Liturgia Verbi 2017-03-19 Minggu.

Liturgia Verbi (A-I)
Hari Minggu Prapaskah III

Minggu, 19 Maret 2017



Bacaan Pertama
Kel 17:3-7

"Berikanlah air kepada kami, supaya kami dapat minum."

Pembacaan dari Kitab Keluaran:

Sekali peristiwa,
setelah bangsa Insrael melewati padang gurun Sin,
dan berkemah di Rafidim,
kehausanlah mereka di sana.
Maka bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa dan berkata,
"Mengapa pula engkau memimpin kami keluar dari Mesir,
untuk membunuh kami, anak-anak dan ternak kami dengan kehausan?"

Lalu berseru-serulah Musa kepada Tuhan, katanya,
"Apakah yang akan kulakukan kepada bangsa ini?
Sebentar lagi mereka akan melempari aku dengan batu!"
Maka berfirmanlah Tuhan kepada Musa,
"Berjalanlah di depan bangsa itu,
dan bawalah serta beberapa orang
dari antara para tua-tua Israel;
bawalah juga tongkatmu
yang kaupakai memukul sungai Nil, dan pergilah.
Maka Aku akan berdiri di sana di depanmu
di atas gunung batu di Horeb;
pukulah gunung batu itu,
dan dari dalamnya akan keluar air,
sehingga bangsa itu dapat minum."

Demikianlah diperbuat Musa di depan mata tua-tua Israel.
Maka dinamailah tempat itu Masa dan Meriba,
oleh karena orang Israel telah bertengkar,
dan oleh karena mereka telah mencobai Tuhan dengan mengatakan,
"Adakah Tuhan di tengah-tengah kita atau tidak?"

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 95:1-2.6-7.8-9,R:8

Refren: Pada hari ini, kalau kamu mendengar suara Tuhan,
janganlah bertegar hati.

*Marilah kita bernyanyi-nyanyi bagi Tuhan,
bersorak-sorai bagi Gunung Batu keselamatan kita.
Biarlah kita menghadap wajah-Nya dengan lagu syukur,
bersorak-sorai bagi-Nya dengan nyanyian mazmur.

*Masuklah, mari kita sujud menyembah,
berlutut di hadapan Tuhan yang menjadikan kita.
Sebab Dialah Allah kita,
kita ini umat gembalaan-Nya dan kawanan domba-Nya.

*Pada hari ini, kalau kamu mendengar suara-Nya,
Janganlah bertegar hati seperti di Meriba,
seperti waktu berada di Masa di padang gurun,
ketika nenek moyangmu mencobai dan menguji Aku,
padahal mereka melihat perbuatan-Ku.



Bacaan Kedua
Rom 5:1-2.5-8

"Kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita
oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita."

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma:

Saudara-saudara,
kita yang dibenarkan karena iman,
kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah
oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.
Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk
ke dalam kasih karunia Allah.
Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan bermegah
dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah.

Dan pengharapan tidak mengecewakan,
karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita
oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.
Karena waktu kita masih lemah,
Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka
pada waktu yang ditentukan oleh Allah.
Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar
tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati.
Tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita,
oleh karena Kristus telah mati untuk kita,
ketika kita masih berdosa.

Demikianlah sabda Tuhan.



Bait Pengantar Injil
Yoh 4:42.15

Tuhan, Engkaulah juruselamat dunia.
Berilah aku air kehidupan, supaya aku tidak haus lagi.



Bacaan Injil
Yoh 4:5-42

"Mata air yang memancar sampai ke hidup yang kekal."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes:

Sekali peristiwa
sampailah Yesus ke sebuah kota di Samaria,
yang bernama Sikhar,
dekat tanah yang dahulu diberikan Yakub kepada anaknya, Yusuf.
Di situ terdapat sumur Yakub.
Yesus sangat letih oleh perjalanan,
karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu.
Hari kira-kira pukul dua belas.
Maka datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air.
Kata Yesus kepadanya, "Berilah Aku minum!"
Sebab murid-murid Yesus telah pergi membeli makanan.
Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya,
"Masakan Engkau, seorang Yahudi,
minta minum kepadaku, seorang Samaria?"
Maklum orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria.
Jawab Yesus kepadanya,
"Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah
dan siapa Dia yang berkata kepadamu 'Berilah Aku minum'
niscaya engkau telah meminta kepada-Nya,
dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup."

Kata perempuan itu kepada-Nya,
"Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam;
dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu?
Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub,
yang memberikan sumur ini kepada kami
dan ia sendiri telah minum dari dalamnya,
ia beserta anak-anak dan ternaknya?"
Jawab Yesus kepadanya,
"Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi!
Tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya,
ia tidak akan haus untuk selama-lamanya.
Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya,
akan menjadi mata air di dalam dirinya,
yang terus-menerus memancar sampai ke hidup yang kekal."
Kata perempuan itu kepada-Nya,
"Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus,
dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba."

Kata Yesus kepadanya,
"Pergilah, panggillah suamimu dan datanglah ke sini."
Kata perempuan itu, "Aku tidak mempunyai suami."
Kata Yesus kepadanya,
"Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami,
sebab engkau sudah mempunyai lima suami,
dan yang sekarang ada padamu pun bukanlah suamimu.
Dalam hal ini engkau berkata benar."
Kata perempuan itu kepada Yesus,
"Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi.
Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini,
tetapi kamu katakan,
bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah."
Kata Yesus kepadanya,
"Percayalah kepada-Ku, hai perempuan,
saatnya akan tiba bahwa kamu akan menyembah Bapa
bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem.
Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal,
tetapi kami menyembah yang kami kenal,
sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi.

Tetapi saatnya akan datang, dan sudah tiba sekarang,
bahwa para penyembah yang benar akan menyembah Bapa
dalam roh dan kebenaran,
sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah yang demikian.
Allah itu Roh, dan barangsiapa menyembah Dia,
harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran."
Jawab perempuan itu,
"Aku tahu, bahwa Mesias, yang disebut juga Kristus, akan datang;
apabila datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami."
Kata Yesus kepadanya,
"Akulah Dia, yang sedang bercakap-cakap dengan engkau!"

Pada waktu itu datanglah murid-murid Yesus,
dan mereka heran
bahwa Yesus sedang bercakap-cakap dengan seorang perempuan.
Tetapi tak seorang pun berkata,
"Apa yang Engkau kehendaki?
Atau: Apa yang Engkau percakapkan dengan dia?"

Sementara itu perempuan tadi meninggalkan tempayannya di situ,
lalu pergi ke kota dan berkata kepada orang-orang yang di situ,
"Mari, lihat!
Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku
segala sesuatu yang telah kuperbuat.
Mungkinkah Dia itu Kristus?"
Maka mereka pun meninggalkan kota
lalu datang kepada Yesus.

Sementara itu murid-murid mengajak Yesus, katanya,
"Rabi, makanlah!"
Akan tetapi Yesus berkata kepada mereka,
"Pada-Ku ada makanan yang tidak kamu kenal."
Maka murid-murid itu berkata seorang kepada yang lain,
"Adakah orang yang telah membawa sesuatu kepada-Nya untuk dimakan?"
Kata Yesus kepada mereka,
"Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku
dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Bukankah kamu mengatakan
'Empat bulan lagi tibalah musim menuai'?
Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu,
dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning
dan matang untuk dituai.
Sekarang juga penuai telah menerima upahnya,
dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal,
sehingga penabur dan penuai sama-sama bersukacita.
Sebab dalam hal ini benarlah peribahasa
'Yang seorang menabur dan yang lain menuai'.
Aku mengutus kamu untuk menuai apa yang tidak kamu usahakan.
Orang-orang lain berusaha,
dan kamu datang memetik hasil usaha mereka."

Banyak orang Samaria dari kota itu
telah menjadi percaya kepada Yesus
karena perkataan perempuan itu,
yang bersaksi,
"Ia mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat."

Ketika orang-orang Samaria itu sampai kepada Yesus,
mereka meminta kepada-Nya,
supaya Yesus tinggal pada mereka, 
dan Yesus pun tinggal di situ dua hari lamanya.
Dan lebih banyak lagi orang yang menjadi percaya
karena perkataan Yesus,
dan mereka berkata kepada perempuan itu,
"Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan,
sebab kami sendiri telah mendengar Dia
dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia."

Demikianlah sabda Tuhan.


ATAU BACAAN SINGKAT
Yoh 4:5-15.19b-26.39a.40-42

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes:

Sekali peristiwa
sampailah Yesus ke sebuah kota di Samaria,
yang bernama Sikhar,
dekat tanah yang dahulu diberikan Yakub kepada anaknya, Yusuf.
Di situ terdapat sumur Yakub.
Yesus sangat letih oleh perjalanan,
karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu.
Hari kira-kira pukul dua belas.
Maka datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air.
Kata Yesus kepadanya, "Berilah Aku minum!"
Sebab murid-murid Yesus telah pergi membeli makanan.
Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya,
"Masakan Engkau, seorang Yahudi,
minta minum kepadaku, seorang Samaria?"
Maklum orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria.

Jawab Yesus kepadanya,
"Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah
dan siapa Dia yang berkata kepadamu 'Berilah Aku minum'
niscaya engkau telah meminta kepada-Nya,
dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup."

Kata perempuan itu kepada-Nya,
"Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam;
dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu?
Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub,
yang memberikan sumur ini kepada kami
dan ia sendiri telah minum dari dalamnya,
ia beserta anak-anak dan ternaknya?"

Jawab Yesus kepadanya,
"Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi!
Tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya,
ia tidak akan haus untuk selama-lamanya.
Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya,
akan menjadi mata air di dalam dirinya,
yang terus-menerus memancar sampai ke hidup yang kekal."
Kata perempuan itu kepada-Nya,
"Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus,
dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba."

[Setelah Yesus menyinggung masalah pribadi perempuan itu]
perempuan itu berkata kepada Yesus,
"Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi.
Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini,
tetapi kamu katakan,
bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah."
Kata Yesus kepadanya,
"Percayalah kepada-Ku, hai perempuan,
saatnya akan tiba bahwa kamu akan menyembah Bapa
bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem.
Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal,
tetapi kami menyembah yang kami kenal,
sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi.

Tetapi saatnya akan datang, dan sudah tiba sekarang,
bahwa para penyembah yang benar akan menyembah Bapa
dalam roh dan kebenaran,
sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah yang demikian.
Allah itu Roh, dan barangsiapa menyembah Dia,
harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran."
Jawab perempuan itu,
"Aku tahu, bahwa Mesias, yang disebut juga Kristus, akan datang;
apabila datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami."
Kata Yesus kepadanya,
"Akulah Dia, yang sedang bercakap-cakap dengan engkau!"

Banyak orang Samaria dari kota itu
telah menjadi percaya kepada Yesus
karena perkataan perempuan itu.
Dan ketika orang-orang Samaria itu sampai kepada Yesus,
mereka meminta kepada-Nya supaya Yesus tinggal pada mereka, 
dan Yesus pun tinggal di situ dua hari lamanya.
Dan lebih banyak lagi orang yang menjadi percaya
karena perkataan Yesus,
dan mereka berkata kepada perempuan itu,
"Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan,
sebab kami sendiri telah mendengar Dia
dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia."

Demikianlah sabda Tuhan.



Renungan Injil
Ada banyak sekali topik yang ingin saya tulis sebagai hasil renungan saya atas Bacaan Injil hari ini, bacaan yang lumayan panjang, sampai-sampai disediakan versi singkatnya, yaitu dengan membuang bagian-bagian yang dianggap kurang perlu.
Rupanya saya turut latah menyediakan renungan versi singkat.

Apakah kemajuan jaman yang menjadi penyebab bahwa segala sesuatu mesti serba singkat, serba instan, dan tak lagi mau yang bertele-tele?
Ada cukup banyak orang yang mengaku senang mengikuti misa di salah satu gereja karena misa di situ berlangsung lebih cepat, sekitar satu jam saja.
Ketika saya mengkritisi tentang hal ini, ada saja jawaban orang untuk membenarkannya, "Masih bagus orang mau datang ke gereja", "Baguslah supaya gereja jangan kosong melompong saat misa", dan sebagainya.
Jika benar kita ingin berada dekat-dekat Bapa kita, bukankah sesungguhnya kita ingin berlama-lama bersama-Nya?
Kalau ingin cepat-cepat pergi, bukankah itu artinya tidak betah?

Yang membuat saya merasa sedikit aneh, orang-orang yang inginnya instan itu ternyata sangat memperhatikan perkara-perkara ritual.
Mereka hafal kapan mesti berdiri atau berlutut dan kapan boleh duduk saja.
Mereka sangat memperhatikan, ini boleh dan itu tidak boleh.
Tata cara mengikuti perayaan Ekaristi pun menjadi viral, menyebar kemana-mana.

Hari ini kita belajar dari Yesus, ada yang lebih penting dari sekedar kepatuhan terhadap ritual.
Pada jaman itu, orang Yahudi tidak mau bergaul dengan orang Samaria.
Dan yang lebih konyol lagi, perempuan itu mesti di dalam rumah saja, tak pantas bepergian ke luar rumah.
Kalau toh mesti ke luar rumah, maka ia mesti menggunakan kerudung menutupi hampir seluruh tubuhnya.
Dan para pria dianggap tidak pantas jika berbincang-bincang dengan wanita di tempat umum.
Yesus mematahkan tradisi ini, sekaligus menunjukkan bahwa wanita sama derajatnya dengan pria.
Air hidup yang ditanamkan oleh Yesus di hati setiap orang, air yang terus menerus memancara dan takkan membuat dahaga lagi itu, termasuk kepada orang-orang Samaria.
Biar saja para murid menjadi heran, mengapa Yesus berbincang-bincang dengan seorang wanita di tempat umum, wanita Samaria lagi.
Biar saja ahli-ahli Taurat dan orang Farisi mendapat bahan untuk menjatuhkan Yesus.
Tetapi penting untuk menjadi pelajaran semua orang, janganlah membedakan orang dari gender-nya, jangan pula dari suku atau bangsanya, semuanya sama di hadapan Allah.
Lalu Yesus memilih wanita Samaria itu dan mengutusnya untuk bersaksi kepada orang-orang Samaria, "Ia mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat."



Peringatan Orang Kudus
Santo Yusuf, Suami Maria
Semua pengetahuan kita tentang Santo Yusuf, suami Santa Perawan Maria dan "Ayah piara" Yesus, Putra Allah, bersumber pada dua bab pembukaan dari Injil Mateus dan Lukas. Secara hukum, Yusuf dianggap sebagai ayah Yesus. Karena Yusuf adalah turunan Raja Daud, maka Yesus dianggap juga sebagai turunan Raja Daud. Yesus lalu disebut Putra Daud.
Hubungan Yusuf dan Maria lebih daripada suatu hubungan pertunangan. Hubungan mereka merupakan suatu hubungan perkawinan yang sah, walaupun pada mulanya mereka tidak pernah hidup sebagai suami-istri. Kira-kira selama satu tahun, mereka tidak pernah hidup bersama di bawah satu atap. Ketika Maria mengandung secara ajaib oleh kuasa Roh Kudus, Yusuf bingung dan bermaksud meninggalkan Maria secara diam-diam. Namun Yusuf yang saleh itu tidak percaya akan godaan kebingungan dan kecurigaan terhadap Maria yang sedang hamil itu. Mateus dalam Injilnya mengatakan bahwa Yusuf memutuskan untuk "meninggalkan Maria secara diam-diam". (Mat 1:19).
Sehubungan dengan itu, selanjutnya Mateus mengatakan bahwa Allah mengutus seorang malaekat untuk menerangkan kepada Yusuf bahwa anak yang ada di dalam rahim Maria sesungguhnya berasal dari Roh Kudus. Oleh kunjungan malaekat Allah itu dan setelah merenungkan pesan yang disampaikan, Yusuf tanpa ragu-ragu mengambil Maria sebagai istrinya dan mulai tinggal serumah (Mat 1:24). Untuk menghindari salah pengertian, Mateus selanjutnya mengatakan bahwa Yusuf bukanlah ayah kandung Yesus. Mateus berkata: "la tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki" (Mat 1:25).
Kata "sampai" yang digunakan Mateus menunjukkan bahwa Yusuf tidak bersetubuh dengan Maria sebelum Maria melahirkan anaknya. Kata itu pun tidak berarti bahwa setelah Maria melahirkan Yesus, Yusuf bersetubuh dengan Maria. Kata-kata "anaknya laki-laki", bahkan dikatakan “anaknya yang sulung" (Luk 2:7) juga tidak berarti bahwa Maria mempunyai beberapa orang anak. Istilah itu adalah suatu istilah yang lazim dan sah untuk menamai setiap anak laki-laki pertama yang lahir dari suatu perkawinan, meskipun anak itu tidak mempunyai saudara dan saudari. Lukas dalam bab kedua Injilnya menyebut Yusuf dan Maria sebagai orang-tua Yesus (Luk 2:27).
Menurut Mateus, Yusuf adalah seorang tukang kayu (Mat 13:55). Tentang riwayat hidupnya tidak banyak dikisahkan, tetapi diperkirakan Yusuf meninggal dunia sebelum Yesus tampil di depan umum untuk memulai karyaNya. Karena, ia tidak pernah disebut-sebut lagi selama kurun waktu penampilan Yesus itu. Salah satu bukti biblis untuk menunjukkan hal ini dapat ditemukan di dalam lukisan Penginjil Yohanes tentang peristiwa penyerahan Maria kepada Yohanes, murid kesayangan Yesus: "Ketika Yesus melihat ibuNya dan murid yang dikasihiNya di sampingnya, berkatalah la kepada IbuNya: 'Ibu, inilah anakmu!' Kemudian kataNya kepada muridNya: 'Inilah ibumu!' Dan sejak itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya" (Yoh 19:26-27). Teks ini menunjukkan bahwa pada waktu itu Maria sudah menjanda.
Cerita-cerita apokrif purba menggambarkan Yusuf sebagai seorang lelaki yang sudah tua, bahkan tua sekali. Cerita ini mau melukiskan bahwa pada waktu itu tak seorang pun menganggap Yusuf sebagai ayah kandung Yesus. Sebaliknya, kehamilan Maria dianggap sebagai suatu peristiwa yang memalukan bahkan merupakan skandal karena Yusuf suaminya dikatakan sudah tua sekali.
Cerita purba itu pun melukiskan Yusuf sebagai seorang duda yang mempunyai enam orang anak dari perkawinannya yang pertama. Kisah ini dimaksudkan untuk menerangkan bagian Injil yang melukiskan tentang "saudara-saudara Yesus"? (Mat 12:46; Yoh 2:12; 7:10). Keterangan yang sebenarnya ditemukan dalam makna kata bahasa Aram yang digunakan Yesus dan murid-muridNya. Bahasa Aram menggunakan kata yang sama untuk melukiskan saudara-saudara dan sepupu-sepupu, dan para pengarang Injil mengetahui bahwa hal ini akan berarti dan dipahami oleh umat yang menjadi tujuan penulisan Injil bila mereka menunjuk kepada "saudara-saudara Yesus".
Yusuf dan Maria benar-benar menikah. Mereka memiliki hak-hak perkawinan secara penuh satu terhadap yang lain seperti lazimnya suami-istri, walaupun mereka sendiri tidak menggunakan hak-hak itu. Alasan pokok teologis mengapa Yesus dilahirkan dari seorang perawan adalah bahwa Pribadi Kedua dalam Tri Tunggal Mahakudus itu telah ada sejak kekal. KelahiranNya sebagai manusia melalui rahim Maria menunjukkan kehendak Allah untuk menjadi seorang anggota umat manusia dalam sebuah keluarga manusia. Yusuf - meskipun bukan ayah Yesus dalam arti fisik - dihubungkan dengan Yesus oleh persatuan rohaniah seorang ayah, kewibawaan dan pelayanan. Yesus termasuk anggota keluarga Yusuf dan hubungan itu diungkapkan dengan menggambarkan Yusuf sebagai ayah piara bahkan ayah Yesus yang sah.
Devosi kepada Santo Yusuf tidak dikenal di dalam Gereja selama berabad-abad. Hal ini dilatarbelakangi oleh suatu kekuatiran bahwa tekanan yang berlebihan pada kedudukan Yusuf dapat menimbulkan anggapan umum bahwa Yusuf adalah ayah kandung Yesus. Dalam praktek sekarang, Gereja menghormati Yusuf karena kekudusan dan martabat Maria sebagai Bunda Yesus, Putra Allah.
Sri Paus Pius IX (1846-1878) pada tanggal 8 Desember 1870 menetapkan Yusuf sebagai pelindung Gereja Universal. Dalam litani Santo Yusuf, Yusuf dilukiskan sebagai pelindung bagi para buruh/karyawan, keluarga, para perawan, orang-orang sakit dan orang-orang yang telah meninggal. la juga dihormati sebagai tokoh doa dan kehidupan rohani, pelindung para fakir miskin, para penguasa, bapa-bapa keluarga, imam-imam dan kaum religius serta pelindung para peziarah.
Pada tahun 1937, Sri Paus Pius XI (1922-1939) mengangkat Santo Yusuf sebagai pelindung perjuangan Gereja melawan komunisme ateistik. Dan pada tahun 1961, Sri Paus Yohanes XXIII (1958-1963) memilih Yusuf sebagai pelindung surgawi Konsili Vatikan II. Nama Yusuf sendiri mulai dimasukkan dalam Kanon Misa pada tahun 1962. Pada abad ke delapan dan ke sembilan, tanggal 19 Maret ditentukan sebagai Hari Raya utama Santo Yusuf. Pada tahun 1955, Sri Paus Pius XII (1939-1958) memaklumkan pesta Santo Yusuf Pekerja yang dirayakan pada tanggal 1 Mei. Pesta ini menekankan martabat pekerjaan dan keteladanan Santo Yusuf sebagai seorang pekerja dan untuk menyatakan kembali keikutsertaan Gereja dalam karya penyelamatan Allah.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi