Liturgia Verbi 2025-09-15 Senin.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXIV

Senin, 15 September 2025

PW S.P. Maria Berdukacita



Bacaan Pertama
1Kor 12:31-13:13

"Sekarang tinggal iman, harapan dan kasih,
namun yang paling besar di antaranya ialah kasih."

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus:

Saudara-saudara,
berusahalah memperoleh karunia-karunia yang paling utama.
Dan aku menunjukkan kepadamu jalan yang lebih utama lagi.
Sekalipun aku dapat berbicara dalam semua bahasa manusia dan malaikat,
tetapi jika aku tidak mempunyai kasih,
aku seperti gong yang bergaung atau canang yang gemerincing.
Sekalipun aku mempunyai karunia bernubuat
dan aku mengetahui segala rahasia
serta memiliki seluruh pengetahuan;
sekalipun aku memiliki iman sempurna untuk memindahkan gunung,
tetapi jika tidak mempunyai kasih,
aku sama sekali tidak berguna.

Sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku,
bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar,
tetapi jika aku tidak mempunyai kasih,
sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.

Kasih itu sabar, murah hati dan tidak cemburu.
Kasih itu tidak memegahkan diri,
tidak sombong dan tidak bertindak kurang sopan.
Kasih itu tidak mencari keuntungan diri sendiri,
tidak cepat marah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
Kasih tidak bersukacita atas kelaliman, tetapi atas kebenaran.
Kasih menutupi segala sesuatu, percaya akan segala sesuatu,
mengharapkan segala sesuatu,
sabar menanggung segala sesuatu.

Kasih tidak berkesudahan.
Nubuat akan berakhir, bahasa roh akan berhenti,
dan pengetahuan akan lenyap.
Sebab pengetahuan kita tidak lengkap,
dan nubuat kita tidak sempurna.
Tetapi jika yang sempurna tiba,
hilanglah yang tidak sempurna itu.

Ketika masih kanak-kanak, aku berbicara seperti kanak-kanak,
merasa seperti kanak-kanak, dan berpikir seperti kanak-kanak pula.
Tetapi sekarang, setelah menjadi dewasa,
aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.
Sekarang kita melihat gambaran samar-samar seperti dalam cermin,
tetapi nanti dari muka ke muka.
Sekarang aku mengenal secara tidak sempurna,
tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna,
sebagaimana aku sendiri dikenal.

Demikianlah tinggal ketiga hal ini: iman, harapan dan kasih;
dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.

Demikianlah sabda Tuhan.

atau BACAAN LAIN:
[Ibr 5:7-9]

"Kristus telah belajar menjadi taat,
dan Ia menjadi pokok keselamatan abadi."

Pembacaan dari Surat Kepada Orang Ibrani:

Saudara-saudara,
dalam hidup-Nya sebagai manusia,
Kristus telah mempersembahkan doa dan permohonan
dengan ratap tangis dan keluhan
kepada Dia yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut.
Dan karena kesalehan-Nya, Ia telah didengarkan.
Akan tetapi, sekalipun Anak Allah,
Yesus telah belajar menjadi taat;
dan ini ternyata dari apa yang telah diderita-Nya.
Dan sesudah mencapai kesempurnaan,
Ia menjadi pokok keselamatan abadi
bagi semua orang yang taat kepada-Nya.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 31:2-3a.3b-4.5-6.15-16.20,R:17b

Refren: Terpujilah Tuhan,
sebab Ia telah mendengarkan doa permohonanku.

*Pada-Mu, ya Tuhan, aku berlindung,
janganlah sekali-kali aku mendapat malu.
Luputkanlah aku oleh karena keadilan-Mu,
sendengkanlah telinga-Mu kepadaku,
bersegeralah melepaskan daku.

*Jadilah bagiku gunung batu tempat berlindung,
dan kubu pertahanan untuk menyelamatkan daku!
Sebab Engkaulah bukit batu dan pertahananku;
oleh karena nama-Mu Engkau akan menuntun
dan membimbing aku.

*Engkau akan mengeluarkan aku dari jaring
yang dipasang orang terhadap aku,
sebab Engkaulah tempat perlindunganku.
Ke dalam tangan-Mulah kuserahkan nyawaku;
sudilah membebaskan aku, ya Tuhan, Allah yang setia.

*Tetapi aku, kepada-Mu, ya Tuhan, aku percaya,
aku berkata "Engkaulah Allahku!"
Masa hidupku ada dalam tangan-Mu,
lepaskanlah aku dari tangan musuh-musuhku
dan bebaskanlah aku dari tangan orang-orang yang mengejarku.

*Alangkah limpahnya kebaikan-Mu
yang telah Kausimpan bagi orang yang takwa kepada-Mu,
yang telah Kaulakukan di hadapan manusia
bagi orang yang berlindung pada-Mu!



Bait Pengantar Injil
Yoh 3:16

Begitu besar kasih Allah kepada dunia,
sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal.
Setiap orang yang percaya akan Dia, memiliki hidup abadi.



Bacaan Injil
Yoh 19:25-27

"Inilah anakmu! - Inilah ibumu!"

Inilah Injil Suci menurut Yohanes:

Waktu Yesus bergantung di salib,
didekat salib itu berdirilah ibu Yesus
dan saudara ibu Yesus,
Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena.
Ketika Yesus melihat ibu-Nya
dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya,
berkatalah Ia kepada ibu-Nya,
"Ibu, inilah, anakmu!"
Kemudian kata-Nya kepada murid-Nya,
"Inilah ibumu!"
Dan sejak saat itu murid itu menerima ibu Yesus di dalam rumahnya.

Demikianlah sabda Tuhan.

ATAU BACAAN LAIN:
Luk 2:33-35

"Suatu Pedang akan menembus jiwamu sendiri"

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Ketika Maria dan Yusuf mempersembahkan Anak Yesus di Bait Suci,
mereka amat heran
mendengar pernyataan Simeon tentang Anak Yesus.
Lalu Simeon memberkati mereka,
dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu,
"Sesungguhnya Anak ini ditentukan
untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang Israel
dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan
-- dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri --
supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Hari ini Gereja memperingati Santa Perawan Maria Berdukacita, yang juga dikenal dengan sebutan *Mater Dolorosa*. Dalam tradisi iman Katolik, kedukaan Bunda Maria dikenang sebagai *tujuh kedukaan*, mulai dari nubuat Simeon di Bait Allah, pelarian ke Mesir, Yesus yang hilang di Yerusalem, perjumpaan di jalan salib, sampai saat Maria berdiri di kaki salib dan akhirnya menyaksikan Yesus dimakamkan. Semua peristiwa itu memperlihatkan betapa Maria sungguh-sungguh ikut ambil bagian dalam penderitaan Puteranya.

Bacaan Injil hari ini menampilkan Bunda Maria berdiri di bawah kaki salib, menyaksikan dengan mata dan hatinya penderitaan Anak yang dikasihinya. Dari salib, Yesus bersabda kepada Maria: "Ibu, inilah anakmu!" dan kepada murid yang dikasihi-Nya: "Inilah ibumu!" [Yoh 19:26-27]. Dengan sabda itu, Yesus bukan hanya mempercayakan Maria kepada Yohanes, tetapi juga menghadiahkan Maria kepada seluruh Gereja. Maria yang pernah menanggung kedukaan karena Puteranya, kini menjadi Ibu bagi semua murid Kristus yang berziarah dalam dunia penuh duka dan pergulatan.

Bacaan Pertama dari surat Rasul Paulus mengingatkan kita akan jalan yang paling utama, yaitu kasih [1Kor 12:31-13:13]. Segala hal, entah karunia nubuat, ilmu, bahkan iman yang memindahkan gunung, semuanya sia-sia tanpa kasih. Kasihlah yang menjadi dasar dari segala ketaatan dan pengorbanan sejati. Maria berdukacita bukan hanya karena ia seorang ibu yang kehilangan anak, tetapi karena kasihnya yang murni dan sempurna kepada Allah. Kasih itu membuatnya tetap setia berdiri di kaki salib, tidak meninggalkan Yesus dalam penderitaan-Nya.

Di sinilah kita diajak untuk bercermin. Mengapa kita menaati perintah Tuhan? Apakah hanya karena takut dihukum, atau supaya tampak baik di mata orang lain? Atau karena kasih, yang membuat kita rela taat dan berkorban, bahkan dalam situasi sulit? Yesus adalah teladan ketaatan yang sempurna—meskipun Ia bisa saja menghindari salib, Ia tetap memilih untuk taat demi kasih kepada Bapa dan keselamatan kita. Maria pun memberi teladan ketaatan penuh kasih, yang membuatnya tidak goyah meski harus menanggung tujuh kedukaan.

Marilah kita belajar dari Yesus dan Maria: bahwa ketaatan yang sejati lahir dari kasih. Kasih itulah yang membuat kita tetap taat dalam penderitaan, tetap setia dalam pengorbanan, dan tetap berharap sekalipun dalam kesusahan. Semoga kita mampu meneladani Maria, yang berdukacita namun tetap penuh kasih, dan Yesus, yang taat sampai wafat di kayu salib.



Peringatan Orang Kudus
Santa Katarina Fieschi dari Genoa, Janda
Di antara sekian banyak wanita kudus yang menyandang nama Katarina, Katarina Fieschi patut diberi julukan "Pencinta Jiwa-jiwa di Api Penyucian." Katarina berasal dari sebuah keluarga bangsawan kaya raya. Ia cantik sekali dan berpendirian tegas.
Pada umur 13 tahun, ia masuk sebuah ordo yang keras sekali aturannya. Permohonannya ditolak karena umurnya dianggap belum memenuhi syarat. Tiga tahun kemudian, ia menikah dengan Yuliano Adorno, pemuda kebanggaan orangtuanya.
Awal perkawinan mereka tidak begitu bahagia. Yuliano, acuh tak acuh dan sering tidak menghiraukannya. Lima tahun lamanya, ia menanggung penderitaan batin yang luar biasa karena ulah suaminya Yuliano. Tetapi ia menanggung semuanya itu dengan sabar dan tawakal. Secara ekonomi mereka tidak kekurangan apa pun karena harta warisan orangtuanya berlimpah-limpah. Ia hidup berfoya-foya dan menikmati kesenangan duniawi yang tak ada taranya. Namun batinnya tidak tenteram.
Pada usia 36 tahun, ia melepaskan semua kesenangan duniawi itu dan bertobat. Ia mulai lebih banyak berdoa untuk memohon bimbingan Tuhan. Suaminya Yuliano pun ikut bertobat. Keduanya mulai mengenyam suatu hidup yang bahagia dalam cinta dan cita-cita yang luhur untuk mengabdi Tuhan. Mereka pindah ke sebuah rumah yang sederhana dan berkarya di sebuah rumah sakit secara cuma-cuma.
Yuliano meninggal dunia pada tahun 1497. Katarina dengan tekun melanjutkan karya amal itu sambil tetap menjalin hubungan dengan Tuhan dengan doa dan matiraga. Tuhan memperhatikan hambanya dan memberinya banyak karunia istimewa dan kehidupan mistik yang tinggi. Perhatiannya yang lebih besar dicurahkan kepada jiwa-jiwa di api penyucian karena ia berpendapat bahwa penderitaan mereka jauh lebih besar mengingat mereka dianggap belum berkenan kepada Tuhan secara sempurna. Katarina Fieschi meninggal dunia pada tahun 1510.

Maria, Mater Dolorosa
Hari ini juga Gereja mengenangkan 'Kedukaan Santa Perawan Maria'. Banyak sekali penderitaan yang dialami Maria sepanjang perjalanan hidupnya bersama Yesus, Anaknya dalam karya agung penyelamatan umat manusia dari dosa. Maria menyertai Yesus hingga akhir hayatNya di bawah kaki salib. Oleh karena itu Gereja menamai Maria 'Mater Dolorosa', Bunda Dukacita, dan 'Ratu para Martir'.
Seluruh penderitaan Maria diringkas Gereja dalam 7 jenis kedukaan yang diambil dari 7 peristiwa berikut ini:
1. Kedukaan sewaktu Simeon meramalkan apa yang akan terjadi atas diri Yesus, Anaknya sewaktu ia bersama Yusuf mempersembahkan Yesus di Bait Allah.
2. Kedukaan yang dialaminya sewaktu pengungsian ke Mesir.
3. Kedukaan sewaktu ia bersama Yusuf mencari Yesus di Yerusalem.
4. Kedukaan sewaktu bertemu dengan Yesus di jalan salib.
5. Kedukaan sewaktu Yesus disalib dan wafat.
6. Kedukaan sewaktu Yesus dibaringkan di pangkuannya.
7. Kedukaan sewaktu Yesus dimakamkan.
Maria menanggung semua penderitaan itu dengan tabah dan penuh iman karena ia sendiri telah mengatakan dengan bebas kepada malaekat Allah: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu."

Santo Nikomedes, Martir
Sangat sedikit keterangan tentang riwayat Nikomedes, meskipun Gereja menghormatinya sebagai martir Kristus dan kepadanya dipersembahkan sebuah Gereja di Via Nomeritana.
Konon beliau adalah seorang imam di Roma pada masa pemerintahan Kaisar Domisianus. Ia dipenggal kepalanya karena menguburkan jenazah Santa Felicula. Jenazahnya sendiri dimakamkan di gereja Santa Praksedis di Roma.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/