Liturgia Verbi 2020-04-05 Minggu.

Liturgia Verbi (A-II)
Hari Minggu Palma (Mengenangkan Sengsara Tuhan)

Minggu, 5 April 2020



Bacaan Pertama


"Pemberkatan Daun Palma dan Perarakan."

BACAAN SEBELUM PERARAKAN
Mat 21:1-11

Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan.

Inilah Injil Yesus Kristus Menurut Matius:

Dalam perjalanan ke Yerusalem,
ketika Yesus dan murid-murid-Nya telah dekat Yerusalem
dan tiba di Betfage yang terletak di Bukit Zaitun,
Yesus menyuruh dua orang murid-Nya dengan pesan,
"Pergilah ke kampung yang di depanmu itu.
Di situ kamu akan segera menemukan seekor keledai betina tertambat,
dan anaknya ada dekatnya.
Lepaskanlah keledai itu dan bawalah keduanya kepada-Ku.
Jikalau orang menegur kamu,
katakanlah 'Tuhan memerlukannya.
Ia akan segera mengembalikannya'."

Hal itu terjadi
supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi:
   Katakanlah kepada puteri Sion:
   Lihat, Rajamu datang kepadamu!
   Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai,
   seekor keledai beban yang muda.

Maka pergilah kedua murid itu,
dan berbuat seperti yang ditugaskan Yesus kepada mereka.
Mereka membawa keledai betina itu bersama anaknya,
lalu mengalasinya dengan pakaian mereka,
dan Yesus pun naik ke atasnya.
Orang banyak yang sangat besar jumlahnya
menghamparkan pakaiannya di jalan;
ada pula yang memotong ranting-ranting dari pohon
dan menyebarkannya di jalan.
Dan orang banyak yang berjalan di depan dan di belakang Yesus berseru,
"Hosana bagi Anak Daud!
Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!
Hosana di tempat yang mahatinggi!"

Ketika Yesus masuk ke Yerusalem,
gemparlah seluruh kota itu,
dan orang berkata, "Siapakah orang ini?"
Dan orang banyak itu menyahut,
"Inilah nabi Yesus dari Nazaret di Galilea."

Demikianlah sabda Tuhan.

BACAAN PERTAMA PADA PERAYAAN EKARISTI
Yes 50:4-7

"Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai,
karena aku tahu bahwa aku tidak akan mendapat malu."

Pembacaan dari Kitab Yesaya:

Tuhan Allah telah memberikan kepadaku lidah seorang murid,
supaya dengan perkataanku aku dapat memberi semangat baru
kepada orang yang letih lesu.
Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku
untuk mendengar seperti seorang murid.

Tuhan Allah telah membuka telingaku,
dan aku tidak memberontak,
tidak berpaling ke belakang.
Aku memberi punggungku
kepada orang-orang yang memukuli aku,
dan pipiku kepada orang-orang yang mencabuti janggutku.
Aku tidak menyembunyikan mukaku
ketika aku dinodai dan diludahi.

Tetapi Tuhan Allah menolong aku;
sebab itu aku tidak mendapat noda.
Maka aku meneguhkan hatiku seperti teguhnya gunung batu,
karena aku tahu bahwa aku tidak akan mendapat malu.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 22:8-9.17-18a.19-20.23-24,R:2a

Refren: Allahku, ya Allahku, mengapa Kautinggalkan daku?

*Semua yang melihat aku mengolok-olok;
mereka mencibirkan bibir dan menggelengkan kepala!
Mereka bilang, "Ia pasrah kepada Allah!
Biarlah Allah yang meluputkannya,
biarlah Allah melepaskannya!
Bukankah Allah berkenan kepadanya?"

*Sekawanan anjing mengerumuni aku,
gerombolan penjahat mengepung aku,
mereka menusuk tangan dan kakiku.
Segala tulangku dapat kuhitung.

*Mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka,
dan membuang undi atas jubahku.
Tetapi Engkau, Tuhan, janganlah jauh;
ya kekuatanku, segeralah menolong aku!

*Maka aku akan memasyhurkan nama-Mu kepada saudara-saudaraku
dan memuji-muji Engkau di tengah-tengah jemaat:
Hai kamu yang takut akan Tuhan, pujilah Dia,
hai segenap anak cucu Yakub, muliakanlah Dia!
Gentarlah terhadap Dia, hai segenap anak cucu Israel!



Bacaan Kedua
Flp 2:6-11

"Yesus Kristus telah merendahkan diri;
maka Allah sangat meninggikan Dia."

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Filipi:

Saudara-saudara,
walau dalam rupa Allah,
Kristus Yesus tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu
sebagai milik yang harus dipertahankan.
Sebaliknya Ia telah mengosongkan diri,
dan mengambil rupa seorang hamba,
dan menjadi sama dengan manusia.
Dan dalam keadaan sebagai manusia,
Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati,
bahkan sampai mati di kayu salib.
Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia
dan menganugerahi-Nya nama di atas segala nama,
supaya dalam nama Yesus bertekuk lututlah
segala yang ada di langit, yang ada di atas bumi dan di bawah bumi,
dan bagi kemuliaan Allah Bapa
segala lidah mengaku 'Yesus Kristus adalah Tuhan!'

Demikianlah sabda Tuhan.



Bait Pengantar Injil
Flp 2:8-9

Kristus sudah taat bagi kita;
Dia taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia
dan menganugerahi-Nya nama di atas segala nama.



Bacaan Injil
Mat 26:14-27:66

""

Inilah Kisah Sengsara Tuhan kita Yesus Kristus menurut Matius:

Sekali peristiwa,
pergilah seorang dari keduabelas murid Yesus,
yaitu yang bernama Yudas Iskariot,
kepada imam-imam kepala.
Ia berkata kepada mereka,
"Apa yang hendak kamu berikan kepadaku,
supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?"
Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya.
Dan mulai saat itu
Yudas mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus.
Pada hari pertama dari Hari Raya Roti Tidak Beragi
datanglah murid-murid Yesus kepada-Nya dan berkata,
"Di manakah Engkau kehendaki
kami mempersiapkan perjamuan Paskah bagi-Mu?"
Jawab Yesus, "Pergilah ke kota, kepada si Anu,
dan katakan kepadanya: Beginilah pesan Guru:
Waktu-Ku hampir tiba;
di dalam rumahmulah Aku mau merayakan Paskah
bersama-sama dengan murid-murid-Ku."
Lalu murid-murid melakukan
seperti apa yang ditugaskan Yesus kepada mereka,
dan mempersiapkan Paskah.

Setelah hari malam,
Yesus duduk makan bersama dengan kedua belas murid itu.
Dan ketika mereka sedang makan, Ia berkata,
"Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku."
Dan dengan hati yang sangat sedih
berkatalah mereka seorang demi seorang kepada-Nya,
"Bukan aku, ya Tuhan?"
Yesus menjawab,
"Dia yang bersama-sama dengan Aku mencelupkan tangannya ke dalam pinggan ini,
dialah yang akan menyerahkan Aku.
Anak Manusia memang akan pergi
sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia,
tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan!
Adalah lebih baik bagi orang itu
sekiranya ia tidak dilahirkan!"
Yudas, yang hendak menyerahkan Yesus itu menyahut,
"Bukan aku, ya Rabi?"
Kata Yesus kepadanya, "Engkau telah mengatakannya."

Ketika mereka sedang makan,
Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya,
lalu memberikannya kepada para murid-Nya seraya berkata,
"Ambillah dan makanlah,
inilah tubuh-Ku."
Sesudah itu Ia mengambil cawan,
mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka seraya berkata,
"Minumlah, kamu semua, dari cawan ini!
Sebab inilah darah-Ku,
darah perjanjian yang ditumpahkan bagi banyak orang
untuk pengampunan dosa.
Aku berkata kepadamu:
Mulai saat ini Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur ini
sampai pada hari Aku meminumnya yang baru
bersama-sama dengan kamu dalam Kerajaan Bapa-Ku."

Sesudah menyanyikan lagu pujian,
pergilah Yesus dan murid-murid-Nya ke Bukit Zaitun.
Maka berkatalah Yesus kepada mereka,
"Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena Aku.
Sebab ada tertulis:
   Aku akan membunuh gembala
   dan kawanan domba akan tercerai-berai.
Akan tetapi sesudah bangkit,
Aku akan mendahului kamu ke Galilea."
Petrus menjawab,
"Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau,
aku sekali-kali tidak!"
Yesus berkata kepadanya,
"Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya malam ini, sebelum ayam berkokok,
engkau telah menyangkal Aku tiga kali."
Kata Petrus kepada-Nya,
"Sekalipun harus mati bersama-sama Engkau,
aku takkan menyangkal Engkau."
Semua murid yang lain pun berkata demikian juga.

Maka sampailah Yesus bersama murid-murid-Nya ke suatu tempat
yang bernama Getsemani.
Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,
"Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa."
Yesus membawa Petrus, dan kedua anak Zebedeus serta-Nya.
Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar,
lalu kata-Nya kepada mereka,
"Hati-Ku sangat sedih,
seperti mau mati rasanya!
Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah bersama Aku."
Yesus maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya,
"Ya Bapa-Ku, sekiranya mungkin,
biarlah cawan ini berlalu dari pada-Ku,
tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki,
melainkan seperti yang Engkau kehendaki."
Setelah itu Yesus kembali kepada murid-murid-Nya,
dan mendapati mereka sedang tidur.
Maka Yesus berkata kepada Petrus,
"Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?
Berjaga-jagalah dan berdoalah,
supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan!
Roh memang penurut, tetapi daging ini lemah!"
Lalu Yesus pergi untuk kedua kalinya dan berdoa,
"Ya Bapa-Ku, jikalau cawan ini tidak dapat lalu
kecuali kalau Kuminum,
jadilah kehendak-Mu!"
Dan ketika kembali pula,
Ia mendapati murid-murid-Nya sedang tidur,
sebab mata mereka sudah berat.
Yesus membiarkan mereka,
lalu pergi dan berdoa untuk ketiga kalinya,
dan Ia mengucapkan doa yang sama.
Sesudah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya
dan berkata kepada mereka,
"Tidurlah sekarang, dan istirahatlah!
Lihat, saatnya sudah tiba
Anak Manusia diserahkan ke tangan orang-orang berdosa.
Bangunlah, marilah kita pergi.
Dia yang menyerahkan Aku sudah dekat."

Waktu Yesus masih berbicara, datanglah Yudas,
salah seorang dari keduabelas murid Yesus,
dan bersama-sama dia datang pula serombongan besar orang
yang membawa pedang dan pentung;
mereka itu suruhan imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi.

Orang yang menyerahkan Yesus
telah memberitahukan tanda ini kepada mereka,
"Orang yang akan kucium, itulah Dia, tangkaplah!"
Segera Yudas maju mendapatkan Yesus dan berkata,
"Salam, ya Rabi!"
Lalu ia mencium Yesus.
Tetapi Yesus berkata kepadanya,
"Hai teman, untuk itukah engkau datang?"
Maka majulah mereka memegang Yesus dan menangkap-Nya.
Tetapi salah seorang dari mereka yang menyertai Yesus
mengulurkan tangan, menghunus pedang,
dan menetakkannya kepada hamba Imam Agung,
sehingga putuslah telinganya.
Maka kata Yesus kepadanya,
"Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya,
sebab barangsiapa menggunakan pedang,
ia akan binasa oleh pedang.
Atau kausangka, Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku,
supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat
untuk membantu Aku?
Tetapi kalau begitu,
bagaimanakah akan digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci,
yang mengatakan bahwa harus terjadi demikian?"

Lalu Yesus berkata kepada orang banyak itu,
"Sangkamu Aku ini penyamun,
sehingga kamu datang lengkap dengan pedang dan pentung
untuk menangkap Aku?
Padahal tiap-tiap hari Aku duduk mengajar di Bait Allah,
dan kamu tidak menangkap Aku.
Akan tetapi semua ini terjadi
supaya genaplah apa yang tertulis dalam kitab nabi-nabi."
Lalu semua murid meninggalkan Yesus dan melarikan diri.

Sesudah menangkap Yesus,
mereka membawa-Nya menghadap Kayafas, Imam Agung.
Di situ telah berkumpul ahli-ahli Taurat dan kaum tua-tua.
Petrus mengikuti Yesus dari jauh,
sampai masuk ke halaman Imam Agung.
Setelah masuk ke dalam, ia duduk di antara pengawal-pengawal
untuk melihat kesudahan perkara itu.

Imam-imam kepala, malah seluruh Mahkamah Agama,
mencari kesaksian palsu terhadap Yesus,
supaya Ia dapat dihukum mati.
Tetapi mereka tidak memperolehnya,
walaupun tampil banyak saksi dusta.
Akhirnya tampillah dua orang, yang mengatakan,
"Orang ini berkata:
Aku dapat merobohkan Bait Allah
dan membangunnya kembali dalam tiga hari."
Lalu Imam Agung itu berdiri dan berkata kepada Yesus,
"Tidakkah Engkau memberi jawab
atas tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?"
Tetapi Yesus tetap diam.
Lalu kata Imam Agung itu kepada-Nya,
"Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami,
apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau atau bukan?"
Jawab Yesus, "Engkau telah mengatakannya.
Aku berkata kepadamu,
mulai sekarang kamu akan melihat
Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa
dan datang di atas awan-awan di langit."
Maka Imam Agung itu mengoyakkan pakaiannya dan berkata,
"Ia menghujat Allah!
Untuk apa kita cari saksi lagi?
Sekarang telah kamu dengar hujat-Nya.
Bagaimana pendapatmu?"
Mereka menjawab, "Ia harus dihukum mati!"

Lalu mereka meludahi wajah Yesus dan meninju-Nya;
orang-orang lain memukul Dia dan berkata,
"Cobalah katakan kepada kami, hai Mesias,
siapakah yang memukul Engkau?"
Sementara itu Petrus duduk di luar di halaman.
Maka datanglah seorang hamba perempuan kepadanya, dan berkata,
"Engkau juga selalu bersama-sama dengan Yesus, orang Galilea itu."
Tetapi Petrus menyangkalnya di depan semua orang, katanya,
"Aku tidak tahu apa yang engkau maksud!"
Ketika Petrus pergi ke pintu gerbang,
seorang perempuan lain melihat dia
dan berkata kepada orang-orang yang ada di situ,
"Orang ini bersama-sama dengan Yesus, orang Nazaret itu."
Dan Petrus menyangkalnya pula dengan bersumpah,
"Aku tidak kenal orang itu!"
Tidak lama kemudian
orang-orang yang ada di situ datang kepada Petrus dan berkata,
"Pasti engkau pun salah seorang dari mereka!
Ini jelas dari bahasamu!"
Maka mulailah Petrus mengutuk dan bersumpah,
"Aku tidak kenal orang itu!"
Dan pada saat itu berkokoklah ayam.
Maka teringatlah Petrus akan apa yang dikatakan Yesus kepadanya,
"Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali."
Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedih.

Ketika hari mulai siang,
semua imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi berkumpul,
dan mengambil keputusan untuk membunuh Yesus.
Mereka membelenggu Dia,
lalu menyerahkan-Nya kepada Pilatus, wali negeri itu.

Pada waktu Yudas, yang menyerahkan Yesus melihat,
bahwa Yesus telah dijatuhi hukuman mati,
menyesallah ia.
Lalu ia mengembalikan uang tiga puluh perak itu
kepada imam-imam kepala dan kaum tua-tua sambil berkata,
"Aku telah berdosa
karena menyerahkan darah orang yang tak bersalah."
Tetapi jawab mereka,
"Apa urusan kami dengan itu?
Itu urusanmu sendiri!"
Maka Yudas pun melemparkan uang perak itu ke dalam Bait Suci,
lalu pergi dari situ dan menggantung diri.
Imam-imam kepala mengambil uang perak itu dan berkata,
"Tidak boleh memasukkan uang ini ke dalam peti persembahan,
sebab ini uang darah!"
Sesudah berunding,
mereka membeli dengan uang itu tanah
yang disebut Tanah Tukang Periuk
untuk dijadikan tempat pekuburan orang asing.
Itulah sebabnya
sampai hari ini tanah itu disebut Tanah Darah.
Dengan demikian
genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia:
   "Mereka menerima tiga puluh uang perak,
   yaitu harga yang ditetapkan untuk satu orang
   menurut penilaian yang berlaku di antara orang Israel,
   dan mereka memberikan uang itu untuk tanah tukang periuk,
   seperti yang dipesankan Tuhan kepadaku."

Lalu Yesus dihadapkan kepada walinegeri, yakni Pilatus.
Dan walinegeri bertanya kepada Yesus,
"Benarkah Engkaukah raja orang Yahudi?"
Jawab Yesus, "Engkau sendiri mengatakannya!"
Tetapi atas tuduhan
yang diajukan imam-imam kepala dan tua-tua terhadap diri-Nya,
Yesus tidak memberi jawab apa pun.
Maka kata Pilatus kepada-Nya,
"Tidakkah Engkau dengar
betapa banyaknya tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?"
Tetapi Yesus tidak menjawab sepatah kata pun,
sehingga walinegeri itu sangat heran.
Telah menjadi kebiasaan bagi walinegeri
untuk membebaskan seorang hukuman pada tiap-tiap hari raya
atas pilihan orang banyak.
Pada waktu itu
ada dalam penjara seorang yang terkenal kejahatannya,
namanya Barabas.
Karena mereka sudah berkumpul di sana,
Pilatus bertanya kepada mereka,
"Siapa yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu,
Barabas atau Yesus, yang disebut Kristus?"
Pilatus sebenarnya tahu
bahwa mereka telah menyerahkan Yesus karena dengki.

Ketika Pilatus sedang duduk di kursi pengadilan,
isterinya mengirim pesan kepadanya,
"Jangan engkau mencampuri perkara orang benar itu,
sebab dalam mimpi tadi malam
aku sangat menderita karena Dia."

Tetapi oleh hasutan imam-imam kepala dan kaum tua-tua,
orang banyak bertekad meminta supaya Barabas dibebaskan,
dan Yesus dihukum mati.
Walinegeri menjawab dan bertanya lagi kepada mereka,
"Siapa di antara kedua orang itu
yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu?"
Kata mereka, "Barabas!"
Kata Pilatus kepada mereka,
"Kalau begitu,
apakah yang harus kuperbuat dengan Yesus yang disebut Kristus?"
Mereka semua berseru, "Ia harus disalibkan!"
Kata Pilatus,
"Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya?"
Namun semakin keras mereka berteriak,
"Ia harus disalibkan!"
Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia,
malah sudah mulai timbul kekacauan,
ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak,
seraya berkata,
"Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini!
Itu urusan kamu sendiri!"
Dan seluruh rakyat itu menjawab,
"Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami
dan atas anak-anak kami!"
Lalu Pilatus membebaskan Barabas bagi mereka,
tetapi Yesus disesahnya,
lalu diserahkannya untuk disalibkan.

Serdadu-serdadu walinegeri membawa Yesus ke gedung pengadilan,
lalu memanggil seluruh pasukan berkumpul di sekeliling Yesus.
Mereka menanggalkan pakaian Yesus
dan mengenakan jubah ungu pada-Nya.
Mereka menganyam sebuah mahkota duri,
dan menaruhnya di atas kepala Yesus,
lalu memberikan Dia sebatang buluh di tangan kanan-Nya.
Kemudian mereka berlutut di hadapan-Nya
dan mengolok-olokkan Dia,
"Salam, hai Raja orang Yahudi!"
Mereka meludahi-Nya,
dan mengambil buluh itu, dan memukulkannya ke kepala-Nya.
Sesudah mengolok-olokkan Dia,
mereka menanggalkan jubah itu dari pada-Nya,
dan mengenakan kembali pakaian-Nya sendiri.
Kemudian mereka membawa Yesus ke luar untuk disalibkan.

Ketika berjalan ke luar kota,
mereka berjumpa dengan orang dari Kirene yang bernama Simon.
Orang itu mereka paksa untuk memikul salib Yesus.

Maka sampailah mereka di suatu tempat yang bernama Golgota,
artinya: Tempat Tengkorak.
Lalu mereka memberi Yesus minum anggur bercampur empedu.
Setelah mengecapnya, Yesus tidak mau meminumnya.

Sesudah menyalibkan Yesus,
para serdadu membagi-bagi pakaian Yesus dengan membuang undi.
Lalu mereka duduk di situ menjaga Dia.
Di atas kepala Yesus terpasang tulisan
yang menyebut alasan mengapa Ia dihukum:
"Inilah Yesus Raja orang Yahudi."

Bersama Dia disalibkan dua orang penyamun,
seorang di sebelah kanan dan seorang di sebelah kiri-Nya.
Orang-orang yang lewat di sana menghujat Yesus,
dan sambil menggelengkan kepala, mereka berkata,
"Hai Engkau yang mau merobohkan Bait Suci
dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari,
selamatkanlah diri-Mu!
Jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib!"
Demikian juga imam-imam kepala bersama ahli Taurat dan tua-tua
mengolok-olokkan Yesus dan berkata,
"Orang lain Ia selamatkan,
tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan!
Dia Raja Israel?
Baiklah Ia turun dari salib,
dan kami akan percaya kepada-Nya!
Ia menaruh harapan-Nya pada Allah:
biarlah Allah menyelamatkan Dia,
jikalau Allah berkenan kepada-Nya!
Karena Ia telah berkata, 'Aku adalah Anak Allah'."
Bahkan penyamun-penyamun yang disalibkan bersama dengan Yesus,
mencela-Nya demikian juga.

Mulai dari jam dua belas
kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga.
Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring,
"Eli, Eli, lama sabakhtani?
Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?"
Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata,
"Ia memanggil Elia!"
Dan segera mendekatlah seorang dari mereka;
ia mengambil bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam,
lalu mencucukkannya pada sebatang buluh
dan memberi Yesus minum.
Tetapi orang-orang lain berkata,
"Jangan, baiklah kita lihat,
apakah Elia datang untuk menyelamatkan Dia."
Yesus berseru pula dengan suara nyaring,
lalu menyerahkan nyawa-Nya.

--Semua hening sejenak merenungkan wafat Tuhan--

Dan lihatlah,
tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah,
dan terjadilah gempa bumi.
Bukit-bukit batu terbelah, kubur-kubur terbuka,
dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit.
Dan sesudah kebangkitan Yesus,
mereka pun keluar dari kubur, lalu masuk ke kota kudus,
dan menampakkan diri kepada banyak orang.

Ketika menyaksikan gempa bumi dan apa yang telah terjadi,
kepala pasukan dan prajurit-prajurit yang menjaga Yesus
lalu berkata, "Sungguh, orang ini adalah Anak Allah."

Ada pula di situ banyak perempuan yang melihat dari jauh,
yaitu perempuan-perempuan yang mengikuti Yesus dari Galilea untuk melayani Dia.
Di antara mereka terdapat Maria Magdalena,
Maria ibu Yakobus dan Yusuf,
dan ibu anak-anak Zebedeus.

Menjelang malam,
datanglah seorang kaya, orang Arimatea, yang bernama Yusuf,
yang telah menjadi murid Yesus juga.
Ia pergi menghadap Pilatus dan meminta jenazah Yesus.
Pilatus memerintahkan supaya jenazah Yesus diserahkan kepadanya.
Yusuf pun mengambil jenazah itu,
mengapaninya dengan kain lenan yang putih bersih,
lalu membaringkannya di dalam kuburnya yang baru,
yang digalinya di dalam bukit batu.
Sesudah menggulingkan sebuah batu besar ke pintu kubur itu,
pergilah ia.
Tetapi Maria Magdalena dan Maria yang lain tinggal di situ,
duduk di depan kubur.
Keesokan harinya, yaitu sesudah hari persiapan,
datanglah imam-imam kepala bersama orang-orang Farisi menghadap Pilatus.
Kata mereka kepada Pilatus,
"Tuan, kami ingat,
bahwa si penyesat itu, sewaktu hidup-Nya berkata:
Sesudah tiga hari Aku akan bangkit.
Karena itu perintahkanlah
untuk menjaga kubur itu sampai hari yang ketiga;
jikalau tidak, murid-murid-Nya mungkin datang mencuri Dia,
lalu mengatakan kepada rakyat:
Ia telah bangkit dari antara orang mati.
Penyesatan yang terakhir ini akan lebih buruk akibatnya
daripada yang pertama."
Kata Pilatus kepada mereka,
"Ini penjaga-penjaga bagimu,
pergi dan jagalah kubur itu sebaik-baiknya."
Maka pergilah mereka,
dan dengan bantuan penjaga-penjaga itu
mereka memeterai kubur Yesus dan menjaganya.

Demikianlah sabda Tuhan.


ATAU BACAAN INJIL SINGKAT
Mat 27:11-54

Inilah Kisah Sengsara Tuhan kita Yesus Kristus menurut Matius:

Sesudah ditangkap dan dihadapkan ke Mahkamah Agama Yahudi,
Yesus lalu dihadapkan kepada walinegeri, yakni Pilatus.
Dan walinegeri bertanya kepada Yesus,
"Benarkah Engkau raja orang Yahudi?"
Jawab Yesus, "Engkau sendiri mengatakannya!"

Tetapi atas tuduhan
yang diajukan imam-imam kepala dan tua-tua terhadap diri-Nya,
Yesus tidak memberi jawab apa pun.
Maka kata Pilatus kepada-Nya,
"Tidakkah Engkau dengar
betapa banyak tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?"
Tetapi Yesus tidak menjawab spatah kata pun,
sehingga walinegeri itu sangat heran.

Telah menjadi kebiasaan bagi walinegeri
untuk membebaskan seorang hukuman pada tiap-tiap hari raya
atas pilihan orang banyak.
Pada waktu itu
ada dalam penjara seorang yang terkenal kejahatannya
namanya Barabas.
Karena mereka sudah berkumpul di sana,
Pilatus berkata kepada mereka,
"Siapa yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu,
Barabas atau Yesus yang disebut Kristus?"
Pilatus sebenarnya tahu
bahwa mereka telah menyerahkan Yesus karena dengki.

Ketika Pilatus sedang duduk di kursi pengadilan,
isterinya mengirim pesan kepadanya,
"Jangan engkau mencampuri perkara Orang benar itu,
sebab dalam mimpi tadi malam aku sangat menderita karena Dia."

Tetapi oleh hasutan imam-imam kepala dan tua-tua,
orang banyak bertekad untuk meminta supaya Barabas dibebaskan
dan Yesus dihukum mati.
Walinegeri menjawab dan bertanya lagi kepada mereka,
"Siapa di antara kedua orang itu
yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu?"
Kata mereka, "Barabas!"
Kata Pilatus kepada mereka,
"Kalau begitu,
apakah yang harus kuperbuat dengan Yesus yang disebut Kristus?"
Mereka semua berseru, "Ia harus disalibkan!"
Kata Pilatus,
"Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya?"
Namun semakin keras mereka berteriak, "Ia harus disalibkan!"
Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia,
malah sudah mulai timbul kekacauan,
ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak seraya berkata,
"Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini!
Itu urusan kamu sendiri!"
Dan seluruh rakyat itu menjawab,
"Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami
dan atas anak-anak kami!"
Lalu Pilatus membebaskan Barabas bagi mereka,
tetapi Yesus disesahnya, lalu diserahkannya untuk disalibkan.

Serdadu-serdadu walinegeri membawa Yesus ke gedung pengadilan,
lalu memanggil seluruh pasukan berkumpul sekeliling Yesus.
Mereka menanggalkan pakaian Yesus
dan mengenakan jubah ungu kepada-Nya.
Mereka menganyam sebuah mahkota duri,
dan menaruhnya di atas kepala Yesus,
lalu memberi Dia sebatang buluh di tangan kanan-Nya.
Kemudian mereka berlutut di hadapan-Nya
dan mengolok-olokkan Dia,
"Salam, hai raja orang Yahudi!"
Mereka meludahi-Nya,
lalu mengambil buluh itu dan memukulkannya ke kepala-Nya.
Sesudah mengolok-olokkan Dia,
mereka menanggalkan jubah itu dari pada-Nya,
dan mengenakan kembali pakaian-Nya sendiri.

Kemudian mereka membawa Yesus ke luar untuk disalibkan.
Ketika berjalan ke luar kota,
mereka berjumpa dengan seorang dari Kirene yang bernama Simon.
Orang itu mereka paksa untuk memikul salib Yesus.

Maka sampailah mereka di suatu tempat yang bernama Golgota,
artinya: Tempat Tengkorak.
Lalu mereka memberi Yesus minum anggur bercampur empedu;
setelah mengecapnya, Yesus tidak mau meminumnya.

Sesudah menyalibkan Yesus,
para serdadu membagi-bagikan pakaian Yesus dengan membuang undi.
Lalu mereka duduk di situ menjaga Dia.
Di atas kepala Yesus terpasang tulisan
yang menyebut alasan mengapa Ia dihukum:
Inilah Yesus Raja orang Yahudi.

Bersama dengan Yesus disalibkan dua orang penyamun,
seorang di sebelah kanan dan seorang di sebelah kiri-Nya.
Orang-orang yang lewat di sana menghujat Yesus,
dan sambil menggelengkan kepala, mereka berkata,
"Hai Engkau yang mau merobohkan Bait Suci
dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari,
selamatkanlah diri-Mu!
Jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib!"
Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli Taurat dan tua-tua
mengolok-olokkan Yesus dan berkata,
"Orang lain Ia selamatkan,
tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan!
Dia Raja Israel?
Baiklah Ia turun dari salib,
dan kami akan percaya kepada-Nya.
Ia menaruh harapan-Nya pada Allah;
biarlah Allah menyelamatkan Dia,
jikalau Allah berkenan kepada-Nya!
Karena Ia telah berkata, Aku adalah Anak Allah."
Bahkan penyamun-penyamun yang disalibkan bersama dengan Yesus mencela-Nya demikian juga.
 
Mulai dari jam dua belas
kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga.
Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring,
"Eli, Eli, lama sabakhtani?"
Artinya: "Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?"
Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata,
"Ia memanggil Elia!"
Dan segera mendekatlah seorang dari mereka;
ia mengambil bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam,
lalu mencucukkannya pada sebatang buluh
dan memberi Yesus minum.
Tetapi orang-orang lain berkata,
"Jangan, baiklah kita lihat,
apakah Elia datang untuk menyelamatkan Dia."
Yesus berseru pula dengan suara nyaring,
lalu menyerahkan nyawa-Nya.

---Semua hening sejenak merenungkan wafat Tuhan---

Dan lihatlah,
tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah
dan terjadilah gempa bumi.
Bukit-bukit batu terbelah, kubur-kubur terbuka,
dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit.
Dan sesudah kebangkitan Yesus,
mereka pun keluar dari kubur, lalu masuk ke kota kudus,
dan menampakkan diri kepada banyak orang.

Ketika menyaksikan gempa bumi dan apa yang telah terjadi,
kepala pasukan dan prajurit-prajurit yang menjaga Yesus lalu berkata,
"Sungguh, Orang ini adalah Anak Allah!"

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Minggu ini kita memasuki Pekan Suci, yang ditandai dengan Minggu Palma sampai minggu depan, saatnya kita merayakan Paskah Kebangkitan Tuhan.
Tema kita adalah "Mengenang Sengsara Tuhan kita Yesus Kristus".

Waktu itu, telah santer berita tentang kehebatan Yesus yang melakukan banyak mijizat, terutama berita tentang Yesus membangkitkan Lazarus dari liang kuburnya.
Ketika mendengar kabar kalau Yesus datang ke Yerusalem, maka hebohlah banyak orang karena "keberanian" Yesus datang secara terang-terangan ke Yerusalem.
Mereka menyambut Yesus sebagai "raja" yang akan memimpin mereka sebagaimana yang dinubuatkan dalam kitab-kitab nabi, memerdekakan mereka dari penjajahan.
Mereka mengharapkan kedatangan "raja dunia" yang datang dengan bala-tentara yang gagah, yang akan menghancur-luluhkan musuh.
Maka dengan gegap gempita mereka menyambut Yesus.

Tetapi Yesus datang dengan keledai, bukan kuda perang, tak ada bala-tentara yang mengiringi-Nya, hanya orang-orang biasa tanpa senjata dan baju zirah.
Selama beberapa hari di Yerusalem Yesus dilihat orang melakukan "hal-hal aneh", misalnya ketika Yesus mengusir para pedagang dari pelataran Bait Allah, para pedagang yang sedang "musim panen" di saat hari raya itu karena banyak orang berdatangan untuk membeli barang dagangannya.
Malah "dengan sesumbar" Yesus berkata, "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali."
Manalah mungkin membangun Bait Allah yang memerlukan waktu puluhan tahun hanya cukup tiga hari saja?

Yesus juga tidak secara tegas berpihak kepada mereka ketika ditanya apakah boleh membayar pajak kepada kaisar.
Jika hendak melawan pemerintahan Romawi, iya seharusnya tidak usah membayar pajak kepada mereka, iya seharusnya mengangkat senjata dan melawan mereka.
Kalau menghadapi pemerintah Romawi saja tidak berani, lalu bagaimana hendak menjadi raja segenap bangsa, raja yang memerintah sampai ke ujung bumi?

Yesus juga mulai secara terang-terangan mengecam para ahli Taurat dan orang-orang Farisi, yang membuat mereka menjadi sakit hati lalu berusaha melakukan penyesatan dengan berbagai upaya provokatif, sehingga orang banyak berbalik arah, malah kemudian orang banyak itu berteriak, "Salibkan Dia… salibkan Dia…"

Marilah kita memasuki Pekan Suci ini dengan kesiapan batin untuk mengenang sengsara Yesus dan kebangkitan-Nya.
Janganlah kita berpikiran negatif terhadap "hal-hal aneh" yang sedang terjadi saat ini.
Janganlah menuding virus Corona sebagai penghalang kita pergi ke gereja untuk merayakan Paskah.
Melainkan percayalah dengan sepenuh hati, bahwa Yesus datang hendak menyelamatkan kita, untuk membawa kita kepada kehidupan kekal dan untuk menyelamatkan kita dari marabahaya dunia.
Marilah bertobat, lalu berseru:
"Hosana bagi Anak Daud!
Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!
Hosana di tempat yang mahatinggi!"



Peringatan Orang Kudus
Santo Vinsensius Ferreri, Pengaku Iman
Santo Vinsensius Ferreri dikenal sebagai pembuat mujizat, wartawan hari kiamat dan pentobat orang-orang berdosa. Ia lahir pada tanggal 23 Januari 1350 di Valensia, Spanyol. Ferreri adalah seorang anak yang dikaruniai rahmat istimewa. Pada usia 14 tahun, ia telah menyelesaikan pendidikan awalnya dalam bidang filsafat di Valensia. Pada usia 17 tahun, Ferreri diterima dalam ordo Dominikan dan dikirim ke Barcelona, Spanyol pada tahun berikutnya. Setelah beberapa lama ia mengajar filsafat di Lerdia, Spanyol, ia kembali ke Barcelona pada tahun 1373.
Setelah lama belajar di Toulouse, Prancis, kepribadian dan cara hidup Ferreri menarik hati Kardinal Pedro de Luna (yang kemudian menjadi Paus Benediktus XIII pada tahun 1394-1423 di Avignon) ketika terjadi skisma besar di kalangan Gereja Barat. Pada tahun 1379, Luna mengangkat Ferreri sebagai pembantunya untuk menangani persoalan kepausan di Avignon. Ketika Kardinal Luna dipilih menjadi paus, Ferreri menjadi penasehat dan bapa pengakuan pribadi paus di Avignon. Ia menolak penunjukan atas dirinya menjadi seorang kardinal dan pemimpin beberapa kantor Gereja karena ia lebih suka berkarya sebagai seorang misionaris di antara umat. Kira-kira pada tahun 1398, ia diserang demam yang membahayakan. Ketika itu, ia mengalami penampakan Yesus bersama Santo Dominikus dan Fransiskus Asisi. Dalam penglihatan itu, Yesus memerintahkan dia untuk mewartakan Injil di antara bangsa-bangsa. Setelah penampakan ini, Ferreri sendiri kembali dan bersiap diri melaksanakan perintah Yesus.
Selama 20 tahun, Ferreri mengelilingi Spanyol, Italia, Jerman dan Switzerland untuk mewartakan Injil bagi pertobatan orang-orang berdosa. Khotbahnya salalu dilaksanakan di luar gereja karena ruangan katedral tidak bisa menampung jumlah umat yang hadir. Ia berhasil membawa kembali orang-orang berdosa ke jalan yang benar di setiap negara yang dikunjunginya. Tuhan menganugerahkan kepadanya kemampuan berbahasa sehingga khotbahnya dapat dimengerti oleh para pendengarnya yang berbahasa lain, bahkan oleh para petani sederhana sekalipun.
Sekali peristiwa, dalam khotbahnya ia meramalkan bahwa Bernardinus dari Siena, seorang hadirin yang turut mendengar khotbahnya ketika itu, kelak akan dihormati Gereja sebagai seorang santo. Juga kepada Alphonso Borja, Ferreri mengatakan bahwa ia akan menggelarkan Santo kepada Ferreri ketika ia menjabat sebagai Paus. Ramalan-ramalan ini kemudian terpenuhi setelah Ferreri meninggal.
Proses penyelidikan terhadap Ferreri dilakukan. Setelah 873 mujizat diperiksa dan dinyatakan benar, maka panitia penyelidik menghentikan pekerjaannya. Mujizat terbesar ialah cara hidupnya yang keras penuh dengan doa, matiraga dan tapa, tetapi tetap bersemangat dalam melaksanakan tugasnya sebagai pewarta. Vincentius Ferreri meninggal dunia di Vannes, Inggris, pada tanggal 5 April 1419.


Santa Yuliana dari Kornillon, Pengaku Iman
Hari Raya Tubuh Darah Kristus (Corpus Christi) - yang sama dengan Hari Raya Sakramen Mahakudus - masuk di dalam lingkaran penanggalan Gereja atas dasar wahyu Tuhan kepada Santa Yuliana dari Kornillon. Prosesnya sangat rumit dan lama serta meminta pengorbanan yang tidak kecil dari Suster Yuliana sendiri. Penglihatan ajaib yang dialaminya membawa dia kepada suatu masa penderitaan yang lama hingga hari raya itu direstui oleh pimpinan tertinggi Gereja dan dirayakan oleh seluruh Gereja. Pesta ini dirayakan pada hari minggu biasa setelah masa Paskah, tepatnya pada hari minggu biasa sesudah hari raya Tri­tunggal Mahakudus.
Yuliana lahir di Liege, Belgia pada tahun 1192. Pada umur 5 tahun, ia sudah menjadi anak yatim-piatu. Maka ia dititipkan di sebuah biara di Mount Cornillon. I"ada tahun 1200 terdapat di gunung ini dua buah biara Santo Agustinus: yang satu untuk kaum pria dan yang lain untuk kaum wanita. Di sana terdapat beberapa buah rumah, ada usaha perkebunan dan peternakan sapi. Di beberapa rumah para biarawan/wati itu merawat banyak orang sakit lepra. Untuk menghindari bahaya ketularan penyakit lepra, maka Yuliana bersama adiknya Agnes dipisahkan di sebuah rumah pertanian yang tidak jauh dari rumah induk. Di situ mereka diasuh oleh Sr. Sapiensia. Tugas mereka ialah belajar, membersihkan rumah, memelihara bunga-bunga dan menjaga sapi. Kedua kakak-beradik ini selalu ikut serta dalam doa, perayaan Ekaristi dan upacara-uaacara lainnya.  Yuliana menaruh hormat yang tinggi kepada Sakramen Mahakudus yang diterimanya setiap kali mengikuti perayaan Ekaristi. Ia juga suka sekali membaca buku-buku karya Santo Agustinus, Santo Bernardus dan lain-lainnya di dalam perpustakaan.
Pada usia 16 tahun, Yuliana mengalami suatu penglihatan ajaib. la melihat bulan purnama yang aneh sekali: pinggirannya tercabik. Ia ragu­ragu memastikan arti penglihatan itu, apakah itu suatu godaan dari roh jahat atau pewahyuan Tuhan. la berdoa memohon agar Yesus menerangkan kepadanya arti penglihatan itu. Dua tahun kemudian Yesus menampakkan diri kepadanya dan menerangkan arti penampakan itu: bahwasanya bulan itu adalah lingkaran tahun liturgis Gereja dengan berbagai hari raya. Sedangkan cabikan pada pinggiran purnama itu menandakan bahwa lingkaran tahun liturgi Gereja belum sempurna oleh karena tidak adanya hari raya khusus untuk menghormati Sakramen Mahakudus. Yuliana diminta oleh Yesus untuk menyampaikan kepada pimpinan Gereja agar segera menetapkan suatu hari khusus untuk menghormati Sakramen Mahakudus. Dengan takut-takut, Yuliana berkata: "Ah, Tuhan! Janganlah aku yang Kautugaskan untuk menyampaikan hal itu.  Serahkan saja tugas ini kepada seorang imam yang saleh dan terpelajar!" Tetapi Yesus menjawab: "Kaulah orang yang Kuanggap layak untuk tugas luhur ini. Justru orang lemah namun berbakti kepadaKu layak untuk menjalankan tugas ini!"
Hari dan tahun berjalan terus hingga Yuliana menjadi suster di biara St. Agustinus Mount Cornillon. Karena kedudukannya masih rendah, ia tldak beranl membuka rahasia penampakan itu dan pesan Tuhan Yesus. Barulaih ketika ia terpilih sebagai prior pada tahun 1225, ia mulai membuka rahasia penampakan dan pesan Tuhan itu. Mula-mula ia mengutarakan pesan Tuhan itu kepada Eva, seorang pertapa wanita yang saleh dan pintar. Eva selanjutnya berbicara dengan para imam, antara lain dengan Hugo, Profinsial Ordo Dominikan, Uskup J. Pantelleon dan para ahli di bidang liturgi dan teologi. Sernentara itu Yuliana terus berdoa agar semua orang dapat menerima baik pesan Tuhan yang disampaikan kepadanya. Pada dasarnya pimpinan Gereja setempat dan para ahli itu tidak menolak memasukkan Pesta Sakramen Mahakudus dalam kalender liturgi Gereja. Hasil pertama diperolehnya pada tahun 1246 yaitu tatkala hari raya Corpus Christi itu disetujui dan diresmikan oleh Uskup J. Pantelleon.
Narnun sejak itulah Yuliana mengalami banyak penderitaan. Banyak orang termasuk imam-imam mencap Yuliana sebagai orang yang kerasukan setan. Dan banyak dakwaan dan kritik lain terhadapnya yang menuduh dia memanfaatkan kedudukannya sebagai pimpinan biara untuk ambisi pribadi mempromosikan penemuannya tentang "Hari Raya Sakramen Mahakudus" itu. la dipecat dari kedudukannya sebagai pemimpin biara dan diusir dari biara itu. Ia lalu pergi bergabung dengan Eva di pertapaannya. Akhirnya setelah mengalami begitu banyak penderitaan fisik dan batin, Yuliana meninggal dunia pada tanggal 5 April 1258.
Sepeninggal Yuliana, Eva, wanita pertapa itu melanjutkan perjuangannya, didukung oleh Uskupnya J. Pantelleon. Delapan tahun kemudian Hugo, Profinsial Ordo Dominikan yang mengenal baik Yuliana, terpilih menjadi paus di Roma dengan nama Paus Urbanus IV (1261­1264). Tak lama kemudian pada tahun 1264 Paus Urbanus IV menetapkan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus sebagai pesta Gereja. Kemudian Paus Klemens V (1305-1314) mengesahkannya pada tahun 1312.




http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/