Liturgia Verbi 2023-05-25 Kamis.

Liturgia Verbi (A-I)
Hari Biasa Pekan Paskah VII

Kamis, 25 Mei 2023

PF S. Maria Magdalena de Pazzi, Perawan
PF S. Gregorius VII, Paus
PF S. Beda, Imam dan Pujangga Gereja



Bacaan Pertama
Kis 22:30;23:6-11

"Hendaknya engkau pergi bersaksi di Roma."

Pembacaan dari Kisah Para Rasul:

Setelah Paulus ditangkap di kota Yerusalem,
kepala pasukan ingin mengetahui dengan teliti
apa yang dituduhkan orang-orang Yahudi kepada Paulus.
Karena itu ia menyuruh mengambil Paulus dari penjara
dan memerintahkan supaya
imam-imam kepala dan seluruh Mahkamah Agama berkumpul.
Lalu ia membawa Paulus dari markas
dan menghadapkannya kepada mereka.

Paulus tahu bahwa
sebagian dari mereka itu termasuk golongan orang Saduki
dan sebagian termasuk golongan orang Farisi.
Oleh karena itu ia berseru dalam Mahkamah Agama itu, katanya,
"Hai saudara-saudaraku,
aku adalah orang Farisi, keturunan orang Farisi;
aku dihadapkan ke Mahkamah ini,
karena aku mengharap kebangkitan orang mati."

Ketika Paulus berkata demikian,
timbullah perpecahan
antara orang-orang Farisi dan orang-orang Saduki,
dan terbagi-bagilah orang banyak itu.

Sebab orang-orang Saduki mengatakan,
bahwa tidak ada kebangkitan, dan tidak ada malaikat atau roh,
tetapi orang-orang Farisi mengakui kedua-duanya.
Maka terjadilah keributan besar.
Beberapa ahli Taurat dari golongan Farisi tampil ke depan
dan membantah dengan keras, katanya,
"Kami sama sekali tidak menemukan sesuatu yang salah pada orang ini!
Barangkali ada roh atau malaikat yang telah berbicara kepadanya."
Maka terjadilah perpecahan besar, sehingga kepala pasukan takut,
kalau-kalau mereka akan mengoyak-ngoyak Paulus.
Karena itu ia memerintahkan pasukan supaya turun ke bawah
dan mengambil Paulus dari tengah-tengah mereka
lalu membawanya ke markas.

Pada malam berikutnya Tuhan datang berdiri di sisi Paulus
dan berkata kepadanya,
"Kuatkanlah hatimu,
sebab sebagaimana engkau dengan berani
telah bersaksi tentang Aku di Yerusalem,
demikian jugalah hendaknya engkau pergi bersaksi di Roma."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 16:1-2a.5.7-8.9-10.11,R:1

Refren: Jagalah aku, ya Tuhan,
sebab pada-Mu aku berlindung.

*Jagalah aku, ya Allah,
sebab pada-Mu aku berlindung.
Aku berkata kepada Tuhan, "Engkaulah Tuhanku.
Ya Tuhan, Engkaulah bagian warisan dan pialaku,
Engkau sendirilah
yang meneguhkan bagian yang diundikan kepadaku.

*Aku memuji Tuhan, yang telah memberi nasihat kepadaku,
pada waktu malam aku diajar oleh hati nuraniku.
Aku senantiasa memandang kepada Tuhan;
karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah.

*Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorai,
dan tubuhku akan diam dengan tenteram;
sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati,
dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan.

*Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan;
di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah,
di tangan kanan-Mu ada nikmat yang abadi.



Bait Pengantar Injil
Yoh 17:21

Semoga mereka semua menjadi satu,
sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku
dan Aku di dalam Engkau,
supaya dunia percaya
bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.



Bacaan Injil
Yoh 17:20-26

"Supaya mereka sempurna menjadi satu."

Inilah Injil Suci menurut Yohanes:

Dalam perjamuan malam terakhir,
Yesus menengadah ke langit dan berdoa bagi para pengikut-Nya,
"Bapa yang kudus, bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa,
tetapi juga untuk orang-orang,
yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka;
supaya mereka semua menjadi satu,
sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku
dan Aku di dalam Engkau,
agar mereka juga di dalam Kita,
supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.

Aku telah memberikan kepada mereka
kemuliaan yang Engkau berikan kepada-Ku,
supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu:
Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku,
supaya mereka sempurna menjadi satu,
agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku,
dan bahwa Engkau mengasihi mereka,
sama seperti Engkau mengasihi Aku.

Ya Bapa, Aku mau supaya di mana pun Aku berada,
mereka juga berada bersama-sama dengan Aku,
yakni mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku,
agar mereka memandang kemuliaan-Ku
yang telah Engkau berikan kepada-Ku,
sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan.

Ya Bapa yang adil, memang dunia tidak mengenal Engkau,
tetapi Aku mengenal Engkau,
dan mereka ini tahu, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku;
dan Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka
dan Aku akan memberitahukannya,
supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka
dan Aku di dalam mereka."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Hari ini kita masih akan meneruskan untuk merenungkan perihal Yesus berdoa kepada Bapa-Nya.
Rupanya panjang juga doa yang didaraskan oleh Yesus ya?
Tapi nanti dulu, jangan salah fokus atau salah faham.
Bukan doa yang panjang kali lebar akan lebih didengarkan oleh Allah Bapa kita.
Bukan doa yang menggunakan kata-kata indah yang lebih didengarkan.
Juga bukan doa yang diisi dengan perbuatan-perbuatan baik yang telah kita kerjakan yang membuat Allah Bapa lebih mendengarkan.
Tuhan mendengarkan semua doa, yang singkat-singkat saja atau yang bahkan yang tanpa kata-kata juga didengarkan-Nya.

Jika demikian, lalu mengapa Yesus berdoa panjang kali lebar sampai kita memerlukan beberapa hari untuk merenungkan doa-Nya itu?
Yesus pernah lho berdoa semalam-malaman, bagaimana ini?
Saya menangkap ada dua stand-point, yakni yang pertama, karena memang banyak hal yang mesti didoakan, dan yang kedua, salahkah kalau kita senang "ngobrol" dengan Allah Bapa, senang berlama-lama berada di dekat-dekat-Nya?
Yang dimaksud bukan tidak boleh berlama-lama dalam berdoa, melainkan jangan bertele-tele.
Percuma saja berdoa ngalor-ngidul kalau setelah selesai berdoa lalu lupa, apa saja sih yang tadi saya mohonkan?

Ketika kita memohonkan sesuatu kepada Allah Bapa, hendaknya kita sampaikan secara spesifik, sekali pun tentu Tuhan sudah mengetahuinya malah sebelum kita doakan.
"Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya."  [Mat 6:8b]
Ini bukan urusan Allah Bapa kita, melainkan urusan kita.
Kita mesti tahu persis apa yang kita inginkan, sehingga saat dikabulkan kita tahu persis apakah Tuhan mengabulkan persis seperti yang kita minta atau bahkan lebih dari yang kita minta?
Jangan-jangan kita malah keliru, menilai diberi kurang atau bahkan menilai permohonan tidak dikabulkan.

Contoh doa dari Yesus ini hendaknya kita jadikan pedoman.
Yesus secara jelas mengutarakan kepada siapa Ia berdoa.
Secara jelas pula untuk siapa Ia berdoa, serta secara spesifik diutarakan apa yang dimohonkan.
Dan sekali lagi, sekali pun Tuhan sudah mengetahui, tetap baik untuk diutarakan mengapa kita memohonkan hal itu?
Ini penting agar saatnya doa kita dikabulkan maka itu akan kita gunakan sesuai peruntukannya, jangan sampai gegara kurang spesifik kita malah berubah pikiran setelah menerima dari-Nya.
Marilah kita berdoa.



Peringatan Orang Kudus
Santo Gregorius VII, Paus dan Pengaku Iman
Saat terakhir kehidupan Gregorius dijalani di tempat pengasingan. Ia meninggal dunia di Salerno, Sisilia pada tanggal 25 Mei 1085. Ia seorang pencinta keadilan dan perdamaian. Hal ini dapat disimak dari kata-katanya yang terakhir sebelum ajalnya: "Aku telah mencintai keadilan dan perdamaian dan membenci kelaliman. Karena itu aku meninggal di pengasingan".
"Mencintai keadilan dan perdamaian dan berjuang untuk menegakkannya demi kebaikan Gereja" adalah warna dasar seluruh kehidupan Gregorius. Hildebrand, nama kecil Gregorius VII, lahir di Toskania, Italia Tengah pada tahun 1020 dari sebuah keluarga sederhana. Setelah menjadi rahib di sebuah biara Ordo Benediktin di luar negeri, ia dikirim belajar di biara Santa Maria di Roma. Karena kemampuan dan prestasinya sungguh luar biasa, ia dipindahkan ke Schola Cantorum, sebuah sekolah ternama di Roma. Di sini ia dibimbing oleh Yohanes Gratian, seorang imam yang menjadi Paus pada tahun 1045, dengan nama "Gregorius VI". Oleh Gregorius VI, Hildebrand diangkat menjadi Sekretaris Pribadi. Tetapi kemudian dalam Konsili Sutri pada tahun 1046 yang diprakarsai oleh Kaisar Jerman Henry III, Gregorius VI (1045-1046) - pengganti Paus Benediktus IX - dipaksa meletakkan jabatannya sebagai Paus karena dituduh melakukan praktek Simonia (= membeli jabatan Paus dengan uang). Sebagai gantinya, Konsili memilih Klemens II (1046-1047).
Setelah pemecatannya, Gregorius VI meninggalkan kota Roma dan mengungsi ke pegunungan Alpen ditemani oleh Hildebrand. Dari tempat pengungsian itu, Hildebrand pergi ke Jerman. Di sana ia menjalin hubungan erat dengan Uskup Bruno dari Toul. Bersama Uskup Bruno, ia ikut aktif membaharui kehidupan Gereja. Tatkala Uskup Bruno terpilih menjadi Paus (Paus Leo IX, 1049-1054), Hildebrand menemaninya ke Roma. Di sana ia ditahbiskan menjadi Diakon Agung, suatu jabatan penting yang bertugas mengurus hubungan Takhta Suci dengan negara-negara lain. Selain itu, ia dipercayakan jabatan sebagai pengawas keuangan kepausan. Sebagai rekan kerja terdekat Paus Leo IX, Hildebrand turut aktif melaksanakan berbagai program pembaharuan hidup menggereja.
Situasi Gereja pada masa itu sangat memprihatinkan. Berbagai kebiasaan buruk merajalela di kalangan raja-raja dan kaisar. Mereka tanpa segan-segan turut campur tangan dalam urusan-urusan yang sebenarnya menjadi urusan intern Gereja. Sering terjadi praktek pelantikan Imam dan Uskup dilakukan oleh raja atau kaisar, hanya karena dipandang dapat memberikan keuntungan kepada kerajaan atau kekaisaran. Jabatan Imam atau Uskup bahkan Paus dapat dibeli dengan uang. Soal kelayakan pribadi tidak diperhitungkan sama sekali. Kecuali itu, imam­imam pun tidak menghayati imamatnya dengan baik. Karya pembaharuan Gereja digalakkan untuk melenyapkan berbagai praktek itu.
Keberhasilan awal dari usaha Hildebrand diperolehnya di biara Santo Paulus di Roma. Dengan pengaruhnya yang besar ia berhasil mengembalikan citra kehidupan imamat di antara imam-imam yang hidup di dalam biara itu. Umat di Roma mulai bangkit lagi dengan semangat baru untuk menghayati imannya secara sungguh-sungguh. Oleh karena itu, ketika Leo IX rneninggal dunia, orang-orang Roma dengan suara bulat memilihnya menjadi pengganti Leo IX. Tetapi Hildebrand yang ketika itu sedang bertugas di Prancis segera meminta agar umat memilih saja orang lain. Ia sendiri pun berjuang untuk mengangkat Gebhard, Uskup kota Eichstadt sebagai pengganti Leo IX. Pada tahun 1055, Gebhard menjadi Paus dengan nama Viktor II (1055-1057). Sepeninggal Viktor II (1057), Frederick dari Monte Casino diangkat menjadi Paus dengan nama Stefanus IX (1057-1058). Setahun kemudian ia meninggal dunia dan diganti oleh Uskup Gerhard dari Florence dengan nama Nikolas II (1059-1061).
Pada masa kepemimpinan Paus Nikolas II terjadi dua peristiwa penting. Pertama, terbitnya dekrit pembaharuan aturan pemilihan Paus baru. Pemilihan ini sepenuhnya berada dalam tangan para Kardinal, tanpa campur tangan kaisar. Kedua, penandatanganan naskah perjanjian dengan bangsa Normandia yang menguasai Italia Selatan. Kedua peristiwa ini terjadi atas prakarsa Hildebrand, yang menjabat sebagai Diakon Agung. Peraturan baru mengenai pemilihan Paus mulai diterapkan Hildebrand pada waktu pemilihan Paus Aleksander II (1061-1073).
Sepeninggal Aleksander II, peraturan baru itu seolah tidak berlaku. Umat secara spontan dan suara bulat memilih Hildebrand sebagai Paus, mengingat kesalehan hidupnya dan berbagai prestasinya dalam menangani urusan-urusan Gereja. Karena berpegang teguh pada aturan pemilihan yang baru, Hildebrand bersikeras menolak keinginan umat itu. Namun akhirnya ia menerimanya juga karena ketulusan hati umat. la menduduki Takhta Santo Petrus dengan nama Gregorius VII (1073­1085).
Semenjak ia merestui keinginan umat untuk menjadi Paus, berbagai tugas berat yang menuntut penyelesaian segera bermunculan secara beruntun. Program pembaharuan yang telah dijalankannya selama 25 tahun terus dilanjutkan. Ia berjuang keras memberantas berbagai praktek buruk di kalangan awam (kaisar dan raja-raja) dan di kalangan pejabat­pejabat Gereja. Praktek memperjualbelikan jabatan Imam dan Uskup juga diberantasnya. la mengadakan sinode-sinode untuk membicarakan masalah-masalah itu sekaligus untuk mencarikan jalan keluarnya. la menegaskan kepada para Uskup agar tidak lagi membiarkan Gereja Kristus dipermainkan oleh kaum awam yang tidak bertanggungjawab. Ketegasannya dan pelbagai usaha pembaharuannya mendapat perlawanan keras dari kaum awam, terutama kaisar. Di Spanyol, Prancis, terutama di Jerman di bawah kaisar Hendrik IV, para imam dan kaum awam dengan keras menentang kebijaksanaan Gregorius VII. Meskipun demikian Gregorius tak tergoncangkan pendiriannya. Sebaliknya ia mengutus pembantu-pembantunya ke seluruh Eropa dengan kuasa penuh untuk memecat semua imam yang hidup tidak sesuai dengan imamatnya. Demikian juga semua orang yang menjadi imam dengan cara 'simonia'.
la menerbitkan sebuah dekrit yang dengan tegas melarang kaum awam, termasuk raja-raja dan kaisar untuk terlibat dalam hal pengangkatan pejabat-pejabat Gereja. la mengekskomunikasikan semua imam yang menduduki jabatan suci dengan cara yang tidak benar dan sah menurut aturan Gereja. Bahkan ia memecat beberapa Uskup Saxon dan menggantinya dengan orang-orang pilihannya sendiri. Sebagai reaksi, kaisar Hendrik IV mentahbiskan diakon Teobaldo sebagai Uskup Agung Milan, Italia Utara. Gregorius menentangnya dengan tindakanekskomunikasi.
Pada Misa Malam Natal 1075, Gregorius ditangkap dan dipenjarakan. Tetapi segera ia dibebaskan oleh umat Roma yang mencintainya. Hendrik segera mengadakan pertemuan dengan Uskup-uskup Jerman di Worms pada tahun 1076. Mereka menuduh Gregorius melakukan berbagai tindakan kriminal dan dengan tegas menyatakan bahwa pengangkatannya sebagai Paus adalah tidak sah. Lebih lanjut mereka mendesak agar Gregorius segera turun dari Takhta Santo Petrus.
Melihat bahwa Hendrik IV telah diekskomunikasikan oleh Gregorius, sejumlah besar Pangeran Jerman membelot dan bangkit melawan Hendrik. Mereka berkumpul di Tribur dan memberhentikan Hendrik sebagai kaisar Jerman. Menyaksikan situasi kacau ini, Hendrik segera mengambil tindakan berani yakni meminta pengampunan Paus. Dengan sejumlah kecil pengikutnya, ia berangkat menuju istana Kanossa, tempat peristirahatan Gregorius. Selama tiga hari, Hendrik berdiri di halaman istana Kanossa, sebagai seorang peniten yang mau bertobat. Mengingat kedudukannya sebagai seorang gembala umat yang berkewajiban mengampuni setiap umatnya yang bertobat, Gregorius akhirnya rela mengampuni Hendrik dan menarik kembali keputusan ekskomunikasinya setelah Hendrik berjanji untuk mentaati aturan-aturan yang ditetapkan Paus dan Hukum Gereja.
Pengampunan ini membebaskan dia dari dosanya sekaligus ancaman para Pangeran. la kembali ke Jerman untuk memulihkan kembali kedudukannya sebagai kaisar. Meski demikian, para Pangeran tidak mengakuinya lagi. Mereka mengangkat Rudolf, seorang Pangeran dari Swabia untuk menduduki takhta kekaisaran. Perang segera berkobar.Rudolf terbunuh dalam perang itu. Dengan demikian Hendrik kembali berkuasa.
Ia lalu kembali kepada perbuatannya, yakni mengangkat kaum awam untuk menduduki jabatan-jabatan Gereja. la mengancam Gregorius dengan mengangkat Guibertus, Uskup Agung Ravenna yang telah diekskomunikasikan Gregorius sebagai Paus tandingan, dengan nama Klemens III (1080-1100). Dan oleh Klemens III, Hendrik dinobatkan sebagai kaisar di Basilik Santo Petrus pada tanggal 31 Maret 1084.
Situasi ini tidak berakhir. Pangeran Robertus Guiscard, seorang sahabat Gregorius dari suku bangsa Normandia di Italia Selatan, berangkat ke Roma dengan kekuatan besar untuk memaksa Hendrik turun dari takhtanya. Dia berhasil mengalahkan Hendrik. Takhta Kepausan Gregorius kembali dipulihkan. Tetapi karena orang-orang Roma tidak suka kepada orang-orang Normandia, maka berkobarlah pertempuran hebat. Menghadapi kekacauan ini, Gregorius mengasingkan diri ke Salerno, Italia Selatan. Di sana ia mengampuni kembali orang-orang yang telah diekskomunikasikannya, kecuali Hendrik IV dan Guibertus. Di sana pula ia menghembuskan nafasnya yang terakhir pada tanggal 25 Mei 1085.
Gregorius VII, seorang Paus yang besar dan terkenal. Perjuangannya untuk menegakkan martabat Gereja dilanjutkan oleh Paus-paus yang menggantinya.


Santa Magdalena Sofia Barat, Pengaku Iman
Magdalena Sofia Barat (Madeleine Sophiebarat) lahir di Joigny, Burgundy, Prancis pada tanggal 12 Desember 1779. Di bawah bimbingan seorang kakaknya yang sudah menjadi imam, Magdalena dididik secara ketat dengan disiplin dan latihan-latihan matiraga. Pendidikan ini terasa sangat berat untuk seorang wanita yang masih muda belia. Namun itulah yang kiranya menjadi persiapan baik bagi Magdalena menuju keberhasilannya di masa depan.
Padu waktu itu, Varin, Pastor Paroki setempat memulai pembangunan sebuah perkumpulan yang mengabdikan diri secara khusus pada karya pendidikan bagi putri-putri. Perkumpulan ini menjadi bagian dari Serikat Yesus, dan dipersembahkan kepada perlindungan Hati Yesus yang Mahakudus. Ketika perkumpulan ini mulai berjalan, Magdalena bersama tiga orang kawannya mendaftarkan diri sebagai anggota pertama. Pada tahun berikutnya, keempat putri ini memulai kehidupannya di dalam perkumpulan itu sebagai postulan.
Setelah mendapat pendidikan intensif, Magdalena diutus ke kota Amiens untuk mengajar di sebuah sekolah yang ada di sana. Tugasnya sebagai guru dijalankannya dengan sangat baik. Dalam waktu singkat, ia mendirikan sebuah biara di kota itu. Ia sendiri menjadi pemimpin biara itu, meskipun usianya masih tergolong muda sekali, yaitu 23 tahun. Kepribadiannya yang menarik, kesalehan dan kebijaksanaannya membuat dia mampu membina biara ini dengan sukses. Magdalena memang seorang pemimpin yang penuh semangat dalam karya pengabdiannya. Pada usianya 26 tahun, ia mengumpulkan dan membina sekelompok guru yang bercita-cita membangun kembali Pendidikan Katolik bagi putri-putri, yang sudah tidak berjalan karena Revolusi Prancis.
Dalam waktu singkat kelompok guru yang tergabung di dalam Kongregasi Suster Hati Kudus (Sacre Coeur) ini menyebar ke seluruh Prancis untuk menjalankan misinya di bidang pendidikan bagi putri­putri. Magdalena sebagai pemimpin mendampingi suster-susternya dengan bijaksana dan penuh keberanian. Ia membimbing mereka sebagai pemimpin selama 63 tahun dengan hasil yang sangat memuaskan. Banyak sekolah dibukanya di banyak tempat. Di antara sekolah-sekolah itu, ada satu sekolah yang dikhususkan untuk menampung anak-anak dari biara Visitasi yang ada di Grenonle. Dari antaranya terdapat orang-orang penting seperti: BI Philippine Duchesne yang kemudian menyebarkan biara itu ke Amerika pada tahun 1818.
Kongregasi Hati Kudus ini kemudian mendapat pengakuan dan pengesahan dari Sri Paus Leo XII (1878-1903) pada tahun 1826. Pada tahun 1830, novisiatnya di Piters ditutup karena revolusi yang terjadi di negeri itu. Sebagai gantinya Magdalena mendirikan sebuah novisiat di Swiss.
Dalam kepemimpinannya, Magdalena senantiasa menyemangati para susternya untuk mencari kemuliaan Tuhan Yesus dengan bekerja keras menyucikan jiwa-jiwa. Semboyannya ialah "Memikul penderitaan untuk diri sendiri dan tidak membuat orang lain menderita". Kebaktiannya yang mendalam kepada Hati Yesus yang Mahakudus membuat hatinya sendiri tetap tenang sampai hari kematiannya di Paris pada tanggal 21 Mei 1865. Sampai wafatnya, ia telah mendirikan lebih dari 100 biara dan sekolah di 12 negara.


Santo Beda, Pengaku Iman dan Pujangga Gereja
Beda, yang bergelar "Venerabilis" lahir di Inggris kira-kira pada tahun 672. Pada usia 7 tahun, ia masuk biara Benediktin di Wearmouth, Inggris Utara di bawah pimpinan Abbas Benediktus Biscop. Kemudian, dari sana ia dipindahkan ke biara Santo Paulus di Jarrow sambil mengadakan kunjungan-kunjungan singkat ke Lindisfarne dan York. Pada umur 19 tahun ia ditahbiskan menjadi diakon dan pada tahun 704 ia ditahbiskan menjadi imam. la tetap berkarya di Jarrow dan terus melanjutkan kunjungan-kunjungan ke Lindisfarne dan York.
Kesucian, kepandaian dan kehalusan budinya membuat banyak orang tertarik kepadanya, dan rela menjadi muridnya. Hidupnya dipusatkan pada Ofisi Suci, studi, mengajar dan menulis. Dalam bidang studi, mengajar dan menulis, ia jauh lebih unggul dari rekan-rekannya yang lain. Berbagai pokok iman ditulisnya dan dipelajari di biara-biara. Pengaruhnya terasa sekali dalam sekolah-sekolah biara pada Abad Pertengahan. Buku-bukunya dipakai sebagai buku standar bagi pendidikan di biara-biara. Ia menulis berbagai buku ilmu pengetahuan antara lain: Fisika, sebuah buku tentang Waktu/Tarikh. Ia mempopulerkan ide penanggalan peristiwa-peristiwa sebelum dan sesudah Masehi, meskipun beliau bukanlah pencetusnya.
Karyanya yang terbesar ialah komentar-komentarnya tentang Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Beliau sendiri menganggapnya sebagai sumbangannya yang terbesar bagi Gereja. Pendekatannya terhadap Kitab Suci umumnya bersifat allegoris, walaupun ketika itu ia menempatkan tafsiran allegoris dan literer secara sejajar. Karyanya diwarnai oleh ortodoksinya dalam teologi dan dalam penggunaan bahasa Latin­nya yang klasik. Dalam penggunaan sumber-sumber untuk buku-bukunya, ia menambahkm komentar-komentarnya dan penelitiannya sendiri hingga karya-karya teologisnya tidak semata-mata merupakan kompilasi tetapi merupakan ungkapan pikiran dan kepribadiannya.
Santo Beda dikenal sebagai pintu masuk dalam Sejarah Gereja Inggris. Ia adalah kebanggaan orang Katolik Anglosakson dan satu-satunya Sarjana Gereja yang berkebangsaan Inggris. Karya-karyanya yang cemerlang tentang Ilmu Pengetahuan dan tentang Kitab Suci membuat dia digelar sebagai Pujangga Gereja. Ia meninggal dunia pada tahun 735.


Santa Maria Magdalena de Pazzi, Perawan
Maria Magdalena lahir di Florence pada tanggal 2 April 1566.  Magdalena adalah anak tunggal dari sebuah keluarga terkemuka di kota yang makmur dan indah itu. Semasa mudanya, tingkah lakunya menampakkan suatu keistimewaan. la berbudi halus dan memiliki pikiran yang tajam.
Pada umur 10 tahun, pada Pesta Khabar Malaekat ia menerima Komuni pertama dan oleh Bapa Pengakuannya ia diperbolehkan menerima Komuni Suci setiap hari. Hal ini merupakan sesuatu yang luar biasa. Ia selalu memberitahukan orangtuanya apabila ingin mengikuti perayaan Misa Kudus. Kebiasaannya ini lama kelamaan melahirkan dalam dirinya keinginan untuk mempersembahkan diri seutuhnya hanya kepada Yesus. Ia ingin hidup demi Yesus saja.
Keputusannya ini sungguh mengecewakan orangtuanya. Karena dengan demikian keluarga bangsawan itu tidak lagi mempunyai keturunan. Meskipun demikian kedua orangtuanya patuh pada kehendak Allah. Mereka yakin bahwa Tuhan mempunyai rencana yang baik pada mereka. Pada tahun 1582 Magdalena masuk biara Karmel "Maria Ratu pada Malaekat".
Magdalena sengaja memilih biara ini karena ia tahu bahwa di sana ia dapat rnenerima Komuni Suci setiap hari. Di dalam biara itu, Magdalena dengan sepenuh hati menaati semua peraturan biara dan menaati pimpinan biara. Ia mempunyai keyakinan bahwa tak satu pun peraturan dari tarekatnya tidak dikehendaki Roh Kudus. Ia tidak suka mengecualikan dirinya dalam menjalankan tapa dan pantang, kecuali hal itu diperintahkan oleh Tuhan. la sering mengalami penglihatan ajaib di mana Yesus mengajarinya tentang kediaman ilahi dalam hatinya demi menguatkan dia apabila dia ditimpa percobaan.
Suatu waktu datanglah berbagai cobaan dan sengsara menimpa dirinya. Selama lima tahun ia menanggung banyak penderitaan karena ditimpa berbagai jenis penyakit, siksaan batin yang berat dan lain-lainnya. Saat-saat itu, Magdalena benar-benar merasakan apa yang pernah dialami Yesus di atas salib ketika Allah Bapa seolah-olah meninggalkan Dia. Tatapi Magdalena tetap dengan tabah menjalani dan menanggung semuanya itu. Semboyannya ialah: "Bukan kematian, melainkan penderitaan". Memulihkan dosa-dosa, baik dosa pribadi maupun dosa-dosa seluruh umat manusia adalah cita-citanya yang utama. Sambil turut menanggung derita bersama Kristus, Magdalena ingin mengenakan pemulihan Penebus kepada manusia.
la tetap seorang suster yang rendah hati meskipun ia dianugerahi banyak karunia luar biasa. Pada Pesta Pentekosta tahun 1590, malam gelap yang penuh penderitaan itu habis dan ia dipilih menjadi pemimpin Novisiat hingga dua kali sampai dia diangkat menjadi pemimpin biara. Pada tahun 1607, Magdalena meninggal dunia setelah menderita penyakit yang berbahaya.




https://liturgia-verbi.blogspot.co.id/