Liturgia Verbi 2023-02-01 Rabu.

Liturgia Verbi (A-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa IV

Rabu, 1 Februari 2023

Ujud Gereja Universal: Gereja-Gereja paroki. 
Kita berdoa, semoga Gereja-Gereja paroki mengutamakan persatuan dan persaudaraan, serta berkembang menjadi komu nitas orang beriman.  Semoga Gereja juga terbuka bagi mereka yang paling membutuhkan bantuan.

Ujud Gereja Indonesia: Pemulihan ekonomi.
Kita berdoa, semoga pemerintah dan elemen masyarakat bahu-membahu dalam mengambil langkah-langkah untuk pemulihan ekonomi, sehingga segera nyata dan terasa bagi kesejahteraan rakyat, lebih dari kalangan yang miskin dan berkekurangan.



Bacaan Pertama
Ibr 12:4-7.11-15

"Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya."

Pembacaan dari Surat Kepada Orang Ibrani:

Saudara-saudara,
dalam pergumulanmu melawan dosa
kamu belum sampai mencucurkan darah.
Janganlah kamu lupa akan nasihat
yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak:
"Hai anakku, janganlah meremehkan didikan Tuhan,
dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan oleh-Nya;
karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya,
dan menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."
Jika kamu menerima hajaran,
maka di situ Allah memperlakukan kamu seperti anak.
Di manakah ada anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?
Memang tiap-tiap hajaran, pada waktu diberikan,
tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita.
Namun kemudian ia menghasilkan buah kebenaran
yang dilatih olehnya.
Sebab itu kuatkanlah tangan yang lemah dan lutut yang goyah.
Dan luruskanlah jalan bagi kakimu,
sehingga yang pincang jangan terpelecok, tetapi menjadi sembuh.

Berusahalah hidup damai dengan semua orang,
dan kejarlah kekudusan,
sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan.
Jagalah supaya jangan ada seorang pun menjauhkan diri
dari kasih karunia Allah,
agar jangan tumbuh akar yang pahit
yang menimbulkan kerusuhan dan mencemarkan banyak orang.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 103:1-2.13-14.17-18a,R:17

Refren: Kekal abadilah kasih setia Tuhan
atas orang yang takwa.

*Pujilah Tuhan, hai hatiku!
Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku!
Pujilah Tuhan, hai jiwaku,
janganlah lupa akan segala kebaikan-Nya!

*Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya,
demikian Tuhan sayang kepada orang-orang yang takwa.
Sebab Dia sendiri tahu dari apa kita dibuat.
Dia sadar bahwa kita ini debu.

*Tetapi kekal abadilah kasih setia Tuhan
atas orang-orang yang takwa kepada-Nya,
sebagaimana kekal abadilah kebaikan-Nya,
asal saja mereka tetap berpegang pada perjanjian-Nya.



Bait Pengantar Injil
Yoh 10:27

Domba-domba-Ku mendengar suara-Ku, sabda Tuhan.
Aku mengenal mereka, dan mereka mengikuti Aku.



Bacaan Injil
Mrk 6:1-6

"Seorang nabi dihormati di mana-mana
kecuali di tempat asalnya sendiri."

Inilah Injil Suci menurut Markus:

Pada suatu ketika, Yesus tiba kembali di tempat asal-Nya,
sedang murid-murid-Nya mengikuti Dia.
Pada hari Sabat Yesus mengajar di rumah ibadat,
dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia.
Mereka berkata, "Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?
Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya?
Dan mujizat-mujizat yang demikian,
bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya?
Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria?
Bukankah Ia saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon?
Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?"
Lalu mereka kecewa dan menolak Dia.
Maka Yesus berkata kepada mereka,
"Seorang nabi dihormati di mana-mana
kecuali di tempat asalnya sendiri,
di antara kaum keluarganya dan di rumahnya."
Maka Yesus tidak mengadakan satu mujizat pun di sana,
kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit
dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka.
Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Mungkin kita pernah mendengar istilah "batu sandungan", batu kecil yang tergeletak di lantai, yang dapat membuat kita tersandung kalau kurang teliti melihat.
Tetapi yang saya maksudkan bukanlah sebuah batu, istilah untuk menunjuk kepada sesuatu yang menjadi rintangan dan dapat mendatangkan kesulitan.
Hal ini perlu mendapat perhatian kita, jangan sampai kita terhalang menuju damai sejahtera yang membahagiakan itu.

Dikisahkan pada Bacaan Injil hari ini, Yesus yang sedang berada pada puncak ketenaran, telah membuat begitu banyak orang yang terheran-heran dengan apa yang diperbuat oleh Yesus, "Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?  Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya?   Dan mujizat-mujizat yang demikian, bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya?"
Tetapi ketika mereka mengetahui kalau Yesus hanyalah seorang tukang kayu, mereka menjadi kecewa lalu menolak Yesus.
Barangkali mereka berharap, Mesias itu turun dari langit dengan bala-tentara Surga yang menghantarnya.

Barangkali peribahasa yang cocok untuk menggambarkan situasi ini adalah "Karena nila se titik, rusak susu se belanga".
Orang bisa "tersandung" oleh hal-hal yang sepele, yang remeh-temeh.
Yang menyebabkan tersandung disebut batu sandungan.
Memang, seyogyanya kita mesti menyingkirkan "batu-batu kecil" yang dapat menjadi sandungan, mencegah sebelum terjadi.
Tetapi jangan sampai terjadi pula, kita mengeluarkan upaya dan biaya besar hanya untuk menyingkirkan batu kecil, besar pasak daripada tiangnya.

Kita tak dapat mengendalikan pendapat orang banyak, termasuk pendapat tentang kita.
Tetapi jika dibiarkan, api kecil itu akan menjadi semakin besar dan dapat menghanguskan kita.
Jika dilawan pun akhirnya sama-sama dirugikan.
Oleh sebab itu Yesus telah memperingati kita, "Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat."  [Mat 5:37].
Rasul Paulus mengalami banyak hal se rupa, oleh sebab itu ia pun menuliskan dalam suratnya, "Jika ada orang yang mau membantah, kami maupun Jemaat-jemaat Allah tidak mempunyai kebiasaan yang demikian."  [1Kor 11:16]
Ya, saling berbantahan hanya akan menguras energi, yang pada akhirnya justru membuat kita tak lagi menjalankan tugas yang utama karena "tersandung" oleh berbantahan itu.



Peringatan Orang Kudus
Santa Brigida, biarawati
Brigida lahir di Umeras, Kildare, Irlandia pada tahun 453.  Ayahnya, Dubthach, adalah seorang pangeran yang masih kafir.  Sedangkan ibunya, Borcessa adalah seorang budak belian yang sudah menganut agama Kristen.  Brigida dibesarkan dan dididik menjadi seorang Kristen.  Setelah dewasa, ia bercita-cita menjadi biarawati.  Namun keinginannya ini mendapat banyak rintangan.  Pertama-tama karena pada waktu itu belum ada biara khusus untuk para wanita.  Lagi pula wanita budak belian dan anak-anaknya tidak mempunyai hak apa pun bahkan sering kali mereka tidak diperkenankan mengikuti ibadat.
Meskipun demikian, keinginannya tidak terpatahkan oleh rintangan-rintangan tersebut.  Ia berusaha mendirikan sebuah biara khusus untuk para wanita di Kildare.  Ia berhasil membujuk ayahnya untuk memberinya status sebagai wanita bebas (bukan lagi budak).  Ternyata ia menjadi seorang biarawati yang luar biasa.  Ia bersemangat tinggi dan rajin dalam karyanya, kuat ingatannya, ramah dan trampil.  Ia dapat bergaul dengan siapa saja dan siap menolong orang-orang yang datang kepadanya, bahkan menerima mereka di dalam biaranya.  Dengan demikian dia tidak lagi hidup sendirian di dalam biara.  Ia memusatkan perhatiannya pada para penderita kusta dan budak belian.
Kecuali itu, ia juga memulai usaha di bidang pendidikan.  Conleth, seorang imam, dipercayakan memimpin sekolahnya di Kildare.  Sekolah ini semenjak awal menjadi terkenal sebagai sebuah sekolah ketrampilan.  Di kemudian hari, setelah Brigida wafat pada tahun 523, sekolah ini dibagi menjadi dua, yang satu untuk pria dan yang lain untuk wanita.  Hal ini menampakkan suatu keistimewaan pada saat itu.
Penghormatan kepada Santa Brigida masih berlangsung hingga sekarang.  Di Irlandia, Brigida dikenal sebagai salah satu Orang Kudus terkenal selain Santo Patrik dan Columba.  Ia dihormati sebagai pelindung Negara Irlandia, dan tokoh teladan bagi para petani, artis dan pelajar.

Santo Severus, Uskup
Severus dikenal sebagai seorang penenun kain di Ravenna, Italia pada abad ke-4.  Ia beranak-istri dan menjabat sebagai diakon.  Sewaktu ia menghadiri pemilihan uskup baru, sekonyong-konyong seekor burung merpati hinggap di atas kepalanya.  Dan secara aklamasi umat memilihnya menjadi uskup.  Mayatnya dan mayat istrerinya, Santa Vinsensia dan anaknya, santo Inosensius dicuri pada tahun 836 dan dibawa ke Mainz, Jerman.



https://liturgia-verbi.blogspot.co.id/