat hati banyak orang dengan pengajarannya dan berhasil mempertobatkan banyak orang berdosa.
Yohanes mempersatukan para pengikutnya dalam sebuah perkumpulan awam yang disebut Yesuat. Perkumpulan ini mengabdikan diri pada perawatan orang sakit dan jompo, penguburan orang-orang yang meninggal dan berbagai karya amal lainnya. Yohanes Columbini meninggal dunia pada tahun 1367 dan digelari sebagai 'Beato'.

Santo Germanus, Pengaku Iman
Germanus lahir pada tahun 378. la adalah seorang pegawai tinggi pemerintah. la dipilih menjadi Uskup Auxerre, Prancis, meskipun tidak menyukainya. Kemudian ia meninggalkan isterinya. Harta miliknya ia gunakan untuk membangun gereja dan biara. Dua kali ia diutus ke Inggris untuk membersihkan umat dari bidaah Pelagianisme dan ikut berperang melawan tentara Saxon. Germanus dengan giat mengkristenkan kembali seluruh wilayah keuskupannya. la meninggat dunia pada tahun 448.

Santa Eilin, Janda dan Pengaku Iman
Janda muda yang saleh ini berziarah dari Swedia ke Yerusalem. Oleh sanak keluarganya ia dituduh merencanakan pembunuhan atas suami puterinya. Karena itu Eilin dipukuli dengan tongkat kayu sampai mati. Banyak peziarah menyaksikan terjadinya banyak mujizat pada makamnya. Eilin mati terbunuh pada tahun 1160.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

 

Liturgia Verbi 2017-07-30 Minggu.

Liturgia Verbi (A-I)
Hari  Minggu Biasa XVII 

Minggu, 30 Juli 2017

PF S. Petrus Krisologus, Uskup dan Pujangga Gereja



Bacaan Pertama
1Raj 3:5.7-12

"Salomo meminta hikmat dan pengertian."

Pembacaan dari Kitab Pertama Raja-Raja:

Pada suatu malam
Tuhan menampakkan diri kepada Salomo dalam mimpi
Beginilah firman Tuhan Allah,
"Mintalah apa yang kauharapkan dari pada-Ku!"
Lalu Salomo berkata,
"Ya Tuhan, Allahku, Engkau telah mengangkat hamba-Mu ini
menjadi raja menggantikan Daud, ayahku,
sekalipun aku masih sangat muda dan belum berpengalaman.
Kini hamba-Mu ini berada di tengah-tengah umat-Mu yang Kaupilih,
suatu umat yang besar,
yang tidak terhitung dan tidak terkira banyaknya.
Maka berikanlah kepada hamba-Mu ini
hati yang faham menimbang perkara
untuk menghakimi umat-Mu dengan tepat,
dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat,
sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini?"

Tuhan sangat berkenan
bahwa Salomo meminta hal yang demikian.
Maka berfirmanlah Allah kepada Salomo,
"Oleh karena engkau telah meminta hal yang demikian,
dan tidak meminta umur panjang,
atau kekayaan, atau nyawa musuhmu,
melainkan pengertian untuk memutuskan hukum,
maka Aku melakukan sesuai dengan permintaanmu!
Sungguh, Aku memberikan kepadamu
hati yang penuh hikmat dan pengertian,
sehingga sebelum engkau tidak ada seorang pun seperti engkau,
dan sesudah engkau pun takkan bangkit seorang seperti engkau."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 119:57.72.76-77.127-128.129-130,R:97a

Refren: Betapa kucintai Taurat-Mu, ya Tuhan.

*Bagianku ialah Tuhan, aku telah berjanji
untuk berpegang pada firman-firman-Mu.
Taurat yang Kausampaikan adalah baik bagiku,
lebih berharga daripada ribuan keping emas dan perak.

*Biarlah kiranya kasih setia-Mu menjadi penghiburanku,
sesuai dengan janji yang Kauucapkan kepada hamba-Mu.
Biarlah rahmat-Mu turun kepadaku, sehingga aku hidup,
sebab Taurat-Mulah kegemaranku.

*Itulah sebabnya aku mencintai perintah-perintah-Mu,
lebih daripada emas, bahkan daripada emas tua.
Itulah sebabnya aku hidup jujur sesuai dengan segala titah-Mu,
segala jalan dusta aku benci.

*Peringatan-peringatan-Mu ajaib,
itulah sebabnya jiwaku memegangnya.
Bila tersingkap, firman-Mu memberi terang,
memberi pengertian kepada orang-orang bodoh.



Bacaan Kedua
Rom 8:28-30

"Mereka ditentukan Allah dari semula
untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya."

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma:

Saudara-saudara,
kita tahu sekarang
bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu
untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia,
yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
Sebab semua orang yang dipilih Allah dari semula,
mereka itu juga ditentukan-Nya sejak semula
untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya,
supaya Anak-Nya itu menjadi yang sulung di antara banyak saudara.
Dan mereka yang ditentukan Allah dari semula,
mereka itu juga dipanggil-Nya.
Dan yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya.
Dan yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.

Demikianlah sabda Tuhan.



Bait Pengantar Injil
Mat 11:25

Aku bersyukur kepada-Mu, ya Bapa, Tuhan langit dan bumi,
sebab misteri Kerajaan Engkau nyatakan kepada orang kecil.



Bacaan Injil
Mat 13:44-52

"Ia menjual seluruh miliknya, lalu membeli ladang itu."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Sekali peristiwa
Yesus mengajar orang banyak,
"Hal Kerajaan Surga itu seumpama harta yang terpendam di ladang,
yang ditemukan orang, lalu dipendamnya lagi.
Karena sukacitanya, pergilah ia menjual seluruh miliknya,
lalu membeli ladang itu.

Demikian pula hal Kerajaan Surga itu seumpama seorang pedagang
yang mencari mutiara yang indah.
Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga,
ia pun pergi menjual seluruh miliknya,
lalu membeli mutiara itu.

Demikian pula
hal Kerajaan Surga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut,
lalu mengumpulkan pelbagai jenis ikan.
Setelah penuh, pukat itu ditarik orang ke pantai.
Lalu mereka duduk dan dipilihlah ikan-ikan itu,
yang baik dikumpulkan ke dalam pasu,
yang buruk dibuang.
Demikianlah juga pada akhir zaman:
Malaikat-malaikat akan datang
memisahkan orang jahat dari orang benar.
Yang jahat lalu dicampakkan ke dalam dapur api.
Di sana akan terdapat ratapan dan kertak gigi.
Mengertikah kamu semuanya itu?"
Mereka menjawab, "Ya, kami mengerti."
Maka bersabdalah Yesus kepada mereka,
"Karena itu
setiap ahli Taurat yang menerima pelajaran hal Kerajaan Surga
seumpama tuan rumah
yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama
dari perbendaharaannya."

Demikianlah sabda Tuhan.


ATAU BACAAN SINGKAT:
Mat 13:44-46

Ia menjual seluruh miliknya, lalu memberli ladang itu.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Sekali peristiwa
Yesus mengajar orang banyak,
"Hal Kerajaan Surga itu seumpama harta yang terpendam di ladang,
yang ditemukan orang, lalu dipendamnya lagi.
Karena sukacitanya, pergilah ia menjual seluruh miliknya,
lalu membeli ladang itu.

Demikian pula hal Kerajaan Surga itu seumpama seorang pedagang
yang mencari mutiara yang indah.
Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga,
ia pun pergi menjual seluruh miliknya,
lalu membeli mutiara itu."

Demikianlah sabda Tuhan.



Renungan Injil
Yesus mengumpamakan Kerajaan Surga itu seperti harta yang terpendam atau mutiara yang sangat berharga.
Mengapa terkesan Yesus "menurunkan harga" dari Kerajaan Surga?
Harta karun yang se gunung ataupun mutiara yang sebesar bola basket takkan ada artinya jika dibandingkan dengan Kerajaan Surga.
Nilai Kerajaan Surga tentu jauh sekali jika dibandingkan dengan harta atau mutiara itu.

Saya menangkap kesan bahwa Yesus tidak ingin menggambarkan Kerajaan Surga itu sesuatu yang se-langit harganya, yang takkan pernah terjangkau oleh siapa pun saking mahalnya.
Di sisi lain, Yesus juga tidak ingin menggambarkan Kerajaan Surga itu sebagai sesuatu yang tidak bernilai atau hanya sekedar bernilai.

Kerajaan Surga adalah sesuatu yang sangat berharga bagi kita, tetapi bukan berarti kita tak ada kesanggupan untuk memilikinya.
Harga Kerajaan Surga adalah setara dengan seluruh milik kita.
Jika kita miskin, maka lebih sedikit pula milik kita, dan artinya semakin murah untuk dapat memiliki Kerajaan Surga.
Jika kita kaya atau berkedudukan tinggi atau memiliki kekayaan lainnya, maka harga Kerajaan Surga setara dengan seluruh milik kita itu, yang artinya lebih mahal dibandingkan yang miskin.
Maka dari itulah Yesus mengatakan, "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga."   [Mat 5:3]

Memiliki Kerajaan Surga tentu maksudnya bukan untuk berkuasa di sana, juga bukan untuk kita miliki secara ekslusif, tentu tidak demikian.
Memiliki Kerajaan Surga maksudnya memperoleh janji Kristus bahwa kita akan hidup kekal di Surga.
Maka, marilah kita "barter" seluruh milik kita untuk mendapatkan harta karun atau mutiara itu, dan kita pun akan memperoleh sukacita sebagai bonusnya.



Peringatan Orang Kudus
Santo Petrus Krisologus, Uskup dan Pujangga Gereja
Seorang yang dengan tekun dan sungguh-sungguh mengejar cita-cita akan memperoleh hasil yang melebihi harapan dan keinginannya. Prinsip ini terlihat dan terlaksana dalam diri Santo Petrus Krisologus, yang dijuluki "Si Mulut Emas". Ketika masih muda belia, ia sudah menjabat sebagai uskup di Ravenna. Pada masa itu, cara hidup kafir yang merajalela di antara umat di keuskupannya merupakan suatu masalah berat yang harus ditanganinya. Untuk itu, senjata ampuh satu-satunya ialah "kotbah-kotbahnya yang menyentuh hati umat". Dan Petrus Krisologus berhasil dalam memanfaatkan senjata ini. Kotbah-kotbahnya yang pendek dan menyentuh hati umat berhasil mempertobatkan banyak umat. Dalam kotbah-kotbahnya, ia menekankan pentingnya penghayatan dan penerapan asas-asas moral Kristiani dan ajaran resmi Gereja tentang iman akan Yesus Kristus. Hal ini sangat cocok dengan keadaan umat di Ravenna yang dilanda praktek kekafiran. Penyajian yang sangat bagus dan otentik membuat kotbah-kotbahnya sangat bermutu. Tigabelas abad kemudian, Paus Benediktus XIII (1724-1730) mengangkat dia menjadi seorang Pujangga Gereja.
Semangatnya yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya demi perkembangan iman umat, membuat dia menjadi orang tersohor di kalangan Bapa-bapa Gereja, baik karena caranya mengajar maupun caranya memimpin umat. Ia amat bijaksana dan memandang keahliannya sebagai karunia Tuhan yang harus diabdikan bagi kepentingan perkembangan Gereja.
Dalam pada itu Petrus Krisologus pun terkenal sebagai seorang uskup penentang ajaran sesat yang disebarkan Eutiches. Eutiches menyebarkan ajaran sesat yang menyangkal kemanusiaan Kristus. Untuk kemajuan ajarannya, ia tidak segan-segan meminta dukungan Gereja dari Petrus Krisologus selaku Uskup Ravenna. Tetapi Uskup Krisologus yang terkenal ramah itu menjawabnya dengan bijaksana dan ramah: "Demi perdamaian dan iman, kita sebaiknya menyebarkan ajaran iman dengan persetujuan Sri Paus selaku Pimpinan Tertinggi Gereja". Oleh karena itu, ia menolak gagasan Eutiches dan sebaliknya mendesak dia untuk mengakui dan mengimani rahasia "Penjelmaan Kristus" dan semua kebenaran iman yang diajarkan oleh Gereja.
Semangat imannya yang begitu besar disertai cinta kasihnya yang meluapluap membuat "Si Mulut Emas" ini meraih hasil karya yang melebihi cita-cita dan impiannya. Beberapa lama sebelum wafatnya, ia pulang ke tanah kelahirannya Imola dan di sana ia wafat dengan tenang pada tahun 450.

Santo Yustinus de Yakobis, Pengaku Iman
Yustinus lahir di San Fele, Italia pada tanggal 9 Oktober 1800. Dari empatbelas orang bersaudara, Yustinus adalah anak ketujuh dalam keluarganya. Ketika masih kecil, ia tinggal di Napoli. Kemudian pada umur 18 tahun, ia masuk Kongregasi Misi di tempat asalnya.
Ia benar-benar menghayati panggilannya dengan konsekuen. Menurut kesan kawan-kawannya, ia adalah seorang biarawan yang dicintai Tuhan dan sesama manusia, karena sifat-sifatnya yang menyenangkan banyak orang: rendah hati, ramah dan suka bergaul dengan siapa saja. Setelah ditahbiskan menjadi imam, ia bekerja di antara orang-orang miskin dan melarat di luar kota. Ia membantu mendirikan pusat Kongregasi baru di Napoli dan kemudian diangkat sebagai superior di Lecce. Ia dikenal luas oleh banyak orang karena tindakan-tindakannya di luar acara rutin sehari-hari. Ia memelihara dan merawat para penderita wabah kolera di Napoli tanpa mengenal lelah dan menghiraukan kesehatannya sendiri. Karena itu semua orang sangat menghormati dan mencintai dia.
Pada tahun 1839 ia diutus sebagai Prefek dan Vikaris Apostolik ke Etiopia, sebuah daerah misi baru di benua Afrika. Di sana selama dua tahun ia memusatkan perhatiannya pada usaha mengenal segala sesuatu menyangkut negeri itu: rakyatnya, bahasanya dan adat-istiadatnya. Dengan sifat-sifatnya yang baik dan cara hidupnya yang menarik, ia berhasil menghilangkan kecurigaan rakyat setempat. Kata-katanya yang menawan dan lembut memberi kesan pada hati banyak orang bahwa kehadirannya di tengah mereka adalah sebagai sahabat dan pelayan bagi mereka.
Meskipun ia berhasil sekali dalam tugasnya, namun ia sama sekali tidak terlepas dari banyak kesulitan seperti semua orang lain yang memperjuangkan keluhuran hidup. Tidak sedikit pemuka rakyat iri hati dan membenci dia. Kesulitan besar datang tatkala William Massaia diangkat sebagai Uskup Etiopia. Salama, seorang pemuka Gereja Optik melancarkan kampanye anti Gereja Katolik. Oleh pemimpin setempat, Kolese­kolese Katolik ditutup dan agama Katolik dihalang-halangi perkembangannya. Uskup William Massaia diusir pulang ke Aden. Sebelum berangkat, Uskup Massaia dengan diam-diam mengangkat Yustinus de Yakobis sebagai uskup di Massawa. Sebagai uskup, Yakobis menahbiskan 20 orang imam asal Etiopia untuk melayani umat Katolik yang berjumlah 5000 orang dan membuka kembali kolese-kolese.
Pada tahun 1860, Kedaref Kassa menjadi raja. Ia segera mendesak Salama untuk kembali melancarkan pengejaran terhadap semua orang beragama Katolik. Uskup Yakobis sendiri ditangkap dan dipenjarakan selama beberapa bulan.
Uskup Yakobis menghabiskan masa hidupnya di sepanjang pantai Laut Merah. Dalam perjalanannya menuju Halai, ia jatuh sakit karena keletihan dan kurang makan. Ia meninggal dunia pada tanggal 31 Juli 1860 di lembah Alghedien.

Santo Abdon dan Senen, Martir
Kedua orang kudus abad ke-3 ini berasal dari Persia. Mereka adalah tawanan perang dan budak belian yang sudah menganut agama Kristen. Kemartiran mereka bermula dari usaha mereka menguburkan jenazah-jenazah para kaum beriman yang dibunuh oleh orang kafir. Mereka ditangkap dan dibawa ke Roma. Di sana mereka dipaksa untuk mempersembahkan korban kepada dewa-dewi Romawi. Dengan tegas mereka menolak melakukan perbuatan berhala ini karena tak ingin mengkhianati imannya sendiri. Karena itu mereka dianiaya dan dipenggal kepalanya. Jenazah mereka dimakamkan oleh diakon Kuirinus di rumahnya. Kemudian pada tahun 833, tulang-tulang mereka dipindahkan oleh Paus Gregorius IV (827-844) ke dalam gereja Santo Markus di Roma.

Santa Yulita dari Kaesarea, Pengaku Iman
Yulita berasal dari Kapadokia. Ia memiliki ladang dan ternak, harta kekayaan lainnya dan banyak budak belian. Di antara penduduk setempat, Yulita tergolong wanita kaya raya. Banyak orang mengadakan hubungan dagang dengannya. Pada suatu ketika, dia terlibat dalam suatu pertikaian bisnis dengan seorang pemuka masyarakat. Dia dihadapkan ke pengadilan namun berhasil mengalahkan orang itu. Karena itu dia menjadi musuh bebuyutan orang itu.
Untuk membalas kekalahannya di depan pengadilan, orang itu melaporkan kepada penguasa setempat bahwa Yulita adalah seorang penganut agama Kristen. Oleh laporan ini, hakim segera memanggil Yulita dan memaksanya untuk mempersembahkan kurban bakaran kepada dewa Zeus.
Yulita berani menentang. Dengan tegas ia berkata: "Ladangku dan semua kekayaanku boleh diambil dan dirusakkan. Tetapi sekali-kali aku tidak akan meninggalkan imanku. Aku tidak akan pernah menghina Tuhanku yang telah menciptakan aku. Aku tahu bahwa aku akan memperoleh semuanya itu kembali di surga".
Tanpa banyak berpikir hakim itu menyuruh para algojo membakar hidup-hidup Yulita di depan umum. Peristiwa naas ini terjadi kira-kira pada tahun 303.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

 

Liturgia Verbi 2017-07-29 Sabtu.

Liturgia Verbi (A-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XVI

Sabtu, 29 Juli 2017

PW S. Marta



Bacaan Pertama
Kel 24:3-8

"Inilah darah perjanjian yang diadakan Tuhan dengan kamu."

Pembacaan dari Kitab Keluaran:

Setelah mendapatkan hukum Allah
Musa turun dari Gunung Sinai,
Lalu ia memberitahukan kepada bangsa Israel
segala Firman Tuhan dan segala peraturan itu.
Maka seluruh bangsa itu menjawab serentak,
"Segala firman yang telah diucapkan Tuhan itu,
akan kami laksanakan."

Musa lalu menuliskan segala firman Tuhan itu.
Keesokan harinya, pagi-pagi didirikannyalah mezbah
di kaki gunung itu,
dengan dua belas tugu sesuai dengan kedua belas suku Israel.
Kemudian disuruhnyalah beberapa pemuda Israel
mempersembahkan kurban bakaran
dan menyembelih lembu-lembu jantan
sebagai kurban keselamatan kepada Tuhan.
Sesudah itu Musa mengambil darahnya sebagian,
lalu ditaruhnya ke dalam pasu,
sebagian lagi dari darah itu disiramkannya pada mezbah.

Lalu diambilnya kitab perjanjian dan dibacakannya,
dan bangsa itu mendengarkannya.
Maka mereka berkata,
"Segala firman Tuhan akan kami laksanakan dan kami taati."
Kemudian Musa mengambil darah itu
dan memercikkannya kepada umat serta berkata,
"Inilah darah perjanjian yang diadakan Tuhan dengan kamu,
berdasarkan segala firman ini."

Demikianlah sabda Tuhan.

ATAU BACAAN LAIN:
Kel 24:3-8

"Inilah darah perjanjian yang diikat Allah dengan kalian."

Pembacaan dari Kitab Keluaran:

Ketika Musa turun dari Gunung Sinai,
dan memberitahukan kepada umat
segala sabda dan peraturan Tuhan,
maka seluruh bangsa itu menjawab serentak,
"Segala sabda yang telah diucapkan Tuhan itu,
akan kami laksanakan."
Musa lalu menuliskan segala sabda Tuhan itu.

Keesokan harinya, pagi-pagi,
didirikannyalah mezbah di kaki gunung itu,
dengan dua belas tugu sesuai dengan kedua belas suku Israel.
Kemudian disuruhnyalah beberapa pemuda Israel
mempersembahkan kurban bakaran
dan menyembelih lembu-lembu jantan
sebagai kurban keselamatan kepada Tuhan.
Sesudah itu Musa mengambil darahnya sebagian,
lalu ditaruhnya ke dalam pasu,
sebagian lagi dari darah itu dituangkannya di atas mezbah.
Lalu diambilnya kitab perjanjian itu dan dibacakannya,
dan bangsa itu mendengarkan.
Lalu mereka berkata,
"Segala sabda Tuhan akan kami laksanakan dan kami taati."
Kemudian Musa mengambil darah itu
dan memercikkannya kepada umat seraya berkata,
"Inilah darah perjanjian yang diikat Tuhan dengan kalian,
berdasarkan segala sabda ini."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 50:1-2.5-6.14-15,R:14a

Refren: Persembahkanlah kurban pujian kepada Allah.

*Yang Mahakuasa, Tuhan Allah, berfirman
dan memanggil bumi,
dari terbitnya matahari sampai kepada terbenamnya.
Dari Sion, puncak keindahan, Allah tampil bersinar.

*"Bawalah kemari orang-orang yang Kukasihi,
yang mengikat perjanjian dengan Daku,
perjanjian yang dikukuhkan dengan kurban sembelihan!"
Maka langit memberitakan keadilan-Nya,
Allah sendirilah Hakim!

*Persembahkanlah syukur sebagai kurban kepada Allah,
dan bayarlah nazarmu kepada Yang Mahatinggi.
Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan,
maka Aku akan meluputkan engkau,
dan engkau akan memuliakan Daku."



Bait Pengantar Injil
Yoh 8:12b

Akulah terang dunia.
Barangsiapa mengikut Aku, ia tidak berjalan dalam kegelapan,
dan ia akan mempunyai terang hidup.



Bacaan Injil
Yoh 11:19-27

"Aku percaya bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes:

Menjelang Hari Raya Paskah,
banyak orang Yahudi datang kepada Marta dan Maria
untuk menghibur mereka berhubung dengan kematian saudaranya.
Ketika Marta mendengar, bahwa Yesus datang,
ia pergi mendapatkan-Nya.
Tetapi Maria tinggal di rumah.

Maka kata Marta kepada Yesus,
"Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini,
saudaraku pasti tidak mati.
Tetapi sekarang pun aku tahu,
bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu
segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya."
Kata Yesus kepada Marta,
"Saudaramu akan bangkit."
Kata Marta kepada-Nya,
"Aku tahu bahwa ia akan bangkit
pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman."
Jawab Yesus, "Akulah kebangkitan dan hidup!
Barangsiapa percaya kepada-Ku,
ia akan hidup walaupun sudah mati;
dan setiap orang yang hidup serta percaya kepada-Ku,
tidak akan mati selama-lamanya.
Percayakah engkau akan hal ini?"
Jawab Marta,
"Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah,
Dia yang akan datang ke dalam dunia."

Demikianlah sabda Tuhan.

ATAU BACAAN INJIL LAIN
Luk 10:38-42

"Marta, Marta,
engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara"

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Sekali peristiwa
dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem,
tibalah Yesus di sebuah kampung.
Seorang wanita bernama Marta menerima Dia di rumahnya.
Wanita itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria.
Maria ini duduk dekat kaki Tuhan
dan terus mendengarkan perkataan-Nya,
tetapi Marta sibuk sekali melayani.
Marta mendekati Yesus dan berkata,
"Tuhan, tidakkah Tuhan peduli,
bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri?
Suruhlah dia membantu aku!"
Tetapi Tuhan menjawabnya,
"Marta, Marta,
engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara,
padahal hanya satu saja yang perlu:
Maria telah memilih bagian yang terbaik,
yang tidak akan diambil dari padanya."

Demikianlah sabda Tuhan.

ATAU BACAAN LAIN:
Mat  13:24-30

Terimalah dengan lemah lembut
sabda yang tertanam dalam hatimu,
yang mampu menyelamatkan jiwamu.

"Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai tiba."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Pada suatu hari
Yesus membentangkan suatu perumpamaan kepada orang banyak.
"Hal Kerajaan Surga itu
seumpama orang yang menaburkan benih baik di ladangnya.
Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya,
menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi.

Ketika gandum tumbuh dan mulai berbulir,
nampak jugalah lalang itu.
Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu
dan berkata kepadanya,
'Tuan, bukankah benih baik yang tuan taburkan di ladang Tuan?
Dari manakah lalang itu?'
Jawab tuan itu, 'Seorang musuh yang melakukannya!'
Lalu berkatalah para hamba itu,
"Maukah tuan, supaya kami pergi mencabuti lalang itu?'

Tetapi ia menjawab,
'Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut
pada waktu kalian mencabut lalangnya.
Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai tiba.
Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai,
'Kumpulkanlah dahulu lalang itu
dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar;
kemudian kumpulkanlah gandumnya ke dalam lumbungku'."

Demikianlah sabda Tuhan.



Renungan Injil
Hari ini disediakan dua Bacaan Injil terkait dengan Peringatan Wajib Santa Marta, yang satu diambil dari Injil Yohanes tentang kisah Yesus membangkitkan saudara Marta, Lazarus, dan yang satunya lagi dari Injil Lukas tentang kejengkelan Marta terhadap Maria yang tidak mau membantunya melayani para tamu yang datang.

Maria dan Marta mengetahui kalau Yesus menyayangi Lazarus, makanya mereka pun mengirim kabar kepada Yesus perihal kematian Lazarus.
Tetapi Yesus tidak segera berangkat ke rumah mereka di Yudea.
Yesus sengaja tinggal dua hari lagi di tempat di mana Ia berada, sebelum berangkat ke Yudea.
Marta menyalahkan Yesus atas kematian Lazarus, "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati."
Ketika Yesus mengatakan kalau Lazarus akan bangkit, Marta tetap saja "sok tahu" kalau Lazarus akan dibangkitkan pada akhir jaman.
Marta juga tak segan-segan mengadukan kakaknya, Maria, yang tak mau membantunya melayani para tamu;  Maria hanya duduk manis mendengarkan Yesus.

Setelah kita mengetahui apa yang telah diperbuat oleh Marta, percayakah kita kalau Marta akhirnya diakui sebagai seorang santa, yang kita peringati hari ini?
Jika kita percaya, ini tentu baik karena kita sendiri pun banyak melakukan hal-hal tak senonoh di hadapan Tuhan, tetap berpeluang untuk dikuduskan oleh Allah Bapa kita, sekali pun tidak mesti menjadi santo atau santa.
Jika kita melihat apa yang telah diperbuat oleh Rasul Paulus sebelum ia dipanggil oleh Yesus, atau melihat perbuatan Rasul Matius semasih ia menjadi pemungut cukai, tentu semakin besarlah keyakinan kita akan dikuduskan juga sehingga kelak kita pun boleh memasuki pintu kerajaan Surga.

Syarat yang paling mendasar adalah iman; kita percaya sepenuhnya terhadap segala sesuatu yang selalu kita daraskan dalam doa "Aku Percaya" (Credo).
Marta juga menyatakan imannya, "Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia."

Syarat dasar yang kedua adalah harapan.
Kita mesti memiliki harapan kepada Tuhan, terutama sekali karena kita ini manusia lemah lalu sepenuhnya mengandalkan kemuliaan Allah, seperti yang telah disampaikan oleh Yesus,
"Bukankah sudah Kukatakan kepadamu:
Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?"
[Yoh 11:40]

Syarat berikutnya adalah mendengarkan sabda-Nya dan melaksanakannya dalam kehidupan kita sehari-hari.
Jika terjadi, kita tidak melaksanakannya atau pun kita malah melanggarnya, maka penyesalan dan pertobatan akan membuahkan pengampunan dari-Nya.

Marilah kita berpijak pada ketiga dasar iman ini, agar kita boleh hidup di bawah kemuliaan Allah, serta menerima pertolongan dan perlindungan-Nya.



Peringatan Orang Kudus
Santa Marta, Perawan dan Sahabat Yesus
Kisah tentang Marta dilukiskan Yohanes dalam Injilnya 11:1-44. Di dalamnya terungkap jelas bahwa Marta dan Maria bersama Lazarus saudara mereka amat disayangi oleh Yesus. Mereka tinggal di Betania, sebuah kampung kecil yang letaknya tak jauh dari Yerusalem. Ketika Yesus mengunjungi mereka sehubungan dengan peristiwa kematian Lazarus, Marta selaku adik Maria bertindak sebagai pelayan. Ia sibuk menyediakan makanan bagi Yesus dan Rasul-rasul yang menyertaiNya. Sedangkan Maria kakaknya, yang pernah meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya, duduk di depan kaki Yesus sambil mendengarkan Sabda Yesus.
Ketika Lazarus jatuh sakit keras, Marta dan Maria mengirim khabar kepada Yesus. Pada waktu itu Yesus ada di seberang sungai Yordan yang agak jauh dari Betania. "Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit" demikian bunyi khabar itu. Yesus sengaja tinggal di tempat itu selama dua hari, lalu pergi ke Betania untuk menghibur Maria dan Marta.
Tatkala Yesus datang, Marta pergi menemui Dia. Maka terjadilah percakapan indah antara dia dengan Yesus. Dengan sikap yang realistis dan penuh iman kepada Yesus, Marta berkata: "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati. Tetapi sekarang pun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepadaMu segala sesuatu yang Engkau minta kepadaNya". Kata Yesus kepada Marta: "Saudaramu akan bangkit". Kata Marta kepadaNya: "Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman". Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan hidup walaupun ia sudah mati . . .". Marta memang kurang memahami apa yang dikatakan Yesus, namun ia percaya pada Yesus: "Ya Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia". Marta adalah seorang wanita yang bersemangat iman, praktis, ramah dan rajin.

Santo Simplisius, Faustinus dan Santa Beatriks, Martir
Ketiga bersaudara ini adalah warga kota Roma yang telah menganut agama Kristen. Mereka dibunuh karena imannya sekitar tahun 303-304. Menurut cerita, Simplisius dan Faustinus dianiaya dan dipancung kepalanya karena tidak mau meninggalkan imannya kepada Kristus. Mayat keduanya dibuang ke dalam sungai Tiber.
Beatriks saudari mereka berusaha menemukan kembali jenazah Simplisius dan Faustinus di sungai Tiber dan menguburkannya di pekuburan Generosa di jalan ke Porto. Tujuh bulan kemudian, Beatriks sendiri ditangkap dan dipenjarakan. Kemudian ia dihukum mati di penjara pada tanggal 11 Mei. Jenazahnya dikuburkan oleh orang-orang Kristen lain.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

 

Liturgia Verbi 2017-07-28 Jumat.

Liturgia Verbi (A-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XVI

Jumat, 28 Juli 2017



Bacaan Pertama
Kel 20:1-17

"Hukum Taurat diberikan lewat Musa."

Pembacaan dari Kitab Keluaran:

Di Gunung Sinai Allah berfirman begini:
"Akulah Tuhan, Allahmu,
yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir,
dari tempat perbudakan.
Jangan ada padamu Allah lain di hadapan-Ku.
Jangan membuat bagimu patung
yang menyerupai apa pun yang ada di langit,
atau yang ada di bumi atau yang ada di dalam air di bawah bumi.
Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya,
sebab Aku, Tuhan, Allahmu, adalah Allah yang cemburu,
yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya,
kepada keturunan yang ketiga dan keempat
dari orang-orang yang membenci Aku.
Tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang,
yaitu mereka yang mengasihi Aku,
dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku.
Jangan menyebut nama Tuhan, Allahmu, dengan sembarangan,
sebab Tuhan akan memandang bersalah
orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.

Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat.
Enam hari lamanya engkau bekerja
dan melakukan segala pekerjaanmu.
Tetapi hari ketujuh adalah Sabat Tuhan, Allahmu.
Maka janganlah melakukan sesuatu pekerjaan,
engkau sendiri atau anakmu laki-laki,
atau anakmu perempuan,
hambamu laki-laki dan hambamu perempuan,
atau hewanmu atau orang-orang yang di tempat kediamanmu.
Sebab enam hari lamanya
Tuhan menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya,
dan pada hari ketujuh Ia Beristirahat.
Itulah sebabnya Tuhan memberkati hari Sabat
dan menguduskannya.

Hormatilah ayah dan ibumu,
supaya lanjut umurmu
di tanah yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu.
Jangan membunuh.
Jangan berzinah.
Jangan mencuri.
Jangan bersaksi dusta terhadap sesamamu.
Jangan mengingini rumah sesamamu.
Jangan mengingini isterinya, atau hamba sahayanya,
lembu atau keledainya, atau apa pun yang dimiliki sesamamu."

Demikianlah Sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 19:8-11,R:Yoh 6:64

Refren: Tuhan, Engkau memiliki sabda hidup abadi.

*Taurat Tuhan itu sempurna,
menyegarkan jiwa;
peraturan Tuhan itu teguh,
memberikan hikmat kepada orang bersahaja.

*Titah Tuhan itu tepat, menyukakan hati;
perintah Tuhan itu murni, membuat mata cerita.

*Takut akan Tuhan itu suci,
tetap untuk selama-lamanya;
hukum-hukum Tuhan itu benar,
adil selalu.

*Lebih indah daripada emas,
bahkan daripada emas tua;
dan lebih manis daripada madu,
bahkan daripada madu tetesan dari sarang lebah.



Bait Pengantar Injil
Luk 8:15

Berbahagialah orang yang menyimpan sabda Allah
dalam hati yang baik dan tulus ikhlas,
dan menghasilkan buah dalam ketekunan.



Bacaan Injil
Mat 13:18-23

"Orang yang mendengarkan sabda dan mengerti, menghasilkan buah."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Sekali peristiwa Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya,
"Dengarkanlah arti perumpamaan penabur.
Setiap orang yang mendengar sabda tentang Kerajaan Surga
dan tidak mengerti,
akan didatangi si jahat,
yang akan merampas apa yang ditaburkan dalam hatinya.
Itulah benih yang jatuh di pinggir jalan.

Benih yang ditaburkan di tanah berbatu-batu
ialah orang yang mendengar sabda itu
dan segera menerimanya dengan gembira.
Tetapi ia tidak berakar dan hanya tahan sebentar saja.
Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena sabda itu,
orang itu pun segera murtad.

Yang ditaburkan di tengah semak duri
ialah orang yang mendengar sabda itu,
lalu sabda itu terhimpit
oleh kekuatiran dunia dan tipu daya kekayaan,
sehingga tidak berbuah.

Sedangkan yang ditaburkan di tanah yang baik
ialah orang yang mendengar sabda itu dan mengerti,
dan karena itu ia berbuah,
ada yang seratus, ada yang enam puluh,
dan ada yang tiga puluh ganda."

Demikianlah sabda Tuhan.



Renungan Injil
Bagaimana caranya agar kita bisa menjadi "tanah yang baik", agar "benih" yang ditabur oleh si penabur dapat tumbuh dan menghasilkan banyak buah?
Benih yang ditabur itu adalah sabda Tuhan.
Apa yang mesti kita lakukan agar sabda Tuhan dapat tumbuh di dalam hati kita dan menghasilkan banyak buah?

Mula-mula kita bertanya kepada diri kita sendiri, apakah kita ini memang menginginkan buah-buah itu atau tidak?
Inginkah kita menjadi orang baik terutama di mata Allah Bapa, dan inginkah kita berbuat kebaikan-kebaikan dalam hidup kita?
Keinginan ini adalah harapan.
Jika kita tidak menginginkannya, sama artinya kita tidak mempunyai harapan alias putus-asa (asa artinya harapan).
Harapan akan membangkitkan semangat yang menggebu-gebu dan akan menggerakkan segala upaya untuk mencapainya.
Ini namanya ikhtiar.
Ikhtiar akan membangkitkan daya upaya untuk mengumpulkan kehendak, pendapat, dan pertimbangan-pertimbangan, untuk kemudian diputuskan langkah pencapaiannya dengan memilih secara bebas dari pilihan-pilihan yang ada, memilih dengan keyakinan dan tekad untuk mencapainya.
Apakah kita mempunyai semuanya itu?
Kalau hanya sekedar ingin, apalagi hanya sesaat, esok hari pun akan sirna atau berganti dengan keinginan lainnya.
Jika tidak mempunyai harapan, iya sudah, jangan teruskan membaca renungan saya ini.

Selanjutnya, untuk menjadi tanah yang baik kita mesti memiliki iman, tak masalah apakah sebesar biji sesawi atau sebesar gunung, yang penting punya.
Inilah yang mendasari iman kita: Kita ini manusia lemah, Yesus menggambarkannya seperti domba, maka kita memerlukan pertolongan pihak lain untuk menanggulangi berbagai persoalan yang tak mampu kita atasi sendirian.   Nah, kita percaya, dalam artian meyakini dengan sungguh-sungguh, bahwa Tuhanlah satu-satunya yang dapat membuat yang mustahil menjadi mungkin, dan kita percaya akan kasih-Nya yang besar kepada kita, dan yang takkan pernah luntur apalagi sampai surut, sekali pun kita seringkali menolak kasih-Nya atau bahkan mencederai kasih-Nya dengan perbuatan-perbuatan yang melanggar ketetapan-Nya.

Setelah memiliki iman, maka kita perlu memeliharanya agar ia dapat bertumbuh dan berkembang, dan pada akhirnya nanti akan menghasilkan buah-buah yang merupakan harapan kita.
Sama seperti memelihara tanaman, kita mesti memberi "makanan" dengan menyiraminya, memberi pupuk, serta menyingkirkan hal-hal yang mungkin akan menghalangi pertumbuhannya,
begitu pula dengan pertumbuhan iman kita.
Pemeliharaan ini kita lakukan berulang-ulang kali, lebih baik lagi jika kita lakukan secara beraturan.
Mana bisa kita makan sampai sepuluh piring lalu tiga hari setelahnya tak perlu makan lagi?
Yang namanya makan iya tiga kali sehari dan itu kita lakukan secara beraturan setiap hari.
Begitu pula halnya, kita mesti mendengarkan sabda Tuhan secara beraturan dan setiap hari, karena sabda Tuhan adalah santapan rohani kita.
Lalu, apa yang kita rasakan setelah selesai makan?
Perut kenyang lalu mengantuk karena kekenyangan?
Perut kenyang hanyalah tanda atau signal untuk mengingatkan kita bahwa asupan makanan sudah cukup, supaya tidak berlebih dan akan menjadi obesitas.
Dalam doa Bapa Kami sesungguhnya kita berdoa, "Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya."  [Mat 6:11]
atau "Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya."   [Luk 11:3]
Kita tidak berdoa seperti ini, "Berilah kami rejeki sebanyak-banyaknya sampai melimpah-ruah dan tumpah sampai ke luar rumah."
Ini namanya serakah.

Jadi, setelah kita menyantap makanan kita, baik makanan jasmani mau pun rohani, yang kita dapat adalah kelegaan karena yang kita santap itu menyegarkan.
Nah, sabda Tuhan itu akan melegakan jiwa kita.
Yesus telah mengatakannya, kita mesti mendengarkan sabda Tuhan, menyimpannya di dalam hati dan melaksanakannya.
Dalam perumpamaan tentang penabur ini, ada 4 jenjang iman yang disampaikan oleh Yesus, yakni: 1) Tidak mendengarkan, 2) mendengarkan tapi segera melupakannya, 3) Mendengarkan dan menyimpannya tapi tak sempat berbuah karena himpitan semak-duri, dan 4) Mendengarkan dan menyimpannya serta menghasilkan banyak buah.
Tak masalah kalau kita memulai pada jenjang ke-2, asal jangan yang ke-1 (tidak mendengarkan), karena selalu ada kesempatan untuk meningkatkannya sampai ke jenjang ke-4.
Lalu, bagaimana cara meningkatkannya?
Sama juga seperti makanan jasmani,  mengapa semua orang taat dengan aturan "mesti makan kalau tak mau mati"?
Tuhan menyediakan tanda tatu signal yang lain lagi, yakni "rasa lapar dan haus".
Jika tak makan, maka signal itu akan segera bekerja.
Dan jika signal itu kita abaikan, maka signal itu akan dieskalasi, badan menjadi lemas, letih dan lesu.
Jika ini pun kita abaikan, maka kita takkan mampu lagi mengendalikan diri kita, tak mampu lagi menggerakkannya.

Apakah kita pernah merasakan seperti apa rasanya "lapar dan haus rohani" itu?
Jika kita telah mempunyai harapan dan iman sebagaimana yang telah kita bahas tadi, semestinya secara automatis kita pun memiliki signal lapar dan haus ini.
Saya sekarang bahkan mempercayainya, bahwa rohani saya akan mati jika saya tidak menyantap makanan rohani saya, setidaknya rohani saya akan letih, lesu dan tak mampu lagi bergerak.
Saya tak mau ini sampai terjadi pada diri saya, makanya saya mesti mendengarkan sabda Tuhan secara beraturan dan berkelanjutan.

Apakah saya telah menghasilkan buah?
Banyakkah yang telah dihasilkan?
Maniskah rasanya atau barangkali kecut, sepet dan tak dapat dimakan?
Saya tak mencicipinya kalau pun ternyata saya telah menghasilkannya, mengapa demikian?
Buah-buah itu tidak untuk saya nikmati sendiri, melainkan diperuntukkan bagi orang lain, karena memang itulah sejatinya yang disebut perbuatan baik, ditujukannya kepada orang lain.
Merekalah yang dapat mengatakannya, apakah manis atau kecut.
Dan perkataan Yesus inilah yang telah menegarkan jiwa saya, "Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja;
tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah."   [Yoh 12:24]



Peringatan Orang Kudus
Santo Nasarius dan Selsus, Martir; Santo Viktor dan Innosensius, Paus dan Martir
Nasarius adalah anak seorang Yahudi bernama Afrikanus. Ibunya, Perpetua yang sudah beragama Kristen dengan giat mendidik dia secara Kristen semenjak kecilnya. Karena itu Nasarius berkembang dewasa menjadi seorang Kristen yang saleh. Oleh Paus Linus, yang menggantikan Santo Petrus Rasul, Nasarius diutus untuk mewartakan Injil di Gallia (kini: Prancis).
Selsus adalah pemuda pertama yang berhasil ditobatkan oleh Nasarius sejak ia berkarya di Gallia. Selsus menemani Nasarius dalam perjalanan-perjalanan tugasnya. Pada suatu ketika mereka ditangkap oleh penduduk kafir setempat dan dibuang ke laut. Tetapi berkat perlindungan Tuhan, mereka tidak mati tenggelam. Mereka berhasil menyelamatkan diri lalu mengembara hingga sampai ke Milano, Italia. Di sana mereka mewartakan Injil dan membesarkan hati orang-orang Kristen yang ada di sana. Di Milano mereka sekali lagi ditangkap dan dijatuhi hukuman mati karena imannya akan Yesus Kristus.
Viktor lahir di Afrika Utara dan memimpin Gereja sebagai Paus pada tahun 189. Paus Viktor adalah paus yang secara resmi menetapkan bahwa permandian suci dalam keadaan bahaya maut dapat dilakukan dengan memakai air biasa apabila tidak ada persediaan air permandian di tempat itu. Ia mati sebagai martir pada tahun 189, sewaktu pemerintahan Kaisar Septimus Severus.
Innosensius lahir di Albano, dekat kota Roma. la terpilih menjadi Paus dengan suara bulat pada tahun 402. Ia sungguh-sungguh sadar akan bahaya-bahaya yang mengancam Gereja dan umat pada masa itu. Tak henti-hentinya ia berdoa memohon kebijaksanaan dan kekuatan Tuhan agar mampu mengemudikan bahtera Gereja Kristus dengan selamat. Bahaya-bahaya itu terutama disebabkan oleh adanya perpindahan besar-besaran bangsa-bangsa lain ke dunia Barat. Bangsa Goth menyerang kota Roma sebanyak dua kali di bawah pimpinan panglima Alarik dan berhasil menjarahi segala sesuatu yang mereka temui.
Dalam menghadapi ancaman-ancaman itu, Paus Innocentius senantiasa menguatkan hati umatnya dan meringankan beban penderitaan mereka. Sementara itu, Paus Innocentius menghadapi lagi masalah baru yang muncul di dalam Gereja oleh lahirnya ajaran sesat Pelagianisme yang menyangkal adanya rahmat untuk mencapai keselamatan kekal. Dua kali ia mengadakan konsili untuk menghukum ajaran sesat itu. Belum lagi selesai masalah itu terdengar berita bahwa Santo Yohanes Krisostomus dibuang dari takhta keuskupannya sebagai tawanan oleh keluarga Kaisar Konstantinopel. Innosensius tidak segan-segan mengutuk tindakan itu. Kaisar Arkadius bersama permaisurinya Eudoxia dikucilkan dari Gereja, meskipun ia tahu bahwa hal itu akan mendatangkan bahaya atas dirinya sendiri. Setelah memimpin Gereja selama 15 tahun, Innosensius meninggal dunia pada tahun 417.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

 

Liturgia Verbi 2017-07-27 Kamis.

Liturgia Verbi (A-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XVI

Kamis, 27 Juli 2017



Bacaan Pertama
Kel 19:1-2.9-11.16-20b

"Tuhan turun ke gunung Sinai di hadapan seluruh umat."

Pembacaan dari Kitab Keluaran:

Pada bulan ketiga setelah keluar dari tanah Mesir,
orang Israel tiba di padang gurun Sinai pada hari yang sama.
Setelah berangkat dari Rafidim,
tibalah mereka di padang gurun Sinai,
lalu mereka berkemah di padang gurun;
orang Israel berkemah di sana di depan gunung Sinai.

Bersabdalah Tuhan kepada Musa,
"Sesungguhnya Aku akan datang kepadamu dalam awan yang tebal,
dengan maksud supaya dapat didengar oleh seluruh bangsa
apabila Aku berbicara dengan dikau,
dan juga supaya mereka senantiasa percaya kepadamu."

Lalu Musa menyampaikan jawaban bangsa itu kepada Tuhan.
Maka bersabdalah Tuhan kepada Musa,
"Pergilah kepada bangsa itu.
Suruhlah mereka menguduskan diri hari ini dan esok,
dan mereka harus mencuci pakaiannya.
Menjelang hari ketiga mereka harus bersiap-siap,
sebab pada hari ketiga
Tuhan akan turun ke gunung Sinai di depan mata seluruh umat."

Dan terjadilah pada hari ketiga, pada waktu fajar,
guntur gemuruh dan kilat menyala-nyala.
Awan tebal meliputi gunung,
dan terdengarlah bunyi sangkakala yang sangat keras,
sehingga gemetarlah seluruh bangsa di dalam perkemahan.
Lalu Musa membawa bangsa itu keluar dari perkemahan
untuk menjumpai Allah.
Mereka berdiri di kaki gunung.
Gunung Sinai ditutupi seluruhnya oleh asap,
karena Tuhan turun ke atasnya dalam api.
Asapnya membubung seperti asap dapur,
dan seluruh gunung sangat gemetar.
Bunyi sangkakala kian lama kian keras.

Musa lalu berbicara dan Tuhan menjawabnya dalam guruh.
Tuhan lalu turun ke atas gunung Sinai ke puncak gunung itu.
Lalu Tuhan memanggil Musa ke puncak gunung,
dan Musa pun naik ke atas puncak itu.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
T.Dan 3:52.53.54.56,

Refren:

*Terpujilah Engkau, Tuhan, Allah leluhur kami.
   U: Kepada-Mulah pujian selama segala abad.

*Terpujilah nama-Mu yang mulia dan kudus.
   U: Kepada-Mulah pujian selama segala abad.

*Terpujilah Engkau dalam Bait-Mu yang mulia dan kudus.
   U: Kepada-Mulah pujian selama segala abad.

*Terpujilah Engkau di atas takhta kerajaan-Mu.
   U: Kepada-Mulah pujian selama segala abad.

*Terpujilah Engkau yang mendugai samudera raya.
   U: Kepada-Mulah pujian selama segala abad.

*Terpujilah Engkau di bentangan langit.
   U: Kepada-Mulah pujian selama segala abad.



Bait Pengantar Injil
Mat 11:25

Terpujilah Engkau, Bapa, Tuhan langit dan bumi,
sebab misteri kerajaan Kaunyatakan kepada orang kecil.



Bacaan Injil
Mat  13:10-17

"Kalian diberi kurnia mengetahui rahasia Kerajaan Surga,
tetapi mereka tidak."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Setelah Yesus menceriterakan perumpamaan tentang orang penabur,
murid-murid bertanya kepada-Nya,
"Mengapa Engkau mengajar mereka dengan perumpamaan?"

Jawab Yesus,
"Kalian diberi karunia mengetahui rahasia Kerajaan Surga,
tetapi orang-orang lain tidak.
Karena barangsiapa mempunyai, akan diberi lagi,
tetapi barangsiapa tidak mempunyai,
maka apa pun yang ada padanya akan diambil juga.

Itulah sebabnya Aku mengajar mereka dengan perumpamaan,
karena biarpun melihat, mereka tidak tahu,
dan biarpun mendengar, mereka tidak menangkap dan tidak mengerti.
Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi:
'Kalian akan mendengar dan mendengar lagi, namun tidak menangkap.
kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap.
Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan matanya melekat tertutup,
agar jangan mereka melihat dengan matanya
dan mendengar dengan telinganya
dan mengerti dengan hatinya,
lalu berbalik sehingga Kusembuhkan.'

Akan tetapi berbahagialah mata kalian sebab melihat
berbahagialah telinga kalian sebab mendengar.
Sebab Aku berkata kepadamu,
'Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar
ingin melihat apa yang kalian lihat,
tetapi tidak melihatnya,
dan ingin mendengar apa yang kalian dengar,
tetapi tidak mendengarnya.

Demikianlah sabda Tuhan.



Renungan Injil
Pertanyaan yang menarik untuk kita renungkan, "Mengapa Yesus mengajar para murid-Nya menggunakan perumpamaan?"
Ada beberapa alasan orang menggunakan perumpamaan, umumnya supaya orang lebih mudah menangkap maksudnya.
Umumnya juga dikarenakan orang belum mengalami atau mengetahui dengan pasti sehingga perlu dicarikan padanan yang sesuai supaya lebih mudah dimengerti.
Sebagai contoh, katakanlah kita ingin menyampaikan tentang suhu udara di Kutub Utara, maka kita katakan, "Suhu di Kutub Utara adalah minu 40 derajat Celcius pada musim dingin, dan nol derajat pada musim panas."
Bagi kita yang telah pernah belajar tentang derajat Celcius dan mengetahui suhu di tempat-tempat lainnya sebagai pembanding, maka kita dapat mengerti seperti apa suhu udara di Kutub Utara.
Tetapi jika kita tidak mengerti apa itu derajat Celcius, tentulah kesulitan untuk memahami keadaan suhu di Kutub Utara.
Nah, untuk yang tidak mengerti ini kita dapat menggunakan perumpamaan, misalnya, "Suhu di Kutub Utara itu seperti di dalam freezer (lemari pendingin) dan bahkan lebih dingin lagi di musim dingin."
Bagi yang mengetahui seperti apa dinginnya di dalam freezer semestinya dapat "membayangkan" seperti apa dinginnya Kutub Utara itu, freezer sebagai analogi yang sepadan.
Tetapi celakalah orang yang freezer pun tak faham, lalu bagaimana mesti membayangkan Kutub Utara?

Menggunakan perumpamaan seperti ini merupakan jalan-pintas supaya orang lebih mudah dan lebih cepat mengerti.
Yesus menggunakan perumpamaan untuk tujuan ini, membuat orang-orang lebih mudah dan lebih cepat mengerti.
Tak ada seorang pun yang mengetahui tentang Kerajaan Surga, kira-kira sama seperti orang yang tidak mengerti tentang derajat Celcius.
Tetapi Yesus harus mengajarkan tentang Kerajaan Surga kepada orang-orang yang belum pernah pergi ke sana dan tidak tahu seperti apa Surga itu, maka Yesus pun menggunakan perumpamaan untuk menjelaskannya.
Yesus memperkenalkan "freezer" kepada para murid-Nya, dengan demikian para murid akan mengerti ketika Yesus mengajarkan tentang "Kutub Utara" yang tak lain adalah Surga.
Tidaklah mungkin Yesus mengajak kita untuk berkunjung ke Surga hanya supaya kita mengerti seperti apa surga itu, tetapi ada waktunya nanti Yesus menanti kedatangan kita di sana.
Nah, cukup dengan memahami apa itu freezer, tak perlu belajar tetang derajat Celcius yang rumit itu, maka kita pun dapat memahami seperti apa kutub utara itu.
Injil adalah freezer yang canggih dan sangat hemat daya tetapi berdaya besar;  mari kita memahaminya.



Peringatan Orang Kudus
Santo Pantaleon, Martir
Pantaleon lahir di Nikomedia, Asia Kecil. Ia bekerja di sana sebagai seorang tabib. Diceritakan bahwa tingkah lakunya sangat buruk dan karena itu ia sering kali gelisah dan resah karena tingkah lakunya itu. Kegelisahan dan keresahan ini menjadi suatu pintu masuk yang baik baginya menuju cara hidup yang baru. Oleh seorang imam bernama Hermolaus, Pantaleon diajari ajaran-ajaran iman Kristen dan akhirnya bertobat dan dipermandikan menjadi Kristen. Semenjak itu ia berjanji untuk meninggalkan cara hidupnya yang lama dan berniat menyilih dosa-dosanya dengan perbuatan-perbuatan baik.
Dengan keahliannya sebagai seorang tabib, Pantaleon menolong dan merawat orang-orang sakit, terutama yang miskin tanpa menuntut bayaran. Harta miliknya bahkan dibagi-bagikannya kepada mereka. Di samping itu ia rajin menyebarkan ajaran-ajaran Kristen kepada banyak orang terutama di kalangan orang-orang sakit yang dirawatnya. Banyak sekali orang yang berhasil ditobatkannya dan dihantar kepada iman yang benar. Ayahnya yang masih kafir ditobatkannya juga.
Pada masa penganiayaan orang-orang Kristen oleh Kaisar Diokletianus, Pantaleon ditangkap dan disiksa hingga mati dipenggal kepalanya pada tahun 303.

Santo Aurelius dan Santa Natalia, Martir
Orang tua suami-isteri ini beragama Islam. Karena Natalia dan temannya Liliosa (isteri Feliks, seorang yang pernah murtad menjadi Islam tetapi kemudian berbalik kembali) tidak memakai cadar, maka mereka dituduh murtad dari Islam. Mereka dengan berani mengakui dirinya Kristen dan oleh karena itu dibunuh bersama Georgius, seorang biarawan yang giat berkotbah membela kebenaran agama Kristen. Mereka meninggal di Cordoba, Spanyol pada masa pemerintahan Emir Abd Ar-Rahman II pada tahun 852.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi