Liturgia Verbi 2019-03-01 Jumat.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa VII

Jumat, 1 Maret 2019

Ujud Misi/Evangelisasi - Pengakuan hak komunitas-komunitas Kristiani.
Semoga komunitas-komunitas Kristiani, terutama mereka yang teraniaya, dapat merasakan kedekatan dengan Kristus dan mengalami bahwa hak-hak mereka sungguh dihormati.

Ujud Gereja Indonesia - Pemilihan Umum dan Pemilihan Presiden.
Semoga dalam menggunakan hak pilihnya pada Pemilihan Umum dan Pemilihan Presiden Baru, semua warga negara mengutamakan hati nuraninya, serta tetap berusaha menjaga kerukunan dan tidak tergoda oleh bujukan politik uang.



Bacaan Pertama
Sir 6:5-17

"Sahabat yang setia tiada ternilai."

Pembacaan dari Kitab Putera Sirakh:

Tutur kata yang manis mendapat banyak sahabat,
dan keramahan diperbanyak oleh lidah yang manis lembut.
Mudah-mudahan banyak orang berdamai denganmu,
tetapi dari antara seribu hanya satu saja menjadi penasehatmu.
Jika engkau mau mendapat sahabat, ujilah dia dahulu,
dan jangan segera percaya padanya.
Sebab ada orang yang bersahabat hanya selama menguntungkan,
tetapi di kala engkau mendapat kesukaran, ia tidak bertahan.

Ada juga sahabat yang berubah menjadi musuh,
lalu menistakan dikau
dengan menceriterakan percekcokanmu dengan dia.
Ada lagi sahabat yang ikut serta dalam perjamuan makan,
tetapi tidak bertahan pada hari kemalanganmu.
Pada waktu engkau sejahtera ia sehati sejiwa dengan dikau
dan bergaul akrab dengan seisi rumahmu.
Tetapi bila engkau mundur ia berbalik melawan dikau
serta menyembunyikan diri terhadapmu.

Jauhilah para musuhmu,
dan berhati-hatilah terhadap para sahabatmu.
Sahabat yang setia merupakan pelindung yang kuat;
yang menemukannya, menemukan suatu harta.
Sahabat yang setia, tiada ternilai,
dan harganya tiada terbayar.

Sahabat yang setia laksana obat kehidupan;
hanya orang yang takwa akan memperolehnya.
Orang yang takwa memelihara persahabatan dengan lurus hati,
sebab sebagaimana ia sendiri, demikianpun sahabatnya.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 119:12.16.18.27.34.35,R:35a

Refren: Biarlah aku hidup menurut petunjuk perintah-perintah-Mu.

*Terpujilah Engkau, ya Tuhan;
ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku.

*Ketetapan-ketetapan-Mu akan menjadi sumber sukacitaku,
firman-Mu tidak akan kulupakan.

*Singkapkanlah mataku,
supaya aku memandang keajaiban-keajaiban dari hukum-Mu.

*Buatlah aku mengerti petunjuk titah-titah-Mu,
supaya aku merenungkan perbuatan-perbuatan-Mu yang ajaib.

*Buatlah aku mengerti, maka aku akan memegang hukum-Mu;
dengan segenap hati aku hendak memeliharanya.

*Biarlah aku hidup menurut petunjuk perintah-perintah-Mu,
sebab aku menyukainya.



Bait Pengantar Injil
Yoh 17:17ab

Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah kebenaran.
Kuduskanlah kami dalam kebenaran.



Bacaan Injil
Mrk 10:1-12

"Yang dipersatukan Allah, janganlah diceraikan manusia."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Pada suatu hari Yesus berangkat ke daerah Yudea
dan ke daerah seberang sungai Yordan.
di situ orang banyak datang mengerumuni Dia,
dan seperti biasa Yesus mengajar mereka.
Maka datanglah orang-orang Farisi hendak mencobai Yesus.
Mereka bertanya,
"Bolehkah seorang suami menceraikan isterinya?"
Tetapi Yesus menjawab kepada mereka,
"Apa perintah Musa kepada kamu?"
Mereka menjawab,
"Musa memberi izin untuk menceraikannya
dengan membuat surat cerai."

Lalu Yesus berkata kepada mereka,
"Karena ketegaran hatimulah Musa menulis perintah untukmu.
Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka pria dan wanita;
karena itu pria meninggalkan ibu bapanya
dan bersatu dengan isterinya.
Keduanya lalu menjadi satu daging.
Mereka bukan lagi dua, melainkan satu.
Karena itu apa yang dipersatukan Allah,
janganlah diceraikan manusia."

Setelah mereka tiba di rumah,
para murid bertanya pula tentang hal itu kepada Yesus.
Lalu Yesus berkata kepada mereka,
"Barangsiapa menceraikan isterinya
lalu kawin dengan wanita lain,
ia hidup dalam perzinahan terhadap isterinya itu.
Dan jika isteri menceraikan suaminya
dan kawin dengan pria yang lain,
ia berbuat zinah."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Perikop tentang perceraian dari Bacaan Injil hari ini telah sering dibahas dalam berbagai kesempatan.
Pernikahan Katolik itu bersifat monogami dan tak terceraikan.
Monogami artinya seorang laki-laki hanya boleh mempunyai satu orang istri saja dan seorang wanita hanya boleh dinikahi oleh seorang laki-laki saja.
Artinya, poligami ditentang.
Tak terceraikan artinya tidak boleh memutuskan untuk bercerai, karena pernikahan melalui Sakramen Perkawinan itu dipersatukan oleh Allah, maka hanya Allah yang dapat menceraikan, melalui kematian.

Berbagai persoalan dalam hidup berkeluarga rentan menimbulkan perbedaan, percekcokan dan mengarah ke perceraian.
Orang yang dulunya sangat kita cintai bisa jadi berubah menjadi orang yang kita benci.
Kalau mau jujur, siapa sesungguhnya yang berubah, apakah pasangan kita atau jangan-jangan kita yang mengubah pandangan sendiri, dari mencintai berubah menjadi membenci.

Saya tidak mengajak untuk berpolemik terhadap hal ini, karena masing-masing dari kita punya se gudang alasan untuk membenarkan diri sendiri lalu menyalahkan pasangan.
Ada juga yang berusaha mengalah, daripada ribut melulu, tetapi tak ada upaya untuk mengatasi persoalan, sehingga pernikahan tidak lagi membawa mereka kepada kebahagiaan hidup berkeluarga.

Ada hal yang jauh lebih penting, yakni tentang kesetiaan.
Saya meyakini pandangan Yesus terhadap pernikahan ini bukan untuk menyusahkan kita, bukan untuk melarang-larang kita, melainkan untuk mengajari kita makna yang sesungguhnya dari kesetiaan.
Perselisihan suami-istri adalah pelatihan dan sekaligus ujian terhadap kesetiaan.
Sekali pun rumput tetangga nampak lebih hijau, kesetiaan mampu mencegah kita menyeberang ke tetangga.

Lalu timbul pertanyaan, bagaimana jika pasangan tidak setia?
Waduh, kesetiaan itu adalah urusan pribadi kita, tidak tergantung dari orang lain, termasuk dari pasangan kita.
Kalaju pasangan tidak setia, apakah itu artinya kita boleh juga tidak setia?
Artinya sama-sama tidak setia dong?

Lihatlah Allah Bapa kita.
Berulangkali kita tidak setia kepada-Nya, namun Bapa kita tetap setia.
Begitu jugalah hendaknya kita.



Peringatan Orang Kudus
Santo Felix III (II), Paus
Felix berasal dari sebuah keluarga berdarah Romawi. la menjadi paus menggantikan Paus Santo Simplisius pada tahun 483. la dinamakan Felix III (II) karena kira-kira pada tahun 365 ada seorang paus tandingan yang menamakan dirinya Felix lI.
Selama masa kepausannya, Felix menghadapi bidaah Monophysitisme yang menolak ajaran iman tentang kedwitunggalan kodrat Yesus Kristus: Ilahi sekaligus Manusiawi. Untuk memecahkan masalah itu, Kaisar Zeno mengeluarkan suatu rumusan kesatuan yang bermakna ganda, yang disebut Henotikon. Rumusan ini tidak disetujui baik oleh Sri Paus maupun oleh pengikut aliran bidaah Monophisitisme.
Demi pemecahan selanjutnya, Sri Paus Felix memanggil Acacius, Patriark Konstantinopel, penyusun rumusan itu. Acacius menolak datang ke Roma. Maka dia diekskomunikasikan oleh Felix III. Sejak berlakunya ekskomunikasi ini, skisma Acacian mulai tersebar dan terus berkembang hingga kematian Felix III pada tanggal 1 Maret 492.

Santo David, Pengaku Iman
David mungkin lahir di Cardigan, Wales, Inggris pada tahun 520 dari sebuah keluarga bangsawan. la terkenal sebagai seorang biarawan yang aktif mendirikan biara-biara: kurang lebih ada 12 biara yang didirikannya. Dari antara biara-biara itu, biara Menevia di bagian baratdaya Wales adalah biara pusat sekaligus menjadi tempat tinggalnya sebagai pimpinan tertinggi.
Dalam kedudukannya itu David memainkan peranan besar dalam perkembangan Gereja Keltik. Banyak perintis Gereja Irlandia dididik di Menevia; antara lain Santo Finnianus dari Clonard, yang dijuluki sebagai Bapa Monastik Irlandia. Ketenaran namanya pada zaman itu dapat dilihat dari begitu banyak gereja kuno - lebih dari 50 buah gereja - di bagian selatan Wales yang memilih dia sebagai pelindungnya. David meninggal dunia pada tahun 601 di Menevia. la digelari kudus pada tahun 1120 pada masa kepemimpinan Sri Paus Kalistus II (1119-1124), dan diangkat sebagai pelindung suci Wales.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

Liturgia Verbi 2019-02-28 Kamis.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa VII

Kamis, 28 Februari 2019



Bacaan Pertama
Sir 5:1-8

"Jangan menunda-nunda untuk bertobat kepada Tuhan."

Pembacaan dari Kitab Putera Sirakh:

Jangan mengandalkan kekayaanmu,
dan jangan berkata, "Ini cukup bagiku."
Hati dan kekuatanmu jangan kauturuti
untuk berlaku sesuai dengan hawa nafsumu.
Jangan berkata, "Siapa berkuasa atas diriku?"
Camkanlah, Tuhan akan menghukum engkau dengan keras.

Jangan berkata, "Betul, aku sudah berdosa,
tetapi apakah menimpa diriku sebab Tuhan panjang hati."
Jangan menyangka pengampunan terjamin,
sehingga engkau menimbun dosa demi dosa.

Jangan berkata,
"Belas kasihan Tuhan memang besar.
Dosaku yang banyak ini pasti diampuni-Nya."
Sebab belas kasihan memang ada pada Tuhan
tetapi kemurkaan pun ada pada-Nya,
dan geram-Nya turun atas orang jahat.

Jangan menunda-nunda untuk bertobat kepada Tuhan,
jangan kautangguhkan dari hari ke hari.
Sebab tiba-tiba saja meletuslah kemurkaan Tuhan,
dan engkau binasa pada saat hukuman.

Jangan percaya pada harta benda yang diperoleh dengan tidak adil,
sebab pada hari sial takkan berguna sedikitpun.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 1:1-2.3.4.6,R:40:5a

Refren: Berbahagialah orang yang mengandalkan Tuhan.

*Berbahagialah orang
yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik,
yang tidak berdiri di jalan orang berdosa,
dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh;
tetapi yang kesukaannya ialah hukum Tuhan,
dan siang malam merenungkannya.

*Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air,
yang menghasilkan buah pada musimnya,
dan tak pernah layu;
apa saja yang diperbuatnya berhasil.

*Bukan demikianlah orang-orang fasik:
mereka seperti sekam yang ditiup angin.
Sebab Tuhan mengenal jalan orang benar,
tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.



Bait Pengantar Injil
1Tes 2:13

Sambutlah sabda Tuhan, bukan sebagai perkataan manusia,
melainkan sebagai sabda Allah.



Bacaan Injil
Mrk 9:41-50

"Lebih baik bagimu dengan tangan terkudung masuk dalam kehidupan,
daripada dengan kedua belah tangan masuk dalam api yang tak terpadamkan."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Pada suatu hari berkatalah Yesus kepada murid-murid-Nya,
"Barangsiapa memberi kalian minum air secangkir
oleh karena kalian adalah pengikut Kristus,
ia tidak akan kehilangan ganjarannya.

Barangsiapa menyesatkan salah seorang
dari anak-anak kecil yang percaya ini,
lebih baik baginya
jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya
lalu ia dibuang ke dalam laut.

Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah,
karena lebih baik bagimu
dengan tangan terkudung masuk dalam kehidupan,
daripada dengan utuh kedua belah tangan masuk dalam neraka,
ke dalam api yang tak terpadamkan.
Dan jika kaki menyesatkan engkau, penggallah,
karena lebih baik bagimu
dengan kaki timpang masuk ke dalam hidup,
daripada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka.
Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah,
karena lebih baik bagimu masuk ke dalam Kerajaan Allah
dengan bermata satu
daripada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka,
di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tak pernah padam.

Sebab setiap orang akan digarami dengan api.
Garam memang baik!
Tetapi jika garam menjadi hambar,
dengan apakah kalian akan mengasinkannya?
Hendaklah kalian selalu mempunyai garam dalam dirimu
dan selalu hidup berdamai seorang dengan yang lain."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Para sahabat LIVE (Liturgia Verbi),
Sebelumnya, saya membawakan renungan Daily Fresh Juice tiap-tiap hari Sabtu minggu ke-3 di setiap bulannya, mulai bulan Februari 2019 ini, dirubah menjadi tiap-tiap tanggal 28 setiap bulannya.
Berikut renungan untuk hari ini:

Para Pendengar dan Pewarta Daily Fresh Juice, 
Penghalang bagi kita untuk memasuki Kerajaan Surga adalah dosa yang kita perbuat.
Semasih hidup di dunia ini, dosa-dosa yang terlanjur diperbuat masih dapat dibersihkan,
melalui pertobatan dan pengampunan.
Tetapi jika saatnya tiba,
kita mesti meninggalkan dunia ini,
dosa yang pernah kita perbuat tidak hilang dengan sendirinya,
tidak ikut dikubur atau dikremasi bersama-sama dengan jazad kita.

Kita tahu
dosa itu tempatnya bukan di dalam badan, melainkan di dalam jiwa.
Badan boleh kita tinggalkan, kembali menjadi debu,
tetapi jiwa masih tetap ada, menjadi arwah yang meninggalkan dunia ini.
Karena dosa berada di dalam jiwa-lah
maka ia turut pergi bersama arwah.

Ini tentu hal penting yang wajib kita cermati.
Maka tak perlu heran
mengapa Yesus menyampaikan mengenai hal ini secara hiperbolis
sampai-sampai membuat kita menjadi panik.
"Jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah!"
"Jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah!"
Dan "Jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah,
karena lebih baik bagimu masuk ke dalam Kerajaan Allah
dengan bermata satu daripada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka."

Mendengar perkataan Yesus ini
saya langsung teringat akan istilah "mutilasi",
yakni tindakan memotong-motong anggota tubuh.
Apa iya sih, Yesus menyarankan kita melakukan tindakan seperti itu?
Tentu saja tidak.
Lalu, apa makna yang sesungguhnya dari perkataan Yesus itu?

Setelah meninggal dunia, dosa yang belum diampuni turut pergi bersama arwah.
Dan arwah yang masih menyisakan dosa, tidak dapat memasuki Kerajaan Surga,
mesti mampir dulu di purgatory, di api penyucian,
untuk digarami dengan api, untuk melebur dosa-dosa itu hingga benar-benar bersih.

Nah,
menjadi tidak tepat kalau kita gunakan istilah mutilasi.
Lebih tepatnya kita sebut amputasi.
Mirip seperti mutilasi, tetapi dengan tujuan yang jauh berbeda, yang malah bertolak belakang.
Mutilasi bertujuan untuk mencelakai orang,
sedangkan Amputasi bertujuan untuk menyelamatkan jiwa orang.
Amputasi adalah keterpaksaan, tetapi menyelamatkan.
Jika tangan, kaki atau mata yang kita potong,
dosanya tidak ikut terpotong,
karena dosa tidak berada di situ, melainkan di dalam jiwa.
Maka yang diamputasi itu jiwa, bukan badan.

Pertanyaan selanjutnya,
kapan sebaiknya pemangkasan dosa itu dilakukan?
Lebih cepat lebih baik,
yakni segera setelah kita menyadari perbuatan dosa kita perbuat.
Jika dilakukan segera, dosa belum sempat merambat dan menjadi lebih parah.
Jauh lebih mudah memadamkan api ketika api itu masih kecil.
Jika telah menjadi besar, akan semakin sulit dipadamkan, dan semakin parahlah kerusakannya.
Dan jika kerusakannya benar-benar parah,
tak ada lagi kesempatan untuk digarami dengan api di purgatory.
Kita akan dicampakkan ke dalam api neraka, dan selamanya tinggal di sana,
lupakan keinginan untuk berjumpa dengan Bunda Maria atau orang-orang kudus.

Para Pendengar dan Pewarta Daily Fresh Juice,
Gereja telah mengajarkan kepada kita
bagaimana caranya memurnikan jiwa, melenyapkan segala dosa yang menodai jiwa kita.
Kurang lebih sama seperti mandi,
kalau kotor iya mandi lagi.
Atau sama seperti makan,
kalau lapar iya makan lagi.
Begitu juga perihal dosa.
Jika berbuat dosa, segeralah lakukan prosesi pertobatan, segera setelah kita menyadari telah berbuat dosa.
Pertama-tama dengan mengakui perbuatan kita itu,
menyesalinya lalu bertobat.
Tobat itu artinya jera atau kapok,
yang namanya kapok iya pasti tidak akan diulangi lagi.
Puncaknya adalah memohon pengampunan dari Allah Bapa kita, melalui Sakramen Tobat.
Setelah menerima pengampunan, maka akan terasa segar seperti baru selesai mandi,
atau terasa kenyang seperti baru selesai makan enak.
Allah Bapa kita bukan pendendam.
Setelah pengampunan diberikan, maka dosa-dosa kita pun akan segera dilupakan,
tak lagi diingat-ingat.
Apalagi kalau benar-benar kapok, tak ada remidi lagi remidi lagi,
tak perlu lagi mampir di purgatory, direct flight bablas menuju rumah Bapa.

Para Pendengar dan Pewarta Daily Fresh Juice,
Pada Bacaan Injil yang telah kita dengarkan tadi,
Yesus secara tegas mengatakan,
"Setiap orang akan digarami dengan api."
Itu karena tak seorang pun dapat luput dari perbuatan dosa,
sekali pun ia seorang nabi, termasuk kita tentunya.

Dan sekarang kita telah mengetahui,
kapan waktu terbaik untuk menerima penggaraman itu.
Maka dari itu,
marilah kita menjadi garam bagi diri kita sendiri
sebelum menjadi garam bagi dunia.
Amin.



Peringatan Orang Kudus
Santa Antonia, Abbas
Antonia adalah seorang ibu rumah tangga yang saleh. Sepeninggal suaminya, ia memutuskan mengabdikan sisa hidupnya kepada Tuhan dengan menjalani kehidupan sebagai seorang biarawati.
Kemudian dengan bantuan Santo Yohanes Kapistrano, ia mendirikan sebuah biara Klaris yang lebih tegas aturannya di Firenze, ltalia. la sendiri menjadi pemimpin biara itu, hingga hari kematiannya pada tahun 1472.


Santo Hilarus, Paus
Hilarus berasal dari Sardinia. la terpilih sebagai paus menggantikan Paus Leo I (440-461) pada tangga119 November 461. Sebelum menjadi paus, Hilarus melayani umat sebagai diakon selama masa kepemimpinan Paus Leo I. Ketika diadakan konsili di Efesus pada tahun 449, untuk membicarakan tindakan ekskomunikasi atas diri Eutyches, se- orang penyebar ajaran sesat, Hilarus diutus sebagai wakil Paus Leo I.
Selama kepemimpinannya sebagai Paus, Hilarus mengawasi pembangunan beberapa gedung di Roma. Salah satunya ialah Oratorium yang dipersembahkan kepada Santo Yohanes Penginjil.  Selain itu, ia juga berusaha menyelesaikan berbagai masalah yang terjadi di dalam tubuh Gereja sendiri. Dalam kerangka itu, ia memimpin sebuah sinode di Roma pada tanggal 19 November 462 untuk membicarakan berbagai masalah yang ada di dalam Gereja di Gaul, Prancis. Selanjutnya pada tanggal 19 November 465, ia mengadakan lagi sebuah sinode untuk membicarakan hal pengangkatan dan kuasa yurisdiksi para Uskup Spanyol.
Hilarus meninggal dunia pada tanggal 29 Februari 468 dan dimakamkan di gereja Santo Laurensius di Roma.




http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

Liturgia Verbi 2019-02-27 Rabu.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa VII

Rabu, 27 Februari 2019



Bacaan Pertama
Sir 4:11-19

"Orang yang mencintai kebijaksanaan, dicintai oleh Tuhan."

Pembacaan dari Kitab Putera Sirakh:

Kebijaksanaan menjunjung tinggi para anaknya,
dan menaruh perhatian pada orang yang mencarinya.
Barangsiapa mencintai kebijaksanaan mencintai kehidupan,
dan barangsiapa pagi-pagi menghadapinya akan penuh sukacita.

Barangsiapa berpaut pada kebijaksanaan mewarisi kemuliaan,
dan ia diberkati Tuhan setiap langkahnya.
Barangsiapa melayani kebijaksanaan, berbakti kepada Yang Kudus,
dan barangsiapa mencintai kebijaksanaan dicintai oleh Tuhan.
Barangsiapa mendengarkan kebijaksanaan
akan memutuskan yang adil,
dan aman sentosalah kediaman orang yang mengindahkannya.

Jika orang percaya pada kebijaksanaan niscaya ia mewarisinya,
dan keturunannya akan tetap memilikinya.
Boleh jadi ia dituntun kebijaksanaan
lewat jalan yang berbelok-belok dahulu,
sehingga ia takut dan gemetar;
boleh jadi kebijaksanaan menyiksa dia sebagai siasat
sampai dapat percaya padanya,
dan mengujinya dengan segala aturannya.

Tetapi kemudian kebijaksanaan kembali kepadanya
dengan kebaikan yang menggembirakan,
dan menyingkapkan kepadanya pelbagai rahasia.
Tetapi jika orang sampai menyimpang,
maka ia akan dibuang oleh kebijaksanaan
dan diserahkan kepada kebinasaan.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 119:165.168.171.172.174.175,R:165a

Refren: Besarlah ketenteraman orang
yang mencintai hukum-Mu, ya Tuhan.

*Besarlah ketenteraman orang-orang yang mencintai hukum-Mu,
tidak ada batu sandungan bagi mereka.

*Aku berpegang pada titah dan peringatan-peringatan-Mu,
sebab seluruh hidupku terbuka di hadapan-Mu.

*Biarlah bibirku mengucapkan puji-pujian,
sebab Engkau mengajarkan ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku.

*Biarlah lidahku menyanyikan janji-Mu,
sebab benarlah segala perintah-Mu.

*Aku rindu akan keselamatan yagn datang daripada-Mu, ya Tuhan,
dan hukum-Mu menjadi kesukaanku.

*Biarlah jiwaku hidup supaya memuji-muji Engkau,
dan biarlah hukum-hukum-Mu menolong aku.



Bait Pengantar Injil
Yoh 14:6

Akulah jalan, kebenaran dan kehidupan, sabda Tuhan.
Tiada orang sampai kepada Bapa, tanpa melalui Aku.



Bacaan Injil
Mrk 9:38-40

"Barangsiapa tidak menentang kalian, memihak kalian."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Pada suatu hari Yohanes berkata kepada Yesus,
"Guru, kami lihat seorang yang bukan pengikut kita,
mengusir setan demi nama-Mu.
Lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita."
Tetapi Yesus berkata,  "Jangan kalian cegah dia!
Sebab tak seorang pun
yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku,
dapat seketika itu juga mengumpat Aku.
Barangsiapa tidak melawan kita, ia memihak kita."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Bacaan Injil hari ini cukup singkat tetapi bisa panjang jika kita renungkan secara mendalam.
Masih berkisar egoisme, tapi kali ini beraroma fanatisme atau malah sektarian.
Seseorang yang "bukan anggota" mengusir setan menggunakan kuasa Kristus.
Ini menjadi masalah serius bagi para murid Yesus.
Para murid itu berpikiran bahwa hanya mereka sajalah yang berhak melakukan itu, orang lain tidak boleh.
Eksklusivitas seperti ini adalah pikiran picik.
Makanya Yesus melarang para murid, "Jangan kalian cegah dia!"

Yang dilakukan oleh orang itu adalah kebaikan, menolong orang yang kerasukan setan.
Mengapa kita mesti melarang orang yang berbuat baik?
Orang yang melakukan mujizat demi nama Kristus sebenarnya adalah "pengikut Kristus yang tak terdaftar".
Ah, ada banyak orang di luar sana yang bukan pengikut Kristus tetapi menjalankan perintah Injil jauh lebih taat ketimbang pengikut Kristus sendiri.
Mereka itu tidak dibaptis, tetapi perbuatannya se jalan dengan perintah Injil, apa itu salah?

Maka dari itu, janganlah menjadi pengikut Kristus yang fanatik.
Kita boleh militan tapi jangan fanatik, karena fanatisme cenderung menyalahkan keyakinan lain, merasa seolah-olah keyakinan sendiri sebagai satu-satunya keyakinan yang benar, yang lain salah semua.
Fanatisme boleh jika dalam pengertian kepercayaan yang kuat alias iman yang teguh, tapi ini tentu tak ada kaitannya dengan orang lain.
Urusan iman adalah urusan kita dengan Allah Bapa kita.



Peringatan Orang Kudus
Santo Gabriel Possenti, Pengaku Iman
Semasa kecilnya Gabriel dipanggil dengan nama Fransiskus, mengikuti nama Fransiskus Asisi, pelindung kotanya. la adalah anak bungsu seorang gubernur. Ibunya meninggal dunia ketika ia berumur 4 tahun. Teladan hidup ibunya sangat berpengaruh terutama dalam hal devosi kepada Bunda Maria. Sepeninggal ibunya yang terkasih itu, Bunda Maria menjadi tokoh pengganti yang sungguh dicintainya.
Pada umur 7 tahun, Fransiskus kecil telah diperkenankan untuk menerima Komuni Suci. Di sekolahnya ia dikenal sebagai seorang anak yang pintar, lucu dan suka berpakaian rapi. la juga menjadi seorang teman yang baik dan setia bagi kawan-kawannya. la selalu siap menolong kawan-kawannya, murah hati dan tidak biasa mengeluh apabila dihukum karena kesalahan teman-temannya. Sebagai siswa di Kolese Serikat Yesus, ia tetap unggul dan terus memegang sebutan "Sang Juara' dalam kelasnya. Karena pergaulannya yang ramah dan kelincahannya dalam olahraga, ia sangat disukai banyak orang.
Dalam mata pelajaran Kesusasteraan, ia sangat pandai, terutama dalam Sastera Latin. Ia sangat mahir bersyair dalam bahasa Latin. Sebagai seorang penggemar Sastera, ia terkenaI sebagai seorang pemain drama yang berbakat. Ketika duduk di kelas terakhir, ia diangkat sebagai Ketua Akademis para Siswa dan menjadi Prefek Kongregasi Maria. Sifatnya yang mengingini kesenangan-kesenangan duniawi masih tetap menonjol dalam praktek hidupnya. la suka membaca buku-buku roman, menonton sandiwara, berburu dan berdansa. Kehidupan rohani kurang diindahkannya.
Namun rencana Tuhan atas dirinya tampak jelas. Tuhan tetap membimbingnya. Pada saat Hari Raya Maria Diangkat ke Surga, 15 Agustus 1855, diadakan perarakan patung Bunda Maria mengelilingi kota Spoleta. Uskup Agung kota Spoleta sendiri membawa patung itu. Ketika itu Fransiskus mendengar suara panggilan Bunda Maria: "Fransiskus, engkau tidak diciptakan untuk dunia ini, tetapi untuk menjalani kehidupan bakti kepada Allah di dalam biara". Fransiskus mendengar suara itu dengan takut. la merenungkan kata-kata Bunda Maria itu dengan hati terharu. Semenjak saat itu tumbuhlah keinginannya untuk masuk biara. Dia tidak melamar masuk Serikat Yesus, tempat ia bersekolah, tetapi melamar masuk Kongregasi Imam-imam Passionis.
Di dalam Kongregasi Passionis inilah ia mengganti namanya dengan Gabriel. Pada tahun 1856 ia menerima jubah Kongregasl Passionis.  Namun kehidupannya di dalam biara ini tidak lama. Ia meninggal dunia pada tahun 1862 setelah berhasil menempa dirinya menjadi seorang biarawan Passionis sejati. Selama berada di biara, Gabriel sungguh menunjukkan kesungguhan dalam menata hidup rohaninya. la benar-benar mencintai Yesus Tersalib dan Bunda Maria yang berduka. Devosi kepada Bunda Maria yang telah dilakukannya semerijak kecil terus dilakukannya hingga menjadikan hidupnya suci. Kesuciannya ternyata dari banyak mujizat yang terjadi pada setiap orang yang berdoa dengan perantaraannya. Gabriel menjadi seorang tokoh panutan bagi para kaum muda.


Santo Leander, Uskup
Leander yang menjabat sebagai Uskup Sevilla, Spanyol ini adalah kakak Santo Isidorus. Adik-adiknya Santa Florentina dan Fulgentius dinyatakan kudus juga oleh Gereja. Dengan kesalehan hidupnya dan pengaruhnya yang besar, Uskup Leander berhasil menghantar kembali Raja Hermenegild dan Rekkared beserta seluruh bangsawan Wisigoth ke dalam pangkuan Gereja Katolik.
Leander yang lahir pada tahun 540 ini menghembuskan nafas penghabisan pada tahun 600 di Sevilla, Spanyol. Jabatannya sebagai uskup diambil alih oleh Isidorus adiknya.




http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

Liturgia Verbi 2019-02-26 Selasa.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa VII

Selasa, 26 Februari 2019



Bacaan Pertama
Sir 2:1-11

"Bersiap-sedialah menghadapi pencobaan."

Pembacaan dari Kitab Putera Sirakh:

Anakku, jika engkau mau mengabdi kepada Tuhan,
bersiap-sedialah menghadapi pencobaan.
Tabahkanlah dan teguhkanlah hatimu.
Jangan gelisah pada waktu malang.
Berpautlah kepada Tuhan, jangan berpaling dari pada-Nya,
supaya engkau dijunjung tinggi pada akhir hidupmu.

Terimalah saja apa pun yang menimpa dirimu
dan hendaklah sabar dalam segala perubahan kehinaanmu.
Sebab emas diuji di dalam api,
tetapi orang yang dikasihi Tuhan diuji dalam kancah penghinaan.
Percayalah pada Tuhan maka Iapun menghiraukan dikau,
ratakanlah jalanmu dan berharaplah kepada-Nya.

Kalian yang takut akan Tuhan
nantikanlah belas kasihan-Nya dan jangan menyimpang,
supaya kalian jangan terjatuh.
Kalian yang takut akan Tuhan, percayalah pada-Nya,
niscaya kalian tidak akan kehilangan ganjaran.
Kalian yang takut akan Tuhan,
harapkanlah yang baik, sukacita kekal dan belas kasihan.

Ingatlah akan angkatan yang sudah-sudah, dan perhatikanlah:
pernahkah Tuhan mengecewakan orang yang berharap kepada-Nya?
Pernahkah Tuhan meninggalkan orang yang tekun bertakwa?
Pernahkah Tuhan tidak menghiraukan orang
yang berseru kepada-Nya?
Sungguh, Tuhan itu pengasih dan penyayang.
Ia mengampuni dosa dan menyelamatkan di waktu kemalangan.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 37:3-4.18-19.27-28.39-40,R:5

Refren: Percayakanlah hidupmu kepada Tuhan,
dan Ia akan bertindak.

*Percayalah kepada Tuhan dan lakukanlah yang baik,
diamlah di negeri dan berlakulah setia;
bergembiralah karena Tuhan;
maka Ia akan memenuhi keinginan hatimu.

*Tuhan mengetahui hari hidup orang saleh,
dan milik pusaka mereka akan tetap selama-lamanya;
mereka tidak akan mendapat malu sewaktu ditimpa kemalangan,
dan pada hari-hari kelaparan mereka akan menjadi kenyang.

*Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik,
maka engkau memiliki tempat tinggal yang abadi;
sebab Tuhan mencintai kebenaran,
dan tidak meninggalkan orang-orang yang dikasihi-Nya.
Orang-orang yang berbuat jahat akan binasa
dan anak cucu orang-orang fasik akan dilenyapkan.

*Orang-orang benar akan diselamatkan oleh Tuhan;
Dialah tempat perlindungan mereka pada waktu kesesakan;
Tuhan menolong dan meluputkan mereka,
dari tangan orang-orang fasik;
Tuhan menyelamatkan mereka,
sebab mereka berlindung pada-Nya.



Bait Pengantar Injil
Gal 6:14

Tiada yang kubanggakan, selain salib Tuhan.
Karenanya dunia tersalib bagiku dan aku bagi dunia.



Bacaan Injil
Mrk 9:30-37

"Barangsiapa ingin menjadi yang pertama,
hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Pada suatu hari Yesus dan murid-murid-Nya melintasi Galilea.
Yesus tidak mau hal itu diketahui orang,
sebab Ia sedang mengajar murid-murid-Nya.
Ia berkata kepada mereka,
"Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia,
dan mereka akan membunuh Dia.
Tetapi tiga hari setelah dibunuh, Ia akan bangkit."
Mereka tidak mengerti perkataan itu,
namun segan menanyakannya kepada Yesus.
Kemudian Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Kapernaum.
Ketika sudah berada di rumah
Yesus bertanya kepada para murid itu,
"Apa yang kalian perbincangkan tadi di jalan?"
Tetapi mereka diam saja,
sebab di tengah jalan tadi mereka mempertengkarkan
siapa yang terbesar di antara mereka.
Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu.
Kata-Nya kepada mereka,
"Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu,
hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya
dan menjadi pelayan semuanya."

Yesus lalu mengambil seorang anak kecil ke tengah-tengah mereka.
Kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka,
"Barangsiapa menerima seorang anak seperti ini demi nama-Ku,
ia menerima Aku.
Dan barangsiapa menerima Aku,
sebenarnya bukan Aku yang mereka terima,
melainkan Dia yang mengutus Aku."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Mari kita lanjutkan renungan tentang penebalan iman kita.
Kemarin telah kita renungkan bahwa meragukan Allah Bapa, apalagi sampai menuntut pembuktian dari Allah, adalah tanda tipisnya iman kita.
Hari ini kita melihat bahwa egoisme, yakni mendahulukan kepentingan diri sendiri akan melunturkan ketergantungan kita kepada Allah Bapa.
Berorientasi kepada diri sendiri dapat mengenyampingkan Allah, atau bahkan mengabaikannya, terlebih lagi jika menggunakan ukuran-ukuran duniawi untuk mengukurnya.
Siapa yang terbesar?  Siapa yang lebih hebat?  Yang lebih kaya? Dan seterusnya.
Jika menggunakan ukuran yang bukan dari dunia, maka yang menjadi pertanyaan kita, antara lain: Siapa yang dosanya paling sedikit?  Siapa yang paling banyak menjalankan perintah injil? Dan sebagainya.

Nampaknya tidak salah kalau memiliki keinginan untuk menjadi yang pertama atau yang terbesar, tetapi tidak menggunakan ukuran duniawi melainkan ukuran surgawi.
Seringkali diadakan berbagai macam lomba, misalnya lomba memasak, atau dalam bidang olah raga, dan sebagainya.
Semuanya itu menggunakan ukuran duniawi.
Ada lomba yang terkesan surgawi padahal tidak seratus persen benar, misalnya lomba lektor atau menyanyikan mazmur.
Rasanya belum pernah ada lomba yang lebih surgawi sifatnya, misalnya lomba paling banyak berbuat kebaikan, atau lomba paling sedikit dosa.
Lomba seperti ini memang sulit untuk diselenggarakan, karena ukurannya sangat subyektif, siapa yang dapat menjadi jurinya?

Maka dari itu, Yesus berpesan kepada kita, "Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya
dan menjadi pelayan semuanya."
Bukan orang yang paling mahir dalam Injil, melainkan orang yang paling banyak menjalankan Injil.
Menjalankan Injil itu bukan urusan kepala (pikiran), melainkan urusan hati.



Peringatan Orang Kudus
Santo Alexandros, Pengaku Iman
Alexandros dikenal sebagai Patrik kota Alexandria, Mesir pada abad ke-4 yang gigih membela Gereja dan ajaran iman yang benar dari rongrongan bidaah Arianisme yang menyangkal ketuhanan Yesus.


Santo Didakus Carvalho, Martir
Didakus lahir di Koimbra, Portugal pada tahun 1578. Walaupun masih muda, ia senang sekali dengan kegiatan-kegiatan rohani Gereja, punya semangat merasul yang tinggi serta berhasrat menjadi misionaris di tanah misi agar bisa mengalami kejadian-kejadian "istimewa" sebagaimana dialami oleh misionaris-misionaris.
Cita-citanya ini tercapai pada tahun 1608, tatkala ia tiba di negeri Jepang sebagai seorang imam misionaris. Didakus dikenal sebagai seorang misionaris Yesuit yang unggul. la baik dan ramah kepada umatnya, tidak segan terhadap pekerjaan dan perjalanan yang sukar, dan tidak takut menderita. Semua tantangan yang menimpanya bukan alasan untuk mengabaikan tugas pelayanannya kepada umat demi keselamatan mereka dan demi kemuliaan Allah, sebagaimana terungkap di dalam semboyan serikatnya: "Ad Majorem Dei Gloriam" ("Demi Kemuliaan Allah Yang Lebih Besar").
Didakus terutama mewartakan Injil di propinsi-propinsi yang belum pernah mendengar tentang nama Yesus Kristus dan Injil-Nya, dan mendirikan gereja di wilayah-wilayah itu. Selain berkarya di Jepang, Didakus juga mewartakan Injil di negeri-negeri lain. Penangkapan dan hukuman mati atas dirinya pada tahun 1624 terjadi tatkala ia baru saja kembali dari suatu perjalanan misinya ke luar negeri.
Hukuman nlati atas dirinya berlangsung sangat keji. Ketika itu musim dingin. la dibenamkan dalam air sungai yang hampir beku. Setelah seluruh tubuhnya membeku, ia dikeluarkan lagi dari air untuk disesah hingga babak belur, lalu ditenggelamkan lagi ke dalam sungai. Namun Tuhan menyertainya. Martir suci ini, meski penderitaan hebat menimpa dirinya, ia toh tetap gembira dengan menyanyikan lagu-lagu Mazmur dan menghibur orang-orang serani yang datang menyaksikan pelaksanaan hukuman mati atas dirinya.
Setelah 12 jam lamanya mengalami penderitaan, Didakus menghembuskan nafasnya sebagai seorang martir Kristus yang gagah berani pada usianya 46 tahun.




http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

Liturgia Verbi 2019-02-25 Senin.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa VII

Senin, 25 Februari 2019



Bacaan Pertama
Sir 1:1-10

"Kebijaksanaan diciptakan sebelum segala-galanya."

Pembacaan dari Kitab Putera Sirakh:

Segala kebijaksanaan berasal dari Tuhan
dan ada pada-Nya selama-lamanya.
Siapa dapat menghitung pasir di pantai,
titik-titik air hujan, atau hari-hari segala abad?
Siapa dapat menduga tingginya langit,
luasnya bumi, dalamnya samudera atau dalamnya kebijaksanaan?
Kebijaksanaan diciptakan sebelum segalanya,
dan pengertian yang arif sejak dahulu kala.

Kepada siapakah pangkal kebijaksanaan telah disingkapkan,
dan siapakah mengenal segala akalnya?
Hanyalah Satu yang bijaksana, teramat menggetarkan,
yaitu Yang bersemayam di atas singgasana-Nya.
Tuhan sendirilah yang menciptakan kebijaksanaan.
Ia melihatnya serta membilangnya.
Segala ciptaan-Nya Ia penuhi dengan kebijaksanaan.
Setiap makhluk menerimanya sekedar pemberian Tuhan.
Ia membagikannya kepada orang yang mencintai-Nya.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 93:1ab.1c-2.5,R:1a

Refren: Tuhan adalah Raja, Ia berpakaian kemegahan.

*Tuhan adalah Raja, Ia berpakaian kemegahan,
dan kekuatanlah ikat pinggang-Nya.

*Sungguh, telah tegaklah dunia, tidak lagi goyah.
takhta-Mu tegak sejak dahulu kala,
dari kekal Engkau ada.

*Peraturan-Mu sangat teguh;
bait-Mu berhiaskan kekudusan, ya Tuhan,
sepanjang masa!



Bait Pengantar Injil
2Tim 1:10b

Yesus Kristus, Penebus kita, telah membinasakan maut,
dan menerangi hidup dengan Injil.



Bacaan Injil
Mrk 9:14-29

"Aku percaya, ya Tuhan! 
Tolonglah aku yang kurang percaya ini."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Pada suatu hari Yesus bersama Petrus, Yakobus dan Yohanes,
turun dari gunung,
lalu kembali pada murid-murid lain.
Mereka melihat orang banyak mengerumuni para murid itu,
dan beberapa ahli Taurat sedang mempersoalkan  sesuatu
dengan mereka.
Ketika melihat Yesus,
orang banyak itu tercengang-cengang semua
dan bergegas menyambut Dia.
Yesus lalu bertanya kepada mereka,
"Apa yang kamu persoalkan dengan mereka?"
Kata seorang dari orang banyak itu,
"Guru, anakku ini kubawa kepada-Mu
karena ia kerasukan roh yang membisukan dia.
Setiap kali roh itu menyerang, anakku dibantingnya ke tanah.
Lalu mulutnya berbusa, giginya bekertakan,
dan tubuhnya menjadi kejang.
Aku sudah minta kepada murid-murid-Mu,
supaya mereka mengusir roh itu,
tetapi mereka tidak dapat."

Maka kata Yesus kepada mereka,
"Hai kamu angkatan yang tidak percaya,
berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu?
Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu?
Bawalah anak itu ke mari!"
Lalu mereka membawanya kepada Yesus.
Dan ketika roh itu melihat Yesus,
anak itu segera digoncang-goncangnya,
dan anak itu terpelanting di tanah dan terguling-guling,
sedang mulutnya berbusa.

Kemudian Yesus bertanya kepada ayah anak itu,
"Sudah berapa lama ia mengalami ini?"
Jawabnya, "Sejak masa kecilnya!
Seringkali roh itu menyeretnya ke dalam api atau ke dalam air
untuk membinasakannya.
Sebab itu, jika Engkau dapat berbuat sesuatu,
tolonglah kami dan kasihanilah kami."
Jawab Yesus, "Katamu, 'jika Engkau dapat?'
Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!"
Segera ayah anak itu berteriak.
"Aku percaya! Tolonglah aku yang tidak percaya ini!"
Ketika Yesus melihat makin banyak orang yang datang berkerumun,
Yesus menegur roh jahat itu dengan keras, kata-Nya,
"Hai kau roh yang menyebabkan orang menjadi bisu dan tuli,
Aku memerintahkan engkau:
Keluarlah dari anak ini, dan jangan memasukinya lagi!"
Lalu keluarlah roh itu sambil berteriak
dan menggoncang-goncangkan anak itu dengan hebatnya.
Anak itu kelihatannya  seperti orang mati,
sehingga banyak orang mengatakan, "Ia sudah mati."
Tetapi Yesus memegang tangannya dan membangunkannya,
lalu ia bangkit sendiri.

Ketika Yesus sudah di rumah,
dan murid-murid-Nya sendirian dengan Dia,
bertanyalah mereka,
"Mengapa kami tidak dapat mengusir roh itu?"
Jawab Yesus,
"Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Mari kita awali minggu ini dengan upaya untuk menebalkan iman kita, agar kita sungguh-sungguh percaya kepada Kristus.
Pada Bacaan Injil hari ini dikisahkan tentang seseorang yang membawa anaknya kepada Yesus.
Anaknya kerasukan roh dan sebelumnya telah dicoba untuk diusir oleh para murid Yesus, tetapi gagal.
Mari kita lihat apa yang terjadi.

Orang itu membawa anaknya datang kepada Yesus, tentu karena ia mempunyai harapan akan pertolongan bagi anaknya.
Tetapi mereka tidak berjumpa Yesus, karena Yesus dan ketiga murid utama-Nya sedang naik ke gunung.
Mungkin hal ini menyurutkan semangatnya, dan iya sudahlah, "Tiada rotan akar pun berguna", tidak apa-apalah minta tolong kepada murid-murid-Nya saja.
Tentu ia sempat menyaksikan para murid itu menyembuhkan orang walaupun Yesus tidak bersama mereka.

Inilah kekeliruan yang seringkali terjadi, "Tiada rotan akar pun berguna".
Seharusnya kita percaya kepada Allah Bapa kita yang di surga, percaya seratus persen, tidak boleh ada keragu-raguan.
Kita percaya kepada Allah Bapa sebagai satu-satunya penolong, tidak ada ceritanya Allah Bapa "lagi tidak di tempat".
Allah Bapa kita selalu ada di tempat, 24 jam se hari dan 7 hari se minggu.
Kita boleh datang melalui doa kapan saja, mau pagi, siang atau pun larut malam, Allah Bapa selalu di tempat.

Selanjutnya, ketika kita "merasa" mengalami kegagalan, maka harapan kita pun tergerus, menjadi lemah, dan bisa jadi menjadi kurang percaya.
Ini celaka.
Iman kita seyogyanya semakin hari semakin tebal, bukan malah menipis seperti kulit ari.
Apa iya kita berpikiran kalau Bapa kita itu bisa gagal?

Mari kita lihat apa yang dikatakan oleh orang yang membawa anaknya itu.
Ia berkata kepada Yesus, "Jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami."
Ini jelas mencerminkan keragu-raguannya.
Ia berkata "Jika engkau dapat berbuat sesuatu…"
Jelas Yesus dapat berbuat apa saja yang dikehendaki-Nya, jangan ragukan itu.
Jika kita tidak percaya, lalu ingin membuktikan, maka kita akan berkata, "Coba buktikan…!!!"
Jangan lakukan seperti ini kepada Allah Bapa kita, meminta bukti adalah tanda kurang percaya.
Mari kita lihat perikop tentang Yesus menyembuhkan seorang yang sakit kusta [Mrk 1:40-45], penyakit yang waktu itu dianggap tidak ada obatnya, artinya tak mungkin sembuh kecuali oleh sebab mujizat.
Orang itu datang kepada Yesus.
Perlu perjuangan bagi orang sakit kusta untuk mendekat kepada Yesus, karena orang kusta wajib untuk dikucilkan.
Setelah berhasil berada di hadapan Yesus, ia berlutut, cermin kerendahan hati, lalu memohon, "Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku."
Ia tidak berkata, "Kalau Engkau dapat…" melainkan "Kalau Engkau mau…"
Artinya ia percaya Yesus dapat mentahirkan dia, kalau Yesus berkenan.

Jangankan kita, Yesus sendiri tidak memaksa-maksa Bapa-Nya, tidak menuntut pembuktian dari Bapa-Nya.
Ini terpapar jelas, misalnya ketika Yesus berdoa kepada Bapa-Nya di taman Getsemani [Luk 22:38-46], menjelang ajal-Nya yang mengerikan itu, "Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi."
Yesus tunduk seratus persen kepada Bapa-Nya, "Jikalau Engkau mau…"

Nah, marilah kita perbaiki relasi kita dengan Allah Bapa kita, yakni dengan menebalkan iman kita, jangan ragu melulu, jangan menuntut bukti apa pun.
Kita boleh memohon tetapi Allah Bapa yang menentukan.



Peringatan Orang Kudus
Santa Walburga, Abbas
Walburga lahir pada tahun 710 di Devonshire, lnggris.  Saudari Santo Winebald dan Willibald ini masih mempunyai hubungan keluarga dengan Santo Bonifasius yang dikenal sebagai "Rasul bangsa Jerman".
Ketika berumur 11 tahun, Walburga dididik di biara Benediktin, Wimborne di Dorsetshire, lnggris. Kemudian dia diterima sebagai anggota dari biara itu. la tetap tinggal di biara Wimborne sampai tahun 748 sambil membantu Santo Bonifasius mendirikan biara-biara di beberapa daerah Jerman yang baru dikristenkan. Kemudian ia pergi ke Jerman dan menjadi abbas untuk para biarawati yang mendiami biara Benediktin di Heidenheim yang didirikan oleh saudaranya Santo Winebald. Sesudah Winebald meninggal dunia pada tahun 761. Walburga menjadi abbas untuk seluruh blara yang ada di Jerman. Ia melayani biara-biara ini hingga kematiannya pada tahun 779 di Heidenheim. Jerman.
Semenjak abad kesembilan, nama Walburga terkenal luas di kalangan umat Jerman karena semacam "minyak pengobat penyakit yang mengalir dari batu padas di bawah tempat duduknya di gereja Salib Suci Eichstatt, Jerman. Minyak ini dapat menyembuhkan berbagai penyakit.




http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

Liturgia Verbi 2019-02-24 Minggu.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Minggu Biasa VII

Minggu, 24 Februari 2019



Bacaan Pertama
1Sam 26:2.7-9.12-13.22-23

"Tuhan menyerahkan engkau ke dalam tanganku,
tetapi aku tidak mau menjamah."

Pembacaan dari Kitab Pertama Samuel:

Pada waktu itu
berkemaslah Saul dan turun ke padang gurun Zif
dengan tiga ribu orang yang terpilih dari orang Israel
untuk mencari Daud di padang gurun itu.

Pada suatu malam ,
ketika Saul dan para pengiringnya sedang tidur,
datanglah Daud dengan Abisai ke tengah mereka.
Dan tampaklah di sana
Saul berbaring tidur di tengah-tengah perkemahan,
dengan tombaknya terpancang di tanah pada sebelah kepalanya,
sedang Abner dan rakyat berbaring sekelilingnya.
Lalu berkatalah Abisai kepada Daud,
"Pada hari ini Allah telah menyerahkan musuhmu!
Oleh sebab itu izinkanlah kiranya
aku menancapkan dia ke tanah dengan tombak ini.
Sekali tikam saja sudah cukup,
tidak usah dia kutancapkan dua kali."
Tetapi kata Daud kepada Abisai,
"Jangan memusnahkan dia,
sebab siapakah yang dapat menjamah orang yang diurapi Tuhan,
dan bebas dari hukuman?"

Kemudian Daud mengambil tombak dan kendi raja dari sebelah kepala Saul,
lalu mereka pergi.
Tidak ada yang melihatnya, tidak ada yang mengetahuinya,
tidak ada yang terbangun, sebab sekaliannya tidur;
Tuhan telah membuat mereka tidur lelap.
Setelah Daud sampai ke seberang,
berdirilah ia jauh-jauh di puncak gunung,
sehingga ada jarak yang besar antara dia dan mereka.
Lalu Daud berseru kepada Raja Saul,
"Inilah tombak Tuanku Raja!
Baiklah salah seorang dari para pengiring Tuanku menyeberang untuk mengambilnya.
Tuhan akan membalas kebenaran dan kesetiaan setiap orang,
sebab pada hari ini Tuhan menyerahkan Tuanku ke dalam tanganku,
tetapi aku tidak mau menjamah orang yang diurapi Tuhan."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 103:1-2.3-4.8.10.12.13,R:8a

Refren: Tuhan itu pengasih dan penyayang.

*Pujilah Tuhan, hai jiwaku!
Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku!
Pujilah Tuhan, hai jiwaku,
janganlah lupa akan segala kebaikan-Nya!

*Dialah yang mengampuni segala kesalahanmu,
yang menyembuhkan segala penyakitmu!
Dialah yang menebus hidupmu dari liang kubur,
dan memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat!

*Tuhan adalah pengasih dan penyayang,
panjang sabar dan berlimpah kasih setia.
Tidak pernah Ia memperlakukan kita setimpal dengan dosa kita,
atau membalas kita setimpal dengan kesalahan kita.

*Sejauh timur dari barat,
demikian pelanggaran-pelanggaran kita dibuang-Nya.
Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya,
demikian Tuhan sayang kepada orang-orang yang takwa.



Bacaan Kedua
1Kor 15:45-49

"Seperti kita kini mengenakan rupa dari manusia yang alamiah,
demikian pula kita akan mengenakan rupa dari yang surgawi."

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus:

Saudara-saudara,
seperti ada tertulis,
"Manusia pertama, Adam, menjadi makhluk yang hidup",
tetapi Adam yang akhir menjadi Roh yang menghidupkan.
Yang mula-mula datang bukanlah yang rohaniah,
melainkan yang alamiah;
barulah kemudian datang yang rohaniah.
Manusia pertama berasal dari debu tanah dan bersifat jasmani,
manusia kedua berasal dari surga.
Makhluk-makhluk alamiah sama dengan yang berasal dari debu tanah,
dan makhluk-makhluk surgawi sama dengan Dia yang berasal dari surga.
Jadi seperti kini kita mengenakan rupa dari manusia yang alamiah,
demikian pula kita akan mengenakan rupa dari yang surgawi.

Demikianlah sabda Tuhan.



Bait Pengantar Injil
Yoh 13:34

Aku memberikan perintah baru kepadamu, sabda Tuhan,
yaitu supaya kamu saling mengasihi,
sama seperti Aku telah mengasihi kamu.



Bacaan Injil
Luk 6:27-38

"Hendaklah kamu murah hati
sebagaimana Bapamu murah hati adanya."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Sekali peristiwa
Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya,
"Dengarkanlah perkataan-Ku ini:
Kasihilah musuhmu,
berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu.
Mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu.
Berdoalah bagi orang yang mencaci kamu.
Bila orang menampar pipimu yang satu,
berikanlah juga pipimu yang lain.
Bila orang mengambil jubahmu,
biarkan juga ia mengambil bajumu.
Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu,
dan janganlah meminta kembali
dari orang yang mengambil kepunyaanmu.
Sebagaimana kamu kehendaki orang perbuat kepadamu,
demikian pula hendaknya berbuat kepada mereka.
Kalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu?
Orang-orang berdosa pun
mengasihi orang-orang yang mengasihi mereka.
Kalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepadamu, apakah jasamu?
Orang-orang berdosa pun berbuat demikian.
Dan kalau kamu memberikan pinjaman kepada orang
dengan harapan akan memperoleh sesuatu dari padanya, apakah jasamu?
Orang-orang berdosa pun meminjamkan kepada orang-orang berdosa,
supaya mereka menerima kembali sama banyak.

Tetapi kamu,
kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka
dan berilah pinjaman tanpa mengharapkan balasan;
maka ganjaranmu akan besar,
dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi.
Sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih
dan terhadap orang-orang jahat.
Hendaklah kamu murah hati,
sebagaimana Bapamu murah hati adanya.

Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi.
Dan janganlah kamu menghukum,
maka kamu pun tidak akan dihukum.
Ampunilah, maka kamu akan diampuni.
Berilah, maka kamu akan diberi.
Suatu takaran yang baik,
yang dipadatkan, yang digoncang dan tumpah ke luar,
akan dicurahkan ke pangkuanmu.
Sebab ukuran yang kamu pakai akan diukurkan pula kepadamu."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Mari kita merenungkan perihal "murah hati" dari Bacaan Injil hari ini.
Murah hati bukan berarti hatinya murah, apalagi murahan.
Murah hati adalah sifat yang suka menolong orang lain atau memberi pertolongan kepada orang yang membutuhkan.
Murah hati adalah satu arah, dari kita keluar menuju kepada orang lain, tanpa mengharapkan kembali.

Permintaan Yesus tentang murah hati ini tidak mudah untuk dijalankan.
Lebih seringnya, kita mau bermurah hati kepada orang yang bermurah hati kepada kita, semacam membalas jasa.
Terlebih lagi kalau mesti mengasihi musuh kita, atau berbuat baik kepada orang yang membenci kita.
Apa iya kita sanggup berdoa dan meminta berkat bagi orang yang mencaci-maki atau mengutuk kita?
Sanggupkah kita memberikan pipi yang lain jika satu pipi kita ditampar orang?
Masak sih kita akan memberikan baju yang lain kepada orang yang mengambil baju kita?
Nasehat apa sih yang sesungguhnya hendak disampaikan oleh Yesus kepada kita?
Mari kita simak lebih jauh.

Jika ada orang membenci kita, lalu kita balas membenci, akankah ia menjadi baik? 
Bukankah kebencian akan semakin menumpuk, pada dirinya dan juga pada diri kita?
Kalau kita tidak senang karena orang membenci kita, lalu mengapa kita juga melakukan hal sama, melakukan hal yang tidak disenangi itu?
Bukankah itu artinya kita sama buruknya dengan orang yang membenci kita itu?
Lebih jauh lagi, baikkah kalau kita menyimpan hal-hal negatif di dalam diri kita?
Akan senangkah hidup kita kalau setiap hari kita hanya mencaci orang, mengutuk orang, atau membenci orang?

Ah, masih tetap sulit.
Masak orang boleh berlaku buruk tetapi kita tidak?
Eit, tunggu. Irihatikah kita? Masak kita menjadi irihati terhadap keburukan?
Begitu pula halnya, seperti yang disampaikan oleh Yesus, kalau kita berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kita, tetapi tidak mau berbuat baik kepada orang yang tidak berbuat baik kepada kita, dapatkah itu dikatakan sebagai perbuatan baik?
Sesungguhnya, kita memang benar kita adalah pengikut Kristus, semestinya kita dengan senang hati menjalankan perintah-perintah-Nya.
Yang namanya pengikut… iya mengikuti apa yang dilakukan tokoh yang kita ikuti itu.
Jika melakukan yang lain, apalagi yang bertentangan, bukan pengikut namanya tetapi pemberontak atau pembangkang.
Jadi, walau pun sulit, perintah Kristus tetap mesti kita patuhi.

Yang terakhir.
Berbuat baik bukan kepura-puraan, harus asli atau tulen, tak dibuat-buat supaya terlihat baik.
"Jika engkau memberi sedekah,
janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu."   [Mat 6:3]
Perbuatan baik tidak untuk dipamer-pamerkan, melainkan untuk dilakukan dengan tulus hati.
Tidak masalah orang tidak mengetahuinya, tetapi Bapa kita yang di surga jelas mengetahuinya dan akan memperhitungkannya.

Peribahasa ini nampaknya sudah dilupakan orang,
"Murah di mulut, mahal di timbangan."
Yang diucapkan selalu baik untuk didengarkan, tetapi perbuatannya tidak seperti yang diucapkannya.
Saya jadi ingat anak-anak TK ketika disuruh berdamai oleh gurunya, mereka bersalaman tetapi dengan muka cemberut.
Ini masih lebih baik daripada orang dewasa, yang terpancar dari raut wajahnya kesungguhan untuk berbuat baik, padahal hatinya masih diliputi kebencian.
Rupanya orang dewasa lebih pandai berpura-pura.



Peringatan Orang Kudus
Santo Montanus dan Lucius dkk, Martir
Para martir suci: Montanus dan Lucius bersama kawan-kawannya, yaitu Flavianus, Yulianus, Viktorikus. Quartillosia, Viktor, Donatian, Primolus dan Renus, dipenjarakan di Kartago (Tunisia) karena berpegang teguh pada imannya akan Kristus. Selama mendekam di dalam penjara mereka kekurangan makanan dan minuman sehingga beberapa dari antara mereka mati. Sebagian yang lain kemudian diseret ke tempat penjagalan.




http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

Liturgia Verbi 2019-02-23 Sabtu.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa VI

Sabtu, 23 Februari 2019

PW S. Polikarpus, Uskup dan Martir



Bacaan Pertama
Ibr 11:1-7

"Berkat iman kita mengerti bahwa alam semesta diciptakan Allah."

Pembacaan dari Surat kepada Orang Ibrani:

Saudara-saudara,
iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan
dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.
Sebab oleh imanlah
telah diberikan kesaksian kepada nenek moyang kita.
Karena iman kita mengerti,
bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah,
sehingga apa yang kita lihat
telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat.

Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah
kurban yang lebih baik daripada kurban Kain.
Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian tentang dirinya
bahwa ia benar,
karena Allah berkenan akan persembahannya itu;
dan karena iman pula,
ia masih berbicara, sesudah ia mati.

Karena iman Henokh terangkat,
supaya ia tidak mengalami kematian,
dan ia tidak ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya.
Sebab sebelum terangkat, ia memperoleh kesaksian,
bahwa ia berkenan kepada Allah.
Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah.
Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah,
ia harus percaya bahwa Allah ada,
dan bahwa Allah memberi upah kepada orang
yang sungguh-sungguh mencari Dia.

Karena iman, maka Nuh mengikuti petunjuk Allah
tentang sesuatu yang belum kelihatan
dan dengan taat mempersiapkan bahtera
untuk menyelamatkan keluarganya;
dan karena iman itu ia menghukum dunia,
dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran,
sesuai dengan imannya.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 145:2-3.4-5.10-11,R:1b

Refren: Ya Tuhan, aku hendak memuji nama-Mu selama-lamanya.

*Setiap hari aku hendak memuji Engkau
dan memuliakan nama-Mu untuk selama-lamanya.
Besarlah Tuhan dan sangat terpuji;
dan kebesaran-Nya tidak terselami.

*Angkatan demi angkatan akan memegahkan karya-karya-Mu,
dan akan memberitakan keperkasaan-Mu.
Semarak kemuliaan-Mu yang agung akan kukidungkan,
dan karya-karya-Mu yang ajaib akan kunyanyikan.

*Segala yang Kaujadikan akan bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan,
dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau.
Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu,
dan akan membicarakan keperkasaan-Mu.



Bait Pengantar Injil
Mrk 9:6

Langit terbuka dan terdengarlah suara Bapa,
"Inilah Anak-Ku terkasih; dengarkanlah Dia"



Bacaan Injil
Mrk 9:2-13

"Yesus berubah rupa di depan para rasul."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Pada suatu hari
Yesus berbicara tentang bagaimana Ia akan menderita sengsara.
Sesudah itu Ia membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes,
dan bersama mereka naik ke sebuah gunung yang tinggi.
Di situ mereka sendirian saja.
Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka,
dan pakaian-Nya menjadi sangat putih berkilat-kilat.
Tidak ada seorang pun di dunia ini
yang sanggup mengelantang pakaian seperti itu.
Maka nampaklah kepada mereka Elia dan Musa
yang sedang berbicara dengan Yesus.
 
Lalu Petrus berkata kepada Yesus,
"Rabi, betapa bahagianya kami berada di sini.
Baiklah kami dirikan tiga kemah,
satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia."
Petrus berkata demikian,
sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya,
karena mereka sangat ketakutan.
 
Maka datanglah awan menaungi mereka
dan dari dalam awan itu terdengar suara,
"Inilah Anak-Ku terkasih, dengarkanlah Dia."
Dan sekonyong-konyong, waktu memandang sekeliling
mereka tidak lagi melihat seorang pun
kecuali Yesus seorang diri.

Pada waktu mereka turun dari gunung itu,
Yesus berpesan,
supaya mereka jangan menceriterakan kepada seorang pun
apa yang telah mereka lihat itu
sebelum Anak Manusia bangkit dari antara orang mati.
Mereka memegang pesan tadi
sambil mempersoalkan di antara mereka
apa yang dimaksud dengan 'bangkit dari antara orang mati.'
Lalu mereka bertanya kepada Yesus,
"Mengapa ahli-ahli Taurat berkata,
bahwa Elia harus datang dahulu?"
 
Yesus menjawab,
"Memang Elia akan datang dahulu dan memulihkan segala sesuatu.
Tetapi bagaimanakah halnya dengan Anak Manusia?
Bagaimana tertulis bahwa Ia akan banyak menderita
dan akan dihinakan?
Tetapi Aku berkata kepadamu,
Memang Elia sudah datang
dan orang memperlakukan dia menurut kehendak mereka,
sesuai dengan yang tertulis tentang dia."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Bacaan Injil hari ini merupakan bacaan yang sudah seringkali kita dengarkan, yakni tentang Yesus menampakkan kemuliaan-Nya di Gunung Tabor kepada ketiga murid utamanya, Petrus, Yohanes dan Yakobus.
Pada momen itu, Yesus berubah rupa, dikenal sebagai transfigurasi, dan nampak kehadiran Elia dan Musa.

Peristiwa ini kita pestakan setiap tahun, yakni tiap-tiap tanggal 6 Agustus.
Dan pesta ini menjadi istimewa karena ada 3 perikop yang diambil menjadi Bacaan Injil tergantung dari tahun liturginya, Mat 17:1-9 (Tahun A), Mrk 9:2-10 (Tahun B), dan Luk 9:28-36 (Tahun C).
Tetapi untuk bacaan harian, hari ini kita mendengarkan dan merenungkan dari Injil Markus, yang sama dengan Bacaan Tahun B.

Sesungguhnya yang menjadi puncak perhatian Yesus adalah tentang sengsara yang akan dialami oleh Yesus yang terkesan seolah-olah Yesus tak berdaya untuk mencegah atau pun menanggulanginya karena sengsara itu memang mesti dialami oleh Yesus.
Tentu saja, jangan sampai terjadi para murid-Nya salah dalam memaknai sengsara Yesus, maka menjadi perlu Yesus menampakkan kemuliaan-Nya.
Bagian terpenting dari transfigurasi ini bukanlah saat Yesus berubah rupa atau pun saat Elia dan Musa menampkannya diri, melainkan saat pengakuan dari Surga, melalui suara dari balik awan, "Inilah Anak-Ku terkasih, dengarkanlah Dia."

Ini menjadi penting karena para murid Yesus juga akan mengalami sengsaranya masing-masing, maka perlu diteguhkan.
Kita juga sama, masing-masing dari kita memang mesti memikul salib kita masing-masing, mesti menghadapi sengsara kita masing-masing, maka menjadi penting bagi kita untuk senantiasa tegar dalam situasi apa pun, selalu mengingat pesan langsung dari Surga, "Dengarkanlah Yesus!".

Sama seperti Yesus berubah rupa, hanya sesaat saja, tidak terus-terusan secara permanen, begitu pula dengan kita, transfigurasi cukup sesaat saja dan itu sudah lebih dari cukup untuk menguatkan kita memikul salib menghadapi sengsara kita sendiri.
Karena beban salib yang berat telah membuat wajah kita berkerut tajam dan nampak menua, hati pun bimbang dan goyah, maka kita perlu berubah rupa, agar wajah kita memancarkan keteguhan, penuh semangat untuk menghadapi kesusahan hidup kita.
Mati kita bangkit untuk mendengarkan sabda Kristus!




Peristiwa Yesus menampakkan kemuliaan-Nya di atas gunung ini
terjadi setelah sebelumnya Yesus memberitahukan tentang penderitaan yang akan dialami oleh Yesus.
Pemberitahuan pertama kalinya
bahwa Yesus akan menderita dan ditolak oleh para tetua, imam-imam kepada dan para ahli Taurat, dan bahkan Yesus akan dibunuh.
Sengsara yang akan dialami oleh Yesus ini
boleh jadi akan menggoyahkan iman para murid Yesus.
Maka dari itu, satu minggu setelah pemberitahuan itu,
Yesus mengajak tiga murid-Nya, Petrus, Yohanes dan Yakobus,
untuk menyaksikan sendiri jati diri Yesus, siapa sejatinya Yesus itu.
Ketiga murid itu menyaksikan bagaimana Yesus berubah rupa di depan mata mereka.
Pakaian-Nya pun menjadi sangat putih berkilat-kilat.
Tak seorang pun sanggup menggelantang pakaian seperti itu.
Menggelantang maksudnya mencuci lalu menjemur pakaian,
sekarang sekali pun tidak ada sabun atau cara mencuci dan menjemur pakaian sehingga menjadi seperti itu.

Selain berubah rupa dan berubah penampilan,
para murid juga melihat dua nabi dari Perjanjian Lama hadir bersama Yesus,
yaitu Elia dan Musa.
Saya yakin ketiga murid itu tidak sanggup mengenali kedua nabi yang hadir itu,
karena mereka hidup di jaman yang berbeda, apalagi mereka tahu kalau kedua nabi itu telah lama sekali meninggalkan dunia ini.
Tetapi dengan kuasa Kristus, mereka pun mampu mengenali kedua nabi itu.

Dan yang tak kalah pentingnya,
ketiga murid itu mendengarkan sendiri suara dari balik awan,
"Inilah Anak-Ku terkasih, dengarkanlah Dia."
Dengan demikian menjadi gamblang,
siapa sesungguhnya Yesus itu.
Dialah Tuhan kita, Allah Putera, yang dengan rela menanggung sengsara sebagai Anak Manusia,
demi orang-orang yang dikasihi Tuhan.

Jika kita percaya kepada Injil
seharusnya tidak ada lagi keragu-raguan kalau Yesus adalah Tuhan, Allah Putera.
Sekali pun ditolak, dihina, dianiaya, dan bahkan disalibkan,
transfigurasi Kristus ini adalah salah satu yang membuat iman kita takkan goyah, takkan ragu-ragu.

Seandainya keyakinan ini masih belum cukup untuk menghapus keragu-raguan kita,
janganlah kita berharap langit di atas kita akan terbuka dan mendengar suara Allah Bapa mengulangi apa yang telah disabdakan-Nya.

Mungkin benar, sampai sekarang pun, kebaikan dan kejahatan masih tumbuh bersama,
masih jauh rasanya kebenaran akan mengalahkan kejahatan.
Malahan bagi sebagian orang, kok kayaknya kejahatan yang menang, kebenaran teraniaya.
Apalagi kalau kita berpegang pada ajaran Yesus,
mengikuti Yesus itu malah mesti menyangkal diri dan memikul salib.
Waduh, kalau mau mengejar kenikmatan duniawi, jangan nyari Yesus, cari Mamon atau Belzebul.
Janganlah tampak luarnya seperti pengikut Kristus yang setia,
padahal di dalamnya jauh dari kasih Kristus.
Marilah kita periksa jati diri kita, dalemannya seperti apa.

Soal kebaikan dan kejahatan yang masih tumbuh bersama sampai saat ini,
bukankah Yesus telah mengatakannya?
Benih ilalang dan bulir gandum memang dibiarkan tumbuh bersama,
ada saatnya nanti, yakni di saat panen, rumput ilalang akan dipisahkan dari bulir gandum,
dikumpulkan lalu dicampakkan ke dalam dapur api.

Pada akhir jaman,
kalau kita tetap setia kepada Tuhan kita, Yesus Kristus,
maka kita pun akan mengalami transfigurasi, sama seperti yang telah ditunjukkan Yesus kepada ketiga murid-Nya itu,
"Pada waktu itulah
orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa." [Mat 13:43]
Pada waktu itu,
akan dengan mudah orang benar dapat dipisahkan dari orang jahat,
semudah memisahkan rumput ilalang dari bulir gandum.

Janganlah menunggu sampai akhir jaman,
kalau ingin mengetahui apakah kita akan mengalami transfigurasi atau tidak,
telat.
Periksalah sekarang juga, siapa sejatinya diri kita itu.
Selidiki dengan seksama jati diri kita,
agar tak goyah lagi iman kita di saat-saat kita mesti mengalami sesuatu yang buruk, sesuatu terjadi tidak seperti yang kita harapkan.

Jati diri adalah gambaran, ciri-ciri atau keadaan yang sebenar-benarnya tentang diri kita.
Dialah intisari dari spiritualitas kita, asli dan tak ada tipu-tipu.
Tampak luarnya dapat kita tutup-tutupi, dengan berpura-pura kita menjadi orang lain,
tapi jati diri tak dapat dipungkiri,
mana bisa kita membohongi diri sendiri tentang jati diri kita?

Saya senang dengan istilah jati diri,
membayangkannya seperti pohon jati,
yang menghasilkan kayu yang bermutu tinggi.
Tingginya bisa mencapai 40 meter, batang pokoknya bisa berdiameter hampir satu meter.

Iman yang ada di dalam diri kita, yang merupakan jati diri kita,
semestinya seperti pohon jati.
Kayu jati adalah kayu dengan kualitas kelas satu karena kekuatannya, tidak mudah berubah oleh perubahan cuaca, tahan terik matahari maupun rendaman air.
Iman kita juga seharusnya se kuat kayu jati, tetap lurus alias tak mudah bengkok.

Kayu jati juga terkenal karena keawetannya, bisa bertahan dalam jangka waktu yang lama,
dan tahan terhadap serangan rayap.
Belum lagi soal keindahan tekstur-nya,
maka tak heran kalau kayu jati disebut sebagai kayu mewah.
Begitu pula hendaknya jati diri kita,
ada iman yang memancar keluar, iman yang kuat, kokoh, awet, dan mewah.
Amin.



Peringatan Orang Kudus
Santo Polykarpus, Uskup dan Martir
Polykarpus adalah seorang Uskup Gereja perdana di Smyrna (Turki). Murid Santo Yohanes Penginjil ini memimpin Gereja di Smyrna sampai meletusnya kekacauan yang didalangi oleh para musuh Gereja pada tahun155. la sendiri pun ditangkap oleh orang-orang itu.
Ketika ditangkap, ia tidak memberikan perlawanan apa pun, bahkan ia tersenyum dan menjamu para penangkapnya dengan makanan yang lezat. Kepada mereka, ia berkata: "Jadilah kehendak Tuhan atas diriku". la memohon agar kepadanya diberikan waktu sedikit untuk berdoa. Setelah itu, ia dibelenggu dan diarak di tengah-tengah orang banyak menuju kediaman prokonsul untuk diadili.
Sewaktu diadili, prokonsul dengan keras memaksanya untuk menghojat Kristus dan mempersembahkan korban kepada dewa-dewa Romawi. la dengan tegas berkata: "Sudah delapanpuluh enam tahun saya mengabdi Kristus, dan tidak pernah saya alami bahwa Kristus berbuat salah kepadaku. Bagaimana mungkin saya menghojat Raja dan Penyelamatku? Tuhanku Yesus Kristus tidak saja berkata "bertahanlah dan teguhlah dalam imanmu; cintailah sesamamu; berbelaskasihlah kepada sesamamu, dan bersatulah di dalam kebenaran, melainkan juga Dirinya sendiri dijadikan contoh yang mencolok mata tentang semuanya itu" ".
Mendengar kata-kata Polykarpus itu, prokonsul berang dan segera menjatuhkan hukuman bakar atas diri Polykarpus. Hukuman ini tidak sedikitpun menggentarkan hati Polykarpus, karena ia tahu bahwa kebenaran ada di pihaknya. la bahkan mensyukuri peristiwa tragis ini.
Berita pembunuhan atas diri Polykarpus ini tersebar ke seluruh umat Smyrna. Seluruh umat memang menyesalkan tindakan brutal prokonsul itu tetapi mereka tidak patah semangat untuk tetap mengimani Kristus. Mereka saling meneguhkan dengan mengedarkan selebaran berikut: "Kristus kita sembah karena Dia adalah Putra Allah. Para martir kita sayangi sebagai murid Kristus karena imannya yang tak terperikan kepada Kristus, Raja dan Tuhan, hingga titik darah penghabisan. Semoga kita pun menjadi kawan dan rekan mereka dalam menanggung semua penderitaan yang ditimpakan kepada kita".
Di atas kubur Polykarpus, mereka menulis: "Dirimu kami cintai melebihi berlian, kami sayangi melebihi emas permata, dan kami baringkan tubuhmu yang suci di tempat yang layak bagimu. Di tempat ini ingin kami berkumpul dengan gembira untuk merayakan ulang tahun wafatmu sebagai martir Kristus yang jaya ".


Santo Willigis, Pengaku Iman
Willigis adalah seorang anak dari orang kebanyakan; namun ia berhasil menjadi kanselir tiga orang kaisar Jerman. Negarawan bijaksana ini berhasil menjaga keamanan seluruh negeri.  Sebagai Uskup Mainz dan wakil Paus, ia mengangkat uskup-uskup yang baik, mendirikan gereja- gereja dan membangun banyak jembatan. la membangun sekolah-sekolah untuk memajukan ilmu. Willigis menegakkan tata tertib dan memajukan kegiatan penghonnatan kepada Tuhan.




http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi