Liturgia Verbi 2025-08-01 Jumat.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XVII

Jumat, 1 Agustus 2025

PW S. Alfonsus Maria de Liguori, Uskup dan Pujangga Gereja

Ujud Gereja Universal: Hidup berdampingan.
Semoga masyarakat yang anggotanya sulit untuk menghargai dan bekerja sama, tidak menyerah pada godaan konfrontasi karena alasan etnis, politik, agama, atau ideologi.

Ujud Gereja Indonesia: 80 tahun Indonesia merdeka.
Semoga bangsa Indonesia semakin bergotong-royong dan bersatu untuk mewujudkan birokrasi yang bersih, hukum yang adil, serta kesejahteraan yang merata.



Bacaan Pertama
Im 23:1.4-11.15-16.27.34b-37

"Hari-hari Tuhan yang harus kalian rayakan dan kalian kuduskan."

Pembacaan dari Kitab Imamat:

Tuhan bersabda kepada Musa,
"Inilah hari-hari raya yang ditetapkan Tuhan,
hari-hari pertemuan kudus yang harus kalian maklumkan
masing-masing pada waktunya yang tetap.
Dalam bulan yang pertama, pada tanggal empat belas bulan itu,
pada waktu senja,
adalah Paskah bagi Tuhan.
Dan pada hari yang kelima belas bulan itu
adalah hari raya Roti Tidak Beragi.

Tujuh hari lamanya kalian harus makan roti yang tidak beragi.
Pada hari yang pertama kalian harus mengadakan pertemuan kudus.
Janganlah kalian melakukan sesuatu pekerjaan berat.
Kalian harus mempersembahkan kurban api-apian kepada Tuhan tujuh hari lamanya.
Pada hari yang ketujuh haruslah ada pertemuan kudus,
Janganlah kalian melakukan sesuatu pekerjaan berat."

Tuhan bersabda pula kepada Musa,
"Berbicaralah kepada orang Israel dan katakanlah kepada mereka,
'Apabila kalian sampai ke negeri
yang akan Kuberikan kepada kalian,
dan kalian menuai hasilnya,
maka kalian harus membawa seberkas hasil pertama dari penuaianmu kepada imam.
Dan imam itu harus mengunjukkan berkas itu di hadapan Tuhan,
supaya Tuhan berkenan akan kalian.
Imam harus mengunjukkannya pada hari sesudah sabat.

Kemudian kalian harus menghitung,
mulai dari hari sesudah sabat itu,
yaitu waktu kalian membawa berkas persembahan unjukan,
haruslah genap tujuh minggu.
Sampai pada hari sesudah sabat yang ketujuh
harus kalian hitung lima puluh hari.
Lalu kalian harus mempersembahkan kurban sajian yang baru kepada Tuhan.

Akan tetapi tanggal sepuluh bulan ketujuh adalah Hari Pendamaian.
Kalian harus mengadakan pertemuan kudus
dan harus merendahkan diri dengan berpuasa
dan mempersembahkan kurban api-apian kepada Tuhan.
Hari yang kelima belas bulan ketujuh itu
adalah hari raya Pondok Daun bagi Tuhan,
tujuh hari lamanya.
Pada hari yang pertama harus ada pertemuan kudus.
Janganlah kalian melakukan sesuatu pekerjaan berat.
Tujuh hari lamanya
kalian harus mempersembahkan kurban api-apian
dan pada hari yang kedelapan
kalian harus mengadakan pertemuan kudus
dan mempersembahkan kurban api-apian kepada Tuhan.
Itulah hari raya Perkumpulan.
Janganlah kalian melakukan sesuatu pekerjaan berat.

Itulah hari-hari raya yang ditetapkan Tuhan,
yang harus kalian maklumkan sebagai hari pertemuan kudus
untuk mempersembahkan kurban api-apian kepada Tuhan,
yaitu kurban bakaran dan kurban sajian,
kurban sembelihan dan kurban-kurban curahan,
setiap hari, sebanyak yang ditetapkan untuk hari itu."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 81:3-4.5-6ab.10-11ab,R:2a

Refren: Bersorak-sorailah bagi Allah, kekuatan kita.

*Angkatlah lagu, bunyikanlah rebana,
petiklah kecapi yang merdu, diiringi gambus.
Tiuplah sangkakala pada bulan baru,
pada bulan purnama, pada hari raya kita.

*Sebab begitulah ditetapkan bagi Israel,
suatu hukum dari Allah Yaku;
hal itu ditetapkan-Nya sebagai peringatan bagi Yusuf,
waktu Ia maju melawan tanah Mesir.

*Janganlah ada di antaramu allah lain,
dan janganlah engkau menyembah allah asing.
Akulah Tuhan, Allahmu,
yang menuntun engkau keluar dari tanah Mesir.



Bait Pengantar Injil
1Ptr 1:25

Sabda Tuhan tetap selama-lamanya.
Itulah sabda yang diwartakan kepadaku.



Bacaan Injil
Mat 13:54-58

"Bukankah Dia itu anak tukang kayu? 
Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?"

Inilah Injil Suci menurut Matius:

Pada suatu hari Yesus kembali ke tempat asal-Nya.
Di sana Ia mengajar orang di rumah ibadat mereka.
Orang-orang takjub dan berkata,
"Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu?
Bukankah Dia  itu anak tukang kayu?
Bukankah ibu-Nya bernama Maria
dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas?
Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?"
Lalu mereka kecewa dan menolak Dia.

Maka Yesus berkata kepada mereka,
"Seorang nabi dihormati di mana-mana,
kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya."
Karena ketidakpercayaan mereka itu,
maka Yesus tidak mengerjakan banyak mujizat di situ.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Dalam hal pembangunan iman, memang seringkali kita dihadapkan pada berbagai rintangan, halangan, dan tidak jarang juga dibenturkan pada situasi yang dilematis. Bahkan, ada kalanya kita justru ditolak karena iman yang kita hidupi. Hal inilah yang dialami oleh Yesus sendiri dalam Bacaan Injil hari ini.

Yesus pulang ke tempat asal-Nya dan mengajar di rumah ibadat. Banyak orang awalnya kagum, tetapi kemudian berubah menjadi sinis. Mereka berkata, "Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria?" Mereka gagal melihat siapa Yesus sebenarnya, karena mereka terlalu terpaku pada latar belakang dan asal-usul-Nya. Justru karena merasa "terlalu kenal", mereka menolak untuk percaya.

Penolakan itu bukan karena pengajaran-Nya keliru, atau karena kuasa-Nya meragukan, tetapi karena iri hati dan prasangka. Dan memang, ketika hati dipenuhi prasangka, maka kebaikan pun bisa tampak mencurigakan, dan hikmat bisa tampak sebagai ancaman. Maka, Yesus pun tidak melakukan banyak mukjizat di situ karena mereka tidak percaya.

Bacaan dari Kitab Imamat hari ini mengajarkan tentang hari-hari raya suci bagi bangsa Israel: Hari Raya Paskah, Hari Raya Tujuh Minggu, Hari Raya Pendamaian, dan Hari Raya Pondok Daun. Semua itu dimaksudkan sebagai peringatan kudus—hari-hari yang dipisahkan untuk Allah. Dalam konteks ini, kita diingatkan bahwa iman bukan hanya soal pribadi, tetapi juga tentang hidup bersama sebagai umat yang beribadah dan merayakan karya keselamatan Allah.

Kembali pada penolakan yang dialami Yesus, kita pun bisa mengalami hal serupa. Mungkin kita ditolak karena asal-usul kita, karena suku, karena latar belakang pendidikan, atau bahkan karena keberhasilan kita yang memicu iri hati orang lain. Penolakan itu menyakitkan, apalagi jika datang dari orang-orang yang dekat atau yang dahulu bersama kita.

Namun, mari kita berdiri pada posisi yang benar dalam menghadapi penolakan. Yang pertama, jangan sibuk membela diri dengan alasan-alasan atau pembenaran. Apalagi jika sampai menyerang balik atau menyalah-nyalahkan mereka yang menolak kita. Biarlah mereka hidup dengan prasangka dan keirihatian mereka, tapi kita tetap berdiri tegak dalam iman, dalam kasih, dan dalam kebenaran.

Yesus justru mengajarkan kita untuk *berdoa* bagi mereka. Ia tidak menyimpan dendam, tidak membalas dengan kebencian, tetapi tetap melanjutkan perutusan-Nya. Maka, kita pun dipanggil untuk tidak ikut-ikutan membenci orang yang membenci kita. Kalau kita membalas dengan cara yang sama, apa bedanya kita dengan mereka?

Iman yang sejati tidak berhenti karena ditolak. Iman yang matang justru bertumbuh dalam tantangan. Maka jika kita ditolak, tetaplah berdoa, tetaplah mengasihi, dan tetaplah melangkah bersama Tuhan.



Peringatan Orang Kudus
Santo Alfonsus Maria de Liguori, Uskup dan Pujangga Gereja
Alfonsus Maria de Liguori lahir di sebuah kota dekat Napoli, Italia pada tanggal 27 September 1696. Ia meninggal dunia di Nocera pada tanggal 1 Agustus 1787.
Alfonsus berasal dari sebuah keluarga bangsawan Kristen yang saleh. Orangtuanya, Joseph de Liguori dan Anna Cavalieri mendidik dia dengan baik dalam hal iman dan cara hidup Kristiani. Ayahnya berpangkat Laksamana dalam jajaran militer Kerajaan Napoli. Oleh karena itu tidaklah mengherankan apabila Alfonsus memperoleh pendidikan ala militer dengan disiplin yang keras. Sekali seminggu ia disuruh tidur di lantai tanpa alas. Maksudnya ialah agar ia terbiasa dengan pola hidup yang keras dan tidak manja.
Sejak kecil Alfonsus sudah menunjukkan bakat-bakat yang luarbiasa. Tak terbayangkan bahwa ia dalam usianya yang begitu muda, 16 tahun, sudah meraih gelar Doktor Hukum di Universitas Napoli, dengan predikat "Magna cum Laude". Karyanya sebagai seorang Sarjana Hukum dimulainya dengan menjadi advokat/pengacara. Ia selalu menang dalam setiap perkara yang dibelanya. Karena itu ia banyak mendapat tanda penghargaan dari orang-orang yang telah ditolongnya.
Pada tahun 1723 ia diminta membela satu perkara besar. Untuk itu ia berusaha keras mengumpulkan dan meneliti berbagai data tentang perkara itu. Namun keberuntungan rupanya tidak memihak dia. Karena suatu kesalahan kecil ia akhirnya dikalahkan oleh pengacara lawannya. Dengan muka pucat pasi ia beranjak meninggalkan gedung pengadilan. la mengakui lalai dalam meneliti semua data penting dari perkara itu. Ia mengalami shock berat dan selama tiga hari ia mengurung diri dalam biliknya merenungi kekalahannya.
Di satu pihak kekalahannya itu sungguh menekan batinnya tetapi di pihak lain kekalahan itu justru menjadi pintu masuk baginya untuk menjalani kehidupan bakti kepada Tuhan dan sesama. Setelah banyak berdoa dan merenung di depan Tabernakel, ia menemukan kembali ketenangan batin. Ketenangan batin itu menumbuhkan dalam hatinya suatu hasrat besar untuk menjadi seorang rohaniwan. Ketika sedang melayani orang di rumah sakit sebagaimana biasanya, ia mendengar suatu suara ajaib berkata: "Alfonsus, serahkanlah dirimu kepadaKu". Alfonsus terhentak sejenak karena suara ajaib itu terdengar begitu jelas. Lama kelamaan, ia sadar bahwa suara itu adalah suara panggilan Tuhan. Kesadaran ini mendesak dia untuk menentukan sikap tegas terhadap suara panggilan itu. la mengambil keputusan untuk menjadi seorang rohaniwan yang mengabdikan diri seutuhnya kepada Tuhan. Keputusan itu disampaikan kepada orangtuanya. Ayahnya sangat kecewa dan tidak mau lagi bertemu dengan dia. Biarapun berkeberatan menerimanya karena alasan kesehatan. Syukurlah uskup setempat meluluskan niat bekas advokat itu. Semenjak itu ia dengan tekun mempelajari teologi dan mempersiapkan diri sebaik-baiknya agar bisa menjadi seorang imam praja yang baik. Kesungguhan persiapannya itu terutama dilatarbelakangi oleh cara hidup imam-imam masa itu yang kurang mencerminkan keluhuran martabat imamat, dan karenanya umat sering memandang rendah mereka.
Alfonsus kemudian ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1726. Imam muda ini begitu cepat terkenal di kalangan umat karena kotbahnya yang menarik dan mendalam. Selain menjadi seorang pengkotbah ulung, ia pun menjadi bapa pengakuan yang disenangi umatnya. Karyanya sejak awal kehidupannya sebagai imam diabdikannya kepada orang­orang miskin dan pemuda-pemuda gelandangan di kota Napoli. Ia berusaha mengumpulkan mereka untuk memberi pelajaran agama dan bimbingan rohani.
Pada tahun 1729, ia menjadi imam kapelan di sebuah kolese yang khusus mendidik para calon imam misionaris. Di sana ia berkenalan dengan Pater Thomas Falciola, seorang imam yang memberi inspirasi dan dorongan kepadanya untuk mendirikan sebuah institut yang baru. Kepadanya Pater Falciola menceritakan tentang para suster binaannya di Scala yang menghayati cara hidup yang keras dalam doa dan matiraga. Terdorong oleh inspirasi dan semangat yang diberikan Pater Falciola, ia kemudian mendirikan sebuah tarekat religius baru di Scala pada tanggal 9 Nopember 1732. Tarekat ini diberinya nama 'Sanctissimi Redemptoris', dan mengabdikan diri di bidang pewartaan Injil kepada orang-orang desa di pedusunan. Tanpa kenal lelah anggota-anggota tarekat ini berkotbah di alun-alun, mendengarkan pengakuan dosa dan memberikan bimbingan khusus kepada muda-mudi, pasangan suami­isteri dan anak-anak.
Pada umurnya yang sudah tua (66 tahun), ia diangkat menjadi Uskup Agata, kendatipun ia sangat ingin agar orang lain saja yang dipilih. Sebagai uskup, ia berusaha membaharui cara hidup para imamnya dan seluruh umat di keuskupannya. Selain itu, ia menulis banyak buku, di antaranya buku Teologi Moral yang terus dicetak ulang sampai abad ini. Tulisan-tulisannya sangat membantu imam-imam teristimewa dalam bidang pelayanan Sakramen Tobat. Dengannya mereka bukan saja mengemban tugas itu dengan penuh kasih sayang, melainkan juga memberikan bimbingan yang tepat kepada umat.
Karena sering jatuh sakit, ia beberapa kali meminta boleh mengundurkan diri sebagai uskup, namun permohonannya baru dikabulkan ketika ia berumur 80 tahun. Ia diperbolehkan kembali ke biara. Masa-masa terakhir hidupnya sangatlah berat karena penyakit yang dideritanya dan serangan para musuh terhadap kongregasinya. Akhirnya pada tahun 1787, ketika berusia 91 tahun, ia meninggal dunia dengan tenang di Pagani, dekat Napoli, Italia.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-07-31 Kamis.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XVII

Kamis, 31 Juli 2025

PW S. Ignasius dari Loyola, Imam



Bacaan Pertama
Kel 40:16-21.34-38

"Awan menutupi Kemah Pertemuan
dan kemuliaan Tuhan memenuhi Kemah Suci."

Pembacaan dari Kitab Keluaran:

Tentang hal ikhwa Kemah Suci
Musa melakukan semuanya secara tepat,
seperti yang diperintahkan Tuhan kepadanya.
Dan terjadilah dalam bulan pertama tahun kedua,
pada tanggal satu bulan itu didirikanlah Kemah Suci.
Beginilah Musa mendirikan Kemah Suci itu:
Ia Memasang alas-alasnya, menyusun papan-papannya,
memasang kayu-kayu lintang dan mendirikan tiang-tiangnya.
Kemudian ia membentangkan atap kemah
yang menudungi Kemah Suci
dan meletakkan tudung kemah di atasnya,
seperti diperintahkan Tuhan kepadanya.

(Lalu Musa mengambil loh hukum Allah, menaruhnya ke dalam tabut,
lalu memasang kayu pengusung pada tabut itu dan meletakkan tutup pendamaian di atas tabut itu.
Ia membawa tabut itu ke dalam Kemah Suci, menggantungkan tabir penudung dan memasangnya sebagai penudung di depan tabut hukum Allah,
seperti yang diperintahkan Tuhan kepada Musa.)

Lalu awan menutupi Kemah Pertemuan
dan kemuliaan Tuhan memenuhi Kemah Suci,
sehingga Musa tidak dapat memasuki Kemah Pertemuan,
sebab awan itu hinggap di atas kemah
dan kemuliaan Tuhan memenuhi Kemah Suci.
Setiap kali awan itu naik dari atas Kemah Suci,
berangkatlah orang Israel dari tempat mereka berkemah.
Tetapi jika awan itu tidak naik, mereka pun tidak berangkat,
sampai hari awan itu naik.
Sebab awan Tuhan itu ada di atas Kemah Suci pada siang hari,
dan pada malam hari ada api di dalamnya,
di depan mata seluruh umat Israel
pada setiap tempat mereka berkemah.

Demikianlah sabda Tuhan.

ATAU BACAAN LAIN:
1Kor 10:31-11:1

Pembacaan dari Surat pertama Rasul Paulus
kepada Jemaat di Korintus:

Saudara-saudara,
jika engkau makan atau minum,
atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain,
lakukanlah semuanya itu demi kemuliaan Allah.
Janganlah kamu menimbulkan syak dalam hati orang,
baik orang Yahudi atau orang Yunani, maupun Jemaat Allah.
Sama seperti aku juga berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal,
bukan untuk kepentinganku sendiri,
tetapi untuk kepentingan orang banyak,
supaya mereka beroleh selamat.
Jadilah pengikutku,
sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 84:3.4.5-6a.8a.11,R:2

Refren: Betapa menyenangkan tempat kediaman-Mu,
ya Tuhan semesta alam!

*Jiwaku merana
karena merindukan pelataran Tuhan;
jiwa dan ragaku bersorak-sorai
kepada Allah yang hidup.

*Bahkan burung pipit mendapat tempat
dan burung layang-layang mendapat sebuah sarang,
tempat mereka menaruh anak-anaknya,
pada mezbah-mezbah-Mu, ya Tuhan semesta alam,
ya Rajaku dan Allahku!

*Berbahagialah orang yang diam di rumah-Mu,
yang memuji-muji Engkau tanpa henti.
Berbahagialah para peziarah
yang mendapat kekuatan dari pada-Mu,
langkah mereka makin lama makin tinggi.

*Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu
daripada seribu hari di tempat lain;
lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku
daripada diam di kemah-kemah orang fasik.

ATAU MAZMUR LAIN:
Mzm 34:2-3.4-5.6-7.8-9.10-11

Refren: Aku hendak memuji Tuhan setiap waktu.
(Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan)

*Aku hendak memuji Tuhan setiap waktu;
puji-pujian kepada-Nya selalu ada di dalam mulutku.
Karena Tuhan jiwaku bermegah;
biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya
dan bersukacita.

*Muliakanlah Tuhan bersama dengan daku,
marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya.
Aku telah mencari Tuhan, lalu Ia menjawab aku,
dan melepaskan daku dari segala kegentaranku.

*Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya,
maka mukamu akan berseri-seri,
dan tidak akan malu tersipu-sipu.
Orang yang tertindas ini berseru, dan Tuhan mendengarkan,
Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya.

*Malaikat Tuhan berkemah di sekeliling orang-orang yang takwa,
lalu meluputkan mereka.
Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan!
Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!

*Takutlah akan Tuhan, hai orang-orang-Nya yang kudus,
sebab orang yang takut akan Dia takkan berkekurangan.
Singa-singa muda merana kelaparan,
tetapi orang-orang yang mencari Tuhan
tidak kekurangan sesuatu pun.



Bait Pengantar Injil
Kis 16:14b

Tuhan, bukalah hati kami,
supaya kami memperhatikan sabda Putera-Mu.



Bacaan Injil
Mat 13:47-53

"Ikan yang baik dikumpulkan ke dalam pasu, yang buruk dibuang."

Inilah Injil Suci menurut Matius:

Sekali peristiwa Yesus bersabda kepada orang banyak,
"Hal Kerajaan Surga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut,
lalu mengumpulkan pelbagai jenis ikan.
Setelah penuh, pukat itu pun diseret orang ke pantai.
Lalu mereka duduk dan dipilihlah ikan-ikan itu,
ikan yang baik dikumpulkan ke dalam pasu, yang buruk dibuang.
Demikianlah juga pada akhir zaman.
Malaikat-malaikat akan datang
memisahkan orang jahat dari orang benar.
Yang jahat lalu mereka campakkan ke dalam dapur api.
Di sana ada ratapan dan kertak gigi.

Mengertikah kalian akan segala hal ini ?"
Orang-orang menjawab, "Ya, kami mengerti."
Maka berkatalah Yesus kepada mereka,
"Karena itu
setiap ahli Taurat yang menerima pelajaran hal Kerajaan Allah
seumpama seorang tuan rumah
yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama
dari perbendaharaannya."
Setelah selesai menyampaikan perumpamaan itu,
Yesus pergi dari sana.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Bacaan Injil hari ini menyampaikan tentang Kerajaan Surga melalui perumpamaan yang lain lagi, yakni seumpama pukat yang dilemparkan ke laut untuk menangkap berbagai jenis ikan. Hasil tangkapannya diseret ke pantai lalu dipilah-pilah, ikan yang baik disimpan dalam pasu dan yang buruk dibuang.

Demikianlah yang akan terjadi pada akhir zaman.
Sekarang akhir zaman itu belum tiba. Kita masih seumpama ikan-ikan yang hidup di dalam laut. Masih terserah kita apakah mau jadi ikan yang baik atau ikan yang buruk. Dan jika ternyata kita selama ini termasuk ikan yang buruk, masih terbuka lebar kesempatan untuk berubah menjadi ikan yang baik—itu kalau kita sungguh-sungguh menginginkannya. Walau kita tahu, itu tidak mudah.

Penderitaan hidup di dunia ini bisa menjadi beban yang berat. Kadang membuat kita kehilangan harapan, seperti Nabi Yeremia yang menyesal telah dilahirkan dan tidak tahu lagi bagaimana menghadapi cacian, hujatan, dan penganiayaan dari orang-orang di sekitarnya, sementara Tuhan yang diandalkannya seolah tidak berkenan menolong dia.

Saya sendiri, di masa lalu, pernah mengalami penderitaan hidup yang di luar kesanggupan saya. Saya masuk ke dalam keputusasaan, hidup tanpa tujuan yang jelas. Hari demi hari saya jalani sambil merusak diri saya sendiri, serusak-rusaknya, dan saya tak peduli. Saya seperti bejana tanah liat yang sudah pecah dan tak berguna lagi.

Namun, di saat seperti itulah Tuhan datang kepada saya. Bukan untuk langsung memberikan pertolongan seperti yang saya harapkan, tapi justru menambahkan beban-beban baru yang makin memperberat hidup saya. Saat itu saya tidak mengerti—mengapa Tuhan seolah membiarkan saya makin jatuh?

Sekarang saya mengerti. Rupanya Allah Bapa memang seperti seorang penjunan, seperti yang dikisahkan dalam Kitab Yeremia. Saya yang ibaratnya bejana rusak, dikerjakan kembali oleh Sang Penjunan menjadi bejana baru menurut kehendak-Nya. Prosesnya tidak instan. Saya harus 'ditenggelamkan' lebih dulu ke dalam air, lalu 'ditempa' berkali-kali. Proses pengerjaan itulah yang saya rasakan sebagai beban tambahan.

Namun hasilnya? Luar biasa. Saya yang dahulu seperti bejana pecah, sekarang telah dijadikan-Nya bejana baru—dalam wujud yang tidak sama seperti dulu, tetapi sesuai rencana dan kehendak-Nya.

Hal yang serupa sebenarnya terjadi dalam bacaan dari Kitab Keluaran hari ini. Setelah seluruh perintah Tuhan dijalankan oleh Musa, Kemah Suci didirikan dan Tabut Perjanjian diletakkan pada tempatnya. Lalu awan Tuhan menutupi Kemah Pertemuan dan kemuliaan Tuhan memenuhi tempat itu. Ketika kemuliaan Tuhan hadir, Musa pun tidak sanggup masuk ke dalamnya. Semua perjalanan bangsa Israel sejak saat itu dipandu oleh awan Tuhan siang dan malam.

Kemuliaan Tuhan memang tidak selalu datang dalam bentuk yang kita harapkan. Kadang bukan berupa mukjizat yang langsung menyelesaikan persoalan, melainkan berupa hadirat yang menyertai, membimbing, dan menuntun langkah kita, bahkan saat kita sedang dalam proses 'ditempa'. Seperti awan yang menaungi bangsa Israel, Tuhan tidak menjanjikan perjalanan yang mudah, tapi menjanjikan penyertaan-Nya yang setia.

Benarlah apa yang ditulis di dalam Injil: seperti seorang ibu yang menanggung penderitaan karena mengandung anaknya, tetapi segera melupakan kesakitannya saat bayinya lahir, dukacitanya berubah menjadi sukacita.

Demikianlah saya sekarang. Dukacita karena pernah ditempa oleh Sang Penjunan telah berlalu, karena saya telah diubah menjadi bejana baru. Sukacita ini bukan karena semua jadi mudah, tetapi karena saya tahu: saya kini berada dalam tangan-Nya. Dan itu jauh lebih dari cukup.



Peringatan Orang Kudus
Santo Ignasius Loyola, Pengaku Iman
Ignasius Loyola lahir di Azpeitia di daerah Basque, Profinsi Guipuzcoa, Spanyol Utara pada tahun 1491. Putera bungsu keluarga bangsawan Don Beltran de Onazy Loyola dan Maria Sanchez de Licona ini diberi nama Inigo Lopez de Loyola.
Semenjak kecil hingga masa mudanya, Ignasius mengecap kenikmatan hidup mewah di lingkungan istana. Dia dididik dalam tradisi dan kebiasaan hidup istana yang ketat.
Pada tahun 1517, Ignasius menjadi tentara Kerajaan Spanyol. Empat tahun kemudian, pada tanggal 20 Mei 1521, Ignasius menderita luka parah terkena peluru ketika mempertahankan benteng Pamplona dari serangan tentara Prancis. Penderitaan fisik dan mental yang hebat ini ditanggungnya dengan sabar dan berani dalam perawatan selama hampir satu tahun. 
Masa pemulihan kesehatannya yang begitu lama menjadi baginya suatu masa ber-rahmat, di mana ia menemukan ambang pintu bagi kehidupannya sebagai seorang 'manusia baru'.   Selama masa perawatannya, ingin sekali ia menghalau kebosanannya dengan membaca buku-­buku kepahlawanan. Sayang sekali bahwa buku-buku heroik yang ingin dibacanya tidak tersedia di situ.  Satu-satunya buku yang tersedia ialah buku tentang Kehidupan Kristus dan Para Orang Kudus.  Demi memuaskan keinginannya, ia terpaksa menjamah dan membolak-balik buku itu.  Tanpa disadarinya apa yang dibacanya tertanam dan mulai bersemi dalam lubuk hatinya.  Kalbunya serasa sejuk bila menekuni bacaan itu.  Lambat laun ia memutuskan untuk menyerahkan seluruh sisa hidupnya bagi Tuhan sebagai Abdi Allah. Ia tidak ingin lagi menjadi pahlawan duniawi.  Kepribadiannya berubah secara total. Dari suatu cara hidup duniawi yang sia-sia, ia menjadi seorang rohaniwan yang melekat erat pada Tuhan dalam cinta kasih yang mendalam. la bahkan bertekad melampaui pahlawan-pahlawan suci lainnya.
Pada tahun 1522, Ignasius pergi ke biara Benediktin Montserrat, Timurlaut Spanyol.  Selama tiga hari berada di sana, ia berdoa dengan tekun dan memohon ampun atas semua dosanya di masa silam.  Semua miliknya diberikan kepada orang-orang miskin. Niatnya yang sungguh untuk mengabdi Tuhan dan sesama ditunjukkan dengan meletakkan pedangnya di bawah kaki altar kapel biara itu, pada tanggal 24 Maret malam hari.  
Keesokan harinya setelah merayakan Ekaristi dan menerima Komuni Kudus, Ignasius pergi ke sebuah gua dekat Manresa.   Di gua ini ia mengalami suasana tenang dan damai yang menyenangkan.   Dan gua ini jugalah yang menjadi tempat kelahiran baru baginya sebagai seorang 'manusia baru'.   Meditasi dan doa-doanya selama berada di gua ini mengaruniakan kepadanya suatu pemahaman yang baru tentang kehidupan rohani.   Pemahaman ini diabadikannya dalam bukunya berjudul 'Latihan Rohani' yang masih relevan hingga sekarang.
Dari Manresa, Ignasius bermaksud berziarah ke Tanah Suci untuk mentobatkan orang-orang yang belum mengakui Kristus.   Tetapi niat ini dibatalkan karena kondisi negeri Palestina yang tidak memungkinkan.   Sebagai gantinya, ia kembali ke Barcelona, Spanyol. Pada tahun 1524, Ignasius semakin yakin bahwa tugas pelayanan bagi Tuhan dan sesama perlu didukung oleh pendidikan yang memadai. Karena itu, selama 10 tahun ia berjuang memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan. Ia belajar di Alcala de Henares (1526­1527), Salamanca (1527-1528) dan Paris (1528-1535) hingga memperoleh gelar sarjana pada tanggal 14 Maret 1535.  Masa pendidikan ini menjadikan dia seorang yang berkepribadian matang, penuh disiplin diri, dan berpengetahuan luas dan mendalam. Kepribadian dan pengetahuan itu sangat penting bagi peranannya sebagai pemimpin di kemudian hari.  Kadang-kadang ia memberikan pelajaran agama serta bimbingan rohani kepada orang-orang yang datang kepadanya. Tetapi kegiatannya itu menimbulkan kecurigaan para pejabat Gereja. Sebab, tidaklah lazim seorang awam mengajar agama dan spiritualitas.
Kariernya sebagai Abdi Allah dimulainya dengan mengumpulkan beberapa orang pemuda yang tertarik pada karya pelayanan kepada Tuhan dan GerejaNya.  Pemuda-pemuda yang menjadi pengikutnya yang pertama, antara lain Beato Petrus Faber, Santo Fransiskus Xaverius, Diego Laynez, Simon Rodriquez, Alonso Salmeron, dan Nikolas Bobadilla.   Kelompok pertama dari Serikat Yesus ini mengucapkan kaul hidup religius di kapel biara Benediktin di Montmartre.
Selain mengikrarkan ketiga kaul hidup membiara: kemurnian, ketaatan dan kemiskinan, mereka pun mengikrarkan kaul tambahan, yakni kesediaan menjalankan karya misioner di Tanah Suci di antara orang-orang Islam.   Ignasius sendiri kemudian ditahbiskan menjadi imam pada tanggal 24 Juni 1537.   Karena misi ke Palestina tak mungkin diwujudkan akibat perang waktu itu, maka kaul tambahan 'kesediaan menjalankan karya misi di Tanah Suci' dibatalkan dan diganti dengan 'pengabdian khusus kepada Sri Paus'.   Untuk itu Ignasius bersama rekan-rekannya menawarkan diri kepada Paus Paulus III (1534-1549) untuk mengerjakan tugas apa saja yang diberikan oleh paus, di mana saja dan kapan saja.   Pada tanggal 27 September 1540, Paus Paulus III merestui keberadaan kelompok Ignasian, yang kemudian dikokohkan menjadi sebuah serikat rohaniwan dengan nama Serikat Yesus.   Ignasius sendiri diangkat sebagai pemimpin pertama dalam sebuah upacara di basilik Santo Paulus.
Selama 15 tahun (1541-1556) memimpin Serikat Yesus, Ignasius memusatkan perhatiannya pada pembinaan semangat religius ordonya.  Semboyannya - yang kemudian menjadi semboyan umum Serikat Yesus - dalam melaksanakan tugasnya ialah "Ad Maiorem Dei Gloriam ".   Ia mendirikan banyak kolese antara lain Kolese Roma (yang kemudian menjadi Universitas Gregoriana) dan Kolese Jerman yang khusus untuk mendidik para calon imam untuk karya kerasulan di wilayah-wilayah Katolik yang sudah dipengaruhi oleh Reformasi Protestan.
Selama kepemimpinannya, Ignasius melibatkan imam-imamnya dalam usaha membendung arus pengaruh Protestantisme di Eropa Utara dan dalam Pewartaan Sabda kepada semua orang Katolik tanpa memandang kelas sosialnya.   Ia mengutus Fransiskus Xaverius, sahabat akrabnya, ke benua Asia yang masih kafir untuk membuka lahan baru bagi karya misioner Gereja.
Ignasius dikenal sebagai seorang rohaniwan yang ramah kepada sesamanya.   Kasih sayangnya yang besar kepada orang-orang sakit dan lemah, anak-anak dan pendidikannya, terutama orang-orang berdosa banyak kali membuatnya menangis karena memikirkan kemalangan mereka.   Karena itu ia menggugah hati imam-imamnya agar dengan tulus berkarya di tengah-tengah semua lapisan masyarakat demi menyelamatkan mereka.
Ordo Yesuit yang didirikannya dipoles menjadi sebuah ordo religius yang bebas dari keketatan aturan hidup monastik lama yang kaku. Sebagai reaksi terhadap kekejaman Gereja Abad Pertengahan, yang melahirkan Reformasi Protestan, Ignasius menuntut ketaatan mutlak kepada Takhta Suci dan prinsip prinsip Katolik.   Retret yang teratur diupayakannya sebagai suatu sarana ampuh bagi kedalaman spiritualitas orang-orang Kristen.
Sebelum wafatnya pada tanggal 31 Juli 1556, Ignasius menyaksikan keberhasilan Ordonya dalam mengabdi Tuhan dan GerejaNya. Propinsi serikatnya pada masa itu telah berjumlah 12 dengan 1000 orang imam dan kira-kira 100 buah biara dan kolese.   Ignasius dinyatakan sebagai 'beato' oleh Paus Paulus V pada tanggal 3 Desember 1609 dan kemudian oleh Paus Gregorius XV ia dinyatakan sebagai 'santo' pada tanggal 12 Maret 1622.   Ignasius diangkat sebagai pelindung semua kegiatan rohani oleh Paus Pius XI pada tahun 1922.

Beato Yohanes Columbini, Pengaku Iman
Yohanes Columbini lahir di Siena, Italia pada abad ke-14. la tergolong warga kota yang berkedudukan penting dalam masyarakat dan kaya raya tetapi sembrono hidupnya. Cita-cita hidupnya hanya satu, yakni menjadi semakin kaya. Untuk itu ia senantiasa bekerja keras agar harta kekayaannya semakin bertambah banyak.
Pertobatannya hingga menjadi seorang Abdi Allah dan sesama manusia berawal dari semangatnya membaca riwayat Santa Maria dari Mesir. Mulanya ia merasa tidak puas bahkan marah terhadap kisah itu. Buku yang dibacanya dibuangnya jauh-jauh. Tetapi kemudian ia pun tertarik untuk membaca lagi kisah itu. Tanpa disadarinya tumbuhlah dalam hatinya kesadaran akan keadaan dirinya. la bertobat dan segera membagi-bagikan semua kekayaannya kepada orang-orang miskin. Ia sendiri menjadi seorang perawat bagi orang-orang sakit di sebuah rumah sakit di kota itu. Perubahan sikap hidupnya ini mengherankan banyak penduduk Siena. Sangat banyak orang berdosa bertobat setelah menyaksikan cara hidup baru Columbini. Beberapa orang kaya di kota itu mengikuti jejaknya.
Pada waktu itu di Propinsi Toskania merajalela aksi perampokan dan peperangan antar berbagai suku. Yohanes bersama kawan-kawannya menjelajahi desa dan kota sampai ke pelosok-pelosok untuk mewartakan Injil sambil mendamaikan kelompok-kelompok yang bertikai. Mereka memikat hati banyak orang dengan pengajarannya dan berhasil mempertobatkan banyak orang berdosa.
Yohanes mempersatukan para pengikutnya dalam sebuah perkumpulan awam yang disebut Yesuat. Perkumpulan ini mengabdikan diri pada perawatan orang sakit dan jompo, penguburan orang-orang yang meninggal dan berbagai karya amal lainnya. Yohanes Columbini meninggal dunia pada tahun 1367 dan digelari sebagai 'Beato'.

Santo Germanus, Pengaku Iman
Germanus lahir pada tahun 378. la adalah seorang pegawai tinggi pemerintah. la dipilih menjadi Uskup Auxerre, Prancis, meskipun tidak menyukainya. Kemudian ia meninggalkan isterinya. Harta miliknya ia gunakan untuk membangun gereja dan biara. Dua kali ia diutus ke Inggris untuk membersihkan umat dari bidaah Pelagianisme dan ikut berperang melawan tentara Saxon. Germanus dengan giat mengkristenkan kembali seluruh wilayah keuskupannya. la meninggat dunia pada tahun 448.

Santa Eilin, Janda dan Pengaku Iman
Janda muda yang saleh ini berziarah dari Swedia ke Yerusalem. Oleh sanak keluarganya ia dituduh merencanakan pembunuhan atas suami puterinya. Karena itu Eilin dipukuli dengan tongkat kayu sampai mati. Banyak peziarah menyaksikan terjadinya banyak mujizat pada makamnya. Eilin mati terbunuh pada tahun 1160.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-07-30 Rabu.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XVII

Rabu, 30 Juli 2025

PF S. Petrus Krisologus, Uskup dan Pujangga Gereja



Bacaan Pertama
Kel 34:29-35

"Melihat wajah Musa, orang-orang Israel takut mendekat."

Pembacaan dari Kitab Keluaran:

Ketika Musa turun dari gunung Sinai
dengan membawa kedua loh hukum Allah,
ia tidak tahu, bahwa kulit wajahnya bercahaya
karena ia telah berbicara dengan Tuhan.
Dan ketika Harun dan semua orang Israel melihat Musa,
tampaklah kulit wajahnya bercahaya.
Maka mereka takut mendapati dia.
Tetapi Musa memanggil mereka.
Lalu Harun dan para pemimpin jemaah datang kepadanya
dan Musa berbicara kepada mereka.
Sesudah itu mendekatlah semua orang Israel
lalu disampaikannyalah kepada mereka segala perintah
yang diucapkan Tuhan kepadanya di atas gunung Sinai.

Setelah Musa selesai berbicara dengan mereka,
diselubunginyalah wajahnya.
Tetapi apabila Musa masuk menghadap Tuhan
untuk berbicara dengan Dia,
ditanggalkannyalah selubung itu sampai ia keluar.
Dan apabila keluar, ia menyampaikan kepada orang Israel
apa yang diperintahkan kepadanya.
Apabila orang Israel melihat bahwa kulit wajah Musa bercahaya,
maka Musa menyelubungi wajahnya kembali
sampai ia masuk menghadap untuk berbicara dengan Tuhan.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 99:5.6.7.9,R:9c

Refren: Kuduslah Tuhan, Allah kita.

*Tinggikanlah Tuhan, Allah kita,
dan sujudlah menyembah kepada tumpuan kaki-Nya!
Kuduslah Ia!

*Musa dan Harun di antara imam-imam-Nya,
dan Samuel di antara orang-orang yang menyerukan nama-Nya.
Mereka berseru kepada Tuhan dan Ia menjawab mereka.

*Dalam tiang awan Ia berbicara kepada mereka;
mereka telah berpegang pada peringatan-peringatan-Nya
dan pada ketetapan yang diberikan-Nya kepada mereka.

*Tinggikanlah Tuhan, Allah kita,
dan sujudlah menyembah di hadapan gunung-Nya yang kudus!
Sebab kuduslah Tuhan, Allah kita!



Bait Pengantar Injil
Yoh 15:15b

Kalian Kusebut sahabat-Ku,
sebab kepada kalian Kusampaikan
apa saja yang Kudengar dari Bapa.



Bacaan Injil
Mat  13:44-46

"Ia menjual seluruh miliknya, lalu membeli ladang itu."

Inilah Injil Suci menurut Matius:

Sekali peristiwa Yesus mengajar orang banyak,
"Hal Kerajaan Surga itu seumpama harta yang terpendam di ladang,
yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi.
Karena sukacitanya, pergilah ia menjual seluruh miliknya,
lalu membeli ladang itu.

Demikian pula hal Kerajaan Surga itu seumpama seorang pedagang
yang mencari mutiara yang indah.
Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga,
ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Iman kita adalah "harta karun" yang merupakan anugerah dari Allah Bapa, diberikan kepada kita melalui perantaraan Yesus Kristus. Namun, harta karun itu tidak serta-merta disodorkan begitu saja ke pangkuan kita. Seperti mutiara yang sangat berharga dan terpendam dalam laut, iman itu pun harus diperjuangkan agar kita benar-benar memilikinya. Kita mesti mencarinya dengan kesungguhan hati, dan ketika kita menemukannya, kita akan tahu bahwa itu adalah harta yang layak untuk dikorbankan segalanya.

Yesus menggambarkan Kerajaan Surga seperti harta terpendam di ladang dan seperti seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Keduanya menunjukkan bahwa harta itu *tersembunyi*, tidak kelihatan, dan tidak mudah didapatkan. Namun, ketika ditemukan, orang itu rela menjual segala miliknya demi mendapatkannya. Inilah gambaran yang sangat dalam tentang nilai iman dalam hidup kita. Iman bukan sekadar warisan turun-temurun atau label agama; iman adalah sesuatu yang ditemukan, dipilih, dan diperjuangkan.

Yang namanya harta karun, tentu tidak disimpan di brankas atau di bank, tidak pula di bawah bantal di tempat tidur. Harta itu tersembunyi di ladang — sebuah tempat yang tidak mencolok — dan kita harus "menemukannya", bukan sekadar menerimanya pasif. Sama halnya dengan iman, yang perlu digali, ditumbuhkan, dan dipelihara.

Kalau kita mau memandang iman sebagai harta karun, tentu kita juga mau mengorbankan apa saja yang menjadi milik kita demi memperoleh dan menjaga iman itu. Apalagi jika yang mesti dikorbankan tidak seberapa, pastilah kita akan berseru, "Mau… mau… mau…!!!"

Kita tidak harus menjual rumah, mobil, atau perhiasan demi memperoleh iman. Harta surgawi tidak dapat ditukar dengan harta duniawi. Yang duniawi biarlah tetap duniawi, karena yang surgawi hanya dapat diperoleh dengan kekayaan surgawi — yang tak rusak oleh karat dan ngengat, dan tak akan pernah dirampas oleh siapa pun. Sekali kita memilikinya, iman itu menjadi milik kita untuk selama-lamanya. Bahkan, seperti sabda Yesus, *"Siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya."* [Mat 13:12]

Itulah sebabnya, lebih baik kita dipandang miskin oleh dunia, asal kita dipandang kaya oleh Allah — kaya akan harta surgawi, yaitu iman yang kokoh dan berlimpah.

Pada Bacaan Pertama hari ini [Kel 34:29-35], Musa turun dari Gunung Sinai setelah berbicara dengan Tuhan, dan wajahnya bercahaya karena kehadiran Allah. Ini menjadi tanda bahwa siapa pun yang sungguh-sungguh berelasi dengan Tuhan akan mengalami transformasi dalam dirinya. Kemuliaan Tuhan itu nyata dan mengubah hidup kita, seperti harta yang menyinari dan memancarkan cahaya — bahkan tak bisa disembunyikan.

Demikian pula dengan iman: semakin dalam kita menggali dan memilikinya, semakin nyata pula pancaran terang kasih Tuhan dalam hidup kita. Kita pun bisa menjadi saksi-Nya, yang memancarkan cahaya iman ke sekeliling kita.



Peringatan Orang Kudus
Santo Petrus Krisologus, Uskup dan Pujangga Gereja
Seorang yang dengan tekun dan sungguh-sungguh mengejar cita-cita akan memperoleh hasil yang melebihi harapan dan keinginannya. Prinsip ini terlihat dan terlaksana dalam diri Santo Petrus Krisologus, yang dijuluki "Si Mulut Emas". Ketika masih muda belia, ia sudah menjabat sebagai uskup di Ravenna. Pada masa itu, cara hidup kafir yang merajalela di antara umat di keuskupannya merupakan suatu masalah berat yang harus ditanganinya. Untuk itu, senjata ampuh satu-satunya ialah "kotbah-kotbahnya yang menyentuh hati umat". Dan Petrus Krisologus berhasil dalam memanfaatkan senjata ini. Kotbah-kotbahnya yang pendek dan menyentuh hati umat berhasil mempertobatkan banyak umat. Dalam kotbah-kotbahnya, ia menekankan pentingnya penghayatan dan penerapan asas-asas moral Kristiani dan ajaran resmi Gereja tentang iman akan Yesus Kristus. Hal ini sangat cocok dengan keadaan umat di Ravenna yang dilanda praktek kekafiran. Penyajian yang sangat bagus dan otentik membuat kotbah-kotbahnya sangat bermutu. Tigabelas abad kemudian, Paus Benediktus XIII (1724-1730) mengangkat dia menjadi seorang Pujangga Gereja.
Semangatnya yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya demi perkembangan iman umat, membuat dia menjadi orang tersohor di kalangan Bapa-bapa Gereja, baik karena caranya mengajar maupun caranya memimpin umat. Ia amat bijaksana dan memandang keahliannya sebagai karunia Tuhan yang harus diabdikan bagi kepentingan perkembangan Gereja.
Dalam pada itu Petrus Krisologus pun terkenal sebagai seorang uskup penentang ajaran sesat yang disebarkan Eutiches. Eutiches menyebarkan ajaran sesat yang menyangkal kemanusiaan Kristus. Untuk kemajuan ajarannya, ia tidak segan-segan meminta dukungan Gereja dari Petrus Krisologus selaku Uskup Ravenna. Tetapi Uskup Krisologus yang terkenal ramah itu menjawabnya dengan bijaksana dan ramah: "Demi perdamaian dan iman, kita sebaiknya menyebarkan ajaran iman dengan persetujuan Sri Paus selaku Pimpinan Tertinggi Gereja". Oleh karena itu, ia menolak gagasan Eutiches dan sebaliknya mendesak dia untuk mengakui dan mengimani rahasia "Penjelmaan Kristus" dan semua kebenaran iman yang diajarkan oleh Gereja.
Semangat imannya yang begitu besar disertai cinta kasihnya yang meluapluap membuat "Si Mulut Emas" ini meraih hasil karya yang melebihi cita-cita dan impiannya. Beberapa lama sebelum wafatnya, ia pulang ke tanah kelahirannya Imola dan di sana ia wafat dengan tenang pada tahun 450.

Santo Yustinus de Yakobis, Pengaku Iman
Yustinus lahir di San Fele, Italia pada tanggal 9 Oktober 1800. Dari empatbelas orang bersaudara, Yustinus adalah anak ketujuh dalam keluarganya. Ketika masih kecil, ia tinggal di Napoli. Kemudian pada umur 18 tahun, ia masuk Kongregasi Misi di tempat asalnya.
Ia benar-benar menghayati panggilannya dengan konsekuen. Menurut kesan kawan-kawannya, ia adalah seorang biarawan yang dicintai Tuhan dan sesama manusia, karena sifat-sifatnya yang menyenangkan banyak orang: rendah hati, ramah dan suka bergaul dengan siapa saja. Setelah ditahbiskan menjadi imam, ia bekerja di antara orang-orang miskin dan melarat di luar kota. Ia membantu mendirikan pusat Kongregasi baru di Napoli dan kemudian diangkat sebagai superior di Lecce. Ia dikenal luas oleh banyak orang karena tindakan-tindakannya di luar acara rutin sehari-hari. Ia memelihara dan merawat para penderita wabah kolera di Napoli tanpa mengenal lelah dan menghiraukan kesehatannya sendiri. Karena itu semua orang sangat menghormati dan mencintai dia.
Pada tahun 1839 ia diutus sebagai Prefek dan Vikaris Apostolik ke Etiopia, sebuah daerah misi baru di benua Afrika. Di sana selama dua tahun ia memusatkan perhatiannya pada usaha mengenal segala sesuatu menyangkut negeri itu: rakyatnya, bahasanya dan adat-istiadatnya. Dengan sifat-sifatnya yang baik dan cara hidupnya yang menarik, ia berhasil menghilangkan kecurigaan rakyat setempat. Kata-katanya yang menawan dan lembut memberi kesan pada hati banyak orang bahwa kehadirannya di tengah mereka adalah sebagai sahabat dan pelayan bagi mereka.
Meskipun ia berhasil sekali dalam tugasnya, namun ia sama sekali tidak terlepas dari banyak kesulitan seperti semua orang lain yang memperjuangkan keluhuran hidup. Tidak sedikit pemuka rakyat iri hati dan membenci dia. Kesulitan besar datang tatkala William Massaia diangkat sebagai Uskup Etiopia. Salama, seorang pemuka Gereja Optik melancarkan kampanye anti Gereja Katolik. Oleh pemimpin setempat, Kolese­kolese Katolik ditutup dan agama Katolik dihalang-halangi perkembangannya. Uskup William Massaia diusir pulang ke Aden. Sebelum berangkat, Uskup Massaia dengan diam-diam mengangkat Yustinus de Yakobis sebagai uskup di Massawa. Sebagai uskup, Yakobis menahbiskan 20 orang imam asal Etiopia untuk melayani umat Katolik yang berjumlah 5000 orang dan membuka kembali kolese-kolese.
Pada tahun 1860, Kedaref Kassa menjadi raja. Ia segera mendesak Salama untuk kembali melancarkan pengejaran terhadap semua orang beragama Katolik. Uskup Yakobis sendiri ditangkap dan dipenjarakan selama beberapa bulan.
Uskup Yakobis menghabiskan masa hidupnya di sepanjang pantai Laut Merah. Dalam perjalanannya menuju Halai, ia jatuh sakit karena keletihan dan kurang makan. Ia meninggal dunia pada tanggal 31 Juli 1860 di lembah Alghedien.

Santo Abdon dan Senen, Martir
Kedua orang kudus abad ke-3 ini berasal dari Persia. Mereka adalah tawanan perang dan budak belian yang sudah menganut agama Kristen. Kemartiran mereka bermula dari usaha mereka menguburkan jenazah-jenazah para kaum beriman yang dibunuh oleh orang kafir. Mereka ditangkap dan dibawa ke Roma. Di sana mereka dipaksa untuk mempersembahkan korban kepada dewa-dewi Romawi. Dengan tegas mereka menolak melakukan perbuatan berhala ini karena tak ingin mengkhianati imannya sendiri. Karena itu mereka dianiaya dan dipenggal kepalanya. Jenazah mereka dimakamkan oleh diakon Kuirinus di rumahnya. Kemudian pada tahun 833, tulang-tulang mereka dipindahkan oleh Paus Gregorius IV (827-844) ke dalam gereja Santo Markus di Roma.

Santa Yulita dari Kaesarea, Pengaku Iman
Yulita berasal dari Kapadokia. Ia memiliki ladang dan ternak, harta kekayaan lainnya dan banyak budak belian. Di antara penduduk setempat, Yulita tergolong wanita kaya raya. Banyak orang mengadakan hubungan dagang dengannya. Pada suatu ketika, dia terlibat dalam suatu pertikaian bisnis dengan seorang pemuka masyarakat. Dia dihadapkan ke pengadilan namun berhasil mengalahkan orang itu. Karena itu dia menjadi musuh bebuyutan orang itu.
Untuk membalas kekalahannya di depan pengadilan, orang itu melaporkan kepada penguasa setempat bahwa Yulita adalah seorang penganut agama Kristen. Oleh laporan ini, hakim segera memanggil Yulita dan memaksanya untuk mempersembahkan kurban bakaran kepada dewa Zeus.
Yulita berani menentang. Dengan tegas ia berkata: "Ladangku dan semua kekayaanku boleh diambil dan dirusakkan. Tetapi sekali-kali aku tidak akan meninggalkan imanku. Aku tidak akan pernah menghina Tuhanku yang telah menciptakan aku. Aku tahu bahwa aku akan memperoleh semuanya itu kembali di surga".
Tanpa banyak berpikir hakim itu menyuruh para algojo membakar hidup-hidup Yulita di depan umum. Peristiwa naas ini terjadi kira-kira pada tahun 303.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-07-29 Selasa.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XVII

Selasa, 29 Juli 2025

PW S. Marta, Maria, dan Lazarus



Bacaan Pertama
1Yoh 4:7-16

"Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita."

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Yohanes:

Anak-anakku yang kekasih,
marilah kita saling mengasihi,
sebab kasih itu berasal dari Allah;
dan setiap orang yang mengasihi,
lahir dari Allah dan mengenal Allah.
Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah,
sebab Allah adalah kasih.
Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita,
yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dunia,
supaya kita hidup oleh-Nya.
Inilah kasih itu:
Bukan kita yang telah mengasihi Allah,
tetapi Allahlah yang telah mengasihi kita
dan telah mengutus Anak-Nya sebagai silih bagi dosa-dosa kita.

Anak-anakku kekasih,
jikalau Allah sedemikian mengasihi kita,
maka haruslah kita pun saling mengasihi.
Tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah.
Tetapi jika kita saling mengasihi,
Allah tetap di dalam kita,
dan kasih-Nya sempurna di dalam kita.
Beginilah kita ketahui
bahwa kita berada di dalam Allah dan Dia di dalam kita,
yakni bahwa Ia telah mengaruniakan kita
mendapat bagian dalam Roh-Nya.
Kami telah melihat dan bersaksi,
bahwa Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi Juruselamat dunia.
Barangsiapa mengaku bahwa Yesus adalah Anak Allah,
Allah tetap berada di dalam dia
dan dia di dalam Allah.
Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita.
Allah adalah kasih,
dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih,
ia tetap berada di dalam Allah
dan Allah di dalam dia.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 34:2-3.4-5.6-7.8-9.10-11,R:2a

Refren: Tuhan itu pengasih dan penyayang.

*Aku hendak memuji Tuhan setiap waktu;
puji-pujian kepada-Nya selalu ada di dalam mulutku.
Karena Tuhan jiwaku bermegah;
biarlah orang-orang yang rendah hati
mendengarnya dan bersukacita.

*Muliakanlah Tuhan bersama-sama dengan daku,
marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya.
Aku telah mencari Tuhan, lalu Ia menjawab aku,
dan melepaskan daku dari segala kegentaranku.

*Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya,
maka mukamu akan berseri-seri,
dan tidak akan malu tersipu-sipu.
Orang yang tertindas ini berseru, dan Tuhan mendengar;
Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya.

*Malaikat Tuhan berkemah di sekeliling orang-orang yang takwa,
lalu meluputkan mereka.
Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan!
Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!

*Takutlah akan Tuhan, hai orang-orang-Nya yang kudus,
sebab orang yang takut akan Dia takkan berkekurangan.
Singa-singa muda merasa kelaparan,
tetapi orang-orang yang mencari Tuhan
tidak akan kekurangan suatu pun.



Bait Pengantar Injil
Yoh 8:12b

Akulah terang dunia.
Barangsiapa mengikut Aku, ia tidak berjalan dalam kegelapan,
dan ia akan mempunyai terang hidup.



Bacaan Injil
Yoh 11:19-27

"Aku percaya bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah."

Inilah Injil Suci menurut Yohanes:

Menjelang Hari Raya Paskah,
banyak orang Yahudi datang kepada Marta dan Maria
untuk menghibur mereka berhubung dengan kematian saudaranya.
Ketika Marta mendengar, bahwa Yesus datang,
ia pergi mendapatkan-Nya.
Tetapi Maria tinggal di rumah.

Maka kata Marta kepada Yesus,
"Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini,
saudaraku pasti tidak mati.
Tetapi sekarang pun aku tahu,
bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu
segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya."
Kata Yesus kepada Marta,
"Saudaramu akan bangkit."
Kata Marta kepada-Nya,
"Aku tahu bahwa ia akan bangkit
pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman."
Jawab Yesus, "Akulah kebangkitan dan hidup!
Barangsiapa percaya kepada-Ku,
ia akan hidup walaupun sudah mati;
dan setiap orang yang hidup serta percaya kepada-Ku,
tidak akan mati selama-lamanya.
Percayakah engkau akan hal ini?"
Jawab Marta,
"Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah,
Dia yang akan datang ke dalam dunia."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Hari ini Gereja merayakan *Peringatan Wajib Santa Marta*, saudari dari Maria dan Lazarus. Ketiganya tinggal di Betania, sebuah desa kecil dekat Yerusalem. Mereka adalah sahabat-sahabat Yesus yang istimewa. Kedekatan mereka dengan Yesus tampak nyata dalam kisah Injil yang dicatat oleh Rasul Yohanes. Nama Marta pun disebut secara khusus dalam Surat Pertama Rasul Yohanes, bukan sebagai tokoh eksplisit, tetapi semangat kasih yang mereka hidupi tercermin kuat di dalam surat itu.

Maria dan Marta mengetahui bahwa Yesus mengasihi Lazarus, itulah sebabnya mereka segera mengirim kabar ketika Lazarus sakit. Tapi Yesus tidak langsung datang. Ia sengaja tinggal dua hari lagi di tempat Ia berada, baru kemudian berangkat ke Yudea. Ketika akhirnya Yesus tiba, Lazarus sudah meninggal.

Marta—yang sering kita nilai sebagai 'si cerewet' atau terlalu aktif—menyambut Yesus dengan keluhan yang menyalahkan:
*"Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati."*
Namun Yesus menjawabnya dengan janji kebangkitan. Marta pun membalas dengan pemahaman teologisnya: *"Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman."*
Jawaban yang benar, namun terdengar seperti orang yang ingin 'menyudahi' pembicaraan.

Padahal sebelumnya pun, Marta pernah 'mengadu' kepada Yesus, karena Maria hanya duduk mendengarkan sabda-Nya sementara ia sibuk melayani tamu. Namun justru Maria yang saat itu dipuji oleh Yesus karena telah memilih yang terbaik.

Maka mungkin kita bertanya-tanya, bagaimana bisa Marta yang seperti itu—terlalu aktif, banyak menuntut, bahkan kurang peka—hari ini kita kenang sebagai *Santa Marta*?

Justru inilah keindahan karya Allah: bahwa siapa pun bisa dikuduskan. Bahwa rahmat-Nya mengatasi kelemahan kita. Bahwa sejarah hidup kita—yang sering penuh keluhan, salah paham, dan kegagalan—bisa menjadi jalan menuju kekudusan. Sama seperti Paulus sang penganiaya, atau Matius sang pemungut cukai, Marta pun menunjukkan bahwa kasih karunia Allah dapat menyentuh dan mengubah siapa saja.

Apa yang membuat Marta layak dikenang sebagai santa? Karena ia memiliki *iman yang benar*. Marta berkata,
*"Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia."*
Pengakuan imannya ini sama seperti yang kita ucapkan dalam doa *Aku Percaya*.

Selain iman, Marta juga memiliki *pengharapan*, seperti ditegaskan Yesus kepadanya:
*"Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya, engkau akan melihat kemuliaan Allah?"* \[Yoh 11:40]

Dan seperti dikatakan dalam bacaan kedua, *kasih* adalah dasar utama yang mengalir dari Allah sendiri:
*"Saudara-saudaraku yang terkasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi lahir dari Allah dan mengenal Allah."* \[1Yoh 4:7]

Iman, harapan, dan kasih—itulah tiga dasar kehidupan orang Kristiani. Tiga hal itulah yang menuntun Marta menuju kekudusan. Dan tiga hal itulah pula yang mesti menjadi dasar hidup kita hari ini.

Jika kita hari ini merasa lemah, banyak kekurangan, dan tidak pantas, jangan putus asa. Marta pun begitu. Tapi pada akhirnya, Tuhan menyempurnakan yang lemah. Maka, marilah kita hidup dalam iman, tetap berharap kepada-Nya, dan saling mengasihi dalam kasih Allah yang sempurna.



Peringatan Orang Kudus
Santa Marta, Perawan dan Sahabat Yesus
Kisah tentang Marta dilukiskan Yohanes dalam Injilnya 11:1-44. Di dalamnya terungkap jelas bahwa Marta dan Maria bersama Lazarus saudara mereka amat disayangi oleh Yesus. Mereka tinggal di Betania, sebuah kampung kecil yang letaknya tak jauh dari Yerusalem. Ketika Yesus mengunjungi mereka sehubungan dengan peristiwa kematian Lazarus, Marta selaku adik Maria bertindak sebagai pelayan. Ia sibuk menyediakan makanan bagi Yesus dan Rasul-rasul yang menyertaiNya. Sedangkan Maria kakaknya, yang pernah meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya, duduk di depan kaki Yesus sambil mendengarkan Sabda Yesus.
Ketika Lazarus jatuh sakit keras, Marta dan Maria mengirim khabar kepada Yesus. Pada waktu itu Yesus ada di seberang sungai Yordan yang agak jauh dari Betania. "Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit" demikian bunyi khabar itu. Yesus sengaja tinggal di tempat itu selama dua hari, lalu pergi ke Betania untuk menghibur Maria dan Marta.
Tatkala Yesus datang, Marta pergi menemui Dia. Maka terjadilah percakapan indah antara dia dengan Yesus. Dengan sikap yang realistis dan penuh iman kepada Yesus, Marta berkata: "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati. Tetapi sekarang pun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepadaMu segala sesuatu yang Engkau minta kepadaNya". Kata Yesus kepada Marta: "Saudaramu akan bangkit". Kata Marta kepadaNya: "Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman". Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan hidup walaupun ia sudah mati . . .". Marta memang kurang memahami apa yang dikatakan Yesus, namun ia percaya pada Yesus: "Ya Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia". Marta adalah seorang wanita yang bersemangat iman, praktis, ramah dan rajin.

Santo Simplisius, Faustinus dan Santa Beatriks, Martir
Ketiga bersaudara ini adalah warga kota Roma yang telah menganut agama Kristen. Mereka dibunuh karena imannya sekitar tahun 303-304. Menurut cerita, Simplisius dan Faustinus dianiaya dan dipancung kepalanya karena tidak mau meninggalkan imannya kepada Kristus. Mayat keduanya dibuang ke dalam sungai Tiber.
Beatriks saudari mereka berusaha menemukan kembali jenazah Simplisius dan Faustinus di sungai Tiber dan menguburkannya di pekuburan Generosa di jalan ke Porto. Tujuh bulan kemudian, Beatriks sendiri ditangkap dan dipenjarakan. Kemudian ia dihukum mati di penjara pada tanggal 11 Mei. Jenazahnya dikuburkan oleh orang-orang Kristen lain.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-07-28 Senin.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XVII

Senin, 28 Juli 2025



Bacaan Pertama
Kel 32:15-24.30-34

"Bangsa itu telah berbuat dosa besar,
sebab mereka telah membuat allah emas."

Pembacaan dari Kitab Keluaran:

Waktu itu Musa dan Yosua turun dari gunung Sinai.
Musa membawa di tanganya kedua loh hukum Allah.
Loh-loh itu bertulis pada kedua sisinya sebelah-menyebelah.
Kedua loh itu telah dibuat oleh Allah
dan tulisannya adalah tulisan Allah,
digurat pada loh-loh itu.
Ketika Yosua mendengar sorak sorai bangsa Israel,
berkatalah ia kepada Musa,
"Kedengarann bunyi sorak peperangan di perkemahan!"
Jawab Musa,
"Bukan nyanyian kemenangan, bukan pula nyanyian kekalahan,
melainakn nyanyian berbalas-balasan, itulah yang kudengar."

Ketika sudah dekat perkemahan
dan melihat anak lembu serta orang menari-nari,
maka bangkitlah amarah Musa.
Dibantingnya kedua loh itu dan dihancurkannya pada kaki gunung.
Kemudian diambilnya patung anak lembu buatan mereka itu,
lalu dibakarnya dalam api,
digilingnya sampai halus dan ditaburkannya ke atas air,
dan orang Israel disuruh meminumnya.

Lalu berkatalah Musa kepada Harun,
"Apakah yang dilakukan bangsa ini kepadamu,
sehingga engkau mendatangkan dosa sebesar itu kepada mereka?"
Jawab Harun, "JanganlahTuanku marah.
Engkau sendiri tahu, bahwa bangsa ini jahat semata-mata.
Mereka berkata kepadaku,
'Buatlah allah bagi kami, yang akan berjalan di depan kami,
sebab mengenai Musa,
yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir,
kami tidak tahu apa yang terjadi dengan dia.'
Lalu aku berkata kepada mereka,
'Barangsiapa mempunyai emas, hendaklah menanggalkannya.'
Semua emas itu mereka berikan kepadaku;
aku melemparkannya ke dalam api, dan keluarlah anak lembu ini."

Keesokan harinya berkatalah Musa kepada bangsa itu,
"Kalian telah berbuat dosa besar,
tetapi sekarang aku akan naik menghadap Tuhan,
mungkin aku dapat mengadakan pendamaian karena dosamu itu."
Lalu kembalilah Musa menghadap Tuhan dan berkata,
"Ah, bangsa ini telah berbuat dosa besar,
sebab mereka telah membuat allah emas bagi mereka.
Tetapi sekarang kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu.
Dan jika tidak,
hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis."

Maka Tuhan bersabda kepada Musa,
"Barangsiapa berdosa terhadap-Ku,
nama orang itulah yang akan Kuhapuskan dari dalam kitab-Ku.
Tetapi pergilah sekarang,
tuntunlah bangsa itu ke tempat yang telah Kusebutkan kepadamu.
Di depanmu akan berjalan malaikat-Ku.
Tetapi pada hari pembalasan-Ku,
Aku akan membalaskan dosa mereka kepada mereka."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 106:19-20.21-22.23,R:1a

Refren: Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik.

*Mereka membuat anak lembu di Horeb,
dan sujud menyembah kepada patung tuangan;
mereka menukar Yang Mulia
dengan patung sapi jantan yang makan rumput.

*Mereka melupakan Allah yang telah menyelamatkan mereka,
yang telah melakukan hal-hal yang besar di tanah Mesir;
yang melakukan karya-karya ajaib di tanah Ham,
dan perbuatan-perbuatan dahsyat di tepi Laut Teberau.

*Maka Ia mengatakan hendak memusnahkan mereka,
kalau Musa, orang pilihan-Nya,
tidak mengetengahi di hadapan-Nya,
untuk menyurutkan amarah-Nya,
sehingga Ia tidak memusnahkan mereka.



Bait Pengantar Injil
Yak 1:18

Dengan rela hati Allah telah melahirkan kita oleh sabda kebenaran,
supaya kita menjadi anak sulung ciptaan-Nya.



Bacaan Injil
Mat 13:31-35

"Biji sesawi itu menjadi pohon,
sehingga burung-burung di udara datang bersarang di cabang-cabangnya."

Inilah Injil Suci menurut Matius:

Sekali peristiwa Yesus membentangkan perumpamaan ini,
"Hal Kerajaan Surga itu seumpama biji sesawi,
yang diambil dan ditaburkan orang di ladangnya.
Memang biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih,
tetapi apabila sudah tumbuh,
sesawi itu lebih besar dari pada sayuran lain,
bahkan menjadi pohon,
sehingga burung-burung di udara datang bersarang
pada cabang-cabangnya."

Dan Yesus menceriterakan perumpamaan ini lagi,
"Hal Kerajaan Surga itu seumpama ragi yang diambil seorang wanita
dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat
sampai seluruhnya beragi."

Semuanya itu disampaikan Yesus kepada orang banyak
dalam perumpamaan,
dan Ia tidak menyampaikan apa pun kepada mereka
kecuali dengan perumpamaan.
Dengan demikian digenapilah sabda nabi,
"Aku mau membuka mulut-Ku mengatakan perumpamaan,
Aku mau mengucapkan hal yang tersembunyi
sejak dunia dijadikan."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Renungan hari ini saya ambilkan dari renungan Daily Fresh Juice berikut ini.

*Tidak Langsung, Tidak Seketika, Tetapi Pasti*

Mat 13:31-35
Oleh Sandy Kusuma

Para Pendengar dan Pewarta Daily Fresh Juice,
Saya sering mendengar nasihat yang sederhana tapi sangat mengena:
"Think big, but start small.",
"Pikirkan sesuatu yang besar, tapi mulailah dengan yang kecil."
Nasihat ini selalu menginspirasi saya dalam berbagai hal,
termasuk dalam hidup rohani dan keluarga, membayangkan sesuatu yang besar tetapi memulainya dengan yang kecil terlebih dahulu.
Hari ini, Yesus sendiri mengajarkan hal yang serupa: bahwa Kerajaan Surga itu, sesuatu yang sangat istimewa, dan untuk mendapatkannya kita mesti memulainya dari sesuatu yang sangat kecil — seperti biji sesawi — yang bila ditanam di ladang, akan tumbuh menjadi pohon, bahkan menjadi tempat berteduh bagi burung-burung di udara.
Mari kita dengarkan sabda Tuhan dari Injil Matius, Pasal 13, Ayat 31 sampai 35 berikut ini.

Inilah Injil Suci menurut Matius:

Sekali peristiwa Yesus membentangkan perumpamaan ini,
"Hal Kerajaan Surga itu seumpama biji sesawi,
yang diambil dan ditaburkan orang di ladangnya.
Memang biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih,
tetapi apabila sudah tumbuh,
sesawi itu lebih besar dari pada sayuran lain,
bahkan menjadi pohon,
sehingga burung-burung di udara datang bersarang
pada cabang-cabangnya."

Dan Yesus menceriterakan perumpamaan ini lagi,
"Hal Kerajaan Surga itu seumpama ragi yang diambil seorang wanita
dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat
sampai seluruhnya beragi."

Semuanya itu disampaikan Yesus kepada orang banyak
dalam perumpamaan,
dan Ia tidak menyampaikan apa pun kepada mereka
kecuali dengan perumpamaan.
Dengan demikian digenapilah sabda nabi,
"Aku mau membuka mulut-Ku mengatakan perumpamaan,
Aku mau mengucapkan hal yang tersembunyi
sejak dunia dijadikan."

Demikianlah sabda Tuhan.

------------------------------------------
*Renungan*

Para Pendengar dan Pewarta Daily Fresh Juice,
Saya dan istri saya, Erna, dikaruniai empat anak.
Dari mereka, saya belajar banyak tentang pertumbuhan
— bukan hanya pertumbuhan jasmani,
tapi juga pertumbuhan dalam iman, dalam kasih, dan dalam karakter.
Sewaktu mereka masih kecil, masing-masing punya tantangan sendiri-sendiri.
Ada yang susah makan, ada yang pemalu, ada yang emosinya labil,
dan ada juga yang sangat kritis
sampai bikin kami harus belajar menjawab dengan bijak.

Tapi dari hari ke hari, tahun ke tahun, kami melihat perubahan yang pelan tapi pasti. Hari ini, mereka bukan hanya sudah dewasa, tapi mulai menjadi pribadi yang bisa diandalkan, yang mencintai sesama, dan tahu arah hidupnya.
Saya percaya, itulah yang Yesus maksud ketika Ia berkata bahwa Kerajaan Surga itu seumpama biji sesawi.

Biji sesawi itu kecil sekali.
Bahkan, saking kecilnya, kita bisa tidak melihat kalau ia jatuh ke tanah.
Tapi justru dari yang kecil itu
— dari iman yang sederhana, dari doa yang singkat, dari kasih yang diam-diam
— bisa bertumbuh sesuatu yang besar.
Tidak langsung, tidak seketika, tetapi pasti.

Saya masih ingat betul, bagaimana hal-hal kecil dalam keluarga kami,
seperti kebiasaan berdoa bersama saat kami berkumpul,
atau menasihati anak dengan sabar di tengah emosi, sering kali terasa sepele.
Tapi kini saya tahu,
itulah benih-benih kecil yang bertumbuh menjadi pohon kehidupan.
Saya membayangkan biji sesawi itu
seperti saat pertama kali saya mencoba berdoa secara pribadi.
Pendek, ragu-ragu, dan bahkan sempat bertanya,
"Apa gunanya sih doa seperti ini?"
Tapi ternyata, di situlah dimulainya proses
— dari sesuatu yang kecil, dari iman yang belum utuh,
dari harapan yang seringkali goyah, saya menyadari satu hal penting:
berdoa itu bukan kewajiban, tapi kebutuhan.
Sama seperti tubuh kita yang butuh makanan setiap hari,
jiwa kita pun perlu disegarkan oleh hubungan yang akrab dengan Tuhan.
Iman itu tidak meledak dalam sehari. Ia tumbuh pelan-pelan, terkadang dalam diam, tapi pasti.
Sampai di suatu hari kita sadar: ada yang berubah dalam diri kita:
cara kita menanggapi masalah, cara kita memperlakukan orang lain.
Tiba-tiba saja kita tidak lagi mudah terpancing oleh emosi,
tidak lagi gampang untuk kecewa dan berkeluh-kesah.
Dari perubahan itulah, kita mulai menjadi tempat berteduh bagi orang lain.
Seperti pohon sesawi itu — burung-burung datang untuk bersarang.
Mereka datang bukan untuk sekadar hinggap,
tetapi menjadikan pohon itu rumah mereka.
Artinya, pertumbuhan iman kita tidak hanya berdampak pada diri sendiri,
tapi menghadirkan rasa aman dan kenyamanan bagi orang-orang di sekitar kita. Pasangan kita merasakan ketenangan, anak-anak merasa diterima, teman dan kerabat merasakan damai karena kita hadir sebagai pribadi yang menyegarkan.

Tetapi tentu saja, tidak semua benih menghasilkan pohon.
Ada benih yang tumbuh tapi tidak berbuah.
Oleh karena itulah Yesus mengajarkan
bahwa benih yang jatuh di tanah bukan hanya sekedar tumbuh,
tetapi juga berbuah, dan buah yang dihasilkan seratus kali lipat.
Inilah yang penting untuk selalu kita ingat:
Kita tidak hanya dipanggil untuk bertumbuh, tetapi untuk berbuah.
Iman yang hidup adalah iman yang memberi dampak baik kepada orang lain.
Hidup yang berakar dalam Tuhan akan selalu meninggalkan jejak kebaikan.

Hari ini, mari kita bertanya pada diri kita:
Sudahkah saya menabur benih hari ini?
Apakah saya sedang bertumbuh… tetapi tidak menghasilkan buah?
Dan kalau saya berbuah… adakah orang lain yang ikut menikmati buahnya?

Para Pendengar dan Pewarta Daily Fresh Juice,
Kerajaan Allah tidak datang seperti kilat atau guntur.
Ia datang seperti benih kecil yang ditanam dalam hati yang terbuka.
Ia tumbuh dalam kesunyian, dan suatu saat akan membentangkan cabang-cabangnya — menjadi tempat bernaung, tempat pulang, tempat kehidupan itu terasa penuh harapan.
Selamat menabur, dan jangan remehkan benih-benih kecil.
Karena Tuhan tidak melihat besar kecilnya benih,
tapi kesungguhan hati kita saat menanamnya.
Amin.



Peringatan Orang Kudus
Santo Nasarius dan Selsus, Martir; Santo Viktor dan Innosensius, Paus dan Martir
Nasarius adalah anak seorang Yahudi bernama Afrikanus. Ibunya, Perpetua yang sudah beragama Kristen dengan giat mendidik dia secara Kristen semenjak kecilnya. Karena itu Nasarius berkembang dewasa menjadi seorang Kristen yang saleh. Oleh Paus Linus, yang menggantikan Santo Petrus Rasul, Nasarius diutus untuk mewartakan Injil di Gallia (kini: Prancis).
Selsus adalah pemuda pertama yang berhasil ditobatkan oleh Nasarius sejak ia berkarya di Gallia. Selsus menemani Nasarius dalam perjalanan-perjalanan tugasnya. Pada suatu ketika mereka ditangkap oleh penduduk kafir setempat dan dibuang ke laut. Tetapi berkat perlindungan Tuhan, mereka tidak mati tenggelam. Mereka berhasil menyelamatkan diri lalu mengembara hingga sampai ke Milano, Italia. Di sana mereka mewartakan Injil dan membesarkan hati orang-orang Kristen yang ada di sana. Di Milano mereka sekali lagi ditangkap dan dijatuhi hukuman mati karena imannya akan Yesus Kristus.
Viktor lahir di Afrika Utara dan memimpin Gereja sebagai Paus pada tahun 189. Paus Viktor adalah paus yang secara resmi menetapkan bahwa permandian suci dalam keadaan bahaya maut dapat dilakukan dengan memakai air biasa apabila tidak ada persediaan air permandian di tempat itu. Ia mati sebagai martir pada tahun 189, sewaktu pemerintahan Kaisar Septimus Severus.
Innosensius lahir di Albano, dekat kota Roma. la terpilih menjadi Paus dengan suara bulat pada tahun 402. Ia sungguh-sungguh sadar akan bahaya-bahaya yang mengancam Gereja dan umat pada masa itu. Tak henti-hentinya ia berdoa memohon kebijaksanaan dan kekuatan Tuhan agar mampu mengemudikan bahtera Gereja Kristus dengan selamat. Bahaya-bahaya itu terutama disebabkan oleh adanya perpindahan besar-besaran bangsa-bangsa lain ke dunia Barat. Bangsa Goth menyerang kota Roma sebanyak dua kali di bawah pimpinan panglima Alarik dan berhasil menjarahi segala sesuatu yang mereka temui.
Dalam menghadapi ancaman-ancaman itu, Paus Innocentius senantiasa menguatkan hati umatnya dan meringankan beban penderitaan mereka. Sementara itu, Paus Innocentius menghadapi lagi masalah baru yang muncul di dalam Gereja oleh lahirnya ajaran sesat Pelagianisme yang menyangkal adanya rahmat untuk mencapai keselamatan kekal. Dua kali ia mengadakan konsili untuk menghukum ajaran sesat itu. Belum lagi selesai masalah itu terdengar berita bahwa Santo Yohanes Krisostomus dibuang dari takhta keuskupannya sebagai tawanan oleh keluarga Kaisar Konstantinopel. Innosensius tidak segan-segan mengutuk tindakan itu. Kaisar Arkadius bersama permaisurinya Eudoxia dikucilkan dari Gereja, meskipun ia tahu bahwa hal itu akan mendatangkan bahaya atas dirinya sendiri. Setelah memimpin Gereja selama 15 tahun, Innosensius meninggal dunia pada tahun 417.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-07-27 Minggu.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Minggu Biasa XVII 

Minggu, 27 Juli 2025

Hari Orang Tua, Kakek dan Nenek Sedunia



Bacaan Pertama
Kej  18:20-33

"Janganlah kiranya Tuhan murka kalau aku berkata."

Pembacaan dari Kitab Kejadian:

Sekali peristiwa
bersabdalah Tuhan kepada Abraham,
"Sesungguhnya, banyaklah keluh kesah orang
tentang Sodom dan Gomora,
dan sesungguhnya sangat beratlah dosanya.
Baiklah Aku turun untuk melihat,
apakah benar-benar mereka telah berkelakuan
seperti keluh kesah orang yang telah sampai kepada-Ku atau tidak;
Aku hendak mengetahuinya."

Lalu berpalinglah orang-orang itu dan berjalan ke Sodom,
tetapi Abraham masih tetap berdiri di hadapan Tuhan.
Abraham datang mendekat dan berkata,
"Apakah Engkau akan membinasakan orang benar
bersama dengan orang fasik?
Bagaimana sekiranya ada lima puluh orang benar dalam kota itu?
Apakah Engkau akan membinasakan tempat itu?
Tidakkah Engkau mengampuninya karena kelima puluh orang benar yang ada di dalamnya itu?
Jauhlah kiranya dari pada-Mu untuk berbuat demikian,
membunuh orang benar bersama dengan orang fasik,
sehingga orang benar itu seolah-olah sama dengan orang fasik!
Jauhlah kiranya yang demikian dari pada-Mu!
Masakan Hakim segenap bumi tidak menghukum dengan adil?"
Tuhan berfirman,
"Jika Kudapati lima puluh orang benar dalam kota Sodom,
Aku akan mengampuni seluruh tempat itu demi mereka."
Abraham menyahut,
"Sesungguhnya aku telah memberanikan diri berkata kepada Tuhan,
walaupun aku debu dan abu.
Sekiranya kurang lima orang dari kelima puluh orang benar itu,
apakah Engkau akan memusnahkan seluruh kota itu karena yang lima itu?"
Tuhan bersabda,
"Aku takkan memusnahkannya,
jika Kudapati empat puluh lima di sana."

Lagi Abraham melanjutkan perkataannya,
"Sekiranya empat puluh didapati di sana?"
Sabda Tuhan,
Aku takkan berbuat demikian demi yang empat puluh itu."
Kata Abraham,
"Janganlah kiranya Tuhan murka kalau aku berkata sekali lagi.
Sekiranya tiga puluh didapati di sana?"
Sabda Tuhan,
"Aku takkan berbuat demikian jika Kudapati tiga puluh di sana."

Kata Abraham lagi,
"Sesungguhnya aku telah memberanikan diri
berkata kepada Tuhan.
Sekiranya dua puluh didapati di sana?"
Sabda Tuhan,
"Aku tidak akan memusnahkannya demi yang dua puluh itu."
Kata Abraham,
"Janganlah kiranya Tuhan murka,
kalau aku berkata lagi sekali ini saja.
Sekiranya sepuluh didapati di sana?"
Jawab Tuhan,
"Aku takkan memusnahkannya demi yang sepuluh itu."

Lalu pergilah Tuhan,
setelah selesai bersabda kepada Abraham.
Dan kembalilah Abraham ke tempat tinggalnya.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm  138:1-2a.2bc-3.6-7ab.7c-8,R:3a

Refren: Pada hari aku berseru kepada-Mu,
jawablah aku, ya Tuhan.

*Aku hendak bersyukur kepada-Mu dengan segenap hati,
sebab Engkau mendengarkan kata-kata mulutku;
di hadapan para dewata aku akan bermazmur bagi-Mu.
Aku hendak sujud ke arah bait-Mu yang kudus.

*Aku hendak memuji nama-Mu
oleh karena kasih-Mu dan oleh karena setia-Mu,
sebab Kaubuat nama dan janji-Mu melebihi segala sesuatu.
Pada hari aku berseru, Engkau pun menjawab aku.
Engkau menambahkan kekuatan dalam jiwaku.

*Tuhan itu tinggi, namun Ia memperhatikan orang yang hina,
dan mengenal orang yang sombong dari jauh.
Jika aku berada dalam kesesakan,
Engkau mempertahankan hidupku,
terhadap amarah musuhku Engkau mengulurkan tangan-Mu.

*Tangan kanan-Mu menyelesaikan segalanya bagiku.
Tuhan akan menyelesaikan segalanya bagiku!
Ya Tuhan, kasih setia-Mu kekal abadi,
janganlah Kautinggalkan buatan tangan-Mu!



Bacaan Kedua
Kol  2:12-14

"Kamu telah dihidupkan Allah bersama dengan Kristus,
sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran."

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Kolose:

Saudara-saudara,
bersama Kristus kamu telah dikuburkan dalam pembaptisan,
dan bersama Dia kamu juga turut dibangkitkan
oleh kepercayaanmu akan karya kuasa Allah,
yang telah membangkitkan Kristus dari antara orang mati.
Dahulu kamu mati karena pelanggaranmu
dan karena tidak disunat secara lahiriah.
Tetapi kini Allah menghidupkan kamu bersama Kristus
sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita.
Surat hutang
yang oleh ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita,
telah dihapuskan-Nya dan ditiadakan-Nya
dengan memakukannya pada kayu salib.

Demikianlah sabda Tuhan.



Bait Pengantar Injil
Rom 8:15bc

Kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah.
Oleh Roh itu kita berseru, "Abba, ya Bapa."



Bacaan Injil
Luk  11:1-13

"Mintalah, maka kamu akan diberi."

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Pada waktu itu
Yesus sedang berdoa di salah satu tempat.
Ketika Ia berhenti berdoa,
berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya,
"Tuhan, ajarlah kami berdoa,
sebagaimana Yohanes telah mengajar murid-muridnya."
Maka Yesus berkata kepada mereka,
"Apabila kamu berdoa, katakanlah:
  Bapa, dikuduskanlah nama-Mu;
  datanglah Kerajaan-Mu.
  Berilah kami setiap hari makanan yang secukupnya
  dan ampunilah dosa kami,
  sebab kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami;
  dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan."

Lalu kata-Nya kepada mereka,
"Jika di antara kamu
ada yang tengah malam pergi ke rumah seorang sahabat
dan berkata kepadanya, 'Saudara, pinjami aku tiga buah roti,
sebab seorang sahabatku yang sedang berada dalam perjalanan
singgah ke rumahku,
dan aku tidak mempunyai apa-apa untuk dihidangkan kepadanya',
masakan ia yang di dalam rumah itu akan menjawab,
'Jangan mengganggu aku;
pintu sudah tertutup, dan aku serta anak-anakku sudah tidur.
Aku tidak dapat bangun dan memberikannya kepadamu.

Aku berkata kepadamu:
Sekalipun dia tidak mau bangun
dan tidak mau memberikan sesuatu meskipun ia itu sahabatnya,
namun karena sikap sahabatnya yang tidak malu-malu itu,
pastilah ia akan bangun dan memberikan apa yang dia perlukan.

Oleh karena itu Aku berkata kepadamu:
Mintalah, maka kamu akan diberi;
carilah, maka kamu akan mendapat;
ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.
Karena setiap orang yang meminta akan menerima,
setiap orang yang mencari akan mendapat,
dan setiap orang yang mengetuk akan dibukakan pintu.
Bapa manakah di antara kamu,
yang memberi anaknya sebuah batu kalau anak itu minta roti?
Atau seekor ular, jika anaknya minta ikan?
Atau kalajengking, kalau yang diminta telur?
Jadi kamu yang jahat tahu memberikan yang baik kepada anakmu,
apalagi Bapamu yang di surga!
Ia akan memberikan Roh Kudus
kepada siapa pun yang meminta kepada-Nya."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Pada awalnya saya merasa agak aneh setelah mendengarkan ayat pembuka dari Bacaan Injil hari ini:
"Pada suatu kali Yesus sedang berdoa di salah satu tempat."
Yesus berdoa? Bukankah Yesus adalah Tuhan? Mengapa Ia mesti berdoa? Bukankah sepatutnya kitalah yang berdoa kepada-Nya?

Namun Injil-injil secara konsisten mencatat bahwa Yesus memang sering berdoa. Bahkan dalam peristiwa-peristiwa penting, Yesus selalu menyempatkan diri untuk berdoa kepada Bapa-Nya. Saat dibaptis oleh Yohanes, saat hendak memilih dua belas rasul, saat dimuliakan di atas gunung, dan bahkan saat menjelang penyaliban-Nya di Taman Getsemani — Yesus berdoa.

Menariknya, Yesus seringkali berdoa sendirian. Para murid tidak tahu apa yang didoakan oleh Yesus. Maka dalam Injil hari ini, seorang murid memohon, "Tuhan, ajarlah kami berdoa." Dan Yesus mengajarkan doa yang kini kita kenal sebagai *Doa Bapa Kami*.

Yesus bukan hanya mengajarkan doa dengan kata-kata, tetapi juga melalui teladan hidup-Nya sendiri. Dari sinilah kita memahami bahwa doa bukan sekadar permintaan kepada Allah, melainkan juga relasi antara anak dengan Bapanya, antara ciptaan dengan Pencipta-Nya.

Di dalam doa Bapa Kami, Yesus mengajak kita untuk:
* Mengenali kemuliaan Allah terlebih dahulu: "Bapa kami yang ada di Surga, dimuliakanlah nama-Mu."
* Menyelaraskan kehendak kita dengan kehendak Allah: "Jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam Surga."
* Mengandalkan Allah untuk kebutuhan sehari-hari: "Berilah kami rejeki pada hari ini."
* Memohon pengampunan dan belajar mengampuni: "Ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami."
* Memohon perlindungan dari pencobaan: "Janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan, tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat."

Yesus menekankan pentingnya *bertekun* dalam doa. Dalam perikop Injil hari ini, Ia memberikan gambaran tentang seorang sahabat yang datang tengah malam untuk meminta roti, dan karena ketekunannya, permintaannya dikabulkan. Dan Yesus menutup dengan kalimat yang sangat menguatkan:
"Mintalah, maka kamu akan diberi; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu." [Luk 11:9]

Bacaan pertama dari Kitab Kejadian mengisahkan doa syafaat Abraham kepada Tuhan agar tidak membinasakan Sodom, bila masih ada orang benar di sana. Permohonan Abraham yang berulang-ulang dan penuh keberanian menunjukkan bahwa doa yang tulus dan tekun dapat menggugah belas kasih Allah. Ini adalah gambaran nyata dari kedekatan relasi antara manusia dan Allah melalui doa.

Sementara itu, bacaan kedua dari Surat Paulus kepada Jemaat di Kolose menegaskan bahwa dalam Kristus kita telah dikuburkan bersama dalam baptisan, dan dibangkitkan juga bersama Dia. Dosa dan pelanggaran kita telah dihapuskan, "surat utang" kita telah dipaku di kayu salib. Doa kita kini didasarkan pada kasih karunia dan pengampunan yang telah diberikan melalui Kristus. Maka kita berdoa bukan dari rasa takut, tetapi dari rasa syukur dan iman yang hidup.

Melalui semua bacaan hari ini, kita ditegaskan:
*Berdoa bukanlah sekadar kewajiban, melainkan napas kehidupan orang beriman.*
Yesus berdoa, Abraham berdoa, para rasul belajar berdoa, dan kini giliran kita — bukan hanya tahu doa, tetapi benar-benar hidup dalam doa.

Marilah kita terus belajar dari Yesus, Sang Guru Doa, agar hidup kita dipenuhi oleh kepercayaan kepada Bapa, ketekunan dalam memohon, dan keberanian untuk mempercayakan segala sesuatu kepada kehendak-Nya.
Amin.



Peringatan Orang Kudus
Santo Pantaleon, Martir
Pantaleon lahir di Nikomedia, Asia Kecil. Ia bekerja di sana sebagai seorang tabib. Diceritakan bahwa tingkah lakunya sangat buruk dan karena itu ia sering kali gelisah dan resah karena tingkah lakunya itu. Kegelisahan dan keresahan ini menjadi suatu pintu masuk yang baik baginya menuju cara hidup yang baru. Oleh seorang imam bernama Hermolaus, Pantaleon diajari ajaran-ajaran iman Kristen dan akhirnya bertobat dan dipermandikan menjadi Kristen. Semenjak itu ia berjanji untuk meninggalkan cara hidupnya yang lama dan berniat menyilih dosa-dosanya dengan perbuatan-perbuatan baik.
Dengan keahliannya sebagai seorang tabib, Pantaleon menolong dan merawat orang-orang sakit, terutama yang miskin tanpa menuntut bayaran. Harta miliknya bahkan dibagi-bagikannya kepada mereka. Di samping itu ia rajin menyebarkan ajaran-ajaran Kristen kepada banyak orang terutama di kalangan orang-orang sakit yang dirawatnya. Banyak sekali orang yang berhasil ditobatkannya dan dihantar kepada iman yang benar. Ayahnya yang masih kafir ditobatkannya juga.
Pada masa penganiayaan orang-orang Kristen oleh Kaisar Diokletianus, Pantaleon ditangkap dan disiksa hingga mati dipenggal kepalanya pada tahun 303.

Santo Aurelius dan Santa Natalia, Martir
Orang tua suami-isteri ini beragama Islam. Karena Natalia dan temannya Liliosa (isteri Feliks, seorang yang pernah murtad menjadi Islam tetapi kemudian berbalik kembali) tidak memakai cadar, maka mereka dituduh murtad dari Islam. Mereka dengan berani mengakui dirinya Kristen dan oleh karena itu dibunuh bersama Georgius, seorang biarawan yang giat berkotbah membela kebenaran agama Kristen. Mereka meninggal di Cordoba, Spanyol pada masa pemerintahan Emir Abd Ar-Rahman II pada tahun 852.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/