Liturgia Verbi 2024-06-01 Sabtu.

Liturgia Verbi (B-II)
Hari Biasa, Pekan Biasa VIII

Sabtu, 1 Juni 2024

PW S. Yustinus, Martir

Ujud Gereja Universal: Para migran yang meninggalkan negeri mereka.
Semoga para migran yang meninggalkan negeri mereka karena perang atau kelaparan, terpaksa melakukan perjalanan penuh bahaya dan kekerasan, menemukan sambutan dan peluang baru di negara-negara yang menerima mereka.

Ujud Gereja Indonesia: Orang muda.
Semoga Gereja semakin terbuka dan mampu merangkul kaum muda di tengah proses pembentukan identitas, sehingga mereka dapat mengalami Kristus sebagai Sahabat dan Juru Selamat.

Hari Sabtu Imam.
Marilah berdoa bagi para imam, agar Bapa Di Surga memberkati segala pelayanan mereka, serta dikuatkan dalam menghadapi godaan, cobaan dan marabahaya.



Bacaan Pertama
Yud 1:20b-25

"Allah berkuasa menjaga kalian jangan sampai tersandung,
dan membawa kalian penuh kegembiraan di hadapan kemuliann-Nya."

Pembacaan dari Surat Rasul Yudas:

Saudara-saudara terkasih,
ingatlah akan apa yang dahulu telah dikatakan kepadamu,
oleh rasul-rasul Tuhan kita Yesus Kristus.

Maka bangunlah dirimu sendiri
di atas dasar imanmu yang paling suci,
dan berdoalah dalam Roh Kudus.
Peliharalah dirimu dalam kasih Allah
sambil menantikan rahmat Tuhan kita Yesus Kristus,
untuk hidup yang kekal.
Tunjukkanlah belas kasihan kepada mereka yang ragu-ragu,
renggutlah mereka dari api.
Tetapi tunjukkanlah belas kasihan
yang disertai rasa takut kepada orang-orang lain juga,
dan bencilah pakaian mereka yang dicemarkan
oleh keinginan-keinginan dosa.

Allah berkuasa menjaga kalian supaya jangan tersandung.
Ia membawa kalian tanpa noda dan penuh kegembiraan
di hadapan kemuliaan-Nya.
Bagi Dia, Allah yang Esa, Juruselamat kita,
dengan perantaraan Yesus Kristus, Tuhan kita,
bagi Dia kemuliaan, kebesaran, kekuatan dan kuasa
sebelum segala abad,
sekarang dan sampai selama-lamanya. Amin.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 63:2.3-4.5-6,R:2b

Refren: Jiwaku haus akan Dikau, ya Tuhan, Allahku.

*Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau,
jiwaku haus akan Dikau,
tubuhku rindu kepada-Mu,
seperti tanah yang kering dan tandus,
yang tiada berair.

*Demikianlah aku rindu memandang-Mu di tempat kudus,
sambil melihat kekuatan dan kemuliaan-Mu.
Sebab kasih setia-Mu lebih baik daripada hidup;
bibirku akan memegahkan Dikau.

*Aku mau memuji Engkau seumur hidupku
dan menaikkan tanganku demi nama-Mu.
Seperti dijamu lemak dan sumsum jiwaku dikenyangkan,
bibirku bersorak-sorai, mulutku memuji-muji.



Bait Pengantar Injil
Kol 3:16a.17c

Semoga sabda Kristus tinggal dalam diri kalian secara melimpah.
Bersyukurlah dengan perantaraan Kristus
kepada Allah Bapa kita.



Bacaan Injil
Mrk 11:27-33

"Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu?"

Inilah Injil Suci menurut Markus:

Beberapa waktu sesudah mengusir para pedagang
dari halaman bait Allah,
Yesus dan murid-murid-Nya tiba kembali di Yerusalem.
Ketika Yesus sedang berjalan-jalan di halaman Bait Allah,
datanglah kepada-Nya imam-imam kepala,
ahli-ahli Taurat dan tua-tua.
Mereka bertanya kepada Yesus,
"Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu?
Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu,
sehingga Engkau melakukan hal-hal itu?"

Yesus menjawab mereka,
"Aku akan mengajukan satu pertanyaan kepada kalian.
Jawablah Aku,
dan Aku akan mengatakan,
dengan kuasa mana Kulakukan hal-hal itu.
Pembaptisan Yohanes itu dari surga atau dari manusia?
Jawablah!"

Mereka memperbincangkannya seraya berkata,
"Jikalau kita katakan 'Dari Allah,'
Ia akan berkata,
'Kalau begitu, mengapakah kalian tidak percaya kepada-Nya?'
Tetapi masakan kita katakan 'Dari manusia'."
Sebab mereka takut kepada orang banyak,
karena semua orang menganggap
bahwa Yohanes betul-betul seorang nabi.
Maka mereka menjawab Yesus, "Kami tidak tahu."

Maka kata Yesus kepada mereka,
"Jika demikian, Aku pun takkan mengatakan kepada kalian,
dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Yesus mengusir para pedagang dari halaman Bait Allah.
Hal ini mengundang reaksi dari para ahli Taurat dan orang-orang yang dituakan.
Mereka mempertanyakan kuasa mana dan dari siapa Yesus melakukan penyucian Bait Allah itu.
Mereka tentu malu karena selama ini mereka membiarkan para pedagang itu berbisnis di halaman Bait Allah, bisa jadi saja karena mereka mendapat keuntungan dari kegiatan bisnis itu, mereka menerima "setoran" dari para pedagang.
Jika kegiatan bisnis ini ditiadakan, mereka jelas dirugikan.
Oleh karenanya mereka berusaha untuk menjatuhkan Yesus yang mereka anggap telah mengusik kenyamanan mereka selama ini.
Mereka mempertanyakan otoritas Yesus, mencari-cari kesalahan untuk menjatuhkan Yesus.
Yesus bukan pejabat Bait Allah dan juga bukan pejabat pemerintah, lalu mengapa melakukan tindakan yang bukan wewenang-Nya?

Belum lama ini saya berkesempatan berdialog dengan seorang pemimpin awam suatu paroki.
Ia terkenal sangat vocal terutama dalam mengungkapkan kebenaran, dan selalu menyerang pihak-pihak yang dianggapnya telah menyelewengkan Tuhan demi keuntungan pribadi, pihak-pihak yang dianggap seringkali mencatut nama Tuhan demi kepentingan pribadi.
Sebagai pemimpin paroki, ia merasa berkewajiban untuk membersihkan parokinya dari segala hal yang kotor.
Ia melakukan yang sama seperti yang dilakukan Yesus.
Dampak yang didapat pun sama, ia dimusuhi banyak orang.
Ada pihak-pihak yang berkeinginan untuk menjatuhkan dia.

Sementara itu, ada banyak orang yang memilih diam padahal mengetahui ketidak-benaran sedang terjadi di parokinya.
Mereka menutup mata dan telinga, merasa bukan wewenangnya untuk meluruskan ketidak-benaran itu, tidak siap menghadapi resiko yang ditimbulkan, lalu menghibur diri dengan mengatakan "itu bukan urusan saya".

Bagaimana dengan kita, apa yang akan kita lakukan ketika mengetahui ketidak-benaran telah terjadi di lingkungan gereja kita?
Dalam banyak hal saya memilih bersikap "abstain", lebih tepatnya "cuek".
Dalam banyak hal lainnya saya meniru pemimpin awam itu, mengungkapkan ketidak-benaran yang terjadi.
Tetapi saya tidak mau mengikuti apa yang dilakukan kebanyakan orang: "Itu bukan wewenang saya", "Yang tidak bersalah, silahkan melempar batu", "Pastor juga manusia", dan berbagai alasan lain untuk membela diri dan untuk membenarkan diri sendiri.

Saya memilih untuk mengikuti saran Yesus, ketika menghadapi ketidak-benaran kita mesti cerdik seperti ular.
Jangan sampai, maksudnya hendak meluruskan suatu ketidak-benaran tapi malahan menimbulkan kerugian yang lebih besar lagi.
Jangan sampai, gara-gara mengungkapkan ketidak-benaran kita malah disingkirkan sehingga tidak lagi memiliki wewenang atau pun kesempatan untuk bersuara.

Para ahli Taurat itu ternyata tidak siap menghadapi Yesus.
Dalam situasi dilematis, mereka memilih jawaban "tidak tahu", suatu sikap pengecut karena tidak siap menghadapi konsekuensi dari perbuatan sendiri.
Secara cerdik Yesus telah membuat mereka "mati kutu".
Iya, kita memang mesti cerdik seperti Yesus.



Peringatan Orang Kudus
Santo Yustinus, Martir
Yustinus lahir dari sebuah keluarga kafir di Nablus, Samaria, Asia Kecil pada permulaan abad kedua kira-kira pada kurun waktu meninggalnya Santo Yohanes Rasul.
Yustinus mendapat pendidikan yang baik semenjak kecilnya. Kemudian ia tertarik pada pelajaran filsafat untuk memperoleh kepastian tentang makna hidup ini dan tentang Allah. Suatu ketika ia berjalan­jalan di tepi pantai sarnbil merenungkan berbagai soal. la bertemu dengan seorang orang-tua. Kepada orang-tua itu, Yustinus menanyakan berbagai soal yang sedang direnungkannya. Orang-tua itu menerangkan kepadanya segala hal tentang para nabi Israel yang diutus Allah, tentang Yesus Kristus yang diramalkan para nabi serta tentang agama Kristen. Ia dinasihati agar berdoa kepada Allah memohon terang surgawi.
Di samping filsafat, ia juga belajar Kitab Suci. Ia kemudian dipermandikan dan menjadi pembela kekristenan yang tersohor. Sesuai kebiasaan di zaman iru, Yustinus pun mengajar di tempat-tempat umum, seperti alun-alun kota, dengan mengenakan pakaian seorang filsuf. Ia juga menulis tentang berbagai masalah, terutama yang menyangkut pembelaan ajaran iman yang benar. Di sekolahnya di Roma, banyak kali diadakan perdebatan umum guna membuka hati banyak orang bagi kebenaran iman kristen.
Yustinus bangga bahwa ia menjadi seorang kristen yang saleh, dan ia bertekad meluhurkan kekristenannya dengan hidupnya. Dalam bukunya, "Percakapan dengan Tryphon Yahudi", Yustinus menulis: "Meski kami orang Kristen dibunuh dengan pedang, disalibkan, atau dibuang ke moncong-moncong binatang buas, ataupun disiksa dengan belenggu dan api, kami tidak akan murtad dari iman kami. Sebaliknya, semakin hebat penyiksaan, semakin banyak orang demi nama Yesus, bertobat dan menjadi orang saleh".
Di Roma, Yustinus ditangkap dan bersama para martir lainnya dihadapkan ke depan penguasa Roma. Setelah banyak disesah, kepala mereka dipenggal. Perisitiwa itu terjadi pada tahun 165. Yustinus dikenal sebagai seorang pembela iman terbesar pada zaman Gereja Purba.


Santo Simeon, Pengaku Iman
Simeon menempuh pendidikan di Konstantinopel dan hidup bertapa di tepi sungai Yordan. Pria berdarah Yunani ini kemudian menjadi rahib di biara Betlehem dan Gunung Sinai. Ia lebih suka hidup menyendiri dan menetap di seputar pantai Laut Merah dan di puncak gunung. Namun kemudian pemimpin biara mengutusnya ke Prancis. Setelah menjelajahi berbagai daerah, ia secara sukarela hidup terkunci di dalam sebuah bilik di suatu biara di Trier, Jerman sampai saat kematiannya.


Santo Johannes Storey, Martir
Yohannes Storey hidup antara tahun 1510-1571. Anggota parlemen Inggris ini sama sekali menolak mengakui Ratu Elisabeth I sebagai kepala Gereja. Akibatnya ia dipenjarakan. Namun sempat lolos dan melarikan diri ke Belgia. Dengan tipu muslihat, ia dibawa kembali ke Inggris dan digantung hingga menghembuskan nafasnya di London.


Santo Pamphilus dari Sesarea, Martir
Pamphilus lahir di Berytus, Phoenicia (sekarang: Beirut, Lebanon) pada tahun 240 dari sebuah keluarga terkemuka dan kaya. Pamphilus mempunyai minat dan bakat besar dalam masalah-masalah sekular di Berytus sambil meneruskan studi teologi di Sekolah Kateketik Aleksandria yang tersohor namanya di bawah bimbingan Pierius, pengganti Origenes. Dari Aleksandria ia pergi ke Sesarea, ibukota Palestina. Tak lama setelah ia tiba di Sesarea, ia ditahbiskan menjadi imam oleh Uskup Agapius. Ia menetap di sana dan teguh membela iman Kristen selama masa penganiayaan orang-orang Kristen sampai hari kematiannya sebagai martir sekitar tahun 309/310.
Pamphilus seorang imam, dosen, ekseget, dan pengumpul buku-buku yang bernilai tinggi. Dengan buku-buku yang berhasil dikumpulkannya, ia mengorganisir dan mengembangkan perpustakaan besar yang telah dirintis oleh Origenes. Perpustakaan ini berguna sekali bagi berbagai studi tentang Gereja. Dengan keahliannya di bidang teologi dan kitab suci, ia membimbing sekelompok pelajar dalam studi Kitab Suci. Eusebius, salah seorang muridnya - yang kemudian dijuluki 'Bapa Sejarah Gereja' - sangat akrab dengannya. Bersama dia, Phamphilus menulis sebuah biografi tentang gurunya (buku biografi ini telah hilang) sambil terus mengembangkan perpustakaan Sesarea di atas. Ia memusatkan perhatian pada pengumpulan teks-teks Alkitab beserta komentar-komentarnya sehingga koleksinya menjadi sumber informasi penting bagi penerbitan suatu versi penulisan Kitab Suci yang secara tekstual lebih tinggi daripada versi-versi lainnya pada masa itu. Koleksi teks-teks Kitab Suci dan buku-buku lainnya di dalam perpustakaan ini merupakan sumbangannya yang utama bagi Gereja, karena memberikan data yang lengkap dan terpercaya tentang literatur-literatur Kristen perdana. Karya Santo Hieronimus dan Eusebius di bidang Sejarah Gereja dan Kitab Suci didasarkan pada informasi yang disediakan di dalam perpustakaan Pamphilus ini. Sayang sekali bahwa perpustakaan ini dan semua buku yang ada di dalamnya dirusakkan oleh orang-orang Arab pada abad ketujuh.
Kira-kira antara tahun 307 dan 308, Pamphilus ditangkap, dipenjarakan, dan disiksa karena imannya. Sementara berada di penjara, ia bersama Eusebius - yang juga dipenjarakan - menulis sebuah apologi untuk rnembela Origenes; sebagian fragmen dari tulisan ini kini masih ada. Karena ia menolak untuk membawa korban kepada dewa-dewa kafir selama aksi penganiayaan oleh Maximinus Daza, ia dipenggal kepalanya antara tahun 309 atau 310.


Santo Ahmed, Martir
Ahmed adalah saudara Almansur, kepala negeri Lerida di Spanyol. Bersama dengan kedua adiknya Zaida dan Zoraida, Ahmed bertobat mengikuti Kristus dan dipermandikan menjadi Kristen, masing-masing dengan nama permandian: Bernard, Maria dan Gracia. Setelah menjadi Kristen ketiga kakak-beradik ini berusaha mengkristenkan Almansur, kakak mereka, tetapi tindakan mereka ini justru mengakibatkan kematian mereka sebagai martir. Mereka ditangkap dan diserahkan ke tangan algojo untuk dibunuh.




https://liturgia-verbi.blogspot.co.id/