Liturgia Verbi (C-I)
  Hari Biasa Pekan Paskah V
  
  Sabtu, 25 Mei 2019
  
  PF S. Maria Magdalena de Pazzi,  Perawan
  PF S. Gregorius VII, Paus
  PF S. Beda, Imam dan Pujangga Gereja
  
  
  Bacaan Pertama
  Kis 16:1-10
  
  "Menyeberanglah ke Makedonia, dan  tolonglah kami."
  
  Pembacaan  dari Kisah Para Rasul:
  
  Sekali peristiwa Paulus datang juga ke Derbe dan ke Listra. 
  Di situ ada seorang murid bernama Timotius; 
  ibunya adalah seorang Yahudi dan telah menjadi percaya, 
  sedangkan ayahnya seorang Yunani.
  Timotius ini dikenal baik 
  oleh saudara-saudara di Listra dan di Ikonium.
  Paulus mau, supaya Timotius itu menyertainya dalam perjalanan. 
  Paulus menyuruh menyunatkan dia 
  karena orang-orang Yahudi di daerah itu, 
  sebab setiap orang tahu bahwa bapanya adalah orang Yunani.
  
  Dalam perjalanan keliling dari kota ke kota 
  Paulus dan Silas menyampaikan keputusan-keputusan 
  yang diambil para rasul dan para penatua di Yerusalem 
  dengan pesan supaya jemaat-jemaat menurutinya.
  Demikianlah jemaat-jemaat diteguhkan dalam iman 
  dan makin lama makin bertambah besar jumlahnya.
  
  Paulus dan Silas melintasi tanah Frigia dan tanah Galatia, 
  karena Roh Kudus mencegah mereka untuk memberitakan Injil di Asia.
  Dan setibanya di Misia mereka mencoba masuk ke daerah Bitinia, 
  tetapi Roh Yesus tidak mengizinkan mereka.
  Setelah melintasi Misia, mereka sampai di Troas.
  
  Pada malam harinya tampaklah oleh Paulus suatu penglihatan; 
  ada seorang Makedonia berdiri di situ 
  dan berseru kepadanya, katanya, 
  "Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!"
  Setelah Paulus melihat penglihatan itu, 
  segeralah kami mencari kesempatan 
  untuk berangkat ke Makedonia, 
  karena dari penglihatan itu kami menarik kesimpulan, 
  bahwa Allah telah memanggil kami 
  untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sana.
  
  Demikianlah sabda Tuhan.
  
  
  Mazmur Tanggapan
  Mzm  100:1-2.3.5,R:1a
  
  Refren:  Bersorak-soraklah bagi Tuhan, hai seluruh bumi.
  
  *Bersorak-soraklah bagi Tuhan, hai seluruh bumi!
  Beribadahlah kepada Tuhan dengan sukacita, 
  datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!
  
  *Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah; 
  Dialah yang menjadikan kita 
  dan punya Dialah kita, 
  kita ini umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya.
  
  *Sebab Tuhan itu baik, 
  kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, 
  dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun.
  
  
  Bait Pengantar Injil
  Kol 3:1
  
  Kalau kamu  dibangkitkan bersama dengan Kristus, 
  carilah perkara yang di atas, di mana Kristus berada, 
  duduk di sebelah kanan Allah.
  
  
  Bacaan Injil
  Yoh  15:18-21
  
  "Kamu bukan dari dunia, sebab Aku  telah memilih kamu dari dunia."
  
  Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes:
  
  Dalam amanat perpisahan-Nya
  Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,
  "Jikalau dunia membenci kamu, 
  ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku.
  Sekiranya kamu dari dunia, 
  tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. 
  Tetapi karena kamu bukan dari dunia, 
  sebab Aku telah memilih kamu dari dunia, 
  maka dunia membenci kamu.
  
  Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu: 
  Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya. 
  Jikalau mereka telah menganiaya Aku, 
  mereka juga akan menganiaya kamu; 
  jikalau mereka telah menuruti firman-Ku, 
  mereka juga akan menuruti perkataanmu.
  Tetapi semuanya itu akan mereka lakukan terhadap kamu 
  karena nama-Ku, 
  sebab mereka tidak mengenal Dia, yang telah mengutus Aku."
  
  Demikianlah sabda Tuhan.
  
  
  
  Renungan Injil
  Setelah sejak hari Senin yang lalu kita  merenungkan tentang mengasihi, hari ini renungan kita tutup dengan melihat  sifat yang bertolak belakang dari mengasihi, yakni membenci.
  Kalau kita memang mau mendengarkan Yesus, mematuhi perintah-Nya, yakni  mengasihi Allah Bapa, Yesus Kristus, sesama manusia yang baik dan yang tidak  baik, maka sesungguhnya kita tak mampu lagi untuk membenci orang.
  Ini yang dimaksud dengan "hidup di dalam Terang Kristus" itu, tak ada  lagi tempat untuk kegelapan, dan hidup kita pun menjadi cerah, tanpa awan yang  menutupi Terang Kristus itu.
  Kita sendiri tinggal di dalam Terang Kristus itu, maka kita menjadi terang bagi  dunia.
  Mari kita capai dengan segera.
  
  Tetapi, 
  belum semua orang menjadi terang dunia.
  Masih ada banyak orang yang senang tinggal di bawah kegelapan.
  Dan orang-orang seperti inilah yang seringkali mengupayakan agar terang kita  ditutupi oleh kegelapan, padahal kita tahu mana bisa kegelapan menyudahi  terang.
  Yang terjadi sebaliknya, jika ada terang maka kegelapan pun akan sirna.
  
  Hal ini seringkali membuat kita menjadi sedih dan kecewa, yang kalau dibiarkan  akan menyusutkan terang kita sendiri, atau membuat kita malah meninggalkan  terang itu lalu bergabung bersama mereka dalam kegelapan.
  Maka dari itu, 
  hari ini Yesus mengingatkan kita, bahwa sebelum membenci kita, mereka telah  terlebih dahulu membenci Yesus.
  Mereka membenci kita oleh karena nama Yesus, oleh karena kita menjalankan  perintah-perintah-Nya.
  Lalu mereka pun akan menyakiti hati kita, dan bahkan menganiaya kita.
  
  Yesus telah melakukan langkah pamungkas.
  Ia mengambil kita dari dunia, sehingga kita tidak lagi menjadi bagian dari  dunia itu.
  Yesus telah memilih kita menjadi warga kerajaan Surga walau pun kita masih  tinggal di dunia ini.
  Maka, jangan lagilah kita bertikai dengan mereka, yang buntutnya hanya akan  menuai kebencian di hati kita.
  Jika kita mau, maka kita akan dimampukan untuk terlibat dalam karya Yesus di  dunia ini, menarik sebanyak-banyaknya orang ke dalam Terang-Nya, agar mereka  pun turut diselamatkan.
  Itulah tugas perutusan kita.
  
  
  Peringatan Orang Kudus
  Santo  Gregorius VII, Paus dan Pengaku Iman
  Saat terakhir kehidupan Gregorius  dijalani di tempat pengasingan. Ia meninggal dunia di Salerno, Sisilia pada  tanggal 25 Mei 1085. Ia seorang pencinta keadilan dan perdamaian. Hal ini dapat  disimak dari kata-katanya yang terakhir sebelum ajalnya: "Aku telah  mencintai keadilan dan perdamaian dan membenci kelaliman. Karena itu aku  meninggal di pengasingan".
  "Mencintai keadilan dan perdamaian dan berjuang untuk menegakkannya demi  kebaikan Gereja" adalah warna dasar seluruh kehidupan Gregorius.  Hildebrand, nama kecil Gregorius VII, lahir di Toskania, Italia Tengah pada  tahun 1020 dari sebuah keluarga sederhana. Setelah menjadi rahib di sebuah biara  Ordo Benediktin di luar negeri, ia dikirim belajar di biara Santa Maria di  Roma. Karena kemampuan dan prestasinya sungguh luar biasa, ia dipindahkan ke  Schola Cantorum, sebuah sekolah ternama di Roma. Di sini ia dibimbing oleh  Yohanes Gratian, seorang imam yang menjadi Paus pada tahun 1045, dengan nama  "Gregorius VI". Oleh Gregorius VI, Hildebrand diangkat menjadi  Sekretaris Pribadi. Tetapi kemudian dalam Konsili Sutri pada tahun 1046 yang  diprakarsai oleh Kaisar Jerman Henry III, Gregorius VI (1045-1046) - pengganti  Paus Benediktus IX - dipaksa meletakkan jabatannya sebagai Paus karena dituduh  melakukan praktek Simonia (= membeli jabatan Paus dengan uang). Sebagai  gantinya, Konsili memilih Klemens II (1046-1047).
  Setelah pemecatannya, Gregorius VI meninggalkan kota Roma dan mengungsi ke  pegunungan Alpen ditemani oleh Hildebrand. Dari tempat pengungsian itu,  Hildebrand pergi ke Jerman. Di sana ia menjalin hubungan erat dengan Uskup  Bruno dari Toul. Bersama Uskup Bruno, ia ikut aktif membaharui kehidupan Gereja.  Tatkala Uskup Bruno terpilih menjadi Paus (Paus Leo IX, 1049-1054), Hildebrand  menemaninya ke Roma. Di sana ia ditahbiskan menjadi Diakon Agung, suatu jabatan  penting yang bertugas mengurus hubungan Takhta Suci dengan negara-negara lain.  Selain itu, ia dipercayakan jabatan sebagai pengawas keuangan kepausan. Sebagai  rekan kerja terdekat Paus Leo IX, Hildebrand turut aktif melaksanakan berbagai  program pembaharuan hidup menggereja.
  Situasi Gereja pada masa itu sangat memprihatinkan. Berbagai kebiasaan buruk  merajalela di kalangan raja-raja dan kaisar. Mereka tanpa segan-segan turut  campur tangan dalam urusan-urusan yang sebenarnya menjadi urusan intern Gereja.  Sering terjadi praktek pelantikan Imam dan Uskup dilakukan oleh raja atau  kaisar, hanya karena dipandang dapat memberikan keuntungan kepada kerajaan atau  kekaisaran. Jabatan Imam atau Uskup bahkan Paus dapat dibeli dengan uang. Soal  kelayakan pribadi tidak diperhitungkan sama sekali. Kecuali itu, imamimam pun  tidak menghayati imamatnya dengan baik. Karya pembaharuan Gereja digalakkan  untuk melenyapkan berbagai praktek itu.
  Keberhasilan awal dari usaha Hildebrand diperolehnya di biara Santo Paulus di  Roma. Dengan pengaruhnya yang besar ia berhasil mengembalikan citra kehidupan  imamat di antara imam-imam yang hidup di dalam biara itu. Umat di Roma mulai  bangkit lagi dengan semangat baru untuk menghayati imannya secara  sungguh-sungguh. Oleh karena itu, ketika Leo IX rneninggal dunia, orang-orang  Roma dengan suara bulat memilihnya menjadi pengganti Leo IX. Tetapi Hildebrand  yang ketika itu sedang bertugas di Prancis segera meminta agar umat memilih  saja orang lain. Ia sendiri pun berjuang untuk mengangkat Gebhard, Uskup kota  Eichstadt sebagai pengganti Leo IX. Pada tahun 1055, Gebhard menjadi Paus  dengan nama Viktor II (1055-1057). Sepeninggal Viktor II (1057), Frederick dari  Monte Casino diangkat menjadi Paus dengan nama Stefanus IX (1057-1058). Setahun  kemudian ia meninggal dunia dan diganti oleh Uskup Gerhard dari Florence dengan  nama Nikolas II (1059-1061).
  Pada masa kepemimpinan Paus Nikolas II terjadi dua peristiwa penting. Pertama,  terbitnya dekrit pembaharuan aturan pemilihan Paus baru. Pemilihan ini  sepenuhnya berada dalam tangan para Kardinal, tanpa campur tangan kaisar.  Kedua, penandatanganan naskah perjanjian dengan bangsa Normandia yang menguasai  Italia Selatan. Kedua peristiwa ini terjadi atas prakarsa Hildebrand, yang  menjabat sebagai Diakon Agung. Peraturan baru mengenai pemilihan Paus mulai  diterapkan Hildebrand pada waktu pemilihan Paus Aleksander II (1061-1073).
  Sepeninggal Aleksander II, peraturan baru itu seolah tidak berlaku. Umat secara  spontan dan suara bulat memilih Hildebrand sebagai Paus, mengingat kesalehan  hidupnya dan berbagai prestasinya dalam menangani urusan-urusan Gereja. Karena  berpegang teguh pada aturan pemilihan yang baru, Hildebrand bersikeras menolak  keinginan umat itu. Namun akhirnya ia menerimanya juga karena ketulusan hati  umat. la menduduki Takhta Santo Petrus dengan nama Gregorius VII (10731085).
  Semenjak ia merestui keinginan umat untuk menjadi Paus, berbagai tugas berat  yang menuntut penyelesaian segera bermunculan secara beruntun. Program  pembaharuan yang telah dijalankannya selama 25 tahun terus dilanjutkan. Ia  berjuang keras memberantas berbagai praktek buruk di kalangan awam (kaisar dan  raja-raja) dan di kalangan pejabatpejabat Gereja. Praktek memperjualbelikan  jabatan Imam dan Uskup juga diberantasnya. la mengadakan sinode-sinode untuk  membicarakan masalah-masalah itu sekaligus untuk mencarikan jalan keluarnya. la  menegaskan kepada para Uskup agar tidak lagi membiarkan Gereja Kristus  dipermainkan oleh kaum awam yang tidak bertanggungjawab. Ketegasannya dan  pelbagai usaha pembaharuannya mendapat perlawanan keras dari kaum awam,  terutama kaisar. Di Spanyol, Prancis, terutama di Jerman di bawah kaisar  Hendrik IV, para imam dan kaum awam dengan keras menentang kebijaksanaan  Gregorius VII. Meskipun demikian Gregorius tak tergoncangkan pendiriannya.  Sebaliknya ia mengutus pembantu-pembantunya ke seluruh Eropa dengan kuasa penuh  untuk memecat semua imam yang hidup tidak sesuai dengan imamatnya. Demikian  juga semua orang yang menjadi imam dengan cara 'simonia'.
  la menerbitkan sebuah dekrit yang dengan tegas melarang kaum awam, termasuk  raja-raja dan kaisar untuk terlibat dalam hal pengangkatan pejabat-pejabat  Gereja. la mengekskomunikasikan semua imam yang menduduki jabatan suci dengan  cara yang tidak benar dan sah menurut aturan Gereja. Bahkan ia memecat beberapa  Uskup Saxon dan menggantinya dengan orang-orang pilihannya sendiri. Sebagai  reaksi, kaisar Hendrik IV mentahbiskan diakon Teobaldo sebagai Uskup Agung  Milan, Italia Utara. Gregorius menentangnya dengan tindakanekskomunikasi.
  Pada Misa Malam Natal 1075, Gregorius ditangkap dan dipenjarakan. Tetapi segera  ia dibebaskan oleh umat Roma yang mencintainya. Hendrik segera mengadakan  pertemuan dengan Uskup-uskup Jerman di Worms pada tahun 1076. Mereka menuduh  Gregorius melakukan berbagai tindakan kriminal dan dengan tegas menyatakan  bahwa pengangkatannya sebagai Paus adalah tidak sah. Lebih lanjut mereka  mendesak agar Gregorius segera turun dari Takhta Santo Petrus.
  Melihat bahwa Hendrik IV telah diekskomunikasikan oleh Gregorius, sejumlah  besar Pangeran Jerman membelot dan bangkit melawan Hendrik. Mereka berkumpul di  Tribur dan memberhentikan Hendrik sebagai kaisar Jerman. Menyaksikan situasi  kacau ini, Hendrik segera mengambil tindakan berani yakni meminta pengampunan  Paus. Dengan sejumlah kecil pengikutnya, ia berangkat menuju istana Kanossa,  tempat peristirahatan Gregorius. Selama tiga hari, Hendrik berdiri di halaman  istana Kanossa, sebagai seorang peniten yang mau bertobat. Mengingat  kedudukannya sebagai seorang gembala umat yang berkewajiban mengampuni setiap  umatnya yang bertobat, Gregorius akhirnya rela mengampuni Hendrik dan menarik  kembali keputusan ekskomunikasinya setelah Hendrik berjanji untuk mentaati  aturan-aturan yang ditetapkan Paus dan Hukum Gereja.
  Pengampunan ini membebaskan dia dari dosanya sekaligus ancaman para Pangeran.  la kembali ke Jerman untuk memulihkan kembali kedudukannya sebagai kaisar.  Meski demikian, para Pangeran tidak mengakuinya lagi. Mereka mengangkat Rudolf,  seorang Pangeran dari Swabia untuk menduduki takhta kekaisaran. Perang segera  berkobar.Rudolf terbunuh dalam perang itu. Dengan demikian Hendrik kembali  berkuasa.
  Ia lalu kembali kepada perbuatannya, yakni mengangkat kaum awam untuk menduduki  jabatan-jabatan Gereja. la mengancam Gregorius dengan mengangkat Guibertus,  Uskup Agung Ravenna yang telah diekskomunikasikan Gregorius sebagai Paus  tandingan, dengan nama Klemens III (1080-1100). Dan oleh Klemens III, Hendrik  dinobatkan sebagai kaisar di Basilik Santo Petrus pada tanggal 31 Maret 1084.
  Situasi ini tidak berakhir. Pangeran Robertus Guiscard, seorang sahabat  Gregorius dari suku bangsa Normandia di Italia Selatan, berangkat ke Roma  dengan kekuatan besar untuk memaksa Hendrik turun dari takhtanya. Dia berhasil  mengalahkan Hendrik. Takhta Kepausan Gregorius kembali dipulihkan. Tetapi  karena orang-orang Roma tidak suka kepada orang-orang Normandia, maka  berkobarlah pertempuran hebat. Menghadapi kekacauan ini, Gregorius mengasingkan  diri ke Salerno, Italia Selatan. Di sana ia mengampuni kembali orang-orang yang  telah diekskomunikasikannya, kecuali Hendrik IV dan Guibertus. Di sana pula ia menghembuskan  nafasnya yang terakhir pada tanggal 25 Mei 1085.
  Gregorius VII, seorang Paus yang besar dan terkenal. Perjuangannya untuk  menegakkan martabat Gereja dilanjutkan oleh Paus-paus yang menggantinya.
  
  
  Santa Magdalena Sofia Barat, Pengaku  Iman
  Magdalena Sofia Barat (Madeleine Sophiebarat) lahir di Joigny, Burgundy,  Prancis pada tanggal 12 Desember 1779. Di bawah bimbingan seorang kakaknya yang  sudah menjadi imam, Magdalena dididik secara ketat dengan disiplin dan  latihan-latihan matiraga. Pendidikan ini terasa sangat berat untuk seorang  wanita yang masih muda belia. Namun itulah yang kiranya menjadi persiapan baik  bagi Magdalena menuju keberhasilannya di masa depan.
  Padu waktu itu, Varin, Pastor Paroki setempat memulai pembangunan sebuah  perkumpulan yang mengabdikan diri secara khusus pada karya pendidikan bagi  putri-putri. Perkumpulan ini menjadi bagian dari Serikat Yesus, dan  dipersembahkan kepada perlindungan Hati Yesus yang Mahakudus. Ketika  perkumpulan ini mulai berjalan, Magdalena bersama tiga orang kawannya  mendaftarkan diri sebagai anggota pertama. Pada tahun berikutnya, keempat putri  ini memulai kehidupannya di dalam perkumpulan itu sebagai postulan.
  Setelah mendapat pendidikan intensif, Magdalena diutus ke kota Amiens untuk  mengajar di sebuah sekolah yang ada di sana. Tugasnya sebagai guru  dijalankannya dengan sangat baik. Dalam waktu singkat, ia mendirikan sebuah  biara di kota itu. Ia sendiri menjadi pemimpin biara itu, meskipun usianya  masih tergolong muda sekali, yaitu 23 tahun. Kepribadiannya yang menarik,  kesalehan dan kebijaksanaannya membuat dia mampu membina biara ini dengan  sukses. Magdalena memang seorang pemimpin yang penuh semangat dalam karya  pengabdiannya. Pada usianya 26 tahun, ia mengumpulkan dan membina sekelompok  guru yang bercita-cita membangun kembali Pendidikan Katolik bagi putri-putri,  yang sudah tidak berjalan karena Revolusi Prancis.
  Dalam waktu singkat kelompok guru yang tergabung di dalam Kongregasi Suster  Hati Kudus (Sacre Coeur) ini menyebar ke seluruh Prancis untuk menjalankan  misinya di bidang pendidikan bagi putriputri. Magdalena sebagai pemimpin  mendampingi suster-susternya dengan bijaksana dan penuh keberanian. Ia  membimbing mereka sebagai pemimpin selama 63 tahun dengan hasil yang sangat  memuaskan. Banyak sekolah dibukanya di banyak tempat. Di antara sekolah-sekolah  itu, ada satu sekolah yang dikhususkan untuk menampung anak-anak dari biara  Visitasi yang ada di Grenonle. Dari antaranya terdapat orang-orang penting  seperti: BI Philippine Duchesne yang kemudian menyebarkan biara itu ke Amerika  pada tahun 1818.
  Kongregasi Hati Kudus ini kemudian mendapat pengakuan dan pengesahan dari Sri  Paus Leo XII (1878-1903) pada tahun 1826. Pada tahun 1830, novisiatnya di  Piters ditutup karena revolusi yang terjadi di negeri itu. Sebagai gantinya  Magdalena mendirikan sebuah novisiat di Swiss.
  Dalam kepemimpinannya, Magdalena senantiasa menyemangati para susternya untuk  mencari kemuliaan Tuhan Yesus dengan bekerja keras menyucikan jiwa-jiwa.  Semboyannya ialah "Memikul penderitaan untuk diri sendiri dan tidak  membuat orang lain menderita". Kebaktiannya yang mendalam kepada Hati  Yesus yang Mahakudus membuat hatinya sendiri tetap tenang sampai hari  kematiannya di Paris pada tanggal 21 Mei 1865. Sampai wafatnya, ia telah  mendirikan lebih dari 100 biara dan sekolah di 12 negara.
  
  
  Santo Beda, Pengaku Iman dan Pujangga  Gereja
  Beda, yang bergelar "Venerabilis" lahir di Inggris kira-kira pada  tahun 672. Pada usia 7 tahun, ia masuk biara Benediktin di Wearmouth, Inggris  Utara di bawah pimpinan Abbas Benediktus Biscop. Kemudian, dari sana ia  dipindahkan ke biara Santo Paulus di Jarrow sambil mengadakan  kunjungan-kunjungan singkat ke Lindisfarne dan York. Pada umur 19 tahun ia  ditahbiskan menjadi diakon dan pada tahun 704 ia ditahbiskan menjadi imam. la  tetap berkarya di Jarrow dan terus melanjutkan kunjungan-kunjungan ke  Lindisfarne dan York.
  Kesucian, kepandaian dan kehalusan budinya membuat banyak orang tertarik  kepadanya, dan rela menjadi muridnya. Hidupnya dipusatkan pada Ofisi Suci,  studi, mengajar dan menulis. Dalam bidang studi, mengajar dan menulis, ia jauh  lebih unggul dari rekan-rekannya yang lain. Berbagai pokok iman ditulisnya dan  dipelajari di biara-biara. Pengaruhnya terasa sekali dalam sekolah-sekolah  biara pada Abad Pertengahan. Buku-bukunya dipakai sebagai buku standar bagi  pendidikan di biara-biara. Ia menulis berbagai buku ilmu pengetahuan antara  lain: Fisika, sebuah buku tentang Waktu/Tarikh. Ia mempopulerkan ide  penanggalan peristiwa-peristiwa sebelum dan sesudah Masehi, meskipun beliau  bukanlah pencetusnya.
  Karyanya yang terbesar ialah komentar-komentarnya tentang Perjanjian Lama dan  Perjanjian Baru. Beliau sendiri menganggapnya sebagai sumbangannya yang  terbesar bagi Gereja. Pendekatannya terhadap Kitab Suci umumnya bersifat allegoris,  walaupun ketika itu ia menempatkan tafsiran allegoris dan literer secara  sejajar. Karyanya diwarnai oleh ortodoksinya dalam teologi dan dalam penggunaan  bahasa Latinnya yang klasik. Dalam penggunaan sumber-sumber untuk  buku-bukunya, ia menambahkm komentar-komentarnya dan penelitiannya sendiri  hingga karya-karya teologisnya tidak semata-mata merupakan kompilasi tetapi  merupakan ungkapan pikiran dan kepribadiannya.
  Santo Beda dikenal sebagai pintu masuk dalam Sejarah Gereja Inggris. Ia adalah  kebanggaan orang Katolik Anglosakson dan satu-satunya Sarjana Gereja yang  berkebangsaan Inggris. Karya-karyanya yang cemerlang tentang Ilmu Pengetahuan  dan tentang Kitab Suci membuat dia digelar sebagai Pujangga Gereja. Ia  meninggal dunia pada tahun 735.
  
  
  Santa Maria Magdalena de Pazzi, Perawan
  Maria Magdalena lahir di Florence pada tanggal 2 April 1566.  Magdalena adalah anak tunggal dari sebuah  keluarga terkemuka di kota yang makmur dan indah itu. Semasa mudanya, tingkah  lakunya menampakkan suatu keistimewaan. la berbudi halus dan memiliki pikiran  yang tajam.
  Pada umur 10 tahun, pada Pesta Khabar Malaekat ia menerima Komuni pertama dan  oleh Bapa Pengakuannya ia diperbolehkan menerima Komuni Suci setiap hari. Hal  ini merupakan sesuatu yang luar biasa. Ia selalu memberitahukan orangtuanya  apabila ingin mengikuti perayaan Misa Kudus. Kebiasaannya ini lama kelamaan  melahirkan dalam dirinya keinginan untuk mempersembahkan diri seutuhnya hanya  kepada Yesus. Ia ingin hidup demi Yesus saja.
  Keputusannya ini sungguh mengecewakan orangtuanya. Karena dengan demikian  keluarga bangsawan itu tidak lagi mempunyai keturunan. Meskipun demikian kedua  orangtuanya patuh pada kehendak Allah. Mereka yakin bahwa Tuhan mempunyai  rencana yang baik pada mereka. Pada tahun 1582 Magdalena masuk biara Karmel  "Maria Ratu pada Malaekat".
  Magdalena sengaja memilih biara ini karena ia tahu bahwa di sana ia dapat  rnenerima Komuni Suci setiap hari. Di dalam biara itu, Magdalena dengan sepenuh  hati menaati semua peraturan biara dan menaati pimpinan biara. Ia mempunyai  keyakinan bahwa tak satu pun peraturan dari tarekatnya tidak dikehendaki Roh  Kudus. Ia tidak suka mengecualikan dirinya dalam menjalankan tapa dan pantang,  kecuali hal itu diperintahkan oleh Tuhan. la sering mengalami penglihatan ajaib  di mana Yesus mengajarinya tentang kediaman ilahi dalam hatinya demi menguatkan  dia apabila dia ditimpa percobaan.
  Suatu waktu datanglah berbagai cobaan dan sengsara menimpa dirinya. Selama lima  tahun ia menanggung banyak penderitaan karena ditimpa berbagai jenis penyakit,  siksaan batin yang berat dan lain-lainnya. Saat-saat itu, Magdalena benar-benar  merasakan apa yang pernah dialami Yesus di atas salib ketika Allah Bapa  seolah-olah meninggalkan Dia. Tatapi Magdalena tetap dengan tabah menjalani dan  menanggung semuanya itu. Semboyannya ialah: "Bukan kematian, melainkan  penderitaan". Memulihkan dosa-dosa, baik dosa pribadi maupun dosa-dosa  seluruh umat manusia adalah cita-citanya yang utama. Sambil turut menanggung  derita bersama Kristus, Magdalena ingin mengenakan pemulihan Penebus kepada  manusia.
  la tetap seorang suster yang rendah hati meskipun ia dianugerahi banyak karunia  luar biasa. Pada Pesta Pentekosta tahun 1590, malam gelap yang penuh  penderitaan itu habis dan ia dipilih menjadi pemimpin Novisiat hingga dua kali  sampai dia diangkat menjadi pemimpin biara. Pada tahun 1607, Magdalena  meninggal dunia setelah menderita penyakit yang berbahaya.
  
  
  
  http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
  https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi