Liturgia Verbi 2025-09-12 Jumat.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXIII

Jumat, 12 September 2025

PF Nama SP Maria yang Tersuci



Bacaan Pertama
1Tim 1:1-2.12-14

"Tadinya aku seorang penghojat, tetapi kini dikasihani Allah."

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Timotius:

Dari Paulus,
rasul Kristus Yesus atas perintah Allah,  penyelamat kita,
dan atas perintah Kristus Yesus, dasar pengharapan kita,
kepada Timotius, anakku yang sah dalam iman.
Kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera
dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan kita,
menyertai engkau.

Aku bersyukur kepada Kristus Yesus, Tuhan kita,
yang menguatkan daku,
karena Ia menganggap aku setia,
dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku.
Padahal tadinya aku seorang penghojat
dan seorang penganiaya yang ganas.
Tetapi kini aku telah dikasihani-Nya,
karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan,
yaitu di luar iman.
Malahan kasih karunia Tuhan kita itu telah dilimpahkan
bersama dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 16:1.2a.5.7-8.11,R:5a

Refren: Ya Tuhan, Engkaulah milik pusakaku.

*Jagalah aku, ya Allah,
sebab pada-Mu aku berlindung.
Aku berkata kepada Tuhan, "Engkaulah Tuhanku,
Ya Tuhan, Engkaulah bagian warisan dan pialaku,
Engkau sendirilah
yang meneguhkan bagian yang diundikan kepadaku.

*Aku memuji Tuhan, yang telah memberi nasihat kepadaku,
pada waktu malam aku diajar oleh hati nuraniku.
Aku senantiasa memandang kepada Tuhan;
karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah.

*Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan;
di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah,
di tangan kanan-Mu ada nikmat yang abadi.



Bait Pengantar Injil
Yoh 17:17b.a

Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah kebenaran.
Kuduskanlah kami dalam kebenaran.



Bacaan Injil
Luk 6:39-42

"Mungkinkah seorang buta membimbing orang buta?"

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Pada suatu ketika
Yesus menyampaikan perumpamaan ini kepada murid-murid-Nya,
"Mungkinkah seorang buta membimbing orang buta?
Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lubang?
Seorang murid tidak melebihi gurunya,
tetapi orang yang sudah tamat pelajarannya,
akan menjadi sama dengan gurunya.

Mengapakah engkau melihat selumbar dalam mata saudaramu,
sedangkan balok dalam matamu sendiri tidak kauketahui?
Bagaimana mungkin engkau berkata kepada saudaramu,
'Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar dalam matamu,'
padahal balok dalam matamu tidak kaulihat?

Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu,
maka engkau akan melihat dengan jelas
untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Wejangan Yesus pada Bacaan Injil hari ini adalah tentang bagaimana sikap kita terhadap perbuatan saudara-saudara kita.
Yesus tidak melarang kita untuk "melihat selumbar" dalam mata saudara kita. Malahan Yesus mau agar kita menegur saudara kita yang berbuat kesalahan atau dosa.
"Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali." [Mat 18:15]

Teguran tidak bertujuan untuk menunjukkan kalau kita benar dan orang itu bersalah, melainkan untuk "mendapatkannya kembali". Sebagaimana yang juga disampaikan oleh Yesus:
"Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu?" [Mat 18:12]

Orang yang sesat perlu dibantu untuk menemukan kembali jalannya, karena umumnya orang itu "malu bertanya sesat di jalan". Orang sesat itu ibarat kereta api yang berjalan keluar dari relnya, masak iya kita tinggalkan? Bukankah sepantasnya kita beri pertolongan?

Jadi, persoalannya bukan soal *boleh atau tidak* menegur orang lain yang berbuat dosa, melainkan soal *cara* kita melaksanakan peneguran itu.
Mungkinkah kita bisa melihat selumbar di mata orang kalau ada balok menutupi mata kita? Apa yang dapat kita lihat kalau balok itu menutupi mata kita?
Maksudnya, kalau kita sendiri berbuat dosa yang jauh lebih besar atau lebih banyak dari orang lain, pantaskah kita menegur orang itu? Bukankah orang itu yang lebih pantas menegur kita?

Mari kita lihat kembali perikop tentang seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah [Yoh 7:53-8:11]. Yesus berkata kepada orang banyak yang hendak menghakimi perempuan itu:
"Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."
Yesus tidak membenarkan perbuatan dosa, tetapi Yesus juga tidak menghakimi di luar saat yang telah ditentukan, sebab penghakiman itu ada pada akhir zaman. Maka Yesus berkata:
"Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."
Dengan demikian Yesus telah mendapatkan kembali satu dombanya yang hilang.

Singkat cerita, keluarkanlah terlebih dahulu balok dari mata kita, agar penglihatan kita menjadi jelas dan terang benderang ketika melihat mata orang lain. Seperti dalam instruksi keselamatan di pesawat udara: ketika terjadi kekurangan oksigen, kita harus mengenakan masker kita sendiri terlebih dahulu sebelum menolong orang lain. Artinya, bertobat dan memohon pengampunan Tuhan harus kita lakukan terlebih dahulu sebelum kita menegur sesama.

Bacaan pertama hari ini dari surat pertama Rasul Paulus kepada Timotius memberi peneguhan yang sama. Paulus mengakui dirinya dahulu seorang penghujat, penganiaya, dan orang yang ganas, tetapi justru karena kasih karunia Kristus Yesus, ia diselamatkan.
"Aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan, yaitu di luar iman." [1Tim 1:13]
Dengan rendah hati Paulus menegaskan bahwa rahmat Tuhan melimpah atas dirinya bersama iman dan kasih dalam Kristus Yesus.

Inilah kunci bagi kita: sebelum kita menegur orang lain, mari kita terlebih dahulu membuka hati kita kepada kasih dan rahmat Tuhan, agar kita dapat menegur bukan dengan sikap menghakimi, melainkan dengan kasih yang menyelamatkan.

Marilah kita bertobat dan memohon pengampunan Tuhan, supaya kita dimampukan menjadi penolong bagi sesama kita yang sesat, tanpa jatuh ke dalam sikap buta yang membimbing orang buta.



Peringatan Orang Kudus
Nama Tersuci Maria, Ibu Yesus
Menurut Santo Bernardus, nama 'Maria' berkaitan dengan kata 'Mare' yang berarti 'laut'. Nama ini kemudian diabadikan dengan menjuluki Maria sebagai "Stella Maris" yang berarti "Bintang Laut", sebagaimana dinyanyikan dalam hymne "Ave Bintang Laut, sungguh ibu Tuhan, dan tetap perawan, pintu gerbang surga."
Menurut pengalaman iman banyak orang saleh, orang yang mengalami berbagai kesusahan dan kegelisahan akan terhibur bila memandang bintang itu sambil menyebut nama Maria Bunda Yesus. Oleh karena itu nama manis ini dihormati umat di seantero dunia seperti yang sudah diramalkan Maria sendiri dalam "Magnificat"nya: "Sesungguhnya mulai dari sekarang sekalian bangsa akan menyebut aku berbahagia." (Luk 1:48)

Santo Guido Anderlecht, Pengaku Iman
Guido, yang lazim juga disebut Guy, lahir di Anderlecht, Brussels, Belgia. Hari kelahirannya tidak diketahui dengan pasti. Orangtuanya miskin namun saleh. Oleh pendidikan orangtuanya ia berkembang dewasa menjadi seorang pemuda yang beriman dan taat agama. Ia menerima kemiskinan orangtuanya dengan gembira. Dalam kondisi itu ia bercita-cita melayani orang-orang miskin dengan kemiskinannya.
Guido tergolong dalam bilangan para kudus yang termiskin. Ia seorang musafir miskin seperti Santo Benediktus Labre dan Matt Talbot, buruh miskin yang saleh itu. Semenjak masa mudanya ia sudah menunjukkan keutamaan-keutamaan hidup yang mengagumkan teristimewa dalam hal doa dan pengabdian kepada sesama. Untuk melaksanakan cita-citanya itu secara lebih sempurna, ia meninggalkan kampung halamannya Anderlecht, dan pindah ke Laeken. Di sana ia berkelana ke sana kemari dan menjadi pertapa yang saleh. Cara hidupnya ini menarik perhatian pastor paroki Laeken. Akhirnya oleh Pastor itu ia diangkat menjadi sakristan di gereja Bunda Maria di Laeken. Seperti Samuel di dalam Bait Allah Yerusalem dahulu, Guido tinggal di dalam rumah Allah, melayani Misa Kudus, membersihkan dan menghiasi gereja. Semua umat senang dengan Guido karena kerajinannya melayani Misa Kudus dan memelihara gereja.
Banyak orang memberinya bantuan keuangan. Dengan uang itu ia membantu orang-orang miskin. Agar lebih banyak membantu orang-orang miskin, ia diajak seorang saudagar kaya untuk ikut serta dalam usaha dagangnya. Ia setuju dengan ajakan itu, lalu meninggalkan tugasnya sebagai pelayan Tuhan di gereja Laeken. Persekutuan dagang dengan saudagar kaya itu mengalami bangkrut mendadak. Guido kewalahan dan kembali mengalami kemelaratan hidup seperti sediakala. Dalam keadaan itu ia memutuskan kembali lagi ke Laeken untuk menjadi Sakristan. Tetapi tugas itu sudah diambilalih oleh orang lain. Ia semakin bingung dan mulai menyadari hal itu sebagai hukuman Tuhan atas dirinya.
Guido sungguh menyesal dan bertobat atas kebodohannya itu. Ia kemudian berziarah ke Roma dan Tanah Suci dengan berjalan kaki. Setelah tujuh tahun berada di sana, ia kembali ke Anderlecht. Di sana ia meninggal dunia pada tahun 1012 karena penyakit yang dideritanya selama perjalanannya di Tanah Suci. Ia dinyatakan 'kudus' karena berbagai mujizat yang terjadi di kuburnya bagi orang-orang yang berdoa di sana.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-09-11 Kamis.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXIII

Kamis, 11 September 2025



Bacaan Pertama
Kol 3:12-17

"Kenakanlah cinta kasih, tali pengikat kesempurnaan."

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Kolose:

Saudara-saudara,
kalianlah orang-orang pilihan Allah,
yang dikuduskan dan dikasihi Allah.
Maka kenakanlah belas kasihan, kemurahan dan kerendahan hati,
kelemahlembutan dan kesabaran.
Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain,
dan hendaklah kalian saling mengampuni
apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain;
sebagaimana Kristus mengampuni kalian,
demikian pula kalian hendaknya.

Dan di atas semuanya itu kenakanlah cinta kasih,
tali pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.
Semoga damai sejahtera Kristus menguasai hatimu,
karena untuk itulah kalian dipanggil menjadi satu tubuh.
Dan bersyukurlah.
Semoga sabda Kristus dengan segala kekayaannya
tinggal di antara kalian.
Hendaknya kalian saling mengajar dan menasehati
dengan segala hikmat.
Nyanyikanlah mazmur, puji-pujian dan nyanyian rohani,
untuk mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.
Dan segala sesuatu
yang kalian lakukan dengan perkataan atau perbuatan,
lakukanlah itu dalam nama Tuhan Yesus Kristus,
dan dengan pengantaraan-Nya
bersyukurlah kepada Allah, Bapa kita.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 150:1-2.3-4.5-6,R:6

Refren: Segala yang bernafas, pujilah Tuhan!

*Pujilah Allah dalam tempat kudus-Nya!
Pujilah Dia dalam cakrawala-Nya yang kuat!
Pujilah Dia karena segala keperkasaan-Nya
pujilah Dia sesuai dengan kebesaran-Nya yang hebat!

*Pujilah Dia dengan tiupan sangkakala,
pujilah Dia dengan gambus dan kecapi!
Pujilah Dia dengan rebana dan tari-tarian,
pujilah Dia dengan permainan kecapi dan seruling!

*Pujilah Dia dengan ceracap yang berdenting,
pujilah Dia dengan ceracap yang berdentang!
Biarlah segala yang bernafas memuji Tuhan!



Bait Pengantar Injil
1Yoh 4:12

Jika kita saling menaruh cinta kasih, Allah tinggal dalam kita;
dan cinta kasih Allah dalam kita menjadi sempurna.



Bacaan Injil
Luk 6:27-38

"Hendaknya kalian murah hati se bagaimana Bapamu murah hati adanya."

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya,
"Dengarkanlah perkataan-Ku ini:
Kasihilah musuhmu.
Berbuatlah baik kepada orang yang membenci kalian.
Mintalah berkat bagi mereka yang mengutuk kalian.
Berdoalah bagi orang yang mencaci kalian.
Bila orang menampar pipimu yang satu,
berikanlah pipimu yang lain.
Bila orang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu.

Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu,
dan janganlah meminta kembali
dari orang yang mengambil kepunyaanmu.
Dan sebagaimana kalian kehendaki orang perbuat kepada kalian,
demikian pula hendaknya kalian berbuat kepada mereka.
Kalau kalian mengasihi orang-orang yang mengasihi kalian, apakah jasamu?
Orang-orang berdosa pun berbuat demikian.
Lagi pula kalau kalian memberikan pinjaman kepada orang
dengan harapan akan memperoleh sesuatu dari padanya,
apakah jasamu?
Orang-orang berdosa pun meminjamkan kepada orang-orang berdosa,
supaya mereka menerima kembali sama banyaknya.

Tetapi kalian,
kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka
dan berilah pinjaman tanpa mengharapkan balasan,
maka ganjaranmu akan besar
dan kalian akan menjadi anak Allah Yang Mahatinggi.
Sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih
dan orang-orang jahat.
Hendaklah kalian murah hati
sebagaimana Bapamu murah hati adanya.
Janganlah menghakimi orang, maka kalian pun tidak akan dihakimi.
Dan janganlah menghukum orang,
maka kalian pun tidak akan dihukum.
Ampunilah, maka kalian pun akan diampuni.
Berilah, dan kalian akan diberi.
Suatu takaran yang baik,
yang dipadatkan, yang digoncang dan tumpah ke luar
akan dicurahkan ke pangkuanmu.
Sebab ukuran yang kalian pakai, akan diukurkan pula kepadamu."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Adik-adik, Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara se-iman dalam Kasih Kristus,
Hari ini Yesus bersabda:
"Berilah dan kamu akan diberi:
suatu takaran yang baik, yang dipadatkan,
diguncang dan tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam pangkuanmu.
Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu juga." [Luk 6:38]

Saya teringat pengalaman menemani istri berbelanja di pasar tradisional.
Ada seorang pedagang kecil yang sering kali "bonus" sebagai tambahan.
Katanya, "Biar rejeki lancar, Pak."
Secara hitung-hitungan, keuntungannya tentu berkurang,
tapi ia melakukannya dengan wajah ikhlas dan senyum tulus.
Inilah gambaran nyata dari murah hati
—memberi lebih dari yang diminta, bahkan berani rugi demi kasih.

Dan satu hal lain yang saya lihat dari kebiasaan Erna, istri saya itu:
ia tidak pernah menawar harga, bahkan seringkali tidak mau menerima uang kembalian. Sederhana, tetapi penuh makna.
Belanja di supermarket, terpikirpun tidak untuk menawar harga, lalu kenapa di pedagang sayuran yang hanya beberapa ribu rupiah itu mesti menawar abis?

Kami tahu, omzet pedagang kecil itu menurun, kalah sama fresh mart atau food mart yang juga menjual sayuran dan lainnya.
Inilah salah satu bentuk murah hati—rela "berani rugi" sedikit,
tapi menolong orang lain untuk bertahan.
Yesus menegaskan bahwa murah hati itu tidak membuat kita rugi.
Justru Allah sendiri yang akan mengembalikan dengan limpahan berkat.
Murid Kristus dipanggil untuk berani berbeda:
mengasihi musuh, mendoakan yang membenci, tidak menghakimi,
bahkan memberi tanpa menuntut balasan.
Dunia mungkin berkata kita "kalah", tapi di mata Allah, kita menang karena menabur kasih.
Yesus berkata: "Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada mereka yang membenci kamu, mintalah berkat bagi mereka yang mengutuk kamu, berdoalah bagi mereka yang mencaci kamu."
Inilah inti kemurahan hati: berani rugi di hadapan manusia, tapi untung besar di hadapan Allah.

Santo Paulus pun mengingatkan:
"Kenakanlah belas kasihan, kemurahan hati, kerendahan hati, kelemahlembutan, dan kesabaran… Hendaklah damai Kristus memerintah dalam hatimu." [Kol 3:12.15]
Inilah pakaian rohani orang beriman, pakaian murah hati.
Rasul Paulus juga menegaskan:
"Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita." [2Kor 9:7]
Bahkan Yesus sendiri memberi teladan paling nyata di salib:
Ia rela "rugi"—nyawa-Nya sendiri—demi kasih kepada kita.
Itulah puncak kemurahan hati.

Adik-adik, Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara se-iman dalam Kasih Kristus,
Awalnya saya sulit memahami paragraf terakhir dari Injil hari ini:
"Berilah, dan kalian akan diberi.
Suatu takaran yang baik,
yang dipadatkan, yang digoncang dan tumpah ke luar
akan dicurahkan ke pangkuanmu.
Sebab ukuran yang kalian pakai, akan diukurkan pula kepadamu."
Tetapi sekarang saya meyakininya,
bahwa kemurahan hati tidak akan pernah membuat kita rugi.
Siapa yang memberi dengan tulus akan menerima kembali.
Memberi bukanlah hanya soal materi.
Pemberian bisa berupa kasih, perhatian, pengampunan, doa, bahkan waktu.
Allah sendiri yang menjamin, kita tidak akan pernah kekurangan kalau mau memberi.
Dalam hal memberi, bukan seberapa banyak yang kita berikan,
melainkan seberapa banyak manfaat bagi yang menerima.
Amin.



Peringatan Orang Kudus
Santo Protus dan Hyasintus, Martir
Selama beberapa kurun waktu kedua bersaudara ini bekerja di sebuah pertapaan di Mesir. Mereka kemudian pindah ke Roma. Di sana mereka bekerja sebagai pelayan pada seorang wanita bangsawan bernama Eugenia, yang kemudian dihormati sebagai santa.
Pada waktu itu kekaisaran Roma diperintahi oleh kaisar Gallienus. Seperti kaisar-kaisar sebelumnya, Gallienus tidak suka pada orang-orang Kristen. Ia menyuruh serdadu-serdadunya menangkap dan memenggal kepala Protus dan Hyasintus. Peristiwa berdarah atas kedua bersaudara ini terjadi pada tahun 257.
Kuburan Hyasintus ditemukan kembali di sebuah katakombe di Roma pada tahun 1845. Ada petunjuk kuat pada sisa tulangnya bahwa ia mati terbakar, sedang kuburan Protus ditemukan dalam keadaan kosong.

Beato Yohanes Gabriel Perboyre, Martir
Ketika masih kanak-kanak, Yohanes sudah terbiasa dengan kerja keras. Ia biasa membantu ayahnya menggembalakan ternak-ternak mereka di padang. Pada umur 8 tahun, ia masuk sekolah atas izinan ayahnya. Kemudian ia mengikuti pendidikan imam di seminari menengah. Yohanes, seorang calon imam yang sederhana, tetapi saleh, pandai dan senantiasa riang. Terdorong oleh keinginannya untuk menjadi rasul Kristus di tempat lain, ia masuk Kongregasi Misi Santo Vincentius, yang lazim juga disebut orang Tarekat Lazaris. Ia kemudian ditahbiskan menjadi imam di Paris.
Imam muda ini disenangi dan dikagumi banyak orang terutama rekan-rekannya sebiara. Kepandaian dan kebijaksanaannya dalam berkarya membuat dia diserahi berbagai jabatan penting di tanah airnya, kendatipun usianya masih tergolong muda. Kemudian atas permintaannya sendiri, ia diutus sebagai misionaris di negeri Tiongkok pada tahun 1830. Pada masa itu, Tiongkok masih tertutup sekali pada dunia luar. Dengan demikian, kepergiannya ke sana membawa bahaya tersendiri. Ia harus melayani umat yang ada di sana dalam situasi selalu terancam bahaya dan macam-macam kesulitan. Tetapi Yohanes tidak takut akan semua bahaya itu. Ia yakin bahwa Tuhan akan senantiasa menolong dia dalam karyanya. Ia tanpa takut melayani umat Kristen yang ada di negeri itu dengan memberi mereka pengajaran agama dan Pelayanan sakramen-sakramen secara sembunyi-sembunyi. Rasa haus, udara yang dingin dan keletihan tidak dihiraukannya demi pelayanan umat.
Karyanya yang penuh bahaya itu didasari oleh kekuatan batin melalui doa-doa dan matiraganya. Akhirnya imam muda ini mengalami nasib yang sama seperti Kristus Tuhan yang dilayaninya. Seperti Kristus, Yohanes dijual oleh seorang pengkhianat dengan 30 keping perak. Setelah menderita sengsara setahun lamanya, ia mati di atas tiang gantungan yang berbentuk seperti salib, pada hari Jumat pertama di bulan September 1840, tepat pukul tiga siang.
Kesucian dirinya dibalas Tuhan dengan berbagai mujizat dan karunia yang luar biasa kepada setiap orang yang berdoa dengan perantaraannya. Pada tahun 1889, ia dinyatakan sebagai Beato oleh Sri Paus Leo XIII.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-09-10 Rabu.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXIII

Rabu, 10 September 2025



Bacaan Pertama
Kol 3:1-11

"Kalian telah mati bersama Kristus.
Maka matikanlah dalam dirimu segala yang duniawi."

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Kolose:

Saudara-saudara,
kalian telah dibangkitkan bersama Kristus.
Maka carilah perkara yang di atas,
di mana Kristus ada, duduk di sisi kanan Allah.
Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.
Sebab kalian telah mati,
dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.
Kristuslah hidup kita.
Apabila Dia menyatakan diri kelak,
kalian pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia
dalam kemuliaan.

Karena itu matikanlah dalam dirimu segala yang duniawi,
yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu,
nafsu jahat dan juga keserakahan,
yang sama dengan penyembahan berhala.
Semuanya itu mendatangkan murka Allah.
Dahulu kalian juga melakukan hal-hal itu
ketika kalian hidup di dalamnya.
Tetapi sekarang buanglah semuanya ini,
yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah
dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu.
Janganlah kalian saling menipu lagi,
karena kalian telah menanggalkan manusia lama beserta kelakuannya,
dan telah mengenakan manusia baru
yang terus-menerus diperbaharui
untuk memperoleh pengetahuan yang benar
menurut gambar Penciptanya.
Dalam keadaan yang baru itu
tiada lagi orang Yunani atau Yahudi,
yang bersunat atau tak bersunat,
orang Barbar atau orang Skit,
budak atau orang merdeka;
yang ada hanyalah Kristus di dalam semua orang.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 145:2-3.10-11.12-13ab,R:9a

Refren: Tuhan itu baik kepada semua orang.

*Setiap hari aku hendak memuji Engkau,
dan memuliakan nama-Mu untuk selama-lamanya.
Besarlah Tuhan dan sangat terpuji;
kebesaran-Nya tidak terselami.

*Segala yang Kaujadikan akan bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan,
dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau.
Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu,
dan akan membicarakan keperkasaan-Mu.

*Untuk memberitahukan keperkasaan-Mu
kepada anak-anak manusia,
dan memaklumkan kerajaan-Mu yang semarak mulia.
Kerajaan-Mu ialah kerajaan abadi,
pemerintahan-Mu lestari melalui segala keturunan.



Bait Pengantar Injil
Luk 6:23ab

Bersukacitalah dan bergembiralah,
karena besarlah upahmu di surga.



Bacaan Injil
Luk 6:20-26

"Berbahagialah orang yang miskin,
celakalah orang yang kaya."

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Pada waktu itu,
Yesus memandang murid-murid-Nya, lalu berkata,
"Berbahagialah, hai kalian yang miskin,
karena kalianlah yang empunya Kerajaan Allah.
Berbahagialah, hai kalian yang kini kelaparan,
karena kalian akan dipuaskan.
Berbahagialah, hai kalian yang kini menangis,
karena kalian akan tertawa.
Berbahagialah, bila demi Anak Manusia kalian dibenci,
dikucilkan, dan dicela serta ditolak.
Bersukacitalah dan bergembiralah pada waktu itu
karena secara itu pula
nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi.
Tetapi celakalah kalian, orang kaya,
karena dalam kekayaanmu kalian telah memperoleh hiburan.
Celakalah kalian, yang kini kenyang,
karena kalian akan lapar.
Celakalah kalian, yang kini tertawa,
karena kalian akan berdukacita dan menangis.
Celakalah kalian, jika semua orang memuji kalian;
karena secara itu pula
nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Kita sedang menapaki syarat-syarat menjadi murid Yesus: menyangkal diri dan memikul salib. Beban hidup tidak serta-merta lenyap ketika kita memutuskan mengikuti Kristus; tetapi bersama Dia, kita dimampukan menanggungnya. Yesus berjanji,  "Pikullah kuk yang Kupasang… sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan."  [Mat 11:29-30]. Kuk-Nya tidak menghapus realitas beban, melainkan menyatukan langkah kita dengan langkah-Nya, sehingga ritme-Nya menuntun, bukan menyeret.

Hari ini, Injil menghadirkan "peta kebahagiaan" yang berbeda dengan ukuran dunia: empat "bahagia" dan empat "celaka" [Luk 6:20-26].  "Berbahagialah kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah.  Berbahagialah kamu yang lapar sekarang ini, karena kamu akan dipuaskan.  Berbahagialah kamu yang menangis sekarang ini, karena kamu akan tertawa.  Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu… bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya upahmu besar di surga."  Sebaliknya,  "Celakalah kamu, hai kamu yang kaya… celakalah kamu, yang kenyang sekarang ini… celakalah kamu, yang tertawa sekarang ini… celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu."  Yesus tidak sedang memuliakan kemelaratan atau meromantisasi dukacita, dan Ia juga tidak otomatis mengutuk harta, tawa, dan pujian. Yang Ia bongkar adalah cara pandang: apakah hati kita terikat pada yang sekarang sehingga menutup diri dari yang kekal, atau justru "miskin" di hadapan Allah—terbuka, bergantung, dan siap ditata ulang oleh-Nya.

Bacaan Pertama menegaskan sumbu pembeda itu:  "Carilah perkara yang di atas, di mana Kristus berada… Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi."  [Kol 3:1-2]. Paulus lalu mengajak kita bertindak tegas:  "Matikanlah… segala yang duniawi: percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat, dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala."  [Kol 3:5]. Akar "celaka" adalah hati yang membiarkan keserakahan menjadi ilah; akar "bahagia" adalah hati yang dimerdekakan dari ilah palsu oleh kasih Kristus. Karena itu Paulus menutup dengan undangan pertobatan mendasar:  "Tanggalkan manusia lama… dan kenakan manusia baru, yang terus-menerus diperbarui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya."  [Kol 3:9-10]. Kebahagiaan Injil bukan suasana hati yang rapuh, melainkan buah dari identitas baru—hidup yang ditata menurut Kristus.

Dalam logika Injil, kekurangan yang ditanggung demi kesetiaan akan berbalik menjadi kepenuhan yang dijanjikan Allah. Kelaparan yang dirasakan karena membagi roti pada yang kekurangan akan diganti dengan kepuasan dari tangan Bapa. Air mata yang jatuh karena memilih integritas akan diubah menjadi tawa sukacita di hadapan-Nya. Penolakan yang kita alami karena nama Yesus tidak sia-sia; ada upah di surga, dan ada damai yang tidak bisa diberikan atau dirampas oleh dunia. Maka ukuran sukses rohani bukan saldo, jabatan, atau tepuk tangan, melainkan seberapa serupa kita dengan Kristus ketika menanggung dan mengasihi.

Bagaimana kita melatih hati untuk "miskin di hadapan Allah" dalam keseharian? Pertama, biasakan melepaskan. Sisihkan bagian terbaik—bukan sisa—untuk dibagikan: waktu, perhatian, kompetensi, juga harta. Setiap kali memberi, kita sedang mematahkan kuat-kuasa keserakahan yang disebut Paulus sebagai berhala. Kedua, pelihara "lapar akan kebenaran." Sediakan waktu harian untuk Sabda Tuhan; tidak ada kebahagiaan Injil tanpa telinga yang mendengar dan hati yang taat. Ketiga, terimalah ketidakpopuleran ketika memilih yang benar. Jika karena Yesus kita disisihkan atau dianggap "tidak fleksibel," ingat sabda-Nya:  "Bersukacitalah… sebab upahmu besar di surga."  [Luk 6:23]. Lebih baik dicatat di hati Allah daripada dipuji ramai-ramai namun jauh dari-Nya.

Akhirnya, kebahagiaan Injil adalah kepastian janji, bukan harapan palsu. Banyak hal duniawi tidak pasti—tabungan bisa lenyap, pola hidup sehat tidak menjamin bebas sakit, rencana bisa berubah. Namun janji Yesus tidak goyah. Ketika kita menyangkal diri, memikul salib, dan menata pikiran pada perkara di atas, kebahagiaan bukan lagi tujuan yang dikejar, melainkan karunia yang mengikuti. Hari ini, marilah kita mengubah ukuran: dari "memiliki lebih" menjadi "melekat lebih pada Kristus"; dari "dipuji banyak orang" menjadi "dikenal dan dikasihi Allah." Itulah kebahagiaan yang tidak bisa dibeli dan tidak akan direbut—kebahagiaan seorang murid yang berjalan seirama di bawah kuk Yesus.



Peringatan Orang Kudus
Santo Theodardus, Martir
Hari kelahiran Theodardus tidak diketahui dengan pasti. Yang diketahui tentang dirinya ialah bahwa ia menggantikan Santo Remaclus sebagai Abbas di biara Benediktin Malmedy-Stavelot, Prancis pada tahun 653. Pada tahun 662 ia ditahbiskan menjadi Uskup Tongres-Masetricht, Prancis. Ketika sekelompok bangsawan Prancis berusaha menyita kekayaan Gereja di diosesnya, ia mengajukan protes keras kepada Childeric II dari Austria, yang berkuasa di Merovingian, sebagian wilayah kerajaan Prancis. Pada tahun 670, dalam perjalanannya ke pengadilan kerajaan, uskup yang saleh ini dibunuh dengan kejam di sebuah tempat dekat Speyer, Jerman oleh kaki-tangan raja. Ia dihormati sebagai martir karena usaha-usahanya untuk memperjuangkan dan membela hak-hak Gereja.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-09-09 Selasa.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXIII

Selasa, 9 September 2025

PF S. Petrus Klaver, Imam



Bacaan Pertama
Kol 2:6-15

"Allah telah menghidupkan kalian bersama dengan Kristus,
sesudah Ia mengampuni segala pelanggaraan kita."

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Kolose:

Saudara-saudara,
kalian telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita.
Karena itu hendaklah kalian tetap hidup bersatu dengan dia.
Hendaklah kalian berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia.
Hendaklah kalian bertambah teguh dalam iman
yang telah diajarkan kepada kalian.
Hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.

Hati-hatilah, jangan sampai ada yang menawan kalian
dengan filsafat kosong dan palsu,
menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia,
tetapi tidak menurut Kristus.
Sebab seluruh kepenuhan Allah
secara jasmaniah diam dalam Kristus,
dan dalam Dia kalian pun memperoleh kepenuhan.
Dialah kepala semua pemerintah dan penguasa.
Dalam Dialah kalian telah disunat,
bukan dengan sunat yang telah dilakukan oleh manusia,
tetapi dengan sunat Kristus,
yang wujudnya adalah penanggalan tubuh yang berdosa.
Sebab kalian telah dikuburkan bersama Kristus dalam pembaptisan,
dan dibangkitkan bersama Dia
oleh kepercayaanmu akan karya kuasa Allah,
yang telah membangkitkan Kristus dari orang mati.
Dahulu kalian mati karena pelanggaranmu
dan karena tak bersunat secara lahiriah.
Tetapi kini Allah menghidupkan kalian bersama Kristus
sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita.
Surat utang
yang oleh ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita,
telah dihapuskan-Nya dan ditiadakan-Nya,
dengan memakukannya pada kayu salib.
Kristus telah melucuti pemerintah dan penguasa-penguasa
dan menjadikan mereka tontonan umum
dalam pawai kemenangan-Nya.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 145:1-2.8-9.10-11,R:9a

Refren: Tuhan itu baik kepada semua orang.

*Aku hendak mengagungkan Dikau, ya Allah, ya Rajaku,
aku hendak memuji nama-Mu untuk selama-lamanya.
Setiap hari aku hendak memuji Engkau,
dan memuliakan nama-Mu untuk selama-lamanya.

*Tuhan itu pengasih dan penyayang,
panjang sabar dan besar kasih setia-Nya.
Tuhan itu baik kepada semua orang,
penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya.

*Segala yang Kaujadikan akan bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan,
dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau.
Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu,
dan akan membicarakan keperkasaan-Mu.



Bait Pengantar Injil
Yoh 15:16

Kalian telah Kupilih dari dunia
dan Kutetapkan agar pergi dan berbuah,
dan buahmu tinggal tetap.



Bacaan Injil
Luk 6:12-19

"Semalam-malaman Yesus berdoa. 
Lalu Ia memilih dua belas orang, yang disebut-Nya rasul."

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Sekali peristiwa Yesus mendaki sebuah bukit untuk berdoa.
Semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah.
Keesokan harinya, ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya
dan memilih dari antara mereka dua belas orang,
yang disebut-Nya rasul.
Mereka itu ialah: Simon yang juga diberi-Nya nama Petrus,
dan Andreas saudara Simon,
Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bartolomeus,
Matius dan Tomas,
Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot,
Yudas anak Yakobus,
dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat.

Lalu Yesus turun bersama mereka
dan berhenti pada suatu tempat yang datar.
Di situ berkumpul sejumlah besar dari murid-murid-Nya
dan banyak orang lain
yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem
dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon.
Mereka datang untuk mendengarkan Dia
dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka;
juga mereka yang kerasukan roh-roh jahat mendapat kesembuhan.
Dan orang banyak itu berusaha menjamah Dia,
sebab daripada-Nya keluar suatu kuasa,
dan semua orang itu disembuhkan-Nya.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Mari kita lanjutkan renungan kita tentang persyaratan menjadi pengikut Yesus.
Hari ini Injil menuliskan bagaimana Yesus memilih dan mengangkat dua belas rasul-Nya.
Mengangkat 12 rasul ini merupakan keputusan penting, sebab dari merekalah kelak Injil diberitakan ke seluruh dunia.

Sebelum mengambil keputusan besar ini, Yesus berdoa semalam-malaman kepada Allah Bapa-Nya.
Yesus tidak tergesa-gesa, Ia memohon agar keputusan yang akan diambil sungguh sesuai dengan kehendak Bapa.
Inilah teladan bagi kita: sebelum membuat keputusan penting dalam hidup, hendaknya kita berdoa dan menyerahkan semuanya kepada Allah, agar bukan kehendak kita yang jadi, melainkan kehendak-Nya.

Di sini kita juga belajar bahwa bukan para murid yang memutuskan untuk menjadi rasul, melainkan merekalah yang dipilih oleh Yesus.
Kita mungkin masih ingat kisah orang muda kaya yang merasa dirinya sudah menaati semua hukum Taurat. Ia datang kepada Yesus dan bertanya dengan nada menantang: "Perintah yang mana? Semua itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?"
Namun ketika Yesus menantangnya, "Juallah segala milikmu, bagikan kepada orang miskin, lalu ikutlah Aku," ia kecewa dan pergi meninggalkan Yesus. Ia tidak menyadari bahwa bukan dialah yang menentukan syarat untuk menjadi murid Yesus.

Yesus sendiri menegaskan, "Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu."
Karena itu, pertanyaannya: apa yang dapat kita lakukan supaya dipilih?
Pertama, niat dan kesungguhan hati. Kita menunjukkan kerinduan untuk mengikuti Kristus dengan belajar dari-Nya, mendengarkan sabda-Nya, dan meneladani perbuatan-Nya.
Menjadi pengikut Kristus berarti bersedia pergi ke mana Ia pergi, dan melakukan apa yang Ia lakukan.

Bacaan pertama hari ini mengingatkan kita: "Hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia, berakar di dalam Dia, dibangun di atas Dia, bertambah teguh dalam imanmu, dan syukurmu melimpah" [Kol 2:6-7].
Dengan kata lain, yang diharapkan dari kita adalah kesetiaan. Kita hidup berakar dalam Kristus, bukan diombang-ambingkan oleh filsafat kosong atau ajaran duniawi yang menipu.

Maka kalau kita sungguh-sungguh menjadi murid Kristus, kita tidak menunggu dipilih untuk mulai mengikuti-Nya. Kita dapat menyatakan sikap kita sekarang juga.
Namun bila kita dipercaya dan dipanggil untuk perutusan tertentu dalam karya Allah, itu semata-mata anugerah.
Sudah selayaknya kita melaksanakannya dengan penuh syukur dan sebaik-baiknya, sebab bukan karena kehebatan kita, melainkan karena kasih karunia-Nya.



Peringatan Orang Kudus
Santo Petrus Klaver, Pengaku Iman
Imam Yesuit dari Spanyol ini lahir di Verdu, Katalonia pada tahun 1581. Selama 40 tahun ia berkarya sebagai misionaris di antara para budak belian Negro di Kartagena, Kolumbia. Semasa mudanya, ia belajar di Universitas Barcelona. Di sini ia berkenalan dengan imam-imam Serikat Yesus dan mulai tertarik dengan cara hidup mereka. Setelah menyelesaikan studinya di Barcelona, ia masuk novisiat Serikat Yesus di Tarragona pada tahun 1601. Dari sana ia dikirim pembesarnya ke kolese Montesione di Palma Mayorca. Di kolese ini ia bertemu dan bersahabat baik dengan bruder Alphonsus Rodriquez, penjaga pintu kolese. Bruder inilah yang membimbing dia tentang cara hidup penyangkalan dan penyerahan diri semata-mata kepada Tuhan. Alphonsus jugalah yang mendorong dan menyemangati dia untuk menjadi rasul bagi para budak Negro di Amerika Selatan.
Pada tahun 1610 selagi masih belajar di Seminari, atas permintaannya sendiri Petrus Klaver dikirim ke Kartagena, Kolumbia, pantai utara Amerika Selatan. Kartagena adalah kota pelabuhan yang sangat ramai dan merupakan pintu gerbang masuknya para budak Negro yang didatangkan dari Afrika. Di kota inilah Petrus mengabdikan seluruh hidupnya demi keselamatan para budak Negro yang malang itu.
Di kota Kartagena, Petrus ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1616, disusul kemudian dengan pengikraran kaul kekalnya. Ketika mengucapkan kaul kekalnya, ia menambahkan sebagai kaul keempat suatu janji untuk bekerja semata-mata bagi orang-orang Negro yang dipekerjakan di tambang-tambang emas Kartagena. Dia minta dengan sangat agar tidak dipindahkan ke tempat lain. Sejak itu Petrus menjadi "budak para budak" demi keselamatan mereka. Petrus mengabdikan dirinya baik di bidang perawatan kesehatan jasmani maupun jiwanya.  Ia mewartakan Injil dan mengajar mereka tentang kasih Kristus. Dalam 40 tahun karyanya, ia berhasil mempermandikan 300.000 orang, tidak hanya orang-orang Negro tetapi juga para pelaut, pedagang dan pemimpin-pemimpin kota itu.
Bagi orang-orang yang sakit dan miskin, ia menyediakan obat-obatan, makanan dan pakaian. Banyak mujizat dilakukannya terutama untuk menyembuhkan orang-orang sakit. Mantelnya yang dikenakan pada si sakit selalu menyemburkan bau harum semerbak dan dapat menyembuhkan mereka.
Tuhan menyertai dan memberkati Petrus dan karyanya. Kesuciannya lambat laun diketahui seluruh penduduk kota. Para pemimpin masyarakat yang semula tidak senang padanya karena usahanya membela para budak itu, mulai tertarik dan mengaguminya. Petrus kemudian jatuh sakit keras selama 4 tahun dan akhirnya meninggal dunia pada tanggal 8 September 1654, tepat dengan pesta kelahiran Santa Perawan Maria. Para pemimpin kota memerintahkan agar Petrus Klaver dimakamkan secara meriah atas biaya mereka.
Oleh Paus Leo XIII, Petrus Klaver dinyatakan sebagai kudus pada tahun 1888, dan diangkat sebagai pelindung karya misi di tengah bangsa Negro.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-09-08 Senin.

Liturgia Verbi (C-I)
Pesta Kelahiran S.P. Maria

Senin, 8 September 2025



Bacaan Pertama
Mi 5:1-4a

"Tibalah saatnya perempuan yang mengandung itu melahirkan."

Pembacaan dari Nubuat Mikha:

Beginilah firman Tuhan:
"Hai Betlehem di wilayah Efrate,
hai engkau yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda,
dari padamu akan bangkit bagi-Ku
seorang yang akan memerintah Israel,
yang permulaannya sudah sejak purbakala,
yang sudah ada sejak dahulu kala.
Ia akan membiarkan mereka
sampai saatnya perempuan yang mengandung itu telah melahirkan;
lalu saudara-saudaranya yang masih ada
akan kembali kepada orang Israel.
Maka ia akan bertindak,
dan akan menggembalakan mereka dalam kekuatan Tuhan,
dalam kemegahan nama Tuhan Allahnya;
mereka akan tinggal tetap,
sebab sekarang ia menjadi besar sampai ke ujung bumi,
dan dia menjadi damai sejahtera.

Demikianlah sabda Tuhan.


BACAAN LAIN
Rom 8:28-30

"Mereka yang dipanggil Allah,
juga dibenarkan oleh-Nya."

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma:

Saudara-saudara,
kita tahu, bahwa Allah bekerja dalam segala sesuatu
untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia,
yaitu mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula,
juga ditentukan-Nya dari semula
untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya,
supaya Anak-Nya itu menjadi yang sulung di antara banyak saudara.
Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula,
juga dipanggil-Nya.
Dan mereka yang dipanggil-Nya itu, juga dibenarkan-Nya.
Dan mereka yang dibenarkan-Nya, juga dimuliakan-Nya.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 13:6ab.6cd,R:Yes 61:10

Refren: Aku bersukacita dalam Tuhan.

*Ya Tuhan, kepada kasih setia-Mu aku percaya,
hatiku bersorak-sorai karena penyelamatan-Mu.

*Aku mau menyanyi untuk Tuhan,
karena Ia telah berbuat baik kepadaku.



Bait Pengantar Injil


Berbahagialah engkau, hai Perawan Maria, dan sangat terpuji.
Sebab dari padamu telah terbit Sang Surya Keadilan,
yakni Kristus, Allah kita.



Bacaan Injil
Mat 1:1-16.18-23

"Anak yang ada di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus."

Inilah Injil Suci menurut Matius:

Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham.
Abraham memperanakkan Ishak, Ishak memperanakkan Yakub,
Yakub memperanakkan Yehuda dan saudara-saudaranya.
Yehuda memperanakkan Peres dan Zerah dari Tamar,
Peres memperanakkan Hezron,
Hezron memperanakkan Ram.
Ram memperanakkan Aminadab,
Aminadab memperanakkan Nahason,
Nahason memperanakkan Salmon,
Salmon memperanakkan Boas dari Rahab,
Boas memperanakkan Obed dari Rut,
Obed memperanakkan Isai,
Isai memperanakkan raja Daud.
Daud memperanakkan Salomo dari isteri Uria.
Salomo memperanakkan Rehabeam,
Rehabeam memperanakkan Abia,
Abia memperanakkan Asa.
Asa memperanakkan Yosafat,
Yosafat memperanakkan Yoram,
Yoram memperanakkan Uzia.
Uzia memperanakkan Yotam,
Yotam memperanakkan Ahas,
Ahas memperanakkan Hizkia.
Hizkia memperanakkan Manasye,
Manasye memperanakkan Amon,
Amon memperanakkan Yosia.
Yosia memperanakkan Yekhonya dan saudara-saudaranya
pada waktu pembuangan ke Babel.

Sesudah pembuangan ke Babel,
Yekhonya memperanakkan Sealtiel,
Sealtiel memperanakkan Zerubabel.
Zerubabel memperanakkan Abihud,
Abihud memperanakkan Elyakim,
Elyakim memperanakkan Azor.
Azor memperanakkan Zadok,
Zadok memperanakkan Akhim,
Akhim memperanakkan Eliud,
Eliud memperanakkan Eleazar,
Eleazar memperanakkan Matan,
Matan memperanakkan Yakub,
Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria,
yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus.

Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut:
Pada waktu Maria, ibu Yesus, bertunangan dengan Yusuf,
ternyata Maria mengandung dari Roh Kudus,
sebelum mereka hidup sebagai suami isteri.
Karena Yusuf, suaminya, seorang yang tulus hati,
dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum,
ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam.

Tetapi ketika Yusuf mempertimbangkan maksud itu,
malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata,
"Yusuf, anak Daud,
janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu,
sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.
Maria akan melahirkan anak laki-laki,
dan engkau akan menamakan Dia Yesus,
karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya
dari dosa mereka."
Hal itu terjadi supaya genaplah yang firman Tuhan
yang dinyatakan oleh nabi,
"Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung
dan melahirkan seorang anak laki-laki,
dan mereka akan menamai Dia Imanuel"
yang berarti: Allah menyertai kita.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Hari ini Gereja merayakan Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria.
Biasanya kita mengenal perayaan ulang tahun hanya untuk orang yang masih hidup, sedangkan orang yang telah meninggal lebih sering dikenang pada hari wafatnya. Tetapi Bunda Maria sungguh istimewa. Gereja merayakan kelahirannya, karena kelahiran beliau menandai dimulainya sejarah keselamatan yang baru.

Dalam nubuat Mikha [Mi 5:1-4a], telah disebutkan bahwa dari Betlehem akan lahir seorang penggembala agung yang akan menjadi damai sejahtera bagi seluruh bumi. Maria dipilih Allah untuk menjadi ibu dari Sang Mesias. Melalui rahim Maria, Yesus Kristus hadir ke dunia, Dia yang sejak purbakala sudah ada, dan menjadi penyelamat bagi seluruh umat manusia.

Injil hari ini [Mat 1:1-16.18-23] menegaskan bahwa kelahiran Yesus terjadi melalui Maria, yang mengandung dari Roh Kudus. Malaikat menyampaikan pesan kepada Yusuf agar menerima Maria, sebab yang lahir darinya akan dinamakan Imanuel, artinya Allah menyertai kita. Dengan demikian, kelahiran Maria adalah awal dari pemenuhan janji Allah bahwa umat-Nya tidak akan pernah ditinggalkan.

Betlehem memang jauh dari kita, tetapi kabar sukacita itu nyata sampai kepada kita yang hidup di "ujung bumi". Berkat Maria, kita boleh mengalami damai sejahtera Kristus yang melampaui segala pengertian.

Bunda Maria adalah bunda kita semua. Sejak awal ia sudah siap memikul berbagai kedukaan, kebingungan, bahkan kontroversi dalam hidupnya, namun ia tetap setia pada rencana Allah. Ia terus berdoa bagi kita, anak-anaknya, agar hidup kita dipenuhi damai sejahtera. Karena melalui Maria, kita menjadi saudara dan sahabat Yesus Kristus.

Maka marilah kita belajar dari kesetiaan Bunda Maria, menerima dengan rendah hati rencana Allah, betapapun kadang tidak kita pahami sepenuhnya. Jangan pernah menolak kasih dan kekudusan yang mengalir dari keluarga Nazaret. Dengan itu, hidup kita pun akan semakin dikuatkan oleh Roh Kudus.



Peringatan Orang Kudus
Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria
Hari ini Gereja sedunia merayakan "Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria." Pesta ini sesungguhnya menunjukkan betapa Gereja mengasihi dan menghormati Maria sebagai wanita yang punya peranan besar di dalam karya keselamatan Allah. Sehubungan dengan pesta ini mungkin terlintas dalam benak kita pertanyaan berikut: "Landasan pemikiran apa yang melatarbelakangi pesta ini?"
Kita tidak bisa langsung menjawab pertanyaan ini dengan membeberkan peristiwa kelahiran Maria secara lengkap dan obyektif berdasarkan informasi dari dokumen-dokumen terpercaya Gereja seperti Alkitab. Yang mungkin bagi kita ialah melihat peranan dan kedudukan Maria di dalam rencana dan karya keselamatan Allah di dalam sejarah. Tentang hal itu Gereja mengajarkan bahwa Allah - setelah kejatuhan manusia - menjanjikan seorang Penebus bagi umat manusia. Penebus itu adalah AnakNya sendiri. Untuk maksud luhur itu Allah membutuhkan kerjasama manusia; Allah membutuhkan seorang perempuan untuk mengandungkan dan melahirkan AnakNya. Kebenaran iman ini dikatakan Santo Paulus dalam suratnya kepada umat di Galatia: " . . . setelah genap waktunya, maka Allah mengutus AnakNya, yang lahir dari seorang perempuan . . . " (Gal 4:4).
Siapa Perempuan itu? Perempuan itu ialah Maria, seorang puteri keturunan Abraham. Dari sini Gereja mengajarkan bahwa Maria telah ditentukan Allah sedari kekal untuk mengandung dan melahirkan AnakNya. Untuk itu ia suci sejak lahirnya dan diperkandungkan tanpa noda dosa asal.
Dalam konteks pengakuan iman inilah, Gereja merasa perlu menentukan suatu hari khusus (yaitu: 8 September) untuk merayakan peristiwa kelahiran Maria. Dasar pertimbangan di sini - barangkali sangat sederhana - ialah bahwa sebagai manusia, Maria tentu pernah lahir pada waktu dan di tempat tertentu, dari orangtua dan suku tertentu. Injil-injil sendiri tidak mengatakan secara jelas bahwa Maria juga adalah keturunan Daud, sebagaimana Yusuf suaminya. Yang penting di sini bukanlah ketepatan hari kelahiran itu tetapi ungkapan iman Gereja akan Maria sebagai perempuan yang ditentukan Allah untuk mengandungkan dan melahirkan AnakNya.
Seturut sejarah, mulanya pesta ini dirayakan di lingkungan Gereja Timur berdasarkan ilham dari tulisan-tulisan Apokrif pada abad ke-6; pada akhir abad ke-7, barulah pesta ini diterima dan dirayakan di dalam Gereja Barat Roma.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-09-07 Minggu.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Minggu Biasa XXIII

Minggu, 7 September 2025



Bacaan Pertama
Keb 9:13-18

"Siapakah yang dapat memikirkan apa yang dikehendaki Tuhan?"

Pembacaan dari Kitab Kebijaksanaan:

Manusia manakah dapat mengenal rencana Allah,
atau siapakah dapat memikirkan apa yang dikehendaki Tuhan?
Pikiran segala makhluk yang fana adalah hina,
dan pertimbangan kami ini tidak tetap.
Sebab jiwa dibebani oleh badan yang fana,
dan kemah dari tanah memberatkan budi yang banyak berpikir.
Sukar kami menerka apa yang ada di bumi,
dan dengan susah payah kami menemukan apa yang ada di tangan,
tapi siapa gerangan telah menyelami apa yang ada di surga?
Siapa gerangan dapat mengenal kehendak-Mu,
kalau Engkau sendiri tidak menganugerahkan kebijaksanaan,
dan jika Roh Kudus-Mu dari atas tidak Kauutus?
Demikianlah diluruskan lorong orang yang ada di bumi,
dan kepada manusia diajarkan apa yang berkenan pada-Mu,
maka oleh kebijaksanaan mereka diselamatkan.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 90:3-4.5-6.12-13.14.17,R:1

Refren: Tuhan, Engkaulah tempat perteduhan kami turun temurun.

*Engkau mengembalikan manusia kepada debu,
hanya dengan berkata, "Kembalilah, hai anak-anak manusia!"
Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin,
atau seperti satu giliran jaga di waktu malam.

*Engkau menghanyutkan manusia seperti orang mimpi,
seperti rumput yang bertumbuh:
di waktu pagi tumbuh dan berkembang,
di waktu petang sudah lisut dan layu.

*Ajarlah kami menghitung hari-hari kami,
hingga kami beroleh hati yang bijaksana.
Kembalilah, ya Tuhan, -- berapa lama lagi? --
dan sayangilah hamba-hamba-Mu!

*Kenyangkanlah kami di waktu pagi dengan kasih setia-Mu,
supaya kami bersorak-sorai dan bersukacita sepanjang hayat.
Kiranya kemurahan Tuhan melimpah atas kami!
Teguhkanlah perbuatan tangan kami,
ya, perbuatan tangan kami, teguhkanlah!



Bacaan Kedua
Flm 1:9b-10.12-17

"Terimalah dia, bukan sebagai hamba,
melainkan sebagai saudara terkasih."

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Filemon:

Saudara yang terkasih,
Aku, Paulus, yang sudah menjadi tua,
dan kini dipenjarakan karena Kristus Yesus,
mengajukan permintaan kepadamu
mengenai anak yang kudapat selagi aku dalam penjara,
yakni Onesimus.
Dia, buah hatiku ini, kusuruh kembali kepadamu.
Sebenarnya aku mau menahan dia di sini
sebagai gantimu untuk melayani aku
selama aku dipenjarakan demi Injil.
Tetapi tanpa persetujuanmu, aku tidak mau berbuat sesuatu,
supaya yang baik itu kaulakukan
bukan karena terpaksa, melainkan dengan sukarela.
Sebab mungkin karena itulah dia dipisahkan sejenak dari padamu,
supaya engkau dapat menerimanya untuk selama-lamanya,
bukan lagi sebagai hamba,
melainkan lebih daripada itu, yaitu sebagai saudara terkasih.
Bagiku ia sudah saudara, apalagi bagimu,
baik secara manusiawi maupun di dalam Tuhan.
Kalau engkau menganggap aku temanmu seiman,
terimalah dia seperti aku sendiri.

Demikianlah sabda Tuhan.



Bait Pengantar Injil
Mzm 119:135

Sinarilah hamba-Mu dengan wajah-Mu,
dan ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku.



Bacaan Injil
Luk 14:25-33

"Barangsiapa tidak melepaskan diri dari segala miliknya,
ia tidak dapat menjadi murid-Ku."

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Pada suatu ketika
orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya.
Sambil berpaling Yesus berkata kepada mereka,
"Jika seorang datang kepada-Ku
dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya,
saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan,
bahkan nyawanya sendiri,
ia tidak dapat menjadi murid-Ku.
Barangsiapa tidak memanggul salibnya dan mengikuti Aku,
ia tidak dapat menjadi murid-Ku.

Sebab siapakah di antara kamu
yang kalau mau mendirikan sebuah menara
tidak duduk dahulu membuat anggaran belanja,
apakah uangnya cukup untuk menyelesaikan pekerjaan itu?
Jangan-jangan sesudah meletakkan dasar
ia tidak dapat menyelesaikannya.
Lalu semua orang yang melihat itu akan mengejek dengan berkata,
'Orang itu mulai membangun, tetapi tidak dapat menyelesaikannya'!
Atau raja manakah yang hendak berperang melawan raja lain
tidak duduk untuk mempertimbangkan dahulu,
apakah dengan sepuluh ribu orang ia dapat melawan musuh
yang datang menyerang dengan dua puluh ribu orang?
Jikalau tidak dapat,
ia akan mengirim utusan selama musuh masih jauh
untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian.

Demikianlah setiap orang di antara kamu,
yang tidak melepaskan diri dari segala miliknya,
tidak dapat menjadi murid-Ku."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Minggu ini kita akan merenungkan Injil terkait dengan beberapa persyaratan yang mesti kita penuhi untuk dapat menjadi murid Yesus.
Hari ini kita mulai merenungkan persyaratan yang paling mendasar, yakni tentang menomor-satukan Tuhan di atas segala-galanya.

Yesus berkata, "Jika seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Barangsiapa tidak memanggul salibnya dan mengikuti Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku." [Luk 14:26-27].

Sekilas kata-kata ini terdengar keras dan bahkan kontroversial. Bagaimana mungkin Yesus yang mengajarkan kasih justru meminta kita "membenci" orang-orang terdekat kita?
Namun perlu diingat, kata "membenci" di sini adalah gaya bahasa Semit yang maksudnya bukanlah benci dalam arti harfiah, melainkan *kasih yang diprioritaskan.* Artinya, kasih kita kepada Yesus harus lebih tinggi daripada kasih kita kepada siapa pun, bahkan melebihi kasih kita kepada diri kita sendiri. Kalau kita dihadapkan pada pilihan antara mengikuti Tuhan atau menuruti keinginan keluarga maupun diri kita, maka pilihan kita harus jelas: menomor-satukan Tuhan.

Inilah makna sejati dari sabda: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu." [Mat 22:37].
Dengan demikian, kata "membenci" bukanlah menolak keluarga atau melupakan kasih kepada mereka, melainkan menempatkan kasih kepada Kristus sebagai pusat yang menata seluruh relasi kita. Justru dengan mengasihi Kristus lebih dahulu, kasih kita kepada keluarga menjadi lebih murni, lebih tulus, dan lebih kuat.

Selanjutnya, Yesus juga menetapkan syarat kedua: memikul salib. Menjadi murid Kristus tidak lepas dari pengorbanan, kesediaan untuk menyangkal diri, bahkan berhadapan dengan penderitaan. Salib itu bisa berupa persoalan hidup yang berat, bisa juga berupa penganiayaan, penolakan, atau penghinaan yang dialami karena kita mengikuti Yesus.

Kedua syarat ini jelas tidak mudah. Menomor-satukan Tuhan di atas segalanya sering kali berbenturan dengan kelemahan manusiawi kita. Kedagingan kita akan menuntut kenyamanan dan keamanan, bukan salib. Tetapi Yesus justru berkata bahwa syarat untuk menjadi murid-Nya adalah menyangkal diri dan memikul salib.

Karena itu Yesus menambahkan sebuah perumpamaan tentang orang yang hendak membangun menara dan seorang raja yang hendak maju berperang. Keduanya harus memperhitungkan biaya dan konsekuensi terlebih dahulu. Artinya, kita diajak untuk sadar bahwa mengikuti Kristus bukanlah keputusan emosional sesaat, melainkan pilihan yang matang dan penuh tanggung jawab. Begitu kita memilih, maka seluruh hidup kita diarahkan untuk setia sampai akhir.

Bacaan Pertama dari Kitab Kebijaksanaan mengingatkan kita akan keterbatasan manusia: "Siapakah yang dapat mengetahui rancangan Allah, atau siapa yang dapat memikirkan apa yang dikehendaki Tuhan? … tetapi sukar sekali kami mengetahui apa yang terjadi di dunia ini" [Keb 9:13.16]. Artinya, kita memang terbatas dan sulit memahami rencana Allah, namun melalui Roh Kudus, Tuhan menolong kita untuk mengerti jalan-Nya. Maka, syarat Yesus untuk menomor-satukan Allah di atas segalanya sejalan dengan kesadaran bahwa hanya Allah yang tahu apa yang terbaik bagi kita.

Bacaan Kedua dari surat Rasul Paulus kepada Filemon memberi gambaran konkret bagaimana kasih Kristus mengubah relasi manusia. Paulus menulis dengan penuh kasih, memohon agar Filemon menerima Onesimus, budaknya yang telah bertobat, "bukan lagi sebagai hamba, melainkan lebih daripada hamba, yaitu sebagai saudara yang kekasih" [Flm 1:16]. Kasih kepada Kristus membuat Paulus melihat relasi manusia bukan lagi sekadar hirarki sosial, tetapi relasi persaudaraan sejati. Inilah buah dari menomor-satukan Kristus: kasih yang mengubah cara kita mengasihi sesama.

Akhirnya, kita pun diingatkan untuk waspada agar tidak jatuh pada kemunafikan. Menomor-satukan Tuhan bukan berarti kita mengabaikan kewajiban kita terhadap keluarga atau orang lain, apalagi menjadikan nama Tuhan sebagai alasan untuk menghindari tanggung jawab. Seperti kata Yesus: "Kamu memuliakan Aku dengan bibirmu, padahal hatimu jauh dari pada-Ku" [Mat 15:8].

Maka renungan Minggu ini menegaskan, kasih kepada Kristus harus menjadi prioritas utama di atas segalanya, menjadi murid Yesus berarti siap memikul salib, dan mengikuti Kristus adalah keputusan yang harus diperhitungkan dengan matang dan dijalani dengan setia, serta kasih kepada Kristus justru memperdalam kasih kita kepada keluarga dan sesama, bukan sebaliknya.
Kiranya Roh Kudus menolong kita agar berani memilih Yesus di atas segalanya, memikul salib dengan setia, dan menjadi murid yang benar-benar hidup dalam kasih Kristus.



Peringatan Orang Kudus
Santa Regina, Perawan dan Martir
Menurut cerita-cerita yang berkembang di negeri Prancis, Regina dikenal sebagai anak dari Klemens, seorang kafir di kota Alice, Burgundia. Ibunya meninggal dunia ketika Regina masih kanak-kanak. Oleh ayahnya ia diserahkan kepada seorang ibu yang beragama Kristen. Ibu ini mendidik Regina menurut kebiasaan hidup Kristiani, hingga akhirnya Regina menjadi Kristen.
Ketika terdengar berita bahwa anaknya sudah memeluk agama Kristen, sang ayah tidak sudi lagi mengakui Regina sebagai anak kandungnya. Regina selanjutnya terus berada di bawah bimbingan ibu Kristen pengasuhnya. Untuk menunjukkan baktinya kepada inang pengasuhnya itu, Regina membantu menggembalakan ternak-ternak ibu itu.
Regina terus berkembang dewasa dan tambah cantik. Banyak orang tertarik padanya dan bermaksud menjadikan dia sebagai isteri mereka. Tak terkecuali pembesar kota itu. Olybrius, gubernur kota Alice tertarik sekali pada Regina. Ia berusaha sekuat tenaga untuk menjadikan Regina sebagai isterinya. Ia meminang Regina. Tatkala ayahnya mendengar berita gembira ini, kembali ia mengakui Regina sebagai anaknya, karena yakin bahwa kehidupannya akan menjadi lebih baik oleh perkawinan anaknya dengan sang gubernur.
Tetapi apa yang diharapkan sang ayah tidaklah tercapai. Regina dengan tegas menolak pinangan sang gubernur karena tahu bahwa gubernur Olybrius masih kafir. Klemens sangat marah, tetapi tidak mau menyerah kalah. Ia terus membujuk Regina agar mau menerima pinangan gubernur. Namun usaha-usaha itu sia-sia saja karena Regina tetap pada pendiriannya. Lalu Klemens, ayahnya menyeret dia dan memasukan dia ke dalam sebuah gudang gelap di bawah tanah.
Olybrius pun demikian. Ia menyuruh kaki-tangannya menangkap Regina dan memenjarakannya. Di sana Regina didera dengan berbagai siksaan dengan maksud agar ia memenuhi pinangan Olybrius. Meski berbagai siksaan ditimpakan padanya, ia tetap tidak goyah. Ia terus berdoa mohon kekuatan Allah. Pada malam hari, ia dihibur oleh suara ajaib yang mengatakan bahwa ia akan segera bebas dari penjara. Keesokan harinya, ia disiksa lagi oleh serdadu-serdadu gubernur untuk kemudian dipenggal kepalanya.
Tuhan tetap setia pada hambanya. Pada saat Regina hendak dipenggal kepalanya, tiba-tiba tampaklah seekor burung merpati yang putih kemilau hinggap di atas kepalanya. Banyak orang yang menyaksikan peristiwa itu mengakui kesucian Regina dan bertobat. Namun pemenggalan kepala Regina tetap dilaksanakan oleh serdadu-serdadu Gubernur Olybrius. Regina mati sebagai martir Kristus pada tahun 303 di Autun, Prancis.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-09-06 Sabtu.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXII

Sabtu, 6 September 2025

Hari Sabtu Imam.
Marilah berdoa bagi para imam, agar Bapa Di Surga memberkati segala pelayanan mereka, serta dikuatkan dalam menghadapi godaan, cobaan dan marabahaya.



Bacaan Pertama
Kol 1:21-23

"Allah telah mendamaikan kalian, agar kalian ditempatkan di hadapan-Nya dalam keadaan kudus dan tak bercela."

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Kolose:

Saudara-saudara, kalian dahulu hidup jauh dari Allah,
dan memusuhi Dia dalam hati dan pikiran
seperti terbukti dalam perbuatanmu yang jahat.
Oleh wafat Kristus
sekarang kalian didamaikan Allah dalam tubuh jasmani Kristus
agar kalian ditempatkan di hadapan-Nya dalam keadaan kudus,
tak bercela dan tak bercacat.
Sebab itu kalian harus bertekun dalam iman,
tetap teguh dan tidak goncang.
Janganlah kalian mau dijauhkan dari pengharapan Injil
yang telah kalian dengar
dan telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit;
dan aku, Paulus, telah menjadi pelayannya.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 54:3-4.6.8,R:6a

Refren: Allahlah penolongku.

*Ya Allah, selamatkanlah aku karena nama-Mu,
berilah keadilan kepadaku karena keperkasaan-Mu!
Ya Allah, dengarkanlah doaku,
berilah telinga kepada ucapan mulutku!

*Sesungguhnya, Allah adalah penolongku;
Tuhanlah yang menopang aku.
Dengan rela hati aku akan mempersembahkan kurban kepada-Mu.
Aku akan bersyukur sebab baiklah nama-Mu, ya Tuhan.



Bait Pengantar Injil
Yoh 14:6

Akulah jalan, kebenaran dan sumber kehidupan, sabda Tuhan.
hanya melalui Aku orang sampai kepada Bapa.



Bacaan Injil
Luk 6:1-5

"Mengapa kalian melakukan sesuatu
yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?"

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Pada suatu hari Sabat,
Yesus dan murid-murid-Nya berjalan di ladang gandum.
Para murid memetik bulir-bulir gandum,
menggisarnya dengan tangan, lalu memakannya.
Tetapi beberapa orang Farisi berkata,
"Mengapa kalian melakukan sesuatu
yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?"
Maka Yesus menjawab, "Tidakkah kalian baca
apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan para pengikutnya lapar?
Ia masuk ke dalam rumah Allah dan mengambil roti sajian.
Roti itu dimakannya dan diberikannya kepada para pengikut-Nya.
Padahal roti itu tidak boleh dimakan, kecuali oleh para imam."

Dan Yesus berkata lagi,
"Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Mari kita cermati kembali makna hari Sabat pada Bacaan Injil hari ini. Dalam tradisi Yahudi, Sabat jatuh pada hari ketujuh—dimulai Jumat selepas matahari terbenam hingga Sabtu selepas matahari terbenam. Sabat berarti berhenti/beristirahat dan dikuduskan bagi Tuhan. Karena itu, ada banyak larangan bekerja pada hari Sabat; Kitab Keluaran menekankan keseriusan penegakannya: "Haruslah kamu pelihara hari Sabat, sebab itulah hari kudus bagimu; siapa yang melanggar kekudusan hari Sabat itu, pastilah ia dihukum mati, sebab setiap orang yang melakukan pekerjaan pada hari itu, orang itu harus dilenyapkan dari antara bangsanya."  [Kel 31:14]

Dalam perikop hari ini para murid memetik bulir gandum, menggisarnya dengan tangan, dan memakannya. Kaum Farisi memandang tindakan itu sebagai pelanggaran Sabat. Yesus menanggapi dengan mengingatkan kisah Daud yang makan roti persembahan ketika lapar, lalu menegaskan otoritas-Nya: "Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat."  [Luk 6:5] Prinsipnya jelas: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat."  [Mrk 2:27] Sabat dimaksudkan sebagai berkat—ruang untuk memulihkan hidup, mengingat karya penciptaan dan pembebasan Allah, serta melakukan yang baik dan memberi hidup.

Gereja perdana memandang hari Minggu—hari Kebangkitan—sebagai Hari Tuhan. Kebangkitan Yesus menjadi pusat iman kita dan sumber keselamatan; karena itu umat beriman menguduskan hari Minggu sebagai Hari Tuhan, terutama dengan perayaan Ekaristi, doa, istirahat dari pekerjaan yang tidak perlu, serta perbuatan kasih. Bukan soal "hari Sabtu versus hari Minggu" dalam arti legalistik, melainkan kembali ke tujuan ilahi: Allah menghendaki kita mengalami perhentian yang memulihkan di dalam Kristus.

Bacaan Pertama hari ini meneguhkan arah itu. Rasul Paulus mengingatkan bahwa kita dahulu jauh dari Allah, tetapi "kini Ia telah mendamaikan kamu di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela di hadapan-Nya."  [Kol 1:21-22] Maka ajakannya: "tinggallah tetap dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan menyimpang dari pengharapan Injil."  [Kol 1:23] Artinya, perhentian yang sejati bukan hanya rehat fisik, tetapi damai karena diperdamaikan oleh Kristus—dan kesetiaan untuk tinggal teguh dalam Injil-Nya.

Maka, marilah kita menghidupi "Hari Tuhan" dengan roh yang benar.
Utamakan perjumpaan dengan Tuhan dalam Ekaristi Minggu dan doa pribadi/keluarga.
Berhenti dari kesibukan yang tidak mendesak, agar tubuh dan jiwa dipulihkan.
Gunakan waktu untuk kasih: menemani keluarga, mengunjungi yang sakit/sepuh, atau menolong yang membutuhkan.
Dan periksa hati: jangan terjebak pada aturan tanpa kasih, namun juga jangan memakai "kasih" untuk membenarkan kemalasan rohani.

Sabat/Minggu bukan beban, melainkan anugerah. Di dalam Kristus, kita menemukan perhentian yang memulihkan, dan dari perhentian itu kita diutus kembali untuk berkarya dengan hati yang damai, teguh dalam iman, dan kaya dalam kasih.



Peringatan Orang Kudus
Beato Thomas Tzugi, dkk, Martir
Thomas lahir di Omura, negeri Jepang dari sebuah keluarga Kristen. Kesaksian hidup para misionaris yang berkarya di tanah airnya menarik perhatiannya semenjak kecil. Oleh karena itu ia bercita-cita menjadi imam. Untuk itu ia kemudian masuk seminari. Di sekolah ia terkenal cerdas sehingga bisa menamatkan studinya dengan hasil gilang-gemilang; ia lalu masuk Serikat Yesus. Thomas kemudian berhasil mencapai cita-citanya dengan menerima tahbisan imamat dalam Serikat Yesus. Kecerdasannya benar-benar terbukti dalam karyanya sebagai imam. Ia terkenal sebagai seorang imam yang rajin dan pengkotbah ulung yang fasih berbicara.
Ketika terjadi aksi penganiayaan terhadap umat Kristen dan penghambatan besar terhadap karya misi, Thomas mengungsi ke Makao. Namun ia tidak dapat bertahan lama di sana. Mengingat saudara-saudaranya yang mengalami berbagai penderitaan dan kekejaman karena imannya dari penguasa setempat, ia akhirnya mengambil keputusan untuk pulang dan menderita bersama-sama dengan mereka. Sebagai pahlawan Kristus, ia pulang untuk berjuang di baris terdepan pembelaan iman Kristen. Tidak lama kemudian setelah ia tiba di Omura, ia ditangkap polisi dan diseret ke dalam penjara bersama dua orang kawannya. Tigabelas bulan lamanya Thomas bersama dua rekannya meringkuk di dalam penjara.
Pada tanggal 6 September 1627 mereka dibawa ke tempat hukuman mati. Dengan semangat iman yang membara dan keperwiraan, Thomas bersama dua rekannya menaiki timbunan kayu yang telah disulut api. Kepada ribuan orang yang datang untuk menyaksikan pembunuhan atas mereka, Thomas memberi wejangan iman mengenai Yesus Kristus. Banyak orang mencucurkan air matanya karena terharu mendengarkan kotbahnya. Mereka menyaksikan bagaimana Thomas meninggal dengan cara yang ajaib. Sekonyong-konyong dari dada Thomas memancarlah api yang menyala-nyala dan bersinar ke angkasa. Nyala api itu adalah jiwanya yang melayang masuk ke dalam kemuliaan surgawi.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/