Liturgia Verbi 2025-10-01 Rabu.

Liturgia Verbi (C-I)
Pesta S. Teresia dari Kanak-kanak Yesus, Perawan dan Pelindung Misi

Rabu, 1 Oktober 2025

Ujud Gereja Universal: Kerja sama antara tradisi religius yang berbeda.
Semoga semua orang yang percaya pada tradisi religius yang berbeda dapat bekerja bersama untuk mempertahankan dan meningkatkan perdamaian, keadilan, dan persaudaraan.

Ujud Gereja Indonesia: Pengguna media sosial.
Semoga pengguna media sosial dapat memilah dan memilih informasi yang akurat, serta menyebarkan informasi yang bermanfaat.



Bacaan Pertama
Yes 66:10-14c

"Aku mengalirkan kepadanya keselamatan seperti sungai."

Pembacaan dari Kitab Yesaya:

Bersukacitalah bersama-sama Yerusalem,
dan bersorak-soraklah karenanya,
hai semua orang yang mencintainya!
Bergiranglah bersama-sama dia segirang-girangnya,
hai semua orang yang pernah berkabung karenanya!
Hendaknya kamu minum susu yang menyegarkan dan menjadi kenyang, 
hendaknya kamu menghirup dan menikmati susu yang bernas.
Sebab beginilah firman Tuhan:
Sungguh, Aku mengalirkan kepadanya
keselamatan seperti sungai,
dan kekayaan bangsa-bangsa seperti batang air yang membanjir.
Kamu akan menyusu, akan digendong,
dan akan dibelai-belai di pangkuan.
Seperti seseorang yang dihibur ibunya,
demikianlah kamu akan Kuhibur;
kamu akan dihibur di Yerusalem.
Apabila kamu melihatnya, hatimu akan girang,
dan kamu akan seperti rumput muda yang tumbuh dengan lebat.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 131:1.2.3,

Refren: Jagalah aku dalam damai-Mu, ya Tuhan.

*Tuhan, aku tidak tinggi hati,
dan tidak memandang dengan sombong;
aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar
atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku.

*Sungguh, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku;
seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya,
ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku.

*Berharaplah kepada Tuhan, hai Israel,
dari sekarang sampai selama-lamanya.



Bait Pengantar Injil
Mat 11:25

Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi,
sebab misteri Kerajaan-Mu Kaunyatakan kepada orang kecil.



Bacaan Injil
Mat 18:1-5

"Jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini,
kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga."

Inilah Injil Suci menurut Matius:

Sekali peristiwa
datanglah murid-murid kepada Yesus dan bertanya,
"Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Surga?"
Maka Yesus memanggil seorang anak kecil
dan menempatkannya di tengah-tengah mereka,
lalu berkata,
"Aku berkata kepadamu:
Sungguh, jika kamu tidak bertobat
dan menjadi seperti anak kecil ini,
kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga.
Sedangkan barangsiapa merendahkan diri
dan menjadi seperti anak kecil ini,
dialah yang terbesar dalam Kerajaan Surga.
Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku,
ia menyambut Aku."
Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Hari ini Gereja merayakan pesta Santa Teresia dari Kanak-kanak Yesus, perawan dan pelindung misi. Ia dikenal dengan jalan kecilnya menuju kekudusan: menjadi sederhana seperti anak kecil di hadapan Allah, melakukan hal-hal kecil dengan cinta yang besar.

Yesus dalam Injil hari ini [Mat 18:1-5] berkata, "Jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga." Yang dimaksud Yesus tentu bukan sikap manja seorang anak kecil yang apa-apa selalu merengek atau menangis supaya dituruti. Melainkan, Yesus menekankan pada kerendahan hati dan kepolosan seorang anak kecil.

Anak kecil sering dianggap tidak tahu apa-apa, dianggap remeh, bahkan sering dilecehkan. Orang dewasa sering berkata, "Jangan kekanak-kanakan!" seakan-akan menjadi anak kecil adalah sebuah kelemahan. Padahal, Yesus justru mengajak kita belajar dari anak kecil: polos, tulus, apa adanya, dan tidak pandai menyembunyikan sesuatu.

Anak kecil juga belum pandai berbohong. Ketika mereka mencoba berbohong, biasanya ketahuan sekali. Sayangnya, justru ketika mereka semakin besar, orang tualah yang sering memberi contoh hingga akhirnya mereka belajar berbohong. Yesus ingin kita kembali menjadi seperti anak kecil—rendah hati, jujur, sederhana, dan percaya penuh kepada Bapa.

Santa Teresia dari Kanak-kanak Yesus meneladankan sikap ini dalam jalan kecilnya. Ia tidak melakukan hal-hal besar yang mencolok, tetapi kesederhanaannya justru menjadi jalan menuju kekudusan. Ia percaya bahwa Allah tidak pernah melupakan dan meninggalkan kita. Bahkan ketika kita tersesat, Allah akan mencari sampai kita ditemukan kembali.

Bacaan pertama dari Kitab Yesaya [Yes 66:10-14c] menegaskan betapa Allah menghibur umat-Nya seperti seorang ibu yang menghibur anaknya. "Seperti seseorang yang dihibur ibunya, demikianlah kamu akan Kuhibur." Gambaran ini semakin meneguhkan kita untuk percaya bahwa Allah merawat kita dengan penuh kasih, bahkan ketika kita merasa kecil, lemah, dan tak berdaya.

Maka tidak heran Gereja menobatkan Santa Teresia sebagai pelindung misi. Ia tidak pernah pergi jauh ke tanah misi, tetapi lewat doa, pengorbanan, dan cintanya yang tulus, ia mendukung para misionaris dan menggerakkan banyak orang untuk mencintai Kristus. Kesederhanaannya menjadi kekuatan yang membawa banyak jiwa kepada Tuhan.

Mari hari ini kita coba melakukan satu hal kecil dengan cinta yang besar: mungkin menebarkan senyum yang tulus, memberi perhatian sederhana pada orang di sekitar kita, atau mengucapkan doa singkat dengan sepenuh hati. Dengan jalan kecil itu, kita pun ikut ambil bagian dalam misi Gereja, menjadi saksi kasih Kristus di dunia.



Peringatan Orang Kudus
Santo Remigius, Uskup dan Pengaku Iman
Remi atau Remigius lahir di Prancis pada tahun 435. Pada umur 22 tahun, ia dipilih umat menjadi Uskup Reims, Prancis. Pilihan umat ini diterimanya dengan perasaan enggan karena ia merasa dirinya tidak layak. Tetapi di kemudian hari dalam seluruh hidupnya sebagai uskup terbukti bahwa pilihan umat atas dirinya sesungguhnya merupakan suara Tuhan sendiri.
Uskup Remi berbadan tinggi, bersikap tenang dan agung, ramah dan lembut terhadap siapa saja yang ditemuinya. Ia juga pintar, pandai berkotbah, dan murah hati terutama kepada orang-orang miskin. Sebagai uskup, ia berusaha sekuat tenaga untuk membawa bangsa Prancis, yang sebagian besar masih kafir ke pangkuan Kristus. Untuk itu tidak mengesampingkan pendekatan dan hubungan yang baik dengan raja dan para bangsawan Prancis. Ia berhasil dalam usaha kerasulan dan penginjilan bangsa Prancis itu, berkat doa dan teladan hidupnya, kotbahnya yang menyentuh hati umat, dan semua mujizat yang dilakukannya dalam nama Kristus Tuhan.
Pada malam Natal tahun 496 ia mempermandikan Raja Prancis, Klovis I bersama 3000 orang pembantunya. Remi memimpin keuskupannya selama 70 tahun lebih. Ketika ia meninggal dunia pada tahun 534 sebagian besar warga kerajaan Prancis sudah dikristenkan olehnya. Oleh karena itu ia diberi gelar 'rasul' negeri Prancis.

Santa Theresia dari Kanak-kanak Yesus, Perawan dan Pelindung Karya Misi
Maria Francoise Therese Martin lahir di Alencon, Prancis pada tanggal 2 Januari 1873. Theresia adalah puteri bungsu dari keluarga saleh Louis Martin dan Azelie Guerin. Ayahnya seorang pembuat arloji di kota Alencon. Sepeninggal isterinya, ia bersama anak-anaknya pindah ke Lisieux. Kematian ibunya menimbulkan shock besar pada Theresia sebagai puteri bungsu. Terpaksa kakaknya, Pauline, menggantikan kedudukan ibunya untuk merawat dan memperhatikan perkembangannya.
Theresia sangat dikasihi ayahnya. Ia diberi macam-macam julukan: 'Theresia Kecil', 'Bungsu Kecil' dan 'Ratu Kecil'. Pada tahun 1881 sampai 1885, ia belajar di sekolah Suster-suster Benediktin. Ia sangat perasa dan cepat menangis sehingga teman-temannya tidak akrab dengannya. Ia semakin menjadi perasa sewaktu kakaknya Pauline masuk biara Karmelit di Lisieux pada bulan Oktober 1882. Theresia jatuh sakit karena keberangkatan Pauline itu. Theresia disembuhkan secara ajaib. Sementara kakak-kakaknya berlutut disamping tempat tidurnya untuk berdoa bagi kesembuhannya, patung Bunda Maria yang berada di depannya tiba-tiba tersenyum padanya. Penyakit itu hilang seketika meskipun sifat perasa masih tetap ada. Sifat itu baru mulai hilang karena nasehat ayahnya ketika mereka menghadiri upacara malam Natal tahun 1886. Semenjak itu, ia mulai semakin sadar akan keburukan dari sifatnya yang manja dan lekas tersinggung itu. Ia sadar bahwa ia sudah mulai remaja dan lebih dari itu bahwa sifat kekanak-kanakan itu tidak cocok bagi seorang wanita yang bercita-cita menjadi suster. Saat kesadarannya ini - kemudian dalam autobiografinya - disebutnya sebagai saat ber-rahmat yang mengawali kehidupannya yang baru. Katanya dalam buku itu: "Yesuslah yang merubah diriku." 
Semenjak itu ia mulai sadar bahwa dirinya dipenuhi karunia Roh Kudus. Ia sadar pula bahwa dia harus mengabdikan seluruh-hidupnya kepada Tuhan. Kerinduannya untuk bersatu dengan Kanak-kanak Yesus sangatlah besar, dan karena itu di kemudian hari setelah ia digelari 'kudus', ia dinamai 'Theresia dari Kanak-kanak Yesus' dan 'Theresia dari Lisieux'. Kepada Yesus ia berjanji tidak akan pernah segan melakukan apa saja yang dikehendaki Tuhan dari padanya.
Kerinduannya itu terungkap dalam salah satu doanya berikut ini: "Yesus, tentu Engkau senang mempunyai mainan. Biarlah saya menjadi mainanMu! Anggap saja saya ini mainanMu. Bila akan Kauangkat, betapa senang hatiku. Jika hendak Kausepak kian kemari, silakan! Dan kalau hendak Kautinggalkan di pojok kamar lantaran bosan, boleh saja. Saya akan menunggu dengan sabar dan setia. Tetapi kalau hendak Kautusuk bolaMu. . .O, Yesus, tentu itu sakit sekali, namun terjadilah kehendakMu!" Inilah doa Theresia Martin kepada Kanak-kanak Yesus yang sangat dirindukannya tetapi belum bisa disambutnya karena umurnya baru 7 tahun. 
Orangtua Theresia baik sekali terhadapnya bersama saudara-saudaranya yang lain. Mereka semua - ada lima orang - menjadi suster. Betapa bahagia hati Theresia, ketika pada umur 12 tahun boleh menyambut Tubuh Yesus untuk pertama kalinya. Di hadapan sebuah salib, ia berjanji: "Yesus di kayu salib yang haus, saya akan memberikan air kepadaMu. Saya bersedia menderita sedapat mungkin, agar banyak orang berdosa bertobat." Pendosa pertama yang bertobat berkat doa Theresia ialah seorang penjahat kakap yang dijatuhi hukuman mati tanpa menyesal, namun akhirnya ia bertobat juga di hadapan sebuah salib sesaat sebelum menjalani hukuman. 
Kerinduan Theresia yang begitu besar pada Yesus mendesak dia untuk menjalani kehidupan khusus sebagai seorang biarawati, mengikuti teladan 4 orang saudaranya yang sudah lebih dahulu menjadi suster. Tetapi ia belum bisa diterima karena umurnya baru 14 tahun. Ia tidak putus asa. Ia berziarah ke Roma bersama orangtuanya. Dalam audiensi umum dengan Bapa Suci, ia dengan berani meminta izin khusus dari Bapa Suci untuk menjadi suster. Permintaannya itu dikabulkan dan dia boleh masuk biara pada umur 15 tahun. Ia diterima dalam biara Suster-suster Karmelit di Lisieux, Prancis. Kedua kakaknya sudah lebih dahulu di biara itu. Sembilan tahun lamanya, ia hidup sebagai suster biasa. Sebagaimana suster muda lainnya, ia melaksanakan tugas dan doa harian, harus mengatasi perasaan tersinggung, marah, rasa iri hati dan memerangi kebosanan serta bermacam ragam godaan lahir maupun batin. Untuk mencapai kesempurnaan hidup, ia memilih 'jalan sederhana' berdasarkan ajaran Kitab Suci: hidup selaku seorang anak kecil, penuh cinta dan iman kepercayaan akan Allah dan penyerahan diri yang total dengan perasaan gembira. Demi cita-cita itu, ia melakukan hal-hal kecil dan kewajiban-kewajiban sehari-hari dengan penuh tanggungjawab karena cinta kasihnya yang besar kepada Allah Bapa di surga. 
Ia sedih sekali melihat banyak orang menyakiti hati Yesus dengan berbuat dosa dan tidak mau bertobat. Untuk mempertobatkan orang­orang berdosa itu, ia mempersembahkan dirinya sebagai korban penyilih dosa-dosa. Ia rajin berdoa dan melakukan tapa bagi semua orang berdosa. Ia juga berdoa bagi para misionaris dan kemajuan Kerajaan Allah di seluruh dunia. 
Theresia akhirnya menderita sakit paru-paru yang parah.  Selama dua tahun lamanya ia menanggung beban penderitaan itu dengan gembira. Penyakit ini kemudian merengut nyawanya pada tanggal 30 September 1897 di biara Lisieux. Sebelum menghembuskan nafasnya, ia berjanji untuk menurunkan hujan mawar ke dunia. Janji ini benar terpenuhi karena banyak karunia Allah diberikan kepada semua orang yang berdoa dengan perantaraannya.
Theresia meninggal dunia dalam usia yang sangat muda, 24 tahun. Ia mewariskan catatan riwayat pribadinya yang ditulis atas permintaan ibu biara: "Kisah suatu Jiwa." Di dalamnya ia menunjukkan bahwa kesucian hidup dapat dicapai oleh siapa saja, betapa pun rendah, hina dan biasa orang itu. Caranya ialah melaksanakan pekerjaan-pekerjaan kecil dan tugas sehari-hari dengan penuh cintakasih yang murni kepada Tuhan. Theresia adalah seorang Suster Karmelit yang terkenal di Prancis pada abad 20. Pada tahun 1925, ia digelari sebagai 'santa' oleh Paus Pius XI (1922-1939) dan diangkat sebagai 'Pelindung Karya Misi Gereja'. Kemudian oleh Paus Pius XII (1939-1958), Theresia diangkat sebagai 'Pelindung Prancis'.

Santo Romanus dari Italia, Pertapa
Romanus dikenal sebagai seorang pertapa dan biarawan yang hidup di gurun pasir dekat Subiaco. Ia sangat berjasa kepada Santo Benediktus yang sedang mencari jalan kesempurnaan hidup di padang pasir dekat pegunungan Subiaco. Romanus-lah yang memberikan bimbingan dan nasehat serta menunjukkan kepada Benediktus gua pertapaan yang jauh dari keramaian. Selama Benediktus bertapa di gua itu, Romanus yang menghantarkan makanan kepadanya.
Konon Romanus pergi ke Auxere, Prancis untuk membebaskan bangsa Vandal yang membanjiri Italia. Di sana ia mendirikan biara Fontauge. Ia wafat pada tahun 550 dan relikuinya disimpan di Auxere Sens dan Vareilles.

Bulan Oktober adalah Bulan Rosario.
Kita memohon perlindungan Santa Perawan Maria dari segala marabahaya.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-09-30 Selasa.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXVI

Selasa, 30 September 2025

PW S. Hieronimus, Imam dan Pujangga Gereja



Bacaan Pertama
Za 8:20-23

"Banyak bangsa akan datang mencari Tuhan di Yerusalem."

Pembacaan dari Nubuat Zakharia:

Beginilah sabda Tuhan semesta alam,
"Bangsa-bangsa dan penduduk banyak kota masih akan datang.
Penduduk kota yang satu
akan pergi kepada penduduk kota yang lain dan mengatakan,
'Marilah kita pergi untuk melunakkan hati Tuhan
dan mencari Tuhan semesta alam!'
Kami pun akan pergi!
Jadi banyak bangsa dan suku bangsa yang kuat
akan datang mencari Tuhan semesta alam di Yerusalem
dan melunakkan hati Tuhan."

Beginilah sabda Tuhan semesta alam,
"Pada waktu itu sepuluh orang dari berbagai bangsa dan bahasa
akan memegang kuat-kuat punca jubah seorang Yahudi
dengan berkata,
'Kami mau pergi menyertai kamu,
sebab kami telah mendengar bahwa Allah menyertai kamu'!"

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 87:1-3.4-5.6-7,R:Za 8:23

Refren: Allah beserta kita.

*Di gunung-gunung yang kudus ada kota yang dibangunkan-Nya:
Tuhan lebih mencintai pintu-pintu gerbang Sion
daripada segala tempat kediaman Yakub.
Hal-hal yang mulia dikatakan tentang engkau, ya kota Allah.

*Aku menyebut Rahab dan Babel di antara orang-orang yang mengenal Aku,
bahkan tentang Filistea, Tirus dan Etiopia Kukatakan:
"Ini dilahirkan di sana."
Tetapi tentang Sion dikatakan:
"Tiap-tiap orang dilahirkan di dalamnya,"
dan Dia, Yang Mahatinggi, menegakkannya.

*Pada waktu mencatat bangsa-bangsa Tuhan menghitung:
"Ini dilahirkan di sana."
Dan orang menyanyi-nyanyi sambil menari beramai-ramai:
"Semua mendapatkan rumah di dalammu."



Bait Pengantar Injil
Mrk 10:45

Anak Manusia datang untuk melayani
dan menyerahkan nyawa-Nya sebagai tebusan bagi semua orang.



Bacaan Injil
Luk 9:51-56

"Yesus mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem."

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Ketika hampir genap waktunya diangkat ke surga,
Yesus mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem.
Diutusnya beberapa utusan mendahului Dia.
Mereka itu pergi, lalu masuk ke sebuah desa orang Samaria
untuk mempersiapkan segala sesuatu bagi-Nya.
Tetapi orang-orang Samaria di situ tidak mau menerima Dia,
karena perjalanan-Nya menuju Yerusalem.

Ketika dua murid-Nya, yaitu Yakobus dan Yohanes, melihat hal itu, mereka berkata,
"Tuhan, bolehkah kami menurunkan api dari langit
untuk membinasakan mereka?"

Tetapi Yesus berpaling dan menegur mereka,
"Kalian tidak tahu apa yang kalian inginkan.
Anak Manusia datang bukan untuk membinasakan orang,
melainkan untuk menyelamatkannya."
Lalu mereka pergi ke desa lain.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Renungan hari ini dibawakan oleh Ibu Erna Kusuma untuk *The Power of Word*

"*Bukan Menghakimi, Tapi Melayani*"

________________________________________
Doa Pembuka:

Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus, Amin.
Allah Bapa yang Mahakasih,
terima kasih atas sabda-Mu hari ini.
Engkau mengingatkan kami melalui Yakobus dan Yohanes
bahwa semangat iman harus disertai kerendahan hati dan ketaatan.
Bimbinglah kami agar tidak mudah menghakimi,
tetapi berani mengasihi dan melayani sesama.
Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami.
Amin.

________________________________________
Renungan:

Bapak-Ibu dan Saudara-saudara yang terkasih dalam Yesus Kristus,
Dalam Injil hari ini kita mendengar kisah Yakobus dan Yohanes,
dua murid yang dijuluki Yesus sebagai Boanerges,
artinya "anak-anak guruh" atau "Putera Guntur" [Mrk 3:17].
Julukan ini bukan tanpa alasan.
Mereka berdua punya semangat yang menyala-nyala,
tetapi kadang disertai sikap keras dan emosional.
Ketika orang-orang Samaria menolak Yesus,
mereka segera berkata, "Tuhan, bolehkah kami menurunkan api dari langit untuk membinasakan mereka?" [Luk 9:54].
Mereka ingin membela Yesus, tetapi dengan cara yang salah.

Kalau kita ikuti perjalanan mereka,
Yakobus dan Yohanes memang sering tampil kontroversial.
Di lain kesempatan,
mereka meminta duduk di sisi kanan dan kiri Yesus dalam kemuliaan
[Mrk 10:37 dan Mat 20:21].
Mereka membayangkan kemuliaan Kristus itu seperti tahta duniawi,
tempat berkuasa dan dihormati.
Tetapi Yesus menegur dan meluruskan pikiran itu.
Dia datang bukan untuk memerintah dengan kuasa duniawi,
melainkan untuk melayani,
bahkan menyerahkan nyawa-Nya sebagai tebusan [Mrk 10:45].

Namun, meskipun kerap salah paham,
Yesus justru mengajak mereka hadir di peristiwa-peristiwa inti.
Ketika Yesus membangkitkan anak Yairus, saat Yesus dimuliakan di atas gunung,
dan ketika Yesus berdoa penuh derita di taman Getsemani,
Yakobus dan Yohanes bersama Petrus selalu ada di sana [Mrk 14:34].
Itu berarti Yesus melihat sesuatu yang berharga dalam diri mereka:
iman yang berani, kesetiaan, dan hati yang mau dibentuk.

Bapak-Ibu dan Saudara-saudara yang terkasih dalam Yesus Kristus,
dari kisah ini kita belajar bahwa semangat yang besar itu penting,
tetapi harus dibimbing oleh kasih.
Membela Yesus tidak bisa dengan amarah yang menghanguskan,
melainkan dengan kesabaran yang menyelamatkan.
Hidup mengikut Kristus berarti berani mengendalikan diri,
belajar taat, dan rendah hati.

Coba kita renungkan dalam hidup sehari-hari.
Bukankah kita juga sering cepat menghakimi orang lain?
Kita mudah menilai pemimpin, entah di Gereja atau di masyarakat.
Kita gampang memberi cap pada saudara atau teman.
Padahal, belum tentu kita tahu seluruh ceritanya.
Bisa saja yang kita anggap salah justru sedang menjalani proses pertobatan.
Bisa saja yang kita anggap lemah justru sedang dipakai Tuhan secara luar biasa.
Karena itu, Yesus mengingatkan kita:
jangan cepat menghakimi, tapi belajarlah melayani.

Bacaan Pertama [Za 8:20-23] menegaskan bahwa bangsa-bangsa akan datang mencari Tuhan karena mereka melihat Allah beserta umat-Nya.
Maka, marilah kita menjadi tanda kehadiran Allah bagi orang-orang di sekitar kita.
Bukan lewat kata-kata menghakimi,
melainkan lewat sikap yang ramah, sabar, dan rela melayani.
Dengan cara itu, orang lain bisa berkata, "Kami mau ikut bersama kamu,
sebab kami mendengar bahwa Allah menyertai kamu."

Bapak-Ibu dan Saudara-saudara yang terkasih dalam Yesus Kristus,
Yakobus dan Yohanes akhirnya menjadi rasul-rasul utama
yang berani mati demi Kristus.
Semangat yang dulu meledak-ledak itu
akhirnya ditempa menjadi kesetiaan sampai akhir.
Semoga kita pun belajar dari mereka: membela Kristus dengan hati yang penuh kasih, bukan dengan menghakimi, melainkan dengan melayani.
Amin.

________________________________________
Doa penutup:

Marilah kita berdoa.

Allah Bapa yang penuh kasih,
ajarilah kami untuk menjadi tanda kehadiran-Mu di tengah dunia.
Buatlah hidup kami mencerminkan Kristus,
bukan dalam amarah atau penghakiman,
melainkan dalam pelayanan yang rendah hati.
Semoga setiap langkah kami menjadi jalan
yang membawa orang lain semakin dekat pada-Mu.
Amin.

Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus, Amin.



Peringatan Orang Kudus
Santo Hieronimus, Imam dan Pujangga Gereja
Eusebius Hieronimus Sophronius lahir di Stridon, Dalmatia pada tahun 342. Ayahnya, Eusebius, adalah seorang beriman Kristen yang saleh hidupnya dan dikenal luas sebagai tuan tanah yang kaya raya. Ia mendidik Hieronimus sesuai dengan kebiasaan-kebiasaan hidup Kristiani dan kebiasaan kerja keras. Ketika Hieronimus berusia 12 tahun, ia mengirimnya ke Roma untuk belajar ilmu hukum dan filsafat. Studinya berjalan lancar, hanya cara hidupnya tidak tertib karena pengaruh kehidupan moral orang Roma yang tidak terpuji pada masa itu. Untunglah bahwa ia lekas sadar dan bertobat dari cara hidupnya yang tidak tertib itu. Pada saat itulah ia meminta dipermandikan oleh Paus Liberius. Rahmat permandian yang diterimanya terus dihayatinya dengan banyak berdoa dan berziarah ke makam para martir dan para Rasul bersama kawan-kawannya. Kehidupan rohaninya terus meningkat, demikian pula cintanya kepada Tuhan dan sesama.
Pada tahun 370, ia berangkat ke kota Aquileia dan tinggal di sana beberapa lama untuk mendapat bimbingan dari Valerianus, seorang Uskup yang saleh. Dari sana ia pindah ke kota Antiokia, dan menjalani hidup bertapa di padang gurun Chalcis, di luar kota Antiokia. Empat tahun lamanya ia hidup di dalam kesunyian padang gurun untuk belajar dan meningkatkan hidup rohaninya dengan doa dan puasa. Di bawah bimbingan seorang rabbi, ia belajar bahasa Yunani dan Ibrani.
Berkat kemajuan hidup rohaninya yang besar, ia dianggap layak untuk ditahbiskan menjadi imam. Peristiwa itu terjadi di Antiokia pada tahun 379. Setelah menjadi imam, Hieronimus pergi ke Konstantinopel karena tertarik pada cara hidup Santo Gregorius dari Nazianza. Ia memperoleh banyak pengalaman dari Gregorius bagi peningkatan hidupnya. Hieronimus kemudian berangkat ke Roma dan di sana ia menjadi sekretaris pribadi Sri Paus Damasus (366-384).
Karena pengetahuannya yang luas dan mendalam tentang Kitab Suci dan kecakapannya dalam bahasa Latin, Yunani dan Ibrani, Hieronimus ditugaskan oleh Paus Damasus untuk membuat terjemahan baru atas seluruh isi Alkitab dari bahasa Yunani dan Ibrani ke dalam bahasa Latin. Untuk menunaikan tugas suci itu, ia pindah ke Betlehem, tempat kelahiran Yesus. Ia tinggal di sana selama 30 tahun untuk bekerja, belajar dan bersemadi. Perjanjian Lama diterjemahkannya dari bahasa Ibrani dan Aramik ke dalam bahasa Latin, sedangkan Perjanjian Baru diterjemahkannya dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Latin. Hasil terjemahannya sangat baik dan disukai banyak orang. Oleh karena itu terjemahannya disebut Vulgata, yang berarti Populer, dan sampai kini masih dianggap sebagai terjemahan yang resmi dan sah oleh Gereja.
Selain terkenal luas karena hasil terjemahannya, Hieronimus juga dikenal luas sebagai seorang pembela iman dari berbagai aliran bidaah dan pembimbing rohani. Dari segala penjuru datanglah banyak orang untuk mendapatkan bimbingannya dalam berbagai masalah ketuhanan dan Kitab Suci. Di Betlehem, Hieronimus mendirikan dua buah biara dan memimpinnya selama berada di Betlehem. Satu dari dua biara itu diperuntukkan bagi para biarawati di bawah pimpinan Santa Paula dan kelak oleh Santa Eustachia. Dua biara itu kemudian dibakar oleh para pengikut bidaah Pelagianisme. Kendatipun tertimpa kesedihan besar, Hieronimus terus giat menulis dan mengajar hingga wafatnya pada tahun 420. la dinyatakan oleh Gereja sebagai Orang Kudus sekaligus sebagai seorang Pujangga Gereja yang besar.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-09-29 Senin.

Liturgia Verbi (C-I)
Pesta S. Mikael, Gabriel. Rafael, Malaikat Agung

Senin, 29 September 2025



Bacaan Pertama
Dan 7:9-10.13-14

"Seribu kali beribu-ribu orang melayani Dia."

Pembacaan dari Nubuat Daniel:

Aku, Daniel, melihat takhta-takhta dipasang,
lalu duduklah Yang Lanjut Usianya.
Pakaian-Nya putih seperti salju,
dan rambut-Nya bersih seperti bulu domba.
Tahta-Nya dari nyala api,
roda-rodanya dari api yang berkobar-kobar.
Suatu sungai api timbul dan mengalir dari hadapan-Nya.
Beribu-ribu melayani Dia,
Beratus-ratus ribu berdiri di hadapan-Nya.
Lalu duduklah Majelis Pengadilan dan dibukalah Kitab-kitab.

Aku terus melihat dalam penglihatan itu,
tampak dari langit bersama awan-gemawan
seorang serupa Anak Manusia.
Ia menghadap Yang Lanjut Usianya itu,
dan ia dihantar ke hadapan-Nya.
Kepada Dia yang serupa Anak Manusia itu diserahkan
kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja.
Maka segala bangsa, suku dan bahasa mengabdi kepadanya.
Kekuasaannya kekal adanya,
dan kerajaannya tidak akan binasa.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 138:1-2a.2bc-3.4-5,R:1b

Refren: Di hadapan para dewata
aku akan bermazmur bagi-Mu, ya Tuhan.

*Aku hendak bersyukur kepada-Mu dengan segenap hatiku,
sebab Engkau mendengarkan kata-kata mulutku;
di hadapan para dewata aku akan bermazmur bagi-Mu.
Aku hendak bersujud ke arah bait-Mu yang kudus.

* Kau hendak memuji nama-Mu,
oleh karena kasih-Mu dan oleh karena setia-Mu,
sebab Kaubuat nama dan janji-Mu melebihi segala sesuatu.
Pada hari aku berseru, Engkau pun menjawab aku,
Engkau menambahkan kekuatan dalam jiwaku.

*Semua raja di bumi akan bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan,
sebab mereka mendengar janji dari mulut-Mu;
mereka akan menyanyi tentang jalan-jalan Tuhan,
sebab besar kemuliaan Tuhan.



Bait Pengantar Injil
Mzm 103:21

Pujilah Tuhan, hai segala tentara-Nya,
muliakanlah Dia, hai para hamba yang melakukan kehendak-Nya.



Bacaan Injil
Yoh 1:47-51

"Engkau akan melihat malaikat-malaikat Allah
turun naik kepada Anak Manusia."

Inilah Injil Suci menurut Yohanes:

Pada waktu itu
Natanael datang kepada Yesus atas ajakan Filipus.
Tatkala melihat Natanael datang,
Yesus berkata tentang dia,
"Lihat, inilah seorang Israel sejati,
tidak ada kepalsuan di dalamnya!"
Kata Natanael kepada Yesus,
"Bagaimana Engkau mengenal aku?"
Jawab Yesus kepadanya,
"Sebelum Filipus memanggil engkau,
Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara."
Kata Natanael kepada-Nya,
"Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!"
Yesus menjawab, kata-Nya,
"Karena Aku berkata kepadamu:
'Aku melihat engkau di bawah pohon ara',
maka engkau percaya?
Hal-hal yang lebih besar daripada itu akan kaulihat."
Lalu kata Yesus kepadanya,
"Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka,
dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Hari ini Gereja merayakan Pesta Para Malaikat Agung: Santo Mikael, Santo Gabriel, dan Santo Rafael. Mereka adalah para malaikat yang mendapat tugas istimewa dalam rencana keselamatan Allah. Kitab Daniel menggambarkan penglihatan tentang takhta Allah dan Putra Manusia yang datang di hadapan-Nya: *"Sementara aku terus melihat, takhta-takhta diletakkan, lalu duduklah Yang Lanjut Usianya. Pakaian-Nya putih seperti salju dan rambut-Nya seperti bulu domba yang bersih. Tahta-Nya berupa nyala api dengan roda-roda dari api yang berkobar. Suatu sungai api timbul dan mengalir keluar dari hadapan-Nya. Beribu-ribu melayani Dia, beratus-ratus ribu berdiri di hadapan-Nya"* [Dan 7:9-10]. Gambaran ini menegaskan kemuliaan Allah, dan para malaikat yang melayani-Nya menjadi tanda bahwa Allah senantiasa dekat dan menyertai umat-Nya.

Siapakah ketiga malaikat agung itu?
*Mikael* berarti "Siapakah seperti Allah?" Ia dikenal sebagai panglima bala tentara surga, yang melawan kuasa kegelapan. Dalam Kitab Wahyu ia digambarkan mengalahkan naga si Iblis dan para pengikutnya.
*Gabriel* berarti "Kekuatan Allah." Dialah yang diutus untuk membawa kabar gembira kepada Maria tentang kelahiran Yesus. Ia membawa warta sukacita dari Allah.
*Rafael* berarti "Allah menyembuhkan." Dalam Kitab Tobit, Rafael diutus untuk menyertai Tobia dalam perjalanan, melindunginya, dan membawa kesembuhan bagi ayahnya, Tobit, yang buta.

Tiga malaikat agung ini adalah lambang kehadiran Allah dalam tiga hal: perlindungan, kekuatan, dan penyembuhan.

Dalam Injil hari ini, Yesus menyingkapkan kepada Natanael bahwa ia adalah seorang Israel sejati yang tidak menyimpan kepalsuan. Natanael heran, bagaimana Yesus bisa mengenalnya padahal mereka belum pernah bertemu. Yesus menjawab bahwa Ia telah melihat Natanael di bawah pohon ara, bahkan sebelum Filipus memanggilnya. Mendengar itu, Natanael langsung menyatakan imannya: *"Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel"* [Yoh 1:49].

Yesus lalu menambahkan janji yang lebih besar: *"Engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia"* [Yoh 1:51]. Dengan kata lain, Yesus adalah jalan penghubung antara surga dan bumi, dan para malaikat melayani dalam karya keselamatan itu.

Natanael menjadi teladan bagi kita: ia jujur apa adanya, tidak menutupi isi hatinya. Ia tidak memalsukan dirinya dengan kebohongan, tetapi terbuka pada kebenaran. Itulah syarat bagi kita juga agar dapat melihat dan mengalami karya Allah.

Kadang hati kita diliputi kebimbangan atau keraguan, apalagi ketika merasa tidak diperhatikan oleh Tuhan. Jangan kita memalsukan hati dengan berpura-pura kuat atau berpura-pura percaya tanpa goyah. Lebih baik datanglah kepada Tuhan dalam doa yang jujur, "Bapa yang di Surga, ampunilah aku yang ragu-ragu dan bimbang ini." Doa yang jujur akan membebaskan hati kita dari kepalsuan, dan membuka jalan untuk mengalami kasih, perlindungan, kekuatan, dan kesembuhan dari Allah melalui perantaraan malaikat-malaikat-Nya.



Peringatan Orang Kudus
Mikael, Gabriel dan Rafael, Malaekat Agung
Mikael, yang berarti 'Siapakah yang sama dengan Allah?' adalah malaekat agung Allah dan panglima bala tentara surga. Dalam iman Kristen, Mikael dikenal sebagai pembela kaum beriman menghadapi serangan musuh.
Cerita-cerita klasik tentang malaekat agung Mikael umumnya bersumber pada kitab Wahyu Yohanes yang menggambarkan pertentangan antara Yang Baik dan yang jahat. Dalam Wahyunya, Yohanes menulis: "Mikael bersama malaekat-malaekatnya berperang melawan naga itu dan naga itu dibantu oleh malaekat-malaekatnya, tetapi mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga. Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaekat-malaekatnya." (Why 12:7-9). Lalu Yohanes mendengar suara nyaring di surga: "Sekaranglah saatnya Allah menyelamatkan umatNya! Sekarang Allah sudah menunjukkan kuasaNya sebagai Raja! Sekarang Raja Penyelamat Yang dijanjikanNya itu telah menunjukkan kekuasaanNya! Sebab, yang menuduh saudara-saudara kita di hadapan Allah siang dan malam, sudah dikeluarkan dari surga. Saudara-saudara kita sudah mengalahkan dia dengan darah Anak Domba itu, dan dengan Sabda Allah yang mereka kabarkan. Mereka rela mengorbankan nyawa mereka sampai mati. Sebab itu, hendaklah surga dan semua yang tinggal di dalamnya, bersuka ria! Tetapi celakalah bumi dan laut, karena iblis sudah turun kepadamu dengan amarah yang sangat besar. Sebab ia tahu bahwa waktunya tinggal sedikit." (Why 12: 10-12).
Mikael bersama malaekat-malaekat baik telah mengalahkan lusifer dengan sahabat-sahabatnya. Orang-orang Kristen yang rela mengorbankan nyawanya sudah menang berkat darah Kristus dan Sabda Ilahi. Namun Satan tetap mau menjatuhkan manusia di hadapan Tuhan; satan tetap berusaha menjauhkan manusia dari Tuhan, sumber hidup abadi. Tetapi orang beriman yang bersekutu dengan Mikael akan menang. Mikael adalah pembela kaum beriman dari segala serangan musuh yang jahat.
Bangsa Israel memandang Mikael sebagai pembelanya dalam segala penganiayaan, godaan dan perpecahan. Kitab Daniel mengungkapkan sbb: " . . . kemudian Mikael, salah seorang dari pemimpin-pemimpin terkemuka, datang menolong aku, dan aku meninggalkan dia di sana berhadapan dengan raja-raja orang Persia. . . " (Dan 10:13). Sebagaimana Israel, demikian juga Gereja senantiasa memandang Mikael sebagai pelindung, pembela Gereja dalam penganiayaan, godaan dan perpecahan. Umat Kristen mendirikan banyak gereja di atas bukit dan gunung dengan nama Mikael. Banyak kerajaan (seperti di Jerman), kota dan umat mempercayakan diri kepada pimpinan malaekat Mikael yang setia kepada Tuhan. Penghormatan kepada Mikael semakin besar setelah penampakannya di atas Gunung Gargano, Italia pada abad ke-5. Di atas gunung Gargano kemudian didirikan sebuah gereja megah untuk menghormati Mikael.
Selain itu diceritakan bahwa sewaktu Roma terserang wabah, Paus Gregorius melihat malaekat Mikael tengah menghunus pedangnya di atas makam Kaisar Adrian, yang sekarang disebut Benteng Santo Angelo. Orang-orang Negro Amerika bernyanyi: Michael, row the boat ashore! Alleluia!" Lagu ini mengingatkan tradisi tentang Santo Mikael sebagai penerima dan pengawal jiwa orang yang meninggal. Gabriel, yang lazim disebut juga 'Jibrail' berarti 'Kekuatan Allah.' Dalam tradisi Kristen malaekat agung ini dikenal sebagai 'pembawa khabar gembira' dari Tuhan kepada manusia. Peranannya sebagai pelayan dan utusan Allah sudah dikenal umat Allah semenjak masa Perjanjian Lama.
Dalam Kitab Daniel, kita baca uraian sang Nabi sbb: " . . . Dan aku mendengar dari tengah sungai Ulai itu suara manusia yang berseru: 'Gabriel, buatlah orang ini memahami penglihatan itu! . . . Lalu ia berkata kepadaku: 'Pahamilah, anak manusia, bahwa penglihatan itu mengenai akhir masa!" (Dan 8:16-18). Lalu selanjutnya Daniel berkata: " . . . Sementara aku berbicara dalam doa, terbanglah dengan cepat ke arahku Gabriel, dia yang telah kulihat dalam penglihatan yang dahulu itu pada waktu persembahan korban petang hari. Lalu ia mengajari aku dan berbicara dengan aku: 'Daniel, sekarang aku datang untuk memberi akal budi kepadamu untuk mengerti . . . " (Dan 9:21-23).
Dalam Perjanjian Baru, peranan Gabriel sebagai 'pembawa khabar gembira' dari Allah ditemukan lagi di dalam kisah tentang Zakarias. " . .  Tetapi malaekat itu berkata kepadanya: 'Jangan takut, hai Zakaria, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet, istrimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes . . . ' Lalu kata Zakaria kepada malaekat itu: 'Bagaimanakah aku tahu, bahwa hal ini akan terjadi? Sebab aku sudah tua dan isteriku sudah lanjut umurnya'. Jawab malaekat itu kepadanya: 'Akulah Gabriel yang melayani Allah dan aku telah diutus untuk berbicara dengan engkau dan untuk menyampaikan khabar baik ini kepadamu ...... (Luk 1:11-20).
Puncak dari peranan Gabriel tampak di dalam kisah kunjungannya kepada Maria, Dara murni yang terpilih: "Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaekat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazareth, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria .... Kata malaekat itu: 'Salam hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau' . . . . Jangan takut, hai Maria sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah.. . ' " (Luk 1:26-38).
Dari peranan malaekat Gabriel, kita tahu bahwa Gabriel menjadi utusan Allah untuk menyampaikan kepada manusia berita keselamatan dari Allah. Ia memberi penerangan ilahi kepada manusia sehingga terbukalah budi dan hati manusia untuk memahami dan meyakini kehendak Allah.
Rafael, Rafael berarti 'Obat Tuhan', 'Tabib Allah' atau 'Tuhan Menyembuhkan'. Kisah terkenal mengenai malaekat Rafael sebagai 'Tabib Allah' dapat kita baca di dalam Kitab Tobit 4-12. Di sana Rafael tampil sebagai 'teman seperjalanan' Tobia ke negeri Media, dan sebagai malaekat Tuhan yang diutus untuk menyembuhkan Tobias dari kebutaannya, dan untuk membebaskan Sara, puteri Raguel, dari gangguan roh jahat.
Kepada Tobit, Rafael memperkenalkan diri: "Aku ini Rafael, satu dari ketujuh malaekat yang melayani di hadapan Tuhan yang mulia ... Jangan takut; damai sejahtera dengan kamu. Pujilah Allah selama-lamanya! Waktu aku ada dengan kamu, maka bukan karena kerelaanku sendirilah terjadi demikian, melainkan karena kehendak Allah. Maka pujilah Dia seumur hidup, bernyanyilah kepadaNya! . . . " (Tob 12:15-18).
Umat Kristen menghormati malaekat Rafael sebagai tabib Allah yang diutus untuk menyembuhkan manusia dari penyakit dan menguatkan kelemahan jiwanya serta membebaskan manusia dari perhambaan setan.

Santo Sirakus, Pengaku Iman
Sirakus lahir pada tahun 449. Pada umur 17 tahun ia memasuki kehidupan pertapaan di Betlehem. Namun kemudian ia tinggal di banyak biara di seputar Palestina dan di tepi Laut Mati. Rahib Yunani ini sangat lemah lembut, tak pernah marah, dan senang menyanyikan Mazmur. Ia biasanya tidak makan sebelum matahari terbenam. Sirakus meninggal dunia di pertapaannya pada tahun 557.

Santa Theodota dari Philippopolis, Martir
Theodota berasal dari daerah Philippopolis, Thrace. Hari kelahiranya tidak diketahui dengan pasti. Ia dikenal sebagai orang Kristen di wilayah itu. Oleh karena itu ia ditangkap dan dihadapkan ke pengadilan kota Philippopolis. Di sana ia dipaksa oleh Prefek kota itu untuk bergabung dengan orang banyak membawakan kurban kepada dewa Apollo. Dengan tegas ia menolak hal itu karena imannya. Walaupun ia merasa diri sebagai orang yang penuh dosa, namun ia tidak sudi lebih jauh merusak dirinya dengan menyembah dewa-dewa kafir itu. Ia disiksa dengan berbagai cara agar bisa menyangkali imannya, namun ia benar­benar tabah dan sanggup menahan penderitaan itu. Ia memikul beban penderitaan 750 orang Kristen yang ada di daerah itu. Theodota akhirnya dirajam hingga menemui ajalnya. Ia dikenal sebagai martir Kristus abad keempat.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-09-28 Minggu.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Minggu Biasa XXVI 

Minggu, 28 September 2025



Bacaan Pertama
Am 6:1a.4-7

"Yang duduk berjuntai dan bernyanyi
akan pergi sebagai orang buangan."

Pembacaan dari Nubuat Amos:

Beginilah firman Tuhan, Allah semesta alam,
"Celakalah orang-orang yang merasa aman di Sion,
yang merasa tenteram di gunung Samaria!
Celakalah orang yang berbaring di tempat tidur dari gading,
dan duduk berjuntai di ranjang;
yang memakan anak-anak lembu
dari tengah kawanan binatang yang tambun;
yang bernyanyi-nyanyi mendengar bunyi gambus,
dan seperti Daud menciptakan bunyi-bunyian bagi dirinya!
Celakalah orang yang minum anggur dari bokor,
dan berurap dengan minyak yang paling baik,
tetapi tidak berduka karena hancurnya keturunan Yusuf!
Sebab sekarang mereka akan pergi sebagai orang buangan
di kepala barisan,
dan berlalulah hiruk pikuk pesta orang-orang yang duduk berjuntai itu."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 146:7.8-9a.9bc-10,R:1b

Refren: Pujilah Tuhan, hai jiwaku!

*Dialah yang menegakkan keadilan
bagi orang-orang yang diperas,
dan memberi roti kepada orang-orang yang lapar.
Tuhan membebaskan orang-orang yang terkurung,

*Tuhan membuka mata orang buta,
Tuhan menegakkan orang yang tertunduk,
Tuhan mengasihi orang-orang benar.
Tuhan menjaga orang-orang asing.

*Anak yatim dan janda ditegakkan-Nya kembali,
tetapi jalan orang fasik dibengkokkan-Nya.
Tuhan itu Raja untuk selama-lamanya,
Allahmu, ya Sion, turun-temurun!



Bacaan Kedua
1Tim 6:11-16

"Taatilah perintah ini hingga pada saat Tuhan menyatakan diri."

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Timotius:

Hai engkau, manusia Allah,
jauhilah semua kejahatan,
kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan,
kasih, kesabaran dan kelembutan.
Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar,
dan rebutlah hidup yang kekal.
Untuk itulah engkau telah dipanggil,
untuk itulah engkau telah mengikrarkan ikrar yang benar
di depan banyak saksi.

Di hadapan Allah yang memberikan hidup kepada segala sesuatu
dan di hadapan Kristus Yesus
yang memberikan kesaksian yang benar di hadapan Pontius Pilatus,
aku memperingatkan engkau:
Taatilah perintah ini tanpa cacat dan tanpa cela
hingga pada saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.
Saat itu akan ditentukan
oleh Penguasa yang satu-satunya dan yang penuh bahagia,
Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan.
Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada maut,
dan bersemayam dalam terang yang tak terhampiri.
Tak seorang pun pernah melihat Dia,
dan tak seorang manusia pun dapat melihat Dia.
Bagi Dialah hormat dan kuasa yang kekal! Amin.

Demikianlah sabda Tuhan.



Bait Pengantar Injil
2Kor 8:9

Yesus Kristus menjadi miskin, sekali pun Ia kaya,
supaya oleh karena kemiskinan-Nya kamu menjadi kaya.



Bacaan Injil
Luk 16:19-31

"Engkau telah menerima segala yang baik,
sedangkan Lazarus segala yang buruk. 
Sekarang ia mendapat penghiburan dan engkau sangat menderita."

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Sekali peristiwa
Yesus berkata kepada orang-orang Farisi,
"Ada seorang kaya
yang selalu berpakaian jubah ungu dari kain halus,
dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan.
Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus,
badannya penuh dengan borok.
Ia berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu,
dan ingin menghilangkan laparnya
dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu.
Malahan anjing-anjing datang dan menjilati boroknya.

Kemudian matilah orang miskin itu,
lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham.
Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur.
Sementara menderita sengsara di alam maut,
ia memandang ke atas,
dan dari jauh dilihatnya Abraham,
dan Lazarus duduk di pangkuannya.
Lalu ia berseru, 'Bapa Abraham, kasihanilah aku.
Suruhlah Lazarus mencelupkan ujung jarinya ke dalam air
dan menyejukkan lidahku,
sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini.'

Tetapi Abraham berkata, 'Anakku, ingatlah!
Engkau telah menerima segala yang baik semasa hidupmu,
sedangkan Lazarus segala yang buruk.
Sekarang ia mendapat penghiburan dan engkau sangat menderita.
Selain daripada itu,
di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi,
sehingga mereka yang mau pergi dari sini kepadamu
ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami
tidak dapat menyeberang!'
Kata orang itu,
'Kalau demikian, aku minta kepadamu, Bapa,
supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku,
sebab masih ada lima orang saudaraku,
supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh,
agar mereka kelak jangan masuk ke dalam tempat penderitaan ini.'
Tetapi kata Abraham,
'Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi;
baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu!'
Jawab orang itu, 'Tidak, Bapa Abraham!
Tetapi jika ada seorang
yang datang dari antara orang mati kepada mereka,
mereka akan bertobat.'
Kata Abraham kepadanya,
'Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi,
mereka tidak juga akan mau diyakinkan,
sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati'."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Hari ini renungan diambil dari renungan Daily Fresh Juice.

Para Pendengar dan Pewarta Daily Fresh Juice,
Hari ini kita merenungkan kisah Yesus tentang orang kaya dan Lazarus yang miskin, kisah yang terkenal dan sering membuat kita merenungkannya lebih dalam.
Ada dua tokoh yang digambarkan oleh Yesus:
yang pertama seorang kaya, hidup bersukaria setiap hari, berpakaian mewah, dan tidak pernah kekurangan.
Yang kedua, seorang pengemis bernama Lazarus, tubuhnya penuh borok, hanya berharap mendapat remah-remah dari meja orang kaya itu.
Namun di akhir kisah, keadaan berbalik total.
Lazarus dibawa oleh para malaikat untuk duduk bersama Abraham, menikmati kebahagiaan di Surga.
Sedangkan orang kaya itu berada di alam maut, menderita kesengsaraan,
bahkan hanya untuk mendapatkan setetes air pun ia tidak sanggup.
Kisah ini mengingatkan kita bahwa ukuran di mata manusia,
entah itu kedudukan, jabatan, pangkat, atau harta,
tidaklah sebanding dengan ukuran Allah.
Dunia sering menilai orang dari tampilan luar, dari jabatan yang disandang,
dari kekayaan yang dimiliki,
bahkan dari gelar yang panjang yang membuat orang menjadi kagum.
Tetapi Allah menilai dari hati:
apakah hati itu masih penuh kasih atau sudah tertutup oleh kepentingan diri sendiri.

Mari kita jujur,
siapa sih di antara kita yang tidak ingin dihormati, tidak ingin sukses dan sejahtera?
Hampir semua orang menginginkannya.
Dan tidak salah bila kita mendapat kedudukan tinggi, mendapat jabatan penting,
atau bahkan mendapat kekayaan yang membuat kita bisa hidup nyaman.
Yang menjadi masalah adalah ketika semua itu membuat kita buta dan tuli:
buta terhadap penderitaan orang di sekitar kita, tuli terhadap sabda Tuhan.
Orang kaya itu dihukum bukan karena hartanya,
melainkan karena ia tidak berbelas kasih.
Ia tidak peduli, padahal Lazarus setiap hari ada di depan matanya.

Para Pendengar dan Pewarta Daily Fresh Juice,
kisah ini bukan hanya cerita zaman dulu.
Kisah ini terus berulang terjadi di sekitar kita.
Mungkin tidak ada orang bernama Lazarus di sekitar kita,
tetapi ada banyak orang yang membutuhkan seperti Lazarus:
anak jalanan yang tidak bisa sekolah, tetangga yang kesulitan makan,
orang sakit yang tidak mampu berobat, karyawan kecil yang gajinya tidak mencukupi.
Pertanyaannya, apakah kita peka dan mau berbuat sesuatu, ataukah kita sibuk dengan kenyamanan kita sendiri?

Yesus sendiri sudah mengingatkan bahwa hidup di dunia ini memang penuh kesusahan.
Semua orang harus memikul salibnya masing-masing.
Bahkan Bunda Maria dan para orang kudus pun mengalami penderitaan.
Semua rasul Yesus, kecuali Yohanes, wafat sebagai martir.
Tetapi Yohanes pun bukan tanpa salib:
ia dibuang ke Pulau Patmos, sendirian, jauh dari jemaat yang dikasihinya.
Artinya, salib adalah bagian dari hidup orang beriman.

Tetapi salib itu tidak pernah sia-sia.
Salib itu menjadi jalan menuju kebahagiaan kekal bersama Tuhan.
Maka, bukan berarti kita harus meninggalkan dunia, menolak jabatan, atau hidup miskin untuk bisa masuk Surga.
Tidak!
Yang dikehendaki Tuhan adalah kita tetap setia, rendah hati, dan berbelas kasih dalam keadaan apa pun.
Kalau kita diberi kedudukan tinggi, gunakan itu untuk menolong banyak orang.
Kalau kita diberi kekayaan, pakailah sebagian untuk berbagi dengan mereka yang kurang beruntung.
Kalau kita diberi jabatan, jadilah pemimpin yang melayani, bukan yang hanya ingin dilayani.
Ingatlah, jabatan, pangkat, dan kekayaan sifatnya sementara.
Semua itu tidak kita bawa ke Surga.
Yang kita bawa hanyalah kasih yang pernah kita lakukan kepada sesama.
Maka Yesus hari ini seakan berbisik kepada kita:
jangan sia-siakan kesempatan.
Jangan tunggu sampai terlambat.
Karena pada akhirnya, ada jurang besar yang tidak bisa diseberangi lagi,
seperti yang dialami orang kaya itu.

Para Pendengar dan Pewarta Daily Fresh Juice,
mari kita renungkan: siapa Lazarus di sekitar hidup kita?
Siapa yang Tuhan hadirkan di depan pintu rumah, di kantor, di lingkungan,
bahkan di keluarga kita sendiri?
Apakah kita peka melihatnya, atau kita berpura-pura tidak tahu?

Kisah Injil hari ini menantang kita untuk membuka mata hati,
supaya kita tidak terjebak dalam kenyamanan duniawi semata,
tetapi setia menghidupi kasih Kristus.
Marilah kita membuka mata untuk melihat siapa yang membutuhkan di sekitar kita, walaupun hanya kecil saja.
Marilah kita ulurkan tangan: bisa dengan satu senyuman, satu kata penghiburan, atau sedikit bantuan yang kita punya.
Marilah kita sisihkan sebagian dari berkat kita untuk mereka yang kekurangan,
entah dalam bentuk materi, tenaga, atau waktu.
Jadikan doa harian kita bukan hanya untuk diri sendiri,
tetapi juga untuk orang-orang kecil yang menderita.
Semoga melalui hal-hal sederhana itu,
kita menjadi semakin peka, semakin berbelas kasih,
dan semakin layak mewarisi kebahagiaan kekal bersama Tuhan.
Amin.



Peringatan Orang Kudus
Santo Wenseslaus, Raja Bohemia, Martir
Bila dilihat dengan kacamata Gereja dewasa ini, Wenseslaus dapat dikatakan sebagai seorang awam Katolik yang mewarnai pemerintahan negara dengan asas-asas Kristiani sebagaimana diajarkan Kristus. Sebagai raja negeri Wratislav, Cekoslovakia, Wenseslaus dalam usianya yang masih begitu muda tampil sebagai seorang pemimpin yang berjiwa Kristen. Ia berada di dalam dunia dan berdiri tegak dengan semangat Kristiani memimpin rakyatnya dan menghadapi berbagai gejolak politik di negerinya.
Wenseslaus lahir di sebuah kota dekat Praha pada tahun 907 (buku lain 903). Ayahnya, Wratislaw, adalah seorang pangeran,dan penguasa negeri Bohemia yang dikenal saleh dan bijaksana. Ia memimpin rakyatnya berdasarkan asas-asas ajaran Kristiani. Ibunya, Dragomira, dikenal angkuh, gila hormat dan kuasa. Ia masih bermental kafir dan akrab dengan orang-orang kafir.
Oleh karena kekafiran isterinya Dragomira, Wratislaw mempercayakan pendidikan anaknya kepada ibu kandungnya Ludmila. Ludmila, nenek Wenseslaus, dikenal sebagai seorang wanita yang saleh dan baik hati. Ia menyekolahkan Wenseslaus di Budetch, sebuah sekolah Latin yang tinggi mutunya.
Ketika Wenseslaus berusia 13 tahun, ayahnya meninggal dunia sewaktu memerangi kaum Magyars pada tahun 920. Dengan itu kekuasaan kerajaan jatuh ke tangan ibunya, Dragomira. Watak kekafiran Dragomira benar-benar terlihat jelas di dalam caranya memerintah. Ia menimbulkan banyak kekacauan karena menyokong orang-orang kafir untuk menyerang para pemimpin Katolik beserta seluruh umat. Korban pertama ialah Ludmila, ibu kandung Wratislaw, yang mendidik dan membesarkan Wenseslaus. Ludmila mati dicekik oleh kaki tangan Dragomira.
Pembunuhan atas Ludmila semakin memperburuk situasi negara. Dari dalam dan dari luar Bohemia datang banyak reaksi keras. Pangeran Bayern memaksa Dragomira meletakkan jabatannya dan mendesak Wenseslaus naik takhta menggantikan ibunya yang korup itu. Wenseslaus yang baru berusia 15 tahun mengambil alih kekuasaan pada tahun 922. Dengan dukungan banyak orang, ia memimpin rakyatnya. Cita-citanya ialah mewujudkan suatu negara yang adil dan makmur berlandaskan asas-asas Kristiani.
Dengan seluruh sikap hidupnya, Wenseslaus berhasil memimpin rakyatnya. Ia dikenal sebagai seorang raja yang saleh, berani dan murah hati terutama kepada para janda dan anak yatim-piatu. Ia meringankan beban hidup orang-orang miskin, mengunjungi para tawanan untuk menghibur mereka. Lebih dari itu konon pada musim dingin ia sendiri menghantar kayu bakar kepada keluarga-keluarga miskin di sekitarnya.
Karyanya diletakkan di atas landasan iman yang kokoh. Ia menaruh devosi yang tinggi terhadap Sakramen Mahakudus. Kerapkali ia sendiri menjadi misdinar yang melayani imam pada waktu perayaan Ekaristi.  Sering ia mengunjungi gereja pada tengah malam untuk berdoa di hadapan Sakramen Mahakudus.
Tetapi sebagaimana biasa kepemimpinan yang jujur dan adil senantiasa tidak luput dari berbagai rintangan bahkan ancaman. Banyak pembesar kerajaan tidak senang dengan Wenseslaus karena kejujuran dan keadilannya. Pemimpin para lawannya ialah adik kandungnya sendiri, yaitu Boleslaw yang didukung oleh Dragomira. Bersama pembesar lainnya, Boleslaw berusaha membunuh Wenseslaus dan melenyapkan agama Katolik dari bumi Bohemia. Untuk itu mereka mencari kesempatan emas yang tepat untuk pelaksanaan niat jahat itu.
Kelahiran putera sulung Boleslaw merupakan kesempatan emas itu. Boleslaw mengadakan suatu perjamuan besar untuk merayakan kelahiran puteranya. Ia mengundang Wenseslaus bersama seluruh pembesar kerajaan. Pada kesempatan itulah, Boleslaw menyerang kakaknya dari belakang dan menusuknya dengan sebilah pedang. Sebelum menghembuskan nafas terakhir, Wenseslaus berkata: "Adikku, semoga Tuhan mengampuni engkau."
Wenseslaus adalah awam Katolik yang tangguh. Ia dibunuh karena perjuangannya menegakkan kebenaran dan keadilan, kejujuran dan cinta kasih sepanjang masa pemerintahannya. Memang ia mati sebagai seorang negarawan, namun apa yang diperjuangkan dan dipertahankannya sesungguhnya nilai-nilai hidup yang abadi berdasarkan ajaran Kris­tus dan GerejaNya. Oleh karena itu ia digelari sebagai Saksi Iman, Martir Kristus. Makamnya dikunjungi oleh banyak peziarah. Ia dihormati sebagai pelindung negeri Cekoslovakia modern dan dikenal sebagai tokoh awam Katolik yang mampu menerjemahkan ajaran-ajaran iman di dalam penyelenggaraan pemerintahan negara. Banyak mujizat terjadi atas orang-orang yang berdoa dengan perantaraannya. Tetapi mujizat terbesar ialah pertobatan Boleslaw adiknya, pembunuh yang bengis itu. Wenseslaus baru berusia 22 tahun ketika ia gugur sebagai pelindung Gereja Kristus serta pembela keadilan dan kejujuran.

Santa Eustakia, Perawan
Eustakia adalah puteri bungsu Santa Paula, janda seorang bangsawan Romawi. Ia dikenal sebagai gadis Romawi pertama yang mengikrarkan kaul kemurnian hidup bagi Kristus. Oleh Santo Hieronymus, pembimbing rohaninya di Betlehem Eustakia diberi julukan "Bunga para Gadis."
Ketika ibunya Paula meninggalkan segala-galanya dan berangkat ke Palestina untuk mengurbankan hidupnya demi Kristus dan kepentingan sesama, Eustakia menemaninya. Ia mau menjadi seperti ibunya dalam hal pengabdian kepada Kristus dan sesama. Di Palestina, mereka berdua bersama-sama mengunjungi berbagai tempat suci yang pernah disinggahi Kristus semasa hidupNya. Paula, ibunya mendirikan sebuah biara di Betlehem dan Eustakia menjadi salah satu anggota biara itu.
Sepeninggal ibunya, Eustakia menjadi pemimpin biara itu di bawah bimbingan Santo Hieronymus. Sebagai pemimpin biara, Eustakia benar­benar menunjukkan teladan hidup yang cemerlang dalam mengamalkan segala kebajikan Kristiani demi kemuliaan Kristus.
Santo Hieronymus sangat mengagumi cara hidup Eustakia. Ada beberapa surat yang ditulisnya kepada Eustakia untuk menunjukkan kekagumannya pada cara hidup Eustakia. Dalam salah satu suratnya ia menulis: "Eustakia, anakku dan adikku yang terkasih di dalam Kristus, Tuhan! Umurku dan kasih-sayangku memperkenankan aku menggunakan kata-kata seperti itu. Sesungguhnya Tuhan telah menciptakan engkau untuk menjadi orang terkemuka di antara para gadis Romawi. Oleh karena itu, berjuanglah sekuat tenagamu agar tugasmu yang suci mulia itu kau selesaikan sampai tuntas di dalam nama Kristus Tuhan kita. Kiranya kebahagiaan yang telah kauperoleh dari Kristus, tidaklah hilang karena kebodohan yang hanya menuntut pengorbanan yang setengah-setengah."
Sebaliknya cara hidup Eustakia menjadi dorongan moral yang besar bagi Santo Hieronymus dalam usahanya menyelesaikan terjemahan Kitab Suci ke dalam bahasa Latin. Setelah mengabdi Tuhan dalam waktu yang cukup lama, Eustakia meninggal dunia pada tahun 419. Tidak lama kemudian Santo Hieronymus pun menyusuli dia ke dalam kebahagiaan surgawi yang tak kunjung berakhir.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-09-27 Sabtu.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXV

Sabtu, 27 September 2025

PW S. Vinsensius a Paulo, Imam



Bacaan Pertama
Za 2:1-5.10-11a

"Aku datang dan tinggal di tengah-tengahmu."

Pembacaan dari Nubuat Zakharia:

Aku, Zakharia, melayangkan mataku dan melihat:
Tampak seorang yang memegang tali pengukur.
Aku lalu bertanya, "Ke manakah engkau pergi?"
Maka ia menjawab, "Ke Yerusalem, untuk mengukurnya,
untuk melihat berapa lebar dan panjangnya."

Lalu malaikat yang berbicara dengan daku maju ke depan.
Sementara itu seorang malaikat lain maju,
mendekatinya dan diberi perintah,
"Larilah, katakanlah kepada orang muda di sana itu, demikian,
'Yerusalem akan tetap tinggal seperti padang terbuka
oleh karena banyaknya manusia dan hewan di dalamnya.
Dan Aku sendiri,' demikianlah sabda Tuhan,
'akan menjadi tembok berapi di sekelilingnya,
dan Aku akan menjadi kemuliaan di dalamnya."

"Bersorak-sorailah dan bersukarialah, hai puteri Sion,
sebab sesungguhnya Aku datang dan tinggal di tengah-tengahmu,"
demikianlah sabda Tuhan,
"dan pada waktu itu
banyak bangsa akan menggabungkan diri kepada Tuhan
dan akan menjadi umat-Ku,
dan Aku akan tinggal di tengah-tengahmu."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Yer 31:10.11-12ab.13,R:10d

Refren: Tuhan menjaga kita
seperti gembala menjaga kawanan dombanya.

*Dengarlah firman Tuhan, hai bangsa-bangsa,
dan beritahukanlah di tanah-tanah pesisir yang jauh,
katakanlah: Dia yang telah menyerakkan Israel
akan menghimpunnya kembali,
dan menjaganya seperti gembala menjaga kawanan dombanya!

*Sebab Tuhan telah membebaskan Yakub,
telah menebusnya dari tangan orang yang lebih kuat dari padanya.
Mereka akan datang bersorak-sorai di atas bukit Sion,
muka mereka akan berseri-seri karena kebajikan Tuhan.

*Waktu itu anak-anak dara akan bersukaria menari beramai-ramai,
orang muda dan orang-orang tua akan bergembira,
Aku akan mengubah perkabungan mereka menjadi kegirangan,
akan menghibur dan menyukakan mereka sesudah kedukaan.



Bait Pengantar Injil
2Tim 1:10b

Penebus kita Yesus Kristus telah membinasakan maut.,
dan menerangi hidup dengan Injil.



Bacaan Injil
Luk 9:43b-45

"Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia. 
Mereka tidak berani menanyakan arti perkataan itu kepada-Nya."

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Semua orang heran karena segala yang dilakukan Yesus.
Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,
"Dengarkan dan camkanlah segala perkataan-Ku ini:
Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia."

Mereka tidak mengerti perkataan itu,
sebab artinya tersembunyi bagi mereka,
sehingga mereka tidak dapat memahaminya.
Dan mereka tidak berani
menanyakan arti perkataan itu kepada-Nya.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Yesus menyampaikan sesuatu yang sangat penting kepada para murid-Nya, sebuah informasi yang bersifat nubuatan, sesuatu yang belum terjadi tetapi pasti akan terjadi:
"Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia."

Namun para murid sama sekali tidak memahami apa yang Yesus maksudkan. Mereka pun tidak berani bertanya, tidak berusaha mencari tahu. Mereka memilih diam, seolah-olah tidak mendengarnya. Padahal Yesus sudah menegaskan lebih dahulu, "Dengarkan dan camkanlah segala perkataan-Ku ini." Artinya, perkataan Yesus ini bukan sembarang kata, tetapi sabda yang amat penting dan tidak boleh diabaikan.

Ini adalah kali kedua Yesus menubuatkan penderitaan-Nya. Sebelumnya Ia sudah berkata dengan lebih jelas: "Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan, ditolak oleh tua-tua, imam kepala dan ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga" [Luk 9:22]. Dan bahkan pada kesempatan lain, Yesus mengulanginya lagi dengan sangat rinci: "Sekarang kita pergi ke Yerusalem… Anak Manusia akan diolok-olokkan, dihina, diludahi, disesah, lalu dibunuh, dan pada hari ketiga Ia akan bangkit" [Luk 18:31-33].

Sampai tiga kali Yesus mengatakannya, tetapi murid-murid tetap tidak memahaminya. Apakah mereka begitu lamban? Menurut saya, bukan soal tidak mampu memahami, melainkan lebih kepada tidak mau. Mereka sedang larut dalam kegembiraan karena melihat banyak orang mengelu-elukan Yesus. Mereka sedang bangga melihat mujizat demi mujizat yang Yesus lakukan. Dalam suasana seperti itu, perkataan tentang penderitaan dan kematian jelas terasa tidak masuk akal, paradoks, dan bertentangan dengan harapan mereka.

Yesus tentu tahu bahwa sabda-Nya ini sulit diterima. Karena itulah Ia menekankan, "Dengarkan dan camkanlah." Artinya, jangan hanya mendengar bagian yang enak di telinga, tetapi terimalah juga sabda yang terasa berat.

Bukankah kita juga sering seperti para murid?
Kita lebih suka mendengar yang sesuai dengan keinginan kita, dan menolak atau mengabaikan hal-hal yang tidak enak didengar. Kita cenderung hanya percaya pada apa yang cocok di hati, sementara yang menentang kehendak kita dianggap tidak penting. Akibatnya, kita bisa mudah hanyut dalam arus penyesatan, apalagi di tengah banjir informasi seperti sekarang ini.

Karena itu saya selalu kembali kepada sumber. Jika sumbernya tidak jelas, saya hati-hati. Tetapi Injil, sabda Tuhan, adalah sumber yang paling dapat dipercaya, seratus persen. Maka bagi saya, jika pemahaman saya berbeda dengan yang tertulis dalam Injil, sudah pasti Injillah yang benar, bukan pendapat saya.

Kalau kita percaya Yesus adalah Kristus, penyelamat kita, pantaskah kita meragukan sabda-Nya? Sama seperti orang sakit yang percaya pada dokter: kalau kita datang kepadanya untuk sembuh, bukankah kita mesti percaya pada resep yang ia berikan? Masak kita lebih percaya pada orang yang bukan dokter untuk urusan kesehatan kita?

Demikian pula dengan Yesus. Kalau saya percaya Ia adalah Juruselamat saya, maka tugas saya adalah mendengarkan dan mencamkan semua sabda-Nya, sekalipun terasa berat, sekalipun kelihatan paradoksal menurut nalar saya. Karena sabda-Nya adalah kebenaran.

Maka mari kita perbanyak waktu untuk mendengarkan Injil, mencamkan sabda Yesus, dan melaksanakannya dalam hidup sehari-hari. Jangan biarkan keragu-raguan mengambil tempat dalam hati kita. Jadilah pelaku firman, yakni orang yang mendengar, mencamkan, dan melakukan ajaran Yesus Kristus. Amin.



Peringatan Orang Kudus
Santo Vinsensius a Paulo, Pengaku Iman
Vinsensius a Paulo terkenal sebagai rasul cintakasih bagi kaum miskin dan penghibur orang-orang sakit. Pendiri Kongregasi Misi dan Kongregasi Puteri-puteri Cintakasih ini lahir di Pouy, Gascony, Prancis pada tanggal 24 April 1581. Ayahnya Jean de Paul dan ibunya Bertrande de Moras dikenal sebagai petani miskin di Pouy dengan enam orang anak. Meskipun demikian, mereka orang beriman dan saleh hidupnya. Mereka mendidik anak-anaknya dalam kerja dan hidup doa sehingga semuanya berkembang dewasa menjadi orang beriman yang saleh dan disenangi banyak orang.
Vinsens dikenal cerdas, namun tidak bisa bersekolah karena ketidak mampuan orangtuanya membiayai sekolah. Untunglah Tuan Comet, seorang dermawan, bersedia menyekolahkan dia. Pada umur 15 tahun, Vinsens mengikuti panggilan nuraninya untuk menjadi imam. Ia masuk Seminari. Orangtuanya bingung dengan cita-citanya itu. Tetapi akhirnya mereka pun meluluskan permintaannya. Mula-mula Vinsens belajar di sebuah kolese Fransiskan di kota Dax, lalu melanjutkan pendidikannya di Universitas Toulouse. Karena kecerdasannya, ia dapat menyelesaikan studinya dalam waktu yang singkat. Pada tahun 1600, ketika berusia 20 tahun, ia ditahbiskan menjadi imam, sambil melanjutkan studi hingga meraih gelar Sarjana Teologi di Universitas Toulouse pada tahun 1604.
Pada tahun 1605, dalam perjalanan pulang seusai studinya, kapal yang ditumpanginya disergap bajak-bajak laut dari Turki di Laut Tengah. Vinsens ditangkap dan digiring ke pasar budak Tunisia. Di sana dia dibeli oleh seorang saudagar dari Afrika Utara. Selama dua tahun, Vinsens mengalami banyak penderitaan karena perlakuan kasar majikannya. Namun dia dengan sabar dan rendah hati menanggung semuanya itu. Teladan hidupnya akhirnya berhasil mematahkan kekerasan hati tuannya sehingga dia tidak disiksa dengan pekerjaan-pekerjaan berat. Pada tahun 1607, Vinsens berhasil meloloskan diri dari cengkeraman tuannya dan lari ke Roma. Di Roma ia belajar lagi Teologi selama dua tahun sebelum kembali ke Prancis.
Di Prancis, ia bekerja di paroki Clichy di pinggiran kota Paris. Di bawah bimbingan Pater Pierre de Berulle, seorang teolog terkenal yang kemudian menjadi Kardinal, ia menjadi seorang imam yang disukai umat. Atas permintaan Pater de Berulle, ia menjadi pengajar pribadi putera tertua Philippe Gondi, seorang bangsawan terkemuka dari Prancis. Dalam keluarga bangsawan ini Vinsens mulai mencurahkan seluruh kemampuannya. Ia tidak hanya mengajar tetapi juga memberikan bimbingan rohani kepada para petani yang bekerja, di perkebunan-perkebunan keluarga Gondi di Champagne dan Picardy. Kepada mereka, Vinsens mengajarkan kebajikan-kebajikan iman Kristen dan mendorong mereka untuk selalu menerima sakramen terutama Komuni Kudus serta kembali kepada praktek iman Kristen yang benar dalam hidup sehari­hari.
Pada tahun 1617, Vinsens diangkat sebagai pastor paroki Chatillon­Les-Dombes. Paroki ini tergolong sulit dan berat karena sarat dengan masalah kemerosotan moral dan praktek kekafiran. Vinsens ternyata orang hebat. Ia berhasil mempertobatkan umat paroki itu hanya dalam waktu satu tahun. Kesalehan hidupnya dan caranya melayani umat sanggup mematahkan kedegilan hati umat. Di paroki itulah, Vinsens mulai merintis pendirian tarekat Persaudaraan Cintakasih. Ia berhasil menarik 20 orang wanita yang dengan sukarela mengunjungi orang­orang sakit dan para fakir miskin di seluruh wilayah paroki.
Menyaksikan prestasi Vinsens, Jean Francois de Gondi, Uskup Agung Paris dan saudara kandung Philippe Gondi, meminta Vinsens mendirikan sebuah tarekat misioner untuk mewartakan Injil dan melayani sakramen-sakramen di seluruh wilayah keuskupannya. Tarekat misioner ini kemudian dikenal luas dengan nama 'Kongregasi Imam untuk Karya Misi' atau Kongregasi Misi. Imam-imam dalam kongregasi ini lazim juga disebut 'Imam-imam Lazaris'. Pada mulanya mereka bermarkas di Kolese des Bos-Enfants, yang dipercayakan kepada Vinsens oleh Uskup Agung Jean Francois de Gondi.
Masalah besar yang dihadapi Vinsens ialah kurangnya persiapan imam-imam diosesan Prancis untuk tugas-tugas pastoral. Untuk mengatasinya, Vinsens mulai melancarkan program pembinaan rohani khusus untuk para calon imam yang akan ditahbiskan. Untuk itu, ia memindahkan pusat karyanya ke biara Santo Lazarus di Paris atas dukungan kepala biara itu. Di biara itu, Vinsens memprakarsai pertemuan mingguan untuk imam-imam diosesan, dan kegiatan pemeliharaan anak-anak yatim-piatu dan para fakir miskin. Melalui pertemuan mingguan itu, ia berhasil mendidik sejumlah orang saleh dari Prancis, seperti Jacques Benigne Bossuet dan Jean Jacques Olier, pendiri Serikat Santo Sulpice.
Bagi para miskin dan orang sakit, ia mendirikan banyak Yayasan Persaudaraan Cintakasih, yang telah dimulainya di paroki Chatillon-Les­Dombes. Louise de Marillac, janda Antoine Le Gras yang kemudian digelari kudus, ditugaskan untuk mengurus yayasan-yayasan itu. Orang­orang kaya dimintanya menyumbangkan sejumlah kekayaannya bagi orang-orang miskin. Beberapa wanita di bawah pimpinan Louise de Marillac dibimbingnya untuk menangani karya itu. Kelompok kecil ini terus bertambah jumlahnya dan akhirnya menjadi satu kongregasi tersendiri, Kongregasi Suster Puteri-puteri Cintakasih. Kelompok suster ini merupakan kelompok religius terbesar dalam Gereja dewasa ini. Semangat dua kongregasi religius yang didirikannya diilhami oleh pandangannya tentang cinta kepada Tuhan yang bersifat praktis: "Cintailah Tuhan dengan kedua tanganmu sampai kecapaian dan dengan butir-butir peluh yang mengucur dari wajahmu!"
Vinsensius a Paulo meninggal dunia di Paris pada tanggal 27 September 1660. Oleh Paus Klemens XII, ia digelari 'kudus' pada tahun 1737, dan oleh Paus Leo XIII diangkat sebagai pelindung semua karya dan perkumpulan cintakasih.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-09-26 Jumat.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXV

Jumat, 26 September 2025

PF S. Kosmas dan S. Damianus, Martir



Bacaan Pertama
Hag 2:1b-10

"Sedikit waktu lagi maka Aku akan memenuhi rumah ini dengan kemegahan."

Pembacaan dari Nubuat Hagai:

Pada tahun kedua pemerintahan raja Darius,
pada tanggal 21 bulan ketujuh,
datanglah sabda Tuhan dengan perantaraan nabi Hagai, bunyinya,
"Katakanlah kepada Zerubabel bin Sealtiel, bupati Yehuda,
dan kepada Yosua bin Yozadak, imam besar,
dan kepada sisa bangsa Israel, demikian,
'Masih adakah di antara kalian
yang dahulu melihat rumah Tuhan dalam kemegahannya yang semula?
Dan bagaimanakah kalian lihat keadaannya sekarang?
Bukankah keadaannya yang sekarang
kamu katakan sama sekali tidak berarti?
Tetapi sekarang kuatkanlah hatimu, hai Zerubabel,
demikianlah sabda Tuhan,
kuatkanlah hatimu, hai Yosua bin Yozadak, imam besar.
Kuatkanlah hatimu, hai segala rakyat negeri,
demikianlah sabda Tuhan.
Bekerjalah, sebab Aku ini menyertai kalian,
demikianlah sabda Tuhan semesta alam,
sesuai dengan janji yang telah Kuikat dengan kalian
pada waktu kalian keluar dari Mesir.
Dan Roh-Ku tetap tinggal di tengah-tengahmu.
Janganlah takut!"

Dan beginilah sabda Tuhan semesta alam,
'Sedikit waktu lagi
Aku akan menggoncangkan langit dan bumi, laut dan darat.
Aku akan menggoncangkan segala bangsa,
sehingga harta benda semua bangsa datang mengalir.
Maka Aku akan memenuhi rumah ini dengan kemegahan.
Sebab milik-Kulah perak dan emas,
demikianlah sabda Tuhan semesta alam.
Maka kemegahan rumah ini nanti
akan melebihi kemegahannya yang semula,
sabda Tuhan semesat alam,
dan di tempat ini Aku akan memberi damai sejahtera."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 43:1.2.3.4,R:5bc

Refren: Berharap dan bersyukurlah kepada Allah, penolong kita.

*Berikanlah keadilan kepadaku, ya Allah,
dan perjuangkanlah perkaraku terhadap kaum yang tidak saleh!
Luputkanlah aku dari penipu dan orang curang!

*Sebab Engkaulah Allah tempat pengungsianku.
Mengapa Engkau membuang aku?
Mengapa aku harus hidup berkabung di bawah impitan musuh?

*Suruhlah terang dan kesetiaan-Mu datang,
supaya aku dituntun,
dibawa ke gunung-Mu yang kudus
dan ke tempat kediaman-Mu!

*Maka aku dapat pergi ke mezbah Allah,
menghadap Allah sukacita dan kegembiraanku,
dan bersyukur kepada-Mu dengan kecapi,
ya Allah, ya Allahku!



Bait Pengantar Injil
Mrk 10:45

Anak Manusia datang untuk melayani
dan menyerahkan nyawa-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang.



Bacaan Injil
Luk 9:18-22

"Engkaulah Kristus dari Allah.
Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan."

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Pada suatu ketika Yesus sedang berdoa seorang diri.
Maka datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya.
Yesus lalu bertanya kepada mereka,
"Kata orang banyak siapakah Aku ini?"
Mereka menjawab, "Yohanes Pembaptis;
ada juga yang mengatakan: Elia;
ada pula yang mengatakan:
salah seorang nabi dari zaman dulu telah bangkit."

Yesus bertanya lagi, "Menurut kalian, siapakah Aku ini?"
Jawab Petrus, "Engkaulah Kristus dari Allah."
Dengan keras Yesus melarang mereka
memberitakan hal itu kepada siapa pun.
Ia lalu berkata,
"Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan
dan ditolak oleh para tua-tua,
oleh para imam kepala dan para ahli Taurat,
lalu dibunuh, dan dibangkitkan pada hari ketiga."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Saya pernah mencoba menggambar wajah saya sendiri di atas kertas. Hasilnya jauh sekali dari mirip. Namun, dari kegiatan sederhana itu, saya belajar sesuatu: ternyata saya lebih tahu persis di sebelah mana letak tahi lalat saya, bagaimana garis-garis wajah saya terbentuk, dan detail kecil lainnya. Tetapi di sisi lain, saya juga sadar bahwa betapa sulitnya benar-benar mengenal diri sendiri, walaupun kita sering merasa bahwa kitalah yang paling tahu tentang diri kita.

Bahkan saya baru menyadari, selama ini saya tidak pernah benar-benar melihat telinga saya dengan mata sendiri. Saya mengetahuinya hanya dari cermin atau foto. Artinya, untuk mengenal diri kita, kita tetap memerlukan bantuan dari luar diri kita. Namun, di situlah masalahnya—pandangan orang lain tentang kita bisa berbeda, bahkan bisa keliru. Orang lain mudah salah sangka, dan kita pun bisa keliru mengenali orang lain.

Hal ini berbeda dengan Yesus. Ia sungguh tahu siapa diri-Nya. Ia tidak membutuhkan konfirmasi dari orang lain. Tetapi Yesus ingin murid-murid-Nya tidak salah dalam mengenal Dia. Karena itu Ia bertanya, "Kata orang banyak, siapakah Aku ini?" Jawabannya beragam: ada yang bilang Yohanes Pembaptis yang bangkit, ada yang bilang Elia, atau nabi lain. Tetapi Petrus dengan tegas berkata, "Engkaulah Kristus dari Allah."

Inilah pelajaran penting bagi kita. Kita seringkali mudah terjebak dalam salah sangka, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain. Padahal, mengenal dengan benar itu penting, sebab hanya dengan pengenalan yang benar relasi bisa terjalin kokoh dan utuh. Petrus memberi teladan: ia tidak terpengaruh dengan suara orang banyak, melainkan menyatakan pengenalan yang sejati akan Yesus.

Maka, marilah kita belajar untuk mengenali diri sendiri dengan jujur, mengenali orang-orang terdekat kita dengan kasih, serta mengenal Yesus dengan iman yang teguh. Dengan demikian, kita tidak hanya menghindari salah sangka, tetapi juga membangun relasi yang kuat—baik dengan sesama maupun dengan Tuhan yang hidup.



Peringatan Orang Kudus
Santo Kosmas dan Damianus, Martir
Kedua kakak beradik ini berkebangsaan Arabia. Nama mereka tertera pada alat-alat kedokteran, tetapi sedikit saja kisah yang dapat kita peroleh tentang mereka. Konon mereka dibesarkan oleh ibunya yang sudah menjanda sejak masa kecilnya. Dengan kasih sayang yang besar dan kerja keras, ibunya mendidik dan menyekolahkan mereka di Syria hingga berhasil menjadi dokter. Setelah menyelesaikan studinya di Syria, mereka bekerja sebagai dokter di Silisia, Asia Kecil. Sebagai orang beriman, cintakasih sungguh-sungguh mewarnai hidup mereka. Mereka mengabdikan seluruh kepandaian dan ilmu mereka guna menolong orang orang sakit tanpa memungut bayaran. Semua orang menyanjung dan menghormati mereka sebagai orang-orang Kristen yang benar-benar menghayati ajaran Kristus. Dalam karyanya mereka juga turut mewartakan Injil Kristus kepada orang-orang sekitar.
Dalam bahasa Yunani kedua kakak beradik ini dijuluki "Anarguroi" yang berarti 'Orang-orang yang tidak menghiraukan uang. Julukan ini tepat karena pengabdian mereka sebagai dokter tanpa memungut uang dari para pasiennya. Sering sekali mereka menyembuhkan orang sakit bukan karena keahliannya tetapi karena imannya akan Kristus dan perhatiannya yang besar pada kesembuhan orang-orang sakit. Karena perbuatan cinta kasih mereka itu, mereka ditangkap dan dipenjarakan oleh Prefek Lysias, dan dipaksa menyembah dewa-dewi kafir. Namun mereka tidak gentar sedikit pun menghadapi segala siksaan itu. Kepada Lysias mereka menegaskan bahwa agama Kristen sangat penting untuk keselamatan yang kekal. Setiap siksaan yang dikenakan pada mereka tidak mempan untuk mematahkan iman mereka. Tuhan ada dipihak mereka. Akhirnya Prefek itu memutuskan untuk memenggal saja kepala mereka untuk menghabisi nyawa mereka. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 27 September 303 pada masa pemerintahan Kaisar Diokletianus yang kejam itu.
Kisah lain mengungkapkan peristiwa pembunuhan mereka secara mendetail. Keduanya disalibkan dan dilempari batu serta dipanah. Tetapi batu-batu itu memental dan mengenai para pelempar itu sendiri. Demikian juga para pemanah terkena sendiri panah yang mereka tembakkan. Sesudah kematian mereka, banyak terjadi mujizat penyembuhan. Di antara orang-orang besar yang disembuhkan ialah Raja Yustianus I. Oleh karena itu raja mendirikan sebuah gereja besar di Konstantinopel untuk menghormati mereka. Paus Felix IV (526-530) mendirikan sebuah gereja lagi bagi mereka di Roma. Nama mereka dimasukkan dalam Doa Syukur Agung Misa. Para dokter menghormati mereka dan menjadikan mereka pelindung para dokter dan alat-alat kedokteran.

Santo Siprianus dan Yustina, Martir
Di Antiokia, Syria, Siprianus dikenal sebagai seorang dukun. Banyak orang datang kepadanya untuk disembuhkan dari penyakitnya.  Tapi praktek kedukunannya tidak mendapat tanggapan baik dari orang­orang Kristen. Ia sendiri tidak berdaya menghadapi orang-orang Kristen. Sekali peristiwa ia menggoda Yustina, seorang gadis Kristen namun ia tidak berhasil. Oleh pengaruh Yustina, ia lalu sadar akan keberdosaannya, bertobat dan dipermandikan. Ia kemudian menikahi Yustina dan menjadi seorang Kristen yang saleh.
Kegiatan-kegiatan iman yang dilakukan kedua suami-isteri ini mengakibatkan kematian mereka sebagai saksi iman. Mereka ditangkap, didera dan dipenjarakan dengan tujuan agar keduanya murtad dari imannya. Tetapi karena mereka tetap pada pendiriannya, maka mereka dibunuh di Nikomedia. Jenazah mereka ditinggalkan saja di tempat pembantaian. Tetapi kemudian diangkut ke Roma oleh beberapa orang pelaut yang beragama Kristen.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/