Liturgia Verbi 2025-09-01 Senin.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXII

Senin, 1 September 2025

Ujud Gereja Universal: Hubungan kita dengan semua ciptaan.
Semoga kita, terinspirasi oleh Santo Fransiskus Asisi, menyadari keterkaitan kita dengan semua ciptaan yang dikasihi Allah, dan mengalami cinta serta penghargaan.

Ujud Gereja Indonesia: Para narapidana Kristiani.
Semoga para narapidana Kristiani memperoleh layanan yang dapat membantu mereka untuk menemukan gambaran Allah Yang Maha Rahim dan penuh cinta, sehingga mereka tergerak memperbaiki dan mengembangkan diri terus- menerus.



Bacaan Pertama
1Tes 4:13-17a

"Mereka yang telah meninggal dalam Yesus
akan dikumpulkan oleh Allah bersama dengan Yesus."

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Tesalonika:

Saudara-saudara,
Kami ingin agar kalian mengetahui
tentang orang-orang yang sudah meninggal dunia,
supaya kalian jangan berdukacita
seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan.
Karena kalau kita percaya bahwa Yesus telah wafat dan bangkit,
maka kita percaya juga
bahwa semua orang yang telah meninggal dunia dalam Yesus
akan dikumpulkan oleh Allah bersama dengan Yesus.

Hal ini kami katakan kepadamu seturut sabda Allah ini.
Kita yang hidup dan masih tinggal sampai kedatangan Tuhan,
sekali-kali takkan mendahului mereka yang sudah meninggal.
Sebab pada waktu tanda diberikan,
yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru
dan sangkakala Allah berbunyi,
Tuhan sendiri akan turun dari surga.
Dan mereka yang telah meninggal dalam Kristus Yesus
akan lebih dahulu bangkit.
sesudah itu kita yang hidup dan masih tinggal,
akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan
menyongsong Kristus di angkasa.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 96:1.3.4-5.11-12.13,R:13

Refren: Tuhan akan datang menghakimi dunia dengan adil.

*Nyanyikanlah lagu baru bagi Tuhan,
menyanyilah bagi Tuhan, hai seluruh bumi!
Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa
Kisahkanlah karya-karya-Nya yang ajaib di antara segala suku.

*Sebab mahabesarlah Tuhan dan sangat terpuji,
Ia lebih dahsyat daripada segala dewata.
Sebab segala allah para bangsa adalah hampa,
tetapi Tuhan, Dialah yang menjadikan langit.

*Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorai,
biar gemuruhlah laut serta segala isinya;
biarlah beria-ria padang dan segala yang ada di atasnya 
dan segala pohon di hutan bersorak-sorai,

*Biarlah mereka bersukacita di hadapan Tuhan, sebab Ia datang,
sebab Ia datang untuk menghakimi bumi.
Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan,
dan bangsa-bangsa dengan kesetiaan-Nya.



Bait Pengantar Injil
Luk 4:18

Roh Tuhan menyertai aku;
Aku diutus Tuhan mewartakan kabar baik
kepada orang-orang miskin.



Bacaan Injil
Luk 4:16-30

"Aku diutus menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin. 
Tiada nabi yang dihargai di tempat asalnya."

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Sekali peristiwa datanglah Yesus di Nazaret, tempat Ia dibesarkan.
Seperti biasa, pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat.
Yesus berdiri hendak membacakan Kitab Suci.
Maka diberikan kepada-Nya kitab nabi Yesaya.

Yesus membuka kitab itu dan menemukan ayat-ayat berikut,
"Roh Tuhan ada pada-Ku.
Sebab Aku diurapi-Nya
untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin.
Dan Aku diutus-Nya
memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan,
penglihatan kepada orang-orang buta,
serta membebaskan orang-orang yang tertindas;
Aku diutus-Nya memberitakan
bahwa tahun rahmat Tuhan telah datang."
Kemudian Yesus menutup kitab itu
dan mengembalikannya kepada pejabat, lalu duduk;
lalu Ia duduk
dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya.

Kemudian Yesus mulai mengajar mereka, kata-Nya,
"Pada hari ini genaplah ayat-ayat Kitab Suci itu
pada saat kalian mendengarnya."
Semua orang membenarkan Yesus.
Mereka heran akan kata-kata indah yang diucapkan-Nya.
Lalu kata mereka, "Bukankah Dia anak Yusuf?"
Yesus berkata,
"Tentu kalian akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku,
'Hai Tabib, sembuhkanlah dirimu sendiri.
Perbuatlah di sini, di tempat asal-Mu ini,
segala yang kami dengar telah terjadi di Kapernaum!"

Yesus berkata lagi, "Aku berkata kepadamu:
Sungguh, tiada nabi yang dihargai di tempat asalnya.
Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar,
'Pada zaman Elia terdapat banyak wanita janda di Israel
ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan
dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri.
Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka,
melainkan kepada seorang wanita janda di Sarfat, di tanah Sidon.
Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel
tetapi tiada seorang pun dari mereka yang ditahirkan,
selain Naaman, orang Siria itu."

Mendengar itu sangat marahlah semua orang di rumah ibadat itu.
Mereka bangkit lalu menghalau Yesus ke luar kota,
dan membawa Dia ke tebing gunung tempat kota itu terletak,
untuk melemparkan Dia dari tebing itu.
Tetapi Yesus berjalan lewat tengah-tengah mereka, lalu pergi.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Yesus datang ke rumah ibadat di Nazaret, kampung halamannya sendiri. Di sana Ia membacakan Kitab Nabi Yesaya dan menegaskan bahwa nubuat itu telah tergenapi pada diri-Nya. Pada awalnya, semua yang hadir takjub akan perkataan-Nya. Namun, kekaguman itu tidak bertahan lama. Begitu mereka menyadari bahwa yang berbicara adalah Yesus, anak Yusuf yang mereka kenal sejak kecil, hati mereka berbalik menjadi ragu, bahkan marah. Mereka sulit menerima bahwa seorang yang berasal dari tengah-tengah mereka bisa menjadi utusan Allah. Itulah sebabnya Yesus berkata, "Tiada nabi yang dihargai di tempat asalnya."

Pengalaman Yesus ini mengingatkan kita akan kecenderungan manusia yang menilai bukan pada kebenaran isi pesan, melainkan pada siapa yang menyampaikannya. Kita mungkin lebih mudah percaya kalau sesuatu disampaikan oleh seorang tokoh besar, seorang pemimpin terkenal, atau orang yang kita anggap berwibawa. Sebaliknya, kita gampang meremehkan kalau pesan yang sama datang dari orang sederhana, apalagi dari orang yang kita kenal baik kesehariannya. Padahal, kebenaran tetaplah kebenaran, siapa pun yang menyampaikannya.

Hal ini juga berlaku dalam kehidupan kita sehari-hari. Dalam keluarga, seringkali orangtua tidak mudah percaya pada anaknya, sekalipun anak itu jujur. Atau sebaliknya, anak tidak menaruh percaya pada orangtuanya, sehingga mudah terjadi konflik. Demikian pula dalam relasi suami-istri, tanpa dasar saling percaya, hubungan akan mudah retak.

Iman kita kepada Tuhan juga bertumpu pada kepercayaan. Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Tesalonika meneguhkan, agar kita tidak berdukacita seperti orang yang tidak mempunyai pengharapan. Sebab, dasar iman kita adalah percaya bahwa Yesus telah wafat dan bangkit, dan karena itu, kita pun akan dibangkitkan bersama Dia [1Tes 4:13-17a]. Dengan percaya kepada Injil, kita dimampukan menerima kebenaran yang mungkin sulit dimengerti akal sehat kita, tetapi justru itulah yang membawa keselamatan.

Maka, marilah kita belajar untuk percaya. Percaya kepada sesama, sehingga relasi kita dibangun dalam kasih yang sehat. Percaya kepada Injil, sehingga kita tidak mengubah-ubah isinya agar sesuai dengan selera kita, tetapi justru membiarkan diri kita diubah oleh kebenaran Injil. Dan yang terpenting, percaya penuh kepada Kristus, sebab hanya dalam Dialah hidup kita mendapat pengharapan dan keselamatan.



Peringatan Orang Kudus
Santo Pedro Armengol (1238-1304)
Pedro dikenal sebagai perampok ulung. Namun tiba-tiba ia bertobat dan masuk biara. Pedro menawarkan diri sebagai sandera untuk ditukar dengan 18 anak Kristen yang ditahan orang Muslim di Aljazair. Karena giat merasul di kawasan Islam ini, ia dihukum mati; akan tetapi secara ajaib, Pedro terbebas dari maut.

Santa Verena (350)
Wanita Mesir ini mengikuti legiun Thebais ke suatu garnisun baru di Swiss. Hingga akhir hidupnya ia berbuat amal dan bermatiraga. Ia dihormati sebagai santa pelindung para pelayan perempuan di pastoran.

Ruth (abad 11 seb. M.)
Wanita Moab ini dikenal dalam kaitannya dengan keluarga Elimelekh, sebuah keluarga Israel dari Betlehem, daerah Yehuda. Konon pada zaman pemerintahan hakim-hakim terjadilah kelaparan hebat di tanah Israel. Elimelekh bersama Naomi, isterinya dan kedua anaknya Mahlon dan Kilyon mengungsi ke Moab sebagai orang asing.
Sepeninggal Elimelekh, Mahlon dan Kilyon menikah dengan perempuan-perempuan Moab. Mahlon dengan Orpa, sedang Kilyon dengan Ruth. Sayang sekali bahwa Mahlon dan Kilyon kemudian meninggal dunia. Dengan demikian tinggallah Naomi bersama kedua menantunya Orpa dan Ruth.
Ketika didengar bahwa Tuhan telah membebaskan umatNya Israel dari kelaparan, pulanglah Naomi ke Betlehem, Yehuda bersama kedua menantunya. Di sana Ruth bertemu dan menikah dengan Boaz, saudara Elimelekh. Perkawinan Levirat ini adalah sah menurut hukum Israel demi melanjutkan keturunan Naomi. Ruth dan Boaz memperanakkan Obed, ayah dari Yesse, yang menjadi ayah dari Daud, Raja terbesar Israel. Dengan demikian Ruth dikenal sebagai leluhur Raja Daud dan Yesus Kristus yang lahir dari keturunan Daud (Mat 1: 5).



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-08-31 Minggu.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Minggu Biasa XXII 

Minggu, 31 Agustus 2025



Bacaan Pertama
Sir 3:17-18.20.28-29

"Rendahkanlah dirimu,
supaya kaudapat karunia di hadapan Tuhan."

Pembacaan dari Kitab Putera Sirakh:

Anakku,
Lakukanlah pekerjaanmu dengan sopan,
maka engkau akan lebih disayangi daripada orang yang ramah-tamah.
Makin besar engkau, patutlah makin kaurendahkan dirimu,
supaya engkau mendapat karunia di hadapan Tuhan.
Sebab besarlah kekuasaan Tuhan,
dan oleh yang hina-dina Ia dihormati.
Kemalangan tidak menyembuhkan orang sombong,
sebab tumbuhan keburukan berakar di dalam dirinya.
Hati yang arif merenungkan amsal,
dan telinga yang pandai mendengar merupakan idaman orang bijak.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 68:4-5ac.6-7ab.10-11,R:11b

Refren: Dalam kebaikan-Mu, ya Allah,
Engkau memenuhi kebutuhan orang yang tertindas.

*Orang-orang benar bersukacita,
mereka beria-ria di hadapan Allah,
bergembira dan bersukacita.
Bernyanyilah bagi Allah, bermazmurlah bagi nama-Nya!
Nama-Nya ialah Tuhan; beria-rialah di hadapan-Nya!

*Bapa bagi anak yatim dan Pelindung bagi para janda,
itulah Allah di kediaman-Nya yang kudus;
Allah memberi tempat tinggal kepada orang-orang sebatang kara,
Ia mengeluarkan orang-orang tahanan, sehingga mereka bahagia.

*Hujan yang melimpah Engkau siramkan, ya Allah;
tanah milik-Mu yang gersang Kaupulihkan,
sehingga kawanan hewan-Mu menetap di sana;
dalam kebaikan-Mu
Engkau memenuhi kebutuhan orang yang tertindas, ya Allah.



Bacaan Kedua
Ibr 12:18-19.22-24a

"Kamu sudah datang ke Bukit Sion,
dan ke kota Allah yang hidup."

Pembacaan dari Surat Kepada Orang Ibrani:

Saudara-saudara,
kamu tidak datang kepada gunung yang dapat disentuh,
dan tidak menghadapi api yang menyala-nyala,
kamu tidak mengalami kekelaman, kegelapan dan angin badai,
kamu tidak mendengar bunyi sangkakala dan suara dahsyat
yang membuat mereka yang mendengarnya memohon
supaya suara itu jangan lagi berbicara kepada merek.
Sebaliknya kamu sudah datang ke Bukit Sion,
dan ke kota Allah yang hidup, Yerusalem surgawi.
Kamusudah datang kepada beribu-ribu malaikat,
suatu kumpulan yang meriah,
dan kepada jemaat anak-anak sulung,
yang namanya terdaftar di surga;
kamu telah sampai kepada Allah,
yang menghakimi semua orang,
dan kepada roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna.
Dan kamu telah datang kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru.

Demikianlah sabda Tuhan.



Bait Pengantar Injil
Mat 11:29ab

Pikullah kuk yang Kupasang padamu, sabda Tuhan,
dan belajarlah pada-Ku,
karena Aku lemah lembut dan rendah hati.



Bacaan Injil
Luk 14:1.7-14

"Barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan,
dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan."

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Pada suatu hari Sabat
Yesus masuk ke rumah salah seorang pemimpin dari orang-orang Farisi
untuk makan di situ.
Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama.

Melihat tamu-tamu berusaha menduduki tempat-tempat kehormatan,
Yesus lalu mengatakan perumpamaan ini,
"Kalau engkau diundang ke pesta perkawinan,
janganlah duduk di tempat kehormatan.
Sebab mungkin undangan yang lebih terhormat daripadamu.
Jangan-jangan orang yang mengundang engkau dan tamu itu
datang dan berkata kepadamu,
'Berilah tempat itu kepada orang ini.'
Lalu dengan malu engkau harus pergi
pindah ke tempat yang paling rendah.
Tetapi, apabila engkau diundang,
duduklah di tempat yang paling rendah.
Mungkin tuan rumah akan datang dan berkata kepadamu,
'Sahabat, silakan duduk di depan.
Dengan demikian
engkau akan mendapat kehormatan di depan semua tamu yang lain.
Sebab barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan,
dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan."

Dan Yesus berkata juga kepada orang yang mengundang-Nya,
"Apabila engkau mengadakan perjamuan siang atau malam,
janganlah mengundang sahabat-sahabatmu, saudara-saudaramu,
kaum keluargamu, atau tetangga-tetanggamu yang kaya,
karena mereka akan membalasnya dengan mengundang engkau pula,
dan dengan demikian engkau mendapat balasnya.
Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan,
undanglah orang-orang miskin, cacat, lumpuh dan buta.
Dan engkau akan berbahagia,
karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalas engkau.
Sebab engkau akan mendapat balasnya
pada hari kebangkitan orang-orang benar."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Hari Minggu ini kita bersama-sama merenungkan sabda Yesus tentang kerendahan hati. Injil hari ini mengisahkan Yesus diundang makan di rumah seorang pemimpin Farisi. Di situ, Ia melihat para tamu berebut tempat terhormat, seakan-akan kedudukan di meja makan menentukan kehormatan diri. Maka Yesus menegaskan satu kalimat yang sangat tajam dan abadi: "Barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan." [Luk 14:11].

Kerinduan untuk dihormati, disanjung, dan dipandang tinggi oleh orang lain sebenarnya sudah ada di dalam diri kita. Ada rasa gengsi yang membuat kita ingin tampil lebih hebat dari orang lain. Kadang kita rela mengorbankan banyak hal demi terlihat pantas, bahkan sampai membeli barang-barang di luar kemampuan kita hanya demi status sosial. Dunia mengukur kehormatan dengan penampilan luar, sementara Yesus justru membongkar itu semua: kehormatan sejati bukanlah dari tempat duduk di pesta, bukan dari gelar, harta, atau merek barang yang kita pakai, melainkan dari hati yang rendah di hadapan Allah.

Kitab Putra Sirakh hari ini meneguhkan: "Semakin besar engkau, hendaklah engkau semakin rendah hati, maka engkau akan mendapat kasih karunia di hadapan Tuhan. Sebab besar kuasa Tuhan, dan oleh yang rendah hati Ia dimuliakan." [Sir 3:18.20]. Betapa indah: semakin besar, justru semakin merendah. Dunia mengajarkan sebaliknya — semakin besar jabatan, semakin ditinggikan. Tetapi Tuhan menghendaki kebalikannya, karena Ia sendirilah yang menjadi ukuran. Orang yang rendah hati itu seperti mata air yang jernih, selalu memberi hidup bagi sekitarnya. Sebaliknya, orang congkak hanya seperti bejana kosong yang berisik.

Saya pun pernah mengalami hal ini. Ada orang menyarankan saya membeli mobil sedan yang katanya lebih "pantas" untuk saya pakai. Tapi saya memilih mobil keluarga yang muat 7 orang, agar bisa jalan bersama isteri dan keempat anak saya. Bagi sebagian orang, pilihan itu dianggap kurang "prestisius". Namun bagi saya, itulah pilihan yang benar, karena sesuai kebutuhan, bukan sekadar gengsi. Dari situ saya belajar: ukuran kemuliaan bukanlah pandangan orang lain, tetapi apakah pilihan saya sungguh memberi manfaat, bukan sekadar meninggikan diri.

Surat kepada umat Ibrani hari ini menambahkan satu perspektif yang lebih dalam. Kita diingatkan bahwa kita bukan datang ke gunung yang menakutkan seperti Sinai, melainkan "ke gunung Sion, ke kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi, kepada ribuan malaikat, kepada jemaat anak-anak sulung yang namanya terdaftar di sorga, dan kepada Allah, Hakim semua orang, serta kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru." [Ibr 12:22-24a]. Kehormatan sejati bukanlah dari dunia fana, melainkan dari kebersamaan kita dalam persekutuan surgawi bersama Yesus. Itu hanya dapat dialami bila kita rela merendahkan diri di hadapan Allah.

Yesus tidak melarang kita menerima penghormatan dari orang lain. Itu bisa menjadi tanda kasih dan penghargaan. Tetapi Yesus melarang kita mencari-cari atau memaksa orang lain untuk menghormati kita. Yang lebih berbahaya lagi, ketika kita merasa lebih mulia daripada orang lain, maka kita sedang meninggikan diri di hadapan Allah.

Maka marilah kita belajar kerendahan hati. Kalau sulit untuk merendahkan diri, mulailah dengan meninggikan orang lain: memberi tempat bagi mereka, menghargai mereka, mengakui keberadaan mereka. Saat kita meninggikan orang lain, tanpa sadar hati kita pun dituntun untuk rendah hati.

Renungan Minggu ini mengajak kita menyadari: kerendahan hati bukan kelemahan, melainkan kekuatan yang menjadikan kita benar-benar mulia di hadapan Allah. Orang yang rendah hati tidak kehilangan apa pun, justru mendapat kasih karunia.



Peringatan Orang Kudus
Santo Raymundus Nonnatus, Pengaku Iman
Julukan 'Nonnatus' yang berarti 'Yang tidak dilahirkan' sertamerta menunjukkan kepada kita bahwa ada suatu keanehan seputar saat kelahiran Raymundus. Memang Raymundus lahir tidak seperti biasanya.
Ibunya meninggal dunia karena sakit keras selagi Raymundus masih ada dalam kandungan. Demi menyelamatkan dia, dokter terpaksa melakukan operasi terhadap ibunya yang sudah tak bernyawa lagi. Dokter berhasil mengeluarkan dia dari rahim ibunya. Karena itulah, ia dijuluki 'Nonnatus'.
Raymundus lahir di Portello Katalonia, Spanyol pada tahun 1204. Ayahnya seorang bangsawan dari keluarga Sarrois yang disebut juga keluarga Segers. Meskipun berdarah bangsawan, namun keluarganya hidup miskin dan serba kekurangan. Raymundus mengalami kegetiran hidup itu selama masa mudanya. Meskipun terlilit kemiskinan, ia tetap riang. Dalam doa dan imannya yang teguh, ia menyerahkan hidupnya kepada penyelenggaraan ilahi Allah. Dalam situasi sulit ini, ia mengatakan keinginannya untuk menjadi seorang biarawan. Ayahnya tidak merestui dan menyuruh dia mengusahakan kebun mereka yang terletak jauh dari kampung halaman dengan maksud agar dia dapat melupakan cita-citanya itu. Namun usaha sang ayah ini tidak berhasil. Sebaliknya Raymundus lebih banyak mempunyai waktu untuk berdoa dan merenung.
Setelah mengalami banyak kesulitan, ia diterima oleh Santo Petrus Nolaskus dalam tarekat Mercederian. Ordo ini didirikan pada tahun 1256 dengan tujuan pokok ialah membebaskan para budak dan tawanan yang beragama Kristen dari tangan orang-orang Islam. Mula-mula Raymundus bekerja di Barcelona selama 3 tahun. Kemudian ia diutus ke Aljazair, Afrika Utara untuk menebus para budak dan tawanan Kristen dari tangan orang-orang Islam. Ia membawa banyak uang untuk menebus mereka. Namun uang itu ternyata tidak mencukupi. Karena itu ia dengan sukarela menyerahkan diri sebagai pengganti para budak dan tawanan itu. Ia bekerja keras sambil mewartakan Injil Kristus dan mengajar agama. Kegiatannya ini menimbulkan amarah besar di kalangan para majikan dan mandor, karena pengajarannya dianggap sangat merugikan mereka.
Raymundus dipenjarakan selama 8 bulan dengan siksaan yang berat. Bibirnya dilubangkan dan dikunci sehingga ia tidak bisa lagi mengajar orang banyak. Untunglah bahwa uang tebusan baginya segera tiba, sehingga ia dapat segera dibebaskan dan bisa kembali ke Spanyol.
Di sana ia mendapat kabar bahwa Paus Gregorius IX sangat terharu dan kagum akan ketabahan dan keberaniannya mewartakan Injil Kristus kepada orang-orang Islam. Paus mengangkatnya menjadi Kardinal dan mengundangnya datang ke Roma. Tetapi rupanya Tuhan sudah puas dengan jasa-jasanya. Sementara di tengah perjalanan, ia jatuh sakit dan menghembuskan nafasnya di Cardona, dekat Barcelona. Raymundus meninggal dunia pada tahun 1240. la dihormati sebagai pelindung para ibu yang akan melahirkan.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-08-30 Sabtu.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXI

Sabtu, 30 Agustus 2025



Bacaan Pertama
1Tes 4:9-11

"Kalian belajar kasih mengasihi dari Allah."

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Tesalonika:

Saudara-saudara,
tentang kasih persaudaraan,
kiranya tidak perlu aku menulis kepadamu.
Sebab kalian sendiri telah belajar kasih mengasihi dari Allah.
Hal itu kalian amalkan
juga terhadap semua saudara di seluruh wilayah Makedonia.
Tetapi kami menasihati kalian, saudara-saudara,
agar kalian lebih sungguh-sungguh lagi mengamalkannya.
Dan anggaplah sebagai suatu kehormatan untuk hidup tenang,
untuk mengurus persoalan-persoalan sendiri
dan bekerja dengan tangan,
sebagaimana telah kami pesankan kepada kalian.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 98:1.7-8.9,R:9

Refren: Tuhan akan datang menghakimi para bangsa dengan adil.

*Nyanyikanlah lagu baru bagi Tuhan,
sebab Ia telah melakukan karya-karya yang ajaib;
keselamatan telah dikerjakan oleh tangan kanan-Nya,
oleh lengan-Nya yang kudus.

*Biarlah gemuruh laut dan segala isinya,
dunia dan semua yang diam di dalamnya!
Biarlah sungai-sungai bertepuk tangan,
dan gunung-gunung bersorak-sorai bersama-sama
di hadapan Tuhan.

*Sebab Ia datang untuk menghakimi bumi.
Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan,
dan mengadili bangsa-bangsa dengan kebenaran.



Bait Pengantar Injil
Yoh 13:34

Perintah baru Kuberikan kepadamu, sabda Tuhan;
yaitu supaya kalian saling menaruh cinta kasih,
sebagaimana Aku telah menaruh cinta kasih kepadamu.



Bacaan Injil
Mat 25:14-30

"Karena engkau setia memikul tanggung-jawab dalam perkara kecil,
masuklah ke dalam kebahagiaan tuanmu."

Inilah Injil Suci menurut Matius:

Pada suatu hari
Yesus mengemukakan perumpamaan berikut
kepada murid-murid-Nya,
"Hal Kerajaan Surga itu
seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri,
yang memanggil hamba-hambanya
dan mempercayakan hartanya kepada mereka.

Yang seorang diberikannya lima talenta,
yang seorang lagi dua, dan yang seorang lain lagi satu,
masing-masing menurut kesanggupannya,
lalu ia berangkat.

Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu.
Ia menjalankan uang itu dan memperoleh laba lima talenta.
Hamba yang menerima dua talenta pun berbuat demikian,
dan mendapat laba dua talenta.
Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi
dan menggali lubang di tanah,
lalu menyembunyikan uang tuannya.

Lama kemudian pulanglah tuan hamba-hamba itu,
lalu mengadakan perhitungan dengan mereka.
Hamba yang menerima lima talenta datang
dan membawa laba lima talenta.
Ia berkata, 'Tuan, lima talenta Tuan percayakan kepadaku.
Lihat, aku telah beroleh laba lima talenta.'
Maka kata tuannya kepadanya,
'Baik sekali perbuatanmu itu, hamba yang baik dan setia;
engkau telah setia dalam perkara kecil!
Aku akan memberikan kepadamu
tanggung jawab dalam perkara yang besar.
Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.

Lalu datanglah hamba yang menerima dua talenta, katanya,
'Tuan, dua talenta Tuan percayakan kepadaku.
Lihat, aku telah mendapat laba dua talenta.'
Maka kata tuan itu kepadanya,
'Baik sekali perbuatanmu hamba yang baik dan setia!
Karena engkau telah setia
memikul tanggung jawab dalam perkara kecil,
maka aku akan memberikan kepadamu
tanggung jawab dalam perkara yang besar.
Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.

Kini datang juga hamba yang menerima satu talenta dan berkata,
'Tuan, aku tahu bahwa Tuan adalah manusia kejam,
yang menuai di tempat Tuan tidak menabur,
dan memungut di tempat Tuan tidak menanam.
Karena itu aku takut
dan pergi menyembunyikan talenta Tuan di dalam tanah.
Ini, terimalah milik Tuan!'

Maka tuannya menjawab,
'Hai engkau, hamba yang jahat dan malas!
Engkau tahu bahwa aku menuai di tempat aku tidak menabur,
dan memungut di tempat aku tidak menanam.
Seharusnya
uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang,
supaya sekembaliku aku menerima uang itu serta dengan bunganya.
Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya,
dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu.
Karena setiap orang yang mempunyai,
akan diberi sampai ia berkelimpahan,
tetapi siapa yang tidak punya,
apa pun yang ada padanya akan diambil.
Dan buanglah hamba yang tidak berguna itu
ke dalam kegelapan yang paling gelap.
Di sanalah akan ada ratap dan kertak gigi'."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Renungan hari ini saya ambilkan dari renungan *The Power of Word* yang dibawakan oleh Ibu Erna Kusuma.

Bapak-Ibu dan Saudara-saudara yang terkasih dalam Yesus Kristus,
Bacaan Injil hari ini berkisah tentang seorang tuan yang mempercayakan hartanya kepada hamba-hambanya.
Yang satu menerima lima talenta, yang lain dua, dan ada yang hanya satu.
Semua diberikan menurut kesanggupan masing-masing.
Yang membedakan bukanlah jumlah talentanya,
melainkan bagaimana mereka mengelolanya.

Hamba yang setia mendapat pujian yang sama,
entah ia menerima lima talenta ataupun dua. S
ang tuan berkata: "Engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu." [Mat 25:21].
Inilah pesan inti dari Yesus:
setia dalam perkara kecil adalah kunci untuk dipercayai perkara besar,
bahkan untuk akhirnya masuk ke dalam kebahagiaan surgawi.

Jangan kita habiskan waktu untuk hal-hal yang tidak perlu dan tidak penting.
Jangan sibuk mengurusi perkara orang lain, tetapi uruslah persoalan kita sendiri,
dan tetaplah setia pada tugas serta tanggung jawab yang Tuhan percayakan kepada kita.

Surat Rasul Paulus hari ini pun meneguhkan hal itu:
"Hiduplah tenteram, uruslah persoalanmu sendiri, dan bekerjalah dengan tanganmu, supaya kamu hidup sebagai orang yang sopan di mata orang luar." [1Tes 4:11].
Hidup sederhana, tertib, dan setia dalam rutinitas sehari-hari
ternyata adalah hal besar di hadapan Tuhan.

Saudara-saudara yang terkasih,
mari kita lihat dalam kehidupan nyata.
Seorang pelajar yang setia belajar sedikit demi sedikit,
akan lebih siap menghadapi ujian besar.
Seorang karyawan yang tekun melaksanakan tugas kecil dengan jujur,
lambat laun dipercayai tanggung jawab yang lebih besar.
Seorang ibu yang dengan sabar mengurus keluarganya tanpa keluh kesah,
sedang menabur kasih yang akan berbuah dalam kehidupan anak-anaknya.

Yesus sendiri menegaskan:
"Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil,
ia setia juga dalam perkara-perkara besar." [Luk 16:10].
Karena itu, jangan remehkan hal-hal kecil dalam hidup kita.
Menepati janji, berkata jujur, membantu sesama dengan tulus, berdoa dengan tekun – semua ini mungkin tampak sederhana,
tetapi justru di situlah kita sedang membangun kesetiaan yang mempersiapkan kita dipercayai perkara yang lebih besar oleh Tuhan.

Marilah kita belajar kesetiaan itu setiap hari.
Hanya dengan setia dalam perkara kecil, kita layak dipercayai Tuhan perkara besar, dan akhirnya mendengar suara penuh kasih dari-Nya:
"Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu."



Peringatan Orang Kudus
Beato Ghabra Mikael, Martir
Ghabra Mikael - yang berarti 'Hamba dari Mikael' - adalah martir bangsa Afrika. Ia lahir di Etiopia pada tahun 1790. Semenjak kecil, ia hidup dan dididik di dalam lingkungan dan iman bidaah Arianisme yang menyangkal kemanusiaan Yesus Kristus. Ghabra dikenal cerdas dan saleh. Setelah menyelesaikan studinya di sekolah menengah, ia masuk biara Mertulai - Miryam di Etiopia. Oleh rekan-rekannya ia dikenal sebagai seorang biarawan yang saleh dan pintar, namun ia dicurigai sebagai seorang yang tidak menerima ajaran bidaah Arianisme. Meskipun demikian, Ghabra tetap kokoh pada pendiriannya. Ia tetap tekun mempelajari teologi dan berdoa memohon penerangan ilahi agar dapat menemukan kebenaran sejati mengenai Yesus Kristus. Ia pun rajin mengunjungi berbagai biara yang tersebar di kawasan itu untuk mempelajari cara hidup mereka. Seluruh hidupnya hingga ia berusia 50 tahun boleh dikatakan merupakan suatu usaha pencarian terus menerus kebenaran sejati Yesus Kristus. Apa yang diajarkan Arianisme ditolaknya mentah-mentah. Sebaliknya ia mulai lebih tertarik pada ajaran yang disebarkan oleh iman Katolik, bahwa Yesus Kristus itu sungguh Allah dan sungguh Manusia.
Oleh pengaruh Yustinus de Yakobis, seorang uskup dari tarekat Kongregasi Misi, Ghabra dengan tegas memutuskan untuk memeluk iman Katolik. Ia bertobat pada tahun 1844. Tujuh tahun kemudian (1851), Yustinus menahbiskan dia menjadi imam. Bersama Uskup Yustinus, Ghabra giat mengajar agama dan membangun sebuah kolese untuk mendidik anak-anak Etiopia. Ia juga menulis sebuah buku Katekismus dalam bahasa Etiopia. Atas restu Uskup Yustinus; ia pun mendirikan sebuah seminari untuk mendidik calon-calon imam pribumi Etiopia.
Semua kegiatan ini menimbulkan amarah besar dari para penganut Arianisme terutama Abuna Salama, Uskup Gereja Arian. Atas hasutannya, Teodorus II, raja Abessinia, melancarkan penganiayaan besar atas semua orang lain yang tidak menganut ajaran Arianisme. Ghabra bersama beberapa orang Katolik pengikutnya ditangkap dan disesah. Ghabra dipenjarakan di dalam sebuah kandang ternak yang sangat kotor. Setiap kali disesah, ia dengan tenang dan tegas menjawab: "Karena imanku aku akan tetap melawan kamu, namun demi cinta kasih Kristiani aku akan terus berbuat baik kepada kamu ". Akhirnya karena penderitaan yang ditanggungnya dan karena serangan penyakit kolera, Ghabra meninggal dunia pada tanggal 28 Agustus 1855.
Ghabra, seorang martir Kristus yang kokoh imannya. Seluruh hidup dan perjuangannya dapat dikatakan secara ringkas sebagai suatu pemuliaan terhadap Sabda Allah yang menjadi manusia. Ia meninggal dunia sebagai seorang imam yang saleh dari tarekat Kongregasi Misi atau tarekat Imam-imam Lazaris.

Santo Heribertus, Uskup
Heribertus lahir di kota Worms, Jerman pada tahun 970. Orangtuanya mempercayakan dia kepada Abbas Gorsse, pemimpin biara Benediktin Lorraine untuk dididik sesuai dengan cara hidup Kristiani. Pendidikan dan cara hidup di biara itu berhasil menanamkan dalam batinnya hasrat yang kuat untuk menjalani hidup membiara. Namun cita­citanya itu tidak direstui oleh ayah dan sanak keluarganya. Heribertus segera dipanggil pulang ke Worms agar tidak lagi terpengaruh oleh cara hidup membiara.
Namun rencana Tuhan atas dirinya tak terselami manusia. Meskipun orangtuanya berusaha keras menghindarkan dia dari cita-cita hidup membiara itu, ia tetap menunjukkan kesalehan hidup yang mengagumkan. Melihat cara hidupnya itu, ia kemudian ditahbiskan menjadi imam. Oleh Raja Otto III, ia diangkat menjadi penasehat pribadi baik dalam kehidupan politik maupun dalam kehidupan rohani. Prestasi kariernya terus meningkat dengan pengangkatannya sebagai Vikaris Jenderal keuskupan Koln, dan kemudian sebagai Uskup Agung Koln.
Heribertus memanfaatkan kedudukannya sebagai penasehat pribadi raja dan sebagai imam untuk menunjukkan cinta kasih Allah kepada orang banyak. Bersama Otto III, ia mendirikan gereja dan biara di kota Deutss, sebelah kota Rhein, atas tanggungan kerajaan. Ia dengan giat merawat orang-orang sakit dan memperhatikan nasib para kaum miskin. Sebagian besar pendapatannya dibagi baik untuk kepentingan Gereja maupun untuk kepentingan aksi-aksi sosial itu. Ia sendiri hidup dari sisa uang yang diterimanya dari raja. Kepada imam-imamnya yang mengalami kesulitan keuangan, ia mendermakan juga sebagian dari pendapatannya.
Sekali peristiwa, ia menemani Otto III ke Italia untuk sesuatu urusan politik. Tak terduga-duga, Otto III meninggal seketika karena keracunan. Dalam kebingungan dan kesedihan, ia membawa pulang jenazah Otto III ke Aachen, Jerman dan menguburkannya secara terhormat. Peristiwa ini menimbulkan pertentangan hebat antara dia dan Pangeran Heinrich II. Ia dituduh sengaja meracuni Otto III dengan maksud untuk mengambil alih kekuasaan sebagai raja. Ketegangan ini baru mereda ketika Pangeran Heinrich dilantik menjadi raja menggantikan ayahnya.
Tanpa menaruh dendam pada Heinrich, Heribertus dengan senang hati melepaskan tugasnya sebagai penasehat raja dan mulai memusatkan perhatiannya pada kehidupan rohaninya dan pada pelayanan umat. Ia mulai lebih banyak berdoa dan melakukan silih. Pada musim kering, ia bersama umat mengadakan perarakan dari gereja Santo Severinus ke gereja Santo Pantaleon. Dalam kotbah-kotbahnya ia menghimbau agar umat bertobat dan percaya kepada kerahiman Allah. Kepada imam-imamnya, ia mengadakan kunjungan-kunjungan pastoral dan menggalakkan pembinaan rohani untuk meneguhkan mereka dalam panggilan dan karyanya. Heribertus dikenal sebagai seorang uskup yang saleh dan sayang pada umatnya. Ia meninggal dunia pada tahun 1021 karena serangan penyakit.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-08-29 Jumat.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXI

Jumat, 29 Agustus 2025

PW Wafatnya S. Yohanes Pembaptis, Martir



Bacaan Pertama
Yer 1:17-19

"Sampaikanlah kepada Yehuda
segala yang Kuperintahkan kepadamu.
Janganlah gentar terhadap mereka."

Pembacaan dari Kitab Yeremia:

Sekali peristiwa, Tuhan berkata kepadaku, Yeremia,
"Baiklah engkau bersiap!
Bangkitlah dan sampaikanlah kepada umat-Ku
segala yang Kuperintahkan kepadamu.
Janganlah gentar terhadap mereka,
supaya jangan Aku menggentarkan engkau di depan mereka!
Mengenai Aku,
sungguh, pada hari ini Aku membuat engkau
menjadi kota yang berkubu,
menjadi tiang besi dan menjadi tembok tembaga
melawan seluruh negeri ini,
menentang raja-raja Yehuda dan pemuka-pemukanya,
menentang para imam dan rakyat negeri lain.
Mereka akan memerangi engkau,
tetapi tidak akan mengalahkan engkau,
sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau,
demikianlah firman Tuhan."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 71:1-2.3-4a.5-6ab.15ab.17,R:15a

Refren: Bersukacitalah dalam Tuhan, hai orang benar.

*Pada-Mu, ya Tuhan, aku berlindung,
janganlah sekali-kali aku mendapat malu.
Lepaskan dan luputkanlah aku oleh karena keadilan-Mu,
sendengkanlah telinga-Mu kepadaku dan selamatkanlah aku!

*Jadilah bagiku gunung batu tempat berteduh,
kubu pertahanan untuk menyelamatkan diri;
sebab Engkaulah bukit batu dan pertahananku.
ya Allah, luputkanlah aku dari tangan orang fasik.

*Sebab Engkaulah harapanku, ya Tuhan,
Engkaulah kepercayaanku sejak masa muda, ya Allah.
Kepada-Mulah aku bertopang mulai dari kandungan,
Engkau telah mengeluarkan aku dari perut ibuku.

*Mulutku akan menceritakan keadilan-Mu,
dan sepanjang hari mengisahkan keselamatan yang datang dari-Mu,
sebab aku tidak dapat menghitungnya.
Ya Allah, Engkau telah mengajar aku sejak kecilku,
dan sampai sekarang aku memberitakan perbuatan-Mu yang ajaib.



Bait Pengantar Injil
Mat 5:10

Berbahagialah orang yang dianiaya demi kebenaran,
karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga.



Bacaan Injil
Mrk 6:17-29

"Aku mau, supaya sekarang juga engkau berikan kepadaku
kepala Yohanes Pembaptis."

Inilah Injil Suci menurut Markus:

Sekali peristiwa
Herodeslah menyuruh orang menangkap Yohanes
dan membelenggunya di dalam penjara
berhubung dengan peristiwa Herodias,
yakni bahwa Herodes telah memperistri Herodias,
isteri Filipus saudaranya.
Yohanes pernah menegur Herodes,
"Tidak halal engkau mengambil isteri saudaramu!"
Karena kata-kata itu Herodias menaruh dendam pada Yohanes,
dan bermaksud membunuh dia,
tetapi tidak dapat, sebab Herodes segan terhadap Yohanes,
karena ia tahu bahwa Yohanes adalah orang yang benar dan suci;
jadi ia melindunginya.
Tetapi setiap kali mendengarkan Yohanes,
hati Herodes selalu terombang-ambing;
namun ia merasa senang juga mendengarkan dia.

Akhirnya tiba juga kesempatan yang baik bagi Herodias,
yakni ketika Herodes - pada hari ulang tahunnya
mengadakan perjamuan untuk pembesar-pembesar,
para perwira dan orang-orang terkemuka di Galilea.
Pada waktu itu Puteri Herodias tampil lalu menari,
dan ia menyukakan hati Herodes dan tamu-tamunya.
Maka Raja berkata kepada gadis itu,
"Minta dari padaku apa saja yang kauingini,
maka akan kuberikan kepadamu!"
Lalu Herodes bersumpah kepadanya,
"Apa saja yang kauminta akan kuberikan kepadamu,
sekalipun itu setengah dari kerajaanku!"

Anak itu pergi dan menanyakan kepada ibunya,
"Apa yang harus kuminta?"
Jawab ibunya, "Kepala Yohanes Pembaptis!"
Maka cepat-cepat ia pergi kepada raja dan meminta,
"Aku mau, supaya sekarang juga engkau berikan kepadaku
kepala Yohanes Pembaptis dalam sebuah talam!"

Maka sangat sedihlah hati raja!
Tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya,
ia tidak mau menolaknya.
Raja segera menyuruh seorang pengawal
dengan perintah supaya mengambil kepala Yohanes.
Orang itu pergi dan memenggal kepala Yohanes di penjara.
Ia membawa kepala itu di sebuah talam
dan memberikannya kepada Herodias,
dan gadis itu memberikannya pula kepada ibunya.

Ketika murid-murid Yohanes mendengar hal itu,
mereka datang dan mengambil mayatnya,
lalu membaringkannya dalam kubur.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Hari ini Gereja memperingati Wafatnya Santo Yohanes Pembaptis, martir yang berani bersuara demi kebenaran. Bacaan Injil hari ini menyingkapkan bagaimana Herodias menyimpan dendam yang begitu besar kepada Yohanes Pembaptis, lalu memperalat anak gadisnya sendiri untuk meminta "kepala Yohanes Pembaptis". Dendam yang membutakan hati itu membuatnya menyeret anaknya masuk ke dalam lingkaran kejahatan.

Fenomena seperti ini ternyata masih kita jumpai sampai sekarang. Ada orangtua yang menanamkan kebencian pada anak-anaknya, sekadar karena sakit hati kepada seseorang. Bahkan ada pula yang lebih ekstrem, melibatkan anaknya untuk menganiaya orang lain. Dalam kasus seperti ini, sang anak sejatinya hanyalah korban dari kebencian orangtuanya. Orangtua yang seperti ini adalah cerminan Herodias masa kini.

Yesus tidak membiarkan kita menjadi korban dari orang-orang dengan hati seperti Herodias. Ia mengingatkan agar kita "cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati". Kita diajak untuk berhati-hati dalam menghadapi orang yang menaruh dendam atau permusuhan. Lebih dari itu, Yesus menegaskan agar kita berdamai dengan musuh-musuh kita, mendoakan mereka, dan tidak terjebak dalam lingkaran kebencian. Dengan cara itu, kita dijauhkan dari niat jahat orang lain.

Namun, apakah artinya kita harus diam saja bila melihat ketidakbenaran? Tentu tidak. Yesus justru memberi jalan bagaimana menegur: pertama-tama dengan empat mata, bila tidak berhasil, melibatkan dua atau tiga orang lain. Kalau masih gagal, barulah di hadapan komunitas yang lebih luas. Tetapi Yesus menekankan: jangan sampai kita melakukan penghakiman atau kekerasan, sekalipun kita berada di pihak yang benar.

Yang diminta Yesus adalah melihat orang yang keras hati itu sebagai seseorang yang belum mengenal Tuhan. Maka tugas kita adalah tetap tekun memperkenalkan kasih Tuhan kepadanya. Jika ia akhirnya mau membuka hati, pintu pertobatan akan terbuka lebar.



Peringatan Orang Kudus
Santo Wafatnya Santo Yohanes Pembaptis
Pada tanggal 24 Juni Gereja merayakan pesta Kelahiran Yohanes Pembaptis; sedangkan pada hari ini, 29 Agustus, Gereja mengajak seluruh umat untuk memperingati kemartirannya.
Kemartiran Yohanes berkaitan erat dengan tegurannya yang pedas kepada Raja Herodes karena ia memperisteri Herodias, isteri Filipus, saudaranya secara tidak sah. Herodes marah dan mencampakkan Yohanes ke dalam penjara.   Herodias pun marah dan tak henti-hentinya berusaha mencari kesempatan untuk membunuh Yohanes. 
Kesempatan emas itu akhirnya tiba juga. Pada hari ulang tahunnya, Herodes mengadakan jamuan makan untuk para petinggi kerajaan di seluruh Galilea. Kesempatan ini dimanfaatkan Herodias untuk melaksanakan niat jahatnya atas diri Yohanes. Ia menyuruh puterinya menari dihadapan para tamu. Tariannya sungguh menawan hati para tamu yang sudah mulai mabuk itu. Herodes tampak bangga dan gembira. Terdorong oleh kebanggaannya itu, Herodes berkata kepada gadis itu: "Mintalah kepadaku apa saja seturut kehendakmu. Aku akan memberikannya kepadamu". Herodes bahkan bersumpah di hadapan para tamu: "Apa saja yang kauminta, akan kuberikan, sekalipun separuh dari kerajaanku". Gadis itu tidak tahu apa yang harus dimintanya. Karena itu ia berlari kepada ibunya Herodias untuk memintai pendapatnya. Tanpa banyak pikir, Herodias berkata: "Kepala Yohanes Pembaptis!"
Gadis itu segera menghadap Herodes dan berkata: "Berikanlah aku di sini kepala Yohanes Pembaptis di dalam sebuah talam". Herodes sedih tetapi karena sumpahnya dan karena malu kepada tamu-tamunya, ia segera memerintahkan pengawal-pengawalnya untuk memenggal kepala Yohanes pada hari itu juga. Injil Mateus 14 mengatakan bahwa kepala Yohanes itu diletakkan di dalam sebuah talam dan diberikan kepada puteri Herodias itu.
Karena kesetiaannya kepada Allah dan panggilannya sebagai nabi pendahulu Yesus, Yohanes mati di bawah kuasa kelaliman Herodes. Ia mati dibunuh pada tahun 31.

Santa Sabina, Martir
Sabina adalah isteri seorang bangsawan Romawi Kristen bernama Valentinus. Ia menjadi Kristen di bawah bimbingan Seraphia, seorang gadis Kristen yang saleh. Sabina-lah yang mengurusi pemakaman Seraphia ketika ia dibunuh oleh kaki-tangan Kaisar Hadrianus pada abad kedua. Perbuatannya ini akhirnya juga menyebabkan dia ditangkap dan dibunuh. Sabina dihormati sebagai pelindung ibu rumah tangga dan anak-anak.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-08-28 Kamis.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXI

Kamis, 28 Agustus 2025

PW S. Agustinus, Uskup dan Pujangga Gereja



Bacaan Pertama
1Tes 3:7-13

"Semoga Tuhan membuat kalian berkelimpahan dalam kasih persaudaraan."

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Tesalonika:

Saudara-saudara,
dalam segala kesesakan dan kesukaran
kami merasa terhibur oleh kalian dan iman kalian.
Sekarang kami hidup kembali,
asal saja kalian teguh berdiri dalam Tuhan.

Sebab ucapan syukur apakah
yang dapat kami persembahkan kepada Allah
atas segala sukacita
yang kami peroleh dari padamu di hadapan Allah kita?
Siang malam kami berdoa sungguh-sungguh,
supaya kita dapat bertemu muka
dan menambahkan apa yang masih kurang pada imanmu.
Semoga Allah dan Bapa kita, dan Yesus, Tuhan kita,
membukakan kami jalan kepadamu.
Semoga Tuhan membuat kalian bertambah
dan berkelimpahan kasih satu sama lain
dan dalam kasih terhadap semua orang,
seperti kami pun menaruh kasih kepada kalian.
Semoga Ia menguatkan hatimu,
supaya tak bercacat dan kudus di hadapan Allah dan Bapa kita
pada waktu kedatangan Yesus, Tuhan kita,
bersama semua orang kudus-Nya.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 90:3-4.12-13.14.17,

Refren: Penuhilah kami dengan kasih setia-Mu, ya Tuhan,
supaya kami bersukacita.

*Tuhan, Engkau mengembalikan manusia kepada debu,
hanya dengan berkata, "Kembalilah, hai anak-anak manusia!"
Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin,
atau seperti satu giliran jaga di waktu malam.

*Ajarlah kami menghitung hari-hari kami,
hingga kami beroleh hati yang bijaksana.
Kembalilah, ya Tuhan, -- berapa lama lagi? --
dan sayangilah hamba-hamba-Mu!

*Kenyangkanlah kami di waktu pagi dengan kasih setia-Mu,
supaya kami bersorak-sorai dan bersukacita sepanjang hayat.
Kiranya kemurahan Tuhan melimpah atas kami!
Teguhkanlah perbuatan tangan kami,
ya, perbuatan tangan kami, teguhkanlah!



Bait Pengantar Injil
Mat 24:42a.44

Berjaga-jaga dan bersiap-siaplah,
sebab kalian tidak tahu bilamana Anak Manusia datang.



Bacaan Injil
Mat 24:42-51

"Hendaknya kalian selalu siap siaga."

Inilah Injil Suci menurut Matius:

Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya,
"Berjaga-jagalah,
sebab kalian tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.
Tetapi ketahuilah ini:
Jika tuan rumah tahu
pada waktu mana pencuri datang waktu malam,
pastilah ia berjaga-jaga dan tidak membiarkan rumahnya dibongkar.
Sebab itu hendaklah kalian selalu siap siaga,
sebab Anak Manusia datang pada saat yang tidak kalian duga."

Siapakah hamba yang setia dan bijaksana,
yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya
untuk memberi makan kepada mereka pada waktunya?
Berbahagialah hamba,
yang didapati tuannya sedang melakukan tugasnya itu,
ketika tuannya datang.
Aku berkata kepadamu:
Sungguh, tuan itu akan mengangkat dia
menjadi pengawas segala miliknya.

Akan tetapi jika hamba itu jahat, dan berkata di dalam hatinya,
'Tuanku tidak datang-datang,'
lalu ia mulai memukul hamba-hamba lain,
dan makan minum bersama para pemabuk,
maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak ia sangka,
dan pada saat yang tidak ia ketahui.
Maka hamba itu akan dibunuhnya
dan dibuatnya senasib dengan orang-orang munafik.
Di sanalah akan terdapat ratapan dan kertak gigi."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Renungan hari ini dari Daily Fresh Juice:

Para Pendengar dan Pewarta Daily Fresh Juice,
Pada Bacaan Injil hari ini,
Yesus menasihati kita untuk berjaga-jaga,
karena kita tidak tahu kapan Anak Manusia akan datang.
Yesus berkata: "Karena itu berjaga-jagalah,
sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.
Tetapi ketahuilah ini:
jika tuan rumah tahu pada waktu mana pencuri akan datang,
sudah tentu ia berjaga-jaga dan tidak membiarkan rumahnya dibongkar.
Sebab itu hendaklah kamu juga siap sedia,
karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga."

Kedatangan Anak Manusia yang kedua kali
untuk mengadili orang yang hidup dan yang mati
bukanlah sesuatu yang bisa kita ramalkan.
Begini yang disampaikan oleh Yesus:
"Tetapi tentang hari dan saat itu
tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di surga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa sendiri." [Mat 24:36]
Artinya, waktu kedatangan itu adalah rahasia Allah Bapa di surga.
Oleh karena itu, janganlah kita mempersoalkan kapan waktunya,
melainkan persoalannya adalah: bagaimana kita mempersiapkan diri.

Saya teringat pepatah orang tua kita: "Sedia payung sebelum hujan."
Bukan berarti kita berharap hujan turun supaya payung berguna,
melainkan kita siap kalau sewaktu-waktu hujan benar-benar datang.
Demikian juga dalam kehidupan iman kita,
berjaga-jaga bukan berarti kita menanti-nanti kiamat,
tetapi supaya kapan pun waktunya tiba, kita sudah siap menyambut Tuhan.

Yesus sendiri telah menegaskan:
"Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa,
supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu,
dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia." [Luk 21:36]
Inilah makna sejati dari berjaga-jaga itu: bukan sekadar menunggu,
melainkan menjaga diri tetap setia, berdoa, dan memohon kekuatan,
agar saat tiba waktunya, kita sanggup berdiri di hadapan Tuhan
dengan hati yang bersih dan penuh pengharapan.

Sesudah itu Yesus melanjutkan pengajaran-Nya dengan perumpamaan tentang hamba yang setia dan hamba yang jahat.
"Siapakah hamba yang setia dan bijaksana,
yang diangkat oleh tuannya menjadi kepala atas hamba-hambanya
untuk memberikan mereka makan pada waktunya?
Berbahagialah hamba yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu
ketika tuannya datang.
Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas semua miliknya." [Mat 24:45-47]
Tetapi Yesus juga memberi peringatan keras:
"Akan tetapi jika hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya:
Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba lain
dan makan minum bersama para pemabuk,
maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkanya
dan pada saat yang tidak diketahuinya,
dan akan membunuh dia, membuat dia senasib dengan orang munafik;
di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi." [Mat 24:48-51]

Pesannya jelas:
berjaga-jaga bukanlah sikap pasif, melainkan hidup aktif dalam kesetiaan.
Hamba yang setia melaksanakan tanggung jawabnya, meski tuannya tidak hadir.
Ia taat bukan karena diawasi, melainkan karena kesetiaannya berasal dari hati.
Sebaliknya, hamba yang jahat merasa bebas berbuat semaunya
karena mengira tidak ada yang melihat.

Begitulah kita di hadapan Tuhan.
Hukum Tuhan tidak dimaksudkan untuk menakut-nakuti,
tetapi untuk menjaga kita tetap selamat.
Sama seperti rambu lalu lintas tidak hanya dibuat untuk memberi sanksi,
melainkan untuk melindungi kita dari kecelakaan.
Kita bisa saja melanggar dan merasa tidak terjadi apa-apa.
Tetapi ada saatnya, pelanggaran itu membawa celaka.
Dan pada akhirnya, tidak ada satu pun perbuatan yang luput dari pengadilan Tuhan.
Karena itu, berjaga-jaga dan setia bukanlah karena takut dihukum,
melainkan karena kasih Tuhan yang begitu besar kepada kita,
dan tentu kita ingin membalasnya dengan kesetiaan.
Kalau karena takut, mungkin ada unsur keterpaksaan.
Tetapi kalau karena kasih, kita melakukannya dengan tulus dan rela.
Itulah kesetiaan yang sejati, yang akan membuat kita layak berdiri di hadapan-Nya.
Amin.



Peringatan Orang Kudus
Santo Agustinus, Uskup dan Pujangga Gereja
Agustinus adalah bapa Gereja purba yang terkenal.
Ia lahir di Tagaste (sekarang: Souk-Ahras), Afrika Utara pada tanggal 13 Nopember 354.
Ibunya, Monika, seorang beriman Kristen dari sebuah keluarga yang taat agama; sedangkan ayahnya, Patrisius, seorang tuan tanah dan sesepuh kota yang masih kafir.
Berkat semangat doa Monika yang tak kunjung padam, Patrisius baru bertobat dan dipermandikan menjelang saat kematiannya. Kekafiran Patrisius sungguh berpengaruh besar pada diri anaknya Agustinus.  Karena itu Agustinus belum juga dipermandikan menjadi Kristen meskipun ia sudah besar.
Usaha ibunya untuk menanamkan benih iman Kristen padanya seolah-olah tidak berdaya mematahkan pengaruh kekafiran ayahnya.
Semenjak kecil Agustinus sudah menampilkan kecerdasan yang tinggi.
Karena itu ayahnya mencita-citakan agar ia menjadi seorang yang terkenal.
Ia masuk sekolah dasar di Tagaste.
Karena kecerdasannya, ia kemudian dikirim untuk belajar bahasa Latin dan macam-macam tulisan Latin di Madauros.
Pada usia 17 tahun, ia dikirim ke Kartago untuk belajar ilmu retorika.
Di Kartago, ia belajar dengan tekun hingga menjadi seorang murid yang terkenal.
Namun hidupnya tidak lagi tertib oleh karena pengaruh cara hidup banyak orang yang tidak mengikuti aturan­aturan moral.
Ia menganut aliran Manikeisme, suatu sekte keagamaan dari Persia yang mengajarkan bahwa semua barang material adalah buruk.
Minatnya pada aliran ini berakhir ketika ia menyaksikan kebodohan Faustus, seorang pengajar Manikeisme.
Selanjutnya selama beberapa tahun, ia meragukan semua kebenaran agama-agama.

Pada tahun 383 ia pergi ke Roma lalu ke Milano, kota pemerintahan dan kota kediaman Uskup Ambrosius.
Di Milano ia mengajar ilmu retorika.
Banyak orang Roma berbondong-bondong datang kepadanya hanya untuk mendengarkan kuliah dan pidatonya.
Di kota itu pun ia berkenalan dengan Uskup Santo Ambrosius, seorang mantan gubernur yang saleh.
Ia menyaksikan dari dekat cara hidup para biarawan yang mengikuti suatu disiplin hidup yang baik dan membahagiakan.
Mereka bijaksana, ramah dan saling mengasihi.
Hatinya tersentuh dan mulailah ia berpikir: "Apa yang mendasari hidup mereka? Injilkah yang menjiwai hidup mereka itu?"
Kecuali itu, ia sering mendengar kotbah-kotbah Uskup Ambrosius dan tertarik pada semua ajarannya.
Semuanya itu kembali menyadarkan dia akan nasihat-nasihat ibunya tatkala ia masih di Tagaste.
Suatu hari, ia mendengar suara ajaib seorang anak: "Ambil dan bacalah! ".
Tanpa banyak berpikir, ia segera menjamah Kitab Injil itu, membukanya dan membaca: "Marilah kita hidup sopan seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam perselisihan dan iri hati. Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya" (Rom 13:13-14).
Agustinus yang telah banyak mendalami filsafat itu akhirnya terbuka pikirannya dan melihat kebenaran sejati, yakni wahyu ilahi yang dibawakan Yesus Kristus.
Ia kemudian bertobat dan bersama dengan sahabatnya Alipius, ia dipermandikan pada tahun 387.
Dalam bukunya 'Confession', ia menuliskan riwayat hidup dan pertobatannya dan dengan terus terang mengakui betapa ia sangat terbelenggu oleh kejahatan dosa dan ajaran Manikeisme.
Suara hatinya terus mendorong dia agar memperbaiki cara hidupnya seperti banyak orang lain yang meneladani Santo Antonius dari Mesir.

Pada tahun 388, ia kembali ke Afrika bersama ibunya Monika.
Di kota pelabuhan Ostia, ibunya meninggal dunia.
Tahun-tahun pertama hidupnya di Afrika, ia bertapa dan banyak berdoa bersama beberapa orang rekannya.
Kemudian ia ditahbiskan menjadi imam pada tahun 391, dan bertugas di Hippo sebagai pembantu uskup kota itu.
Sepeninggal uskup itu pada tahun 395, ia dipilih menjadi Uskup Hippo.
Selama 35 tahun ia menjadi pusat kehidupan keagamaan di Afrika. Rahmat Tuhan yang besar atas dirinya dimuliakannya di dalam berbagai bentuk kidung dan tulisan.
Tulisan-tulisannya meliputi 113 buah buku, 218 buah surat dan 500 buah kotbah.
Tak terbilang banyaknya orang berdosa yang bertobat karena membaca tulisan-tulisannya.
Tulisan-tulisannya itu hingga kini dianggap oleh para ahli filsafat dan teologi sebagai sumber penting dari pengetahuan rohani.
Semua kebenaran iman Kristiani diuraikan secara tepat dan mendalam sehingga mampu menggerakkan hati orang.

Sebagai seorang uskup, Agustinus sangat menaruh perhatian besar pada umatnya terutama yang miskin dan melarat. Dialah yang mendirikan asrama dan rumah sakit pertama di Afrika Utara demi kepentingan umatnya.
Agustinus meninggal dunia pada tanggal 28 Agustus 430 tatkala bangsa Vandal mengepung Hippo.
Jenazah Agustinus berhasil diamankan oleh umatnya dan kini dimakamkan di basilik Santo Petrus.

Santo Hermes, Martir
Hermes adalah prefek kota Roma yang kemudian bertobat dan menjadi Kristen. Ia dibunuh bersama Paus Aleksander I pada tahun 116 pada masa pemerintahan Kaisar Hadrianus. Jenazahnya dimakamkan di Jalan Salasia, Roma.

Santo Musa Hitam, Pengaku iman
Musa berasal dari Etiopia. Ia bekerja pada seorang majikan kaya raya, namun kemudian dipecat karena melakukan banyak kesalahan dalam tugasnya. Lalu ia menjadi pemimpin suatu kawanan perampok yang merajalela di Mesir.
Oleh sentuhan rahmat Tuhan, ia sekonyong-konyong bertobat dan menjadi biarawan yang saleh sehingga dianggap layak untuk ditahbiskan menjadi imam. Ketika ia mengenakan jubah putih untuk merayakan misa pertama, Uskup berseru: "Lihatlah, orang hitam ini kini menjadi putih bersih!" Musa menjawab: "Itu bagian luarnya saja! Tuhan lebih tahu, bahwa hatiku masih hitam seperti kulitku".
Pada waktu suku Berber mengobrak-abrik biaranya, ia tidak melawan sedikit pun dan membiarkan diri dibunuh. Di biaranya - Dair al Baramus di Wadi Natrun - hingga kini para biarawan masih terus mendendangkan madah pujian kepada Tuhan dan berdoa dengan perantara­annya. Ia meninggal pada tahun 395.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-08-27 Rabu.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXI

Rabu, 27 Agustus 2025

PW S. Monika



Bacaan Pertama
1Tes 2:9-13

"Sambil bekerja siang malam, kami memberitakan Injil Allah kepada kalian."

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada jemaat di Tesalonika:

Saudara-saudara,
kalian tentu masih ingat akan usaha dan jerih payah kami.
Sebab kami bekerja siang malam,
agar jangan menjadi beban bagi siapa pun di antaramu.
Di samping itu kami pun memberitakan Injil Allah kepada kalian.
Kalianlah saksinya, demikian pula Allah,
betapa saleh, adil dan tak bercacatnya kami berlaku
di antara kalian yang telah menjadi percaya.

Kalian tahu, betapa kami telah menasihati kalian
dan menguatkan hatimu masing-masing,
seperti seorang bapa terhadap anak-anaknya;
dan betapa kami telah meminta dengan sangat,
agar kalian hidup sesuai dengan kehendak Allah,
yang memanggil kalian ke dalam Kerajaan dan kemuliaan-Nya.
Karena itulah
kami tak putus-putusnya mengucap syukur kepada Allah,
sebab kalian telah menerima sabda Allah yang kami beritakan itu.
Pemberitaan kami itu telah kalian terima
bukan sebagai kata-kata manusia, melainkan sebagai sabda Allah,
sebab memang demikian.
Dan sabda Allah itu bekerja giat di dalam diri kalian yang percaya.

Demikianlah sabda Tuhan.

ATAU BACAAN LAIN:
Sir 26:1-4.13-16

Pembacaan dari Kitab Putra Sirakh:

Berbahagialah suami dari istri yang baik,
umurnya akan berlipat ganda.
Istri berbudi menggembirakan suaminya,
yang dengan tenteram akan menggenapi umurnya.
Istri yang baik adalah harta indah,
yang dianugerahkan kepada orang yang takut pada Tuhan.
Entah kaya, entah miskin, giranglah hatinya,
dan selalu cerialah roman mukanya.

Keelokan istri menyenangkan suaminya,
tetapi kepandaiannya membesarkan hatinya.
Suatu anugerah dari Tuhanlah istri pendiam,
dan tak terbayarlah nilai istri yang terdidik.
Karunia berlipat-dualah seorang istri yang sopan,
dan perempuan murni tidak ada imbangannya.
Laksana matahari yang sedang terbit di atas pegunungan Tuhan,
demikianlah keelokan istri baik
di tengah rumah tangga yang rapih.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 139:7-8.9-10.11-12ab,R:1a

Refren: Tuhan, Engkau menyelidiki dan mengenal aku.

*Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu,
ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu?
Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana;
jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati,
Engkau ada di situ.

*Jika aku terbang dengan sayap fajar,
dan membuat kediaman di ujung laut,
di sana pun tangan-Mu akan menuntun aku,
dan tangan kanan-Mu memegang aku.

*Jika aku berkata, "Biarlah kegelapan melingkupi aku,
dan terang sekelilingku menjadi malam,"
maka kegelapan pun tidak menggelapkan bagi-Mu.

ATAU MAZMUR LAIN:
Mzm 131:1.2.3

Refren: Tuhan, peliharalah damai-Mu dalam batinku.

*Tuhan, aku tidak tinggi hati,
dan tidak memandang dengan sombong;
aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar
atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku.

*Sungguh, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku;
seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya,
ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku.

*Berharaplah kepada Tuhan, hai Israel,
dari sekarang sampai selama-lamanya.



Bait Pengantar Injil
1Yoh 2:5

Sempurnakanlah cinta Allah dalam hati orang
yang mendengarkan sabda Kristus.



Bacaan Injil
Mat 23:27-32

"Kalian ini keturunan pembunuh nabi-nabi."

Inilah Injil Suci menurut Matius:

Pada waktu itu Yesus bersabda,
"Celakalah kalian, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi,
hai kalian orang-orang munafik,
sebab kalian itu seperti kuburan yang dilabur putih.
Sebelah luarnya memang tampak bersih,
tetapi sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran.
Demikian pula kalian,
dari sebelah luar nampaknya benar,
tetapi sebelah dalam penuh kemunafikan dan kedurjanaan.

Celakalah kalian, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi,
hai kalian orang-orang munafik,
kalian membangun makam bagi nabi-nabi
dan memperindah tugu peringatan bagi orang-orang saleh,
dan sementara itu kalian berkata,
'Seandainya kami hidup pada zaman nenek moyang kita,
tentulah kami tidak ikut membunuh para nabi.'
Tetapi dengan demikian kalian bersaksi melawan dirimu sendiri,
bahwa kalian keturunan pembunuh nabi-nabi itu.
Jadi, penuhilah takaran para leluhurmu!"

Demikianlah sabda Tuhan.

ATAU BACAAN LAIN:
Luk 7:11-17

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Sekali peristiwa
Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain.
Para murid serta banyak orang pergi bersama Dia.
Ketika Yesus mendekati pintu gerbang kota,
ada orang mati diusung ke luar,
yaitu anak laki-laki tunggal seorang ibu yang sudah janda,
dan banyak orang kota itu menyertai janda tersebut.
Melihat janda itu,
tergeraklah hati Tuhan oleh belas kasihan.
Lalu Tuhan berkata kepadanya, "Jangan menangis!"
Dihampiri-Nya usungan jenazah itu dan disentuh-Nya.
Maka para pengusung berhenti.
Tuhan berkata,
"Hai Pemuda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!"
Maka bangunlah pemuda itu, duduk dan mulai berbicara.
Lalu Yesus menyerahkannya kepada ibunya.
Semua orang itu ketakutan,
dan mereka memuliakan Allah sambil berkata,
"Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita,"
dan, "Allah telah mengunjungi umat-Nya."
Maka tersiarlah kabar tentang Yesus di seluruh Yudea
dan di seluruh daerah sekitarnya.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Hari ini kita mendengar bagaimana Yesus mengecam para ahli Taurat dan orang Farisi. Sifat munafik mereka membuat Yesus gusar. Mereka kelihatan seolah-olah setia kepada Hukum Taurat, tetapi sebenarnya hati mereka tidak demikian.

Mereka senang berdoa dengan berdiri di rumah ibadat dan di tikungan jalan supaya dilihat orang. Mereka suka berjalan memakai jubah panjang, suka menerima penghormatan di pasar, dan senang duduk di tempat terdepan dalam perjamuan. Mereka mencela orang yang tidak berpuasa, yang melanggar hari Sabat, atau yang tidak membasuh tangan sebelum makan. Semua itu bukan karena kesetiaan kepada Allah, tetapi demi dipandang saleh oleh orang lain.

Yesus menyingkapkan kemunafikan ini dengan keras. Ia pernah berkata: "Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia" [Mat 15:8].

Lalu bagaimana dengan kita? Adakah kita masih menyimpan kemunafikan dalam hidup sehari-hari? Apakah kita datang ke gereja benar-benar untuk berjumpa dengan Tuhan dalam Ekaristi, atau hanya karena malu kalau ketahuan tidak hadir? Apakah kita berbuat baik karena dorongan kasih, atau karena ingin dihormati orang?

Yesus mengingatkan, jangan sampai kita sibuk menunjuk kemunafikan orang lain, tetapi lupa pada diri sendiri. "Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui?" Teguran ini jelas: kita mesti mulai dari diri sendiri, bebas dari kemunafikan, sebelum berbicara tentang orang lain.

Sumber kemunafikan sering kali adalah rasa malu akan kelemahan kita, lalu kita menutupinya dengan topeng kepura-puraan. Atau bisa juga karena kesombongan, terlalu meninggikan diri sendiri sehingga jadi congkak. Padahal Yesus sudah mengajarkan jalan yang lain: jalan kerendahan hati.

Ia bersabda, "Apabila engkau diundang ke suatu pesta perjamuan, pergilah duduk di tempat yang paling rendah. Mungkin tuan rumah akan berkata kepadamu: Sahabat, silakan duduk di depan. Dengan demikian engkau akan menerima hormat di depan mata semua tamu" [Luk 14:10]. Dan Yesus menegaskan, "Barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."

Inilah pesan bagi kita hari ini: tinggalkan kemunafikan, hidupi kejujuran, dan pelihara kerendahan hati. Sebab hanya dengan hati yang tulus, kita sungguh-sungguh memuliakan Tuhan.



Peringatan Orang Kudus
Santa Monika, Janda
Monika, ibu Santo Agustinus dari Hippo, adalah seorang ibu teladan. Iman dan cara hidupnya yang terpuji patut dicontoh oleh ibu-ibu Kristen terutama mereka yang anaknya tersesat oleh berbagai ajaran dan bujukan dunia yang menyesatkan. Riwayat hidup Monika terpaut erat dengan hidup anaknya Santo Agustinus yang terkenal bandel sejak masa mudanya. Monika lahir di Tagaste, Afrika Utara dari sebuah keluarga Kristen yang saleh dan beribadat. Ketika berusia 20 tahun, ia menikah dengan Patrisius, seorang pemuda kafir yang cepat panas hatinya.
Dalam kehidupannya bersama Patrisius, Monika mengalami tekanan batin yang hebat karena ulah Patrisius dan anaknya Agustinus. Patrisius mencemoohkan dan menertawakan usaha keras isterinya mendidik Agustinus menjadi seorang pemuda yang luhur budinya.  Namun semuanya itu ditanggungnya dengan sabar sambil tekun berdoa untuk memohon campur tangan Tuhan. Bertahun-tahun lamanya tidak ada tanda apa pun bahwa doanya dikabulkan Tuhan. Baru pada saat-saat terakhir hidupnya, Patrisius bertobat dan minta dipermandikan. Monika sungguh bahagia dan mengalami rahmat Tuhan pada saat-saat kritis hidup suaminya.
Ketika itu Agustinus berusia 18 tahun dan sedang menempuh pendidikannya di kota Kartago. Cara hidupnya semakin menggelisahkan hati ibunya karena telah meninggalkan imannya dan memeluk ajaran Manikeisme yang sesat itu. Lebih dari itu, di luar perkawinan yang sah, ia hidup dengan seorang wanita hingga melahirkan seorang anak yang diberi nama Deodatus. Untuk menghindarkan diri dari keluhan ibunya, Agustinus pergi ke Italia. Namun ia sama sekali tidak luput dari doa dan air mata ibunya.
Monika berlari meminta bantuan kepada seorang uskup. Kepadanya uskup itu berkata: "Pergilah kepada Tuhan! Sebagaimana engkau hidup, demikian pula anakmu, yang baginya telah kau curahkan begitu banyak air mata dan doa permohonan, tidak akan binasa. Tuhan akan mengembalikannya kepadamu". Nasehat pelipur lara itu tidak dapat menenteramkan batinnya. Ia tidak tega membiarkan anaknya lari menjauhi dia, sehingga kemudian ia menyusul anaknya ke Italia. Di sana ia menyertai anaknya di Roma maupun di Milano. Di Milano, Monika berkenalan dengan Uskup Santo Ambrosius. Akhirnya oleh teladan dan bimbingan Ambrosius, Agustinus bertobat dan bertekad untuk hidup hanya bagi Allah dan sesamanya. Saat itu bagi Monika merupakan puncak dari segala kebahagiaan hidupnya. Hal ini terlukis di dalam kesaksian Agustinus sendiri perihal perjalanan mereka pulang ke Afrika: "Kami berdua terlibat dalam pembicaraan yang sangat menarik, sambil melupakan liku-liku masa lampau dan menyongsong hari depan. Kami bertanya-tanya, seperti apakah kehidupan para suci di surga. Dan akhirnya dunia dengan segala isinya ini tidak lagi menarik bagi kami. Ibu berkata: "Anakku, bagi ibu sudah tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang memikat hatiku. Ibu tidak tahu untuk apa mesti hidup lebih lama. Sebab, segala harapan ibu di dunia ini sudah terkabul". Dalam tulisan lain, Agustinus mengisahkan pembicaraan penuh kasih antara dia dan ibunya di Ostia: "Sambil duduk di dekat jendela dan memandang ke laut biru yang tenang, ibu berkata: "Anakku, satu-satunya alasan yang membuat aku masih ingin hidup sedikit lebih lama lagi ialah aku mau melihat engkau menjadi seorang Kristen sebelum aku menghembuskan nafasku. Hal itu sekarang telah dikabulkan Allah, bahkan lebih dari itu, Allah telah menggerakkan engkau untuk mempersembahkan dirimu sama sekali kepadaNya dalam pengabdian yang tulus kepadaNya. Sekarang apa lagi yang aku harapkan?"
Beberapa hari kemudian, Monika jatuh sakit. Kepada Agustinus, ia berkata: "Anakku, satu-satunya yang kukehendaki ialah agar engkau mengenangkan daku di altar Tuhan". Monika akhirnya meninggal di Ostia, Roma. Teladan hidup Santa Monika menyatakan kepada kita bahwa doa yang tak kunjung putus, tak dapat tiada akan didengarkan Tuhan.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/