Liturgia Verbi 2020-12-01 Selasa.

Liturgia Verbi (B-I)
Hari Biasa, Pekan Adven I

Selasa, 1 Desember 2020

PW B. Dionisius dan Redemptus, Biarawati, Martir

Ujud Misi/Evangelisasi - Hidup doa.
Semoga hubungan pribadi kita dengan Yesus Kristus diperkaya oleh Sabda Allah dan hidup doa.

Ujud Gereja Indonesia - Berhati-hati terhadap konsumerisme.
Semoga keluarga-keluarga Katolik diberanikan dalam membatasi konsumsinya hanya pada barang-barang yang memang diperlukan, sehingga rela membagikan sebagian miliknya pada mereka yang lebih membutuhkan.



Bacaan Pertama
Yes 11:1-10

"Roh Tuhan akan ada padanya."

Pembacaan dari Kitab Yesaya:

Pada akhir zaman
sebuah tunas akan keluar dari tunggul Isai,
dan taruk yang tumbuh dari pangkalnya akan berbuah.
Roh Tuhan akan ada padanya,
roh hikmat dan pengertian, roh penasihat dan keperkasaan,
roh pengenal dan takut akan Tuhan;
ya, kesenangannya ialah takut akan Tuhan.

Ia tidak akan menghakimi dengan sekilas pandang saja
atau menjatuhkan keputusan menurut kata orang.
Tetapi ia akan menghakimi orang-orang lemah dengan keadilan,
dan dengan kejujuran akan menjatuhkan keputusan
terhadap orang-orang yang tertindas di negeri.
Ia akan menghajar bumi dengan perkataannya
seperti dengan tongkat,
dan dengan nafas mulutnya
ia akan membunuh orang fasik.
Ia tidak akan menyimpang dari kebenaran dan kesetiaan,
seperti ikat pinggang yang tetap terikat pada pinggangnya.

Pada waktu itu
serigala akan tinggal bersama domba
dan macan tutul akan berbaring di samping kambing.
Anak lembu dan anak singa akan merumput bersama-sama,
dan seorang anak kecil akan menggiringnya.
Lembu dan beruang akan sama-sama makan rumput
dan anak-anaknya akan sama-sama berbaring,
sedang singa akan makan jerami seperti lembu.
Bayi akan bermain-main dekat liang ular tedung,
dan anak yang cerai susu akan mengulurkan tangannya
ke sarang ular beludak.
Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk
di seluruh gunung-Ku yang kudus.
Sebab seluruh bumi penuh dengan pengenalan akan Tuhan,
seperti air laut yang menutupi dasarnya.
Maka pada waktu itu taruk dari pangkal Isai akan berdiri
sebagai panji-panji bagi para bangsa.
Dia akan dicari oleh suku-suku bangsa,
dan tempat kediamannya akan menjadi mulia.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 72:2.7-8.12-13.17,R:7

Refren: Kiranya keadilan berkembang dalam zamannya,
dan damai sejahtera berlimpah sampai selama-lamanya.

*Ya Allah, kiranya raja mengadili umat-Mu dengan keadilan
dan menghakimi orang-orang-Mu yang tertindas dengan hukum!

*Kiranya keadilan berkembang dalam zamannya
dan damai sejahtera berlimpah, sampai tidak ada lagi bulan!
Kiranya ia memerintah dari laut sampai ke laut,
dari sungai Efrat sampai ke ujung bumi!

*Sebab ia akan melepaskan orang miskin yang berteriak minta tolong,
ia akan membebaskan orang tertindas
dan orang yang tidak punya penolong;
ia akan sayang kepada orang lemah dan orang miskin,
ia akan menyelamatkan nyawa orang papa.

*Biarlah namanya tetap selama-lamanya,
kiranya namanya semakin dikenal selama ada matahari.
Kiranya segala bangsa saling memberkati dengan namanya,
dan menyebut dia berbahagia.



Bait Pengantar Injil


Tuhan pasti datang; Ia datang dengan megah,
dan mata para hamba-Nya akan berseri-seri.



Bacaan Injil
Luk 10:21-24 

"Yesus bergembira dalam Roh Kudus."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Pada waktu itu bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata,
"Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi,
karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan pandai,
tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil.
Ya Bapa, itulah yang berkenan di hati-Mu.

Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku
dan tiada seorang pun yang tahu siapakah Anak selain Bapa,
dan siapakah Bapa selain Anak
dan orang yang oleh Anak diberi anugerah mengenal Bapa."

Sesudah itu berpalinglah Yesus kepada murid-murid-Nya dan berkata,
"Berbahagialah mata yang melihat apa yang kalian lihat.
Sebab Aku berkata kepada kamu,
banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kalian lihat,
namun tidak melihatnya,
dan ingin mendengar apa yang kalian dengar,
tetapi tidak mendengarnya."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Mengikuti Yesus dapat diartikan menjadi murid Yesus.
Seorang murid akan mendengarkan gurunya, mengerjakan apa yang diajarkan oleh gurunya, dan tentu saja murid juga mengormati gurunya.
Jika murid mendapat guru yang baik, sepatutnya ia bersyukur, terhindar dari penyesatan atau pun ajaran yang keliru.

Dari Bacaan Injil hari ini, Yesus mengajarkan perihal bersyukur,
"Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil."
Entah apa sebabnya, orang memohon-mohon, berharap dikasihani dan ditolong, namun setelah ditolong malah lupa berterimakasih, lupa bersyukur atas pertolongan yang diterimanya.
Barangkali untuk itulah Yesus memandang perlu untuk mengajari para murid-Nya untuk berterimakasih dan bersyukur.

Sebelumnya, Yesus mengutus 70 murid-Nya untuk mendahului Yesus ke setiap kota atau desa yang hendak dikunjungi-Nya.
Dan 70 murid itu telah kembali dan berhasil melaksanakan tugas mereka.
Ini tentu patut disyukuri, karena kendala "tuaian banyak tetapi pekerjanya sedikit" tidak menggagalkan tugas perutusan.
Se lain itu, tugas perutusan Yesus ini ibarat mengutus anak domba ke tengah-tengah kawanan serigala, tentu sangat berbahaya.
Ke-70 murid kembali dengan selamat, tak satu pun yang tak kembali, tak ada yang terhasut untuk berpaling kepada "tuhan" lain, tak satu pun yang mengalami musibah atau dibunuh.

Kita juga adalah murid-murid Yesus, dan Allah Bapa berkenan menyatakan diri-Nya kepada kita sehingga kita dapat melihat dan mendengarkan Dia, yakni kita yang seringkali diangap sebagai orang kecil.
Maka, marilah kita senantiasa berterimakasih dan bersyukur atas karunia Allah Bapa ini.



Peringatan Orang Kudus
Beato Dionisius dan Redemptus a Cruce, Martir Indonesia
Pierre Berthelot - demikian nama Santo Dionisius - lahir di kota Honfleur, Prancis pada tanggal 12 Desember 1600. Ayahnya Berthelot dan Ibunya Fleurie Morin adalah bangsawan Prancis yang harum namanya. Semua adiknya: Franscois, Jean, Andre, Geoffin dan Louis menjadi pelaut seperti ayahnya. Sang ayah adalah seorang dokter dan nakoda kapal. Pierre sendiri semenjak kecil (12 tahun) telah mengikuti ayahnya mengarungi lautan luas; dan ketika berusia 19 tahun ia sudah menjadi seorang pelaut ulung. Selain darah pelaut, ia juga mewarisi dari ayahnya hidup keagamaan yang kuat, yang tercermin di dalam kerendahan hatinya, kekuatan imannya, kemurnian dan kesediaan berkorban. Ia kemudian memasuki dinas perusahaan dagang Prancis. Dalam rangka tugas dagang, ia berlayar sampai ke Banten, Indonesia. Tetapi kapalnya dibakar oleh saudagar-saudagar Belanda dari kongsi dagang VOC. Berkat pengalamannya mengarungi lautan, ia sangat pandai menggambar peta laut dan memberikan petunjuk jalan.
Pierre kemudian bekerja pada angkatan laut Portugis di Goa, India. Namun ia senantiasa tidak puas dengan pekerjaannya itu. Ada keresahan yang senantiasa mengusik hatinya. Ia selalu merenungkan dan mencari arti hidup yang lebih mendalam. Ketika itu ia sudah berusia 35 tahun. Akan tetapi usia tidak menghalangi dorongan hatinya untuk hidup membiara. Ia diterima di biara Karmel. Namanya diubah menjadi Dionisius a Nativitate. Sekalipun ia sudah menjalani hidup membiara, namun ia masih beberapa kali menyumbangkan keahliannya kepada pemerintah, baik dengan menggambar peta maupun dengan mengangkat senjata membuyarkan blokade di Goa yang dilancarkan oleh armada Belanda (1636).
Di biara Karmel itulah, ia bertemu dengan Redemptus a Cruce, seorang bruder yang bertugas sebagai penjaga pintu biara dan koster, penerima tamu dan pengajar anak-anak. Redemptus lahir di Paredes, Portugal pada tahun 1598 dari sebuah keluarga tani yang miskin namun saleh dan taat agama. Orangtuanya memberinya nama Thomas Rodriguez da Cunha. Semenjak usia muda, ia masuk dinas ketentaraan Portugis dan ditugaskan ke India. Ia kemudian menarik diri dari dinas ketentaraan karena ingin menjadi biarawan untuk mengabdikan dirinya pada tugas-tugas keagamaan. Ia diterima sebagai bruder di biara Karmel.
Suatu ketika Raja Muda di Goa bermaksud mengirim utusan ke Aceh, Indonesia, yang baru saja berganti sultan dari Sultan Iskandar Muda ke Sultan Iskandar Thani. Ia ingin menjalin hubungan persahabatan karena hubungannya dengan sultan terdahulu tidak begitu baik. Sebagai seorang bekas pelaut yang sudah pernah datang ke Banten, Dionisius ditunjuk sebagai almosenir, juru bahasa dan pandu laut. Oleh karena itu tahbisan imamatnya dipercepat. Dionisius ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1637 oleh Mgr. Alfonso Mendez. Bruder Redemptus dengan izinan atasannya ikut serta dalam perjalanan dinas itu sebagai pembantu.
Pastor tentara Dionisius bersama rombongannya berangkat ke Aceh pada tanggal 25 September 1638 dengan tiga buah kapal: satu kapal dagang dan dua kapal perang. Penumpang kapal itu ialah: Don Fransisco de Sosa (seorang bangsawan Portugis), Pater Dionisius, Bruder Redemptus, Don Ludovico dan Soza, dua orang Fransiskan Rekolek, seorang pribumi dan 60 orang lainnya. Mereka berlabuh di Ole-Ole (kini: Kotaraja) dan disambut dengan ramah.
Tetapi keramahan orang Aceh ternyata hanya merupakan tipu muslihat saja. Orang-orang Belanda telah menghasut Sultan Iskandar Thani dengan menyebarkan isu bahwa bangsa Portugis datang hanya untuk meng-katolik-kan bangsa Aceh yang sudah memeluk agama Islam. Mereka semua segera ditangkap, dipenjarakan, dan disiksa agar menyangkal imannya. Selama sebulan mereka meringkuk di dalam penjara dalam keadaan yang sangat menyedihkan. Beberapa orang dari antara mereka meninggalkan imannya. Dionisius dan Redemptus terus meneguhkan iman saudara-saudaranya dan memberi mereka hiburan. Akhirnya di pesisir pantai tentara sultan mengumumkan bahwa mereka dihukum bukan karena berkebangsaan Portugis melainkan beriman KatoIik. Maklumat sultan ini diterjemahkan oleh Dionisius kepada teman-temannya. Sebelum menyerahkan nyawa ke tangan para algojo, mereka semua berdoa dan Pater Dionisius mengambil salib dan memperlihatkan kepada mereka supaya jangan mundur, melainkan bersedia mengorbankan nyawa demi Kristus Yang Tersalib dan yang telah menebus dosa dunia, dosa mereka. Dionisius memohon ampun kepada Tuhan dan memberikan absolusi terakhir kepada mereka satu per satu. Segera tentara menyeret Dionisius dan mulailah pembantaian massal.
Sepeninggal teman-temannya, Pater Dionisius masih bersaksi tentang Kristus dengan penuh semangat. Kotbahnya itu justru semakin menambah kebencian rakyat Aceh terhadapnya. Algojo-algojo semakin beringas untuk segera menamatkan riwayat Dionisius. Namun langkah mereka terhenti di hadapan Dionisius. Dengan sekuat tenaga mereka menghunuskan kelewang dan tombak akan tetapi seolah-olah ada kekuatan yang menahan, sehingga tidak ada yang berani. Segera kepala algojo mengirim utusan kepada sultan agar menambah bala bantuan. Dionisus berdoa kepada Tuhan agar niatnya menjadi martir dikabulkan. Dan permintaan itu akhirnya dikabulkan Tuhan. Dionisius menyerahkan diri kepada algojo-algojo itu. Seorang algojo - orang Kristen Malaka yang murtad - mengangkat gada dan disambarkan keras-keras mengenai kepala Dionisius, disusul dengan kelewang yang memisahkan kepala Dionisius dari tubuhnya.
Kemartiran Dionisius dengan kawan-kawannya disahkan Tuhan: mayat mereka selama 7 bulan tidak hancur, tetap segar seperti sedang tidur. Menurut saksi mata, jenazah Dionisius sangat merepotkan orang sekitarnya, karena setiap kali dibuang - ke laut dan tengah hutan - senantiasa kembali lagi ke tempat ia dibunuh. Akhirnya jenazahnya dengan hormat dimakamkan di Pulau Dien ('pulau buangan'). Kemudian dipindahkan ke Goa, India. Martir-martir itu dibunuh pada tanggal 29 Nopember 1638. Bersama Redemptus, Dionisius digelarkan 'beato' pada tahun 1900.

Santo Eligius, Uskup dan Pengaku Iman
Santo Eligius atau Eloi adalah seorang pandai emas dan pencetak uang logam di kota Paris pada abad yang ketujuh. Oleh raja Klotar, ia diminta membuat sebuah takhta. Tetapi dengan emas dan permata yang diserahkan raja untuk keperluan itu, Eloi berhasil menciptakan dua buah takhta yang indah sekali. Raja sangat mengagumi kejujurannya itu dan mengangkatnya menjadi kepala percetakan uang logam kerajaan.
Sejak saat itu Eloi menjadi seorang petinggi kerajaan dengan pendapatan yang lumayan pula; namun semuanya dimanfaatkan untuk menolong para tawanan dan fakir miskin. Rumahnya, bahkan meja makannya sendiri selalu dikelilingi orang-orang miskin.
Di samping pandai mencetak uang logam, ia juga seorang seniman. Kegemarannya ialah membuat tabut yang indah sebagai tempat penyimpanan relikui-relikui orang suci. Tabut yang pernah dikerjakannya antara lain tabut penyimpanan relikui Santo Martinus dan Santa Genoveva.
Eloi seorang yang saleh dan bijaksana; karena itu ia diangkat sebagai penasehat raja dan uskup-uskup. Tahun 641, ketika Uskup Noyon, Prancis meninggal dunia, ia sendiri yang dinobatkan menjadi Uskup Noyon. Di negeri Vlandria dan Zeelandia, ia berhasil membawa banyak orang kafir kepada Kristus. Selama 20 tahun ia berusaha keras memajukan Kerajaan Kristus disertai banyak mujizat sebagai peneguh kebenaran iman yang diwartakannya. Segala macam takhayul serta kepercayaan yang sia-sia dilawan dan ditentangnya. Sesudah bekerja keras memperluas Kerajaan Kristus di dunia ini, Eloi meninggal dunia pada tahun 660.

Santa dan Santo Adrianus dan Natalia, Martir
Suami-istri ini mati sebagai martir pada abad ke-4 di Nikomedia pada masa pemerintahan Kaisar Diokletianus – Licinius. Adrianus adalah seorang perwira Romawi yang bertugas di Nikomedia. Ia belum dipermandikan, namun sudah beriman kepada Yesus; sedangkan isterinya, Natalia, seorang Kristen yang saleh.
Suatu ketika Adrianus diperintahkan untuk mengejar, menangkap, dan menganiaya umat Kristen. Maklumlah penguasa Romawi sangat benci kepada umat Kristen karena mereka tidak mau menyembah dewa-dewa Romawi. Adrianus bingung. Ia sendiri pernah menyaksikan penganiayaan terhadap 23 orang Kristen. Hatinya tidak tahan, karena ia merasa seiman dengan mereka. Terdorong oleh cintanya kepada orang-orang seiman, dengan berani ia mengatakan kepada para serdadu Romawi lainnya: "Tangkaplah dan siksalah juga aku sebab aku sendiri pun orang Kristen." Ia rela menyerahkan diri untuk ditangkap dan digiring ke penjara. Mendengar peristiwa penangkapan Adrianus, Natalia datang ke penjara untuk menemuinya. Kepada Adrianus, ia berkata: "Adrian, engkau diberkati Allah, karena berani mengakui imanmu di hadapan orang-orang kafir. Sesungguhnya engkau telah menemukan harta kekayaan yang tidak diwariskan orangtuamu . . . " Natalia meminta dengan sangat kepada Adrianus agar menguatkan juga hati teman-temannya di penjara. Selain itu ia berusaha agar Adrianus mendapat pelajaran agama dan dibaptis di dalam penjara. Hal itu diketahui penjaga penjara, sehingga mulai saat itu ia tidak diizinkan lagi menemui suaminya di penjara. Namun ia tidak kehabisan akal: ia menyamar sebagai pemuda dan berhasil menemui Adrianus di penjara. Kepadanya ia berpesan agar berdoa untuknya bila sudah berada di surga.
Adrianus bersama orang-orang Kristen lainnya dijatuhi hukuman mati. Pelaksanaan hukuman mati itu disaksikan Natalia. Ia menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana anggota tubuh suaminya dicincang. Keinginannya untuk ikut serta terjun ke dalam bara api sungguh tak terbendung, ketika tubuh suaminya dilemparkan ke tengah jilatan api bersama martir-martir lainnya. Api kemudian padam karena sekonyong-konyong turun hujan lebat.  Orang-orang Kristen mengumpulkan sisa-sisa jenazahnya dan memakamkannya dekat Argyropolis, di pantai Bosporus, Turki.
Natalia sendiri menyimpan tangan suaminya sebagai relikui kudus. Ia tidak mau menetap di Nikomedia karena merasa terancam oleh penguasa Romawi yang kafir. Ia memutuskan untuk tinggal tidak jauh dari makam suaminya. Beberapa lama setelah berada di Argyropolis, ia pun wafat dengan damai dan dimakamkan dekat kubur Adrianus di antara para martir lainnya. Ia dimasukkan dalam bilangan para martir karena situasi kematiannya. Adrianus adalah martir populer waktu itu dan dijadikan pelindung para serdadu. Ia juga sering dimintai perlindungannya apabila ada wabah penyakit.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/


Liturgia Verbi 2020-11-30 Senin.

Liturgia Verbi (B-I)
Pesta S. Andreas, Rasul

Senin, 30 November 2020



Bacaan Pertama
Rom 10:9-18

"Iman timbul dari pendengaran,
dan pendengaran dari firman Kristus."

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma:

Saudara-saudara,
jika kamu mengaku dengan mulut bahwa Yesus adalah Tuhan,
dan percaya dalam hati bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati,
maka kamu akan diselamatkan.
Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan,
dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.
Karena Kitab Suci berkata,
"Barangsiapa percaya kepada Dia tidak akan dipermalukan."
Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani.
Karena, Allah yang satu itu adalah Tuhan semua orang,
dan Dia kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya.
Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan.

Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya,
jika mereka tidak percaya kepada Dia?
Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia,
jika tidak mendengar tentang Dia?
Bagaimana mereka mendengar tentang Dia,
jika tidak ada yang memberitakan-Nya?
Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya,
jika tidak diutus?
Seperti ada tertulis,
"Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!"

Tetapi tidak semua orang telah menerima kabar baik itu.
Yesaya sendiri berkata,
"Tuhan, siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami?"
Jadi, iman timbul dari pendengaran,
dan pendengaran dari firman Kristus.

Tetapi aku bertanya,
Adakah mereka tidak mendengarnya?
Sungguh, mereka telah mendengarnya!
"Suara mereka sampai ke seluruh dunia,
dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 19:2-3.4-5,R:5a

Refren: Di seluruh bumi bergemalah suara mereka.

*Langit menceritakan kemuliaan Allah,
dan cakrawala memberitakan karya tangan-Nya;
hari yang satu mengisahkannya kepada hari yang lain,
dan malam yang satu menyampaikan pengetahuannya
kepada malam berikut.

*Meskipun tidak berbicara,
dan tidak memperdengarkan suara,
namun di seluruh bumi bergaunglah gemanya,
dan amanat mereka sampai ke ujung bumi.



Bait Pengantar Injil
Mat 4:19

Mari, ikutlah Aku, sabda Tuhan,
dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.



Bacaan Injil
Mat 4:18-22

"Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Yesus."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Pada suatu hari,
ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea,
Ia melihat dua orang bersaudara,
yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya.
Mereka sedang menebarkan jala di danau,
sebab mereka itu penjala ikan.
Yesus berkata kepada mereka,
"Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia."
Mereka pun segera meninggalkan jalanya,
lalu mengikuti Yesus.

Setelah Yesus pergi dari sana,
dilihat-Nya pula dua orang bersaudara,
yaitu Yakobus anak Zebedeus, dan Yohanes saudaranya,
bersama ayah mereka, Zebedeus,
sedang membereskan jala di dalam perahu.
Yesus memanggil mereka,
dan mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya,
lalu mengikuti Dia.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Masih tentang mengikuti Yesus, meneladani apa yang telah dikerjakan oleh Yesus.
Hari ini kita melihat panggilan untuk mengikuti Yesus dalam arti yang sebenar-benarnya, sebagaimana ditulis pada Bacaan Injil hari ini.
Simon Petrus dan Andreas didatangi oleh Yesus ketika mereka sedang menebarkan jala di danau.
Begitu juga Yakobus dan Yohanes yang sedang membereskan jala mereka.
Yesus memanggil mereka, "Mari, ikutlah Aku."
Tanpa berpikir panjang, mereka segera meninggalkan segalanya untuk mengikuti Yesus.

Saya yakin mereka tidak tahu apa yang akan mereka lakukan dalam urusan "menjala manusia".
Dalam urusan menjala ikan, mereka itu memang nelayan, tentu tahu persis apa yang mesti dikerjakan.
Ini jelas ada kuasa yang mendorong mereka untuk segera memenuhi ajakan Yesus itu.
Seandainya mereka tahu apa yang bakal menimpa mereka, bisa jadi saja mereka akan menolak, karena mengikuti Yesus, menurut kacamata duniawi, lebih banyak tak-enaknya, apalagi mesti berakhir menjadi martir.
Tetapi itulah, jika Tuhan telah berkehendak, maka terjadilah, sekalipun hal itu mustahil bagi manusia.

Panggilan Yesus di jaman sekarang tak jauh berbeda.
Kaum klerus, entah itu pastor, frater, bruder, suster, atau kaum awam sekali pun, jika dipanggil oleh Yesus, maka tak sempat lagi untuk pikir-pikir, tak ada waktu untuk menimbang-nimbang untung-ruginya, tak kuasa untuk menolak.

Saya sendiri tidak pernah menyangka akan menjadi seperti yang sekarang ini.
Terpikir saja tidak, dan bahkan mustahil menurut saya sendiri.
Sama seperti para nelayan itu, yang saya yakini tak mengenyam bangku sekolah, yang barangkali buta-huruf, dipanggil untuk menjadi pemimpin umat, apa masuk akal?
Anehnya lagi, Zebedeus, ayah dari Yakobus dan Yohanes, cuma diam saja ketika kedua anaknya "digondol" orang, tak ada perlawanan sama sekali.
Begitu pula yang saya rasakan, sejak ada semacam "panggilan" yang terus-menerus menghantui hati dan pikiran saya, yang tak jelas siapa yang memanggil dan tak jelas juga maunya apa.
Tetapi berbeda dengan para murid Yesus itu, pada awalnya saya menolak, saya menghindar, persis seperti yang dialami oleh Nabi Yunus.
Saya punya banyak alasan untuk menolak, tak pernah baca Injil, tak pernah gereja pada hari Minggu, dan bahkan untuk sekedar berdoa pun tidak.
Kalau toh saya meng-iya-kan, bukankah akan menjadi tertawaan orang, saya yang berdosa kelas berat kok sok mau menjadi garam dan terang, "ngaca dulu" (lihat diri sendiri di hadapan cermin).

Sekarang, setelah 15 tahun lebih, saya menyadari bahwa sesungguhnya Tuhan tidak memanggil saya, tidak menawari saya sesuatu untuk saya pertimbangkan, melainkan Tuhan memerintahkan saya tanpa ada kesanggupan sedikit pun untuk menolak perintah itu.

Di tahun-tahun awal memang saya mesti menempuh jalan yang penuh rintangan, berliku-liku, sempat beberapa kali berputus-asa karena sindiran dan bahkan cemo'oh orang-orang terhadap saya, sempat ditolak orang, maka iblis pun datang kepada saya memanfaatkan keputus-asaan saya.
Tetapi rupanya Allah Bapa tidak membiarkan saya direngut kembali oleh iblis, ada saja jalannya untuk kembali ketika jalan saya menyimpang.

Sekarang situasinya sudah berbalik seratus delapan puluh derajat, saya malah was-was kalau-kalau saya di-pensiun-kan oleh Bapa kita karena kerinduan untuk melayani Tuhan masih menggebu-gebu di hati saya.
Tetapi kekhawatiran yang muncul itu tidak bertahan lama, sebentar saja langsung hilang, karena saya sudah mantap untuk mempercayai, jika Tuhan telah berkehendak, maka terjadilah.
Lalu saya pun siap untuk mematuhi apa pun yang menjadi kehendak-Nya.
Saya ini milik-Nya seluruhnya, termasuk setiap tarikan nafas saya.



Peringatan Orang Kudus
Santo Andreas, Rasul
Andreas, salah seorang dari keduabelas Rasul Yesus, Tuhan kita. Mulanya ia berguru pada Yohanes Pembaptis; tetapi kemudian ia bersama seorang kawannya mengikuti dan menjadi murid Yesus, segera setelah Yohanes mengarahkan perhatian murid-muridnya kepada Yesus dengan menyebutNya "Anak Domba Allah" yang dinantikan Israel (Yoh 1:36-42).
Saudara Simon Petrus ini adalah nelayan kelahiran Betsaida, sebuah kota di tepi danau Genesaret (Mrk 6:45; Yoh 1:44; 12:21). Ayahnya Yohanes (Yona) adalah juga seorang nelayan di Kapernaum, sebuah kota yang letaknya 4 km sebelah barat muara Yordan pada danau Genesaret. Andreas-lah yang membawa Simon saudaranya (yang kemudian disebut Yesus 'Petrus', Si Batu Karang) kepada Yesus. Bersama Yakobus dan Yohanes (anak-anak Zebedeus), Andreas dan Simon adalah murid-murid Yesus yang pertama. Ketika beberapa orang Yunani mau bertemu dengan Yesus, Andreas-lah yang membawa mereka kepada Yesus dan menyampaikan maksud mereka itu kepadaNya. Karena keutamaannya ini, Santo Beda menjuluki dia "Pengantar kepada Kristus."
Andreas memainkan suatu peran yang penting di dalam peristiwa-peristiwa kehidupan Yesus. Ia hadir pada saat Yesus mengadakan mujizat perbanyakan roti kepada lima ribu orang; bahkan justru dialah yang memberitahukan kepada Yesus perihal anak lelaki kecil yang membawa lima ketul roti dan dua ekor ikan itu (Yoh 6:5-9). Ia juga ada di antara empat orang rasul yang mempertanyakan kepada Yesus perihal tibanya hari akhirat (Mrk 13:3,4).
Setelah Yesus naik ke surga, Andreas ada di antara rasul-rasul lainnya di ruang atas untuk menantikan turunnya Roh Kudus yang dijanjikan Yesus. Konon, ia kemudian mewartakan Injil di Scytia dan Yunani, dan kemudian menurut tradisi (yang agak diragukan), ia pergi ke Byzantium, di mana ia mengangkat Stachys menjadi Uskup setempat.
Di mana, kapan, dan bagaimana Andreas wafat kurang diketahui jelas. Namun seturut tradisi, ia wafat di Patras, Acaia, digantung pada sebuah salib yang berbentuk huruf "X" (silang). Ia bergantung di salib itu selama 2 hari, dan selama itu ia terus berkotbah kepada khalayak yang datang menyaksikannya. Ia tidak dipakukan melainkan diikat saja pada salib itu, sehingga lebih lama ia menderita sebelum menghembuskan nafasnya. Salib ini kemudian dinamakan orang "Salib Santo Andreas".
Pada masa pemerintahan Kaisar Konstansius II, salib relikui Andreas itu dipindahkan dari Patras ke gereja para Rasul di Konstantinopel. Sesudah kota itu rusak oleh Perang Salib pada tahun 1204, maka salib itu dicuri dan kemudian disimpan di katedral Amalfi di Italia. Kurang jelas apakah ia pernah berkotbah di Rusia dan Skotlandia seperti yang dikatakan oleh tradisi. Yang jelas ialah bahwa ia dijadikan pelindung kedua negara itu.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/


Liturgia Verbi 2020-11-29 Minggu.

Liturgia Verbi (B-I)
Hari Minggu Adven I

Minggu, 29 November 2020



Bacaan Pertama
Yes 63:16b-17;64:1.3b-8

"Sudilah Engkau mengoyakkan langit dan turun."

Pembacaan dari Kitab Yesaya:

Ya Tuhan, Engkau sendirilah Bapa kami.
Sejak dahulu kala nama-Mu ialah "Penebus kami".
Ya Tuhan, mengapa Engkau biarkan kami sesat dari jalan-Mu?
Mengapa Engkau tegarkan hati kami,
sehingga kami tidak takut kepada-Mu?
Kembalilah oleh karena hamba-hamba-Mu,
dan oleh karena suku-suku milik pusaka-Mu.

Sudilah Engkau mengoyakkan langit dan turun,
sehingga gunung-gunung goyang di hadapan-Mu.
Karena sejak dahulu kala
orang tidak pernah mendengar,
dan juga tidak ada telinga yang mendengar;
tidak ada mata yang melihat
Allah yang bertindak bagi orang yang menanti-nantikan dia.
Hanya Engkau yang berbuat demikian.

Engkau menyongsong mereka yang melakukan kebenaran,
dan yang mengindahkan jalan yang Kautunjukkan!
Sesungguhnya, Engkau ini murka sebab kami berdosa.
Terhadap Engkau kami memberontak sejak dahulu kala.
Demikianlah kami semua seperti seorang najis,
dan segala kesalehan kami seperti kain kotor.
Kami semua menjadi layu seperti daun,
dan kami lenyap oleh kejahatan kami
seperti daun dilenyapkan oleh angin.

Tidak ada yang memanggil nama-Mu
atau yang bangkit untuk berpegang kepada-Mu,
sebab Engkau menyembunyikan wajah-Mu terhadap kami.
Engkau menyerahkan kami ke dalam kekuasaan dosa kami.
Tetapi sekarang, ya Tuhan,
Engkaulah Bapa kami!
Kami ini tanah liat dan Engkaulah yang membentuk kami,
dan kami semua adalah buatan tangan-Mu.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 80:2ac.3b.15-16.18-19,R:4

Refren: Ya Allah, pulihkanlah kami,
buatlah wajah-Mu bersinar, maka selamatlah kami.

*Hai gembala Israel, pasanglah telinga-Mu,
Engkau yang duduk di atas para kerub,
tampillah bersinar,
Bangkitkanlah keperkasaan-Mu.

*Ya Allah semesta alam, kembalilah,
pandanglah dari langit, dan lihatlah!
Tengoklah pohon anggur ini,
lindungilah batang yang ditanam oleh tangan kanan-Mu!

*Kiranya tangan-Mu melindungi orang yang di sebelah kanan-Mu,
anak manusia yang telah Kauteguhkan.
Maka kami tidak akan menyimpang dari pada-Mu;
biarkanlah kami hidup, maka kami akan menyerukan nama-Mu.



Bacaan Kedua
1Kor 1:3-9

"Kamu menantikan penampakan Tuhan kita Yesus Kristus."

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus:

Saudara-saudara,
kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita,
dan dari Tuhan Yesus Kristus
menyertai kamu.
Aku, Paulus,
senantiasa mengucap syukur kepada Allahku karena kamu,
atas kasih karunia Allah yang dianugerahkan-Nya kepada kamu
dalam Kristus Yesus.
Sebab di dalam Kristus kamu telah menjadi kaya dalam segala hal,
yaitu dalam segala macam perkataan dan pengetahuan,
sesuai dengan kesaksian tentang Kristus
yang telah diteguhkan di antara kamu,
sehingga kamu tidak kekurangan suatu karunia pun
sementara kamu menantikan penampakan Tuhan kita Yesus Kristus.
Dia juga akan meneguhkan kamu sampai kesudahannya,
sehingga kamu tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus.
Sebab setialah Allah
yang telah memanggil kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya
Yesus Kristus, Tuhan kita.

Demikianlah sabda Tuhan.



Bait Pengantar Injil
Mzm 85:8

Perlihatkanlah kepada kami kasih setia-Mu, ya Tuhan,
dan berikanlah kepada kami keselamatan yang dari pada-Mu.



Bacaan Injil
Mrk 13:33-37

"Berjaga-jagalah
sebab kamu tidak tahu bilamana tuan rumah pulang."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Sekali peristiwa
Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya,
"Hati-hatilah dan berjaga-jagalah!
Sebab kamu tidak tahu bilamana waktunya tiba.
Ibaratnya seperti seorang yang bepergian,
yang meninggalkan rumahnya
dan menyerahkan tanggungjawab kepada hamba-hambanya,
masing-masing sesuai dengan tugasnya,
dan memerintahkan supaya penunggu pintu berjaga-jaga.

Karena itu berjaga-jagalah,
sebab kamu tidak tahu bilamana tuan rumah itu pulang:
Menjelang malam atau tengah malam,
atau larut malam atau pagi-pagi buta.
Hal ini Kukatakan supaya kalau ia tiba-tiba datang
jangan sampai kamu didapatinya sedang tidur.
Apa yang Kukatakan kepada kamu
Kukatakan kepada semua orang:
Berjaga-jagalah!"

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Topik renungan kita pada Minggu Adven I ini adalah tentang mengikuti Yesus, merenungkan beberapa hal penting yang dikerjakan oleh Yesus, dan sebagai pengikut maka kita pun ingin mengerjakan hal yang serupa dengan-Nya.
Marilah kita awali dengan melihat kembali tentang bagaimana Yesus mengawali tugas perutusan-Nya datang ke dunia ini, mengawali karya agung-Nya.

Setelah dibaptis oleh Yohanes di sungai Yordan, Yesus dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun.
Di situ Yesus mempersiapkan diri-Nya untuk memulai tugas-Nya, berpuasa selama 40 hari 40 malam.
Karena telah dilahirkan sebagai manusia, maka Yesus pun memiliki karakter manusia, termasuk merasakan haus dan lapar, tentu juga lelah dan perasaan-perasaan lainnya.
Di saat itulah iblis datang untuk mencobai Yesus, untuk menundukkan Yesus serta menggagalkan rencana Yesus.
Iblis itu berusaha masuk melalui "sisi manusia" Yesus, tetapi iblis itu gagal total.

Perseteruan Kristus dan iblis masih terus berlangsung sampai sekarang ini.
Karya Yesus yang telah menyebar luas ke seluruh pelosok dunia masih tetap diganggu oleh iblis.
Sebagai pengikut, kita wajib meneruskan perjuangan melawan iblis, sesuai tekad kita untuk mengerjakan hal yang serupa dengan Yesus.
Hari ini, di tengah berbagai kekhawatiran akibat berbagai peristiwa yang terjadi belakangan ini, entah itu pandemi, suhu politik yang memanas, kekhawatiran bencana alam, yang membuat banyak orang kehilangan pekerjaan, banyak perusahaan terpaksa tutup.

Hari ini kita dinasehati untuk berhati-hati dan berjaga-jaga, tetapi nampaknya bukan untuk melawan iblis, melainkan untuk menyambut kedatangan Tuhan.
Kita tak sanggup melawan iblis dengan kekuatan sendiri, makanya kita memerlukan pertolongan Tuhan.
Pertolongan itu akan segera datang, atau barangkali sebetulnya telah datang tetapi kita tidak menyadarinya karena kita "tertidur" atau sedang dibuai oleh iblis dengan iming-iming duniawinya.
Marilah kita bangkit, marilah kita berjaga-jaga sambil berdoa.



Peringatan Orang Kudus
Tidak ada peringatan Orang Kudus.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/


Liturgia Verbi 2020-11-28 Sabtu.

Liturgia Verbi (A-II)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXXIV

Sabtu, 28 November 2020



Bacaan Pertama
Why 22:1-7

"Malam takkan ada lagi, sebab Tuhan Allah akan menerangi mereka."

Pembacaan dari Kitab Wahyu:

Aku, Yohanes, mendapat penglihatan sebagai berikut:
Malaikat Tuhan menunjukkan kepadaku sungai air kehidupan.
Airnya jernih bagaikan kristal,
dan mengalir ke luar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba.
Di tengah-tengah jalan kota itu, yaitu seberang-menyeberang sungai itu,
ada pohon-pohon kehidupan yang berbuah dua belas kali,
tiap-tiap bulan sekali.
Dedaunan pohon itu dipakai untuk menyembuhkan bangsa-bangsa.
Maka takkan ada lagi laknat.
Takhta Allah dan takhta Anak Domba akan ada di dalamnya
dan hamba-hamba-Nya akan beribadah kepada-Nya.
Mereka akan melihat wajah-Nya,
dan nama-Nya akan tertulis di dahi mereka.
Malam takkan ada lagi di sana,
dan mereka takkan memerlukan lagi cahaya lampu dan cahaya matahari,
sebab Tuhan Allah akan menerangi mereka,
dan mereka akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya.

Lalu Ia berkata kepadaku,
"Semua perkataan ini tepat dan benar.
Tuhan Allahlah yang memberi roh kepada para nabi
dan telah mengutus malaikat-Nya
untuk menunjukkan kepada hamba-hamba-Nya
apa yang harus segera terjadi.
Sungguh Aku datang segera.
Berbahagialah orang yang menuruti perkataan nubuat kitab ini!"

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 95:1-2.3-5.6-7,R:Why 21:20b

Refren: Marana tha! Datanglah, ya Tuhan Yesus!

*Marilah kita bernyanyi-nyanyi bagi Tuhan,
bersorak-sorak bagi Gunung Batu keselamatan kita.
Biarlah kita menghadap wajah-Nya dengan lagu syukur,
bersorak-sorak bagi-Nya dengan nyanyian mazmur.

*Sebab Tuhan adalah Allah yang besar,
Raja Agung yang mengatasi segala dewata.
Lembah dan palung bumi ada di tangan-Nya,
puncak-puncak gunung pun kepunyaan-Nya.
Milik-Nyalah laut, Dia yang menjadikannya,
milik-Nyalah daratan, tangan-Nyalah yang membentuknya.

*Masuklah, marilah kita sujud menyembah,
berlutut di hadapan Tuhan yang menjadikan kita.
Sebab Dialah Allah kita;
kita ini umat gembalaan-Nya serta kawanan domba-Nya.



Bait Pengantar Injil
Luk 21:36

Berjaga-jaga dan berdoalah selalu,
agar kalian layak berdiri di hadapan Anak Manusia.



Bacaan Injil
Luk 21:34-36

"Berjaga-jagalah,
agar kalian terluput dari malapetaka yang akan terjadi."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Pada waktu itu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,
"Jagalah dirimu,
jangan sampai hatimu sarat dengan pesta pora dan kemabukan
serta kepentingan-kepentingan duniawi,
dan jangan sampai hari Tuhan tiba-tiba datang jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat.
Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini.
Berjaga-jagalah senantiasa, sambil berdoa,
agar kalian mendapat kekuatan
untuk luput dari semua yang akan terjadi itu,
dan agar kalian tahan berdiri di hadapan Anak Manusia."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Renungan minggu ini tentang penghakiman Tuhan kita tutup dengan renungan Daily Fresh Juice berikut ini:

Para Pendengar dan Pewarta Daily Fresh Juice,
Hari ini adalah hari terakhir dari Tahun Liturgi A-2.
Besok kita menyambut Tahun Baru Liturgi.
Selama 4 minggu, kita akan memasuki Pekan Adven,
untuk mempersiapkan dan menantikan kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus.
Secara khusus Gereja mengajak kita
untuk mempersiapkan keluarga kita masing-masing
sebagai tempat yang terbaik bagi kehadiran Tuhan Yesus,
agar cahaya dari lilin Adven dapat menerangi hati segenap anggota keluarga.

Marilah kita mendengarkan dan merenungkan Injil Tuhan,
menurut Lukas, Pasal 21, Ayat 34-36, tentang "Nasehat untuk berjaga-jaga".
Perikop yang sama bisa kita dapatkan dari Injil Matius 24, Ayat 37-44,
dan Injil Markus 13, Ayat 33-37.

[Bacaan Injil]

Para Pendengar dan Pewarta Daily Fresh Juice,
Sebagai wiraswasta, saya diajari tentang menghargai waktu,
terutama dalam menjalin relasi dengan para pelanggan.
Jika saya hendak berkunjung ke pelanggan,
saya mesti membuat janji terlebih dahulu, tidak boleh main nyelonong saja,
tidak boleh datang terlambat, mesti tepat waktu.
Saya juga belajar dari Gereja.
Tak pernah sekali pun Perayaan Ekaristi pada hari Minggu dimulai terlambat,
di gereja mana pun saya datang.
Ini berbeda dengan pertemuan lingkungan atau pertemuan lainnya,
malah jarang dapat dimulai tepat waktu.

Bagaimana dengan kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus?
Baik saat kedatangan secara eksklusif untuk kita,
mau pun kedatangan secara inklusif pada akhir jaman?
Adakah Tuhan membuat janji terlebih dahulu?
Secara jelas ditulis di dalam Injil,
"Tentang hari atau saat itu tidak seorang pun yang tahu,
malaikat-malaikat di Surga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa saja."
Kok bisa begitu?
Kenapa Tuhan tidak bikin janji terlebih dahulu?

Nanti dulu.
Soal bikin janji untuk bertemu pelanggan
bukanlah analogi yang cocok untuk diperbandingkan dengan kedatangan Tuhan.
Barangkali lebih pas kalau analogi yang diambil dari kunjungan mendadak dari seorang atasan kepada bawahannya di suatu perusahaan,
atau ulangan mendadak dari seorang guru.
Yang namanya sidak, inspeksi mendadak, iya memang gak bikin janji terlebih dahulu.
Mungkin lebih baik menggunakan analogi yang kontradiktif, misalnya,
seorang pencuri datang tanpa membuat janji terlebih dahulu,
malah si pencuri dengan sengaja memilih waktu yang tak disangka-sangka oleh pemilik rumah, entah saat pemilik rumah sedang tidur lelap atau sedang tidak berada di rumah.

Oleh karena kita tidak tahu kapan atau bilamana waktunya tiba,
maka hari ini Yesus menasehati kita,
agar kita berjaga-jaga, seperti seorang hamba yang berjaga-jaga menantikan kedatangan tuannya pulang dari pesta.


Para Pendengar dan Pewarta Daily Fresh Juice,
Yesus telah mengatakan
bahwa kedatangan Hari Tuhan diawali dengan kesengsaraan besar,
seluruh bangsa akan meratap dalam ketakutan.
Kita telah mendengar dari Injil hari ini,
hari Tuhan datang tiba-tiba dan jatuh ke atas diri kita seperti suatu jerat.
Jerat adalah perangkap yang sengaja dibuat untuk menyusahkan atau mencelakai,
seperti jerat yang dibuat untuk menangkap burung atau hewan lainnya.
Dikatakan pula bahwa jerat itu akan menimpa seluruh penduduk bumi ini, tak terkecuali.

Jika demikian halnya, apakah kedatangan hari Tuhan itu sesuatu yang menggembirakan bagi kita atau sebaliknya, merupakan sesuatu yang menakutkan?
Jika kita mempercayai kalau kedatangan Tuhan itu untuk menjemput kita
lalu membawa kita ke dalam kehidupan kekal di Surga, kenapa mesti takut?
Bukankah itu memang menjadi harapan kita?

Ya, yang membuat kita takut bukanlah kedatangan Tuhan,
melainkan kesengsaraan yang datang mengawali kedatangan Tuhan itu.
Kita menjadi sangat cemas, apakah kita memiliki kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, akan kita sanggup berdiri tegak di hadapan Anak Manusia saat kedatangan-Nya.
Kita menjadi takut karena kita tahu kalau kita telah banyak melakukan kesalahan dan dosa.
Kita tak yakin, apakah kita ini bulir gandum ataukah rumput ilalang,
apakah kita ini domba atau kambing.
Akankah kita luput dari jerat itu?

Para Pendengar dan Pewarta Daily Fresh Juice,
Seharusnya kita tidak menjadi ragu atau bimbang, apalagi sampai ketakutan,
sebab Tuhan kita Yesus Kristus sudah memastikan, seperti yang telah disampaikan-Nya, "Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu."  [Yoh 14:2]
Dan dari Bacaan Injil hari ini Yesus juga telah membocorkan jalan
agar kita memperoleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu,
yakni dengan senantiasa berjaga-jaga sambil berdoa.
Jika kita percaya dan taat, semestinya tak ada alasan bagi kita untuk cemas.
Kedatangan Tuhan adalah sukacita.

Marilah kita lihat kembali peristiwa yang dialami oleh nabi Nuh.
Tuhan memberi pesan kepada Nuh untuk menyiapkan bahtera agar luput dari air bah, padahal mereka tidak tinggal di tepi laut.
Ketika air bah datang menimpa semua orang, nabi Nuh dan se isi bahtera selamat.

Yesus juga telah menyampaikan, bagi orang yang percaya dan taat,
Tuhan akan memberikan tanda-tanda akan kedatangan hari Tuhan itu,
seperti tanda-tanda pada pohon ara sebelum musim panas tiba.
Kita akan dimampukan untuk melihat tanda-tanda Hari Tuhan,
jika kita berjaga-jaga dan berdoa.
Melalui doa kita memelihara komunikasi dengan Tuhan, dan itu memungkinkan kita dimampukan untuk mengetahui tanda-tanda Hari Tuhan.

Dahulu, ketika kami masih tinggal di Bali,
kami memelihara seekor anjing keturunan anjing Kintamani.
Ia mengetahui tanda-tanda kalau saya akan segera pulang dari bekerja.
Ia bergegas berlari menuju jalan raya untuk menyambut saya
karena ia dapat membedakan suara mobil saya dari kejauhan.
Bagi se isi rumah pun ia menjadi tanda, menjadi tahu kalau saya akan segera tiba di rumah setelah melihat ia berlari menuju jalan raya.

Marilah kita akhiri renungan hari ini dengan mendengarkan kembali perkataan Yesus,
"Apa yang Kukatakan kepada kamu, Kukatakan kepada semua orang: berjaga-jagalah!
Dan berdoalah dengan tak jemu-jemunya."
Amin.



Peringatan Orang Kudus
Santa Katarina Laboure, Perawan
Zoe Laboure - nama kecil Katarina Laboure -lahir di desa Fainles Mautiers, Prancis pada tanggal 2 Mei 1806. Mula-mula ia bekerja sebagai pelayan; kemudian ia masuk biara Suster-suster 'Puteri Kasih' dengan nama 'Katarina'. Ia, seorang suster yang amat sederhana namun saleh, sangat rajin dan penuh pengabdian. Sepanjang hidupnya ia tidak pernah belajar membaca dan menulis. Beberapa hari setelah menjadi postulan di biara Rue de Bac, Paris, Bunda Maria menampakkan diri kepadanya.
Pada tengah malam tanggal18/19 Juli 1830, ia terjaga dari tidurnya karena suatu suara ajaib yang memanggilnya sebanyak tiga kali: "Suster Laboure . . . Suster Laboure . . . Suster Laboure!" Ia tersentak bangun dan tampaklah di hadapannya seorang anak kecil berusia kirakira 4/5 tahun. Anak kecil ini mengajaknya ke kapel. "Bunda Maria menanti engkau di kapel!" kata anak kecil itu. Dalam sikap ragu-ragu, penuh tanda tanya dan takut, Suster Katarina bersama anak kecil ajaib itu melangkah ke kapel. Herannya, semua pintu kapel terbuka dengan sendirinya, lilin-lilin dan lampu-lampu di dalam kapel itu menyala. Dan benarlah pemberitahuan anak kecil itu! Setelah menunggu setengah jam lamanya, tiba-tiba anak kecil itu berseru: "Lihat, itulah Bunda Maria!" Bunda Maria muncul dan berlutut menyembah Sakramen Mahakudus, lalu duduk di kursi Pastor Kepala. Suster Katarina segera mendekatinya dan meletakkan tangannya di atas pangkuan Bunda Maria. Lebih dari dua jam lamanya Bunda Maria berbicara dengan Katarina perihal tugas perutusannya yang dipercayakan Tuhan kepadanya.
Pada tanggal 27 Nopember 1830, jam setengah enam malam, sekali lagi Bunda Maria menampakkan diri kepadanya dalam rupa sebuah gambar. Bunda Maria tampak sedang berdiri di atas bola bumi dengan berkas-berkas cahaya ajaib memancar dari tangannya. Bola bumi itu dikelilingi tulisan berikut: "Oh Maria yang dikandung tanpa noda dosa, doakanlah kami yang berlindung kepadamu!" Gambar itu lalu membalik dan menampakkan huruf "M"; di atasnya terdapat sebuah hati dan salib yang saling berhubungan. Sementara itu terdengar olehnya suruhan Bunda Maria agar ia segera membuat satu medali yang berbentuk bulat lonjong seperti yang tergambar dalam tanda penampakan itu. Bunda Maria berjanji: "Semua orang yang mengenakan medali ini pada lehernya akan memperoleh karunia khusus." Katarina meneruskan pesan tersebut kepada yang berwajib. Lalu sesuai suruhan Bunda Maria, dibuatlah medali tersebut dan segera disebarluaskan kepada umat. Banyaklah permohonan yang terkabul karena medali tersebut, misalnya penyembuhan, pertobatan dll. Semuanya itu sungguh-sungguh ajaib, karena semula hal-hal itu memang tak dapat diatasi dengan cara biasa.
Penampakan itu terus berlanjut beberapa kali lagi sampai bulan September 1881. Kemudian Suster Katarina menceritakan penampakan-penampakan itu dengan jelas kepada Pastor Aladel, Bapa Pengakuannya. Setelah diselidiki dengan saksama, pastor itu mohon kepada Uskup Agung de Quelen di Paris untuk memberikan restu dan izin bagi pembuatan medali tersebut. Medali inilah yang sekarang lazim disebut 'Medali Wasiat'. Kata 'wasiat' tidak menunjuk kepada hasil yang diperoleh umat oleh karena memakai medali itu, melainkan menunjuk pada asal dan cara bagaimana medali itu terjadi.
Katarina melanjutkan cara hidupnya dalam kesederhanaan dan kerendahan hati dengan melakukan tugasnya sebagai penjaga pintu dan tukang masak di biara Enghien-Reuilly. Rahasia penampakan Bunda Maria yang dialaminya tidak diketahui oleh rekan-rekannya sebiara. Delapan bulan sebelum kematiannya, barulah ia menceritakan beberapa penampakan yang dialaminya kepada Suster Dufes, Superiornya. Katarina Laboure meninggal dunia pada tanggal 31 Desember 1876 pada usia 70 tahun. Ia digelari 'beata' pada tahun 1933 dan dinyatakan sebagai 'santa' pada tahun 1947 oleh Paus Pius XII (1939-1958).



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/


Liturgia Verbi 2020-11-27 Jumat.

Liturgia Verbi (A-II)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXXIV

Jumat, 27 November 2020



Bacaan Pertama
Why 20:1-4.11-15;21:1-2

"Orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka.
Aku melihat Yerusalem baru turun dari surga."

Pembacaan dari Kitab Wahyu:

Aku, Yohanes, melihat seorang malaikat turun dari surga
memegang anak kunci jurang maut
dan sebuah rantai besar di tangannya.
Ia menangkap naga, si ular tua itu, yaitu Iblis dan Setan.
Dan ia mengikatnya seribu tahun lamanya,
lalu melemparkannya ke dalam jurang maut.
Pintu jurang maut itu kemudian ditutup dan memeteraikannya,
jangan sampai naga itu menyesatkan lagi bangsa-bangsa,
sebelum masa seribu tahun itu berakhir.
Kemudian naga itu ia akan dilepaskan untuk sedikit waktu lamanya.

Lalu aku melihat takhta-takhta
dan orang-orang yang duduk di atasnya.
Kepada mereka diserahkan kuasa untuk menghakimi.
Aku juga melihat jiwa mereka
yang telah dipenggal kepalanya karena kesaksian tentang Yesus
dan karena sabda Allah.
Mereka itu tidak menyembah binatang dan patungnya,
dan tidak menerima tanda binatang itu pada dahi dan tangan mereka.
Mereka hidup kembali
dan memerintah sebagai raja bersama dengan Kristus
untuk masa seribu tahun.

Lalu aku melihat sebuah singgasana, putih dan besar,
dan aku melihat Dia yang duduk di atasnya.
Dari hadapan-Nya lenyaplah bumi dan langit
dan tidak ditemukan lagi tempatnya.
Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil,
berdiri di depan takhta itu.
Kemudian semua kitab dibuka.
Juga sebuah kitab lain dibuka, yaitu Kitab Kehidupan.
Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka,
berdasarkan apa yang tertulis dalam kitab-kitab itu.
Maka laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya.
Demikian pula maut dan kerajaan maut
menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya.
Dan mereka masing-masing dihakimi menurut perbuatan mereka.
Kemudian maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api.
Itulah kematian yang kedua, yakni lautan api.
Dan barangsiapa namanya tidak ditemukan tertulis dalam kitab kehidupan,
dilemparkan ke dalam lautan api itu.

Lalu aku melihat langit dan bumi yang baru.
Langit dan bumi yang pertama telah berlalu,
dan laut pun tidak ada lagi.
Dan aku, Yohanes, melihat kota kudus, yaitu Yerusalem baru,
turun dari surga, dari hadapan Allah,
berhias bagaikan mempelai yang berdandan untuk suaminya.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 84:3.4.5-6a.8a,R:Why 21:3

Refren: Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia.

*Jiwaku merana
karena merindukan pelataran rumah Tuhan;
Jika dan ragaku bersorak-sorai
kepada Allah yang hidup.

*Bahkan burung pipit mendapat tempat
dan burung layang-layang mendapat sebuah sarang,
tempat mereka menaruh anak-anaknya,
pada mezbah-mezbah-Mu, ya Tuhan semesta alam,
ya Rajaku dan Allahku!

*Berbahagialah orang yang diam di rumah-Mu,
yang memuji-muji Engkau tanpa henti.
Berbahagialah para peziarah
yang mendapat kekuatan dari pada-Mu.
Langkah mereka makin lama makin tinggi.



Bait Pengantar Injil
Luk 21:28

Angkatlah kepalamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat.



Bacaan Injil
Luk 21:29-33

"Jika kalian melihat hal-hal itu terjadi,
ketahuilah bahwa Kerajaan Allah sudah dekat."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Pada waktu itu
Yesus mengemukakan perumpamaan ini kepada murid-murid-Nya,
"Perhatikanlah pohon ara atau pohon apa saja.
Apabila kalian melihat pohon-pohon itu sudah bertunas,
kalian tahu dengan sendirinya, bahwa musim panas sudah dekat.
Demikian pula, jika kalian melihat hal-hal itu terjadi,
ketahuilah, bahwa Kerajaan Allah sudah dekat.
Aku berkata kepadamu:
Sungguh, angkatan ini takkan berlalu, sebelum semuanya terjadi.
Langit dan bumi akan berlalu, tetapi sabda-Ku takkan berlalu."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Kitab Wahyu hari ini menyampaikan tentang orang-orang mati yang dihakimi menurut perbuatan mereka selama hidup di dunia ini.
Semua perbuatan selama hidup di dunia dicatat dalam kitab-kitab, dan dari kitab-kitab itulah nasib selanjutnya akan ditentukan, apakah akan dilemparkan ke dalam lautan api atau dihantar ke dalam kota kudus, Yerusalem Baru, untuk hidup kekal di sana.
Ada satu kitab yang lain, yang disebut Kitab Kehidupan, yang berisikan daftar nama-nama orang yang boleh dihantar ke dalam kota kudus, tidak dilemparkan ke dalam lautan api.
Kitab kehidupan ini disebut juga Kitab Kehidupan Anak Domba, karena Anak Domba Allah yang memiliki kewenangan untuk menulis di kitab itu.

Ketika ke tujuh puluh murid yang diutus Yesus kembali dengan sukacita karena mereka berhasil mengalahkan roh-roh jahat, Yesus pun mengingatkan mereka,
"Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga." [Luk 10:20]
Tentu yang dimaksud Yesus adalah tercatat di dalam Kitab Kehidupan Anak Domba itu.

Kita tidak pernah tahu kapan penghakiman itu akan terjadi, tetapi kita bisa melihat tanda-tandanya menjelang kedatangan penghakiman itu, seperti melihat tanda-tanda pada pohon ara atau pohon lainnya, yang menandakan musim panas akan segera tiba.
Kematian bukanlah akhir dari kehidupan kita, jiwa kita masih ada, berubah wujud menjadi roh tanpa badan jasmani.
Setelah kematian itulah penghakiman mesti kita hadapi, menerima keputusan akhir yang bersifat kekal.
Saya rasa tidak ada salahnya kita mempercayainya, toh di dalam hati kita memang ingin untuk menjadi baik.
Berbuat baik, sekarang dan kemudian tidak ada ruginya, malah beruntung akan memperoleh hidup kekal bersama Anak Domba Allah.
Mari kita kerjakan.



Peringatan Orang Kudus
Santo Yakobus dari Persia, Martir
Yakobus dari Beth-Lapeta, Persia (sekarang: Iran) lahir pada akhir abad keempat. Beliau seorang bangsawan Kristen kaya raya dan berpangkat tinggi di dalam Kerajaan Persia sebagai penasehat raja. Tetapi kebesarannya ini justru kemudian mendatangkan kecelakaan atas dirinya. Ketika raja mulai menganiaya orang-orang Kristen, Yakobus mengkhianati imannya dengan maksud supaya terlindung dari bahaya mati dan terus hidup terjamin. Namun isteri serta ibunya tetap setia kepada Kristus. Dengan terus terang mereka menegur Yakobus dan menunjukkan kesalahannya. Meskipun sejak itu mereka segan bergaul dengannya, namun karena terdorong oleh cinta sejati, mereka tetap mendoakan agar hatinya berbalik lagi kepada Kristus.
Demikianlah akhirnya, oleh sinar cahaya rahmat ilahi yang menembusi hatinya yang tegar dan keras, Yakobus kembali kepada Tuhan. Semenjak itu ia tidak pernah lagi pergi ke istana bahkan dengan berani meletakkan jabatannya yang tinggi itu. Perubahan sikapnya itu tak dibiarkan begitu saja oleh raja. Yakobus dipanggil lalu dimintai pertanggungjawabannya tentang sikapnya itu. Ia menyatakan secara tegas bahwa ia seorang Kristen yang tidak boleh bekerja sama dengan raja yang lalim. Maka murkalah raja, lalu segera memanggil pembesar-pembesar kerajaan dan hakim-hakim untuk menentukan hukuman yang tepat atas orang-orang Kristen.
Tuduhan yang dikemukakan ialah bahwa orang-orang Kristen menghina dan tidak mau menyembah dewa-dewa nasional. Oleh karena itu hukuman mati pantas dijatuhkan atas mereka termasuk Yakobus. Anggota badan Yakobus dipotong-potong. Menyaksikan hukuman mati yang dijatuhkan kepada Yakobus, orang-orang Kristen tak putus-putusnya berdoa agar Yakobus dapat bertahan dan berkanjang dalam menahan sengsara yang ditimpakan kepadanya. Doa mereka itu dikabulkan. Yakobus dengan gembira dan tersenyum menanggung penderitaan itu. Ia bahkan mengucap syukur kepada Allah karena boleh turut serta menanggung sengsara Kristus. Yakobus mati sebagai martir Kristus pada tahun 421.

Santo Virgilius, Uskup dan Pengaku Iman
Biarawan dan abbas Irlandia ini diangkat menjadi Uskup Zalsburg, Austria. Ia mengajarkan bahwa bumi ini bulat. Konsekuensinya, orang-orang di dua tempat berbeda di muka bumi yang dihubungkan oleh garis tengah bumi berdiri dengan posisi kaki saling berlawanan (Yunani: antipodes). Misalnya orang-orang di Jawa berdiri terbalik dengan orang-orang di sekitar Karibia (sebelah utara Amerika Tengah). Ajaran ini ditentang oleh banyak orang, bahkan dicap bidaah oleh Santo Bonifasius. Sebagai misionaris ia sangat giat.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/


Liturgia Verbi 2020-11-26 Kamis.

Liturgia Verbi (A-II)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXXIV

Kamis, 26 November 2020



Bacaan Pertama
Why 18:1-2.21-23;19:1-3.9a

"Kota Raya Babilon jatuh."

Pembacaan dari Kitab Wahyu:

Aku, Yohanes, melihat seorang malaikat lain turun dari surga.
Ia mempunyai kekuasaan besar,
dan bumi menjadi terang karena kemuliaannya.
Ia berseru dengan suara nyaring, katanya,
"Sudah roboh, sudah robohlah Babel, kota besar itu!
Kota itu telah menjadi tempat kediaman roh-roh jahat,
dan tempat bersembunyi semua roh najis dan segala burung yang najis dan yang dibenci."

Dan tampaklah seorang malaikat yang kuat,
mengangkat sebuah batu sebesar batu kilangan,
lalu melemparkannya ke dalam laut, katanya,
"Demikianlah kota Babel itu
akan dilemparkan dengan keras ke bawah,
dan takkan diketemukan lagi.
Suara para pemain kecapi, para penyanyi,
para peniup seruling dan sangkakala,
takkan terdengar lagi di dalammu.
Tak seorang pun ahli kesenian akan diketemukan lagi padamu.
Pun suara kilangan takkan terdengar lagi di dalammu.
Cahaya lampu takkan bersinar lagi
dan suara pengantin pria dan mempelai wanita
takkan kedengaran lagi di dalammu.
Sebab para pedagangmu adalah pembesar-pembesar di bumi
dan oleh ilmu sihirmu semua bangsa disesatkan."

Kemudian aku mendengar seolah-olah ada suara yang nyaring,
seperti suara himpunan besar orang banyak di surga, katanya,
"Alleluya.
Keselamatan dan kemuliaan dan kekuasaan ada pada Allah kita,
sebab besar dan adillah segala penghakiman-Nya.
Sebab Dialah yang telah menghakimi pelacur besar itu,
yang merusak bumi dengan percabulannya.
Dialah yang telah membalas darah hamba-hamba-Nya
kepada pelacur itu."
Dan untuk kedua kalinya mereka berkata, "Alleluya!
Ya, asap kota Babel naik selama-lamanya."
Lalu malaikat itu berkata kepadaku, "Tuliskanlah:
Berbahagialah mereka
yang diundang ke perjamuan nikah Anak Domba!"

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 100:2.3.4.5,R:Why 19:9a

Refren: Berbahagialah mereka
yang diundang ke perjamuan nikah Aak Domba.

*Bersorak-sorailah bagi Tuhan,
hai seluruh bumi!
Beribadahlah kepada Tuhan dengan sukacita,
datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!

*Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah;
Dialah yang menjadikan kita, dan punya Dialah kita,
kita ini umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya.

*Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur,
masuklah ke pelataran-Nya dengan puji-pujian,
bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya!

*Sebab Tuhan itu baik,
kasih setia-Nya untuk selama-lamanya,
dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun.



Bait Pengantar Injil
Luk 21:28

Angkatlah kepalamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat.



Bacaan Injil
Luk 21:20-28

"Yerusalem akan diinjak-injak oleh para bangsa asing
sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,
"Apabila kalian melihat Yerusalem dikepung oleh tentara,
ketahuilah bahwa keruntuhannya sudah dekat.
Pada waktu itu orang-orang yang berada di Yudea
harus melarikan diri ke pegunungan,
orang-orang yang ada di dalam kota harus mengungsi,
dan orang-orang yang berada di pedusunan
jangan masuk lagi ke dalam kota.
Sebab itulah masa pembalasan dan genaplah semua yang tertulis.

Celakalah para ibu yang sedang hamil
atau yang sedang menyusui bayi pada masa itu!
Sebab kesesakan yang dahsyat akan menimpa seluruh negeri,
dan murka akan menimpa bangsa ini.
Mereka akan tewas oleh mata pedang
dan diangkut sebagai tawanan ke segala bangsa.
Yerusalem akan diinjak-injak
oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah,
sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu."

Dan akan tampaklah tanda-tanda pada matahari, bulan dan bintang-bintang.
Bangsa-bangsa di bumi akan ketakutan dan bingung menghadapi deru dan gelora laut.
Orang akan mati ketakutan karena cemas
berhubung dengan segala sesuatu yang menimpa bumi ini,
karena kuasa-kuasa langit bergoncangan.

Pada waktu itu
orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan
dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya.
Apabila semuanya itu mulai terjadi,
bangkitlah dan angkatlah mukamu,
sebab penyelamatanmu sudah dekat."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Pada Bacaan Injil hari ini, Yesus bernubuat tentang malapetaka yang menimpa Yerusalem, bait Allah diruntuhkan, orang-orang berlarian menyelamatkan diri karena amukan tentara yang menyerbu.
Dan itu memang terjadi di tahun 70-an Masehi.
Yerusalem dikepung oleh bala-tentara Romawi yang dipimpin oleh jenderal Titus.
Hal yang serupa terjadi juga di Babel, yang musnah porak-poranda, sebagaimana ditulis dalam Kitab Wahyu pada Bacaan Pertama hari ini.
Penghukuman ini terjadi karena orang-orang di Babel sudah tidak lagi menghormati Tuhan, tidak lagi takut kepada Tuhan.
Segala bentuk dosa dilakukan secara masif, oleh semua lapisan masyarakat,  "Sebab dosa-dosanya telah bertimbun-timbun sampai ke langit, dan Allah telah mengingat segala kejahatannya," maka malapetaka pun datang tak terhindarkan, menimbulkan kegaduhan di mana-mana, menjadi porak-poranda, lalu musnah.

Penghukuman seperti yang digambarkan ini bersifat final, dan akibatnya pun fatal, tidak ada lagi jalan untuk membatalkan penghukuman itu, tidak ada lagi kesempatan untuk pertobatan.
Kekuasaan, kekayaan maupun kepintaran tak lagi mampu mengubah keputusan Tuhan karena sudah bersifat final.

Tapi jangan lupa, kita tidak musnah, tidak porak-poranda.
Sangat mungkin kita menumpuk-numpuk dosa, atau mungkin dosa kita bertimbun-timbun sampai ke langit, tapi saat ini belumlah final, masih babak penyisihan, masih sangat terbuka kesempatan untuk berdamai dengan Bapa kita yang di Surga, mengatur bersama score hasil pertandingan supaya dicapai hasil seri atau imbang, tak perlulah ada kalah ada menang.
Kita mengaku, menyesali, dan bertobat atas dosa yang setumpuk itu, lalu Bapa kita pun akan mengampuni, tidak lagi mengingat-ingat dosa-dosa yang telah kita perbuat, dan malaikat Tuhan pun tidak akan melemparkan kita ke dalam laut seperti kota Babel.

Lain halnya dengan yang disampaikan oleh Yesus di akhir Bacaan Injil hari ini, orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya.
Yang ini benar-benar akhir dari dunia, alias kiamat.
Meski demikian, sebagai anak yang telah diampuni dan tidak lagi menimbun dosa, Yesus meminta agar kita tak perlu khawatir.
"Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat."
Kita tidak tahu kapan itu akan terjadi, maka hendaknya kita bersiap-siaga, agar pada saatnya kita bisa bangkit adan mengangkat wajah kita menyambut kedatangan-Nya.



Peringatan Orang Kudus
Santo Yohanes Berchmans, Pengaku Iman
Yohanes Berchmans lahir di kota Diest, Belgia Tengah pada tanggal 13 Maret 1599. Ayahnya yang tukang kayu itu bercita-cita agar Berchmans kelak menjadi orang yang berpangkat tinggi dan masyhur namanya. Dalam sikapnya yang tenang laksana air jernih tak beriak, Berchmans bercita-cita menuntut ilmu setinggi-tingginya. Ia mendapat pelajaran bahasa Latin dari Peter Emerich. Imam ini sering mengajaknya ke biara dan pastoran. Pengalaman inilah yang mempengaruhi cita-citanya di kemudian hari yaitu menjadi seorang imam. Tetapi karena perusahaan ayahnya, mengalami kemunduran hebat dan ibunya sakit keras, ia dipanggil pulang ke rumah agar bisa membantu ayahnya dalam memperbaiki keadaan ekonomi keluarga. Ayahnya memutuskan untuk menghentikan studinya.
Mendengar keputusan ayahnya, ia diam tertegun sambil merenungkan nasibnya di kemudian hari. Ia lalu memutuskan untuk melanjutkan studinya atas tanggungan pribadi dan berjanji untuk makan roti kering saja dan hidup sederhana, asal cita-citanya tercapai. Ayahnya mengalah. Sambil mengikuti pelajaran di sebuah kolese umum, ia bekerja sebagai pelayan di gereja Katedral untuk memperoleh nafkahnya. Berkat kecerdasan serta kemauannya yang keras, ia selalu lulus dalam ujian dengan nilai yang gemilang. Ia bahkan selalu menjadi juara kelas. Teman-temannya sangat baik dan sayang padanya karena tabiatnya yang tenang dan periang. Kegemarannya adalah menjadi pelakon dalam setiap drama yang di pertunjukkan sekolah.
Ketika menginjak tahun terakhir studinya yaitu tahun retorika, ia pindah ke Kolese Yesuit di Malines pada tahun 1615. Hal yang menarik dia ke sana ialah semangat perjuangan dan kemartiran para misionaris Yesuit di Inggris. Tahun 1616, setelah mengalahkan ketegaran hati ayahnya, ia masuk novisiat Yesuit dan setahun kemudian ia dikirim ke Roma untuk melanjutkan studinya di sana. Dari sana ia mengirim surat kepada orang-tuanya: "Dengan rendah hati, aku berdoa untuk ayah dan ibu. Dan dengan segenap kasih-sayangku dan cintaku . . . saya ucapkan 'selamat datang dan selamat tinggal' kepada kalian, karena kalian mempersembahkan kembali aku puteramu, kepada Tuhan. Dia yang telah memberikan aku kepada kalian."
Sebagai novis, Berchmans sangat mengagumkan. Hidup asketik dan tulisan-tulisan rohaninya sangat mendalam, sempurna, seperti tampak di dalam kalimat: "Menabung banyak harta dalam bejana yang kecil." Sekali peristiwa ia membaca riwayat hidup Santo Aloysius. Pedoman yang diambilnya dari Aloysius ialah: "Jika saya tidak jadi orang suci di masa mudaku, maka tak pernah saya akan menjadi demikian." Tuhan memberinya waktu tiga tahun untuk mencapai apa yang diidamkannya. Dua hari sebelum pesta Santa Maria diangkat ke Surga, yaitu tanggal15 Agustus 1621, ia meninggal dunia dalam usia 22 tahun.
Meskipun dia meninggal dalam usia yang begitu muda, namun ia dinyatakan 'kudus' oleh Gereja karena ia menyempurnakan diri dengan melaksanakan tugas-tugas hariannya dengan sangat baik. Ia berhasil mencapai cita-citanya: menjadi seorang biarawan yang tekun melaksanakan tugas-tugas yang sederhana dengan sempurna penuh tanggung jawab, riang dan senang hati demi cinta akan Tuhan. Berchmans menjadi contoh teladan dan pelindung para pelajar.

Santo Silvester Gozzolini, Abbas dan Pengaku iman
Silvester lahir di Osimo, Italia pada tahun 1177 dari sebuah keluarga bangsawan kaya raya. Pada masa mudanya ia belajar ilmu hukum di Bologna dan Padua sampai selesai dan menjadi seorang ahli hukum di kota asalnya. Namun kemudian ia melepaskan jabatannya itu dan menekuni bidang teologi untuk menjadi imam di Osimo. Kemudian ia meninggalkan semua miliknya dan keramaian kota untuk menjalani kehidupan sebagai seorang pertapa yang miskin di Grotta (gua) Fucile.
Dari Fucile, ia pindah ke sebuah biara pertapaan di Monte Fano, Italia. Di sana jugalah ia kemudian pada tahun 1231 mendirikan sebuah biara pertapaan untuk menghimpun semua orang yang menjadi muridnya. Persaudaraan religius mereka terkenal dengan nama 'Ordo Santo Silvester'. Mereka menghayati suatu cara hidup yang keras di bawah panduan aturan-aturan Santo Benediktus, tanpa pernah secara resmi menjadi cabang dari salah satu Ordo Benediktin. Di bawah pimpinan Silvester sendiri selama 36 tahun, Ordo Silvestrin ini berkembang sangat pesat. Selama itu ia berhasil mendirikan 25 buah biara di Italia. Ia wafat pada tanggal 26 Nopember 1261 dalam usia 90 tahun, dan dinyatakan 'kudus' oleh Paus Klemens VIII (1592-1605) pada tahun 1598.

Santo Leonardus Porto Morizio, Pengaku Iman
Leonardus lahir di Porto Morizio, Italia pada tanggal 20 Desember 1676. Pada umur 13 tahun, ia dipanggil ke Roma oleh Agustinus, pamannya untuk dididik di kolese Yesuit yang dipimpin oleh Santo Philipus Neri. Pamannya menginginkan dia menjadi dokter, namun ia dengan tegas menolaknya. Oleh karena itu ia tidak lagi diakui oleh pamannya. Sejak itu ia mengatur hidupnya sendiri di Roma tanpa bantuan pamannya.
Pada tahun 1697, ia diterima dalam Tarekat Fransiskan di biara Rifomalla di Ponticelli. Oleh pimpinan Ordo ia kemudian dikirim belajar di Universitas Roma. Di Universitas Bonaventura inilah ia ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1703. Bersama dengan beberapa rekannya, ia mengambil alih sebuah biara di Florence pada tahun 1709. Di bawah bimbingannya, biara ini kemudian menjadi pusat karya misi di Tuscany. Dari biara inilah, ia berkeliling ke berbagai tempat untuk berkotbah dan mengajar umat, teristimewa umat sederhana dari golongan rakyat jelata.
Leonardus dikenal sebagai seorang misionaris Fransiskan yang rajin dan tekun dalam tugasnya mewartakan Injil. Ia mengelilingi seluruh Italia untuk berkotbah. Dengan gayanya yang lucu, ia mengemukakan prinsip misionernya sebagai berikut: "Berkotbah kepada orang lain harus dimulai dan diselingi dengan berkotbah kepada diri sendiri." Leo menghayati semangat hidup miskin dan sederhana yang tinggi sehingga banyak orang terpikat padanya.
Salah satu keistimewaannya yang membuat dia dikenal hingga sekarang ialah kesukaannya merenungkan peristiwa Sengsara Yesus. Ia mengabdikan devosinya ini dan menjadikannya milik semua umat Katolik dengan merintis kebaktian "Jalan Salib" lengkap dengan 14 stasinya seperti yang kita kenal sekarang. Untuk mengumatkan devosi itu, ia mendirikan 'Jalan Salib Kristus' di berbagai tempat, termasuk di Colosseum, tempat pembantaian dan gelanggang sengsara orang-orang Kristen pertama di Roma. Tentang kebaktian Jalan Salib ini, ia berkata: "Tidak ada sesuatu pun yang lebih mulia dan berguna bagi pengudusan diri kita daripada merenungkan peristiwa sengsara Kristus." Selain devosi itu, ia juga menjadi perintis devosi kepada Hati Yesus yang Mahakudus dan devosi kepada Bunda Maria.
Sampai usia tuanya ia berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan jiwa-jiwa dengan doa-doa pribadi dan perayaan Misa Kudus setiap hari. Pada tahun 1744 ia diutus paus ke pulau Corsica untuk menenteramkan suasana pertikaian antar umat di sana. Namun sayang bahwa usahanya ini kurang berhasil. Dalam keadaan payah ia kembali ke Roma, dan tak lama kemudian ia meninggal dunia di biara Santo Bonaventura pada tanggal 26 Nopember 1751. Pada tahun 1867 ia dinyatakan sebagai 'santo'.

Santo Sarbel Maklouf, Pengaku Iman
Seorang gadis dan seorang biarawati dengan mata terbelalak memandang ke arah dinding batu karang yang terletak di hadapan mereka. Mereka heran karena melihat bahwa batu (nisan) itu mengeluarkan peluh. Tetesan-tetesan air keluar dari permukaannya. Seperti kena hipnose, gadis itu mengulurkan dan menempelkan tangannya yang lumpuh itu pada batu itu. Sementara itu biarawati itu pun merasa tegang seluruh tubuhnya. Gadis lumpuh yang gemetaran itu, lalu terjatuh di pangkuan biarawati yang sedang tegang itu. Ketika gadis itu siuman lagi, ia merasa sudah terbebas dari penyakit lumpuh yang telah dideritanya selama 14 tahun. Bekas-bekas kelumpuhan pun tidak kelihatan lagi. Sekarang ia telah bersuami dan tinggal di Libanon.
Batu (nisan) yang bertuliskan huruf-huruf Arab itu mengingatkan penduduk setempat akan suatu peristiwa penyembuhan yang terjadi di situ pada tahun 1951. Batu itu adalah batu kubur Sarbel Maklouf, seorang rahib Gereja Maronit Libanon, yang dijuluki "Bapa Kami" oleh orang-orang Libanon, baik Kristen maupun Islam.
Pada tahun 1822, para rahib Maronit di Libanon membangun biara Maron d'Annaya, yang terletak di pegunungan Libanon. Tigapuluh tahun setelah biara itu berdiri, datanglah ke biara itu seorang pemuda sederhana dan miskin dengan pakaian yang tak teratur. Pemuda itulah Sarbel Maklouf. Semula Sarbel adalah petani dan gembala miskin di pegunungan Libanon. Menginjak usia 23 tahun, ia meninggalkan desanya, lalu melangkahkan kakinya ke daerah pegunungan Annaya menuju sebuah biara yang ada di sana. Ia diterima masuk biara itu untuk selamanya. Di sana ia belajar teologi dan giat membantu di paroki. Dalam waktu relatif singkat Sarbel segera terkenal di antara kaum Badui, petani-petani miskin di pegunungan, orang-orang Kristen dan kaum Muslim. Ia selalu menolong mereka yang menderita dan menghibur orang-orang yang bersusah. Pengetahuannya sangat luas tentang rempah-rempah dan aneka jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat. Sesuatu yang luar biasa tidak tampak pada dirinya. Demikian juga setelah ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1859, ia tetap seorang rahib yang rendah hati, sederhana dan rajin membantu siapa saja yang meminta bantuannya.
Duapuluh tiga tahun terakhir hidupnya, ia bertapa di puncak gunung Annaya, dekat dengan biaranya. Dalam biliknya yang sempit, Pastor Sarbel kusuk berdoa sampai larut malam. Pada waktu subuh ia sudah bangun untuk berdoa sebelum merayakan Misa Kudus. Ia selalu sendirian dan bekerja keras di kebun. Ia hanya makan sekali sehari dan itu pun tidak sampai kenyang. Sehari-harinya pertapa ini tidak banyak bicara. Dengan selembar kain yang membelit tubuhnya ia melawan panas dan dinginnya udara yang tidak kenal kompromi. Suatu hari halilintar menyambar kapelnya dan mengoyakkan jubah yang sedang dikenakannya. Namun aneh bahwa Sarbel yang sedang berdoa itu tidak terkena sedikit pun dan terus berdoa dengan tenang. Di tempat pertapaannya itu, Pastor Sarbel menghembuskan nafasnya terakhir pada tanggal 16 Desember 1898. Jenazahnya diletakkan di atas dua lembar papan dan dimasukkan ke dalam lobang yang dipahat pada batu karang.
Sehabis penguburan Pastor Sarbel, orang-orang Badui menyaksikan suatu peristiwa ajaib yang membingungkan mereka: dari makam Sarbel itu terpancarlah berkas-berkas cahaya biru selama 45 hari penuh setelah penguburannya. Hal ini pun dilihat oleh rekan imamnya yang lain: Pastor Elie Abi-Ramia yang berusia 97 tahun dan satu-satunya imam Maronit yang masih hidup di antara biarawan-biarawan yang tinggal bersama Sarbel dibiara Santo Maron d'Annaya. Ia juga hadir pada upacara penguburan Sarbel Maklouf rekannya pada tahun 1898. Tentang Sarbel, ia berkomentar: "Sarbel Maklouf semasa hidupnya dikenal sangat sederhana, rajin dan menaruh perhatian besar kepada orang-orang miskin dan bersusah. Tidak ada sesuatu keistimewaan yang luar biasa pada dirinya. Yang tampak menonjol ialah bahwa ia rajin berdoa dan tekun memperhatikan orang-orang miskin."
Tahun-tahun berikutnya makam itu menjadi tempat ziarah yang ramai dikunjungi. Di sana terjadi mujizat penyembuhan berbagai jenis penyakit. Berpuluh-puluh tahun kemudian, setelah menyaksikan berbagai mujizat penyembuhan di makam itu, makam Sarbel menarik perhatian Vatikan untuk turun tangan menyelidikinya.
Atas perintah Vatikan, jenazah rahib saleh itu dikeluarkan kembali dari makamnya untuk diselidiki kebenaranriya. Vatikan mengirim dokter-dokter ahli dan para sarjana dari berbagai disiplin ilmu untuk menyelidiki makam dan jenazah Sarbel dan berbagai penyembuhan yang terjadi di makamnya. Makam itu, yang berbentuk sebuah lobang pahatan di dalam batu karang dan ditutup dengan batu itu, disegel dan dipasangi pintu besi yang berjeruji. Kunci pintu makam itu disimpan oleh ketua panitia internasional yang beranggotakan dokter-dokter ahli dan para sarjana itu. Mereka, bersama rekan-rekan Sarbel yang tinggal di biara Maron d'Annaya, heran menyaksikan bahwa meskipun sudah 68 tahun wafat dan dikuburkan, jenazah Sarbel masih dalam keadaan utuh.
Mereka terus menyelidiki kalau-kalau batu makam tersebut mengandung zat-zat kimia yang mempunyai daya pengawet. Tetapi penyelidikan itu tidak menemukan hal itu. Maka selama 6 tahun, jenazah Sarbel Maklouf dimasukkan kembali ke dalam sebuah lobang dalam batu karang untuk melihat apakah jenazah itu masih tetap mengeluarkan peluh keringat. Karena peluh itu tetap mengalir, jenazah Sarbel dikeluarkan lagi dan dijemur selama tujuh bulan. Akibat penjemuran itu, warna kulit Sarbel menjadi sawo matang dan kulitnya mengerut, sambil tetap mengeluarkan peluh sampai tahun 1927.
Dalam penyelidikan selanjutnya terjadi hal-hal baru yang mengherankan para dokter: ketika jenazah itu diiris sedikit dengan pisau keluarlah darah. Memang warna darah itu hitam, namun anehnya bahwa darah itu terus mengalir keluar seperti orang yang masih hidup. Contoh darah ini dengan bukti-bukti lain yang tak terhitung jumlahnya disimpan di dalam sebuah lemari kaca yang disegel. Sementara itu lembaga-lembaga di Italia, Prancis dan Jerman terus menyelidiki darah itu di laboratorium-laboratorium terkenal. Hasil analisa-analisa itu dikirim ke Vatikan.
Setelah melewati berbagai penyelidikan yang mutakhir, akhirnya Sarbel dinyatakan sebagai 'kudus' oleh Paus Paulus VI (1963-1978) pada tanggal 5 Desember 1965 di basilik Santo Petrus Roma. Hingga sekarang bekas tempat tinggal dan makam Sarbel Maklouf menjadi tempat ziarah terkenal di Libanon, yang dikunjungi banyak orang dari berbagai penjuru dunia, baik Kristen maupun Islam dan Yahudi, terlebih orang-orang Badui setempat.
Tentang mujizat penyembuhan di makam Sarbel Maklouf, Pater Joseph Ejail, seorang imam dari biara Maron d'Annaya yang menguasai tiga bahasa asing dan mengajar di sekolah-sekolah Libanon, memberikan kesaksian pandangan mata berikut: "Di muka makam itu duduk sepasang suami-isteri dari Syria. Mereka orang Islam. Di samping mereka, berbaring anak lelaki mereka berumur 6 tahun di atas sebuah usungan. Oleh dokter-dokter, anak lelaki itu dikatakan tidak bisa sembuh lagi dari kelumpuhannya. Kira-kira setelah sejam mereka berdoa di makam itu, Bapa anak itu menyaksikan peristiwa ajaib kesembuhan anaknya. Anaknya yang lumpuh sejak kecil itu sekonyong-konyong bangkit dan berjalan tegak. Bapa itu langsung jatuh pingsan melihat peristiwa ajaib itu. Demikian juga isterinya; ia tak berdaya karena lemas seluruh badannya. Setelah siuman dan kuat kembali, ia membimbing keluar anak dan isterinya yang lemas itu", demikian kisah pandangan mata Pater Joseph Ejail untuk menguatkan mujizat-mujizat penyembuhan yang terjadi di makam Santo Sarbel Maklouf.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/