Liturgia Verbi 2024-09-22 Minggu.

Liturgia Verbi (B-II)
Hari Minggu Biasa XXV

Minggu, 22 September 2024



Bacaan Pertama
Keb 2:12.17-20

"Hendaklah kita menjatuhkan hukuman keji terhadapnya."

Pembacaan dari Kitab Kebijaksanaan:

Orang-orang fasik berkata satu sama lain,
"Marilah kita menghadang orang yang baik,
sebab bagi kita ia menjadi gangguan,
serta menentang pekerjaan kita.
Pelanggaran-pelanggaran hukum dituduhkannya kepada kita,
dan kepada kita dipersalahkannya dosa-dosa terhadap pendidikan kita.

Coba kita lihat apakah perkataannya benar,
dan ujilah apa yang terjadi waktu ia berpulang.
Jika orang yang benar itu sungguh anak Allah,
niscaya Allah akan menolong dia
serta melepaskannya dari tangan para lawannya.

Mari, kita mencobainya dengan aniaya dan siksa,
agar kita mengenal kelembutannya
serta menguji kesabaran hatinya.
Hendaklah kita menjatuhkan hukuman mati keji terhadapnya,
sebab menurut katanya ia pasti mendapat pertolongan."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 54:3-4.5.6.8,R:6b

Refren: Tuhanlah yang menopang aku.

*Ya Allah, selamatkanlah aku karena nama-Mu,
berilah keadilan kepadaku karena keperkasaan-Mu!
Ya Allah, dengarkanlah doaku,
berilah telinga kepada ucapan mulutku!

*Sebab orang-orang yang angkuh bangkit menyerang aku,
orang-orang yang sombong ingin mencabut nyawaku;
mereka tidak mempedulikan Allah.

*Sesungguhnya, Allah adalah penolongku;
Tuhanlah yang menopang aku.
Dengan rela hati aku akan mempersembahkan kurban kepada-Mu,
aku akan bersyukur sebab baiklah nama-Mu, ya Tuhan.



Bacaan Kedua
Yak 3:16 - 4:3

"Buah yang terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai
untuk mereka yang mengadakan damai."

Pembacaan dari Surat Rasul Yakobus:

Saudara-saudara yang terkasih,
di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri,
di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.
Tetapi hikmat yang dari atas itu pertama-tama murni,
selanjutnya pendamai, peramah, penurut,
penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik,
tidak memihak dan tidak munafik.
Dan buah yang terdiri dari kebenaran itu ditaburkan dalam damai
untuk mereka yang mengadakan damai.

Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu?
Bukankah dari hawa nafsumu yang saling bergulat di dalam dirimu?
Kamu mengingini sesuatu tetapi kamu tidak memperolehnya,
lalu kamu membunuh.
Kamu iri hati, tetapi tidak mencapai tujuan,
lalu kamu bertengkar dan berkelahi.
Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa.
Atau kamu berdoa juga,
tetapi kamu tidak menerima apa-apa,
karena kamu salah berdoa,
sebab yang kamu minta akan kamu gunakan untuk memuaskan hawa nafsu.

Demikianlah sabda Tuhan.



Bait Pengantar Injil
2Tes 2:14

Allah telah memanggil kita lewat Injil,
sehingga kita boleh menikmati kemuliaan Yesus Kristus, Tuhan kita.



Bacaan Injil
Mrk 9:30-37

"Anak Manusia akan diserahkan...
Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu,
hendaklah ia menjadi pelayan dari semuanya."

Inilah Injil Suci menurut Markus:

Setelah Yesus dimuliakan di atas gunung,
Ia dan murid-murid-Nya melintas di Galilea.
Yesus tidak mau hal itu diketahui orang,
sebab Ia sedang mengajar murid-murid-Nya.
Ia berkata kepada mereka,
"Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia,
dan mereka akan membunuh Dia.
Tetapi tiga hari setelah dibunuh, Ia akan bangkit."
Mereka tidak mengerti perkataan itu,
namun segan menanyakannya kepada Yesus.

Kemudian tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Kapernaum.
Ketika sudah di rumah,
Yesus bertanya kepada para murid itu,
"Apa yang kamu perbincangkan tadi di jalan?"
Tetapi mereka diam saja;
sebab di tengah jalan tadi mereka mempertengkarkan
siapa yang terbesar di antara mereka.
Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu.
Kata-Nya kepada mereka,
"Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu,
hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya
dan menjadi pelayan dari semuanya."

Yesus mengambil seorang anak kecil ke tengah-tengah mereka.
Kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka,
"Barangsiapa menerima seorang anak seperti ini demi nama-Ku,
ia menerima Aku.
Dan barangsiapa menerima Aku,
sebenarnya bukan Aku yang mereka terima,
melainkan Dia yang mengutus Aku."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Saya tergelitik untuk merenungkan apa yang dimaksud Yesus dengan menerima anak kecil itu.
"Barangsiapa menerima seorang anak seperti ini demi nama-Ku, ia menerima Aku."
Apakah artinya kita mesti ramai-ramai menjadi petugas Sekami yang melayani anak-anak itu?
Ataukah kita akan mengangkat anak kecil untuk menjadi pemimpin kita?
Apa iya Yesus hendak memutar-balikkan, yang terkecil menjadi yang terbesar dan yang terbesar menjadi yang terkecil?

Dari kenyataan yang ada, kepentingan kerajaan Surga seringkali bertolak belakang dengan kepentingan kerajaan dunia.
Yang terbesar di dunia tidak serta-merta akan menjadi yang terbesar di Surga.
Sebaliknya, yang terbesar di Surga seharusnya juga menjadi yang terbesar di dunia.

Anak kecil sering dipandang sebelah mata oleh orang besar.
Anak kecil sering dianggap tidak tahu apa-apa, tidak punya hak berbicara, dan banyak melakukan kesalahan menurut pandangan orang dewasa.
Inilah yang dimaksudkan oleh Yesus.
Jika ingin menjadi pemimpin, hendaklah ia siap untuk diperlakukan orang seperti anak kecil.
Yesus tidak meminta kita kembali menjadi kanak-kanak.
Artinya juga, Yesus tidak memutar-balikkan siklus hidup manusia.

Untuk menjadi pewarta sabda Allah, kita mesti memiliki kesiapan untuk mendapatkan perlakuan seperti yang diterima oleh anak kecil, seperti yang diterima oleh Yesus sendiri.
Oleh karenanya, diperlukan keteguhan iman, kesabaran, dan ketulusan hati, serta jauh dari kepentingan duniawi.
Keteguhan iman seperti benih yang jatuh di tanah yang baik.
Kesabaran untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan.
Ketulusan hati untuk mendahulukan kepentingan Surgawi di atas kepentingan diri sendiri, tidak bertujuan untuk menjadi terkenal atau terbesar.



Peringatan Orang Kudus
Santo Thomas dari Vilkanova, Uskup dan Pengaku Iman
Thomas biasanya digambarkan lengkap dengan pakaian kebesarannya sebagai uskup didampingi para pengemis malang yang sedang meminta belas kasihan. Gambaran itu melukiskan keistimewaan yang ada pada Thomas sebagai seorang uskup yang menaruh keprihatinan besar kepada para miskin.
Thomas berkebangsaan Spanyol. Ia lahir pada tahun 1488 dari sebuah keluarga Kristen yang taat agama. Semenjak kecilnya, Thomas tampak cerdas dan pandai bergaul. Orangtuanya mendidiknya secara baik menurut adat istiadat Kristen Spanyol. Pada masa mudanya, ia dikirim belajar di Universitas Alkala yang termasyhur di Spanyol pada masa itu. Di sana ia menekuni banyak ilmu termasuk Filsafat dan Teologi. Setelah menyelesaikan studinya, ia diminta menjadi mahaguru di Alkala dalam bidang Filsafat. Mahaguru muda ini dalam waktu singkat segera harum namanya di Universitas Alkala karena kecerdasannya dan kepandaiannya dalam mengajar. Semua mahasiswa yang mengikuti kuliahnya kagum dan senang akan dia. Beberapa universitas lain, misalnya Universitas Salamanca, meminta dia juga untuk mengajar namun permintaan itu ditolaknya karena ia bercita-cita menarik diri dari dunia ramai untuk menjalani suatu corak hidup yang baru: hidup dalam doa dan tapa. Kiranya dengan cara itu ia dapat menghindarkan diri dari segala penghormatan dan kesenangan duniawi.
Dalam doa dan kesunyian pertapaan itu, ia menemukan jalan hidupnya yang sebenarnya: jalan hidup sebagai abdi Allah dalam kehidupan membiara. Pada tahun 1516, ia masuk tarekat Santo Agustinus dan tak lama kemudian ia ditahbiskan menjadi imam. Dengan jalan hidup baru ini, ia benar-benar menemukan jalan yang tepat untuk mencurahkan segala kemampuannya kepada Gereja dan sesamanya. Selama 25 tahun ia merangkap beberapa jabatan penting dalam Ordo Agustin. Ia dikenal sebagai seorang imam pengkotbah terbaik di Spanyol dan tokoh teladan dalam hal doa dan tapa. Ia tidak pernah menuntut dari orang lain apa yang dia sendiri tidak lakukan. Ia dipilih sebagai kepala biara sekaligus Provinsial Ordo. Pada masa jabatannya, ia mengutus banyak imamnya ke Meksiko. Karena prestasi dan kesalehan hidupnya, ia ditawarkan jabatan Uskup Granada, tetapi ia menolak tawaran itu karena lebih suka menjadi seorang biarawan biasa.
Setelah tawaran Granada, ia ditawari jabatan Uskup Valencia. Kali ini karena patuh pada kaul ketaatannya kepada Takhta Suci dan Kaisar Karel V, ia dengan rendah hati menerima jabatan Uskup Valencia. Selama menjadi Uskup Valencia, ia tetap menunjukkan kesederhanaannya dan tetap berpakaian jubah tarekatnya. Semua harta miliknya dibagi-bagikan kepada para fakir miskin, khususnya kepada gadis-gadis yang tidak cukup uang untuk menikah, yatim piatu dan anak-anak terlantar. Meskipun demikian, Tuhan tetap mencukupi semua kebutuhannya, juga semua yang dibutuhkan oleh keuskupannya. Sekali ia mendapat sejumlah besar uang untuk kebutuhan rumah tangga keuskupan. Tetapi uang itu digunakannya untuk membangun sebuah rumah sakit.
Thomas mencurahkan perhatiannya pada usaha pembaharuan keuskupannya yang sudah lama tidak terurus baik. Ia menggalakkan pembaharuan tata tertib dan semangat iman umat dengan kotbah-kotbah dan pengajaran-pengajarannya. Semua umatnya sangat mengagumi dia sebagai seorang gembala jiwa yang benar-benar menampakkan cinta kasih Kristus kepada manusia. Setelah lama berkarya bagi umatnya, ia meninggal dunia pada tahun 1555.

Santo Mauritius dkk, Martir
Mauritius adalah perwira tinggi Romawi yang berasal dari Thebais, Mesir. Ia memimpin sejumlah pasukan dalam Legiun Theban yang terkenal gesit dan berani. Bersama dengan beberapa kawannya, Mauritius dikenal sebagai orang Kristen. Mereka kemudian dibunuh atas perintah Kaisar Maksimianus karena tidak turut dalam upacara korban kepada dewa-dewi Romawi pada tahun-tahun terakhir abad ketiga.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2024-09-21 Sabtu.

Liturgia Verbi (B-II)
Pesta S. Matius, Rasul dan Penulis Injil

Sabtu, 21 September 2024



Bacaan Pertama
Ef 4:1-7.11-13

"Ada yang dianugerahi menjadi rasul,
ada yang menjadi pewarta Injil."

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus
kepada Jemaat di Efesus:

Saudara-saudara,
aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, menasehati kamu,
supaya sebagai orang-orang yang telah dipanggil,
kamu hidup sepadan dengan panggilan itu.
Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar.
Tunjukkanlah kasihmu dalam saling membantu.
Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh
dalam ikatan damai sejahtera:
Satu tubuh dan satu Roh,
sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan
yang terkandung dalam panggilanmu;
satu Tuhan, satu iman, satu baptisan,
satu Allah dan Bapa dari semua,
yang di atas semua, menyertai semua dan menjiwai semua.

Akan tetapi kepada kita masing-masing
telah dianugerahkan kasih karunia
menurut ukuran pemberian Kristus.
Dialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi,
baik pemberita Injil, gembala umat, maupun pengajar;
semuanya itu untuk memperlengkapi orang-orang kudus
bagi tugas pelayanan demi pembangunan tubuh Kristus.
Dengan demikian akhirnya kita semua mencapai
kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah,
kedewasaan penuh dan tingkat pertumbuhan
yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 19:2-3.4-5,R:5a

Refren: Di seluruh bumi bergemalah suara mereka.

*Langit menceritakan kemuliaan Allah,
dan cakrawala memberitakan karya tangan-Nya;
hari yang satu mengisahkannya kepada hari yang lain,
dan malam yang satu menyampaikan pengetahuannya
kepada malam berikut.

*Meskpun tidak berbicara,
dan tidak memperdengarkan suara,
namun di seluruh bumi bergaunglah gemanya,
dan amanat mereka sampai ke ujung bumi.



Bait Pengantar Injil


Allah, Tuhan kami, Engkau kami puji dan kami muliakan.
Kepada-Mu paduan para rasul bersyukur.



Bacaan Injil
Mat 9:9-13

"Berdirilah Matius, lalu mengikuti Yesus."

Inilah Injil Suci menurut Matius:

Pada suatu hari,
Yesus melihat seorang yang bernama Matius
duduk di rumah cukai.
Yesus berkata kepadanya, "Ikutlah Aku!"
Maka berdirilah Matius, lalu mengikuti Dia.

Kemudian, ketika Yesus makan di rumah Matius,
datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa,
makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya.
Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi
kepada murid-murid Yesus,
"Mengapa gurumu makan bersama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?"
Yesus mendengarnya dan berkata,
"Bukan orang sehat yang memerlukan tabib,
melainkan orang sakit.
Maka pergilah dan pelajarilah arti firman ini:
Yang Kukehendaki ialah belas-kasihan dan bukan persembahan,
karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar,
melainkan orang berdosa."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Santo Matius yang kita peringati hari ini adalah seorang rasul dan juga penulis Injil.
Bacaan Injil Matius hari ini mengisahkan tentang perjumpaan Yesus dengan Matius, yang juga ditulis di Injil Lukas dan Markus, tetapi menggunakan nama Lewi, anak Alfeus.

Profesi Matius adalah pemungut cukai, profesi yang disamakan dengan pendosa dan tidak mendapat tempat yang layak di kalangan orang Yahudi, tetapi tanpa ba-bi-bu Yesus berkata kepadanya, "Ikutlah Aku!".
Menjadi pemungut cukai di kota Kapernaum, terlebih mendapat "backup" dari pemerintah Romawi, tentulah secara finansial kehidupan Matius sudah lebih dari cukup.
Lalu datang Yesus dan mengajaknya meninggalkan kemapanan hidupnya itu, untuk hidup dalam kemiskinan dan pekerjaannya dari hari ke hari hanya melayani orang lain saja, bukankah ini merupakan hal yang sangat sulit bagi Matius untuk serta-merta berdiri lalu mengikuti Yesus?

Ketika saya meyakini akan panggilan Tuhan kita Yesus Kristus, saya pun dalam situasi yang dilematis, berdiri…tidak…berdiri…tidak…
Sebetulnya saya punya se gudang alasan untuk menolak panggilan-Nya, seperti yang dilakukan orang, ""Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku." atau "Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku." [Luk 9:57-62]
Mengurus istri dan anak-anak saja tidak becus, bagaimana saya dapat melayani orang lain?
Kalau urusan meninggalkan keluarga, saya memang jagonya, tepatnya menelantarkan keluarga.
Begitu juga urusan kemiskinan, meninggalkan segala milik, tidak usah diajari karena waktu itu secara finansial saya memang sedang terpuruk, memang miskin.
Belum lagi dalam urusan Injil, mungkinkah orang mau mendengarkan saya yang banyak dosa dan tidak pernah membaca Injil ini?
Bukankah mereka akan berkata, "Hei, Sandy. Ngaca dulu kamu!" atau "Hei Sandy, singkirkan dahulu balok di matamu sebelum membantu orang lain menyingkirkan selumbar dari mata mereka!" atau ""Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lubang?"

Tetapi apa yang disampaikan oleh Yesus sungguh menguatkan saya, "Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.
Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, melainkan orang sakit."
Dan satu lagi, "Yang Kukehendaki ialah belas-kasihan dan bukan persembahan."
Sebagaimana Yesus memanggil seorang pemungut cukai, rupanya Yesus juga memanggil seorang pendosa besar yang bernama Sandy, bukan untuk menjadi rasul-Nya melainkan untuk menjadi hamba-Nya.
Ya, saya merasa betul-betul menjadi seorang hamba, karena seorang hamba akan mengerjakan apa saja yang diperintahkan oleh tuannya, bukan mengerjakan apa yang menjadi kehendaknya sendiri.
Maka saya pun berdiri, lalu mengikuti Yesus.



Peringatan Orang Kudus
Santo Mateus, Rasul dan Penulis Injil
Murid-murid Yesus berasal dari berbagai lapisan masyarakat dengan pekerjaan dan gaya hidup masing-masing: rakyat jelata dan pegawai, miskin dan kaya, nelayan dan pemungut cukai. Hari ini Gereja merayakan pesta Santo Mateus, Rasul dan Pengarang Injil. Ayahnya bernama Alpheus. Ia sendiri pun disebut juga Levi. Mateus dikenal luas sebagai pemungut cukai di kota Kapernaum, daerah Galilea. Di kalangan masyarakat Yahudi, terutama para pemimpinnya, jabatan pemungut cukai dipandang sebagai jabatan kotor. Para pemungut cukai dipandang sebagai pendosa, yang dapat disejajarkan dengan pembunuh, perampok, penjahat, pelacur dll. Alasannya ialah mereka itu adalah sahabat dan kaki-tangan Romawi, bangsa kafir yang menjajah mereka. Meskipun tuduhan itu tidak seluruhnya benar, namun Mateus jelas digolongkan dalam kelompok yang tak terhormat ini. Apa boleh buat karena itulah pandangan umum masyarakat Yahudi.
Segera terlihat bahwa Mateus masih berharga di mata Tuhan. Yesus memanggil dia: "Ikutilah Aku!" Panggilan ini menunjukkan bahwa bagi Yesus, Mateus masih memiliki titik-titik kebaikan yang dapat diandalkan. Peristiwa panggilan Mateus sempat mencengangkan banyak orang: "Bagaimana mungkin Yesus memanggil dan memilih seorang pendosa menjadi muridNya?" Ketika Mateus mengadakan perjamuan besar di rumahnya bagi Yesus dan murid-muridNya, banyak pemungut cukai hadir juga. Kaum Farisi dan orang-orang lain yang tidak menyukai Yesus semakin membenci Yesus: "Mengapa gurumu makan bersama dengan para pendosa?" Pada saat itulah, Yesus mengatakan: "Bukan orang sehat yang memerlukan dokter, melainkan orang sakit. Aku datang bukan untuk memanggil orang saleh, melainkan orang berdosa."
Terhadap panggilan Yesus "Ikutilah Aku!", Mateus segera bangun dan mengikuti Yesus. Ia meninggalkan seluruh hartanya yang banyak itu, dan dengan rela memulai suatu hidup yang baru bersama Yesus dan murid-murid lainnya. Sikap tegas Mateus menunjukkan bahwa ia memiliki sifat-sifat Kerajaan Allah: semangat kemiskinan dan pelayanan, terutama cinta dan iman-kepercayaan akan Yesus.  
Mateus, seorang terpelajar. Ia dapat berbicara dan menulis dalam bahasa Yunani dan Aramik, suatu dialek bahasa Ibrani. Riwayat hidupnya tidak banyak diketahui, baik sebelum maupun sesudah dipanggil Yesus. Menurut tradisi lisan purba, setelah Yesus naik ke surga, Mateus mewartakan Injil dan berkarya di tengah kaum sebangsanya: orang­orang Kristen keturunan Yahudi di Palestina atau Siria selama kira-kira 15 tahun. Selama itulah ia menulis Injilnya yang berisi pengajaran agama dan kesaksian tentang Yesus kepada orang-orang Kristen keturunan Yahudi. Injilnya ditulis kira-kira antara tahun 50-65. Dalam Injilnya, Mateus menegaskan bahwa Yesus dari Nazareth itu adalah benar-benar Mesias yang dijanjikan Allah dan dinubuatkan para nabi dalam masa Perjanjian Lama. La membuka Injilnya dengan membeberkan silsilah Yesus Kristus mulai dari Abraham sampai Maria yang melahirkan Yesus. Dengan silsilah itu, ia mau menunjukkan dengan tegas kemanusiaan Yesus dan kedudukanNya sebagai Penyelamat (terakhir!) yang dijanjikan Allah. Itulah sebabnya, Injil Mateus dilambangkan dengan 'manusia bersayap'.
Setelah menuliskan Injilnya, Mateus pergi ke arah timur: ke Masedonia, Mesir, Etiopia dan Persia. Konon ia mati sebagai martir di Persia karena mewartakan Injil tentang Yesus Kristus.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2024-09-20 Jumat.

Liturgia Verbi (B-II)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXIV

Jumat, 20 September 2024

PW S. Andreas Kim Taegon, Imam, dan Paulus Chong Hasang, dkk. Martir Korea



Bacaan Pertama
1Kor 15:12-20

"Andaikata Kristus tidak bangkit, sia-sialah kepercayaan kita."

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus:

Saudara-saudara,
jika kami wartakan,
bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati,
bagaimana mungkin ada di antara kalian
yang mengatakan bahwa tidak ada kebangkitan orang mati?
Kalau tidak ada kebangkitan orang mati,
maka Kristus juga tidak dibangkitkan.
Dan andaikata Kristus tidak dibangkitkan,
sia-sialah pewartaan kami, dan sia-sialah pula kepercayaanmu.
Apalagi andaikata demikian, kami ternyata berdusta terhadap Allah,
karena tentang Dia kami katakan,
bahwa Ia telah membangkitkan Kristus,
padahal Ia tidak membangkitkan-Nya,
andaikata benar bahwa orang mati tidak dibangkitkan.

Sebab andaikata benar bahwa orang mati tidak dibangkitkan,
maka Kristus juga tidak dibangkitkan.
Dan andaikata Kristus tidak dibangkitkan,
maka sia-sialah kepercayaanmu,
dan kalian masih hidup dalam dosamu.
Dengan demikian,
binasa pulalah orang-orang yang meninggal dalam Kristus.
Dan jikalau kita berharap pada Kristus hanya dalam kehidupan ini,
kita ini orang-orang yang paling malang di antara semua manusia.

Namun ternyata Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati
sebagai yang sulung
dari antara orang-orang yang telah meninggal dunia.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 17:1.6-7.8b.15,R:15b

Refren: Pada waktu bangun aku menikmati hadira-Mu, ya Tuhan.

*Dengarkanlah, Tuhan pengaduan yang jujur,
perhatikanlah seruanku;
berilah telinga kepada doaku,
doa dari bibir yang tidak menipu.

*Aku berseru kepada-Mu karena Engkau menjawab aku, ya Allah;
sendengkanlah telinga-Mu kepadaku, dengarkanlah perkataanku.
Tunjukkanlah kasih setia-Mu yang ajaib,
ya Engkau yang menyelamatkan orang-orang
yang berlindung pada tangan kanan-Mu terhadap pemberontak.

*Peliharalah aku seperti biji mata,
sembunyikanlah aku dalam naungan sayap-Mu.
Tetapi aku, dalam kebenaran akan kupandang wajah-Mu,
dan pada waktu bangun aku akan menjadi puas dengan rupa-Mu.



Bait Pengantar Injil
Mat 11:25

Terpujilah Engkau, Bapa, Tuhan langit dan bumi
sebab misteri kerajaan Kaunyatakan kepada orang kecil.



Bacaan Injil
Luk 8:1-3

"Beberapa wanita menyertai Yesus dan melayani Dia dengan harta bendanya."

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Yesus berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa
memberitakan Injil Kerajaan Allah.
Kedua belas murid menyertai Dia,
dan juga beberapa wanita,
yang telah disembuhkan-Nya dari roh-roh jahat serta berbagai macam penyakit,
selalu menyertai Dia.
Pada wanita itu ialah:
Maria yang disebut Magdalena,
yang telah dibebaskan dari tujuh setan;
Yohana, isteri Khuza, bendahara Herodes,
Susana dan banyak lagi yang lain.
Wanita-wanita itu melayani seluruh rombongan
dengan harta kekayaan mereka.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Mari kita renungkan tentang keterlibatan kita dalam pelayanan karya penyelamatan, dengan melihat pelayanan yang diperbuat oleh beberapa wanita yang menyertai Yesus dan melayani Dia dengan harta bendanya, sebagaimana yang ditulis pada Injil Lukas dari Bacaan Injil hari ini.
Para wanita itu melibatkan diri dalam pelayanan dengan cara melayani berbagai kebutuhan rombongan Yesus, entah itu konsumsi atau kebutuhan lainnya.
Dalam melayani, mereka tidak mengajukan budget, karena mereka menggunakan kekayaan yang mereka miliki.

Apakah pelayanan dari para wanita itu masih kurang berarti dibandingkan pelayanan lainnya, katakanlah sebagai pewarta Injil?
Memberitakan Injil adalah salah satu bentuk pelayanan yang penting, karena itu diperintahkan langsung oleh Yesus sendiri; kita diutus untuk mewartakannya ke seluruh penjuru dunia.
Tetapi pelayanan yang dikerjakan oleh para wanita itu tidak kalah pentingnya.
Tengoklah sebuah mobil, mana yang lebih penting: mesin atau rodanya?
Dapatkah mobil melaju tanpa roda?  Dapatkah mobil melaju tanpa mesin yang mendorongnya?
Ah, dua-duanya sama pentingnya, saling melengkapi.
Demikian pulalah dalam hal pelayanan.

Tidaklah mungkin meminta Yesus setiap hari menggandakan roti dan ikan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi bagi rombongan Yesus, atau meminta Yesus untuk membuat mereka tidak merasa lapar walaupun tidak makan-makan, tapi tetap sehat dan bertenaga.
Bukankah Yesus itu Tuhan yang mampu melakukan apa saja yang dimaui-Nya sekali pun itu mustahil bagi manusia?
Nanti dulu.
Mengapa Yesus mau bersusah-susah turun ke dunia dan menjadi manusia, padahal apa pun yang menjadi tujuan-Nya tetap bisa dilakukan-Nya dari Surga?

Kita diciptakan oleh Allah Bapa seturut citra Allah, di mana di dalamnya terkandung pengertian akan adanya kebebasan dalam menentukan sikap dan perbuatan.
Kita diberi kebebasan untuk mematuhi kehendak Allah atau menentang-Nya.
Tetapi ada waktunya kelak, yang mematuhi kehendak-Nya akan diselamatkan, akan diajak-Nya serta dalam hidup kekal di Surga.
Jadi, Tuhan menciptakan manusia sesuai citra Allah, Tuhan tidak menciptakan robot yang tak mampu berbuat lain selain yang diperintahkan kepadanya.
Tumbuhan, atau binatang yang paling menjijikan sekali pun, tetap diberinya "hidup" seturut kesempatan bebas itu, apalagi manusia yang sesuai dengan citra-Nya.

Maka dari itulah,
Yesus yang lahir dari rahim Bunda Maria itu adalah 100 persen manusia, dan juga 100 persen Tuhan.
Menjadi manusia, lalu mesti bersusah-payah bepergian dari satu kota ke kota yang lain, dari satu desa ke desa yang lain, dan sebagainya.
Itulah mengapa Yesus tidak bekerja sendirian.
Di awal karya-Nya, Yesus memanggil orang-orang untuk bersama-sama Dia melakukan belusukan itu, termasuk para wanita yang dikisahkan dalam Injil hari ini.

Masing-masing dipanggil dengan caranya sendiri, diberi peran yang berbeda-beda tetapi saling melengkapi.
Begitu pula halnya kita.
Kita dipanggil dengan cara yang berbeda-beda, tetapi dipanggil untuk tujuan yang sama, namun dengan peran yang berbeda-beda.
Kita semua dipanggil-Nya, everyone invited.
Kita semua dipanggil untuk terlibat, tak ada alasan untuk merasa tidak mampu, tidak punya waktu, apalagi tidak mau.
Kalau dicari-cari, kita punya se gudang alasan untuk menolak panggilan, menolak terlibat dalam pelayanan.
Apa iya, setiap hari kita memanjatkan banyak sekali doa permohonan kepada Tuhan, tetapi menolak ketika diminta untuk membantu Tuhan mengabulkan doa permohonan orang lain? Menolak terlibat dalam karya Tuhan untuk menyelamatkan lebih banyak orang lagi?



Peringatan Orang Kudus
Santa Kolumba dan Pamposa, Martir
Kolumba dan Pamposa adalah dua orang biarawati Benediktin. Ketika biara mereka diserang dan dihancurkan oleh Sultan Muhammed I dari Cordova, Spanyol, semua suster lain melarikan diri, kecuali Suster Kolumba. Di hadapan para penangkapnya ia mengakui diri sebagai biarawati. Oleh karena itu dia dipenggal kepalanya. Menyaksikan peristiwa itu, Pamposa menghadap raja untuk mempertobatkannya, tetapi ia mengalami nasib yang sama seperti Suster Kolumba. Peristiwa berdarah itu terjadi atas diri kedua suster itu pada tahun 853.

Santo Eustakius, Martir
Eustakius berasal dari Madrid, Spanyol. Dalam jajaran para kudus, ia dihormati sebagai salah seorang santo pelindung bagi para pemburu dan penolong dalam kesukaran hidup. Kisah hidupnya tidak cukup jelas diketahui. Namun dari cerita yang berkembang di kalangan umat beriman, diketahui bahwa ia adalah seorang panglima militer Romawi yang sangat masyhur.
Keanggotaannya di dalam Gereja Kristus terjadi secara ajaib. Konon sementara ia berburu di Guadagnolo, Italia Tengah, tampaklah padanya seekor rusa jantan yang menyandang sebuah 'salib' di antara tanduk­tanduknya. Ia terpaku memandang rusa itu dan tidak berani membunuhnya. Semenjak itu ia mulai banyak merenung perihal arti penglihatan ajaib itu. Lalu ia memutuskan untuk menjadi Kristen bersama anak­isterinya. Keputusan ini mengakibatkan ia dipecat dari jajaran militer Romawi dan dari jabatannya sebagai panglima perang. Ia kemudian mengalami banyak kesulitan hidup, menjadi miskin dan melarat. Isteri dan anak-anaknya dipisahkan dari padanya.
Krisis di dalam kekaisaran Romawi menyebabkan ia dipanggil kembali oleh Kaisar Trajanus untuk memimpin pasukan ke Eropa Timur. Dalam ekspedisi itu secara tak terduga ia bertemu kembali dengan isteri dan anak-anaknya jauh dari Roma. Dalam peperangan itu, Eustakius memperoleh kemenangan yang gemilang atas pasukan musuh, dan disambut dengan meriah oleh rakyat Roma.
Sebagai ucapan syukur kaisar mengadakan upacara korban untuk menghormati dewa-dewi Romawi. Eustakius menolak mengikuti upacara kafir itu justru karena imannya akan Kristus. Ia memang sadar sepenuhnya bahwa kekafiran merupakan lawan yang berat dan berbahaya, namun demi imannya ia dengan tegas menolak setiap bujukan kaisar untuk ikut serta di dalam upacara syukur kafir itu. Karena pendiriannya yang tegas itu, akhirnya ia bersama keluarganya dicampakkan ke dalam api hingga hangus terbakar pada tahun 120.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2024-09-19 Kamis.

Liturgia Verbi (B-II)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXIV

Kamis, 19 September 2024

PF S. Yanuarius, Uskup dan Martir



Bacaan Pertama
1Kor 15:1-11

"Begitulah kami mengajar dan begitu pulalah kalian mengimani."

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus
kepada Jemaat di Korintus:

Saudara-saudara,
aku mau mengingatkan kalian akan Injil
yang sudah kuwartakan kepadamu dan sudah kalian terima,
dan yang di dalamnya kalian teguh berdiri.
Oleh Injil itu kalian diselamatkan,
asal kalian berpegang teguh padanya
sebagaimana kuwartakan kepadamu;
kecuali kalau kalian sia-sia saja menjadi percaya.

Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu,
yaitu apa yang telah kuterima sendiri,
ialah bahwa Kristus telah wafat karena dosa kita,
sesuai dengan Kitab Suci;
bahwa Ia telah dimakamkan,
dan pada hari ketiga telah dibangkitkan,
sesuai dengan Kitab Suci;
bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas
dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya.
Sesudah itu Ia menampakkan diri
kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus;
kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang,
tetapi beberapa di antaranya sudah meninggal dunia.

Selanjutnya Ia menampakkan diri kepada Yakobus,
kemudian kepada semua rasul.
Dan yang paling akhir Ia menampakkan diri juga kepadaku,
seperti kepada anak yang paling hina dari semua rasul
dan tak layak disebut rasul,
sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah.
Tetapi berkat kasih karunia Allah,
aku menjadi sebagaimana aku sekarang,
dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku
tidak sia-sia.
Sebaliknya aku telah bekerja lebih keras daripada mereka semua;
tetapi bukannya aku,
melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.
Sebab itu entah aku, entah mereka, begitulah kami mengajar,
dan begitu pulalah kalian mengimani.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 118:1-2.16a-17.28,R:1a

Refren: Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik.

*Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik!
Kekal abadi kasih setia-Nya.
Biarlah Israel berkata,
"Kekal abadi kasih setia-Nya!"

*Tangan kanan Tuhan berkuasa meninggikan,
tangan kanan Tuhan melakukan keperkasaan!
Aku tidak akan mati, tetapi hidup,
dan aku akan menceritakan perbuatan-perbuatan Tuhan!

*Allahkulah Engkau, aku hendak bersyukur kepada-Mu,
Allahku, aku hendak meninggikan Dikau.



Bait Pengantar Injil
Mat 11:28

Datanglah kepada-Ku,
kalian semua yang letih dan berbeban berat.
Aku akan memberi kelegaan kepadamu.



Bacaan Injil
Luk 7:36-50

"Dosanya yang banyak telah diampuni,
karena ia telah banyak berbuat kasih."

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Pada suatu ketika
seorang Farisi mengundang Yesus makan di rumahnya.
Yesus datang ke rumah orang Farisi itu, lalu duduk makan.
Di kota itu ada seorang wanita yang terkenal sebagai orang berdosa.
Ketika mendengar
bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu,
datanglah ia membawa buli-buli pualam berisi minyak wangi.
Sambil menangis ia berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya,
lalu membasahi kaki-Nya dengan air matanya,
dan menyekanya dengan rambutnya.
Kemudian ia mencium kaki Yesus
dan meminyakinya dengan minyak wangi.

Ketika orang Farisi yang mengundang Yesus melihat hal itu,
ia berkata dalam hati,
"Seandainya Dia ini nabi, mestinya Ia tahu,
siapakah dan orang apakah wanita yang menjamah-Nya ini;
Mestinya Ia tahu, bahwa wanita ini adalah orang yang berdosa."

Lalu Yesus berkata kepada orang Farisi itu,
"Simon, ada yang hendak Kukatakan kepadamu."
Sahut Simon, "Katakanlah, Guru."
"Ada dua orang yang berhutang kepada seorang pelepas uang.
Yang seorang berhutang lima ratus dinar, yang lain lima puluh.
Karena mereka tidak sanggup membayar,
maka utang kedua orang itu dihapuskannya.
Siapakah di antara mereka akan lebih mengasihi dia?"

Jawab Simon,
"Aku sangka, yang mendapat penghapusan utang lebih banyak!"
Kata Yesus kepadanya, "Betul pendapatmu itu!"
Dan sambil berpaling kepada wanita itu,
Yesus berkata kepada Simon, "Engkau melihat wanita ini?
Aku masuk ke dalam rumahmu,
namun engkau tidak memberikan Aku air untuk membasuh kaki-Ku;
tetapi wanita ini membasahi kaki-Ku dengan air mata
dan menyekanya dengan rambutnya.
Engkau tidak mencium Aku,
tetapi sejak Aku masuk, ia tiada henti-hentinya mencium kaki-Ku.
Engkau tidak meminyaki kepala-Ku dengan minyak,
tetapi dia meminyaki kaki-Ku dengan minyak wangi.
Sebab itu Aku berkata kepadamu,
'Dosanya yang banyak itu telah diampuni,
karena ia telah banyak berbuat kasih.
Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih!"

Lalu Yesus berkata kepada wanita itu, "Dosamu telah diampuni."
Orang-orang yang makan bersama Yesus berpikir dalam hati,
"Siapakah Dia ini, maka Ia dapat mengampuni dosa?"
Tetapi Yesus berkata kepada wanita itu,
"Imanmu telah menyelamatkan dikau.   Pergilah dengan selamat!"

Demikianlah Sabda Tuhan.




Renungan Injil
Pada Bacaan Injil hari ini ada dua orang yang nampaknya sama-sama cukup mapan dalam hal ekonomi.
Yang satu adalah Simon, seorang Farisi, tentu bukan orang miskin karena ia mengundang Yesus untuk makan di rumahnya.
Yang satunya lagi, seorang wanita yang datang membawa buli-buli pualam berisi minyak wangi yang tentu juga harganya mahal.
Bedanya, sebagai seorang Farisi Simon tentu taat kepada hukum Taurat, sedangkan wanita itu terkenal sebagai orang berdosa.
Lalu menjadi pertanyaan, mengapa Yesus berkenan justru kepada wanita itu sementara kepada Simon Yesus tidak berkenan?

Meskipun tidak ditulis secara jelas, tapi kita bisa menangkap bahwa Simon mengundang Yesus bukan untuk menghormati Yesus, apalagi untuk mendapatkan pengampunan, bahkan terkesan Simon kurang menghormati Yesus.
Sudah menjadi etika umum di jaman itu, tuan rumah mesti menyediakan air untuk membasuh kaki tamu dan bahkan menyuruh hambanya untuk membasuh kaki tamunya.
Simon telah melanggar etika itu, ia tidak menyediakan air untuk membasuh kaki Yesus, sedangkan wanita itu membasuh kaki Yesus dengan airmatanya lalu menyekanya dengan rambutnya, bukan dengan handuk atau kain lap.

Wanita itu menangis tentulah bukan untuk bersandiwara.
Tercermin penyesalan yang dalam akan dosa-dosa yang telah diperbuatnya.
Penyesalan yang dalam inilah yang menumbuhkan iman yang besar dan bisa bertahan lama.
Dan iman itulah yang mendorong orang berbuat kasih.

Janganlah hendaknya kita membandingkan secara dangkal antara berbuat dosa dan berbuat kasih, seolah-olah perbuatan dosa dapat dihapuskan oleh perbuatan kasih, dihitung-hitung seperti menghitung hutang-piutang.
Menurut saya pemahaman yang keliru kalau kita berpikiran seperti ini, "Ah, enggak apa-apa berbuat dosa kecil, toh saya sudah banyak berbuat kasih."
Berbuat dosa kok enggak apa-apa?

Pengampunan dosa hanya bisa didapat melalui pertobatan, seperti yang ditunjukkan oleh wanita berdosa itu.
Pertobatan dipicu oleh penyesalan yang dalam atas dosa-dosa yang diperbuat.
Sementara Simon, orang Farisi itu, tidak menunjukkan penyesalannya, terkesan ia merasa diri sebagai orang benar, dan bahkan ia meragukan Yesus sebagai nabi.
Kalau Yesus sebagai nabi saja ia sudah ragu, manalah mungkin ia akan percaya kalau Yesus itu adalah Putra Allah?

Perbuatan kasih timbul dari iman kita kepada Tuhan Yesus.
Dapat dikatakan beriman kalau kita bersungguh-sungguh menaati ajaran-ajaran-Nya, termasuk tidak melanggarnya dengan perbuatan dosa.
Wanita itu adalah orang beriman.
Apa yang dilakukannya adalah pengakuan dosa, bahkan di hadapan orang banyak, bukan di bilik pengakuan dosa.
Pengakuan dosa adalah salah satu wujud ungkapan iman.
Dapat dipastikan ia datang ke rumah Simon tidak diundang.
Manalah mungkin Simon mau mengundang orang yang terkenal berdosa?

Berbuat kasih juga adalah ungkapan iman, bukan untuk membayar hutang dosa.
Dari iman itulah timbul pertobatan dan menghasilkan pengampunan.



Peringatan Orang Kudus
Santo Yanuarius, Martir
Konon Yanuarius lahir di Napoli, Italia pada akhir abad keempat. Beliau adalah Uskup Beneventum, Italia Selatan pada masa penganiayaan terhadap orang Kristen di bawah pemerintahan Kaisar Diokletianus.
Pembunuhan atas dirinya bermula dari kunjungannya ke penjara untuk menengok sahabat-sahabatnya yang dipenjarakan: Sossus, seorang diakon dari Miseno, bersama dengan Proculus, diakon dari Pozzuoli, dan dua orang awam lainnya: Euticius dan Acutius. Sedang ia menghibur rekan-rekannya itu, ia ditangkap dan diseret masuk penjara. Ia ditangkap oleh kaki tangan Gubernur Campania, bersama-sama dengan teman seperjalanannya diakon Festus dan Desiderius.
Setelah mengalami aneka siksaan fisik, mereka semua dibawa ke kandang binatang buas yang kelaparan. Aneh sekali bahwa binatang­binatang buas yang kelaparan itu seolah-olah takut menyentuh tubuh mereka. Melihat itu, rakyat bersama gubernurnya malu dan menuduh mereka menggunakan ilmu gaib untuk membungkam binatang-binatang garang itu. Segera para penguasa memutuskan hukuman penggal kepala atas mereka. Mereka mati terbunuh pada tahun 305 di Pozzuoli. Jenazah Uskup Yanuarius dibawa ke Napoli dan dimakamkan di dalam katedral.
Pada abad ke lima relikui Santo Yanuarius dipindahkan ke San Gennaro, dekat Solfatara. Selama perang Norman, relikui itu dipindahkan ke Beneventum, lalu kemudian ke Monte Virgine. Pada tahun 1491, relikui itu dibawa ke Napoli dan dimakamkan di sana.
Yanuarius dihormati sebagai pelindung kota Napoli. Selama abad ke-4, sebuah tempat yang berisi darah diperkirakan berasal dari Yanuarius. Darah itu tersimpan di dalam katedral Napoli. Setiap tahun, darah itu mencair kembali pada tanggal pestanya, 19 September. Mengenai hal itu, tak ada suatu pembuktian ilmiah yang dapat menjelaskan hal itu. Tetapi oleh umat kota Napoli, kejadian aneh itu merupakan sebuah mujizat.

Santo Theodorus, Uskup dan Pengaku Iman
Sepeninggal Uskup Canterbury, Inggris, Sri Paus memilih Theodorus sebagai penggantinya meskipun usianya sudah 66 tahun. Theodorus yang dikenal sebagai seorang biarawan awam ini lahir pada tahun 602 di Tarsus (Turki Timur), kota kelahiran Santo Paulus Rasul.
Sebagai gembala umat, Theodorus menyadari situasi umum Gereja di Inggris. Gereja belum benar-benar berakar di tanah Inggris. Oleh karena itu ia berusaha keras untuk memecahkan berbagai masalah yang ada dalam tubuh Gereja. Ia memanggil sinode para uskup Inggris untuk mendiskusikan masalah-masalah itu sampai tuntas. Tata cara hidup para imam, rohaniwan/wati dan lembaga-lembaga gerejawi dibaharuinya. Di bidang pendidikan ia membuka sekolah-sekolah di bawah pimpinan Santo Adrianus dari Afrika. Ia membaharui liturgi, nyanyian-nyanyian koral dan menegakkan hukum Gereja, serta berusaha mempererat hubungan Gereja di Inggris dengan Roma. Theodorus meninggal dunia pada tahun 690.

Santa Emilia de Rodat, Pengaku Iman
Emilia lahir di Rodez, sebuah kota di Prancis Selatan pada tahun 1787. Semenjak kecil dia dididik dan dibesarkan oleh neneknya di Villefranche-de-Rouergue, tak jauh dari Rodez. Di sana pada usia mudanya ia dikenal sebagai seorang gadis periang, penuh optimisme. Tetapi pada usia 17 tahun ia mengalami suatu perubahan yang mendalam, lalu memutuskan untuk mengabdikan seluruh hidupnya kepada Tuhan.
Mula-mula ia berkarya sebagai seorang guru bantu di sekolah Maison Saint-Cyr, Villefranche. Tetapi kemudian ia memprakarsai pendirian sebuah sekolah khusus untuk anak-anak dari keluarga-keluarga miskin tanpa memungut biaya. Sekolah ini dimulainya pada tahun 1815 dengan dukungan kuat dari Abbe Marty, kepala sekolah Maison Saint-Cyr, Villefranche.
Sekitar tahun itu ia menjadi suster. Beberapa tahun kemudian ia kemudian mendirikan sebuah kongregasi baru: 'Kongregasi Keluarga Kudus dari Villefranche'. Kongregasi ini berkarya di bidang pendidikan, perawatan kesehatan dan pemeliharaan orang-orang miskin. Rumah biaranya didirikan di Aubin, dekat Rodez. Emilia meninggal dunia pada tanggal 19 September 1852. Ia dinyatakan 'kudus' pada tahun 1950.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2024-09-18 Rabu.

Liturgia Verbi (B-II)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXIV

Rabu, 18 September 2024



Bacaan Pertama
1Kor 12:31-13:13

"Sekarang tinggal iman, harapan dan cinta kasih,
namun yang terlihat ialah cinta kasih."

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus
kepada Jemaat di Korintus:

Saudara-saudara,
berusahalah memperoleh karunia-karunia yang paling utama.
Dan aku menunjukkan kepadamu jalan yang lebih utama lagi.
Sekalipun aku dapat berbicara
dalam semua bahasa manusia dan malaikat,
tetapi jika tidak mempunyai kasih,
aku seperti gong yang bergaung atau canang yang gemerincing.
Sekali pun aku mempunyai karunia bernubuat
dan aku tahu segala rahasia serta memiliki seluruh pengetahuan;
sekalipun aku memiliki iman sempurna untuk memindahkan gunung,
tetapi jika tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.
Sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku,
bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar,
tetapi jika tidak mempunyai kasih,
sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.

Kasih itu sabar, murah hati, dan tidak cemburu.
Kasih tidak memegahkan diri,
tidak sombong dan tidak bertindak kurang sopan.
Kasih tidak mencari keuntungan diri sendiri,
tidak cepat marah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
Kasih tidak bersukacita atas kelaliman, tetapi atas kebenaran.
Kasih menutupi segala sesuatu, percaya akan segala sesuatu,
mengharapkan segala sesuatu, dan sabar menanggung segala sesuatu.
Kasih tidak berkesudahan.
Nubuat akan berakhir, bahasa roh akan berhenti,
dan pengetahuan akan lenyap.
Sebab pengetahuan kita tidak lengkap
dan nubuat kita tidak sempurna.
Tetapi bila yang sempurna tiba, hilanglah yang tidak sempurna.

Ketika masih kanak-kanak, aku berbicara seperti kanak-kanak,
merasa seperti kanak-kanak, dan berpikir seperti kanak-kanak pula.
Tetapi sekarang, setelah menjadi dewasa,
aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.
Sekarang ini kita melihat gambaran samar-samar seperti dalam cermin,
tetapi nanti dari muka ke muka.
Sekarang aku mengenal secara tidak sempurna,
tetapi nanti aku akan mengenal secara sempurna,
sebagaimana aku sendiri dikenal.

Demikianlah tinggal ketiga hal ini: iman, harapan dan kasih;
Namun yang terbesar di antaranya ialah kasih!

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 33:2-5.12.22,R:12b

Refren: Berbahagialah bangsa
yang dipilih Tuhan menjadi milik-Nya.

*Bersyukurlah kepada Tuhan dengan kecapi,
bermazmurlah bagi-Nya dengan gambus sepuluh tali!
Nyanyikanlah bagi-Nya lagu yang baru;
petiklah kecapi baik-baik mengiringi sorak dan sorai!

*Sebab firman Tuhan itu benar,
segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan.
Ia senang pada keadilan dan hukum;
bumi penuh dengan kasih setia-Nya.

*Berbahagialah bangsa yang Allahnya Tuhan,
suku bangsa yang dipilih Allah menjadi milik pusaka-Nya!
Kasih setia-Mu, ya Tuhan, kiranya menyertai kami,
seperti kami berharap kepada-Mu.



Bait Pengantar Injil
Yoh 6:64b.69b

Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah roh dan kehidupan.
Pada-Mulah sabda kehidupan kekal.



Bacaan Injil
Luk 7:31-35

"Hikmat Allah dibenarkan oleh orang yang menerimanya."

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Sekali peristiwa berkatalah Yesus kepada orang banyak,
"Dengan apakah akan Kuumpamakan orang-orang dari angkatan ini?
Mereka sama dengan anak-anak yang duduk di pasar dan berseru-seru,
'Kami meniup seruling bagimu, tetapi kalian tidak menari.
Kami menyanyikan kidung duka, tetapi kalian tidak menangis.'

Sebab ketika Yohanes Pembaptis datang,
dan ia tidak makan roti, dan tidak minum anggur,
kalian berkata, 'Ia kerasukan setan.'

Kemudian Anak Manusia datang,
Ia makan dan minum, dan kalian berkata,
'Lihatlah, seorang pelahap dan peminum,
sahabat pemungut cukai dan orang berdosa.'
Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Nyaris di setiap persoalan selalu timbul pro dan kontra, setuju dan tidak setuju, menerima dan menolak.
Di antara kedua kontradiksi itu selalu juga timbul kelompok yang berdiri di antara kedua kelompok yang saling bertentangan itu, yakni kelompok netral, tidak berpihak, bermain aman dan tak mau terlibat, atau bisa jadi tak tetap pendirian karena bisa ke kiri bisa ke kanan tergantung mana yang menguntungkan dirinya.

Begitu juga terhadap Hikmat Allah, ada yang menerima, ada yang menolak, dan ada yang abstain.
Pada bacaan Injil hari ini, Yesus menegaskan bahwa Hikmat Allah dibenarkan hanya oleh orang yang menerimanya.
Hikmat Allah tidak selalu dapat dipahami oleh nalar manusia, itu sebabnya mereka menolak.
Mereka menolak Yohanes Pembaptis karena dianggap terlalu keras, mereka juga menolak Yesus karena dianggap terlalu bebas.

Bersikap netral itu sesungguhnya merupakan penolakan terselubung.
Yesus mau agar kita menerima Hikmat Allah dengan sepenuh hati, berpihak secara fanatik terhadap Hikmat itu, sekali pun Hikmat itu nampak sebagai kebodohan bagi dunia [1Kor 1:18-25] dan tidak se jalan dengan hasrat kepuasaan yang menguasai hati dan pikiran kita.

Maka dari itu, marilah kita lebih berani bersikap, menyatakan keberpihakan kita kepada Hikmat Allah tanpa sedikit pun keraguan sekali pun seringkali tak se jalan dengan hikmat dunia uang penuh kedagingan itu.



Peringatan Orang Kudus
Santo Yosef Cupertino, Pengaku Iman
Yosef lahir di Cupertino, Lecce, Italia Selatan pada tanggal 17 Juni 1603. Keluarganya miskin sesuai dengan pendapatan ayahnya sebagai seorang tukang sepatu. Namanya sejak kecil adalah Yosef Desa. Di sekolah ia terkenal bodoh dan lamban. Tugas-tugas sekolah yang paling mudah pun tak mampu diselesaikannya. Kesehatannya pun selalu terganggu hingga ia berusia 10 tahun. Meskipun begitu ia bercita-cita tinggi. Tuhan kiranya mempunyai rencana khusus atas dirinya dengan menganugerahkan kepadanya kemampuan ber-ekstase. Karena itu kawan­kawan sekolahnya menjuluki dia: "Si mulut ternganga" (kebiasaan orang berekstase).
Kesehatannya, yang selalu terganggu oleh berbagai penyakit, membuat ibunya hampir-hampir putus asa. Banyak uang dihabiskan untuk biaya perawatan. Suatu hari ibunya membawa dia kepada seorang pertapa yang tinggal tak jauh dari Kupertino, untuk meminta doa penyembuhan. Akhirnya berkat doa-doa sang pertapa dan iman ibunya, Yosef dapat sembuh dari penyakitnya.
Cita-citanya menjadi seorang biarawan mulai dipikirkannya lagi. Ia lebih tertarik pada cara hidup Santo Fransiskus Asisi dan bermaksud menjadi pengikutnya. Pada usia 17 tahun ia diterima dalam novisiat bruder-bruder Kapusin. Tetapi segera tampak bahwa Yosef adalah pemuda yang minder, bodoh, banyak melakukan kesalahan dalam tugasnya. Oleh karena itu setelah 8 bulan di dalam biara, Yosef dikeluarkan. Memang ia sedih namun tidak berputus asa. Ia tetap berusaha untuk meraih cita-citanya. Dengan pertolongan pamannya, seorang imam Konventual, ia diterima di dalam biara itu. Ia ditugaskan menjaga kuda-kuda di Grotela dan sesekali ditugaskan mengemis di kota untuk kepentingan biara. Tugas-tugas ini dilaksanakannya dengan sabar dan penuh tanggung jawab. Kehidupan doa tidak pernah dilupakannya. Lama-kelamaan ia mulai dikenal oleh seluruh penduduk kota dan rekan-rekannya sebiara sebagai seorang biarawan yang saleh. Oleh rekan-rekannya, Yosef dianggap sebagai teladan kesucian hidup. Melihat kemajuan hidup rohaninya yang besar, pimpinan biara mengizinkan dia memasuki masa novisiat dan selanjutnya mengizinkan dia mempersiapkan diri untuk menjadi imam. Berkat Tuhan menyertai dia. Pada ujian penghabisan, Yosef dinyatakan lulus dengan baik dan layak ditahbiskan menjadi imam, pada tahun 1628. Anehnya, walaupun Yosef sulit sekali membaca namun ia dapat memecahkan masalah teologi yang rumit-rumit. Rahmat Tuhan pun makin lama makin berlimpah. Ia dianugerahi karisma dapat terbang, mampu meramal dan menyembuhkan penyakit.
Ada suatu kejadian luar biasa yang disaksikan orang banyak: pada suatu hari, ia terbang di atas kepala orang-orang yang ada di dalam gereja dari pintu gereja sampai ke altar. Ia pernah terbang ke puncak pohon zaitun dan bergantung di situ sambil bermeditasi. Anehnya dahan pohon itu tidak melengkung sama sekali. Semuanya itu menarik minat banyak orang termasuk rekan-rekannya. Dengan sendirinya rumah biara selalu dikerumuni banyak orang untuk menemui Yosef. Oleh sebab itu, pemimpin biara memindahkan dia ke biara yang terpencil selama 35 tahun hingga wafatnya. Yosef meninggal di Osimo, Italia, pada tanggal 18 September 1663.



https://liturgia-verbi.blogspot.co.id/


Liturgia Verbi 2024-09-17 Selasa.

Liturgia Verbi (B-II)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXIV

Selasa, 17 September 2024

PF S. Robertus Bellarmino, Uskup dan Pujangga Gereja



Bacaan Pertama
1Kor 12:12-14.27-31a

"Kalian semua adalah tubuh Kristus, dan masing-masing anggotanya."

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus
kepada Jemaat di Korintus:

Saudara-saudara,
Sebagaimana tubuh itu satu, meskipun anggotanya banyak,
dan semua anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh saja,
demikian pula Kristus.
Sebab kita semua telah dibaptis dalam satu Roh
menjadi satu tubuh,
dan juga diberi minum dari satu Roh,
entah kita orang Yahudi, entah bukan Yahudi,
entah budak, entah orang merdeka.
Sebab tubuh tidak terdiri atas satu anggota saja,
tetapi atas banyak anggota.

Kalian semua adalah tubuh Kristus,
dan masing-masing adalah anggotanya.
Dan Allah telah menentukan beberapa orang di dalam Jemaat:
pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar.
Selanjutnya Ia menentukan mereka yang mendapat karunia
untuk mengadakan mujizat,
untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin,
dan untuk berbicara dalam bahasa roh.

Adakah mereka semua rasul, atau nabi, atau pengajar?
Adakah semua mendapat karunia untuk mengadakan mujizat,
atau untuk menyembuhkan, atau untuk berbicara dalam bahasa roh,
atau untuk menafsirkan bahasa roh?
Maka berusahalah untuk memperoleh karunia-karunia yang utama.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 100:2-5,R:3c

Refren: Kita ini umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya.

*Beribadahlah kepada Tuhan dengan sukacita,
datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!

*Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah;
Dialah yang menjadikan kita, dan punya Dialah kita,
kita ini umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya.

*Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur,
masuklah ke pelataran-Nya dengan puji-pujian,
bersyukurlah kepada-Nya, dan pujilah nama-Nya!

*Sebab Tuhan itu baik,
kasih setia-Nya untuk selama-lamanya,
dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun.



Bait Pengantar Injil
Luk 7:16

Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita,
dan Allah mengunjungi umat-Nya.



Bacaan Injil
Luk 7:11-17

"Hai Pemuda, bangkitlah!"

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Pada suatu ketika pergilah Yesus ke sebuah kota bernama Nain.
Para murid serta banyak orang pergi bersama Dia.
Ketika Ia mendekati pintu gerbang kota,
ada orang mati diusung ke luar,
yaitu anak laki-laki tunggal seorang ibu yang sudah janda.
Banyak orang kota itu menyertai janda tersebut.

Melihat janda itu tergeraklah hati Tuhan oleh belas kasihan.
Lalu Tuhan berkata kepadanya, "Jangan menangis!"
Dihampiri-Nya usungan jenazah itu dan disentuh-Nya,
Maka para pengusung berhenti.
Tuhan berkata, "Hai Pemuda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!"
Maka bangunlah pemuda itu, duduk, dan mulai berbicara.
Yesus lalu menyerahkannya kepada ibunya.

Semua orang itu ketakutan,
dan mereka memuliakan Allah sambil berkata,
"Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita,"
dan "Allah telah mengunjungi umat-Nya."

Maka tersiarlah kabar tentang Yesus ke seluruh Yudea
dan ke seluruh daerah sekitarnya.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Renungan hari ini saya ambilkan dari renungan Daily Fresh Juice yang dibawakan oleh Ibu Erna Kusuma.

*Melihat, Tergerak, dan Bertindak*

Oleh Erna Kusuma

Para Pendengar Daily Fresh Juice dimana pun berada,
Hari ini kita akan merenungkan kisah yang indah dari Injil Lukas, tepatnya Injil Lukas Bab 7, Ayat 11 sampai 17, tentang Yesus membangkitkan anak muda di Nain.

Sebagai seorang ibu, saya sangat memahami bagaimana perasaan seorang ibu yang harus mengalami kehilangan, mula-mula kehilangan suami lalu mesti kehilangan anak laki satu-satunya.
Mari kita dengarkan kisahnya.

Inilah Injil Suci menurut Lukas:
[Bacaan Injil]
Demikianlah sabda Tuhan.

Para Pendengar setia Daily Fresh Juice yang dikasihi Tuhan,
Hari ini, kita mendengar tentang kota kecil Nain. Kota ini mungkin hanya disebut sekali dalam Injil, tapi menjadi tempat di mana Yesus melakukan mukjizat besar—membangkitkan anak seorang janda.
Namun, tujuan dari cerita ini bukan hanya untuk merayakan peristiwa besar itu
atau menyebarkan kabar heboh ke seluruh Yudea.
Bagi saya, Tuhan mengundang kita untuk belajar dari Kasih-Nya,
bagaimana kita bisa menjadi saluran dari belas kasih-Nya
kepada orang-orang di sekitar kita yang sedang dalam kesulitan dan duka.

Yang pertama yang dilakukan Yesus ketika tiba di Nain adalah melihat.
Dalam bahasa Jawa, kita sering mengenal istilah "eling lan waspada"—selalu ingat dan waspada akan apa yang terjadi di sekitar kita.
Ketika Yesus sampai di pintu gerbang kota, Dia melihat arak-arakan pemakaman.
Dia melihat seorang janda yang menangis sedih.
Seorang ibu yang sudah kehilangan suaminya, kini harus merelakan anak laki-laki satu-satunya.

Di zaman ini, seringkali kita terlalu sibuk dengan urusan pribadi, sehingga lupa atau abai melihat kesedihan atau kesulitan orang lain.
Apakah kita sudah benar-benar "melihat" mereka yang ada di sekitar kita?
Ataukah mata kita dibutakan oleh masalah kita sendiri,
seperti keinginan yang belum tercapai atau beban hidup yang kita hadapi?

Sebagai wanita, sering kali kita punya naluri alami untuk memperhatikan orang lain, tetapi kadang-kadang, dalam kesibukan sehari-hari, kita lupa untuk benar-benar melihat, untuk hadir dalam kehidupan orang lain seperti Yesus melihat janda itu dengan penuh kasih.

Para Pendengar setia Daily Fresh Juice yang dikasihi Tuhan,
Melihat saja tidak cukup.
Langkah berikutnya adalah tergerak oleh belas kasihan.
Ketika Yesus melihat janda itu, Dia tidak tinggal diam.
Hati-Nya tergerak oleh belas kasihan.
Saya yakin kita tahu apa artinya merasakan empati.
Empati bukan hanya sekadar merasa kasihan, tapi juga mencoba memahami, merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.

Saya teringat ketika anak-anak saya terluka atau sakit, saya bisa merasakan sakit mereka. Itulah empati yang sebenarnya. Begitu juga yang dirasakan oleh Yesus.
Dia tidak hanya melihat penderitaan janda itu, tetapi benar-benar merasakan duka cita yang mendalam di hatinya.
Apakah kita juga bisa seperti itu?
Apakah kita mampu merasakan kesulitan orang lain, bahkan jika mereka bukan anggota keluarga kita?

Dalam budaya Jawa, kita diajarkan untuk saling nguwongke, menghormati dan memperlakukan orang lain seperti keluarga kita sendiri.
Belas kasihan tumbuh dari hati yang penuh dengan kasih.
Yesus mengundang kita untuk memiliki hati yang lembut, peka terhadap penderitaan orang lain, sehingga kita dapat menjadi cermin dari belas kasih-Nya.

Setelah melihat dan tergerak oleh belas kasihan, langkah terakhir adalah bertindak. Yesus tidak hanya berhenti pada rasa kasihan.
Dia bertindak.
Dia mendekati peti jenazah, menyentuhnya, dan berkata, "Hai Pemuda, bangkitlah!" Dan yang luar biasa, pemuda itu bangkit kembali,
dan Yesus menyerahkannya kembali kepada ibunya.

Tindakan Yesus ini sangat nyata.
Dalam hidup kita sehari-hari, tindakan nyata bisa beragam bentuknya.
Bisa berupa doa untuk orang yang sedang berduka, hadir di tengah-tengah mereka, atau bahkan membantu mereka secara finansial.
Tidak harus besar, tetapi tindakan yang tulus,
yang berasal dari hati yang tergerak oleh kasih.
Dalam tradisi Jawa, kita mengenal tepa selira—berusaha memahami dan membantu orang lain dengan tindakan nyata.

Jangan sampai belas kasihan kita hanya berhenti pada kata-kata seperti "turut berduka cita" yang kita sampaikan lewat pesan singkat
|atau sekadar ucapan singkat tanpa tindakan lebih lanjut.
Mungkin kita bisa lebih jauh dengan mendoakan, mengunjungi, atau membantu secara langsung.
Konsep gotong royong yang sudah kita kenal, juga sangat relevan—bahwa kita bersama-sama membantu mereka yang sedang kesusahan, baik secara fisik maupun emosional.

Para Pendengar setia Daily Fresh Juice yang dikasihi Tuhan,
Mukjizat yang dilakukan Yesus di Nain ini bukan hanya soal membangkitkan orang mati.
Ini adalah undangan bagi kita untuk membangkitkan kasih di dalam hati kita,
untuk menjadi tanda nyata dari kasih Yesus.
Dengan melihat, tergerak oleh belas kasihan, dan bertindak,
kita bisa membawa terang dan harapan bagi orang-orang yang membutuhkan.

Mari kita jeda sejenak untuk merenung:
Apakah ada orang di sekitar kita yang sedang membutuhkan kasih dan perhatian kita?
Maukah kita meneladani Yesus dalam hal ini,
menjadi pembawa harapan bagi mereka yang sedang dalam kesusahan?

Semoga renungan ini bisa menginspirasi kita semua untuk menjadi saluran belas kasih Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.
Semoga Tuhan selalu memberkati langkah kita dalam menebar kasih di dunia ini.

Marilah sekarang kita berdoa bersama untuk menutup renungan kita hari ini.

Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus, Amin.
Ya Allah Bapa kami,
Kami bersyukur oleh karena sabda-Mu yang disampaikan melalui Injil Lukas ini, kami mendapat pencerahan tentang bagaimana seharusnya kami melihat, berbelas-kasih serta mengambil langkah-langkah nyata untuk orang-orang di sekitar kami.
Kami selalu mengharapkan kehadiran Roh Kudus agar niat baik bagi sesama ini dapat mengundang mujizat-Mu terjadi.
Kami berdoa di dalam Yesus Kristus, Tuhan dan penyelamat kami.
Amin.
Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus, Amin.

Terimakasih.
Sampai jumpa bulan depan!



Peringatan Orang Kudus
Santo Robertus Bellarminus, Uskup dan Pujangga Gereja
Robertus Bellarminus lahir di Montepulciano, dekat Siena, Italia pada tanggal 4 Oktober 1542. Oleh ibunya, adik Sri Paus Marsellus II, Robertus memperoleh pendidikan dasar yang sangat baik. Di kolese Yesuit setempat, Robertus terkenal cerdas dan ramah. Semua guru dan kawannya senang padanya. Ia senang berorganisasi dan menghimpun kawan-kawannya untuk mendiskusikan berbagai persoalan penting. Sastera Latin sangat digemarinya sehingga kadang-kadang ia semalaman sibuk mengarang dan membaca.
Ayahnya menginginkan dia menjadi dokter agar kelak dapat merawat para raja dan pangeran. Semua angan-angan ayahnya seolah sirna seketika pada waktu dia menyatakan keinginannya untuk menjalani hidup membiara dalam Serikat Yesus. Dengan tegas ayahnya menolak cita-citanya itu. Sebaliknya ibunya sangat mendukung bahkan menghendaki agar kelima anaknya menjadi imam dalam Serikat Yesus. Dengan berbagai cara ayahnya menghalangi dia.
Robertus tetap tenang menghadapi ayahnya. "Aku rasa, tugas seorang imam pun tidak jauh berbeda dengan tugas seorang dokter. Bukankah banyak orang membutuhkan pertolongan seorang imam? Lihat! Betapa banyak orang yang terlantar jiwanya karena kekurangan imam," demikian kata-kata Robert kepada ayahnya. "Baiklah Robert, kalau itulah yang kaukehendaki. Ayah tidak bisa menghalang-halangi kehendak Tuhan atas dirimu," jawab ayahnya.
Pada tanggal 19 September 1560, Robertus meninggalkan Montepulciano menuju Roma. Ketika itu ia berumur 18 tahun. Setibanya di Roma, ia menghadapi Pater Laynez, Jenderal Serikat Yesus masa itu. Pater Laynez menerima dia dengan senang hati dalam pangkuan Serikat Yesus. Ia diizinkan menjalani masa novisiat bersama rekan-rekannya yang lain. Masa novisiat ini dipersingkat karena kepintaran dan kepribadiannya yang mengesankan. Ia lalu disuruh belajar Filsafat di Collegium Romanum di Roma selama tiga tahun, dan belajar Teologi di Universitas Padua selama dua tahun.
Karya imamatnya dimulai dengan mengajar Teologi di Universitas Louvain, Belgia. Di sini ia meningkatkan pengajaran bahasa Hibrani dan mempersiapkan perbaikan terjemahan Alkitab Vulgata. Dari Universitas ini pula, ia melancarkan perlawanan gencar terhadap ajaran Protestan dengan menerbitkan bukunya berjudul "Disputationes." Dari Louvain, Pater Robertus dipindahkan ke Collegium Romanum, alma maternya dahulu. Di sana ia diangkat menjadi pembimbing rohani, rektor sekaligus Provinsial Yesuit. Di kalangan istana kepausan, Robertus dikenal sebagai penolong dalam memecahkan berbagai persoalan iman dan soal-soal lain yang menyangkut keselamatan umum. Ia juga biasa dimintai nasehatnya oleh Sri Paus dan dipercayakan menangani perkara-perkara Gereja yang penting.
Menyaksikan semua prestasinya, Sri Paus Klemens VIII (1592-1605) mengangkatnya menjadi Kardinal pada tahun 1599 dan tak lama kemudian ia ditahbiskan menjadi Uskup Capua. Tugas baru ini dilaksanakannya dengan mengadakan kunjungan ke semua paroki yang ada di dalam keuskupannya. Tugas sebagai mahaguru ditinggalkannya. Masa kerja di Capua tidak terlalu lama, karena dipanggil oleh Paus Paulus V (1605-1621) ke Roma untuk menangani beberapa tugas yang penting bagi Gereja. Di sana ia mulai kembali menekuni kegemarannya menulis buku-buku rohani. Tahun-tahun terakhir hidupnya diisinya dengan menulis tafsiran Kitab Mazmur dan 'Ketujuh Sabda Terakhir Yesus' sebelum wafat di kayu salib. Dua buku katekismus yang dikarangnya sangat laris dan beredar luas di kalangan umat sebagai bahan pengajaran bagi para katekumen. Buku terakhir yang ditulisnya ialah 'Ars Moriendi' yang melukiskan persiapannya menghadapi kematiannya yang sudah dekat. Buku ini ditulis pada saat-saat terakhir hidupnya di novisiat St. Andreas di Roma.
Setelah membaktikan seluruh dirinya demi kepentingan Gereja, Robertus Bellarminus menghembuskan nafasnya terakhir pada tanggal 17 September 1621 di novisiat St. Andreas, Roma. Beliau dikenal luas sebagai seorang ahli teologi yang sangat gigih membela Gereja dan jabatan kepausan dalam kemelut zaman Reformasi Protestan. Ia hidup sederhana dan suci serta mempunyai pengaruh yang sangat besar. Ia dinyatakan sebagai 'Beato' oleh Paus Pius XI (1922-1939) pada tanggal 13 Mei 1923, dan sebagai 'Santo' pada tanggal 29 Juni 1930, lalu sebagai 'Pujangga Gereja' pada tanggal 17 September 1931.

Santa Hildegardis, Martir
Hildegardis lahir di Bockelheim, Jerman pada tahun 1098. Ia seorang biarawati Ordo Benediktin yang saleh, di bawah bimbingan Santa Yutta. Santa Yutta sendiri dikenal sebagai seorang rubiah dan penghimpun para wanita yang ingin bersemadi, hidup tenang dan banyak berdoa. Setelah Yutta meninggal dunia, Hildegradis menggantikannya sebagai pemimpin biara Benediktin di Diessenberg, dekat tempat kelahirannya. Pada tahun 1148 ia memindahkan biara itu ke Rupertsberg, dekat Bingen, Jerman. Sekalipun usianya mencapai 80 tahun, namun kesehatannya sangat rapuh: sering sakit dan sangat emosional.
Semenjak usia mudanya ia dianugerahi pengalaman rohani yang luar biasa: dapat meramalkan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi, mengalami berbagai penglihatan, dan banyak membuat mujizat. Biarawati Benediktin ini senantiasa mengajak orang lain agar mau merubah cara hidupnya, menerima penderitaan dan bersemangat tobat. Banyak orang datang kepadanya untuk meminta bimbingan rohani padanya: para bangsawan, uskup-uskup, rahib-rahib dan suster-suster. Meskipun demikian banyak pula orang yang bersikap sinis padanya. Mereka ini menganggap Hildegardis sebagai wanita yang tidak waras. Memang, Hildegardis adalah biarawati yang sungguh luar biasa pada Abad Pertengahan. Buah penanya sangat banyak. Biasanya ia mendiktekan pikiran-pikirannya kepada seorang biarawati pembantunya, yang kemudian mengalihbahasakannya ke dalam bahasa Latin. Salah satu bukunya ialah 'Scivias' (= Semoga Anda Tahu) yang berisi tentang berbagai pengalaman mistiknya. Buku yang lain berisi penjelasan tentang Injil, kehidupan rohani dan peraturan Santo Benediktus. Ia menulis juga mengenai ilmu pengetahuan alam, tentang tubuh manusia, penyakit serta obat-obatnya. Kisah Orang-orang Kudus tidak luput dari perhatiannya, sehingga ia bukukan juga. Ia menggubah syair, berbagai hymne dan musik.
Hildegardis selalu sibuk. Namun ia masih juga menyempatkan diri melakukan perjalanan keliling Jerman untuk memperingatkan para bangsawan, imam dan uskup tentang cara hidup mereka yang tidak sesuai dengan ajaran iman Kristen dan semangat Injil. Keprihatinannya terhadap keadaan Gereja yang bobrok mendorong dia rajin berkotbah di alun-alun. Orang-orang yang mendengar kotbahnya terpukau, insyaf lalu bertobat. Ia tak jemu jemunya menyurati para pemimpin seperti paus, kaisar, raja dan tokoh-tokoh masyarakat yang besar pengaruhnya, seperti misalnya Santo Bernardus Clairvaux. Hildegardis akhirnya meninggal dunia di Rupertsberg, Jerman pada tanggal 17 September 1179.



https://liturgia-verbi.blogspot.co.id/