Liturgia Verbi 2017-02-01 Rabu.

Liturgia Verbi (A-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa IV

Rabu, 1 Februari 2017

Bulan Februari:
Ujud Umum/Universal - Penghiburan Bagi yang Menderita Lahir dan Batin.
Semoga semua orang yang menderita, terutama kaum miskin, pengungsi, dan orang-orang terpinggir menemukan kehangatan dan penghiburan dalam komunitas mereka.

Ujud Gereja Indonesia - Pemimpin Daerah.
Semoga semakin banyak tokoh Kristiani yang mampu dan berani tampil sebagai pemimpin-pemimpin daerah yang andal di tengah semakin luasnya pengembangan otonomi daerah.



Bacaan Pertama
Ibr 12:4-7.11-15

"Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya."

Pembacaan dari Surat Kepada Orang Ibrani:

Saudara-saudara,
dalam pergumulanmu melawan dosa
kamu belum sampai mencucurkan darah.
Janganlah kamu lupa akan nasihat
yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak:
"Hai anakku, janganlah meremehkan didikan Tuhan,
dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan oleh-Nya;
karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya,
dan menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."
Jika kamu menerima hajaran,
maka di situ Allah memperlakukan kamu seperti anak.
Di manakah ada anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?
Memang tiap-tiap hajaran, pada waktu diberikan,
tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita.
Namun kemudian ia menghasilkan buah kebenaran
yang dilatih olehnya.
Sebab itu kuatkanlah tangan yang lemah dan lutut yang goyah.
Dan luruskanlah jalan bagi kakimu,
sehingga yang pincang jangan terpelecok, tetapi menjadi sembuh.

Berusahalah hidup damai dengan semua orang,
dan kejarlah kekudusan,
sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan.
Jagalah supaya jangan ada seorang pun menjauhkan diri
dari kasih karunia Allah,
agar jangan tumbuh akar yang pahit
yang menimbulkan kerusuhan dan mencemarkan banyak orang.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 103:1-2.13-14.17-18a,R:17

Refren: Kekal abadilah kasih setia Tuhan
atas orang yang takwa.

*Pujilah Tuhan, hai hatiku!
Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku!
Pujilah Tuhan, hai jiwaku,
janganlah lupa akan segala kebaikan-Nya!

*Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya,
demikian Tuhan sayang kepada orang-orang yang takwa.
Sebab Dia sendiri tahu dari apa kita dibuat.
Dia sadar bahwa kita ini debu.

*Tetapi kekal abadilah kasih setia Tuhan
atas orang-orang yang takwa kepada-Nya,
sebagaimana kekal abadilah kebaikan-Nya,
asal saja mereka tetap berpegang pada perjanjian-Nya.



Bait Pengantar Injil
Yoh 10:27

Domba-domba-Ku mendengar suara-Ku, sabda Tuhan.
Aku mengenal mereka, dan mereka mengikuti Aku.



Bacaan Injil
Mrk 6:1-6

"Seorang nabi dihormati di mana-mana
kecuali di tempat asalnya sendiri."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Pada suatu ketika, Yesus tiba kembali di tempat asal-Nya,
sedang murid-murid-Nya mengikuti Dia.
Pada hari Sabat Yesus mengajar di rumah ibadat,
dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia.
Mereka berkata, "Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?
Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya?
Dan mujizat-mujizat yang demikian,
bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya?
Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria?
Bukankah Ia saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon?
Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?"
Lalu mereka kecewa dan menolak Dia.
Maka Yesus berkata kepada mereka,
"Seorang nabi dihormati di mana-mana
kecuali di tempat asalnya sendiri,
di antara kaum keluarganya dan di rumahnya."
Maka Yesus tidak mengadakan satu mujizat pun di sana,
kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit
dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka.
Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar.

Demikianlah sabda Tuhan.



Renungan Injil
Pada waktu itu, Yesus sudah sangat tersohor, diele-elukan di mana-mana.
Begitu juga ketika Yesus kembali ke tempat asal-Nya, Nazaret, orang-orang dibuat terheran-heran dengan pengajaran maupun mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Tetapi ketika orang mengetahui asal-usul Yesus, mereka menjadi kecewa lalu menolak Dia.

Orang-orang menilai dari siapa yang berbuat, bukan dari apa yang diperbuat.
Pertanyaan yang bersifat merendahkan pun terlontar, "Bukankah Ia ini tukang kayu?"
Mereka tidak lagi mau mendengarkan pengajaran dari seorang mantan tukang kayu.
Mereka telah kehilangan kepercayaan mereka.
Maka Yesus tidak mengadakan satu mujizat pun di sana,
kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit.

Lihatlah, betapa fatal akibatnya jika kita kehilangan kepercayaan kita kepada Kristus.
Tanpa adanya kepercayaan, maka Tuhan pun berhenti berkarya di dalam hidup kita.
Ini sungguh-sungguh fatal, karena kita tak lagi dapat mengandalkan pertolongan Tuhan dalam mengatasi berbagai persoalan hidup kita.

Dan yang lebih fatal lagi, ini yang wajib dihindarkan, bukan hanya tidak percaya lagi tetapi malahan menolak Kristus atau pun mengusir Kristus menjauh dari kehidupan kita, seperti yang dilakukan orang-orang Nazaret itu.
Jika kedua hal fatal ini terjadi, mau kepada siapa lagi kita berdoa dan berharap?



Peringatan Orang Kudus
Santa Brigida, biarawati
Brigida lahir di Umeras, Kildare, Irlandia pada tahun 453.  Ayahnya, Dubthach, adalah seorang pangeran yang masih kafir.  Sedangkan ibunya, Borcessa adalah seorang budak belian yang sudah menganut agama Kristen.  Brigida dibesarkan dan dididik menjadi seorang Kristen.  Setelah dewasa, ia bercita-cita menjadi biarawati.  Namun keinginannya ini mendapat banyak rintangan.  Pertama-tama karena pada waktu itu belum ada biara khusus untuk para wanita.  Lagi pula wanita budak belian dan anak-anaknya tidak mempunyai hak apa pun bahkan sering kali mereka tidak diperkenankan mengikuti ibadat.
Meskipun demikian, keinginannya tidak terpatahkan oleh rintangan-rintangan tersebut.  Ia berusaha mendirikan sebuah biara khusus untuk para wanita di Kildare.  Ia berhasil membujuk ayahnya untuk memberinya status sebagai wanita bebas (bukan lagi budak).  Ternyata ia menjadi seorang biarawati yang luar biasa.  Ia bersemangat tinggi dan rajin dalam karyanya, kuat ingatannya, ramah dan trampil.  Ia dapat bergaul dengan siapa saja dan siap menolong orang-orang yang datang kepadanya, bahkan menerima mereka di dalam biaranya.  Dengan demikian dia tidak lagi hidup sendirian di dalam biara.  Ia memusatkan perhatiannya pada para penderita kusta dan budak belian.
Kecuali itu, ia juga memulai usaha di bidang pendidikan.  Conleth, seorang imam, dipercayakan memimpin sekolahnya di Kildare.  Sekolah ini semenjak awal menjadi terkenal sebagai sebuah sekolah ketrampilan.  Di kemudian hari, setelah Brigida wafat pada tahun 523, sekolah ini dibagi menjadi dua, yang satu untuk pria dan yang lain untuk wanita.  Hal ini menampakkan suatu keistimewaan pada saat itu.
Penghormatan kepada Santa Brigida masih berlangsung hingga sekarang.  Di Irlandia, Brigida dikenal sebagai salah satu Orang Kudus terkenal selain Santo Patrik dan Columba.  Ia dihormati sebagai pelindung Negara Irlandia, dan tokoh teladan bagi para petani, artis dan pelajar.

Santo Severus, Uskup
Severus dikenal sebagai seorang penenun kain di Ravenna, Italia pada abad ke-4.  Ia beranak-istri dan menjabat sebagai diakon.  Sewaktu ia menghadiri pemilihan uskup baru, sekonyong-konyong seekor burung merpati hinggap di atas kepalanya.  Dan secara aklamasi umat memilihnya menjadi uskup.  Mayatnya dan mayat istrerinya, Santa Vinsensia dan anaknya, santo Inosensius dicuri pada tahun 836 dan dibawa ke Mainz, Jerman.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

 

Liturgia Verbi 2017-01-31 Selasa.

Liturgia Verbi (A-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa IV

Selasa, 31 Januari 2017

PW S. Yohanes Bosko, Imam



Bacaan Pertama
Ibr 12:1-4

"Marilah kita berlari dengan tabah hati
dalam perlombaan yang diwajibkan kepada kita."

Pembacaan dari Surat Kepada Orang Ibrani:

Saudara-saudara, kita mempunyai banyak saksi,
bagaikan awan yang mengelilingi kita.
Marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa
yang begitu merintangi kita,
dan berlomba dengan tekun
dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.
Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus.
Dialah yang memimpin kita dalam iman,
dan Dialah yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan!
Dengan mengabaikan kehinaan Ia tekun memikul salib
ganti sukacita yang disediakan bagi Dia,
yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.
Ingatlah selalu akan Yesus,
yang tabah menanggung bantahan terhadap diri-Nya,
bantahan yang datang dari pihak orang-orang berdosa.
Janganlah kamu menjadi lemah dan putus asa,
sebab dalam pergumulanmu melawan dosa
kamu belum sampai mencucurkan darah.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 22:26b-27.28.30.31-32,

Refren: Orang yang mencari Engkau, ya Tuhan,
akan memuji-muji Engkau.

*Nazarku akan kubayar di depan orang-orang yang takwa.
Orang miskin akan makan sampai kenyang,
orang yang mencari Tuhan akan memuji-muji Dia;
biarlah hati mereka hidup untuk selamanya!

*Segala ujung bumi akan menjadi sadar,
lalu berbalik kepada Tuhan;
segala rumpun bangsa akan sujud menyembah di hadapan-Nya.
Ya, kepada-Nya akan sujud menyembah:
semua orang sombong di bumi,
di hadapan-Nya akan berlutut
semua orang yang telah kembali ke pangkuan pertiwi.

*Dan aku akan hidup bagi Tuhan,
anak cucuku akan beribadah kepada-Nya.
Mereka akan menceritakan hal-ikhwal Tuhan
kepada angkatan yang akan datang,
dan menuturkan keadilan-Nya
kepada bangsa yang akan lahir nanti.
Semua itu telah dikerjakan oleh Tuhan.



Bait Pengantar Injil
Mat 8:17

Yesus memikul kelemahan kita,
dan menanggung penyakit kita.



Bacaan Injil
Mrk 5:21-43

"Hai anak, Aku berkata kepadamu: Bangunlah!"

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Sekali peristiwa, setelah Yesus menyeberang dengan perahu,
datanglah orang banyak berbondong-bondong
lalu mengerumuni Dia.
Ketika itu Yesus masih berada di tepi danau.
Maka datanglah seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus.
Ketika melihat Yesus, tersungkurlah Yairus di depan kaki-Nya.
Dengan sangat ia memohon kepada-Nya,
"Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati.
Datanglah kiranya, dan letakkanlah tangan-Mu atasnya,
supaya ia selamat dan tetap hidup."
Lalu pergilah Yesus dengan orang itu.
Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia
dan berdesak-desakan di dekat-Nya.

Adalah di situ seorang perempuan
yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan.
Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib,
sampai habislah semua yang ada padanya;
namun sama sekali tidak ada faedahnya,
malah sebaliknya: keadaannya makin memburuk.
Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus.
Maka di tengah-tengah orang banyak itu
ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubah-Nya.
Sebab katanya, "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh."
Sungguh, seketika itu juga berhentilah pendarahannya
dan ia merasa badannya sudah sembuh dari penyakit itu.

Pada ketika itu juga Yesus mengetahui,
bahwa ada tenaga yang keluar dari diri-Nya,
lalu Ia berpaling di tengah orang banyak dan bertanya,
"Siapa yang menjamah jubah-Ku?"
Murid-murid-Nya menjawab,
"Engkau melihat sendiri
bagaimana orang-orang ini berdesak-desakan dekat-Mu!
Bagaimana mungkin Engkau bertanya: Siapa yang menjamah Aku?"
Lalu Yesus memandang sekeliling-Nya
untuk melihat siapa yang telah melakukan hal itu.
Maka perempuan tadi menjadi takut dan gemetar
sejak ia mengetahui apa yang telah terjadi atas dirinya.
Maka ia tampil dan tersungkur di depan Yesus.
Dengan tulus ia memberitahukan segala sesuatu kepada Yesus.
Maka kata Yesus kepada perempuan itu,
"Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau.
Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!"

Ketika Yesus masih berbicara
datanglah orang dari keluarga kepala rumah ibadat itu dan berkata,
"Anakmu sudah mati!
Apa perlunya lagi engkau menyusahkan Guru?"
Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka
dan berkata kepada kepala rumah ibadat,
"Jangan takut, percaya saja!"
Lalu Yesus tidak memperbolehkan seorang pun ikut serta,
kecuali Petrus, Yakobus dan Yohanes, saudara Yakobus.
Dan tibalah mereka di rumah kepala rumah ibadat,
dan di sana Yesus melihat orang-orang ribut,
menangis dan meratap dengan suara nyaring.
Sesudah masuk, Yesus berkata kepada orang-orang itu,
"Mengapa kamu ribut dan menangis?
Anak ini tidak mati, tetapi tidur!"
Tetapi mereka menertawakan Dia.

Maka Yesus menyuruh  semua orang itu keluar.
Lalu Ia membawa ayah dan ibu anak itu,
dan mereka yang bersama-sama dengan Yesus
masuk ke dalam kamar anak itu.
Lalu dipegang-Nya tangan anak itu, kata-Nya, "Talita kum,"
yang berarti: "Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!"
Seketika itu juga anak itu bangkit berdiri dan berjalan,
sebab umurnya sudah dua belas tahun.
Semua orang yang hadir sangat takjub.
Dengan sangat Yesus berpesan kepada mereka,
supaya jangan seorang pun mengetahui hal itu,
lalu Ia menyuruh mereka memberi anak itu makan.

Demikianlah sabda Tuhan.



Renungan Injil
Dahulu  saya pernah mempelajari bagaimana mengelola dan mengendalikan energi yang ada di dalam tubuh kita, orang-orang menyebutnya ilmu tenaga dalam, lalu belajar juga bagaimana memanfaatkan energi dari alam untuk penyembuhan.
Namun setelah saya membaca dan merenungkan Bacaan Injil hari ini, semuanya itu saya tinggalkan.
Saya malu kepada perempuan yang dikisahkan pada Bacaan Injil ini.

Perempuan itu sudah 12 tahun lamanya menderita pendarahan.
Telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, tapi tak kunjung sembuh, malah keadaannya semakin memburuk, sampai-sampai habis semua miliknya untuk membiayai.
Dalam keadaan seperti ini, perempuan itu sangat rentan dengan keputus-asaan, merasa semuanya sia-sia saja, tak ada lagi harapan.
Ternyata yang terjadi tidak demikian, ia tetap memiliki harapan, jauh dari keputus-asaan, "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh."

Imannya yang besar itu ternyata mampu mengalirkan energi keluar dari diri Kristus, dan ia pun sembuh seketika.
Tentu saja Yesus takjub dengan iman yang dimiliki oleh perempuan itu, maka Yesus pun bertanya, "Siapa yang menjamah jubah-Ku?"
Yesus tentu tahu ada iman yang besar yang telah menyebabkan energi Ilahi-Nya mengalir keluar dari diri-Nya.

Ini merupakan pelajaran yang sangat berharga bagi saya, kepada siapa sesungguhnya saya boleh berharap, serta bagaimana caranya mewujudkan harapan itu.
Yang menjadi pertanyaan, bagaimana caranya menjamah jubah Kristus?
Nanti dulu, menjamah jubah Kristus itu hanyalah upaya, tidak mesti seperti itu, karena yang terpenting bukanlah menjamah jubah-Nya, melainkan memiliki iman kepercayaan yang utuh, artinya bukan karena keputus-asaan.
Mana ada harapan di dalam keputus-asaan?

Menderita sakit, seperti yang sedang saya alami beberapa hari terakhir ini, bukanlah menunjukkan kalau saya gagal "meraih jubah Yesus", melainkan menyadarkan saya sebagai manusia lemah yang bisa saja sakit.
Jangankan menderita sakit, tak satu pun manusia mampu menghindari ajalnya, siapa pun dia, ada waktunya meninggal dunia.

Meraih jubah Yesus memang memerlukan tekad yang besar, seperti yang ditunjukkan oleh perempuan yang pendarahannya sudah parah itu, ia berdesak-desakan di antara kerumuman orang agar bisa mendekati Yesus dan meraih jubah-Nya.
Tekad saya mungkin tidak sebesar perempuan itu, tapi bangkit dari tempat tidur dalam keadaan demam tinggi, lalu berusaha membaca teks Injil yang terlihat kabur karena mata saya tidak berfungsi dengan baik, sudah merupakan upaya yang berat bagi saya.
Padahal bisa saja saya tidak bangun dan membaca Injil, toh Tuhan maklum kalau saya lagi sakit.
Tidak.
Saya ingin menunjukkan kepada Tuhan kalau saya bersungguh-sungguh menaruh harapan pada-Nya, serta menempatkan seluruh hidup saya di bawah kehendak-Nya.
Perkara apakah saya akan disembuhkan atau tidak, bukan lagi persoalan karena pengharapan saya telah menepis keputus-asaan, menghalau ketakutan akan kematian, serta mengatasi kesakitan badan.
Bukan lagi persoalan, apakah saya akan sembuh seketika atau berangsur-angsur, karena saya tidak mau memaksakan kehendak, melainkan manut kepada kehendak-Nya.
Bersyukur pagi ini (30-Jan 2017) kondisi saya membaik, tanpa pernah tahu saya sakit apa, tidak ke dokter dan tidak minum obat.
Biarlah orang mencemooh, saya telah terinsiparasi oleh perempuan yang menderita pendarahan itu, inilah imanku ya Tuhan!



Peringatan Orang Kudus
Santa Marcella, Martir
Marcella dikenal sebagai putri bangsawan Romawi yang beragama Kristen.  Ia menikah dengan seorang pangeran Roma.  Pernikahan ini tidak berlangsung lama karena suaminya meninggal dunia beberapa bulan kemudian.
Pengalaman pahit ini membukakan bagi Marcella pintu masuk menuju suatu cara hidup baru yakni cara hidup religius-asketis.  Dengan cara hidup ini, Marcella bermaksud mengabdikn dirinya kepada Tuhan semata-mata dengan doa, puasa dan tapa sambil melakukan perbuatan-perbuatan baik kepada para miskin dan melarat di kota Roma.  Cara hidup religius-asketis yang dijalaninya mengikuti pola yang dipraktekkan oleh para rahib di dunia Timur.
Dalam menjalani cara hidup ini, ia dibimbing oleh Santo Yerome.  Banyak wanita Roma lainnya mengikuti Marcella.  Mereka berdoa dan berpuasa serta mengenakan mode pakaian yang sama dengan yang dikenakan Marcella.  Bersama Marcella, mereka mengabdikan diri pada pelayanan orang-orang miskin dan terlantar.  Perkumpulan religius-asketis ini terus berkembang pesat.  Pengikut-pengikutnya semakin banyak.  Karena itu Marcella membangun beberapa biara di seluruh kota Roma.
Karena komunitas ini berpengaruh luas di seluruh kota, Marcella kemudian ditangkap dan dianiaya oleh orang-orang Goth (Jerman) yang pada waktu itu menguasai Roma.  Marcella meninggal sebagai seorang martir Kristus kira-kira pada akhir Agustus 410.

Santo Yohanes Bosko, Imam
Yohanes Melkior Bosko lahir pada tanggal 16 Agustus 1815 di Becchi, sebuah desa dekat kota Torino, Italia.  Ketika menanjak remaja, anak petani sederhana ini tidak diperkenankan masuk sekolah oleh orang tuanya karena diharuskan bekerja di ladang.  Dalam situasi ini ia diajar oleh seorang imam tua yang baik hati.  Jerih payah imam tua ini menyadarkan orang tua Bosko akan pentingnya nilai pendidikan.  Oleh karena itu, sepeninggal imam tua itu, ibunya menyekolahkan dia ke Castelnuovo.  Pendidikan di Castelnuovo ini diselesaikannya dalam waktu satu setengah tahun.  Kemudian ia mengikuti pendidikan imam di Seminari Chieri dan ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1841.
Karyanya sebagai imam diabdikan seluruhnya pada pendidikan kaum muda.  Ia membuka sebuah perkumpulan untuk menampung anak-anak muda yang terlantar, buta huruf dan miskin.  Cita-citanya ialah mendidik para kawula muda itu menjadi manusia-manusia yang berguna dan mandiri.  Ia berhasil mengumpulkan 1000 orang pemuda dari keluarga-keluarga yang miskin.  Dengan penuh kesabaran, pengertian dan kasih sayang, ia mendidik mereka hingga mereka menjadi manusia yang baik dan bertanggung jawab.  Salah seorang muridnya yang terkenal ialah Dominikus Savio, yang kemudian menjadi Orang Kudus.
Keberhasilannya itu terus membakar semangatnya untuk memperluas karyanya.  Untuk itu ia mendirikan sebuah rumah yatim piatu dan asrama.  Dengan demikian para pemuda itu dapat tinggal bersama dalam satu rumah untuk belajar dan melatih diri dalam ketrampilan-ketrampilan yang berguna untuk hidupnya.  Untuk pendidikan ketrampilan, Bosko merubah dapur di rumah ibunya menjadi sebuah bengkel sepatu dan bengkel kayu.  Bengkel inilah merupakan Sekolah Teknik Katolik yang pertama.  Sekolah ini tidak hanya menghindarkan pemuda-pemuda itu dari aksi-aksi kenakalan remaja, tetapi juga menciptakan pemimpin-pemimpin di bidang industri dan teknik.  Lebih dari itu, cara pendidikan dan cara hidup Bosko sendiri berhasil membentuk kepribadian pemuda-pemuda itu menjadi orang-orang Kristen yang taan agama bahkan saleh.
Pada tahun 1859 atas restu Paus Pius IX (1846-1878), Bosko mendirikan sebuah tarekat religius untuk para imam dan bruder, yang dinamakan Kongregasi Salesian.  Kemudian pada tahun 1872, bersama Santa Maria Mazzarello, Bosko mendirikan Serikat Puteri-puteri Maria yang mengabdikan diri dalam bidang pendidikan kaum puteri.
Bosko mendirikan banyak perkumpulan dan sekolah.  Ia dikenal sebagai perintis penerbitan Katolik dan rajin menulis buku-buku dan pamflet.  Ia pun mendirikan banyak gereja dan membantu meredakan pertentangan antara Takhta Suci dan para penguasa Eropa.  Dalam karyanya yang besar ini, Bosko selalu menampilkan diri sebagai seorang imam yang saleh, penuh disiplin dan rajin berdoa.  Ia menjadi seorang Bapa Pengakuan yang terpercaya di kalangan kaum remaja.
Pada saat-saat terakhir hidupnya, ia menyampaikan pesan indah ini: “Katakanlah kepada anak-anakku, 'Aku menanti mereka di surga!' ”.  Ia meninggal dunia pada tahun 1888 dalam usia 72 tahun.  Pada tanggal 2 Juni 1929, Yohanes Melkior Bosko dinyatakan sebagai 'Beato' (Yang Bahagia) dan pada tanggal 1 April 1934 ia digelari 'Santo' oleh teman dekatnya Paus Pius XI (1922-1929).

Santo Aidan, Uskup dan Pengaku Iman
Aidan tinggal di sebuah biara di pulau Iona yang didirikan oleh Santo Kolumbanus.  Biara inilah yang menghasilkan banyak imam misionaris untuk Skotlandia dan Inggris Utara.  Aidan terkenal ketika pada tahun 634 ia diutus sebagai misionaris di Kerajaan Umbria Utara atas permintaan Santo Oswaldus, Raja Umbria Utara.
Sebelumnya pernah seorang imam berkarya di daerah itu, namun ia kurang berhasil.  Kepada Aidan ia mengutarakan alasan kegagalannya: "Orang Umbria belum beradab, kepala batu bahkan masih liar.  Sangat sulit kita mempertobatkan mereka”.  Aidan menjawab: “Menghadapi orang-orang kafir, kita hendaknya terlebih dahulu memberi kesaksian tentang seluruh ajaran iman Kristen dengan tingkah laku dan tutur kata kita yang sesuai dengan ajaran iman itu.  Mungkin Anda terlalu tegas terhadap mereka dan menyajikan ajaran-ajaran iman dengan cara yang sulit dipahami.  Seturut nasehat para Rasul, seharusnya Anda lebih dahulu menyajikan kepada mereka ajaran-ajaran yang mudah dicerna; kemudian apabila mereka sudah dikuatkan oleh Sabda Allah, barulah ajaran-ajaran yang lebih berat untuk dipahami dan dilaksanakan disajikan kepada mereka”.
Aidan kemudian diutus ke Kerajaan Umbria.  Dengan cara hidupnya dan tutur katanya yang lemah lembut, ia bersama Raja Oswaldus berhasil mengkristenkan rakyat Umbria.  Ia menjadi gembala yang disenangi karena contoh dan teladan hidupnya.  Ia pun tidak segan-segan menegur para petinggi kerajaan jika tingkah laku mereka tidak sesuai dengan tuntutan ajaran Kristen.  Oswaldus bersama seluruh rakyat sangat senang dengan Aidan.
Setelah ditahbiskan menjadi uskup, Aidan menetap di pulau Lindisfarne yang kelak disebut 'Pulau Suci', karena biara yang didirikannya di sana menghasilkan banyak imam misionaris yang saleh.  Aidan meninggal dunia pada tahun 651 dan hingga kini dihormati sebagai rasul bangsa Inggris Utara, sebagai Santo Agustinus dari Canterbury untuk Inggris Selatan.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

 

Liturgia Verbi 2017-01-30 Senin.

Liturgia Verbi (A-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa IV

Senin, 30 Januari 2017



Bacaan Pertama
Ibr 11:32-40

"Allah mempunyai rencana yang lebih baik bagi kita semua."

Pembacaan dari Surat Kepada Orang Ibrani:

Saudara-saudara, tentang tokoh-tokoh iman,
aku akan kekurangan waktu, apabila aku hendak menceriterakan
tentang Gideon, Barak, Simson, Yefta, Daud dan Samuel dan para nabi.
Karena iman, mereka telah menaklukkan kerajaan-kerajaan,
mengamalkan kebenaran dan memperoleh apa yang dijanjikan,
menutup mulut singa-singa dan memadamkan api yang dahsyat.
Mereka telah luput dari mata pedang,
dan telah beroleh kekuatan dalam kelemahan.
Mereka telah menjadi kuat dalam peperangan
dan telah memukul mundur pasukan-pasukan tentara asing.
Karena iman,
para ibu telah menerima kembali orang-orangnya yang telah mati,
sebab mereka dibangkitkan.
Ada lagi orang-orang yang membiarkan dirinya disiksa
dan tidak mau menerima pembebasan,
karena mereka mengharapkan
kebangkitan untuk hidup yang lebih baik.
Ada pula yang diejek dan didera,
bahkan ada yang dibelenggu dan dipenjarakan.
Mereka dilempari batu, digergaji dan dibunuh dengan pedang;
mereka mengembara dengan berpakaian kulit domba
atau kulit kambing
sambil menderita kekurangan, kesesakan dan siksaan.
Dunia ini bukan tempat layak bagi mereka!
Mereka mengembara di padang gurun dan di pegunungan,
dalam gua-gua dan dalam celah-celah gunung.
Iman mereka telah memberi mereka suatu kesaksian yang indah.
Namun mereka semua belum memperoleh apa yang dijanjikan itu.
Sebab Allah mempunyai rencana yang lebih baik bagi kita semua;
tanpa kita mereka tidak dapat sampai kepada kesempurnaan.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 31:20.21.22.23.24,R:25

Refren: Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu,
kalian semua yang berharap kepada Tuhan.

*Alangkah limpahnya kebaikan-Mu
yang telah Kaulakukan di hadapan manusia
bagi orang yang berlindung pada-Mu!

*Engkau menyembunyikan mereka dalam naungan wajah-Mu
terhadap persekongkolan orang-orang;
Engkau melindungi mereka dalam pondok
terhadap perbantahan lidah.

*Terpujilah Tuhan!
Ia telah menunjukkan kasih setia-Nya kepadaku dengan ajaib
pada waktu kesesakan!

*Dalam kebingunganku aku menyangka,
"Aku telah terbuang dari hadapan mata-Mu."
Tetapi ternyata Engkau mendengarkan suara permohonanku,
ketika aku berteriak kepada-Mu minta tolong.

*Kasihilah Tuhan, hai semua orang yang dikasihi-Nya!
Tuhan menjaga orang-orang yang setiawan,
tetapi orang yang congkak diganjar-Nya
dengan tidak tanggung-tanggung.



Bait Pengantar Injil
Luk 7:16

Seorang nabi besar telah muncul di tengah kita,
dan Allah mengunjungi umat-Nya.



Bacaan Injil
Mrk 5:1-20 

"Hai Roh Jahat, keluarlah dari orang ini!"

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Sekali peristiwa,
sampailah Yesus dan murid-murid-Nya di seberang danau Galilea,
di daerah orang Gerasa.
Baru saja Yesus turun dari perahu,
datanglah kepadanya
seorang yang kerasukan roh jahat dari pekuburan.
Orang itu diam di sana
dan tidak ada lagi yang sanggup mengikatnya,
dengan rantai sekalipun!
Sudah sering ia dibelenggu dan dirantai,
tetapi rantainya diputuskannya dan belenggu itu dimusnahkannya,
sehingga tidak ada seorang pun yang cukup kuat
untuk menjinakkannya.
Siang malam ia berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit
sambil berteriak-teriak dan memukuli diri dengan batu.
Ketika melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkan-Nya.
Ia lalu menyembah-Nya, dan dengan keras ia berteriak,
"Apa urusan-Mu dengan aku,
hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi?
Demi Allah, jangan siksa aku!"
Karena sebelumnya Yesus mengatakan kepadanya,
"Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!"
Kemudian Yesus bertanya kepada orang itu, "Siapa namamu?"
Jawabnya "Namaku Legion, karena kami banyak."
Ia memohon dengan sangat
supaya Yesus jangan mengusir roh-roh itu keluar dari daerah itu.

Adalah di sana, di lereng bukit,
sekawanan babi sedang mencari makan.
Lalu roh-roh itu meminta kepada Yesus, katanya,
"Suruhlah kami pindah ke dalam babi-babi itu,
dan biarkanlah kami memasukinya!"
Yesus mengabulkan permintaan mereka.
Lalu keluarlah roh-roh jahat itu dan memasuki babi-babi itu.
Maka kawanan babi yang kira-kira dua ribu jumlahnya itu terjun
dari tepi jurang ke dalam danau dan mati lemas di dalamnya.

Maka larilah penjaga-penjaga babi itu!
Mereka menceriterakan hal itu
di kota dan di kampung-kampung sekitarnya.
Lalu keluarlah orang untuk melihat apa yang terjadi.
Mereka datang kepada Yesus
dan melihat orang yang kerasukan itu duduk;
orang yang tadinya kerasukan legion itu,
kini berpakaian dan sudah waras.
Maka takutlah mereka.
Orang-orang yang telah melihat sendiri hal itu menceriterakan
apa yang telah terjadi atas orang yang kerasukan setan itu,
dan tentang babi-babi itu.
Lalu mereka mendesak Yesus
supaya Ia meninggalkan daerah mereka.

Pada waktu Yesus naik lagi ke dalam perahu,
orang yang tadinya kerasukan setan itu meminta,
supaya ia diperkenankan menyertai Yesus.
Tetapi Yesus tidak memperkenankannya.
Yesus berkata kepada orang itu,
"Pulanglah ke rumahmu, kepada orang-orang sekampungmu,
dan beritahukanlah kepada mereka
segala yang telah diperbuat oleh Tuhan atasmu,
dan ceriterakanlah bagaimana Ia telah mengasihani engkau!"
Orang itu pun pergi, dan mulai memberitakan di daerah Dekapolis
segala apa yang telah diperbuat Yesus atas dirinya
dan mereka semua menjadi heran.

Demikianlah sabda Tuhan.



Renungan Injil
Kisah tentang Legion pada Bacaan Injil hari ini telah beberapakali kita renungkan.
Legion adalah roh jahat, disebut demikian karena jumlahnya banyak.
Roh-roh jahat ini telah menyengsarakan hidup dari orang yang dirasuki, membuatnya siang malam berkeliaran di pekuburan dan bukit-bukit sambil berteriak-teriak dan memukuli diri dengan batu.
Entah mengapa orang itu bernasib malang, hidupnya dikuasai oleh roh-roh jahat.
Yang jelas, roh jahat memang selalu merusak kehidupan manusia, berusaha menjauhkan manusia dari Tuhan.
Mereka bisa saja mengiming-iming, menggoda atau bahkan mengancam agar manusia menjadi takluk dan menuruti kemauan mereka.

Sesungguhnya kita tak perlu khawatir dengan keberadaan roh-roh jahat ini, karena mereka takut kepada Kristus.
Seperti yang dikisahkan dalam Bacaan Injil, ketika melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkan-Nya, lalu menyembah-Nya.
Kristus telah memenangkan peperangan melawan kuasa kegelapan, maka setiap pengikut Kristus yang memiliki iman sebesar biji sesawi saja, tak lagi dapat ditaklukkan oleh roh jahat.

Mereka tidak dapat begitu saja masuk dan menguasai orang yang merupakan pengikut Kristus.
Yang dapat mereka lakukan adalah menebar iming-iming melalui godaan, dan cara ini mesti diakui efektif untuk merontokkan iman seseorang, terutama beralih dari pengikut Kristus menjadi pengikut Mamon.
Mereka pandai dalam menentukan target, siapa yang hendak dijadikan korban, yakni orang-orang yang sedang menderita kekurangan, kesesakan, orang-orang yang sedang diliputi irihati, yang merasa diperlakukan secara tidak adil, dan sebagainya.
Dalam situasi-situasi seperti inilah sesungguhnya kita telah membukakan pintu bagi roh-roh jahat itu untuk masuk dan menguasai diri kita.

Oleh sebab itu, jangan lagilah kita bermain-main dengan iman kita kepada Kristus, karena sewaktu-waktu, di saat kita lengah, roh jahat siap menerkam kita.
Janganlah sampai terjadi, kita malah membukakan pintu dan mempersilahkan roh jahat masuk ke dalam diri kita.



Peringatan Orang Kudus
Santo Gerardus, Pengaku Iman
Gerardus adalah kakak santo Bernardus.  Ia mula-mula tidak mau masuk biara.  Tetapi setelah terluka dalam perang, ditawan dan secara ajaib dibebaskan, ia ikut adiknya dalam kehidupan membiara dalam pertapaan yang menganut aturan yang keras.  Ia meninggal dunia pada tahun 1138.

Santa Batildis, Pengaku Iman
Ketika masih gadis, ia dijual kepada seorang pejabat istana, tetapi kemudian ia dinikahi oleh raja.  Sepeninggal suaminya, ia memerintah sampai putranya dewasa dan menggantikannya sebagai raja.  Batildis kemudian menjadi suster biasa di Chelles, Prancis.  Ia meninggal dunia pada tahun 680.

Santa Maria Ward, Pengaku Iman
Maria Ward hidup antara tahun 1585-1645.  Puteri bangsawan Inggris ini berkali-kali terpaksa mengungsi karena ingin mengikuti Misa Kudus.  Sebab perayaan Ekaristi dilarang oleh Ratu Elisabeth.  Pada umur 20 tahun, ia melarikan diri ke Belgia untu masuk biara Klaris.  Ia mencoba dua kali, tetapi selalu gagal walaupun berusaha hidup setaat mungkin pada aturan biara.  Akhirnya ia mendirikan kumpulan wanita yang hidup bersama tanpa klausura atau pakaian biara.  Sebab, mereka mau kembali ke Inggris untuk memperkuat iman umat yang dianiaya.  Beberapa kali ia pulang, dikejar-kejar, dipenjarakan dan dihukum mati, namun dibebaskan lagi.  Ia kemudian kembali ke Belgia memimpin 'Putri-putri Inggris' dan berusaha mendapatkan pengakuan dari Sri Paus di Roma.  Di Munchen ia dipenjarakan sebagai orang bidaah, dan pada tahun 1631 'Suster-suster Jesuit'-nya dilarang oleh Paus.  Namun akhirnya direhabilitir dan perjuangannya supaya kaum wanita boleh merasul sama seperti pria diterima oleh pejabat Gereja yang masih berpikiran kolot.

Beato Sebastianus, Imam
Sebastianus berasal dari keluarga miskin.  Keluarganya sangat mengharapkan agar dia membantu menghidupi keluarganya.  Tetapi cita-citanya untuk menjadi seorang imam lebih menggugah dan menarik hatinya daripada keadaan keluarganya yang serba kekurangan itu.  Ia masuk Seminari dan mengikuti pendidikan imamat.  Banyak sekali tantangan yang ia hadapi selama masa pendidikan itu, terutama karena ia kurang pandai untuk menangkap semua mata pelajaran yang diajarkan.  Ia sendiri sungguh-sungguh insyaf akan kelemahannya.  Satu-satunya jalan keluar baginya untuk mengatasi kelemahannya dan dengan demikian bisa meraih keberhasilan ialan melipatgandakan usaha belajarnya.Perjuangannya yang gigih itu akhirnya memberikan kepadanya hasil akhir yang menyenangkan.  Ia mencapai cita-citanya menjadi imam.  Karyanya sebagai imam dimulainya di Torino.  Sebagaimana biasa, ia selalu melakukan tugasnya dengan rajin, sabar, bijaksana dan penuh cinta kepada umatnya.  Tarekatnya sungguh senang karena mendapatkan seorang anggota yang sungguh menampilkan diri sebagai tokoh teladan dalam perbuatan-perbuatan baik.  Selama 60 tahun ia mengabdikan diri kepda Tuhan, Gereja dan umatnya.Tuhan berkenan mengaruniakan kepadanya rahmat luar biasa yaitu kemampuan membuat mujizat.  Jabatan Uskup Torino yang ditawarkan kepadanya ditolaknya dengan rendah hati.  Ia lebih suka menjadi seorang imam biasa di antara umatnya.  Tentang hal ini Sebastianus berkata: “Apa artinya menjadi Abdi-abdi Tuhan? Artinya, mengutamakan kepentingan Tuhan daripada kepentingan pribadi; memajukan karya penyelamatan Allah dan kerajaanNya di antara manusia.  Semuanya itu harus dilakukan di tengah-tengah umat”. Imannya yang kokoh pada Allah dan kesetiaannya pada panggilan imamatnya, membuat dirinya menjadi satu terang dan kekuatan kepada sesamanya manusia, terlebih rekan-rekan imamnya se-tarekat.  Ia meninggal dunia pada tahun 1740.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

 

Liturgia Verbi 2017-01-29 Minggu.

Liturgia Verbi (A-I)
Hari Minggu Biasa IV

Minggu, 29 Januari 2017



Bacaan Pertama
Zef 2:3;3:12-13

"Di antaramu akan Kubiarkan hidup
suatu umat yang rendah hati dan lemah."

Pembacaan dari Nubuat Zafanya:

"Carilah Tuhan,
hai semua orang yang rendah hati di negeri,
hai semua yang melakukan hukum-Nya;
carilah keadilan, carilah kerendahan hati;
mungkin kamu akan terlindung pada hari kemurkaan Tuhan."

Dan Allah berfirman,
"Di antaramu akan Kubiarkan hidup
suatu umat yang rendah hati dan lemah,
yang akan mencari perlindungan pada nama Tuhan.
Mereka itulah sisa Israel.
Mereka tidak akan melakukan kelaliman atau berbicara bohong.
Dalam mulut mereka tidak akan terdapat lidah penipu.
Sebaliknya mereka akan seperti kawanan domba
yang makan rumput dan berbaring tanpa ada yang mengganggunya."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 146:1.7.8-9a.9b-10,R:Mat 5:3

Refren: Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah,
karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga.

*Pujilah Tuhan, hai jiwaku!
Dialah yang menegakkan keadilan bagi orang yang diperas,
dan memberi roti kepada orang-orang yang lapar.
Tuhan membebaskan orang-orang yang terkurung,

*Tuhan membuka mata orang buta,
Tuhan menegakkan orang yang tertunduk,
Tuhan mengasihi orang-orang benar.
Tuhan menjaga orang-orang asing.

*Anak yatim dan janda ditegakkan-Nya kembali,
tetapi jalan orang fasik dibengkokkan-Nya.
Tuhan itu Raja untuk selama-lamanya,
Allahmu, ya Sion, turun-temurun!



Bacaan Kedua
1Kor 1:26-31

"Yang bodoh di mata dunia dipilih Allah."

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus:

Saudara-saudara,
coba ingatlah bagaimana keadaanmu ketika dipanggil.
Menurut ukuran manusia
tidak banyak di antara kamu yang bijak,
tidak banyak yang berpengaruh,
tidak banyak yang terpandang.
Namun apa yang bodoh di mata dunia dipilih Allah
untuk mempermalukan orang-orang yang berhikmat,
dan apa yang lemah bagi dunia dipilih Allah
untuk mempermalukan yang kuat,
dan apa yang tidak terpandang dan hina bagi dunia,
bahkan apa yang tidak berarti,
dipilih Allah untuk meniadakan yang berarti,
supaya jangan ada seorang manusia pun
yang memegahkan diri di hadapan Allah.
Tetapi Allah telah membuat kamu berada dalam Kristus Yesus,
dan oleh Dia Kristus telah menjadi hikmat bagi kita.
Dialah yang membenarkan, menguduskan dan menebus kita.
Maka, sebagaimana tertulis dalam Kitab Suci,
"Barangsiapa bermegah, hendaklah ia bermegah dalam Tuhan."

Demikianlah sabda Tuhan.



Bait Pengantar Injil
Mat 5:12a

Bersukacitalah dan bergembiralah,
karena besarlah ganjaranmu di Surga.



Bacaan Injil
Mat 5:1-12a

"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Sekali peristiwa,
ketika melihat orang banyak,
naiklah Yesus ke atas bukit.
Setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya.
Lalu Yesus pun mulai berbicara
dan menyampaikan ajaran ini kepada mereka,
"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah,
karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga.
Berbahagialah orang yang berdukacita,
karena mereka akan dihibur.
Berbahagialah orang yang lemah lembut,
karena mereka akan memiliki bumi.
Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran,
karena mereka akan dipuaskan.
Berbahagialah orang yang murah hati,
karena mereka akan beroleh kemurahan.
Berbahagialah orang yang suci hatinya,
karena mereka akan melihat Allah.
Berbahagialah orang yang membawa damai,
karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
Berbahagialah orang yang dianiaya demi kebenaran,
karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga.
Berbahagialah kamu,
jika demi Aku kamu dicela dan dianiaya
dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.
Bersukacita dan bergembiralah,
sebab besarlah ganjaranmu di surga."

Demikianlah sabda Tuhan.



Renungan Injil
Bacaan Injil hari ini dikenal dengan "Delapan Sabda Bahagia", yang disampaikan oleh Yesus kepada para murid-Nya:
1. miskin di hadapan Allah
2. berdukacita
3. lemah lembut
4. lapar dan haus akan kebenaran
5. murah hati
6. suci hati
7. membawa damai
8. dianiaya demi kebenaran, dicela, dianiaya dan difitnah karena Kristus

Kita tidak membahasnya satu per satu, tetapi secara keseluruhan merupakan hal-hal yang akan membuat kita bersukacita dan bergembira, dan bahkan berbahagia, baik semasih hidup di dunia ini maupun setelah meninggal dunia nanti.

Yang menarik untuk kita renungkan, bahwa ke delapan kebahagiaan itu dapat diperoleh oleh siapa saja, tidak memandang latar belakang pendidikan, kedudukan, harta atau pun status sosial.
Kebahagiaan adalah anugerah Tuhan bagi setiap orang.

Dan yang juga menarik untuk dikaji, orang yang mempunyai kebahagiaan itu lebih tangguh dalam melawan berbagai penyakit, secara jasmani maupun rohani.
Penyakit rohani, beberapa di antaranya: irihati, dengki, dendam dan sebagainya.

Dan yang terakhir, bahagia itu adalah buah perasaan, bukan buah hasil pikiran kita.
Kita bisa merasa berbahagia sekali pun tidak kaya raya.
Tetapi kalau kita menggunakan pikiran, maka bisa jadi kita akan berkata, "Betapa berbahagianya saya kalau saya kaya raya."

Berbahagia adalah perasaan yang munculnya spontan, tidak bisa diatur-atur, atau pun dipikir-pikir.
Perasaan bahagia itu sama seperti perasaan-perasaan lainnya, misalnya merasa sedih, senang, dan seterusnya.
Mana bisa kita akan bilang begini, "Ah, lima menit lagi saya mau sedih ah."
Itulah perasaan.



Peringatan Orang Kudus
Santo Gildas Yang Bijaksana, Pengaku Iman
Gildas terkenal di dareah Celtic selama abad ke enam.  Ia mempunyai suatu pengaruh yang besar dan tetap terhadap perkembangan kehidupan monastik di negeri Irlandia.
Finnian dari Clonard (470-552) bersama banyak pemimpin Irlandia belajar di bawah bimbingan Gildas di Inggris.  Kemudian Gildas dibawa dari Wales ke Irlandia untuk mengajar di Sekolah Armagh.  Setelah mengajar beberapa tahun, ia diangkat sebagai rektor disekolah itu.  Pada tahun 540 ia kembali lagi ke Wales dan tinggal di pulau Flatholm, Inggris.
Gildas adalah seorang yang tulus dan beriman teguh.  Ia menuduh teman-temannya sebagai orang-orang yang menyangkal kebenaran iman Kristen.  Mereka dinamainya sebagai 'Pastor tak beriman yang menjual imamatnya dan pemimpin buta bagi para orang buta menuju kehancuran'.  Karyanya “De Ercidio Brutanniae” (Kehancuran Inggris) melukiskan pula pengetahuannya akan Kitab Suci dan karya-karya klasik.
Tahun-tahun terakhir kehidupannya, ia habiskan di sebuah pulau kecil, Morbihan Bay, Inggris.  Di sana ia meninggal dunia pada tahun 570.

Beato Joseph Freinademetz, Imam
Freinademetz lahri pada tanggal 15 April 1852 di Abtei, Tyrol Selatan, sebuah daerah di lembah pegunungan Alpen.  Semenjak kecil, ia bercita-cita menjadi imam.  Kedua orang tuanya merestui cita-citanya yang luhur itu.  Maka ia masuk Seminari untuk mengikuti pendidikan imamat.  Ia berhasil meraih cita-citanya tatkala ditahbiskan imam di Brixen pada tanggal 25 Juli 1875.
Karier imamatnya dimulai dengan menjadi Pastor di paroki Santo Martinus hingga tahun 1878.  Pada waktu itu Beato Arnold Janssen mendirikan sebuah serikat religius baru, yang dinamakan Societas Verbi Divini, Serikat Sabda Allah.  Serikat yang berkedudukan di Steyl, Belanda ini mengabdikan diri pada pendidikan iman-imam misionaris.  Freinademetz yang memiliki semangat missioner bergabung bersama Arnold Janssen untuk mengembangkan serikat ini.  Dia sendiri bercita-cita menjadi seorang misionaris di Tiongkok.  Untuk itu ia mempelajari bahasa Tionghoa dan adat istiadat bangsa Cina.
Cita-citanya ini terwujud ketika ia diutus sebagai misionaris ke negeri Tiongkok bersama rekannya Pater Anzer.  Pada tanggal 20 April 1879 mereka tiba di Hongkong.  Uskup Raymondi yang memimpin Gereja di Hongkong menerima mereka.  Tak lama kemudian Freinademetz ditempatkan di Propinsi Shantung.  Di sana ia bekerja bersama bruder Antonio, seorang biarawan Fransiskan.
Kemahirannya dalam berbahasa Tionghoa sungguh membantunya dalam pergaulan dengan umat setempat.  Ia dengan cepat dapat menyesuaikan diri dengan kebiasaan-kebiasaan umat di Shantung.  Kepribadiannya yang menarik, sifatnya yang rendah hati, rajin, sederhana dan berkemauan keras membuat dia sangat dicintai oleh umat baik yang dewasa maupun anak-anak.  Semuanya itu sungguh memudahkan dia dalam karya pewartaannya.
Ia dengan tekun mengunjungi desa-desa untuk mewartakan Injil dan melayani Sakramen, ditemani oleh seorang katekis.  Kepadanya selalu diberitahukan agar berhati-hati terhadap segala bahaya.  Tetapi ia tidak gentar sedikit pun terhadap bahaya apa saja, karena ia yakin bahwa Tuhan senantiasa menyertainya.
Ketia ia dengan gigih membela umatnya dari rongrongan kaum revolusioner, ia ditangkap dan disiksa secara kejam.  Tetapi semua penderitaan yang dialaminya tidak mengendurkan semangatnya untuk terus meneguhkan iman umatnya dan terus mewartakan Injil.  Dalam keadaan sengsara hebat itu, ia bahkan terus berkotbah untuk menyadarkan para penyiksanya akan kejahatan mereka.  Akhirnya dia dilepaskan kembali dan dibiarkan menjalankan tugasnya seperti biasa.  Setelah peristiwa itu, ia dipindahkan ke Shashien, sebuah paroki yang subur dan ramah penduduknya.  Di sana ia berhasil mempertobatkan banyak orang dengan kotbah dan pengajarannya.
Karena kepribadiannya dan keberhasilan yang diraihnya, ia diminta untuk menjadi Uskup.  Tetapi hal ini ditolaknya.  Akhirnya ia meninggal dunia pada tanggal 28 Januari 1908 karena serangan penyakit Typhus.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

 

Liturgia Verbi 2017-01-28 Sabtu.

Liturgia Verbi (A-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa III

Sabtu, 28 Januari 2017

PW S. Tomas dari Aquino, Imam dan Pujangga Gereja



Bacaan Pertama
Ibr 11:1-2.8-19

"Abraham menantikan kota
yang dirancang dan dibangun oleh Allah sendiri."

Pembacaan dari Surat Kepada Orang Ibrani:

Saudara-saudara,
iman adalah dasar dari segala yang kita harapkan
dan bukti dari segala yang tidak kita lihat.
Sebab oleh imanlah telah diberikan kesaksian
kepada nenek moyang kita.

Karena iman, Abraham taat ketika ia dipanggil untuk berangkat
ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya;
ia berangkat tanpa mengetahui tempat yang ia tuju.
Karena iman, ia diam di tanah yang dijanjikan itu
seolah-olah di suatu tanah asing,
dan di situ ia tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub,
yang turut menjadi ahli waris janji yang satu itu.
Sebab ia menanti-nantikan kota yang beralas kokoh,
yang dirancang dan dibangun oleh Allah sendiri.

Karena iman pula
Abraham dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu,
walaupun usianya sudah lewat,
karena ia yakin bahwa Dia, yang memberikan janji itu setia.
Itulah sebabnya,
dari satu orang, yang malahan telah mati pucuk,
terpancar keturunan besar,
seperti bintang di langit dan pasir di tepi laut,
yang tidak terhitung banyaknya.

Dalam iman, mereka semua telah mati
sebagai orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu,
tetapi hanya dari jauh mereka melihatnya;
dan melambai-lambai kepadanya dan mengakui,
bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini.
Sebab mereka yang berkata demikian menyatakan,
bahwa mereka dengan rindu mencari suatu tanah air.
Andaikata dalam hal itu mereka ingat akan tanah asal,
yang telah mereka tinggalkan,
maka mereka cukup mempunyai kesempatan untuk pulang ke sana.
Tetapi yang mereka rindukan adalah tanah air yang lebih baik,
yaitu tanah air surgawi.
Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka,
karena Ia telah mempersiapkan sebuah kota bagi mereka.

Karena iman, Abraham rela mempersembahkan Ishak tatkala ia dicobai,
Ia, yang telah menerima janji itu,
rela mempersembahkan anaknya yang tunggal,
walaupun kepadanya telah dikatakan:
"Keturunan yang berasal dari Ishaklah
yang akan disebut keturunanmu."
Abraham percaya bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang
sekalipun mereka sudah mati!
Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Luk 1:69-70.71-72.73-75,R:68

Refren: Terpujilah Tuhan Allah Israel,
sebab Ia telah mengunjungi dan membebaskan umat-Nya.

*Ia mengangkat bagi kita seorang penyelamat yang gagah perkasa, putera Daud, hamba-Nya.
Seperti dijanjikan-Nya dari sediakala,
dengan perantaraan para nabi-Nya yang kudus.

*Untuk menyelamatkan kita dari musuh-musuh kita
dan dari tangan semua lawan yang membenci kita,
untuk menunjukkan rahmat-Nya kepada leluhur kita
dan mengindahkan perjanjian-Nya yang kudus.

*Sebab Ia telah bersumpah kepada Abraham, bapa kita,
akan membebaskan kita dari tangan musuh.
Agar kita dapat mengabdi kepada-Nya tanpa takut
dan berlaku kudus dan jujur di hadapan-Nya seumur hidup.



Bait Pengantar Injil
Yoh 3:16

Demikian besar kasih Allah kepada dunia,
sehingga Ia menyerahkan Anak-Nya yang tunggal.
Setiap orang yang percaya kepada-Nya memiliki hidup abadi.



Bacaan Injil
Mrk 4:35-41

"Angin dan danau pun taat kepada Yesus."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Pada suatu hari, ketika hari sudah petang,
Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,
"Marilah kita bertolak ke seberang."
Mereka meninggalkan orang banyak yang ada di sana
lalu bertolak,
dan membawa Yesus dalam perahu itu
di mana Ia telah duduk;
dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia.
Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat
dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu,
sehingga perahu itu mulai penuh dengan air.
Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan
di sebuah tilam.
Maka murid-murid membangunkan Yesus dan berkata kepada-Nya,
"Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?"
Yesus pun bangun, menghardik angin itu
dan berkata kepada danau,
"Diam! Tenanglah!"
Lalu angin itu reda dan danau pun menjadi teduh sekali.
Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,
"Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?"

Mereka menjadi sangat takut
dan berkata seorang kepada yang lain,
"Siapa gerangan orang ini?
Angin dan danau pun taat kepada-Nya?"

Demikianlah sabda Tuhan.



Renungan Injil
Bacaan Injil hari ini dapat kita gunakan sebagai ukuran, seberapa besar sesungguhnya iman kita, seberapa percayakah kita kepada Kristus.
Yang namanya bencana, dapat menimpa siapa saja, kapan saja dan di mana saja, serta dalam situasi dan kondisi apa saja.
Bencana, kalau memang mesti terjadi, nampaknya tak dapat kita hindari.
Begitu pula yang dialami oleh para murid Yesus, perahu mereka diterjang taufan yang dahsyat.
Para murid itu ketakutan dan panik.
Nampaknya mereka jengkel kepada Yesus, karena Yesus malah tidur di sebuah tilam di buritan kapal.
Mereka pun membangungkan Yesus sambil berkata, "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?"

Para murid itu percaya bahwa angin taufan itu bisa saja menenggelamkan mereka, tetapi mereka lupa, bahwa ada Yesus bersama-sama mereka.
Semestinya mereka percaya bahwa Yesus tak bisa binasa, tak dapat dikalahkan oleh angin taufan.
Sebelum peristiwa itu, mereka telah berulang-kali menyaksikan berbagai mujizat yang telah dilakukan oleh Yesus, tetapi nampaknya masih belum cukup untuk membesarkan iman mereka.
Maka Yesus pun menegur mereka, "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?"

Menjadi pengikut Kristus, percaya kepada-Nya, memang tidak serta merta kita akan dibebaskan dari godaan, cobaan dan mara-bahaya.
Tuhan tidak menjadikan dunia ini sama seperti taman Firdaus.
Tidak untuk orang-orang yang percaya maupun untuk orang-orang berdosa.
Nyatanya sampai sekarang bencana selalu ada, entah itu gempa bumi, gunung meletus, tsunami, pesawat jatuh, wabah penyakit mematikan, dan sebagainya.
Bencana tidak selalu berarti hukuman Tuhan, karena bencana bisa saja dialami oleh orang-orang yang percaya kepada-Nya.

Yesus sendiri mengatakan, "Biarlah rumput ilalang itu tumbuh bersama bulir-bulir gandum, rumput ilalangnya jangan dicabut supaya bulir gandum tak ikut tercabut."
Ini tentu indikasi dari Tuhan bahwa Tuhan tidak mudah untuk menjatuhkan hukuman kepada orang-orang yang melawan-Nya atau pun orang-orang yang tidak percaya kepada-Nya.
Ada saatnya mereka akan dipisahkan, rumput ilalang dipisahkan dari bulir gandum.

Kita lihat sendiri, ada orang jahat yang kaya raya, ada orang berdosa yang sehat wal'afiat.
Sebaliknya, ada orang baik dan saleh yang sakit-sakitan atau hidupnya sengsara.
Ini bukan karena Tuhan tidak adil, melainkan memang, yang baik dan yang jahat mesti hidup bersama di dunia ini, sampai saatnya tiba barulah dipisahkan.

Pelajaran yang dapat kita petik dari Bacaan Injil hari ini, bahwa tak ada pilihan lain, tak ada tawar-menawar, kita harus percaya kepada Tuhan.
Kita mesti menggantungkan harapan kita hanya kepada-Nya, bukan kepada yang lain.
Kita mesti taat kepada-Nya, setaat-taatnya.
Angin dan danau saja taat kepada Yesus, masakan kita tidak?



Peringatan Orang Kudus
Santo Thomas dari Aquino, Imam dan Pujangga Gereja
Thomas lahir di Aquino, dekat Monte Cassino, Italia pada tahun 1225. Keluarganya adalah sebuah keluarga bangsawan yang kaya raya. Ayahnya, Pangeran Landulph, berasal dari Aquino, sedang ibunya, Theodora, adalah putri bangsawan dari Teano. Ketika berusia 5 tahun, Thomas dikirim belajar pada para rahib Benediktin di biara Monte Cassino. Di sana Thomas memperlihatkan suatu kepandaian yang luar biasa. Ia rajin belajar dan tekun berefleksi serta tertarik pada segala sesuatu tantang Tuhan. Ketika berusia 14 tahun, Abbas Monte Cassino, yang kagum atas kecerdasan Thomas, mengirim dia belajar di Universitas Napoli.  Di universitas itu, Thomas berkembang pesat dalam pelajaran filsafat, logika, tatabahasa, retorik, musik dan matematika. Ia bahkan jauh lebih pintar dari guru-gurunya pada masa itu. Di Napoli, untuk pertama kalinya dia bertemu dengan karya-karya Aristoteles yang sangat mempengaruhi pandangan-pandangannya di kemudian hari. Thomas yang tetap menjauhi semangat duniawi dan korupsi yang merajalela di Napoli, segera memutuskan untuk menjalani kehidupan membiara. Ia tertarik pada corak hidup dan karya pelayanan para biarawan Ordo Dominikan yang tinggal di sebuah biara dekat kampus universitas, tempat dia belajar. VERITAS ("Kebenaran") yang menjadi motto para biarawan Dominikan sangat menarik hati Thomas. Keluarganya berusaha menghalang-halangi dia agar tidak menjadi seorang biarawan Dominikan. Mereka lebih suka kalau Thomas menjadi seorang biarawan Benediktin di biara Monte Cassino. Untuk itu berkat pengaruh keluarganya, dia diberi kedudukan sebagai Abbas di Monte Cassino. Tetapi Thomas dengan gigih menolak hal itu. Agar bisa terhindar dari campurtangan keluarganya, ia pergi ke Paris untuk melanjutkan studi. Tetapi di tengah jalan, ia ditangkap oleh kedua kakaknya dan dipenjarakan di Rocca Secca selama dua tahun. Selama berada di penjara itu, keluarganya memakai berbagai cara untuk melemahkan ketetapan hatinya. Meskipun demikian Thomas tetap teguh pada pendirian dan panggilannya. Di dalam penjara itu, Thomas menceritakan rahasianya kepada seorang sahabatnya, bahwa ia telah mendapat rahmat istimewa. Ia telah berdoa memohon kemurnian budi dan raga pada Tuhan. Dan Tuhan mengabulkan permohonannya dengan mengutus dua orang malaekat untuk meneguhkan dia dan membantunya agar tidak mengalami cobaan-cobaan yang kotor dan berat. selama berada di penjara, Thomas diijinkan membaca buku-buku rohani dan terus mengenakan jubah Ordo Dominikan. Ia menggunakan waktunya untuk mempelajari Kitab Suci, Metafisika Aristoteles dan buku-buku dari Petrus Lombardia. Ia sendiri membimbing saudarinya dalam merenungkan Kitab Suci hingga akhirnya tertarik juga  menjadi seorang biarawati. Akhirnya keluarganya menerima kenyataan bahwa Thomas tidak bisa dipengaruhi. Mereka membebaskan Thomas dan membiarkan dia meneruskan panggilannya sebagai seorang biarawan Dominikan. Untuk sementara Thomas belajar di Paris. Ia kemudian melanjutkan studinya di Cologna, Jerman di bawah bimbingan Santo Albertus Magnus, seorang imam Dominikan yang terkenal pada masa itu.  Di Cologna, Thomas ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1250. Pada tahun 1252 ia diangkat menjadi professor di Universitas Paris dan tinggal di biara Dominikan Santo Yakobus.  Ia mengajar Kitab Suci dan lain-lainnya di bawah bimbingan seorang professor kawakan. Tak seberapa lama Thomas terkenal sebagai seorang pujangga yang tak ada bandingannya pada masa itu. Ia jauh melebihi Albertus Magnus pembimbingnya di Cologna dalam pemikiran dan kebijaksanaan.  Tulisan-tulisannya menjadi harta Gereja yang tak ternilai hingga saat ini. Taraf kemurnian hatinya tidak kalah dengan ketajaman akal budinya yang mengagumkan; kerendahan hatinya tak kalah dengan kecerdasan budi dan kebijaksanaannya. Oleh karena itu, Thomas diberi gelar " Doctor Angelicus", yang berarti "Pujangga Malaekat". Pada tahun 1264 ia ditugaskan oleg Sri Paus Urbanus IV (1261-1264) untuk menyusun teks liturgi Misa dan Ofisi pada pesta Sakramen Mahakudus. lagu-lagu hymne (pujian) antara lain "Sacris Solemniis" dan "Lauda Sion" menunjukkan keahliannya dalam Sastra Latin dan Ilmu Ketuhanan. Dalam suatu penampakan, Yesus Tersalib mengatakan kepadanya : "Thomas, engkau telah menulis sangat baik tentang DiriKu. Balasan apakah yang kauinginkan daripadaKu?" Thomas menjawab : "Tidak lain hanyalah DiriMu!" Dalam perjalanannya untuk menghadiri konsili di Lyon, Prancis, Thomas meninggal dunia di Fossa Nuova pada tahun 1274.

Santo Karolus Agung, Raja dan Pengaku Iman
Karolus hidup antara tahun 742-814.  Ia dikenal sebagai seorang negarawan dan kaisar Franken yang gigih membela kepausan.  Sebagai ahli perang ia berhasil menyatukan hampir seluruh Eropa Barat dan Tengah di bawah pemerintahannya.  Karolus Agung memajukan banyak biara Benediktin dan sekolah, katedral serta mendirikan keuskupan-keuskupan.  Ia menarik para ilmuwan ke istana dan memberikan semangat kepada para seniman.  Hidup pribadinya tidak begitu mulus, namun ia dihormati sebagai 'santo' di keuskupan Aachen, Jerman.

Santo Petrus Nolaskus, Pengaku Iman
Petrus lahir tahun 1182 dari keluarga bangsawan Nolasco.  Menjelang umur 25 tahun, ia dipaksa menikahi gadis pilihan orang tuanya namun dengan tegas ia menolak paksaan itu karena ia sudah menjanjikan kemurnian dirinya dan mempercayakan segala harta miliknya kepada Tuhan.
Di masa hidupnya bangsa Moor yang beragama Islam menguasai sebagian besar negeri Spanyol.  Perdagangan budak belian yang diambil dari Afrika Utara merupakah salah satu praktek kekafiran yang paling mencolok dari bangsa ini.  Petrus menaruh keprihatinan besar pada nasib orang-orang Afrika Utara yang menjadi budak belian itu, terutama mereka yang telah menjadi Kristen.  Semangat imannya untuk membebaskan orang-orang itu dari cengkeraman orang Moor bergejolak kuat dalam batinnya.  Akhirnya didorong oleh suatu penglihatan ajaib, Petrus bersama Raymundus Penafort dan raja Yakobus dari Aragon mendirikan 'Ordo Pembebas Hamba Sahaya'.  Mereka mempersembahkan ordo ini kepada perlindungan Santa Perawan Maria.  Dengan semangat iman dan cinta kasih sejati, ia bersama rekan-rekannya berhasil membebaskan banyak orang Kristen (tercatat 890 orang) dari belenggu perbudakan dan dari penjara-pernjara Islam.  Petrus bahkan mempertobatkan pemimpin-pemimpin Moor.
Semangat kerasulannya menarik banyak orang awam untuk turut serta bersamanya membebaskan sesamanya dari belenggu perbudakan dan belenggu dosa.  Selama 25 tahun Petrus mengabdikan dirinya dalam karya pembebasan budak belian itu.  Semangatnya yang meluap-luap dalam karyanya itu akhirnya terbentur dengan keadaan kesehatannya yang terus merosot karena termakan usia dan beratnya tugas penyelamatan itu.  Setelah ia mengamalkan iman dan cinta kasih Kristiani melalui tindakan serta teladan hidupnya, Petrus Nolaskus meninggal dunia tepat pada hari raya Natal tahun 1256.

Manfredus, Pengaku Iman
Manfredus gemar membaca riwayat hidup para pertapa dan rahib sehingga sesudah ditahbiskan menjadi imam – dengan berkat uskupnya – ia menjadi pertapa di sebuah gua di pegunungan Alpen.  Ia berpuasa keras dan berdoa terus menerus, sehingga banyak orang minta didoakan olehnya.  Manfredus meninggal dunia pada tahun 1430.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

 

Liturgia Verbi 2017-01-27 Jumat.

Liturgia Verbi (A-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa III

Jumat, 27 Januari 2017

PF S. Angela Merici, Perawan



Bacaan Pertama
Ibr 10:32-39

"Kalian telah menderita banyak.
Sebab itu janganlah melepaskan kepercayaanmu."

Pembacaan dari Surat Kepada Orang Ibrani:

Saudara-saudara, ingatlah akan masa yang lalu.
Sesudah kamu menerima terang, kamu banyak menderita
karena kamu harus bertahan dalam perjuangan yang berat,
baik waktu kamu dijadikan tontonan oleh cercaan dan penderitaan,
maupun waktu kamu mengambil bagian
dalam penderitaan mereka yang diperlakukan sedemikian.
Memang kamu telah turut mengambil bagian
dalam penderitaan orang-orang hukuman,
dan ketika hartamu dirampas,
kamu menerima hal itu dengan sukacita,
sebab kamu tahu, bahwa kamu memiliki harta yang lebih baik
dan yang lebih langgeng sifatnya.
Sebab itu janganlah melepaskan kepercayaanmu,
karena besarlah upah yang menantinya.
Kamu sungguh memerlukan ketekunan,
supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah,
kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu.
Sebab dalam Alkitab tertulis:
"Sedikit, atau bahkan sangat sedikit waktu lagi,
Dia yang ditetapkan untuk datang itu akan tiba
tanpa menangguhkan kedatangan-Nya.
Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman,
dan apabila ia mengundurkan diri,
maka Aku tidak berkenan lagi kepadanya."
Tetapi kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri
dan akan binasa!
Sebaliknya: kita ini orang-orang yang percaya
dan yang beroleh hidup.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 37:3-4.5-6.23-24.39-40,R:39a

Refren: Orang-orang benar akan diselamatkan oleh Tuhan.

*Percayalah kepada Tuhan dan lakukanlah yang baik,
diamlah di negeri dan berlakulah setia,
bergembiralah karena Tuhan;
maka Ia akan memenuhi keinginan hatimu!

*Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah pada-Nya,
maka Ia akan bertindak;
Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang,
dan menampilkan hakmu seperti siang.

*Tuhan menetapkan langkah-langkah orang
yang hidupnya berkenan kepada-Nya;
kalaupun ia jatuh, tidaklah sampai binasa,
sebab Tuhan menopang tangannya.

*Orang-orang benar akan diselamatkan oleh Tuhan;
Dialah tempat perlindungan mereka pada waktu kesesakan;
Tuhan menolong dan meluputkan mereka
dari tangan orang-orang fasik.
Tuhan menyelamatkan mereka,
sebab mereka berlindung pada-Nya.



Bait Pengantar Injil
Mat 11:25

Terpujilah Engkau, Bapa, Tuhan langit dan bumi,
sebab misteri kerajaan Kaunyatakan  kepada kaum sederhana.



Bacaan Injil
Mrk 4:26-34

"Kerajaan Surga seumpama orang yang menaburkan benih.
Benih itu tumbuh, namun orang itu tidak tahu."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Pada suatu ketika Yesus berkata,
"Beginilah hal Kerajaan Allah:
Kerajaan Allah itu seumpama orang
yang menaburkan benih di tanah,
malam hari ia tidur, siang hari ia bangun,
dan benih itu mengeluarkan tunas
dan tunas itu makin tinggi!
Bagaimana terjadinya, orang itu tidak tahu!
Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah,
mula-mula tangkai, lalu bulir,
kemudian butir-butir yang penuh isi pada bulir itu.
Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit,
sebab musim menuai sudah tiba."
Yesus berkata lagi,
"Dengan apa hendak kita membandingkan Kerajaan Allah itu?
Atau dengan perumpamaan manakah
kita hendak menggambarkannya?
Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah.
Memang biji itu yang paling kecil
daripada segala jenis benih yang ada di bumi.
Tetapi apabila ia ditaburkan,
ia tumbuh dan menjadi lebih besar
daripada segala sayuran yang lain
dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar,
sehingga burung-burung di udara
dapat bersarang dalam rimbunannya."

Dalam banyak perumpamaan semacam itu
Yesus memberitakan sabda kepada mereka
sesuai dengan pengertian mereka,
dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka.
Tetapi kepada murid-murid-Nya
Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri.

Demikianlah sabda Tuhan.



Renungan Injil
Barangkali sulit membayangkan bagaimana Kerajaan Allah itu datang dan tinggal di dalam hati kita, tetapi kalau mau menganggap bahwa Kerajaan Allah itu tak lain adalah Sabda Allah, akan lebih mudah bagi kita untuk menerimanya.
Pada Bacaan Injil hari ini, Yesus memaparkan bahwa Sabda Allah itu memiliki kekuatan ajaib untuk tumbuh, menjadi besar dan kemudian berbuah.
Saya sebut ajaib karena kita tak tahu bagaimana terjadinya, tetapi nyatanya terjadi.

Mulai sejak sabda itu tinggal di dalam diri kita sampai menjadi besar dan berbuah adalah suatu proses pertumbuhan, bukan perubahan yang terjadi seketika.
Pertumbuhan itu memerlukan waktu, ketekunan dan upaya untuk menjaga dan memelihara agar ia bisa tumbuh sebagaimana mestinya.

Yesus juga menggaris-bawahi, bahwa benih yang merupakan cikal-bakal pertumbuhan itu tidak harus merupakan bibit unggul atau benih yang istimewa.
Cukup dengan upaya yang sedikit saja, serta sesuai dengan kemampuan, maka pada saatnya nanti ia akan menjadi besar, kuat dan kokoh, karena penyertaan Allah yang membuatnya menjadi demikian.
Yesus mengambil contoh biji sesawi, yang paling kecil di antara segala jenih benih, tetapi setelah tumbuh dan berkembang, ia menjadi pohon yang besar.

Berangkat dari pemahaman ini, semestinya kita tidak lagi mengatakan betapa sulitnya untuk memasuki Kerajaan Allah itu.
Sepanjang kita mau memulainya, tak masalah kalau memulainya hanya dengan biji sesawi yang sangat kecil itu, lalu bertekun dalam menjalankan kewajiban rohani kita, maka suatu saat ia akan menjadi seperti pohon sesawi yang besar.
Janganlah kita berkilah, bahwa memasuki Kerajaan Allah itu lebih sulit daripada seekor unta memasuki lubang jarum, karena ini hanya diperuntukkan bagi mereka yang tidak mau meninggalkan ketergantungannya kepada Mamon, yang tidak sudi mendahulukan Allah atau yang menomer-duakan Allah.

Saya memerlukan waktu bertahun-tahun untuk bisa membaca dan merenungkan Injil secara rutin setiap hari.
Dan sampai sekarang pun saya masih belum merasa telah selesai, karena iman itu masih akan terus tumbuh dan berkembang menjadi pohon yang lebih besar lagi.
Ada banyak hal yang terjadi tetapi saya tidak mengetahui bagaimana terjadinya, persis seperti yang dikatakan Yesus, "Bagaimana terjadinya, orang itu tidak tahu!"

Rasanya tidak masuk akal, saya bisa mengetahui begitu banyak hal, bisa melakukan hal-hal yang bagi saya mustahil berasal dari kemampuan saya, tetapi itulah yang terjadi.
Ini jelas, Tuhan telah bekerja di dalam diri saya, menjadikan saya seperti sekarang ini, setidaknya itulah keyakinan saya.
Tuhan telah mengubah situasi dan kondisi rohani saya, dari yang tadinya gelap gulita seperti waktu malam hari, lalu secara berangsur-angsur diterbitkan matahari menerangi yang tadinya gelap itu.

Perubahan dari gelap merekah menjadi terang itu tidak terjadi seketika, tidak terjadi seperti kita menyalakan lampu kamar di malam hari, melainkan seperti terbitnya matahari di ufuk Timur, mula-mula samar-samar, lalu merekah kemerahan, sampai akhirnya terang-benderang.
Ketekunanlah yang mengubah biji sesawi menjadi pohon yang besar, tetapi biji sesawi itu sendiri adalah anugerah Tuhan, tidak bisa kita peroleh sendiri kalau Tuhan tidak memberikannya kepada kita.
Oleh sebab itu, mintalah kepada-Nya lalu tumbuhkanlah dengan ketekunan sehingga menjadi pohon yang besar.



Peringatan Orang Kudus
Santa Angela Merici, Perawan
Angela Merici lahir di Desenzano del Garda, Lombardia, Italia Utara pada tanggal 21 Maret 1474.  Sepeninggal ibunya, Angela bersama kakaknya dipelihara oleh pamannya.  Ketika itu Angela berumur 10 tahun.  Bimbingan pamannya berhasil membentuk Angela dan kakaknya menjadi orang-orang yang patuh dan taat agama.
Sepeninggal kakaknya, Angela masuk Ordo Ketiga Santo Fransiskus.  Kemudian ia kembali ke Desenzano setelah pamannya meninggal dunia pada tahun 1495.  Di Desenzano ia mengalami suatu penglihatan di mana ia sedang mengajar agama kepada pemudi-pemudi.  Penglihatan ini memberi semangat baginya untuk mendirikan sebuah perkumpulan untuk para pemudi.  Untuk maksud itu, ia mengumpulkan beberapa kawannya untuk mengajar anak-anak gadis.  Pada tahun 1516, Angela pindah ke Brescia dan mendirikan sebuah sekolah.  Karya pendidikannya berkembang pesat dan disenangi banyak orang.
Banyak kaum wanita diajaknya untuk membantu dia dalam karya pendidikan itu.  Bersama wanita-wanita ini, Angela mendirikan sebuah perkumpulan di bawah perlindungan Santa Ursula.  Wanita-wanita yang menjadi anggota perkumpulannya dibiarkan tetap tinggal dengan keluarganya, agar supaya mereka tetap berhubungan dengan dunia luar.  Hal yang dituntut dari mereka ialah kesediaan melaksanakan tugas-tugas dengan penuh semangat.
Pengesahan dari Takhta Suci atas perkumpulan yang didirikan Angela tidak cepat diberi.  Sambil menanti pengesahan Sri Paus, Angela berziarah ke Tanah Suci Yerusalem.  Dalam perjalanannya itu, ia mengalami kejadian pahit ini: kedua matanya tiba-tiba menjadi buta.  Namun peristiwa ini tidak mengendurkan semangatnya untuk mengunjungi Tanah Suci.  Ia melanjutkan perjalanannya sambil meyerahkan diri sepenuhnya pada penyelenggaraan ilahi.  Imannya dibalas Tuhan dengan suatu mujizat.  Penglihatannya pulih kembali ketika kembali dari ziarah itu, tepat di tempat mana dia mengalami kebutaan.
Kira-kira pada tahun 1533, datang lagi 12 orang wanita untuk membantu Angela dalam usaha pendidikan anak-anak miskin dan buta huruf.  Mereka berpindah ke sebuah rumah dekat gereja Santa Afra di Brescia.  Di sini ia mulai membentuk sebuah Ordo baru, yang disebutnya Ordo Ursulin.
Sri Paus Paulus III (1534-1549) mengesahkan ordo ini pada tanggal 25 November 1535.  Angela sendiri diangkat menjadi pemimpin ordo hingga hari kematiannya pada tanggal 27 Januari 1540 di Brescia, dekat Desenzano.  Pada tanggal 30 April 1768, Sri Paus Klemens XIII (1758-1769) menggelari dia 'Beata' (=Yang Bahagia) dan kemudian digelari 'Santa' pada tanggal 31 Mei 1807 oleh Sri Paus Pius VII (1800-1823).



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

 

Liturgia Verbi 2017-01-26 Kamis.

Liturgia Verbi (A-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa III

Kamis, 26 Januari 2017

PW S. Timotius dan Titus, Uskup



Bacaan Pertama
2Tim 1:1-8

"Aku teringat akan imammu yang tulus ikhlas."

Pembacaan dari Surat kedua Rasul Paulus
kepada Timotius:

Dari Paulus, rasul Yesus Kristus
yang oleh kehendak Allah diutus memberitakan
janji tentang hidup dalam Kristus Yesus,
kepada Timotius, anakku yang kekasih:

Kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera
dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan kita,
menyertai engkau.

Aku mengucap syukur kepada Allah,
yang kulayani dengan hati nurani yang murni
seperti yang dilakukan nenek moyangmu.
Aku selalu mengingat engkau dalam permohonanku,
baik siang maupun malam.
Dan bila terkenang akan air matamu yang kaucurahkan,
aku ingin melihat engkau kembali
supaya penuhlah kesukaanku.
Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas,
yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois
dan di dalam ibumu Eunike,
dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu.

Karena itulah kuperingatkan engkau
untuk mengobarkan karunia Allah
yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu.
Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan,
melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.
Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita
dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia,
Tetapi berkat kekuatan Allah, ikutlah menderita bagi Injil-Nya.

Demikianlah sabda Tuhan.

ATAU BACAAN LAIN:
Ibr 10:19-25

"Marilah kita berpegang teguh pada harapan!
Marilah kita saling memperhatikan
dan saling mendorong dalam cinta kasih."

Pembacaan dari Surat Kepada Orang Ibrani:

Saudara-saudara,
berkat darah Yesus,
kita sekarang dapat masuk ke dalam tempat kudus
dengan penuh keberanian,
karena Ia telah membuka jalan yang baru dan
yang memberi hidup bagi kita,
yakni melalui tabir, yang tidak lain adalah diri-Nya sendiri,
dan kita mempunyai seorang Imam Agung
sebagai kepala Rumah Allah.
Karena itu marilah kita menghadap Allah
dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh,
karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat,
dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.
Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan akan harapan kita,
sebab Dia, yang menjanjikannya, adalah setia!
Di samping itu marilah kita saling memperhatikan
supaya kita saling mendorong
dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.
Janganlah kita menjauhkan diri
dari pertemuan-pertemuan ibadat umat,
seperti dibiasakan oleh beberapa orang! 
Sebaliknya marilah kita saling menasihati,
dan semakin giat melakukannya
menjelang hari Tuhan yang mendekat.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 96:1-2a.2b-3.7-8a.10,R:3

Refren: Ceritakanlah karya-karya agung Tuhan
di antara segala suku bangsa.

*Nyanyikanlah nyanyian baru bagi Tuhan,
menyanyilah bagi Tuhan, hai segenap bumi!
Menyanyilah bagi Tuhan, pujilah nama-Nya,

*Kabarkanlah dari hari ke hari keselamatan
yang datang dari pada-Nya .
Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa
Kisahkanlah karya-karya-Nya yang ajaib di antara segala suku.

*Kepada Tuhan, hai suku-suku bangsa,
kepada Tuhan sajalah kemuliaan dan kekuatan!
Berilah kepada Tuhan kemuliaan nama-Nya,
bawalah persembahan dan masuklah ke pelataran-Nya!

*Katakanlah di antara bangsa-bangsa:
"Tuhan itu Raja!
Dunia ditegakkan-Nya, tidak akan goyah.
Ia akan mengadili bangsa-bangsa dalam kebenaran."

ATAU MAZMUR LAIN:
Mzm 24:1-2.3-4ab.5-6
Refrein: Itulah angkatan orang-orang
yang mencari wajah-Mu, ya Tuhan.

*Milik Tuhanlah bumi dan segala isinya,
jagat dan semua yang diam di dalamnya.
Sebab Dialah yang mendasarkan bumi di atas lautan,
dan menegakkannya di atas sungai-sungai.

*Siapakah yang boleh naik ke gunung Tuhan?
Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?
Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya,
yang tidak menyerahkan diri kepada penipuan.

*Dialah yang akan menerima berkat dari Tuhan
dan keadilan dari Allah,  penyelamatnya.
Itulah angkatan orang-orang yang mencari Tuhan,
yang mencari wajah-Mu, ya Allah Yakub.



Bait Pengantar Injil
Mzm 119:105

Sabda-Mu adalah pelita bagi langkahku,
dan cahaya bagi jalanku.



Bacaan Injil
Mrk 4:21-25

"Pelita dipasang untuk ditaruh di atas kaki dian.
Ukuran yang kamu pakai akan dikenakan pula padamu."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Pada suatu hari Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,
"Orang memasang pelita bukan supaya ditempatkan
di bawah gantang atau di bawah tempat tidur,
melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian.
Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi
yang tidak akan dinyatakan,
dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan tersingkap.
Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar,
hendaklah ia mendengar!"
Lalu Ia berkata lagi,
"Camkanlah apa yang kamu dengar!
Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur
akan dikenakan pula padamu;
dan malah akan ditambah lagi!
Karena siapa yang mempunyai, akan diberi lagi,
tetapi siapa yang tidak mempunyai,
apa pun juga yang ada padanya akan diambil."

Demikianlah sabda Tuhan.



Renungan Injil
Hari ini kita merenungkan perihal pelita, alat penerangan yang biasanya berbahan bakar minyak, yang berfungsi untuk menerangi sekitarnya.
Yang dimaksud oleh Yesus pada Bacaan Injil hari ini adalah pelita hati atau pelita rohani kita.
Alat-alat penerangan dapat diperoleh dengan mudah; kita bisa membelinya.
Tetapi pelita hati atau pelita rohani tidak dijual orang, kita mesti membuatnya sendiri lalu menyalakannya.

Pertanyaan pertama: Sudahkah kita memiliki pelita hati itu?
Yesus mau agar kita menjadi terang bagi dunia di sekitar kita.
Bagaimana bisa menjadi terang jika kita tidak memiliki pelita yang memancarkan terang itu?
Pelita dibangun di dalam hati kita, terbuat dari iman kepada Tuhan.

Pertanyaan kedua: Sudahkah kita menyediakan bahan bakarnya secara terus menerus?
Pelita tidak akan menyala jika kita kehabisan bahan bakarnya.
Bahan bakar pelita hati adalah sabda Tuhan, yang mesti ditimba terus-menerus dari "sumur sabda" yakni Injil Tuhan.
Membaca Injil setiap hari akan memastikan pelita hati kita akan terus menyala.

Pertanyaan ketiga: Dimanakah pelita kita letakkan?
Kita mempunyai kebebasan untuk meletakkan pelita hati kita, jika kita telah memilikinya.
Tetapi Yesus mau agar kita meletakkannya di atas tiang dian, bukan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur karena cahayanya tidak dapat memancar secara optimal.
Di jaman sekarang orang malah meletakkannya tergantung di plafon atau langit-langit rumah sehingga cahayanya dapat memancar lebih jauh lagi.

Pertanyaan terakhir: Adakah benda-benda yang menghalangi pemancaran cahaya dari pelita kita?
Kita semua tahu kalau terang dapat mengusir kegelapan.
Semakin pekat suatu kegelapan maka dengan sedikit terang saja telah cukup untuk menghalau kegelapan itu.
Maka ungkapan dari R.A. Kartini dalam bukunya "Habis Gelap Terbitlah Terang" mencerminkan kaidah terang ini.

Walaupun terang selalu menang terhadap gelap, dan gelap selalu kalah sebelum bertanding melawan terang, tetapi hendaknya kita juga mesti waspada bahwa gelap itu tidak benar-benar sirna atau hilang.
Kegelapan selalu menanti-nanti seperti seekor kucing yang menanti mangsanya, selalu mencari-cari benda yang dapat membantunya tampil.
Kegelapan yang dari jenis ini kita sebut sebagai "bayangan".
Bayangan tidak dapat mandiri; ia tidak ada jika tidak ada terang dan benda yang menghalangi terang itu.

Oleh sebab itu, marilah kita berlomba-lomba dalam kontes terang dari pelita hati kita masing-masing, meletakkannya di tempat yang tinggi agar cahayanya menjangkau sampai jauh, agar di saat Tuhan menakar pelita kita maka kita akan diberi lagi tambahan terang yang akan membuat pelita kita menjadi terang-benderang tetapi tidak sampai menyilaukan mata.



Peringatan Orang Kudus
Santo Timotius dan Titus, Uskup
Timotius dikenal sebagai rekan kerja dan pendamping terpercaya dari Santo Paulus Rasul dalam perjalanan-perjalanan misinya.  Ia (mungkin) lahir di Lystra, sebuah kota di Asia Kecil.  Ayahnya kafir, sedangkan ibunya beragama Yahudi.  Bersama ibunya Eunike dan neneknya Lois, Timotius bertobat dan menjadi Kristen pada saat Santo Paulus pertama kali mengunjungi Likaonia (2Tim 1:5).  Semenjak masa mudanya Timotius sudah mengenal Kitab Suci agama Yahudi dari ibunya.  Bahkan kitab itu menjadi bacaan utamanya.
Tujuh tahun kemudian (setelah menjadi Kristen) – ketika Santo Paulus kembali ke Lystra – Timotius sudah menjadi seorang pemuda yang aktif, saleh dan bersemangat rasul.  Ia dipuji oleh saudara-saudara seiman di Lystra dan Ikonium (Kis 16:2).  Untuk menghilangkan pertentangan antara kaum Yahudi dan Yudeo-Kristen, Timotius disunat (Kis 16:3).  Ia lalu menemani Paulus ke Berea.  Di sana ia tinggal bersama Silas, sementara Paulus melanjutkan perjalanannya.  Kemudian, ia bertemu lagi dengan Paulus di Korintus (Kis 18:5).  Ketika berada bersama Paulus di Efesus, ia diutus ke Makedonia (Kis 19:22) dan lalu menemani Paulus ke Yerusalem (Kis 20:4).
Timotius dikenal sebagai orang yang bersama Paulus menulis enam pucuk surat (1Tes 1:1; 2 Tes 1:1; 2Kor 1:1; Flp 1:1; Kol 1:1; Fil 1).  Namanya tercantum lagi di dalam Surat-surat Penjara yang memberitakan tentang pengutusan Timotius untuk mengunjungi orang-orang Kristen di Filipi.  “Karena tak ada seorang padaku, yang sehati dan sepikir dengan dia dan yang begitu bersungguh-sungguh mempertahikan kepentingan Kristus Yesus.  Kamu tahu bahwa kesetiaannya telah teruji dan bahwa ia telah menolong aku dalam pelayanan Injil sama seperti seorang anak menolong bapanya.  Dialah yang kuharap untuk kukirimkan dengan segera, sesudah jelas bagiku bagaimana jalannya perkaraku…” (Fil 2:20-23).
Timotius sungguh dicintai dan disayang oleh Paulus.  Hal ini dapat terlihat pada awal setiap surat yang ditujukan Paulus kepadanya: “Anakku yang terkasih…”.  Paulus sungguh kagum akan kesetiaan Timotius terhadap setiap ajarannya: “Engkau telah mengikuti ajaranku, cara hidupku, pendirianku, imanku, kesabaranku, kasihku dan ketekunanku.  Engkau telah ikut menderita penganiayaan dan sengsara seperti yang telah kuderita di Antiokia dan di Ikonium dan di Lystra” (2Tim 3:10-11).  Setelah Paulus dilepaskan dari penjara, ia mengangkat Timotius sebagai Uskup di Efesus.  Ia dibunuh dengan kejam pada tahun 97.
Selain Timoitus, Titus adalah seorang rekan seperjalanan Paulus.  Ia berasal dari Antiokia di Asia Kecil.  Ia lahir di dalam sebuah keluarga yang masih kafir.  Karena pewartaan Paulus, Titus bertobat dan mejadi seorang Kristen yang aktif dalam karya pewartaan Injil.  Ia menemani Paulus ke Yerusalem untuk menghadiri konsili mengenai Hukum Musa.  Sesudah itu, Paulus mengirim dia dua kali ke Korintus untuk menasihati orang-orang Kristen di sana dalam beberapa masalah yang membahayakan kesatuan iman dan kebenaran iman.
Karena jasa-jasanya dan semangatnya dalam melayani Injil dan orang Kristen, maka Paulus mengangkat Titus menjadi Uskup di Kreta.  Paulus menahbiskan dia untuk melanjutkan misi yang telah dimulai di pulau Kreta.  Titus meninggal di Kreta.

Santa Paula, Janda
Paula dikenal sebagai seorang wanita bangsawan Romawi.  Sebagai seorang ibu rumah tangga, ia menjalankan kewajibannya dengan penuh semangat cinta kasih.  Kecuali itu, ia mengisi hari-hari hidupnya dengan suatu hidup yang saleh di hadapan Tuhan.  Ketika ia memasuki umur 32 tahun, suaminya tercinta meninggal dunia.  Sekarang ia sendiri harus bertanggung jawab terhadap anak-anaknya dalam semua kebutuhannya, rohani dan jasmani.  Pendidikan iman bagi anak-anaknya sungguh mendapat perhatian utama.
Selagi berada dalam kepedihan yang mendalam karena kematian suaminya, Tuhan mengetuk hatinya untuk kehidupan bakti hanya kepadaNya.  Paula yang sudah biasa menjalin hubungan dengan Tuhan melalui doa-doanya, mendengarkan suara Tuhan itu.  Ia lalu mengabdikan hidupnya kepada Tuhan dengan hidup menyendiri dalam kesunyian tapa dan karya-karya amal kasih.
Santo Hieronimus dimintainya untuk menjadi pembimbing rohaninya.  Setelah menjalani hidup demikian selama tiga tahun, ia meninggalkan anak-anaknya yang sudah dewasa dan berangkat ke Tanah Suci bersama putrinya Eustakia.  Ia bermaksud untuk menetap di Betlehem, kota yang dimuliakan sebagai tempat kelahiran Kristus Penebus.  Ia memberikan devosi khusus kepada Kanak-kanak Yesus dengan doa dan bermatiraga.  Paula yakin bahwa orang yang tidak pernah merenungkan hidup Yesus selagi kanak-kanak, sulit untuk menghayati kebesaranNya.  Cintanya kepada Yesus, Kanak-kanak suci, melebihi cintanya kepada anak-anaknya sendiri.  Bila berada di gua Betlehem, hatinya terharu dan sambil menangis ia berdoa: “Aku memberi salam kepadamu hai Betlehem, rumah roti kehidupan, yang turun dari surga dan dilahirkan Maria, Perawan yang suci”.
Kepada semua orang yang berziarah ke Betlehem, ia menyediakan tempat-tempat penginapan dan dengan rajin melayani mereka.  Untuk Santo Hieronimus dan para biarawannya, ia membangun sebuah rumah khusus.  Rumah ini kelak menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.  Paula meninggal dunia pada tahun 404 dalam usia 57 tahun.

Santo Stefanus Harding, Pengaku iman
Stefanus Harding lahir pada tahun 1048.  Pada masa mudanya ia memperoleh pendidikan di biara Sherborne di Dorsetshire.  Kemudian sebagai seorang awam ia berziarah ke Roma.  Dalam perjalanannya kembali, ia singgah di pertapaan Molesme, di hutan belantara Burgundy, Prancis.  Di sana ia meminta bergabung dengan rahib-rahib yang tinggal di pertapaan itu.
Tetapi beberapa tahun kemudian ia mulai merasa tidak puas dengan cara hidup para rahib yang ada di sana.  Menurut pendapatnya, mereka terlalu memperhatikan hal-hal kesenangan duniawi dan lupa mengembangkan hidup rohani yang mendalam.  Dengan demikian semangat hidup awal yang mendasari pertapaan itu mulai ditinggalkannya.  Kesan yang sama menghinggapi juga beberapa rahib lainnya.  Maka bersama dengan rahib-rahib itu, Stefanus angkat kaki dari pertapaan itu dan berusaha mendirikan satu pertapaan baru di Citeaux.  Stephanus menjadi abbas pertapaan itu pada tahun 1109.  Ia berusaha membimbing perkumpulan baru itu dalam keadaan serba kekurangan: tidak ada dana dan sering kehabisan makanan.  Selain itu, ia menghadapi kenyataan tidak adanya panggilan baru karena cara hidup mereka yang keras dan penyakit misterius yang merenggut nyawa beberapa orang rekannya.
Tetapi pada waktu semangat hidup mereka mulai redup, datanglah 30 orang pemuda meminta bergabung bersama mereka.  Tigapuluh pemuda ini dipimpin oleh Bernardus, yang kemudian menjadi orang kudus terkenal.  Semenjak itu wajah pertapaan Citeaux mulai bersinar terang dan berkembang pesat.  Dari Citeaux para rahib itu mulai mendirikan rumah-rumah biara pertapaan baru di Pontigny, Morimond, dan Clairvaux.  Bernardus, yang ketika itu berusia 24 tahun, diangkat sebagai abbas di Clairvaux.  Setelah 9 biara baru didirikan, Stefanus menyusun konstitusi Cistersian pada tahun 1119.  Ia kemudian mengundurkan diri dari jabatannya sebagai abbas pada tahun 1133, karena sudah lanjut umurnya dan sudah mulai buta.  Stefanus Harding meninggal dunia di Citeaux pada tahun 1134.

Santo Robertus Molesmes dkk: Alberik dan Stephan Harding, Pengaku Iman
Robertus dari Molesmes dikenal sebagai pendiri Ordo Cistersian.  Ia lahir sekitar tahun 1024 di Champagne, Prancis.  Ketika berusia 15 tahun, ia masuk Ordo Benediktin di biara Moutier-lacelle, dekat Troyes.  Sebagai seorang pemuda yang luar biasa, ia diangkat menjadi pemimpin biara sesudah menyelesaikan novisiatnya.  Pada tahun 1068, ia menjadi Abbas di biara Santo Michael dari Tonnerre di Langers.  Di biara ini, ia berusaha menyusun – meskipun tidak berhasil – aturan-aturan yang lebih keras.
Sementara itu, beberapa rahib yang bertapa di hutan Callan meminta Robert mengajari mereka aturan-aturan Santo Benediktus.  Dengan restu Paus Aleksander II (1060-1073), Robert menjadi superior kelompok ini.  Pada tahun 1075, mereka mendirikan pertapaan di hutan Molesmes.  Di bawah kepemimpinan Robert, komunitas ini berkembang pesat, menjadi makmur dan terkenal, tetapi lama kelamaan para rahib mulai tidak taat lagi pada aturan ordo.  Pada tahun 1098, kelompok rahib pembaharu sekitar 20 orang, termasuk tiga serangkai: Robert, Alberik dan Stephan Harding, meninggalkan pertapaan Molemes itu dan mendirikan sebuah komunitas baru di Citeaux atau Cistersian, yang tidak jauh dari Dijon.  Komunitas baru ini dengan Robert sebagai pemimpinnya, mendirikan satu ordo baru yang dikenal dengan nama 'Ordo Cistersian'.
Tetapi kemudian atas permohonan para rahib di Molesmes dan atas perintah Paus, Robert kembali ke pertapaan Molesmes untuk membaharui komunitas itu.  Robert meninggal dunia di Molesmes pada tanggal 2 Maret 1110.  Ia dinyatakan 'kudus' pada tahun 1222.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi