Liturgia Verbi 2025-07-01 Selasa.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XIII

Selasa, 1 Juli 2025

Ujud Gereja Universal: Belajar berdiskresi.
Semoga kita dapat belajar kembali bagaimana berdiskresi, untuk mengetahui bagaimana memilih jalan hidup dan menolak segala hal yang menjauhkan kita dari Kristus dan Injil.

Ujud Gereja Indonesia: Koperasi dan credit union.
Semoga bara api solidaritas tetap menyala dalam hati para anggota koperasi dan credit union sehingga gerakan kooperatif semakin mampu menjadi penggerak ekonomi yang berkeadilan.



Bacaan Pertama
Kej 19:15-29

"Tuhan menurunkan hujan belerang dan api ke atas Sodom dan Gomora."

Pembacaan dari Kitab Kejadian:

Pada suatu pagi, di saat fajar menyingsing
dua malaikat Tuhan mendesak Lot, agar segera berangkat, katanya,
"Bangunlah, bawalah isterimu dan kedua anakmu yang ada di sini,
supaya engkau jangan sampai mati lenyap
karena kedurjanaan kota ini."
Ketika Lot berlambat-lambat,
maka tangannya, tangan isteri dan kedua anaknya
dipegang oleh kedua orang itu,
sebab Tuhan hendak mengasihani dia.
Lalu kedua orang itu menuntunnya ke luar kota
dan melepaskannya di sana.

Kemudian berkatalah salah seorang dari mereka,
"Larilah, selamatkanlah dirimu.
Janganlah menoleh ke belakang,
dan janganlah berhenti di mana pun di Lembah Yordan.
Larilah ke pegunungan, supaya engkau jangan mati binasa."

Kata Lot kepada mereka, "Janganlah kiranya demikian, Tuanku.
Sungguh,
hambamu ini telah dikaruniai belas kasihan di hadapanmu,
dan Tuanku telah berbuat kemurahan besar kepadaku
dengan memelihara hidupku.
Tetapi jika aku harus lari ke pegunungan,
aku pasti tersusul oleh bencana itu,
sehingga matilah aku.
Lihatlah di sana ada kota yang cukup dekat,
kota itu kecil!
Izinkanlah aku lari ke sana. Bukankah kota itu kecil?
Jika demikian, nyawaku akan terpelihara."

Sahut malaikat itu kepadanya,
"Baiklah, permintaanmu ini pun kukabulkan.
Kota yang kau sebut itu takkan kujungkirbalikkan!
Cepatlah, larilah ke sana,
sebab aku tidak dapat berbuat apa-apa,
sebelum engkau sampai ke sana."
Itulah sebabnya nama kota itu disebut Zoar.
Matahari telah terbit menyinari bumi, ketika Lot tiba di Zoar.
Kemudian Tuhan menurunkan hujan belerang dan api dari langit atas Sodom dan Gomora.
Api itu berasal dari Tuhan.
Tuhan menunggangbalikkan kota-kota itu,
dan seluruh Lembah Yordan
serta semua penduduk kota dan tumbuh-tumbuhan di ladang.
Tetapi isteri Lot yang berjalan di belakang suaminya,
menoleh ke belakang,
lalu berubahlah ia menjadi tiang garam.

Pagi-pagi Abraham pergi ke tempat ia berdiri di hadapan Tuhan.
Ia memandang ke arah Sodom dan Gomora
serta ke seluruh tanah Lembah Yordan.
Maka dilihatnya asap dari bumi membumbung ke atas
sebagai asap dari dapur peleburan.
Pada waktu Allah memusnahkan kota-kota di Lembah Yordan
dan menunggangbalikkan kota-kota kediaman Lot,
Allah ingat akan Abraham,
sehingga Ia menyelamatkan Lot
dari tengah-tengah tempat yang ditunggangbalikkan-Nya itu.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 26:2-3.9-10.11-12,R:3a

Refren: Ya Tuhan, mataku tertuju kepada kasih setia-Mu.

*Ujilah aku, ya Tuhan, dan cobalah aku;
selidikilah batinku dan hatiku.
Sebab mataku tertuju pada kasih setia-Mu,
dan aku hidup dalam kebenaran-Mu.

*Janganlah mencabut nyawaku bersama-sama orang berdosa,
atau memotong hidupku bersama-sama penumpah darah,
yang pada tangannya melekat perbuatan mesum,
dan tangan kanannya menerima suapan.

*Tetapi aku ini hidup dalam ketulusan;
bebaskanlah aku dan kasihilah aku.
Kakiku berdiri di tanah yang rata;
aku mau memuji Tuhan dalam jemaat.



Bait Pengantar Injil
Mzm 129:5

Aku menanti-nantikan Tuhan,
Jiwaku mengharapkan sabda-Nya.



Bacaan Injil
Mat 8:23-27

"Yesus bangun, menghardik angin dan danau,
maka danau menjadi teduh sekali."

Inilah Injil Suci menurut Matius:

Pada suatu hari Yesus naik ke dalam perahu,
dan murid-murid-Nya mengikuti Dia.
Sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu,
sehingga perahu ditimbus gelombang.
Tetapi Yesus tidur.
Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia, katanya,
"Tuhan, tolonglah, kita binasa!"

Yesus berkata kepada mereka,
"Mengapa kalian takut, hai orang yang kurang percaya!"
Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau.
Maka danau menjadi teduh sekali.
Dan heranlah orang-orang itu, katanya,
"Orang apakah Dia ini,
sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?"

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Salah satu syarat utama untuk memenuhi panggilan mengikuti Yesus adalah *iman*. Bacaan Injil hari ini menegaskan hal itu melalui peristiwa angin ribut yang mengamuk ketika Yesus dan para murid-Nya berada dalam perahu di danau.

Para murid dilanda ketakutan. Mereka cemas akan celaka, bahkan mungkin meninggal dunia. Sementara itu, Yesus justru tertidur. Dalam kepanikan, mereka membangunkan-Nya dan berseru, "Tuhan, tolonglah, kita binasa!" Mungkin dalam hati mereka juga bertanya-tanya, bagaimana bisa Yesus tidur dalam keadaan segenting ini?

Situasi ini terasa begitu dekat dengan pengalaman hidup kita. Ketika hidup dilanda badai masalah, saat kita merasa berada di ambang kehancuran, kita berdoa, kita memohon pertolongan. Tapi yang kita rasakan, Tuhan seperti diam saja, tidak merespons, seakan-akan sedang tertidur.

Dalam situasi semacam ini, seringkali iman kita mulai goyah. Kita tidak lagi mampu berpikir jernih. Kita lupa siapa Yesus itu. Kita lupa bahwa Yesus adalah Tuhan yang berkuasa atas angin, atas badai, atas segala kekuatan alam dan bahkan atas maut sekalipun. Kalau begitu, bagaimana mungkin angin ribut dapat mencelakai Dia?

Yesus menegur para murid, "Mengapa kalian takut, hai orang yang kurang percaya!" Lalu Ia menghardik angin dan danau, danau pun menjadi teduh kembali.

Iman adalah syarat mutlak bagi hadirnya anugerah dan kuasa Tuhan dalam hidup kita. Tak mengapa bila iman kita masih kecil. Tapi iman kecil itu harus kita pelihara agar bertumbuh. Yesus sendiri berkata, "Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu" [Mat 17:20b].

Jika iman kecil saja bisa memindahkan gunung, apalagi sekadar menenangkan badai dalam hidup kita—badai masalah, badai kekhawatiran, badai rasa takut. Karena itu, jangan biarkan iman kita mati oleh ketakutan. Teruslah memelihara iman itu, biarkan ia tumbuh dan menjadi kuat, agar kita mampu tetap tenang sekalipun sedang berada di tengah badai.

Bacaan pertama dari Kejadian 19 mengisahkan tentang Lot dan keluarganya yang diselamatkan dari kehancuran kota Sodom. Seperti para murid dalam perahu, Lot juga mengalami situasi genting. Ia harus segera meninggalkan segalanya dan tidak menoleh ke belakang. Ini pun menuntut iman. Sayangnya, istrinya tidak mampu melangkah dalam iman, ia menoleh dan menjadi tiang garam.

Kita belajar hari ini bahwa iman tidak hanya menyelamatkan kita dari badai, tetapi juga membimbing kita keluar dari kehancuran, asalkan kita mau taat, percaya, dan tidak menoleh ke belakang.

Marilah kita memelihara iman yang setia kepada Tuhan, bukan hanya dalam tenang, tetapi juga dalam badai kehidupan.



Peringatan Orang Kudus
Hari Raya Darah Yesus Yang Mahakudus
Hari Raya Darah Yesus Yang Mahakudus mau mengarahkan hati kita kepada makna peristiwa "Sengsara Kristus", yang diwarnai dengan pertumpahan DarahNya yang kudus demi keselamatan umat manusia. Seluruh umat diajak untuk merenungkan tentang mahalnya harga bayaran yang harus ditanggung oleh Kristus, sekaligus tentang rahasia cinta kasihNya demi penebusan dosa umat manusia. Akhirnya umat juga diajak bersyukur dan berterima kasih kepada Kristus atas kerelaanNya untuk menderita demi keselamatan umat manusia.
Dalam doa sesudah komuni, Gereja berdoa: "Kami menimba air dari Sumber Penyelamat kami dengan sukacita. Kami mohon, moga­moga darahMu menjadi bagi kami sumber air yang memancarkan kehidupan yang kekal".
Pesta ini diresmikan oleh Sri Paus Pius IX (1846-1878), sebagai tanda syukur atas peristiwa kembalinya Sri Paus ke Roma setelah pemberontakan dikalahkan. Ketika Paus Yohanes XXIII naik takhta, beliau tidak saja meningkatkan pesta ini menjadi satu hari raya Gereja, tetapi juga menunjukkan devosi yang besar kepada Darah Yesus yang Maha­kudus itu.

Harun, Imam Agung Israel
Harun atau Aaron dari suku Levi adalah kakak nabi Musa dan Imam Agung pertama bani Israel. Ia dikenal sebagai orang yang pandai bicara. la ditentukan Allah untuk membantu Musa dalam tugasnya membebaskan bangsa Israel dari cengkeraman penindasan Firaun di Mesir. Ia diangkat Allah menjadi Imam Agung ketika bangsa Israel masih berada di Mesir (Kel 4:14-16).
Tugasnya sebagai pendamping Musa adiknya dilaksanakannya dengan baik. la tampil sebagai juru bicara Musa setiap kali mereka menghadap Firaun untuk menuntut pembebasan bangsa Israel (Kel 7:1-2). Selanjutnya setelah bangsa Israel diizinkan meninggalkan Mesir, Harun tetap setia mendampingi Musa untuk membimbing bangsa itu dalam perjalanan menuju Sinai, tempat mereka mempersembahkan korban kepada Yahweh. Di Sinai, sesuai perintah Tuhan, Harun mendapat kesempatan istimewa untuk melihat Tuhan di atas gunung Sinai bersama Musa, Nadab dan Abihu serta tujuhpuluh orang dari tua-tua Israel (Kel 24:9-10).
Kemudian karena Musa sangat lama tinggal di atas gunung, bangsa Israel mendesak Harun untuk menciptakan bagi mereka allah lain dalam bentuk patung lembu emas untuk disembah (Kel 32:1-6; 21-24). Seperti Musa, Harun tidak diperkenankan memasuki Tanah Terjanji Kanaan karena ketidakpercayaannya kepada Tuhan di sumber air Meriba (Bil 20:7-13).

Beato Oliver Plunkett, Martir
Oliver Plunkett lahir di Loughcrew, County Meath, Irlandia pada tahun 1629. Pendidikan imamatnya berlangsung di Roma di bawah bimbingan pamannya yang telah menjadi imam. Pada tahun 1654, ia ditahbiskan menjadi imam. Karya imamatnya dimulai dengan mengajar teologi di Kolese Penyebaran Iman di Roma. Putra kelahiran Irlandia ini menjadi seorang imam yang pandai sekali dalam mengajar. Di Roma ia mewakili Uskup-uskup Irlandia di Takhta Suci. Pada tanggal 9 Juli 1669, Oliver diangkat menjadi Uskup Agung Armagh dan Primat Irlandia.
Dalam jabatannya itu Oliver terbukti menjadi seorang pemimpin Gereja yang patut diteladani. Dalam 4 tahun karyanya sebagai uskup, ia telah berhasil mempermandikan 48.000 orang menjadi Katolik. Jumlah ini menunjukkan suatu prestasi yang menakjubkan sekali dalam situasi penganiayaan terhadap umat Katolik Irlandia saat itu.
Selain giat dalam bidang pewartaan Injil dan Katekese, ia juga giat mengembangkan pendidikan Katolik, mengadakan sinode-sinode untuk mengatur hidup Gereja dan pengembangan iman umat, menahbiskan sejumlah imam dan mengawasi kegiatan imam-imamnya. Pimpinan Gereja Protestan mulai bersahabat dengan Gereja Katolik pada masa kepemimpinan Uskup Oliver Plunkett.
Disamping kegemilangan yang diraihnya, ada pula banyak tantangan terhadap karyanya. la terpaksa tinggal di suatu tempat persembunyian tatkala aksi perlawanan terhadap Gereja Katolik semakin menjadi­jadi. Pada bulan Desember 1678 Uskup Oliver ditangkap dan dipenjarakan karena tuduhan-tuduhan palsu dari Titus Oates. Titus menuduh Oliver mengorganisir para imam Yesuit untuk melancarkan perlawanan terhadap Raja Charles II. Karena tuduhan ini, Oliver dihadapkan ke pengadilan Irlandia pada tahun 1680. Pengadilan tidak berhasil menghukumnya karena tuduhan itu tidak benar. Oliver kemudian diadili lagi untuk kedua kalinya di hadapan pengadilan Inggris dengan tuduhan pengkhianatan. la dituduh membiayai suatu ekspedisi militer Prancis untuk menyerang Irlandia. Oliver yang merasa tidak melakukan hal itu dengan tegas menolak tuduhan itu. Tetapi pihak pengadilan menjatuhkan juga hukuman atas diri Oliver tanpa ampun.
Uskup Oliver Plunkett adalah tokoh Katolik terakhir yang mati digantung di Inggris karena imannya dan perjuangannya menyebarkan iman Katolik. Kematiannya pada tanggal 11 Juli 1681 menandai akhir suatu abad penganiayaan terhadap Umat Katolik di Inggris.

Santo Teodorikus, Abbas
Teodorikus lahir di Menancourt, dekat Rheims, Prancis Selatan pada pertengahan abad V. Ketika menanjak dewasa, ia dipaksa mengawini seorang gadis yang disenangi oleh keluarganya. Teodorikus, karena rasa hormatnya yang tinggi kepada orang-tuanya, mengikuti saja keinginan mereka.
Tetapi setelah baberapa lama hidup bersama wanita itu sebagai suami-istri, dengan izinan istrinya, Teodorikus meninggalkan keluarganya dan menjadi seorang calon imam di Rheims. Santo Remigius, uskup kota itu, menahbiskan dia menjadi imam dan mengangkatnya sebagai pemimpin komunitas biara Mont d'Or (= Gunung Emas) di Champagne.
Di bawah kepemimpinannya, biara Mont d'Or menjadi sebuah pusat kegiatan keagamaan yang terkenal. Banyak orang yang berkunjung ke biara itu diteguhkan imannya setelah mendengar kotbah-kotbah Teodorikus. Setelah kematiannya pada tahun 533, penghormatan kepada Teodorikus tersebar ke seluruh negeri Prancis. Santo Teodorikus disebut juga dengan nama Santo Thierry.

Santo Pambo, Pertapa
Semenjak masa mudanya Pambo mengasingkan diri ke sebuah tempat pertapaan di gurun pasir Mesir. Hidupnya keras, sederhana dan serba kekurangan. Karena dia tidak pandai membaca, ia berguru pada seorang pertapa lain dalam hal membaca dan menghafal ayat-ayat Mazmur. Selain tidak pandai membaca, Pambo pun dikenal sebagai pertapa yang tidak suka banyak bicara. Namun ia dikenal sebagai pembimbing rohani yang disenangi.
Apabila orang mamintai nasehat dan bimbingan mengenai sesuatu soal kerohanian, Pambo selalu meminta waktu lebih dahulu untuk merenung dan berdoa. Maksudnya agar dia bisa memberi jawaban yang benar dan memuaskan sesuai dengan kehendak Allah.  Santo Athanasius, Uskup Aleksandria, yang kagum akan kesalehan hidup Pambo, mengundang dia ke Aleksandria untuk memberi kesaksian tentang keallahan Kristus, berhadapan dengan ajaran sesat Arianisme yang merajalela di kalangran umat.
Kepada rekan-rekannya, Pambo mengatakan "Berpuasa dan memberi derma dari hasil keringat sendiri amatlah mulia, namun itu belumlah cukup untuk menjadi seorang rahib yang berkenan kepada Allah". Pambo meninggal dunia pada tahun 390.

Santo Simeon Salos, Pengaku Iman
Simeon dijuluki 'Si Gila' (= ho Salos; Yun.) sebab setelah bertapa selama 29 tahun di gurun dekat Laut Mati dan pulang ke Homs (Siria), ia bertingkah seperti orang gila. Maksudnya supaya ia dianggap hina dan dapat berkawan dengan orang-orang yang paling dikucilkan oleh masyarakat (gelandangan, orang lumpuh, pelacur, dll). Sikap seperti ini masih dihargai dan ditiru oleh sementara biarawan di Rusia.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-06-30 Senin.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XIII

Senin, 30 Juni 2025

PF Para Martir Pertama Umat di Roma



Bacaan Pertama
Kej 18:16-33

"Apakah Engkau akan membinasakan orang saleh
bersama dengan orang jahat?"

Pembacaan dari Kitab Kejadian:

Setelah Abraham diberi janji oleh Tuhan,
maka berangkatlah ketiga tamunya.
Mereka mengarahkan pandangannya ke Sodom,
dan Abraham mengantarkan mereka.
Berpikirlah Tuhan,
"Apakah Aku akan menyembunyikan kepada Abraham
apa yang akan Kulakukan ini?
Bukankah sesungguhnya Abraham akan menjadi bangsa yang besar
serta berkuasa,
dan oleh dia segala bangsa di atas bumi akan mendapat berkat?
Sebab Aku telah memilih dia,
supaya ia memerintahkan kepada anak-anak dan keturunannya,
agar tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan Tuhan,
dengan melakukan kebenaran dan keadilan,
dan agar Tuhan memenuhi kepada Abraham
apa yang dijanjikan-Nya kepadanya."

Maka bersabdalah Tuhan,
"Sesungguhnya, banyak keluh kesah orang
tentang Sodom dan Gomora,
dan sesungguhnya sangat beratlah dosanya.
Baiklah Aku turun untuk melihat,
apakah benar-benar mereka telah berkelakuan
seperti keluh kesah orang yang telah sampai kepada-Ku atau tidak;
Aku hendak mengetahuinya."
Lalu berpalinglah orang-orang itu dari situ dan berjalan ke Sodom,
tetapi Abraham masih tetap berdiri di hadapan Tuhan.
Abraham datang mendekat dan berkata,
"Apakah Engkau akan membinasakan orang benar
bersama-sama dengan orang jahat?
Bagaimana sekiranya ada lima puluh orang benar dalam kota itu?
Apakah Engkau akan membinasakan tempat itu?
Tidakkah Engkau mengampuninya demi kelima puluh orang benar
yang ada di dalamnya itu?
Jauhlah kiranya daripada-Mu untuk berbuat demikian,
membunuh orang benar bersama dengan orang jahat,
sehingga orang benar itu seolah-olah sama dengan orang jahat!
Jauhkanlah kiranya yang demikian daripada-Mu!
Masakan Hakim segenap bumi tidak menghukum dengan adil?"
Tuhan bersabda,
"Jika Kudapati lima puluh orang benar dalam kota Sodom,
Aku akan mengampuni seluruh tempat itu demi mereka."

Abraham menyahut,
"Sesungguhnya aku telah memberanikan diri berkata kepada Tuhan,
walaupun aku debu dan abu.
Sekiranya kurang lima orang dari kelima puluh orang benar itu,
apakah Engkau akan memusnahkan seluruh kota itu
karena yang lima itu?"
Tuhan bersabda, "Aku takkan memusnahkannya,
jika Kudapati empat puluh lima di sana."

Lagi Abraham melanjutkan perkataannya,
"Sekiranya empat puluh didapati di sana?"
Sabda Tuhan,
"Aku takkan berbuat demikian demi yang empat puluh itu."
Kata Abraham,
"Janganlah kiranya Tuhan murka kalau aku berkata sekali lagi.
Sekiranya tiga puluh didapati di sana?"
Sabda Tuhan,
"Aku takkan berbuat demikian jika Kudapati tiga puluh di sana."
Kata Abraham lagi,
"Sesungguhnya aku telah memberanikan diri
berkata kepada Tuhan.
Sekiranya dua puluh didapati di sana?"
Sabda Tuhan,
"Aku takkan memusnahkannya demi yang dua puluh itu."
Kata Abraham, "Janganlah kiranya Tuhan murka,
kalau aku berkata lagi sekali ini saja.
Sekiranya sepuluh didapati di sana?"
Jawab Tuhan,
"Aku takkan memusnahkannya demi yang sepuluh itu."
Lalu pergilah Tuhan, setelah Ia selesai bersabda kepada Abraham.
Dan kembalilah Abraham ke tempat tinggalnya.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 103:1-2.3-4.8-9.10-11,R:8a

Refren: Tuhan itu pengasih dan penyayang.

*Pujilah Tuhan, hai jiwaku!
Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku!
Pujilah Tuhan, hai jiwaku,
janganlah lupa akan segala kebaikan-Nya!

*Dialah yang mengampuni segala kesalahanmu,
yang menyembuhkan segala penyakitmu!
Dialah yang menebus hidupmu dari liang kubur,
dan memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat!

*Tuhan adalah pengasih dan penyayang,
panjang sabar dan berlimpah kasih setia.
Tidak terus menerus Ia murka,
dan tidak untuk selamanya Ia mendendam.

*Tidak pernah Ia memperlakukan kita setimpal dengan dosa kita,
atau membalas kita setimpal dengan kesalahan kita.
Setinggi langit dari bumi,
demikian besarnya kasih setia Tuhan
atas orang-orang yang takut akan Dia!



Bait Pengantar Injil
Mzm 95:8ab

Hari ini janganlah bertegar hati,
tetapi dengarkanlah suara Tuhan.



Bacaan Injil
Mat 8:18-22

"Ikutilah Aku."

Inilah Injil Suci menurut Matius:

Pada suatu hari banyak orang mengerumuni Yesus.
Melihat hal itu Yesus menyuruh bertolak ke seberang.
Lalu datanglah seorang ahli Taurat dan berkata kepada-Nya,
"Guru, aku akan mengikuti Engkau, ke mana saja Engkau pergi."

Yesus berkata kepadanya,
"Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang,
tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat
untuk meletakkan kepala-Nya."
Seorang lain, yaitu salah seorang murid-Nya, berkata kepada-Nya,
"Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku."
Tetapi Yesus berkata kepadanya,
"Ikutilah Aku,
dan biarlah orang-orang mati menguburkan
orang-orang mati mereka."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Renungan hari ini dibawakan oleh Ib Erna Kusuma untuk *The Power of Word*.

*"Menjawab Panggilan-Nya"*

Oleh Erna Kusuma

*Doa Pembukaan:*
Ya Allah Bapa di surga, kami bersyukur atas kesempatan yang Kau berikan kepada kami untuk terus belajar menjadi lebih baik. Semoga kami mampu mendengarkan sabda-Mu, meresapinya dalam hati, dan menjadikannya panduan bagi setiap langkah hidup kami.
Oleh karenanya, bersabdalah ya Tuhan, kami telah menantikannya.
Amin.

*Renungan:*
Bapak-Ibu dan Saudara-saudara yang terkasih dalam Yesus Kristus,
Dalam Bacaan Injil hari ini, Yesus menanggapi seorang ahli Taurat yang dengan penuh semangat berkata: "Guru, aku akan mengikuti Engkau ke mana saja Engkau pergi."
Sebuah pernyataan yang luar biasa.
Mengapa luar biasa?
Karena tidak banyak ahli Taurat yang bersikap seperti ini.
Sebagian besar dari mereka justru menolak Yesus,
bahkan berusaha menjatuhkan-Nya.

Namun Yesus tidak langsung memuji atau menerimanya begitu saja.
Sebaliknya, Yesus malahan menjawab:
"Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang,
tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya."
Jawaban ini bukan untuk menolak, tetapi sebagai peringatan,
bahwa mengikuti Yesus bukan perkara mudah.
Ini bukan perjalanan yang menjanjikan kenyamanan duniawi,
melainkan tentang penyangkalan diri dan memikul salib.

Yesus tidak punya tempat untuk meletakkan kepala-Nya,
artinya Dia hidup dalam pengembaraan, penuh ketidakpastian,
dan siap menderita demi pewartaan Kerajaan Allah.
Maka, orang yang hendak mengikuti-Nya
harus sungguh-sungguh siap secara batin dan berani meninggalkan zona nyaman.

Kemudian ketika seseorang yang lain berkata kepada Yesus:
"Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku."
Permintaan yang terdengar wajar dan manusiawi.
Namun Yesus menanggapi dengan tegas:
"Ikutlah Aku, biarlah orang-orang mati menguburkan orang mati mereka."

Ini bukan ajakan untuk menjadi anak durhaka,
melainkan ajakan untuk menaruh panggilan Tuhan di tempat pertama,
di atas segalanya—termasuk ikatan keluarga dan kewajiban sosial.

Bukankah sering kali kita juga memiliki seribu satu alasan
untuk menunda panggilan Tuhan?
"Aku ikut Tuhan nanti saja kalau sudah pensiun."
"Atau setelah anak-anak besar."
"Atau setelah kondisi keuangan stabil."
Dan akhirnya, kita malah tidak pernah benar-benar menjawab panggilan itu.
Padahal, sebagaimana Abraham dalam Bacaan Pertama hari ini [Kej 18:16-33],
ketika Tuhan memanggil dan berbicara kepadanya,
Abraham menyambut dengan rendah hati dan percaya diri.
Bahkan ia berani berdialog dengan Tuhan
demi menyelamatkan orang-orang benar di Sodom.
Sikap Abraham ini menunjukkan kedekatan dan keberanian dalam iman—
suatu relasi yang dibangun dari mendengar dan menanggapi panggilan Tuhan,
bukan dari alasan-alasan yang dibuat-buat.

Bapak-Ibu dan Saudara-saudara yang terkasih dalam Yesus Kristus,
Panggilan Yesus bukan hanya untuk menjadi pastor atau suster.
Sebagian besar dari kita dipanggil untuk menjadi murid-Nya
dalam kehidupan sehari-hari:
sebagai orangtua yang mendidik anak-anak dalam iman,
sebagai pekerja yang jujur,
sebagai tetangga yang peduli,
sebagai warga yang berkeadilan.

Marilah kita belajar dari ahli Taurat yang berani menyatakan niat mengikuti Yesus, tetapi juga menyadari konsekuensinya.
Marilah kita menanggalkan alasan-alasan yang menunda.
Karena pada akhirnya, Yesus telah memilih kita lebih dulu, seperti yang ditulis pada Injil Yohanes  15 Ayat 16, maka yang perlu kita lakukan hanyalah merespon panggilan itu dengan tulus dan total.
Amin.

Marilah kita berdoa.

*Doa Penutup:*
Allah Bapa yang Mahabaik,
ajarilah kami untuk berani menanggapi panggilan-Mu tanpa menunda-nunda. Jauhkanlah kami dari alasan-alasan duniawi yang membuat kami ragu atau takut. Berilah kami iman yang teguh seperti Abraham,
dan semangat yang menyala seperti para murid-Mu.
Kami mohon semua ini dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami.
Amin.

Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus, Amin.



Peringatan Orang Kudus
Santo Bertrandus, Uskup dan Pengaku Iman
Bertrandus adalah seorang imam abad keenam. Ia lahir pada tahun 553. Keluarganya tergolong kaya raya. la dikenal sebagai seorang imam yang pemurah: ia menghadiahkan beberapa bidang tanah warisannya kepada Gereja dan kepada orang-orang miskin.
Ia ditahbiskan imam di Paris dan kemudian dipilih menjadi pemimpin sebuah sekolah. Pada tanun 587, ia dipilih menjadi Uskup di Le Mans, sobuah kota kecil yang dihuni orang-orang Prancis.
Ketika pertentangan politik antara kaum Neustria (Prancis Barat) dan kaum Austrasia (Perancis Timur) terjadi, Bertrandus diusir dari takhta keuskupannya selama beberapa tahun. Kemudian Raja Clotaire II dari kelompok Neustria memanggilnya kembali untuk memimpin keuskupan.
Dari tuan-tuan tanah yang kaya, Bertrandus menerima sejumlah besar tanah untuk kepentingan Gereja. Tanah-tanah ini dimanfaatkannya untuk membangun gereja dan biara, dan sebuah rumah penginapan untuk para peziarah. Bertrandus meninggal dunia pada tahun 625, pada usia 70 tahun.

Santo Theobaldus, Pertapa
Theobaldus lahir pada tahun 1017 di Provins, Prancis, dari sebuah keluarga bangsawan. Semasa mudanya, ia banyak membaca buku-buku tentang kehidupan Santo Yohanes Pemandi dan riwayat hidup orang­orang kudus lainnya. Bacaan-bacaan ini menimbulkan dalam hatinya benih panggilan Allah untuk menjalani hdup seperti orang-orang kudus itu. la sungguh mengagumi cara hidup dan perjuangan para kudus untuk meraih kesempurnaan hidup Kristiani.
Terdorong hasrat besar untuk meniru cara hidup para kudus itu, ia meninggalkan rumah mereka pada tahun 1054 tanpa sepengetahuan orang-tuanya. Ia pergi ke Luxemburg. Di sana ia bekerja sepanjang hari di hutan Petingen sebagai pembakar arang bagi tetangga-tetangganya yang bekerja sebagai tukang besi. Sementara itu, ia terus menjalani hidup doa dan tapa secara diam-diam.
Ketika semua orang tahu akan kesucian hidup Theobaldus, banyak orang datang untuk menjadi muridnya. Ia lalu mengasingkan diri ke Salanigo untuk menjalani hidup tapa. Tetapi ia diikuti oleh orang-orang yang tertarik untuk mendapat bimbingannya. la kemudian ditahbiskan menjadi imam agar lebih pantas menjalankan tugas-tugas misioner.
Pada tanggal 30 Juni 1066, Theobaldus meninggal dunia karena terserang penyakit yang berbahaya. Ia digelari 'kudus' oleh Paus Aleksander II pada tahun 1073.

Santa Giacinta Marescotti, Pengaku Iman
Giacinta lahir di Vignarello, Italia pada tahun 1585 dari sebuah keluarga bangsawan. Ia dididik di biara suster-suster Fransiskan. Seorang kakaknya sudah menjadi suster di biara ini.  Semasa kecilnya Giacinta dikenal sebagai anak yang baik namun ia kemudian bertingkah laku jelek ketika adik bungsunya lebih dahulu menikah (dengan Marquis Cassizuchi). Dia tersinggung karena merasa dilangkahi oleh adiknya. Sifat baiknya merosot, sebaliknya ia menjadi seorang pendendam di dalam keluarganya. Ia memutuskan masuk biara sekedar iseng-iseng. la masuk Ordo Ketiga Santo Fransiskus di Viterbo dengan mengambil nama Giacinta. Sekalipun sudah menjadi seorang suster, namun ia tidak melepaskan cara hidup foyanya dengan harta keluarganya; selama 10 tahun ia benar-benar menjadi batu sandungan bagi rekan-rekannya yang lain.
Pada suatu hari ia jatuh sakit keras. Seorang imam Fransiskan datang mendengarkan pengakuannya dan memberikan peringatan keras tentang cara hidupnya yang tidak sesuai dengan semangat ordonya. Ia bertobat, namun jatuh lagi ke dalam cara hidup seperti sedia kala. Tuhan mencobainya lagi dengan sakit lebih berat. Semenjak itu ia mulai tekun berdoa, bermatiraga dan merobah tingkah laku hidupnya. Lama kelamaan ia berubah menjadi seorang suster yang saleh dan menjadi pembimbing rohani bagi rekan-rekannya. Nasehat-nasehatnya sangat praktis berdasarkan pengalaman rohaninya sendiri. Ia menekankan pentingnya menghayati kerendahan hati, menghilangkan sifat cinta diri, kesabaran memikul salib penderitaan sehari-hari. Cinta dan perhatian­nya sangat besar, bukan saja terhadap rekan-rekan susternya tetapi juga terhadap komunitas biara suster lainnya. Ia turut serta mendirikan dua biara di Viterbo yang mengabdikan diri pada bidang pelayanan orang­orang sakit, orang-orang jompo dan miskin di Viterbo. la sendiri mencari dana dengan minta-minta. Giacinta wafat pada tanggal 30 Januari 1640 pada usia 55 tahun. la dinyatakan sebagai 'santa' pada tahun 1807.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-06-29 Minggu.

Liturgia Verbi (C-I)
HR S. Petrus dan Paulus, Rasul

Minggu, 29 Juni 2025



Bacaan Pertama
Kis 12:1-11

"Sekarang benar-benar tahulah aku
bahwa Tuhan telah menyuruh malaikat-Nya
dan menyelamatkan aku dari tangan Herodes."

Pembacaan dari Kisah Para Rasul:

Waktu terjadi penganiayaan terhadap jemaat,
Raja Herodes mulai bertindak dengan keras
terhadap beberapa orang dari jemaat.
Ia menyuruh membunuh Yakobus,
saudara Yohanes, dengan pedang.
Ketika ia melihat
bahwa hal itu menyenangkan hati orang Yahudi,
ia melanjutkan perbuatannya itu dan menyuruh menahan Petrus.
Waktu itu hari raya Roti Tidak Beragi.
Setelah Petrus ditangkap,
Herodes menyuruh memenjarakannya
di bawah penjagaan empat regu,
masing-masing terdiri dari empat prajurit.
Maksudnya ialah,
supaya sehabis Paskah ia menghadapkannya ke depan orang banyak.
Demikianlah Petrus ditahan di dalam penjara.
Tetapi jemaat dengan tekun mendoakannya kepada Allah.

Pada malam
sebelum Herodes menghadapkannya kepada orang banyak,
Petrus tidur di antara dua orang prajurit,
terbelenggu dengan dua rantai.
Selain itu
prajurit-prajurit pengawal sedang berkawal di muka pintu.
Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan dekat Petrus,
dan cahaya bersinar dalam ruang itu.
Malaikat itu menepuk Petrus untuk membangunkannya.
Kata malaikat itu kepadanya, "Bangunlah segera!"
Maka gugurlah rantai itu dari tangan Petrus.
Lalu kata malaikat itu kepadanya,
"Ikatlah pinggangmu dan kenakanlah sepatumu!"
Petrus pun berbuat demikian.
Lalu malaikat itu berkata kepadanya,
"Kenakanlah jubahmu dan ikutlah aku!"
Lalu ia mengikuti malaikat itu ke luar,
dan ia tidak tahu
bahwa apa yang dilakukan malaikat itu sungguh-sungguh terjadi;
sangkanya ia melihat suatu penglihatan.
Setelah mereka melalui tempat kawal pertama
dan tempat kawal kedua,
sampailah mereka ke pintu gerbang besi yang menuju ke kota.
Pintu itu terbuka dengan sendirinya bagi mereka.
Sesudah tiba di luar,
mereka berjalan sampai ke ujung jalan,
dan tiba-tiba malaikat itu meninggalkan dia.
Dan setelah sadar akan dirinya, Petrus berkata,
"Sekarang benar-benar tahulah aku
bahwa Tuhan telah menyuruh malaikat-Nya
dan menyelamatkan aku dari tangan Herodes
dan dari segala sesuatu yang diharapkan orang Yahudi."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 34:2-3.4-5.6-7.8-9,R:5b

Refren: Tuhan melepaskan daku dari segala kegentaranku.

*Aku hendak memuji Tuhan pada segala waktu;
puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku.
Karena Tuhan jiwaku bermegah;
biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya
dan bersukacita.

*Muliakanlah Tuhan bersama-sama dengan daku,
marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya.
Aku telah mencari Tuhan, lalu Ia menjawab aku,
dan melepaskan daku dari segala kegentaranku.

*Tujukkanlah pandanganmu kepada-Nya,
maka mukamu akan berseri-seri,
dan tidak akan malu tersipu-sipu.
Orang yang tertindas ini berseru, dan Tuhan mendengarkan;
Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya.

*Malaikat Tuhan berkemah di sekeliling orang-orang yang takwa,
lalu meluputkan mereka.
Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan!
Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!



Bacaan Kedua
2Tim 4:6-8.17-18

"Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran."

Pembacaan dari Surat Kedua Raul Paulus
kepada Timotius:

Saudaraku terkasih,
darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan,
dan saat kematianku sudah dekat.
Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik,
aku telah mencapai garis akhir,
dan aku telah memelihara iman.
Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran
yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil,
pada hari-Nya;
bukan hanya kepadaku,
tetapi juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.

Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku,
supaya dengan perantaraanku
Injil diberitakan dengan sepenuhnya
dan semua orang bukan Yahudi mendengarkannya.
Dengan demikian aku lepas dari mulut singa.
Tuhan akan melepaskan daku dari setiap usaha yang jahat.
Dia akan menyelamatkan aku,
sehingga aku masuk ke dalam Kerajaan-Nya di surga.
Bagi-Nyalah kemuliaan selama-lamanya! Amin.

Demikianlah sabda Tuhan.



Bait Pengantar Injil
Mat 16:18

Engkau adalah Petrus,
di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku,
dan alam maut tidak akan menguasainya.



Bacaan Injil
Mat 16:13-19

"Engkau adalah Petrus,
dan di atas batu karang ini akan Kudirikan jemaat-Ku."

Inilah Injil Suci menurut Matius:

Sekali peristiwa
Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi.
Ia bertanya kepada murid-murid-Nya,
"Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?"
Jawab mereka, "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis,
ada juga yang mengatakan: Elia,
dan ada pula yang mengatakan: Yeremia
atau salah seorang dari para nabi."

Lalu Yesus bertanya kepada mereka,
"Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?"
Maka jawab Simon Petrus,
"Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!"
Kata Yesus kepadanya,
"Berbahagialah engkau Simon bin Yunus,
sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu,
melainkan Bapa-Ku yang di surga.
Dan Aku pun berkata kepadamu:
Engkau adalah Petrus,
dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku,
dan alam maut tidak akan menguasainya.
Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga.
Apa yang kauikat di dunia ini
akan terikat di surga,
dan apa yang kaulepaskan di dunia ini
akan terlepas di sorga."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Hari ini Gereja merayakan pesta dua rasul besar sekaligus: Santo Petrus dan Santo Paulus. Saya merasa sukacita melihat keduanya dirayakan bersama, karena memang keduanya seperti dua sisi mata uang: berbeda tetapi saling melengkapi.

Santo Petrus adalah murid pertama yang dipanggil oleh Yesus. Ia mewakili para rasul yang mendampingi Yesus secara langsung selama pelayanan-Nya di dunia. Sebaliknya, Santo Paulus dipanggil secara istimewa setelah Yesus bangkit dan naik ke surga. Jika Petrus seperti juru masak di dapur—mengurusi urusan dalam gereja, maka Paulus seperti juru jual di ruang tamu—mewartakan Injil ke luar, menjangkau bangsa-bangsa non-Yahudi. Petrus lebih dikenal sebagai pemimpin hirarki Gereja, sementara Paulus menjadi inspirasi bagi kehidupan kerasulan, tarekat, dan pewartaan yang tak mengenal batas.

Walau demikian, keduanya dipilih oleh Tuhan, keduanya menjadi rasul-Nya, dan keduanya rela menyerahkan hidupnya sebagai martir demi iman akan Kristus. Perbedaan latar belakang dan gaya pewartaan mereka justru menunjukkan bahwa Tuhan bekerja melalui banyak cara dan dalam berbagai keunikan pribadi.

Petrus dulunya hanya seorang nelayan biasa—apakah pantas menjadi pemimpin umat? Paulus malah lebih ekstrem, dikenal sebagai penganiaya orang-orang Kristen sebelum akhirnya bertobat. Namun justru karena pertobatan dan kesetiaan mereka yang luar biasa setelah dipanggil, mereka menjadi dua pilar utama dalam Gereja Perdana.

Bacaan Injil hari ini menyampaikan pertanyaan penting dari Yesus: *"Menurut kamu, siapakah Aku ini?"* [Mat 16:15]. Petrus menjawab dengan pengakuan iman yang teguh: *"Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!"* Dan atas dasar pengakuan inilah, Yesus menetapkan dia sebagai batu karang tempat Gereja didirikan.

Bacaan pertama dari Kisah Para Rasul menunjukkan bagaimana Allah melindungi Petrus dari maut dengan mengutus malaikat untuk melepaskannya dari penjara [Kis 12:1-11]. Sedangkan Paulus dalam surat terakhirnya kepada Timotius mengakui bahwa hidupnya sudah dipersembahkan sebagai korban, dan bahwa ia telah *"mengakhiri pertandingan dengan baik, mencapai garis akhir, dan tetap memelihara iman"* [2Tim 4:7].

Secara pribadi, perjalanan hidup rohani saya mungkin lebih mendekati kisah Paulus ketimbang Petrus. Saya tidak mengalami penampakan Yesus secara langsung seperti Paulus di jalan menuju Damsyik, tetapi saya percaya Tuhan telah memakai orang-orang di sekitar saya untuk membawa saya kembali ke jalan-Nya. Saya yakin, Tuhan pernah dan mungkin terus berkata dalam hati saya, "Mengapa engkau menjauh dari-Ku? Berhentilah menganiaya-Ku dengan dosamu." Dan dalam rahmat-Nya, Ia membukakan jalan, memberi kemudahan, dan membukakan hati saya agar bisa turut serta dalam pewartaan Injil-Nya.

Hari ini, marilah kita meneladani Santo Petrus dan Santo Paulus. Kita semua dipanggil untuk mengenal, mengakui, dan mewartakan Yesus. Meski latar belakang kita penuh kelemahan, kasih karunia Tuhan sanggup mengubahnya menjadi kekuatan. Dan seperti Paulus, kita bisa berkata dengan penuh iman: *"Tuhan telah menyelamatkan aku dari segala usaha yang jahat dan akan membawa aku dengan selamat ke dalam Kerajaan-Nya di surga"* [2Tim 4:18].



Peringatan Orang Kudus
Santo Petrus dan Paulus, Rasul
Sejak semula Gereja menghormati kedua rasul, Petrus dan Paulus, secara bersama-sama. Kedua rasul ini dianggap sebagai sokoguru Gereja. Simon, anak Yunus dan saudara Andreas, lahir di Betsaida, Galilea, sebuah kampung di tepi danau Genesaret. Seperti ayahnya, Simon adalah seorang nelayan yang ulet, bertabiat jujur, dan rajin. la tidak berpendidikan tetapi cukup trampil dalam pekerjaannya sebagai seorang nelayan. Kepribadiannya sangat menarik perhatian Yesus; karena itu Yesus berkenan menjadikannya seorang muridNya, bahkan mengangkatnya menjadi pemimpin para rasul dan pemimpin Gereja yang pertama.
Pada mulanya, Simon bersama Andreas saudaranya, menjadi murid Yohanes Pemandi. Oleh Andreas, Simon diperkenalkan kepada Yesus, Sang Mesias yang dinanti-nantikan oleh seluruh bangsa Israel. "Kami telah menemukan Mesias, yaitu Kristus", kata Andreas kepada Simon. Pada saat itu, Yesus berkata kepada Simon, "Engkau Simon anak Yohanes, Engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus)". (Yoh 1:41-42) Kefas berarti wadas atau batu karang. Sejak saat itu, dia lebih dikenal dengan nama Petrus.
Petrus secara resmi berkeputusan mengikuti Yesus, Sang Mesias dengan meninggalkan segala-galanya, ketika ia menyaksikan mujizat penangkapan ikan secara ajaib oleh Yesus. Kata Yesus kepada Petrus: "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan". Petrus berkata kepada Yesus: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras, dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga". Dengan kepercayaan ini, Petrus menyaksikan kuasa Yesus, Sang Mesias. Dan di depan Yesus yang penuh kuasa ilahi itu Petrus bersujud: "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa". Kepada Petrus yang rendah hati itu, Yesus berkata: "Jangan takut, mulai sekarang engkau akan menjala manusia". Setelah penyerahan diri ini, Petrus diperkenankan menyaksikan berbagai peristiwa dan akhirnya dipercayakan tugas menjadi pemimpin para rasul dan gembala kaum beriman.
Di samping kisah-kisah yang menampilkan pribadi Petrus sebagai orang kepercayaan Yesus, terdapat juga kisah Injil yang menampilkan pribadi Petrus sebagai seorang yang masih dangkal imannya dan belum memahami benar kehendak Allah atas diri Yesus. Dalam Mat 16:21-28 dikisahkan tentang pemberitahuan Yesus tentang penderitaanNya, dan Petrus serta-merta berkata: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu!  Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau". "Enyahlah iblis. Engkau suatu batu sandungan bagiKu, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia", demikian teguran Yesus kepada Petrus. Ia juga menyangkal Yesus ketika Yesus ditangkap dan diadili. (Mat 26:30-35; 69-75).
Sesudah kebangkitan Yesus, Petrus diangkat menjadi pemimpin keduabelas rasul dan gembala kaum beriman di Yerusalem. Petrus juga yang menerima orang kafir pertama ke dalam Gereja, dan memimpin Konsili pertama di Yerusalem.
Paulus (Saulus) lahir di Tarsus, Asia Kecil dari keluarga Yahudi yang berkewarganegaraan Romawi. Ia seorang terdidik dan belajar di Yerusalem pada Gamaliel, dari kelompok Farisi.
Sebagai seorang Farisi yang fanatik, Saulus tiada hentinya mengejar dan memenjarakan murid-murid Yesus.
Dalam perjalanannya ke Damsyik, Yesus menangkapnya dan menjadikan dia seorang rasul untuk bangsa-bangsa kafir. Ia dipermandikan oleh Ananias. la menjelajahi seluruh daerah Laut Tengah untuk mewartakan Injil kepada bangsa-bangsa kafir. Perjalanan misinya senantiasa diwarnai dengan berbagai kesulitan dan pertentangan dengan kaum kafir. Di Yerusalem ia ditangkap oleh orang Yahudi, lalu dipenjarakan dan dibawa ke Roma sebab ia naik banding kepada kaisar, Akhirnya ia dibebaskan. Tak lama kemudian, dia ditangkap lagi dan akhirnya menemui ajalnya sebagai martir di Roma pada tahun 67.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-06-28 Sabtu.

Liturgia Verbi (C-I)
PW Hati Tak Bernoda SP Maria

Sabtu, 28 Juni 2025

PW S. Ireneus, Uskup dan Martir



Bacaan Pertama
Yes 61:9-11

"Aku bersukaria di dalam Tuhan."

Pembacaan dari Kitab Yesaya:

Beginilah firman Tuhan:
Keturunan umat-Ku akan terkenal di antara bangsa-bangsa,
dan anak cucu mereka di tengah-tengah suku-suku bangsa,
sehingga semua orang yang melihat mereka akan mengakui,
bahwa mereka adalah keturunan yang diberkati Tuhan.

Aku bersukaria di dalam Tuhan,
jiwaku bersorak-sorai di dalam Allahku,
sebab Ia mengenakan pakaian keselamatan kepadaku
dan menyelubungi aku dengan jubah kebenaran,
seperti pengantin pria yang mengenakan hiasan kepala
dan seperti pengantin wanita memakai perhiasannya.
Sebab seperti bumi memancarkan tumbuh-tumbuhan,
dan seperti kebun menumbuhkan benih yang ditaburkan,
demikianlah Tuhan Allah akan menumbuhkan kebenaran dan puji-pujian di depan semua bangsa.

Demikianlah sabda Tuhan.

ATAU BACAAN LAIN:
2Tim 2:22b-26

Pembacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus
kepada Timotius:

Saudaraku terkasih,
kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai
bersama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan,
yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni.
Hindarilah soal-soal yang dicari-cari,
yang bodoh dan tidak layak.
Engkau tahu bahwa soal-soal itu menimbulkan pertengkaran.
Seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar.
Sebaliknya ia harus ramah terhadap semua orang.
Ia harus cakap mengajar,
ia harus sabar dan dengan lemah lembut dapat menuntun
orang yang suka melawan,
sebab mungkin
Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat
dan memimpin mereka,
sehingga mereka mengenal kebenaran.
Dengan demikian mereka menjadi sadar kembali,
karena terlepas dari jerat Iblis
yang telah mengikat mereka pada kehendaknya.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
1Sam 2:1.4-5.6-7.8abcd,R:1a

Refren: Hatiku bersukaria karena Tuhan, Juru Selamatku.

*Hatiku bersukaria karena Tuhan,
tanduk kekuatanku ditinggikan oleh Tuhan;
mulutku mencemoohkan musuhku,
sebab aku bersukacita karena pertolongan-Mu.

*Busur para pahlawan telah patah,
tetapi orang-orang lemah dipersenjatai kekuatan.
Orang yang dahulu kenyang kini harus mencari nafkah,
tetapi yang dulu laparkini boleh beristirahat.
Orang yang mandul melahirkan tujuh anak,
tetapi ibu yang banyak anaknya, menjadi layu.

*Tuhan berkuasa mematikan dan menghidupkan,
Ia berkuasa menurunkan ke dalam maut
dan mengangkat dari sana.
Tuhan membuat miskin dan membuat kaya,
Ia merendahkan dan meninggikan juga.

*Ia menegakkan orang hina dari dalam debu,
dan mengangkat orang miskin dari lumpur,
untuk mendudukkannya di antara para bangsawan,
dan memberi dia kursi kehormatan.

ATAU MAZMUR LAIN:
Mzm 37:3-4.5-6.30-31

Refren: Mulut orang benar menuturkan kebijaksanaan.

*Percayalah kepada Tuhan dan lakukanlah yang baik,
diamlah di negeri dan berlakulah setia;
bergembiralah karena Tuhan,
maka Ia akan memenuhi keinginan hatimu.

*Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya,
maka Ia akan bertindak;
Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang,
dan menampilkan hakmu seperti siang.

*Mulut orang benar menuturkan kebijaksanaan,
dan lidahnya mengatakan kebenaran.
Taurat Allah ada di dalam hatinya,
langkah-langkahnya tidaklah goyah.



Bait Pengantar Injil


Berbahagialah engkau, Perawan Maria,
sebab sabda Allah kausimpan dalam hati,
kaurenungkan dan kauresapkan.



Bacaan Injil
Luk 2:41-51

"Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau."

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Tiap-tiap tahun,  pada hari raya Paskah,
orang tua Yesus pergi ke Yerusalem.
Ketika Yesus telah berumur dua belas tahun,
pergilah mereka ke Yerusalem
seperti lazimnya pada hari raya itu.
Selesai hari-hari perayaan itu,
ketika mereka berjalan pulang,
tinggallah Yesus di Yerusalem tanpa diketahui orang tua-Nya.
Karena mereka menyangka
bahwa Yesus ada di antara orang-orang seperjalanan mereka,
berjalanlah mereka sehari perjalanan jauhnya,
lalu baru mencari Dia di antara kaum keluarga dan kenalan.
Karena tidak menemukan Dia,
kembalilah mereka ke Yerusalem sambil terus mencari Dia.

Sesudah tiga hari,
mereka menemukan Yesus dalam Bait Allah;
Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama,
sambil mendengarkan mereka,
dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka.
Semua orang yang mendengar Dia
sangat heran akan kecerdasan
dan segala jawab yang diberikan-Nya.

Ketika Maria dan Yusuf melihat Dia, tercenganglah mereka.
Lalu kata ibu-Nya kepada-Nya,
"Nak, mengapa Engkau berbuat demikian terhadap kami?
Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau."
Jawab Yesus kepada mereka,
"Mengapa kamu mencari Aku?
Tidakkah kamu tahu
bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?"
Tetapi mereka tidak mengerti
apa yang dikatakan Yesus kepada mereka.

Lalu Yesus pulang bersama-sama mereka ke Nazaret;
dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka.
Dan Maria menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Renungan hari ini saya ambilkan dari renungan Daily Fresh Juice.

*Belajar Mengucapkan 'Ya' untuk Menjawab Kehendak-Nya*

Para Pendengar dan Pewarta Daily Fresh Juice,
Hari ini Gereja memperingati "Hati Tak Ternoda Santa Perawan Maria", Hati Tersuci Bunda Maria.
Peringatan ini tidak bisa dipisahkan dari "Hari Raya Hati Kudus Yesus"
yang kita rayakan kemarin.
Kalau kemarin kita merayakan Hati Yesus
sebagai sumber cinta kasih ilahi yang tak terbatas bagi umat manusia, maka hari ini kita diajak meneladani Hati Maria
— sebagai ungkapan cinta kasih seorang hamba kepada Allah.

Sejak awal, Bunda Maria menunjukkan dirinya
sebagai hamba Tuhan yang tulus, murni, dan taat.
Ia menjawab panggilan Allah dengan kata "Ya": "Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataan-Mu".
Itulah awal dari perjalanan hati yang dipenuhi cinta, pengorbanan, dan kesetiaan.

Kemarin, dalam perayaan Hati Kudus Yesus, kita diingatkan akan banyak karunia: penghiburan dalam penderitaan, damai di dalam keluarga, semangat berbuat kebaikan, berkat atas usaha dan pekerjaan, hingga perlindungan di saat ajal.
Maka hari ini, sebagai bentuk jawaban, kita diajak meneladani Maria
— yang menanggapi kasih Allah dengan hati yang terbuka
dan hidup yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada kehendak Allah.

Ada dua peristiwa Injil yang menyentuh hati saya
dan menggambarkan betapa dalam dan lembutnya Hati Maria.
Pertama, ketika Yesus yang masih remaja menghilang dan ditemukan di Bait Allah.
Maria berkata, "Nak, mengapa Engkau berbuat demikian terhadap kami?
Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau."
Tidak ada kemarahan.
Hanya sapaan penuh kasih dan keprihatinan dari hati seorang ibu.

Yang kedua, dalam perjamuan di Kana,
Maria tidak memaksa Yesus melakukan mukjizat,
ia hanya berkata: "Mereka kehabisan anggur." [Yoh 2:3]
Kalimat sederhana ini menunjukkan
kepekaan, kepedulian, dan keyakinan mendalam akan belas kasih Puteranya.
Dan Yesus pun menjawab, mengubah air menjadi anggur,
bukan karena desakan, tapi karena permintaan dari hati yang penuh kasih.

Bacaan Injil hari ini juga memperlihatkan sikap Maria ketika tidak langsung mengerti jawaban Yesus: "Tidakkah kamu tahu bahwa Aku harus berada di rumah Bapa-Ku?" Ia tidak membantah, tidak menyalahkan, melainkan menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya.
Ini sungguh sikap yang luar biasa,
yang hanya bisa lahir dari hati yang bersih dan penuh iman.

Para Pendengar dan Pewarta Daily Fresh Juice,
Seringkali kita pun mengalami hal yang sama seperti Maria
— sulit mengerti kehendak Tuhan.
Jalan hidup yang tidak sesuai rencana, doa yang tak kunjung dijawab,
bahkan penderitaan yang terasa tak masuk akal.
Dalam situasi yang seperti itu, firman Tuhan mengingatkan kita:
"Rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. " [Yes 55:8]

Maka, walaupun sulit, marilah kita belajar dari Hati Maria yang tersuci,
belajar mengucap "Ya" kepada kehendak Allah,
meski sulit untuk diucapkan atau bahkan menimbulkan luka.
Marilah kita belajar untuk bersikap lembut dalam berkomunikasi,
seperti yang diperbuat oleh Maria.
Marilah kita belajar untuk peka terhadap kebutuhan orang lain,
bahkan sebelum diminta.
Dan ketika kehendak Tuhan masih sulit untuk kita mengerti,
marilah kita berlajar untuk menyimpan dan merenungkannya di dalam doa.
Hati Maria bukan hanya hati seorang ibu,
tapi juga hati seorang hamba yang sungguh mengenal siapa Tuhannya
dan tetap percaya, sekalipun tidak memahami.

Semoga hati kita pun dipenuhi oleh kasih, kelembutan,
dan keteguhan seperti Hati Maria.
Maka, di tengah berbagai tantangan dunia,
kita tetap dapat bertahan, dan bahkan bertumbuh dalam iman dan kasih.
Amin.



Peringatan Orang Kudus
Santo Ireneus dari Lyon, Uskup dan Martir
Ireneus lahir di Asia Kecil kira-kira pada tahun 140. Pendidikannya berlangsung di Smyrna. Pelajaran agama diperolehnya dari Santo Polykarpus, seorang murid Santo Yohanes Rasul. Riwayat hidupnya kurang diketahui, tetapi dari tulisan-tulisannya sendiri dapatlah diperoleh banyak informasi tentang dirinya. Pada masa tuanya, ia mengirimkan sepucuk surat kepada seorang temannya di Smyrna. Dari surat ini diketahui kesannya terhadap pengajaran Santo Polykarpus. Sebagian suratnya dapat dibaca dalam kutipan berikut: "Peristiwa-peristiwa pada masa itu masih kuingat baik daripada yang terjadi baru-baru ini. Karena yang kita pelajari pada masa muda tumbuh subur dan mengakar dalam batin kita. Saya masih mengingat di mana Polykarpus duduk ketika ia mengajak bagaimana caranya berjalan dan bagaimana sikapnya. Saya masih ingat akan khotbah-kotbahnya kepada umat, dan bagaimana ia mengisahkan pergaulannya dengan Yohanes serta orang-orang lain yang menjadi saksi hidup Tuhan. Polykarpus mengajarkan apa yang didengarnya dari saksi-saksi mata kehidupan Yesus dan mujizat-mujizatNya. Semua berkat kemurahan Allah itu telah kuterima dengan sepenuh hati dan kucatat bukannya di atas selembar kertas, melainkan di dalam hatiku, serta oleh rahmat Allah selalu kurenungkan dengan seksama".
Ireneus bekerja di Lyon sebagai seorang imam. Pada tahun 177, timbullah aksi penghambatan agama di Lyon. Uskup kota Lyon, Potinus, meninggal karena suatu penganiayaan yang kejam atas dirinya. Ireneus diangkat menjadi penggantinya. Sebagai uskup, ia menggembalakan umatnya dengan penuh perhatian dan cinta. Kepada umatnya ia selalu berkhotbah dalam bahasa setempat, meskipun ia sendiri dibesarkan dalam bahasa Yunani. Dalam kepemimpinannya, ia selalu berusaha membela ajaran iman yang benar. la juga memperjuangkan kesatuan Gereja dan menegakkan kewibawaan paus.
Namanya Ireneus, yang berarti pencinta damai, diusahakan menjadi kenyataan dalam seluruh hidupnya. Dalam perselisihan antara Gereja Latin dan Yunani tentang tanggal hari raya Paska, ia menjadi juru bicara Sri Paus. la meninggal pada tahun 202 selaku seorang martir Kristus.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-06-27 Jumat.

Liturgia Verbi (C-I)
HR Hati Yesus Yang Mahakudus

Jumat, 27 Juni 2025



Bacaan Pertama
Yeh 34:11-16

"Aku sendiri akan menggembalakan domba-domba-Ku
dan Aku akan membiarkan mereka berbaring tenang."

Pembacaan dari Nubuat Yehezkiel:

Beginilah firman Tuhan,
"Dengar, Aku sendirilah yang akan memperhatikan domba-domba-Ku dan mencari mereka.
Seperti seorang gembala mencari dombanya
pada waktu domba itu tercerai dari kawanannya,
begitulah Aku akan mencari domba-domba-Ku,
dan Aku akan menyelamatkan mereka dari segala tempat,
ke mana mereka diserakkan pada hari berkabut dan hari kegelapan.

Aku akan membawa mereka keluar dari tengah bangsa-bangsa
dan mengumpulkan mereka dari pelbagai negeri
serta membawa mereka ke tanahnya.
Aku akan menggembalakan mereka di atas gunung-gunung Israel,
di alur-alur sungainya
dan di semua tempat kediaman orang di tanah itu.
Di padang rumput yang baik akan Kugembalakan mereka.
Di atas gunung-gunung Israel yang tinggi,
di situlah tempat penggembalaannya;
di sana, di tempat penggembalaan yang baik,
mereka akan berbaring,
dan rumput yang subur menjadi makanannya
di atas gunung-gunung Israel.

Aku sendiri akan menggembalakan domba-domba-Ku,
dan Aku akan membiarkan mereka berbaring,
demikianlah firman Tuhan Allah.
Yang hilang akan Kucari,
yang tersesat akan Kubawa pulang,
yang luka akan Kubalut,
yang sakit akan Kukuatkan,
sedang yang gemuk dan kuat akan Kulindungi;
Aku akan menggembalakan mereka sebagaimana mestinya."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 23:1-3a.3b-4.5.6,R:1

Refren: Tuhanlah gembalaku, aku takkan berkekurangan.

*Tuhanlah gembalaku, aku takkan berkekurangan.
Ia membaringkan aku di padang rumput yang hijau.
Ia membimbing aku ke air yang tenang,
dan menyegarkan daku.

Ia menuntun aku di jalan yang lurus,
demi nama-Nya yang kudus.
Sekalipun berjalan dalam lembah yang kelam,
aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku.
Tongkat gembalaan-Mu,
itulah yang menghibur aku.

*Engkau menyediakan hidangan bagiku,
di hadapan segala lawanku.
Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak,
pialaku penuh berlimpah.

*Kerelaan dan kemurahan-Mu mengiringi aku,
seumur hidupku.
Aku akan diam dalam rumah Tuhan
sepanjang masa.



Bacaan Kedua
Rom 5:5b-11

"Allah melimpahkan kasih-Nya atas kita."

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma:

Saudara-saudara terkasih,
kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita
oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.
Karena waktu kita masih lemah,
Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka,
pada waktu yang ditentukan oleh Allah.
Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar
-- tetapi untuk orang yang baik
mungkin ada orang yang berani mati --.
Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita,
oleh karena Kristus telah mati untuk kita,
ketika kita masih berdosa.
Apalagi sekarang,
saat kita telah dibenarkan oleh darah-Nya;
pasti kita akan diselamatkan dari murka Allah.
Sebab jikalau kita, ketika masih seteru,
diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya,
apalagi sekarang, di saat kita telah diperdamaikan,
pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!
Dan bukan hanya itu saja!
Kita malah bermegah dalam Allah
oleh Yesus Kristus, Tuhan kita,
sebab oleh Dia kita telah menerima pendamaian itu.

Demikianlah sabda Tuhan.



Bait Pengantar Injil
Yoh 10:14

Akulah gembala yang baik, sabda Tuhan.
Aku mengenal domba-domba-Ku
dan domba-domba-Ku mengenal Aku.



Bacaan Injil
Luk 15:3-7

"Bergembiralah bersama dengan daku,
sebab dombaku yang hilang telah kutemukan."

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Sekali peristiwa,
Yesus menyampaikan perumpamaan ini
kepada orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat,
"Siapakah di antara kamu
yang mempunyai seratus ekor domba, lalu kehilangan seekor,
tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun
dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?
Dan kalau telah menemukannya,
ia lalu meletakkannya di atas bahu dengan gembira,
dan setibanya di rumah
ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya
serta berkata kepada mereka:
Bersukacitalah bersama-sama dengan aku,
sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan.
Aku berkata kepadamu:
Demikian juga akan ada sukacita di surga
karena satu orang berdosa yang bertobat,
lebih daripada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar
yang tidak memerlukan pertobatan."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Hari ini kita merayakan Hari Raya Hati Yesus yang Mahakudus, bertepatan dengan 1 Muharam 1447 Hijriah, yang juga merupakan Tahun Baru Islam. Sebuah momen istimewa untuk merenungkan tentang kedalaman kasih Allah dalam pribadi Yesus Kristus, melalui simbol Hati-Nya yang Mahakudus.

Hati—atau jantung hati—sering disebut sebagai pusat kehidupan batin manusia. Di situlah kita menyimpan berbagai macam perasaan, baik yang luhur maupun yang kelam. Di dalam hati bisa tumbuh kasih, empati, kerelaan berkorban, tetapi bisa juga berakar kedengkian, iri hati, dan dendam.

Jika kita memilih menyimpan yang baik, hati kita akan menjadi bersih dan damai. Sebaliknya, jika kita membiarkan hati kita dipenuhi oleh yang jahat, maka kita kehilangan kedamaian dan hidup dalam kegelisahan.

Hati Yesus adalah sumber cinta kasih dan kerahiman sejati. Kasih-Nya tak mengenal syarat, tak terbatas oleh waktu, tempat, atau siapa yang menerimanya. Kasih itu abadi dan universal. Sebagaimana digambarkan dalam Bacaan Pertama dari [Yeh 34:11-16], Tuhan sendiri yang akan mencari domba-domba-Nya yang hilang, merawat yang luka, dan menguatkan yang lemah.

Yesus mengibaratkan kasih-Nya dalam Injil [Luk 15:3-7] melalui perumpamaan tentang domba yang hilang. Seorang gembala rela meninggalkan sembilan puluh sembilan ekor dombanya demi mencari satu ekor yang hilang. Ketika berhasil ditemukan, gembala itu bergembira besar. Yesus berkata, "Akan ada sukacita di surga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih daripada karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan."

Hati Yesus bukan hanya suci, tapi *Mahakudus*—karena di dalam-Nya tersimpan cinta yang tak terbatas dan pengorbanan yang total. Dalam Bacaan Kedua [Rom 5:5b-11], Rasul Paulus menegaskan bahwa Kristus wafat bagi kita ketika kita masih berdosa. Ini menunjukkan betapa besar cinta Allah, bahwa Ia tidak menunggu kita menjadi suci untuk dikasihi, melainkan justru mengasihi kita agar menjadi suci.

Yesus adalah Gembala yang baik, yang rela memberikan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya [Yoh 10:11]. Kasih yang sejati selalu diwujudkan dalam pengorbanan, dan salib adalah puncak dari cinta itu.

Lalu, bagaimana kita dapat memiliki hati seperti Hati Yesus?

Pertama, dengan meneladan-Nya: memelihara kasih, mengampuni, melayani, dan rela berkorban.
Kedua, dengan menjaga kesucian hati. Dalam [Mat 5:8] Yesus berkata, "Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah." Hati yang suci adalah tempat perjumpaan kita dengan Tuhan. Doa dan ibadah akan sia-sia jika tidak lahir dari hati yang bersih.

Ketiga, dengan pertobatan yang sungguh. Pertobatan adalah jalan pulang ke Hati Yesus, yang senantiasa terbuka untuk menerima kita kembali.

Akhirnya, memiliki hati seperti Yesus berarti juga berani menjadi terang dan garam dunia, hidup dalam semangat kasih yang konkret di tengah masyarakat yang seringkali dingin dan egois.

Marilah kita menghormati Hati Yesus yang Mahakudus bukan hanya dengan devosi dan doa, tetapi juga dengan menghidupi cinta dan kerahiman-Nya setiap hari. Karena di situlah kita sungguh-sungguh menjadi murid-Nya.



Peringatan Orang Kudus
Santo Cyrillus dari Alexandria, Uskup dan Pujangga Gereja
Cyrillus lahir di Alexandria, Mesir pada tahun 376. Pada tahun 412 ia dinobatkan menjadi Patriark Alexandria. Sebagai seorang ahli, ia telah memberikan banyak pandangan yang bermanfaat bagi masyarakat dengan ikut aktif di dalam kegiatan-kegiatan sosial.
Menghadapi berbagai pertentangan paham yang berkembang di antara umatnya, Cyrillus tetap tenang dan teguh di dalam pendirian dan imannya di atas landasan ajaran para rasul. Dengan tegas ia menentang ajaran Nestorius yang menggugat kepribadian Kristus dan kedudukan Bunda Maria sebagai bunda Allah.
Sekitar tahun 430, dalam sebuah surat kepada Paus Selestinus I (422-432), Cyrillus dengan tegas mengecam ajaran sesat Nestorius, Patriark Konstantinopel. Untuk memurnikan ajaran sesat itu, Cyrillus mengundang para uskup untuk mengadakan Konsili di Efesus pada tahun 431. Konsili ini mengutuk ajaran Nestorius yang menyesatkan itu. Terhadap hasil Konsili itu, Nestorius melancarkan serangan kepada Cyrillus dan kawan-kawannya. Cyrillus ditangkap dan dipenjarakan, kemudian dibuang. Meskipun diperlakukan dengan kejam, Cyrillus tetap gembira karena kesengsaraannya merupakan suatu pujian dan keikutsertaan dalam penderitaan Kristus. la juga menghasilkan tulisan-tulisan yang berisi pembelaan-pembelaan ajaran iman yang benar, beberapa buku komentar Kitab Suci dan juga tentang Trinitas.
Lama-kelamaan orang semakin menyadari adanya kebenaran di dalam diri Cyrillus. Kali ini Gereja sekali lagi mendapat kemenangan atas serangan musuh-musuhnya yang timbul dari dirinya sendiri.
Setelah lama mengabdikan dirinya terhadap kepentingan perkembangan iman, Cyrillus meninggal pada tahun 444. Pada tahun 1882 ia digelari sebagai Pujangga Gereja.

Santa Emma, Pengaku Iman
Emma, yang juga dipanggil Hemma, lahir pada tahun 980 dan me­ninggal pada tahun 1045. Wanita ningrat ini dikenal sebagai pendiri sebuah biara dan Gereja di desa Gurk, Austria Selatan.
Keputusannya untuk menjalani hidup bakti pada Tuhan ditempuhnya setelah suaminya meninggal dan kedua puteranya dibunuh. Dicetakan bahwa kedua puteranya dibunuh karena menggantung seorang karyawan yang bekarja di rumah mereka. Suaminya meninggal ketika dalam perjalanan ke Roma. Semenjak itu, Emma giat melakukan berbagai karya amal cinta kasih. Bukti yang paling mengagumkan dari niatnya yang suci ialah usahanya untuk mendirikan sebuah biara dan gereja di Gurk, Austria Selatan. Biara - yang kemudian dijadikan biara Benediktin di Admont - ini dimulai pembangunannya pada tahun 1072 sete­lah kematiannya. Diceritakan bahwa Emma sendiri menjadi biarawati setelah kematian suami dan anak-anaknya itu. Oleh Gereja, ia digelari sebagai 'Santa'.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-06-26 Kamis.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XII

Kamis, 26 Juni 2025



Bacaan Pertama
Kej 16:1-12.15-16

"Hagar melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abram,
dan Abram menamainya Ismael."

Pembacaan dari Kitab Kejadian:

Sarai, isteri Abram,tidak beranak.
Ia mempunyai seorang hamba perempuan, orang Mesir, Hagar namanya.
Berkatalah Sarai kepada Abram,
"Engkau tahu, Tuhan tidak memberi aku melahirkan anak.
Karena itu hampirilah hambaku itu;
mungkin dari dialah aku dapat memperoleh seorang anak."
Dan Abram mendengarkan perkataan Sarai.
Jadi Sarai, isteri Abram, mengambil Hagar, hambanya, orang Mesir itu,
lalu memberikannya kepada Abram, suaminya,
untuk menjadi isterinya.
Ketika itu Abram telah sepuluh tahun tinggal di tanah Kanaan.
Abram menghampiri Hagar, lalu mengandunglah perempuan itu.
Ketika Hagar tahu, bahwa ia mengandung,
maka ia memandang rendah akan nyonyanya.
Maka berkatalah Sarai kepada Abram,
"Penghinaan yang kuderita ini adalah tanggungjawabmu.
Akulah yang memberikan hambaku ke pangkuanmu,
tetapi baru saja ia tahu, bahwa ia mengandung,
ia memandang rendah akan aku;
Tuhan kiranya menjadi hakim antara aku dan engkau."
Kata Abram kepada Sarai,
"Hambamu itu di bawah kekuasaanmu;
perbuatlah kepadanya sesuka hatimu."

Lalu Sarai isteri Abram menindas Hagar,
sehingga ia lari meninggalkannya.
Lalu Malaikat Tuhan menjumpai Hagar
di dekat suatu mata air di padang gurun,
yakni dekat mata air di jalan ke Syur.
Kata malaikat itu,
"Hagar, hamba Sarai,
engkau datang dari mana dan mau pergi kemana?"
Jawab Hagar, "Aku lari meninggalkan Sarai, nyonyaku."

Maka Malaikat Tuhan itu berkata kepadanya,
"Kembalilah kepada nyonyamu,
biarkanlah dirimu ditindas di bawah kekuasaannya."
Lagi kata Malaikat Tuhan itu,
"Aku akan menjadikan keturunanmu sangat banyak,
sehingga tidak dapat dihitung karena banyaknya."
Kemudian malaikat Tuhan itu berkata lagi,
"Engkau mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki
dan akan menamainya Ismael,
sebab Tuhan telah mendengar penindasan yang kaualami.
Anakmu itu akan menjadi seorang laki-laki
yang lakunya seperti keledai liar.
Ia akan melawan tiap-tiap orang,
dan tiap-tiap orang akan melawan dia;
Di tempat kediamannya ia akan menentang semua saudaranya."

Lalu Hagar melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abram,
dan Abram menamainya Ismael.
Abram berumur delapan puluh enam tahun,
ketika Hagar melahirkan Ismael baginya.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 106:1-2.3-4a.4b-5,R:1a

Refren: Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik.

*Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik!
Kekal abadi kasih setia-Nya.
Siapakah yang dapat memberitahukan keperkasaan Tuhan,
dan memperdengarkan segala pujian kepada-Nya?

*Berbahagialah orang yang berpegang pada hukum,
yang melakukan keadilan di setiap saat!
Ingatlah akan daku, ya Tuhan,
demi kemurahan terhadap umat.

*Perhatikanlah aku, demi keselamatan yang datang dari pada-Mu,
supaya aku melihat kebahagiaan orang-orang pilihan-Mu,
supaya aku bersukacita dalam sukacita umat-Mu,
dan supaya aku bermegah bersama milik pusaka-Mu.



Bait Pengantar Injil
Yoh 14:23

Barangsiapa mengasihi Aku, akan mentaati sabda-Ku.
Bapa-Ku akan mengasihi dia,
dan Kami akan datang kepadanya.



Bacaan Injil
Mat 7:21-29

"Rumah yang didirikan di atas wadas
dan rumah yang didirikan di atas pasir."

Inilah Injil Suci menurut Matius:

Dalam khotbah di bukit Yesus berkata,
"Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku, 'Tuhan, Tuhan!'
akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga,
melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga.
Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku,
'Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu,
dan mengusir setan demi nama-Mu,
dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?
Pada waktu itu Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata,
'Aku tidak pernah mengenal kalian!
Enyahlah daripada-Ku, kalian semua pembuat kejahatan!'"

Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya,
ia sama dengan orang bijaksana,
yang mendirikan rumahnya di atas wadas.
Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir,
lalu angin melanda rumah itu,
tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas wadas.

Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini
dan tidak melakukannya,
ia sama dengan orang bodoh,
yang mendirikan rumahnya di atas pasir.
Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir,
lalu angin melanda rumah itu,
sehingga rubuhlah rumah itu, dan hebatlah kerusakannya."

Setelah Yesus mengakhiri perkataan ini,
takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya,
sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa,
bukan seperti ahli-ahli Taurat mereka.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Hari ini Yesus menggunakan rumah sebagai perumpamaan tentang iman. Rumah yang dibangun di atas batu wadas akan tetap kokoh meskipun diterpa hujan deras, banjir, dan angin kencang. Sebaliknya, rumah yang dibangun di atas pasir akan mudah roboh, dan hebatlah kerusakannya.

Iman kita ibarat rumah. Jika kita membangunnya di atas dasar yang kuat, yakni di atas kehendak Allah, maka iman itu akan tetap kokoh meski diterpa badai kehidupan. Tetapi bila iman dibangun di atas dasar yang rapuh, seperti hanya sekadar rutinitas lahiriah atau motivasi duniawi, maka cepat atau lambat akan roboh.

Apa saja badai yang sering menerjang iman kita? Bisa berupa niat jahat, iri hati, keserakahan, percabulan, nafsu berkuasa, ketidakjujuran, kemunafikan, dan sebagainya. Bila dasar iman kita tidak kuat, kita mudah tergelincir dan kehilangan arah.

Yesus mengingatkan bahwa tidak semua orang yang berseru kepada-Nya, "Tuhan, Tuhan," akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan hanya dia yang melakukan kehendak Bapa-Nya yang di surga. Ini menjadi peringatan bagi kita bahwa belumlah cukup hanya rajin berdoa, mendengarkan firman, atau pergi ke gereja, bila tidak disertai dengan tindakan nyata yang sesuai dengan kehendak Allah.

Rasul Yakobus menegaskan hal yang sama dalam suratnya:
*"Hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri."*
Lebih lanjut ia berkata:
*"Jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi dan segera lupa bagaimana rupanya."*
[Bdk Yak 1:22-24]

Menjadi pelaku firman berarti menjalankan sabda Tuhan dalam hidup sehari-hari. Apa pun yang kita perbuat, hendaknya selaras dengan kehendak-Nya, bukan kehendak diri sendiri. Tidak mudah memang, tetapi dengan kasih karunia Tuhan, kita dimampukan untuk melangkah seturut jalan-Nya.

Marilah kita belajar mematuhinya, membangun rumah iman di atas batu wadas, agar tetap kokoh di tengah badai zaman.



Peringatan Orang Kudus
Santo Yohanes dan Paulus, Martir
Kedua orang kudus kakak-beradik ini berasal dari keluarga istana Konstansia, puteri Kaisar Konstantinus Agung. Mereka berdua adalah pegawai tinggi negara yang setia. Konstansia menghadiahkan kepada mereka banyak harta. Namun selanjutnya kekayaan ini dibagi-bagikan kepada orang-orang miskin.
Ketika Yulianus Apostad menduduki takhta Kekaisaran Romawi, banyak orang dari keluarga istana Konstansia ditarik ke istananya. Yohanes dan Paulus pun dipanggil ke sana dan diberikan kedudukan yang terhormat. Tetapi keduanya menolak undangan itu, karena mereka tidak mau mengabdi kepada Yulianus yang murtad dari iman Kristen yang benar. Kaisar Yulianus naik darah dan mengeluarkan ancaman kepada Yohanes dan Paulus. Ia memberi waktu 10 hari kepada Yohanes dan Paulus untuk mempertimbangkan hal berikut: "Mempersembahkan kurban kepada Yupiter atau mati!"
Tanpa berpikir panjang, kedua kakak-beradik itu memutuskan untuk tidak mengkhianati imannya akan Kristus. Kesempatan 10 hari yang diberikan pada mereka untuk berpikir, dipergunakan untuk membagi-bagikan harta kekayaannya kepada para miskin. Mereka tahu pasti bahwa kaisar akan bertindak secara bengis atas diri mereka. Oleh karena itu, mereka membagikan hartanya dengan maksud membebaskan dinya dari keterikatan batin pada barang-barang duniawi sekaligus menyilih dosa-dosanya.
Ketika tiba hari yang terakhir, yakni hari ke sepuluh, datanglah kepada mereka Prefek Terensius sambil membawa serta patung Yupiter. Mereka dipaksa untuk menyembah patung Yupiter itu. Dengan tegas mereka serentak menolak menyembah patung itu, dan menyatakan keteguhannya untuk tetap menyembah Kristus yang diimaninya. Oleh karena itu, keduanya dipenggal kepalanya di rumah mereka sendiri. Peristiwa itu terjadi pada tahun 362.

Santa Maria Magdalena Fontaine, Martir
Maria Magdalena Fontaine dikenal sebagai pemimpin biara Suster-suster Karitas di Arras, Prancis. Bersama tiga orang kawannya, yakni Suster Frances Lanel (49 tahun), Teresa Fantou (47 tahun) dan Yoan Gerard (42 tahun), ia dipenggal kepalanya di Cambrai, Prancis.
Pada masa itu Revolusi Prancis sedang berkecamuk. Negara mengeluarkan suatu undang-undang yang ditujukan kepada rohaniwan-rohaniwati. Isi undang-undang ini dinilai sangat bertentangan dengan ajaran agama. Para biarawan-wati diharuskan menaatinya dan mengucapkan sumpah setia pada negara. Karena mereka menolaknya, maka banyak di antara mereka dibunuh.
Suster Maria Magdalena Fontaine bersama tiga orang kawannya dipanggil oleh para pejabat untuk mengucapkan janji setia pada negara sebagaimana diwajibkan undang-undang itu. Mereka bersedia pergi namun tidak bersedia mengucapkan sumpah setia itu, karena hal itu bertentangan dengan suara hati mereka. Karena itu mereka dituduh sebagai aktifis anti revolusi, ditangkap dan dipenjarakan pada tanggal 14 Februari 1794.
Tanpa banyak pertimbangan, keempat suster itu digiring ke tempat pembantaian. Mereka kelihatan tidak gentar sedikit pun terhadap bahaya maut yang segera tiba. Mereka bahkan menyambut gembira hukuman mati itu. Sepanjang jalan mereka menyanyikan lagu "Ave Maris Stella".
Di atas tempat pembantaian itu, kepala mereka satu per satu dipenggal dengan Guilotine. Suster Magdalena mendapat giliran terakhir. Ketika mendekati guilatine, ia berpaling kepada orang banyak yang berkumpul dan berkata: "Dengarkan hai umat Kristen! Kami adalah korban terakhir. Penganiayaan akan segera berakhir, tiang gantungan akan segera roboh dan altar-altar Tuhan Yesus akan muncul lagi dengan semarak", Ramalan ini ternyata benar-benar terjadi.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/