Liturgia Verbi 2020-10-25 Minggu.

Liturgia Verbi (A-II)
Hari Minggu Biasa XXX

Minggu, 25 Oktober 2020



Bacaan Pertama
Kel 22:21-27

"Jika kamu menindas seorang janda atau anak yatim,
maka Murka-Ku akan bangkit,
dan Aku akan membunuh kamu."

Pembacaan dari Kitab Keluaran:

Beginilah firman Tuhan,
"Janganlah orang asing kautindas atau kautekan,
sebab kamu pun pernah menjadi orang asing di tanah Mesir.
Seorang janda atau anak yatim janganlah kamu tindas.
Jika engkau sampai menindas mereka ini,
pasti Aku akan mendengarkan seruan mereka,
jika mereka berseru-seru kepada-Ku dengan nyaring.
Maka murka-Ku akan bangkit,
dan Aku akan membunuh kamu dengan pedang,
sehingga isterimu menjadi janda
dan anak-anakmu menjadi yatim.

Jika engkau meminjamkan uang kepada salah seorang dari umat-Ku,
yakni orang yang miskin di antaramu,
janganlah engkau berlaku sebagai seorang penagih hutang terhadap dia:
dan janganlah kamu bebankan bunga uang kepadanya.

Jika engkau sampai mengambil jubah temanmu sebagai gadai,
maka haruslah engkau mengembalikannya sebelum matahari terbenam,
sebab hanya itu sajalah penutup tubuhnya,
hanya itulah pemalut kulitnya;
Jika tidak, pakai apakah ia pergi tidur?
Maka, apabila ia berseru-seru kepada-Ku,
Aku akan mendengarkannya,
sebab Aku ini pengasih."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 18:2-3a.3bc-4.47.51ab,R:2

Refren: Aku mengasihi Engkau, ya Allah, kekuatanku.

*Aku mengasihi Engkau, ya Tuhan, kekuatanku!
Ya Tuhan, bukit batu, kubu pertahanan dan penyelamatku.

*Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung,
perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku!
Terpujilah Tuhan, seruku;
maka aku pun selamat dari pada musuhku.

*Tuhan itu hidup! Terpujilah gunung batuku,
dan mulialah Allah Penyelamatku.
Tuhan mengaruniakan keselamatan yang besar
kepada raja yang diangkat-Nya;
Ia menunjukkan kasih setia kepada orang yang diurapi-Nya.



Bacaan Kedua
1Tes 1:5c-10

"Kamu berbalik dari berhala-berhala kepada Allah
untuk mengabdi kepada Allah dan menantikan kedatangan Anak-Nya."

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Tesalonika:

Saudara-saudara,
kamu tahu bagaimana kami bekerja di antara kamu
demi kepentinganmu.
Dan kamu telah menjadi penurut kami dan penurut Tuhan;
dalam penindasan yang berat
kamu telah menerima firman Tuhan
dengan sukacita yang dikerjakan oleh Roh Kudus,
sehingga kamu telah menjadi teladan
untuk semua orang yang percaya
di wilayah Makedonia dan Akhaya.
Karena dari antara kamu firman Tuhan bergema
bukan hanya di Makedonia dan Akhaya.
Di mana-mana telah tersiar kabar tentang imanmu kepada Allah,
sehingga kami tidak usah berbicara lagi tentang hal itu.
Sebab mereka sendiri berceritera tentang kami,
bagaimana kami kamu sambut
dan bagaimana kamu berbalik dari berhala-berhala kepada Allah
untuk mengabdi kepada Allah yang hidup dan benar,
yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati,
yaitu Yesus, yang menyelamatkan kita dari murka yang akan datang.

Demikianlah sabda Tuhan.



Bait Pengantar Injil
Yoh 14:23

Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku.
Bapa-Ku akan mengasihi dia. 
Kami akan datang kepadanya dan diam bersama dengan dia.



Bacaan Injil
Mat 22:34-40

"Kasihilah Tuhan Allahmu,
dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Ketika orang-orang Farisi mendengar
bahwa Yesus telah membungkam orang-orang Saduki,
berkumpullah mereka.
Seorang dari antara mereka, seorang ahli Taurat,
bertanya untuk mencobai Dia,
"Guru, hukum manakah yang terbesar dalam hukum Taurat?"
Jawab Yesus kepadanya,
"Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu,
dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap akal budimu.
Itulah hukum yang utama dan yang pertama.
Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah:
Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Pada kedua hukum inilah
tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Selama satu minggu ke depan kita akan merenungkan perihal kasih, tentang kaitan iman kita dengan kasih Kristus, dan bagaimana kasih itu dapat menjadi akselerator yang mempercepat pertumbuhan dari iman kita, seperti pupuk bagi tanaman atau ragi bagi adonan kue.
Menurut Yesus, intisari dari seluruh hukum Taurat dapat dirangkum menjadi dua hal pokok, yakni: 1) Mengasihi Tuhan, dan 2) Mengasihi sesama.
Keduanya dapat dilambangkan sebagai salib Yesus yang terdiri dari 2 balok kayu, yang vertikal menuju kepada Tuhan dan yang horisontal menuju kepada sesama.
Keduanya mesti ada dan tak dapat dipisahkan.
Kalau hanya yang vertikal atau yang horisontal saja, maka bukan lagi salib namanya.

Memahami kasih Kristus nampaknya tidak sulit, tetapi menjadi sulit ketika kita hendak menjalankannya.
Mengapa demikian?
Kasih itu artinya memberi dan satu arah, tidak mengharapkan imbalan, tanpa pamrih.
Dalam memberi, tidak dilihat kepada siapa diberikan, tidak tebang-pilih, artinya memberi kepada siapa saja, terutama kepada yang sedang berkesusahan.
Artinya, kasih itu tanpa syarat, unconditional.
Begini yang sering dikatakan orang, "Males ah, saya gak mau ngasih sebab dia itu sombong dan jahat."
atau "Ngapain ngasih, ketika saya membutuhkan dia juga gak ngasih saya kok"
Memang jadi susah kalau cara berpikirnya seperti itu, senang menerima tetapi banyak alasan untuk memberi.

Barangkali itulah alasannya mengapa Perjanjian Lama menggunakan pedekatan yang berbeda, yakni dengan "larangan-larangan" terhadap yang bertentangan dengan kasih, seperti yang ditulis pada Bacaan Pertama hari ini, "Jangan menindas orang asing, janda atau anak yatim", dan "jangan-jangan" lainnya.
Bangsa Israel pernah menjadi orang asing di negeri orang, ditindas dan dijadikan budak.
Tentulah mereka merasakan seperti apa menjadi orang asing yang ditindas dan diperbudak.
Maka seharusnya mereka tidak melakukan yang sama terhadap orang lain.
Itu menurut Perjanjian Lama.
Tetapi berbeda kalau menurut Yesus.
Yesus tidak berorientasi kepada "larangan", karena dengan mematuhi larangan-larangan itu bukan berarti telah mengasihi.
Tidak menindas belum tentu berarti telah mengasihi.
Yesus mau agar kasih Kristus diungkapkan secara lebih nyata, berupa tindakan kasih bagi orang lain yang sedang berkesusahan dan memerlukan pertolongan, dan bahkan sekali pun kita sendiri sedang berkesusahan, seperti yang dilihat oleh Yesus ketika seorang janda miskin memberi persembahan, "Mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya."  [Luk 21:4]

Dengan menjalankan kasih dalam kehidupan kita sehari-hari, maka iman kita pun akan tumbuh dengan subur, menjadi pohon yang besar dan menghasilkan banyak buah.



Peringatan Orang Kudus
Santo Gaudensius, Uskup dan Pengaku Iman
Gaudensius lahir pada pertengahan abad ke-4 di kota Brescia, Italia dari sebuah keluarga Kristen saleh. Semenjak masa mudanya ia mendapat pendidikan dan pelajaran agama langsung dari uskupnya, Santo Philaster. Ternyata oleh pendidikan itu, ia berkembang dewasa menjadi seorang pemuda yang saleh, bijaksana dan cakap. Karena itu ia dikagumi oleh orang-orang sekotanya.
Ketika dewasa, ia berziarah ke Yerusalem dan berbagai tempat suci bersejarah dengan maksud agar dilupakan oleh para pencintanya di Brescia. Sementara ia berada di Tanah Suci, uskup kota Brescia meninggal dunia. Segenap imam dan umat kota itu dengan suara bulat memilih Gaudensius sebagai uskup baru. Uskup-uskup Italia di bawah pimpinan Uskup Santo Ambrosius berkumpul dan meresmikan pilihan itu. Mereka lalu mengirim kabar kepada Gaudensius yang pada waktu itu sedang berada di Kapadokia, Asia Kecil untuk memintanya segera pulang ke Brescia guna mengemban tugas sebagai Uskup kota Brescia. Mendengar kabar itu, Gaudensius, yang mulanya merasa berat, segera pulang karena hormatnya yang besar kepada Uskup Santo Ambrosius yang saleh itu. Di Brescia ia ditahbiskan menjadi uskup pada tahun 397.  Sebagai uskup, Gaudensius menaruh perhatian besar pada bidang pengajaran agama bagi seluruh umatnya.  Dalam rangka itu, ia dengan rajin menjelajahi seluruh keuskupannya untuk berkotbah. Ia sendiri pun bersikap tegas kepada dan menghukum orang-orang yang berkelakuan buruk, yang hanya mengejar kenikmatan duniawi sambil melupakan tuntutan ajaran Injil Kristus.
Prestasi kerjanya sungguh mengagumkan. Ia diutus paus untuk menghadap kaisar Konstantinopel guna membebaskan Santo Krisostomus. Usahanya itu gagal malahan ia diperlakukan dengan kasar oleh kaisar. Gaudensius meninggal dunia pada tahun 410.

Santo Krisantus dan Daria, Martir
Kedua orang kudus ini dihormati sebagai martir-martir Roma yang dibunuh pada masa pemerintahan bersama dua orang kaisar Roma, Karinus dan Numerianus (283-285). Hari kelahiran dan kematian mereka tidak diketahui dengan pasti. Cerita tentang kemartiran mereka diketahui dari sebuah cerita kuno abad kelima. Menurut cerita itu Krisantus adalah putera Polemius, seorang bangsawan kafir. Ia menjadi Kristen dan giat dalam usaha penyebaran iman Kristen kepada orang-orang Roma. Ayahnya yang masih kafir itu tidak merestui dan berusaha keras dengan berbagai cara untuk memurtadkan kembali dia. Tetapi Krisantus tetap tidak mau mengingkari imannya. Cara terakhir yang dipakai ialah memaksa Krisantus menikah dengan Daria, seorang iman kafir.
Untuk itu ia mempertemukan Krisantus dengan Daria. Apa yang terjadi?  Berlawanan dengan harapannya, Daria justru jatuh cinta pada Krisantus dan bertobat menjadi Kristen. Mereka kemudian hidup bersama sebagai suami-isteri, dan menghayati suatu kehidupan Kristen penuh bakti kepada Tuhan. Mereka giat dalam penyebaran iman Kristen dan berhasil mempertobatkan banyak orang Roma, termasuk hakim yang diperintahkan untuk memaksa mereka menyangkali imannya. Akibatnya ialah mereka ditangkap dan disiksa oleh penguasa Roma. Setelah mengalami berbagai macam siksaan, mereka dirajam dan dikuburkan hidup-hidup di Jalan Salaria, di luar kota Roma pada tahun 283. Peristiwa pembunuhan tersebut tidak menakutkan orang-orang Kristen dalam usahanya menyebarkan iman Kristen, malah semakin menarik banyak orang Roma berpaling kepada kebenaran yang ada di dalam Kristus sebagaimana diwartakan oleh iman Kristen.
Santo Gregorius dari Tours (538-394) mengatakan bahwa di tempat kedua martir itu dimakamkan didirikan sebuah tempat ibadah untuk menghormati mereka. Kemudian pada abad kesembilan jenazah mereka dipindahkan ke Munstereifel, Jerman.

Santa Margaretha, Martir
Margaretha dibunuh oleh suaminya pada tahun 1176 dan dimakamkan di luar tempat pemakaman orang-orang beriman. Mulanya suaminya menyangkal tuduhan itu, dengan mengatakan bahwa Margaretha gantung diri. Tetapi karena pada kubur Margaretha terjadi begitu banyak mujizat, penipuan suaminya itu terbongkar. Lalu jenazah Margaretha digali kembali dan dimakamkan di dalam gereja Roskilde, Denmark.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/