Liturgia Verbi (C-I)
HR Semua Orang Kudus
Sabtu, 1 November 2025
Hari Sabtu Imam.
Marilah berdoa bagi para imam, agar Bapa Di Surga memberkati segala pelayanan mereka, serta dikuatkan dalam menghadapi godaan, cobaan dan marabahaya.
Ujud Gereja Universal: Pencegahan bunuh diri.
Semoga mereka yang bergumul dengan keinginan untuk mengakhiri hidup dapat menemukan dukungan, kepedulian, dan cinta yang mereka butuhkan melalui komunitas mereka, serta terbuka pada keindahan kehidupan.
Ujud Gereja Indonesia: Mahasiswa yang menger- jakan tugas akhir.
Semoga mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas akhir merasakan bimbingan dan penyertaan Roh Kudus, serta memperoleh anugerah daya juang dan semangat dalam menyelesaikan tanggung jawabnya.
Bacaan Pertama
Why 7:2-4.9-14
"Aku melihat suatu kumpulan besar orang banyak
yang tidak terhitung jumlahnya;
mereka terdiri dari segala bangsa dan suku, kaum dan bahasa."
Pembacaan dari Kitab Wahyu:
Aku, Yohanes, melihat seorang malaikat
muncul dari tempat matahari terbit.
Ia membawa meterai Allah yang hidup.
Dengan suara nyaring ia berseru kepada keempat malaikat
yang ditugaskan untuk merusakkan bumi dan laut,
katanya,
"Janganlah merusakkan bumi atau laut atau pohon-pohon
sebelum kami memeteraikan hamba-hamba Allah kami
pada dahi mereka!"
Dan aku mendengar jumlah mereka yang dimeteraikan itu:
seratus empat puluh empat ribu
yang telah dimeteraikan dari semua suku keturunan Israel.
Kemudian dari pada itu
aku melihat suatu kumpulan besar orang banyak
yang tidak terhitung jumlahnya,
dari segala bangsa dan suku, kaum dan bahasa.
Mereka berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba,
memakai jubah putih,
dan memegang daun-daun palem di tangan mereka.
Dengan suara nyaring mereka berseru,
"Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta,
dan bagi Anak Domba!"
Dan semua malaikat berdiri
mengelilingi takhta, tua-tua dan keempat makhluk
yang ada di sekeliling takhta itu.
Mereka tersungkur di hadapan takhta itu
dan menyembah Allah sambil berkata,
"Amin! Puji-pujian dan kemuliaan,
hikmat dan syukur,
hormat, kekuasaan dan kekuatan
bagi Allah kita sampai selama-lamanya! Amin!"
Seorang dari antara tua-tua itu berkata kepadaku,
"Siapakah mereka yang memakai jubah putih itu,
dan dari manakah mereka datang?"
Maka kataku kepadanya,
"Tuanku, Tuan mengetahuinya!"
Lalu ia berkata kepadaku,
"Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan besar!
Mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih
di dalam darah Anak Domba."
Demikianlah sabda Tuhan.
Mazmur Tanggapan
Mzm 24:1-2.3-4ab.5-6,R:6
Refren: Inilah angkatan orang-orang yang mencari wajah-Mu, ya Tuhan.
*Milik Tuhanlah bumi dan segala isinya,
jagat dan semua yang diam di dalamnya.
Sebab Dialah yang mendasarkannya bumi di atas lautan,
dan menegakkannya di atas sungai-sungai.
*Siapakah yang boleh naik ke gunung Tuhan?
Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?
Orang-orang yang bersih tangannya dan murni hatinya,
yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan.
*Dialah yang akan menerima berkat dari Tuhan
dan keadilan dari Allah, penyelamatnya.
Itulah angkatan orang-orang yang mencari Tuhan,
yang mencari wajah-Mu, ya Allah Yakub.
Bacaan Kedua
1Yoh 3:1-3
"Kita akan melihat Kristus dalam keadaan-Nya yang sebenarnya."
Pembacaan dari Surat pertama Rasul Yohanes:
Saudara-saudara terkasih,
Lihatlah, betapa besar kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita,
sehingga kita disebut anak-anak Allah,
dan memang kita sungguh anak-anak Allah.
Karena itu dunia tidak mengenal kita,
sebab dunia tidak mengenal Dia.
Saudara-saudaraku yang kekasih,
sekarang kita ini sudah anak-anak Allah,
tetapi bagaimana keadaan kita kelak belumlah nyata.
Akan tetapi kita tahu bahwa,
apabila Kristus menyatakan diri-Nya,
kita akan menjadi sama seperti Dia,
sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.
Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya,
ia menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci.
Demikianlah sabda Tuhan.
Bait Pengantar Injil
Mat 11:28
Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat,
Aku akan memberi kelegaan kepadamu.
Bacaan Injil
Mat 5:1-12a
"Bersukacita dan bergembiralah,
karena besarlah ganjaranmu di surga."
Inilah Injil Suci menurut Matius:
Sekali peristiwa
ketika melihat banyak orang yang datang,
Yesus mendaki lereng sebuah bukit.
Setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya.
Lalu Yesus pun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya,
"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah,
karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga.
Berbahagialah orang yang berdukacita,
karena mereka akan dihibur.
Berbahagialah orang yang lemah lembut,
karena mereka akan memiliki bumi.
Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran,
karena mereka akan dipuaskan.
Berbahagialah orang yang murah hati,
karena mereka akan beroleh kemurahan.
Berbahagialah orang yang suci hatinya,
karena mereka akan melihat Allah.
Berbahagialah orang yang membawa damai,
karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
Berbahagialah orang yang dianiaya demi kebenaran,
karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga.
Berbahagialah kamu,
jika demi Aku kamu dicela dan dianiaya,
dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat;
bersukacita dan bergembiralah,
karena besarlah ganjaranmu di surga."
Demikianlah sabda Tuhan.
Renungan Injil
Hari ini Gereja merayakan *Hari Raya Semua Orang Kudus* — hari istimewa untuk mengenang semua orang yang telah hidup dalam kesetiaan kepada Tuhan dan kini berbahagia bersama Dia di Surga.
Mereka bukan hanya para santo dan santa yang kita kenal namanya, yang patungnya berdiri di gereja-gereja, tetapi juga semua orang sederhana yang hidup dengan kasih, dengan iman, dan dengan kesetiaan, hingga akhirnya "menyucikan jubah mereka dalam darah Anak Domba" seperti dikatakan dalam bacaan pertama [Why 7:14].
Kita sering berpikir bahwa kekudusan itu hanya milik para biarawan, martir, atau orang luar biasa. Padahal, kekudusan adalah panggilan bagi semua orang — termasuk kita yang masih hidup di dunia ini.
Dalam bacaan kedua [1Yoh 3:1-3], Santo Yohanes menulis dengan indah: "Lihatlah betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah."
Menjadi kudus berarti menyadari identitas kita sebagai anak-anak Allah, dan berusaha setiap hari untuk hidup sesuai dengan kasih Bapa itu.
Injil hari ini [Mat 5:1-12a] memberikan jalan yang jelas menuju kekudusan. Delapan sabda bahagia itu bukan sekadar nasihat moral, melainkan potret wajah orang kudus.
Berbahagialah yang miskin di hadapan Allah — artinya, yang mengandalkan Tuhan lebih daripada kekuatan dirinya sendiri.
Berbahagialah yang berdukacita — sebab mereka tahu bagaimana berbelarasa dengan penderitaan orang lain.
Berbahagialah yang lemah lembut — sebab mereka menang bukan dengan kekerasan, melainkan dengan kasih.
Itulah wajah-wajah orang kudus yang kita jumpai setiap hari: orang yang sabar, yang tetap menolong, yang tetap setia, yang tetap berbuat baik sekalipun dunia menertawakannya.
Namun hari ini juga menjadi pengingat akan mereka yang telah meninggal dunia — saudara-saudari kita seiman yang sedang menantikan kepenuhan kebahagiaan di Surga.
Gereja mengajarkan bahwa masih ada jiwa-jiwa yang perlu disucikan sebelum masuk ke Surga. Karena itu, kita berdoa bagi mereka dan mempersembahkan indulgensi, agar kasih Allah segera menyempurnakan mereka.
Kita yang masih hidup, masih punya kesempatan untuk bertobat, untuk memperbaiki diri, untuk memperdalam kasih kita kepada Tuhan dan sesama.
Sedangkan mereka yang telah meninggal, tidak lagi bisa menambah amal kasih atau memperbaiki kesalahan. Maka, kita mendoakan mereka — bukan karena kita lebih baik dari mereka, melainkan karena kita percaya pada kuasa belas kasih Allah.
Jangan sampai kita terbalik: justru kitalah yang harus mendoakan mereka yang masih berada dalam penyucian, bukan meminta doa dari mereka.
Dan ketika kita berdoa bagi mereka, jangan berpikir seperti orang Farisi yang hanya mau mendoakan yang dianggap layak saja.
Siapa di antara kita yang tahu di mana seseorang berada sekarang — di surga, di api penyucian, atau di tempat lain?
Doa kita tak akan sia-sia, sebab Allah tahu kepada siapa rahmat itu perlu diberikan.
Lebih dari itu, doa bagi arwah adalah juga doa bagi diri kita sendiri — agar kita dibebaskan dari dendam, kebencian, iri hati, dan luka lama terhadap mereka yang telah mendahului kita.
Masak iya, kita masih menyimpan benci kepada orang yang sudah meninggal dunia?
Apakah kita tega berharap seseorang tidak diselamatkan?
Yesus sendiri berkata, "Barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang… Aku akan membangkitkannya pada akhir zaman." [Yoh 6:37.40]
Maka, marilah kita berbelarasa seperti Yesus.
Doakan mereka yang pernah melukai kita, sebab mereka juga orang beriman yang sedang menantikan belas kasih Allah.
Dan marilah kita pun menyiapkan hati agar suatu hari nanti, ketika giliran kita tiba, kita pun diperkenankan masuk dalam persekutuan para kudus — bersama semua orang yang telah setia sampai akhir.
Kekudusan bukanlah hadiah untuk segelintir orang, tetapi perjalanan untuk semua yang mau membuka diri terhadap kasih Allah.
Kita menjadi kudus bukan karena sempurna, melainkan karena setiap hari kita mau dibentuk dan disucikan oleh Tuhan.
Dan di situlah letak kebahagiaan sejati — sebagaimana Sabda Bahagia menutup Injil hari ini:
"Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di surga." [Mat 5:12]
Amin.
Peringatan Orang Kudus
Hari Raya Semua Orang Kudus
Hari raya ini mula-mula dirayakan di lingkungan Gereja Timur untuk menghormati semua saksi iman yang mati bagi Kristus dalam usahanya merambatkan iman Kristen. Di lingkungan Gereja Barat, khususnya di Roma, pesta ini bermula pada tahun 609 ketika Paus Bonifasius IV merombak Pantheon, yaitu tempat ibadat kafir untuk dewa-dewi Romawi, menjadi sebuah gereja. Gereja ini dipersembahkan kepada Santa Maria bersama para Rasul.
Dahulu di Roma hari raya ini biasanya dirayakan pada hari minggu sesudah Pentekosta. Lama kelamaan pesta ini menjadi populer untuk menghormati para Kudus, baik mereka yang sudah diakui resmi oleh Gereja maupun mereka yang belum dan yang tidak diketahui.
Pesta hari ini dirayakan untuk menghormati segenap anggota Gereja, yang oleh jemaat-jemaat perdana disebut "Persekutuan para Kudus", yakni persekutuan semua orang yang telah mempercayakan dirinya kepada Yesus Kristus dan disucikan oleh Darah Anak Domba Allah. Secara khusus pada hari raya ini kita memperingati rombongan besar orang yang berdiri di hadapan takhta Allah, karena mereka telah memelihara imannya dengan baik sampai pada akhir pertandingan di dunia ini, sehingga memperoleh ganjaran yang besar di surga.
Di antara mereka yang berbahagia itu teristimewa tampil para Santo-santa, Beato-beata sebagai perintis jalan dan penuntun bagi kita. Para kudus yang berbahagia di surga itu bersama Santa Perawan Maria, Bunda Gereja, mendoakan kita agar tekun dalam perjuangan dan tabah dalam penderitaan. Bersama mereka kita nantikan kebangkitan badan. Dan bila Kristus menyatakan diri dalam kemuliaan, kita akan menjadi serupa dengan Dia. Pada saat itulah terjalin kesatuan kita yang sempurna dengan Kristus dan dengan semua saudara kita. Para kudus itu berbahagia karena mereka telah mengikuti Kristus.
Kebahagiaan dan kemuliaan mereka tak bisa kita lukiskan dengan kata-kata manusiawi.
Sehubungan dengan itu Santo Paulus berkata: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia; semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." (1Kor 2:9)
Ganjaran yang diterimanya dari Kristus adalah turut serta di dalam Perjamuan Perkawinan Anak Domba Allah. Air mata mereka telah dihapus sendiri oleh Yesus. Tentang itu Yohanes menulis: "Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan perkawinan Anak Domba." (Why 19:9) "Dan Dia akan menghapus segala air mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau berdukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu."
Oleh sebab itu "Kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita meninggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan kepada kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah." (Hibr 12:1-2).