Liturgia Verbi 2019-09-28 Sabtu.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXV

Sabtu, 28 September 2019

PF S. Wenseslaus, Martir
PF S. Laurensius Ruiz dkk. Martir



Bacaan Pertama
Za 2:1-5.10-11a

"Aku datang dan tinggal di tengah-tengahmu."

Pembacaan dari Nubuat Zakharia:

Aku, Zakharia, melayangkan mataku dan melihat:
Tampak seorang yang memegang tali pengukur.
Aku lalu bertanya, "Ke manakah engkau pergi?"
Maka ia menjawab, "Ke Yerusalem, untuk mengukurnya,
untuk melihat berapa lebar dan panjangnya."

Lalu malaikat yang berbicara dengan daku maju ke depan.
Sementara itu seorang malaikat lain maju,
mendekatinya dan diberi perintah,
"Larilah, katakanlah kepada orang muda di sana itu, demikian,
'Yerusalem akan tetap tinggal seperti padang terbuka
oleh karena banyaknya manusia dan hewan di dalamnya.
Dan Aku sendiri,' demikianlah sabda Tuhan,
'akan menjadi tembok berapi di sekelilingnya,
dan Aku akan menjadi kemuliaan di dalamnya."

"Bersorak-sorailah dan bersukarialah, hai puteri Sion,
sebab sesungguhnya Aku datang dan tinggal di tengah-tengahmu,"
demikianlah sabda Tuhan,
"dan pada waktu itu
banyak bangsa akan menggabungkan diri kepada Tuhan
dan akan menjadi umat-Ku,
dan Aku akan tinggal di tengah-tengahmu."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Yer 31:10.11-12ab.13,R:10d

Refren: Tuhan menjaga kita
seperti gembala menjaga kawanan dombanya.

*Dengarlah firman Tuhan, hai bangsa-bangsa,
dan beritahukanlah di tanah-tanah pesisir yang jauh,
katakanlah: Dia yang telah menyerakkan Israel
akan menghimpunnya kembali,
dan menjaganya seperti gembala menjaga kawanan dombanya!

*Sebab Tuhan telah membebaskan Yakub,
telah menebusnya dari tangan orang yang lebih kuat dari padanya.
Mereka akan datang bersorak-sorai di atas bukit Sion,
muka mereka akan berseri-seri karena kebajikan Tuhan.

*Waktu itu anak-anak dara akan bersukaria menari beramai-ramai,
orang muda dan orang-orang tua akan bergembira,
Aku akan mengubah perkabungan mereka menjadi kegirangan,
akan menghibur dan menyukakan mereka sesudah kedukaan.



Bait Pengantar Injil
2Tim 1:10b

Penebus kita Yesus Kristus telah membinasakan maut.,
dan menerangi hidup dengan Injil.



Bacaan Injil
Luk 9:43b-45

"Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia. 
Mereka tidak berani menanyakan arti perkataan itu kepada-Nya."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Semua orang heran karena segala yang dilakukan Yesus.
Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,
"Dengarkan dan camkanlah segala perkataan-Ku ini:
Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia."

Mereka tidak mengerti perkataan itu,
sebab artinya tersembunyi bagi mereka,
sehingga mereka tidak dapat memahaminya.
Dan mereka tidak berani
menanyakan arti perkataan itu kepada-Nya.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Hari ini kita merenungkan dari Daily Fresh Juice berikut ini:

Para Pendengar dan Pewarta Daily Fresh Juice,
Yesus menyampaikan informasi yang sangat penting kepada para murid-Nya,
informasi yang lebih bersifat nubuatan, yang belum terjadi tetapi akan terjadi,
"Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia."
Rupanya para murid Yesus tidak memahami apa yang disampaikan oleh Yesus ini,
dan mereka tidak berani menanyakan arti perkataan-Nya.
Mereka tidak berusaha untuk mencari tahu, supaya mengerti.
Mereka memilih mengabaikannya saja,
padahal Yesus telah mendahului pernyataan-Nya itu dengan berkata,
"Dengarkan dan camkanlah segala perkataan-Ku ini".
Tentu maksud Yesus agar para murid memperhatikan baik-baik
apa yang dikatakan oleh Yesus, mengimaninya sebagai sesuatu yang sangat penting,
yang sama sekali tidak boleh diabaikan.

Ini adalah kali kedua Yesus memberitahukan tentang penderitaan-Nya.
Sebelumnya Yesus telah menyampaikan hal yang sama,
dan bahkan dengan lebih terang-terangan,
"Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan
dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat,
lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga." [Lukas 9 Ayat 22]

Karena pentingnya informasi yang disampaikan oleh Yesus ini
maka Yesus mengulangi pemberitahuannya itu,
bukan dua kali, tapi tiga kali Yesus mengulanginya.
Pada kesempatan ketiga Yesus secara khusus memanggil kedua belas murid-Nya
untuk menyampaikan hal penting ini,
"Sekarang kita pergi ke Yerusalem
dan segala sesuatu yang ditulis oleh para nabi mengenai Anak Manusia
akan digenapi.
Sebab Ia akan diserahkan kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah,
diolok-olokkan, dihina dan diludahi,
dan mereka menyesah dan membunuh Dia,
dan pada hari ketiga Ia akan bangkit."  [Lukas 18 Ayat 31-33].

Sampai tiga kali Yesus menyampaikannya,
tetapi para murid tetap saja tidak memahaminya.
Mengapa bisa seperti ini?
Ada yang menafsirkan seperti ini: 
para murid itu memang lemot, telmi (telat mikir),
padahal perkataan Yesus itu sudah cukup jelas,
apalagi sampai diulangi sebanyak tiga kali.
Ah, kok saya kurang setuju ya.
Saya lebih setuju dengan tafsir lain, yang mengatakan,
mereka itu bukannya tidak mampu memahami, melainkan tidak mau.
Tidak mampu dan tidak mau itu memang berbeda.
Percuma saja mampu kalau tidak mau,
masih mendingan mau sekali pun tidak mampu,
karena akan dimampukan.

Pada waktu itu,
Yesus sedang pada posisi puncak, sedang beken-bekennya.
Para murid itu larut dalam kebanggaan dan sukacita
menyaksikan kebesaran Allah dalam mujizat-mujizat yang diperbuat oleh Yesus.
Mereka dinina-bobokkan oleh decak kagum orang banyak
yang mengelu-elukan Yesus.
Ada begitu banyak orang yang terus mengikuti kemana Yesus pergi.
Jika situasinya seperti ini,
mana ada orang yang berani mencelakai Yesus?

Pernyataan bahwa Yesus akan mengalami penderitaan,
apalagi sampai disiksa dan dibunuh,
bagi para murid merupakan sesuatu yang tak masuk akal.
Pernyataan Yesus yang bersifat paradoksal itu
memang tidak mudah untuk diterima,
pernyataan yang bertentangan dengan pendapat publik pada waktu itu.

Yesus tentu tahu
kalau pernyataan-Nya itu sulit diterima oleh para murid.
Oleh sebab itulah Yesus mengulanginya sampai tiga kali,
dan menggaris-bawahinya dengan berkata,
"Dengarkan dan camkanlah segala perkataan-Ku ini".


Para Pendengar dan Pewarta Daily Fresh Juice,
Kita mempunyai kecenderungan
untuk mendengar apa yang ingin kita dengarkan.
Kita cenderung menolak sesuatu
yang tidak ingin kita dengarkan, cenderung mengabaikannya.
Lalu kita pun memilih untuk menjadi kurang mempercayainya.

Belakangan ini kita menerima begitu banyak informasi,
sehingga menyulitkan kita
untuk menganggapnya sebagai kebenaran atau kebohongan.
Jika kita berpatokan pada cara tadi,
hanya mendengar yang memang ingin kita dengar, bisa runyam urusannya.
Sangat mungkin kita akan hanyut dalam arus penyesatan.

Saya selalu berpatokan pada sumbernya,
darimana informasi itu berasal.
Jika sumbernya tidak jelas, maka patut diwaspadai
sebelum memutuskan untuk mempercayainya.
Tetapi jika bersumber dari media mainstream,
media yang telah teruji integritasnya, bolehlah saya mempercayainya.
Tetapi kalau hanya sekedar postingan di media sosial, nanti dululah.

Injil adalah sumber yang sangat saya percayai, seratus persen.
Makanya,
apa pun yang ditulis di situ,
patut saya dengarkan dan saya camkan,
tak boleh ada keragu-raguan,
sekali pun terhadap sesuatu yang bersifat paradoks menurut nalar duniawi saya.
Bagi saya prinsipnya sederhana saja,
jika pemahaman saya berbeda dengan yang ditulis di dalam Injil,
maka yang ditulis di dalam Injillah yang benar, bukan pendapat saya.
Saya menutup peluang, sebesar apa pun peluangnya itu,
untuk bersikap paradoksal terhadap Injil.
Itu semua karena saya percaya Yesus adalah Kristus,
maka saya pun berusaha mematuhi perintah-Nya,
untuk mendengarkan dan mencamkan semua yang dikatakan-Nya,
lalu mempercayainya sebagai kebenaran yang hakiki.

Jika saya percaya kepada Yesus Kristus,
percaya kalau Yesus adalah penyelamat saya,
patutkah saya meragukan perintah dan ajaran-Nya?
Mungkinkah seorang yang baik akan menyesatkan saya?
Ini sama seperti ketika kita datang ke dokter karena sakit,
tentu karena kita percaya sama dokternya, sebagai orang yang akan menolong kita.
Maka sudah semestinya kita mempercayai apa yang dikatakan oleh dokter
dan mematuhi perintahnya untuk meminum obat seperti yang disarankannya.
Apa iya kita lebih mempercayai yang bukan dokter untuk urusan sembuh?

Para Pendengar dan Pewarta Daily Fresh Juice,
di Bulan Kitab Suci Nasional ini,
marilah kita perbanyak waktu kita
untuk mendengarkan dan men-cam-kan Injil,
marilah kita nihilkan keragu-raguan kita akan perintah dan ajaran Yesus.
Marilah kita menjadi pelaku firman,
yaitu orang yang mendengarkan, men-cam-kan ajaran Yesus,
lalu menjalankannya.
Amin.



Peringatan Orang Kudus
Santo Wenseslaus, Raja Bohemia, Martir
Bila dilihat dengan kacamata Gereja dewasa ini, Wenseslaus dapat dikatakan sebagai seorang awam Katolik yang mewarnai pemerintahan negara dengan asas-asas Kristiani sebagaimana diajarkan Kristus. Sebagai raja negeri Wratislav, Cekoslovakia, Wenseslaus dalam usianya yang masih begitu muda tampil sebagai seorang pemimpin yang berjiwa Kristen. Ia berada di dalam dunia dan berdiri tegak dengan semangat Kristiani memimpin rakyatnya dan menghadapi berbagai gejolak politik di negerinya.
Wenseslaus lahir di sebuah kota dekat Praha pada tahun 907 (buku lain 903). Ayahnya, Wratislaw, adalah seorang pangeran,dan penguasa negeri Bohemia yang dikenal saleh dan bijaksana. Ia memimpin rakyatnya berdasarkan asas-asas ajaran Kristiani. Ibunya, Dragomira, dikenal angkuh, gila hormat dan kuasa. Ia masih bermental kafir dan akrab dengan orang-orang kafir.
Oleh karena kekafiran isterinya Dragomira, Wratislaw mempercayakan pendidikan anaknya kepada ibu kandungnya Ludmila. Ludmila, nenek Wenseslaus, dikenal sebagai seorang wanita yang saleh dan baik hati. Ia menyekolahkan Wenseslaus di Budetch, sebuah sekolah Latin yang tinggi mutunya.
Ketika Wenseslaus berusia 13 tahun, ayahnya meninggal dunia sewaktu memerangi kaum Magyars pada tahun 920. Dengan itu kekuasaan kerajaan jatuh ke tangan ibunya, Dragomira. Watak kekafiran Dragomira benar-benar terlihat jelas di dalam caranya memerintah. Ia menimbulkan banyak kekacauan karena menyokong orang-orang kafir untuk menyerang para pemimpin Katolik beserta seluruh umat. Korban pertama ialah Ludmila, ibu kandung Wratislaw, yang mendidik dan membesarkan Wenseslaus. Ludmila mati dicekik oleh kaki tangan Dragomira.
Pembunuhan atas Ludmila semakin memperburuk situasi negara. Dari dalam dan dari luar Bohemia datang banyak reaksi keras. Pangeran Bayern memaksa Dragomira meletakkan jabatannya dan mendesak Wenseslaus naik takhta menggantikan ibunya yang korup itu. Wenseslaus yang baru berusia 15 tahun mengambil alih kekuasaan pada tahun 922. Dengan dukungan banyak orang, ia memimpin rakyatnya. Cita-citanya ialah mewujudkan suatu negara yang adil dan makmur berlandaskan asas-asas Kristiani.
Dengan seluruh sikap hidupnya, Wenseslaus berhasil memimpin rakyatnya. Ia dikenal sebagai seorang raja yang saleh, berani dan murah hati terutama kepada para janda dan anak yatim-piatu. Ia meringankan beban hidup orang-orang miskin, mengunjungi para tawanan untuk menghibur mereka. Lebih dari itu konon pada musim dingin ia sendiri menghantar kayu bakar kepada keluarga-keluarga miskin di sekitarnya.
Karyanya diletakkan di atas landasan iman yang kokoh. Ia menaruh devosi yang tinggi terhadap Sakramen Mahakudus. Kerapkali ia sendiri menjadi misdinar yang melayani imam pada waktu perayaan Ekaristi.  Sering ia mengunjungi gereja pada tengah malam untuk berdoa di hadapan Sakramen Mahakudus.
Tetapi sebagaimana biasa kepemimpinan yang jujur dan adil senantiasa tidak luput dari berbagai rintangan bahkan ancaman. Banyak pembesar kerajaan tidak senang dengan Wenseslaus karena kejujuran dan keadilannya. Pemimpin para lawannya ialah adik kandungnya sendiri, yaitu Boleslaw yang didukung oleh Dragomira. Bersama pembesar lainnya, Boleslaw berusaha membunuh Wenseslaus dan melenyapkan agama Katolik dari bumi Bohemia. Untuk itu mereka mencari kesempatan emas yang tepat untuk pelaksanaan niat jahat itu.
Kelahiran putera sulung Boleslaw merupakan kesempatan emas itu. Boleslaw mengadakan suatu perjamuan besar untuk merayakan kelahiran puteranya. Ia mengundang Wenseslaus bersama seluruh pembesar kerajaan. Pada kesempatan itulah, Boleslaw menyerang kakaknya dari belakang dan menusuknya dengan sebilah pedang. Sebelum menghembuskan nafas terakhir, Wenseslaus berkata: "Adikku, semoga Tuhan mengampuni engkau."
Wenseslaus adalah awam Katolik yang tangguh. Ia dibunuh karena perjuangannya menegakkan kebenaran dan keadilan, kejujuran dan cinta kasih sepanjang masa pemerintahannya. Memang ia mati sebagai seorang negarawan, namun apa yang diperjuangkan dan dipertahankannya sesungguhnya nilai-nilai hidup yang abadi berdasarkan ajaran Kris­tus dan GerejaNya. Oleh karena itu ia digelari sebagai Saksi Iman, Martir Kristus. Makamnya dikunjungi oleh banyak peziarah. Ia dihormati sebagai pelindung negeri Cekoslovakia modern dan dikenal sebagai tokoh awam Katolik yang mampu menerjemahkan ajaran-ajaran iman di dalam penyelenggaraan pemerintahan negara. Banyak mujizat terjadi atas orang-orang yang berdoa dengan perantaraannya. Tetapi mujizat terbesar ialah pertobatan Boleslaw adiknya, pembunuh yang bengis itu. Wenseslaus baru berusia 22 tahun ketika ia gugur sebagai pelindung Gereja Kristus serta pembela keadilan dan kejujuran.

Santa Eustakia, Perawan
Eustakia adalah puteri bungsu Santa Paula, janda seorang bangsawan Romawi. Ia dikenal sebagai gadis Romawi pertama yang mengikrarkan kaul kemurnian hidup bagi Kristus. Oleh Santo Hieronymus, pembimbing rohaninya di Betlehem Eustakia diberi julukan "Bunga para Gadis."
Ketika ibunya Paula meninggalkan segala-galanya dan berangkat ke Palestina untuk mengurbankan hidupnya demi Kristus dan kepentingan sesama, Eustakia menemaninya. Ia mau menjadi seperti ibunya dalam hal pengabdian kepada Kristus dan sesama. Di Palestina, mereka berdua bersama-sama mengunjungi berbagai tempat suci yang pernah disinggahi Kristus semasa hidupNya. Paula, ibunya mendirikan sebuah biara di Betlehem dan Eustakia menjadi salah satu anggota biara itu.
Sepeninggal ibunya, Eustakia menjadi pemimpin biara itu di bawah bimbingan Santo Hieronymus. Sebagai pemimpin biara, Eustakia benar­benar menunjukkan teladan hidup yang cemerlang dalam mengamalkan segala kebajikan Kristiani demi kemuliaan Kristus.
Santo Hieronymus sangat mengagumi cara hidup Eustakia. Ada beberapa surat yang ditulisnya kepada Eustakia untuk menunjukkan kekagumannya pada cara hidup Eustakia. Dalam salah satu suratnya ia menulis: "Eustakia, anakku dan adikku yang terkasih di dalam Kristus, Tuhan! Umurku dan kasih-sayangku memperkenankan aku menggunakan kata-kata seperti itu. Sesungguhnya Tuhan telah menciptakan engkau untuk menjadi orang terkemuka di antara para gadis Romawi. Oleh karena itu, berjuanglah sekuat tenagamu agar tugasmu yang suci mulia itu kau selesaikan sampai tuntas di dalam nama Kristus Tuhan kita. Kiranya kebahagiaan yang telah kauperoleh dari Kristus, tidaklah hilang karena kebodohan yang hanya menuntut pengorbanan yang setengah-setengah."
Sebaliknya cara hidup Eustakia menjadi dorongan moral yang besar bagi Santo Hieronymus dalam usahanya menyelesaikan terjemahan Kitab Suci ke dalam bahasa Latin. Setelah mengabdi Tuhan dalam waktu yang cukup lama, Eustakia meninggal dunia pada tahun 419. Tidak lama kemudian Santo Hieronymus pun menyusuli dia ke dalam kebahagiaan surgawi yang tak kunjung berakhir.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi