Liturgia Verbi 2019-10-01 Selasa.

Liturgia Verbi (C-I)
Pesta S. Teresia dari Kanak-kanak Yesus, Perawan dan Pelindung Misi

Selasa, 1 Oktober 2019

Ujud Misi/Evangelisasi - Musim panen karya misi di Gereja.
Semoga napas Roh Kudus menyemai dan menyuburkan Gereja dengan berseminya usaha dan karya-karya kesmisionarisan yang baru.

Ujude Gereja Indonesia - Gereja di pedesaan.
Semoga seiring dengan makin sedikitnya anak muda yang mau tinggal di pedesaan, Gereja lokal menemukan program-program yang bisa mengikat anak muda untuk memajukan desanya sendiri.



Bacaan Pertama
Yes 66:10-14b

"Aku mengalirkan kepadanya keselamatan seperti sungai."

Pembacaan dari Kitab Yesaya:

Bersukacitalah bersama-sama Yerusalem,
dan bersorak-soraklah karenanya,
hai semua orang yang mencintainya!
Bergiranglah bersama-sama dia segirang-girangnya,
hai semua orang yang pernah berkabung karenanya!
Hendaknya kamu minum susu yang menyegarkan dan menjadi kenyang, 
hendaknya kamu menghirup dan menikmati susu yang bernas.
Sebab beginilah firman Tuhan:
Sungguh, Aku mengalirkan kepadanya
keselamatan seperti sungai,
dan kekayaan bangsa-bangsa seperti batang air yang membanjir.
Kamu akan menyusu, akan digendong,
dan akan dibelai-belai di pangkuan.
Seperti seseorang yang dihibur ibunya,
demikianlah kamu akan Kuhibur;
kamu akan dihibur di Yerusalem.
Apabila kamu melihatnya, hatimu akan girang,
dan kamu akan seperti rumput muda yang tumbuh dengan lebat.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 131:1.2.3,

Refren: Jagalah aku dalam damai-Mu, ya Tuhan.

*Tuhan, aku tidak tinggi hati,
dan tidak memandang dengan sombong;
aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar
atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku.

*Sungguh, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku;
seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya,
ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku.

*Berharaplah kepada Tuhan, hai Israel,
dari sekarang sampai selama-lamanya.



Bait Pengantar Injil
Mat 11:25

Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi,
sebab misteri Kerajaan-Mu Kaunyatakan kepada orang kecil.



Bacaan Injil
Mat 18:1-5

"Jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini,
kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Sekali peristiwa
datanglah murid-murid kepada Yesus dan bertanya,
"Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Surga?"
Maka Yesus memanggil seorang anak kecil
dan menempatkannya di tengah-tengah mereka,
lalu berkata,
"Aku berkata kepadamu:
Sungguh, jika kamu tidak bertobat
dan menjadi seperti anak kecil ini,
kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga.
Sedangkan barangsiapa merendahkan diri
dan menjadi seperti anak kecil ini,
dialah yang terbesar dalam Kerajaan Surga.
Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku,
ia menyambut Aku."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Hari ini kita memperingati Pesta Santa Teresia dari Kanak-kanak Yesus, Perawan dan Pelindung Karya Misi Gereja.
Yang kita pestakan hari ini bukan Bunda Teresa yang dari Calcutta, India, melainkan Santa Teresia dari Alencon, Prancis.
Nama Santa Teresia adalah Maria Francoise Therese Martin, seorang suster, mengikuti jejak ke-empat kakaknya yang telah lebih dahulu menjadi suster.

Seharusnya hari ini kita merenungkan Injil Lukas tentang penggunaan kekuasaan seperti yang diinginkan oleh Yakobus dan Yohanes, "Tuhan, bolehkah kami menurunkan api dari langit untuk membinasakan mereka?"
tetapi karena Pesta Santa Teresia, diganti dengan Injil Matius.
Walau pun demikian, pesan Injil-nya se-irama dengan tema renungan kita minggu ini, "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Surga?"

Kita tidak dibenarkan menggunakan kekuasaan untuk mencelakai orang lain, apa pun alasannya.
Kita malah diminta untuk merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil, yang masih "mentah" untuk urusan tipu-muslihat, yang tidak menuntut macam-macam, dan yang mampu menerima Yesus tanpa penolakan.

Anak kecil seringkali dipandang sebelah mata, dianggap "masih hijau", oleh karenanya seringkali disepelekan orang.
Orang dewasa tentu sulit menerima kalau ia diperlakukan seperti anak kecil.
Orang dewasa ingin berkuasa, ingin dihormati, dan untuk memenuhi keinginannya itu ia tak segan-segan melanggar Injil, menjadi berdosa.
Ini yang tidak dikehendaki oleh Yesus.
Yesus mau agar orang dewasa mau memikul salibnya, direndahkan orang atau diperlakukan tidak baik oleh orang lain, serta tidak semata-mata mengejar kuasa dunia.

Nah, sekarang kita tahu, siapa sesungguhnya yang berpeluang menjadi yang terbesar dalam Kerajaan Surga, yakni orang yang dianggap "keci" di dunia ini.



Peringatan Orang Kudus
Santo Remigius, Uskup dan Pengaku Iman
Remi atau Remigius lahir di Prancis pada tahun 435. Pada umur 22 tahun, ia dipilih umat menjadi Uskup Reims, Prancis. Pilihan umat ini diterimanya dengan perasaan enggan karena ia merasa dirinya tidak layak. Tetapi di kemudian hari dalam seluruh hidupnya sebagai uskup terbukti bahwa pilihan umat atas dirinya sesungguhnya merupakan suara Tuhan sendiri.
Uskup Remi berbadan tinggi, bersikap tenang dan agung, ramah dan lembut terhadap siapa saja yang ditemuinya. Ia juga pintar, pandai berkotbah, dan murah hati terutama kepada orang-orang miskin. Sebagai uskup, ia berusaha sekuat tenaga untuk membawa bangsa Prancis, yang sebagian besar masih kafir ke pangkuan Kristus. Untuk itu tidak mengesampingkan pendekatan dan hubungan yang baik dengan raja dan para bangsawan Prancis. Ia berhasil dalam usaha kerasulan dan penginjilan bangsa Prancis itu, berkat doa dan teladan hidupnya, kotbahnya yang menyentuh hati umat, dan semua mujizat yang dilakukannya dalam nama Kristus Tuhan.
Pada malam Natal tahun 496 ia mempermandikan Raja Prancis, Klovis I bersama 3000 orang pembantunya. Remi memimpin keuskupannya selama 70 tahun lebih. Ketika ia meninggal dunia pada tahun 534 sebagian besar warga kerajaan Prancis sudah dikristenkan olehnya. Oleh karena itu ia diberi gelar 'rasul' negeri Prancis.

Santa Theresia dari Kanak-kanak Yesus, Perawan dan Pelindung Karya Misi
Maria Francoise Therese Martin lahir di Alencon, Prancis pada tanggal 2 Januari 1873. Theresia adalah puteri bungsu dari keluarga saleh Louis Martin dan Azelie Guerin. Ayahnya seorang pembuat arloji di kota Alencon. Sepeninggal isterinya, ia bersama anak-anaknya pindah ke Lisieux. Kematian ibunya menimbulkan shock besar pada Theresia sebagai puteri bungsu. Terpaksa kakaknya, Pauline, menggantikan kedudukan ibunya untuk merawat dan memperhatikan perkembangannya.
Theresia sangat dikasihi ayahnya. Ia diberi macam-macam julukan: 'Theresia Kecil', 'Bungsu Kecil' dan 'Ratu Kecil'. Pada tahun 1881 sampai 1885, ia belajar di sekolah Suster-suster Benediktin. Ia sangat perasa dan cepat menangis sehingga teman-temannya tidak akrab dengannya. Ia semakin menjadi perasa sewaktu kakaknya Pauline masuk biara Karmelit di Lisieux pada bulan Oktober 1882. Theresia jatuh sakit karena keberangkatan Pauline itu. Theresia disembuhkan secara ajaib. Sementara kakak-kakaknya berlutut disamping tempat tidurnya untuk berdoa bagi kesembuhannya, patung Bunda Maria yang berada di depannya tiba-tiba tersenyum padanya. Penyakit itu hilang seketika meskipun sifat perasa masih tetap ada. Sifat itu baru mulai hilang karena nasehat ayahnya ketika mereka menghadiri upacara malam Natal tahun 1886. Semenjak itu, ia mulai semakin sadar akan keburukan dari sifatnya yang manja dan lekas tersinggung itu. Ia sadar bahwa ia sudah mulai remaja dan lebih dari itu bahwa sifat kekanak-kanakan itu tidak cocok bagi seorang wanita yang bercita-cita menjadi suster. Saat kesadarannya ini - kemudian dalam autobiografinya - disebutnya sebagai saat ber-rahmat yang mengawali kehidupannya yang baru. Katanya dalam buku itu: "Yesuslah yang merubah diriku." 
Semenjak itu ia mulai sadar bahwa dirinya dipenuhi karunia Roh Kudus. Ia sadar pula bahwa dia harus mengabdikan seluruh-hidupnya kepada Tuhan. Kerinduannya untuk bersatu dengan Kanak-kanak Yesus sangatlah besar, dan karena itu di kemudian hari setelah ia digelari 'kudus', ia dinamai 'Theresia dari Kanak-kanak Yesus' dan 'Theresia dari Lisieux'. Kepada Yesus ia berjanji tidak akan pernah segan melakukan apa saja yang dikehendaki Tuhan dari padanya.
Kerinduannya itu terungkap dalam salah satu doanya berikut ini: "Yesus, tentu Engkau senang mempunyai mainan. Biarlah saya menjadi mainanMu! Anggap saja saya ini mainanMu. Bila akan Kauangkat, betapa senang hatiku. Jika hendak Kausepak kian kemari, silakan! Dan kalau hendak Kautinggalkan di pojok kamar lantaran bosan, boleh saja. Saya akan menunggu dengan sabar dan setia. Tetapi kalau hendak Kautusuk bolaMu. . .O, Yesus, tentu itu sakit sekali, namun terjadilah kehendakMu!" Inilah doa Theresia Martin kepada Kanak-kanak Yesus yang sangat dirindukannya tetapi belum bisa disambutnya karena umurnya baru 7 tahun. 
Orangtua Theresia baik sekali terhadapnya bersama saudara-saudaranya yang lain. Mereka semua - ada lima orang - menjadi suster. Betapa bahagia hati Theresia, ketika pada umur 12 tahun boleh menyambut Tubuh Yesus untuk pertama kalinya. Di hadapan sebuah salib, ia berjanji: "Yesus di kayu salib yang haus, saya akan memberikan air kepadaMu. Saya bersedia menderita sedapat mungkin, agar banyak orang berdosa bertobat." Pendosa pertama yang bertobat berkat doa Theresia ialah seorang penjahat kakap yang dijatuhi hukuman mati tanpa menyesal, namun akhirnya ia bertobat juga di hadapan sebuah salib sesaat sebelum menjalani hukuman. 
Kerinduan Theresia yang begitu besar pada Yesus mendesak dia untuk menjalani kehidupan khusus sebagai seorang biarawati, mengikuti teladan 4 orang saudaranya yang sudah lebih dahulu menjadi suster. Tetapi ia belum bisa diterima karena umurnya baru 14 tahun. Ia tidak putus asa. Ia berziarah ke Roma bersama orangtuanya. Dalam audiensi umum dengan Bapa Suci, ia dengan berani meminta izin khusus dari Bapa Suci untuk menjadi suster. Permintaannya itu dikabulkan dan dia boleh masuk biara pada umur 15 tahun. Ia diterima dalam biara Suster-suster Karmelit di Lisieux, Prancis. Kedua kakaknya sudah lebih dahulu di biara itu. Sembilan tahun lamanya, ia hidup sebagai suster biasa. Sebagaimana suster muda lainnya, ia melaksanakan tugas dan doa harian, harus mengatasi perasaan tersinggung, marah, rasa iri hati dan memerangi kebosanan serta bermacam ragam godaan lahir maupun batin. Untuk mencapai kesempurnaan hidup, ia memilih 'jalan sederhana' berdasarkan ajaran Kitab Suci: hidup selaku seorang anak kecil, penuh cinta dan iman kepercayaan akan Allah dan penyerahan diri yang total dengan perasaan gembira. Demi cita-cita itu, ia melakukan hal-hal kecil dan kewajiban-kewajiban sehari-hari dengan penuh tanggungjawab karena cinta kasihnya yang besar kepada Allah Bapa di surga. 
Ia sedih sekali melihat banyak orang menyakiti hati Yesus dengan berbuat dosa dan tidak mau bertobat. Untuk mempertobatkan orang­orang berdosa itu, ia mempersembahkan dirinya sebagai korban penyilih dosa-dosa. Ia rajin berdoa dan melakukan tapa bagi semua orang berdosa. Ia juga berdoa bagi para misionaris dan kemajuan Kerajaan Allah di seluruh dunia. 
Theresia akhirnya menderita sakit paru-paru yang parah.  Selama dua tahun lamanya ia menanggung beban penderitaan itu dengan gembira. Penyakit ini kemudian merengut nyawanya pada tanggal 30 September 1897 di biara Lisieux. Sebelum menghembuskan nafasnya, ia berjanji untuk menurunkan hujan mawar ke dunia. Janji ini benar terpenuhi karena banyak karunia Allah diberikan kepada semua orang yang berdoa dengan perantaraannya.
Theresia meninggal dunia dalam usia yang sangat muda, 24 tahun. Ia mewariskan catatan riwayat pribadinya yang ditulis atas permintaan ibu biara: "Kisah suatu Jiwa." Di dalamnya ia menunjukkan bahwa kesucian hidup dapat dicapai oleh siapa saja, betapa pun rendah, hina dan biasa orang itu. Caranya ialah melaksanakan pekerjaan-pekerjaan kecil dan tugas sehari-hari dengan penuh cintakasih yang murni kepada Tuhan. Theresia adalah seorang Suster Karmelit yang terkenal di Prancis pada abad 20. Pada tahun 1925, ia digelari sebagai 'santa' oleh Paus Pius XI (1922-1939) dan diangkat sebagai 'Pelindung Karya Misi Gereja'. Kemudian oleh Paus Pius XII (1939-1958), Theresia diangkat sebagai 'Pelindung Prancis'.

Santo Romanus dari Italia, Pertapa
Romanus dikenal sebagai seorang pertapa dan biarawan yang hidup di gurun pasir dekat Subiaco. Ia sangat berjasa kepada Santo Benediktus yang sedang mencari jalan kesempurnaan hidup di padang pasir dekat pegunungan Subiaco. Romanus-lah yang memberikan bimbingan dan nasehat serta menunjukkan kepada Benediktus gua pertapaan yang jauh dari keramaian. Selama Benediktus bertapa di gua itu, Romanus yang menghantarkan makanan kepadanya.
Konon Romanus pergi ke Auxere, Prancis untuk membebaskan bangsa Vandal yang membanjiri Italia. Di sana ia mendirikan biara Fontauge. Ia wafat pada tahun 550 dan relikuinya disimpan di Auxere Sens dan Vareilles.

Bulan Oktober adalah Bulan Rosario.
Kita memohon perlidungan Santa Perawan Maria dari segala mara bahaya.
Kiranya baik Bulan Rosario dibuka dan ditutup dengan Perayaan Ekaristi untuk umat/lingkungan-lingkungan separoki.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

Liturgia Verbi 2019-09-30 Senin.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXVI

Senin, 30 September 2019

PW S. Hieronimus, Imam dan Pujangga Gereja



Bacaan Pertama
Za 8:1-8

"Aku akan menyelamatkan umat-Ku dari timur sampai ke barat."

Pembacaan dari Nubuat Zakharia:

Datanglah sabda Tuhan semesta alam, bunyinya:
Beginilah sabda Tuhan semesta alam:
"Aku berusaha untuk Sion dengan kegiatan besar
dan dengan kehangatan amarah yang besar."

Beginilah sabda Tuhan semesta alam:
"Aku akan kembali ke Sion
dan akan tinggal di tengah-tengah Yerusalem.
Yerusalem akan disebut Kota Setia,
dan gunung Tuhan semesta alam akan disebut Gunung Kudus."

Beginilah sabda Tuhan semesta alam:
"Akan ada lagi kakek-kakek dan nenek-nenek
yang duduk di jalan-jalan Yerusalem,
masing-masing memegang tongkat karena lanjut usianya.
Dan jalan-jalan kota itu
akan penuh dengan anak laki-laki dan perempuan
yang bermain-main di situ."

Beginilah sabda Tuhan semesta alam:
"Kalau pada waktu itu sisa-sisa bangsa ini menganggap hal itu ajaib,
apakah Aku akan menganggapnya ajaib?
Demikianlah sabda Tuhan semesta alam.

Beginilah sabda Tuhan semesta alam:
"Sesungguhnya Aku akan menyelamatkan umat-Ku
dari timur sampai ke barat,
dan Aku akan membawa mereka pulang,
supaya mereka tinggal di tengah-tengah Yerusalem.
Maka mereka akan menjadi umat-Ku
dan Aku akan menjadi Allah mereka dalam kesetiaan dan kebenaran."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 102:16-18.19-21.22-23,R:17

Refren: Tuhan sudah membangun Sion
dan menampakkan diri dalam kemuliaan-Nya.

*Maka bangsa-bangsa menjadi takut akan nama Tuhan,
dan semua raja bumi menyegani kemuliaan-Mu,
bila Engkau sudah membangun Sion,
dan menampakkan diri dalam kemuliaan-Mu;
bila Engkau mendengarkan doa orang-orang papa,
dan tidak memandang hina doa mereka.

*Biarlah hal ini dituliskan bagi angkatan yang kemudian,
dan bangsa yang diciptakan nanti akan memuji-muji Tuhan,
sebab Ia telah memandang dari tempat-Nya yang kudus,
Tuhan memandang dari surga ke bumi,
untuk mendengarkan keluhan orang tahanan,
untuk membebaskan orang-orang yang ditentukan harus mati.

*Anak hamba-hamba-Mu akan diam dengan tenteram,
dan anak cucu mereka akan tetap ada di hadapan-Mu.
supaya nama Tuhan diceritakan di Sion,
dan Dia dipuji-puji di Yerusalem,
apabila para bangsa berkumpul bersama-sama
dan kerajaan-kerajaan berhimpun
untuk beribadah kepada Tuhan.



Bait Pengantar Injil
Mrk 10:45

Anak Manusia datang untuk melayani
dan menyerahkan nyawa-Nya
sebagai tebusan bagi semua orang.



Bacaan Injil
Luk 9:46-50

"Yang terkecil di antara kalian, dialah yang terbesar."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Sekali peristiwa
timbullah pertengkaran di antara murid Yesus
tentang siapakah yang terbesar di antara mereka.
Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka.
Karena itu Ia mengambil seorang anak kecil
dan menempatkannya di samping-Nya,
dan Ia berkata kepada mereka,
"Barangsiapa menerima anak ini demi nama-Ku, dia menerima Aku.
Dan barangsiapa menerima Aku, menerima Dia yang mengutus Aku.
Sebab yang terkecil di antara kalian, dialah yang terbesar."

Pada kesempatan lain Yohanes berkata,
"Guru, kami lihat seorang mengusir setan demi nama-Mu,
dan kami telah mencegahnya, karena ia bukan pengikut kita."
Tetapi Yesus menjawab, "Jangan kalian cegah,
sebab barangsiapa tidak melawan kalian, ia memihak kalian."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Memang tak dapat dipungiri kalau sebagian besar dari kita mempunyai kecenderungan untuk menduduki tempat yang lebih tinggi dibandingkan orang lain, lebih mementingkan diri sendiri.
Itu yang terjadi di antara para murid Yesus.
Mereka bertengkar tentang siapakah yang terbesar di antara mereka.
Padahal baru saja Yesus menyampaikan tentang penderitaan yang akan dialami oleh Yesus.
Mereka tidak mau mengerti perkataan Yesus itu, malah lebih memikirkan kedudukan dan pangkat.

Bukan hanya itu, kita juga mempunyai kecenderungan untuk memonopoli apa yang telah kita miliki, tidak rela kalau orang lain turut mendapat manfaat dari apa yang kita miliki, dan bahkan kita ingin menguasai apa yang sesungguhnya bukan milik kita.
Kuasa untuk mengusir setan sesungguhnya bukan milik para murid secara eksklusif, orang lain juga boleh menerima kuasa itu.
Para murid mencegah seseorang yang mengusir setan atas nama Yesus, ini jelas keliru.
Seharusnya kita merasa senang ketika mengetahui seseorang dari agama lain yang dapat mendaraskan doa Bapa Kami dan Salam Maria dengan baik karena ia pernah menjadi siswa sekolah Katolik.
Mana boleh kita menganggap dia tidak berhak mendoakannya?

Mari kita koreksi kekeliruan kita ini.
Kristus bukan milik kita pribadi.
Yesus datang untuk semua orang, dan siapa pun boleh mendengarkan dan menjalankan ajaran-ajaran-Nya.
Saya pernah berjumpa beberapa orang yang membaca Injil dan menjalankannya padahal ia bukan pengikut Kristus.
Itu ia lakukan karena ia tak sampai hati untuk melukai perasaan keluarganya untuk pindah agama.

Justru Yesus menghendaki agar kita turut mewartakan Injil, menjadi saksi-Nya, agar lebih banyak lagi orang yang diselamatkan, bukan malah mencegah orang lain.



Peringatan Orang Kudus
Santo Hieronimus, Imam dan Pujangga Gereja
Eusebius Hieronimus Sophronius lahir di Stridon, Dalmatia pada tahun 342. Ayahnya, Eusebius, adalah seorang beriman Kristen yang saleh hidupnya dan dikenal luas sebagai tuan tanah yang kaya raya. Ia mendidik Hieronimus sesuai dengan kebiasaan-kebiasaan hidup Kristiani dan kebiasaan kerja keras. Ketika Hieronimus berusia 12 tahun, ia mengirimnya ke Roma untuk belajar ilmu hukum dan filsafat. Studinya berjalan lancar, hanya cara hidupnya tidak tertib karena pengaruh kehidupan moral orang Roma yang tidak terpuji pada masa itu. Untunglah bahwa ia lekas sadar dan bertobat dari cara hidupnya yang tidak tertib itu. Pada saat itulah ia meminta dipermandikan oleh Paus Liberius. Rahmat permandian yang diterimanya terus dihayatinya dengan banyak berdoa dan berziarah ke makam para martir dan para Rasul bersama kawan-kawannya. Kehidupan rohaninya terus meningkat, demikian pula cintanya kepada Tuhan dan sesama.
Pada tahun 370, ia berangkat ke kota Aquileia dan tinggal di sana beberapa lama untuk mendapat bimbingan dari Valerianus, seorang Uskup yang saleh. Dari sana ia pindah ke kota Antiokia, dan menjalani hidup bertapa di padang gurun Chalcis, di luar kota Antiokia. Empat tahun lamanya ia hidup di dalam kesunyian padang gurun untuk belajar dan meningkatkan hidup rohaninya dengan doa dan puasa. Di bawah bimbingan seorang rabbi, ia belajar bahasa Yunani dan Ibrani.
Berkat kemajuan hidup rohaninya yang besar, ia dianggap layak untuk ditahbiskan menjadi imam. Peristiwa itu terjadi di Antiokia pada tahun 379. Setelah menjadi imam, Hieronimus pergi ke Konstantinopel karena tertarik pada cara hidup Santo Gregorius dari Nazianza. Ia memperoleh banyak pengalaman dari Gregorius bagi peningkatan hidupnya. Hieronimus kemudian berangkat ke Roma dan di sana ia menjadi sekretaris pribadi Sri Paus Damasus (366-384).
Karena pengetahuannya yang luas dan mendalam tentang Kitab Suci dan kecakapannya dalam bahasa Latin, Yunani dan Ibrani, Hieronimus ditugaskan oleh Paus Damasus untuk membuat terjemahan baru atas seluruh isi Alkitab dari bahasa Yunani dan Ibrani ke dalam bahasa Latin. Untuk menunaikan tugas suci itu, ia pindah ke Betlehem, tempat kelahiran Yesus. Ia tinggal di sana selama 30 tahun untuk bekerja, belajar dan bersemadi. Perjanjian Lama diterjemahkannya dari bahasa Ibrani dan Aramik ke dalam bahasa Latin, sedangkan Perjanjian Baru diterjemahkannya dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Latin. Hasil terjemahannya sangat baik dan disukai banyak orang. Oleh karena itu terjemahannya disebut Vulgata, yang berarti Populer, dan sampai kini masih dianggap sebagai terjemahan yang resmi dan sah oleh Gereja.
Selain terkenal luas karena hasil terjemahannya, Hieronimus juga dikenal luas sebagai seorang pembela iman dari berbagai aliran bidaah dan pembimbing rohani. Dari segala penjuru datanglah banyak orang untuk mendapatkan bimbingannya dalam berbagai masalah ketuhanan dan Kitab Suci. Di Betlehem, Hieronimus mendirikan dua buah biara dan memimpinnya selama berada di Betlehem. Satu dari dua biara itu diperuntukkan bagi para biarawati di bawah pimpinan Santa Paula dan kelak oleh Santa Eustachia. Dua biara itu kemudian dibakar oleh para pengikut bidaah Pelagianisme. Kendatipun tertimpa kesedihan besar, Hieronimus terus giat menulis dan mengajar hingga wafatnya pada tahun 420. la dinyatakan oleh Gereja sebagai Orang Kudus sekaligus sebagai seorang Pujangga Gereja yang besar.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

Liturgia Verbi 2019-09-29 Minggu.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Minggu Biasa XXVI 

Minggu, 29 September 2019



Bacaan Pertama
Am 6:1a.4-7

"Yang duduk berjuntai dan bernyanyi
akan pergi sebagai orang buangan."

Pembacaan dari Nubuat Amos:

Beginilah firman Tuhan, Allah semesta alam,
"Celakalah orang-orang yang merasa aman di Sion,
yang merasa tenteram di gunung Samaria!
Celakalah orang yang berbaring di tempat tidur dari gading,
dan duduk berjuntai di ranjang;
yang memakan anak-anak lembu
dari tengah kawanan binatang yang tambun;
yang bernyanyi-nyanyi mendengar bunyi gambus,
dan seperti Daud menciptakan bunyi-bunyian bagi dirinya!
Celakalah orang yang minum anggur dari bokor,
dan berurap dengan minyak yang paling baik,
tetapi tidak berduka karena hancurnya keturunan Yusuf!
Sebab sekarang mereka akan pergi sebagai orang buangan
di kepala barisan,
dan berlalulah hiruk pikuk pesta orang-orang yang duduk berjuntai itu."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 146:7.8-9a.9bc-10,R:1b

Refren: Pujilah Tuhan, hai jiwaku!

*Dialah yang menegakkan keadilan
bagi orang-orang yang diperas,
dan memberi roti kepada orang-orang yang lapar.
Tuhan membebaskan orang-orang yang terkurung,

*Tuhan membuka mata orang buta,
Tuhan menegakkan orang yang tertunduk,
Tuhan mengasihi orang-orang benar.
Tuhan menjaga orang-orang asing.

*Anak yatim dan janda ditegakkan-Nya kembali,
tetapi jalan orang fasik dibengkokkan-Nya.
Tuhan itu Raja untuk selama-lamanya,
Allahmu, ya Sion, turun-temurun!



Bacaan Kedua
1Tim 6:11-16

"Taatilah perintah ini hingga pada saat Tuhan menyatakan diri."

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Timotius:

Hai engkau, manusia Allah,
jauhilah semua kejahatan,
kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan,
kasih, kesabaran dan kelembutan.
Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar,
dan rebutlah hidup yang kekal.
Untuk itulah engkau telah dipanggil,
untuk itulah engkau telah mengikrarkan ikrar yang benar
di depan banyak saksi.

Di hadapan Allah yang memberikan hidup kepada segala sesuatu
dan di hadapan Kristus Yesus
yang memberikan kesaksian yang benar di hadapan Pontius Pilatus,
aku memperingatkan engkau:
Taatilah perintah ini tanpa cacat dan tanpa cela
hingga pada saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.
Saat itu akan ditentukan
oleh Penguasa yang satu-satunya dan yang penuh bahagia,
Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan.
Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada maut,
dan bersemayam dalam terang yang tak terhampiri.
Tak seorang pun pernah melihat Dia,
dan tak seorang manusia pun dapat melihat Dia.
Bagi Dialah hormat dan kuasa yang kekal! Amin.

Demikianlah sabda Tuhan.



Bait Pengantar Injil
2Kor 8:9

Yesus Kristus menjadi miskin, sekali pun Ia kaya,
supaya oleh karena kemiskinan-Nya kamu menjadi kaya.



Bacaan Injil
Luk 16:19-31

"Engkau telah menerima segala yang baik,
sedangkan Lazarus segala yang buruk. 
Sekarang ia mendapat penghiburan dan engkau sangat menderita."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Sekali peristiwa
Yesus berkata kepada orang-orang Farisi,
"Ada seorang kaya
yang selalu berpakaian jubah ungu dari kain halus,
dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan.
Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus,
badannya penuh dengan borok.
Ia berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu,
dan ingin menghilangkan laparnya
dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu.
Malahan anjing-anjing datang dan menjilati boroknya.

Kemudian matilah orang miskin itu,
lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham.
Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur.
Sementara menderita sengsara di alam maut,
ia memandang ke atas,
dan dari jauh dilihatnya Abraham,
dan Lazarus duduk di pangkuannya.
Lalu ia berseru, 'Bapa Abraham, kasihanilah aku.
Suruhlah Lazarus mencelupkan ujung jarinya ke dalam air
dan menyejukkan lidahku,
sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini.'

Tetapi Abraham berkata, 'Anakku, ingatlah!
Engkau telah menerima segala yang baik semasa hidupmu,
sedangkan Lazarus segala yang buruk.
Sekarang ia mendapat penghiburan dan engkau sangat menderita.
Selain daripada itu,
di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi,
sehingga mereka yang mau pergi dari sini kepadamu
ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami
tidak dapat menyeberang!'
Kata orang itu,
'Kalau demikian, aku minta kepadamu, Bapa,
supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku,
sebab masih ada lima orang saudaraku,
supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh,
agar mereka kelak jangan masuk ke dalam tempat penderitaan ini.'
Tetapi kata Abraham,
'Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi;
baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu!'
Jawab orang itu, 'Tidak, Bapa Abraham!
Tetapi jika ada seorang
yang datang dari antara orang mati kepada mereka,
mereka akan bertobat.'
Kata Abraham kepadanya,
'Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi,
mereka tidak juga akan mau diyakinkan,
sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati'."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Minggu ini kita akan banyak merenungkan tentang kedudukan, jabatan atau pangkat, dan perbedaannya di Surga dan di dunia ini.
Hari ini Yesus menyampaikan tentang seorang yang kaya dan seorang pengemis yang bernama Lazarus.
Di dunia, orang kaya itu hidup senang, bersukaria dalam kemewahan, sedangkan Lazarus hidup dalam kesusahan.
Tetapi di Surga, keadaannya berbalik.
Lazarus boleh berbahagia duduk di pangkuan Abraham, sedangkan orang kaya itu hidup sengsara di alam maut.

Mungkinkah kita bisa hidup bahagia baik di dunia dan kelak di Surga?
Kalau kita lihat kisah Bunda Maria dan orang-orang kudus, nampaknya seperti tidak mungkin.
Bunda Maria dan orang-orang kudus itu mesti mengalami kesusahan hidup di dunia.
Semua rasul Yesus mesti menjadi martir, kecuali Yohanes.
Tetapi itu tidak berarti kalau hidup Yohanes tidak susah, sekali pun ia merasa sebagai "anak kesayangan" Yesus.

Hidup di dunia ini memang diliputi berbagai kesusahan.
Allah tidak menciptakan dunia seperti Firdaus.
Yesus telah mengatakannya, bahwa kesusahan itu memang ada setiap hari.
Kita semua mesti menghadapi kesusahan masing-masing, mesti memikul salib masing-masing.
Tentu saja boleh, kita berdoa untuk memohon pertolongan Tuhan, tetapi bukan untuk membebaskan diri dari kesusahan dunia, melainkan agar dikuatkan mengatasi berbagai kesusahan itu.

Tidaklah salah medapat kedudukan yang tinggi di dunia ini, misalnya memiliki kekayaan sehingga dihormati orang, atau menjadi pejabat tinggi di pemerintahan atau di organisasi lainnya.
Bukan itu ukuran yang digunakan untuk menentukan apakah kita akan memasuki Surga atau tidak.
Larut dalam kemewahan duniawi bisa membuat kita tidak lagi mendengarkan sabda Tuhan dan melaksanakannya, ini yang salah.
Orang kaya yang dikisahkan pada Bacaan Injil hari ini, menderita sengsara di alam maut bukan karena ia kaya-raya melainkan karena ia tidak mempunyai belas-kasih melihat sesusahan orang lain.
Mata hatinya tertutup sehingga tak melihat Lazarus yang makan dari remah-remah yang jatuh dari mejanya.

Jadi, boleh saja mendapatkan kedudukan yang tinggi, tapi hendaknya tetap mampu berbelas-kasih kepada orang yang tidak seberuntung dirinya.
Itu yang dikehendaki oleh Yesus untuk kita laksanakan.



Peringatan Orang Kudus
Mikael, Gabriel dan Rafael, Malaekat Agung
Mikael, yang berarti 'Siapakah yang sama dengan Allah?' adalah malaekat agung Allah dan panglima bala tentara surga. Dalam iman Kristen, Mikael dikenal sebagai pembela kaum beriman menghadapi serangan musuh.
Cerita-cerita klasik tentang malaekat agung Mikael umumnya bersumber pada kitab Wahyu Yohanes yang menggambarkan pertentangan antara Yang Baik dan yang jahat. Dalam Wahyunya, Yohanes menulis: "Mikael bersama malaekat-malaekatnya berperang melawan naga itu dan naga itu dibantu oleh malaekat-malaekatnya, tetapi mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga. Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaekat-malaekatnya." (Why 12:7-9). Lalu Yohanes mendengar suara nyaring di surga: "Sekaranglah saatnya Allah menyelamatkan umatNya! Sekarang Allah sudah menunjukkan kuasaNya sebagai Raja! Sekarang Raja Penyelamat Yang dijanjikanNya itu telah menunjukkan kekuasaanNya! Sebab, yang menuduh saudara-saudara kita di hadapan Allah siang dan malam, sudah dikeluarkan dari surga. Saudara-saudara kita sudah mengalahkan dia dengan darah Anak Domba itu, dan dengan Sabda Allah yang mereka kabarkan. Mereka rela mengorbankan nyawa mereka sampai mati. Sebab itu, hendaklah surga dan semua yang tinggal di dalamnya, bersuka ria! Tetapi celakalah bumi dan laut, karena iblis sudah turun kepadamu dengan amarah yang sangat besar. Sebab ia tahu bahwa waktunya tinggal sedikit." (Why 12: 10-12).
Mikael bersama malaekat-malaekat baik telah mengalahkan lusifer dengan sahabat-sahabatnya. Orang-orang Kristen yang rela mengorbankan nyawanya sudah menang berkat darah Kristus dan Sabda Ilahi. Namun Satan tetap mau menjatuhkan manusia di hadapan Tuhan; satan tetap berusaha menjauhkan manusia dari Tuhan, sumber hidup abadi. Tetapi orang beriman yang bersekutu dengan Mikael akan menang. Mikael adalah pembela kaum beriman dari segala serangan musuh yang jahat.
Bangsa Israel memandang Mikael sebagai pembelanya dalam segala penganiayaan, godaan dan perpecahan. Kitab Daniel mengungkapkan sbb: " . . . kemudian Mikael, salah seorang dari pemimpin-pemimpin terkemuka, datang menolong aku, dan aku meninggalkan dia di sana berhadapan dengan raja-raja orang Persia. . . " (Dan 10:13). Sebagaimana Israel, demikian juga Gereja senantiasa memandang Mikael sebagai pelindung, pembela Gereja dalam penganiayaan, godaan dan perpecahan. Umat Kristen mendirikan banyak gereja di atas bukit dan gunung dengan nama Mikael. Banyak kerajaan (seperti di Jerman), kota dan umat mempercayakan diri kepada pimpinan malaekat Mikael yang setia kepada Tuhan. Penghormatan kepada Mikael semakin besar setelah penampakannya di atas Gunung Gargano, Italia pada abad ke-5. Di atas gunung Gargano kemudian didirikan sebuah gereja megah untuk menghormati Mikael.
Selain itu diceritakan bahwa sewaktu Roma terserang wabah, Paus Gregorius melihat malaekat Mikael tengah menghunus pedangnya di atas makam Kaisar Adrian, yang sekarang disebut Benteng Santo Angelo. Orang-orang Negro Amerika bernyanyi: Michael, row the boat ashore! Alleluia!" Lagu ini mengingatkan tradisi tentang Santo Mikael sebagai penerima dan pengawal jiwa orang yang meninggal. Gabriel, yang lazim disebut juga 'Jibrail' berarti 'Kekuatan Allah.' Dalam tradisi Kristen malaekat agung ini dikenal sebagai 'pembawa khabar gembira' dari Tuhan kepada manusia. Peranannya sebagai pelayan dan utusan Allah sudah dikenal umat Allah semenjak masa Perjanjian Lama.
Dalam Kitab Daniel, kita baca uraian sang Nabi sbb: " . . . Dan aku mendengar dari tengah sungai Ulai itu suara manusia yang berseru: 'Gabriel, buatlah orang ini memahami penglihatan itu! . . . Lalu ia berkata kepadaku: 'Pahamilah, anak manusia, bahwa penglihatan itu mengenai akhir masa!" (Dan 8:16-18). Lalu selanjutnya Daniel berkata: " . . . Sementara aku berbicara dalam doa, terbanglah dengan cepat ke arahku Gabriel, dia yang telah kulihat dalam penglihatan yang dahulu itu pada waktu persembahan korban petang hari. Lalu ia mengajari aku dan berbicara dengan aku: 'Daniel, sekarang aku datang untuk memberi akal budi kepadamu untuk mengerti . . . " (Dan 9:21-23).
Dalam Perjanjian Baru, peranan Gabriel sebagai 'pembawa khabar gembira' dari Allah ditemukan lagi di dalam kisah tentang Zakarias. " . .  Tetapi malaekat itu berkata kepadanya: 'Jangan takut, hai Zakaria, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet, istrimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes . . . ' Lalu kata Zakaria kepada malaekat itu: 'Bagaimanakah aku tahu, bahwa hal ini akan terjadi? Sebab aku sudah tua dan isteriku sudah lanjut umurnya'. Jawab malaekat itu kepadanya: 'Akulah Gabriel yang melayani Allah dan aku telah diutus untuk berbicara dengan engkau dan untuk menyampaikan khabar baik ini kepadamu ...... (Luk 1:11-20).
Puncak dari peranan Gabriel tampak di dalam kisah kunjungannya kepada Maria, Dara murni yang terpilih: "Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaekat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazareth, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria .... Kata malaekat itu: 'Salam hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau' . . . . Jangan takut, hai Maria sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah.. . ' " (Luk 1:26-38).
Dari peranan malaekat Gabriel, kita tahu bahwa Gabriel menjadi utusan Allah untuk menyampaikan kepada manusia berita keselamatan dari Allah. Ia memberi penerangan ilahi kepada manusia sehingga terbukalah budi dan hati manusia untuk memahami dan meyakini kehendak Allah.
Rafael, Rafael berarti 'Obat Tuhan', 'Tabib Allah' atau 'Tuhan Menyembuhkan'. Kisah terkenal mengenai malaekat Rafael sebagai 'Tabib Allah' dapat kita baca di dalam Kitab Tobit 4-12. Di sana Rafael tampil sebagai 'teman seperjalanan' Tobia ke negeri Media, dan sebagai malaekat Tuhan yang diutus untuk menyembuhkan Tobias dari kebutaannya, dan untuk membebaskan Sara, puteri Raguel, dari gangguan roh jahat.
Kepada Tobit, Rafael memperkenalkan diri: "Aku ini Rafael, satu dari ketujuh malaekat yang melayani di hadapan Tuhan yang mulia ... Jangan takut; damai sejahtera dengan kamu. Pujilah Allah selama-lamanya! Waktu aku ada dengan kamu, maka bukan karena kerelaanku sendirilah terjadi demikian, melainkan karena kehendak Allah. Maka pujilah Dia seumur hidup, bernyanyilah kepadaNya! . . . " (Tob 12:15-18).
Umat Kristen menghormati malaekat Rafael sebagai tabib Allah yang diutus untuk menyembuhkan manusia dari penyakit dan menguatkan kelemahan jiwanya serta membebaskan manusia dari perhambaan setan.

Santo Sirakus, Pengaku Iman
Sirakus lahir pada tahun 449. Pada umur 17 tahun ia memasuki kehidupan pertapaan di Betlehem. Namun kemudian ia tinggal di banyak biara di seputar Palestina dan di tepi Laut Mati. Rahib Yunani ini sangat lemah lembut, tak pernah marah, dan senang menyanyikan Mazmur. Ia biasanya tidak makan sebelum matahari terbenam. Sirakus meninggal dunia di pertapaannya pada tahun 557.

Santa Theodota dari Philippopolis, Martir
Theodota berasal dari daerah Philippopolis, Thrace. Hari kelahiranya tidak diketahui dengan pasti. Ia dikenal sebagai orang Kristen di wilayah itu. Oleh karena itu ia ditangkap dan dihadapkan ke pengadilan kota Philippopolis. Di sana ia dipaksa oleh Prefek kota itu untuk bergabung dengan orang banyak membawakan kurban kepada dewa Apollo. Dengan tegas ia menolak hal itu karena imannya. Walaupun ia merasa diri sebagai orang yang penuh dosa, namun ia tidak sudi lebih jauh merusak dirinya dengan menyembah dewa-dewa kafir itu. Ia disiksa dengan berbagai cara agar bisa menyangkali imannya, namun ia benar­benar tabah dan sanggup menahan penderitaan itu. Ia memikul beban penderitaan 750 orang Kristen yang ada di daerah itu. Theodota akhirnya dirajam hingga menemui ajalnya. Ia dikenal sebagai martir Kristus abad keempat.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

Liturgia Verbi 2019-09-28 Sabtu.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXV

Sabtu, 28 September 2019

PF S. Wenseslaus, Martir
PF S. Laurensius Ruiz dkk. Martir



Bacaan Pertama
Za 2:1-5.10-11a

"Aku datang dan tinggal di tengah-tengahmu."

Pembacaan dari Nubuat Zakharia:

Aku, Zakharia, melayangkan mataku dan melihat:
Tampak seorang yang memegang tali pengukur.
Aku lalu bertanya, "Ke manakah engkau pergi?"
Maka ia menjawab, "Ke Yerusalem, untuk mengukurnya,
untuk melihat berapa lebar dan panjangnya."

Lalu malaikat yang berbicara dengan daku maju ke depan.
Sementara itu seorang malaikat lain maju,
mendekatinya dan diberi perintah,
"Larilah, katakanlah kepada orang muda di sana itu, demikian,
'Yerusalem akan tetap tinggal seperti padang terbuka
oleh karena banyaknya manusia dan hewan di dalamnya.
Dan Aku sendiri,' demikianlah sabda Tuhan,
'akan menjadi tembok berapi di sekelilingnya,
dan Aku akan menjadi kemuliaan di dalamnya."

"Bersorak-sorailah dan bersukarialah, hai puteri Sion,
sebab sesungguhnya Aku datang dan tinggal di tengah-tengahmu,"
demikianlah sabda Tuhan,
"dan pada waktu itu
banyak bangsa akan menggabungkan diri kepada Tuhan
dan akan menjadi umat-Ku,
dan Aku akan tinggal di tengah-tengahmu."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Yer 31:10.11-12ab.13,R:10d

Refren: Tuhan menjaga kita
seperti gembala menjaga kawanan dombanya.

*Dengarlah firman Tuhan, hai bangsa-bangsa,
dan beritahukanlah di tanah-tanah pesisir yang jauh,
katakanlah: Dia yang telah menyerakkan Israel
akan menghimpunnya kembali,
dan menjaganya seperti gembala menjaga kawanan dombanya!

*Sebab Tuhan telah membebaskan Yakub,
telah menebusnya dari tangan orang yang lebih kuat dari padanya.
Mereka akan datang bersorak-sorai di atas bukit Sion,
muka mereka akan berseri-seri karena kebajikan Tuhan.

*Waktu itu anak-anak dara akan bersukaria menari beramai-ramai,
orang muda dan orang-orang tua akan bergembira,
Aku akan mengubah perkabungan mereka menjadi kegirangan,
akan menghibur dan menyukakan mereka sesudah kedukaan.



Bait Pengantar Injil
2Tim 1:10b

Penebus kita Yesus Kristus telah membinasakan maut.,
dan menerangi hidup dengan Injil.



Bacaan Injil
Luk 9:43b-45

"Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia. 
Mereka tidak berani menanyakan arti perkataan itu kepada-Nya."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Semua orang heran karena segala yang dilakukan Yesus.
Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,
"Dengarkan dan camkanlah segala perkataan-Ku ini:
Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia."

Mereka tidak mengerti perkataan itu,
sebab artinya tersembunyi bagi mereka,
sehingga mereka tidak dapat memahaminya.
Dan mereka tidak berani
menanyakan arti perkataan itu kepada-Nya.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Hari ini kita merenungkan dari Daily Fresh Juice berikut ini:

Para Pendengar dan Pewarta Daily Fresh Juice,
Yesus menyampaikan informasi yang sangat penting kepada para murid-Nya,
informasi yang lebih bersifat nubuatan, yang belum terjadi tetapi akan terjadi,
"Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia."
Rupanya para murid Yesus tidak memahami apa yang disampaikan oleh Yesus ini,
dan mereka tidak berani menanyakan arti perkataan-Nya.
Mereka tidak berusaha untuk mencari tahu, supaya mengerti.
Mereka memilih mengabaikannya saja,
padahal Yesus telah mendahului pernyataan-Nya itu dengan berkata,
"Dengarkan dan camkanlah segala perkataan-Ku ini".
Tentu maksud Yesus agar para murid memperhatikan baik-baik
apa yang dikatakan oleh Yesus, mengimaninya sebagai sesuatu yang sangat penting,
yang sama sekali tidak boleh diabaikan.

Ini adalah kali kedua Yesus memberitahukan tentang penderitaan-Nya.
Sebelumnya Yesus telah menyampaikan hal yang sama,
dan bahkan dengan lebih terang-terangan,
"Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan
dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat,
lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga." [Lukas 9 Ayat 22]

Karena pentingnya informasi yang disampaikan oleh Yesus ini
maka Yesus mengulangi pemberitahuannya itu,
bukan dua kali, tapi tiga kali Yesus mengulanginya.
Pada kesempatan ketiga Yesus secara khusus memanggil kedua belas murid-Nya
untuk menyampaikan hal penting ini,
"Sekarang kita pergi ke Yerusalem
dan segala sesuatu yang ditulis oleh para nabi mengenai Anak Manusia
akan digenapi.
Sebab Ia akan diserahkan kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah,
diolok-olokkan, dihina dan diludahi,
dan mereka menyesah dan membunuh Dia,
dan pada hari ketiga Ia akan bangkit."  [Lukas 18 Ayat 31-33].

Sampai tiga kali Yesus menyampaikannya,
tetapi para murid tetap saja tidak memahaminya.
Mengapa bisa seperti ini?
Ada yang menafsirkan seperti ini: 
para murid itu memang lemot, telmi (telat mikir),
padahal perkataan Yesus itu sudah cukup jelas,
apalagi sampai diulangi sebanyak tiga kali.
Ah, kok saya kurang setuju ya.
Saya lebih setuju dengan tafsir lain, yang mengatakan,
mereka itu bukannya tidak mampu memahami, melainkan tidak mau.
Tidak mampu dan tidak mau itu memang berbeda.
Percuma saja mampu kalau tidak mau,
masih mendingan mau sekali pun tidak mampu,
karena akan dimampukan.

Pada waktu itu,
Yesus sedang pada posisi puncak, sedang beken-bekennya.
Para murid itu larut dalam kebanggaan dan sukacita
menyaksikan kebesaran Allah dalam mujizat-mujizat yang diperbuat oleh Yesus.
Mereka dinina-bobokkan oleh decak kagum orang banyak
yang mengelu-elukan Yesus.
Ada begitu banyak orang yang terus mengikuti kemana Yesus pergi.
Jika situasinya seperti ini,
mana ada orang yang berani mencelakai Yesus?

Pernyataan bahwa Yesus akan mengalami penderitaan,
apalagi sampai disiksa dan dibunuh,
bagi para murid merupakan sesuatu yang tak masuk akal.
Pernyataan Yesus yang bersifat paradoksal itu
memang tidak mudah untuk diterima,
pernyataan yang bertentangan dengan pendapat publik pada waktu itu.

Yesus tentu tahu
kalau pernyataan-Nya itu sulit diterima oleh para murid.
Oleh sebab itulah Yesus mengulanginya sampai tiga kali,
dan menggaris-bawahinya dengan berkata,
"Dengarkan dan camkanlah segala perkataan-Ku ini".


Para Pendengar dan Pewarta Daily Fresh Juice,
Kita mempunyai kecenderungan
untuk mendengar apa yang ingin kita dengarkan.
Kita cenderung menolak sesuatu
yang tidak ingin kita dengarkan, cenderung mengabaikannya.
Lalu kita pun memilih untuk menjadi kurang mempercayainya.

Belakangan ini kita menerima begitu banyak informasi,
sehingga menyulitkan kita
untuk menganggapnya sebagai kebenaran atau kebohongan.
Jika kita berpatokan pada cara tadi,
hanya mendengar yang memang ingin kita dengar, bisa runyam urusannya.
Sangat mungkin kita akan hanyut dalam arus penyesatan.

Saya selalu berpatokan pada sumbernya,
darimana informasi itu berasal.
Jika sumbernya tidak jelas, maka patut diwaspadai
sebelum memutuskan untuk mempercayainya.
Tetapi jika bersumber dari media mainstream,
media yang telah teruji integritasnya, bolehlah saya mempercayainya.
Tetapi kalau hanya sekedar postingan di media sosial, nanti dululah.

Injil adalah sumber yang sangat saya percayai, seratus persen.
Makanya,
apa pun yang ditulis di situ,
patut saya dengarkan dan saya camkan,
tak boleh ada keragu-raguan,
sekali pun terhadap sesuatu yang bersifat paradoks menurut nalar duniawi saya.
Bagi saya prinsipnya sederhana saja,
jika pemahaman saya berbeda dengan yang ditulis di dalam Injil,
maka yang ditulis di dalam Injillah yang benar, bukan pendapat saya.
Saya menutup peluang, sebesar apa pun peluangnya itu,
untuk bersikap paradoksal terhadap Injil.
Itu semua karena saya percaya Yesus adalah Kristus,
maka saya pun berusaha mematuhi perintah-Nya,
untuk mendengarkan dan mencamkan semua yang dikatakan-Nya,
lalu mempercayainya sebagai kebenaran yang hakiki.

Jika saya percaya kepada Yesus Kristus,
percaya kalau Yesus adalah penyelamat saya,
patutkah saya meragukan perintah dan ajaran-Nya?
Mungkinkah seorang yang baik akan menyesatkan saya?
Ini sama seperti ketika kita datang ke dokter karena sakit,
tentu karena kita percaya sama dokternya, sebagai orang yang akan menolong kita.
Maka sudah semestinya kita mempercayai apa yang dikatakan oleh dokter
dan mematuhi perintahnya untuk meminum obat seperti yang disarankannya.
Apa iya kita lebih mempercayai yang bukan dokter untuk urusan sembuh?

Para Pendengar dan Pewarta Daily Fresh Juice,
di Bulan Kitab Suci Nasional ini,
marilah kita perbanyak waktu kita
untuk mendengarkan dan men-cam-kan Injil,
marilah kita nihilkan keragu-raguan kita akan perintah dan ajaran Yesus.
Marilah kita menjadi pelaku firman,
yaitu orang yang mendengarkan, men-cam-kan ajaran Yesus,
lalu menjalankannya.
Amin.



Peringatan Orang Kudus
Santo Wenseslaus, Raja Bohemia, Martir
Bila dilihat dengan kacamata Gereja dewasa ini, Wenseslaus dapat dikatakan sebagai seorang awam Katolik yang mewarnai pemerintahan negara dengan asas-asas Kristiani sebagaimana diajarkan Kristus. Sebagai raja negeri Wratislav, Cekoslovakia, Wenseslaus dalam usianya yang masih begitu muda tampil sebagai seorang pemimpin yang berjiwa Kristen. Ia berada di dalam dunia dan berdiri tegak dengan semangat Kristiani memimpin rakyatnya dan menghadapi berbagai gejolak politik di negerinya.
Wenseslaus lahir di sebuah kota dekat Praha pada tahun 907 (buku lain 903). Ayahnya, Wratislaw, adalah seorang pangeran,dan penguasa negeri Bohemia yang dikenal saleh dan bijaksana. Ia memimpin rakyatnya berdasarkan asas-asas ajaran Kristiani. Ibunya, Dragomira, dikenal angkuh, gila hormat dan kuasa. Ia masih bermental kafir dan akrab dengan orang-orang kafir.
Oleh karena kekafiran isterinya Dragomira, Wratislaw mempercayakan pendidikan anaknya kepada ibu kandungnya Ludmila. Ludmila, nenek Wenseslaus, dikenal sebagai seorang wanita yang saleh dan baik hati. Ia menyekolahkan Wenseslaus di Budetch, sebuah sekolah Latin yang tinggi mutunya.
Ketika Wenseslaus berusia 13 tahun, ayahnya meninggal dunia sewaktu memerangi kaum Magyars pada tahun 920. Dengan itu kekuasaan kerajaan jatuh ke tangan ibunya, Dragomira. Watak kekafiran Dragomira benar-benar terlihat jelas di dalam caranya memerintah. Ia menimbulkan banyak kekacauan karena menyokong orang-orang kafir untuk menyerang para pemimpin Katolik beserta seluruh umat. Korban pertama ialah Ludmila, ibu kandung Wratislaw, yang mendidik dan membesarkan Wenseslaus. Ludmila mati dicekik oleh kaki tangan Dragomira.
Pembunuhan atas Ludmila semakin memperburuk situasi negara. Dari dalam dan dari luar Bohemia datang banyak reaksi keras. Pangeran Bayern memaksa Dragomira meletakkan jabatannya dan mendesak Wenseslaus naik takhta menggantikan ibunya yang korup itu. Wenseslaus yang baru berusia 15 tahun mengambil alih kekuasaan pada tahun 922. Dengan dukungan banyak orang, ia memimpin rakyatnya. Cita-citanya ialah mewujudkan suatu negara yang adil dan makmur berlandaskan asas-asas Kristiani.
Dengan seluruh sikap hidupnya, Wenseslaus berhasil memimpin rakyatnya. Ia dikenal sebagai seorang raja yang saleh, berani dan murah hati terutama kepada para janda dan anak yatim-piatu. Ia meringankan beban hidup orang-orang miskin, mengunjungi para tawanan untuk menghibur mereka. Lebih dari itu konon pada musim dingin ia sendiri menghantar kayu bakar kepada keluarga-keluarga miskin di sekitarnya.
Karyanya diletakkan di atas landasan iman yang kokoh. Ia menaruh devosi yang tinggi terhadap Sakramen Mahakudus. Kerapkali ia sendiri menjadi misdinar yang melayani imam pada waktu perayaan Ekaristi.  Sering ia mengunjungi gereja pada tengah malam untuk berdoa di hadapan Sakramen Mahakudus.
Tetapi sebagaimana biasa kepemimpinan yang jujur dan adil senantiasa tidak luput dari berbagai rintangan bahkan ancaman. Banyak pembesar kerajaan tidak senang dengan Wenseslaus karena kejujuran dan keadilannya. Pemimpin para lawannya ialah adik kandungnya sendiri, yaitu Boleslaw yang didukung oleh Dragomira. Bersama pembesar lainnya, Boleslaw berusaha membunuh Wenseslaus dan melenyapkan agama Katolik dari bumi Bohemia. Untuk itu mereka mencari kesempatan emas yang tepat untuk pelaksanaan niat jahat itu.
Kelahiran putera sulung Boleslaw merupakan kesempatan emas itu. Boleslaw mengadakan suatu perjamuan besar untuk merayakan kelahiran puteranya. Ia mengundang Wenseslaus bersama seluruh pembesar kerajaan. Pada kesempatan itulah, Boleslaw menyerang kakaknya dari belakang dan menusuknya dengan sebilah pedang. Sebelum menghembuskan nafas terakhir, Wenseslaus berkata: "Adikku, semoga Tuhan mengampuni engkau."
Wenseslaus adalah awam Katolik yang tangguh. Ia dibunuh karena perjuangannya menegakkan kebenaran dan keadilan, kejujuran dan cinta kasih sepanjang masa pemerintahannya. Memang ia mati sebagai seorang negarawan, namun apa yang diperjuangkan dan dipertahankannya sesungguhnya nilai-nilai hidup yang abadi berdasarkan ajaran Kris­tus dan GerejaNya. Oleh karena itu ia digelari sebagai Saksi Iman, Martir Kristus. Makamnya dikunjungi oleh banyak peziarah. Ia dihormati sebagai pelindung negeri Cekoslovakia modern dan dikenal sebagai tokoh awam Katolik yang mampu menerjemahkan ajaran-ajaran iman di dalam penyelenggaraan pemerintahan negara. Banyak mujizat terjadi atas orang-orang yang berdoa dengan perantaraannya. Tetapi mujizat terbesar ialah pertobatan Boleslaw adiknya, pembunuh yang bengis itu. Wenseslaus baru berusia 22 tahun ketika ia gugur sebagai pelindung Gereja Kristus serta pembela keadilan dan kejujuran.

Santa Eustakia, Perawan
Eustakia adalah puteri bungsu Santa Paula, janda seorang bangsawan Romawi. Ia dikenal sebagai gadis Romawi pertama yang mengikrarkan kaul kemurnian hidup bagi Kristus. Oleh Santo Hieronymus, pembimbing rohaninya di Betlehem Eustakia diberi julukan "Bunga para Gadis."
Ketika ibunya Paula meninggalkan segala-galanya dan berangkat ke Palestina untuk mengurbankan hidupnya demi Kristus dan kepentingan sesama, Eustakia menemaninya. Ia mau menjadi seperti ibunya dalam hal pengabdian kepada Kristus dan sesama. Di Palestina, mereka berdua bersama-sama mengunjungi berbagai tempat suci yang pernah disinggahi Kristus semasa hidupNya. Paula, ibunya mendirikan sebuah biara di Betlehem dan Eustakia menjadi salah satu anggota biara itu.
Sepeninggal ibunya, Eustakia menjadi pemimpin biara itu di bawah bimbingan Santo Hieronymus. Sebagai pemimpin biara, Eustakia benar­benar menunjukkan teladan hidup yang cemerlang dalam mengamalkan segala kebajikan Kristiani demi kemuliaan Kristus.
Santo Hieronymus sangat mengagumi cara hidup Eustakia. Ada beberapa surat yang ditulisnya kepada Eustakia untuk menunjukkan kekagumannya pada cara hidup Eustakia. Dalam salah satu suratnya ia menulis: "Eustakia, anakku dan adikku yang terkasih di dalam Kristus, Tuhan! Umurku dan kasih-sayangku memperkenankan aku menggunakan kata-kata seperti itu. Sesungguhnya Tuhan telah menciptakan engkau untuk menjadi orang terkemuka di antara para gadis Romawi. Oleh karena itu, berjuanglah sekuat tenagamu agar tugasmu yang suci mulia itu kau selesaikan sampai tuntas di dalam nama Kristus Tuhan kita. Kiranya kebahagiaan yang telah kauperoleh dari Kristus, tidaklah hilang karena kebodohan yang hanya menuntut pengorbanan yang setengah-setengah."
Sebaliknya cara hidup Eustakia menjadi dorongan moral yang besar bagi Santo Hieronymus dalam usahanya menyelesaikan terjemahan Kitab Suci ke dalam bahasa Latin. Setelah mengabdi Tuhan dalam waktu yang cukup lama, Eustakia meninggal dunia pada tahun 419. Tidak lama kemudian Santo Hieronymus pun menyusuli dia ke dalam kebahagiaan surgawi yang tak kunjung berakhir.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

Liturgia Verbi 2019-09-27 Jumat.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXV

Jumat, 27 September 2019

PW S. Vinsensius a Paulo, Imam



Bacaan Pertama
Hag 2:1b-10

"Sedikit waktu lagi maka Aku akan memenuhi rumah ini dengan kemegahan."

Pembacaan dari Nubuat Hagai:

Pada tahun kedua pemerintahan raja Darius,
pada tanggal 21 bulan ketujuh,
datanglah sabda Tuhan dengan perantaraan nabi Hagai, bunyinya,
"Katakanlah kepada Zerubabel bin Sealtiel, bupati Yehuda,
dan kepada Yosua bin Yozadak, imam besar,
dan kepada sisa bangsa Israel, demikian,
'Masih adakah di antara kalian
yang dahulu melihat rumah Tuhan dalam kemegahannya yang semula?
Dan bagaimanakah kalian lihat keadaannya sekarang?
Bukankah keadaannya yang sekarang
kamu katakan sama sekali tidak berarti?
Tetapi sekarang kuatkanlah hatimu, hai Zerubabel,
demikianlah sabda Tuhan,
kuatkanlah hatimu, hai Yosua bin Yozadak, imam besar.
Kuatkanlah hatimu, hai segala rakyat negeri,
demikianlah sabda Tuhan.
Bekerjalah, sebab Aku ini menyertai kalian,
demikianlah sabda Tuhan semesta alam,
sesuai dengan janji yang telah Kuikat dengan kalian
pada waktu kalian keluar dari Mesir.
Dan Roh-Ku tetap tinggal di tengah-tengahmu.
Janganlah takut!"

Dan beginilah sabda Tuhan semesta alam,
'Sedikit waktu lagi
Aku akan menggoncangkan langit dan bumi, laut dan darat.
Aku akan menggoncangkan segala bangsa,
sehingga harta benda semua bangsa datang mengalir.
Maka Aku akan memenuhi rumah ini dengan kemegahan.
Sebab milik-Kulah perak dan emas,
demikianlah sabda Tuhan semesta alam.
Maka kemegahan rumah ini nanti
akan melebihi kemegahannya yang semula,
sabda Tuhan semesat alam,
dan di tempat ini Aku akan memberi damai sejahtera."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 43:1-4,R:5bc

Refren: Berharap dan bersyukurlah kepada Allah, penolong kita.

*Berikanlah keadilan kepadaku, ya Allah,
dan perjuangkanlah perkaraku terhadap kaum yang tidak saleh!
Luputkanlah aku dari penipu dan orang curang!

*Sebab Engkaulah Allah tempat pengungsianku.
Mengapa Engkau membuang aku?
Mengapa aku harus hidup berkabung di bawah impitan musuh?

*Suruhlah terang dan kesetiaan-Mu datang,
supaya aku dituntun,
dibawa ke gunung-Mu yang kudus
dan ke tempat kediaman-Mu!

*Maka aku dapat pergi ke mezbah Allah,
menghadap Allah sukacita dan kegembiraanku,
dan bersyukur kepada-Mu dengan kecapi,
ya Allah, ya Allahku!



Bait Pengantar Injil
Mrk 10:45

Anak Manusia datang untuk melayani
dan menyerahkan nyawa-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang.



Bacaan Injil
Luk 9:19-22

"Engkaulah Kristus dari Allah.
Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Pada suatu ketika Yesus sedang berdoa seorang diri.
Maka datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya.
Yesus lalu bertanya kepada mereka,
"Kata orang banyak siapakah Aku ini?"
Mereka menjawab, "Yohanes Pembaptis;
ada juga yang mengatakan: Elia;
ada pula yang mengatakan:
salah seorang nabi dari zaman dulu telah bangkit."

Yesus bertanya lagi, "Menurut kalian, siapakah Aku ini?"
Jawab Petrus, "Engkaulah Kristus dari Allah."
Dengan keras Yesus melarang mereka
memberitakan hal itu kepada siapa pun.
Ia lalu berkata,
"Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan
dan ditolak oleh para tua-tua,
oleh para imam kepala dan para ahli Taurat,
lalu dibunuh, dan dibangkitkan pada hari ketiga."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Saya mencoba menggambar wajah saya di atas kertas.
Hasilnya jauh sekali dari mirip.
Tetapi kegiatan ini memberi pelajaran bagi saya, setidaknya saya lebih tahu persis di sebelah mana tahi lalat saya berada, di mana saja garis-garis wajah saya, dan sebagainya.
Nampaknya memang cukup sulit untuk mengetahui siapa diri kita sesungguhnya, walaupun kita tetap merasa bahwa kitalah yang paling mengenal diri kita itu.
Akhirnya saya sadar bahwa selama ini saya tidak pernah melihat sendiri telinga saya.
Saya mengetahuinya dari cermin atau dari foto, tetapi tak melihatnya dengan mata sendiri.

Kita memerlukan orang lain, atau bantuan luar, untuk bisa mengenali diri kita sendiri.
Tetapi masalahnya, orang lain melihat kita belum tentu sama dengan yang kita ketahui sendiri.
Orang lain sangat mudah menjadi salah sangka.

Tidak demikian halnya dengan Yesus.
Yesus tentu sangat mengetahui siapa diri-Nya.
Ia tak perlu menanyakan kepada orang lain, apalagi meminta bantuan orang lain.
Tetapi Yesus tidak ingin para murid-Nya salah mengenal Yesus.
Oleh karenanya Yesus menanyakan tentang hal ini.
Orang-orang menduga Yesus itu aalah Yohanes Pembaptis yang bangkit, nabi Elia atau nabi lainnya.
Petrus dengan lugas menjawab, "Engkaulah Kristus dari Allah."

Iya, hendaknya kita mampu mengenali orang-orang dekat kita, mengenali mereka dengan sesungguhnya, jangan sampai terjadi salah sangka.
Petrus jelas tak terganggu dengan pendapat orang lain, tidak mau ikut-ikutan mengatakan Yesus itu Yohanes atau nabi yang bangkit.
Petrus tahu persis, Yesus jauh di atas semua yang dikatakan itu.

Marilah kita berupaya menghidari salah sangka itu, karena hanya dengan demikianlah kita akan dapat menjalin relasi yang utuh dan terjalin kokoh, baik kepada saudara-saudara kita maupun dan terlebih lagi kepada Tuhan.



Peringatan Orang Kudus
Santo Vinsensius a Paulo, Pengaku Iman
Vinsensius a Paulo terkenal sebagai rasul cintakasih bagi kaum miskin dan penghibur orang-orang sakit. Pendiri Kongregasi Misi dan Kongregasi Puteri-puteri Cintakasih ini lahir di Pouy, Gascony, Prancis pada tanggal 24 April 1581. Ayahnya Jean de Paul dan ibunya Bertrande de Moras dikenal sebagai petani miskin di Pouy dengan enam orang anak. Meskipun demikian, mereka orang beriman dan saleh hidupnya. Mereka mendidik anak-anaknya dalam kerja dan hidup doa sehingga semuanya berkembang dewasa menjadi orang beriman yang saleh dan disenangi banyak orang.
Vinsens dikenal cerdas, namun tidak bisa bersekolah karena ketidak mampuan orangtuanya membiayai sekolah. Untunglah Tuan Comet, seorang dermawan, bersedia menyekolahkan dia. Pada umur 15 tahun, Vinsens mengikuti panggilan nuraninya untuk menjadi imam. Ia masuk Seminari. Orangtuanya bingung dengan cita-citanya itu. Tetapi akhirnya mereka pun meluluskan permintaannya. Mula-mula Vinsens belajar di sebuah kolese Fransiskan di kota Dax, lalu melanjutkan pendidikannya di Universitas Toulouse. Karena kecerdasannya, ia dapat menyelesaikan studinya dalam waktu yang singkat. Pada tahun 1600, ketika berusia 20 tahun, ia ditahbiskan menjadi imam, sambil melanjutkan studi hingga meraih gelar Sarjana Teologi di Universitas Toulouse pada tahun 1604.
Pada tahun 1605, dalam perjalanan pulang seusai studinya, kapal yang ditumpanginya disergap bajak-bajak laut dari Turki di Laut Tengah. Vinsens ditangkap dan digiring ke pasar budak Tunisia. Di sana dia dibeli oleh seorang saudagar dari Afrika Utara. Selama dua tahun, Vinsens mengalami banyak penderitaan karena perlakuan kasar majikannya. Namun dia dengan sabar dan rendah hati menanggung semuanya itu. Teladan hidupnya akhirnya berhasil mematahkan kekerasan hati tuannya sehingga dia tidak disiksa dengan pekerjaan-pekerjaan berat. Pada tahun 1607, Vinsens berhasil meloloskan diri dari cengkeraman tuannya dan lari ke Roma. Di Roma ia belajar lagi Teologi selama dua tahun sebelum kembali ke Prancis.
Di Prancis, ia bekerja di paroki Clichy di pinggiran kota Paris. Di bawah bimbingan Pater Pierre de Berulle, seorang teolog terkenal yang kemudian menjadi Kardinal, ia menjadi seorang imam yang disukai umat. Atas permintaan Pater de Berulle, ia menjadi pengajar pribadi putera tertua Philippe Gondi, seorang bangsawan terkemuka dari Prancis. Dalam keluarga bangsawan ini Vinsens mulai mencurahkan seluruh kemampuannya. Ia tidak hanya mengajar tetapi juga memberikan bimbingan rohani kepada para petani yang bekerja, di perkebunan-perkebunan keluarga Gondi di Champagne dan Picardy. Kepada mereka, Vinsens mengajarkan kebajikan-kebajikan iman Kristen dan mendorong mereka untuk selalu menerima sakramen terutama Komuni Kudus serta kembali kepada praktek iman Kristen yang benar dalam hidup sehari­hari.
Pada tahun 1617, Vinsens diangkat sebagai pastor paroki Chatillon­Les-Dombes. Paroki ini tergolong sulit dan berat karena sarat dengan masalah kemerosotan moral dan praktek kekafiran. Vinsens ternyata orang hebat. Ia berhasil mempertobatkan umat paroki itu hanya dalam waktu satu tahun. Kesalehan hidupnya dan caranya melayani umat sanggup mematahkan kedegilan hati umat. Di paroki itulah, Vinsens mulai merintis pendirian tarekat Persaudaraan Cintakasih. Ia berhasil menarik 20 orang wanita yang dengan sukarela mengunjungi orang­orang sakit dan para fakir miskin di seluruh wilayah paroki.
Menyaksikan prestasi Vinsens, Jean Francois de Gondi, Uskup Agung Paris dan saudara kandung Philippe Gondi, meminta Vinsens mendirikan sebuah tarekat misioner untuk mewartakan Injil dan melayani sakramen-sakramen di seluruh wilayah keuskupannya. Tarekat misioner ini kemudian dikenal luas dengan nama 'Kongregasi Imam untuk Karya Misi' atau Kongregasi Misi. Imam-imam dalam kongregasi ini lazim juga disebut 'Imam-imam Lazaris'. Pada mulanya mereka bermarkas di Kolese des Bos-Enfants, yang dipercayakan kepada Vinsens oleh Uskup Agung Jean Francois de Gondi.
Masalah besar yang dihadapi Vinsens ialah kurangnya persiapan imam-imam diosesan Prancis untuk tugas-tugas pastoral. Untuk mengatasinya, Vinsens mulai melancarkan program pembinaan rohani khusus untuk para calon imam yang akan ditahbiskan. Untuk itu, ia memindahkan pusat karyanya ke biara Santo Lazarus di Paris atas dukungan kepala biara itu. Di biara itu, Vinsens memprakarsai pertemuan mingguan untuk imam-imam diosesan, dan kegiatan pemeliharaan anak-anak yatim-piatu dan para fakir miskin. Melalui pertemuan mingguan itu, ia berhasil mendidik sejumlah orang saleh dari Prancis, seperti Jacques Benigne Bossuet dan Jean Jacques Olier, pendiri Serikat Santo Sulpice.
Bagi para miskin dan orang sakit, ia mendirikan banyak Yayasan Persaudaraan Cintakasih, yang telah dimulainya di paroki Chatillon-Les­Dombes. Louise de Marillac, janda Antoine Le Gras yang kemudian digelari kudus, ditugaskan untuk mengurus yayasan-yayasan itu. Orang­orang kaya dimintanya menyumbangkan sejumlah kekayaannya bagi orang-orang miskin. Beberapa wanita di bawah pimpinan Louise de Marillac dibimbingnya untuk menangani karya itu. Kelompok kecil ini terus bertambah jumlahnya dan akhirnya menjadi satu kongregasi tersendiri, Kongregasi Suster Puteri-puteri Cintakasih. Kelompok suster ini merupakan kelompok religius terbesar dalam Gereja dewasa ini. Semangat dua kongregasi religius yang didirikannya diilhami oleh pandangannya tentang cinta kepada Tuhan yang bersifat praktis: "Cintailah Tuhan dengan kedua tanganmu sampai kecapaian dan dengan butir-butir peluh yang mengucur dari wajahmu!"
Vinsensius a Paulo meninggal dunia di Paris pada tanggal 27 September 1660. Oleh Paus Klemens XII, ia digelari 'kudus' pada tahun 1737, dan oleh Paus Leo XIII diangkat sebagai pelindung semua karya dan perkumpulan cintakasih.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

Liturgia Verbi 2019-09-26 Kamis.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXV

Kamis, 26 September 2019

PF S. Kosmas dan S. Damianus, Martir



Bacaan Pertama
Hag 1:1-8

"Bangunlah rumah Tuhan, dan Aku akan berkenan menerimanya."

Pembacaan dari Nubuat Hagai:

Pada tahun kedua pemerintahan raja Darius,
pada hari pertama bulan keenam,
datanglah sabda Tuhan dengan perantaraan nabi Hagai
kepada Zerubabel bin Sealtiel, bupati Yehuda,
dan kepada Yosua bin Yozadak, imam besar, bunyinya:
"Beginilah sabda Tuhan semesta alam,
'Bangsa ini berkata: Sekarang belum tiba waktunya
untuk membangun kembali rumah Tuhan!"

Maka datanglah sabda Tuhan dengan perantaraan nabi Hagai, bunyinya:
Apakah sudah tiba waktunya bagi kalian
untuk mendiami rumah-rumahmu yang dipapani dengan baik,
sedang rumah Tuhan tetap menjadi reruntuhan?
Oleh sebab itu beginilah sabda Tuhan semesta alam,
'Perhatikanlah keadaanmu!
Kalian menabur banyak, tetapi membawa pulang hasil sedikit.
Kalian makan, tetapi tidak sampai kenyang.
Kalian minum, tetapi tidak sampai puas.
Kalian berpakaian, tetapi badanmu tidak menjadi hangat.
Dan orang yang bekerja untuk upah,
ia bekerja tetapi upahnya ditaruh dalam pundi-pundi yang berlubang!'
Beginilah sabda Tuhan semesta alam, 'Perhatikanlah keadaanmu!
Maka naiklah ke gunung,
bawalah kayu dan bangunlah Rumah Tuhan.

Maka Aku akan berkenan menerimanya,
dan akan menyatakan kemuliaan-Ku di situ'."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 149:1-6a.9b,R:4a

Refren: Tuhan berkenan akan umat-Nya.

*Nyanyikanlah bagi Tuhan lagu yang baru!
Pujilah Dia dalam jemaah orang-orang saleh!
Biarlah Israel bersukacita atas Penciptanya,
biarlah Sion bersorak-sorak atas raja mereka!

*Biarlah mereka memuji-muji nama-Nya dengan tarian,
biarlah mereka bermazmur kepada-Nya dengan rebana dan kecapi!
Sebab Tuhan berkenan kepada umat-Nya,
Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan.

*Biarlah orang-orang saleh beria-ria dalam kemuliaan,
biarlah mereka bersorak-sorai di atas tempat tidur!
Biarlah pujian pengagungan Allah
ada dalam kerongkongan mereka;
itulah semarak bagi orang yang dikasihi Allah.



Bait Pengantar Injil
Yoh 14:6

Akulah jalan, kebenaran dan hidup;
hanya melalui Aku orang sampai kepada Bapa.



Bacaan Injil
Luk 9:7-9

"Yohanes kan telah kupenggal kepalanya.
Siapa gerangan Dia ini, yang kabarnya melakukan hal-hal besar itu?"

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Ketika Herodes, raja wilayah Galilea, mendengar segala yang terjadi,
ia merasa cemas, sebab ada orang yang mengatakan,
bahwa Yohanes telah bangkit dari antara orang mati.
Ada lagi yang mengatakan, bahwa Elia telah muncul kembali,
dan ada pula yang mengatakan,
bahwa seorang dari nabi-nabi zaman dahulu telah bangkit.
Tetapi Herodes berkata, "Yohanes kan telah kupenggal kepalanya.
Siapa gerangan Dia ini, yang kabarnya melakukan hal-hal besar itu?"
Lalu ia berusaha supaya dapat bertemu dengan Yesus.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Seperti yang telah kita ketahui, Raja Herodes memenjarakan Yohanes Pembaptis hanya gara-gara Yohanes berani menegur Herodes, menyalahkan Herodes telah merebut Herodias, iparnya sendiri, yakni istri dari Filipus saudaranya, "Tidak halal engkau mengambil isteri saudaramu!"
Tindakan Herodes tidak sepenuhnya dapat disalahkan, karena pada jaman itu mana boleh mempermalukan seorang raja?
Raja bisa dan boleh berbuat apa saja yang dimauinya, ucapan raja adalah undang-undang, semua orang wajib tunduk dan mematuhinya.

Pada Injil Markus 6:20 ditulis, "Herodes segan akan Yohanes karena ia tahu, bahwa Yohanes adalah orang yang benar dan suci, jadi ia melindunginya. Tetapi apabila ia mendengarkan Yohanes, hatinya selalu terombang-ambing, namun ia merasa senang juga mendengarkan dia."
Maka, sekali pun Herodes dipermalukan, ia hanya memenjarakan Yohanes, tidak sampai membunuhnya, tetapi istrinya, Herodias, menaruh dendam kepada Yohanes, menganggap Yohanes menghalang-halangi dirinya mendapatkan Raja Herodes.

Memang benar akhirnya Raja Herodes memerintahkan untuk memenggal kepala Yohanes Pembaptis, tetapi itu lebih merupakan "kecelakaan" semata, ia termakan oleh sumpahnya sendiri, terlebih di hadapan para tamu undangan, ia terpaksa memenuhi permintaan puteri Herodias itu.
Sesungguhnya Herodes sangat bersedih hati atas permintaan yang sangat tak pantas itu. [Mrk 6:26]

Ketika Yesus tampil dan menjadi buah bibir, orang mengatakan kalau Yesus itu adalah Yohanes Pembaptis yang telah bangkit.
Dan Herodes mempercayai akan hal itu, katanya, "Bukan, dia itu Yohanes yang sudah kupenggal kepalanya, dan yang bangkit lagi."
[Mrk 6:16]

Dan yang penting untuk kita renungkan, Herodes merasa cemas ketika mendengar Yohanes telah bangkit, lalu ia berusaha supaya dapat bertemu dengan Yesus yang disangka Yohanes yang telah  bangkit itu.
Kecemasan adalah perasaan spontan yang timbul karena merasa diri tak memiliki kemampuan untuk mengatasinya.
Orang beriman bisa saja cemas karena perasaan bersalah, dan percaya kalau perbuatan dosanya itu dapat mengundang penghukuman Tuhan.
Kecemasan seperti ini bisa jadi akan membawanya kepada penyesalan, lalu terjadilah pertobatan.
Barangkali inilah alasannya mengapa Tuhan menciptakan manusia disertai perasaan cemas, yakni supaya menyadari ada banyak hal yang tak sanggup diatasi dengan mengandalkan kemampuan diri sendiri, artinya memerlukan pertolongan dari yang memiliki kuasa besar, yang sanggup melakukan hal-hal mustahil, yakni Allah Bapa kita yang di Surga.



Peringatan Orang Kudus
Santo Kosmas dan Damianus, Martir
Kedua kakak beradik ini berkebangsaan Arabia. Nama mereka tertera pada alat-alat kedokteran, tetapi sedikit saja kisah yang dapat kita peroleh tentang mereka. Konon mereka dibesarkan oleh ibunya yang sudah menjanda sejak masa kecilnya. Dengan kasih sayang yang besar dan kerja keras, ibunya mendidik dan menyekolahkan mereka di Syria hingga berhasil menjadi dokter. Setelah menyelesaikan studinya di Syria, mereka bekerja sebagai dokter di Silisia, Asia Kecil. Sebagai orang beriman, cintakasih sungguh-sungguh mewarnai hidup mereka. Mereka mengabdikan seluruh kepandaian dan ilmu mereka guna menolong orang orang sakit tanpa memungut bayaran. Semua orang menyanjung dan menghormati mereka sebagai orang-orang Kristen yang benar-benar menghayati ajaran Kristus. Dalam karyanya mereka juga turut mewartakan Injil Kristus kepada orang-orang sekitar.
Dalam bahasa Yunani kedua kakak beradik ini dijuluki "Anarguroi" yang berarti 'Orang-orang yang tidak menghiraukan uang. Julukan ini tepat karena pengabdian mereka sebagai dokter tanpa memungut uang dari para pasiennya. Sering sekali mereka menyembuhkan orang sakit bukan karena keahliannya tetapi karena imannya akan Kristus dan perhatiannya yang besar pada kesembuhan orang-orang sakit. Karena perbuatan cinta kasih mereka itu, mereka ditangkap dan dipenjarakan oleh Prefek Lysias, dan dipaksa menyembah dewa-dewi kafir. Namun mereka tidak gentar sedikit pun menghadapi segala siksaan itu. Kepada Lysias mereka menegaskan bahwa agama Kristen sangat penting untuk keselamatan yang kekal. Setiap siksaan yang dikenakan pada mereka tidak mempan untuk mematahkan iman mereka. Tuhan ada dipihak mereka. Akhirnya Prefek itu memutuskan untuk memenggal saja kepala mereka untuk menghabisi nyawa mereka. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 27 September 303 pada masa pemerintahan Kaisar Diokletianus yang kejam itu.
Kisah lain mengungkapkan peristiwa pembunuhan mereka secara mendetail. Keduanya disalibkan dan dilempari batu serta dipanah. Tetapi batu-batu itu memental dan mengenai para pelempar itu sendiri. Demikian juga para pemanah terkena sendiri panah yang mereka tembakkan. Sesudah kematian mereka, banyak terjadi mujizat penyembuhan. Di antara orang-orang besar yang disembuhkan ialah Raja Yustianus I. Oleh karena itu raja mendirikan sebuah gereja besar di Konstantinopel untuk menghormati mereka. Paus Felix IV (526-530) mendirikan sebuah gereja lagi bagi mereka di Roma. Nama mereka dimasukkan dalam Doa Syukur Agung Misa. Para dokter menghormati mereka dan menjadikan mereka pelindung para dokter dan alat-alat kedokteran.

Santo Siprianus dan Yustina, Martir
Di Antiokia, Syria, Siprianus dikenal sebagai seorang dukun. Banyak orang datang kepadanya untuk disembuhkan dari penyakitnya.  Tapi praktek kedukunannya tidak mendapat tanggapan baik dari orang­orang Kristen. Ia sendiri tidak berdaya menghadapi orang-orang Kristen. Sekali peristiwa ia menggoda Yustina, seorang gadis Kristen namun ia tidak berhasil. Oleh pengaruh Yustina, ia lalu sadar akan keberdosaannya, bertobat dan dipermandikan. Ia kemudian menikahi Yustina dan menjadi seorang Kristen yang saleh.
Kegiatan-kegiatan iman yang dilakukan kedua suami-isteri ini mengakibatkan kematian mereka sebagai saksi iman. Mereka ditangkap, didera dan dipenjarakan dengan tujuan agar keduanya murtad dari imannya. Tetapi karena mereka tetap pada pendiriannya, maka mereka dibunuh di Nikomedia. Jenazah mereka ditinggalkan saja di tempat pembantaian. Tetapi kemudian diangkut ke Roma oleh beberapa orang pelaut yang beragama Kristen.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi