Liturgia Verbi 2025-03-01 Sabtu.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa VII

Sabtu, 1 Maret 2025

Hari Sabtu Imam.
Marilah berdoa bagi para imam, agar Bapa Di Surga memberkati segala pelayanan mereka, serta dikuatkan dalam menghadapi godaan, cobaan dan marabahaya.

Ujud Gereja Universal: Keluarga dalam krisis.
Semoga keluarga yang mengalami krisis mampu menemukan pemulihan luka melalui pengampunan dan menemukan kembali karunia setiap anggota keluarga mereka.

Ujud Gereja Indonesia: Perempuan yang mengalami kehamilan yang tidak direncanakan.
Semoga para perempuan yang belum siap mengandung diberi keberanian oleh Allah Sang Sumber Kehidupan serta didukung oleh keluarga, sehingga mampu menerima janin yang hadir dalam rahimnya.



Bacaan Pertama
Sir 17:1-15

"Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya."

Pembacaan dari Kitab Putera Sirakh:

Manusia diciptakan Tuhan dari tanah,
dan ke sana pula ia akan dikembalikan.
Manusia dianugerahi Tuhan sejumlah hari dan jangka waktu,
dan diberi-Nya kuasa atas segala sesuatu di bumi.
Ia dilengkapi kekuatan
yang serupa dengan kekuatan Allah sendiri,
dan dijadikan Allah menurut gambar-Nya sendiri.
Di dalam segala makhluk yang hidup
Tuhan menanam rasa takut terhadap manusia,
agar manusia merajai binatang dan unggas.

Lidah, mata dan telinga dibentuk-Nya,
dan manusia diberi-Nya hati untuk berpikir.
Tuhan memenuhi manusia dengan pengetahuan yang arif,
dan menunjukkan kepadanya apa yang baik dan apa yang jahat.
Ia memasukkan mata-Nya sendiri di dalam hati manusia
untuk menyatakan kepadanya keagungan karya Tuhan.
Maka manusia harus memuji nama Tuhan yang kudus
untuk mewartakan karya-Nya yang agung.

Tuhan masih menambahkan pengetahuan lagi
dengan memberi manusia hukum kehidupan menjadi milik pusaka.
Perjanjian kekal diikat-Nya dengan mereka,
dan segala hukum-Nya dipermaklumkan kepada mereka.

Mata mereka telah melihat kemuliaan Tuhan yang agung,
dan suara-Nya yang dahsyat telah didengar telinga mereka.
Tuhan berkata kepada mereka, "Jauhilah setiap kelaliman."
Dan masing-masing diberi-Nya perintah mengenai sesamanya.
Langkah laku manusia selalu terbentang di hadapan Tuhan,
dan tak tersembunyi bagi mata-Nya.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 103:13-14.15-16.17-18a,R:17

Refren: Kekal abadilah kasih setia Tuhan
atas orang yang takwa kepada-Nya.

*Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya,
demikian Tuhan sayang kepada orang-orang yang takwa.
Sebab Dia sendiri tahu dari apa kita dibuat,
Dia sadar bahwa kita ini debu.

*Adapun manusia, hari-harinya seperti rumput,
seperti bunga di padang demikianlah ia berkembang.
Apabila angin melintasinya, maka lenyaplah ia,
dan tempatnya pun tidak diketahui lagi.

*Tetapi kekal abadilah kasih setia Tuhan
atas orang-orang yang takwa kepada-Nya;
sebagaimana kekal abadilah kebaikan-Nya
atas anak cucu mereka,
asal saja mereka tetap berpegang pada perjanjian-Nya.



Bait Pengantar Injil
Mat 11:25

Terpujilah Engkau, Bapa, Tuhan langit dan bumi,
sebab misteri kerajaan Kaunyatakan kepada kaum sederhana.



Bacaan Injil
Mrk 10:13-16

"Barangsiapa tidak menerima kerajaan Allah seperti anak-anak ini, tidak akan masuk ke dalamnya."

Inilah Injil Suci menurut Markus:

Sekali peristiwa orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus
supaya Ia menjamah mereka.
Tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu.
Melihat itu, Yesus marah dan berkata kepada mereka,
"Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku!
Jangan menghalang-halangi mereka!
Sebab orang-orang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.
Aku berkata kepadamu,
"Sungguh, barangsiapa tidak menerima Kerajaan Allah
seperti seorang anak kecil,
ia tidak akan masuk ke dalamnya."

Kemudian Yesus memeluk anak-anak itu,
meletakkan tangan ke atas mereka dan memberkati mereka.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Hari ini, renungan khusus ditujukan bagi para orangtua yang memiliki anak-anak.

Dalam Bacaan Injil, para orangtua membawa anak-anak mereka kepada Yesus. Menariknya, anak-anak itu tidak sedang sakit atau kerasukan roh jahat.
Mereka datang bukan untuk disembuhkan, melainkan agar Yesus menjamah dan memberkati mereka.

Ini adalah contoh baik yang patut diteladani oleh para orangtua, yaitu membawa anak-anak mereka datang kepada Yesus. Sebab, anak-anak belum mampu datang sendiri, maka orangtualah yang mesti menghantar mereka.
Kita membawa anak-anak kepada Yesus agar mereka menerima berkat dan tuntunan-Nya.

Namun, sering kali ada hambatan dalam perjalanan iman ini, seperti yang diceritakan dalam Bacaan Injil.
Para murid Yesus memarahi orangtua yang membawa anak-anak mereka.
Mungkin mereka berpikir, "Anak-anak ini sehat-sehat saja, untuk apa dibawa ke Yesus?" atau "Mereka belum bisa mendengarkan kotbah Yesus, pasti tidak akan mengerti."
Pemikiran ini keliru!
Sebaliknya, orangtua memiliki kewajiban untuk mengenalkan Yesus kepada anak-anak mereka sedini mungkin, bahkan sejak mereka masih dalam kandungan.

Membawa anak-anak kepada Yesus bukan berarti memaksa mereka ikut ke gereja dengan paksaan yang kaku.
Sesuatu yang dipaksakan sering kali tidak membuahkan hasil yang baik.
Yang lebih penting adalah memberikan teladan.
Jika orangtua hidup dalam iman yang kuat dan mengandalkan Kristus dalam keseharian, anak-anak akan melihat dan meniru.
Buah dari keteladanan ini akan nampak jelas ketika mereka dewasa.

Oleh karena itu, marilah kita, para orangtua, menjadi guru utama bagi anak-anak kita—guru yang lebih berharga daripada guru terbaik di sekolah, dan yang tidak bisa digantikan oleh siapa pun, termasuk baby sitter atau pengasuh lainnya.
Mungkin ada orangtua yang merasa kurang berpengetahuan dalam hal agama.
Namun, tetaplah ingat bahwa orangtua adalah guru pertama dan utama bagi anak-anak mereka.
Peran ini tidak bisa digantikan oleh siapa pun.

Semoga kita senantiasa diberi hikmat dan kekuatan untuk membawa anak-anak kita semakin dekat kepada Kristus.



Peringatan Orang Kudus
Santo Felix III (II), Paus
Felix berasal dari sebuah keluarga berdarah Romawi. la menjadi paus menggantikan Paus Santo Simplisius pada tahun 483. la dinamakan Felix III (II) karena kira-kira pada tahun 365 ada seorang paus tandingan yang menamakan dirinya Felix lI.
Selama masa kepausannya, Felix menghadapi bidaah Monophysitisme yang menolak ajaran iman tentang kedwitunggalan kodrat Yesus Kristus: Ilahi sekaligus Manusiawi. Untuk memecahkan masalah itu, Kaisar Zeno mengeluarkan suatu rumusan kesatuan yang bermakna ganda, yang disebut Henotikon. Rumusan ini tidak disetujui baik oleh Sri Paus maupun oleh pengikut aliran bidaah Monophisitisme.
Demi pemecahan selanjutnya, Sri Paus Felix memanggil Acacius, Patriark Konstantinopel, penyusun rumusan itu. Acacius menolak datang ke Roma. Maka dia diekskomunikasikan oleh Felix III. Sejak berlakunya ekskomunikasi ini, skisma Acacian mulai tersebar dan terus berkembang hingga kematian Felix III pada tanggal 1 Maret 492.

Santo David, Pengaku Iman
David mungkin lahir di Cardigan, Wales, Inggris pada tahun 520 dari sebuah keluarga bangsawan. la terkenal sebagai seorang biarawan yang aktif mendirikan biara-biara: kurang lebih ada 12 biara yang didirikannya. Dari antara biara-biara itu, biara Menevia di bagian baratdaya Wales adalah biara pusat sekaligus menjadi tempat tinggalnya sebagai pimpinan tertinggi.
Dalam kedudukannya itu David memainkan peranan besar dalam perkembangan Gereja Keltik. Banyak perintis Gereja Irlandia dididik di Menevia; antara lain Santo Finnianus dari Clonard, yang dijuluki sebagai Bapa Monastik Irlandia. Ketenaran namanya pada zaman itu dapat dilihat dari begitu banyak gereja kuno - lebih dari 50 buah gereja - di bagian selatan Wales yang memilih dia sebagai pelindungnya. David meninggal dunia pada tahun 601 di Menevia. la digelari kudus pada tahun 1120 pada masa kepemimpinan Sri Paus Kalistus II (1119-1124), dan diangkat sebagai pelindung suci Wales.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-02-28 Jumat.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa VII

Jumat, 28 Februari 2025



Bacaan Pertama
Sir 6:5-17

"Sahabat yang setia tiada ternilai."

Pembacaan dari Kitab Putera Sirakh:

Tutur kata yang manis mendapat banyak sahabat,
dan keramahan diperbanyak oleh lidah yang manis lembut.
Mudah-mudahan banyak orang berdamai denganmu,
tetapi dari antara seribu hanya satu saja menjadi penasehatmu.
Jika engkau mau mendapat sahabat, ujilah dia dahulu,
dan jangan segera percaya padanya.
Sebab ada orang yang bersahabat hanya selama menguntungkan,
tetapi di kala engkau mendapat kesukaran, ia tidak bertahan.

Ada juga sahabat yang berubah menjadi musuh,
lalu menistakan dikau
dengan menceriterakan percekcokanmu dengan dia.
Ada lagi sahabat yang ikut serta dalam perjamuan makan,
tetapi tidak bertahan pada hari kemalanganmu.
Pada waktu engkau sejahtera ia sehati sejiwa dengan dikau
dan bergaul akrab dengan seisi rumahmu.
Tetapi bila engkau mundur ia berbalik melawan dikau
serta menyembunyikan diri terhadapmu.

Jauhilah para musuhmu,
dan berhati-hatilah terhadap para sahabatmu.
Sahabat yang setia merupakan pelindung yang kuat;
yang menemukannya, menemukan suatu harta.
Sahabat yang setia, tiada ternilai,
dan harganya tiada terbayar.

Sahabat yang setia laksana obat kehidupan;
hanya orang yang takwa akan memperolehnya.
Orang yang takwa memelihara persahabatan dengan lurus hati,
sebab sebagaimana ia sendiri, demikianpun sahabatnya.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 119:12.16.18.27.34.35,R:35a

Refren: Biarlah aku hidup menurut petunjuk perintah-perintah-Mu.

*Terpujilah Engkau, ya Tuhan;
ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku.

*Ketetapan-ketetapan-Mu akan menjadi sumber sukacitaku,
firman-Mu tidak akan kulupakan.

*Singkapkanlah mataku,
supaya aku memandang keajaiban-keajaiban dari hukum-Mu.

*Buatlah aku mengerti petunjuk titah-titah-Mu,
supaya aku merenungkan perbuatan-perbuatan-Mu yang ajaib.

*Buatlah aku mengerti, maka aku akan memegang hukum-Mu;
dengan segenap hati aku hendak memeliharanya.

*Biarlah aku hidup menurut petunjuk perintah-perintah-Mu,
sebab aku menyukainya.



Bait Pengantar Injil
Yoh 17:17ab

Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah kebenaran.
Kuduskanlah kami dalam kebenaran.



Bacaan Injil
Mrk 10:1-12

"Yang dipersatukan Allah, janganlah diceraikan manusia."

Inilah Injil Suci menurut Markus:

Pada suatu hari Yesus berangkat ke daerah Yudea
dan ke daerah seberang sungai Yordan.
di situ orang banyak datang mengerumuni Dia,
dan seperti biasa Yesus mengajar mereka.
Maka datanglah orang-orang Farisi hendak mencobai Yesus.
Mereka bertanya,
"Bolehkah seorang suami menceraikan isterinya?"
Tetapi Yesus menjawab kepada mereka,
"Apa perintah Musa kepada kamu?"
Mereka menjawab,
"Musa memberi izin untuk menceraikannya
dengan membuat surat cerai."

Lalu Yesus berkata kepada mereka,
"Karena ketegaran hatimulah Musa menulis perintah untukmu.
Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka pria dan wanita;
karena itu pria meninggalkan ibu bapanya
dan bersatu dengan isterinya.
Keduanya lalu menjadi satu daging.
Mereka bukan lagi dua, melainkan satu.
Karena itu apa yang dipersatukan Allah,
janganlah diceraikan manusia."

Setelah mereka tiba di rumah,
para murid bertanya pula tentang hal itu kepada Yesus.
Lalu Yesus berkata kepada mereka,
"Barangsiapa menceraikan isterinya
lalu kawin dengan wanita lain,
ia hidup dalam perzinahan terhadap isterinya itu.
Dan jika isteri menceraikan suaminya
dan kawin dengan pria yang lain,
ia berbuat zinah."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Renungan hari ini saya ambilkan dari renungan Daily Fresh Juice:

*Kesetiaan Kok Tergantung Orang Lain Sih?*

Para Pendengar dan Pewarta Daily Fresh Juice,
Bacaan Injil hari ini, yang dipilihkan dari Injil Markus Pasal 10, Ayat 1 sampai 12, berbicara tentang "Perceraian", tetapi justru ayat-ayatnya sering dikutip dalam pemberkatan pernikahan, misalnya,
"Apa yang telah dipersatukan Allah, janganlah diceraikan manusia."

Dulu, ketika kami menikah, ayat ini juga kami pilih untuk dicantumkan dalam undangan pernikahan. Waktu itu rasanya indah banget, penuh harapan, dan tentu saja penuh cinta.
Tapi seiring berjalannya waktu, saya mulai berpikir...
"Apakah benar Tuhan yang menjodohkan kami?
Lalu kenapa banyak pasangan yang akhirnya berpisah?"
"Kalau Tuhan yang menyatukan,
bukankah seharusnya pernikahan tidak akan pernah gagal?"

Nah, pertanyaan ini penting banget, terutama buat adik-adik OMK yang sedang mempersiapkan diri untuk menikah.
Okey, kita dengarkan dulu bacaannya sebelum kita menjawab pertanyaan itu.

"Yang dipersatukan Allah, janganlah diceraikan manusia."

Inilah Injil Suci menurut Markus:

Pada suatu hari Yesus berangkat ke daerah Yudea
dan ke daerah seberang sungai Yordan.
di situ orang banyak datang mengerumuni Dia,
dan seperti biasa Yesus mengajar mereka.
Maka datanglah orang-orang Farisi hendak mencobai Yesus.
Mereka bertanya,
"Bolehkah seorang suami menceraikan isterinya?"
Tetapi Yesus menjawab kepada mereka,
"Apa perintah Musa kepada kamu?"
Mereka menjawab,
"Musa memberi izin untuk menceraikannya
dengan membuat surat cerai."

Lalu Yesus berkata kepada mereka,
"Karena ketegaran hatimulah Musa menulis perintah untukmu.
Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka pria dan wanita;
karena itu pria meninggalkan ibu bapanya
dan bersatu dengan isterinya.
Keduanya lalu menjadi satu daging.
Mereka bukan lagi dua, melainkan satu.
Karena itu apa yang dipersatukan Allah,
janganlah diceraikan manusia."

Setelah mereka tiba di rumah,
para murid bertanya pula tentang hal itu kepada Yesus.
Lalu Yesus berkata kepada mereka,
"Barangsiapa menceraikan isterinya
lalu kawin dengan wanita lain,
ia hidup dalam perzinahan terhadap isterinya itu.
Dan jika isteri menceraikan suaminya
dan kawin dengan pria yang lain,
ia berbuat zinah."

Demikianlah sabda Tuhan.

Para Pendengar dan Pewarta Daily Fresh Juice, serta adik-adik OMK.
Seringkali kita mendengar orang berkata kalau jodoh itu di tangan Tuhan.
Apa iya Tuhan menjodohkan kita?
Apa iya Tuhan mesti mengatur-ngatur siapa mesti menikah dengan siapa,
apa begitu?

Mari kita lihat dulu Injil hari ini.
Ketika orang-orang Farisi bertanya kepada Yesus apakah boleh bercerai,
Yesus tidak mengatakan bahwa pasangan itu sudah dijodohkan Tuhan.
Sebaliknya, Yesus menekankan bagaimana manusia harus menghormati pernikahan sebagai rancangan Allah yang kudus. 
Artinya Jodoh itu bukan sekadar ketemu orang yang "cocok" lalu selesai.
Jodoh adalah seseorang yang kita pilih sendiri,
yang perlu kita perjuangkan, dan kita bangun kesetiaan bersama.
Pernikahan bukan hanya soal cinta romantis, tapi juga tentang kesetiaan, tanggung jawab, dan perjuangan bersama sampai akhir hidup. 

Bagi yang telah menikah, mari kita jujur.
Awalnya, pasangan kita itu segalanya. Tiap hari kangen, ingin ngobrol terus,
mulai sejak bangun sampai mau tidur cetang-ceting terus.
Awalnya, kita mencintai pasangan kita setengah mati.
Tapi kemudian, mencintai pasangan kita setengah hati.
Orang yang dulu paling kita cintai malah sekarang menjadi orang yang paling bikin kita kesal.
Macam-macam muncul di benak,
"Kok kamu berubah sih? Dulu kamu gak gini deh."
"Kok malah sibuk dengan HP, sudah gak mau ngobrol sama aku ya?"
Banyak sekali kak-kok kak-kok muncul di benak kita.
Ya, siapa sih yang gak pernah berantem sama pasangannya?
Semua pasangan pasti pernah mengalaminya.
Terkadang hal kecil bisa jadi besar, apalagi yang memang sudah besar dari sononya.
Bisa jadi saja timbul rasa kesal, kecewa, bahkan sampai berpikir,
"Dulu aku cinta banget, kok sekarang dia kayak orang asing ya?"
Yang seperti ini, kalau dibiarkan, akan terakumulasi, terus mulai mikir,
"Eh, rumput tetangga kok lebih hijau, ya?"
Kok ada orang lain yang lebih perhatian, lebih nyambung, lebih menyenangkan, ketimbang pasangan sendiri?
Kok rasanya dia yang lebih cocok ya jadi pasanganku?
Waduh, ujung-ujungnya kita akan sampai di persimpangan,
"bertahan atau berpisah?"
Rumput tetangga nampak lebih hijau karena kita tidak ikut berkeringat
untuk menyiraminya setiap hari, tidak ikut memberi pupuk, dan sebagainya.
Padahal kalau kita mau merawat rumput di halaman kita sendiri,
pastilah akan sama hijaunya atau bahkan lebih hijau.

Para Pendengar dan Pewarta Daily Fresh Juice, serta adik-adik OMK.
Saya menangkap ajaran Yesus pada Injil hari ini menggunakan perspektif yang agak berbeda, dan menemukan bahwa perceraian itu terjadi karena ketegaran hati manusia, bukan karena cintanya hilang, memangnya ada yang mencuri?
Umumnya manusia bersifat keras hati, kurang mau berjuang, seringkali malah tidak mau mengalah, dan sulit sekali mengampuni.
Polemik dengan pasangan yang berkepanjangan, akhirnya memilih menyerah daripada berjuang untuk mempertahankan pernikahannya. 

Ada satu hal penting yang perlu kita prioritaskan dalam hidup berpasangan,
yang merupakan urat nadi dari suatu pernikahan, yaitu kesetiaan.
Yang sering kita dengar orang bilang, "Aku akan setia kalau dia juga setia." 
Kesetiaan kita peroleh bukan karena pasangan kita yang setia, bukan.
Kesetiaan itu bukan tentang pasangan kita, tapi tentang diri kita sendiri.
Tanda-tanda kesetiaan kepada pasangan mulai dirongrong iblis ketika muncul di benak kita kalau pasangan kita telah berubah, bukan seperti saat menikah dengannya.

Kesetiaan adalah pilihan kita sendiri, tidak boleh tergantung dari orang lain.
Kesetiaan juga bukan soal perasaan, yang rentan berubah-ubah.
Kalau masih cinta, ya setia, kalau rasa cinta mulai memudar, ya sudahlah.
Mana bisa begitu?
Kesetiaan bukan cuma soal perasaan, tapi soal keputusan dan tanggungjawab.
Kesetiaan adalah keputusan yang harus terus kita perjuangkan di sepanjang hidup kita, seperti yang telah kita ucapkan di depan altar saat menikah,
setia dalam untung dan malang.
Ukuran kesetiaan bukan hanya sekedar selingkuh atau tidak selingkuh, bukan sekedar bertahan dalam pernikahan yang tak lagi rukun, bukan sekedar bertahan dari godaan yang berasal dari luar, bukan sekedar merem karena gak mau lihat rumput tetangga.
Kesetiaan artinya bertumbuh di dalam cinta, selalu mengusahakan yang terbaik, mula-mula untuk pasangan dan anak-anak lalu barulah kemudian untuk diri sendiri.
Tentu kita masih ingat apa yang disampaikan Yesus dalam Injil Lukas 16 ayat 10a,
"Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar."

Lalu darimana kita bisa belajar tentang kesetiaan?
Ya, dari Allah Bapa kita yang di Surga.
Coba, berapa kali kita tidak setia kepada-Nya?
Berapa kali kita lebih memilih dunia daripada memilih Dia? 
Tapi apakah Allah Bapa meninggalkan kita?
Tidak. Dia tetap setia.
Begitu pulalah seharusnya pernikahan itu.
Kesetiaan kita tidak boleh bergantung apakah pasangan kita setia atau tidak.
Jika pasangan kita tidak setia, bukan berarti kita boleh ikut-ikutan tidak setia.
Kesetiaan bukan soal balas dendam, tapi soal komitmen kepada Tuhan. 

Para Pendengar dan Pewarta Daily Fresh Juice, serta adik-adik OMK.
Kesetiaan memang bukan perkara mudah, tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Teorinya sih mudah dipahami tetapi sangat sulit dijalankan, karena kesetiaan memerlukan komitmen.
Boleh dibilang, kesetiaan adalah buah dari komitmen yang senantiasa dijaga dengan penuh kesadaran dan tanggungjawab.
Komitmen pernikahan adalah ikrar yang dengan rela kita nyatakan keterikatan kita kepada pasangan, dan yang akan kita perjuangkan di sepanjang hidup pernikahan kita.

Marilah sekarang kita akhiri renungan kita dengan memeriksa batin kita,
apakah ketika relasi dengan pasangan menjadi sulit, kita tetap berkomitmen terhadap janji perkawinan?
Ketika pasangan mengecewakan kita, apakah kita tetap setia menjalankan perintah Yesus untuk selalu siap mengampuni?
Apakah kita menyadari bahwa kesetiaan adalah ujian terbesar dalam pernikahan, kesetiaan yang ditunjang oleh komitmen, bukan sesuatu yang boleh dipermainkan?

Semoga pertanyaan introspeksi tadi dapat menggugah semangat baru untuk menjaga komitmen untuk setia, dan bahkan untuk me-recover semangat yang sempat memudar.
Amin.



Peringatan Orang Kudus
Santa Antonia, Abbas
Antonia adalah seorang ibu rumah tangga yang saleh. Sepeninggal suaminya, ia memutuskan mengabdikan sisa hidupnya kepada Tuhan dengan menjalani kehidupan sebagai seorang biarawati.
Kemudian dengan bantuan Santo Yohanes Kapistrano, ia mendirikan sebuah biara Klaris yang lebih tegas aturannya di Firenze, ltalia. la sendiri menjadi pemimpin biara itu, hingga hari kematiannya pada tahun 1472.


Santo Hilarus, Paus
Hilarus berasal dari Sardinia. la terpilih sebagai paus menggantikan Paus Leo I (440-461) pada tangga119 November 461. Sebelum menjadi paus, Hilarus melayani umat sebagai diakon selama masa kepemimpinan Paus Leo I. Ketika diadakan konsili di Efesus pada tahun 449, untuk membicarakan tindakan ekskomunikasi atas diri Eutyches, se- orang penyebar ajaran sesat, Hilarus diutus sebagai wakil Paus Leo I.
Selama kepemimpinannya sebagai Paus, Hilarus mengawasi pembangunan beberapa gedung di Roma. Salah satunya ialah Oratorium yang dipersembahkan kepada Santo Yohanes Penginjil.  Selain itu, ia juga berusaha menyelesaikan berbagai masalah yang terjadi di dalam tubuh Gereja sendiri. Dalam kerangka itu, ia memimpin sebuah sinode di Roma pada tanggal 19 November 462 untuk membicarakan berbagai masalah yang ada di dalam Gereja di Gaul, Prancis. Selanjutnya pada tanggal 19 November 465, ia mengadakan lagi sebuah sinode untuk membicarakan hal pengangkatan dan kuasa yurisdiksi para Uskup Spanyol.
Hilarus meninggal dunia pada tanggal 29 Februari 468 dan dimakamkan di gereja Santo Laurensius di Roma.




https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-02-27 Kamis.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa VII

Kamis, 27 Februari 2025



Bacaan Pertama
Sir 5:1-8

"Jangan menunda-nunda untuk bertobat kepada Tuhan."

Pembacaan dari Kitab Putera Sirakh:

Jangan mengandalkan kekayaanmu,
dan jangan berkata, "Ini cukup bagiku."
Hati dan kekuatanmu jangan kauturuti
untuk berlaku sesuai dengan hawa nafsumu.
Jangan berkata, "Siapa berkuasa atas diriku?"
Camkanlah, Tuhan akan menghukum engkau dengan keras.

Jangan berkata, "Betul, aku sudah berdosa,
tetapi apakah menimpa diriku sebab Tuhan panjang hati."
Jangan menyangka pengampunan terjamin,
sehingga engkau menimbun dosa demi dosa.

Jangan berkata,
"Belas kasihan Tuhan memang besar.
Dosaku yang banyak ini pasti diampuni-Nya."
Sebab belas kasihan memang ada pada Tuhan
tetapi kemurkaan pun ada pada-Nya,
dan geram-Nya turun atas orang jahat.

Jangan menunda-nunda untuk bertobat kepada Tuhan,
jangan kautangguhkan dari hari ke hari.
Sebab tiba-tiba saja meletuslah kemurkaan Tuhan,
dan engkau binasa pada saat hukuman.

Jangan percaya pada harta benda yang diperoleh dengan tidak adil,
sebab pada hari sial takkan berguna sedikitpun.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 1:1-2.3.4.6,R:40:5a

Refren: Berbahagialah orang yang mengandalkan Tuhan.

*Berbahagialah orang
yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik,
yang tidak berdiri di jalan orang berdosa,
dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh;
tetapi yang kesukaannya ialah hukum Tuhan,
dan siang malam merenungkannya.

*Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air,
yang menghasilkan buah pada musimnya,
dan tak pernah layu;
apa saja yang diperbuatnya berhasil.

*Bukan demikianlah orang-orang fasik:
mereka seperti sekam yang ditiup angin.
Sebab Tuhan mengenal jalan orang benar,
tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.



Bait Pengantar Injil
1Tes 2:13

Sambutlah sabda Tuhan, bukan sebagai perkataan manusia,
melainkan sebagai sabda Allah.



Bacaan Injil
Mrk 9:41-50

"Lebih baik bagimu dengan tangan terkudung masuk dalam kehidupan,
daripada dengan kedua belah tangan masuk dalam api yang tak terpadamkan."

Inilah Injil Suci menurut Markus:

Pada suatu hari berkatalah Yesus kepada murid-murid-Nya,
"Barangsiapa memberi kalian minum air secangkir
oleh karena kalian adalah pengikut Kristus,
ia tidak akan kehilangan ganjarannya.

Barangsiapa menyesatkan salah seorang
dari anak-anak kecil yang percaya ini,
lebih baik baginya
jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya
lalu ia dibuang ke dalam laut.

Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah,
karena lebih baik bagimu
dengan tangan terkudung masuk dalam kehidupan,
daripada dengan utuh kedua belah tangan masuk dalam neraka,
ke dalam api yang tak terpadamkan.
Dan jika kaki menyesatkan engkau, penggallah,
karena lebih baik bagimu
dengan kaki timpang masuk ke dalam hidup,
daripada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka.
Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah,
karena lebih baik bagimu masuk ke dalam Kerajaan Allah
dengan bermata satu
daripada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka,
di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tak pernah padam.

Sebab setiap orang akan digarami dengan api.
Garam memang baik!
Tetapi jika garam menjadi hambar,
dengan apakah kalian akan mengasinkannya?
Hendaklah kalian selalu mempunyai garam dalam dirimu
dan selalu hidup berdamai seorang dengan yang lain."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Penghalang bagi kita untuk memasuki Kerajaan Surga adalah dosa yang kita perbuat.
Selama kita masih hidup di dunia ini, dosa-dosa yang telah diperbuat masih dapat dibersihkan melalui pertobatan dan pengampunan. Namun, ketika saatnya tiba bagi kita untuk meninggalkan dunia ini, dosa yang pernah kita lakukan tidak akan hilang dengan sendirinya. Dosa itu tidak ikut terkubur atau dikremasi bersama jasad kita.

Kita tahu bahwa dosa itu tidak bersemayam di dalam badan, melainkan di dalam jiwa. Badan akan kita tinggalkan dan kembali menjadi debu, tetapi jiwa tetap ada, menjadi arwah yang meninggalkan dunia ini. Karena dosa berada di dalam jiwa, maka dosa pun turut pergi bersama arwah.

Hal ini adalah sesuatu yang sangat penting untuk kita renungkan. Maka tak heran jika Yesus menyampaikan hal ini secara hiperbolis, hingga membuat kita merasa panik:
 "Jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah!",
"Jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah!",
"Jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah! Karena lebih baik bagimu masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu daripada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka."

Mendengar perkataan Yesus ini, saya langsung teringat akan istilah *mutilasi*, yakni tindakan memotong-motong anggota tubuh. Apakah benar Yesus menyarankan kita untuk melakukan hal seperti itu?
 Tentu saja tidak. Lalu, apa makna sesungguhnya dari perkataan-Nya?

Setelah seseorang meninggal dunia, dosa yang belum diampuni turut pergi bersama arwah. Arwah yang masih menyisakan dosa tidak dapat langsung memasuki Kerajaan Surga, tetapi harus melalui *purgatory*, api penyucian, untuk "digarami dengan api" agar dosa-dosanya dilebur hingga benar-benar bersih.

Karena itu, istilah yang lebih tepat untuk menggambarkan tindakan ini bukanlah *mutilasi*, melainkan *amputasi*. Sekilas mirip, tetapi dengan tujuan yang sangat berbeda. Mutilasi bertujuan untuk mencelakai, sedangkan amputasi bertujuan untuk menyelamatkan. Amputasi adalah tindakan keterpaksaan demi menyelamatkan nyawa.
Jika seseorang mengalami gangren pada kakinya, maka kakinya harus diamputasi agar infeksi tidak menyebar dan merenggut nyawanya.

Namun, Yesus tidak berbicara tentang amputasi tubuh, melainkan amputasi dosa dalam jiwa.
Jika tangan, kaki, atau mata kita dipotong, dosa tidak serta-merta ikut terpotong, karena dosa tidak berada di sana, melainkan di dalam jiwa.
Maka yang perlu diamputasi adalah dosa itu sendiri.

Pemangkasan dosa harus dilakukan secepat mungkin, segera setelah kita menyadari perbuatan dosa kita.
Jika dilakukan lebih awal, dosa belum sempat berkembang dan merambat menjadi lebih parah.
Sama seperti api kecil yang mudah dipadamkan—jika dibiarkan membesar, akan semakin sulit dikendalikan dan merusak segalanya.
Jika dosa telah mencapai tahap yang sangat parah dan kita tidak sempat bertobat, maka tak ada lagi kesempatan untuk digarami di purgatory.
Kita akan dicampakkan ke dalam api neraka dan selamanya tinggal di sana. Lupakan keinginan untuk berjumpa dengan Bunda Maria atau para kudus.

Gereja telah mengajarkan kepada kita bagaimana cara memurnikan jiwa dan melenyapkan dosa yang menodainya. Prinsipnya sama seperti mandi: jika tubuh kita kotor, kita akan mandi. Begitu juga dengan dosa—jika kita berdosa, kita harus segera membersihkannya: Mengakui dosa yang telah kita perbuat, menyesali perbuatan dosa dengan sungguh-sungguh, lalu bertobat dan benar-benar kapok dan tidak mengulangi lagi, lalu memohon pengampunan dari Allah melalui Sakramen Tobat. 

Setelah menerima pengampunan, jiwa kita akan terasa segar, seperti setelah mandi atau seperti perut yang kenyang setelah makan enak.
Allah Bapa kita bukanlah pendendam. Setelah pengampunan diberikan, dosa-dosa kita akan segera dilupakan dan tidak diingat-ingat lagi.
Jika kita benar-benar bertobat dan tidak mengulangi dosa, maka kita tidak perlu mampir di purgatory. Kita akan langsung terbang menuju rumah Bapa, *direct flight* ke Surga.



Peringatan Orang Kudus
Santo Gabriel Possenti, Pengaku Iman
Semasa kecilnya Gabriel dipanggil dengan nama Fransiskus, mengikuti nama Fransiskus Asisi, pelindung kotanya. la adalah anak bungsu seorang gubernur. Ibunya meninggal dunia ketika ia berumur 4 tahun. Teladan hidup ibunya sangat berpengaruh terutama dalam hal devosi kepada Bunda Maria. Sepeninggal ibunya yang terkasih itu, Bunda Maria menjadi tokoh pengganti yang sungguh dicintainya.
Pada umur 7 tahun, Fransiskus kecil telah diperkenankan untuk menerima Komuni Suci. Di sekolahnya ia dikenal sebagai seorang anak yang pintar, lucu dan suka berpakaian rapi. la juga menjadi seorang teman yang baik dan setia bagi kawan-kawannya. la selalu siap menolong kawan-kawannya, murah hati dan tidak biasa mengeluh apabila dihukum karena kesalahan teman-temannya. Sebagai siswa di Kolese Serikat Yesus, ia tetap unggul dan terus memegang sebutan "Sang Juara' dalam kelasnya. Karena pergaulannya yang ramah dan kelincahannya dalam olahraga, ia sangat disukai banyak orang.
Dalam mata pelajaran Kesusasteraan, ia sangat pandai, terutama dalam Sastera Latin. Ia sangat mahir bersyair dalam bahasa Latin. Sebagai seorang penggemar Sastera, ia terkenaI sebagai seorang pemain drama yang berbakat. Ketika duduk di kelas terakhir, ia diangkat sebagai Ketua Akademis para Siswa dan menjadi Prefek Kongregasi Maria. Sifatnya yang mengingini kesenangan-kesenangan duniawi masih tetap menonjol dalam praktek hidupnya. la suka membaca buku-buku roman, menonton sandiwara, berburu dan berdansa. Kehidupan rohani kurang diindahkannya.
Namun rencana Tuhan atas dirinya tampak jelas. Tuhan tetap membimbingnya. Pada saat Hari Raya Maria Diangkat ke Surga, 15 Agustus 1855, diadakan perarakan patung Bunda Maria mengelilingi kota Spoleta. Uskup Agung kota Spoleta sendiri membawa patung itu. Ketika itu Fransiskus mendengar suara panggilan Bunda Maria: "Fransiskus, engkau tidak diciptakan untuk dunia ini, tetapi untuk menjalani kehidupan bakti kepada Allah di dalam biara". Fransiskus mendengar suara itu dengan takut. la merenungkan kata-kata Bunda Maria itu dengan hati terharu. Semenjak saat itu tumbuhlah keinginannya untuk masuk biara. Dia tidak melamar masuk Serikat Yesus, tempat ia bersekolah, tetapi melamar masuk Kongregasi Imam-imam Passionis.
Di dalam Kongregasi Passionis inilah ia mengganti namanya dengan Gabriel. Pada tahun 1856 ia menerima jubah Kongregasl Passionis.  Namun kehidupannya di dalam biara ini tidak lama. Ia meninggal dunia pada tahun 1862 setelah berhasil menempa dirinya menjadi seorang biarawan Passionis sejati. Selama berada di biara, Gabriel sungguh menunjukkan kesungguhan dalam menata hidup rohaninya. la benar-benar mencintai Yesus Tersalib dan Bunda Maria yang berduka. Devosi kepada Bunda Maria yang telah dilakukannya semerijak kecil terus dilakukannya hingga menjadikan hidupnya suci. Kesuciannya ternyata dari banyak mujizat yang terjadi pada setiap orang yang berdoa dengan perantaraannya. Gabriel menjadi seorang tokoh panutan bagi para kaum muda.


Santo Leander, Uskup
Leander yang menjabat sebagai Uskup Sevilla, Spanyol ini adalah kakak Santo Isidorus. Adik-adiknya Santa Florentina dan Fulgentius dinyatakan kudus juga oleh Gereja. Dengan kesalehan hidupnya dan pengaruhnya yang besar, Uskup Leander berhasil menghantar kembali Raja Hermenegild dan Rekkared beserta seluruh bangsawan Wisigoth ke dalam pangkuan Gereja Katolik.
Leander yang lahir pada tahun 540 ini menghembuskan nafas penghabisan pada tahun 600 di Sevilla, Spanyol. Jabatannya sebagai uskup diambil alih oleh Isidorus adiknya.




https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-02-26 Rabu.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa VII

Rabu, 26 Februari 2025



Bacaan Pertama
Sir 4:11-19

"Orang yang mencintai kebijaksanaan, dicintai oleh Tuhan."

Pembacaan dari Kitab Putera Sirakh:

Kebijaksanaan menjunjung tinggi para anaknya,
dan menaruh perhatian pada orang yang mencarinya.
Barangsiapa mencintai kebijaksanaan mencintai kehidupan,
dan barangsiapa pagi-pagi menghadapinya akan penuh sukacita.

Barangsiapa berpaut pada kebijaksanaan mewarisi kemuliaan,
dan ia diberkati Tuhan setiap langkahnya.
Barangsiapa melayani kebijaksanaan, berbakti kepada Yang Kudus,
dan barangsiapa mencintai kebijaksanaan dicintai oleh Tuhan.
Barangsiapa mendengarkan kebijaksanaan
akan memutuskan yang adil,
dan aman sentosalah kediaman orang yang mengindahkannya.

Jika orang percaya pada kebijaksanaan niscaya ia mewarisinya,
dan keturunannya akan tetap memilikinya.
Boleh jadi ia dituntun kebijaksanaan
lewat jalan yang berbelok-belok dahulu,
sehingga ia takut dan gemetar;
boleh jadi kebijaksanaan menyiksa dia sebagai siasat
sampai dapat percaya padanya,
dan mengujinya dengan segala aturannya.

Tetapi kemudian kebijaksanaan kembali kepadanya
dengan kebaikan yang menggembirakan,
dan menyingkapkan kepadanya pelbagai rahasia.
Tetapi jika orang sampai menyimpang,
maka ia akan dibuang oleh kebijaksanaan
dan diserahkan kepada kebinasaan.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 119:165.168.171.172.174.175,R:165a

Refren: Besarlah ketenteraman orang
yang mencintai hukum-Mu, ya Tuhan.

*Besarlah ketenteraman orang-orang yang mencintai hukum-Mu,
tidak ada batu sandungan bagi mereka.

*Aku berpegang pada titah dan peringatan-peringatan-Mu,
sebab seluruh hidupku terbuka di hadapan-Mu.

*Biarlah bibirku mengucapkan puji-pujian,
sebab Engkau mengajarkan ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku.

*Biarlah lidahku menyanyikan janji-Mu,
sebab benarlah segala perintah-Mu.

*Aku rindu akan keselamatan yagn datang daripada-Mu, ya Tuhan,
dan hukum-Mu menjadi kesukaanku.

*Biarlah jiwaku hidup supaya memuji-muji Engkau,
dan biarlah hukum-hukum-Mu menolong aku.



Bait Pengantar Injil
Yoh 14:6

Akulah jalan, kebenaran dan kehidupan, sabda Tuhan.
Tiada orang sampai kepada Bapa, tanpa melalui Aku.



Bacaan Injil
Mrk 9:38-40

"Barangsiapa tidak menentang kalian, memihak kalian."

Inilah Injil Suci menurut Markus:

Pada suatu hari Yohanes berkata kepada Yesus,
"Guru, kami lihat seorang yang bukan pengikut kita,
mengusir setan demi nama-Mu.
Lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita."
Tetapi Yesus berkata,  "Jangan kalian cegah dia!
Sebab tak seorang pun
yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku,
dapat seketika itu juga mengumpat Aku.
Barangsiapa tidak melawan kita, ia memihak kita."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Bacaan Injil hari ini cukup singkat, tetapi memiliki makna yang dalam jika kita renungkan lebih lanjut. 
Yesus kembali menyoroti egoisme di antara para murid-Nya. Namun, kali ini egoisme tersebut bercampur dengan fanatisme atau bahkan sektarianisme. 

Dalam kisah ini, seseorang yang bukan bagian dari kelompok murid mengusir setan dengan kuasa Kristus.
Para murid pun keberatan, karena mereka berpikir bahwa hanya merekalah yang berhak melakukan tindakan tersebut.
Mereka merasa memiliki monopoli atas karya Allah. Sikap eksklusivitas seperti ini merupakan pemikiran yang keliru dan sempit. 

Yesus pun menegur mereka dengan tegas: *"Jangan kalian cegah dia!"* [Mrk 9:39]. 

Mengapa seseorang yang melakukan kebaikan harus dilarang? Orang yang mengusir setan dalam nama Yesus sedang melakukan kehendak Allah, meskipun ia bukan bagian dari kelompok murid.
Yesus sendiri menegaskan prinsip ini: *"Barang siapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita."* [Mrk 9:40]. 

Kita bisa menemukan banyak contoh di sekitar kita.
Ada orang-orang yang tidak beriman kepada Kristus, tetapi hidupnya mencerminkan ajaran Injil lebih baik daripada banyak orang yang mengaku sebagai pengikut-Nya.
Mereka tidak dibaptis, tetapi mereka mencintai sesama, menegakkan keadilan, dan mengupayakan kebaikan.
Apakah mereka salah? Tidak. Sebab, mereka menjalankan nilai-nilai yang sejati, yang pada akhirnya juga berasal dari Allah. 

Kitab *Putra Sirakh* pun mengajarkan bahwa kebijaksanaan menuntun manusia pada jalan yang benar: *"Ia akan datang menjumpai orang-orang yang menginginkan dia, dan akan berkenan kepada mereka yang dengan tekun mencarinya."* [Sir 4:12].
Kebijaksanaan Allah tidak terbatas pada kelompok tertentu. 

Maka dari itu, hendaklah kita tidak menjadi pengikut Kristus yang fanatik. Kita boleh memiliki semangat yang kuat (*militan*), tetapi bukan fanatisme yang menutup diri dari kebenaran di luar kelompok kita.
Fanatisme yang membutakan dapat membawa kita pada kesombongan rohani, merasa hanya kita yang benar, sementara yang lain salah. 

Iman yang sejati tidak menjauhkan kita dari sesama, tetapi justru mendekatkan kita pada mereka, sebab iman adalah hubungan kita yang mendalam dengan Allah, yang harus tercermin dalam kasih kepada sesama.



Peringatan Orang Kudus
Santo Alexandros, Pengaku Iman
Alexandros dikenal sebagai Patrik kota Alexandria, Mesir pada abad ke-4 yang gigih membela Gereja dan ajaran iman yang benar dari rongrongan bidaah Arianisme yang menyangkal ketuhanan Yesus.


Santo Didakus Carvalho, Martir
Didakus lahir di Koimbra, Portugal pada tahun 1578. Walaupun masih muda, ia senang sekali dengan kegiatan-kegiatan rohani Gereja, punya semangat merasul yang tinggi serta berhasrat menjadi misionaris di tanah misi agar bisa mengalami kejadian-kejadian "istimewa" sebagaimana dialami oleh misionaris-misionaris.
Cita-citanya ini tercapai pada tahun 1608, tatkala ia tiba di negeri Jepang sebagai seorang imam misionaris. Didakus dikenal sebagai seorang misionaris Yesuit yang unggul. la baik dan ramah kepada umatnya, tidak segan terhadap pekerjaan dan perjalanan yang sukar, dan tidak takut menderita. Semua tantangan yang menimpanya bukan alasan untuk mengabaikan tugas pelayanannya kepada umat demi keselamatan mereka dan demi kemuliaan Allah, sebagaimana terungkap di dalam semboyan serikatnya: "Ad Majorem Dei Gloriam" ("Demi Kemuliaan Allah Yang Lebih Besar").
Didakus terutama mewartakan Injil di propinsi-propinsi yang belum pernah mendengar tentang nama Yesus Kristus dan Injil-Nya, dan mendirikan gereja di wilayah-wilayah itu. Selain berkarya di Jepang, Didakus juga mewartakan Injil di negeri-negeri lain. Penangkapan dan hukuman mati atas dirinya pada tahun 1624 terjadi tatkala ia baru saja kembali dari suatu perjalanan misinya ke luar negeri.
Hukuman nlati atas dirinya berlangsung sangat keji. Ketika itu musim dingin. la dibenamkan dalam air sungai yang hampir beku. Setelah seluruh tubuhnya membeku, ia dikeluarkan lagi dari air untuk disesah hingga babak belur, lalu ditenggelamkan lagi ke dalam sungai. Namun Tuhan menyertainya. Martir suci ini, meski penderitaan hebat menimpa dirinya, ia toh tetap gembira dengan menyanyikan lagu-lagu Mazmur dan menghibur orang-orang serani yang datang menyaksikan pelaksanaan hukuman mati atas dirinya.
Setelah 12 jam lamanya mengalami penderitaan, Didakus menghembuskan nafasnya sebagai seorang martir Kristus yang gagah berani pada usianya 46 tahun.




https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-02-25 Selasa.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa VII

Selasa, 25 Februari 2025



Bacaan Pertama
Sir 2:1-11

"Bersiap-sedialah menghadapi pencobaan."

Pembacaan dari Kitab Putera Sirakh:

Anakku, jika engkau mau mengabdi kepada Tuhan,
bersiap-sedialah menghadapi pencobaan.
Tabahkanlah dan teguhkanlah hatimu.
Jangan gelisah pada waktu malang.
Berpautlah kepada Tuhan, jangan berpaling dari pada-Nya,
supaya engkau dijunjung tinggi pada akhir hidupmu.

Terimalah saja apa pun yang menimpa dirimu
dan hendaklah sabar dalam segala perubahan kehinaanmu.
Sebab emas diuji di dalam api,
tetapi orang yang dikasihi Tuhan diuji dalam kancah penghinaan.
Percayalah pada Tuhan maka Iapun menghiraukan dikau,
ratakanlah jalanmu dan berharaplah kepada-Nya.

Kalian yang takut akan Tuhan
nantikanlah belas kasihan-Nya dan jangan menyimpang,
supaya kalian jangan terjatuh.
Kalian yang takut akan Tuhan, percayalah pada-Nya,
niscaya kalian tidak akan kehilangan ganjaran.
Kalian yang takut akan Tuhan,
harapkanlah yang baik, sukacita kekal dan belas kasihan.

Ingatlah akan angkatan yang sudah-sudah, dan perhatikanlah:
pernahkah Tuhan mengecewakan orang yang berharap kepada-Nya?
Pernahkah Tuhan meninggalkan orang yang tekun bertakwa?
Pernahkah Tuhan tidak menghiraukan orang
yang berseru kepada-Nya?
Sungguh, Tuhan itu pengasih dan penyayang.
Ia mengampuni dosa dan menyelamatkan di waktu kemalangan.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 37:3-4.18-19.27-28.39-40,R:5

Refren: Percayakanlah hidupmu kepada Tuhan,
dan Ia akan bertindak.

*Percayalah kepada Tuhan dan lakukanlah yang baik,
diamlah di negeri dan berlakulah setia;
bergembiralah karena Tuhan;
maka Ia akan memenuhi keinginan hatimu.

*Tuhan mengetahui hari hidup orang saleh,
dan milik pusaka mereka akan tetap selama-lamanya;
mereka tidak akan mendapat malu sewaktu ditimpa kemalangan,
dan pada hari-hari kelaparan mereka akan menjadi kenyang.

*Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik,
maka engkau memiliki tempat tinggal yang abadi;
sebab Tuhan mencintai kebenaran,
dan tidak meninggalkan orang-orang yang dikasihi-Nya.
Orang-orang yang berbuat jahat akan binasa
dan anak cucu orang-orang fasik akan dilenyapkan.

*Orang-orang benar akan diselamatkan oleh Tuhan;
Dialah tempat perlindungan mereka pada waktu kesesakan;
Tuhan menolong dan meluputkan mereka,
dari tangan orang-orang fasik;
Tuhan menyelamatkan mereka,
sebab mereka berlindung pada-Nya.



Bait Pengantar Injil
Gal 6:14

Tiada yang kubanggakan, selain salib Tuhan.
Karenanya dunia tersalib bagiku dan aku bagi dunia.



Bacaan Injil
Mrk 9:30-37

"Barangsiapa ingin menjadi yang pertama,
hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya."

Inilah Injil Suci menurut Markus:

Pada suatu hari Yesus dan murid-murid-Nya melintasi Galilea.
Yesus tidak mau hal itu diketahui orang,
sebab Ia sedang mengajar murid-murid-Nya.
Ia berkata kepada mereka,
"Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia,
dan mereka akan membunuh Dia.
Tetapi tiga hari setelah dibunuh, Ia akan bangkit."
Mereka tidak mengerti perkataan itu,
namun segan menanyakannya kepada Yesus.
Kemudian Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Kapernaum.
Ketika sudah berada di rumah
Yesus bertanya kepada para murid itu,
"Apa yang kalian perbincangkan tadi di jalan?"
Tetapi mereka diam saja,
sebab di tengah jalan tadi mereka mempertengkarkan
siapa yang terbesar di antara mereka.
Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu.
Kata-Nya kepada mereka,
"Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu,
hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya
dan menjadi pelayan semuanya."

Yesus lalu mengambil seorang anak kecil ke tengah-tengah mereka.
Kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka,
"Barangsiapa menerima seorang anak seperti ini demi nama-Ku,
ia menerima Aku.
Dan barangsiapa menerima Aku,
sebenarnya bukan Aku yang mereka terima,
melainkan Dia yang mengutus Aku."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Mari kita lanjutkan renungan tentang *penebalan* iman kita. 
Kemarin, kita telah merenungkan bahwa meragukan Allah Bapa—apalagi sampai menuntut pembuktian dari-Nya—adalah tanda tipisnya iman kita. 
Hari ini, kita melihat bahwa egoisme, yakni mendahulukan kepentingan diri sendiri, akan melunturkan ketergantungan kita kepada Allah Bapa. 

Berorientasi kepada diri sendiri dapat mengenyampingkan Allah, atau bahkan mengabaikan-Nya, terutama jika kita menggunakan ukuran duniawi sebagai tolok ukur keberhasilan. 
Siapa yang terbesar? Siapa yang lebih hebat? Siapa yang lebih kaya? Dan seterusnya. 

Namun, jika kita menggunakan ukuran surgawi, maka pertanyaan yang muncul akan berbeda, misalnya: 
Siapa yang dosanya paling sedikit? Siapa yang paling banyak menjalankan perintah Injil? Dan sebagainya. 

Pada dasarnya, tidaklah salah memiliki keinginan untuk menjadi yang pertama atau yang terbesar, asalkan kita tidak menggunakan ukuran duniawi, melainkan ukuran surgawi. 
Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali diadakan berbagai perlombaan, misalnya lomba memasak, olahraga, dan sebagainya. 
Semua itu menggunakan standar duniawi. 

Ada pula lomba yang terkesan bersifat rohani, namun belum tentu sepenuhnya mencerminkan nilai-nilai surgawi, misalnya lomba lektor atau menyanyikan mazmur. 
Rasanya belum pernah ada perlombaan yang benar-benar mencerminkan nilai surgawi, seperti *lomba paling banyak berbuat kebaikan* atau *lomba paling sedikit melakukan dosa*. 
Lomba semacam ini tentu sulit diadakan karena ukurannya sangat subjektif—siapa yang bisa menjadi jurinya? 

Maka dari itu, Yesus berpesan kepada kita: 

*"Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan menjadi pelayan semuanya."* [Mrk 9:35] 

Menjadi yang terbesar dalam Kerajaan Allah bukanlah tentang siapa yang paling mahir memahami Injil, melainkan siapa yang paling banyak *menjalankan* Injil. 
Menjalankan Injil bukanlah urusan kepala (pikiran), melainkan urusan hati.



Peringatan Orang Kudus
Santa Walburga, Abbas
Walburga lahir pada tahun 710 di Devonshire, lnggris.  Saudari Santo Winebald dan Willibald ini masih mempunyai hubungan keluarga dengan Santo Bonifasius yang dikenal sebagai "Rasul bangsa Jerman".
Ketika berumur 11 tahun, Walburga dididik di biara Benediktin, Wimborne di Dorsetshire, lnggris. Kemudian dia diterima sebagai anggota dari biara itu. la tetap tinggal di biara Wimborne sampai tahun 748 sambil membantu Santo Bonifasius mendirikan biara-biara di beberapa daerah Jerman yang baru dikristenkan. Kemudian ia pergi ke Jerman dan menjadi abbas untuk para biarawati yang mendiami biara Benediktin di Heidenheim yang didirikan oleh saudaranya Santo Winebald. Sesudah Winebald meninggal dunia pada tahun 761. Walburga menjadi abbas untuk seluruh blara yang ada di Jerman. Ia melayani biara-biara ini hingga kematiannya pada tahun 779 di Heidenheim. Jerman.
Semenjak abad kesembilan, nama Walburga terkenal luas di kalangan umat Jerman karena semacam "minyak pengobat penyakit yang mengalir dari batu padas di bawah tempat duduknya di gereja Salib Suci Eichstatt, Jerman. Minyak ini dapat menyembuhkan berbagai penyakit.




https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-02-24 Senin.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa VII

Senin, 24 Februari 2025



Bacaan Pertama
Sir 1:1-10

"Kebijaksanaan diciptakan sebelum segala-galanya."

Pembacaan dari Kitab Putera Sirakh:

Segala kebijaksanaan berasal dari Tuhan
dan ada pada-Nya selama-lamanya.
Siapa dapat menghitung pasir di pantai,
titik-titik air hujan, atau hari-hari segala abad?
Siapa dapat menduga tingginya langit,
luasnya bumi, dalamnya samudera atau dalamnya kebijaksanaan?
Kebijaksanaan diciptakan sebelum segalanya,
dan pengertian yang arif sejak dahulu kala.

Kepada siapakah pangkal kebijaksanaan telah disingkapkan,
dan siapakah mengenal segala akalnya?
Hanyalah Satu yang bijaksana, teramat menggetarkan,
yaitu Yang bersemayam di atas singgasana-Nya.
Tuhan sendirilah yang menciptakan kebijaksanaan.
Ia melihatnya serta membilangnya.
Segala ciptaan-Nya Ia penuhi dengan kebijaksanaan.
Setiap makhluk menerimanya sekedar pemberian Tuhan.
Ia membagikannya kepada orang yang mencintai-Nya.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 93:1ab.1ac-2.5,R:1a

Refren: Tuhan adalah Raja, Ia berpakaian kemegahan.

*Tuhan adalah Raja, Ia berpakaian kemegahan,
dan kekuatanlah ikat pinggang-Nya.

*Sungguh, telah tegaklah dunia, tidak lagi goyah.
takhta-Mu tegak sejak dahulu kala,
dari kekal Engkau ada.

*Peraturan-Mu sangat teguh;
bait-Mu berhiaskan kekudusan, ya Tuhan,
sepanjang masa!



Bait Pengantar Injil
2Tim 1:10b

Yesus Kristus, Penebus kita, telah membinasakan maut,
dan menerangi hidup dengan Injil.



Bacaan Injil
Mrk 9:14-29

"Aku percaya, ya Tuhan! 
Tolonglah aku yang kurang percaya ini."

Inilah Injil Suci menurut Markus:

Pada suatu hari Yesus bersama Petrus, Yakobus dan Yohanes,
turun dari gunung,
lalu kembali pada murid-murid lain.
Mereka melihat orang banyak mengerumuni para murid itu,
dan beberapa ahli Taurat sedang mempersoalkan  sesuatu
dengan mereka.
Ketika melihat Yesus,
orang banyak itu tercengang-cengang semua
dan bergegas menyambut Dia.
Yesus lalu bertanya kepada mereka,
"Apa yang kamu persoalkan dengan mereka?"
Kata seorang dari orang banyak itu,
"Guru, anakku ini kubawa kepada-Mu
karena ia kerasukan roh yang membisukan dia.
Setiap kali roh itu menyerang, anakku dibantingnya ke tanah.
Lalu mulutnya berbusa, giginya bekertakan,
dan tubuhnya menjadi kejang.
Aku sudah minta kepada murid-murid-Mu,
supaya mereka mengusir roh itu,
tetapi mereka tidak dapat."

Maka kata Yesus kepada mereka,
"Hai kamu angkatan yang tidak percaya,
berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu?
Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu?
Bawalah anak itu ke mari!"
Lalu mereka membawanya kepada Yesus.
Dan ketika roh itu melihat Yesus,
anak itu segera digoncang-goncangnya,
dan anak itu terpelanting di tanah dan terguling-guling,
sedang mulutnya berbusa.

Kemudian Yesus bertanya kepada ayah anak itu,
"Sudah berapa lama ia mengalami ini?"
Jawabnya, "Sejak masa kecilnya!
Seringkali roh itu menyeretnya ke dalam api atau ke dalam air
untuk membinasakannya.
Sebab itu, jika Engkau dapat berbuat sesuatu,
tolonglah kami dan kasihanilah kami."
Jawab Yesus, "Katamu, 'jika Engkau dapat?'
Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!"
Segera ayah anak itu berteriak.
"Aku percaya! Tolonglah aku yang tidak percaya ini!"
Ketika Yesus melihat makin banyak orang yang datang berkerumun,
Yesus menegur roh jahat itu dengan keras, kata-Nya,
"Hai kau roh yang menyebabkan orang menjadi bisu dan tuli,
Aku memerintahkan engkau:
Keluarlah dari anak ini, dan jangan memasukinya lagi!"
Lalu keluarlah roh itu sambil berteriak
dan menggoncang-goncangkan anak itu dengan hebatnya.
Anak itu kelihatannya  seperti orang mati,
sehingga banyak orang mengatakan, "Ia sudah mati."
Tetapi Yesus memegang tangannya dan membangunkannya,
lalu ia bangkit sendiri.

Ketika Yesus sudah di rumah,
dan murid-murid-Nya sendirian dengan Dia,
bertanyalah mereka,
"Mengapa kami tidak dapat mengusir roh itu?"
Jawab Yesus,
"Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Mari kita awali minggu ini dengan berusaha menebalkan iman kita agar semakin sungguh-sungguh percaya kepada Kristus. 

Dalam Bacaan Injil hari ini dikisahkan tentang seseorang yang membawa anaknya kepada Yesus. 
Anaknya kerasukan roh jahat, dan sebelumnya telah dicoba untuk disembuhkan oleh para murid Yesus, tetapi mereka gagal. 
Mari kita perhatikan apa yang terjadi. 

Orang itu datang membawa anaknya kepada Yesus karena ia memiliki harapan akan pertolongan bagi anaknya. 
Namun, ia tidak menemukan Yesus karena Yesus sedang naik ke gunung bersama ketiga murid utama-Nya. 
Mungkin hal ini sedikit menyurutkan semangatnya. Bisa jadi ia berpikir, "Tiada rotan, akar pun berguna," dan akhirnya meminta tolong kepada murid-murid-Nya saja. 
Lagi pula, ia tentu pernah melihat bagaimana para murid menyembuhkan orang-orang, walaupun Yesus tidak ada di antara mereka. 

Inilah kesalahan yang sering kali terjadi—kita berpegang pada prinsip "Tiada rotan, akar pun berguna."
Padahal, kita seharusnya percaya sepenuhnya kepada Allah Bapa, tanpa keragu-raguan sedikit pun. 
Allah Bapa adalah satu-satunya penolong sejati, dan tidak ada ceritanya Allah "sedang tidak di tempat." 
Allah selalu hadir, 24 jam sehari, 7 hari seminggu. 
Kita bisa datang kepada-Nya dalam doa kapan saja—pagi, siang, atau larut malam—karena Allah selalu ada. 

Selanjutnya, ketika kita merasa mengalami kegagalan, sering kali harapan kita melemah, dan iman kita pun ikut menipis. 
Ini berbahaya. 
Iman kita seharusnya semakin hari semakin tebal, bukan semakin tipis seperti kulit ari. 
Apakah kita benar-benar berpikir bahwa Allah Bapa bisa gagal? 

Mari kita perhatikan kata-kata orang yang membawa anaknya itu. 
Ia berkata kepada Yesus, "Jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami." 
Kalimat ini jelas mencerminkan keragu-raguannya. 
Ia berkata, "Jika Engkau dapat berbuat sesuatu..." 
Jelas Yesus dapat melakukan apa saja yang dikehendaki-Nya—tidak perlu diragukan lagi. 

Jika kita tidak percaya, lalu menuntut pembuktian, itu berarti kita kurang percaya. 
Mari kita bandingkan dengan kisah seorang penderita kusta yang datang kepada Yesus dalam [Mrk 1:40-45]. 
Pada masa itu, penyakit kusta dianggap tidak ada obatnya, sehingga hanya mukjizat yang bisa menyembuhkannya. 
Orang itu datang kepada Yesus dengan perjuangan besar, karena menurut hukum, seorang kusta harus dikucilkan. 
Setelah berhasil sampai di hadapan Yesus, ia berlutut—tanda kerendahan hati—dan berkata, "Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku." 
Ia tidak berkata, *"Kalau Engkau dapat..."* melainkan *"Kalau Engkau mau..."* 
Artinya, ia percaya sepenuhnya bahwa Yesus bisa menyembuhkannya, jika Yesus berkenan. 

Bahkan Yesus sendiri tidak pernah memaksa Bapa-Nya atau menuntut pembuktian dari-Nya. 
Kita bisa melihat ini dalam doa-Nya di taman Getsemani [Luk 22:39-46], menjelang penderitaan-Nya yang mengerikan. 
Yesus berdoa, "Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi." 
Yesus tunduk sepenuhnya kepada Bapa-Nya, dengan berkata *"Jikalau Engkau mau..."* 

Nah, marilah kita perbaiki relasi kita dengan Allah Bapa kita. 
Mari kita menebalkan iman kita, jangan terus-menerus ragu, jangan menuntut bukti apa pun. 
Kita boleh memohon, tetapi tetap Allah Bapa yang menentukan segalanya.



Peringatan Orang Kudus
Santo Montanus dan Lucius dkk, Martir
Para martir suci: Montanus dan Lucius bersama kawan-kawannya, yaitu Flavianus, Yulianus, Viktorikus. Quartillosia, Viktor, Donatian, Primolus dan Renus, dipenjarakan di Kartago (Tunisia) karena berpegang teguh pada imannya akan Kristus. Selama mendekam di dalam penjara mereka kekurangan makanan dan minuman sehingga beberapa dari antara mereka mati. Sebagian yang lain kemudian diseret ke tempat penjagalan.




https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-02-23 Minggu.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Minggu Biasa VII

Minggu, 23 Februari 2025



Bacaan Pertama
1Sam 26:2.7-9.12-13.22-23

"Tuhan menyerahkan engkau ke dalam tanganku,
tetapi aku tidak mau menjamah."

Pembacaan dari Kitab Pertama Samuel:

Pada waktu itu
berkemaslah Saul dan turun ke padang gurun Zif
dengan tiga ribu orang yang terpilih dari orang Israel
untuk mencari Daud di padang gurun itu.

Pada suatu malam ,
ketika Saul dan para pengiringnya sedang tidur,
datanglah Daud dengan Abisai ke tengah mereka.
Dan tampaklah di sana
Saul berbaring tidur di tengah-tengah perkemahan,
dengan tombaknya terpancang di tanah pada sebelah kepalanya,
sedang Abner dan rakyat berbaring sekelilingnya.
Lalu berkatalah Abisai kepada Daud,
"Pada hari ini Allah telah menyerahkan musuhmu!
Oleh sebab itu izinkanlah kiranya
aku menancapkan dia ke tanah dengan tombak ini.
Sekali tikam saja sudah cukup,
tidak usah dia kutancapkan dua kali."
Tetapi kata Daud kepada Abisai,
"Jangan memusnahkan dia,
sebab siapakah yang dapat menjamah orang yang diurapi Tuhan,
dan bebas dari hukuman?"

Kemudian Daud mengambil tombak dan kendi raja dari sebelah kepala Saul,
lalu mereka pergi.
Tidak ada yang melihatnya, tidak ada yang mengetahuinya,
tidak ada yang terbangun, sebab sekaliannya tidur;
Tuhan telah membuat mereka tidur lelap.
Setelah Daud sampai ke seberang,
berdirilah ia jauh-jauh di puncak gunung,
sehingga ada jarak yang besar antara dia dan mereka.
Lalu Daud berseru kepada Raja Saul,
"Inilah tombak Tuanku Raja!
Baiklah salah seorang dari para pengiring Tuanku menyeberang untuk mengambilnya.
Tuhan akan membalas kebenaran dan kesetiaan setiap orang,
sebab pada hari ini Tuhan menyerahkan Tuanku ke dalam tanganku,
tetapi aku tidak mau menjamah orang yang diurapi Tuhan."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 103:1-2.3-4.8.10.12-13,R:8a

Refren: Tuhan itu pengasih dan penyayang.

*Pujilah Tuhan, hai jiwaku!
Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku!
Pujilah Tuhan, hai jiwaku,
janganlah lupa akan segala kebaikan-Nya!

*Dialah yang mengampuni segala kesalahanmu,
yang menyembuhkan segala penyakitmu!
Dialah yang menebus hidupmu dari liang kubur,
dan memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat!

*Tuhan adalah pengasih dan penyayang,
panjang sabar dan berlimpah kasih setia.
Tidak pernah Ia memperlakukan kita setimpal dengan dosa kita,
atau membalas kita setimpal dengan kesalahan kita.

*Sejauh timur dari barat,
demikian pelanggaran-pelanggaran kita dibuang-Nya.
Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya,
demikian Tuhan sayang kepada orang-orang yang takwa.



Bacaan Kedua
1Kor 15:45-49

"Seperti kita kini mengenakan rupa dari manusia yang alamiah,
demikian pula kita akan mengenakan rupa dari yang surgawi."

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus:

Saudara-saudara,
seperti ada tertulis,
"Manusia pertama, Adam, menjadi makhluk yang hidup",
tetapi Adam yang akhir menjadi Roh yang menghidupkan.
Yang mula-mula datang bukanlah yang rohaniah,
melainkan yang alamiah;
barulah kemudian datang yang rohaniah.
Manusia pertama berasal dari debu tanah dan bersifat jasmani,
manusia kedua berasal dari surga.
Makhluk-makhluk alamiah sama dengan yang berasal dari debu tanah,
dan makhluk-makhluk surgawi sama dengan Dia yang berasal dari surga.
Jadi seperti kini kita mengenakan rupa dari manusia yang alamiah,
demikian pula kita akan mengenakan rupa dari yang surgawi.

Demikianlah sabda Tuhan.



Bait Pengantar Injil
Yoh 13:34

Aku memberikan perintah baru kepadamu, sabda Tuhan,
yaitu supaya kamu saling mengasihi,
sama seperti Aku telah mengasihi kamu.



Bacaan Injil
Luk 6:27-38

"Hendaklah kamu murah hati
sebagaimana Bapamu murah hati adanya."

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Sekali peristiwa
Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya,
"Dengarkanlah perkataan-Ku ini:
Kasihilah musuhmu,
berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu.
Mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu.
Berdoalah bagi orang yang mencaci kamu.
Bila orang menampar pipimu yang satu,
berikanlah juga pipimu yang lain.
Bila orang mengambil jubahmu,
biarkan juga ia mengambil bajumu.
Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu,
dan janganlah meminta kembali
dari orang yang mengambil kepunyaanmu.
Sebagaimana kamu kehendaki orang perbuat kepadamu,
demikian pula hendaknya berbuat kepada mereka.
Kalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu?
Orang-orang berdosa pun
mengasihi orang-orang yang mengasihi mereka.
Kalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepadamu, apakah jasamu?
Orang-orang berdosa pun berbuat demikian.
Dan kalau kamu memberikan pinjaman kepada orang
dengan harapan akan memperoleh sesuatu dari padanya, apakah jasamu?
Orang-orang berdosa pun meminjamkan kepada orang-orang berdosa,
supaya mereka menerima kembali sama banyak.

Tetapi kamu,
kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka
dan berilah pinjaman tanpa mengharapkan balasan;
maka ganjaranmu akan besar,
dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi.
Sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih
dan terhadap orang-orang jahat.
Hendaklah kamu murah hati,
sebagaimana Bapamu murah hati adanya.

Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi.
Dan janganlah kamu menghukum,
maka kamu pun tidak akan dihukum.
Ampunilah, maka kamu akan diampuni.
Berilah, maka kamu akan diberi.
Suatu takaran yang baik,
yang dipadatkan, yang digoncang dan tumpah ke luar,
akan dicurahkan ke pangkuanmu.
Sebab ukuran yang kamu pakai akan diukurkan pula kepadamu."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Marilah kita merenungkan makna "murah hati" sebagaimana diajarkan dalam Injil Lukas 6:27–38, serta mengaitkannya dengan teladan yang terdapat dalam 1 Samuel 26 dan kebenaran hidup yang diungkapkan dalam 1 Korintus 15:45–49.

Murah hati bukan berarti "murah" apalagi murahan, melainkan tentang kesediaan untuk menolong dan memberi kepada sesama tanpa mengharapkan imbalan.
Yesus mengajarkan bahwa kasih yang sejati harus melampaui batas logika duniawi—mengasihi musuh, mendoakan orang yang mencaci, bahkan jika kita harus "memberi pipi yang lain" atau "menyerahkan baju yang lain."
Tuntutan seperti ini sangat menantang, karena secara alami kita cenderung membalas kebaikan dengan kebaikan dan keburukan dengan keburukan.
Namun, dengan memilih untuk tidak terjebak dalam siklus kebencian, kita membuka pintu bagi kasih yang tulus dan pengampunan yang menyembuhkan.

Dalam kisah 1 Samuel 26, kita menemukan contoh nyata kemurahan hati melalui sikap Daud terhadap raja Saul.
Walaupun Daud memiliki kesempatan untuk membalas kejahatan—untuk mengambil nyawa Saul, yang seharusnya menjadi musuh besar—ia memilih untuk menyelamatkan Saul dan menunjukkan belas kasihan.
Tindakan Daud ini mencerminkan prinsip kasih yang tidak terikat oleh dendam atau keinginan balasan.
Ia menunjukkan bahwa kemurahan hati sejati adalah tentang menahan diri dan mengutamakan kebaikan yang lebih tinggi, meskipun harus menghadapi ancaman atau kebencian.

Dalam 1 Korintus 15:45–49, kita diajak merenungkan perbedaan mendasar antara Adam, manusia pertama yang membawa sifat duniawi, dengan Kristus, "Adam yang terakhir" yang menghidupkan dengan semangat baru.
Kehidupan dalam Kristus menuntut kita untuk meninggalkan naluri balas dendam dan keinginan untuk membalas keburukan.
Melalui kasih yang tulus dan anugerah-Nya, kita dipanggil untuk mengadopsi karakter yang benar-benar baru—sifat yang melampaui batasan alami, mengedepankan pengampunan dan kemurahan hati, bahkan kepada mereka yang tidak layak menurut standar dunia.

Sebagai pengikut Kristus, kita ditantang untuk mewujudkan kasih yang tidak pilih kasih.
Meskipun sulit untuk mendoakan atau berbuat baik kepada orang yang menyakiti kita, Yesus menuntun kita untuk tidak terjebak dalam lingkaran kebencian.
Bila kita membalas kebencian dengan kebencian, bukan hanya orang lain yang tersakiti, tetapi jiwa kita pun akan terjerat dalam kepahitan.
Sebaliknya, dengan memberikan kebaikan tanpa pamrih—seperti teladan Daud yang menahan diri untuk tidak membalas dendam—kita membuka jalan bagi pembaruan batin dan transformasi kehidupan.

Ingatlah pula bahwa perbuatan baik bukanlah sesuatu yang perlu dipamerkan.
Seperti yang diajarkan Yesus dalam Matius 6:3, kebaikan yang tulus tidak perlu diketahui orang lain, karena Allah yang melihat dengan mata hati akan memperhitungkan setiap perbuatan kasih yang dilakukan dengan ikhlas.

Melalui ajaran Yesus, contoh Daud, dan panggilan untuk hidup baru dalam Kristus, kita diundang untuk mengubah cara pandang dan sikap kita terhadap orang lain.
Marilah kita memilih untuk hidup dengan kemurahan hati yang sejati—memberi tanpa pamrih, mengasihi tanpa syarat, dan menjadi agen perubahan yang membawa terang kasih dalam dunia yang sering kali gelap oleh kebencian.



Peringatan Orang Kudus
Santo Polykarpus, Uskup dan Martir
Polykarpus adalah seorang Uskup Gereja perdana di Smyrna (Turki). Murid Santo Yohanes Penginjil ini memimpin Gereja di Smyrna sampai meletusnya kekacauan yang didalangi oleh para musuh Gereja pada tahun155. la sendiri pun ditangkap oleh orang-orang itu.
Ketika ditangkap, ia tidak memberikan perlawanan apa pun, bahkan ia tersenyum dan menjamu para penangkapnya dengan makanan yang lezat. Kepada mereka, ia berkata: "Jadilah kehendak Tuhan atas diriku". la memohon agar kepadanya diberikan waktu sedikit untuk berdoa. Setelah itu, ia dibelenggu dan diarak di tengah-tengah orang banyak menuju kediaman prokonsul untuk diadili.
Sewaktu diadili, prokonsul dengan keras memaksanya untuk menghojat Kristus dan mempersembahkan korban kepada dewa-dewa Romawi. la dengan tegas berkata: "Sudah delapanpuluh enam tahun saya mengabdi Kristus, dan tidak pernah saya alami bahwa Kristus berbuat salah kepadaku. Bagaimana mungkin saya menghojat Raja dan Penyelamatku? Tuhanku Yesus Kristus tidak saja berkata "bertahanlah dan teguhlah dalam imanmu; cintailah sesamamu; berbelaskasihlah kepada sesamamu, dan bersatulah di dalam kebenaran, melainkan juga Dirinya sendiri dijadikan contoh yang mencolok mata tentang semuanya itu" ".
Mendengar kata-kata Polykarpus itu, prokonsul berang dan segera menjatuhkan hukuman bakar atas diri Polykarpus. Hukuman ini tidak sedikitpun menggentarkan hati Polykarpus, karena ia tahu bahwa kebenaran ada di pihaknya. la bahkan mensyukuri peristiwa tragis ini.
Berita pembunuhan atas diri Polykarpus ini tersebar ke seluruh umat Smyrna. Seluruh umat memang menyesalkan tindakan brutal prokonsul itu tetapi mereka tidak patah semangat untuk tetap mengimani Kristus. Mereka saling meneguhkan dengan mengedarkan selebaran berikut: "Kristus kita sembah karena Dia adalah Putra Allah. Para martir kita sayangi sebagai murid Kristus karena imannya yang tak terperikan kepada Kristus, Raja dan Tuhan, hingga titik darah penghabisan. Semoga kita pun menjadi kawan dan rekan mereka dalam menanggung semua penderitaan yang ditimpakan kepada kita".
Di atas kubur Polykarpus, mereka menulis: "Dirimu kami cintai melebihi berlian, kami sayangi melebihi emas permata, dan kami baringkan tubuhmu yang suci di tempat yang layak bagimu. Di tempat ini ingin kami berkumpul dengan gembira untuk merayakan ulang tahun wafatmu sebagai martir Kristus yang jaya ".


Santo Willigis, Pengaku Iman
Willigis adalah seorang anak dari orang kebanyakan; namun ia berhasil menjadi kanselir tiga orang kaisar Jerman. Negarawan bijaksana ini berhasil menjaga keamanan seluruh negeri.  Sebagai Uskup Mainz dan wakil Paus, ia mengangkat uskup-uskup yang baik, mendirikan gereja- gereja dan membangun banyak jembatan. la membangun sekolah-sekolah untuk memajukan ilmu. Willigis menegakkan tata tertib dan memajukan kegiatan penghonnatan kepada Tuhan.




https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-02-22 Sabtu.

Liturgia Verbi (C-I)
Pesta Takhta S. Petrus, Rasul

Sabtu, 22 Februari 2025



Bacaan Pertama
1Ptr 5:1-4

"Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu."

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Petrus:

Saudara-saudara terkasih,
sebagai teman penatua dan saksi penderitaan Kristus,
yang juga akan mendapat bagian dalam kemuliaan
yang akan dinyatakan kelak,
aku menasihati para penatua di antara kamu:
Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu,
jangan dengan terpaksa,
tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah,
dan jangan karena mau mencari keuntungan,
tetapi dengan pengabdian diri.
Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah
atas mereka yang dipercayakan kepadamu,
tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu.
Maka, apabila Gembala Agung datang,
kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 23:1-3a.3b-4.5.6,R:1

Refren: Tuhan gembalaku, aku takkan berkekurangan.

*Tuhan gembalaku, aku takkan berkekurangan.
Ia membaringkan daku di padang rumput yang hijau.
Ia membimbing aku ke air yang tenang,
dan menyegarkan daku.
Ia menuntun aku di jalan yang lurus,
demi nama-Nya yang kudus.

*Sekalipun berjalan dalam lembah yang kelam,
aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku.
Tongkat gembalaan-Mu,
itulah yang menghibur aku.

*Engkau menyediakan hidangan bagiku,
di hadapan segala lawanku.
Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak,
pialaku penuh berlimpah.

*Kerelaan dan kemurahan-Mu mengiringi aku
seumur hidupku.
Aku akan diam dalam rumah Tuhan
sepanjang masa.



Bait Pengantar Injil
Mat 16:18

Engkau adalah Petrus,
di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku,
dan alam maut tidak akan menguasainya.



Bacaan Injil
Mat 16:13-19

"Engkau adalah Petrus,
dan di atas batu karang ini akan Kudirikan jemaat-Ku."

Inilah Injil Suci menurut Matius:

Sekali peristiwa
Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi.
Ia bertanya kepada murid-murid-Nya,
"Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?"
Jawab mereka,
"Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis,
ada juga yang mengatakan: Elia,
dan ada pula yang mengatakan: Yeremia
atau salah seorang dari para nabi."

Lalu Yesus bertanya kepada mereka,
"Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?"
Maka jawab Simon Petrus,
"Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!"
Kata Yesus kepadanya,
"Berbahagialah engkau Simon bin Yunus,
sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu,
melainkan Bapa-Ku yang di surga.
Dan Aku pun berkata kepadamu:
Engkau adalah Petrus,
dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku,
dan alam maut tidak akan menguasainya.
Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga.
Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di surga,
dan apa yang kaulepaskan di dunia ini
akan terlepas di surga."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Hari ini, Gereja merayakan *Pesta Takhta Santo Petrus, Rasul*, sebuah peringatan akan otoritas dan peran Santo Petrus sebagai wakil Kristus di dunia serta gembala tertinggi bagi umat-Nya.
Pesta ini bukan merayakan sebuah kursi fisik, tetapi lebih kepada simbol kepemimpinan Petrus yang diberikan oleh Yesus sendiri.
Sementara *Hari Raya Santo Petrus dan Paulus* pada tanggal 29 Juni memperingati kedua rasul besar ini bersama-sama, *Pesta Takhta Santo Petrus* secara khusus menekankan peran Petrus sebagai dasar yang kokoh bagi Gereja dan pemegang kunci Kerajaan Surga. 

Sebelum dipanggil oleh Yesus, ia bernama Simon.
Namun, Yesus memberinya nama Petrus, yang berarti "batu". Meskipun ia bukan batu karang yang besar, tetapi ia adalah batu yang kokoh karena imannya yang teguh.
Hal ini nyata dalam pernyataan imannya yang luar biasa, "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!"  [Mat 16:16]. 
Yesus sendirilah Batu Karang sejati, *batu penjuru* yang menopang Gereja.
Namun, Ia memilih Petrus untuk mengambil bagian dalam fondasi ini, memberikan kepadanya *kunci Kerajaan Surga*, sebuah kuasa yang luar biasa.
Yesus menegaskan, *"Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di surga, dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di surga."* (Mat 16:19). 

Salah satu kuasa terbesar yang diberikan kepada Petrus adalah kuasa untuk mengampuni dosa. Dosa yang diampuni di dunia ini akan diampuni juga oleh Bapa di Surga.
Ini menunjukkan betapa besar rahmat dan belas kasih Tuhan bagi manusia yang bertobat. Dosa-dosa kita tidak akan diingat lagi ketika kita sungguh-sungguh menyesal dan memohon pengampunan melalui Sakramen Tobat yang diwariskan kepada para penerus Petrus, yakni para paus dan para imam. 

Namun, rahmat pengampunan ini tidak boleh disalahgunakan. Yesus berulang kali mengingatkan kita, *"Jangan berbuat dosa lagi."* [Yoh 8:11].
Pengampunan bukanlah sekadar rutinitas bolak-balik seperti setrika yang tanpa perubahan sejati. Jika kita benar-benar menyesal, kita harus berusaha meninggalkan dosa dan hidup dalam pertobatan. 

Santo Petrus sendiri, dalam suratnya kepada para penatua Gereja, menekankan tanggung jawab seorang gembala: "Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah..." [1Ptr 5:2].
Kepemimpinan dalam Gereja adalah panggilan untuk melayani dengan rendah hati, bukan untuk mencari keuntungan pribadi, tetapi untuk menuntun umat kepada keselamatan dalam Kristus. 

Hari ini, kita diundang untuk bersyukur atas kepemimpinan yang telah diwariskan dari Santo Petrus hingga para paus di zaman kita sekarang.
Marilah kita memperbarui pertobatan kita dengan sungguh-sungguh, menyadari bahwa kunci Kerajaan Surga telah diberikan kepada Gereja untuk membimbing kita menuju keselamatan.
Jangan tunda pertobatan, karena pengampunan Tuhan selalu tersedia bagi mereka yang datang dengan hati yang tulus.



Peringatan Orang Kudus
Santo Petrus  (Pesta Takhta Suci Santo Petrus)
Menurut cerita lisan yang beredar di kalangan Gereja, Santo Petrus yang diberi kuasa oleh Yesus untuk memimpin Gereja mendirikan dua buah takhta keuskupan. Yang pertama didirikan di Antiokia, di tengah-tengah kaum Yahudi dan orang-orang kafir pada tahun 35. Di sana Petrus memimpin, jemaatnya selama tujuh tahun. Setelah dua kali me- ngunjungi Roma, maka pada tahun 65 ia menetap di sana sebagai Uskup pertama.
Maksud pesta Takhta Suci Santo Petrus ini ialah untuk menghormati Petrus sebagai Wakil Kristus dan Gembala tertinggi Gereja yang mempunyai kuasa rohani atas segenap anggota Gereja dan semua Gereja setempat. Kuasa Petrus ini - yang lazim disebut Primat Petrus - diberikan langsung oleh Yesus sebelum kenaikanNya ke surga (Yoh 21: 15-19).


Santa Margaretha dari Cortona, Pengaku iman
Margaretha tergolong gadis yang malang hidupnya terlebih-lebih setelah ibunya meninggal. Gaya hidupnya sembrono tanpa kendali. Nasehat-nasehat saleh dari ibunya tidak lagi dituruti. Demikian pula kewajiban-kewajiban agama. Gejolak remajanya tak kuasa dikendalikannya. la bergaul dan bersenang-senang dengan pemuda-pemuda tanggung yang buruk akhlaknya. Pada usia 16 tahun, ia mengikuti seorang pemuda bangsawan ke Montepulsiano. Di sana ia hidup bersama pemuda itu sebagai istri selir.
Pada suatu hari ia mengikuti anjing kesayangan tuannya, yang menunjukkan tanda-tanda aneh tentang suatu kejadian. Sampai di suatu tempat, anjing itu berhenti sambil menyalak-nyalak. Ternyata di situ tergeletaklah pemuda bangsawan itu dalam keadaan berlumuran darah dan tak bernyawa lagi. Pemuda itu dibunuh oleh orang yang tak dikenal. Karena peristiwa ini, Margaretha diusir dari istana bersama dengan anaknya. la pergi ke rumah ibu tirinya tetapi di sana ia tidak diterima. Setelah luntang-lantung beberapa hari, ia lalu pergi ke biara Suster-suster Santo Fransiskus untuk minta perlindungan. Di biara itu ia diterima.
Di biara inilah, Margaretha mulai menyadari kebejatan hidupnya. la bertobat dan berniat untuk meninggalkan perbuatan-perbuatannya yang bejat itu. Pada suatu hari minggu ia pergi ke kampung halamannya, Laviano, untuk berdoa di gereja dan mengakui dosa-dosanya.
Setelah mengalami banyak percobaan batin yang berat, akhirnya ia diterima sebagai anggota Ordo Ketiga Santo Fransiskus. Keanggotaannya di dalam ordo ini sungguh suatu anugerah Tuhan baginya. la mulai menata hidupnya secara baru dalam doa dan karya-karya amal. Akhirnya ia sendiri mendirikan sebuah rumah sakit untuk orang-orang miskin. Anaknya sendiri menjadi seorang imam dalam Ordo Santo Fransiskus. Margaretha meninggal dunia pada tahun 1297 di Cortona.




https://liturgia-verbi.blogspot.com/