Liturgia Verbi 2021-06-12 Sabtu.

Liturgia Verbi (B-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa X

Sabtu, 12 Juni 2021



Bacaan Pertama
2Kor 5:14-21

"Dia yang tidak mengenal dosa, telah dibuat-Nya menjadi dosa bagi kita."

Pembacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus:

Saudara-saudara, kasih Kristus menguasai kami.
Sebab kami mengerti bahwa
jika satu orang sudah mati untuk semua orang,
maka semua orang telah mati.
Dan Kristus telah mati untuk semua orang,
agar mereka yang hidup tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri,
melainkan untuk Dia
yang telah mati dan dibangkitkan bagi mereka.

Sebab itu kami tidak lagi menilai seorang pun
seturut ukuran manusia.
Dan jika kami pernah menilai Kristus menurut ukuran manusia,
sekarang kami tidak lagi menilai-Nya demikian.
Jadi barangsiapa ada dalam Kristus,
ia adalah ciptaan baru.
Yang lama telah berlalu, dan sungguh, yang baru sudah datang.

Semuanya itu datang dari Allah,
yang telah mendamaikan kita dengan diri-Nya
dengan perantaraan Kristus,
dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami.
Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus
tanpa memperhitungkan pelanggaran mereka.
Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami.

Jadi kami ini utusan Kristus,
seakan-akan Allah menasihati kalian dengan perantaraan kami.
Maka dalam nama Kristus kami meminta kepada kalian:
berilah dirimu didamaikan dengan Allah.
Kristus yang tidak mengenal dosa,
telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita,
agar dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.

Demikialah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 103:1-2.3-4.8-9.11-12,R:8a

Refren: Tuhan itu pengasih dan penyayang.

*Pujilah Tuhan, hai jiwaku!
Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku!
Pujilah Tuhan, hai jiwaku,
janganlah lupa akan segala kebaikan-Nya!

*Dialah yang mengampuni segala kesalahanmu,
yang menyembuhkan segala penyakitmu!
Dialah yang menebus hidupmu dari liang kubur,
dan memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat!

*Tuhan adalah pengasih dan penyayang,
panjang sabar dan berlimpah kasih setia.
Tidak terus menerus Ia murka,
dan tidak untuk selamanya Ia mendendam.

*Setinggi langit dari bumi,
demikian besarnya kasih setia Tuhan
atas orang-orang yang takut akan Dia!



Bait Pengantar Injil
MZM 119:36a.29b

Condongkanlah hatiku kepada peringatan-peringatan-Mu,
dan karuniakanlah hukum-Mu kepadaku.



Bacaan Injil
Mat 5:33-37

"Aku berkata kepadamu, jangan sekali-kali bersumpah."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Dalam khotbah di bukit, Yesus berkata,
"Kalian telah mendengar
apa yang disabdakan kepada nenek moyang kita,
'Jangan bersumpah palsu,
melainkan peganglah sumpahmu di hadapan Tuhan.'
Tetapi Aku berkata kepadamu,
'Jangan sekali-kali bersumpah,
baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah,
maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya,
ataupun demi Yerusalem,
karena Yerusalem adalah kota Raja Agung.
Jangan pula bersumpah demi kepalamu,
karena engkau tidak berkuasa
memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun.

Jika ya, hendaklah kalian katakan: ya,
jika tidak, hendaklah kalian katakan: tidak.
Apa yang lebih daripada itu berasal dari si jahat.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Ketika saya dipanggil untuk menjadi saksi di pengadilan terhadap suatu perkara, saya diminta untuk bersumpah sambil meletakkan tangan di atas kitab suci.
Saya sempat bimbang karena teringat yang disampaikan oleh Yesus seperti yang dikutip pada Bacaan Injil hari ini, "Jangan sekali-kali bersumpah, baik demi langit, bumi, ataupun demi Yerusalem.
Jangan pula bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa
memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun."
Tetapi saya mesti "memberikan apa yang menjadi hak kaisar" seperti saya berusaha untuk memberi apa yang menjadi hak Allah.

Ya, penerimaan ekaristi Kristus memang tak perlu dilakukan dengan bersumpah.
Bersumpah hanya akan menambah belenggu hidup kita saja, padahal Yesus justru ingin memerdekakan kita, membebaskan kita dari kuasa iblis.
Kuk yang dipasang oleh Yesus di pundak kita justru bertujuan agar kita dimampukan untuk memikul beban yang lebih berat, yang berat akan menjadi ringan dan yang ringan tak terasa lagi sebagai beban.

Ekaristi itu untuk dinyalakan di dalam hati kita, bukan untuk diucapkan atau digembar-gemborkan kesana kemari, apalagi dengan bersumpah.
"Jika ya, hendaklah kalian katakan: ya, jika tidak, hendaklah kalian katakan: tidak." begitulah pesan Yesus.
Apa yang kita ucapkan itu mengalir keluar dari hati kita.
Jika hati kita telah ekaristis, apalagi telah secara penuh, maka tentu baiklah segala ucapan, sikap, dan perbuatan kita.
Allah Bapa mengetahui segala perbuatan kita sekali pun di tempat yang tersembunyi, untuk apa lagi kita berusaha atau memaksa orang lain melalui sumpah?
Bukan mereka yang akan mengadili kita, karena mereka hanya bisa melakukan itu di dunia ini saja, di luar dunia ini mereka tidak berkuasa apa-apa.
Tetapi Kristus, melalui ekaristi-Nya, berkuasa di dunia ini dan juga di semua dunia yang ada di alam semesta, termasuk di Surga tentunya.
Maka baiknya kita berkiblat kepada Kristus yang nyata-nyata berkuasa tanpa batas itu.



Peringatan Orang Kudus
Santo Yohanes Fakundus, Pengaku Iman
Yohanes lahir di Sahagun, Spanyol pada tahun 1419. Beliau seorang pencipta dan pencinta perdamaian. Ia menjalani pendidikannya di biara Santo Fakundus dan kemudian bekerja sebagai pewarta Injil di Spanyol. Atas dorongan batinnya, ia kemudian masuk Ordo Santo Agustinus di Salamanka.
Tuhan menganugerahkan kepadanya anugerah-anugerah yang luar biasa untuk menciptakan perdamaian antara para bangsawan dan kesatria yang saling bertikai. Pertikaian-pertikaian itu sering meningkat kepada aksi pembunuhan. Dalam hal pertikaian inilah Yohanes muncul dengan berani dan meredam tindakan-tindakan tak bertanggungjawab dari pemerintah setempat dan dari para bangsawan yang menindas rakyat. Seorang bangsawan yang turut dikecam Yohanes mengirimkan dua orang penjahat untuk membunuh Yohanes. Tetapi di hadapan kewibawaan Yohanes dan kesuciannya, pendirian kedua penjahat itu serta merta berubah. Mereka sebaliknya memohon ampun pada Yohanes.
Keutamaan Yohanes adalah kebaktiannya yang besar pada Sakramen Mahakudus. Setiap malam sehabis doa ofisi bersama, biasanya ia masih tinggal di gereja menyiapkan Misa Kudus untuk pagi harinya. Devosi yang besar ini menghantar dia kepada anugerah luar biasa: penampakan Yesus waktu konsekrasi. Oleh teladan dan khotbah-khotbahnya, kehidupan moral dan penghayatan iman umat dapat dipulihkan dan ditingkatkan. Setelah menderita penyakit yang berat, ia pun meninggal dunia pada tahun 1479.




http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/