Liturgia Verbi 2025-12-01 Senin.

Liturgia Verbi (A-II)
Hari Biasa, Pekan Adven I

Senin, 1 Desember 2025

Ujud Gereja Universal: Umat Kristiani di daerah konflik.
Semoga umat Kristiani di daerah perang atau konflik, terutama di Timur Tengah, menjadi benih perdamaian, rekonsiliasi, dan harapan.

Ujud Gereja Indonesia: Kepedulian akan pengelolaan sampah.
Semoga keluarga-keluarga tergerak dan bertanggung jawab dalam pengelolaan sampah rumah tangga, sebagai bentuk kepedulian bagi bumi, rumah kita bersama.



Bacaan Pertama
Yes 2:1-5

"Tuhan menghimpun semua bangsa dalam kerajaan damai abadi Allah."

Pembacaan dari Kitab Yesaya:

Inilah firman yang dinyatakan kepada Yesaya, putera Amos,
tentang Yehuda dan Yerusalem.
"Pada hari-hari yang terakhir akan terjadilah hal-hal ini:
di atas gunung-gunung
dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit.
Segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana,
dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata,
'Mari, kita naik ke gunung Tuhan, ke rumah Allah Yakub,
supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya,
dan supaya kita berjalan menempuh jalan itu.
Sebab dari Sion akan keluar pengajaran,
dan dari Yerusalem akan keluar sabda Tuhan.'
Tuhan akan menjadi hakim antara bangsa-bangsa
dan akan menjadi wasit bagi banyak suku bangsa.
Maka mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak
dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas.
Bangsa yang satu tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap
bangsa yang lain, dan mereka tidak akan lagi berlatih perang.
Hai kaum keturunan Yakub,
mari kita berjalan di dalam terang Tuhan!"

Demikianlah sabda Tuhan.

Atau dalam tahun A (Yes 4:2-6)
"Akan terjadi sukacita bagi orang-orang Israel yang selamat."

Pembacaan dari Kitab Yesaya:

Pada waktu itu
tunas yang ditumbuhkan Tuhan akan menjadi permai dan mulia,
dan hasil bumi akan menjadi kebanggaan serta kehormatan
bagi orang-orang Israel yang selamat.
Dan semua orang yang tertinggal di Sion
dan yang tersisa di Yerusalem akan disebut kudus.
Mereka itu ialah setiap orang di Yerusalem
yang tercatat untuk beroleh hidup,
apabila Tuhan telah membersihkan kekotoran puteri Sion
dan menghapuskan segala noda darah Yerusalem
dari tengah-tengahnya
dengan roh yang mengadili dan yang membakar.

Maka Tuhan akan menjadikan di atas seluruh wilayah Gunung Sion
dan di atas semua pertemuan yang diadakan di situ,
segumpal awan pada waktu siang
dan segumpal asap serta sinar api yang menyala-nyala
pada waktu malam.
Sebab di atas semuanya itu akan ada kemuliaan Tuhan
sebagai tudung dan pohon tempat bernaung terhadap panas terik
pada waktu siang
dan sebagai perlindungan serta persembunyian
terhadap angin ribut dan hujan.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 122:1-2.3-4a.(4b-5.6-7).8-9,R:1

Refren: Aku bersukacita, ketika orang berkata kepadaku,
"Mari kita pergi ke rumah Tuhan."

*Aku bersukacita, ketika orang berkata kepadaku,
"Mari kita pergi ke rumah Tuhan."
Sekarang kaki kami berdiri
di pintu gerbangmu, hai Yerusalem.

*Hai Yerusalem, yang telah didirikan
sebagai kota yang bersambung rapat,
kepadamu suku-suku berziarah,
yakni suku-suku Tuhan.

*Untuk bersyukur kepada nama Tuhan
sesuai dengan peraturan bagi Israel.
Sebab di Yerusalemlah ditaruh kursi-kursi pengadilan,
kursi-kursi milik keluarga Raja Daud.

*Berdoalah untuk kesejahteraan Yerusalem:
"Biarlah orang-orang yang mencintaimu mendapat kesentosaan.
Biarlah kesejahteraan ada di lingkungan tembokmu,
dan kesentosaan di dalam purimu!"

*Oleh karena saudara-saudara dan teman-temanku
aku hendak mengucapkan:
"Semoga kesejahteraan ada di dalammu!"
Oleh karena rumah Tuhan, Allah kita,
aku hendak mencari kebaikan bagimu.



Bait Pengantar Injil
Mzm 80:4

Ya Allah, pulihkanlah kami,
buatlah wajah-Mu bersinar, maka selamatlah kami.



Bacaan Injil
Mat 8:5-11

"Banyak orang akan datang dari timur dan barat masuk Kerajaan Surga."

Inilah Injil Suci menurut Matius:

Pada waktu itu Yesus masuk ke kota Kapernaum.
Maka datanglah seorang perwira mendapatkan Dia
dan mohon kepada-Nya,
"Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh
dan ia sangat menderita."

Yesus berkata kepadanya, "Aku akan datang menyembuhkannya."
Tetapi perwira itu menjawab,
"Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku.
Katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.
Sebab aku sendiri seorang bawahan,
dan di bawahku ada pula prajurit.
Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: 'Pergi!',
maka ia pergi;
dan kepada seorang lagi, 'Datang!', maka ia datang;
ataupun kepada hambaku, 'Kerjakanlah ini!',
maka ia mengerjakannya."

Mendengar hal itu heranlah Yesus.
Maka Ia berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya,
"Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Kujumpai
pada seorang pun di antara orang Israel.
Aku berkata kepadamu,
Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat,
dan duduk makan bersama dengan Abraham, Ishak dan Yakub
di dalam Kerajaan Surga."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Hari ini kita kembali bertemu dengan kisah seorang perwira yang mendapatkan pujian langsung dari Yesus karena imannya. Membayangkan hal itu saja sudah membuat hati tersentuh. Betapa bahagianya jika para pemimpin negeri ini, juga para pemimpin gereja, mau meneladani perwira ini, sehingga hidup mereka memancarkan iman yang mempesona dan layak dipuji oleh Yesus sendiri.

Perwira ini adalah kepala pasukan Romawi, seorang kafir menurut pandangan orang Yahudi. Ia punya banyak anak buah, dan sebenarnya tidak kekurangan pilihan untuk mengganti seorang bawahan yang sedang sakit. Ia bisa saja berkata bahwa ia memiliki tugas yang jauh lebih penting daripada mengurusi seorang bawahan yang terbaring tak berdaya. Ia bukan dokter, bukan keluarga dari anak buahnya itu, dan tidak punya kewajiban moral apa pun untuk memperjuangkan kesembuhannya.

Namun ia melakukan sesuatu yang amat bertolak belakang dengan logika dunia. Ia memilih untuk peduli. Ia mengusahakan pertolongan bagi bawahannya, dan tidak sekadar pertolongan biasa, tetapi ia datang kepada Yesus—seseorang yang bahkan tidak pernah ia kenal sebelumnya, seseorang yang berbeda iman, berbeda suku, berbeda budaya. Sikap ini menunjukkan bahwa perwira tersebut bukan sekadar pemimpin, tetapi seorang manusia berhati mulia.

Kita sering begitu giat melakukan sesuatu jika menyangkut kepentingan diri kita sendiri. Tetapi ketika harus berkorban demi orang lain—mengorbankan waktu, tenaga, harga diri, atau materi—sering kali kita mundur. Dalam hal ini, perwira itu memberi teladan: ia menempatkan orang lain sebagai sesuatu yang berharga, sama seperti Yesus yang mengorbankan diri-Nya demi kita.

Hal lain yang sangat menyentuh adalah pemahamannya tentang kesetiaan. Ia menerima kesetiaan dari anak buahnya, dan ia sendiri setia kepada atasannya. Tetapi yang luar biasa adalah: ia juga setia kepada bawahannya. Ini sangat jarang. Kepemimpinan yang sejati memang bukan hanya mengharapkan kesetiaan dari orang lain, melainkan juga memberikan kesetiaan itu bagi mereka yang dipercayakan kepada kita.

Di dalam kesetiaan itu selalu ada kepercayaan. Orang yang tidak percaya tidak mungkin bisa setia. Dan di sinilah keindahan kisah ini: seorang kafir justru menunjukkan kepercayaan yang amat besar kepada Yesus. Ia percaya bahwa Yesus mampu menyembuhkan siapa saja—bahkan tanpa harus datang ke rumahnya. Inilah iman yang membuat Yesus terpukau.

Kepercayaan itu lahir dari kerendahan hati. Di mata banyak orang, perwira itu adalah tokoh yang dihormati dan disegani. Tetapi ia merendahkan diri di hadapan Yesus. Ia merasa tidak pantas menerima kunjungan Yesus. Ia tidak memaksa. Ia hanya berkata, "Tuan, aku tidak layak Engkau datang ke rumahku; katakan saja sepatah kata, maka hambaku akan sembuh."

Dan Yesus mengagumi iman itu. Iman seorang kafir, tetapi justru menjadi teladan bagi banyak orang beriman.

Itulah sebabnya Yesus berkata bahwa banyak orang akan datang dari timur dan barat dan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Yesus sedang membuka mata kita: jangan pernah menilai iman seseorang hanya dari label agamanya, kelompoknya, atau latar belakangnya. Kadang justru orang yang tidak pernah kita duga memiliki hati yang begitu besar dan iman yang begitu murni.

Semoga di awal bulan Desember, di masa Adven, hati kita pun diperbarui seperti perwira ini: peduli kepada sesama, rendah hati di hadapan Tuhan, dan percaya penuh kepada sabda-Nya.

Amin.



Peringatan Orang Kudus
Beato Dionisius dan Redemptus a Cruce, Martir Indonesia
Pierre Berthelot - demikian nama Santo Dionisius - lahir di kota Honfleur, Prancis pada tanggal 12 Desember 1600. Ayahnya Berthelot dan Ibunya Fleurie Morin adalah bangsawan Prancis yang harum namanya. Semua adiknya: Franscois, Jean, Andre, Geoffin dan Louis menjadi pelaut seperti ayahnya. Sang ayah adalah seorang dokter dan nakoda kapal. Pierre sendiri semenjak kecil (12 tahun) telah mengikuti ayahnya mengarungi lautan luas; dan ketika berusia 19 tahun ia sudah menjadi seorang pelaut ulung. Selain darah pelaut, ia juga mewarisi dari ayahnya hidup keagamaan yang kuat, yang tercermin di dalam kerendahan hatinya, kekuatan imannya, kemurnian dan kesediaan berkorban. Ia kemudian memasuki dinas perusahaan dagang Prancis. Dalam rangka tugas dagang, ia berlayar sampai ke Banten, Indonesia. Tetapi kapalnya dibakar oleh saudagar-saudagar Belanda dari kongsi dagang VOC. Berkat pengalamannya mengarungi lautan, ia sangat pandai menggambar peta laut dan memberikan petunjuk jalan.
Pierre kemudian bekerja pada angkatan laut Portugis di Goa, India. Namun ia senantiasa tidak puas dengan pekerjaannya itu. Ada keresahan yang senantiasa mengusik hatinya. Ia selalu merenungkan dan mencari arti hidup yang lebih mendalam. Ketika itu ia sudah berusia 35 tahun. Akan tetapi usia tidak menghalangi dorongan hatinya untuk hidup membiara. Ia diterima di biara Karmel. Namanya diubah menjadi Dionisius a Nativitate. Sekalipun ia sudah menjalani hidup membiara, namun ia masih beberapa kali menyumbangkan keahliannya kepada pemerintah, baik dengan menggambar peta maupun dengan mengangkat senjata membuyarkan blokade di Goa yang dilancarkan oleh armada Belanda (1636).
Di biara Karmel itulah, ia bertemu dengan Redemptus a Cruce, seorang bruder yang bertugas sebagai penjaga pintu biara dan koster, penerima tamu dan pengajar anak-anak. Redemptus lahir di Paredes, Portugal pada tahun 1598 dari sebuah keluarga tani yang miskin namun saleh dan taat agama. Orangtuanya memberinya nama Thomas Rodriguez da Cunha. Semenjak usia muda, ia masuk dinas ketentaraan Portugis dan ditugaskan ke India. Ia kemudian menarik diri dari dinas ketentaraan karena ingin menjadi biarawan untuk mengabdikan dirinya pada tugas-tugas keagamaan. Ia diterima sebagai bruder di biara Karmel.
Suatu ketika Raja Muda di Goa bermaksud mengirim utusan ke Aceh, Indonesia, yang baru saja berganti sultan dari Sultan Iskandar Muda ke Sultan Iskandar Thani. Ia ingin menjalin hubungan persahabatan karena hubungannya dengan sultan terdahulu tidak begitu baik. Sebagai seorang bekas pelaut yang sudah pernah datang ke Banten, Dionisius ditunjuk sebagai almosenir, juru bahasa dan pandu laut. Oleh karena itu tahbisan imamatnya dipercepat. Dionisius ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1637 oleh Mgr. Alfonso Mendez. Bruder Redemptus dengan izinan atasannya ikut serta dalam perjalanan dinas itu sebagai pembantu.
Pastor tentara Dionisius bersama rombongannya berangkat ke Aceh pada tanggal 25 September 1638 dengan tiga buah kapal: satu kapal dagang dan dua kapal perang. Penumpang kapal itu ialah: Don Fransisco de Sosa (seorang bangsawan Portugis), Pater Dionisius, Bruder Redemptus, Don Ludovico dan Soza, dua orang Fransiskan Rekolek, seorang pribumi dan 60 orang lainnya. Mereka berlabuh di Ole-Ole (kini: Kotaraja) dan disambut dengan ramah.
Tetapi keramahan orang Aceh ternyata hanya merupakan tipu muslihat saja. Orang-orang Belanda telah menghasut Sultan Iskandar Thani dengan menyebarkan isu bahwa bangsa Portugis datang hanya untuk meng-katolik-kan bangsa Aceh yang sudah memeluk agama Islam. Mereka semua segera ditangkap, dipenjarakan, dan disiksa agar menyangkal imannya. Selama sebulan mereka meringkuk di dalam penjara dalam keadaan yang sangat menyedihkan. Beberapa orang dari antara mereka meninggalkan imannya. Dionisius dan Redemptus terus meneguhkan iman saudara-saudaranya dan memberi mereka hiburan. Akhirnya di pesisir pantai tentara sultan mengumumkan bahwa mereka dihukum bukan karena berkebangsaan Portugis melainkan beriman KatoIik. Maklumat sultan ini diterjemahkan oleh Dionisius kepada teman-temannya. Sebelum menyerahkan nyawa ke tangan para algojo, mereka semua berdoa dan Pater Dionisius mengambil salib dan memperlihatkan kepada mereka supaya jangan mundur, melainkan bersedia mengorbankan nyawa demi Kristus Yang Tersalib dan yang telah menebus dosa dunia, dosa mereka. Dionisius memohon ampun kepada Tuhan dan memberikan absolusi terakhir kepada mereka satu per satu. Segera tentara menyeret Dionisius dan mulailah pembantaian massal.
Sepeninggal teman-temannya, Pater Dionisius masih bersaksi tentang Kristus dengan penuh semangat. Kotbahnya itu justru semakin menambah kebencian rakyat Aceh terhadapnya. Algojo-algojo semakin beringas untuk segera menamatkan riwayat Dionisius. Namun langkah mereka terhenti di hadapan Dionisius. Dengan sekuat tenaga mereka menghunuskan kelewang dan tombak akan tetapi seolah-olah ada kekuatan yang menahan, sehingga tidak ada yang berani. Segera kepala algojo mengirim utusan kepada sultan agar menambah bala bantuan. Dionisus berdoa kepada Tuhan agar niatnya menjadi martir dikabulkan. Dan permintaan itu akhirnya dikabulkan Tuhan. Dionisius menyerahkan diri kepada algojo-algojo itu. Seorang algojo - orang Kristen Malaka yang murtad - mengangkat gada dan disambarkan keras-keras mengenai kepala Dionisius, disusul dengan kelewang yang memisahkan kepala Dionisius dari tubuhnya.
Kemartiran Dionisius dengan kawan-kawannya disahkan Tuhan: mayat mereka selama 7 bulan tidak hancur, tetap segar seperti sedang tidur. Menurut saksi mata, jenazah Dionisius sangat merepotkan orang sekitarnya, karena setiap kali dibuang - ke laut dan tengah hutan - senantiasa kembali lagi ke tempat ia dibunuh. Akhirnya jenazahnya dengan hormat dimakamkan di Pulau Dien ('pulau buangan'). Kemudian dipindahkan ke Goa, India. Martir-martir itu dibunuh pada tanggal 29 Nopember 1638. Bersama Redemptus, Dionisius digelarkan 'beato' pada tahun 1900.

Santo Eligius, Uskup dan Pengaku Iman
Santo Eligius atau Eloi adalah seorang pandai emas dan pencetak uang logam di kota Paris pada abad yang ketujuh. Oleh raja Klotar, ia diminta membuat sebuah takhta. Tetapi dengan emas dan permata yang diserahkan raja untuk keperluan itu, Eloi berhasil menciptakan dua buah takhta yang indah sekali. Raja sangat mengagumi kejujurannya itu dan mengangkatnya menjadi kepala percetakan uang logam kerajaan.
Sejak saat itu Eloi menjadi seorang petinggi kerajaan dengan pendapatan yang lumayan pula; namun semuanya dimanfaatkan untuk menolong para tawanan dan fakir miskin. Rumahnya, bahkan meja makannya sendiri selalu dikelilingi orang-orang miskin.
Di samping pandai mencetak uang logam, ia juga seorang seniman. Kegemarannya ialah membuat tabut yang indah sebagai tempat penyimpanan relikui-relikui orang suci. Tabut yang pernah dikerjakannya antara lain tabut penyimpanan relikui Santo Martinus dan Santa Genoveva.
Eloi seorang yang saleh dan bijaksana; karena itu ia diangkat sebagai penasehat raja dan uskup-uskup. Tahun 641, ketika Uskup Noyon, Prancis meninggal dunia, ia sendiri yang dinobatkan menjadi Uskup Noyon. Di negeri Vlandria dan Zeelandia, ia berhasil membawa banyak orang kafir kepada Kristus. Selama 20 tahun ia berusaha keras memajukan Kerajaan Kristus disertai banyak mujizat sebagai peneguh kebenaran iman yang diwartakannya. Segala macam takhayul serta kepercayaan yang sia-sia dilawan dan ditentangnya. Sesudah bekerja keras memperluas Kerajaan Kristus di dunia ini, Eloi meninggal dunia pada tahun 660.

Santa dan Santo Adrianus dan Natalia, Martir
Suami-istri ini mati sebagai martir pada abad ke-4 di Nikomedia pada masa pemerintahan Kaisar Diokletianus – Licinius. Adrianus adalah seorang perwira Romawi yang bertugas di Nikomedia. Ia belum dipermandikan, namun sudah beriman kepada Yesus; sedangkan isterinya, Natalia, seorang Kristen yang saleh.
Suatu ketika Adrianus diperintahkan untuk mengejar, menangkap, dan menganiaya umat Kristen. Maklumlah penguasa Romawi sangat benci kepada umat Kristen karena mereka tidak mau menyembah dewa-dewa Romawi. Adrianus bingung. Ia sendiri pernah menyaksikan penganiayaan terhadap 23 orang Kristen. Hatinya tidak tahan, karena ia merasa seiman dengan mereka. Terdorong oleh cintanya kepada orang-orang seiman, dengan berani ia mengatakan kepada para serdadu Romawi lainnya: "Tangkaplah dan siksalah juga aku sebab aku sendiri pun orang Kristen." Ia rela menyerahkan diri untuk ditangkap dan digiring ke penjara. Mendengar peristiwa penangkapan Adrianus, Natalia datang ke penjara untuk menemuinya. Kepada Adrianus, ia berkata: "Adrian, engkau diberkati Allah, karena berani mengakui imanmu di hadapan orang-orang kafir. Sesungguhnya engkau telah menemukan harta kekayaan yang tidak diwariskan orangtuamu . . . " Natalia meminta dengan sangat kepada Adrianus agar menguatkan juga hati teman-temannya di penjara. Selain itu ia berusaha agar Adrianus mendapat pelajaran agama dan dibaptis di dalam penjara. Hal itu diketahui penjaga penjara, sehingga mulai saat itu ia tidak diizinkan lagi menemui suaminya di penjara. Namun ia tidak kehabisan akal: ia menyamar sebagai pemuda dan berhasil menemui Adrianus di penjara. Kepadanya ia berpesan agar berdoa untuknya bila sudah berada di surga.
Adrianus bersama orang-orang Kristen lainnya dijatuhi hukuman mati. Pelaksanaan hukuman mati itu disaksikan Natalia. Ia menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana anggota tubuh suaminya dicincang. Keinginannya untuk ikut serta terjun ke dalam bara api sungguh tak terbendung, ketika tubuh suaminya dilemparkan ke tengah jilatan api bersama martir-martir lainnya. Api kemudian padam karena sekonyong-konyong turun hujan lebat.  Orang-orang Kristen mengumpulkan sisa-sisa jenazahnya dan memakamkannya dekat Argyropolis, di pantai Bosporus, Turki.
Natalia sendiri menyimpan tangan suaminya sebagai relikui kudus. Ia tidak mau menetap di Nikomedia karena merasa terancam oleh penguasa Romawi yang kafir. Ia memutuskan untuk tinggal tidak jauh dari makam suaminya. Beberapa lama setelah berada di Argyropolis, ia pun wafat dengan damai dan dimakamkan dekat kubur Adrianus di antara para martir lainnya. Ia dimasukkan dalam bilangan para martir karena situasi kematiannya. Adrianus adalah martir populer waktu itu dan dijadikan pelindung para serdadu. Ia juga sering dimintai perlindungannya apabila ada wabah penyakit.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-11-30 Minggu.

Liturgia Verbi (A-II)
Hari Minggu Adven I

Minggu, 30 November 2025



Bacaan Pertama
Yes 2:1-5

"Tuhan menghimpun semua bangsa
dalam kerajaan Allah yang damai abadi."

Pembacaan dar Kitab Yesaya:

Inilah firman yang dinyatakan kepada Yesaya, putera Amos,
tentang Yehuda dan Yerusalem.
Pada hari-hari yang terakhir akan terjadilah hal-hal ini:
Gunung tempat rumah Tuhan
akan berdiri tegak di puncak gunung-gunung
dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit.
Segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana,
dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata,
"Mari kita naik ke gunung Tuhan, ke rumah Allah Yakub,
supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya,
dan supaya kita berjalan menempuh jalan itu.
Sebab dari Sion akan keluar pengajaran,
dan dari Yerusalem akan keluar sabda Tuhan."
Tuhan akan menjadi hakim antara bangsa-bangsa
dan akan menjadi wasit bagi banyak suku bangsa.
Maka mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak
dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas.
Bangsa yang satu tidak akan lagi mengangkat pedang
terhadap bangsa yang lain,
dan mereka tidak akan lagi berlatih perang.
Hai kaum keturunan Yakub,
mari kita berjalan di dalam terang Tuhan!

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 122:1-2.4-5.6-7.8-9,R:1

Refren: Mari kita pergi ke rumah Tuhan dengan sukacita.

*Aku bersukacita, ketika orang berkata kepadaku,
"Mari kita pergi ke rumah Tuhan."
Sekarang kaki kami berdiri
di pintu gerbangmu, hai Yerusalem.

*Kepadamu, hari Yerusalem, suku-suku berziarah,
yakni suku-suku Tuhan,
untuk bersyukur kepada nama Tuhan
sesuai dengan peraturan bagi Israel.
Sebab di Yerusalemlah ditaruh kursi-kursi pengadilan,
kursi-kursi milik keluarga raja Daud.

*Berdoalah untuk kesejahteraan Yerusalem:
"Biarlah orang-orang yang mencintaimu mendapat kesentosaan.
Biarlah kesejahteraan ada di lingkungan tembokmu,
dan kesentosaan di dalam purimu!"

*Oleh karena saudara-saudara dan teman-temanku
aku hendak mengucapkan: Semoga kesejahteraan ada di dalammu.
Oleh karena rumah Tuhan, Allah kita,
aku hendak mencari kebaikan bagimu.



Bacaan Kedua
Rom 13:11-14a

"Keselamatan sudah dekat pada kita."

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma:

Saudara-saudara,
kamu mengetahui keadaan waktu sekarang:
Saatnya telah tiba kamu bangun dari tidur.
Sebab sekarang ini keselamatan sudah lebih dekat pada kita
daripada waktu kita baru mulai percaya.
Malam sudah hampir lewat,
dan sebentar lagi pagi akan tiba.

Sebab itu marilah kita menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan,
dan mengenakan perlengkapan senjata terang!
Marilah kita hidup dengan sopan,
seperti pada siang hari,
jangan dalam pesta pora dan kemabukan,
jangan dalam percabulan dan hawa nafsu,
jangan dalam perselisihan dan iri hati.
Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus
sebagai perlengkapan senjata terang.

Demikianlah sabda Tuhan.



Bait Pengantar Injil
Mzm 85:8

Perlihatkanlah kepada kami kasih setia-Mu, ya Tuhan,
dan berilah kami keselamatan yang dari pada-Mu.



Bacaan Injil
Mat 24:37-44

"Berjaga-jagalah dan siap siagalah!"

Inilah Injil Suci menurut Matius:

Sekali peristiwa
Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya,
"Seperti halnya pada zaman Nuh,
demikianlah kelak pada kedatangan Anak Manusia.
Pada zaman sebelum air bah itu
orang makan dan minum,
kawin dan mengawinkan,
sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera;
mereka tidak menyadari apa yang terjadi
sampai air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua.
Demikian pulalah halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia.
Pada waktu itu kalau ada dua orang di ladang,
yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan.
Kalau ada dua orang perempuan sedang menggiling gandum,
yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan.
Oleh karena itu berjaga-jagalah,
sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.

Tetapi ketahuilah ini:
Jika tuan rumah tahu pada waktu mana pencuri datang waktu malam,
pastilah ia berjaga-jaga,
dan tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar.
Sebab itu, hendaklah kamu selalu siap siaga,
karena Anak Manusia datang
pada saat yang tidak kamu duga."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Selamat tahun baru Liturgi.
Menyambut Tahun Baru Liturgi A/II, Ibu Erna Kusuma membawakan renungan untuk *The Power of Word* berikut ini:

"*Adven, Saatnya Bangun Menghadirkan Damai*"
Yes 2:1-5, Rom 13:11-14a, Mat 24:37-44
Oleh Erna Kusuma

*Doa Pembuka*:
Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus, Amin.
Allah Bapa yang Mahakasih,
pada awal Tahun Liturgi yang baru ini,
kami datang kepada-Mu dengan hati yang penuh syukur.
Bimbinglah kami agar memasuki Masa Adven dengan hati yang terjaga,
siap mendengar sabda-Mu
dan siap membangun damai di keluarga dan komunitas kami.
Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
Amin.

________________________________________
*Renungan*:

Bapak-Ibu dan Saudara-saudara yang terkasih dalam Yesus Kristus,
Hari ini kita memasuki Masa Adven, masa penantian yang penuh pengharapan. Gereja mengajak kita untuk bangun dari tidur rohani,
bukan hanya bangun secara jasmani,
tetapi membangunkan kembali hati yang sudah mulai terasa biasa-biasa saja,
doa yang mulai meredup,
dan perhatian kepada Tuhan yang sering tersisih oleh kesibukan.

Santo Paulus dalam Rom 13:11-12 berkata,
"Saatnya telah tiba bagi kamu untuk bangun dari tidur… Hari sudah siang."
Kalimat ini begitu kuat,
dan secara pribadi sering saya renungkan dalam kehidupan sehari-hari.

Ketika bangun pagi, umumnya kita langsung disibukkan dengan berbagai urusan.
Pagi terasa berat, seperti ada sesuatu yang kurang.
Namun ketika kita memilih untuk berhenti sejenak,
untuk terlebih dahulu menyapa Tuhan dalam doa pagi, walau hanya beberapa menit,
kita justru merasakan sesuatu yang berbeda.
Pagi terasa lebih cerah, lebih ringan, lebih damai.
Tuhan pasti merasa sukacita ketika kita daraskan doa,
"Tuhan, hari ini saya mau berusaha menjaga perkataan dan sikap saya.
Saya tidak mau mengeluarkan kata-kata yang membuat Engkau bersedih
Saya tidak mau menyakiti hati siapa pun, baik dengan sikap, perkataan, apalagi perbuatan."
Hal ini akan semakin meyakinkan kita
bahwa bangun dari tidur rohani bukan hanya sekadar ajakan dari Santo Paulus,
tetapi sesuatu yang benar-benar bisa kita alami setiap hari
saat kita membuka dan memulai pagi bersama Tuhan.

Bacaan Injil hari ini juga mengingatkan kita untuk berjaga-jaga.
Yesus menegur orang-orang pada zaman Nuh
yang terlalu sibuk dengan urusan hidup
sampai tidak sadar kalau Tuhan sedang mengetuk.
Bukankah ini juga terjadi dalam kehidupan kita sekarang ini?
Kesibukan kerja, urusan keluarga, beban ekonomi,
sampai distraksi digital, semua bisa membuat hati kita tertidur.
Karena itu Adven menjadi kesempatan untuk menata ulang hati kita.
Kita tidak diminta melakukan hal besar.
Kadang cukup dengan menyapa Tuhan di pagi hari,
membuka sedikit waktu untuk-Nya, atau mengingatkan diri sendiri
agar tidak mengucapkan atau melakukan hal-hal yang dapat melukai sesama.
Langkah sederhana seperti ini sudah menjadi awal yang indah.

Dari nubuat Yesaya 2:1-5,
kita diundang melangkah lebih jauh: menghadirkan damai.
Yesaya memakai gambaran yang begitu indah: pedang ditempa menjadi mata bajak.
Pedang melambangkan pertengkaran, kemarahan, dan kata-kata yang menusuk.
Mata bajak menggambarkan kehidupan baru, kesuburan, dan damai.
Pertanyaannya: Apakah di rumah kita, atau di lingkungan kita,
masih ada "pedang" yang perlu ditempa menjadi "mata bajak"?
Pedang itu bisa berupa nada bicara yang tajam, kekecewaan yang dipendam,
atau kebiasaan kita berbicara tanpa memikirkan perasaan orang lain.
Dan sering kali itu muncul justru kepada orang yang kita sayangi.

Adven mengajak kita memulai perubahan terhadap hal-hal kecil:
menahan diri sebelum bicara, memaafkan lebih cepat, menurunkan nada suara, memilih kata yang membangun,
dan menyediakan sedikit waktu untuk berdoa bersama.

Ketika pedang itu ditempa menjadi mata bajak, tanah hati kita menjadi lebih subur. Damai tumbuh, kasih menguat, dan keluarga menjadi tempat Tuhan berdiam.

Maka pada Minggu Adven pertama ini,
marilah kita bangun hati kita dan menghadirkan damai.
Tuhan ingin menyapa kita setiap hari,
sama seperti kita menyapa-Nya dalam doa pagi.
Biarlah langkah-langkah kecil kita menjadi terang pertama
baik di dalam komunitas maupun di dalam keluarga,
karena itulah tandanya kita siap menyambut kedatangan Tuhan.
Amin.
________________________________________
*Doa Penutup*:

Marilah kita berdoa.
Allah Bapa yang penuh kasih,
Bangunkanlah kami agar setiap hari kami semakin peka akan kehadiran-Mu.
Bimbinglah kami untuk menjaga perkataan, sikap, dan tindakan kami,
agar tidak mudah melukai hati sesama, terlebih membuat Engkau bersedih.
Ajarilah kami menempa pedang menjadi mata bajak,
mengubah pertengkaran menjadi perdamaian,
dan menyalakan terang kasih-Mu di dalam keluarga dan komunitas kami.
Semoga sepanjang Masa Adven ini hati kami siap
untuk menyambut Putera-Mu yang datang membawa damai dan keselamatan.
Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami.
Amin.
Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus, Amin.



Peringatan Orang Kudus
Santo Andreas, Rasul
Andreas, salah seorang dari keduabelas Rasul Yesus, Tuhan kita. Mulanya ia berguru pada Yohanes Pembaptis; tetapi kemudian ia bersama seorang kawannya mengikuti dan menjadi murid Yesus, segera setelah Yohanes mengarahkan perhatian murid-muridnya kepada Yesus dengan menyebutNya "Anak Domba Allah" yang dinantikan Israel (Yoh 1:36-42).
Saudara Simon Petrus ini adalah nelayan kelahiran Betsaida, sebuah kota di tepi danau Genesaret (Mrk 6:45; Yoh 1:44; 12:21). Ayahnya Yohanes (Yona) adalah juga seorang nelayan di Kapernaum, sebuah kota yang letaknya 4 km sebelah barat muara Yordan pada danau Genesaret. Andreas-lah yang membawa Simon saudaranya (yang kemudian disebut Yesus 'Petrus', Si Batu Karang) kepada Yesus. Bersama Yakobus dan Yohanes (anak-anak Zebedeus), Andreas dan Simon adalah murid-murid Yesus yang pertama. Ketika beberapa orang Yunani mau bertemu dengan Yesus, Andreas-lah yang membawa mereka kepada Yesus dan menyampaikan maksud mereka itu kepadaNya. Karena keutamaannya ini, Santo Beda menjuluki dia "Pengantar kepada Kristus."
Andreas memainkan suatu peran yang penting di dalam peristiwa-peristiwa kehidupan Yesus. Ia hadir pada saat Yesus mengadakan mujizat perbanyakan roti kepada lima ribu orang; bahkan justru dialah yang memberitahukan kepada Yesus perihal anak lelaki kecil yang membawa lima ketul roti dan dua ekor ikan itu (Yoh 6:5-9). Ia juga ada di antara empat orang rasul yang mempertanyakan kepada Yesus perihal tibanya hari akhirat (Mrk 13:3,4).
Setelah Yesus naik ke surga, Andreas ada di antara rasul-rasul lainnya di ruang atas untuk menantikan turunnya Roh Kudus yang dijanjikan Yesus. Konon, ia kemudian mewartakan Injil di Scytia dan Yunani, dan kemudian menurut tradisi (yang agak diragukan), ia pergi ke Byzantium, di mana ia mengangkat Stachys menjadi Uskup setempat.
Di mana, kapan, dan bagaimana Andreas wafat kurang diketahui jelas. Namun seturut tradisi, ia wafat di Patras, Acaia, digantung pada sebuah salib yang berbentuk huruf "X" (silang). Ia bergantung di salib itu selama 2 hari, dan selama itu ia terus berkotbah kepada khalayak yang datang menyaksikannya. Ia tidak dipakukan melainkan diikat saja pada salib itu, sehingga lebih lama ia menderita sebelum menghembuskan nafasnya. Salib ini kemudian dinamakan orang "Salib Santo Andreas".
Pada masa pemerintahan Kaisar Konstansius II, salib relikui Andreas itu dipindahkan dari Patras ke gereja para Rasul di Konstantinopel. Sesudah kota itu rusak oleh Perang Salib pada tahun 1204, maka salib itu dicuri dan kemudian disimpan di katedral Amalfi di Italia. Kurang jelas apakah ia pernah berkotbah di Rusia dan Skotlandia seperti yang dikatakan oleh tradisi. Yang jelas ialah bahwa ia dijadikan pelindung kedua negara itu.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-11-29 Sabtu.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXXIV

Sabtu, 29 November 2025



Bacaan Pertama
Dan 7:15-27

"pemerintahan, kekuasaan dan keagungan akan diberikan kepada
orang-orang kudus, umat Allah yang mahatinggi."

Pembacaan dari Nubuat Daniel:

Aku, Daniel, terharu karena penglihatan yang kualami,
dan hatiku sangat gelisah oleh karena penglihatan yang telah kulihat.
Maka aku mendekati salah seorang yang berdiri di sana,
dan aku minta penjelasan tentang semuanya itu.

Maka berkatalah ia kepadaku dan memberitahukan maknanya,
"Keempat ekor binatang besar itu ialah
empat raja yang akan muncul dari dalam bumi.
Sesudah itu orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi
akan menerima pemerintahan,
dan mereka akan memegang pemerintahan itu
sampai selama-lamanya."

Lalu aku ingin mendapat penjelasan tentang binatang yang keempat,
yang berbeda dengan binatang-binatang lainnya.
Binatang itu sangat menakutkan, bergigi besi dan berkuku tembaga.
Binatang itu melahap dan meremukkan mangsanya,
dan sisanya diinjak-injak dengan kakinya.
Aku juga ingin mendapat penjelasan tentang kesepuluh tanduk
yang ada pada kepalanya,
dan tentang tanduk yang lain,
yakni tanduk
yang mempunyai mata serta mulut yang menyombong;
yang tumbuh sehingga patahlah tiga tanduk terdahulu,
serta nampaknya lebih besar dari semua tanduk yang sudah ada.
Tanduk itulah yang kulihat berperang melawan orang-orang kudus
dan mengalahkan mereka,
sampai Yang Lanjut Usia datang dan keadilan diberikan
kepada orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi.
--- Dan datanglah waktunya
orang-orang kudus itu memegang pemerintahan. ---

Maka demikianlah katanya,
"Binatang yang keempat itu ialah kerajaan keempat
yang akan ada di bumi,
dan yang berbeda dengan segala kerajaan lain;
ia akan menelan seluruh bumi,
menginjak-injaknya dan meremukkannya.
Kesepuluh tanduk itu ialah kesepuluh raja
yang muncul dari kerajaan itu.
Sesudah mereka akan muncul seorang raja;
dia berbeda dengan raja-raja yang dahulu
dan akan merendahkan tiga raja.
Ia akan mengucapkan kata-kata yang menentang Yang Mahatinggi,
dan akan menganiaya orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi.
Ia berusaha untuk mengubah waktu dan hukum,
dan mereka akan diserahkan ke dalam tangannya
selama satu masa dan dua masa dan setengah masa.

Lalu Majelis Pengadilan akan bersidang.
Kekuasaan akan dicabut dari raja itu,
ia akan dimusnahkan dan dihancurkan sampai lenyap.
Maka pemerintahan, kekuasaan dan keagungan semua kerajaan di bawah langit
akan diberikan kepada orang-orang kudus,
umat Allah Yang Mahatinggi.
Pemerintahan mereka adalah pemerintahan yang kekal,
segala kekuasaan akan mengabdi dan patuh kepada mereka.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
T.Dan 3:82.83.84.85.86.87,

Refren:

*Pujilah Tuhan, hai anak-anak manusia.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai umat Israel.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai para imam Tuhan.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai para hamba Tuhan.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai roh dan jiwa orang-orang benar.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai semua yang mursid dan rendah hati.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.



Bait Pengantar Injil
Luk 21:36

Berjaga-jagalah  dan berdoalah selalu,
agar kalian layak berdiri di hadapan Anak Manusia.



Bacaan Injil
Luk 21:34-36

"Berjaga-jagalah,
agar kalian terluput dari malapetaka yang akan terjadi."

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Pada waktu itu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,
"Jagalah dirimu,
jangan sampai hatimu sarat oleh pesta pora dan kemabukan
serta kepentingan-kepentingan duniawi,
dan jangan sampai hari Tuhan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat.
Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini.
Berjaga-jagalah senantiasa, sambil berdoa,
agar kalian mendapat kekuatan
untuk luput dari semua yang akan terjadi itu,
dan agar kalian tahan berdiri di hadapan Anak Manusia."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Masih dalam rangkaian peringatan akan kehancuran Yerusalem dan kedatangan Kristus yang kedua kali untuk melaksanakan penghakiman, hari ini kita diajak menyoroti perbedaan antara hukum Allah dan hukum dunia. Yesus memberi peringatan yang tegas: berjaga-jagalah, jangan sampai hati kita dibebani oleh pesta pora, kemabukan, dan segala kesibukan duniawi. Hal-hal seperti ini memang tidak dilarang oleh undang-undang. Tidak ada aturan negara yang melarang seseorang untuk berpesta setiap hari, atau mengejar hal-hal duniawi tanpa batas. Tetapi Yesus sedang mengingatkan bahwa persoalannya bukan soal legal atau ilegal; persoalannya adalah soal keselamatan jiwa.

Pesan Yesus sederhana tetapi sangat dalam: jangan biarkan urusan duniawi menenggelamkan kita, sampai-sampai kita taat kepada hukum dunia tetapi mengabaikan hukum Tuhan. Kita bisa saja lolos dari hukum dunia, tetapi tidak seorang pun dapat lolos dari pantauan Tuhan. Dalam hukum dunia, yang benar bisa disalahkan dan yang salah bisa dilegalkan. Namun dalam hukum Tuhan, tidak ada pemutarbalikan fakta. Pada saatnya nanti, semua akan diadili dengan adil, dan tidak ada seorang pun yang dapat menghindar.

Tentu, urusan duniawi itu tetap penting. Kita butuh makan, butuh rumah, butuh kesehatan, butuh pengakuan, rasa aman, dan kenyamanan. Semua itu benar adanya, dan Tuhan pun tahu kebutuhan kita. Burung pipit yang kecil saja dipelihara Tuhan—apalagi kita yang jauh lebih berharga di mata-Nya.

Tetapi persoalannya muncul ketika kita harus memilih—ketika ada benturan antara kepentingan surgawi dan kepentingan duniawi. Di sinilah sikap berjaga-jaga menjadi penting. Bacaan pertama dari kitab Daniel menggambarkan bagaimana kerajaan-kerajaan dunia, dengan segala kekuatan dan kebesarannya, pada akhirnya akan berlalu. Yang tinggal hanyalah kerajaan Allah yang kekal, yang diberikan kepada umat-Nya yang setia.

Maka ketika pilihan sulit datang, kini kita tahu bahwa itu sebenarnya bukanlah dilema: yang surgawi selalu lebih utama. Yang duniawi memang tetap perlu, tetapi yang surgawi jauh lebih mendesak untuk diperhatikan. Sebab kalau kita menomorsatukan yang surgawi, Tuhan sendiri akan mengatur bagian duniawi kita.

Amin.



Peringatan Orang Kudus
Tidak ada peringatan Orang Kudus.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-11-28 Jumat.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXXIV

Jumat, 28 November 2025



Bacaan Pertama
Dan 7:2-14

"Seseorang serupa Anak Manusia datang bersama awan-gemawan."

Pembacaan dari Nubuat Daniel:

Aku, Daniel, mendapat suatu penglihatan pada waktu malam.
Tampak keempat angin dari langit mengguncangkan laut besar.
Lalu naiklah empat binatang besar dari dalam laut,
yang satu berbeda dengan yang lain.
Yang pertama rupanya seperti seekor singa
dan mempunyai sayap burung rajawali.

Aku terus melihatnya sampai sayapnya tercabut
dan ia terangkat dari tanah
dan ditegakkan pada dua kaki seperti manusia,
dan kepadanya diberikan hati manusia.

Dan tampak ada seekor binatang yang lain, yang kedua,
rupanya seperti beruang.
Ia berdiri pada sisinya yang sebelah,
dan tiga tulang rusuk masih ada di dalam mulutnya di antara giginya.
Kepadanya dikatakan demikian,
'Ayo, makanlah daging banyak-banyak.'
Kemudian aku melihat, tampak seekor binatang lain lagi,
rupanya seperti macan tutul.
Ada empat sayap burung pada punggungnya.
Lagipula binatang itu berkepala empat,
dan kepadanya diberikan kekuasaan.
Kemudian aku melihat dalam penglihatan malam itu,
tampak seekor binatang yang keempat,
yang menakutkan dan mendahsyatkan,
ia sangat kuat.
Ia bergigi besar dari besi.
ia melahap dan meremukkan mangsanya,
dan sisanya diinjak-injaknya dengan kakinya.
ia berbeda dengan segala binatang yang terdahulu.
lagipula ia bertanduk sepuluh.
Sementara aku memperhatikan tanduk-tanduk itu,
tumbuhlah di antaranya suatu tanduk lain yang kecil,
sehingga tiga dari tanduk-tanduk yang dahulu tercabut.
Pada tanduk itu tampak ada mata seperti mata manusia
dan mulut yang menyombong.

Sementara aku terus melihat, takhta-takhta diletakkan,
lalu duduklah Yang Lanjut Usianya.
Pakaian-Nya putih seperti salju
dan rambut-Nya bersih seperti bulu domba.
Takhta-Nya dari nyala api, rodanya dari api yang berkobar-kobar.
Suatu sungai api timbul dan mengalir dari hadapan-Nya.
Beribu-ribu melayani Dia,
dan beratus-ratus ribu berdiri di hadapan-Nya.
Lalu duduklah Majelis Pengadilan dan dibukalah Kitab-kitab.
Aku terus melihatnya,
karena tanduk kecil binatang yang keempat itu mengucapkan kata-kata sombong.
Aku terus melihatnya sampai binatang itu dibunuh.
Bangkainya dibinasakan dan dilemparkan
ke dalam api yang membakar.
Juga kekuasaan binatang-binatang yang lain dicabut,
dan jangka hidup mereka ditentukan sampai waktu dan saatnya.

Aku terus melihat dalam penglihatan waktu malam itu,
tampak seorang serupa Anak Manusia
datang dari langit bersama awan-gemawan.
Ia menghadap Dia yang telah lanjut usia-Nya
dan diantar ke hadapan-Nya.
Kepada yang serupa Anak Manusia itu
diserahkan  kekuasaan, kehormatan dan kuasa sebagai raja.
Dan segala bangsa, suku dan bahasa mengabdi kepada-Nya.
Kekuasaan-Nya kekal adanya dan kerajaan-Nya takkan binasa.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
T.Dan 3:75.76.77.78.79.80.81,

Refren:

*Pujilah Tuhan, hai gunung-gemunung.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai segala tumbuhan di bumi.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai segenap mata air dan bukit.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai lautan dan sungai.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai raksasa lautan dan segala yang bergerak di air.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai unggas di udara.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai segala binatang buas dan ternak di bumi.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.



Bait Pengantar Injil
Luk 21:28

Angkatlah kepalamu, sebab penyelamatmu sudah dekat.



Bacaan Injil
Luk 21:29-33

"Jika kalian melihat hal-hal itu terjadi,
ketahuilah bahwa Kerajaan Allah sudah dekat."

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Pada waktu itu
Yesus mengemukakan perumpamaan ini kepada murid-murid-Nya,
"Perhatikanlah pohon ara atau pohon apa saja.
Apabila kalian melihat pohon-pohon itu sudah bertunas,
kalian tahu dengan sendirinya, bahwa musim panas sudah dekat.
Demikian pula, jika kalian melihat hal-hal itu terjadi,
ketahuilah, bahwa Kerajaan Allah sudah dekat.
Aku berkata kepadamu:
Sungguh, angkatan ini takkan berlalu, sebelum semuanya terjadi.
Langit dan bumi akan berlalu, tetapi sabda-Ku takkan berlalu."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Hari ini renungan dari Daily Fresh Juice berikut ini:

Para Pendengar dan Pewarta Daily Fresh Juice,
Hari ini saya ingin memulai dengan sebuah pengakuan sederhana.
Injil Lukas hari ini bukanlah bacaan yang mudah bagi saya.
Terutama dua kalimat terakhir, ayat 32 dan 33,
entah sudah berapa kali saya membacanya,
dan saya tetap tidak menangkap apa maksud Yesus ini,
"Sungguh, angkatan ini takkan berlalu, sebelum semuanya terjadi.
Langit dan bumi akan berlalu, tetapi sabda-Ku takkan berlalu."
Setiap kali saya membaca ayat ini, saya seperti terhenti.
Apa yang dimaksudkan oleh Yesus? Siapa yang dimaksud dengan "angkatan ini"?
Dan bagaimana mungkin langit dan bumi berlalu, tetapi sabda-Nya tetap ada?

Saya membaca ulang, dan membaca lagi,
namun hati saya seperti jalan di tempat saja.
Akhirnya saya pun berhenti sejenak, berdiam, dan berkata dalam hati:
"Tuhan, tunjukkan kepada saya apa yang Engkau maksudkan."

Perlahan-lahan, dalam keheningan, saya mulai merasakan satu hal:
sabda Tuhan tidak selalu langsung terbuka pada saat kita menginginkannya.
Ya, tidak langsung dapat dimengerti.
Kadang kita harus menunggu; kadang kita harus hening.
Kita hanya perlu bersimpuh di hadapan-Nya
dan membiarkan Tuhan sendiri yang menyingkapkannya.

Ketika secara samar-samar maknanya mulai nampak,
saya merasa disentuh oleh sebuah keindahan yang sederhana tetapi dalam:
ternyata sabda Yesus itu bukan hanya kalimat, tetapi sabda yang hidup,
sabda yang bergerak mendekati kita ketika hati kita siap menerimanya.

Ketika saya merenungkan ayat 32 dan 33 ini,
saya mulai melihat sesuatu yang sebelumnya tertutup.

Dunia ini memang berubah terus-menerus.
Peradaban berganti, cara hidup berubah, cara orang bekerja berubah,
cara orang berkomunikasi juga berubah.
Kadang kita merasa dunia bergerak terlalu cepat dan kita seperti tertinggal.
Dalam banyak hal, dunia ini seolah "berlalu" di depan mata kita,
berubah dari satu bentuk ke bentuk lain.

Tetapi Yesus berkata, "Angkatan ini takkan berlalu."
Umat yang percaya kepada-Nya, mereka yang memegang sabda-Nya,
mereka yang hidup dalam kasih-Nya — akan tetap ada.

Lebih dari dua ribu tahun telah berlalu, dunia telah berubah berkali-kali,
tetapi orang yang percaya kepada Kristus tetap ada.
Iman tetap diwariskan, ditegakkan, dan dijaga.
Dan di sinilah sabda Yesus menemukan kekuatannya yang paling dalam:
"Langit dan bumi akan berlalu, tetapi sabda-Ku takkan berlalu."

Semua yang duniawi bisa berubah.
Sistem bisa runtuh.
Kebiasaan hidup berganti.
Peradaban berputar.
Segala yang kita anggap kokoh ternyata rapuh.
Tetapi sabda Yesus tidak berubah.
Tidak bergeser.
Tidak habis oleh waktu.
Tidak hilang ditelan perubahan dunia.

Bagi saya, ini adalah undangan
untuk kembali menaruh hati pada sesuatu yang tidak pernah berlalu.
Di tengah hidup kita sebagai keluarga, sebagai orang tua, sebagai pasangan,
sebagai pribadi yang menghadapi berbagai ketidakpastian,
sabda Yesus memberikan tempat di mana hati kita bisa berlabuh.
Karena sabda itu tetap.
Ia menjadi cahaya ketika kita bingung.
Ia menjadi pegangan ketika dunia bergeser.
Ia menjadi rumah ketika hati kita lelah.
Ia menjadi kekuatan ketika kita merasa kecil di tengah perubahan zaman.

Masa depan mungkin akan datang lebih cepat.
Dunia mungkin akan berubah lebih banyak lagi.
Tetapi bagi orang yang percaya,
sabda Tuhan tetap menjadi pegangan hidup yang tak tergantikan.

Marilah hari ini kita berdiam sejenak dan berkata dalam hati:
"Tuhan, ajari aku untuk berpegang pada sabda-Mu.
Biarlah dunia berubah, asalkan hatiku tetap di dalam Engkau."
Amin.



Peringatan Orang Kudus
Santa Katarina Laboure, Perawan
Zoe Laboure - nama kecil Katarina Laboure -lahir di desa Fainles Mautiers, Prancis pada tanggal 2 Mei 1806. Mula-mula ia bekerja sebagai pelayan; kemudian ia masuk biara Suster-suster 'Puteri Kasih' dengan nama 'Katarina'. Ia, seorang suster yang amat sederhana namun saleh, sangat rajin dan penuh pengabdian. Sepanjang hidupnya ia tidak pernah belajar membaca dan menulis. Beberapa hari setelah menjadi postulan di biara Rue de Bac, Paris, Bunda Maria menampakkan diri kepadanya.
Pada tengah malam tanggal18/19 Juli 1830, ia terjaga dari tidurnya karena suatu suara ajaib yang memanggilnya sebanyak tiga kali: "Suster Laboure . . . Suster Laboure . . . Suster Laboure!" Ia tersentak bangun dan tampaklah di hadapannya seorang anak kecil berusia kirakira 4/5 tahun. Anak kecil ini mengajaknya ke kapel. "Bunda Maria menanti engkau di kapel!" kata anak kecil itu. Dalam sikap ragu-ragu, penuh tanda tanya dan takut, Suster Katarina bersama anak kecil ajaib itu melangkah ke kapel. Herannya, semua pintu kapel terbuka dengan sendirinya, lilin-lilin dan lampu-lampu di dalam kapel itu menyala. Dan benarlah pemberitahuan anak kecil itu! Setelah menunggu setengah jam lamanya, tiba-tiba anak kecil itu berseru: "Lihat, itulah Bunda Maria!" Bunda Maria muncul dan berlutut menyembah Sakramen Mahakudus, lalu duduk di kursi Pastor Kepala. Suster Katarina segera mendekatinya dan meletakkan tangannya di atas pangkuan Bunda Maria. Lebih dari dua jam lamanya Bunda Maria berbicara dengan Katarina perihal tugas perutusannya yang dipercayakan Tuhan kepadanya.
Pada tanggal 27 Nopember 1830, jam setengah enam malam, sekali lagi Bunda Maria menampakkan diri kepadanya dalam rupa sebuah gambar. Bunda Maria tampak sedang berdiri di atas bola bumi dengan berkas-berkas cahaya ajaib memancar dari tangannya. Bola bumi itu dikelilingi tulisan berikut: "Oh Maria yang dikandung tanpa noda dosa, doakanlah kami yang berlindung kepadamu!" Gambar itu lalu membalik dan menampakkan huruf "M"; di atasnya terdapat sebuah hati dan salib yang saling berhubungan. Sementara itu terdengar olehnya suruhan Bunda Maria agar ia segera membuat satu medali yang berbentuk bulat lonjong seperti yang tergambar dalam tanda penampakan itu. Bunda Maria berjanji: "Semua orang yang mengenakan medali ini pada lehernya akan memperoleh karunia khusus." Katarina meneruskan pesan tersebut kepada yang berwajib. Lalu sesuai suruhan Bunda Maria, dibuatlah medali tersebut dan segera disebarluaskan kepada umat. Banyaklah permohonan yang terkabul karena medali tersebut, misalnya penyembuhan, pertobatan dll. Semuanya itu sungguh-sungguh ajaib, karena semula hal-hal itu memang tak dapat diatasi dengan cara biasa.
Penampakan itu terus berlanjut beberapa kali lagi sampai bulan September 1881. Kemudian Suster Katarina menceritakan penampakan-penampakan itu dengan jelas kepada Pastor Aladel, Bapa Pengakuannya. Setelah diselidiki dengan saksama, pastor itu mohon kepada Uskup Agung de Quelen di Paris untuk memberikan restu dan izin bagi pembuatan medali tersebut. Medali inilah yang sekarang lazim disebut 'Medali Wasiat'. Kata 'wasiat' tidak menunjuk kepada hasil yang diperoleh umat oleh karena memakai medali itu, melainkan menunjuk pada asal dan cara bagaimana medali itu terjadi.
Katarina melanjutkan cara hidupnya dalam kesederhanaan dan kerendahan hati dengan melakukan tugasnya sebagai penjaga pintu dan tukang masak di biara Enghien-Reuilly. Rahasia penampakan Bunda Maria yang dialaminya tidak diketahui oleh rekan-rekannya sebiara. Delapan bulan sebelum kematiannya, barulah ia menceritakan beberapa penampakan yang dialaminya kepada Suster Dufes, Superiornya. Katarina Laboure meninggal dunia pada tanggal 31 Desember 1876 pada usia 70 tahun. Ia digelari 'beata' pada tahun 1933 dan dinyatakan sebagai 'santa' pada tahun 1947 oleh Paus Pius XII (1939-1958).



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-11-27 Kamis

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXXIV

Kamis, 27 November 2025



Bacaan Pertama
Dan 6:12-28

"Allah telah mengutus malaikat-Nya dan mengatupkan mulut singa-singa."

Pembacaan dari Nubuat Daniel:

Sekali peristiwa para pegawai Raja Darius masuk ke kamar Daniel,
dan mendapati Daniel sedang berdoa dan bermohon kepada Allahnya.
Maka mereka menghadap raja dan menanyakan kepada raja,
"Bukankah Tuanku mengeluarkan suatu perintah,
supaya setiap orang yang dalam tiga puluh hari
menyampaikan permohonan kepada salah satu dewa atau manusia
selain kepada Tuanku,
akan dilemparkan ke dalam gua singa?"
Raja menjawab, "Memang!
Perkara itu sudah pasti menurut undang-undang orang Media dan Persia,
yang tidak dapat dicabut kembali."
Lalu mereka berkata kepada raja,
"Daniel adalah seorang buangan dari Yehuda,
tidak mengindahkan Tuanku, ya raja.
Ia tidak mengindahkan larangan yang Tuanku keluarkan,
tetapi tiga kali sehari ia mengucapkan doanya."
Mendengar hal itu sangat sedihlah raja,
dan ia mencari jalan untuk melepaskan Daniel.
Bahkan sampai matahari terbenam,
ia masih berusaha untuk menolongnya.

Tetapi para pegawai itu bergegas-gegas menghadap raja
serta berkata kepadanya,
"Ketahuilah, ya raja,
bahwa menurut undang-undang orang Media dan Persia
tiada larangan atau penetapan yang dikeluarkan raja dapat diubah."
Sesudah itu raja memberi perintah,
lalu diambillah Daniel dan dilemparkan ke dalam gua singa.
Berbicaralah raja kepada Daniel,
"Allahmu yang kausembah dengan tekun,
Dialah kiranya yang akan melepaskan dikau!"
Lalu dibawalah sebuah batu dan diletakkan pada mulut gua itu.
Raja mencap batu itu dengan cincin meterainya
dan dengan cincin meterai para pembesarnya,
supaya dalam perkara Daniel tidak diadakan perubahan apa-apa.
Lalu pergilah raja ke istananya dan berpuasalah ia semalam-malaman.
Ia tidak mendatangkan penghibur-penghibur,
dan ia tidak dapat tidur.

Pagi-pagi benar ketika fajar menyingsing,
bangunlah raja dan pergi dengan buru-buru ke gua singa.
Sesampai di dekat gua itu,
berserulah ia kepada Daniel dengan suara sayu,
"Daniel, hamba Allah yang hidup,
Allahmu yang kausembah dengan tekun,
telah sanggupkah Ia melepaskan dikau dari singa-singa?"

Daniel menjawab, "Ya raja, semoga kekallah hidupmu!
Allahku telah mengutus malaikat-Nya
untuk mengatupkan mulut singa-singa.
Maka aku tidak diapa-apakan,
karena ternyata aku tidak bersalah di hadapan Allahku.
Demikian pula terhadap Tuanku, ya Raja, aku tidak bersalah."
Raja sangat sukacita
dan memberi perintah supaya Daniel ditarik dari dalam gua itu.
Maka ditariklah Daniel dari dalam gua.
Ternyata tidak ada luka sedikit pun padanya,
karena ia percaya kepada Allahnya.
Kemudian atas perintah raja,
ditangkaplah orang-orang yang telah menuduh Daniel,
dan dilemparkan ke dalam gua singa,
baik mereka sendiri maupun anak isteri mereka.
Belum lagi mereka sampai ke dasar gua,
singa-singa itu telah menerkam mereka,
bahkan meremukkan tulang-tulang mereka.
Kemudian raja Darius mengirim surat
kepada orang-orang dari segala bangsa,
suku bangsa dan bahasa, yang mendiami seluruh bumi, bunyinya,
"Bertambah-tambahlah kiranya kesejahteraanmu!
Bersama ini kuberikan perintah,
bahwa di seluruh kerajaan yang kukuasai
orang harus takut dan gentar terhadap Allahnya Daniel,
sebab Dialah Allah yang hidup, yang kekal untuk selamanya;
pemerintahan-Nya tidak akan binasa
dan kekuasaan-Nya tidak akan berakhir.
Dia melepaskan dan menolong,
dan mengadakan tanda dan mujizat di langit dan di bumi.
Dialah yang melepaskan Daniel dari cengkaman singa-singa."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
T.Dan 3:68.69.70.71.72.73.74,

Refren:

*Pujilah Tuhan, hai embun dan salju membadai.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai es dan udara dingin.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai embun beku dan salju.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai siang dan malam.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai cahaya dan kegelapan.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai halilintar dan awan-kemawan.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Biarlah bumi memuji Tuhan.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.



Bait Pengantar Injil
Luk 21:28

Angkatlah kepalamu, sebab penyelamatmu sudah dekat.



Bacaan Injil
Luk 21:20-28

"Yerusalem akan diinjak-injak oleh para bangsa asing
sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu."

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,
"Apabila kalian melihat Yerusalem dikepung oleh tentara,
ketahuilah bahwa keruntuhannya sudah dekat.
Pada waktu itu orang-orang yang berada di Yudea
harus melarikan diri ke pegunungan,
orang-orang yang ada di dalam kota harus mengungsi,
dan orang-orang yang berada di pedusunan
jangan masuk lagi ke dalam kota.
Sebab itulah masa pembalasan dan genaplah semua yang tertulis.

Celakalah para ibu yang sedang hamil
atau yang sedang menyusui bayi pada masa itu!
Sebab kesesakan yang dahsyat akan menimpa seluruh negeri,
dan murka akan menimpa bangsa ini.
Mereka akan tewas oleh mata pedang
dan diangkut sebagai tawanan ke segala bangsa.
Yerusalem akan diinjak-injak
oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah,
sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu."

Dan akan tampaklah tanda-tanda pada matahari, bulan dan bintang-bintang.
Bangsa-bangsa di bumi akan ketakutan dan bingung menghadapi deru dan gelora laut.
Orang akan mati ketakutan karena cemas
berhubung dengan segala sesuatu yang menimpa bumi ini,
karena kuasa-kuasa langit bergoncangan.

Pada waktu itu
orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan
dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya.
Apabila semuanya itu mulai terjadi,
bangkitlah dan angkatlah mukamu,
sebab penyelamatanmu sudah dekat."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Bagaimana perasaan kita setelah mendengarkan Injil Lukas hari ini?
Yesus berbicara tentang keruntuhan Yerusalem, dan kemudian tentang bencana yang jauh lebih besar pada akhir zaman, ketika Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya. Gambaran yang Yesus sampaikan bukan gambaran yang tenang, tetapi penuh guncangan.

Kita pun hampir setiap hari mendengar berita tentang bencana: banjir, gempa, tanah longsor, tsunami, atau kerusuhan. Biasanya kita sempat merasa prihatin sebentar, tetapi tidak lama kemudian kembali seperti biasa. Reaksi kita berbeda jika musibah menyentuh keluarga kita sendiri—baru kita benar-benar panik dan tergoncang.

Dengan cara yang mirip, sering kali kita menganggap keruntuhan Yerusalem sebagai kisah jauh, seperti sejarah yang tidak ada hubungannya dengan kita. Padahal Yesus menyampaikannya bukan untuk menakuti, tetapi untuk mengajar dan memperingatkan.

Keruntuhan Yerusalem adalah contoh nyata betapa dahsyatnya sebuah bencana lokal. Tetapi Yesus menegaskan bahwa pada akhir zaman akan terjadi goncangan yang jauh lebih besar, mencakup seluruh dunia. Dan di sinilah risiko terbesar jika kita hidup jauh dari Kristus: ketika banyak orang dipenuhi ketakutan, kita akan ikut tenggelam dalam kecemasan itu.

Tetapi Yesus memberikan pesan berbeda kepada para pengikut-Nya:
"Apabila semuanya itu terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat."

Artinya, orang yang hidup dekat dengan Kristus tidak perlu panik.
Takut hanya muncul ketika hati jauh dari-Nya.
Risiko sesungguhnya adalah hidup tanpa pegangan pada sabda-Nya.

Yesus bahkan menjanjikan dalam [Yoh 14:2-3]:
"Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal… Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu… supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada."

Jadi, ketika dunia terguncang, orang yang mendekat kepada Kristus justru memiliki harapan. Mereka dapat berdiri tegak dan mengangkat muka, karena penyelamatan mereka semakin dekat.
Amin.



Peringatan Orang Kudus
Santo Yakobus dari Persia, Martir
Yakobus dari Beth-Lapeta, Persia (sekarang: Iran) lahir pada akhir abad keempat. Beliau seorang bangsawan Kristen kaya raya dan berpangkat tinggi di dalam Kerajaan Persia sebagai penasehat raja. Tetapi kebesarannya ini justru kemudian mendatangkan kecelakaan atas dirinya. Ketika raja mulai menganiaya orang-orang Kristen, Yakobus mengkhianati imannya dengan maksud supaya terlindung dari bahaya mati dan terus hidup terjamin. Namun isteri serta ibunya tetap setia kepada Kristus. Dengan terus terang mereka menegur Yakobus dan menunjukkan kesalahannya. Meskipun sejak itu mereka segan bergaul dengannya, namun karena terdorong oleh cinta sejati, mereka tetap mendoakan agar hatinya berbalik lagi kepada Kristus.
Demikianlah akhirnya, oleh sinar cahaya rahmat ilahi yang menembusi hatinya yang tegar dan keras, Yakobus kembali kepada Tuhan. Semenjak itu ia tidak pernah lagi pergi ke istana bahkan dengan berani meletakkan jabatannya yang tinggi itu. Perubahan sikapnya itu tak dibiarkan begitu saja oleh raja. Yakobus dipanggil lalu dimintai pertanggungjawabannya tentang sikapnya itu. Ia menyatakan secara tegas bahwa ia seorang Kristen yang tidak boleh bekerja sama dengan raja yang lalim. Maka murkalah raja, lalu segera memanggil pembesar-pembesar kerajaan dan hakim-hakim untuk menentukan hukuman yang tepat atas orang-orang Kristen.
Tuduhan yang dikemukakan ialah bahwa orang-orang Kristen menghina dan tidak mau menyembah dewa-dewa nasional. Oleh karena itu hukuman mati pantas dijatuhkan atas mereka termasuk Yakobus. Anggota badan Yakobus dipotong-potong. Menyaksikan hukuman mati yang dijatuhkan kepada Yakobus, orang-orang Kristen tak putus-putusnya berdoa agar Yakobus dapat bertahan dan berkanjang dalam menahan sengsara yang ditimpakan kepadanya. Doa mereka itu dikabulkan. Yakobus dengan gembira dan tersenyum menanggung penderitaan itu. Ia bahkan mengucap syukur kepada Allah karena boleh turut serta menanggung sengsara Kristus. Yakobus mati sebagai martir Kristus pada tahun 421.

Santo Virgilius, Uskup dan Pengaku Iman
Biarawan dan abbas Irlandia ini diangkat menjadi Uskup Zalsburg, Austria. Ia mengajarkan bahwa bumi ini bulat. Konsekuensinya, orang-orang di dua tempat berbeda di muka bumi yang dihubungkan oleh garis tengah bumi berdiri dengan posisi kaki saling berlawanan (Yunani: antipodes). Misalnya orang-orang di Jawa berdiri terbalik dengan orang-orang di sekitar Karibia (sebelah utara Amerika Tengah). Ajaran ini ditentang oleh banyak orang, bahkan dicap bidaah oleh Santo Bonifasius. Sebagai misionaris ia sangat giat.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-11-26 Rabu.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXXIV

Rabu, 26 November 2025



Bacaan Pertama
Dan 5:1-6.13-14.16-17.23-28

"Tampaklah jari-jari tangan manusia yang menulis pada dinding."

Pembacaan dari Nubuat Daniel:

Sekali peristiwa Raja Belsyazar mengadakan perjamuan besar
untuk para pembesarnya, seribu orang jumlahnya.
Di hadapan seribu orang itu raja minum-minum anggur.
Dalam kemabukan anggur,
Belsyazar menitahkan orang mengambil perkakas emas dan perak
yang telah dibawa oleh Nebukadnezar, ayahnya, dari dalam Bait Suci di Yerusalem. 
Sebab Belsyazar dan para pembesarnya,
para isteri dan gundik mereka,
ingin minum dari perkakas itu.
Maka dibawalah perkakas emas dan perak,
yang dirampas dari dalam Bait Suci, Rumah Allah di Yerusalem. 
lalu raja dan para pembesarnya, para isteri dan gundik mereka,
minum dari perkakas itu.
Mereka minum anggur dan memuji-muji para dewa
yang dari emas dan perak, tembaga, besi, kayu dan batu.

Pada waktu itu juga tampaklah jari-jari tangan manusia,
menulis pada kapur dinding istana raja, di depan kaki dian.
Raja sendiri melihat punggung tangan yang sedang menulis itu.
Maka raja menjadi pucat dan pikirannya menggelisahkan dia;
sendi-sendi pangkal pahanya menjadi lemas dan lututnya berantukan.
Lalu dibawalah Daniel menghadap raja.
Bertanyalah raja kepada Daniel,
"Engkaukah Daniel,
salah seorang buangan yang diangkut ayahku dari tanah Yehuda?
Telah kudengar bahwa engkau penuh dengan roh para dewa,
dan memiliki kecerahan akal budi dan hikmat yang luar biasa.
Akupun telah mendengar bahwa engkau dapat memberikan makna
dan dapat menguraikan kekusutan.
Oleh sebab itu jika engkau dapat membaca tulisan itu
dan dapat memberitahukan maknanya kepadaku,
maka kepadamu akan dikenakan pakaian dari kain ungu
dan pada lehermu akan dikalungkan rantai emas,
dan dalam kerajaan ini
engkau akan mempunyai kekuasaan sebagai orang ketiga."

Kemudian Daniel menjawab raja,
"Tak usahlah Tuanku memberi hadiah;
berikanlah kepada orang lain saja!
Namun demikian, aku akan membaca tulisan itu bagi Tuanku
dan memberitahukan maknanya.
Tuanku telah menyombongkan diri terhadap Yang Berkuasa di ssurga:
perkakas dari Bait-Nya dibawa orang kepada Tuanku.
Lalu Tuanku dan para pembesar, para isteri dan para gundik Tuanku
telah minum anggur dari perkakas itu.
Tuanku telah memuji-muji para dewa dari perak dan emas,
dari tembaga, besi, kayu dan batu,
yang tidak dapat melihat atau mendengar ataupun mengetahui.
Tuanku tidak memuliakan Allah,
yang menggenggam nafas Tuanku
dan menentukan segala jalan Tuanku.
Sebab itu Ia memerintahkan punggung tangan itu,
dan dituliskanlah tulisan ini.

Beginilah tulisan itu, 'Mené, mené, tekél ufarsin.'
Dan beginilah makna perkataan itu,
'Mené' artinya masa pemerintahan Tuanku dihitung oleh Allah dan telah diakhiri.
'Tekél'artinya Tuanku telah ditimbang dengan neraca dan didapati terlalu ringan;
'Urfasin,' kerajaan Tuanku dipecah
dan diberikan kepada orang Media dan Persia."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
T.Dan 3:62.63.64.65.66.67,

Refren:

*Pujilah Tuhan, hai matahari dan bulan.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai segala bintang di langit.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai segala hujan dan embun.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai segala angin.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai api dan panas terik.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

*Pujilah Tuhan, hai hawa yang dingin dan kebekuan.
U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.



Bait Pengantar Injil
Why 2:10C

Hendaklah engkau setia sampai mati, sabda Tuhan,
dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.



Bacaan Injil
Luk 21:12-19

"Karena nama-Ku kalian akan dibenci semua orang.
Tetapi  tidak sehelai pun rambut kepalamu akan hilang."

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Pada waktu itu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,
"Akan datang harinya kalian akan ditangkap dan dianiaya.
Karena nama-Ku kalian akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat,
dimasukkan ke dalam penjara,
dan dihadapkan kepada raja-raja dan para penguasa.
Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi.
Sebab itu tetap teguhlah di dalam hatimu,
jangan kalian memikirkan lebih dahulu pembelaanmu.
Aku sendirilah yang akan memberi kalian kata-kata hikmat,
sehingga kalian tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawanmu.

Dan kalian akan diserahkan juga oleh orangtuamu,
saudara-saudaramu, kaum keluargamu dan sahabat-sahabatmu,
dan beberapa orang di antaramu akan dibunuh;
karena nama-Ku kalian akan dibenci semua orang.

Tetapi tidak sehelai pun rambut kepalamu akan hilang.
Kalau kalian tetap bertahan, kalian akan memperoleh hidupmu."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Masih tentang upaya mendekatkan diri kepada Kristus, hari ini kita diajak untuk melihat konsekuensi dari kedekatan itu. Selama kita hidup di dunia, pro dan kontra tidak pernah berhenti terjadi. Ada yang setuju, ada yang menolak; ada yang menerima kita, ada yang membenci kita. Bahkan di dalam diri kita sendiri sering muncul pertentangan batin, rasa ragu, dan perasaan bimbang.

Mendekatkan diri kepada Kristus pun tidak terlepas dari pro dan kontra itu. Ada orang yang senang ketika melihat kita mendekat kepada Tuhan, tetapi ada juga yang justru menolaknya. Realitasnya jelas: kita bisa dibenci bukan karena kesalahan atau kejahatan yang kita lakukan, melainkan semata-mata karena iman kita kepada Kristus. Karena nama Kristus, orang bisa mem-bully, mencaci-maki, mengancam, mengucilkan, bahkan membunuh. Inilah konsekuensi yang mesti kita sadari sejak awal: berada dekat Kristus bukan berarti hidup tenang tanpa tantangan.

Bacaan pertama dari Kitab Daniel menggambarkan bagaimana ketidaksetiaan kepada Allah justru berujung pada hukuman. Raja Belsyazar memakai perkakas suci dari Bait Allah untuk pesta pora, memuliakan berhala, dan mengabaikan Allah yang memegang hidupnya. Karena itulah, muncul tulisan misterius di dinding, yang kemudian ditafsirkan Daniel sebagai hukuman Allah: kerajaan Belsyazar akan berakhir. Ketika seseorang menjauh dari Tuhan, ia kehilangan pegangan, kehilangan arah, dan akhirnya kehilangan seluruh hidupnya. Ini menjadi peringatan bagi kita agar tetap tinggal di dalam Tuhan, bukan menjauh dari-Nya.

Sebaliknya, Yesus dalam Injil hari ini memperingatkan murid-murid-Nya agar jangan takut menghadapi tekanan dan pertentangan. "Kalian akan ditangkap dan dianiaya… kalian akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku." Namun Yesus tidak berhenti pada peringatan. Ia memberikan kepastian bahwa Ia sendiri akan mendampingi kita. Ia berkata bahwa Ia akan memberikan kepada kita kata-kata hikmat yang tak dapat dibantah oleh lawan-lawan kita. Ia menegaskan pula bahwa tidak sehelai pun rambut kita akan hilang tanpa seizin Bapa.

Iman kepada Kristus memang membawa risiko, tetapi juga membawa jaminan. Risiko berupa penolakan dan tekanan; jaminan berupa penyertaan dan perlindungan Tuhan. Yang terpenting adalah: jangan sampai kita berpaling dari iman kita. Iming-iming dunia, intimidasi, atau ancaman apa pun dapat menjadi bentuk penyesatan yang harus kita waspadai. Jika kita percaya kepada Kristus, kita pun harus percaya pada janji-Nya: "Kalau kalian tetap bertahan, kalian akan memperoleh hidupmu."

Dengan bertahan di dalam Kristus, kita bukan hanya selamat dari penyesatan, tetapi juga memperoleh hidup yang sejati.



Peringatan Orang Kudus
Santo Yohanes Berchmans, Pengaku Iman
Yohanes Berchmans lahir di kota Diest, Belgia Tengah pada tanggal 13 Maret 1599. Ayahnya yang tukang kayu itu bercita-cita agar Berchmans kelak menjadi orang yang berpangkat tinggi dan masyhur namanya. Dalam sikapnya yang tenang laksana air jernih tak beriak, Berchmans bercita-cita menuntut ilmu setinggi-tingginya. Ia mendapat pelajaran bahasa Latin dari Peter Emerich. Imam ini sering mengajaknya ke biara dan pastoran. Pengalaman inilah yang mempengaruhi cita-citanya di kemudian hari yaitu menjadi seorang imam. Tetapi karena perusahaan ayahnya, mengalami kemunduran hebat dan ibunya sakit keras, ia dipanggil pulang ke rumah agar bisa membantu ayahnya dalam memperbaiki keadaan ekonomi keluarga. Ayahnya memutuskan untuk menghentikan studinya.
Mendengar keputusan ayahnya, ia diam tertegun sambil merenungkan nasibnya di kemudian hari. Ia lalu memutuskan untuk melanjutkan studinya atas tanggungan pribadi dan berjanji untuk makan roti kering saja dan hidup sederhana, asal cita-citanya tercapai. Ayahnya mengalah. Sambil mengikuti pelajaran di sebuah kolese umum, ia bekerja sebagai pelayan di gereja Katedral untuk memperoleh nafkahnya. Berkat kecerdasan serta kemauannya yang keras, ia selalu lulus dalam ujian dengan nilai yang gemilang. Ia bahkan selalu menjadi juara kelas. Teman-temannya sangat baik dan sayang padanya karena tabiatnya yang tenang dan periang. Kegemarannya adalah menjadi pelakon dalam setiap drama yang di pertunjukkan sekolah.
Ketika menginjak tahun terakhir studinya yaitu tahun retorika, ia pindah ke Kolese Yesuit di Malines pada tahun 1615. Hal yang menarik dia ke sana ialah semangat perjuangan dan kemartiran para misionaris Yesuit di Inggris. Tahun 1616, setelah mengalahkan ketegaran hati ayahnya, ia masuk novisiat Yesuit dan setahun kemudian ia dikirim ke Roma untuk melanjutkan studinya di sana. Dari sana ia mengirim surat kepada orang-tuanya: "Dengan rendah hati, aku berdoa untuk ayah dan ibu. Dan dengan segenap kasih-sayangku dan cintaku . . . saya ucapkan 'selamat datang dan selamat tinggal' kepada kalian, karena kalian mempersembahkan kembali aku puteramu, kepada Tuhan. Dia yang telah memberikan aku kepada kalian."
Sebagai novis, Berchmans sangat mengagumkan. Hidup asketik dan tulisan-tulisan rohaninya sangat mendalam, sempurna, seperti tampak di dalam kalimat: "Menabung banyak harta dalam bejana yang kecil." Sekali peristiwa ia membaca riwayat hidup Santo Aloysius. Pedoman yang diambilnya dari Aloysius ialah: "Jika saya tidak jadi orang suci di masa mudaku, maka tak pernah saya akan menjadi demikian." Tuhan memberinya waktu tiga tahun untuk mencapai apa yang diidamkannya. Dua hari sebelum pesta Santa Maria diangkat ke Surga, yaitu tanggal15 Agustus 1621, ia meninggal dunia dalam usia 22 tahun.
Meskipun dia meninggal dalam usia yang begitu muda, namun ia dinyatakan 'kudus' oleh Gereja karena ia menyempurnakan diri dengan melaksanakan tugas-tugas hariannya dengan sangat baik. Ia berhasil mencapai cita-citanya: menjadi seorang biarawan yang tekun melaksanakan tugas-tugas yang sederhana dengan sempurna penuh tanggung jawab, riang dan senang hati demi cinta akan Tuhan. Berchmans menjadi contoh teladan dan pelindung para pelajar.

Santo Silvester Gozzolini, Abbas dan Pengaku iman
Silvester lahir di Osimo, Italia pada tahun 1177 dari sebuah keluarga bangsawan kaya raya. Pada masa mudanya ia belajar ilmu hukum di Bologna dan Padua sampai selesai dan menjadi seorang ahli hukum di kota asalnya. Namun kemudian ia melepaskan jabatannya itu dan menekuni bidang teologi untuk menjadi imam di Osimo. Kemudian ia meninggalkan semua miliknya dan keramaian kota untuk menjalani kehidupan sebagai seorang pertapa yang miskin di Grotta (gua) Fucile.
Dari Fucile, ia pindah ke sebuah biara pertapaan di Monte Fano, Italia. Di sana jugalah ia kemudian pada tahun 1231 mendirikan sebuah biara pertapaan untuk menghimpun semua orang yang menjadi muridnya. Persaudaraan religius mereka terkenal dengan nama 'Ordo Santo Silvester'. Mereka menghayati suatu cara hidup yang keras di bawah panduan aturan-aturan Santo Benediktus, tanpa pernah secara resmi menjadi cabang dari salah satu Ordo Benediktin. Di bawah pimpinan Silvester sendiri selama 36 tahun, Ordo Silvestrin ini berkembang sangat pesat. Selama itu ia berhasil mendirikan 25 buah biara di Italia. Ia wafat pada tanggal 26 Nopember 1261 dalam usia 90 tahun, dan dinyatakan 'kudus' oleh Paus Klemens VIII (1592-1605) pada tahun 1598.

Santo Leonardus Porto Morizio, Pengaku Iman
Leonardus lahir di Porto Morizio, Italia pada tanggal 20 Desember 1676. Pada umur 13 tahun, ia dipanggil ke Roma oleh Agustinus, pamannya untuk dididik di kolese Yesuit yang dipimpin oleh Santo Philipus Neri. Pamannya menginginkan dia menjadi dokter, namun ia dengan tegas menolaknya. Oleh karena itu ia tidak lagi diakui oleh pamannya. Sejak itu ia mengatur hidupnya sendiri di Roma tanpa bantuan pamannya.
Pada tahun 1697, ia diterima dalam Tarekat Fransiskan di biara Rifomalla di Ponticelli. Oleh pimpinan Ordo ia kemudian dikirim belajar di Universitas Roma. Di Universitas Bonaventura inilah ia ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1703. Bersama dengan beberapa rekannya, ia mengambil alih sebuah biara di Florence pada tahun 1709. Di bawah bimbingannya, biara ini kemudian menjadi pusat karya misi di Tuscany. Dari biara inilah, ia berkeliling ke berbagai tempat untuk berkotbah dan mengajar umat, teristimewa umat sederhana dari golongan rakyat jelata.
Leonardus dikenal sebagai seorang misionaris Fransiskan yang rajin dan tekun dalam tugasnya mewartakan Injil. Ia mengelilingi seluruh Italia untuk berkotbah. Dengan gayanya yang lucu, ia mengemukakan prinsip misionernya sebagai berikut: "Berkotbah kepada orang lain harus dimulai dan diselingi dengan berkotbah kepada diri sendiri." Leo menghayati semangat hidup miskin dan sederhana yang tinggi sehingga banyak orang terpikat padanya.
Salah satu keistimewaannya yang membuat dia dikenal hingga sekarang ialah kesukaannya merenungkan peristiwa Sengsara Yesus. Ia mengabdikan devosinya ini dan menjadikannya milik semua umat Katolik dengan merintis kebaktian "Jalan Salib" lengkap dengan 14 stasinya seperti yang kita kenal sekarang. Untuk mengumatkan devosi itu, ia mendirikan 'Jalan Salib Kristus' di berbagai tempat, termasuk di Colosseum, tempat pembantaian dan gelanggang sengsara orang-orang Kristen pertama di Roma. Tentang kebaktian Jalan Salib ini, ia berkata: "Tidak ada sesuatu pun yang lebih mulia dan berguna bagi pengudusan diri kita daripada merenungkan peristiwa sengsara Kristus." Selain devosi itu, ia juga menjadi perintis devosi kepada Hati Yesus yang Mahakudus dan devosi kepada Bunda Maria.
Sampai usia tuanya ia berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan jiwa-jiwa dengan doa-doa pribadi dan perayaan Misa Kudus setiap hari. Pada tahun 1744 ia diutus paus ke pulau Corsica untuk menenteramkan suasana pertikaian antar umat di sana. Namun sayang bahwa usahanya ini kurang berhasil. Dalam keadaan payah ia kembali ke Roma, dan tak lama kemudian ia meninggal dunia di biara Santo Bonaventura pada tanggal 26 Nopember 1751. Pada tahun 1867 ia dinyatakan sebagai 'santo'.

Santo Sarbel Maklouf, Pengaku Iman
Seorang gadis dan seorang biarawati dengan mata terbelalak memandang ke arah dinding batu karang yang terletak di hadapan mereka. Mereka heran karena melihat bahwa batu (nisan) itu mengeluarkan peluh. Tetesan-tetesan air keluar dari permukaannya. Seperti kena hipnose, gadis itu mengulurkan dan menempelkan tangannya yang lumpuh itu pada batu itu. Sementara itu biarawati itu pun merasa tegang seluruh tubuhnya. Gadis lumpuh yang gemetaran itu, lalu terjatuh di pangkuan biarawati yang sedang tegang itu. Ketika gadis itu siuman lagi, ia merasa sudah terbebas dari penyakit lumpuh yang telah dideritanya selama 14 tahun. Bekas-bekas kelumpuhan pun tidak kelihatan lagi. Sekarang ia telah bersuami dan tinggal di Libanon.
Batu (nisan) yang bertuliskan huruf-huruf Arab itu mengingatkan penduduk setempat akan suatu peristiwa penyembuhan yang terjadi di situ pada tahun 1951. Batu itu adalah batu kubur Sarbel Maklouf, seorang rahib Gereja Maronit Libanon, yang dijuluki "Bapa Kami" oleh orang-orang Libanon, baik Kristen maupun Islam.
Pada tahun 1822, para rahib Maronit di Libanon membangun biara Maron d'Annaya, yang terletak di pegunungan Libanon. Tigapuluh tahun setelah biara itu berdiri, datanglah ke biara itu seorang pemuda sederhana dan miskin dengan pakaian yang tak teratur. Pemuda itulah Sarbel Maklouf. Semula Sarbel adalah petani dan gembala miskin di pegunungan Libanon. Menginjak usia 23 tahun, ia meninggalkan desanya, lalu melangkahkan kakinya ke daerah pegunungan Annaya menuju sebuah biara yang ada di sana. Ia diterima masuk biara itu untuk selamanya. Di sana ia belajar teologi dan giat membantu di paroki. Dalam waktu relatif singkat Sarbel segera terkenal di antara kaum Badui, petani-petani miskin di pegunungan, orang-orang Kristen dan kaum Muslim. Ia selalu menolong mereka yang menderita dan menghibur orang-orang yang bersusah. Pengetahuannya sangat luas tentang rempah-rempah dan aneka jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat. Sesuatu yang luar biasa tidak tampak pada dirinya. Demikian juga setelah ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1859, ia tetap seorang rahib yang rendah hati, sederhana dan rajin membantu siapa saja yang meminta bantuannya.
Duapuluh tiga tahun terakhir hidupnya, ia bertapa di puncak gunung Annaya, dekat dengan biaranya. Dalam biliknya yang sempit, Pastor Sarbel kusuk berdoa sampai larut malam. Pada waktu subuh ia sudah bangun untuk berdoa sebelum merayakan Misa Kudus. Ia selalu sendirian dan bekerja keras di kebun. Ia hanya makan sekali sehari dan itu pun tidak sampai kenyang. Sehari-harinya pertapa ini tidak banyak bicara. Dengan selembar kain yang membelit tubuhnya ia melawan panas dan dinginnya udara yang tidak kenal kompromi. Suatu hari halilintar menyambar kapelnya dan mengoyakkan jubah yang sedang dikenakannya. Namun aneh bahwa Sarbel yang sedang berdoa itu tidak terkena sedikit pun dan terus berdoa dengan tenang. Di tempat pertapaannya itu, Pastor Sarbel menghembuskan nafasnya terakhir pada tanggal 16 Desember 1898. Jenazahnya diletakkan di atas dua lembar papan dan dimasukkan ke dalam lobang yang dipahat pada batu karang.
Sehabis penguburan Pastor Sarbel, orang-orang Badui menyaksikan suatu peristiwa ajaib yang membingungkan mereka: dari makam Sarbel itu terpancarlah berkas-berkas cahaya biru selama 45 hari penuh setelah penguburannya. Hal ini pun dilihat oleh rekan imamnya yang lain: Pastor Elie Abi-Ramia yang berusia 97 tahun dan satu-satunya imam Maronit yang masih hidup di antara biarawan-biarawan yang tinggal bersama Sarbel dibiara Santo Maron d'Annaya. Ia juga hadir pada upacara penguburan Sarbel Maklouf rekannya pada tahun 1898. Tentang Sarbel, ia berkomentar: "Sarbel Maklouf semasa hidupnya dikenal sangat sederhana, rajin dan menaruh perhatian besar kepada orang-orang miskin dan bersusah. Tidak ada sesuatu keistimewaan yang luar biasa pada dirinya. Yang tampak menonjol ialah bahwa ia rajin berdoa dan tekun memperhatikan orang-orang miskin."
Tahun-tahun berikutnya makam itu menjadi tempat ziarah yang ramai dikunjungi. Di sana terjadi mujizat penyembuhan berbagai jenis penyakit. Berpuluh-puluh tahun kemudian, setelah menyaksikan berbagai mujizat penyembuhan di makam itu, makam Sarbel menarik perhatian Vatikan untuk turun tangan menyelidikinya.
Atas perintah Vatikan, jenazah rahib saleh itu dikeluarkan kembali dari makamnya untuk diselidiki kebenaranriya. Vatikan mengirim dokter-dokter ahli dan para sarjana dari berbagai disiplin ilmu untuk menyelidiki makam dan jenazah Sarbel dan berbagai penyembuhan yang terjadi di makamnya. Makam itu, yang berbentuk sebuah lobang pahatan di dalam batu karang dan ditutup dengan batu itu, disegel dan dipasangi pintu besi yang berjeruji. Kunci pintu makam itu disimpan oleh ketua panitia internasional yang beranggotakan dokter-dokter ahli dan para sarjana itu. Mereka, bersama rekan-rekan Sarbel yang tinggal di biara Maron d'Annaya, heran menyaksikan bahwa meskipun sudah 68 tahun wafat dan dikuburkan, jenazah Sarbel masih dalam keadaan utuh.
Mereka terus menyelidiki kalau-kalau batu makam tersebut mengandung zat-zat kimia yang mempunyai daya pengawet. Tetapi penyelidikan itu tidak menemukan hal itu. Maka selama 6 tahun, jenazah Sarbel Maklouf dimasukkan kembali ke dalam sebuah lobang dalam batu karang untuk melihat apakah jenazah itu masih tetap mengeluarkan peluh keringat. Karena peluh itu tetap mengalir, jenazah Sarbel dikeluarkan lagi dan dijemur selama tujuh bulan. Akibat penjemuran itu, warna kulit Sarbel menjadi sawo matang dan kulitnya mengerut, sambil tetap mengeluarkan peluh sampai tahun 1927.
Dalam penyelidikan selanjutnya terjadi hal-hal baru yang mengherankan para dokter: ketika jenazah itu diiris sedikit dengan pisau keluarlah darah. Memang warna darah itu hitam, namun anehnya bahwa darah itu terus mengalir keluar seperti orang yang masih hidup. Contoh darah ini dengan bukti-bukti lain yang tak terhitung jumlahnya disimpan di dalam sebuah lemari kaca yang disegel. Sementara itu lembaga-lembaga di Italia, Prancis dan Jerman terus menyelidiki darah itu di laboratorium-laboratorium terkenal. Hasil analisa-analisa itu dikirim ke Vatikan.
Setelah melewati berbagai penyelidikan yang mutakhir, akhirnya Sarbel dinyatakan sebagai 'kudus' oleh Paus Paulus VI (1963-1978) pada tanggal 5 Desember 1965 di basilik Santo Petrus Roma. Hingga sekarang bekas tempat tinggal dan makam Sarbel Maklouf menjadi tempat ziarah terkenal di Libanon, yang dikunjungi banyak orang dari berbagai penjuru dunia, baik Kristen maupun Islam dan Yahudi, terlebih orang-orang Badui setempat.
Tentang mujizat penyembuhan di makam Sarbel Maklouf, Pater Joseph Ejail, seorang imam dari biara Maron d'Annaya yang menguasai tiga bahasa asing dan mengajar di sekolah-sekolah Libanon, memberikan kesaksian pandangan mata berikut: "Di muka makam itu duduk sepasang suami-isteri dari Syria. Mereka orang Islam. Di samping mereka, berbaring anak lelaki mereka berumur 6 tahun di atas sebuah usungan. Oleh dokter-dokter, anak lelaki itu dikatakan tidak bisa sembuh lagi dari kelumpuhannya. Kira-kira setelah sejam mereka berdoa di makam itu, Bapa anak itu menyaksikan peristiwa ajaib kesembuhan anaknya. Anaknya yang lumpuh sejak kecil itu sekonyong-konyong bangkit dan berjalan tegak. Bapa itu langsung jatuh pingsan melihat peristiwa ajaib itu. Demikian juga isterinya; ia tak berdaya karena lemas seluruh badannya. Setelah siuman dan kuat kembali, ia membimbing keluar anak dan isterinya yang lemas itu", demikian kisah pandangan mata Pater Joseph Ejail untuk menguatkan mujizat-mujizat penyembuhan yang terjadi di makam Santo Sarbel Maklouf.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/