Liturgia Verbi 2020-11-08 Minggu.

Liturgia Verbi (A-II)
Hari Minggu Biasa XXXII

Minggu, 8 November 2020



Bacaan Pertama
Keb 6:13-17

"Kebijaksanaan ditemukan oleh mereka yang mencarinya."

Pembacaan dari Kitab Kebijaksanaan:

Kebijaksanaan itu bersinar dan tak dapat layu,
mudah dipandang oleh yang kasih kepadanya,
dan ditemukan oleh mereka yang mencarinya.
Ia mendahului memperkenalkan diri
kepada yang menginginkannya.

Barangsiapa pagi-pagi bangun demi kebijaksanaan
tak perlu bersusah payah,
sebab kebijaksanaan itu ditemukannya duduk di dekat pintu.
Merenungkan kebijaksanaan merupakan pengertian sempurna,
dan siapa yang berjaga karena kebijaksanaan
segera akan bebas dari kesusahan.

Sebab kebijaksanaan sendiri berkeliling
mencari orang yang patut baginya,
dan dengan rela memperlihatkan diri
kepada mereka yang mencarinya;
kebijaksanaan dijumpai pada tiap-tiap pemikiran mereka.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 63:2.3-4.5-6.7-8,R;2b

Refren: Jiwaku haus akan Dikau, ya Tuhan Allahku.

*Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau,
jiwaku haus akan Dikau, tubuhku rindu kepada-Mu,
seperti tanah yang kering dan tandus,
yang tiada berair.

*Demikianlah aku rindu memandangmu di tempat kudus,
sambil melihat kekuatan dan kemuliaan-Mu.
Sebab kasih setia-Mu lebih baik daripada hidup;
bibirku akan memegahkan Dikau.

*Aku mau memuji Engkau seumur hidupku,
dan menaikkan tanganku demi nama-Mu.
Seperti dijamu lemak dan sumsum jiwaku dikenyangkan,
bibirku yang bersorak-sorai, mulutku memuji-muji.

*Di tempat tidurku aku ingat kepada-Mu,
sepanjang kawal malam aku merenungkan Dikau.
Sungguh, Engkau telah menjadi pertolonganku,
dan dalam naungan sayap-Mu aku bersorak-sorai.



Bacaan Kedua
1Tes 4:13-18

"Mereka yang telah meninggal dalam Yesus
akan dikumpulkan Allah bersama dengan Yesus."

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Tesalonika:

Saudara-saudara,
kami ingin agar kamu mengetahui
tentang orang-orang yang sudah meninggal,
supaya kamu jangan berdukacita
seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan.
Karena kalau kita percaya
bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit,
maka kita percaya juga
bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus
akan dikumpulkan Allah bersama dengan Yesus.

Hal ini kami katakan kepadamu seturut sabda Allah ini:
Kita yang hidup dan masih tinggal sampai kedatangan Tuhan
sekali-kali takkan mendahului mereka yang sudah meninggal.
Sebab pada waktu tanda diberikan,
yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru
dan sangkakala Allah berbunyi,
Tuhan sendiri akan turun dari surga.
Dan mereka yang meninggal dalam Kristus Yesus
akan lebih dahulu bangkit.
sesudah itu, kita yang hidup dan masih tinggal
akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan
menyongsong Tuhan di angkasa.
Karena itu
hendaklah kamu saling menghibur dengan perkataan-perkataan ini.

Demikianlah sabda Tuhan.


ATAU BACAAN SINGKAT
1Tes 3:13-14

Mereka yang telah meninggal dalam Yesus
akan dikumpulkan Allah bersama dengan Yesus.

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Tesalonika:

Saudara-saudara,
kami ingin agar kamu mengetahui
tentang orang-orang yang sudah meninggal,
supaya kamu jangan berdukacita
seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan.
Karena kalau kita percaya
bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit,
maka kita percaya juga
bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus
akan dikumpulkan Allah bersama dengan Yesus.

Demikianlah sabda Tuhan.



Bait Pengantar Injil
Mat 24:42a.44

Berjaga-jagalah dan bersiap-sedialah,
sebab Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga.



Bacaan Injil
Mat 25:1-13

"Mempelai datang! Songsonglah dia!"

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Pada suatu hari
Yesus mengucapkan perumpamaan ini kepada murid-murid-Nya,
"Hal Kerajaan Surga itu seumpama sepuluh gadis
yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki.
Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana.
Yang bodoh itu membawa pelita, tetapi tidak membawa minyak,
sedangkan yang bijaksana,
selain pelita juga membawa minyak dalam buli-bulinya.
Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang,
mengantuklah mereka semua, lalu tertidur.

Tengah malam terdengarlah suara berseru,
'Mempelai datang! Songsonglah dia!'
Gadis-gadis itu pun bangun semuanya
lalu membereskan pelita mereka.
Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada yang bijaksana,
'Berilah kami sedikit dari minyakmu,
sebab pelita kami mau padam.'
Tetapi yang bijaksana menjawab,
'Tidak,
jangan-jangan nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu.
Lebih baik kamu pergi membelinya pada penjual minyak.'

Tetapi, sementara mereka pergi membelinya,
datanglah mempelai,
dan mereka yang telah siap sedia
masuk bersama dia ke dalam ruang perjamuan nikah.
Lalu pintu ditutup.

Kemudian datanglah juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata,
'Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu!'
Tetapi tuan itu menjawab,
'Sungguh, aku berkata kepadamu,
aku tidak mengenal kamu.'

Karena itu, berjaga-jagalah,
sebab kamu tidak tahu akan hari maupun saatnya."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Mari kita awali renungan minggu ini dengan mempelajari bagaimana seharusnya relasi iman antara kita dengan Allah.
Tuhan tentu tahu seberapa tinggi kadar dan ketebalan iman kita, tetapi jika kita enggan berkomunikasi dengan-Nya, sekali pun iman kita besar, tetap saja tidak ada gunanya.
Memiliki iman yang besar masih belum cukup, kita juga mesti menyatakannya, baik dengan sikap, perkataan, dan juga perbuatan.
Dengan demikianlah kita akan dapat menghasilkan buah-buah iman.

Lima orang gadis yang dikisahkan pada Bacaan Injil hari ini mencerminkan contoh yang baik, yakni 5 gadis yang kurang bijak dalam menjalankan kewajibannya.
Bisa jadi saja kelima gadis itu sesungguhnya membawa minyak bagi pelitanya, tetapi karena mempelai lama tidak datang-datang juga, maka mereka pun kehabisan minyak.
Mereka membawa minyak pas-pasan, sehingga menjadi masalah ketika yang terjadi tidak seperti yang direncanakan.
Sangat mungkin sesuatu terjadi di luar kehendak kita, di luar yang telah kita rencanakan sebelumnya, lalu itu kita jadikan "kambing hitam" karena kita tak mau disalahkan.

Bagaimana dengan lima gadis lainnya itu?
Mereka membawa cadangan minyak yang cukup untuk mengantisipasi hal-hal di luar dugaan terjadi.
Ini bijaksana, karena mereka tidak berpikir, "Ah, percuma saja bawa minyak lebih, toh nanti tak terpakai." atau pemikiran-pemikiran "menggampangkan" lainnya.
Tugas membawa pelita adalah tugas penting, dan takkan ada gunanya jika kehabisan minyak, pelita tak bisa memancarkan sinarnya.
Selanjutnya, ketika temannya meminta cadangan minyak miliknya, mereka menolak memberikan.
Nampak seolah-olah mereka itu pelit, tidak mau membantu orang yang membutuhkan pertolongannya.
Menurut saya mereka justru bijaksana, karena mendahulukan yang lebih penting.
Jika mereka berbagai minyak, bisa jadi saja semua pelita akan kehabisan minyak.
Masih lebih baik jika separuh dari plita itu masih tetap menyala, apalagi untuk kepentingan yang lebih besar daripada sekedar menolong teman.
Mereka membiarkan dikatakan "pelit" daripada gagal menjalankan tugas penting.

Ini penting untuk selalu kita cermati.
Janganlah kita merasa "tidak sempat" ketika mesti berdoa, membaca Injil atau mengikuti perayaan-perayaan di gereja, tetapi selalu ada waktu untuk menonton "drakor".
Menjalin relasi dengan Allah itu tak mengenal kata "tak sempat", harus menjadi prioritas utama dan mesti didahulukan daripada kepentingan lainnya.



Peringatan Orang Kudus
Santa Teoktista, Pengaku Iman
Biarawati muda ini diculik oleh orang-orang Arab Muslim, tetapi kemudian ia dapat meloloskan dirinya dan hidup sebagai pertapa di dalam hutan selama 35 tahun.  Sesaat sebelum meninggal dunia, ia ditemukan oleh seorang pemburu Kristen yang kemudian membawakan komuni suci kepadanya. Ia wafat pada abad ke-9.

Santo Klaudius dkk, Martir
Klaudius, Nikostrat, Simporian dan Kastor dikenal sebagai pemahat-pemahat Kristen yang terkenal. Hasil pahatan mereka laris di kalangan bangsawan Romawi, tak terkecuali kaisar. Biasanya sebelum mereka bekerja, mereka selalu membuat tanda salib, untuk memohon bantuan Tuhan agar karya mereka dapat berhasil dengan baik. Kebiasaan mereka ini secara diam-diam diperhatikan oleh kawan-kawannya. Seorang kawan mereka bernama Simpli yang terkesan dengan cara macam itu tertarik pada mereka terutama karena hasil karya mereka yang selalu laris terbeli.
Kepadanya Simporian menerangkan arti tanda salib itu dan tujuannya: "Yesus Kristus menebus dosa-dosa umat manusia dengan memikul salib penderitaannya menuju Kalvari. Oleh karena itu salib adalah tanda keselamatan bagi kami orang Kristen. Setiap kali kami mau memulai sesuatu kegiatan, kami harus membuat tanda salib untuk memohon berkat Tuhan atas karya kami. Membuat tanda salib sebelum bekerja berarti menyucikan pekerjaan kami hari itu dan mohon berkat Tuhan atasnya." Tidak lama kemudian Simpli pun masuk serani.
Pada suatu hari Kaisar Diokletianus memesan sebuah patung berhala bernama Aeskulap, pelindung ketabiban. Kelima pemahat serani itu dengan tegas menolak membuat patung berhala itu. Oleh karena itu mereka ditangkap dan sesudah disesah, mereka ditenggelamkan ke dasar sungai Tiber pada tahun 302. Jenazah mereka kemudian ditemukan, lalu dikuburkan di gereja "Keempat Martir Bermahkota". Kuburan mereka ada di Roma di dalam gereja yang ditahbiskan untuk menghormati mereka, seperti tersebut di atas.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/