Liturgia Verbi 2022-08-01 Senin.

Liturgia Verbi (C-II)
Hari Biasa, Pekan Biasa XVIII

Senin, 1 Agustus 2022

PW S. Alfonsus Maria de Liguori, Uskup dan Pujangga Gereja

Ujud Gereja Universal-Usaha skala kecil dan menengah. Kita berdoa untuk usaha skala kecil dan menengah, semoga, di tengah krisis ekonomi dan sosial, mereka dapat menemukan jalan untuk meneruskan usahanya dan melayani masyarakat. Ujud Gereja Indonesia Sarana penyaluran donasi - yang terpercaya. Kita berdoa, semoga kelompok-kelompok masyarakat mampu membentuk sarana yang dapat dipercaya untuk menyalurkan kebaikan dan donasi dari mereka yang berkehendak baik kepada mereka yang membutuhkan.



Bacaan Pertama
Yer 28:1-17

"Hai Hananya, Tuhan tidak mengutus engkau!
Engkau telah membuat bangsa ini percaya kepada dusta."

Pembacaan dari Kitab Yeremia:

Peristiwa ini terjadi di kota Yerusalem
pada awal pemerintahan Zedekia, raja Yehuda,
yaitu dalam bulan yang kelima tahun yang keempat.
Nabi Hananya bin Azur, yang berasal dari Gibeon,
berkata kepadaku di rumah Tuhan,
di depan mata para imam dan seluruh rakyat:
"Beginilah sabda Tuhan semesta alam, Allah Israel:
'Aku telah mematahkan penindasan raja Babel.
Dalam dua tahun ini
segala perkakas rumah Tuhan
yang telah diambil dari rumah ini oleh Nebukadnezar, raja Babel,
dan yang diangkutnya ke Babel,
akan Kukembalikan ke tempat ini.
Juga Yekhonya bin Yoyakim, raja Yehuda,
beserta semua orang buangan dari Yehuda
yang dibawa ke Babel akan Kukembalikan ke tempat ini,'
demikianlah sabda Tuhan.
Sungguh, Aku akan mematahkan penindasan raja Babel itu!"

Lalu berkatalah nabi Yeremia kepada nabi Hananya
di depan para imam dan seluruh rakyat
yang berdiri di rumah Tuhan.
Kata nabi Yeremia, "Amin! Moga-moga Tuhan berbuat demikian!
Moga-moga Tuhan menepati perkataan-perkataan
yang kaunubuatkan itu
dengan mengembalikan perkakas-perkakas rumah Tuhan
dan semua orang buangan dari Babel ke tempat ini.
Hananya, dengarkanlah perkataan yang hendak kukatakan kepadamu
dan kepada seluruh rakyat ini.
Nabi-nabi yang ada sebelum aku dan sebelum engkau
dari dahulu kala telah bernubuat kepada banyak negeri
dan terhadap kerajaan-kerajaan yang besar
tentang perang dan malapetaka dan penyakit sampar.
Tetapi mengenai seorang nabi
yang bernubuat tentang damai sejahtera,
jika nubuat itu digenapi,
maka barulah ketahuan,
bahwa nabi itu benar-benar diutus oleh Tuhan."

Kemudian nabi Hananya mengambil gandar yang terpasang
pada tengkuk nabi Yeremia,
lalu mematahkannya.
Berkatalah Hananya di depan seluruh rakyat,
"Beginilah sabda Tuhan,
'Dalam dua tahun ini
begitu jugalah Aku akan mematahkan kuk Nebukadnezar, raja Babel,
dari tengkuk segala bangsa!"

Kemudian pergilah nabi Yeremia dari sana.
Dan sesudah nabi Hananya mematahkan gandar
dari tengkuk nabi Yeremia,
bersabdalah Tuhan kepada Yeremia,
"Pergilah katakanlah kepada Hananya,
'Beginilah sabda Tuhan:
Engkau telah mematahkan gandar kayu,
tetapi Aku akan membuat gandar besi sebagai gantinya!'
Sebab beginilah sabda Tuhan semesta alam, Allah Israel,
'Kuk besi akan Kutaruh ke atas tengkuk segala bangsa ini,
sehingga mereka takluk kepada Nebukadnezar, raja Babel.
Sungguh, mereka akan takluk kepadanya!
Malahan binatang-binatang di padang telah Kuserahkan kepadanya'."
Lalu berkatalah nabi Yeremia kepada nabi Hananya,
"Dengarkanlah, hai Hananya!
Tuhan tidak mengutus engkau,
dan engkau telah membuat bangsa ini percaya kepada dusta.
Sebab itu beginilah sabda Tuhan,
'Sungguh, Aku menyuruh engkau pergi dari muka bumi.
Tahun ini juga engkau akan mati,
sebab engkau telah menghasut rakyat murtad kepada Tuhan."

Maka matilah nabi Hananya dalam tahun itu juga,
pada bulan yang ketujuh.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 119:29.43.79.80.95.102,R:68

Refren: Ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku, ya Tuhan.

*Jauhkanlah jalan dusta dari padaku,
dan karuniakanlah hukum-Mu kepadaku.

*Janganlah sekali-kali mencabut firman kebenaran dari mulutku,
sebab aku berharap kepada hukum-hukum-Mu.

*Biarlah orang-orang takwa berpihak kepadaku,
orang-orang yang paham akan peringatan-peringatan-Mu.

*Biarlah hatiku tulus dalam ketetapan-ketetapan-Mu,
supaya jangan aku mendapat malu.

*Orang-orang fasik menantikan aku untuk membinasakan aku;
tetapi aku hendak memperhatikan peringatan-peringatan-Mu.

*Aku tidak menyimpang dari hukum-hukum-Mu,
sebab Engkaulah yang mengajar aku.



Bait Pengantar Injil
Mat 4:4b

Manusia hidup bukan saja dari makanan,
melainkan juga dari setiap sabda Allah.



Bacaan Injil
Mat 14:13-21

"Sambil menengadah ke langit Yesus mengucapkan doa berkat;
dibagi-bagi-Nya roti itu, dan diberikan-Nya kepada para murid. 
Lalu para murid membagi-bagikannya kepada orang banyak."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Sekali peristiwa,
setelah mendengar berita pembunuhan Yohanes Pembaptis,
menyingkirlah Yesus;
dengan naik perahu
Ia bermaksud mengasingkan diri ke suatu tempat yang sunyi.

Tetapi orang banyak mendengarnya
dan mengikuti Dia dengan mengambil jalan darat,
dari kota-kota mereka.
Ketika Yesus mendarat,
Ia melihat orang banyak yang besar jumlahnya,
maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka
dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit.

Menjelang malam para murid Yesus datang kepada-Nya dan berkata,
"Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam.
Suruhlah orang banyak itu pergi
supaya dapat membeli makanan di desa-desa."

Tetapi Yesus berkata kepada mereka,
"Mereka tidak perlu pergi. Kalian saja memberi makan mereka."
Jawab mereka,
"Pada kami hanya ada lima buah roti dan dua ekor ikan."
Yesus berkata, "Bawalah ke mari."
Lalu disuruh-Nya orang banyak itu duduk di rumput.
Setelah itu Ia mengambil kelima buah roti dan kedua ekor ikan itu.
Sambil menengadah ke langit diucapkan-Nya doa berkat,
dibagi-bagi-Nya roti itu dan diberikan-Nya kepada para murid.
Para murid lalu membagi-bagikannya kepada orang banyak.
Mereka semua makan sampai kenyang.
Kemudian potongan-potongan roti yang sisa dikumpulkan
sampai dua belas bakul penuh.
Yang ikut makan kira-kira lima ribu orang pria,
tidak termasuk wanita dan anak-anak.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Ada se gudang perbedaan antara surga dan dunia, maka tak pantaslah untuk diperbandingkan.
Mana ada sih orang yang memilih dunia dibandingkan surga?
Tapi pada prakteknya ternyata banyak orang lebih mencintai dunia ketimbang surga.
Ada banyak fakta bisa diungkap, misalnya: seseorang menghamburkan uangnya untuk membeli barang mewah tetapi hanya memberi uang receh untuk kolekte saat mengikuti misa di gereja.
Atau ia berdoa juga tetapi doanya seperti ini, "Ya Tuhan, maafkanlah aku yang tak sempat ke gereja pada hari Minggu sebab kesibukanku untuk mencari nafkah banyak sekali."
Atau yang lebih jelas lagi, seorang pemuda yang sangat taat menjalankan hukum Taurat tetapi mundur ketika diminta oleh Yesus untuk menjual seluruh hartanya lalu membagi-bagikan kepada kaum miskin.
Ini jelas, mereka lebih berpihak kepada dunia ketimbang surga.

Padahal kalau kita seksama mencermati surga - dunia ini, ada hal yang seringkali luput dari pengamatan kita, yakni perihal kepemimpinan.
Pemimpin surga itu bersifat kekal abadi, konsisten, dan sangat mengasihi orang yang dipimpin-Nya.
Pemimpin dunia gampang sekali berubah, sebelum menjadi pemimpin ia berlaku baik supaya terpilih menjadi pemimpin tetapi setelah memimpin ia hanya ingat dirinya dan kerabat dekatnya saja, lupa dengan rakyatnya sendiri.

Dan, di surga tidak ada dan tidak akan pernah ada konflik di antara sesama pemimpin-Nya.
Tak pernah ada ceritanya Yesus membantah Bapa-Nya, tak pernah mungkin kasih Bapa kepada Anak menjadi luntur, dan seterusnya.
Di dunia, para pemimpin senang bertikai demi kekuasaan.
Bahkan dari Bacaan Pertama hari ini saja kita dapat melihat perihal dua nabi bertikai, Nabi Yeremia dan Nabi Hananya.
Keduanya sama-sama bernubuat tentang pembebasan bangsa Israel dari penindasan raja Babel.
Tapi nubuatan Hananya kayaknya "lebih menarik hati", lebih duniawi, misalnya soal waktu pembebasan, Hananya mengatakan hanya dalam dua tahun itu akan terjadi, sementara Yeremia mengatakan 70 tahun.
"Sebab beginilah firman Tuhan: Apabila telah genap tujuh puluh tahun bagi Babel, barulah Aku memperhatikan kamu. Aku akan menepati janji-Ku itu kepadamu dengan mengembalikan kamu ke tempat ini." [Yer 29:10]

Konflik di antara pemimpin tentu akan menyengsarakan rakyat, termasuk para pemimpin umat.
Umat seringkali dibuat bingung, mana yang tulen dan mana yang palsu, karena di antara yang berseteru itu semuanya mengaku asli.
Akibatnya, umat pun terbelah, sebagaian mengikuti pemimpin yang satu dan sebagian lainnya mengikuti pemimpin lainnya.
Ini terjadi sejak jaman dahulu dan terus berlanjut sampai sekarang.
Rasul Paulus dan Petrus misalnya, atau ketidak-harmonisan antara pastor paroki dengan pastor rekan yang terjadi di berbagai paroki.
Dan yang lebih banyak terjadi, konflik di antara sesama pemimpin keluarga, antara suami dengan istri, mertua dengan menantu, dan sebagainya.

Nah, maka dari itulah, semestinya kita menggunakan ajaran surga untuk menjalani hidup di dunia ini, jangan terjebak oleh nikmat dunia yang sifatnya tidak kekal itu.
"Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."  [Mat 6:33]



Peringatan Orang Kudus
Santo Alfonsus Maria de Liguori, Uskup dan Pujangga Gereja
Alfonsus Maria de Liguori lahir di sebuah kota dekat Napoli, Italia pada tanggal 27 September 1696. Ia meninggal dunia di Nocera pada tanggal 1 Agustus 1787.
Alfonsus berasal dari sebuah keluarga bangsawan Kristen yang saleh. Orangtuanya, Joseph de Liguori dan Anna Cavalieri mendidik dia dengan baik dalam hal iman dan cara hidup Kristiani. Ayahnya berpangkat Laksamana dalam jajaran militer Kerajaan Napoli. Oleh karena itu tidaklah mengherankan apabila Alfonsus memperoleh pendidikan ala militer dengan disiplin yang keras. Sekali seminggu ia disuruh tidur di lantai tanpa alas. Maksudnya ialah agar ia terbiasa dengan pola hidup yang keras dan tidak manja.
Sejak kecil Alfonsus sudah menunjukkan bakat-bakat yang luarbiasa. Tak terbayangkan bahwa ia dalam usianya yang begitu muda, 16 tahun, sudah meraih gelar Doktor Hukum di Universitas Napoli, dengan predikat "Magna cum Laude". Karyanya sebagai seorang Sarjana Hukum dimulainya dengan menjadi advokat/pengacara. Ia selalu menang dalam setiap perkara yang dibelanya. Karena itu ia banyak mendapat tanda penghargaan dari orang-orang yang telah ditolongnya.
Pada tahun 1723 ia diminta membela satu perkara besar. Untuk itu ia berusaha keras mengumpulkan dan meneliti berbagai data tentang perkara itu. Namun keberuntungan rupanya tidak memihak dia. Karena suatu kesalahan kecil ia akhirnya dikalahkan oleh pengacara lawannya. Dengan muka pucat pasi ia beranjak meninggalkan gedung pengadilan. la mengakui lalai dalam meneliti semua data penting dari perkara itu. Ia mengalami shock berat dan selama tiga hari ia mengurung diri dalam biliknya merenungi kekalahannya.
Di satu pihak kekalahannya itu sungguh menekan batinnya tetapi di pihak lain kekalahan itu justru menjadi pintu masuk baginya untuk menjalani kehidupan bakti kepada Tuhan dan sesama. Setelah banyak berdoa dan merenung di depan Tabernakel, ia menemukan kembali ketenangan batin. Ketenangan batin itu menumbuhkan dalam hatinya suatu hasrat besar untuk menjadi seorang rohaniwan. Ketika sedang melayani orang di rumah sakit sebagaimana biasanya, ia mendengar suatu suara ajaib berkata: "Alfonsus, serahkanlah dirimu kepadaKu". Alfonsus terhentak sejenak karena suara ajaib itu terdengar begitu jelas. Lama kelamaan, ia sadar bahwa suara itu adalah suara panggilan Tuhan. Kesadaran ini mendesak dia untuk menentukan sikap tegas terhadap suara panggilan itu. la mengambil keputusan untuk menjadi seorang rohaniwan yang mengabdikan diri seutuhnya kepada Tuhan. Keputusan itu disampaikan kepada orangtuanya. Ayahnya sangat kecewa dan tidak mau lagi bertemu dengan dia. Biarapun berkeberatan menerimanya karena alasan kesehatan. Syukurlah uskup setempat meluluskan niat bekas advokat itu. Semenjak itu ia dengan tekun mempelajari teologi dan mempersiapkan diri sebaik-baiknya agar bisa menjadi seorang imam praja yang baik. Kesungguhan persiapannya itu terutama dilatarbelakangi oleh cara hidup imam-imam masa itu yang kurang mencerminkan keluhuran martabat imamat, dan karenanya umat sering memandang rendah mereka.
Alfonsus kemudian ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1726. Imam muda ini begitu cepat terkenal di kalangan umat karena kotbahnya yang menarik dan mendalam. Selain menjadi seorang pengkotbah ulung, ia pun menjadi bapa pengakuan yang disenangi umatnya. Karyanya sejak awal kehidupannya sebagai imam diabdikannya kepada orang­orang miskin dan pemuda-pemuda gelandangan di kota Napoli. Ia berusaha mengumpulkan mereka untuk memberi pelajaran agama dan bimbingan rohani.
Pada tahun 1729, ia menjadi imam kapelan di sebuah kolese yang khusus mendidik para calon imam misionaris. Di sana ia berkenalan dengan Pater Thomas Falciola, seorang imam yang memberi inspirasi dan dorongan kepadanya untuk mendirikan sebuah institut yang baru. Kepadanya Pater Falciola menceritakan tentang para suster binaannya di Scala yang menghayati cara hidup yang keras dalam doa dan matiraga. Terdorong oleh inspirasi dan semangat yang diberikan Pater Falciola, ia kemudian mendirikan sebuah tarekat religius baru di Scala pada tanggal 9 Nopember 1732. Tarekat ini diberinya nama 'Sanctissimi Redemptoris', dan mengabdikan diri di bidang pewartaan Injil kepada orang-orang desa di pedusunan. Tanpa kenal lelah anggota-anggota tarekat ini berkotbah di alun-alun, mendengarkan pengakuan dosa dan memberikan bimbingan khusus kepada muda-mudi, pasangan suami­isteri dan anak-anak.
Pada umurnya yang sudah tua (66 tahun), ia diangkat menjadi Uskup Agata, kendatipun ia sangat ingin agar orang lain saja yang dipilih. Sebagai uskup, ia berusaha membaharui cara hidup para imamnya dan seluruh umat di keuskupannya. Selain itu, ia menulis banyak buku, di antaranya buku Teologi Moral yang terus dicetak ulang sampai abad ini. Tulisan-tulisannya sangat membantu imam-imam teristimewa dalam bidang pelayanan Sakramen Tobat. Dengannya mereka bukan saja mengemban tugas itu dengan penuh kasih sayang, melainkan juga memberikan bimbingan yang tepat kepada umat.
Karena sering jatuh sakit, ia beberapa kali meminta boleh mengundurkan diri sebagai uskup, namun permohonannya baru dikabulkan ketika ia berumur 80 tahun. Ia diperbolehkan kembali ke biara. Masa-masa terakhir hidupnya sangatlah berat karena penyakit yang dideritanya dan serangan para musuh terhadap kongregasinya. Akhirnya pada tahun 1787, ketika berusia 91 tahun, ia meninggal dunia dengan tenang di Pagani, dekat Napoli, Italia.



https://liturgia-verbi.blogspot.co.id/


Liturgia Verbi 2022-07-31 Minggu.

Liturgia Verbi (C-II)
Hari Minggu Biasa XVIII 

Minggu, 31 Juli 2022



Bacaan Pertama
Pkh 1:2;2:21-23

"Apa faedah yang diperoleh manusia
dari segala usaha yang dilakukannya."

Pembacaan dari Kitab Pengkhotbah:

Kesia-siaan belaka, kata Pengkhotbah,
sungguh kesia-siaan belaka!
Segala sesuatu adalah sia-sia.
Sebab,
kalau ada orang berlelah-lelah mencari hikmat,
pengetahuan dan kecakapan,
maka ia harus meninggalkan bahagiannya kepada orang lain
yang tidak berlelah-lelah untuk itu.
Ini adalah kesia-siaan dan kemalangan yang besar.
Apakah faedah yang diperoleh manusia
dari segala usaha yang dilakukannya
dengan jerih payah di bawah matahari
dan dari keinginan hatinya?
Seluruh hidupnya penuh kesedihan
dan pekerjaannya penuh kesusahan hati;
bahkan pada malam hari hatinya tidak tenteram.
Ini pun adalah kesia-siaan!

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 90:3-4.5-6.12-13.14.17,R:1

Refren: Tuhan, Engkaulah tempat perlindungan kami turun-temurun.

*Engkau mengembalikan manusia kepada debu,
hanya dengan berkata: "Kembalilah, hai anak-anak manusia!"
Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin,
atau seperti suatu giliran jaga di waktu malam.

*Engkau menghanyutkan manusia seperti orang mimpi,
seperti rumput yang bertumbuh:
di waktu pagi tumbuh dan berkembang,
di waktu petang sudah lisut dan layu.

*Ajarlah kami menghitung hari-hari kami,
hingga kami beroleh hati yang bijaksana.
Kembalilah, ya Tuhan, -- berapa lama lagi? --
dan sayangilah hamba-hamba-Mu!

*Kenyangkanlah kami di waktu pagi dengan kasih setia-Mu,
supaya kami bersorak-sorai dan bersukacita sepanjang hayat.
Kiranya kemurahan Tuhan melimpah atas kami!
Teguhkanlah perbuatan tangan kami,
ya, perbuatan tangan kami, teguhkanlah!



Bacaan Kedua
Kol 3:1-5.9-11

"Carilah perkara yang di atas, di mana Kristus berada."

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Kolose:

Saudara-saudara,
kamu telah dibangkitkan bersama Kristus.
Maka carilah perkara yang di atas,
di mana Kristus berada, duduk di sebelah kanan Allah.
Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.
Sebab kamu telah mati,
dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus dalam Allah.
Kristuslah hidup kita.
Apabila Dia menyatakan diri kelak,
kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.
Karena itu matikanlah dalam dirimu segala yang duniawi,
yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu,
nafsu jahat dan juga keserakahan,
yang sama dengan penyembahan berhala.

Janganlah kamu saling mendustai lagi,
karena kamu telah menanggalkan manusia lama beserta kelakuannya,
dan telah mengenakan manusia baru
yang terus-menerus diperbaharui
untuk memperoleh pengetahuan yang benar
menurut gambar Penciptanya.
Dalam keadaan yang baru ini
tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi,
orang bersunat atau tak bersunat,
orang Barbar atau orang Skit,
budak atau orang merdeka;
yang ada hanyalah Kristus di dalam semua orang.

Demikianlah sabda Tuhan.



Bait Pengantar Injil
Mat 5:3

Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah,
karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga.



Bacaan Injil
Luk 12:13-21

"Bagi siapakah nanti harta yang telah kausediakan itu?"

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Ketika Yesus mengajar orang banyak,
Salah seorang dari orang banyak itu berkata kepada-Nya,
"Guru, katakanlah kepada saudaraku,
supaya ia berbagi warisan dengan aku."
Tetapi Yesus berkata kepadanya,
"Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku
menjadi hakim atau penengah bagimu?"

Kata Yesus kepada orang banyak itu,
"Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan!
Sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya,
hidupnya tidaklah tergantung dari kekayaannya itu."

Kemudian Yesus mengatakan kepada mereka perumpamaan berikut:
"Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah hasilnya.
Ia bertanya dalam hatinya,
'Apakah yang harus kuperbuat,
sebab aku tidak mempunyai tempat
untuk menyimpan segala hasil tanahku.'
Lalu katanya,
'Inilah yang akan kuperbuat:
Aku akan merombak lumbung-lumbungku,
lalu mendirikan yang lebih besar,
dan aku akan menyimpan di dalamnya
segala gandum serta barang-barangku.
Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku:
Jiwaku, ada padamu banyak barang,
tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya;
beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!
Tetapi Allah bersabda kepadanya,
'Hai orang bodoh,
pada malam ini juga jiwamu akan diambil daripadamu!'

Bagi siapakah nanti apa yang telah kausediakan itu?
Demikianlah jadinya
dengan orang yang menimbun harta bagi dirinya sendiri,
tetapi ia tidak kaya di hadapan Allah."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Pada Minggu ini, Pekan Biasa ke-18, kita diajak untuk merenungkan perihal urusan duniawi dalam kaitannya dengan urusan surgawi, agar kita dapat memilah-milahnya dan tidak mencampur-adukkan keduanya.
Pada Bacaan Injil hari ini Yesus secara gamblang mengatakan, "Orang yang menimbun harta (duniawi) bagi dirinya sendiri, ia tidak akan kaya di hadapan Allah."
Ya, sekali jiwa diambil dari raga kita, selesailah semuanya, harta duniawi tak ada gunanya lagi.
Jangankan sampai meninggal dunia, menderita suatu penyakit saja akan dapat menghabiskan harta untuk membayar kesembuhan.
Dari Kitab Pengkhotbah pada Bacaan Pertama jelas ditulis,"Berlelah-lelah mencari hikmat (duniawi) hanyalah kesia-siaan belaka!"

Anjuran Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Kolose patut kita dengarkan, "Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi."
Kristus bukanlah hakim dunia, melainkan hakim untuk segala urusan surgawi.
"Walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari kekayaannya itu."
Yang dimaksud dengan "hidupnya" tentulah kehidupan dari jiwa kita, kehidupan rohani kita, bukan dari badan jasmani kita.

Walau pun demikian, kehidupan duniawi tidaklah dapat diabaikan begitu saja, kita mesti menjalaninya sampai saat tarikan nafas terakhir kita.
Justru menjadi penting, bagaimana kita menjalaninya secara rohariah, bukan jasmaniah, agar kelak pada waktunya nanti, Kristus akan mengutus malaikat-Nya untuk menyambut kita.
Mari kita usahakan untuk memperoleh bekal untuk melangsungkan hidup duniawi dan secara bersamaan kita juga mengumpulkan bekal surgawi yang akan sangat berguna pada saatnya nanti.



Peringatan Orang Kudus
Santo Ignasius Loyola, Pengaku Iman
Ignasius Loyola lahir di Azpeitia di daerah Basque, Profinsi Guipuzcoa, Spanyol Utara pada tahun 1491. Putera bungsu keluarga bangsawan Don Beltran de Onazy Loyola dan Maria Sanchez de Licona ini diberi nama Inigo Lopez de Loyola.
Semenjak kecil hingga masa mudanya, Ignasius mengecap kenikmatan hidup mewah di lingkungan istana. Dia dididik dalam tradisi dan kebiasaan hidup istana yang ketat.
Pada tahun 1517, Ignasius menjadi tentara Kerajaan Spanyol. Empat tahun kemudian, pada tanggal 20 Mei 1521, Ignasius menderita luka parah terkena peluru ketika mempertahankan benteng Pamplona dari serangan tentara Prancis. Penderitaan fisik dan mental yang hebat ini ditanggungnya dengan sabar dan berani dalam perawatan selama hampir satu tahun. 
Masa pemulihan kesehatannya yang begitu lama menjadi baginya suatu masa ber-rahmat, di mana ia menemukan ambang pintu bagi kehidupannya sebagai seorang 'manusia baru'.   Selama masa perawatannya, ingin sekali ia menghalau kebosanannya dengan membaca buku-­buku kepahlawanan. Sayang sekali bahwa buku-buku heroik yang ingin dibacanya tidak tersedia di situ.  Satu-satunya buku yang tersedia ialah buku tentang Kehidupan Kristus dan Para Orang Kudus.  Demi memuaskan keinginannya, ia terpaksa menjamah dan membolak-balik buku itu.  Tanpa disadarinya apa yang dibacanya tertanam dan mulai bersemi dalam lubuk hatinya.  Kalbunya serasa sejuk bila menekuni bacaan itu.  Lambat laun ia memutuskan untuk menyerahkan seluruh sisa hidupnya bagi Tuhan sebagai Abdi Allah. Ia tidak ingin lagi menjadi pahlawan duniawi.  Kepribadiannya berubah secara total. Dari suatu cara hidup duniawi yang sia-sia, ia menjadi seorang rohaniwan yang melekat erat pada Tuhan dalam cinta kasih yang mendalam. la bahkan bertekad melampaui pahlawan-pahlawan suci lainnya.
Pada tahun 1522, Ignasius pergi ke biara Benediktin Montserrat, Timurlaut Spanyol.  Selama tiga hari berada di sana, ia berdoa dengan tekun dan memohon ampun atas semua dosanya di masa silam.  Semua miliknya diberikan kepada orang-orang miskin. Niatnya yang sungguh untuk mengabdi Tuhan dan sesama ditunjukkan dengan meletakkan pedangnya di bawah kaki altar kapel biara itu, pada tanggal 24 Maret malam hari.  
Keesokan harinya setelah merayakan Ekaristi dan menerima Komuni Kudus, Ignasius pergi ke sebuah gua dekat Manresa.   Di gua ini ia mengalami suasana tenang dan damai yang menyenangkan.   Dan gua ini jugalah yang menjadi tempat kelahiran baru baginya sebagai seorang 'manusia baru'.   Meditasi dan doa-doanya selama berada di gua ini mengaruniakan kepadanya suatu pemahaman yang baru tentang kehidupan rohani.   Pemahaman ini diabadikannya dalam bukunya berjudul 'Latihan Rohani' yang masih relevan hingga sekarang.
Dari Manresa, Ignasius bermaksud berziarah ke Tanah Suci untuk mentobatkan orang-orang yang belum mengakui Kristus.   Tetapi niat ini dibatalkan karena kondisi negeri Palestina yang tidak memungkinkan.   Sebagai gantinya, ia kembali ke Barcelona, Spanyol. Pada tahun 1524, Ignasius semakin yakin bahwa tugas pelayanan bagi Tuhan dan sesama perlu didukung oleh pendidikan yang memadai. Karena itu, selama 10 tahun ia berjuang memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan. Ia belajar di Alcala de Henares (1526­1527), Salamanca (1527-1528) dan Paris (1528-1535) hingga memperoleh gelar sarjana pada tanggal 14 Maret 1535.  Masa pendidikan ini menjadikan dia seorang yang berkepribadian matang, penuh disiplin diri, dan berpengetahuan luas dan mendalam. Kepribadian dan pengetahuan itu sangat penting bagi peranannya sebagai pemimpin di kemudian hari.  Kadang-kadang ia memberikan pelajaran agama serta bimbingan rohani kepada orang-orang yang datang kepadanya. Tetapi kegiatannya itu menimbulkan kecurigaan para pejabat Gereja. Sebab, tidaklah lazim seorang awam mengajar agama dan spiritualitas.
Kariernya sebagai Abdi Allah dimulainya dengan mengumpulkan beberapa orang pemuda yang tertarik pada karya pelayanan kepada Tuhan dan GerejaNya.  Pemuda-pemuda yang menjadi pengikutnya yang pertama, antara lain Beato Petrus Faber, Santo Fransiskus Xaverius, Diego Laynez, Simon Rodriquez, Alonso Salmeron, dan Nikolas Bobadilla.   Kelompok pertama dari Serikat Yesus ini mengucapkan kaul hidup religius di kapel biara Benediktin di Montmartre.
Selain mengikrarkan ketiga kaul hidup membiara: kemurnian, ketaatan dan kemiskinan, mereka pun mengikrarkan kaul tambahan, yakni kesediaan menjalankan karya misioner di Tanah Suci di antara orang-orang Islam.   Ignasius sendiri kemudian ditahbiskan menjadi imam pada tanggal 24 Juni 1537.   Karena misi ke Palestina tak mungkin diwujudkan akibat perang waktu itu, maka kaul tambahan 'kesediaan menjalankan karya misi di Tanah Suci' dibatalkan dan diganti dengan 'pengabdian khusus kepada Sri Paus'.   Untuk itu Ignasius bersama rekan-rekannya menawarkan diri kepada Paus Paulus III (1534-1549) untuk mengerjakan tugas apa saja yang diberikan oleh paus, di mana saja dan kapan saja.   Pada tanggal 27 September 1540, Paus Paulus III merestui keberadaan kelompok Ignasian, yang kemudian dikokohkan menjadi sebuah serikat rohaniwan dengan nama Serikat Yesus.   Ignasius sendiri diangkat sebagai pemimpin pertama dalam sebuah upacara di basilik Santo Paulus.
Selama 15 tahun (1541-1556) memimpin Serikat Yesus, Ignasius memusatkan perhatiannya pada pembinaan semangat religius ordonya.  Semboyannya - yang kemudian menjadi semboyan umum Serikat Yesus - dalam melaksanakan tugasnya ialah "Ad Maiorem Dei Gloriam ".   Ia mendirikan banyak kolese antara lain Kolese Roma (yang kemudian menjadi Universitas Gregoriana) dan Kolese Jerman yang khusus untuk mendidik para calon imam untuk karya kerasulan di wilayah-wilayah Katolik yang sudah dipengaruhi oleh Reformasi Protestan.
Selama kepemimpinannya, Ignasius melibatkan imam-imamnya dalam usaha membendung arus pengaruh Protestantisme di Eropa Utara dan dalam Pewartaan Sabda kepada semua orang Katolik tanpa memandang kelas sosialnya.   Ia mengutus Fransiskus Xaverius, sahabat akrabnya, ke benua Asia yang masih kafir untuk membuka lahan baru bagi karya misioner Gereja.
Ignasius dikenal sebagai seorang rohaniwan yang ramah kepada sesamanya.   Kasih sayangnya yang besar kepada orang-orang sakit dan lemah, anak-anak dan pendidikannya, terutama orang-orang berdosa banyak kali membuatnya menangis karena memikirkan kemalangan mereka.   Karena itu ia menggugah hati imam-imamnya agar dengan tulus berkarya di tengah-tengah semua lapisan masyarakat demi menyelamatkan mereka.
Ordo Yesuit yang didirikannya dipoles menjadi sebuah ordo religius yang bebas dari keketatan aturan hidup monastik lama yang kaku. Sebagai reaksi terhadap kekejaman Gereja Abad Pertengahan, yang melahirkan Reformasi Protestan, Ignasius menuntut ketaatan mutlak kepada Takhta Suci dan prinsip prinsip Katolik.   Retret yang teratur diupayakannya sebagai suatu sarana ampuh bagi kedalaman spiritualitas orang-orang Kristen.
Sebelum wafatnya pada tanggal 31 Juli 1556, Ignasius menyaksikan keberhasilan Ordonya dalam mengabdi Tuhan dan GerejaNya. Propinsi serikatnya pada masa itu telah berjumlah 12 dengan 1000 orang imam dan kira-kira 100 buah biara dan kolese.   Ignasius dinyatakan sebagai 'beato' oleh Paus Paulus V pada tanggal 3 Desember 1609 dan kemudian oleh Paus Gregorius XV ia dinyatakan sebagai 'santo' pada tanggal 12 Maret 1622.   Ignasius diangkat sebagai pelindung semua kegiatan rohani oleh Paus Pius XI pada tahun 1922.

Beato Yohanes Columbini, Pengaku Iman
Yohanes Columbini lahir di Siena, Italia pada abad ke-14. la tergolong warga kota yang berkedudukan penting dalam masyarakat dan kaya raya tetapi sembrono hidupnya. Cita-cita hidupnya hanya satu, yakni menjadi semakin kaya. Untuk itu ia senantiasa bekerja keras agar harta kekayaannya semakin bertambah banyak.
Pertobatannya hingga menjadi seorang Abdi Allah dan sesama manusia berawal dari semangatnya membaca riwayat Santa Maria dari Mesir. Mulanya ia merasa tidak puas bahkan marah terhadap kisah itu. Buku yang dibacanya dibuangnya jauh-jauh. Tetapi kemudian ia pun tertarik untuk membaca lagi kisah itu. Tanpa disadarinya tumbuhlah dalam hatinya kesadaran akan keadaan dirinya. la bertobat dan segera membagi-bagikan semua kekayaannya kepada orang-orang miskin. Ia sendiri menjadi seorang perawat bagi orang-orang sakit di sebuah rumah sakit di kota itu. Perubahan sikap hidupnya ini mengherankan banyak penduduk Siena. Sangat banyak orang berdosa bertobat setelah menyaksikan cara hidup baru Columbini. Beberapa orang kaya di kota itu mengikuti jejaknya.
Pada waktu itu di Propinsi Toskania merajalela aksi perampokan dan peperangan antar berbagai suku. Yohanes bersama kawan-kawannya menjelajahi desa dan kota sampai ke pelosok-pelosok untuk mewartakan Injil sambil mendamaikan kelompok-kelompok yang bertikai. Mereka memikat hati banyak orang dengan pengajarannya dan berhasil mempertobatkan banyak orang berdosa.
Yohanes mempersatukan para pengikutnya dalam sebuah perkumpulan awam yang disebut Yesuat. Perkumpulan ini mengabdikan diri pada perawatan orang sakit dan jompo, penguburan orang-orang yang meninggal dan berbagai karya amal lainnya. Yohanes Columbini meninggal dunia pada tahun 1367 dan digelari sebagai 'Beato'.

Santo Germanus, Pengaku Iman
Germanus lahir pada tahun 378. la adalah seorang pegawai tinggi pemerintah. la dipilih menjadi Uskup Auxerre, Prancis, meskipun tidak menyukainya. Kemudian ia meninggalkan isterinya. Harta miliknya ia gunakan untuk membangun gereja dan biara. Dua kali ia diutus ke Inggris untuk membersihkan umat dari bidaah Pelagianisme dan ikut berperang melawan tentara Saxon. Germanus dengan giat mengkristenkan kembali seluruh wilayah keuskupannya. la meninggat dunia pada tahun 448.

Santa Eilin, Janda dan Pengaku Iman
Janda muda yang saleh ini berziarah dari Swedia ke Yerusalem. Oleh sanak keluarganya ia dituduh merencanakan pembunuhan atas suami puterinya. Karena itu Eilin dipukuli dengan tongkat kayu sampai mati. Banyak peziarah menyaksikan terjadinya banyak mujizat pada makamnya. Eilin mati terbunuh pada tahun 1160.



https://liturgia-verbi.blogspot.co.id/