Liturgia Verbi (B-II)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXI
Selasa, 27 Agustus 2024
PW S. Monika
Bacaan Pertama
2Tes 2:1-3a.13b-17
"Berpeganglah pada ajaran-ajaran yang telah kalian terima dari kami."
Pembacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus
kepada jemaat di Tesalonika:
Saudara-saudara,
tentang kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus
dan berkumpulnya kita dengan Dia,
kami minta kepadamu, jangan lekas bingung dan gelisah,
baik oleh ilham roh, maupun oleh kabar atau surat
yang dikatakan berasal dari kami,
seolah-olah hari Tuhan telah tiba.
Hendaknya kalian Jangan sampai disesatkan orang
dengan cara yang bagaimanapun juga.
Allah dari mulanya telah memilih kalian
untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kalian
dan dalam kebenaran yang kalian percayai.
Untuk itulah Ia telah memanggil kalian lewat Injil
yang kami wartakan,
sehingga kalian dapat memperoleh kemuliaan Yesus Kristus,
Tuhan kita.
Sebab itu berdirilah teguh
dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kalian terima dari kami,
baik secara lisan, maupun secara tertulis.
Semoga Tuhan kita Yesus Kristus, dan Allah, Bapa kita,
menghibur dan memperkuat hatimu
dalam segala karya dan tutur kata yang baik,
sebab Allah mengasihi kita,
Ia memberi kita hiburan dan harapan baik
karena kasih karunia-Nya.
Demikanlah sabda Tuhan.
ATAU BACAAN LAIN:
Sir 26:1-4.13-16
Pembacaan dari Kitab Putra Sirakh:
Berbahagialah suami dari istri yang baik,
umurnya akan berlipat ganda.
Istri berbudi menggembirakan suaminya,
yang dengan tenteram akan menggenapi umurnya.
Istri yang baik adalah harta indah,
yang dianugerahkan kepada orang yang takut pada Tuhan.
Entah kaya, entah miskin, giranglah hatinya,
dan selalu cerialah roman mukanya.
Keelokan istri menyenangkan suaminya,
tetapi kepandaiannya membesarkan hatinya.
Suatu anugerah dari Tuhanlah istri pendiam,
dan tak terbayarlah nilai istri yang terdidik.
Karunia berlipat-dualah seorang istri yang sopan,
dan perempuan murni tidak ada imbangannya.
Laksana matahari yang sedang terbit di atas pegunungan Tuhan,
demikianlah keelokan istri baik
di tengah rumah tangga yang rapih.
Demikianlah sabda Tuhan.
Mazmur Tanggapan
Mzm 96:10.11-12a.12b-13,R:13ab
Refren: Tuhan akan datang menghakimi dunia dengan adil.
*Katakanlah di antara bangsa-bangsa:
"Tuhan itu Raja!
Dunia ditegakkan-Nya, tidak akan goyah.
Ia akan mengadili bangsa-bangsa dalam kebenaran."
*Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorai,
biar gemuruhlah laut serta segala isinya;
biarlah beria-ria padang dan segala yang ada di atasnya,
dan segala pohon di hutan bersorak-sorai.
*Biarlah mereka bersukacita di hadapan Tuhan, sebab Ia datang,
sebab Ia datang untuk menghakimi bumi.
Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan,
dan bangsa-bangsa dengan kesetiaan-Nya.
ATAU MAZMUR LAIN:
Mzm 131:1.2.3
Refren: Tuhan, peliharalah damai-Mu dalam batinku.
*Tuhan, aku tidak tinggi hati,
dan tidak memandang dengan sombong;
aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar
atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku.
*Sungguh, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku;
seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya,
ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku.
*Berharaplah kepada Tuhan, hai Israel,
dari sekarang sampai selama-lamanya.
Bait Pengantar Injil
Ibr 4:12
Sabda Allah itu hidup dan penuh daya,
menguji segala pikiran dan maksud hati.
Bacaan Injil
Mat 23:23-26
"Yang satu harus dilakukan, tetapi yang lain jangan diabaikan."
Inilah Injil Suci menurut Matius:
Pada waktu itu Yesus bersabda,
"Celakalah kalian, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi,
hai kamu orang-orang munafik,
sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kalian bayar,
tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan,
yaitu keadilan, belas kasih dan kesetiaan.
Yang satu harus dilakukan, tetapi yang lain jangan diabaikan.
Hai kalian pemimpin-pemimpin buta,
nyamuk kalian tepiskan dari minumanmu
tetapi unta di dalamnya kalian telan.
Celakalah kalian, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi,
hai kalian orang-orang munafik,
sebab cawan dan pinggan kalian bersihkan sebelah luarnya,
tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan.
Hai orang-orang Farisi yang buta,
bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu,
maka sebelah luarnya juga akan bersih.
Demikianlah sabda Tuhan.
ATAU BACAAN LAIN:
Luk 7:11-17
Inilah Injil Suci menurut Lukas:
Sekali peristiwa
Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain.
Para murid serta banyak orang pergi bersama Dia.
Ketika Yesus mendekati pintu gerbang kota,
ada orang mati diusung ke luar,
yaitu anak laki-laki tunggal seorang ibu yang sudah janda,
dan banyak orang kota itu menyertai janda tersebut.
Melihat janda itu,
tergeraklah hati Tuhan oleh belas kasihan.
Lalu Tuhan berkata kepadanya, "Jangan menangis!"
Dihampiri-Nya usungan jenazah itu dan disentuh-Nya.
Maka para pengusung berhenti.
Tuhan berkata,
"Hai Pemuda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!"
Maka bangunlah pemuda itu, duduk dan mulai berbicara.
Lalu Yesus menyerahkannya kepada ibunya.
Semua orang itu ketakutan,
dan mereka memuliakan Allah sambil berkata,
"Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita,"
dan, "Allah telah mengunjungi umat-Nya."
Maka tersiarlah kabar tentang Yesus di seluruh Yudea
dan di seluruh daerah sekitarnya.
Demikianlah sabda Tuhan.
Renungan Injil
Bacaan Injil hari ini merupakan rangkaian kecaman Yesus kepada para ahli Taurat dan orang-orang Farisi, yang disampaikan Yesus secara terbuka di depan orang banyak di Bait Allah di Yerusalem.
Kecaman yang disebut sebagai 'Tujuh Celaka' itu disampaikan setelah sebelumnya Yesus mengusir pada pedagang yang berjualan di sana, dan juga mengutuk pohon ara yang tidak berbuah itu.
Dua dari celaka itu kita renungkan pada hari ini.
Orang Yahudi diwajibkan untuk membayar persepuluhan dari hasil panen mereka seperti anggur, minyak zaitun dan hasil panen utama lainnya, untuk membiayai pemeliharaan bait suci.
Para ahli Taurat dan orang-orang Farisi ingin nampak "lebih" di mata orang banyak.
Mereka tidak hanya membayar dari hasil panen utama saja, mereka juga membayar dari hasil sayur-mayur dan hasil-hasil remeh lainnya.
Tujuannya bukan untuk memuliakan Tuhan, melainkan untuk mendapatkan penghormatan bagi diri mereka sendiri karena telah melakukan "lebih" dari yang disyaratkan.
Tetapi sayangnya, kewajiban-kewajiban lain yang jauh lebih penting, seperti keadilan, belas kasih dan kesetiaan, tidak mereka lakukan.
Para ahli Taurat dan orang-orang Farisi itu melakukan hal-hal agar nampak oleh orang banyak sebagai "orang bersih" padahal di dalam batinnya penuh dengan pikiran-pikiran kotor yang tetap dibiarkan kotor.
Seharusnya yang perlu dibersihkan adalah hati dan pikiran kita, dengan demikian kebersihan itu akan memancar ke luar dan dilihat orang.
Saya pernah, tidak ke gereja pada hari minggu.
Ketika ditanya orang, "Sudah ke gereja?", lebih mudah jika saya jawab saja 'sudah' atau 'saya ikut misa hari Sabtu' supaya saya nampak sebagai orang yang rajin ke gereja.
Ada juga orang yang kemudian bercerita panjang lebar sebagai alasan kenapa tidak ke gereja, tujuannya untuk membenarkan diri sendiri.
Ada perasaan malu kalau ketahuan 'bolos' ke gereja, lalu memilih berbohong.
Orang-orang bisa saja kita bohongi, tetapi Tuhan tidak.
Tuhan tahu yang kita lakukan, sama seperti Yesus tahu apa yang dilakukan oleh para ahli Taurat dan orang-orang Farisi itu.
Tidak ke gereja pada hari minggu saja sudah salah, mengapa mesti ditambahi lagi dengan berbohong?
Jika pergi ke gereja itu kita anggap sebagai kewajiban, bisa saja timbul upaya untuk menghindari kewajiban itu.
Tetapi jika pergi ke gereja sebagai suatu kebutuhan, tanpa diperintah pun akan kita lakukan supaya kebutuhan itu terpenuhi.
Sudah menjadi kebiasaan manusia, mula-mula tidak setia kepada perkara-perkara kecil, lalu kemudian mengingkari perkara-perkara besar.
Banyak orang menganggap, berbohong soal pergi ke gereja ini merupakan perkara kecil, lebih kecil dibandingkan berbohong soal uang misalnya.
Apa iya memang seperti itu, berbohong soal Tuhan lebih kecil dibandingkan berbohong soal uang?
Peringatan Orang Kudus
Santa Monika, Janda
Monika, ibu Santo Agustinus dari Hippo, adalah seorang ibu teladan. Iman dan cara hidupnya yang terpuji patut dicontoh oleh ibu-ibu Kristen terutama mereka yang anaknya tersesat oleh berbagai ajaran dan bujukan dunia yang menyesatkan. Riwayat hidup Monika terpaut erat dengan hidup anaknya Santo Agustinus yang terkenal bandel sejak masa mudanya. Monika lahir di Tagaste, Afrika Utara dari sebuah keluarga Kristen yang saleh dan beribadat. Ketika berusia 20 tahun, ia menikah dengan Patrisius, seorang pemuda kafir yang cepat panas hatinya.
Dalam kehidupannya bersama Patrisius, Monika mengalami tekanan batin yang hebat karena ulah Patrisius dan anaknya Agustinus. Patrisius mencemoohkan dan menertawakan usaha keras isterinya mendidik Agustinus menjadi seorang pemuda yang luhur budinya. Namun semuanya itu ditanggungnya dengan sabar sambil tekun berdoa untuk memohon campur tangan Tuhan. Bertahun-tahun lamanya tidak ada tanda apa pun bahwa doanya dikabulkan Tuhan. Baru pada saat-saat terakhir hidupnya, Patrisius bertobat dan minta dipermandikan. Monika sungguh bahagia dan mengalami rahmat Tuhan pada saat-saat kritis hidup suaminya.
Ketika itu Agustinus berusia 18 tahun dan sedang menempuh pendidikannya di kota Kartago. Cara hidupnya semakin menggelisahkan hati ibunya karena telah meninggalkan imannya dan memeluk ajaran Manikeisme yang sesat itu. Lebih dari itu, di luar perkawinan yang sah, ia hidup dengan seorang wanita hingga melahirkan seorang anak yang diberi nama Deodatus. Untuk menghindarkan diri dari keluhan ibunya, Agustinus pergi ke Italia. Namun ia sama sekali tidak luput dari doa dan air mata ibunya.
Monika berlari meminta bantuan kepada seorang uskup. Kepadanya uskup itu berkata: "Pergilah kepada Tuhan! Sebagaimana engkau hidup, demikian pula anakmu, yang baginya telah kau curahkan begitu banyak air mata dan doa permohonan, tidak akan binasa. Tuhan akan mengembalikannya kepadamu". Nasehat pelipur lara itu tidak dapat menenteramkan batinnya. Ia tidak tega membiarkan anaknya lari menjauhi dia, sehingga kemudian ia menyusul anaknya ke Italia. Di sana ia menyertai anaknya di Roma maupun di Milano. Di Milano, Monika berkenalan dengan Uskup Santo Ambrosius. Akhirnya oleh teladan dan bimbingan Ambrosius, Agustinus bertobat dan bertekad untuk hidup hanya bagi Allah dan sesamanya. Saat itu bagi Monika merupakan puncak dari segala kebahagiaan hidupnya. Hal ini terlukis di dalam kesaksian Agustinus sendiri perihal perjalanan mereka pulang ke Afrika: "Kami berdua terlibat dalam pembicaraan yang sangat menarik, sambil melupakan liku-liku masa lampau dan menyongsong hari depan. Kami bertanya-tanya, seperti apakah kehidupan para suci di surga. Dan akhirnya dunia dengan segala isinya ini tidak lagi menarik bagi kami. Ibu berkata: "Anakku, bagi ibu sudah tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang memikat hatiku. Ibu tidak tahu untuk apa mesti hidup lebih lama. Sebab, segala harapan ibu di dunia ini sudah terkabul". Dalam tulisan lain, Agustinus mengisahkan pembicaraan penuh kasih antara dia dan ibunya di Ostia: "Sambil duduk di dekat jendela dan memandang ke laut biru yang tenang, ibu berkata: "Anakku, satu-satunya alasan yang membuat aku masih ingin hidup sedikit lebih lama lagi ialah aku mau melihat engkau menjadi seorang Kristen sebelum aku menghembuskan nafasku. Hal itu sekarang telah dikabulkan Allah, bahkan lebih dari itu, Allah telah menggerakkan engkau untuk mempersembahkan dirimu sama sekali kepadaNya dalam pengabdian yang tulus kepadaNya. Sekarang apa lagi yang aku harapkan?"
Beberapa hari kemudian, Monika jatuh sakit. Kepada Agustinus, ia berkata: "Anakku, satu-satunya yang kukehendaki ialah agar engkau mengenangkan daku di altar Tuhan". Monika akhirnya meninggal di Ostia, Roma. Teladan hidup Santa Monika menyatakan kepada kita bahwa doa yang tak kunjung putus, tak dapat tiada akan didengarkan Tuhan.