Liturgia Verbi 2023-07-11 Selasa.

Liturgia Verbi (A-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XIV

Selasa, 11 Juli 2023

PW S. Benediktus, Abas



Bacaan Pertama
Kej 32:22-32

"Namamu selanjutnya adalah Israel,
sebab engkau bergumul melawan Allah dan engkau menang."

Pembacaan dari Kitab Kejadian:

Pada suatu malam
Yakub bangun dan membawa kedua isterinya,
kedua budaknya perempuan dan kesebelas anaknya.
Ia menyeberang di tempat penyeberangan sungai Yabok.
Sesudah menyeberangkan mereka,
ia menyeberangkan juga segala miliknya.
Lalu tinggallah Yakub seorang diri.
Maka terjadilah:
seorang laki-laki bergulat dengan Yakub
sampai fajar menyingsing.
Ketika orang itu melihat, bahwa ia tidak dapat mengalahkan Yakub,
ia memukul sendi pangkal paha Yakub,
sehingga sendi itu terpelecok,
ketika Yakub bergulat dengan orang itu.
Lalu kata orang itu,
"Biarkanlah aku pergi, karena fajar telah menyingsing."
Sahut Yakub, "Aku tidak akan membiarkan dikau pergi,
jika engkau tidak memberkati aku."
Bertanyalah orang itu kepadanya, "Siapakah namamu?"
Sahutnya, "Yakub."
Lalu kata orang itu, "Namamu tidak akan disebutkan lagi Yakub, tetapi Israel,
sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia,
dan engkau menang."
Bertanyalah Yakub, "Katakanlah juga namamu."
Tetapi sahutnya, "Mengapa engkau menanyakan namaku?"
Lalu diberkatinyalah Yakub di situ.

Yakub menamai tempat itu Pniel, sebab katanya,
"Aku telah melihat Allah berhadapan muka,
tetapi aku tetap hidup!"
Ketika meninggalkan Pniel, Yakub melihat matahari terbit;
Yakub pincang karena terkilir sendi pangkal pahanya.
Sampai sekarang orang Israel tidak memakan daging
yang menutup sendi pangkal paha,
karena sendi pangkal paha Yakub telah dipukul,
yaitu pada otot pangkal pahanya.

Demikianlah sabda Tuhan.

ATAU BACAAN LAIN:
Ams 2:1-9

Pembacaan dari Kitab Amsal:

Hai anakku, jikalau engkau menerima perkataanku
dan menyimpan perintahku di dalam hatimu,
sehingga telingamu memperhatikan hikmat,
dan engkau menyondongkan hatimu kepada kepandaian;

Jikalau engkau berseru kepada pengertian,
dan menujukan suaramu kepada kepandaian,
jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak,
dan mengejarnya seperti harta terpendam,
maka engkau akan memperoleh pengertian
tentang takwa kepada Tuhan
dan mendapat pengenalan akan Allah.
Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat,
dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian.

Ia menyediakan pertolongan bagi orang yang jujur,
menjadi perisai bagi orang yang tidak bercela perilakunya,
sambil menjaga jalan keadilan,
dan memelihara jalan orang-orang-Nya yang setia.

Maka engkau akan mengerti
tentang kebenaran, keadilan, dan kejujuran,
bahkan setiap jalan yang baik.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 17:1.2-3.6-7.8b.15,R:15a

Refren: Dalam kebenaran
aku akan memandang wajah-Mu, ya Tuhan.

*Dengarkanlah, Tuhan, perkara yang jujur,
perhatikanlah seruanku;
berilah telinga kepada doaku,
doa dari bibir yang tidak menipu.

*Dari pada-Mulah kiranya datang penghakiman:
kiranya mata-Mu melihat apa yang benar.
Bila Engkau menguji hatiku;
bila Engkau memeriksanya pada waktu malam,
dan menyelidiki aku,
maka tidak suatu kejahatan pun Kautemukan.

*Aku berseru kepada-Mu, karena Engkau menjawab aku, ya Allah;
sendengkanlah telinga-Mu kepadaku, dengarkanlah perkataanku.
Tunjukkanlah kasih setia-Mu yang ajaib,
ya Engkau yang menyelamatkan orang-orang
yang berlindung pada tangan kanan-Mu terhadap pemberontak.

*Peliharalah aku seperti biji mata,
sembunyikanlah aku dalam naungan sayap-Mu.
Dalam kebenaran akan kupandang wajah-Mu,
dan pada waktu bangun aku akan menjadi puas dengan rupa-Mu.

ATAU MAZMUR LAIN:
Mzm 34:2-3.4-5.6-7.8-9.10-11

Refren: Aku hendak memuji Tuhan pada segala waktu.
(Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan.)

*Aku hendak memuji Tuhan setiap waktu;
puji-pujian kepada-Nya selalu ada di dalam mulutku.
Karena Tuhan jiwaku bermegah;
biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya
dan bersukacita.

*Muliakanlah Tuhan bersama-sama dengan daku,
marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya.
Aku telah mencari Tuhan, lalu Ia menjawab aku,
dan melepaskan daku dari segala kegentaranku.

*Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya,
maka mukamu akan berseri-seri,
dan tidak akan malu tersipu-sipu.
Orang yang tertindas ini berseru, dan Tuhan mendengarkan,
Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya.

*Malaikat Tuhan berkemah di sekeliling orang-orang yang takwa,
lalu meluputkan mereka.
Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan!
Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!

*Takutlah akan Tuhan, hai orang-orang-Nya yang kudus,
sebab orang yang takut akan Dia takkan berkekurangan.
Singa-singa muda merasa kelaparan,
tetapi orang-orang yang mencari Tuhan
tidak akan kekurangan sesuatu pun.



Bait Pengantar Injil
Yoh 10:14

Aku ini gembala yang baik, sabda Tuhan;
Aku mengenal domba-domba-Ku,
dan domba-domba-Ku mengenal Aku.



Bacaan Injil
Mat  9:32-38

"Tuaian memang banyak, tetapi sedikitlah pekerjanya!"

Inilah Injil Suci menurut Matius:

Pada suatu hari
dibawalah kepada Yesus seorang bisu yang kerasukan setan.
Setelah setan diusir, orang bisu itu dapat berbicara.

Maka heranlah orang banyak, katanya,
"Hal semacam ini belum pernah dilihat orang di Israel!"
Tetapi orang Farisi berkata,
"Dengan kuasa penghulu setan Ia mengusir setan."

Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa;
Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat
dan mewartakan Injil Kerajaan Surga
serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan.
Melihat orang banyak itu
tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka,
karena mereka lelah dan terlantar
seperti domba yang tidak bergembala.
Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya,
"Tuaian memang banyak, tetapi sedikitlah pekerjanya.
Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian,
supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Hari ini giliran saya membawakan Renungan Harian The Power of Word.

*Keajaiban Tuhan Terjadi Melalui Iman Kita*

Adik-adik, Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara se-iman dalam Kasih Kristus,
Dari Bacaan Injil yang baru saja kita dengarkan bersama,
kita boleh mengetahui kalau Yesus berkeliling ke semua kota dan desa.
Yesus mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan mewartakan Injil Kerajaan Surga.
Yesus juga mengadakan berbagai mujizat untuk melenyapkan segala penyakit dan kelemahan orang-orang yang datang menjumpai Yesus.
Setelah Yesus kembali ke rumah Bapa-Nya di Surga, para rasul dan murid lainnya melanjutkan pelayanan kepada orang banyak, mengadakan berbagai macam mujizat untuk memuliakan Tuhan.
Sampai sekarang Tuhan masih mengadakan berbagai mujizat melalui orang-orang yang memang diberi karunia untuk itu.
Rasul Paulus telah memaparkannya dengan baik dalam suratnya yang pertama kepada Jemaat di Korintus, "Ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang.
Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, begitu seterusnya."

Memang dari sejak semula Tuhan telah mengadakan berbagai mujizat, melalui para nabi dan yang lainnya.
Tak kurang-kurang melalui nabi Musa Tuhan mengadakan mujizat membelah laut untuk menyelamatkan bangsa Israel dari kejaran tentara Mesir.
Begitu pula berbagai mujizat melalui nabi Eli, nabi Nuh, dan lain-lainnya.
Itu tandanya Tuhan memang mengasihi kita, umat manusia, dan menginginkan agar kita mau menempuh hidup di dunia ini dengan benar untuk kemudian dapat kembali berkumpul bersama Tuhan dan para orang kudus di Surga.

Adik-adik, Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara se-iman dalam Kasih Kristus,
Apa yang menjadi alasan mengapa Tuhan selalu mengadakan mujizat dari sejak semula sampai sekarang pun masih?
Bukankah Tuhan telah menetapkan tata-aturan yang berlaku di dunia ini?
Lalu mengapa Tuhan gemar mengadakan sesuatu di luar tata-aturan itu?
Apakah ini semacam pamer-pamer, show of force, supaya orang-orang menjadi takut kepada Tuhan?
Saya rasa tidak seperti itu. Nalar saya tidak mengatakan demikian.
Memangnya Tuhan senang menakuti-nakuti kita?
Tuhan itu mengasihi kita, ciptaan-Nya, ciptaan yang setara dengan citra Allah.

Kalau kita cermati, Yesus mengadakan mujizat oleh karena Yesus tergerak oleh belas-kasihan, seperti yang telah kita dengarkan dari Bacaan Injil hari ini,
"Melihat orang banyak itu tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka,
karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala."
Oleh karena belas-kasih Kristus yang melimpah ruah inilah kita boleh berharap mujizat juga terjadi dalam hidup kita.
Bukan hanya itu, kita juga boleh berharap mujizat terjadi pada orang-orang yang kita doakan, karena kita boleh membantu para pekerja di ladang Tuhan, dan tentu juga boleh menjadi pekerja, bukan sekedar membantu, tetapi turut menyingsingkan lengan baju untuk mulai terlibat secara langsung.
Ini kita lakukan sebagai respon atas pernyataan Yesus, "Tuaian memang banyak, tetapi sedikitlah pekerjanya."

Lalu bagaimana caranya agar keajaiban yang dari Tuhan itu dapat terjadi dalam hidup kita?
Yang pertama dan yang terpenting untuk selalu kita simpan dalam nalar kita,
bahwa Tuhanlah yang mengadakan mujizat, bukan kita.
Maka dari itulah Yesus menyarakan agar kita memohon kepada Sang Empunya Tuaian,
agar Ia mengirim para pekerja atau memanggil dan memilih kita menjadi pekerja-Nya.

Selanjutnya, yang juga tak kalah pentingnya, keajaiban dari Tuhan itu terkait erat dengan iman kita.
Menjadi percaya karena telah menyaksikan sendiri mujizat Tuhan, tentulah baik adanya.
Seperti yang dialami oleh rasul Tomas misalnya, yang tak percaya kalau Yesus telah bangkit.
Tetapi menjadi percaya setelah ia sendiri menyaksikan kehadiran Yesus.
Namun akan lebih baik lagi kalau kita percaya kepada Tuhan tanpa melalui mujizat,
seperti yang dikatakan Yesus kepada Tomas,
"Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya.
Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya."

Percaya dan mujizat nampaknya memang dilematis.
Apakah kita mesti melihat mujizat terlebih dahulu baru kemudian menjadi percaya,
ataukah kita mesti percaya terlebih dahulu barulah ada mujizat terjadi di hadapan kita?
Ini persis seperti permasalahan dikotomis, "Lebih Dulu Ayam atau Telur?"
Ayam itu dilahirkan dari telur sedangkan telur dihasilkan oleh ayam.
Bisa jadi ini akan menjadi debat yang panjang dan mungkin tak ada akhirnya.
Kira-kira seperti itulah situasinya antara mujizat dan percaya, lebih dulu mana?

Adik-adik, Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara se-iman dalam Kasih Kristus,
Yesus telah mengajarkan agar kita memiliki iman, artinya kita percaya kepada-Nya.
Jika kita telah memiliki iman, maka yang mustahil akan menjadi mungkin.
Pada Injil Lukas 17 ayat 6 ditulis, "Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu."
Begitu pula ditulis pada Injil Matius 17 ayat 20,
"Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja
kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana,
-- maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu."

Mujizat adalah keajaiban, maksudnya sesuatu yang mustahil tapi terjadi.
Tetapi janganlah kita membayangkan mujizat itu seperti "rejeki nomplok",
misalnya tiba-tiba ada segepok emas permata di lemari kita saat kita bangun pagi,
atau saat bangun pagi kita mendapati diri kita di depan cermin tiba-tiba menjadi cantik atau ganteng seperti bintang film.
Sementara itu, keajaiban Tuhan yang terjadi malah kita anggap sebagai suatu kebetulan belaka,
mungkin karena tidak wah, tidak kontroversial, tidak ajaib.
Padahal semuanya itu mesti dimulai dari hal-hal kecil, tidak ujug-ujug ajaib.
Iman kita mesti bertumbuh, dari sebesar biji sesawi yang tumbuh menjadi pohon yang besar.
Diperlukan ketekunan dan ketaatan agar iman kita bertumbuh.

Tentu kita masih ingat perumpamaan Yesus tentang talenta, yang diberikan kepada tiga orang hamba dengan jumlah yang berbeda-beda.
Lihatlah apa yang terjadi pada hamba yang menerima dua talenta sementara temannya dapat lima talenta, irihatikah dia?
Tidak, ia tetap menerima dua talenta itu sebagai anugerah yang mesti ditumbuh-kembangkan.
Ia tak mau larut dalam irihati.
Hasil akhirnya, Yesus pun berkata kepadanya,
"Hai hambaku yang baik dan setia,
engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil,
aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar.
Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu."

Nah, marilah kita akhiri perjumpaan kita dengan berdoa bersama.

Ya Allah Bapa kami,
Engkaulah satu-satunya yang dapat mengadakan mujizat
untuk mengatasi berbagai kerumitan, kesusahan, dan penderitaan.
Pandanglah iman kami, Ya Bapa,
agar keajaiban-Mu juga boleh terjadi di dalam hidup kami,
agar kami Engkau mampukan untuk mengatasi berbagai persoalan hidup kami
serta orang-orang yang kami kasihi.
Doa dan harapan ini,
kami sampaikan melalui perantaraan Tuhan kami, Yesus Kritus.
Amin.
Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus, Amin.



Peringatan Orang Kudus
Santo Benediktus, Abbas
Benediktus dikenal sebagai pendiri cara hidup monastik di Eropa Barat. Ia meninggalkan kehidupan duniawi dan menjadi seorang pertapa. Kemudian ia mendirikan sebuah tarekat yang dikenal dengan namanya, Ordo Benediktin, yang bermarkas di Monte Casino. Pada tahun 1944 ketika Perang Dunia II berkecamuk biara induk Monte Casino dihancurkan, dan baru dibangun kembali setelah perang.
Benediktus lahir di Nursia, Italia Tengah sekitar tahun 480 dan meninggal dunia di Monte Casino pada tahun 547. Saudarinya, Skolastika, yang kemudian menjadi seorang Santa, adalah seorang religius sejati yang membaktikan dirinya kepada Tuhan dan sesama. Dibantu oleh sebuah keluarga bangsawan yang mengikuti kebiasaan mendidik anak-anaknya bagi karier politik, Benediktus dikirim ke Roma untuk melanjutkan pendidikannya. Di Roma ia menderita sekali karena tingginya biaya hidup. Lalu ditemani oleh seorang pelayan keluarga yang terpercaya, ia meninggalkan kota Roma. Ketika itu ia berusia 20 tahun.
Untuk sementara waktu, ia tinggal di Enfide kira-kira 40 mil baratdaya kota Roma bersama sekelompok orang Kristen saleh sambil terus melanjutkan studi dan praktek askesenya. la kemudian meninggalkan Enfide untuk hidup menyendiri jauh dari kehidupan ramai di kota. Rekan-rekannya sangat mencintai dia dan percaya akan kemampuannya membuat mujizat. Ia menemukan sebuah tempat pengungsian yang sepi di dalam sebuah gua di atas gunung Subiako, 50 mil sebelah timur kota Roma. Di dalam gua itu, ia bertapa selama tiga tahun. Ia dibantu oleh Romanus, seorang pertapa lain, dalam bimbingan rohani maupun makan-minum setiap hari.
Reputasi Benediktus sebagai seorang pertapa tidak bisa terus disembunyikannya. Namanya segera terkenal di antara penduduk desa di sekitarnya. Tatkala superior dari sebuah biara di dekat gua pertapaannya meninggal dunia, biarawan-biarawan itu meminta Benediktus menjadi pemimpin mereka. Dengan senang hati Benediktus menerima permohonan itu dan segera meninggalkan gua pertapaannya. Ia disambut dengan gembira. Tetapi segera ia menyadari, bahwa kehidupan di biara itu tidak berjalan sebagaimana mestinya. Para biarawannya tidak disiplin dan lemah pendiriannya. Benediktus berusaha untuk memperbaiki situasi biara itu, namun tidak semua biarawan setuju, ada yang bahkan membenci dan berupaya meracuninya. Untunglah Benediktus selamat. Gelas minum yang berisi racun itu tiba-tiba saja hancur berantakan ketika dijamahnya. Benediktus segera meninggalkan biara itu dengan sedih hati. Ia kembali ke gua Subiako. Dari sana ia mulai mengumpulkan banyak pertapa yang terpencar di mana-mana. Sejak itu ia mulai meninggalkan idenya yang lama dan memulai kehidupan Cenobitik: suatu komunitas pria, yang mengabdikan diri pada kehidupan religius. Dengan meniru cara hidup asketis Mesir, teristimewa dari tradisi Pakomius, Benediktus mengelompokkan pengikut-pengikutnya dalam 12 kelompok, masing-masing dengan pemimpinnya. Kehidupan monastik dengan 12 biara ini dimulainya di Subiako.                                                                                                                                                                        Selanjutnya, seorang bangsawan Roma memberinya sebidang tanah di dekat kota Kasino, kira-kira 30 mil jauhnya dari Subiako. Kasino terletak di kaki gunung dan sangat subur. Di sini Benediktus mendirikan sebuah gereja yang dipersembahkan kepada Santo Yohanes Pembaptis. Demikianlah awal dari biara Monte Kasino yang terkenal itu.
Enam hari sebelum wafatnya, Benediktus menyuruh rekan-rekannya menyiapkan kuburnya di samping saudaranya Santa Skolastika yang meninggal enarn minggu sebelumnya. Relikui Benediktus dan Skolastika ditemukan kembali pada tahun 1950 di bawah reruntuhan altar gereja Monte Kasino yang hancur pada masa Perang Dunia II.
Semua berita tentang kehidupan Benediktus diketahui dari buku "Dialog" karangan Paus Gregorius Agung yang ditulis 50 tahun setelah kematian Benediktus. Sumber informasi lain ialah aturan-aturan hidup yang disusunnya bagi pengikut-pengikutnya di Monte Kasino. Dari aturan hidup itu terlihat jelas kepribadian Benediktus sebagai seorang pemimpin biara yang ramah tamah, bijaksana dan penuh pengertian. Sikapnya sangat moderat baik dalam hal doa, kerja, pewartaan, makan­an, tidur dan lain-lainnya. Aturan hidup membiara Santo Benediktus merupakan aturan hidup membiara pertama di Eropa Barat. Santo Benediktus biasanya digambarkan sebagai seorang Abbas yang sedang memegang satu salinan aturan hidup membiara.

Santa Olga, Janda
Olga - yang disebut juga Helga atau Ilga - lahir di Kskov, Rusia pada tahun 879. Keluarganya masih kafir tetapi ia sendiri sudah sering mendengar tentang Yesus Kristus dan ajaran-ajaranNya, terutama ajaran cintakasih kepada Allah dan kepada sesama.
Pada tahun 903 ia menikah dengan Igor, raja muda Vangirian di Kiev.  Pada tahun 945, Igor suaminya terbunuh dalam suatu pertempuran di Konstantinopel. Olga amat marah mendengar berita kematian suaminya itu. Lalu dengan semangat dan keberanian yang tinggi, ia segera menghimpun tentaranya yang sudah tercerai-berai dan maju berperang sebagai panglima melawan pasukan yang setia kepada kaisar. Dengan gagah berani ia berhasil menumpas pasukan kaisar. Untuk melampiaskan amarahnya, ia memerintahkan supaya pembunuh suaminya disirami air panas hingga mati dan tentara-tentara tawanan dibunuh. Tetapi niatnya ini tidak terlaksana karena belaskasihannya kepada para tawanan itu. Ia memperlakukan mereka secara baik dan ramah. Harta kekayaan mereka tidak dijarahnya dan kota mereka tidak dibumi-hanguskan. la membawa kedamaian di seluruh kerajaan dan memerintah mereka dengan ramah bagaikan seorang ibu melindungi anak-anaknya.
Setelah memerintah kerajaan selama 3 tahun (945-947), ia menyerahkan kekuasaannya kepada puteranya Pangeran Szyastoslav. Ketika itu ia belum beragama Kristen. Ia masih tetap setia pada cara hidup yang sesuai dengan adat istiadat kafir yang diwarisinya dari orang-tuanya. Namun karena tertarik pada Yesus Kristus dan ajaranNya yang sudah sering didengarnya, maka ia pergi ke Konstantinopel untuk belajar agama Kristen dan kemudian dipermandikan. Sejak itu ia mulai menyesuaikan cara hidupnya dengan cara hidup Kristen. Ia kemudian pulang ke Rusia dan menyebarkan iman Kristen di sana.
Agar iman Kristen lebih cepat berkembang, ia meminta bantuan kepada raja Otto I dari Jerman agar mengirimkan Santo Adelbertus ke sana. Sayang bahwa karya Santo Adelbertus kurang membawa hasil, karena raja Szyastoslav, putera Olga sendiri tidak mau bertobat dan menganut agama baru yang dibawa ibunya. Katanya kepada ibunya "Rakyatku akan mentertawakan aku jika aku sendiri menganut agama asing itu.
Meskipun perkembangan kekristenan berjalan seret di Rusia pada masa itu, namun benih-benih iman sudah mulai berkembang di sana. Olga dan cucunya Vladimir dianggap sebagai orang Kristen pertama di Rusia. Oleh Yakop, seorang rahib saleh, Olga dan Vladimir dipandang sebagai rasul negeri Rusia. Olga wafat pada tahun 969.

Martir-martir Vietnam
Sejak abad ke-16 perkembangan agama Katolik cukup pesat di seputar Annam, Cochin China dan Tonkin. Kehidupan iman umat tidak diganggu, kecuali oleh serangan lokal yang membawa korban seperti antara lain dua orang imam praja, yaitu Emanuel Trien (1797) dan Yoanea Dat (1798) yang mati dipenggal kepalanya. Akan tetapi pada abad ke-19 kesetiaan umat Vietnam kepada Yesus betul-betul diuji oleh serentetan badai gelombang penganiayaan yang berat. Banyak berguguran saksi iman di seluruh negeri itu. Puluhan ribu orang Kristen mati sebagai saksi iman antara tahun 1833-1862. Beberapa misionaris ditangkap, disiksa dan akhirnya dibunuh. Mereka adalah Ignasius Delgado OP (1838) mati kelaparan dan kepayahan; Dominik Henares OP (1838) bersama seorang katekis, Franz Chien mati dipenggal; Uskup Yoanes Karolus Corney (1837) dikunci dalam kandang bambu untuk dipertontonkan kepada warga masyarakat dan disiksa selama tiga bulan, sebelum sebilah pedang memisahkan kepalanya; Andreas Trong - seorang tentara -, Peter Thi (1839) dan seorang petani bernama Antonius Dieh (1838) dihabisi nyawanya karena ketahuan menjamu seorang misionaris.  Petrus Dumoulin Borie - imam misionaris - menerima khabar bahwa ia diangkat menjadi Uskup, sewaktu sedang meringkuk dalam penjara. Bersama dua orang imamnya, yaitu Peter Choa dan Vinsen Diem, beliau menunggu giliran pelaksanaan hukuman mati (1838).
Puluhan tahun seluruh umat dicekam kegelisahan dan ketakutan yang silih berganti. Dan walaupun Uskup Pigneau membantu Nguyen ke jenjang mahkota kekaisaran, namun puteranya yaitu Minh Menh dan penggantinya – Thu-Duc - melancarkan penganiayaan terhadap umat Kristen sampai tahun 1887. Mikhael Ho-Dinh-Hy - seorang Mandarin dan pejabat tinggi pemerintah - dipenggal kepalanya di Hue, (1857) karena melindungi dan membimbing umat yang tercerai-berai. Pada tahun 1860, seorang kapten pasukan kaisar, yaitu Yosef Thi dibunuh. Yosef Khang (1861) disesah sampai mati di Travi, karena ingin membebaskan Uskup Hieronimus Hermosilla. Pada tahun itu juga Uskup Stefan Cuenot - yang ditahbiskan Uskup di Singapura (1833) - meninggal dalam penjara (1861); sedangkan Pastor Teofanes Verard disiksa dengan kejam hingga mati. Di Saigon Pater Paul Hank dan seorang imam baru Paul Loe dibunuh pula karena kecintaan mereka kepada Yesus Kristus.
Kaum muda pun tidak ketinggalan dalam penganiayaan itu. Pada tahun 1859,  Peter Tuam dan Peter Thae diinjak-injak gajah sampai lumat tubuhya. Juga teman mereka yang lebih muda, yaitu Paul Bao, Dominik Duyet, dan Dominikus Nink di cekik oleh para algojo di penjara Nam-Dinh.
Umat Katolik Vietnam berkali-kali diuji kesetiaan mereka pada Yesus Kristus dalam kobaran api pembantaian, supaya kehidupan iman mereka tampak bagaikan emas yang disepuh bagi Tuhan. Sekarang pun umat Katolik Vietnam masih mengalami berbagai hambatan dalam penghayatan imannya.



https://liturgia-verbi.blogspot.co.id/