Liturgia Verbi 2022-04-15 Jumat.

Liturgia Verbi (C-II)
Hari Jumat Agung

Jumat, 15 April 2022

Pantang dan Puasa



Bacaan Pertama
Yes 52:13-53:12

"Ia ditikam karena kejahatan kita."

Pembacaan dari Kitab Yesaya:

Beginilah firman Tuhan,
"Sesungguhnya, hamba-Ku akan berhasil!
Ia akan ditinggikan, disanjung dan dimuliakan!
Seperti banyak orang tertegun melihat dia
 -- rupanya begitu buruk, tidak seperti manusia lagi,
     dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi, --
demikianlah ia akan membuat tercengang banyak bangsa,
dan raja-raja akan mengatupkan mulutnya melihat dia!
Sebab apa yang tidak diceritakan kepada mereka
akan mereka lihat,
dan yang tidak mereka dengar akan mereka pahami.
Maka mereka berkata:
Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar,
kepada siapakah tangan kekuasaan Tuhan dinyatakan?
Sebagai taruk Hamba Yahwe tumbuh di hadapan Tuhan,
dan sebagai tunas ia muncul dari tanah kering.

Ia dihina dan dihindari orang,
seorang yang penuh kesengsaraan,
dan biasa menderita kesakitan;
ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia,
dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan.
Ia tidak tampan, dan semarak pun tidak ada padanya,
sehingga kita tidak tertarik untuk memandang dia;
dan rupanya pun tidak menarik,
sehingga kita tidak terangsang untuk menginginkannya.

Tetapi sesungguhnya,
penyakit kitalah yang ditanggungnya,
dan kesengsaraan kitalah yang dipikulnya,
padahal kita mengira dia kena tulah,
dipukul dan ditindas Allah.
Sesungguhnya dia tertikam oleh karena pemberontakan kita,
dia diremukkan oleh karena kejahatan kita;
derita yang mendatangkan keselamatan bagi kita
ditimpakan kepadanya,
dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.
Kita sekalian sesat seperti domba,
masing-masing mengambil jalan sendiri!
Tetapi Tuhan telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.
Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas,
dan tidak membuka mulutnya
seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian;
seperti induk domba
yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya,
ia tidak membuka mulutnya.
Sesudah penahanan dan penghukuman ia terambil,
dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya?
Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup,
dan karena pemberontakan umat-Ku ia kena tulah.
Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik,
dan waktu mati ia ada di antara penjahat-penjahat,
sekalipun ia tidak berbuat kekerasan,
dan tipu tidak ada dalam mulutnya.

Tetapi Tuhan berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan,
dan apabila ia menyerahkan dirinya sebagai kurban silih,
ia akan melihat keturunannya,
umurnya akan lanjut,
dan kehendak Tuhan akan terlaksana karena dia.
Sesudah kesusahan jiwanya,
ia akan melihat terang dan menjadi puas.
Sebab Tuhan berfirman,
Hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar,
akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya,
dan kejahatan mereka dia pikul.
Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya
orang-orang besar sebagai rampasan,
dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan.
Ini semua sebagai ganti
karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut
dan karena ia terhitung di antara pemberontak,
sekalipun ia menanggung dosa banyak orang,
dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 31:2.6.12-13.15-16.17.25,R:Luk 23:46

Refren: Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.

*Pada-Mu, Tuhan, aku berlindung,
janganlah sekali-kali aku mendapat malu.
Luputkanlah aku oleh karena keadilan-Mu,
ke dalam tangan-Mu kuserahkan nyawaku;
sudilah membebaskan daku, ya Tuhan, Allah yang setia.

*Di hadapan semua lawanku aku tercela,
tetangga-tetanggaku merasa jijik,
para kenalanku merasa ngeri;
Aku telah hilang dari ingatan seperti orang mati,
telah menjadi seperti barang yang pecah.

*Tetapi aku, kepada-Mu, ya Tuhan, aku percaya,
aku berkata: "Engkaulah Allahku!"
Masa hidupku ada dalam tangan-Mu,
lepaskanlah aku dari tangan musuh-musuhku
dan bebaskan dari orang-orang yang mengejar aku!

*Buatlah wajah-Mu bercahaya atas hamba-Mu,
selamatkanlah aku oleh kasih setia-Mu!
Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu,
hai semua orang yang berharap kepada Tuhan!



Bacaan Kedua
Ibr 4:14-16;5:7-9

"Ia telah belajar menjadi taat,
dan menjadi pokok keselamatan abadi bagi semua orang
yang taat kepada-Nya."

Pembacaan dari Surat Kepada Orang Ibrani:

Saudara-saudara,
kita sekarang mempunyai Imam Agung,
yang telah melintasi semua langit,
yaitu Yesus, Anak Allah.
Maka baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita.
Sebab Imam Agung yang kita punya,
bukanlah imam Agung yang tidak dapat turut merasakan kelemahan kita!
Sebaliknya Ia sama dengan kita!
Ia telah dicobai, hanya saja tidak berbuat dosa.
Sebab itu marilah kita menghampiri takhta kerahiman Allah
dengan penuh keberanian,
supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia
untuk mendapat pertolongan pada waktunya.

Dalam hidup-Nya sebagai manusia,
Yesus telah mempersembahkan doa dan permohonan
dengan ratap tangis dan keluhan
kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut;
dan karena kesalehan-Nya, Ia telah didengarkan.
Akan tetapi sekalipun Anak, Ia telah belajar menjadi taat;
ini ternyata dari apa yang telah diderita-Nya!
Dan sesudah mencapai kesempurnaan,
Ia menjadi pokok keselamatan abadi
bagi semua orang yang taat kepada-Nya.

Demikianlah sabda Tuhan.



Bait Pengantar Injil
Flp 2:8-9

Kristus sudah taat bagi kita;
Ia taat sampai mati, bahkan sampai mati di salib.
Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia
dan menganugerahi-Nya nama di atas segala nama.



Bacaan Injil
Yoh 18:1-19:42

"Mengenang Sengsara Tuhan."

Inilah Kisah Sengsara Tuhan kita Yesus Kristus
menurut Yohanes:

Seusai perjamuan Paskah,
keluarlah Yesus dari ruang perjamuan
bersama-sama dengan murid-murid-Nya,
dan mereka pergi ke seberang sungai Kidron.
Di situ ada suatu taman.
Yesus masuk ke taman itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya.
Yudas yang mengkhianati Yesus tahu juga tempat itu,
karena Yesus sering berkumpul di situ dengan murid-murid-Nya.
Maka datanglah juga Yudas ke situ
bersama sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga Bait Allah
yang disuruh oleh imam-imam kepala dan orang-orang Farisi.
Mereka datang  lengkap dengan lentera, suluh dan senjata.
Yesus tahu semua yang akan menimpa diri-Nya.
Maka Ia maju ke depan dan berkata kepada mereka,
"Siapakah yang kamu cari?"
Jawab mereka, "Yesus dari Nazaret!"
Kata Yesus kepada mereka, "Akulah Dia."
Yudas yang mengkhianati Yesus
berdiri juga di situ bersama-sama mereka.
Ketika Yesus berkata kepada mereka 'Akulah Dia',
mundurlah mereka, dan jatuh ke tanah.
Maka Yesus bertanya pula, "Siapakah yang kamu cari?"
Jawab mereka, "Yesus dari Nazaret!"
Jawab Yesus, "Telah Kukatakan kepadamu, Akulah Dia.
Jika Aku yang kamu cari, biarkanlah mereka ini pergi."
Demikian terjadi
supaya genaplah firman yang telah dikatakan-Nya:
   Dari mereka yang Engkau serahkan kepada-Ku,
   tidak seorang pun yang Kubiarkan hilang.

Lalu Simon Petrus, yang membawa pedang, menghunus pedang itu,
dan menetakkannya kepada hamba Imam Agung
dan memutuskan telinga kanannya.
Nama hamba itu Malkhus.
Kata Yesus kepada Petrus,
"Sarungkanlah pedangmu itu!
Bukankah Aku harus minum cawan
yang diberikan Bapa kepada-Ku?"

Maka para prajurit serta perwiranya,
dan penjaga-penjaga yang disuruh orang Yahudi itu
menangkap Yesus dan membelenggu Dia.
Lalu mereka membawa Yesus mula-mula kepada Hanas,
karena Hanas adalah mertua Kayafas,
yang pada tahun itu menjadi Imam Agung;
dan Kayafaslah yang telah menasihatkan kepada orang-orang Yahudi:
   Adalah lebih berguna
   jika satu orang mati untuk seluruh bangsa.

Simon Petrus dan seorang murid lain mengikuti Yesus.
Murid itu mengenal Imam Agung,
dan ia masuk ke halaman istana Imam Agung itu.
Tetapi Petrus tinggal di luar dekat pintu.
Maka murid lain tadi, yang mengenal Imam Agung,
kembali ke luar,
bercakap-cakap dengan perempuan penjaga pintu,
lalu membawa Petrus masuk.
Maka kata perempuan penjaga pintu kepada Petrus,
"Bukankah engkau juga murid orang itu?"
Jawab Petrus, "Bukan!"
Sementara itu
hamba-hamba dan penjaga-penjaga Bait Allah telah memasang api arang,
sebab hawa dingin waktu itu,
dan mereka berdiri berdiang di situ.
Petrus pun berdiri berdiang bersama-sama dengan mereka.
Maka mulailah Imam Agung menanyai Yesus
tentang para murid dan tentang ajaran-Nya.
Jawab Yesus kepadanya,
"Aku berbicara terus terang kepada dunia!
Aku selalu mengajar di rumah-rumah ibadat dan di Bait Allah
tempat semua orang Yahudi berkumpul,
Aku tidak pernah berbicara sembunyi-sembunyi.
Mengapakah engkau menanyai Aku?
Tanyailah mereka,
yang telah mendengar apa yang Kukatakan kepada mereka;
sungguh, mereka tahu apa yang telah Kukatakan."
Ketika Yesus berkata demikian,
seorang penjaga yang berdiri di situ menampar muka Yesus
sambil berkata, "Begitukah jawab-Mu kepada Imam Agung?"
Jawab Yesus kepadanya,
"Jikalau kata-Ku itu salah, tunjukkanlah salahnya,
tetapi jikalau benar, mengapakah engkau menampar Aku?"

Lalu Hanas mengirim Yesus terbelenggu kepada Kayafas,
Imam Agung.
Simon Petrus masih berdiri berdiang.
Kata orang-orang di situ kepadanya,
"Bukankah engkau juga seorang murid Yesus?"
Petrus menyangkalnya, katanya, "Bukan!"
Salah seorang hamba Imam Agung,
keluarga dari hamba yang telinganya dipotong Petrus,
berkata kepadanya, "Bukankah engkau kulihat di taman itu
bersama-sama dengan Yesus?"
Maka Petrus menyangkal lagi
dan ketika itu berkokoklah ayam.

Keesokan harinya
mereka membawa Yesus dari istana Kayafas ke gedung pengadilan.
Ketika itu hari masih pagi.
Mereka sendiri tidak masuk ke gedung pengadilan itu,
supaya jangan menajiskan diri,
sebab mereka hendak makan Paskah.
Sebab itu Pilatus keluar mendapatkan mereka dan berkata,
"Apakah tuduhan kamu terhadap orang ini?"
Jawab mereka kepadanya,
"Jikalau Ia bukan penjahat,
kami tidak menyerahkan-Nya kepadamu!"
Kata Pilatus kepada mereka,
"Ambillah Dia, dan hakimilah Dia menurut hukum Tauratmu!"
Kata orang-orang Yahudi itu,
"Kami tidak diperbolehkan membunuh seseorang."
Demikian terjadi
supaya genaplah firman Yesus
yang dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Ia akan mati.

Maka kembalilah Pilatus ke dalam gedung pengadilan,
lalu memanggil Yesus dan bertanya kepada-Nya,
"Engkau inikah raja orang Yahudi?"
Jawab Yesus,
"Dari hatimu sendirikah engkau katakan hal itu?
atau adakah orang lain yang mengatakannya kepadamu tentang Aku?"
Kata Pilatus, "Orang Yahudikah aku?
Bangsamu sendiri dan imam-imam kepala
telah menyerahkan Engkau kepadaku,
apakah yang telah Engkau perbuat?"
Jawab Yesus, "Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini!
Jika Kerajaan-Ku dari dunia ini,
pasti hamba-hamba-Ku sudah melawan,
supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi.
Akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini!"
Maka kata Pilatus kepada-Nya,
"Jadi Engkau adalah raja."
Jawab Yesus, "Seperti yang kaukatakan, Aku adalah raja!
Untuk itulah Aku lahir, dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini,
yakni untuk memberi kesaksian tentang kebenaran;
setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku."
Kata Pilatus kepada-Nya, "Apakah kebenaran itu?"

Sesudah mengatakan demikian,
Pilatus keluar lagi mendapatkan orang-orang Yahudi,
dan berkata kepada mereka,
"Aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya.
Tetapi padamu ada kebiasaan,
bahwa pada hari raya Paskah aku membebaskan seorang bagimu.
Maukah kamu,
supaya aku membebaskan raja orang Yahudi ini bagimu?"
Mereka pun berteriak,
"Jangan Dia, melainkan Barabas!"
Barabas adalah seorang penyamun.

Lalu Pilatus mengambil Yesus dan menyuruh orang menyesah Dia.
Prajurit-prajurit menganyam sebuah mahkota duri,
dan menaruhnya di atas kepala Yesus.
Mereka mengenakan jubah ungu pada-Nya,
dan sambil maju ke depan mereka berkata,
"Salam, hai raja orang Yahudi!"
Lalu mereka menampar wajah Yesus.

Pilatus keluar lagi dan berkata kepada Orang-orang Yahudi,
"Lihatlah aku membawa Dia ke luar kepada kamu,
supaya kamu tahu
bahwa aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya."
Lalu Yesus keluar, bermahkota duri dan berjubah ungu.
Maka kata Pilatus kepada mereka,
"Lihatlah Manusia ini!"
Ketika para imam kepala dan penjaga-penjaga itu melihat Yesus,
berteriaklah mereka, "Salibkan Dia, salibkan Dia!"
Kata Pilatus kepada mereka,
"Ambil saja sendiri dan salibkanlah Dia!
Sebab aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya."
Jawab orang-orang Yahudi itu kepadanya,
"Kami mempunyai hukum, dan menurut hukum itu Ia harus mati,
sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah."

Ketika Pilatus mendengar perkataan itu bertambah takutlah ia.
lalu ia masuk pula ke dalam gedung pengadilan,
dan berkata kepada Yesus, "Dari manakah asal-Mu?"
Tetapi Yesus tidak memberi jawab kepadanya.
Maka kata Pilatus, "Tidakkah Engkau mau bicara dengan aku?
Tidakkah Engkau tahu
bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau,
dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?"
Yesus menjawab,
"Engkau tidak mempunyai kuasa apa pun terhadap Aku,
jikalau kuasa itu tidak diberikan dari atas.
Sebab itu,
dia yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya."
Sejak itu Pilatus berusaha untuk membebaskan Yesus,
tetapi orang-orang Yahudi berteriak,
"Jikalau engkau membebaskan Dia,
engkau bukanlah sahabat Kaisar.
Setiap orang yang menganggap diri raja, melawan Kaisar."

Ketika mendengar perkataan itu,
Pillatus menyuruh Yesus ke luar.
Lalu ia duduk di kursi pengadilan,
di tempat yang bernama Litostrotos,
dalam bahasa Ibrani: Gabata.
Hari itu ialah hari persiapan Paskah,
kira-kira jam dua belas.
Kata Pilatus kepada orang-orang Yahudi itu,
"Inilah rajamu!"
Maka berteriaklah mereka,
"Enyahkan Dia! Enyahkan Dia! Salibkan Dia!"
Kata Pilatus kepada mereka,
"Haruskah aku menyalibkan rajamu?"
Jawab imam-imam kepala,
"Kami tidak mempunyai raja selain Kaisar!"
Akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus kepada mereka
untuk disalibkan.
Dan mereka menerima Yesus.

Sambil memikul salib-Nya, Yesus dibawa ke luar kota,
ke tempat yang bernama Tengkorak, dalam
bahasa Ibrani: Golgota.
Di situ Yesus disalibkan,
dan bersama dengan Dia disalibkan juga dua orang lain,
sebelah-menyebelah, Yesus di tengah-tengah.
Pilatus menyuruh memasang juga tulisan di atas kayu salib itu,
bunyinya: Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi.
Banyak orang Yahudi membaca tulisan itu,
sebab tempat Yesus disalibkan itu letaknya dekat kota,
dan kata-kata itu tertulis dalam bahasa Ibrani, Latin dan bahasa Yunani.
Maka kata imam-imam kepala kepada Pilatus,
"Jangan engkau menulis: Raja orang Yahudi,
tetapi: Ia mengatakan: Aku adalah Raja orang Yahudi."
Jawab Pilatus, "Apa yang kutulis, tetap tertulis!"

Sesudah prajurit-prajurit itu menyalibkan Yesus,
mereka mengambil pakaian Yesus,
lalu membaginya menjadi empat bagian,
masing-masing prajurit satu bagian.
Jubah Yesus pun mereka ambil.
Tetapi jubah itu tidak berjahit,
dari atas ke bawah merupakan satu tenunan utuh.
Karena itu mereka berkata seorang kepada yang lain,
"Janganlah kita membagi jubah ini menjadi beberapa potong,
tetapi baiklah kita membuang undi
untuk menentukan siapa yang akan mendapatnya."
Demikianlah terjadi
supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci:
   Mereka membagi-bagi pakaian-Ku di antara mereka,
   dan membuang undi atas jubah-Ku.
Hal itu telah dilakukan oleh prajurit-prajurit itu.

Di dekat salib Yesus berdirilah ibu Yesus dan saudara ibu-Nya,
Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena.
Ketika Yesus melihat ibu-Nya
dan murid yang Ia kasihi di sampingnya,
berkatalah Ia kepada ibu-Nya,
"Ibu, inilah anakmu!"
dan kemudian kata-Nya kepada murid itu,
"Inilah ibumu!"
Dan sejak saat itu
murid itu menerima Maria di dalam rumahnya.

Sesudah itu, karena Yesus tahu
bahwa segala sesuatu telah selesai,
berkatalah Ia
-- supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci, --
"Aku haus!"

Di situ ada suatu buli-buli penuh anggur asam.
Maka mereka mencucukkan bunga karang pada sebatang hisop,
mencelupkannya dalam anggur asam itu,
lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus.
Sesudah meminum anggur asam itu,
berkatalah Yesus, "Sudahlah selesai!"
Lalu Yesus menundukkan kepala dan menyerahkan nyawa-Nya.

(semua hening sejenak menerungkan wafat Tuhan)

Karena hari itu adalah hari persiapan Paskah,
dan supaya pada hari Sabat
mayat-mayat itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib
-- sebab Sabat itu adalah hari yang besar --
maka datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus
dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan,
dan mayat-mayatnya diturunkan.
Maka datanglah prajurit-prajurit,
lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain
yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus.
Tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus
dan melihat bahwa Ia telah mati,
mereka tidak mematahkan kaki-Nya.
Tetapi seorang dari antara prajurit itu
menikam lambung Yesus dengan tombak,
dan segera mengalirlah darah serta air ke luar.
Dan orang yang melihat sendiri hal itu
yang memberi kesaksian ini, dan benarlah kesaksiannya.
Dan ia tahu bahwa ia mengatakan kebenaran,
supaya kamu juga percaya.
Sebab hal itu terjadi,
supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci:
   Tidak ada tulang-Nya yang akan dipatahkan;
dan nas lain yang mengatakan:
   Mereka akan memandang Dia yang telah mereka tikam.

Sesudah itu Yusuf dari Arimatea,
(Yusuf ini adalah seorang murid Yesus,
tetapi sembunyi-sembunyi karena takut kepada orang-orang Yahudi)
meminta kepada Pilatus,
supaya ia diperbolehkan menurunkan jenazah Yesus.
Pilatus meluluskan permintaan Yusuf.
Maka datanglah Yusuf dan menurunkan jenazah Yesus
Juga Nikodemus datang ke situ.
Dialah yang dulu datang malam-malam kepada Yesus.
Ia membawa campuran minyak mur dengan minyak gaharu,
kira-kira lima puluh kati beratnya.
Mereka mengambil jenazah Yesus,
mengapaninya dengan kain lenan
dan membubuhinya dengan rempah-rempah
menurut adat pemakaman orang Yahudi.
Di dekat tempat Yesus disalibkan itu ada suatu taman,
dan dalam taman itu ada suatu kubur baru
yang di dalamnya belum pernah dimakamkan seseorang.
Karena hari itu hari persiapan orang Yahudi,
sedang kubur itu tidak jauh letaknya,
maka mereka meletakkan jenazah Yesus di situ.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Hari ini kita diundang untuk mencurahkan segenap perhatian kita mengenang sengsara Tuhan kita, Yesus Kristus.
Kristus menanggung sengsara yang seharus menjadi bagian kita.
Yesus menanggungnya untuk kita.
Hari ini terlihat nyata, Yesus kembali menanggung sengsara-Nya demi kita.
Lihatlah gereja-gereja-Nya tak berdaya, yang seharusnya penuh sesak dikunjungi umat tetapi sekarang kehadirannya dibatasi, hanya segelintir saja yang nampak hadir di gereja.
Lihatlah betapa menyedihkannya, gereja diolok-olok, dikatakan lebih takut kepada virus Corona ketimbang kepada Tuhan.
Sebagian dari umat pun terlihat bimbang, memandang seolah-olah kuasa Tuhan telah lenyap, lalu lebih menuruti apa kata dokter ketimbang apa kata Injil, padahal di dalam Injil jelas-jelas ditulis bahwa sengsara itu memang ada, yakni sengsara yang seharusnya kita pikul, tetapi "diambil-alih" oleh Yesus Kristus.
Penyakit kitalah yang ditanggung-Nya, kelemahan kitalah yang dipikul-Nya, dan dosa-dosa kitalah yang disilih-Nya.
Oleh bilur-bilur luka-Nyalah kita disembuhkan, oleh tetesan darah bercampur air yang keluar dari lambung-Nyalah kelemahan kita ditutupi-Nya, dan kematian-Nya sebagai Anak Domba Allah-lah kita memperoleh pengampunan atas dosa-dosa kita.

Secara sungguh-sungguh saya mengajak kita semua untuk tetap berpegang kepada iman, harapan dan kasih Kristus.
Jangan pernah berpikir untuk pergi meninggalkan-Nya, apalagi sampai berpikir Kristus tak lagi menampakkan kuasa-Nya.
Di luar sana memang banyak orang yang merasa lebih tuhan ketimbang Tuhan kita, lebih allah daripada Allah Bapa kita, seperti yang dilakukan oleh Pilatus kepada Yesus, "Tidakkah Engkau tahu bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?"
Ini sungguh merupakan penghinaan yang luarbiasa terhadap kuasa Allah!
Apa iya ada kuasa yang melebihi kuasa Allah?
Bukanlah seharusnya kita berpegang pada perkataan Yesus ini, "Engkau tidak mempunyai kuasa apa pun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan dari atas."

Apa yang sesungguhnya terjadi sekarang ini, sangatlah tergantung dari kacamata yang kita gunakan untuk melihatnya.
Kalau salah memilih, bisa jadi saja kita melihat tagar #DirumahAja atau Phisical Distancing kita anggap sebagai upaya memisahkan kita dari gereja, menjauhkan kita dari kasih Kristus, dan bahkan kita diminta untuk menjaga jarak terhadap orang-orang terdekat kita.
Mari kita gunakan kacamata yang sejak semula telah disediakan oleh Yesus sendiri.
Secara jasmani, long-distance bukanlah masalah.
Saya sering berada jauh dari isteri dan anak-anak saya, dan bahkan ketika anak-anak saya mesti meninggalkan rumah untuk kuliah di luar kota, boleh dibilang sangat jarang saya berjumpa dengan mereka, secara jasmani/fisik.
Lalu kenapa sekarang jadi masalah, padahal hanya diminta untuk menjaga jarak satu atau dua meter saja?

Physical distancing hanya dalam hitungan 1-2 meter saja kok, tetapi spiritual-distancing yang sebelumnya sangat jauh malah sekarang menjadi sangat dekat.
Saya banyak menerima pesan dari orang-orang yang secara fisik berada sangat jauh, tetapi pesan yang dikirimkan kepada saya menunjukkan kalau secara rohaniah mereka berada sangat dekat.
Mereka hanya menanyakan apakah saya baik-baik saja, hanya untuk memastikan apakah saya dan keluarga terpapar Covid-19 atau tidak, tetapi itu membuat saya merasa "at a close range" dengan mereka, secara rohaniah.

Secara fisik saya tidak dapat menghadiri berbagai misa penting pada pekan suci ini, tetapi live streaming telah "bring it up to me" dan membuat saya merasa "brought near by".
Sebagai gantinya, sekarang saya malah tinggal bersama istri dan anak-anak saya.
Anak-anak saya yang tadi tinggal di tempatnya masing-masing, sudah dua tahun terakhir berkumpul di rumah.
Bukankah ini artinya saya didekatnya baik secara jasmani mau pun secara rohani?
Begitu pula yang terjadi di group WA di cluster tempat kami tinggal, yang tadinya di antara sesama tetangga saling "cuek" sekarang terjalin komunikasi yang lebih intens, saya jadi mengenal lebih banyak tetangga saya.
Di lingkungan gereja juga demikian, relasi menjadi semakin akrab dan saling memperhatikan satu dengan yang lainnya.
Bukankah semuanya ini sesungguhnya adalah anugerah Tuhan?
Anugerah yang berasal dari sengsara Kristus?



Peringatan Orang Kudus
Beato Pedro Gonzalez, Pengaku Iman
Pedro lahir di desa Astorga, Spanyol pada tahun 1190. Sejak masa studinya, Pedro ternyata cerdas dan pandai. Kehidupan rohaninya tidak menunjukkan suatu keistimewaan. Terpengaruh oleh kehidupan pamannya sebagai uskup, Pedro tertarik juga untuk menjalani kehidupan bakti kepada Tuhan.
Tak lama kemudian ia ditahbiskan menjadi imam. Oleh uskupnya, ia diangkat menjadi koordinator imam-imam diosesan. Pelantikannya dirayakan secara meriah dan besar-besaran. Tetapi Tuhan menunjukan campur tanganNya pada saat itu. Arakan besar dan meriah menuju Katedral mulai bergerak. Pedro dengan gagah menunggang seekor kuda diiringi oleh imam-imam dan pembesar-pembesar negara dan umat. Tiba-tiba kuda yang ditungganginya berontak dan Pedro yang gagah itu jatuh.  Sorak-sorai yang gemuruh itu berubah jadi gelak tawa dan olok­olokan, Pedro menyadari hal ini sebagai suatu tanda peringatan bahwa betapa tidak berartinya kemuliaan duniawi.
Setelah peristiwa ini, Pedro masuk Ordo Santo Dominikus. Mula-mula ia ditugaskan sebagai pastor tentara. Dalam tugas ini, Pedro menunjukkan contoh hidup yang sangat menyenangkan bagi pasukannya dan semua orang di istana. Pada waktu kota Kordova direbut oleh raja Spanyol dari tangan suku Moor, Pedro berusaha menyelamatkan para tawanan dan wanita-wanita dari tindakan sewenang-wenang paratentara.
Setelah berhenti dari dinas ketentaraan, Pedro menjadi pastor untuk para petani dan nelayan. Ia mencurahkan sisa-sisa hidupnya untuk menemani para petani dan pelaut. Ia mengajari mereka bagaimana menghayati iman sebagai seorang petani dan pelaut. Soal-soal agama yang sulit diterangkannya dengan sangat sederhana sehingga dapat dimengerti oleh para petani clan pelaut yang sederhana itu. Cara hidupnya yang saleh, kerendahan hatinya serta pergaulannya yang baik dengan semua orang, membuat dia sangat disegani dan dihormati oleh semua petani dan pelaut itu. Ia meninggal pada tahun 1246.


Beato Damian de Veuster, Imam
Pater Damian adalah seorang misionaris Belgia di pulau Molokai, Hawai. la dihormati sebagai "rasul para penderita kusta". la lahir pada tanggal 3 Januari 1840 di Tremeloo, Belgia dan diberi nama Yosef de Veuster. Sebagai anak seorang pedagang yang kaya raya, Yosef dididik untuk menjadi seorang pedagang seperti ayahnya. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Werchter dan pendidikan praktis di perkebunan keluarganya di Ninde, ia dikirim ke sebuah kolese di Braine-le-Comte, Belgia, untuk memahirkan ketrampilannya dalam bidang perdagangan.
Meski demikian, selama berada di sana pada tahun 1858, ia memutuskan untuk menjadi imam. Orangtuanya mengabulkan permohonannya untuk memasuki Kongregasi Imam-imam Hati Kudus Yesus dan Maria, kongregasi saudara kandungnya August. Pada bulan Januari 1859, Yosef masuk novisiat dari Serikat itu di Louvain, Belgia. la mengucapkan kaulnya pada tanggal 7 Oktober 1860 di rumah induk biara di Paris dan menerima nama biara: Damian. Semula ia hanya akan diterima sebagai bruder saja. Tetapi atas dorongan kakaknya August, yang sudah menjadi imam dalam serikat itu, Damian terus belajar bahasa Latin dan Yunani serta tekun belajar ilmu-ilmu lainnya. Ketekunannya meyakinkan atasan, sehingga ia diizinkan belajar filsafat di Paris dan kemudian kembali lagi ke Louvain untuk belajar teologi.
Sementara Damian belajar, kakaknya yang segera berangkat ke kepulauan Hawai terserang penyakit tipus. Lalu Damian meminta untuk menggantikannya walaupun ia belum ditahbiskan menjadi imam.  Pimpinan Tertinggi Serikat mengabulkan permohonannya dan pada tanggal 29 Oktober 1863, ia berangkat ke Hawai.  la tiba di sana pada bulan Maret 1864 dan pada tanggal 21 Mei 1864 ia ditahbiskan menjadi imam di gereja Katedral Bunda Perdamaian di Honolulu, Hawai.  Sebagai imam baru, Damian ditugaskan untuk melayani umat di stasi Puna, Kohala dan Hamakua selama beberapa tahun. Selama bertugas di sana, perhatiannya lebih diarahkan kepada kondisi para penderita kusta yang ditempatkan di perkampungan Kalaupapa di pulau Molokai. Di daerah koloni ini tidak ada seorang dokter dan imam yang tinggal menetap untuk melayani para penderita kusta itu.  Karena itu, pater Damian mengajukan permohonan kepada uskup untuk menjadi misionaris untuk para penderita kusta Molokai itu. Untuk itu, ia mempersiapkan diri secukupnya dalam hal ketrampilan merawat orang sakit, mulai dari membalut luka sampai memotong anggota badan yang membusuk. Pater Damian tiba di perkampungan kusta itu pada tanggal 10 Mei 1873. Di sana ia giat mewartakan Injil dan mengajar agama, menghibur dan merawat orang-orang kusta bahkan menguburkan mereka. Ia merintis pembangunan jalan raya, pipa air, rumah yatim-piatu dan gereja-gereja.  la berkarya di sana dengan bantuan dua orang awam, juga satu kelompok Suster-suster Fransiskan dari Syracuse, New York. Meski menyala-nyala semangat pengabdiannya, namun penyakit kusta itu mulai perlahan-lahan menjangkitinya pada tahun 1888, hingga merenggut nyawanya sendiri pada tanggal 15 April 1889. Kurang lebih satu abad kemudian, yaitu pada tahun 1936, jenazah Pater Damian dipindahkan dari kuburnya di Molokai ke tanah airnya Belgia dan disemayamkan di pekuburan nasional St. Yosef di Louvain. Untuk menghormatinya, maka didirikanlah sebuah monumen di pulau Molokai, dan sebuahinstitut untuk mempelajari penyakit kusta.




https://liturgia-verbi.blogspot.co.id/