Liturgia Verbi 2022-02-01 Selasa.

Liturgia Verbi (C-II)
Hari Biasa, Pekan Biasa IV

Selasa, 1 Februari 2022

Ujud Gereja Universal - Para biarawati dan perempuan hidup bakti.
Kita berdoa untuk para biarawati dan para perempuan yang menjalani hidup bakti; kita berterimakasih atas misi perutusan dan keberanian mereka; semoga mereka dapat terus menemukan cara untuk menanggapi tantangan zaman ini.

Ujud Gereja Indonesia - Kesinambungan pengolahan sampah plastik.
Kita berdoa, semoga upaya-upaya pribadi dan kelompok untuk mengurangi dan mengolah sampah plastik dapat menjadi upaya pemberdayaan masyarakat karena didukung pemerintah dan institusi-institusi sosial.



Bacaan Pertama
2Sam 18:9-10.14b.24-25a.30-19:3

"Daud meratapi kematian Absalom."

Pembacaan dari Kitab Kedua Samuel:

Waktu melarikan diri, Absalom bertemu dengan anak buah Daud.
Saat itu Absalom sedang memacu bagalnya.
Ketika bagal itu lewat
di bawah jalinan dahan-dahan pohon tarbantin yang besar,
tersangkutlah kepala Absalom pada pohon tarbantin itu,
sehingga ia tergantung antara langit dan bumi,
sedang bagal yang ditungganginya berlari terus.
Seseorang melihatnya, lalu memberitahu Yoab, katanya,
"Aku melihat Absalom tergantung pada pohon tarbantin."
Lalu Yoab mengambil tiga lembing dalam tangannya
dan ditikamkannya ke dada Absalom!

Waktu itu Daud sedang duduk di antara kedua pintu gerbang
sementara penjaga naik ke sotoh pintu gerbang itu, di atas tembok.
Ketika ia melayangkan pandangnya,
dilihatnyalah orang datang berlari, seorang diri saja.
Berserulah penjaga memberitahu raja.
Lalu raja berkata kepada Ahimaas,
"Pergilah ke samping, berdirilah di situ."
Ahimaas pergi ke samping dan berdiri di situ.
Kemudian tibalah orang Etiopia itu.
Kata orang Etiopia itu, "Tuanku raja mendapat kabar yang baik,
sebab Tuhan telah memberi keadilan kepadamu pada hari ini!
Tuhan melepaskan Tuanku
dari tangan semua orang yang bangkit menentang Tuanku."
Tetapi bertanyalah Raja Daud kepada orang Etiopia itu,
"Selamatkah Absalom, orang muda itu?"
Jawab orang Etiopia itu,
"Biarlah seperti orang muda itu musuh Tuanku Raja
dan semua orang yang bangkit menentang Tuanku
untuk berbuat jahat."
Maka terkejutlah raja!
Dengan sedih ia naik ke anjung pintu gerbang lalu menangis.
Dan beginilah perkataannya sambil berjalan,
"Anakku Absalom, anakku!
Ah, anakku Absalom,
sekiranya aku boleh mati menggantikan engkau!
Absalom, Absalom, anakku!"

Lalu diberitahukan oranglah kepada Yoab,
"Ketahuilah, raja menangis dan berkabung karena Absalom."
Pada hari itulah
kemenangan menjadi perkabungan bagi seluruh tentara,
sebab pada hari itu tentara mendengar orang berkata,
"Raja bersusah hati karena anaknya."
Maka pada hari itu tentara Israel masuk kota dengan diam-diam
seperti tentara
yang kena malu karena melarikan diri dari pertempuran.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 86:1-2.3-4.5-6,R:1a

Refren: Sendengkanlah telinga-Mu, ya Tuhan, dan jawablah aku.

*Sendengkanlah telinga-Mu, ya Tuhan, jawablah aku,
sebab sengsara dan miskin aku.
Peliharalah nyawaku, sebab aku orang yang Kaukasihi,
selamatkanlah hamba-Mu yang percaya kepada-Mu.

*Engkau adalah Allahku, kasihanilah aku,
sebab kepada-Mulah aku berseru sepanjang hari.
Buatlah jiwa hamba-Mu bersukacita,
sebab kepada-Mulah, ya Tuhan, kuangkat jiwaku.

*Tuhan, Engkau sungguh baik dan suka mengampuni,
kasih setia-Mu berlimpah bagi semua orang yang berseru kepada-Mu.
Pasanglah telinga kepada doaku, ya Tuhan,
dan perhatikanlah suara permohonanku.



Bait Pengantar Injil
Mat 8:17

Yesus memikul kelemahan kita,
dan menanggung penyakit kita.



Bacaan Injil
Mrk 5:21-43

"Hai anak, Aku berkata kepadamu: Bangunlah!"

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Sekali peristiwa, setelah Yesus menyeberang dengan perahu,
datanglah orang banyak berbondong-bondong
lalu mengerumuni Dia.
Ketika itu Yesus masih berada di tepi danau.
Maka datanglah seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus.
Ketika melihat Yesus, tersungkurlah Yairus di depan kaki-Nya.
Dengan sangat ia memohon kepada-Nya,
"Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati.
Datanglah kiranya, dan letakkanlah tangan-Mu atasnya,
supaya ia selamat dan tetap hidup."
Lalu pergilah Yesus dengan orang itu.
Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia
dan berdesak-desakan di dekat-Nya.

Adalah di situ seorang perempuan
yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan.
Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib,
sampai habislah semua yang ada padanya;
namun sama sekali tidak ada faedahnya,
malah sebaliknya: keadaannya makin memburuk.
Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus.
Maka di tengah-tengah orang banyak itu
ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubah-Nya.
Sebab katanya, "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh."
Sungguh, seketika itu juga berhentilah pendarahannya
dan ia merasa badannya sudah sembuh dari penyakit itu.

Pada ketika itu juga Yesus mengetahui,
bahwa ada tenaga yang keluar dari diri-Nya,
lalu Ia berpaling di tengah orang banyak dan bertanya,
"Siapa yang menjamah jubah-Ku?"
Murid-murid-Nya menjawab,
"Engkau melihat sendiri
bagaimana orang-orang ini berdesak-desakan dekat-Mu!
Bagaimana mungkin Engkau bertanya: Siapa yang menjamah Aku?"
Lalu Yesus memandang sekeliling-Nya
untuk melihat siapa yang telah melakukan hal itu.
Maka perempuan tadi menjadi takut dan gemetar
sejak ia mengetahui apa yang telah terjadi atas dirinya.
Maka ia tampil dan tersungkur di depan Yesus.
Dengan tulus ia memberitahukan segala sesuatu kepada Yesus.
Maka kata Yesus kepada perempuan itu,
"Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau.
Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!"

Ketika Yesus masih berbicara
datanglah orang dari keluarga kepala rumah ibadat itu dan berkata,
"Anakmu sudah mati!
Apa perlunya lagi engkau menyusahkan Guru?"
Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka
dan berkata kepada kepala rumah ibadat,
"Jangan takut, percaya saja!"
Lalu Yesus tidak memperbolehkan seorang pun ikut serta,
kecuali Petrus, Yakobus dan Yohanes, saudara Yakobus.
Dan tibalah mereka di rumah kepala rumah ibadat,
dan di sana Yesus melihat orang-orang ribut,
menangis dan meratap dengan suara nyaring.
Sesudah masuk, Yesus berkata kepada orang-orang itu,
"Mengapa kamu ribut dan menangis?
Anak ini tidak mati, tetapi tidur!"
Tetapi mereka menertawakan Dia.

Maka Yesus menyuruh  semua orang itu keluar.
Lalu Ia membawa ayah dan ibu anak itu,
dan mereka yang bersama-sama dengan Yesus
masuk ke dalam kamar anak itu.
Lalu dipegang-Nya tangan anak itu, kata-Nya, "Talita kum,"
yang berarti: "Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!"
Seketika itu juga anak itu bangkit berdiri dan berjalan,
sebab umurnya sudah dua belas tahun.
Semua orang yang hadir sangat takjub.
Dengan sangat Yesus berpesan kepada mereka,
supaya jangan seorang pun mengetahui hal itu,
lalu Ia menyuruh mereka memberi anak itu makan.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Yairus, kepala rumah ibadat, tersungkur di depan kaki Yesus sambil memohon kesembuhan untuk anak perempuannya yang sakit parah.
Lalu Yesus memutuskan untuk datang ke rumah Yairus
Ketika Yairus menerima kabar bahwa anaknya telah meninggal dunia, tentu pupuslah harapannya mendapat pertolongan dari Yesus.
Tetapi Yesus berkata kepadanya, "Jangan takut, percaya saja!"
Ya, memang seharusnya kita percaya bahwa tak ada yang mustahil bagi Tuhan.
Cukup dengan memegang tangan anak itu sambil berkata, "Talita kum" Yesus membangkitkan anak perempuan Yairus.

Sekarang yang menjadi pertanyaan: bagaimana seandainya Yesus dan rombongan tidak menyeberang danau ke daerah dimana Yairus tinggal, apakah Yairus tetap mendapat pertolongan bagi anaknya itu?
Atau bagaimana kalau Yesus menolak permohonan Yairus?

Dalam urusan pertolongan Tuhan ini, saya meyakini bahwa wajib ada inisiasi awal dari kita, terlebih kalau kita berharap terjadinya mujizat dari Tuhan.
Yairus melakukan inisiasinya, yakni datang kepada Yesus dan tersungkur di kaki Yesus, ini baik tetapi lebih bersifat ritual, ada yang lebih penting yakni iman Yairus yang tanpa keragu-raguan itu, "Datanglah kiranya, dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup."
Yairus mengundang Yesus datang ke rumahnya untuk menumpangkan tangan di atas anak perempuannya itu, dan ia yakin anaknya akan sembuh oleh pertolongan Yesus.

Inisiasi ini jelas dapat melewati waktu dan tempat, seperti yang dialami oleh Yairus, ketika sampai di rumah anaknya telah meninggal dunia, sepertinya terlambat sudah padahal tidak karena pertolongan Tuhan tidak terhalang oleh waktu dan tempat.
Lihat saja perempuan yang sudah 12 tahun menderita pendarahan itu.
Habis sudah hartanya untuk membeli yang namanya sembuh, tapi tetap tak berhasil didapatkannya, malah keadaannya semakin memburuk.
Perempuan itu melakukan inisiasi, ia berusaha mendekati Yesus padahal tidak mudah sebab banyak orang berbondong-bondong mengerumuni Yesus.
Tapi perempuan itu tidak menyerah sebab ia percaya, "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh."
Walau pun sampai habis hartanya ia tidak berhasil sembuh, jangankan ditolong oleh Yesus, jubah-Nya saja sudah lebih dari cukup untuk menyembuhkan aku, barangkali itu yang ada di benak perempuan itu.
Ini sungguh iman yang luarbiasa, yang mampu menggerakkan tenaga ilahi keluar dari diri Yesus.
Sambil berpaling di tengah orang banyak Yesus bertanya, "Siapa yang menjamah jubah-Ku?"

Tuhan mau kita turut bekerjasama dalam karya Allah di dunia ini, yakni dengan memberikan inisiasi sebagai kontribusi kita.
Jika tidak demikian kehendak Allah, lalu untuk apa Tuhan bersusah-susah turun ke dunia dan menjadi manssia?  Bukankah cukup dengan berkata-kata saja dari Surga maka apa pun yang diinginkan-Nya akan terjadi?
Oleh sebab itulah kita tidak bisa "terima beres", justru kitalah yang mesti mengawali permohonan kita dengan melakukan inisiasi.



Peringatan Orang Kudus
Santa Brigida, biarawati
Brigida lahir di Umeras, Kildare, Irlandia pada tahun 453.  Ayahnya, Dubthach, adalah seorang pangeran yang masih kafir.  Sedangkan ibunya, Borcessa adalah seorang budak belian yang sudah menganut agama Kristen.  Brigida dibesarkan dan dididik menjadi seorang Kristen.  Setelah dewasa, ia bercita-cita menjadi biarawati.  Namun keinginannya ini mendapat banyak rintangan.  Pertama-tama karena pada waktu itu belum ada biara khusus untuk para wanita.  Lagi pula wanita budak belian dan anak-anaknya tidak mempunyai hak apa pun bahkan sering kali mereka tidak diperkenankan mengikuti ibadat.
Meskipun demikian, keinginannya tidak terpatahkan oleh rintangan-rintangan tersebut.  Ia berusaha mendirikan sebuah biara khusus untuk para wanita di Kildare.  Ia berhasil membujuk ayahnya untuk memberinya status sebagai wanita bebas (bukan lagi budak).  Ternyata ia menjadi seorang biarawati yang luar biasa.  Ia bersemangat tinggi dan rajin dalam karyanya, kuat ingatannya, ramah dan trampil.  Ia dapat bergaul dengan siapa saja dan siap menolong orang-orang yang datang kepadanya, bahkan menerima mereka di dalam biaranya.  Dengan demikian dia tidak lagi hidup sendirian di dalam biara.  Ia memusatkan perhatiannya pada para penderita kusta dan budak belian.
Kecuali itu, ia juga memulai usaha di bidang pendidikan.  Conleth, seorang imam, dipercayakan memimpin sekolahnya di Kildare.  Sekolah ini semenjak awal menjadi terkenal sebagai sebuah sekolah ketrampilan.  Di kemudian hari, setelah Brigida wafat pada tahun 523, sekolah ini dibagi menjadi dua, yang satu untuk pria dan yang lain untuk wanita.  Hal ini menampakkan suatu keistimewaan pada saat itu.
Penghormatan kepada Santa Brigida masih berlangsung hingga sekarang.  Di Irlandia, Brigida dikenal sebagai salah satu Orang Kudus terkenal selain Santo Patrik dan Columba.  Ia dihormati sebagai pelindung Negara Irlandia, dan tokoh teladan bagi para petani, artis dan pelajar.

Santo Severus, Uskup
Severus dikenal sebagai seorang penenun kain di Ravenna, Italia pada abad ke-4.  Ia beranak-istri dan menjabat sebagai diakon.  Sewaktu ia menghadiri pemilihan uskup baru, sekonyong-konyong seekor burung merpati hinggap di atas kepalanya.  Dan secara aklamasi umat memilihnya menjadi uskup.  Mayatnya dan mayat istrerinya, Santa Vinsensia dan anaknya, santo Inosensius dicuri pada tahun 836 dan dibawa ke Mainz, Jerman.



https://liturgia-verbi.blogspot.co.id/


Liturgia Verbi 2022-01-31 Senin.

Liturgia Verbi (C-II)
Hari Biasa, Pekan Biasa IV

Senin, 31 Januari 2022

PW S. Yohanes Bosko, Imam



Bacaan Pertama
2Sam 15:13-14.30;16:5-13a

"Daud melarikan diri dari Absalom,
dan Simei mengutuk dia sesuai dengan perintah Tuhan."

Pembacaan dari Kitab Kedua Samuel:

Waktu itu Absalom, putera Daud memberontak.
Maka datanglah seseorang kepada Daud, katanya,
"Hati orang Israel telah condong kepada Absalom."
Kemudian berbicaralah Daud kepada semua pegawainya
yang ada bersama-sama dengan dia di Yerusalem,
"Bersiaplah, marilah kita melarikan diri,
jangan sampai kita tidak dapat luput dari tangan Absalom.
Pergilah dengan segera, supaya ia tidak dapat lekas menyusul kita,
dan mendatangkan celaka atas kita
serta memukul kota ini dengan mata pedang!"

Maka Daud mendaki bukit Zaitun sambil menangis,
Ia mengenakan selubung kepala,
dan ia berjalan dengan tidak berkasut.
Juga seluruh rakyat yang bersama-sama dengan dia:
masing-masing mengenakan selubung kepala,
dan mereka mendaki sambil menangis.

Ketika Raja Daud telah sampai ke Bahurim,
keluarlah dari sana seorang dari kaum keluarga Saul;
ia bernama Simei bin Gera.
Sambil mendekati raja, ia terus-menerus mengutuk.
Daud dan semua pegawainya ia lempari dengan batu,
walaupun segenap tentara dan semua pahlawan
berjalan di kiri kanannya.
Beginilah perkataan Simei pada waktu ia mengutuk,
"Enyahlah, enyahlah, engkau penumpah darah, orang dursila!
Tuhan telah membalas kepadamu segala darah keluarga Saul,
yang engkau gantikan menjadi raja,
Tuhan telah menyerahkan kedudukan raja kepada anakmu Absalom.
Sungguh, engkau sekarang dirundung malang,
karena engkau seorang penumpah darah."
Lalu berkatalah Abisai, anak Zeruya, kepada raja,
"Mengapa bangkai anjing ini mengutuki Tuanku Raja?
Izinkanlah aku menyeberang dan memenggal kepalanya."
Tetapi kata raja, "Tak usahlah campur tangan, hai anak-anak Zeruya!
Biarlah ia mengutuk!
Sebab apabila Tuhan bersabda kepadanya: Kutukilah Daud,
siapakah yang akan bertanya: mengapa engkau berbuat demikian?"
Kata Daud pula kepada Abisai dan kepada semua pegawainya,
"Sedangkan anak kandungku saja ingin mencabut nyawaku,
apalagi si orang Benyamin ini!
Biarkanlah dia, dan biarlah ia mengutuk,
sebab Tuhan yang telah bersabda kepadanya demikian.
Mungkin Tuhan akan memperhatikan kesengsaraanku ini
dan Tuhan membalasku dengan sesuatu yang baik
sebagai ganti kutuk orang itu pada hari ini."
Demikianlah Daud melanjutkan perjalanan
bersama orang-orangnya.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 3:2-3.4-5.6-7,R:7b

Refren: Bangkitlah, ya Tuhan, selamatkanlah aku.

*Ya Tuhan, betapa banyak lawanku!
Betapa banyak orang yang bangkit menyerang aku;
Banyak orang berkata tentang aku,
"Baginya tidak ada pertolongan dari Allah."

*Tetapi, Tuhan, Engkaulah perisai yang melindungi aku,
Engkaulah kemuliaanku, Engkaulah yang mengangkat kepalaku.
Dengan nyaring aku berseru kepada Tuhan,
dan Ia menjawab aku dari gunung-Nya yang kudus.

*Maka, Aku dapat membaringkan diri dan tertidur;
dan kemudian bangun lagi, sebab Tuhan menopang aku!
Aku tidak takut kepada puluhan ribu orang
yang mengepung aku dari segala penjuru.
Bangktilah, ya Tuhan! Tolonglah aku, ya Allahku!



Bait Pengantar Injil
Luk 7:16

Seorang nabi besar telah muncul di tengah kita,
dan Allah mengunjungi umat-Nya.



Bacaan Injil
Mrk 5:1-20 

"Hai Roh Jahat, keluarlah dari orang ini!"

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Sekali peristiwa,
sampailah Yesus dan murid-murid-Nya di seberang danau Galilea,
di daerah orang Gerasa.
Baru saja Yesus turun dari perahu,
datanglah kepadanya
seorang yang kerasukan roh jahat dari pekuburan.
Orang itu diam di sana
dan tidak ada lagi yang sanggup mengikatnya,
dengan rantai sekalipun!
Sudah sering ia dibelenggu dan dirantai,
tetapi rantainya diputuskannya dan belenggu itu dimusnahkannya,
sehingga tidak ada seorang pun yang cukup kuat
untuk menjinakkannya.
Siang malam ia berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit
sambil berteriak-teriak dan memukuli diri dengan batu.
Ketika melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkan-Nya.
Ia lalu menyembah-Nya, dan dengan keras ia berteriak,
"Apa urusan-Mu dengan aku,
hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi?
Demi Allah, jangan siksa aku!"
Karena sebelumnya Yesus mengatakan kepadanya,
"Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!"
Kemudian Yesus bertanya kepada orang itu, "Siapa namamu?"
Jawabnya "Namaku Legion, karena kami banyak."
Ia memohon dengan sangat
supaya Yesus jangan mengusir roh-roh itu keluar dari daerah itu.

Adalah di sana, di lereng bukit,
sekawanan babi sedang mencari makan.
Lalu roh-roh itu meminta kepada Yesus, katanya,
"Suruhlah kami pindah ke dalam babi-babi itu,
dan biarkanlah kami memasukinya!"
Yesus mengabulkan permintaan mereka.
Lalu keluarlah roh-roh jahat itu dan memasuki babi-babi itu.
Maka kawanan babi yang kira-kira dua ribu jumlahnya itu terjun
dari tepi jurang ke dalam danau dan mati lemas di dalamnya.

Maka larilah penjaga-penjaga babi itu!
Mereka menceriterakan hal itu
di kota dan di kampung-kampung sekitarnya.
Lalu keluarlah orang untuk melihat apa yang terjadi.
Mereka datang kepada Yesus
dan melihat orang yang kerasukan itu duduk;
orang yang tadinya kerasukan legion itu,
kini berpakaian dan sudah waras.
Maka takutlah mereka.
Orang-orang yang telah melihat sendiri hal itu menceriterakan
apa yang telah terjadi atas orang yang kerasukan setan itu,
dan tentang babi-babi itu.
Lalu mereka mendesak Yesus
supaya Ia meninggalkan daerah mereka.

Pada waktu Yesus naik lagi ke dalam perahu,
orang yang tadinya kerasukan setan itu meminta,
supaya ia diperkenankan menyertai Yesus.
Tetapi Yesus tidak memperkenankannya.
Yesus berkata kepada orang itu,
"Pulanglah ke rumahmu, kepada orang-orang sekampungmu,
dan beritahukanlah kepada mereka
segala yang telah diperbuat oleh Tuhan atasmu,
dan ceriterakanlah bagaimana Ia telah mengasihani engkau!"
Orang itu pun pergi, dan mulai memberitakan di daerah Dekapolis
segala apa yang telah diperbuat Yesus atas dirinya
dan mereka semua menjadi heran.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Tiga hari terakhir ini kita disuguhi Bacaan Injil tentang "ancaman" yang dihadapi oleh Yesus dan rombongan-Nya.
Dua hari yang lalu, dari Injil dikisahkan kalau Yesus dan rombongan diterjang badai ketika mereka menyeberang di danau.
Lalu kemarin, Yesus malah diancam hendak dibunuh. Orang-orang membawa Yesus ke tebing gunung untuk melemparkan Dia dari tebing itu.
Tetapi kita tahu dan percaya, kalau kedua "ancaman" itu sesungguhnya bukanlah ancaman bagi Yesus.
Bagi kita manusia, tentulah keduanya adalah ancaman yang serius, tetapi tidak bagi Yesus.
Manalah mungkin angin badai dapat mengancam nyawa Yesus, apalagi sekumpulan orang-orang yang hendak membunuh Yesus, manalah mungkin.

Hari ini, ketika tiba di Gerasa, seberang danau Galilea, Yesus dan rombongan dihadang oleh segerombolan roh jahat yang sangat kuat dan jumlahnya banyak.
Ini juga bukan ancaman bagi Yesus, walau pun sebagian besar dari kita, baru mendengar sebutannya saja kita sudah  merasa ketakutan.
Di tempat yang sunyi dan gelap kita ketakutan padahal belum tentu ada hantunya. Ini terjadi karena saking takutnya.

Sesungguhnya rombongan roh jahat itulah yang takut kepada Yesus, bukan sebaliknya.
Mereka mendatangi Yesus, menyembah Dia sambil berseru, "Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi?  Demi Allah, jangan siksa aku!"
Seharusnya itu pula yang terjadi dengan diri kita sendiri, tak ada ceritanya kita takut sama penguasa kegelapan, iblis, atau pun roh jahat lainnya.
Keliru kalau kita takut kepada mereka, apalagi sampai datang kepada mereka melalui dukun atau pihak lain untuk meminta pertolongan dari mereka, mana bisa begitu?

Iblis atau roh jahat yang mana pun, sangat takut dengan yang namanya Tuhan, termasuk takut kepada iman yang ada dalam diri manusia.
Jika kita beriman, maka roh jahat tak akan berani macam-macam.
Tentu kita masih ingat para murid Yesus gagal menolong orang yang kerasukan setan, apa yang dikatakan oleh Yesus?
Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, -- maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu."
Ya, jika kita punya iman, sebesar biji sesawi yang sangat kecil itu saja sudah lebih dari cukup untuk mengusir roh jahat.
Iman kita itu ibarat terang, yang pasti akan menghalau kegelapan.
Tidak ada ceritanya gelap dapat meniadakan terang.
Gelap akan muncul ketika tidak ada terang.
Nah, jika kita punya terang, maka gelap akan otomatis lenyap.

Seandainya, kita telah memiliki iman, tetapi mengapa roh jahat itu masih saja mengintai kita?
Ya, terang itu pasti menghalau kegelapan, tetapi sekaligus juga menghasilkan bayangan.
Bayangan itu bukan kegelapan.
Bayangan memang akan selalu ada menyertai terang karena ia dihasilkan dari terang.
Maka, bayangan ini bukan sesuatu yang kita khawatirkan, biarlah bayangan turut mewarnai hidup kita.
Hidup kita itu ibarat lukisan, ada warna-warna terang dan warna gelap akan membuat lukisan itu semakin indah.
Jadi, bayangan itu bukan iblis, bukan hantu, bukan roh jahat.
Bayangan itu adalah kesedihan, kesusahan, dan penderitaan hidup.
Bayangan adalah salib yang mesti kita pikul.



Peringatan Orang Kudus
Santa Marcella, Martir
Marcella dikenal sebagai putri bangsawan Romawi yang beragama Kristen.  Ia menikah dengan seorang pangeran Roma.  Pernikahan ini tidak berlangsung lama karena suaminya meninggal dunia beberapa bulan kemudian.
Pengalaman pahit ini membukakan bagi Marcella pintu masuk menuju suatu cara hidup baru yakni cara hidup religius-asketis.  Dengan cara hidup ini, Marcella bermaksud mengabdikn dirinya kepada Tuhan semata-mata dengan doa, puasa dan tapa sambil melakukan perbuatan-perbuatan baik kepada para miskin dan melarat di kota Roma.  Cara hidup religius-asketis yang dijalaninya mengikuti pola yang dipraktekkan oleh para rahib di dunia Timur.
Dalam menjalani cara hidup ini, ia dibimbing oleh Santo Yerome.  Banyak wanita Roma lainnya mengikuti Marcella.  Mereka berdoa dan berpuasa serta mengenakan mode pakaian yang sama dengan yang dikenakan Marcella.  Bersama Marcella, mereka mengabdikan diri pada pelayanan orang-orang miskin dan terlantar.  Perkumpulan religius-asketis ini terus berkembang pesat.  Pengikut-pengikutnya semakin banyak.  Karena itu Marcella membangun beberapa biara di seluruh kota Roma.
Karena komunitas ini berpengaruh luas di seluruh kota, Marcella kemudian ditangkap dan dianiaya oleh orang-orang Goth (Jerman) yang pada waktu itu menguasai Roma.  Marcella meninggal sebagai seorang martir Kristus kira-kira pada akhir Agustus 410.

Santo Yohanes Bosko, Imam
Yohanes Melkior Bosko lahir pada tanggal 16 Agustus 1815 di Becchi, sebuah desa dekat kota Torino, Italia.  Ketika menanjak remaja, anak petani sederhana ini tidak diperkenankan masuk sekolah oleh orang tuanya karena diharuskan bekerja di ladang.  Dalam situasi ini ia diajar oleh seorang imam tua yang baik hati.  Jerih payah imam tua ini menyadarkan orang tua Bosko akan pentingnya nilai pendidikan.  Oleh karena itu, sepeninggal imam tua itu, ibunya menyekolahkan dia ke Castelnuovo.  Pendidikan di Castelnuovo ini diselesaikannya dalam waktu satu setengah tahun.  Kemudian ia mengikuti pendidikan imam di Seminari Chieri dan ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1841.
Karyanya sebagai imam diabdikan seluruhnya pada pendidikan kaum muda.  Ia membuka sebuah perkumpulan untuk menampung anak-anak muda yang terlantar, buta huruf dan miskin.  Cita-citanya ialah mendidik para kawula muda itu menjadi manusia-manusia yang berguna dan mandiri.  Ia berhasil mengumpulkan 1000 orang pemuda dari keluarga-keluarga yang miskin.  Dengan penuh kesabaran, pengertian dan kasih sayang, ia mendidik mereka hingga mereka menjadi manusia yang baik dan bertanggung jawab.  Salah seorang muridnya yang terkenal ialah Dominikus Savio, yang kemudian menjadi Orang Kudus.
Keberhasilannya itu terus membakar semangatnya untuk memperluas karyanya.  Untuk itu ia mendirikan sebuah rumah yatim piatu dan asrama.  Dengan demikian para pemuda itu dapat tinggal bersama dalam satu rumah untuk belajar dan melatih diri dalam ketrampilan-ketrampilan yang berguna untuk hidupnya.  Untuk pendidikan ketrampilan, Bosko merubah dapur di rumah ibunya menjadi sebuah bengkel sepatu dan bengkel kayu.  Bengkel inilah merupakan Sekolah Teknik Katolik yang pertama.  Sekolah ini tidak hanya menghindarkan pemuda-pemuda itu dari aksi-aksi kenakalan remaja, tetapi juga menciptakan pemimpin-pemimpin di bidang industri dan teknik.  Lebih dari itu, cara pendidikan dan cara hidup Bosko sendiri berhasil membentuk kepribadian pemuda-pemuda itu menjadi orang-orang Kristen yang taan agama bahkan saleh.
Pada tahun 1859 atas restu Paus Pius IX (1846-1878), Bosko mendirikan sebuah tarekat religius untuk para imam dan bruder, yang dinamakan Kongregasi Salesian.  Kemudian pada tahun 1872, bersama Santa Maria Mazzarello, Bosko mendirikan Serikat Puteri-puteri Maria yang mengabdikan diri dalam bidang pendidikan kaum puteri.
Bosko mendirikan banyak perkumpulan dan sekolah.  Ia dikenal sebagai perintis penerbitan Katolik dan rajin menulis buku-buku dan pamflet.  Ia pun mendirikan banyak gereja dan membantu meredakan pertentangan antara Takhta Suci dan para penguasa Eropa.  Dalam karyanya yang besar ini, Bosko selalu menampilkan diri sebagai seorang imam yang saleh, penuh disiplin dan rajin berdoa.  Ia menjadi seorang Bapa Pengakuan yang terpercaya di kalangan kaum remaja.
Pada saat-saat terakhir hidupnya, ia menyampaikan pesan indah ini: "Katakanlah kepada anak-anakku, 'Aku menanti mereka di surga!' ".  Ia meninggal dunia pada tahun 1888 dalam usia 72 tahun.  Pada tanggal 2 Juni 1929, Yohanes Melkior Bosko dinyatakan sebagai 'Beato' (Yang Bahagia) dan pada tanggal 1 April 1934 ia digelari 'Santo' oleh teman dekatnya Paus Pius XI (1922-1929).

Santo Aidan, Uskup dan Pengaku Iman
Aidan tinggal di sebuah biara di pulau Iona yang didirikan oleh Santo Kolumbanus.  Biara inilah yang menghasilkan banyak imam misionaris untuk Skotlandia dan Inggris Utara.  Aidan terkenal ketika pada tahun 634 ia diutus sebagai misionaris di Kerajaan Umbria Utara atas permintaan Santo Oswaldus, Raja Umbria Utara.
Sebelumnya pernah seorang imam berkarya di daerah itu, namun ia kurang berhasil.  Kepada Aidan ia mengutarakan alasan kegagalannya: "Orang Umbria belum beradab, kepala batu bahkan masih liar.  Sangat sulit kita mempertobatkan mereka".  Aidan menjawab: "Menghadapi orang-orang kafir, kita hendaknya terlebih dahulu memberi kesaksian tentang seluruh ajaran iman Kristen dengan tingkah laku dan tutur kata kita yang sesuai dengan ajaran iman itu.  Mungkin Anda terlalu tegas terhadap mereka dan menyajikan ajaran-ajaran iman dengan cara yang sulit dipahami.  Seturut nasehat para Rasul, seharusnya Anda lebih dahulu menyajikan kepada mereka ajaran-ajaran yang mudah dicerna; kemudian apabila mereka sudah dikuatkan oleh Sabda Allah, barulah ajaran-ajaran yang lebih berat untuk dipahami dan dilaksanakan disajikan kepada mereka".
Aidan kemudian diutus ke Kerajaan Umbria.  Dengan cara hidupnya dan tutur katanya yang lemah lembut, ia bersama Raja Oswaldus berhasil mengkristenkan rakyat Umbria.  Ia menjadi gembala yang disenangi karena contoh dan teladan hidupnya.  Ia pun tidak segan-segan menegur para petinggi kerajaan jika tingkah laku mereka tidak sesuai dengan tuntutan ajaran Kristen.  Oswaldus bersama seluruh rakyat sangat senang dengan Aidan.
Setelah ditahbiskan menjadi uskup, Aidan menetap di pulau Lindisfarne yang kelak disebut 'Pulau Suci', karena biara yang didirikannya di sana menghasilkan banyak imam misionaris yang saleh.  Aidan meninggal dunia pada tahun 651 dan hingga kini dihormati sebagai rasul bangsa Inggris Utara, sebagai Santo Agustinus dari Canterbury untuk Inggris Selatan.



https://liturgia-verbi.blogspot.co.id/