Liturgia Verbi 2019-04-19 Jumat.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Jumat Agung

Jumat, 19 April 2019



Bacaan Pertama
Yes 52:13-53:12

"Ia ditikam karena kejahatan kita."

Pembacaan dari Kitab Yesaya:

Beginilah firman Tuhan,
"Sesungguhnya, hamba-Ku akan berhasil!
Ia akan ditinggikan, disanjung dan dimuliakan!
Seperti banyak orang tertegun melihat dia
 -- rupanya begitu buruk, tidak seperti manusia lagi,
     dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi, --
demikianlah ia akan membuat tercengang banyak bangsa,
dan raja-raja akan mengatupkan mulutnya melihat dia!
Sebab apa yang tidak diceritakan kepada mereka
akan mereka lihat,
dan yang tidak mereka dengar akan mereka pahami.
Maka mereka berkata:
Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar,
kepada siapakah tangan kekuasaan Tuhan dinyatakan?
Sebagai taruk Hamba Yahwe tumbuh di hadapan Tuhan,
dan sebagai tunas ia muncul dari tanah kering.

Ia dihina dan dihindari orang,
seorang yang penuh kesengsaraan,
dan biasa menderita kesakitan;
ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia,
dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan.
Ia tidak tampan, dan semarak pun tidak ada padanya,
sehingga kita tidak tertarik untuk memandang dia;
dan rupanya pun tidak menarik,
sehingga kita tidak terangsang untuk menginginkannya.

Tetapi sesungguhnya,
penyakit kitalah yang ditanggungnya,
dan kesengsaraan kitalah yang dipikulnya,
padahal kita mengira dia kena tulah,
dipukul dan ditindas Allah.
Sesungguhnya dia tertikam oleh karena pemberontakan kita,
dia diremukkan oleh karena kejahatan kita;
derita yang mendatangkan keselamatan bagi kita
ditimpakan kepadanya,
dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.
Kita sekalian sesat seperti domba,
masing-masing mengambil jalan sendiri!
Tetapi Tuhan telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.
Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas,
dan tidak membuka mulutnya
seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian;
seperti induk domba
yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya,
ia tidak membuka mulutnya.
Sesudah penahanan dan penghukuman ia terambil,
dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya?
Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup,
dan karena pemberontakan umat-Ku ia kena tulah.
Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik,
dan waktu mati ia ada di antara penjahat-penjahat,
sekalipun ia tidak berbuat kekerasan,
dan tipu tidak ada dalam mulutnya.

Tetapi Tuhan berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan,
dan apabila ia menyerahkan dirinya sebagai kurban silih,
ia akan melihat keturunannya,
umurnya akan lanjut,
dan kehendak Tuhan akan terlaksana karena dia.
Sesudah kesusahan jiwanya,
ia akan melihat terang dan menjadi puas.
Sebab Tuhan berfirman,
Hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar,
akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya,
dan kejahatan mereka dia pikul.
Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya
orang-orang besar sebagai rampasan,
dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan.
Ini semua sebagai ganti
karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut
dan karena ia terhitung di antara pemberontak,
sekalipun ia menanggung dosa banyak orang,
dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 31:2.6.12-13.15-16.17.25,R:Luk 23:46

Refren: Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.

*Pada-Mu, Tuhan, aku berlindung,
janganlah sekali-kali aku mendapat malu.
Luputkanlah aku oleh karena keadilan-Mu,
ke dalam tangan-Mu kuserahkan nyawaku;
sudilah membebaskan daku, ya Tuhan, Allah yang setia.

*Di hadapan semua lawanku aku tercela,
tetangga-tetanggaku merasa jijik,
para kenalanku merasa ngeri;
Aku telah hilang dari ingatan seperti orang mati,
telah menjadi seperti barang yang pecah.

*Tetapi aku, kepada-Mu, ya Tuhan, aku percaya,
aku berkata: "Engkaulah Allahku!"
Masa hidupku ada dalam tangan-Mu,
lepaskanlah aku dari tangan musuh-musuhku
dan bebaskan dari orang-orang yang mengejar aku!

*Buatlah wajah-Mu bercahaya atas hamba-Mu,
selamatkanlah aku oleh kasih setia-Mu!
Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu,
hai semua orang yang berharap kepada Tuhan!



Bacaan Kedua
Ibr 4:14-16;5:7-9

"Ia telah belajar menjadi taat,
dan menjadi pokok keselamatan abadi bagi semua orang
yang taat kepada-Nya."

Pembacaan dari Surat Kepada Orang Ibrani:

Saudara-saudara,
kita sekarang mempunyai Imam Agung,
yang telah melintasi semua langit,
yaitu Yesus, Anak Allah.
Maka baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita.
Sebab Imam Agung yang kita punya,
bukanlah imam Agung yang tidak dapat turut merasakan kelemahan kita!
Sebaliknya Ia sama dengan kita!
Ia telah dicobai, hanya saja tidak berbuat dosa.
Sebab itu marilah kita menghampiri takhta kerahiman Allah
dengan penuh keberanian,
supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia
untuk mendapat pertolongan pada waktunya.

Dalam hidup-Nya sebagai manusia,
Yesus telah mempersembahkan doa dan permohonan
dengan ratap tangis dan keluhan
kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut;
dan karena kesalehan-Nya, Ia telah didengarkan.
Akan tetapi sekalipun Anak, Ia telah belajar menjadi taat;
ini ternyata dari apa yang telah diderita-Nya!
Dan sesudah mencapai kesempurnaan,
Ia menjadi pokok keselamatan abadi
bagi semua orang yang taat kepada-Nya.

Demikianlah sabda Tuhan.



Bait Pengantar Injil
Flp 2:8-9

Kristus sudah taat bagi kita;
Ia taat sampai mati, bahkan sampai mati di salib.
Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia
dan menganugerahi-Nya nama di atas segala nama.



Bacaan Injil
Yoh 18:1-19:42

"Mengenang Sengsara Tuhan."

Inilah Kisah Sengsara Tuhan kita Yesus Kristus
menurut Yohanes:

Seusai perjamuan Paskah,
keluarlah Yesus dari ruang perjamuan
bersama-sama dengan murid-murid-Nya,
dan mereka pergi ke seberang sungai Kidron.
Di situ ada suatu taman.
Yesus masuk ke taman itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya.
Yudas yang mengkhianati Yesus tahu juga tempat itu,
karena Yesus sering berkumpul di situ dengan murid-murid-Nya.
Maka datanglah juga Yudas ke situ
bersama sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga Bait Allah
yang disuruh oleh imam-imam kepala dan orang-orang Farisi.
Mereka datang  lengkap dengan lentera, suluh dan senjata.
Yesus tahu semua yang akan menimpa diri-Nya.
Maka Ia maju ke depan dan berkata kepada mereka,
"Siapakah yang kamu cari?"
Jawab mereka, "Yesus dari Nazaret!"
Kata Yesus kepada mereka, "Akulah Dia."
Yudas yang mengkhianati Yesus
berdiri juga di situ bersama-sama mereka.
Ketika Yesus berkata kepada mereka 'Akulah Dia',
mundurlah mereka, dan jatuh ke tanah.
Maka Yesus bertanya pula, "Siapakah yang kamu cari?"
Jawab mereka, "Yesus dari Nazaret!"
Jawab Yesus, "Telah Kukatakan kepadamu, Akulah Dia.
Jika Aku yang kamu cari, biarkanlah mereka ini pergi."
Demikian terjadi
supaya genaplah firman yang telah dikatakan-Nya:
   Dari mereka yang Engkau serahkan kepada-Ku,
   tidak seorang pun yang Kubiarkan hilang.

Lalu Simon Petrus, yang membawa pedang, menghunus pedang itu,
dan menetakkannya kepada hamba Imam Agung
dan memutuskan telinga kanannya.
Nama hamba itu Malkhus.
Kata Yesus kepada Petrus,
"Sarungkanlah pedangmu itu!
Bukankah Aku harus minum cawan
yang diberikan Bapa kepada-Ku?"

Maka para prajurit serta perwiranya,
dan penjaga-penjaga yang disuruh orang Yahudi itu
menangkap Yesus dan membelenggu Dia.
Lalu mereka membawa Yesus mula-mula kepada Hanas,
karena Hanas adalah mertua Kayafas,
yang pada tahun itu menjadi Imam Agung;
dan Kayafaslah yang telah menasihatkan kepada orang-orang Yahudi:
   Adalah lebih berguna
   jika satu orang mati untuk seluruh bangsa.

Simon Petrus dan seorang murid lain mengikuti Yesus.
Murid itu mengenal Imam Agung,
dan ia masuk ke halaman istana Imam Agung itu.
Tetapi Petrus tinggal di luar dekat pintu.
Maka murid lain tadi, yang mengenal Imam Agung,
kembali ke luar,
bercakap-cakap dengan perempuan penjaga pintu,
lalu membawa Petrus masuk.
Maka kata perempuan penjaga pintu kepada Petrus,
"Bukankah engkau juga murid orang itu?"
Jawab Petrus, "Bukan!"
Sementara itu
hamba-hamba dan penjaga-penjaga Bait Allah telah memasang api arang,
sebab hawa dingin waktu itu,
dan mereka berdiri berdiang di situ.
Petrus pun berdiri berdiang bersama-sama dengan mereka.
Maka mulailah Imam Agung menanyai Yesus
tentang para murid dan tentang ajaran-Nya.
Jawab Yesus kepadanya,
"Aku berbicara terus terang kepada dunia!
Aku selalu mengajar di rumah-rumah ibadat dan di Bait Allah
tempat semua orang Yahudi berkumpul,
Aku tidak pernah berbicara sembunyi-sembunyi.
Mengapakah engkau menanyai Aku?
Tanyailah mereka,
yang telah mendengar apa yang Kukatakan kepada mereka;
sungguh, mereka tahu apa yang telah Kukatakan."
Ketika Yesus berkata demikian,
seorang penjaga yang berdiri di situ menampar muka Yesus
sambil berkata, "Begitukah jawab-Mu kepada Imam Agung?"
Jawab Yesus kepadanya,
"Jikalau kata-Ku itu salah, tunjukkanlah salahnya,
tetapi jikalau benar, mengapakah engkau menampar Aku?"

Lalu Hanas mengirim Yesus terbelenggu kepada Kayafas,
Imam Agung.
Simon Petrus masih berdiri berdiang.
Kata orang-orang di situ kepadanya,
"Bukankah engkau juga seorang murid Yesus?"
Petrus menyangkalnya, katanya, "Bukan!"
Salah seorang hamba Imam Agung,
keluarga dari hamba yang telinganya dipotong Petrus,
berkata kepadanya, "Bukankah engkau kulihat di taman itu
bersama-sama dengan Yesus?"
Maka Petrus menyangkal lagi
dan ketika itu berkokoklah ayam.

Keesokan harinya
mereka membawa Yesus dari istana Kayafas ke gedung pengadilan.
Ketika itu hari masih pagi.
Mereka sendiri tidak masuk ke gedung pengadilan itu,
supaya jangan menajiskan diri,
sebab mereka hendak makan Paskah.
Sebab itu Pilatus keluar mendapatkan mereka dan berkata,
"Apakah tuduhan kamu terhadap orang ini?"
Jawab mereka kepadanya,
"Jikalau Ia bukan penjahat,
kami tidak menyerahkan-Nya kepadamu!"
Kata Pilatus kepada mereka,
"Ambillah Dia, dan hakimilah Dia menurut hukum Tauratmu!"
Kata orang-orang Yahudi itu,
"Kami tidak diperbolehkan membunuh seseorang."
Demikian terjadi
supaya genaplah firman Yesus
yang dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Ia akan mati.

Maka kembalilah Pilatus ke dalam gedung pengadilan,
lalu memanggil Yesus dan bertanya kepada-Nya,
"Engkau inikah raja orang Yahudi?"
Jawab Yesus,
"Dari hatimu sendirikah engkau katakan hal itu?
atau adakah orang lain yang mengatakannya kepadamu tentang Aku?"
Kata Pilatus, "Orang Yahudikah aku?
Bangsamu sendiri dan imam-imam kepala
telah menyerahkan Engkau kepadaku,
apakah yang telah Engkau perbuat?"
Jawab Yesus, "Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini!
Jika Kerajaan-Ku dari dunia ini,
pasti hamba-hamba-Ku sudah melawan,
supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi.
Akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini!"
Maka kata Pilatus kepada-Nya,
"Jadi Engkau adalah raja."
Jawab Yesus, "Seperti yang kaukatakan, Aku adalah raja!
Untuk itulah Aku lahir, dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini,
yakni untuk memberi kesaksian tentang kebenaran;
setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku."
Kata Pilatus kepada-Nya, "Apakah kebenaran itu?"

Sesudah mengatakan demikian,
Pilatus keluar lagi mendapatkan orang-orang Yahudi,
dan berkata kepada mereka,
"Aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya.
Tetapi padamu ada kebiasaan,
bahwa pada hari raya Paskah aku membebaskan seorang bagimu.
Maukah kamu,
supaya aku membebaskan raja orang Yahudi ini bagimu?"
Mereka pun berteriak,
"Jangan Dia, melainkan Barabas!"
Barabas adalah seorang penyamun.

Lalu Pilatus mengambil Yesus dan menyuruh orang menyesah Dia.
Prajurit-prajurit menganyam sebuah mahkota duri,
dan menaruhnya di atas kepala Yesus.
Mereka mengenakan jubah ungu pada-Nya,
dan sambil maju ke depan mereka berkata,
"Salam, hai raja orang Yahudi!"
Lalu mereka menampar wajah Yesus.

Pilatus keluar lagi dan berkata kepada Orang-orang Yahudi,
"Lihatlah aku membawa Dia ke luar kepada kamu,
supaya kamu tahu
bahwa aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya."
Lalu Yesus keluar, bermahkota duri dan berjubah ungu.
Maka kata Pilatus kepada mereka,
"Lihatlah Manusia ini!"
Ketika para imam kepala dan penjaga-penjaga itu melihat Yesus,
berteriaklah mereka, "Salibkan Dia, salibkan Dia!"
Kata Pilatus kepada mereka,
"Ambil saja sendiri dan salibkanlah Dia!
Sebab aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya."
Jawab orang-orang Yahudi itu kepadanya,
"Kami mempunyai hukum, dan menurut hukum itu Ia harus mati,
sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah."

Ketika Pilatus mendengar perkataan itu bertambah takutlah ia.
lalu ia masuk pula ke dalam gedung pengadilan,
dan berkata kepada Yesus, "Dari manakah asal-Mu?"
Tetapi Yesus tidak memberi jawab kepadanya.
Maka kata Pilatus, "Tidakkah Engkau mau bicara dengan aku?
Tidakkah Engkau tahu
bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau,
dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?"
Yesus menjawab,
"Engkau tidak mempunyai kuasa apa pun terhadap Aku,
jikalau kuasa itu tidak diberikan dari atas.
Sebab itu,
dia yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya."
Sejak itu Pilatus berusaha untuk membebaskan Yesus,
tetapi orang-orang Yahudi berteriak,
"Jikalau engkau membebaskan Dia,
engkau bukanlah sahabat Kaisar.
Setiap orang yang menganggap diri raja, melawan Kaisar."

Ketika mendengar perkataan itu,
Pillatus menyuruh Yesus ke luar.
Lalu ia duduk di kursi pengadilan,
di tempat yang bernama Litostrotos,
dalam bahasa Ibrani: Gabata.
Hari itu ialah hari persiapan Paskah,
kira-kira jam dua belas.
Kata Pilatus kepada orang-orang Yahudi itu,
"Inilah rajamu!"
Maka berteriaklah mereka,
"Enyahkan Dia! Enyahkan Dia! Salibkan Dia!"
Kata Pilatus kepada mereka,
"Haruskah aku menyalibkan rajamu?"
Jawab imam-imam kepala,
"Kami tidak mempunyai raja selain Kaisar!"
Akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus kepada mereka
untuk disalibkan.
Dan mereka menerima Yesus.

Sambil memikul salib-Nya, Yesus dibawa ke luar kota,
ke tempat yang bernama Tengkorak, dalam
bahasa Ibrani: Golgota.
Di situ Yesus disalibkan,
dan bersama dengan Dia disalibkan juga dua orang lain,
sebelah-menyebelah, Yesus di tengah-tengah.
Pilatus menyuruh memasang juga tulisan di atas kayu salib itu,
bunyinya: Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi.
Banyak orang Yahudi membaca tulisan itu,
sebab tempat Yesus disalibkan itu letaknya dekat kota,
dan kata-kata itu tertulis dalam bahasa Ibrani, Latin dan bahasa Yunani.
Maka kata imam-imam kepala kepada Pilatus,
"Jangan engkau menulis: Raja orang Yahudi,
tetapi: Ia mengatakan: Aku adalah Raja orang Yahudi."
Jawab Pilatus, "Apa yang kutulis, tetap tertulis!"

Sesudah prajurit-prajurit itu menyalibkan Yesus,
mereka mengambil pakaian Yesus,
lalu membaginya menjadi empat bagian,
masing-masing prajurit satu bagian.
Jubah Yesus pun mereka ambil.
Tetapi jubah itu tidak berjahit,
dari atas ke bawah merupakan satu tenunan utuh.
Karena itu mereka berkata seorang kepada yang lain,
"Janganlah kita membagi jubah ini menjadi beberapa potong,
tetapi baiklah kita membuang undi
untuk menentukan siapa yang akan mendapatnya."
Demikianlah terjadi
supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci:
   Mereka membagi-bagi pakaian-Ku di antara mereka,
   dan membuang undi atas jubah-Ku.
Hal itu telah dilakukan oleh prajurit-prajurit itu.

Di dekat salib Yesus berdirilah ibu Yesus dan saudara ibu-Nya,
Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena.
Ketika Yesus melihat ibu-Nya
dan murid yang Ia kasihi di sampingnya,
berkatalah Ia kepada ibu-Nya,
"Ibu, inilah anakmu!"
dan kemudian kata-Nya kepada murid itu,
"Inilah ibumu!"
Dan sejak saat itu
murid itu menerima Maria di dalam rumahnya.

Sesudah itu, karena Yesus tahu
bahwa segala sesuatu telah selesai,
berkatalah Ia
-- supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci, --
"Aku haus!"

Di situ ada suatu buli-buli penuh anggur asam.
Maka mereka mencucukkan bunga karang pada sebatang hisop,
mencelupkannya dalam anggur asam itu,
lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus.
Sesudah meminum anggur asam itu,
berkatalah Yesus, "Sudahlah selesai!"
Lalu Yesus menundukkan kepala dan menyerahkan nyawa-Nya.

(semua hening sejenak menerungkan wafat Tuhan)

Karena hari itu adalah hari persiapan Paskah,
dan supaya pada hari Sabat
mayat-mayat itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib
-- sebab Sabat itu adalah hari yang besar --
maka datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus
dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan,
dan mayat-mayatnya diturunkan.
Maka datanglah prajurit-prajurit,
lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain
yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus.
Tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus
dan melihat bahwa Ia telah mati,
mereka tidak mematahkan kaki-Nya.
Tetapi seorang dari antara prajurit itu
menikam lambung Yesus dengan tombak,
dan segera mengalirlah darah serta air ke luar.
Dan orang yang melihat sendiri hal itu
yang memberi kesaksian ini, dan benarlah kesaksiannya.
Dan ia tahu bahwa ia mengatakan kebenaran,
supaya kamu juga percaya.
Sebab hal itu terjadi,
supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci:
   Tidak ada tulang-Nya yang akan dipatahkan;
dan nas lain yang mengatakan:
   Mereka akan memandang Dia yang telah mereka tikam.

Sesudah itu Yusuf dari Arimatea,
(Yusuf ini adalah seorang murid Yesus,
tetapi sembunyi-sembunyi karena takut kepada orang-orang Yahudi)
meminta kepada Pilatus,
supaya ia diperbolehkan menurunkan jenazah Yesus.
Pilatus meluluskan permintaan Yusuf.
Maka datanglah Yusuf dan menurunkan jenazah Yesus
Juga Nikodemus datang ke situ.
Dialah yang dulu datang malam-malam kepada Yesus.
Ia membawa campuran minyak mur dengan minyak gaharu,
kira-kira lima puluh kati beratnya.
Mereka mengambil jenazah Yesus,
mengapaninya dengan kain lenan
dan membubuhinya dengan rempah-rempah
menurut adat pemakaman orang Yahudi.
Di dekat tempat Yesus disalibkan itu ada suatu taman,
dan dalam taman itu ada suatu kubur baru
yang di dalamnya belum pernah dimakamkan seseorang.
Karena hari itu hari persiapan orang Yahudi,
sedang kubur itu tidak jauh letaknya,
maka mereka meletakkan jenazah Yesus di situ.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Sengsara Tuhan kita Yesus Kristus kita kenangkan hari ini pada Hari Jumat Agung.
Kita bersama-sama memadahkan Doa Syafaat, serta memberikan penghormatan terhadap pengorbanan Yesus di kayu salib.
Mari kita lihat juga satu hal yang menarik untuk kita renungkan.

Umumnya, jika seseorang sedang menghadapi kesusahan berat, maka ia akan berusaha keras untuk mengatasi persoalan yang sedang dihadapi itu, bahkan bukan mustahil ia juga akan menggunakan segala cara untuk bisa lolos.
Ia memikirkan dirinya sendiri, dan berharap orang lain mau memaklumi atau berharap empati dari orang lain.

Saya tidak menemukan sifat umum ini dalam diri Yesus, bahkan bertolak-belakang.
Yesus tidak melawan ketika orang menyesah Dia, menaruh mahkota duri di kepala-Nya, sambil mem-bully Dia.
Yesus tidak membantah ketika orang-orang memilih Barabas, seorang penyamun, untuk dibebaskan.  Mereka tidak memilih Yesus.
Yesus tidak membantah ketika orang-orang mengolok-olok Dia,  "Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan!"

Sikap Yesus memang tidak umum.
Dari tiang salib Yesus malah berdoa kepada Bapa-Nya, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat."
Dan kepada salah seorang penjahat yang disalibkan di sebelahnya, Yesus berkata, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus."
Dan yang lebih penting lagi, Yesus menyatakan kedudukan Bunda Maria sebagai ibu dari kita semua, "Inilah ibumu!" dan kepada Bunda Maria Yesus berkata, "Inilah anakmu!"

Marilah kita mengikuti jejak Yesus di saat kita sedang menghadapi persoalan hidup, agar kita pun boleh berkata seperti Yesus, "Selesailah sudah.", apa pun yang menjadi hasil akhirnya.



Peringatan Orang Kudus
Santo Leo IX, Paus
Bruno Egesheim, nama asli Paus Leo IX (1049-1054), lahir pada tahun 1002 di sebuah kota kecil di perbatasan Jerman dan Prancis. Keluarganya tergolong keluarga bangsawan yang kaya raya dan berpengaruh di Jerman. Semenjak kecil, Bruno bercita-cita menjadi imam, terdorong oleh cara hidup keluarganya yang saleh.
Ketika berumur lima tahun, ayahnya memasukkan dia ke sebuah sekolah yang didirikan oleh Uskup Berthold di Toul, Prancis. Ketika saudara sepupunya menjadi kaisar Jerman dengan nama Conrad II, Bruno merjadi pembantu Uskup Harriman dari Toul. Sepeninggal Uskup Harriman, Bruno diangkat menjadi Uskup Toul pada tahun 1027.Selama 22 tahun ia bekerja keras membina iman umatnya dan membaharui keuskupannya.
Sepeninggal Sri Paus Damasus II pada tahun 1048, Bruno diajukan sebagai paus oleh kaisar Henry III, yang menggantikan Conrad II, saudara sepupu Bruno. Walaupun Bruno sendiri merasa berat untuk menerima jabatan mulia itu, namun ia bersedia juga berangkat ke Roma. Bersama peziarah lainnya, Bruno memasuki kota suci Roma tanpa memakai alas kaki. Rahib Hildebrand, yang nanti bertugas sebagai penasehat Bruno dan kemudian menjadi Paus Gregorius VII (1073-1085), menemani Bruno ke Roma. Dalam hati kecilnya, Bruno berpikir bahwa orang-orang Roma akan menolaknya karena ia berkebangsaan Jerman. Tetapi ternyata orang-orang Roma datang dan berkumpul di Basilika Santo Petrus untuk menyambut dia. Imam-imam Roma dengan suara bulat menerima dan memilih dia menjadi paus. Akhirnya ia menjadi paus dengan nama Leo IX.
Semenjak awal kepemimpinannya, Leo IX melancarkan aksi pembaharuan di seluruh Gereja. Terlebih dahulu ia membaharui cara hidup para imam, sambil berusaha keras menentang kembalinya Benediktus IX ke atas takhta kepausan dan menyehatkan kembali keadaan keuangan kepausan yang porak-poranda. Hildebrand diangkatnya menjadi pengawas keuangan Kepausan. Selanjutnya beliau mengadakan sinode untuk membicarakan kejahatan besar praktek simonia (membeli jabatan gerejani dengan uang) dan cara hidup para imam yang tidak mengindahkan keluhuran hidup selibat. Semua tahbisan yang telah dibeli dengan uang dibatalkannya meskipun ada perlawanan keras dari kaum awam dan imam-imam. Ia melarang imam-imam untuk menikah dan menjual barang-barang Gereja. Campurtangan kaum awam dalam pencalonan dan pentahbisan imam-imam tidak diperkenankannya.
Untuk mencapai keberhasilan dalam usaha-usahanya itu, ia sendiri mengadakan perjalanan ke seluruh Eropa untuk menjelaskan keabsahan dan ketulusan rencana-rencananya. la mengadakan serangkaian konsili di Pavia, Italia, Reims, Prancis dan Mainz-Jerman untuk membicarakan masalah kehidupan rohani para imam dan memecat imam-imam yang tidak hidup menurut cita-citanya. Dari tahun 1050 sampai 1053, Leo beberapa kali mengadakan perjalanan keliling Italia Selatan, Jerman dan Perancis untuk memberi konferensi-konferensi di Langres, Treves, Pressburg, Ratisbon, Augsburg dan Mantua.
Pada tahun 1050, Leo mengadakan lagi sebuah konsili di Roma untuk membicarakan masalah Berengarius dari Tours dan pengikut­pengikutnya yang tetap menyangkal kebenaran ajaran iman perihal kehadirian riil Yesus Kristus dalam Ekaristi dan transubstansi (perubahan roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus). Dalam konsili ini, Berengariusdijatuhi hukuman ekskomunikasi.
Dalam masa kepemimpinannya yang singkat itu, Leo dikenal sebagai paus, yang menuntut otoritas atas Gereja Timur. la dikenal sebagai pembaharu Gereja, pendobrak praktek simonia dalam Gereja dan praktek hidup para imam yang bertentangan dengan cita-cita imamat. Ia juga dengan gigih membela orang-orang Italia Selatan yang dikuasai oleh bangsa Normandia.


Santa Tarbula, Perawan dan Martir
Sekitar tahun 340 Sapor II, Raja Persia, Iran melancarkan penganiayaan yang kejam terhadap umat Kristen. Simeon, Uskup kota Seleukea, dibunuh dalam aksi penganiayaan ngeri itu. Selang beberapa waktu kemudian permaisuri raja diserang penyakit yang sangat membahayakan. Tarbula, seorang biarawati dan adik Uskup Simeon, dituduh sebagai biang keladi penyakit naas itu. Karenanya ia pun ditangkap. Terhadap tuduhan yang diarahkan kepadanya, Tarbula dengan tegas mengatakan bahwa ia lebih taat kepada perintah Kristus yang melarang membunuh orang. Tetapi Mereptes, hakim yang mengadilinya, tetap mempertahankan tuduhannya. Katanya: "Sesungguhnya perkara ini sudah jelas dan dapat dimengerti. Engkau bermaksud membalas kematian kakakmu dengan menimpakan penyakit berbahaya itu kepada sri ratu". Dengan tenang Tarbula menjawab: "Kakakku yang telah kamu bunuh kini hidup dalam kemuliaan surgawi bersama Kristus Tuhan kami; siksaanmu terhadap dirinya sama sekali tidak mendatangkan malapetaka apa pun atas dirinya".
Tarbula seorang gadis muda yang berparas sangat cantik. Melihat kecantikannya itu, sang hakim secara diam-diam jatuh cinta padanya dan bertekad menikahinya. Secara rahasia ia mengabarkan kepada Tarbula bahwa ia akan selamat, asal saja ia mau menjadi isterinya. Mendengar hal itu Tarbula (dengan tegas mengatakan bahwa: "Janganlah berencana jahat terhadap aku. Aku telah menjadi mempelai Kristus, Tuhanku. Tak akan pernah aku menerima cintamu itu; bagaimanakah mungkin aku memilih kematian yang kekal hanya untuk menyelamatkan nyawaku dan hidupku yang sementara ini?" Keteguhan serta ketegasan yang sama ini ditunjukkannya pula kepada Sapor II, tatkala sang raja sendiri mengajaknya untuk mempersembahkan korban kepada dewa matahari.
Karena segala daya upaya mereka untuk menyesatkan dia sia-sia saja, maka Tarbula bersama dengan dua wanita lainnya dibawa ke panggung penyiksaan, di luar kota. Di sanalah mereka dibunuh oleh kaki tangan raja.


Santo Elfege OSB, Uskup
Elfege hidup antara tahun 954-1012. Ia menolak dibebaskan dari penjara oleh seorang tentara Denmark dengan uang tebusan karena ia tidak rnau membeli kebebasannya dengan uang yang telah disisihkannya bagi kepentingan kaum miskin.


Santo Werner, Martir
Sewaktu masih bocah ia melarikan diri karena terus dipukuli oleh ayah tirinya. Lalu ia menjadi pembantu seorang petani anggur yang jahat. Suatu hari majikannya menyuruh dia membawa pulang hosti dari gereja. Tetapi anak itu menjawab: "Tak pernah saya berbuat dosa ini!" Pada hari Kamis Putih ia diseret ke kebun anggur, diikat pada tiang selama tiga hari supaya menurut. Namun Werner tak mundur setapak pun. Maka para penyiksa memotong pembuluh darah Werner, sehingga ia mati lemas. Mayatnya diceburkan ke sungai dekat Bacherach, Jerman. la meninggal pada tahun 1287.




http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi