Liturgia Verbi 2025-09-19 Jumat.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXIV

Jumat, 19 September 2025

PF S. Yanuarius, Uskup dan Martir



Bacaan Pertama
1Tim 6:2c-12

"Hai manusia Allah, kejarlah keadilan."

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Timotius:

Saudara terkasih, ajarkanlah dan nasihatkanlah semua ini.
Jika ada orang yang mengajarkan ajaran lain,
dan tidak menurut ajaran sehat,
yakni ajaran Tuhan kita Yesus Kristus,
dan tidak menurut ajaran yang sesuai dengan iman kita,
dialah orang yang berlagak tahu, padahal tidak tahu apa-apa.
Penyakitnya ialah mencari-cari soal dan bersilat kata,
yang menyebabkan dengki, iri hati, fitnah dan curiga,
percekcokan antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat,
yang kehilangan kebenaran,
yang mengira agama itu suatu sumber keuntungan.
Memang iman itu kalau disertai rasa cukup,
memberi keuntungan besar.
Sebab kita tidak membawa apa-apa ke dalam dunia ini,
dan kita pun tidak membawa apa-apa ke luar.
Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.
Tetapi mereka yang ingin kaya, terjatuh ke dalam pencobaan,
ke dalam jerat dan pelbagai nafsu
yang hampa dan yang mencelakakan,
yang menenggelamkan manusia
ke dalam keruntuhan dan kebinasaan.
Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang.
Karena memburu uanglah,
maka beberapa orang telah menyimpang dari iman
dan menyiksa diri dengan berbagai-bagai penderitaan.

Tetapi engkau, hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu,
kejarlah keadilan, takwa, kesetiaan, cinta kasih, kesabaran dan kelembutan hati.
Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar
dan rebutlah hidup yang kekal.

Untuk itulah engkau telah dipanggil;
untuk itulah engkau telah mengikrarkan ikrar yang benar
di depan banyak saksi.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 49:6-7.8-9.17-18-20,R:Mat 5:3

Refren: Berbahagialah yang hidup miskin terdorong oleh Roh Kudus,
sebab bagi merekalah Kerajaan Allah.

*Mengapa aku takut pada hari-hari celaka
pada waktu aku dikepung oleh kejahatan para pengejarku,
yang percaya akan harta bendanya,
dan memegahkan diri karena banyaknya kekayaan mereka?

*Tidak seorang pun dapat membebaskan diri,
atau memberikan tebusan kepada Allah ganti nyawanya!
Terlalu mahallah harga pembebasan nyawanya,
dan tidak terjangkau untuk selama-lamanya
kalau ia ingin hidup abadi.

*Janganlah takut, apabila seseorang menjadi kaya,
apabila kemuliaan keluarganya bertambah,
sebab pada waktu mati semuanya itu tidak akan dibawanya serta,
kemuliaannya tidak akan turun mengikuti dia.

*Sekalipun pada masa hidupnya ia menganggap dirinya berbahagia
sekalipun orang menyanjungnya
karena ia berbuat baik terhadap dirinya sendiri, 
namun ia akan sampai kepada angkatan nenek moyangnya,
yang tidak akan melihat terang untuk seterusnya.



Bait Pengantar Injil
Mat 11:25

Terpujilah Engkau, Bapa, Tuhan langit dan bumi
sebab misteri kerajaan Kaunyatakan kepada orang kecil.



Bacaan Injil
Luk 8:1-3

"Beberapa wanita menyertai Yesus dan melayani Dia dengan harta bendanya."

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Yesus berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa
memberitakan Injil Kerajaan Allah.
Kedua belas murid menyertai Dia,
dan juga beberapa wanita,
yang telah disembuhkan-Nya dari roh-roh jahat serta berbagai macam penyakit,
selalu menyertai Dia.
Para wanita itu ialah:
Maria yang disebut Magdalena,
yang telah dibebaskan dari tujuh setan;
Yohana, isteri Khuza, bendahara Herodes,
Susana dan masih banyak lagi yang lain.
Wanita-wanita itu melayani seluruh rombongan
dengan harta kekayaan mereka.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Yesus berkeliling memberitakan Kabar Baik, para Rasul mendampingi, dan sejumlah perempuan—Maria Magdalena, Yohana isteri Khuza, Susana, serta banyak perempuan lain—melayani dengan harta dan tenaganya [Luk 8:1-3].
Dari Paulus kepada Timotius kita diingatkan: pelayanan sejati tidak didorong oleh kepentingan diri atau cinta uang, melainkan dihidupi dalam kesalehan, kecukupan diri, dan kebajikan; "kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, ketekunan dan kelemahlembutan… berjuanglah dalam pertandingan iman yang benar" [1Tim 6:2c-12].

Pelayanan di Gereja adalah panggilan bagi setiap pelaku firman. Wujudnya bisa sangat sederhana: menjadi lektor, pemazmur, koor, petugas kolekte, pembawa persembahan, dekorasi altar, parkir, kebersihan; bisa juga di doa lingkungan, melayat, mengunjungi yang sakit dan yang susah. Ada pula bentuk-bentuk yang menuntut lebih banyak waktu, tenaga, bahkan biaya. Intinya: apa pun perannya, hati yang melayani adalah jantung Gereja.

Kita boleh memilih sesuai talenta yang dianugerahkan Allah Bapa dan situasi kita. Injil hari ini meneguhkan bahwa pelayanan bukan hanya di mimbar atau mukjizat; para perempuan itu melayani kebutuhan sangat praktis—konsumsi, akomodasi, urusan "rumah tangga" perutusan. Mereka tidak "kurang rohani"; justru kesetiaan mereka membuat misi Yesus berjalan. Inilah pelajaran penting: pelayanan bukan soal panggung, melainkan kesediaan.

Di awal keterlibatan saya di Gereja, saya mengerjakan apa saja: menerima tamu, membantu istri mengangkut perabot, mengatur sound system, apa saja—modalnya hanya "mau melayani".
Lama-kelamaan saya merasa ditegur lewat doa dan lewat orang-orang dekat: "Sandy, percuma saja Aku memberimu talenta kalau tidak kamu gunakan untuk melayani Aku!"
Saya pun mengarahkan ulang langkah saya.
Ketika ditawari menjadi ketua lingkungan, prodiakon, atau pengurus paroki, saya menimbang dengan jujur: saya tidak punya passion dan talenta terbaik untuk itu.
Saya memilih terlibat di Komisi Keluarga—menemani keluarga-keluarga dalam situasi khusus—dan membangun sistem database umat, bidang yang sesuai dengan kompetensi saya.

Lalu firman ini meneguhkan arah itu: "Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu… supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap"  [Yoh 15:16].
Saya bahkan ditantang membuat software Kalender Liturgi—sesuatu yang benar-benar asing.
Saya sempat mengeluh dalam doa: "Bagaimana saya dapat menuntaskan tugas ini, Bapa?" Tetapi firman menyapa: "Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!"  [Mrk 9:23]. "Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil."  [Luk 1:37].
Pelan-pelan jalan terbuka, bahan-bahan terkumpul, dan—jujur—saya sendiri takjub melihat pertolongan Tuhan.
Sejak itu, menjelang akhir tahun saya mengunggah hasilnya supaya siapa pun yang membutuhkan dapat mengunduhnya. Semoga bermanfaat.

Dari sini, ada tiga penanda pelayanan yang sehat. Pertama, kesesuaian: selaraskan pelayanan dengan talenta, waktu, dan musim hidup kita. Kedua, kemurnian motif: hindari dorongan gengsi atau keuntungan; ingat peringatan Paulus tentang "cinta uang" dan kejarlah kebajikan [1Tim 6:6-12]. Ketiga, ketaatan iman: ketika Tuhan mengajak melangkah ke hal yang "asing", pegang janji-Nya—Ia menyediakan yang kita perlukan.

Mari kita periksa diri: di mana Tuhan sedang mengundang saya untuk melayani—secara sederhana namun setia? Apa talenta yang selama ini "menganggur" yang bisa dipersembahkan? Hari ini juga, nyalakan kembali semangat: kecil atau besar, terlihat atau tidak, setiap pelayanan yang setia menjadi bagian dari misi Kristus dan akan berbuah tetap.



Peringatan Orang Kudus
Santo Yanuarius, Martir
Konon Yanuarius lahir di Napoli, Italia pada akhir abad keempat. Beliau adalah Uskup Beneventum, Italia Selatan pada masa penganiayaan terhadap orang Kristen di bawah pemerintahan Kaisar Diokletianus.
Pembunuhan atas dirinya bermula dari kunjungannya ke penjara untuk menengok sahabat-sahabatnya yang dipenjarakan: Sossus, seorang diakon dari Miseno, bersama dengan Proculus, diakon dari Pozzuoli, dan dua orang awam lainnya: Euticius dan Acutius. Sedang ia menghibur rekan-rekannya itu, ia ditangkap dan diseret masuk penjara. Ia ditangkap oleh kaki tangan Gubernur Campania, bersama-sama dengan teman seperjalanannya diakon Festus dan Desiderius.
Setelah mengalami aneka siksaan fisik, mereka semua dibawa ke kandang binatang buas yang kelaparan. Aneh sekali bahwa binatang­binatang buas yang kelaparan itu seolah-olah takut menyentuh tubuh mereka. Melihat itu, rakyat bersama gubernurnya malu dan menuduh mereka menggunakan ilmu gaib untuk membungkam binatang-binatang garang itu. Segera para penguasa memutuskan hukuman penggal kepala atas mereka. Mereka mati terbunuh pada tahun 305 di Pozzuoli. Jenazah Uskup Yanuarius dibawa ke Napoli dan dimakamkan di dalam katedral.
Pada abad ke lima relikui Santo Yanuarius dipindahkan ke San Gennaro, dekat Solfatara. Selama perang Norman, relikui itu dipindahkan ke Beneventum, lalu kemudian ke Monte Virgine. Pada tahun 1491, relikui itu dibawa ke Napoli dan dimakamkan di sana.
Yanuarius dihormati sebagai pelindung kota Napoli. Selama abad ke-4, sebuah tempat yang berisi darah diperkirakan berasal dari Yanuarius. Darah itu tersimpan di dalam katedral Napoli. Setiap tahun, darah itu mencair kembali pada tanggal pestanya, 19 September. Mengenai hal itu, tak ada suatu pembuktian ilmiah yang dapat menjelaskan hal itu. Tetapi oleh umat kota Napoli, kejadian aneh itu merupakan sebuah mujizat.

Santo Theodorus, Uskup dan Pengaku Iman
Sepeninggal Uskup Canterbury, Inggris, Sri Paus memilih Theodorus sebagai penggantinya meskipun usianya sudah 66 tahun. Theodorus yang dikenal sebagai seorang biarawan awam ini lahir pada tahun 602 di Tarsus (Turki Timur), kota kelahiran Santo Paulus Rasul.
Sebagai gembala umat, Theodorus menyadari situasi umum Gereja di Inggris. Gereja belum benar-benar berakar di tanah Inggris. Oleh karena itu ia berusaha keras untuk memecahkan berbagai masalah yang ada dalam tubuh Gereja. Ia memanggil sinode para uskup Inggris untuk mendiskusikan masalah-masalah itu sampai tuntas. Tata cara hidup para imam, rohaniwan/wati dan lembaga-lembaga gerejawi dibaharuinya. Di bidang pendidikan ia membuka sekolah-sekolah di bawah pimpinan Santo Adrianus dari Afrika. Ia membaharui liturgi, nyanyian-nyanyian koral dan menegakkan hukum Gereja, serta berusaha mempererat hubungan Gereja di Inggris dengan Roma. Theodorus meninggal dunia pada tahun 690.

Santa Emilia de Rodat, Pengaku Iman
Emilia lahir di Rodez, sebuah kota di Prancis Selatan pada tahun 1787. Semenjak kecil dia dididik dan dibesarkan oleh neneknya di Villefranche-de-Rouergue, tak jauh dari Rodez. Di sana pada usia mudanya ia dikenal sebagai seorang gadis periang, penuh optimisme. Tetapi pada usia 17 tahun ia mengalami suatu perubahan yang mendalam, lalu memutuskan untuk mengabdikan seluruh hidupnya kepada Tuhan.
Mula-mula ia berkarya sebagai seorang guru bantu di sekolah Maison Saint-Cyr, Villefranche. Tetapi kemudian ia memprakarsai pendirian sebuah sekolah khusus untuk anak-anak dari keluarga-keluarga miskin tanpa memungut biaya. Sekolah ini dimulainya pada tahun 1815 dengan dukungan kuat dari Abbe Marty, kepala sekolah Maison Saint-Cyr, Villefranche.
Sekitar tahun itu ia menjadi suster. Beberapa tahun kemudian ia kemudian mendirikan sebuah kongregasi baru: 'Kongregasi Keluarga Kudus dari Villefranche'. Kongregasi ini berkarya di bidang pendidikan, perawatan kesehatan dan pemeliharaan orang-orang miskin. Rumah biaranya didirikan di Aubin, dekat Rodez. Emilia meninggal dunia pada tanggal 19 September 1852. Ia dinyatakan 'kudus' pada tahun 1950.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-09-18 Kamis.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXIV

Kamis, 18 September 2025



Bacaan Pertama
1Tim 4:12-16

"Awasilah dirimu dan awasilah ajaranmu; dengan demikian engkau menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau."

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Timotius:

Saudara terkasih,
jangan seorang pun menganggap dirimu rendah
karena engkau masih muda.
Jadilah teladan bagi orang-orang beriman,
dalam perkataan dan tingkah laku,
dalam kasih, kesetiaan dan kesucianmu.
Sementara itu, sambil menunggu kedatanganku,
bertekunlah dalam membaca Kitab Suci,
dalam membangun dan mengajar.
Janganlah lalai dalam mempergunakan karunia yang ada padamu,
yang diberikan oleh penumpangan tangan Sidang penatua disertai nubuat.
Perhatikanlah semuanya itu dan hiduplah di dalamnya,
supaya kemajuanmu nyata kepada semua orang.
Awasilah dirimu dan awasilah ajaranmu.
Bertekunlah dalam semuanya itu,
karena dengan berbuat demikian
engkau akan menyelamatkan dirimu
dan semua orang yang mendengar engkau.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 111:7-8.9.10,R:2a

Refren: Agunglah karya Tuhan.

*Perbuatan tangan-Nya ialah kebenaran dan keadilan,
segala titah-Nya teguh;
Perintah-Nya lestari untuk selamanya,
dilakukan dalam kebenaran dan kejujuran.

*Ia memberikan kebebasan kepada umat-Nya,
Ia menetapkan perjanjian untuk selama-lamanya;
kudus dan dahsyatlah nama-Nya!

*Pangkal kebijaksanaan adalah takut akan Tuhan,
semua orang yang mengamalkannya
memiliki budi bahasa yang baik;
dia akan disanjung sepanjang masa.



Bait Pengantar Injil
Mat 11:28

Datanglah kepada-Ku,
kalian semua yang letih dan berbeban berat.
Aku akan memberi kelegaan kepadamu.



Bacaan Injil
Luk 7:36-50

"Dosanya yang banyak telah diampuni,
karena ia telah banyak berbuat kasih."

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Pada suatu ketika
seorang Farisi mengundang Yesus makan di rumahnya.
Yesus datang ke rumah orang Farisi itu, lalu duduk makan.
Di kota itu ada seorang wanita yang terkenal sebagai orang berdosa.
Ketika mendengar
bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu,
datanglah ia membawa buli-buli pualam berisi minyak wangi.
Sambil menangis ia berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya,
lalu membasahi kaki-Nya dengan air matanya,
dan menyekanya dengan rambutnya.
Kemudian ia mencium kaki Yesus
dan meminyakinya dengan minyak wangi.

Ketika orang Farisi yang mengundang Yesus melihat hal itu,
ia berkata dalam hati,
"Seandainya Dia ini nabi, mestinya Ia tahu,
siapakah dan orang apakah wanita yang menjamah-Nya ini;
semestinya Ia tahu, bahwa wanita ini adalah orang yang berdosa."

Lalu Yesus berkata kepada orang Farisi itu,
"Simon, ada yang hendak Kukatakan kepadamu."
Sahut Simon, "Katakanlah, Guru."
"Ada dua orang yang berhutang kepada seorang pelepas uang.
Yang seorang berhutang lima ratus dinar, yang lain lima puluh.
Karena mereka tidak sanggup membayar,
maka hutang kedua orang itu dihapuskannya.
Siapakah di antara mereka akan lebih mengasihi dia?"

Jawab Simon,
"Aku sangka, yang mendapat penghapusan utang lebih banyak!"
Kata Yesus kepadanya, "Betul pendapatmu itu!"
Dan sambil berpaling kepada wanita itu,
Yesus berkata kepada Simon, "Engkau melihat wanita ini?
Aku masuk ke dalam rumahmu,
namun engkau tidak memberikan Aku air untuk membasuh kaki-Ku;
tetapi wanita ini membasahi kaki-Ku dengan air mata
dan menyekanya dengan rambutnya.
Engkau tidak mencium Aku,
tetapi sejak Aku masuk, ia tiada henti-hentinya mencium kaki-Ku.
Engkau tidak meminyaki kepala-Ku dengan minyak,
tetapi dia meminyaki kaki-Ku dengan minyak wangi.
Sebab itu Aku berkata kepadamu,
'Dosanya yang banyak itu telah diampuni,
karena ia telah banyak berbuat kasih.
Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih!"

Lalu Yesus berkata kepada wanita itu: "Dosamu telah diampuni."
Orang-orang yang makan bersama Yesus berpikir dalam hati,
"Siapakah Dia ini, maka Ia dapat mengampuni dosa?"
Tetapi Yesus berkata kepada wanita itu,
"Imanmu telah menyelamatkan dikau.   pergilah dengan selamat!"

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Renungan hari ini dari Daily Fresh Juice yang dibawakan oleh Ibu Erna Kusuma:

"*Diampuni Karena Kasih*"

Oleh Erna Kusuma
________________________________________

Para Pendengar setia Daily Fresh Juice yang dikasihi Tuhan,
Hari ini kita mendengarkan kisah yang indah dari Injil Lukas
tentang dua orang yang sama-sama berjumpa dengan Yesus,
namun dengan hati yang berbeda.
Simon, seorang Farisi, merasa diri benar dan meragukan Yesus.
Sedangkan seorang wanita pendosa datang dengan hati hancur, penuh penyesalan, dan berani menunjukkan kasihnya kepada Yesus.
Dari kisah ini kita akan belajar bahwa kasih yang lahir dari pertobatan membuka jalan menuju pengampunan.
Mari kita dengarkan sabda Tuhan dari Injil Lukas Bab 7, Ayat 36 sampai 50.

Inilah Injil Suci menurut Lukas:
[Bacaan Injil - Lukas 7:36-50]
Demikianlah sabda Tuhan.
________________________________________
*Renungan*:
Para Pendengar setia Daily Fresh Juice yang dikasihi Tuhan,
Bacaan Injil hari ini mengisahkan dua orang yang berjumpa dengan Yesus.
Yang pertama, Simon seorang Farisi, mengundang Yesus makan di rumahnya,
mungkin karena ingin tahu siapa Yesus, atau sekadar ingin menguji-Nya.
Namun dari sikap dan pikirannya,
jelas terlihat bahwa ia tidak sungguh percaya kepada Yesus.
Simon bahkan sempat meragukan Yesus,
"Kalau benar nabi, masak Ia tidak tahu kalau wanita itu seorang pendosa?"

Yang kedua, seorang wanita yang terkenal berdosa.
Ia datang setelah mendengar Yesus ada di rumah itu.
Pasti ia sudah lama mendengar tentang Yesus, lalu hatinya tersentuh,
penuh penyesalan, dan memutuskan datang untuk memohon ampun.
Ia tidak banyak bicara.
Air matanya jatuh membasahi kaki Yesus, lalu disekanya dengan rambutnya,
dan diurapinya dengan minyak wangi.
Tindakannya menunjukkan kasih yang lahir dari penyesalan dan iman.

Yesus lalu menegaskan,
"Dosanya yang banyak telah diampuni, karena ia telah banyak berbuat kasih." [Luk 7:47]

Di sini kita boleh memetik pelajaran, bahwa pengampunan bukan diperoleh dengan menghitung-hitung antara dosa dan kebaikan, seakan hutang-piutang.
Pengampunan lahir dari pertobatan yang tulus, yang diungkapkan dengan kasih.

Para Pendengar setia Daily Fresh Juice yang dikasihi Tuhan,
Saya merasakan hal yang sama.
Sebagai manusia, saya sering jatuh dalam dosa.
Kadang saya bertanya dalam hati, apakah semudah itu dosa saya diampuni?
Apakah cukup dengan mengaku dosa lalu selesai?
Namun sabda Yesus ini menguatkan hati saya:
kalau saya sungguh menyesal dan datang kepada-Nya, Ia akan mengampuni.
Dan setelah itu, yang perlu saya lakukan adalah berbuat kasih.
Ternyata berbuat kasih itu justru menyenangkan, walau terkadang mesti berkorban, tapi karena kasih yang dilandasi oleh Roh Kudus
maka tidak terasa lagi sebagai beban, melainkan sebagai sukacita.

Namun ada satu hal yang sering terjadi dalam hidup kita:
manusia cenderung merasa diri benar.
Kita mudah mencari-cari kesalahan orang lain,
bahkan merasa berhak menghakimi seperti Simon, si Farisi itu.
Orang yang merasa diri benar biasanya tidak merasa perlu memohon ampun,
sebab ia menganggap dirinya tidak bersalah.
Sikap seperti ini membuatnya semakin jauh dari Tuhan
dan kehilangan kesempatan untuk menerima pengampunan.
Ada juga orang yang sebenarnya sadar akan dosanya,
tetapi menunda-nunda datang kepada Tuhan.
Akibatnya, bisa saja saat ajal menjemput, masih ada dosa yang belum diampuni
dan tak ada lagi kesempatan untuk bertobat atau berbuat kasih.

Karena itu, marilah kita sering-sering memeriksa hati dan batin kita.
Kalau masih ada dosa yang melekat, jangan menunda lagi.
Bergegaslah datang kepada Tuhan, mohon ampunan-Nya,
dan tunjukkan pertobatan itu melalui kasih nyata dalam hidup sehari-hari.
Amin.

Marilah kita berdoa untuk menutup renungan kita hari ini.

Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus, Amin.
Tuhan Yesus yang penuh kasih,
kami bersyukur karena Engkau selalu membuka pintu pengampunan bagi siapa saja yang datang dengan hati yang menyesal. Ampunilah kelemahan dan dosa-dosa kami, agar kami dimampukan untuk hidup dalam kasih yang nyata setiap hari. Semoga Roh Kudus menuntun langkah kami supaya tidak menunda pertobatan, tidak merasa diri benar, tetapi rendah hati mencari wajah-Mu.
Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus,
Amin.
Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus, Amin.

Sampai jumpa bulan depan!



Peringatan Orang Kudus
Santo Yosef Cupertino, Pengaku Iman
Yosef lahir di Cupertino, Lecce, Italia Selatan pada tanggal 17 Juni 1603. Keluarganya miskin sesuai dengan pendapatan ayahnya sebagai seorang tukang sepatu. Namanya sejak kecil adalah Yosef Desa. Di sekolah ia terkenal bodoh dan lamban. Tugas-tugas sekolah yang paling mudah pun tak mampu diselesaikannya. Kesehatannya pun selalu terganggu hingga ia berusia 10 tahun. Meskipun begitu ia bercita-cita tinggi. Tuhan kiranya mempunyai rencana khusus atas dirinya dengan menganugerahkan kepadanya kemampuan ber-ekstase. Karena itu kawan­kawan sekolahnya menjuluki dia: "Si mulut ternganga" (kebiasaan orang berekstase).
Kesehatannya, yang selalu terganggu oleh berbagai penyakit, membuat ibunya hampir-hampir putus asa. Banyak uang dihabiskan untuk biaya perawatan. Suatu hari ibunya membawa dia kepada seorang pertapa yang tinggal tak jauh dari Kupertino, untuk meminta doa penyembuhan. Akhirnya berkat doa-doa sang pertapa dan iman ibunya, Yosef dapat sembuh dari penyakitnya.
Cita-citanya menjadi seorang biarawan mulai dipikirkannya lagi. Ia lebih tertarik pada cara hidup Santo Fransiskus Asisi dan bermaksud menjadi pengikutnya. Pada usia 17 tahun ia diterima dalam novisiat bruder-bruder Kapusin. Tetapi segera tampak bahwa Yosef adalah pemuda yang minder, bodoh, banyak melakukan kesalahan dalam tugasnya. Oleh karena itu setelah 8 bulan di dalam biara, Yosef dikeluarkan. Memang ia sedih namun tidak berputus asa. Ia tetap berusaha untuk meraih cita-citanya. Dengan pertolongan pamannya, seorang imam Konventual, ia diterima di dalam biara itu. Ia ditugaskan menjaga kuda-kuda di Grotela dan sesekali ditugaskan mengemis di kota untuk kepentingan biara. Tugas-tugas ini dilaksanakannya dengan sabar dan penuh tanggung jawab. Kehidupan doa tidak pernah dilupakannya. Lama-kelamaan ia mulai dikenal oleh seluruh penduduk kota dan rekan-rekannya sebiara sebagai seorang biarawan yang saleh. Oleh rekan-rekannya, Yosef dianggap sebagai teladan kesucian hidup. Melihat kemajuan hidup rohaninya yang besar, pimpinan biara mengizinkan dia memasuki masa novisiat dan selanjutnya mengizinkan dia mempersiapkan diri untuk menjadi imam. Berkat Tuhan menyertai dia. Pada ujian penghabisan, Yosef dinyatakan lulus dengan baik dan layak ditahbiskan menjadi imam, pada tahun 1628. Anehnya, walaupun Yosef sulit sekali membaca namun ia dapat memecahkan masalah teologi yang rumit-rumit. Rahmat Tuhan pun makin lama makin berlimpah. Ia dianugerahi karisma dapat terbang, mampu meramal dan menyembuhkan penyakit.
Ada suatu kejadian luar biasa yang disaksikan orang banyak: pada suatu hari, ia terbang di atas kepala orang-orang yang ada di dalam gereja dari pintu gereja sampai ke altar. Ia pernah terbang ke puncak pohon zaitun dan bergantung di situ sambil bermeditasi. Anehnya dahan pohon itu tidak melengkung sama sekali. Semuanya itu menarik minat banyak orang termasuk rekan-rekannya. Dengan sendirinya rumah biara selalu dikerumuni banyak orang untuk menemui Yosef. Oleh sebab itu, pemimpin biara memindahkan dia ke biara yang terpencil selama 35 tahun hingga wafatnya. Yosef meninggal di Osimo, Italia, pada tanggal 18 September 1663.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-09-17 Rabu.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXIV

Rabu, 17 September 2025

PF S. Robertus Bellarmino, Uskup dan Pujangga Gereja



Bacaan Pertama
1Tim 3:14-16

"Sungguh agunglah rahasia iman kita."

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Timotius:

Saudara terkasih, semuanya ini kutulis kepadamu,
walaupun aku berharap segera dapat mengunjungi engkau.

Maka, jika aku terlambat, engkau sudah tahu
bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah,
artinya jemaat Allah yang hidup,
tiang penopang dan dasar kebenaran.

Sungguh agunglah rahasia iman kita:
Kristus, yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia,
dibenarkan dalam Roh.
Ia menampakkan diri-Nya kepada malaikat-malaikat,
dan diberitakan di antara para bangsa yang tidak mengenal Allah.
Ia diimani di dunia dan diangkat dalam kemuliaan.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 111:1-2.3-4.5-6,R:2a

Refren: Agunglah karya Tuhan.

*Aku bersyukur kepada Tuhan dengan segenap hati,
dalam lingkungan orang-orang benar dan dalam jemaah.
Besar perbuatan-perbuatan Tuhan,
layak diselidiki oleh semua orang yang menyukainya.

*Agung dan bersemarak pekerjaan-Nya,
keadilan-Nya tetap untuk selama-lamanya.
Perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib dijadikan peringatan;
Tuhan itu pengasih dan penyayang.

*Kepada orang takwa diberikan-Nya rezeki,
selama-lamanya Ia ingat akan perjanjian-Nya.
Kekuatan perbuatan-Nya Ia tujukan kepada umat-Nya,
dengan memberikan kepada mereka milik pusaka para bangsa.



Bait Pengantar Injil
Yoh 6:64b.69b

Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah roh dan kehidupan.
Pada-Mulah sabda kehidupan kekal.



Bacaan Injil
Luk 7:31-35

"Hikmat Allah dibenarkan oleh orang yang menerimanya."

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Sekali peristiwa berkatalah Yesus kepada orang banyak,
"Dengan apakah akan Kuumpamakan orang-orang dari angkatan ini?
Mereka sama dengan anak-anak yang duduk di pasar dan berseru-seru,
'Kami meniup seruling bagimu, tetapi kalian tidak menari.
Kami menyanyikan kidung duka, tetapi kalian tidak menangis.'

Sebab ketika Yohanes Pembaptis datang,
dan ia tidak makan roti, dan tidak minum anggur,
kalian berkata, 'Ia kerasukan setan.'

Kemudian Anak Manusia datang,
Ia makan dan minum, dan kalian berkata,
'Lihatlah, seorang pelahap dan peminum,
sahabat pemungut cukai dan orang berdosa.'
Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Renungan hari ini dibawakan oleh Ibu Erna Kusuma:

Saudara-saudara terkasih dalam Yesus Kristus,
Bacaan Injil hari ini menyingkapkan betapa sering manusia menolak hikmat Allah.
Yesus menggambarkannya dengan perumpamaan:
"Kami meniup seruling, tetapi kamu tidak menari;
kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak menangis."
Seruan untuk bertobat, ajakan untuk bersukacita dalam Tuhan, seolah tak digubris.
Ada ketidakpekaan rohani:
hati yang tertutup sehingga tidak mau menyambut sapaan Allah.

Alih-alih menerima hikmat Allah, banyak orang justru sibuk mengkritik.
Yohanes Pembaptis yang hidup pantang, tidak makan roti dan tidak minum anggur, dicap kerasukan setan.
Sedangkan Yesus yang makan dan minum bersama orang-orang berdosa,
dicap "pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa."

Mereka selalu menemukan alasan untuk menolak, apa pun cara Allah menyapa.
Nampaknya memang tidak mudah membenarkan hikmat Allah.
Hikmat Allah itu kerap melampaui nalar manusia
dan sulit dipahami dengan logika semata.
Tetapi Yesus menegaskan, "Namun hikmat dibenarkan oleh semua anaknya."
Artinya,
hanya orang-orang yang rendah hati, yang mau membuka hati dan menerima,
yang akan melihat buah hikmat Allah dalam hidupnya.
Seperti dikatakan Kitab Suci:
"Takut akan Tuhan adalah permulaan hikmat" [Ams 9:10],
dan "hikmat dari atas itu murni,
pendamai, peramah, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik" [Yak 3:17].

Saya sendiri, ketika membaca Injil setiap hari,
sering tergoda untuk memilih-milih bacaan yang sesuai dengan keinginan hati.
Saya ingin bacaan yang sejalan dengan pikiran saya, yang mudah saya renungkan.
Tetapi ternyata tidak selalu demikian.
Ada saat-saat bacaan terasa berat, sulit saya terima,
bahkan seperti tidak nyambung dengan apa yang sedang saya alami.
Rasanya sulit "menari ketika seruling ditiup"
atau "menangis ketika lagu duka dinyanyikan."
Namun seiring berjalannya waktu,
dengan kesetiaan mendengarkan sabda Tuhan
melalui bacaan Injil harian dan renungan Daily Fresh Juice,
saya mulai belajar menerima kehendak Allah,
meski berbeda dengan kehendak saya.
Saya pun menyadari bahwa hikmat Allah itu bukan untuk memanjakan saya
atau membebaskan saya dari segala kesusahan duniawi,
melainkan mendidik dan membentuk saya supaya semakin menyerupai Allah.
Hikmat Allah melatih saya agar lebih dimampukan
menghadapi berbagai persoalan hidup dengan iman dan pengharapan yang teguh.

Maka marilah kita membuka hati bagi hikmat Allah.
Jangan sibuk mencari-cari alasan untuk menolak,
jangan menutup telinga atas sapaan kasih-Nya.
Biarkan sabda Allah menuntun kita, meski kadang melawan arus pikiran kita.
Sebab hanya dengan menerima hikmat Allah,
kita dimampukan menghasilkan buah yang baik,
dan hidup kita dibenarkan di hadapan-Nya.
Amin.



Peringatan Orang Kudus
Santo Robertus Bellarminus, Uskup dan Pujangga Gereja
Robertus Bellarminus lahir di Montepulciano, dekat Siena, Italia pada tanggal 4 Oktober 1542. Oleh ibunya, adik Sri Paus Marsellus II, Robertus memperoleh pendidikan dasar yang sangat baik. Di kolese Yesuit setempat, Robertus terkenal cerdas dan ramah. Semua guru dan kawannya senang padanya. Ia senang berorganisasi dan menghimpun kawan-kawannya untuk mendiskusikan berbagai persoalan penting. Sastera Latin sangat digemarinya sehingga kadang-kadang ia semalaman sibuk mengarang dan membaca.
Ayahnya menginginkan dia menjadi dokter agar kelak dapat merawat para raja dan pangeran. Semua angan-angan ayahnya seolah sirna seketika pada waktu dia menyatakan keinginannya untuk menjalani hidup membiara dalam Serikat Yesus. Dengan tegas ayahnya menolak cita-citanya itu. Sebaliknya ibunya sangat mendukung bahkan menghendaki agar kelima anaknya menjadi imam dalam Serikat Yesus. Dengan berbagai cara ayahnya menghalangi dia.
Robertus tetap tenang menghadapi ayahnya. "Aku rasa, tugas seorang imam pun tidak jauh berbeda dengan tugas seorang dokter. Bukankah banyak orang membutuhkan pertolongan seorang imam? Lihat! Betapa banyak orang yang terlantar jiwanya karena kekurangan imam," demikian kata-kata Robert kepada ayahnya. "Baiklah Robert, kalau itulah yang kaukehendaki. Ayah tidak bisa menghalang-halangi kehendak Tuhan atas dirimu," jawab ayahnya.
Pada tanggal 19 September 1560, Robertus meninggalkan Montepulciano menuju Roma. Ketika itu ia berumur 18 tahun. Setibanya di Roma, ia menghadapi Pater Laynez, Jenderal Serikat Yesus masa itu. Pater Laynez menerima dia dengan senang hati dalam pangkuan Serikat Yesus. Ia diizinkan menjalani masa novisiat bersama rekan-rekannya yang lain. Masa novisiat ini dipersingkat karena kepintaran dan kepribadiannya yang mengesankan. Ia lalu disuruh belajar Filsafat di Collegium Romanum di Roma selama tiga tahun, dan belajar Teologi di Universitas Padua selama dua tahun.
Karya imamatnya dimulai dengan mengajar Teologi di Universitas Louvain, Belgia. Di sini ia meningkatkan pengajaran bahasa Hibrani dan mempersiapkan perbaikan terjemahan Alkitab Vulgata. Dari Universitas ini pula, ia melancarkan perlawanan gencar terhadap ajaran Protestan dengan menerbitkan bukunya berjudul "Disputationes." Dari Louvain, Pater Robertus dipindahkan ke Collegium Romanum, alma maternya dahulu. Di sana ia diangkat menjadi pembimbing rohani, rektor sekaligus Provinsial Yesuit. Di kalangan istana kepausan, Robertus dikenal sebagai penolong dalam memecahkan berbagai persoalan iman dan soal-soal lain yang menyangkut keselamatan umum. Ia juga biasa dimintai nasehatnya oleh Sri Paus dan dipercayakan menangani perkara-perkara Gereja yang penting.
Menyaksikan semua prestasinya, Sri Paus Klemens VIII (1592-1605) mengangkatnya menjadi Kardinal pada tahun 1599 dan tak lama kemudian ia ditahbiskan menjadi Uskup Capua. Tugas baru ini dilaksanakannya dengan mengadakan kunjungan ke semua paroki yang ada di dalam keuskupannya. Tugas sebagai mahaguru ditinggalkannya. Masa kerja di Capua tidak terlalu lama, karena dipanggil oleh Paus Paulus V (1605-1621) ke Roma untuk menangani beberapa tugas yang penting bagi Gereja. Di sana ia mulai kembali menekuni kegemarannya menulis buku-buku rohani. Tahun-tahun terakhir hidupnya diisinya dengan menulis tafsiran Kitab Mazmur dan 'Ketujuh Sabda Terakhir Yesus' sebelum wafat di kayu salib. Dua buku katekismus yang dikarangnya sangat laris dan beredar luas di kalangan umat sebagai bahan pengajaran bagi para katekumen. Buku terakhir yang ditulisnya ialah 'Ars Moriendi' yang melukiskan persiapannya menghadapi kematiannya yang sudah dekat. Buku ini ditulis pada saat-saat terakhir hidupnya di novisiat St. Andreas di Roma.
Setelah membaktikan seluruh dirinya demi kepentingan Gereja, Robertus Bellarminus menghembuskan nafasnya terakhir pada tanggal 17 September 1621 di novisiat St. Andreas, Roma. Beliau dikenal luas sebagai seorang ahli teologi yang sangat gigih membela Gereja dan jabatan kepausan dalam kemelut zaman Reformasi Protestan. Ia hidup sederhana dan suci serta mempunyai pengaruh yang sangat besar. Ia dinyatakan sebagai 'Beato' oleh Paus Pius XI (1922-1939) pada tanggal 13 Mei 1923, dan sebagai 'Santo' pada tanggal 29 Juni 1930, lalu sebagai 'Pujangga Gereja' pada tanggal 17 September 1931.

Santa Hildegardis, Martir
Hildegardis lahir di Bockelheim, Jerman pada tahun 1098. Ia seorang biarawati Ordo Benediktin yang saleh, di bawah bimbingan Santa Yutta. Santa Yutta sendiri dikenal sebagai seorang rubiah dan penghimpun para wanita yang ingin bersemadi, hidup tenang dan banyak berdoa. Setelah Yutta meninggal dunia, Hildegradis menggantikannya sebagai pemimpin biara Benediktin di Diessenberg, dekat tempat kelahirannya. Pada tahun 1148 ia memindahkan biara itu ke Rupertsberg, dekat Bingen, Jerman. Sekalipun usianya mencapai 80 tahun, namun kesehatannya sangat rapuh: sering sakit dan sangat emosional.
Semenjak usia mudanya ia dianugerahi pengalaman rohani yang luar biasa: dapat meramalkan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi, mengalami berbagai penglihatan, dan banyak membuat mujizat. Biarawati Benediktin ini senantiasa mengajak orang lain agar mau merubah cara hidupnya, menerima penderitaan dan bersemangat tobat. Banyak orang datang kepadanya untuk meminta bimbingan rohani padanya: para bangsawan, uskup-uskup, rahib-rahib dan suster-suster. Meskipun demikian banyak pula orang yang bersikap sinis padanya. Mereka ini menganggap Hildegardis sebagai wanita yang tidak waras. Memang, Hildegardis adalah biarawati yang sungguh luar biasa pada Abad Pertengahan. Buah penanya sangat banyak. Biasanya ia mendiktekan pikiran-pikirannya kepada seorang biarawati pembantunya, yang kemudian mengalihbahasakannya ke dalam bahasa Latin. Salah satu bukunya ialah 'Scivias' (= Semoga Anda Tahu) yang berisi tentang berbagai pengalaman mistiknya. Buku yang lain berisi penjelasan tentang Injil, kehidupan rohani dan peraturan Santo Benediktus. Ia menulis juga mengenai ilmu pengetahuan alam, tentang tubuh manusia, penyakit serta obat-obatnya. Kisah Orang-orang Kudus tidak luput dari perhatiannya, sehingga ia bukukan juga. Ia menggubah syair, berbagai hymne dan musik.
Hildegardis selalu sibuk. Namun ia masih juga menyempatkan diri melakukan perjalanan keliling Jerman untuk memperingatkan para bangsawan, imam dan uskup tentang cara hidup mereka yang tidak sesuai dengan ajaran iman Kristen dan semangat Injil. Keprihatinannya terhadap keadaan Gereja yang bobrok mendorong dia rajin berkotbah di alun-alun. Orang-orang yang mendengar kotbahnya terpukau, insyaf lalu bertobat. Ia tak jemu jemunya menyurati para pemimpin seperti paus, kaisar, raja dan tokoh-tokoh masyarakat yang besar pengaruhnya, seperti misalnya Santo Bernardus Clairvaux. Hildegardis akhirnya meninggal dunia di Rupertsberg, Jerman pada tanggal 17 September 1179.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-09-16 Selasa.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXIV

Selasa, 16 September 2025

PW S. Kornelius, Paus, dan Siprianus, Uksup; Martir



Bacaan Pertama
1Tim 3:1-13

"Penilik jemaat haruslah seorang yang tak bercacat;
diakon haruslah orang yang memelihara rahasia iman
dalam hati nurani yang suci."

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Timotius:

Saudara terkasih, benarlah perkataan ini:
"Orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat,
menginginkan pekerjaan yang indah."
Karena itu penilik jemaat haruslah seorang yang tak bercacat,
suami dari seorang isteri saja.
Ia harus dapat menahan diri,
bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan,
dan cakap mengajar orang;
bukan peminum, bukan pemarah, melainkan peramah dan pendamai,
bukan hamba uang;
seorang kepala keluarga yang baik,
disegani dan dihormati oleh anak-anaknya.
Jika seseorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri,
bagaimana mungkin ia mengurus Jemaat Allah?
Janganlah ia seorang yang baru saja bertobat,
agar jangan menjadi sombong dan kena hukuman Iblis.
Hendaklah ia juga mempunyai nama baik di luar jemaat,
agar jangan digugat orang dan jatuh ke dalam jerat Iblis.

Demikian juga diakon-diakon:
haruslah orang terhormat,
jangan bercabang lidah, jangan penggemar anggur, jangan serakah,
melainkan orang yang memelihara rahasia iman
dalam hati nurani yang suci.
Mereka juga harus diuji dahulu,
dan baru ditetapkan dalam pelayanan ini
setelah ternyata mereka tak bercacat.
Demikian pula, para isteri mereka hendaklah orang terhormat,
jangan pemfitnah;
hendaklah dapat menahan diri dan dapat dipercaya dalam segala hal.
Diakon haruslah suami dari satu isteri
dan mengurus anak-anak serta keluarganya dengan baik.
Karena mereka yang melaksanakan tugas pelayanan dengan baik,
memperoleh kedudukan yang baik,
sehingga dalam iman akan Kristus Yesus
mereka dapat bersaksi dengan leluasa.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 101:1-2ab.2cd-3b.5.6,R:2b

Refren: Aku hendak hidup dalam ketulusan hati.

*Aku hendak menyanyikan kasih setia dan hukum,
aku hendak bermazmur bagi-Mu, ya Tuhan.
Aku hendak memperhatikan hidup yang tidak bercela:
Bilakah Engkau datang kepadaku?

*Aku hendak hidup dalam ketulusan hati
di dalam rumahku.
Tiada kutaruh di depan mataku perkara dursila;
perbuatan murtad aku benci.

*Orang yang sembunyi-sembunyi mengumpat temannya,
dia akan kubinasakan.
Orang yang sombong dan tinggi hati,
aku tidak suka.

*Mataku tertuju kepada orang-orang yang setiawan di negeri,
supaya mereka diam bersama-sama aku.
Orang yang hidup dengan cara yang tak bercela,
akan melayani aku.



Bait Pengantar Injil
Luk 7:16

Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita,
dan Allah mengunjungi umat-Nya.



Bacaan Injil
Luk 7:11-17

"Hai Pemuda, bangkitlah!"

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Pada suatu ketika pergilah Yesus ke sebuah kota bernama Nain.
Para murid serta banyak orang pergi bersama Dia.
Ketika Ia mendekati pintu gerbang kota,
ada orang mati diusung ke luar,
yaitu anak laki-laki tunggal seorang ibu yang sudah janda.
Banyak orang kota itu menyertai janda tersebut.

Melihat janda itu tergeraklah hati Tuhan oleh belas kasihan.
Lalu Tuhan berkata kepadanya, "Jangan menangis!"
Dihampiri-Nya usungan jenazah itu dan disentuh-Nya,
Maka para pengusung berhenti.
Tuhan berkata, "Hai Pemuda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!"
Maka bangunlah pemuda itu, duduk, dan mulai berbicara.
Yesus lalu menyerahkannya kepada ibunya.

Semua orang itu ketakutan,
dan mereka memuliakan Allah sambil berkata,
"Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita,"
dan "Allah telah mengunjungi umat-Nya."

Maka tersiarlah kabar tentang Yesus ke seluruh Yudea
dan ke seluruh daerah sekitarnya.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Renungan hari ini saya tujukan khusus bagi OMK, generasi emas Gereja dan bangsa, generasi yang dipanggil bukan untuk bermimpi, tetapi untuk bangkit, berkarya, dan menghadirkan kasih Allah dalam kehidupan nyata.

Pelaku firman selalu tergerak untuk berbuat baik tanpa menunggu diminta, selalu berinisiatif untuk menolong.
Hatinya mudah tersentuh oleh belas-kasihan, lalu bergegas memberi pertolongan tanpa menunda-nunda.

Ketika tiba di kota Nain, Yesus melihat iring-iringan orang mengusung jenazah.
Anak laki-laki tunggal dari seorang ibu yang sudah janda meninggal dunia.
Hati Yesus tergerak oleh belas-kasihan kepada sang ibu, bukan semata-mata kepada anak tunggal itu. Ibu yang sudah menjadi single-parent ini kehilangan satu-satunya harapan hidupnya.
Yesus membangkitkan anak muda itu bukanlah untuk menahan dia menuju Surga, melainkan memberi tugas baru: menjadi pelaku firman bagi ibunya, menjadi tanda kasih Allah yang nyata.

Sabda Yesus begitu kuat:
"Hai Pemuda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!" [Luk 7:14].
Kata-kata ini bukan hanya ditujukan kepada pemuda di Nain, tetapi juga kepada setiap pemuda dan pemudi zaman ini.
Yesus menghendaki kaum muda bangkit dari keterpurukan, dari rasa putus asa, dari sikap acuh tak acuh, dari rasa malas, bahkan dari kematian rohani.
Kebangkitan ini adalah panggilan untuk hidup baru—hidup yang penuh semangat, berpengharapan, dan siap berkarya.

Bacaan pertama hari ini mengingatkan tentang syarat hidup yang tak bercacat cela bagi para pelayan jemaat [1Tim 3:1-13].
Demikian pula kaum muda dipanggil untuk menata hidupnya dengan kesucian, disiplin, kesetiaan, serta kesiapan melayani.
Maka ketika Yesus berkata, "Bangkitlah!", sejatinya Ia mengundang OMK untuk bangkit menjadi generasi yang tangguh, penuh belas kasih, dan siap mengambil peran nyata dalam kehidupan Gereja dan masyarakat.

Lalu, apa kontribusi nyata yang bisa dilakukan OMK?
Apakah dengan turun ke jalan berteriak-teriak menuntut ini dan itu?
Nabi Yesaya telah menubuatkan tentang Yesus: "Ia tidak akan berteriak atau menyaringkan suara, atau memperdengarkan suaranya di jalan" [Yes 42:2].
Yesus mengubah dunia bukan dengan teriakan, melainkan dengan teladan hidup, kelembutan hati, dan kuasa kasih yang nyata.

OMK dipanggil bukan pertama-tama untuk berteriak, melainkan untuk menampilkan wajah Kristus dalam hidup sehari-hari: dengan setia hadir dalam Ekaristi dan aktif melayani di lingkungan maupun paroki; dengan belajar sungguh-sungguh, mengasah talenta, dan menjadi pribadi yang berkualitas untuk masa depan bangsa; dengan ikut terlibat dalam kegiatan sosial, peduli kepada yang miskin, lemah, sakit, dan tersisih; dengan menjaga etika di media sosial, menggunakan teknologi untuk mewartakan kebaikan, bukan menyebar kebencian; dengan berani berkata benar, tetapi tetap dengan cara yang santun, penuh kasih, dan membangun.

Jangan biarkan orang mengatakan bahwa kalian menyembah gadget sebagai pengganti Allah Bapa kita.
Jangan biarkan orang menuduh kalian kurang tahan banting, mudah menyerah, cepat stres, seolah-olah kalian adalah "generasi tempe".

Jangan biarkan orang menilai kalian hanya mementingkan diri sendiri, "gue banget", tunjukkan bahwa kalian memiliki solidaritas sosial yang sama, bahkan lebih besar daripada generasi sebelum kalian.
Tunjukkan pula bahwa gaya komunikasi kalian yang lugas dan egaliter bukan berarti kalian tak tahu tata krama, sebab Yesus sendiri bersabda: "Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak" [Mat 5:37].

Jangan biarkan orang menilai kalian sebagai generasi yang cepat bosan, tidak sabar, tidak loyal, terlalu idealis tetapi kurang realistis.
Kalian bukanlah generasi yang lemah terhadap arus digitalisasi, bukan generasi yang jauh dari kehidupan beragama.
Kalian juga bukan generasi yang lebih mendahulukan sains dan teknologi daripada iman.

Maka, hai OMK, bangkitlah! Tunjukkan jati diri kalian yang sejati. Buktikan bahwa di tengah dunia yang salah kaprah menilai kalian, justru ada wajah Kristus yang hidup dan nyata melalui kalian.
Amin.



Peringatan Orang Kudus
Santo Kornelius, Paus dan Martir
Sepeninggal Paus Fabianus pada tahun 250, Takhta Suci mengalami kekosongan kepemimpinan. Masalah-masalah yang menyelimuti Gereja terus saja meningkat. Akhirnya pada 25 Maret 251 kekosongan itu terisi lagi oleh terpilihnya Kornelius sebagai paus.
Kornelius lahir kira-kira pada awal abad ke-3 di Roma. Ia seorang imam yang saleh dan bijaksana. Namun kepilihannya sebagai paus tidak menyelesaikan semua masalah yang melanda Gereja. Gereja terus saja dirongrong baik dari luar maupun dari dalam. Pihak kekaisaran terus melancarkan aksi penganiayaan yang mengakibatkan banyak orang Kristen murtad dari imannya. Dalam tubuh Gereja sendiri, banyak imam baik di Roma maupun di Afrika bersikap keras terhadap orang­orang yang murtad itu. Di bawah kendali Novatianus, imam-imam itu mengajarkan bahwa tak seorang pun yang telah menyangkal imannya dapat diterima kembali dalam persekutuan Gereja Kristus, kendatipun mereka membayarnya dengan sesal dan tobat yang mendalam serta denda yang besar. Ajaran ini dimaksudkan untuk melindungi tata tertib Gereja, namun secara tidak sadar justru bertentangan dengan asas-asas Injil Kristus.
Terhadap ajaran Novatianus, Paus Kornelius tidak segan-segan bertindak. Ia segera memanggil semua uskup untuk mengadakan konsili guna membahas ajaran dan sikap Novatianus dkk demi tegaknya kemurnian ajaran Injil suci. Semua uskup yang hadir dalam konsili itu mengutuk ajaran Novatianus dan mencapnya sebagai bidaah. Hal itu didasarkan pada sikap Kristus sendiri yang datang bukan untuk memanggil orang-orang yang saleh melainkan untuk memanggil orang-orang berdosa.
Sepeninggal Kaisar Gayus Decius, keadaan Gereja bertambah genting. Kaisar baru Gayus Vibius Trebunianus Gallus terus melanjutkan pengejaran terhadap umat Kristen. Atas perintahnya, Paus Kornelius ditangkap pada tahun 253 dan dibuang ke Civita Vecchia, sebelah utara kota Roma. Dari tempat pembuangannya, Kornelius tetap menyurati sahabatnya Siprianus, Uskup Kartago untuk meneguhkan hatinya dalam memimpin umatnya.
Akhirnya Kornelius meninggal dunia di tempat pembuangannya sebagai akibat dari penderitaan hebat yang dialaminya. Jenazahnya dibawa kembali ke Roma dan dimakamkan di pekuburan Santo Kallistus.

Beato Viktor III, Paus
Viktor III lahir di Benevento, Italia pada tahun 1026/1027.  Mulanya ia masuk biara Santa Sophia di Benevento, Italia dan mendapat nama Desiderius. Kemudian ia masuk Ordo Benediktin di Monte Casino. Ia dikenal sebagai seorang rahib yang saleh dan bijaksana. Oleh karena itu pada tahun 1085, ia diangkat menjadi pemimpin biara (= Abbas) Monte Casino. Setahun kemudian ia ditahbiskan menjadi imam kardinal. Sebagai Abbas, ia berusaha memperbaiki kembali gereja biara Monte Casino dan membaharui disiplin hidup para Benediktin di dalam biara itu. Kecuali itu, ia berusaha menciptakan kedamaian bagi orang-orang Normandia.
Pada bulan Mei 1086, Desiderius diminta menjadi paus. Dengan rendah hati, ia menolak jabatan mulia itu karena merasa diri tidak layak. Namun ia dipaksa untuk menjadi paus demi kelanjutan kepemimpinan di dalam Gereja Kristus. Ia akhirnya menerima juga jabatan mulia itu dan mulai mengenakan pakaian kebesaran sebagai paus. Tetapi pada waktu itu, ia tidak bisa dengan leluasa memimpin Gereja karena situasi di dalam Gereja penuh dengan pertikaian antar berbagai pihak. Pertikaian itu memuncak dengan hadirnya Guibertus dari Ravenna sebagai paus tandingan dengan nama Klemens III. Demi menghindari pertikaian yang semakin besar, Desiderius tidak berdiam di Roma sebagaimana mestinya seorang paus. Ia pergi ke biaranya di Monte Casino. Di sana ia meletakkan lencana kepausan.
Setelah orang-orang Normandia berhasil mengusir Klemens III dari Roma, barulah dia datang ke Roma untuk memimpin Gereja Kristus. Di sana ia dilantik secara resmi menjadi paus dengan nama Viktor III. Ia memimpin Gereja Kristus dari tahun 1086 sampai tahun 1087.
Sumbangan terbesar Paus Viktor III ialah melancarkan Perang Salib untuk mengusir orang-orang Muslim dari Tanah Suci. Serdadu-serdadunya tidak saja memaksa orang-orang Muslim dari Tunis membayar upeti kepada Takhta Suci di Roma tetapi juga membebaskan para budak belian yang beragama Kristen dari penguasaan orang-orang Muslim. Paus Viktor III meninggal dunia di Monte Casino pada tanggal16 September 1087.

Santa Eufemia, Perawan dan Martir
Eufemia berarti 'yang mempunyai nama baik'. Perawan dan martir suci ini dibunuh pada abad ke-4 pada masa pemerintahan Kaisar Diokletianus. Ia meninggal dunia karena imannya di Kalsedon setelah dimangsa oleh binatang-binatang buas dalam suatu pertunjukan. Sebuah gereja indah didirikan di Kalsedon untuk menghormati Santa Eufemia. Nama Eufemia semakin harum di dalam Gereja, karena Konsili Kalsedon yang besar itu diselenggarakan di dalam gereja Santa Eufemia itu.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-09-15 Senin.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXIV

Senin, 15 September 2025

PW S.P. Maria Berdukacita



Bacaan Pertama
1Kor 12:31-13:13

"Sekarang tinggal iman, harapan dan kasih,
namun yang paling besar di antaranya ialah kasih."

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus:

Saudara-saudara,
berusahalah memperoleh karunia-karunia yang paling utama.
Dan aku menunjukkan kepadamu jalan yang lebih utama lagi.
Sekalipun aku dapat berbicara dalam semua bahasa manusia dan malaikat,
tetapi jika aku tidak mempunyai kasih,
aku seperti gong yang bergaung atau canang yang gemerincing.
Sekalipun aku mempunyai karunia bernubuat
dan aku mengetahui segala rahasia
serta memiliki seluruh pengetahuan;
sekalipun aku memiliki iman sempurna untuk memindahkan gunung,
tetapi jika tidak mempunyai kasih,
aku sama sekali tidak berguna.

Sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku,
bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar,
tetapi jika aku tidak mempunyai kasih,
sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.

Kasih itu sabar, murah hati dan tidak cemburu.
Kasih itu tidak memegahkan diri,
tidak sombong dan tidak bertindak kurang sopan.
Kasih itu tidak mencari keuntungan diri sendiri,
tidak cepat marah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
Kasih tidak bersukacita atas kelaliman, tetapi atas kebenaran.
Kasih menutupi segala sesuatu, percaya akan segala sesuatu,
mengharapkan segala sesuatu,
sabar menanggung segala sesuatu.

Kasih tidak berkesudahan.
Nubuat akan berakhir, bahasa roh akan berhenti,
dan pengetahuan akan lenyap.
Sebab pengetahuan kita tidak lengkap,
dan nubuat kita tidak sempurna.
Tetapi jika yang sempurna tiba,
hilanglah yang tidak sempurna itu.

Ketika masih kanak-kanak, aku berbicara seperti kanak-kanak,
merasa seperti kanak-kanak, dan berpikir seperti kanak-kanak pula.
Tetapi sekarang, setelah menjadi dewasa,
aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.
Sekarang kita melihat gambaran samar-samar seperti dalam cermin,
tetapi nanti dari muka ke muka.
Sekarang aku mengenal secara tidak sempurna,
tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna,
sebagaimana aku sendiri dikenal.

Demikianlah tinggal ketiga hal ini: iman, harapan dan kasih;
dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.

Demikianlah sabda Tuhan.

atau BACAAN LAIN:
[Ibr 5:7-9]

"Kristus telah belajar menjadi taat,
dan Ia menjadi pokok keselamatan abadi."

Pembacaan dari Surat Kepada Orang Ibrani:

Saudara-saudara,
dalam hidup-Nya sebagai manusia,
Kristus telah mempersembahkan doa dan permohonan
dengan ratap tangis dan keluhan
kepada Dia yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut.
Dan karena kesalehan-Nya, Ia telah didengarkan.
Akan tetapi, sekalipun Anak Allah,
Yesus telah belajar menjadi taat;
dan ini ternyata dari apa yang telah diderita-Nya.
Dan sesudah mencapai kesempurnaan,
Ia menjadi pokok keselamatan abadi
bagi semua orang yang taat kepada-Nya.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 31:2-3a.3b-4.5-6.15-16.20,R:17b

Refren: Terpujilah Tuhan,
sebab Ia telah mendengarkan doa permohonanku.

*Pada-Mu, ya Tuhan, aku berlindung,
janganlah sekali-kali aku mendapat malu.
Luputkanlah aku oleh karena keadilan-Mu,
sendengkanlah telinga-Mu kepadaku,
bersegeralah melepaskan daku.

*Jadilah bagiku gunung batu tempat berlindung,
dan kubu pertahanan untuk menyelamatkan daku!
Sebab Engkaulah bukit batu dan pertahananku;
oleh karena nama-Mu Engkau akan menuntun
dan membimbing aku.

*Engkau akan mengeluarkan aku dari jaring
yang dipasang orang terhadap aku,
sebab Engkaulah tempat perlindunganku.
Ke dalam tangan-Mulah kuserahkan nyawaku;
sudilah membebaskan aku, ya Tuhan, Allah yang setia.

*Tetapi aku, kepada-Mu, ya Tuhan, aku percaya,
aku berkata "Engkaulah Allahku!"
Masa hidupku ada dalam tangan-Mu,
lepaskanlah aku dari tangan musuh-musuhku
dan bebaskanlah aku dari tangan orang-orang yang mengejarku.

*Alangkah limpahnya kebaikan-Mu
yang telah Kausimpan bagi orang yang takwa kepada-Mu,
yang telah Kaulakukan di hadapan manusia
bagi orang yang berlindung pada-Mu!



Bait Pengantar Injil
Yoh 3:16

Begitu besar kasih Allah kepada dunia,
sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal.
Setiap orang yang percaya akan Dia, memiliki hidup abadi.



Bacaan Injil
Yoh 19:25-27

"Inilah anakmu! - Inilah ibumu!"

Inilah Injil Suci menurut Yohanes:

Waktu Yesus bergantung di salib,
didekat salib itu berdirilah ibu Yesus
dan saudara ibu Yesus,
Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena.
Ketika Yesus melihat ibu-Nya
dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya,
berkatalah Ia kepada ibu-Nya,
"Ibu, inilah, anakmu!"
Kemudian kata-Nya kepada murid-Nya,
"Inilah ibumu!"
Dan sejak saat itu murid itu menerima ibu Yesus di dalam rumahnya.

Demikianlah sabda Tuhan.

ATAU BACAAN LAIN:
Luk 2:33-35

"Suatu Pedang akan menembus jiwamu sendiri"

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Ketika Maria dan Yusuf mempersembahkan Anak Yesus di Bait Suci,
mereka amat heran
mendengar pernyataan Simeon tentang Anak Yesus.
Lalu Simeon memberkati mereka,
dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu,
"Sesungguhnya Anak ini ditentukan
untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang Israel
dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan
-- dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri --
supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Hari ini Gereja memperingati Santa Perawan Maria Berdukacita, yang juga dikenal dengan sebutan *Mater Dolorosa*. Dalam tradisi iman Katolik, kedukaan Bunda Maria dikenang sebagai *tujuh kedukaan*, mulai dari nubuat Simeon di Bait Allah, pelarian ke Mesir, Yesus yang hilang di Yerusalem, perjumpaan di jalan salib, sampai saat Maria berdiri di kaki salib dan akhirnya menyaksikan Yesus dimakamkan. Semua peristiwa itu memperlihatkan betapa Maria sungguh-sungguh ikut ambil bagian dalam penderitaan Puteranya.

Bacaan Injil hari ini menampilkan Bunda Maria berdiri di bawah kaki salib, menyaksikan dengan mata dan hatinya penderitaan Anak yang dikasihinya. Dari salib, Yesus bersabda kepada Maria: "Ibu, inilah anakmu!" dan kepada murid yang dikasihi-Nya: "Inilah ibumu!" [Yoh 19:26-27]. Dengan sabda itu, Yesus bukan hanya mempercayakan Maria kepada Yohanes, tetapi juga menghadiahkan Maria kepada seluruh Gereja. Maria yang pernah menanggung kedukaan karena Puteranya, kini menjadi Ibu bagi semua murid Kristus yang berziarah dalam dunia penuh duka dan pergulatan.

Bacaan Pertama dari surat Rasul Paulus mengingatkan kita akan jalan yang paling utama, yaitu kasih [1Kor 12:31-13:13]. Segala hal, entah karunia nubuat, ilmu, bahkan iman yang memindahkan gunung, semuanya sia-sia tanpa kasih. Kasihlah yang menjadi dasar dari segala ketaatan dan pengorbanan sejati. Maria berdukacita bukan hanya karena ia seorang ibu yang kehilangan anak, tetapi karena kasihnya yang murni dan sempurna kepada Allah. Kasih itu membuatnya tetap setia berdiri di kaki salib, tidak meninggalkan Yesus dalam penderitaan-Nya.

Di sinilah kita diajak untuk bercermin. Mengapa kita menaati perintah Tuhan? Apakah hanya karena takut dihukum, atau supaya tampak baik di mata orang lain? Atau karena kasih, yang membuat kita rela taat dan berkorban, bahkan dalam situasi sulit? Yesus adalah teladan ketaatan yang sempurna—meskipun Ia bisa saja menghindari salib, Ia tetap memilih untuk taat demi kasih kepada Bapa dan keselamatan kita. Maria pun memberi teladan ketaatan penuh kasih, yang membuatnya tidak goyah meski harus menanggung tujuh kedukaan.

Marilah kita belajar dari Yesus dan Maria: bahwa ketaatan yang sejati lahir dari kasih. Kasih itulah yang membuat kita tetap taat dalam penderitaan, tetap setia dalam pengorbanan, dan tetap berharap sekalipun dalam kesusahan. Semoga kita mampu meneladani Maria, yang berdukacita namun tetap penuh kasih, dan Yesus, yang taat sampai wafat di kayu salib.



Peringatan Orang Kudus
Santa Katarina Fieschi dari Genoa, Janda
Di antara sekian banyak wanita kudus yang menyandang nama Katarina, Katarina Fieschi patut diberi julukan "Pencinta Jiwa-jiwa di Api Penyucian." Katarina berasal dari sebuah keluarga bangsawan kaya raya. Ia cantik sekali dan berpendirian tegas.
Pada umur 13 tahun, ia masuk sebuah ordo yang keras sekali aturannya. Permohonannya ditolak karena umurnya dianggap belum memenuhi syarat. Tiga tahun kemudian, ia menikah dengan Yuliano Adorno, pemuda kebanggaan orangtuanya.
Awal perkawinan mereka tidak begitu bahagia. Yuliano, acuh tak acuh dan sering tidak menghiraukannya. Lima tahun lamanya, ia menanggung penderitaan batin yang luar biasa karena ulah suaminya Yuliano. Tetapi ia menanggung semuanya itu dengan sabar dan tawakal. Secara ekonomi mereka tidak kekurangan apa pun karena harta warisan orangtuanya berlimpah-limpah. Ia hidup berfoya-foya dan menikmati kesenangan duniawi yang tak ada taranya. Namun batinnya tidak tenteram.
Pada usia 36 tahun, ia melepaskan semua kesenangan duniawi itu dan bertobat. Ia mulai lebih banyak berdoa untuk memohon bimbingan Tuhan. Suaminya Yuliano pun ikut bertobat. Keduanya mulai mengenyam suatu hidup yang bahagia dalam cinta dan cita-cita yang luhur untuk mengabdi Tuhan. Mereka pindah ke sebuah rumah yang sederhana dan berkarya di sebuah rumah sakit secara cuma-cuma.
Yuliano meninggal dunia pada tahun 1497. Katarina dengan tekun melanjutkan karya amal itu sambil tetap menjalin hubungan dengan Tuhan dengan doa dan matiraga. Tuhan memperhatikan hambanya dan memberinya banyak karunia istimewa dan kehidupan mistik yang tinggi. Perhatiannya yang lebih besar dicurahkan kepada jiwa-jiwa di api penyucian karena ia berpendapat bahwa penderitaan mereka jauh lebih besar mengingat mereka dianggap belum berkenan kepada Tuhan secara sempurna. Katarina Fieschi meninggal dunia pada tahun 1510.

Maria, Mater Dolorosa
Hari ini juga Gereja mengenangkan 'Kedukaan Santa Perawan Maria'. Banyak sekali penderitaan yang dialami Maria sepanjang perjalanan hidupnya bersama Yesus, Anaknya dalam karya agung penyelamatan umat manusia dari dosa. Maria menyertai Yesus hingga akhir hayatNya di bawah kaki salib. Oleh karena itu Gereja menamai Maria 'Mater Dolorosa', Bunda Dukacita, dan 'Ratu para Martir'.
Seluruh penderitaan Maria diringkas Gereja dalam 7 jenis kedukaan yang diambil dari 7 peristiwa berikut ini:
1. Kedukaan sewaktu Simeon meramalkan apa yang akan terjadi atas diri Yesus, Anaknya sewaktu ia bersama Yusuf mempersembahkan Yesus di Bait Allah.
2. Kedukaan yang dialaminya sewaktu pengungsian ke Mesir.
3. Kedukaan sewaktu ia bersama Yusuf mencari Yesus di Yerusalem.
4. Kedukaan sewaktu bertemu dengan Yesus di jalan salib.
5. Kedukaan sewaktu Yesus disalib dan wafat.
6. Kedukaan sewaktu Yesus dibaringkan di pangkuannya.
7. Kedukaan sewaktu Yesus dimakamkan.
Maria menanggung semua penderitaan itu dengan tabah dan penuh iman karena ia sendiri telah mengatakan dengan bebas kepada malaekat Allah: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu."

Santo Nikomedes, Martir
Sangat sedikit keterangan tentang riwayat Nikomedes, meskipun Gereja menghormatinya sebagai martir Kristus dan kepadanya dipersembahkan sebuah Gereja di Via Nomeritana.
Konon beliau adalah seorang imam di Roma pada masa pemerintahan Kaisar Domisianus. Ia dipenggal kepalanya karena menguburkan jenazah Santa Felicula. Jenazahnya sendiri dimakamkan di gereja Santa Praksedis di Roma.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-09-14 Minggu

Liturgia Verbi (C-I)
Pesta Pemuliaan Salib Suci

Minggu, 14 September 2025



Bacaan Pertama
Bil 21:4-9

"Setiap orang yang dipagut ular,
jika memandang ular tembaga,
ia akan tetap hidup."

Pembacaan dari Kitab Bilangan:

Ketika umat Israel berangkat dari Gunung Hor,
mereka berjalan ke arah Laut Teberau
untuk mengelilingi tanah Edom.
Bangsa itu tidak dapat menahan hati di tengah jalan.
Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa,
"Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir?
Supaya kami mati di padang gurun ini?
Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air!
Kami telah muak akan makanan hambar ini!

Lalu Tuhan menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu,
yang memagut mereka,
sehingga banyak dari orang Israel itu mati.
Kemudian datanglah bangsa itu mendapatkan Musa dan berkata,
"Kami telah berdosa,
sebab kami berkata-kata melawan Tuhan dan engkau;
berdoalah kepada Tuhan,
supaya dijauhkan-Nya ular-ular ini dari pada kami."

Lalu Musa berdoa untuk bangsa itu.
Maka berfirmanlah Tuhan kepada Musa,
"Buatlah ular tedung dan taruhlah pada sebuah tiang;
maka setiap orang yang terpagut ular,
jika ia memandangnya, akan tetap hidup."

Lalu Musa membuat ular tembaga
dan menaruhnya pada sebuah tiang.
Maka jika seseorang dipagut ular,
dan ia memandang kepada ular tembaga itu,
tetaplah ia hidup.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 78:1-2.34-35.36-37.38,R:7b

Refren: Jangan  melupakan perbuatan-perbuatan Allah.

*Dengarkanlah pengajaranku, hai bangsaku,
sendengkanlah telingamu kepada ucapan mulutku.
Aku mau membuka mulut untuk mengatakan amsal,
aku mau menuturkan hikmah dari zaman purbakala.

*Ketika Allah membunuh mereka, maka mereka mencari Dia;
mereka berbalik dan mendambakan Allah;
mereka teringat bahwa Allah adalah gunung batu mereka,
dan bahwa Allah Yang Mahatinggi adalah Penebus mereka.

*Tetapi mulut mereka tidak dapat dipercaya,
dan dengan lidah mereka membohongi Allah.
Hati mereka tidak berpaut pada-Nya,
dan mereka tidak setia pada perjanjian-Nya.

*Akan tetapi Allah itu penyayang!
Ia mengampuni kesalahan mereka
dan tidak memusnahkan mereka;
banyak kali Ia menahan amarah-Nya,
dan tidak membangkitkan keberangan-Nya.



Bacaan Kedua
Flp 2:6-11

"Yesus merendahkan diri,
maka Allah sangat meninggikan Dia."

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus
kepada Jemaat di Filipi:

Saudara-saudara,
Yesus Kristus, walaupun dalam rupa Allah,
tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu
sebagai milik yang harus dipertahankan,
Sebaliknya Ia telah mengosongkan diri,
mengambil rupa seorang hamba,
dan menjadi sama dengan manusia.
Dan dalam keadaan sebagai manusia,
Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai wafat,
bahkan sampai wafat di kayu salib.
Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia,
dan menganugerahi-Nya nama di atas segala nama,
supaya dalam nama Yesus
bertekuk-lututlah segala yang ada di langit,
dan yang ada di atas serta di bawah bumi,
dan bagi kemuliaan Allah Bapa
segala lidah mengakui "Yesus Kristus adalah Tuhan."

Demikianlah sabda Tuhan.



Bait Pengantar Injil


Ya Kristus, kami menyembah dan memuji Dikau,
sebab dengan salib-Mu Engkau telah menebus dunia.



Bacaan Injil
Yoh 3:13-17

"Anak Manusia harus ditinggikan."

Inilah Injil Suci menurut Yohanes:

Dalam percakapan-Nya dengan Nikodemus, Yesus berkata,
"Tidak ada seorang pun yang telah naik ke surga,
selain Dia yang telah turun dari surga,
yaitu Anak Manusia.

Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun,
demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan,
supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya
beroleh hidup yang kekal.
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini,
sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal,
supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa,
melainkan beroleh hidup yang kekal.
Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia
bukan untuk menghakimi dunia,
melainkan untuk menyelamatkannya"

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Hari ini Injil mengajak kita menatap paradoks kemuliaan: "ditinggikan"-Nya Yesus bukan pertama-tama di takhta duniawi, melainkan di kayu salib. Yesus berkata kepada Nikodemus, "Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal."  [Yoh 3:14-15] Kata "ditinggikan" memuat dua makna sekaligus: diangkat di salib dan dimuliakan oleh Bapa. Salib bukan akhir kisah, melainkan jalan menuju kemuliaan dan sumber hidup baru.

Gambaran ini langsung terhubung dengan kisah Musa dan ular tembaga di padang gurun. Ketika bangsa Israel digigit ular dan "bisa" kematian menjalar, Tuhan memerintahkan Musa membuat ular tembaga dan meninggikannya; siapa pun yang memandangnya akan tetap hidup.  [Bil 21:8-9] Ular tembaga itu bukan jimat, melainkan tanda yang menunjuk kepada inisiatif Allah yang menyelamatkan. Demikian pula salib: bukan sekadar simbol, melainkan tanda puncak kasih Allah yang menyelamatkan kita di dalam Kristus. "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal…"  [Yoh 3:16] Menatap salib berarti menatap kasih yang lebih besar daripada dosa, luka, dan maut.

Bacaan Kedua menyingkap jalan yang ditempuh Yesus untuk "ditinggikan". Kristus "mengosongkan diri-Nya" dan "taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib."  [Flp 2:6-8] Karena ketaatan dan kasih-Nya yang total, "Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama."  [Flp 2:9-11] Inilah hukum Kerajaan Allah: kerendahan hati mendahului kemuliaan; penyerahan diri mendahului kemenangan; salib mendahului kebangkitan.

Apa artinya bagi kita hari ini? Pertama, akui "bisa" yang sedang bekerja di dalam hidup kita: kepahitan, iri, dendam, kecanduan, kelekatan yang tidak sehat, kesombongan rohani yang halus. Israel selamat bukan karena menekan rasa sakit, melainkan karena menaikkan pandangan kepada tanda keselamatan yang Tuhan berikan. Kita pun dipanggil untuk berhenti menatap diri dan dosa, lalu mengangkat pandangan kepada Yesus yang ditinggikan—percaya, berserah, dan membiarkan Dia menyembuhkan.

Kedua, izinkan "logika salib" membentuk cara kita mengasihi. Kasih Allah yang "memberi" Putra-Nya  [Yoh 3:16] memanggil kita keluar dari orbit diri: mengosongkan diri, merendah, dan taat seperti Kristus. Di keluarga, ini berarti memilih mengampuni ketika disakiti, berinisiatif meminta maaf ketika bersalah, dan setia merawat mereka yang lemah tanpa banyak bicara. Di pekerjaan, ini berarti melayani lebih dulu ketimbang menuntut dihormati; memilih kejujuran ketika jalan pintas tampak menggiurkan. Di komunitas, ini berarti merangkul yang tersingkir dan tidak menaruh "bisa" kebencian di ruang-ruang percakapan kita.

Ketiga, "meninggikan" Kristus secara nyata dalam keseharian. Kita meninggikan Dia ketika doa dan sabda-Nya menjadi rujukan pertama, bukan terakhir. Kita meninggikan Dia ketika salib kecil sehari-hari—lelah, salah paham, kegagalan—kita terima sebagai kesempatan bersatu dengan ketaatan-Nya. Kita meninggikan Dia ketika keputusan-keputusan kita diukur dengan pertanyaan sederhana: Apakah ini memuliakan Kristus atau memuliakan egoku?

Akhirnya, Injil hari ini bukan sekadar ajakan memandangi salib, tetapi undangan untuk masuk ke dalam daya salib. Sama seperti orang Israel yang "memandang" lalu hidup  [Bil 21:9], kita pun "percaya" dan hidup—artinya, menerima kasih yang menyelamatkan dan membiarkan kasih itu membentuk kita menjadi manusia baru. Dan ketika kita mengangkat Kristus dalam hidup pribadi dan keluarga, Ia sendirilah yang akan menarik banyak orang datang kepada-Nya, sebab "Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal."  [Yoh 3:14-15]

Semoga hari ini kita berani memilih jalan Kristus: merendah bersama-Nya, taat bersama-Nya, dan dimuliakan bersama-Nya—sebab di bawah terang salib, racun dosa kehilangan kuasanya, dan hidup Allah mengalir deras bagi dunia.



Peringatan Orang Kudus
Pesta Salib Suci
Konon ketika raja Persia menaklukkan Tanah Suci dan menduduki Yerusalem, ia merampas Salib Yesus dan membawanya ke Persia. Tetapi tidak lama kemudian ketika Kaisar Romawi Heraklius mengalahkan Persia, Salib Tuhan itu dikembalikan atas tuntutannya. Heraklius sendiri memikul Salib Tuhan itu hingga ke puncak Golgotha. Pada abad ke­empat, Salib itu ditemukan oleh Santa Helena, ibu Kaisar Konstantinus Agung. Sebuah gereja dibangun di sana sebagai penghormatan terhadap Salib Tuhan itu.
Hari ini Gereja merayakan pesta Salib Suci. Pemuliaan Salib Tuhan ini dikaitkan dengan penemuannya oleh Santa Helena. Lebih dari itu pesta ini lebih merupakan ungkapan iman Gereja terhadap Salib Yesus sebagai jalan keselamatan.

Santo Yohanes Gabriel Dufresse, Martin
Yohanes lahir pada tahun 1750. Ia adalah seorang misionaris di Tiongkok, yang terkenal sangat giat mewartakan Injil di sana hingga ditangkap dan dibuang oleh penguasa negeri itu. Meskipun demikian ia secara diam-diam kembali lagi ke sana dan kemudian diangkat menjadi Uskup. Ia berhasil memimpin misi Szechuan sampai ketahuan dan dipenggal kepalanya pada tahun 1815.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/