Liturgia Verbi 2025-11-03 Senin.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXXI

Senin, 3 November 2025

PF S. Martinus de Porres, Biarawan



Bacaan Pertama
Rom 11:29-36

"Allah telah mengurung semua orang dalam ketidaktaatan,
supaya Ia dapat menunjukkan kemurahan-Nya atas mereka semua."

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma:

Saudara-saudara,
Allah tak pernah menyesali kasih karunia dan panggilan-Nya.
Dahulu kalian tidak taat kepada Allah,
tetapi sekarang kalian mendapatkan kemurahan
karena orang-orang Israel tidak taat.
Demikian pun sekarang mereka tidak taat,
supaya memperoleh kemurahan
berkat kemurahan yang telah kalian peroleh.
Sebab Allah telah mengurung semua orang dalam ketidaktaatan,
supaya Ia dapat menunjukkan kemurahan-Nya atas mereka semua.

Alangkah dalamnya kekayaan, kebijaksanaan dan pengetahuan Allah!
Sungguh tak terselidiki keputusan-Nya,
tak terselami jalan-jalan-Nya!
Sebab siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan?
Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya?
Atau siapakah yang pernah memberikan Allah sesuatu,
sehingga Allah wajib menggantinya?
Sebab segala sesuatu berasal dari Allah.
Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 69:30-31.33-34.36-37,R:14cd

Refren: Demi kasih setia-Nya yang besar jawablah aku, ya Tuhan.

*Aku ini tertindas dan kesakitan,
keselamatan dari pada-Mu, ya Allah, kiranya melindungi aku!
Aku akan memuji-muji nama Allah dengan nyanyian,
mengagungkan Dia dengan lagu syukur;

*Lihatlah, hai orang-orang yang rendah hati, dan bersukacitalah;
biarlah hatimu hidup kembali, hai kamu yang mencari Allah!
Sebab Tuhan mendengarkan orang-orang miskin,
dan tidak memandang hina
orang-orang-Nya yang ada dalam tahanan.

*Sebab Allah akan menyelamatkan Sion
dan membangun kota-kota Yehuda,
supaya orang-orang diam di sana dan memilikinya;
anak cucu hamba-hamba-Nya akan mewarisinya,
dan orang-orang yang mencintai nama-Nya akan diam di situ.



Bait Pengantar Injil
Yoh 8:31b-32

Jika kalian tetap dalam firman-Ku, kalian benar-benar murid-Ku,
dan kalian akan mengetahui kebenaran.



Bacaan Injil
Luk 14:12-14

"Janganlah mengundang sahabat-sahabatmu,
melainkan undanglah orang-orang miskin dan cacat."

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Yesus bersabda kepada orang Farisi yang mengundang Dia makan,
"Bila engkau mengadakan perjamuan siang atau malam,
janganlah mengundang sahabat-sahabatmu, saudara-saudaramu,
kaum keluargamu, atau tetangga-tetanggamu yang kaya,
karena mereka akan membalasnya dengan mengundang engkau pula,
dan dengan demikian engkau mendapat balasnya.
Tetapi bila engkau mengadakan perjamuan,
undanglah orang-orang miskin, cacat, lumpuh dan buta.
Maka engkau akan berbahagia,
karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalas engkau.
Sebab engkau akan mendapat balasnya
pada hari kebangkitan orang-orang benar."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Tiap-tiap tanggal 3 saya mendapat giliran membawakan renungan *The Power of Word*.
Berikut renungannya:

Adik-adik, Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara se-iman dalam Kasih Kristus,
Beberapa kali saya mendapati cara-cara yang unik yang dilakukan orang untuk memperingati sesuatu—entah itu ulang tahun, syukuran, atau peringatan lainnya.
Alih-alih mengundang keluarga dan sahabat dekat, mereka justru mengundang anak-anak panti asuhan, kaum miskin, atau orang-orang yang berkekurangan untuk makan bersama.

Itulah semangat Injil hari ini.
Yesus berkata bahwa bila kita mengundang orang-orang yang mampu,
mereka bisa membalas undangan kita, maka terjadilah take-and-give, impaslah sudah.
Tetapi bila kita mengundang mereka yang tidak mampu membalas,
maka kasih itu menjadi murni, tulus, tanpa pamrih.
Dan Tuhan sendirilah yang akan memberikan balasan pada waktunya.

Namun, melaksanakan kebaikan seperti itu tidaklah mudah.
Coba perhatikan,
ketika orang menyusun daftar undangan pesta perkawinan,
biasanya yang didahulukan adalah orang-orang terpandang,
sementara mereka yang sederhana justru terlupakan.
Terkadang, pesta yang mestinya menjadi ungkapan syukur malah berubah menjadi ajang pamer,
atau bahkan berharap sumbangan yang masuk lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan.
Begitu juga dalam lingkungan gereja, masih ada kecenderungan menggali dana lewat acara sakramen—Komuni Pertama, Krisma, bahkan Perkawinan—seolah-olah berkat Tuhan bisa diukur dengan uang.
Padahal Yesus sudah berpesan, "Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma,
karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma." [Mat 10:8b]

Yang menyedihkan,
masih ada yang menganggap kegiatan rohani harus "meriah" dan "wah" agar menjadi berkat.
Padahal Yesus justru menunjukkan kemuliaan melalui kesederhanaan dan pelayanan.
Bahkan peringatan ulang tahun imamat, misalnya, kadang diselenggarakan besar-besaran, sementara sebagian umatnya masih berjuang melawan kemiskinan.
Kita mudah sekali lupa bahwa ukuran kebahagiaan di mata Tuhan berbeda dari ukuran dunia.

Saya sendiri pernah mengalaminya.
Ketika istri saya, Erna, berulang tahun,
kami memilih memperingatinya dengan cara yang sederhana tapi bermakna —
mengadakan bakti sosial di sebuah perkampungan kumuh.
Kami mengundang anak-anak di sana,
sebagian besar belum pernah mencicipi ayam goreng yang biasa kita makan sehari-hari.
Kami hanya ingin berbagi kebahagiaan dengan mereka.
Salah satu anak, tidak seperti yang lainnya, yang segera menyantap makanannya.
Ia hanya diam, sambil memegang kotak ayam goreng yang diterimanya.
Ketika saya bertanya kepadanya, dengan suara lirih ia berkata,
"Aku mau bawa pulang, untuk emak."
Ya ampun, ini pasti suara Tuhan, ini pasti balasan dari Tuhan untuk kami,
sementara di luar sana ada banyak anak yang tak peduli terhadap orangtuanya, yang berani melawan orangtuanya dengan kata-kata yang jauh dari etika dan sopan-santun.

Namun, ada saja orang yang sinis dan menuduh kami sedang "pencitraan".
Kami tersenyum saja, karena kami tahu bahwa niat kami murni.
Saya jadi teringat perkataan tuan kebun anggur dalam perumpamaan Yesus:
"Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku?
Atau iri hatikah engkau karena aku murah hati?" [Mat 20:15]

Terkadang saya berpikir, kenapa orang lebih cepat menilai daripada memahami?
Mengapa lebih mudah mencurigai daripada bersyukur?
Padahal, kebahagiaan sejati justru muncul dari memberi tanpa pamrih,
dari tindakan kasih yang tulus meski tak dihargai.

Adik-adik, Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara se-iman dalam Kasih Kristus,
Kebaikan yang tulus tidak perlu diumumkan, dan tidak harus dimengerti oleh orang lain.
Ia cukup dilakukan dengan hati yang bersyukur.
Kita tidak perlu menunggu pengakuan manusia, karena upah kita datang dari Bapa di surga.
Dan percayalah, ketika kita memberi dengan hati yang murni,
ada malaikat Tuhan yang diam-diam tersenyum
sambil mengacungkan jempolnya ke arah kita.
Amin.



Peringatan Orang Kudus
Santo Martinus de Porrez, Pengaku Iman
Santo Martinus de Porrez lahir di kota Lima, Peru pada tanggal 9 Desember 1579. la anak tidak sah dari perkawinan gelap seorang lelaki bangsawan Spanyol yang tinggal di Peru dengan seorang wanita Negro. Lelaki itu tidak mengakuinya sebagai anak, sehingga semenjak kecil Martin bersama saudarinya dibesarkan oleh ibunya. Semenjak masa kecilnya, Martin sudah menunjukkan suatu cara hidup yang saleh. Ia rajin berdoa dan mempunyai keprihatinan besar pada orang-orang sakit dan miskin. Bahkan sejalan dengan perkembangannya, ia sudah mulai menyadari bahwa orang yang berkenan kepada Allah bukanlah yang berkulit putih melainkan yang berjiwa putih.
Mendengar tentang perkembangan Martin yang luar biasa itu, lelaki ayahnya itu kembali hidup bersama ibunya dan mengakui Martin sebagai anaknya. Ketika Martin berumur 12 tahun, ia menyekolahkan Martin. Karena Martin bercita-cita menjadi dokter, maka ia memperkenankan Martin bekerja sambil belajar pada seorang ahli bedah. Di kemudian hari setelah menjadi seorang biarawan, pengetahuan dan pengalaman medisnya itu memberi manfaat besar baginya dalam menolong orang-orang sakit. Sementara itu hidup rohaninya terus berkembang dewasa. Doa dan Kurban Misa merupakan santapan wajibnya setiap hari. Keprihatinan dan semangat pengabdiannya kepada sesama yang malang nasibnya tetap berkobar. Agar lebih banyak memusatkan perhatian pada kepentingan sesama, ia bercita-cita menjadi biarawan.
Dalam rangka mewujudkan cita-citanya itu, ia - pada umur 15 tahun - meminta bekerja sebagai pelayan di biara Rosario, Lima tanpa menerima gaji. Di sana ia menjadi anggota dari Ordo Ketiga Dominikan. Banyak orang, terutama pemimpin biara itu, tertarik pada kepribadian Martin yang saleh dan aktif bekerja. Setelah 9 tahun melayani umat, ia menjadi seorang bruder awam atas permintaan pemimpin biara itu. Ia diserahi tugas-tugas sosial yang sesuai dengan bakatnya: membagikan makanan, pakaian, dan obat-obatan kepada kaum miskin. Tanpa kenal lelah ia berusaha mengumpulkan dana untuk membantu orang-orang yang berada dalam kesulitan keuangan. Tak mengherankan bahwa dalam waktu singkat ia sudah dikenal dan dicintai seluruh umat. Orang-orang kaya yang tergerak hatinya memberinya sejumlah besar uang untuk membangun sebuah panti asuhan bagi ratusan anak terlantar.
Di panti asuhan itu, Bruder Martin menjadi pendidik dan pembimbing anak-anak itu, sambil tetap menjalankan tugasnya sebagai pendamping dan penghibur orang-orang sakit, serta pembawa harapan bagi orang-orang yang bersusah. Dalam tugasnya itu, ia juga menyembuhkan banyak orang sakit secara ajaib, membantu memecahkan kesulitan perjodohan, dan memberikan nasehat kepada tokoh-tokoh masyarakat. Ia juga penyayang binatang-binatang termasuk cacing tanah. Tikus-tikus yang berkeliaran di dalam biara tidak lagi mengganggu karena perintahnya.
Meskipun ia sibuk dengan berbagai tugas itu, ia tetap memanfaatkan tujuh jam sehari untuk berdoa dan bermeditasi di hadapan Sakramen Mahakudus. Ia menjalankan devosi khusus kepada Santa Perawan Maria sehingga beberapa kali ia mengalami penampakan Bunda Maria. Bruder Martin terkenal karena kerendahan hatinya dan usahanya yang gigih untuk memperhatikan dan membela orang-orang Indian dan Negro. Hal ini ditentang keras oleh para bangsawan Spanyol di Peru. Karena perjuangannya itu, ia sering dihina dan dicerca sebagai anak tidak sah dan berdarah campur. Meskipun demikian, ia sama sekali tidak merasa terhina, karena ia percaya bahwa semua yang dilakukannya berkenan pada Allah. Prinsipnya ialah semua manusia diciptakan Allah dan sama di hadapan Allah.
Selama menjalani kehidupan membiara, Martin tidak pernah meminta jubah baru. Ia hanya mempunyai satu jubah yang diberikan kepadanya ketika ia resmi menjadi seorang anggota di biara itu. Ketika ajalnya mendekat, ia dengan rendah hati meminta sehelai jubah baru. Katanya: "Inilah jubah kuburku yang akan kupakai untuk menghadap takhta pengadilan Allah." Tak lama berselang, bruder saleh ini menghembuskan nafasnya terakhir pada tanggal 3 Nopember 1639, dalam usia 59 tahun. Jenazahnya dipikul ke kubur oleh dua orang uskup, wakil raja Spanyol dan seorang pegawai tinggi kerajaan. Makamnya dikunjungi banyak pejabat gereja dan pejabat Kerajaan Peru. Ia digelari 'beato' pada tahun 1837 oleh Sri Paus Gregorius XVI (1831-1846) dan dinyatakan 'kudus' pada tanggal 6 Mei 1962 oleh Sri Paus Yohanes XXIII (1958-1963). Ia diangkat sebagai pelindung suci bagi para pejuang karya penghapusan diskriminasi rasial.

Santo Hubertus, Pengaku Iman
Dalam buku-buku para kudus terdapat sebuah lukisan yang mengisahkan pengalaman rohani Santo Hubertus. Tergambar seorang pemburu berlutut di hadapan seekor kijang jantan besar yang di antara tanduknya terdapat sebuah salib yang bersinar-sinar. Di bawah lukisan itu tertulis: Santo Hubertus:
Putera bangsawan ini lahir di Belgia. Ayahnya bernama Bertrandus, Pangeran Aquitaino, sedang ibunya bernama Hugberna. Sejak kecil Hubert dididik secara Kristiani oleh orangtuanya. Namun ia sendiri kurang memperhatikan perkembangan hidup rohaninya. Ia lebih sibuk dengan kegemarannya: berburu kijang di hutan. Banyak waktunya dihabiskan untuk berburu. Bila tiba hari minggu, ia sibuk dengan anjinganjingnya, menyandang panah dan busur untuk pergi berburu, meskipun kawan-kawannya mengajaknya ke gereja.
Pertobatannya berawal di hutan rimba, tempat ia menguber binatang-binatang buruannya. Hari itu, Hari Jumat Suci. Sepanjang hari itu umat merenungkan sengsara Kristus. Tetapi Hubert tak tergugah sedikit pun dengan hari raya besar itu. Ia malah menyiapkan anjing-anjingnya, menyandang panah dan busur lalu pergi ke hutan untuk berburu. Tetapi apa yang terjadi? Hari itu hari sial: ia sendirian di hutan yang lebat dan sunyi itu; seekor kijang pun tidak tampak. Sedang menyesali kesialan itu, tiba-tiba tampak seekor kijang jantan besar sedang berdiri menantangnya di antara semak-semak. Tubuh kijang itu kekar, dan tanduknya besar. Dengan gesit Hubertus segera mengejar mangsanya. Kijang itu berlari hingga letih lalu sekonyong-konyong berdiri menantangnya. Hubertus pun berdiri terpaku sambil melihat kijang itu dengan takut. Ia takut karena pada tanduk kijang itu terdapat sebuah salib yang bersinar-sinar.
Pengalaman ini aneh dan ajaib, mengherankan sekaligus menakutkan Hubert. Ia semakin takut ketika mendengar kijang itu berkata kepadanya: ""Mengapa engkau mengejar Aku? Tidakkah engkau merayakan Hari Jumat Suci? Hidupmu kausia-siakan dengan pekerjaan-pekerjaan yang tidak bernilai.""  Mendengar itu Hubert gemetar ketakutan. Ia lalu berlutut dan berdoa menyesali dosa-dosanya. Semenjak itu ia berjanji membaharui hidupnya dan berniat untuk mengabdi Kristus. Kejadian ini barulah tersiar di kemudian hari setelah ia meninggal dunia.
Sesudah kejadian istimewa itu Hubert menjadi orang yang baik-baik. Ia memusatkan perhatiannya pada kehidupan rohaninya dengan lebih banyak berdoa dan bermatiraga. Kemudian ia menjadi rohaniwan yang melayani Uskup Lambertus di Maastricht, Nederland. Melihat cara hidupnya yang saleh, Uskup Lambertus menahbiskan dia menjadi imam, dan mengangkatnya menjadi pembantu Uskup. Tak lama kemudian Uskup Lambertus, yang lantang menentang tindakan asusila para pejabat istana, dibunuh secara keji. Hubert-lah yang dipilih menggantikan dia.
Sebagai uskup, Hubertus sangat aktif dalam karyanya. Ia berhasil mempertobatkan banyak orang kafir yang masih menyembah berhala di pegunungan Ardenne. Ia wafat pada tanggal 30 Mei 727 sementara dalam perjalanan pastoral ke berbagai desa di keuskupannya. Ia diangkat menjadi pelindung para pemburu. Mantol yang biasa dikenakannya masih tersimpan di Paris hingga sekarang. Konon, orang yang digigit anjing gila dapat sembuh kalau menyentuh mantel itu.

Santo Malakios dari Armagh, Pengaku Iman
Mengenai pribadi Malakios, Santo Bernardus menulis: "Di antara semua mujizat Santo Malakios, mujizat yang terbesar ialah dirinya sendiri." Kalimat ini berarti bahwa kemenangan paripurna atas dirinya merupakan keajaiban yang besar yang hanya dapat kita pahami sebagai karunia rahmat Allah.
Malakios O'More lahir di Armagh, Irlandia Utara, pada tahun 1095, dan meninggal dunia pada tanggal 2 Nopember 1148. Setelah ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1120, ia berusaha keras untuk membaharui tata tertib hidup Gereja Irlandia. Salah satu hal yang mencolok di dalam Gereja Irlandia pada masa itu ialah penerapan sistim klen di dalam hirarki Gereja. Jabatan tinggi dan rendah di dalam administrasi Gereja dikuasai oleh keluarga tertentu. Kecuali itu ciri khas monastik sangat kuat mewarnai kehidupan Gereja Keltik Irlandia. Pemimpin sekolah-sekolah biara adalah uskup dan orang-orang dari keluarganya sendiri. Ketika terjadi penggerebekan oleh para bajak laut Denmark, ribuan rahib dibunuh; ada yang melarikan diri ke luar negeri. Dalam situasi itu anggota keluarga uskup yang berstatus awam menjaga kekayaan biara. Kehidupan keagamaan merosot dan biara-biara tak terpelihara baik. Orang-orang awam yang menguasai kekayaan biara menganggap kepemimpinan biara sebagai hak turunan.
Salah satu biara yang terkenal ialah biara Bangor di County Down. Paman Malakios, seorang awam, memegang gelar kehormatan sebagai Abbas di biara itu. Pada tahun 1123 ia mengalihkan jabatan itu kepada Malakios. Dengan berbagai cara Malakios mulai membaharui kembali biara itu dan mengamankan semua miliknya termasuk tanah-tanah. Bersama 10 orang muridnya ia mulai membangun kembali rumah-rumah biara itu. Oleh karena keberhasilannya itu, ia ditahbiskan menjadi Uskup Down dan Connor. Dalam kedudukan itu ia mempunyai kekuatan untuk membaharui Gereja Irlandia dan kehidupan sakramental di antara umat serta menegakkan disiplin hidup para rohaniwan.
Sementara itu, Celsus, Uskup Armagh, meminta Malakios untuk menduduki takhta keuskupan Armagh, meskipun sanak keluarga Celsus yang telah menguasai keuskupan itu selama 100 tahun tidak menyetujui keputusan itu. Pada tahun 1139 ia pergi ke Roma untuk menerima pakaian kebesaran Uskup Agung untuk takhta keuskupan Armagh dan Cashel. Ia singgah di biara Clairvaux, Prancis. Di sana ia bertemu dan berkenalan dengan Santo Bernardus. Ia kagum akan cara hidup para biarawan di dalam biara Clairvaux itu. Baginya biara itu sungguh-sungguh menampakkan surga di dunia ini. Karena begitu terkesan maka ia mengajukan permohonan kepada paus untuk menetap di sana. Namun Paus Innosensius III (1198-1126) mengangkat dia menjadi utusannya ke Irlandia.
Dalam perjalanannya kembali ke Irlandia, ia singgah lagi di Clairvaux. Empat orang imamnya tetap tinggal di sana untuk mempelajari cara hidup membiara ala Clairvaux. Di kemudian hari bersama 4 orang imam itu, Malakios mendirikan biara Cistercian Mellifont, dekat Drogheda, Irlandia. Dengan demikian Malakios adalah pendiri dan perintis biara Clairvaux di Irlandia. Ketika semua tugas yang dibebankan Paus kepadanya selesai dilaksanakan, demikian juga semua urusan penting menyangkut pendirian biara itu, Malakios pergi lagi ke Roma untuk melaporkannya kepada Paus. Ia singgah lagi di biara Clairvaux. Tetapi di biara itu ia jatuh sakit dan kemudian meninggal dunia pada tanggal 2 Nopember 1148 di pangkuan Santo Bernardus. Ia dinyatakan 'kudus' pada tahun 1190 oleh Paus Klemens III (1187-1191).
Malakios dikenal sebagai orang kudus yang menaruh hormat besar kepada orang-orang mati dan sangat rajin mendoakan keselamatan mereka. Ia berusaha agar jenazah mereka dimakamkan secara Kristiani.  Banyak orang menertawakan dia karena terlalu memperhatikan orang-orang yang sudah meninggal. Tak terkecuali saudarinya sendiri.
Hari kematiannya pada tanggal 2 Nopember itu tepat dengan hari peringatan Jiwa-jiwa di Api Penyucian. Tanggal itu tepat benar bagi Malakios yang selalu mendoakan keselamatan Jiwa-jiwa di Api Penyucian.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-11-02 Minggu.

Liturgia Verbi (C-I)
Pengenangan Arwah Semua Orang Beriman

Minggu, 2 November 2025



Bacaan Pertama
2Mak 12:43-46

"Sungguh suatu pikiran yang mursid dan saleh memikirkan kebangkitan."

Pembacaan dari Kitab kedua Makabe:

Setelah menguburkan tentara yang gugur dalam pertempuran,
Yudas, panglima Israel, menyuruh mengumpulkan uang di tengah-tengah pasukan.
Lebih kurang dua ribu dirham perak dikirimkannya ke Yerusalem
untuk mempersembahkan kurban penghapus dosa.
Ini sungguh suatu perbuatan yang sangat baik dan tepat,
karena Yudas memikirkan kebangkitan.
Sebab jika tidak menaruh harapan
bahwa orang-orang yang gugur itu akan bangkit,
niscaya percuma dan hampalah mendoakan orang-orang mati.
Lagipula Yudas ingat bahwa
tersedialah pahala yang amat indah
bagi sekalian orang yang meninggal dengan saleh.
Ini sungguh suatu pikiran yang mursid dan saleh.
Dari sebab itu disuruhnyalah
mengadakan kurban penebus salah
untuk semua orang yang sudah mati itu,
supaya mereka dilepaskan dari dosa mereka.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 143:1-2.5-6.7ab.8ab.10,R:1a

Refren: Ya Tuhan, dengarkanlah doaku.

*Ya Tuhan, dengarkanlah doaku,
berilah telinga kepada permohonanku!
Jawablahaku demi kesetiaan-Mu.
Jawablah aku demi keadilan-Mu.
Janganlah berperkara dengan hamba-Mu ini,
sebab di antara yang hidup
tidak seorang pun benar di hadapan-Mu.

*Aku teringat akan hari-hari dahulu kala,
aku merenungkan segala pekerjaan-Mu.
aku memikirkan perbuatan tangan-Mu.
Aku menadahkan tanganku kepada-Mu,
jiwaku haus kepada-Mu seperti tanah yang tandus.

*Jawablah aku dengan segera, ya Tuhan,
sedah habislah semangatku!
Perdengarkanlah kasih setia-Mu kepadaku pada waktu pagi,
sebab kepada-Mulah aku percaya!
Beritahukanlah kepadaku jalan yang harus kutempuh,
sebab kepada-Mulah kuangkat jiwaku.

*Ajarlah aku melakukan kehendak-Mu,
sebab Engkaulah Allahku!
Kiranya Roh-Mu yang baik itu menuntun aku
di tanah yang rata!



Bacaan Kedua
1Kor 15:20-24a.25-28

"Semua orang akan dihidupkan kembali
dalam persekutuan dengan Kristus."

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus:

Saudara-saudara,
Kristus dibangkitkan dari antara orang mati
sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal.
Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia,
demikian juga kebangkitan orang mati
datang karena satu orang manusia.

Karena sama seperti semua orang mati
dalam persekutuan dengan Adam,
demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali
dalam persekutuan dengan Kristus.
Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya;
Kristus sebagi buah sulung;
sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya
pada waktu kedatangan-Nya.

Kemudian tibalah kesudahan,
yaitu bilaman Kristus menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa.
Karena Kristus harus memegang pemerintahan sebagai Raja
sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya.

Tetapi kalau dikatakan bahwa
'Segala sesuatu telah ditaklukkan',
sudah barang tentu Allah sendiri,
yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah Kristus,
tidak termasuk di dalamnya.

Dan kalau segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Kristus,
maka Kristus sendiri sebagai Anak akan menaklukkan diri
di bawah Dia yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawh-Nya,
supaya Allah menjadi semua di dalam semua.

Demikianlah sabda Tuhan.



Bait Pengantar Injil
Yoh 6:40

Inilah kehendak Bapa-Ku,
yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku,
jangan ada yang hilang,
tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.



Bacaan Injil
Yoh 6:37-40

"Setiap orang yang percaya kepada Anak Allah
beroleh hidup yang kekal,
dan Tuhan akan membangkitkannya pada akhir zaman."

Inilah Injil Suci menurut Yohanes:

Dalam rumah ibadat di Kapernaum
Yesus berkata kepada orang banyak,
"Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku,
dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.
Sebab Aku telah turun dari surga
bukan untuk melakukan kehendak-Ku,
tetapi untuk melakukan kehendak Dia
yang telah mengutus Aku.

Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku,
yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku
jangan ada yang hilang,
tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.
Sebab inilah kehendak Bapa-Ku,
yaitu supaya setiap orang,
yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya
beroleh hidup yang kekal,
dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Hari ini Gereja merayakan *Pengenangan Arwah Semua Orang Beriman.*
Hari yang sangat indah untuk mengingat, mendoakan, dan mempercayakan jiwa-jiwa orang yang kita kasihi kepada kerahiman Allah. Gereja mengajak kita berdoa khusus bagi semua orang beriman yang telah meninggal dunia, agar mereka memperoleh kebahagiaan kekal di Surga.

Gereja juga memberikan kesempatan istimewa berupa *indulgensi*, yaitu penghapusan atas siksa dosa atau penghukuman atas dosa yang sebenarnya sudah diampuni. Kita disarankan untuk mendoakan arwah selama delapan hari berturut-turut, dimulai sejak tanggal 1 November kemarin. Lebih indah lagi kalau kita sempat berkunjung ke makam, berdoa di sana, sebagai tanda kasih kita kepada mereka yang telah berpulang mendahului kita.

Orang yang telah meninggal dunia tidak lagi memiliki kesempatan untuk bertobat. Mereka tak lagi bisa memperbaiki diri atau meminta pengampunan. Namun, karena kasih Allah begitu besar, mereka masih dapat mengalami proses penyucian sebelum akhirnya berjumpa dengan Allah muka dengan muka. Inilah yang kita imani sebagai *api penyucian.*

Kita yang masih hidup di dunia ini justru memiliki kesempatan luas untuk bertobat, untuk memperbaiki diri, dan untuk memohon pengampunan dari Allah. Maka selama kita masih diberi waktu dan napas, jangan sia-siakan kesempatan itu.

Namun seringkali terjadi kekeliruan yang perlu diluruskan.
Kitalah yang seharusnya mendoakan mereka yang masih berada di api penyucian, bukan sebaliknya. Kadang kita malah berkata, "Semoga mereka mendoakan kita." Padahal merekalah yang membutuhkan doa-doa kita, supaya disucikan dan dibebaskan dari sisa-sisa dosa.

Maka marilah kita dengan penuh kasih mendoakan para sanak saudara, sahabat, dan siapa pun yang telah meninggal dunia—terutama mereka yang beriman kepada Kristus tetapi belum sepenuhnya disucikan. Semoga Tuhan memandang iman dan belas kasih kita, serta memperhitungkan cinta kita kepada mereka, sehingga mereka segera diangkat ke Surga.

Lalu, bagaimana kalau kita tidak tahu, apakah arwah yang kita doakan itu masih di api penyucian, atau sudah di Surga, atau bahkan di neraka?
Perlukah kita periksa dulu? Tentu tidak.
Ketika kita mendoakan seseorang yang sedang sakit, apakah kita harus memastikan dulu apakah ia masih sakit atau sudah sembuh? Tidak. Kita tetap berdoa dengan kasih, karena doa kita adalah wujud perhatian, bukan hasil pemeriksaan.

Begitu juga dengan orang yang telah meninggal dunia.
Kalau kita meyakini bahwa mereka adalah orang baik dan kini sudah di Surga, doa kita tetaplah menjadi ungkapan syukur atas kasih Allah yang menyelamatkan mereka.
Sebaliknya, jika kita merasa bahwa semasa hidupnya orang itu jahat atau pernah melukai kita, apakah lalu kita enggan mendoakannya? Apakah hati kita sedemikian keras sampai berharap mereka binasa?
Jangan sampai. Sebab kasih sejati justru tampak ketika kita mampu berdoa bagi mereka yang telah menyakiti kita.

Hari ini, marilah kita bebaskan diri dari rasa dendam, benci, atau sakit hati terhadap siapa pun yang telah meninggal.
Tidak pantas rasanya jika kita masih menyimpan kebencian terhadap orang yang sudah kembali ke pangkuan Allah.
Lebih-lebih lagi, janganlah kita merasa "lega" atau bersyukur karena mereka menderita. Itu bukanlah sikap seorang pengikut Kristus.

Mari kita belajar dari Yesus sendiri yang berkata:
"Barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang... dan Aku akan membangkitkannya pada akhir zaman" [Yoh 6:37.40].
Yesus datang bukan untuk membuang siapa pun, melainkan untuk menyelamatkan semua orang yang percaya kepada-Nya.

Jadi, marilah kita pun ikut dalam karya penyelamatan itu—dengan doa, dengan kasih, dan dengan hati yang rela mengampuni.
Jangan biarkan satu pun hilang hanya karena kebencian kita.
Doakanlah semua arwah orang beriman, juga mereka yang pernah menyakiti kita.
Percayalah, setiap doa kasih yang kita panjatkan akan menjadi cahaya yang menuntun jiwa-jiwa itu menuju Surga, dan pada saat yang sama, menyucikan hati kita sendiri.



Peringatan Orang Kudus
Peringatan Mulia Arwah Semua Orang Beriman
Kemarin, kita memuliakan semua Orang Kudus dan berdoa memohon agar kita pun kelak bisa berbahagia bersama mereka di dalam surga sambil memandang wajah Allah, Bapa kita. Hari ini kita mengenang saudara-saudara kita yang telah meninggal namun masih berada di Api Penyucian. Bahkan seluruh bulan Nopember ini kita khususkan untuk berdoa dan berkorban untuk memohon kerahiman Allah atas mereka. Hal ini kita lakukan karena di dalam Yesus Kristus, Penyelamat semua orang yang, merindukan keselamatan dari Allah dengan tulus hati, kita tetap bersatu padu dengan mereka. Dalam iman akan Kristus itu, kita percaya bahwa apa yang kita namakan Persekutuan para Kudus meliputi baik kita yang masih hidup di dunia ini, maupun semua Orang Kudus di surga, dan semua orang yang telah meninggal. Bersama-sama kita membentuk dan terhimpun di dalam satu Gereja, yaitu Tubuh Mistik Kristus.
Hari ini kita secara khusus mengenang dan berdoa bagi arwah semua orang beriman yang telah meninggal dunia. Maka kiranya ada baiknya kita menyadari makna peristiwa kematian menurut ajaran iman kita. Bagi kita orang Kristen saat kematian sesungguhnya merupakan peristiwa puncak kehidupan. Hidup kita tidak lenyap, melainkan hanya diubah. Kita percaya bahwa sesudah pengembaraan kita di dunia ini selesai, tersedialah bagi kita kediaman abadi di surga. Kematian bagi kita merupakan saat kita mempercayakan diri secara total kepada Kristus, kebangkitan dan kehidupan kita saat perjumpaan abadi dengan Dia, pokok pengharapan kita, yang mengantar kita pulang ke rumah Bapa.
Atas dasar iman itu, kita memohon agar saudara-saudara kita yang telah meninggal dunia disucikan dari segala dosanya, dibebaskan dari segala hambatan dan noda, dan boleh menikmati kebahagiaan kekal di sisi kanan Allah, Bapa kita, serta boleh bersama-sama para kudus di surga memandang wajah Allah yang dirindukannya. Hari kenangan dan peringatan ini pun sekaligus memberi penghiburan rohani bagi kita, bahwa kelak kita akan berjumpa kembali dengan saudara-saudara yang telah mendahului kita, untuk bersama Maria memuji dan memuliakan Allah dalam persekutuan semua orang kudus. Kita pun pada suatu ketika akan meninggalkan dunia ini dan pulang kepada Bapa di surga. Tetapi kita percaya bahwa hidup atau mati, kita tetap milik Kristus.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-11-01 Sabtu.

Liturgia Verbi (C-I)
HR Semua Orang Kudus

Sabtu, 1 November 2025

Hari Sabtu Imam.
Marilah berdoa bagi para imam, agar Bapa Di Surga memberkati segala pelayanan mereka, serta dikuatkan dalam menghadapi godaan, cobaan dan marabahaya.

Ujud Gereja Universal: Pencegahan bunuh diri.
Semoga mereka yang bergumul dengan keinginan untuk mengakhiri hidup dapat menemukan dukungan, kepedulian, dan cinta yang mereka butuhkan melalui komunitas mereka, serta terbuka pada keindahan kehidupan.

Ujud Gereja Indonesia: Mahasiswa yang menger- jakan tugas akhir.
Semoga mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas akhir merasakan bimbingan dan penyertaan Roh Kudus, serta memperoleh anugerah daya juang dan semangat dalam menyelesaikan tanggung jawabnya.



Bacaan Pertama
Why 7:2-4.9-14

"Aku melihat suatu kumpulan besar orang banyak
yang tidak terhitung jumlahnya;
mereka terdiri dari segala bangsa dan suku, kaum dan bahasa."

Pembacaan dari Kitab Wahyu:

Aku, Yohanes, melihat seorang malaikat
muncul dari tempat matahari terbit.
Ia membawa meterai Allah yang hidup.
Dengan suara nyaring ia berseru kepada keempat malaikat
yang ditugaskan untuk merusakkan bumi dan laut,
katanya,
"Janganlah merusakkan bumi atau laut atau pohon-pohon
sebelum kami memeteraikan hamba-hamba Allah kami
pada dahi mereka!"

Dan aku mendengar jumlah mereka yang dimeteraikan itu:
seratus empat puluh empat ribu
yang telah dimeteraikan dari semua suku keturunan Israel.

Kemudian dari pada itu
aku melihat suatu kumpulan besar orang banyak
yang tidak terhitung jumlahnya,
dari segala bangsa dan suku, kaum dan bahasa.
Mereka berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba,
memakai jubah putih,
dan memegang daun-daun palem di tangan mereka.
Dengan suara nyaring mereka berseru,
"Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta,
dan bagi Anak Domba!"

Dan semua malaikat berdiri
mengelilingi takhta, tua-tua dan keempat makhluk
yang ada di sekeliling takhta itu.
Mereka tersungkur di hadapan takhta itu
dan menyembah Allah sambil berkata,
"Amin! Puji-pujian dan kemuliaan,
hikmat dan syukur,
hormat, kekuasaan dan kekuatan
bagi Allah kita sampai selama-lamanya! Amin!"

Seorang dari antara tua-tua itu berkata kepadaku,
"Siapakah mereka yang memakai jubah putih itu,
dan dari manakah mereka datang?"
Maka kataku kepadanya,
"Tuanku, Tuan mengetahuinya!"
Lalu ia berkata kepadaku,
"Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan besar!
Mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih
di dalam darah Anak Domba."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 24:1-2.3-4ab.5-6,R:6

Refren: Inilah angkatan orang-orang yang mencari wajah-Mu, ya Tuhan.

*Milik Tuhanlah bumi dan segala isinya,
jagat dan semua yang diam di dalamnya.
Sebab Dialah yang mendasarkannya bumi di atas lautan,
dan menegakkannya di atas sungai-sungai.

*Siapakah yang boleh naik ke gunung Tuhan?
Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?
Orang-orang yang bersih tangannya dan murni hatinya,
yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan.

*Dialah yang akan menerima berkat dari Tuhan
dan keadilan dari Allah, penyelamatnya.
Itulah angkatan orang-orang yang mencari Tuhan,
yang mencari wajah-Mu, ya Allah Yakub.



Bacaan Kedua
1Yoh 3:1-3

"Kita akan melihat Kristus dalam keadaan-Nya yang sebenarnya."

Pembacaan dari Surat pertama Rasul Yohanes:

Saudara-saudara terkasih,
Lihatlah, betapa besar kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita,
sehingga kita disebut anak-anak Allah,
dan memang kita sungguh anak-anak Allah.
Karena itu dunia tidak mengenal kita,
sebab dunia tidak mengenal Dia.

Saudara-saudaraku yang kekasih,
sekarang kita ini sudah anak-anak Allah,
tetapi bagaimana keadaan kita kelak belumlah nyata.
Akan tetapi kita tahu bahwa,
apabila Kristus menyatakan diri-Nya,
kita akan menjadi sama seperti Dia,
sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.
Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya,
ia menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci.

Demikianlah sabda Tuhan.



Bait Pengantar Injil
Mat 11:28

Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat,
Aku akan memberi kelegaan kepadamu.



Bacaan Injil
Mat 5:1-12a

"Bersukacita dan bergembiralah,
karena besarlah ganjaranmu di surga."

Inilah Injil Suci menurut Matius:

Sekali peristiwa
ketika melihat banyak orang yang datang,
Yesus mendaki lereng sebuah bukit.
Setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya.
Lalu Yesus pun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya,
"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah,
karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga.
Berbahagialah orang yang berdukacita,
karena mereka akan dihibur.
Berbahagialah orang yang lemah lembut,
karena mereka akan memiliki bumi.
Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran,
karena mereka akan dipuaskan.
Berbahagialah orang yang murah hati,
karena mereka akan beroleh kemurahan.
Berbahagialah orang yang suci hatinya,
karena mereka akan melihat Allah.
Berbahagialah orang yang membawa damai,
karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
Berbahagialah orang yang dianiaya demi kebenaran,
karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga.
Berbahagialah kamu,
jika demi Aku kamu dicela dan dianiaya,
dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat;
bersukacita dan bergembiralah,
karena besarlah ganjaranmu di surga."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Hari ini Gereja merayakan *Hari Raya Semua Orang Kudus* — hari istimewa untuk mengenang semua orang yang telah hidup dalam kesetiaan kepada Tuhan dan kini berbahagia bersama Dia di Surga.
Mereka bukan hanya para santo dan santa yang kita kenal namanya, yang patungnya berdiri di gereja-gereja, tetapi juga semua orang sederhana yang hidup dengan kasih, dengan iman, dan dengan kesetiaan, hingga akhirnya "menyucikan jubah mereka dalam darah Anak Domba" seperti dikatakan dalam bacaan pertama [Why 7:14].

Kita sering berpikir bahwa kekudusan itu hanya milik para biarawan, martir, atau orang luar biasa. Padahal, kekudusan adalah panggilan bagi semua orang — termasuk kita yang masih hidup di dunia ini.
Dalam bacaan kedua [1Yoh 3:1-3], Santo Yohanes menulis dengan indah: "Lihatlah betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah."
Menjadi kudus berarti menyadari identitas kita sebagai anak-anak Allah, dan berusaha setiap hari untuk hidup sesuai dengan kasih Bapa itu.

Injil hari ini [Mat 5:1-12a] memberikan jalan yang jelas menuju kekudusan. Delapan sabda bahagia itu bukan sekadar nasihat moral, melainkan potret wajah orang kudus.
Berbahagialah yang miskin di hadapan Allah — artinya, yang mengandalkan Tuhan lebih daripada kekuatan dirinya sendiri.
Berbahagialah yang berdukacita — sebab mereka tahu bagaimana berbelarasa dengan penderitaan orang lain.
Berbahagialah yang lemah lembut — sebab mereka menang bukan dengan kekerasan, melainkan dengan kasih.
Itulah wajah-wajah orang kudus yang kita jumpai setiap hari: orang yang sabar, yang tetap menolong, yang tetap setia, yang tetap berbuat baik sekalipun dunia menertawakannya.

Namun hari ini juga menjadi pengingat akan mereka yang telah meninggal dunia — saudara-saudari kita seiman yang sedang menantikan kepenuhan kebahagiaan di Surga.
Gereja mengajarkan bahwa masih ada jiwa-jiwa yang perlu disucikan sebelum masuk ke Surga. Karena itu, kita berdoa bagi mereka dan mempersembahkan indulgensi, agar kasih Allah segera menyempurnakan mereka.

Kita yang masih hidup, masih punya kesempatan untuk bertobat, untuk memperbaiki diri, untuk memperdalam kasih kita kepada Tuhan dan sesama.
Sedangkan mereka yang telah meninggal, tidak lagi bisa menambah amal kasih atau memperbaiki kesalahan. Maka, kita mendoakan mereka — bukan karena kita lebih baik dari mereka, melainkan karena kita percaya pada kuasa belas kasih Allah.

Jangan sampai kita terbalik: justru kitalah yang harus mendoakan mereka yang masih berada dalam penyucian, bukan meminta doa dari mereka.
Dan ketika kita berdoa bagi mereka, jangan berpikir seperti orang Farisi yang hanya mau mendoakan yang dianggap layak saja.
Siapa di antara kita yang tahu di mana seseorang berada sekarang — di surga, di api penyucian, atau di tempat lain?
Doa kita tak akan sia-sia, sebab Allah tahu kepada siapa rahmat itu perlu diberikan.

Lebih dari itu, doa bagi arwah adalah juga doa bagi diri kita sendiri — agar kita dibebaskan dari dendam, kebencian, iri hati, dan luka lama terhadap mereka yang telah mendahului kita.
Masak iya, kita masih menyimpan benci kepada orang yang sudah meninggal dunia?
Apakah kita tega berharap seseorang tidak diselamatkan?
Yesus sendiri berkata, "Barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang… Aku akan membangkitkannya pada akhir zaman." [Yoh 6:37.40]

Maka, marilah kita berbelarasa seperti Yesus.
Doakan mereka yang pernah melukai kita, sebab mereka juga orang beriman yang sedang menantikan belas kasih Allah.
Dan marilah kita pun menyiapkan hati agar suatu hari nanti, ketika giliran kita tiba, kita pun diperkenankan masuk dalam persekutuan para kudus — bersama semua orang yang telah setia sampai akhir.

Kekudusan bukanlah hadiah untuk segelintir orang, tetapi perjalanan untuk semua yang mau membuka diri terhadap kasih Allah.
Kita menjadi kudus bukan karena sempurna, melainkan karena setiap hari kita mau dibentuk dan disucikan oleh Tuhan.
Dan di situlah letak kebahagiaan sejati — sebagaimana Sabda Bahagia menutup Injil hari ini:
"Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di surga." [Mat 5:12]
Amin.



Peringatan Orang Kudus
Hari Raya Semua Orang Kudus
Hari raya ini mula-mula dirayakan di lingkungan Gereja Timur untuk menghormati semua saksi iman yang mati bagi Kristus dalam usahanya merambatkan iman Kristen. Di lingkungan Gereja Barat, khususnya di Roma, pesta ini bermula pada tahun 609 ketika Paus Bonifasius IV merombak Pantheon, yaitu tempat ibadat kafir untuk dewa-dewi Romawi, menjadi sebuah gereja. Gereja ini dipersembahkan kepada Santa Maria bersama para Rasul.
Dahulu di Roma hari raya ini biasanya dirayakan pada hari minggu sesudah Pentekosta.   Lama kelamaan pesta ini menjadi populer untuk menghormati para Kudus, baik mereka yang sudah diakui resmi oleh Gereja maupun mereka yang belum dan yang tidak diketahui. 
Pesta hari ini dirayakan untuk menghormati segenap anggota Gereja, yang oleh jemaat-jemaat perdana disebut "Persekutuan para Kudus", yakni persekutuan semua orang yang telah mempercayakan dirinya kepada Yesus Kristus dan disucikan oleh Darah Anak Domba Allah. Secara khusus pada hari raya ini kita memperingati rombongan besar orang yang berdiri di hadapan takhta Allah, karena mereka telah memelihara imannya dengan baik sampai pada akhir pertandingan di dunia ini, sehingga memperoleh ganjaran yang besar di surga. 
Di antara mereka yang berbahagia itu teristimewa tampil para Santo-santa, Beato-beata sebagai perintis jalan dan penuntun bagi kita. Para kudus yang berbahagia di surga itu bersama Santa Perawan Maria, Bunda Gereja, mendoakan kita agar tekun dalam perjuangan dan tabah dalam penderitaan. Bersama mereka kita nantikan kebangkitan badan. Dan bila Kristus menyatakan diri dalam kemuliaan, kita akan menjadi serupa dengan Dia. Pada saat itulah terjalin kesatuan kita yang sempurna dengan Kristus dan dengan semua saudara kita. Para kudus itu berbahagia karena mereka telah mengikuti Kristus. 
Kebahagiaan dan kemuliaan mereka tak bisa kita lukiskan dengan kata-kata manusiawi.
Sehubungan dengan itu Santo Paulus berkata: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia; semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." (1Kor 2:9)
Ganjaran yang diterimanya dari Kristus adalah turut serta di dalam Perjamuan Perkawinan Anak Domba Allah. Air mata mereka telah dihapus sendiri oleh Yesus. Tentang itu Yohanes menulis: "Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan perkawinan Anak Domba." (Why 19:9) "Dan Dia akan menghapus segala air mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau berdukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu."
Oleh sebab itu "Kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita meninggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan kepada kita.   Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah." (Hibr 12:1-2).



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-10-31 Jumat.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXX

Jumat, 31 Oktober 2025



Bacaan Pertama
Rom 9:1-5

"Aku rela terkutuk demi saudara-saudaraku."

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma:

Saudara-saudara,
demi Kristus aku mengatakan kebenaran, aku tidak berdusta.
Suara hatiku turut bersaksi dalam Roh Kudus,
bahwa aku sangat berdukacita dan selalu bersedih hati.
Bahkan aku rela terkutuk dan terpisah dari Kristus
demi saudara-saudaraku,
kaum sebangsaku menurut daging.
Sebab mereka itu adalah orang Israel.
Mereka telah diangkat menjadi anak,
telah menerima kemuliaan dan perjanjian-perjanjian,
hukum Taurat, ibadat, dan janji-janji.
Mereka itu keturunan bapa-bapa leluhur,
yang menurunkan Mesias sebagai manusia,
yang mengatasi segala sesuatu.
Dialah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 147:12-13.14-15.19-20,R:12a

Refren: Megahkanlah Tuhan, hai Yerusalem.

*Megahkanlah Tuhan, hai Yerusalem,
pujilah Allahmu, hai Sion!
Sebab Ia meneguhkan palang pintu gerbangmu,
dan memberkati anak-anak yang ada padamu.

*Ia memberikan kesejahteraan kepada daerahmu
dan mengenyangkan engkau dengan gandum yang terbaik.
Ia menyampaikan perintah-Nya ke bumi;
dengan segera firman-Nya berlari.

*Ia memberitakan firman-Nya kepada Yakub,
ketetapan dan hukum-hukum-Nya kepada Israel.
Ia tidak berbuat demikian kepada segala bangsa,
dan hukum-hukum-Nya tidak mereka kenal.



Bait Pengantar Injil
Yoh 10:27

Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku, sabda Tuhan;
Aku mengenal mereka, dan mereka mengikuti Aku.



Bacaan Injil
Luk 14:1-6

"Siapakah yang anak atau lembunya terperosok ke dalam sumur,
tidak segera menariknya ke luar meski pada hari Sabat?"

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Pada suatu hari Sabat
Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin orang-orang Farisi
untuk makan di situ.
Semua orang yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama.
Tiba-tiba datanglah seorang yang sakit busung air
dan berdiri di hadapan Yesus.

Lalu Yesus bertanya kepada para ahli Taurat dan orang-orang Farisi,
"Bolehkah menyembuhkan orang pada hari Sabat atau tidak?"
Tetapi mereka semua diam saja.
Lalu Yesus memegang tangan si sakit itu dan menyembuhkannya,
serta menyuruhnya pergi.

Kemudian Ia berkata kepada mereka,
"Siapakah di antara kalian
yang anak atau lembunya terperosok ke dalam sumur,
tidak segera menarik ke luar,
meskipun pada hari Sabat?"
Mereka tidak sanggup membantah-Nya.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Bacaan Injil hari ini menceritakan bagaimana Yesus diundang makan oleh seorang pemimpin Farisi pada hari Sabat. Di situ ada seorang yang sakit busung air, dan Yesus tahu bahwa para ahli Taurat dan orang Farisi sedang memperhatikan apakah Ia akan menyembuhkan orang itu pada hari Sabat. Maka Yesus bertanya kepada mereka, "Apakah diperbolehkan menyembuhkan orang pada hari Sabat atau tidak?" Tetapi mereka diam saja. Lalu Yesus menyembuhkan orang itu dan membiarkannya pergi. Setelah itu Ia berkata, "Siapa di antara kamu yang tidak segera menarik ke luar anaknya atau lembunya yang jatuh ke dalam sumur pada hari Sabat?" Mereka pun tidak sanggup membantah.

Berulang kali Yesus dan para murid-Nya diprotes karena dianggap melanggar ketentuan Sabat—baik ketika memetik gandum, menyembuhkan orang sakit, maupun mengusir roh jahat.
Apakah Yesus menolak atau tidak mengakui hari Sabat? Tentu tidak.
Yesus justru menghormati Sabat sebagaimana tertulis dalam Hukum Taurat. Ia sendiri pernah menegaskan bahwa tidak satu pun dari Hukum Taurat akan dihapus, bahkan yang paling kecil sekali pun.

Namun Yesus menolak bentuk formalitas dan aturan tambahan yang justru mengaburkan maksud asli dari hukum itu sendiri. Hari Sabat, yang semula ditetapkan sebagai hari untuk beristirahat dan memuliakan Allah, berubah menjadi beban hukum yang kaku dan menekan. Maka Yesus menegaskan: *"Hari Sabat diadakan untuk manusia, bukan manusia untuk hari Sabat."* [Mrk 2:27]

Hari Sabat diadakan agar manusia memiliki waktu khusus untuk berhenti dari kesibukan, mengingat kembali siapa sumber hidupnya, dan memulihkan relasinya dengan Tuhan serta sesama. Bukan sebaliknya—bukan untuk mengikat manusia dengan larangan-larangan yang justru menjauhkan mereka dari belas kasih.

Dalam konteks ini, Bacaan Pertama dari [Rom 9:1-5] memperlihatkan hati Paulus yang penuh kasih terhadap bangsanya sendiri, bangsa Israel. Ia mengungkapkan kesedihan yang mendalam karena banyak dari mereka yang justru tidak mengenal Kristus, padahal kepada merekalah janji dan hukum itu telah diberikan. Ini sejalan dengan semangat Yesus: hukum dan peraturan hanyalah sarana untuk membawa manusia pada kasih Allah, bukan tujuan itu sendiri.

Kita pun sering terjebak dalam hal yang sama. Banyak orang lebih sibuk menjaga aturan, prosedur, atau penampilan lahiriah agama, tetapi lupa pada inti dari semua itu: kasih dan belas kasih. Kadang kita lebih takut melanggar tata tertib daripada mengabaikan penderitaan orang lain.
Padahal Tuhan menilai hati, bukan sekadar ketaatan luar.

Hari ini kita diingatkan: ibadah yang sejati bukan hanya soal hadir di gereja atau tidak bekerja di hari tertentu, tetapi tentang bagaimana kita menyalurkan kasih Allah kepada sesama—terutama yang sedang menderita.
Menolong orang yang membutuhkan tidak mengenal hari.
Karena belas kasih Tuhan tidak pernah libur, bahkan pada hari Sabat sekalipun.
Amin.



Peringatan Orang Kudus
Santo Bruder Alfonsus Rodriguez, Pengaku Iman
Alfonsus lahir di Segovia, Spanyol pada tahun 1531. Ayahnya, Rodriguez adalah seorang pedagang kain wol yang tergolong kaya raya di negeri itu. Sementara belajar di Universitas Alkala, ayahnya terkasih meninggal dunia sehingga ibunya terpaksa memanggilnya pulang untuk melanjutkan usaha dagang ayahnya.
Selang beberapa tahun ia menikah dan dikaruniai dua orang anak. Meskipun demikian, Tuhan yang menyelenggarakan hidup manusia, rupanya menginginkan sesuatu yang lain dari Alfonsus. Usaha dagangnya yang pada tahun-tahun awal berjalan begitu lancar tanpa masalah serius, lama-kelamaan berangsur-angsur merosot dan bangkrut. Isterinya terkasih tak terduga jatuh sakit keras lalu meninggal dunia. Lebih dari itu, kedua anaknya pun kemudian menyusul kepergian ibunya. Tinggallah Alfonsus seorang diri dalam bimbingan Tuhan secara rahasia. Tampaknya semua peristiwa ini sangat tragis dan menyayat hati. Tetapi Alfonsus yang sejak masa mudanya beriman teguh menerima segalanya dengan pasrah. Ia yakin bahwa Tuhan itu mahabaik dan penyelenggaraanNya terhadap hidup manusia tidak pernah mengecewakan manusia. Ia yakin bahwa Tuhan selalu memilih yang terbaik untuk manusia.
Lalu Tuhan menggerakkan hati Alfonsus untuk memasuki cara hidup bakti dalam suatu tarekat religius. Pada umur 40 tahun ia memutuskan untuk meninggalkan kehidupan duniawi dan mengajukan permohonan menjadi seorang bruder dalam Serikat Yesus di Valencia, Spanyol. Setelah dipertimbangkan agak lama, akhirnya ia diterima dan ditempatkan di Kolese Montesion di Palma de Majorca. Di sinilah ia menekuni sisa-sisa hidupnya dengan melaksanakan tugas-tugas yang diserahkan kepadanya. Tugasnya sangat remeh dan sepele: membukakan pintu bagi tamu, memberitahu penghuni bila kedatangan tamu dan mengerjakan hal-hal kecil sembari menjaga pintu.
Tuhan yang mengenal baik Alfonsus mengaruniakan kepadanya karunia-karunia istimewa, antara lain ketekunan berdoa dan pengetahuan adikodrati. Karunia-karunia ini membuatnya dikenal banyak orang sebagai seorang yang diterangi Allah. Banyak orang datang kepadanya untuk minta nasehat, antara lain Santo Petrus Klaver sewaktu masih belajar. Oleh bimbingan Alfonsus, Petrus Klaver akhirnya tertarik untuk membaktikan dirinya bagi kepentingan jiwa orang-orang Negro yang menjadi budak belian di Amerika Selatan.
Cita-citanya ialah melupakan dirinya. Konon, pada suatu upacara besar semua kursi biara termasuk yang dipakai oleh para biarawan di kamarnya, diangkat ke dalam gereja. Sehabis upacara itu, kursi bruder Alfonsus tidak dikembalikan ke kamarnya. Bruder yang rendah hati itu tidak memintanya juga. Ia membiarkan kamarnya tanpa kursi selama setahun. Pada tahun berikutnya ketika akan diadakan lagi upacara besar di gereja, barulah diketahui bahwa bruder Alfonsus tidak mempunyai kursi sudah selama satu tahun. Pemimpin biara itu tertegun memandang bruder Alfonsus yang rendah hati itu. Ia tidak memberontak karena ia menganggap dirinya seorang pengemis malang yang tidak segan menerima hal-hal yang paling sederhana.
Pengalaman-pengalaman rohaninya dituangkan dalam sebuah tulisan yang menarik atas permintaan atasannya. Setelah menikmati jalan yang ditunjukkan Tuhan padanya, ia menghembuskan nafasnya di Palma de Majorca pada tahun 1617.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-10-30 Kamis.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXX

Kamis, 30 Oktober 2025



Bacaan Pertama
Rom 8:31b-39

"Tiada makhluk mana pun yang dapat memisahkan kita
dari cinta kasih Allah yang ada dalam Kristus Yesus."

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma:

Saudara-saudara,
Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?
Allah bahkan tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri,
tetapi menyerahkan-Nya demi kita sekalian.
Bagaimana mungkin Dia tidak menganugerahkan segalanya
bersama Anak-Nya itu kepada kita?
Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah?
Allah, yang membenarkan mereka!
Siapakah yang akan menghukum mereka?
Kristus Yesus yang telah wafat?
Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit?
yang juga duduk di sisi kanan Allah?
yang malahan menjadi Pembela kita?

Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus?
Penindasan atau kesesakan?
Penganiayaan? Kelaparan? Ketelanjangan?
Bahaya? Atau pedang?
Seperti ada tertulis,
'Karena Engkaulah kami berada dalam bahaya maut sepanjang hari
dan dianggap sebagai domba sembelihan.'
Tetapi dalam segalanya itu
kita akan menang oleh Dia yang mengasihi kita.

Sebab aku yakin,
baik maut maupun hidup,
malaikat-malaikat maupun pemerintah-pemerintah,
baik yang ada sekarang maupun yang akan datang,
atau kuasa-kuasa baik yang di atas maupun yang di bawah,
ataupun suatu makhluk lain mana pun,
takkan dapat memisahkan kita dari kasih Allah
yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 109:21-22.26-27.30-31,R:26b

Refren: Selamatkanlah aku sesuai dengan kasih setia-Mu, ya Tuhan.

*Engkau, ya Allah, Tuhanku,
bertindaklah kepadaku demi kebesaran nama-Mu,
lepaskanlah aku karena kasih setia-Mu yang murah!
Sebab sengsara dan miskinlah aku,
dan hatiku terluka dalam diriku.

*Tolonglah aku, ya Tuhan, Allahku,
selamatkanlah aku sesuai dengan kasih setia-Mu,
supaya mereka tahu, bahwa tangan-Mulah ini,
bahwa Engkaulah, ya Tuhan, yang telah melakukannya.

*Aku hendak bersyukur nyaring kepada Tuhan dengan mulutku,
aku hendak memuji-muji Dia di tengah-tengah orang banyak.
Sebab Ia berdiri di sebelah kanan orang miskin
untuk menyelamatkan dia dari orang-orang yang menghukumnya.



Bait Pengantar Injil
Luk 13:35; Mrk 11:10

Teberkatilah yang datang atas nama Tuhan.
Terpujilah Engkau di Surga.



Bacaan Injil
Luk 13:31-35

"Tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh di luar Yerusalem."

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Pada waktu itu datanglah beberapa orang Farisi
dan berkata kepada Yesus,
"Pergilah, tinggalkanlah tempat ini,
karena Herodes hendak membunuh Engkau."

Jawab Yesus kepada mereka,
"Pergilah, dan katakanlah kepada si serigala itu,
'Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang
pada hari ini dan esok,
dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai.
Tetapi hari ini dan esok dan lusa
Aku harus meneruskan perjalanan-Ku,
sebab tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh kalau tidak di Yerusalem.'

Yerusalem, Yerusalem, engkau membunuh nabi-nabi
dan merajam orang-orang yang diutus kepadamu!
Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu,
sama seperti  induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayap,
tetapi  kalian tidak mau.

Sungguh, rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi!
Tetapi Aku berkata kepadamu,
kalian tidak akan melihat Aku lagi hingga pada saat kamu berkata,
'Teberkatilah Dia yang datang atas nama Tuhan'."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Renungan hari ini diambil dari renungan "The Power of Word" yang dibawakan oleh Ibu Erna Kusuma:

"Kasih yang Tak Pernah Menyerah"
[Luk 13:31-35]

Doa Pembuka:
Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus, Amin.
Allah Bapa yang penuh kasih,
terima kasih atas cinta-Mu yang tak pernah menyerah kepada kami, meski sering kali kami berpaling dari-Mu.
Bukalah hati kami agar semakin peka terhadap kasih-Mu yang lembut dan sabar, yang selalu menantikan kami kembali di bawah naungan sayap-Mu.
Dengan perantaraan Kristus, Tuhan kami.

Amin.

Renungan:
Bapak-Ibu dan Saudara-saudara yang terkasih dalam Yesus Kristus,
Dalam Bacaan Injil hari ini, Yesus diberitahu bahwa Raja Herodes ingin membunuh-Nya.
Namun Yesus tidak mundur, tidak takut, dan tidak berhenti melayani.
Ia tahu bahwa jalan menuju Yerusalem adalah jalan penderitaan, bahkan menuju kematian.
Tetapi Ia tetap melangkah, karena kasih-Nya kepada manusia jauh lebih besar daripada rasa takut akan maut.

Yerusalem disebut sebagai kota yang membunuh para nabi, kota yang menolak utusan-utusan Allah.
Namun Yesus tidak membalas dengan amarah atau kutukan.
Ia justru menanggapi dengan kerinduan dan kasih yang dalam:
"Berapa kali Aku ingin mengumpulkan anak-anakmu, seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau." [Luk 13:34]
Ungkapan ini sungguh luar biasa.
Yesus tidak menampilkan diri sebagai raja yang berkuasa, tetapi sebagai seorang ibu yang penuh kasih, ibu yang hatinya remuk melihat anak-anaknya menjauh.
Kasih seperti ini adalah kasih yang tidak menyerah, kasih yang tetap ada bahkan ketika tidak diterima, kasih yang terus memberi walau tak dibalas.

Sebagai seorang ibu, saya sungguh bisa memahami kata-kata Yesus ini.
Ketika seorang anak menolak nasihat, ketika pintu hati mereka tertutup, kasih seorang ibu tidak berhenti.
Ia tetap menunggu, tetap berdoa, dan tetap berharap.
Kasih seorang ibu tidak diukur dari seberapa besar anaknya membalas kasih itu, melainkan dari ketulusan untuk terus mencintai apa pun yang terjadi.

Begitulah Yesus mencintai kita semua.
Kasih-Nya tidak berhenti ketika kita berdosa.
Ia tidak menyerah ketika kita menjauh dari-Nya.
Ia tetap memanggil kita, menunggu kita dengan sabar, seperti seorang ibu yang menanti anaknya pulang.

Kasih sejati memang tidak selalu disambut dengan baik.
Kadang kasih justru diuji saat ditolak.
Tetapi Yesus menunjukkan bahwa kasih sejati bukan soal timbal balik, melainkan keteguhan untuk tetap mencintai walau disakiti, tetap memberi walau tidak dihargai.
Kasih yang seperti ini adalah kasih yang menyelamatkan dunia, kasih yang rela menanggung penderitaan demi yang dikasihi.
Kasih yang lembut tapi kuat, sabar tapi tegas, dan tidak pernah menyerah sekalipun luka dan air mata menjadi bagian dari perjalanan itu.

Maka hari ini, mari kita merenung:
Apakah kasih kita masih bertahan ketika menghadapi penolakan?
Apakah kita tetap mengasihi mereka yang menyakiti hati kita?
Kalau Tuhan sendiri tidak pernah menyerah mencintai kita, pantaskah kita mudah menyerah mencintai sesama?
Jawaban kita adalah cermin dari iman kita.
Amin.

Doa Penutup:
Allah Bapa yang penuh kasih,
ajarilah kami untuk memiliki hati seperti Yesus,
hati yang kuat namun lembut, yang tidak pernah menyerah dalam mengasihi.
Teguhkanlah kasih kami agar mampu memaafkan, melindungi,
dan memberi harapan kepada siapa pun yang Kautemui melalui hidup kami.
Seperti kasih seorang ibu yang tak berhenti berharap bagi anak-anaknya,
jadikanlah kami cermin kasih-Mu di tengah keluarga, di lingkungan, dan di mana pun kami berada.
Dengan perantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus, Amin.



Peringatan Orang Kudus
Santo Marcellus, Martir
Perwira Romawi yang bertugas di Tanger, Afrika ini konon menjadi Kristen dan dipermandikan langsung oleh Santo Petrus Rasul. Ia menolak mengikuti upacara korban untuk memuja kaisar dan dewa-dewa Romawi. Dengan tegas ia berkata: "Aku hanya mengabdi kepada Raja Abadi, Tuhanku Yesus Kristus". Akibatnya ia langsung ditangkap dan dihukum mati pada tahun 298.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-10-29 Rabu.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXX

Rabu, 29 Oktober 2025



Bacaan Pertama
Rom 8:26-30

"Bagi mereka yang mengasihi Tuhan segala sesuatu mendatangkan kebaikan."

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma:

Saudara-saudara,
Roh membantu kita dalam kelemahan kita.
Sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa.
Tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah
dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.
Dan Allah yang menyelami hati nurani,
mengetahui maksud Roh itu,
yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah,
berdoa untuk orang-orang kudus.

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu
untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia,
yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
Sebab semua orang yang dipilih Allah sejak semula,
mereka itu juga ditentukan sejak semula
untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya,
supaya Anak-Nya itu menjadi yang sulung di antara banyak saudara.
Dan mereka yang ditentukan Allah dari semula,
mereka itu juga dipanggil-Nya.
Dan yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya.
Dan yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 13:4-5.6,R:6a

Refren: Aku percaya akan kasih setia-Mu, ya Tuhan.

*Pandanglah kiranya, jawablah aku, ya Tuhan, Allahku!
Buatlah mataku bercahaya, supaya jangan aku tertidur dan mati,
supaya musuhku jangan berkata, "Aku telah mengalahkan dia,"
dan lawan-lawanku bersorak-sorak, apabila aku goyah.

*Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku percaya,
hatiku bersorak-sorak karena penyelamatan-Mu.
Aku mau menyanyi untuk Tuhan,
karena Ia telah berbuat baik kepadaku.



Bait Pengantar Injil
2Tes 2:14

Allah telah memanggil kita
untuk memperoleh kemuliaan Tuhan kita Yesus Kristus.



Bacaan Injil
Luk 13:22-30

"Mereka datang dari timur dan barat,
dan akan duduk makan di dalam kerajaan Allah."

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem
Yesus berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa
sambil mengajar.
Maka bertanyalah orang kepada-Nya,
"Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?"

Jawab Yesus kepada orang-orang di situ,
"Berusahalah masuk melalui pintu yang sempit itu!
Sebab Aku berkata kepadamu,
'banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat.
Jika tuan rumah telah bangkit dan menutup pintu,
kalian akan berdiri di luar
dan mengetok-ngetok pintu sambil berkata,
'Tuan, bukakan pintu bagi kami.'
Tetapi dia akan berkata,
'Aku tidak tahu dari mana kalian datang.'
Maka kalian akan berkata,
'Kami telah makan dan minum di hadapan-Mu,
dan Engkau telah mengajar di jalan-jalan kota kami.'

Tetapi ia akan berkata,
'Aku tidak tahu dari mana kalian datang.
Enyahlah dari hadapan-Ku,
hai kalian semua yang melakukan kejahatan!'
Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi,
apabila kalian melihat
Abraham dan Ishak dan Yakub dan semua nabi
ada di dalam Kerajaan Allah,
tetapi kalian sendiri dicampakkan ke luar.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat, dari Utara dan Selatan,
dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah.
Ingatlah, ada orang terakhir yang akan menjadi terdahulu,
dan ada orang terdahulu yang akan menjadi yang terakhir."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Setelah mendengarkan pengajaran dari Yesus, banyak orang mulai menyadari bahwa cara hidup mereka selama ini ternyata keliru. Mereka merasa lebih sering melanggar daripada menaati perintah Allah. Maka muncullah pertanyaan yang sangat manusiawi: "Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?"

Yesus menjawab dengan tegas, "Berusahalah masuk melalui pintu yang sempit itu!"
Pintu yang sempit ini menggambarkan jalan menuju keselamatan yang memerlukan perjuangan, kesetiaan, dan pengorbanan. Banyak orang gagal melewatinya, bahkan lebih banyak lagi yang tidak berusaha mencarinya. Ada yang sibuk dengan urusan duniawi, ada pula yang tidak menyadari bahwa pintu itu memang ada — pintu menuju Kerajaan Allah.

Apakah ini berarti hanya sedikit yang akan masuk surga dan sebagian besar lainnya binasa? Tidak demikian. Allah menghendaki agar semua orang diselamatkan. Namun, Allah juga memberi manusia kebebasan untuk memilih: apakah mau menempuh jalan sempit yang menuju kehidupan, atau jalan lebar yang menuju kebinasaan.

Bacaan dari surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma meneguhkan hal ini: "Kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." [Rom 8:28]
Artinya, Allah tidak pernah berhenti menolong kita agar mampu melewati pintu sempit itu. Bahkan ketika kita tidak tahu bagaimana harus berdoa, Roh Kudus sendiri berdoa untuk kita dengan keluhan yang tak terucapkan [Rom 8:26].

Yesus menegaskan, "Orang akan datang dari Timur dan Barat, dari Utara dan Selatan, dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah."
Artinya, keselamatan terbuka bagi semua orang — siapa pun yang mau berjuang dan setia pada kehendak Allah. Tidak ditentukan oleh asal, status, atau latar belakang.

Akhirnya Yesus menutup dengan peringatan yang menggugah: "Sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang terdahulu dan ada orang yang terdahulu yang akan menjadi orang yang terakhir."
Inilah paradoks kasih Allah yang penuh rahmat. Seperti Rasul Paulus yang dulu bernama Saulus — penganiaya umat Allah — tetapi kemudian menjadi pewarta terbesar Kerajaan Allah.

Maka, tidak ada kata terlambat untuk bertobat dan berjalan menuju pintu sempit itu. Asalkan kita mau dibentuk oleh Allah dan tetap mengandalkan kuasa-Nya, bukan kekuatan kita sendiri.



Peringatan Orang Kudus
Tidak ada peringatan Orang Kudus.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/