Liturgia Verbi 2025-12-16 Selasa.

Liturgia Verbi (A-II)
Hari Biasa, Pekan Adven III

Selasa, 16 Desember 2025



Bacaan Pertama
Zef 3:1-2.9-13

"Keselamatan dijanjikan kepada semua orang yang hina-dina."

Pembacaan dari Nubuat Zefanya:

Beginilah firman Tuhan,
"Celakalah si pemberontak dan si cemar,
kota yang penuh penindasan!
Ia tidak mau mendengarkan teguran siapapun
dan tidak mempedulikan kecaman.
Ia tidak percaya kepada Tuhan dan tidak menghadap Allahnya.

Tetapi Aku akan memberikan bibir lain kepada bangsa-bangsa,
yakni bibir yang bersih,
supaya mereka sekalian menyerukan nama Tuhan,
dan bersama-sama beribadah kepada-Nya.
Orang-orang yang memuja Aku, yang terserak-serak,
akan datang dari seberang sungai-sungai negeri Etiopia
dan membawa persembahan kepada-Ku.
Pada hari itu, engkau tidak akan mendapat malu
karena segala perbuatan durhaka yang kaulakukan terhadap-Ku.

Sebab pada waktu itu
Aku akan menyingkirkan dari padamu
orang-orangmu yang angkuh dan congkak,
dan engkau takkan menyombongkan diri lagi
di gunung-Ku yang kudus.
Di tengah-tengahmu akan Kubiarkan hidup suatu umat
yang rendah hati dan lemah,
yang akan mencari perlindungan pada nama Tuhan.
Mereka itulah sisa Israel.
Mereka tidak akan melakukan kelaliman atau berbicara bohong.
Dalam mulut mereka tidak akan terdapat lidah penipu.
Sebaliknya seperti kawanan domba
mereka akan merumput dan berbaring dengan tenang,
dan tak ada orang yang mengganggu mereka lagi."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 34:2-3.6-7.17-18.19.23,R:7a

Refren: Orang yang tertindas berseru,
dan Tuhan mendengarnya.

*Aku hendak memuji Tuhan setiap waktu;
puji-pujian kepada-Nya selalu ada di dalam mulutku.
Karena Tuhan jiwaku bermegah;
biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya
dan bersukacita.

*Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya
maka mukamu akan berseri-seri,
dan tidak akan malu tersipu-sipu.
Orang yang tertindas ini berseru, dan Tuhan mendengarnya;
Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya.

*Wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat
untuk melenyapkan ingatan akan mereka mereka dari muka bumi.
Apabila orang benar itu berseru-seru, Tuhan mendengarkan;
dari segala kesesakannya mereka Ia lepaskan.

*Tuhan itu dekat kepada orang-orang yang patah hati,
Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.
Tuhan membebaskan jiwa hamba-hamba-Nya,
dan semua yang berlindung pada-Nya
tidak akan menanggung hukuman.



Bait Pengantar Injil


Tuhan, datanglah dan jangan berlambat; 
ringankanlah beban umat-Ku.



Bacaan Injil
Mat 21:28-32

"Yohanes Pembaptis datang dan orang-orang berdosa percaya kepadanya."

Inilah Injil Suci menurut Matius:

Yesus berkata,
kepada imam-imam kepala dan pemuka-pemuka bangsa Yahudi,
"Bagaimana pendapatmu?
Ada orang mempunyai dua anak laki-laki.
Ia pergi kepada yang sulung dan berkata,
'Anakku, pergilah bekerja di kebun anggur hari ini.'
Jawab anak itu, 'Baik, Bapa.'
Tetapi ia tidak pergi.
Lalu orang itu pergi kepada anak yang kedua
dan berkata demikian juga.
Dan anak itu menjawab, 'Tidak mau.'
Tetapi kemudian ia menyesal lalu pergi juga.
Siapakah di antara kedua orang anak itu
yang melakukan kehendak ayahnya?"
Jawab mereka, "Yang kedua."

Maka berkatalah Yesus kepada mereka,
"Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan pelacur-pelacur
akan mendahului kalian masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Sebab Yohanes Pembaptis datang menunjukkan jalan kebenaran
kepada kalian, dan kalian tidak percaya kepadanya.
Dan meskipun kalian melihatnya,
namun kemudian kalian tidak menyesal,
dan kalian tidak juga percaya kepadanya."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Bacaan Injil hari ini kembali mencerahkan saya tentang satu hal yang sangat mendasar dalam hidup beriman, melalui kisah seorang ayah yang mempunyai dua anak laki-laki.
Anak yang pertama menjawab ayahnya dengan kata "ya", tetapi tidak mengerjakan perintah itu.
Anak yang kedua mula-mula menolak, tetapi kemudian menyesal dan akhirnya mengerjakan apa yang diperintahkan ayahnya.

Yesus lalu mengajukan pertanyaan yang sederhana, tetapi menusuk ke dalam hati: siapakah di antara kedua anak itu yang melakukan kehendak ayahnya?
Jawabannya jelas: bukan yang pandai berkata, melainkan yang sungguh bertindak.

Perikop Injil ini meneguhkan saya bahwa dalam pandangan Tuhan, bukan masa lalu kita yang menentukan segalanya, melainkan arah hidup kita ke depan.
Yesus mengajak kita melihat lebih jauh, bukan pada apa yang sudah terucap, tetapi pada pilihan yang diambil setelahnya.
Masa lalu memang tidak bisa kita perbaiki, karena sudah terjadi.
Tetapi masa depan belum terjadi, dan di sanalah rahmat pertobatan selalu terbuka.

Bacaan Pertama dari Nubuat Zefanya menampilkan gambaran umat yang keras kepala, tidak mau mendengarkan suara Tuhan, dan tidak mau menerima didikan-Nya.
Namun Allah tidak berhenti di situ.
Zefanya juga menyampaikan janji Tuhan bahwa Ia akan menyisakan umat yang rendah hati dan sederhana, umat yang berlindung pada nama Tuhan, yang hidup dalam kebenaran dan kejujuran [Zef 3:9-13].
Tuhan tidak mencari umat yang sempurna sejak awal, melainkan umat yang mau dibentuk, mau bertobat, dan mau kembali kepada-Nya.

Di sinilah Injil dan Bacaan Pertama bertemu.
Allah tidak tertipu oleh kata-kata religius yang indah tetapi kosong.
Ia melihat hati yang mau berubah dan hidup yang mau diarahkan kembali kepada kehendak-Nya.
Pemungut cukai dan perempuan sundal disebut Yesus akan mendahului masuk ke dalam Kerajaan Allah, bukan karena dosa mereka kecil, tetapi karena mereka mau bertobat dengan sungguh.

Saya percaya, penyesalan yang jujur dan pertobatan yang nyata akan selalu mendatangkan pengampunan dari Allah Bapa kita.
Seperti yang ditegaskan dalam Kitab Ibrani:
"Dan tentang hal itu Roh Kudus juga memberi kesaksian kepada kita, sebab setelah Ia berfirman: 'Inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan mereka sesudah waktu itu,' Ia berfirman pula: 'Aku akan menaruh hukum-Ku di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka, dan Aku tidak lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka.'"  [Ibr 10:15-17]

Inilah kabar gembira bagi kita semua.
Allah tidak hanya mengampuni, tetapi juga memperbarui hati dan pikiran kita.
Ia tidak sekadar menuntut ketaatan lahiriah, melainkan mengubah batin kita dari dalam.

Karena itu, saya mau mengikatkan diri kembali dalam perjanjian dengan Allah Bapa, menaruh hukum-Nya di dalam hati dan menuliskannya dalam akal budi saya.
Saya mau menjadi pribadi yang bukan hanya pandai berkata "ya", tetapi sungguh melangkah dan mengerjakan kehendak-Nya.
Saya mau hidup merdeka dari perbudakan dosa, dan perjanjian kasih Allah itulah jalan menuju kemerdekaan sejati.
Amin.



Peringatan Orang Kudus
Santo Sturmius, Abbas
Murid Santo Bonifasius ini lahir pada tahun 715 dan menjadi Abbas pertama biara termashyur di Fulda, Jerman. Karena lama bertengkar dengan Santo Lullus yang ingin memiliki relikui Bonifasius, ia dibuang. Akan tetapi ia cepat direhabilitir. Ia membangun biara dan menjalankan karya misi. Sturmius mengikuti Kaisar Karolus Agung ke medan perang. Sturmius meninggal dunia pada tahun 779.

Santa Teofanu
Teofanu adalah permaisuri Kaisar Leon VI yang diceraikan dan dibuang oleh suaminya. Ia kemudian menghabiskan tahun-tahun sisa hidupnya dalam sebuah biara di Konstantinopel. Ia sangat saleh. Teofanu meninggal dunia pada tahun 897.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-12-15 Senin.

Liturgia Verbi (A-II)
Hari Biasa, Pekan Adven III

Senin, 15 Desember 2025



Bacaan Pertama
Bil 24:2-7.15-17a

"Sebuah bintang terbit dari Yakub."

Pembacaan dari Kitab Bilangan:

Pada waktu itu Bileam memandang ke depan,
dan ia melihat orang Israel berkemah menurut suku mereka.
Maka Roh Allah menghinggapi dia.
Lalu ia mengucapkan sanjak, katanya,
"Inilah tutur kata Bileam bin Beor,
tutur kata orang yang terbuka matanya;
tutur kata orang yang mendengar firman Allah,
yang melihat penglihatan dari Yang Mahakuasa
sambil rebah, namun dengan mata tersingkap.

Alangkah indahnya kemah-kemahmu, hai Yakub,
dan tempat-tempat kediamanmu, hai Israel!
Laksana lembah yang membentang luas,
laksana taman di tepi sungai,
laksana pohon gaharu yang di taman Tuhan,
laksana pohon aras di tepi air.
Seorang pahlawan tampil dari wangsanya
memerintah bangsa yang tak terbilang banyaknya.
Rajanya akan naik tinggi melebihi Agag,
dan kerajaannya akan dimuliakan."

Kemudian diucapkannya lagi sanjaknya,
"Inilah tutur kata Bileam bin Beor,
tutur kata orang yang terbuka matanya,
tutur kata orang yang mendengar firman Allah,
dan yang memperoleh pengenalan akan Yang Mahatinggi,
yang melihat penglihatan dari Yang Mahakuasa,
sambil rebah, namun dengan mata tersingkap.

Aku melihat dia, tetapi bukan sekarang.
Aku memandang dia, tetapi bukan dari dekat;
sebuah bintang terbit dari Yakub,
tongkat kerajaan timbul dari Israel,
ia meremukkan pelipis-pelipis Moab,
dan menghancurkan semua anak Set."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 25:4bc-5ab.6-7bc.8-9,R:4b

Refren: Tunjukkanlah lorong-lorong-Mu kepadaku, ya Tuhan.

*Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, ya Tuhan,
tunjukkanlah lorong-lorong-Mu kepadaku.
Bawalah aku berjalan dalam kebenaran-Mu dan ajarlah aku,
sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan daku.

*Ingatlah segala rahmat dan kasih setia-Mu, ya Tuhan,
sebab semuanya itu sudah ada sejak purbakala.
Dosa-dosaku pada waktu muda,
dan pelanggaran-pelanggaranku janganlah Kauingat,
tetapi ingatlah kepadaku sesuai dengan kasih setia-Mu.

*Tuhan itu baik dan benar;
sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat.
Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum,
dan mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang bersahaja.



Bait Pengantar Injil
Mzm 85:8

Perlihatkanlah kepada kami kasih setia-Mu, ya Tuhan,
dan berilah kami keselamatan-Mu.



Bacaan Injil
Mat 21:23-27 

"Dari manakah pembaptisan yang diberikan Yohanes?"

Inilah Injil Suci menurut Matius:

Pada suatu hari Yesus masuk ke Bait Allah.
Ketika Ia sedang mengajar,
datanglah imam-imam kepala
serta pemuka-pemuka bangsa Yahudi kepada-Nya;
mereka bertanya,
"Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu?
Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu?"
Jawab Yesus kepada mereka,
"Aku juga akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu,
dan jika kalian memberi jawabannya,
Aku pun mengatakan kepada kalian
dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.
Nah, dari manakah pembaptisan yang diberikan Yohanes?
Dari surga atau dari manusia?"

Mereka lalu berunding satu sama lain,
"Jikalau kita katakan, 'Dari surga,'
Ia akan berkata kepada kita,
'Kalau begitu, mengapa kalian tidak percaya kepadanya?
Tetapi jika kita katakan, 'Dari manusia,'
kita takut kepada orang banyak,
sebab semua orang menganggap Yohanes ini nabi."

Mereka lalu menjawab, "Kami tidak tahu."
Maka Yesus pun berkata kepada mereka,
"Jika demikian, Aku pun tidak mau mengatakan kepada kalian
dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Pada Bacaan Injil hari ini [Mat 21:23-27], kita melihat bagaimana para imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi datang kepada Yesus dan mempertanyakan, "Dengan kuasa apakah Engkau melakukan hal-hal itu?"
Sekilas pertanyaan ini terdengar wajar, tetapi Yesus tahu benar apa yang tersembunyi di baliknya. Mereka tidak sungguh-sungguh ingin mengenal kebenaran, melainkan sedang mencari-cari kesalahan untuk menjebak Yesus.

Karena itu Yesus tidak menjawab secara langsung, melainkan membalas dengan sebuah pertanyaan tentang baptisan Yohanes: berasal dari surga atau dari manusia. Sikap Yesus ini bukan untuk menghindari jawaban, tetapi untuk menyingkapkan ketidakjujuran hati mereka sendiri. Mereka takut pada kebenaran, takut kehilangan kedudukan, dan takut pada reaksi orang banyak. Akhirnya mereka memilih jalan aman: "Kami tidak tahu."

Sesungguhnya, seandainya mereka mau membuka hati dan akal budi, jawabannya sangat jelas. Yohanes Pembaptis telah bersaksi tentang Yesus. Lebih dari itu, karya-karya Yesus sendiri sudah menjadi bukti nyata. Mujizat yang dilakukan Yesus selalu menghadirkan kebaikan: menyembuhkan orang sakit, membebaskan yang kerasukan, memulihkan martabat manusia. Yesus tidak pernah melakukan mujizat demi sensasi, keuntungan pribadi, atau kemegahan duniawi.
Asal dari kuasa itu pun bisa dibedakan dengan sederhana: segala yang sungguh-sungguh baik berasal dari Tuhan. Mujizat yang berasal dari kejahatan hanyalah tipu daya dan semu. Maka jika yang dikerjakan Yesus adalah kebaikan, dari manakah asal kuasa-Nya kalau bukan dari Allah?

Bacaan Pertama hari ini [Bil 24:2-7.15-17a] menghadirkan sosok yang menarik, yakni Bileam. Ia bukan nabi, melainkan seorang tukang tenung pada zaman Musa. Hidupnya pun tidak lepas dari kesalahan. Namun di tengah keterbatasan dan latar belakang yang kelam itu, ada satu sikap Bileam yang patut kita perhatikan: ketaatannya kepada firman Tuhan.

Ketika Raja Balak menjanjikan emas dan perak seistana penuh agar Bileam mengutuk bangsa Israel, Bileam dengan tegas menolak. Ia berkata, "Sekalipun Balak memberikan kepadaku emas dan perak seistana penuh, aku tidak akan sanggup melanggar titah Tuhan dengan berbuat baik atau jahat atas kemauanku sendiri; apa yang akan difirmankan Tuhan, itulah yang akan kukatakan." [Bil 24:13]
Bileam tidak takut kehilangan imbalan, tidak gentar menghadapi murka raja, karena ia memilih untuk taat kepada Tuhan.

Di sinilah kontrasnya menjadi sangat tajam. Bileam, yang bukan nabi dan memiliki masa lalu yang kelam, justru menunjukkan ketaatan kepada Allah. Sementara para imam kepala dan pemuka bangsa Yahudi, yang merasa diri paling saleh dan paling taat hukum Taurat, justru memperalat nama Tuhan demi kepentingan diri sendiri. Mereka menjual kesalehan demi kekuasaan dan keuntungan duniawi, bahkan tega mencobai dan menjebak Yesus.

Renungan hari ini mengajak kita bercermin:
ketaatan seperti apa yang kita jalani?
Apakah ketaatan yang lahir dari hati yang tulus, atau ketaatan yang dipakai sebagai topeng untuk kepentingan pribadi?
Ketaatan sejati kepada Allah Bapa harus menjadi yang terutama, melampaui rasa takut, ambisi, dan godaan duniawi.
Ketaatan inilah yang membebaskan kita dari jeratan dosa, menjaga relasi kita dengan Allah, dan memampukan kita untuk berdiri teguh dalam kebenaran, apa pun risikonya.
Amin.



Peringatan Orang Kudus
Santa Kristiana, Pengaku Iman
Asal mula Agama Kristen di Kerajaan Georgia, Iberia, Sovyet Selatan tidak begitu jelas. Namun permulaan pewartaan Injil di sana dibeberkan oleh Rufinus dalam sebuah tulisannya yang kemudian menjadi tradisi negeri itu. Konon pada permulaan abad ke-4, seorang gadis yang tidak dikenal namanya diseret ke muka pengadilan dan dipenjarakan di kota itu. Ketika ditanyai oleh hakim, dengan tenang tetapi tegas ia memperkenalkan diri sebagai penganut agama Kristen yang mengakui Kristus sebagai Allah. Di kota itu ia memang terkenal sebagai orang yang saleh, bersahaja hidupnya dan murni kepribadiannya. Ia banyak berdoa. Cara hidupnya itu sangat menarik simpati masyarakat. Banyak orang datang kepadanya untuk meminta bimbingan. Pada suatu hari seorang ibu datang kepadanya dengan membawa serta bayinya yang sedang sakit untuk didoakan. Kristiana menutupi bayi itu dengan mantelnya yang kusam, lalu ia berdoa sambil menyebut-nyebut nama Yesus; ia kemudian menyerahkan kembali bayi itu kepada ibunya dalam keadaan sudah sembuh. Berita tentang peristiwa ini menggegerkan segenap penduduk kota itu. Ratu Iberia sendiri kebetulan juga sedang sakit; ia pergi kepada Kristiana untuk didoakan kesembuhannya. Ternyata sang ratu pun disembuhkan. Ketika ratu memberikan hadiah kepadanya sebagai ungkapan syukur dan terima kasih, Kristiana berkata: "Penyembuhan atas diri ratu bukanlah perbuatan saya melainkan karya Tuhanku Yesus. Ia adalah Putera Allah yang menciptakan dunia ini." Kepada ratu, Kristiana menekankan bahwa Yesus dapat menyembuhkan semua penyakit bahkan yang paling parah pun dapat disembuhkanNya apabila kita percaya kepada-Nya. Hal itu disampaikan kepada raja, dan raja benar-benar heran akan peristiwa penyembuhan permaisurinya. Pada suatu hari raja tersesat di dalam hutan sewaktu berburu; dalam kebingungan, ia berkata dalam hati: "Kalau Yesus betul-betul Allah dan mau menunjukkan jalan bagiku maka saya akan percaya kepada-Nya." Dalam sekejap raja menemukan jalan keluar dari ketersesatannya. Sejak itu ia bersama permaisurinya bertobat dan menjadi Kristen.
Gadis tak dikenal namanya itu kemudian dinamakan masyarakat setempat Nino. Dalam buku para Martir Roma, ia disebut Kristiana. Sang Raja dengan isterinya minta diajari agama oleh Nino. Maka Nino pun bebas mengajar agama ke mana-mana. Ia bahkan diizinkan mendirikan gereja. Kata cerita, ketika gereja itu sedang dibangun, ada kesukaran mengangkat pilar besar. Tetapi kemudian ada mukjizat: di hadapan orang banyak, pilar itu bergerak sendiri ke arah yang benar. Raja mengirim utusan ke Kaisar Konstantinus, minta supaya dikirim uskup dan imam-imam ke sana untuk mengajar agama. Rufinus mengarang cerita ini berdasarkan sumber dari putera raja sendiri: Bakur, yang ia jumpai di Palestina pada permulaan abad ke-5. Dan cerita itu kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa: Yunani, Syria, Armenia, Arab, dll.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-12-14 Minggu.

Liturgia Verbi (A-II)
Hari Minggu Adven III

Minggu, 14 Desember 2025



Bacaan Pertama
Yes 35:1-6a.10

"Tuhan sendiri datang menyelamatkan kamu."

Pembacaan dari Kitab Yesaya:

Padang gurun dan padang kering akan bergirang,
padang belantara akan bersorak-sorai dan berbunga.
Seperti bunga mawar ia akan berbunga lebat,
akan bersorak-sorak,
ya bersorak-sorak dan bersorak-sorai.
Kemuliaan Libanon, semarak Karmel dan Saron,
akan diberikan kepadanya.
Orang akan melihat kemuliaan Tuhan, semarak Allah kita.

Kuatkanlah tangan yang lemah lesu,
dan teguhkanlah lutut yang goyah.
Katakanlah kepada orang-orang yang tawar hati,
"Kuatkanlah hati, janganlah takut!
Lihatlah, Allahmu akan datang
dengan membawa pembalasan dan ganjaran.
Ia sendiri datang menyelamatkan kamu!"

Pada waktu itu
mata orang-orang buta akan dicelikkan,
dan telinga orang-orang tuli akan dibuka;
orang lumpuh akan melompat seperti rusa,
dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai.
Pada waktu itu
orang-orang yang dibebaskan Tuhan akan pulang
dan masuk ke Sion dengan bersorak-sorai,
sementara sukacita abadi meliputi mereka.
Kegirangan dan sukacita akan memenuhi mereka,
kedukaan dan keluh kesah akan menjauh.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 146:7.8-9a.9bc-10,R:Yes 35:4

Refren: Datanglah, ya Tuhan, dan selamatkanlah kami.

*Tuhanlah yang menegakkan keadilan bagi orang yang diperas,
dan memberi roti kepada orang-orang yang lapar.
Tuhan membebaskan orang-orang yang terkurung.

*Tuhan membuka mata orang buta,
Tuhan menegakkan orang yang tertunduk,
Tuhan mengasihi orang-orang benar.
Tuhan menjaga orang-orang asing.

Anak yatim dan janda ditegakkan-Nya kembali,
tetapi jalan orang fasik dibengkokkan-Nya.
Tuhan itu Raja untuk selama-lamanya,
Allahmu, ya Sion, turun-temurun!



Bacaan Kedua
Yak 5:7-10

"Teguhkanlah hatimu, karena kedatangan Tuhan sudah dekat."

Pembacaan dari Surat Rasul Yakobus:

Saudara-saudara,
bersabarlah sampai kedatangan Tuhan,
seperti petani yang menantikan hasil tanahnya yang berharga:
Ia sabar sampai turun hujan musim gugur dan hujan musim semi,
demikian kamu pun harus bersabar
dan harus meneguhkan hatimu,
karena kedatangan Tuhan sudah dekat!

Saudara-saudara,
janganlah kamu bersungut-sungut dan saling mempersalahkan,
supaya kamu jangan dihukum.
Ingatlah, Hakim telah berdiri di ambang pintu.
Saudara-saudara,
turutilah teladan penderitaan dan kesabaran para nabi
yang telah berbicara demi nama Tuhan.

Demikianlah sabda Tuhan.



Bait Pengantar Injil
Yes 61:1

Roh Tuhan Allah ada padaku.
Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik
kepada orang-orang sengsara.



Bacaan Injil
Mat 11:2-11

"Engkaukah yang akan datang itu
atau haruskah kami menantikan orang lain?"

Inilah Injil Suci menurut Matius:

Sekali peristiwa
Yohanes Pembaptis yang berada di penjara
mendengar tentang pekerjaan Kristus.
Lalu ia menyuruh murid-muridnya bertanya kepada Yesus,
"Engkaukah yang akan datang itu
atau haruskah kami menantikan orang lain?"
Yesus menjawab mereka,
"Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes
apa yang kamu dengar dan kamu lihat:
Orang buta melihat,
orang lumpuh berjalan,
orang kusta menjadi tahir,
orang tuli mendengar,
orang mati dibangkitkan
dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik.
Berbahagialah orang yang tidak sangsi dan tidak menolak Aku."

Setelah murid-murid Yohanes pergi,
mulailah Yesus berbicara kepada orang banyak tentang Yohanes,
"Untuk apakah kamu pergi ke padang gurun?
Melihat buluh yang digoyangkan angin kian ke mari?
Atau untuk apakah kamu pergi?
Melihat orang yang berpakaian halus?
Orang yang berpakaian halus itu tempatnya di istana raja.
Jadi untuk apakah kamu pergi?
Melihat nabi?
Benar, dan Aku berkata kepadamu,
bahkan lebih dari pada nabi.
Karena tentang dia ada tertulis:
Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau!
ia akan mempersiapkan jalan di hadapan-Mu.

Aku berkata kepadamu:
Camkanlah,
di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan
tidak pernah tampil seorang yang lebih besar
dari pada Yohanes Pembaptis.
Namun demikian,
yang terkecil dalam Kerajaan Surga lebih besar daripada Yohanes."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Mari kita melihat Nubuat Yesaya pada Bacaan Pertama hari ini.
"Lihatlah, Allahmu akan datang dengan membawa pembalasan dan ganjaran. Ia sendiri datang menyelamatkan kamu!"  [Yes 35:4]

Yesaya bernubuat di tengah bangsa yang letih, terluka, dan hampir kehilangan harapan. Ia meyakinkan umat bahwa Allah tidak tinggal diam. Allah sendiri akan datang. Bukan sekadar mengutus, tetapi datang untuk menyelamatkan. Nubuat ini menemukan kepenuhannya dalam diri Yesus Kristus, Sang Sabda yang menjadi manusia, yang datang melalui rahim Bunda Maria dan hidup sama seperti kita.

Yesaya juga menggambarkan tanda-tanda kehadiran Mesias itu dengan sangat konkret:
"Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka; orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai."  [Yes 35:5-6a]

Semua ini bukan sekadar simbol, melainkan sungguh terjadi dalam karya Yesus. Injil mencatatnya berulang kali. Namun Bacaan Pertama juga menutup dengan gambaran yang lebih dalam: kedukaan dan keluh kesah akan lenyap, digantikan oleh sukacita dan kegembiraan yang kekal. Di sinilah kita diajak melihat bahwa mukjizat jasmani bukan tujuan akhir. Mukjizat adalah tanda, penunjuk arah, bahwa keselamatan sejati sedang hadir.

Dalam Bacaan Injil hari ini, kita mendengar kisah yang sangat manusiawi. Yohanes Pembaptis, nabi besar yang mempersiapkan jalan bagi Tuhan, kini berada di dalam penjara. Dari tempat yang gelap dan terbatas itu, ia mengutus murid-muridnya untuk bertanya kepada Yesus:
"Engkaukah yang akan datang itu, atau haruskah kami menantikan orang lain?"  [Mat 11:3]

Pertanyaan ini bukan sekadar keraguan, melainkan jeritan iman yang sedang diuji. Yohanes mungkin berharap Mesias tampil dengan kuasa yang mengguncang, dengan penghakiman yang tegas. Namun yang ia dengar justru Yesus berjalan bersama orang kecil, menyembuhkan, mengajar, dan mewartakan Kerajaan Allah dengan kelembutan.

Yesus tidak menjawab dengan teori atau pembelaan diri. Ia menunjuk pada karya-Nya:
"Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan, dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik."  [Mat 11:5]

Jawaban ini adalah penggenapan langsung nubuat Yesaya. Yesus seakan berkata: lihatlah tanda-tandanya. Lihatlah bagaimana Allah bekerja, bukan menurut gambaran manusia, melainkan menurut kasih-Nya. Dan Yesus menambahkan satu kalimat yang sangat tajam sekaligus lembut:
"Berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku."  [Mat 11:6]

Inilah refleksi penting bagi kita. Kita pun sering memiliki gambaran sendiri tentang bagaimana Tuhan seharusnya bertindak. Kita ingin solusi cepat, perubahan instan, atau keajaiban yang sesuai harapan kita. Ketika Tuhan bekerja dengan cara yang berbeda, kita bisa kecewa, bahkan mulai meragukan-Nya.

Bacaan Kedua dari Rasul Yakobus mengajak kita untuk bersikap lain: bersabar.
Bersabar seperti petani yang menantikan hasil tanahnya yang berharga. Petani tahu bahwa ada waktu menabur, ada waktu menunggu, dan ada waktu menuai. Ia tidak bisa memaksa musim.

Masa Adven adalah masa menunggu yang aktif. Menunggu dengan iman, dengan ketekunan, dan dengan kesetiaan. Kita menanti bukan dengan tangan kosong, melainkan dengan hati yang dibersihkan, dengan kesabaran yang dilatih, dan dengan harapan yang diteguhkan.

Momentum Natal adalah pengingat bahwa Allah sungguh datang, sering kali dengan cara yang sederhana dan tidak spektakuler. Ia datang ke dalam palungan, ke dalam keseharian hidup kita, ke dalam keterbatasan dan kerapuhan kita.

Maka, marilah kita mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Bukan hanya dengan hiasan dan perayaan, tetapi dengan hati yang mau percaya, mau bersabar, dan mau menerima Tuhan apa adanya.
Amin.



Peringatan Orang Kudus
Santo Yohanes dari Salib
Yohanes dari Salib lahir di Spanyol pada tahun 1542 dari keluarga miskin. Ia menjadi pelayan di rumah sakit Medina. Pada usia 21 tahun ia diterima sebagai anggota awam biara Karmelit. Di situ ia menata hidup rohaninya dengan tekun berdoa dan bermatiraga. Pemimpin biara Karmelit itu kagum dengan cara hidupnya yang saleh itu. Ia juga tahu bahwa Yohanes sangat pandai. Oleh sebab itu, ia segera menyekolahkan Yohanes di Universitas Salamanca, Spanyol. Setelah menyelesaikan studinya, Yohanes kemudian ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1567 dalam usia 25 tahun. Ia bersahabat baik dengan Santa Theresia Avila yang tertarik pada cara hidup dan usahanya membaharui Ordo Karmelit. Yohanes diangkat menjadi prior pertama dari susteran Karmelit itu dan mengambil nama resmi: Yohanes dari Salib. Tetapi beberapa kawan biaranya tidak suka akan tindakannya. Ia dikenakan hukuman dan dimasukkan dalam sel biara. Yohanes menerima perlakuan yang semena-mena dari rekan-rekan se-ordo. Setelah 9 bulan meringkuk di dalam tahanan biara, Yohanes kemudian melarikan diri dari biaranya. Usaha pembaharuannya itu disalah tafsirkan oleh rekan-rekan se-ordo. Sel biara itu memberinya pengalaman akan salib penderitaan Yesus. Tetapi berkat pengalaman pahit di dalam sel itu, ia justru mendapat pengalaman rohani yang mengagumkan: ia mengalami banyak peristiwa mistik; mampu menggubah kidung-kidung rohani; ia sering mengalami ekstase dan semakin memahami secara sungguh mendalam teologi dan ajaran-ajaran iman Kristen. Semua pengetahuan itu diabadikannya di dalam buku-buku yang ditulisnya. Isi buku-bukunya sangat mendalam dan sangat bermanfaat bagi kehidupan membiara. Tekanannya ialah: "Salib menuntun kepada kebangkitan dan penyangkalan diri." Walaupun mengalami berbagai kesulitan dari rekan se-ordonya, namun ia tetap bergembira karena persatuannya yang erat dengan Tuhan. Ia wafat pada tahun 1591 dan dinyatakan sebagai Pujangga Gereja.

Santo Venantius Fortunatus, Uskup dan Pengaku Iman
Venantius Honorius Clementianus Fortunatus lahir di Treviso, Italia Utara, pada tahun 600. Ia belajar di Milano dan Ravenna. Pada tahun 565 ia berziarah ke makam Santo Martinus dari Tours di Gaul (sekarang: Prancis). Dalam perjalanan itu ia mengunjungi beberapa raja dari suku-suku bangsa Jerman yang berada di dalam wilayah Propinsi Romawi Gaul. Ia diterima dengan ramah di istana Sigebertus, seorang Raja Frank dari Austrasia, dan tinggal di sana selama satu tahun. Ia kemudian pergi ke Poiters, dan menetap di sana sebagai kapelan dan sahabat karib Santo Radegunde, Abbas sebuah biara di sana. Pada tahun 599 ia diangkat menjadi uskup di Poiters.
Karya-karya tulisnya dikarang dalam bahasa Latin yang halus, seperti Hymne yang digubahnya untuk menghormati Raja Sigebertus, Santo Radegunde dan pelindung-pelindung suci lainnya dan kehidupan para kudus dalam syair dan prosa. Dua dari hymnenya dimasukkan dalam teks liturgi Gereja, seperti Pange Lingua Gloriosa yang digunakan pada Hari Kamis Putih, dan Vexilla Rege Prodeunt, sebuah lagu Vesper selama Masa Puasa dan Ibadat Sore (Vesper) pada Pesta Tubuh Kristus.
Tulisan-tulisan syair dan prosa Santo Venantius Fortunatus penuh dengan uraian dan komentar tentang keadaan hidup masyarakat di mana ia hidup dan berkarya. Tulisan-tulisan itu memberikan suatu gambaran yang bernilai tentang pengaruh peradaban Kristen pada bangsa-bangsa Barbar Gaul pada masa hidupnya.

Santo Spiridion, Uskup dan Pengaku Iman
Spiridion lahir di Cyprus dari sebuah keluarga yang miskin dan amat sederhana namun kaya akan harta surgawi. Semasa mudanya ia ditugaskan menggembala domba-domba. Ia seorang anak yang lemah-lembut, rela menolong orang yang membutuhkan bantuannya, bersikap ramah kepada teman-temannya serta rendah hati. Kurangnya pengetahuan dan pendidikan di sekolah diisi dengan usaha-usaha yang praktis. Ia menggemari keindahan alam, yang menghantar dia kepada renungan-renungan mendalam tentang Sang Pencipta alam semesta. Dengan mengagumi keindahan alam raya, ia disemangati untuk memuja Tuhan dengan doa dan renungan. Di kemudian hari ketika ia memasuki usia dewasa, semua pengalaman rohaninya menggerakkan dia menjadi seorang dermawan. Rumahnya senantiasa terbuka kepada orang-orang miskin yang datang meminta bantuannya. Oleh penduduk setempat ia dianggap sebagai orang yang saleh.
Sepeninggal uskup kota Leukosia, Spiridion dipilih menjadi uskup oleh semua imam dan segenap umat. Tetapi ia dengan rendah hati menolak kehormatan itu, karena merasa diri tidak memiliki cukup pengetahuan dan tak pernah memperoleh pendidikan yang sebanding dengan jabatan sebagai uskup. Akan tetapi ia tidak berdaya menghadapi tuntutan kehendak semua imam dan seluruh umat. Ia akhirnya menyerah dan ditahbiskan menjadi uskup.
Dalam melaksanakan karyanya sebagai uskup, ternyata Spiridion tampil sebagai seorang gembala yang mengagumkan. Kotbahnya yang penuh semangat itu sungguh menyentuh hati umat dan mempertebal keyakinan umat akan kebenaran-kebenaran iman Kristen. Ia sendiri tidak memaksakan umat untuk melakukan sesuatu yang tidak dilakukannya sehari-hari. Kesaksian hidupnya yang baik sudah merupakan suatu kotbah konkrit kepada umat.
Pada masa penganiayaan umat Kristen oleh Kaisar Maksimianus, banyak orang beriman bersama uskup dan imam-imamnya dihukum kerja paksa di tambang-tambang; tetapi kerja paksa itu segera berakhir pada waktu Konstantin Agung menjadi Kaisar Roma pada tahun 312.  Spiridion dibebaskan dan mulai berkarya lagi di keuskupannya.
Sebagai uskup, Spiridion juga menghadiri Konsili Nicea. Pada waktu itu ia berhasil mentobatkan seorang filsuf kafir bukan dengan bujukan melainkan dengan kata-kata bijak yang menjelaskan hakekat iman Kristen. Spiridion meninggal dunia pada tahun 340.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-12-13 Sabtu.

Liturgia Verbi (A-II)
Hari Biasa, Pekan Adven II

Sabtu, 13 Desember 2025

PW S. Lusia, Perawan dan Martir



Bacaan Pertama
Sir 48:1-4.9-11

"Elia akan datang lagi."

Pembacaan dari Kitab Putera Sirakh:

Dahulu kala tampillah nabi Elia bagaikan api.
Perkataannya membakar laksana obor.
Dialah yang mendatangkan kelaparan atas orang Israel,
dan karena geramnya, jumlah mereka dijadikannya sedikit.
Atas firman Tuhan langit dikunci olehnya,
dan api diturunkannya sampai tiga kali.
Betapa mulialah engkau, hai Elia, dengan segala mujizatmu!
Siapa dapat memegahkan diri sama dengan dikau?

Dalam olak angin berapi engkau diangkat,
dalam kereta dengan kuda berapi.
Engkau tercantum dalam ancaman-ancaman tentang masa depan
untuk meredakan kemurkaan sebelum meletus,
untuk mengembalikan hati bapa kepada anaknya
serta memulihkan segala suku Yakub.

Berbahagialah orang yang telah melihat engkau,
dan yang meninggal dalam kasih.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 80:2ac.3b.15-16.18-19,R:4

Refren: Ya Allah, pulihkanlah kami.
Buatlah wajah-Mu bersinar, maka selamatlah kami.

*Hai gembala Israel, pasanglah telinga-Mu,
Engkau yang duduk di atas para kerub, tampillah bersinar.
Bangkitkanlah keperkasaan-Mu,
dan datanglah menyelamatkan kami.

*Ya Allah semesta alam, kembalilah,
pandanglah dari langit, dan lihatlah!
Tengoklah pohon anggur ini,
lindungilah batang yang ditanam oleh tangan kanan-Mu!

*Kiranya tangan-Mu melindungi
orang yang ada di sebelah kanan-Mu,
anak manusia yang telah Kauteguhkan.
Maka kami tidak akan menyimpang dari pada-Mu;
Biarkanlah kami hidup, maka kami akan menyerukan nama-Mu.



Bait Pengantar Injil
Luk 3:4.6

Persiapkanlah jalan untuk Tuhan,
luruskanlah jalan bagi-Nya,
dan semua orang akan melihat keselamatan yang dari Tuhan.



Bacaan Injil
Mat 17:10-13 

"Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia."

Inilah Injil Suci menurut Matius:

Ketika Yesus dan murid-murid-Nya turun dari gunung,
para murid bertanya kepada-Nya,
"Mengapa ahli-ahli Taurat berkata
bahwa Elia harus datang dahulu?"
Yesus menjawab,
"Memang Elia akan datang dan memulihkan segala sesuatu.
Dan Aku berkata kepadamu, Elia sudah datang,
tetapi orang tidak mengenal dia,
dan memperlakukannya menurut kehendak mereka.
Demikian pula Anak Manusia akan menderita oleh mereka."
Pada waktu itu mengertilah murid-murid Yesus
bahwa Ia berbicara tentang Yohanes Pembaptis.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Diyakini oleh banyak orang Yahudi bahwa Nabi Elia akan datang kembali sebelum kedatangan Sang Mesias. Keyakinan ini bersumber dari nubuat dalam Kitab Suci, bahwa Elia akan diutus untuk mempersiapkan umat menyongsong hari Tuhan.

Dalam Bacaan Injil hari ini, Yesus mengklarifikasi keyakinan tersebut. Ia menegaskan bahwa Elia memang sudah datang kembali, bukan secara harfiah, melainkan dalam pribadi Yohanes Pembaptis. Yohanes hadir dengan roh dan kuasa Elia, namun sayangnya, ia tidak dikenali. Ketidakpekaan hati membuat orang-orang gagal memahami tanda-tanda yang sedang digenapi di hadapan mereka  [Mat 17:12-13].

Bacaan Pertama dari Kitab Yesus bin Sirakh menampilkan peran Elia dari sudut pandang yang lebih luas. Elia bukan hanya tokoh yang meluruskan jalan bagi Tuhan, tetapi juga diutus untuk *meredakan kemurkaan Allah sebelum bencana murka itu terjadi*, untuk memulihkan hubungan yang retak, dan membawa umat kembali kepada kasih Allah  [Sir 48:9-11].

Orang-orang pada zaman Perjanjian Lama memahami bahwa dosa dan pelanggaran terhadap Allah akan mendatangkan murka-Nya dalam bentuk penghukuman. Namun Kitab Suci juga dengan jelas menyatakan bahwa Allah selalu membuka jalan pengampunan bagi mereka yang bertobat. Rumusannya sederhana: dosa membawa hukuman, tetapi pertobatan membuka pintu pengampunan. Murka Allah tidak pernah berdiri sendiri, karena selalu berada dalam lingkup kasih-Nya.

Di sinilah kepekaan hati menjadi kunci. Orang yang peka hatinya akan menangkap bahwa kuasa Allah yang dinyatakan melalui mukjizat-mukjizat Elia sesungguhnya masih kalah besar dibanding kasih Allah itu sendiri. Kasih Allahlah yang meredakan murka-Nya, dan bukan sebaliknya. Murka Allah tidak pernah dimaksudkan untuk membinasakan, melainkan untuk membawa manusia kembali ke jalan yang benar.

Karena itu, panggilan bagi kita hari ini adalah tinggal dalam kasih Allah. Dengan hati yang peka dan terbuka untuk bertobat, kita akan mengalami bahwa dosa dan pelanggaran tidak menjadi akhir cerita. Dalam kasih Allah, selalu ada pemulihan, pengampunan, dan hidup baru.
Amin.



Peringatan Orang Kudus
Santa Lusia, Perawan dan Martir
Kata cerita kuno: Lusia lahir di Sirakusa, di pulau Sisilia, Italia pada abad ke-4. Orangtuanya adalah bangsawan Italia yang beragama Kristen. Ayahnya meninggal dunia ketika ia masih kecil, sehingga perkembangan dirinya sebagian besar ada dalam tanggungjawab ibunya Eutychia. Semenjak usia remaja, Lusia sudah berikrar untuk hidup suci murni. Ia berjanji tidak menikah. Namun ketika sudah besar, ibunya mendesak dia agar mau menikah dengan seorang pemuda kafir. Hal ini ditolaknya dengan tegas. Pada suatu ketika ibunya jatuh sakit. Lusia mengusulkan agar ibunya berziarah ke makam Santa Agatha di Kathania untuk memohon kesembuhan. Usulannya ditanggapi baik oleh ibunya. Segera mereka ke Kathania. Apa yang dikatakan Lusia ternyata benar-benar dialami ibunya. Doa permohonan mereka dikabulkan: sang ibu sembuh. Bahkan Santa Agatha sendiri menampakkan diri kepada mereka berdua. Sebagai tanda syukur, Lusia diizinkan ibunya tetap teguh dan setia pada kaul kemurnian hidup yang sudah diikrarkannya kepada Kristus.
Kekaisaran Romawi pada waktu itu diperintahi oleh Diokletianus, seorang kaisar kafir yang bengis. Ia menganggap diri keturunan dewa; oleh sebab itu seluruh rakyat harus menyembahnya atau menyembah patung dewa-dewa Romawi. Umat Kristen yang gigih membela dan mempertahankan imannya menjadi korban kebengisan Diokletianus. Mereka ditangkap, disiksa dan dibunuh. Situasi ini menjadi kesempatan emas bagi pemuda-pemuda yang menaruh hati pada Lusia namun ditolak lamarannya: mereka benci dan bertekad membalas dendamnya dengan melaporkan identitas keluarga Lusia sebagai keluarga Kristen kepada kaisar. Kaisar termakan laporan ini sehingga Lusia pun ditangkap; mereka merayu dan membujuknya dengan berbagai cara agar bisa memperoleh kemurniannya. Tetapi Lusia tak terkalahkan. Ia bertahan dengan gagah berani. Para musuhnya tidak mampu menggerakkan dia karena Tuhan memihaknya. Usahanya untuk membakar Lusia tampak tak bisa dilaksanakan. Akhirnya seorang algojo memenggal kepalanya sehingga Lusia tewas sebagai martir Kristus oleh pedang seorang algojo kafir.
Lusia dihormati di Roma, terutama di Sisilia sebagai perawan dan martir yang sangat terkenal sejak abad ke-6. Untuk menghormatinya, dibangunlah sebuah gereja di Roma. Namanya dimasukkan dalam Doa Syukur Agung Misa. Mungkin karena namanya berarti 'cahaya' maka pada Abad Pertengahan orang berdoa dengan perantaraannya memohon kesembuhan dari penyakit mata. Konon, pada waktu ia disiksa, mata Lusia dicungkil oleh algojo-algojo yang menderanya; ada pula cerita yang mengatakan bahwa Lusia sendirilah yang mencungkil matanya dan menunjukkan kepada pemuda-pemuda yang mengejarnya. Ia wafat sebagai martir pada tanggal 13 Desember 304. Semoga kisah suci hidup Santa Lusia memberi peringatan kepada kita, lebih-lebih para putri kita yang manis-manis, supaya bertekun dalam doa dan mohon perlindungannya.

Santa Odilia atau Ottilia, Pengaku Iman
Konon, Odilia lahir di Obernheim, sebuah desa di pegunungan Vosge, Prancis pada tahun 660. Ayahnya, Adalric, seorang tuan tanah di daerah Alsace; ibunya bernama Bereswindis. Odilia lahir dalam keadaan buta sehingga menjadi bahan ejekan tetangga yang sangat memalukan keluarganya. Ayahnya sedih sekali menghadapi kenyataan pahit ini. Ia merasa bahwa kebutaan itu sangat merendahkan martabat keluarganya yang bangsawan itu. Sia-sia saja semua usaha istrinya untuk meyakinkan dia bahwa kebutaan itu mungkin merupakan suatu kehendak Tuhan yang mempunyai suatu maksud tersembunyi bagi kemuliaanNya. Siapa tahu anak ini di kemudian hari dapat menjadi berkat bagi orang lain. Adalric benar-benar bingung dan tidak sudi menerima kehadiran anak buta ini sebagai buah hatinya sendiri. Dia bahkan menghendaki agar bayinya itu dibunuh saja.
Tak ada jalan lain bagi ibu Bereswindis kecuali melarikan puterinya yang malang itu ke suatu tempat yang aman demi keselamatannya. Ia berprinsip: biarlah puterinya diserahkan kepada orang lain untuk dijadikan sebagai anak angkat. Orang lain itu ialah seorang ibu petani yang dahulu pernah menjadi pembantu di rumahnya. Ketika peristiwa pelarian ini diketahui banyak orang, ibu Bereswindis menyuruh ibu pengasuh itu melarikan bayinya ke Baume-les-Dames, dekat Besancon. Di sana ada sebuah biara suster. Untunglah bahwa suster-suster di biara itu rela menerima dan bersedia mengasuh Odilia. Sampai umur 12 tahun, anak itu belum juga dibaptis. Pada suatu hari Tuhan menggerakkan Santo Erhart, Uskup Regensburg, pergi ke biara Baume-les-Dames, tempat puteri malang itu berada. Di sana ia mempermandikan puteri buta itu dengan nama Odilia. Uskup Erhart pun menyentuh mata puteri buta itu, dan seketika itu juga matanya terbuka, dan ia dapat melihat. Mujizat ini segera diberitahukan kepada keluarga Odilia. Uskup Erhart pun memberitahukan kesembuhan mata Odilia di biara Suster-suster Baume-les-Dames kepada ayahnya. Tetapi sang ayah tetap menolak menerima dan mengakui Odilia sebagai anaknya. Hugh, kakak Odilia yang kagum akan mujizat penyembuhan adiknya berusaha mempertemukan Odilia dengan ayahnya di sebuah bukit, disaksikan oleh kerumunan rakyat. Melihat kenekatan Hugh, sang ayah menjadi berang, lalu memenggal kepala Hugh. Tetapi kemudian ia menyesali perbuatannya yang kejam itu dan dengan terharu menerima Odilia sebagai anaknya.
Odilia meneruskan karyanya di Obernheim bersama kawan-kawannya. Dia mengabdikan dirinya dalam karya-karya amal membantu orang-orang miskin dengan semangat pengabdian dan cinta kasih yang tinggi. Tak lama kemudian ayahnya bermaksud menikahkan dia dengan seorang pangeran. Hal ini ditolaknya dengan tegas dan Odilia kemudian melarikan diri ke tempat yang jauh dari ayahnya. Meskipun ia tetap dikejar-kejar dan dipaksa ayahnya, namun ia tetap pada pendiriannya.  Akhirnya ayahnya mengalah dan membujuknya pulang dan berjanji mendirikan sebuah rumah yang bisa dijadikan sebagai biara di Hohenburg. Di situ ia menjadi kepala biara. Ia juga mendirikan biara lain di Niedermunster. Odilia wafat pada tanggal 13 Desember 720. Banyak mujizat terjadi di kuburnya.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-12-12 Jumat.

Liturgia Verbi (A-II)
Hari Biasa, Pekan Adven II

Jumat, 12 Desember 2025

PF S. Maria Guadalupe



Bacaan Pertama
Yes 48:17-19

"Ah, sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku!"

Pembacaan dari Kitab Yesaya:

Beginilah firman Tuhan, Penebusmu, Yang Mahakudus, Allah Israel,
"Akulah Tuhan Allahmu,
yang mengajarkan hal-hal yang berfaedah bagimu,
yang menuntun engkau di jalan yang harus kautempuh.
Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku,
maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering,
dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah
seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti.
Maka keturunanmu akan seperti pasir
dan anak cucumu seperti kersik banyaknya.
Nama mereka tidak akan dilenyapkan atau ditiadakan
dari hadapan-Ku."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 1:1-2.3.4.6,R:Yoh 8:12

Refren: Barangsiapa mengikuti Engkau, ya Tuhan,
akan mempunyai terang hidup.

*Berbahagialah orang
yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik,
yang tidak berdiri di jalan orang berdosa,
dan yang tidak duduk dalam kumpulan kaum pencemooh;
tetapi yang kesukaannya ialah hukum Tuhan,
dan siang malam merenungkannya.

*Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air,
yang menghasilkan buah pada musimnya,
dan daunnya tak pernah layu;
apa saja yang diperbuatnya berhasil.

*Bukan demikian orang-orang fasik:
mereka seperti sekam yang ditiup angin.
Orang fasik tidak akan tahan dalam penghakiman,
orang berdosa tidak akan betah dalam perkumpulan orang benar;
sebab Tuhan mengenal jalan orang benar,
tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.



Bait Pengantar Injil


Tuhan pasti datang.  Sambutlah Dia! 
Dialah pangkal damai sejahtera.



Bacaan Injil
Mat 11:16-19

"Mereka tidak mendengarkan Yohanes Pembaptis maupun Anak Manusia."

Inilah Injil Suci menurut Matius:

Yesus berkata kepada orang banyak,
"Dengan apakah akan Kuumpamakan angkatan ini?
Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar
dan berseru kepada teman-temannya,
'Kami meniup seruling bagimu, tetapi kalian tidak menari.
Kami menyanyikan kidung duka, tetapi kalian tidak berkabung.'

Sebab Yohanes Pembaptis datang, ia tidak makan dan tidak minum,
dan mereka berkata, 'Ia kerasukan setan.'
Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum,
dan mereka berkata,
'Lihatlah, seorang pelahap dan peminum,
sahabat pemungut cukai dan orang-orang berdosa.'
Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Bacaan Pertama hari ini dari Yes 48:17-19 menggambarkan Allah sebagai Penebus dan Guru bagi kita. Melalui Nabi Yesaya, Tuhan menegaskan bahwa bila saja umat-Nya memperhatikan perintah-perintah-Nya, maka *damai sejahtera* mereka akan mengalir seperti sungai, dan *kebahagiaan* mereka akan terus berkembang seperti gelombang laut yang tak pernah berhenti.

Perintah Tuhan bukanlah belenggu, melainkan jalan pemulihan. Sama seperti seorang dokter yang memberi "perintah-perintah" yang kadang terasa menyusahkan—harus diet, harus olahraga, harus minum obat teratur—semua itu bukan untuk membebani, tetapi untuk menyembuhkan. Kita patuh kepada dokter karena kita ingin sembuh. Lalu, kalau terhadap dokter saja kita bisa taat, mengapa terhadap Tuhan yang memulihkan *rohani* kita, kita sering menunda atau enggan?

Bacaan Injil Mat 11:16-19 membuat semua ini semakin jelas. Yesus menggambarkan sikap keras hati umat-Nya seperti anak-anak di pasar: "Kami meniup seruling bagimu, tetapi kalian tidak menari. Kami menyanyikan kidung duka, tetapi kalian tidak berkabung." Artinya, Tuhan sudah memberi banyak tanda, panggilan, dorongan, bahkan teguran lembut, tetapi banyak orang tidak menggubrisnya. Hatinya tertutup.

Kadang-kadang kita pun seperti itu. Tuhan mengetuk, tetapi kita sibuk. Tuhan memberi jalan, tetapi kita memilih yang lain. Tuhan mengajak bertobat, tetapi kita menunda-nunda. Bacaan hari ini mengajak kita bercermin: jangan-jangan tanpa sadar kita termasuk orang yang "mendengar tetapi tidak merespons".

Namun, kabar gembira Injil adalah bahwa Tuhan tidak menutup pintu bagi kita. Yesus sendiri berkata, "Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya."  [Luk 8:21]
Menjadi keluarga Yesus sangat sederhana: *dengar* dan *lakukan*. Dua hal ini, bila dihidupi setia, mampu memperbaharui hidup kita dari dalam.

Hari ini, marilah kita belajar menjadi lebih peka. Kalau Tuhan meniup "seruling" kegembiraan—kita bersyukur. Kalau Tuhan mengizinkan "kidung duka"—kita bertumbuh. Kalau Tuhan memberi perintah—kita melangkah. Kita lakukan bukan karena takut, tetapi karena yakin bahwa semua perintah Tuhan selalu mengarah kepada kedamaian, pemulihan, dan keselamatan kita.
Amin.



Peringatan Orang Kudus
Santa Yohanna Fransiska Fremio de Chantal, Janda
Jeanne Francoise Fremio de Chantal (Yohanna Fransiska) lahir di kota Dijon, Prancis pada tanggal 28 Januari 1527. Ayahnya Benignus Fremyot, menjadi presiden parlemen pengadilan tinggi Burgundy dan sangat berjasa kepada gereja dan negara. Ibunya, Margaretha de Barbisy, meninggal dunia ketika Yohanna masih berumur 2 tahun.
Pada usia 20 tahun Yohanna menikah dengan Kristophorus de Rabutin, yang disebut juga Pangeran de Chantal. Mereka dikaruniai 7 orang anak; tiga orang dari ketujuh anaknya itu kemudian meninggal dunia sewaktu masih bayi. Sebagaimana biasanya kehidupan ibu-ibu rumah tangga pada zaman Pertengahan, Yohanna bekerja sebagai ibu rumah tangga, bekerja di ladang, memelihara ternak dan mengawasi pembantu-pembantunya. Sedang suaminya pergi berburu atau berperang untuk membela tanah air. Semua tugas itu dilaksanakannya dengan baik sekali. Anak-anaknya dibesarkan dan dididik dengan penuh kasih sayang. Selain tugas-tugas kerumah tanggaan, ia tidak lupa menjalankan juga tugas-tugas kerohanian bersama anak-anaknya dan para pembantunya. Lebih dari itu ia bahkan berjanji kepada Tuhan untuk memperhatikan nasib para pengemis dan orang-orang miskin yang datang meminta bantuannya. Sebagai pahalanya, Tuhan mengaruniakan kedamaian dan kebahagiaan di dalam rumah tangganya.
Tetapi suasana keluarga yang bahagia itu sekonyong-konyong pupus tatkala suaminya, Pangeran de Chantal, tertembak mati oleh kawannya sendiri sewaktu mereka berburu di hutan. Peristiwa naas ini sungguh menyedihkan. Yohanna menjadi janda. Hatinya memang sedih oleh peristiwa pahit itu, namun sesungguhnya peristiwa tragis itu merupakan awal penuh rahmat bagi kehidupan Yohanna. Ia berusaha menahan diri, dan mengampuni si penembak. Yohanna kemudian terpaksa tinggal bersama mertuanya laki-laki, seorang yang berwatak bejat. Tujuh tahun lamanya ia tinggal di sana dalam suasana batin yang sungguh menyiksa. Dalam keadaan pedih itu ia tetap berusaha sekuat tenaga untuk hidup sebaik mungkin dan terutama berjuang memelihara anak-anaknya. Ia rajin bekerja dan berdoa. Dan ternyata cara hidupnya itu sangat berkenan kepada Tuhan. Tuhan memberinya jalan kesempurnaan.
Ketika Uskup Geneve, Fransiskus dari Sales, datang ke Dijon untuk memberikan renungan puasa, Yohanna pergi menemuinya untuk berbicara dan memperoleh bimbingan. Pertemuan ini melahirkan dalam batinnya suatu cita-cita luhur, yakni pengabdian diri seutuhnya kepada Tuhan dan sesama. Inilah awal hidupnya yang baru sebagai seorang janda kudus. Fransiskus dari Sales tertarik padanya dan bersedia membimbing dia ke arah kesempurnaan hidup di dalam Allah. Kepada Yohanna, Fransiskus menekankan pentingnya cinta kasih, kerendahan hati dan kesabaran, matiraga dan puasa, doa dan perbuatan amal kepada sesama. Atas bantuan rahmat Allah, Yohanna dengan tekun mengikuti nasehat-nasehat Fransiskus dan mengamalkannya dalam hidup sehari-hari. Kepribadiannya yang baru sebagai Abdi Allah dibangun di atas dasar teladan hidup Fransiskus dari Sales. Sebaliknya bagi Fransiskus, berbagai pengalaman rohani yang timbul dari hubungan pribadi dengan Yohanna sungguh mengilhami tulisan-tulisannya.
Pada tahun 1640, lima tahun setelah pertemuannya dengan Fransiskus, Yohanna mendirikan biara pertama dari Ordo Suster-suster Visitasi di kota Anecy atas desakan Fransiskus. Tujuan ordo ini ialah memberi pertolongan kepada orang-orang yang berada di dalam kesusahan seperti sakit atau usia lanjut dan memelihara anak-anak yatim-piatu. Yohanna sendiri bertindak sebagai pemimpin biara selama 30 tahun. Dua orang puterinya telah menikah dan puteranya yang bungsu dipercayakan kepada ayah kandungnya. Ordo ini segera tersebar dan diminati banyak orang. Para uskup pun merasakan manfaat dan pengaruh ordo baru ini. Mereka mengajukan permohonan kepada Yohanna agar suster-suster dari Ordo Visitasi ini berkarya juga di keuskupannya. Sejak saat itu dibangunlah banyak biara Ordo Visitasi di setiap keuskupan. Pada tahun 1622, sepeninggal Fransiskus dari Sales, telah berdiri 13 buah biara Ordo Visitasi. Jumlah biara ini meningkat menjadi 90 buah ketika Yohanna sendiri meninggal dunia pada tanggal 13 Desember 1641. Meskipun tampaknya Yohanna sangat berhasil dalam karyanya, namun ia sendiri tidak luput dari berbagai rintangan dan kesulitan, lebih-lebih setelah kematian pembimbingnya Fransiskus dari Sales. Kesedihan besar menimpanya lagi ketika seorang anaknya dan beberapa rekan sebiara meninggal dunia.
Ketika ia wafat, Santo Vinsensius a Paulo hadir juga untuk memberikan penghormatan terakhir kepadanya. Tentang Yohanna, Vinsensius berkata: "Dia adalah orang yang sungguh beriman; berbagai penderitaan yang menghiasi sebagian besar hidupnya dihadapinya dengan kesabaran dan iman yang teguh. Ia tak pernah lalai dalam kesetiaannya kepada Tuhan yang memanggilnya. Maka saya anggap dia adalah orang yang paling suci yang saya jumpai di bumi ini." Dalam sebuah ekstase yang dialaminya, Vinsensius melihat sebuah bola api melayang ke udara, lalu melebur ke dalam sebuah bola api lainnya dan akhirnya menghilang dalam cahaya api ilahi. Penglihatan ini disusuli oleh suatu penerangan ilahi tentang arti kedua bola api itu: bola api pertama adalah jiwa Yohanna Fransiska yang disambut oleh jiwa Fransiskus dari Sales, bola api kedua. Mereka bersama-sama berbaur menyatu dan masuk ke dalam cahaya api surgawi. Yohanna tinggal di kota Moulins dan di sana pulalah ia wafat pada tanggal 13 Desember 1641.

Santo Hoa, Pengaku Iman
Hoa lahir di negeri Tiongkok pada tanggal 31 Desember 1775 dari sebuah keluarga kafir. Nama kecilnya ialah Simon Hoai-Hoa. Hoa sekeluarga kemudian menjadi Kristen. Ia belajar di Kolese Misi di negeri itu.
Ia cerdas sekali dan benar-benar memahami pelajaran agama dan kebajikan-kebajikan kristiani. Seusai menamatkan studinya, ia diangkat menjadi guru agama (katekis) yang pertama di daerah itu. Ternyata ia seorang katekis yang cerdas, bijaksana dan rajin sekali melaksanakan tugasnya. Setelah menikah, ia menjadi seorang suami dan ayah yang bijaksana dan beriman. Semangat pengabdiannya kepada Gereja tidak luntur. Ia rajin beribadat dan mempunyai keprihatinan besar terhadap nasib orang lain. Keluarga Hoa amat dermawan; rumahnya selalu terbuka kepada siapa saja, lebih-lebih bagi para imam yang dikejar oleh penguasa yang lalim. Segala keperluan mereka dicukupi oleh keluarga Hoa.
Hoa kemudian menjadi seorang dokter. Kepandaiannya merawat orang-orang sakit benar-benar dimanfaatkannya untuk menolong sesamanya. Lama kelamaan ia dicurigai oleh penguasa. Pada tanggal 15 April 1840 ketika berusia 65 tahun, ia ditangkap, dirantai dan kemudian digantung. Kemudian ia dibawa ke kota Hue untuk menerima hukuman lebih lanjut. Di sana Raja Minh-Meuh telah menyediakan berbagai alat siksaan yang mengerikan. Ia disesah dengan tongkat dan cambuk berduri yang mengerikan, lalu dijepit dengan besi panas. Namun Tuhan tidak membiarkan dia sendiri menanggung penderitaan itu. Berkat pertolongan Tuhan, ia tidak merasakan kesakitan; badannya pun tidak luka sedikit pun. Ia bahkan sanggup menahan penderitaannya itu dengan sabar dan perasaan gembira.
Pada tanggal 12 Desember 1840, hakim dan raja memberinya ancaman terakhir: "Patuh kepada raja dan dibebaskan; atau tetap teguh pada imannya dan dibunuh." Dalam keberanian seorang martir, Hoa dengan tegas memilih tawaran kedua, yakni tetap pada imannya kepada Yesus. Katanya: "Saya tidak akan mengkhianati Yesus Tuhanku sampai mati pun saya tidak akan pernah memungkiri iman saya kepadaNya." Keberaniannya ini menghantar dia kepada hukuman mati yang mengerikan. Di hadapannya diletakkan sebuah salib. Sambil memandang salib itu, ia berdoa: "Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku; janganlah menghukum mereka; kehidupan kekal bersama-Mu di surga sudah cukup bagiku daripada memiliki harta duniawi." Sesudah itu kepalanya dipenggal dengan kapak oleh seorang algojo. Selama 3 hari jenazahnya dipertunjukkan di tempat-tempat umum, lalu dimakamkan oleh umat Kristen yang ada di kota itu.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-12-11 Kamis.

Liturgia Verbi (A-II)
Hari Biasa, Pekan Adven II

Kamis, 11 Desember 2025

PF S. Damasus I. Paus



Bacaan Pertama
Yes 41:13-20

"Yang menebus engkau ialah Yang Mahakuasa, Allah Israel."

Pembacaan dari Kitab Yesaya:

Aku ini Tuhan, Allahmu.
Aku memegang tangan kananmu dan berkata kepadamu,
"Janganlah takut, Akulah yang menolong engkau."
Janganlah takut, hai si cacing Yakub, hai si ulat Israel!
Akulah yang menolong engkau, demikianlah sabda Tuhan;
dan yang menebus engkau ialah Yang Mahakudus, Allah Israel.

Sesungguhnya, Aku membuat engkau menjadi papan pengirik
yang tajam dan baru dengan gigi dua jajar.
Engkau akan mengirik gunung-gunung dan menghancurkannya;
bukit-bukit pun akan kaubuat seperti sekam.
Engkau akan menampi mereka,
lalu angin akan menerbangkan mereka,
dan badai akan menyerakkan mereka.
Tetapi engkau akan bersorak-sorak dalam Tuhan
dan bermegah dalam Yang Mahakudus, Allah Israel.

Orang-orang sengsara dan orang-orang miskin sedang mencari air,
tetapi tidak ada, lidah mereka kering kehausan.
Tetapi Aku, Tuhan, akan menjawab mereka,
dan sebagai Allah orang Israel,
Aku tidak akan meninggalkan mereka.

Aku akan membuat sungai-sungai memancar
di atas bukit-bukit yang gundul,
dan membuat mata air membual di tengah dataran.
Aku akan membuat padang gurun menjadi telaga,
dan memancarkan air dari tanah kering.

Aku akan menanam pohon aras di padang gurun,
pohon penaga, pohon murad dan pohon minyak.
Aku akan menumbuhkan pohon sanobar di padang belantara
dan pohon berangan serta cemara di sampingnya,
supaya semua orang melihat dan mengetahui,
memperhatikan dan memahami,
bahwa tangan Tuhanlah yang membuat semuanya itu,
dan Yang Mahakudus, Allah Israel, yang menciptakannya.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 145:1.9.10-11.12-13ab,R:8

Refren: Tuhan itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya.


*Aku hendak mengagungkan Dikau, ya Allah, ya Rajaku,
aku hendak memuji nama-Mu untuk selama-lamanya.
Tuhan itu baik kepada semua orang,
penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya.

*Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan,
dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau.
Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu,
dan akan membicarakan keperkasaan-Mu.

*Untuk memberitahukan keperkasaan-Mu
kepada anak-anak manusia,
dan memaklumkan kerajaan-Mu yang semarak mulia,
Kerajaan-Mu ialah kerajaan abadi,
pemerintahan-Mu lestari melalui segala keturunan.



Bait Pengantar Injil
Yes 45:8

Hai langit, turunkanlah embunmu,
hai awan, hujankanlah keadilan.
Hai bumi, bukalah dirimu, dan tumbuhkanlah keselamatan.



Bacaan Injil
Mat 11:11-15 

"Tak pernah tampil seorang yang lebih besar daripada Yohanes Pembaptis."

Inilah Injil Suci menurut Matius:

Pada suatu hari Yesus berkata kepada orang banyak,
"Aku berkata kepadamu,
Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan
tidak pernah tampil seorang yang lebih besar
daripada Yohanes Pembaptis.
Namun yang terkecil dalam Kerajaan Surga lebih besar dari padanya.
Sejak tampilnya Yohanes Pembaptis hingga sekarang,
Kerajaan Surga dirongrong,
dan orang yang merongrongnya mencoba menguasainya.
Sebab semua kitab para nabi dan kitab Taurat,
bernubuat hingga tampilnya Yohanes.
Dan jika kalian mau menerimanya,
Yohanes itulah Elia yang akan datang itu.
Barangsiapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Renungan hari ini saya ambilkan dari renungan *The Power of Word* berikut ini:

Adik-adik, Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara se-iman dalam Kasih Kristus,
Ketetapan Allah sering kali terasa sulit kita pahami, bukan karena Allah rumit,
tetapi karena hati dan cara pandang kita masih kuat dipengaruhi oleh nalar duniawi.
Bacaan Pertama dari Yesaya hari ini memberi contoh yang sangat kuat.
Tuhan bersabda,
"Janganlah takut, hai si cacing Yakub, hai si ulat Israel! Akulah yang menolong engkau."

Sangat mudah bagi kita untuk berhenti sejenak dan berkata,
"Tuhan kok tega menyamakan Yakub dengan cacing dan ulat?"
Dua makhluk yang bagi kita terasa menjijikkan, kotor, lemah, dan tidak berdaya.
Tetapi justru di situlah letak kedalaman Sabda itu.
Allah tidak sedang merendahkan Yakub sebagai pribadi,
tetapi sedang mengungkapkan betapa menjijikkannya dosa — bukan manusianya.
Dosa itu seperti cacing dan ulat yang merusak, menggerogoti,
dan membuat kehidupan menjadi busuk.
Tetapi manusia yang bergumul dalam dosa itu tetap dicintai-Nya, tetap dijaga, tetap dikejar, dan tetap ditolong.

Yakub memang melakukan kesalahan besar.
Ia menipu kakaknya, menipu ayahnya, dan mencari keuntungan dengan cara yang tidak jujur.
Secara manusiawi, kita bisa saja menilai dia layak dihukum atau disingkirkan.
Namun Allah justru melakukan sebaliknya: Ia memeriksa hati Yakub, membentuknya, menuntunnya melalui berbagai peristiwa hidup yang mendidik, sampai akhirnya Yakub bertobat dan berubah.
Inilah sifat Allah yang luar biasa: Ia membenci dosanya, tetapi Ia mengasihi manusianya.

Adik-adik, Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara se-iman dalam Kasih Kristus,
sering kali kita tidak bisa membedakan keduanya.
Kita menganggap ketika kita berdosa, Tuhan pasti marah kepada kita sebagai pribadi.
Kita merasa diri hina, tidak layak, bahkan takut kembali kepada Tuhan.
Kita menilai diri kita dari kacamata manusia, bukan dari kacamata Allah.
Dan di saat-saat seperti itulah, sering kali kita merasa seperti "si cacing Yakub" itu — kecil, kotor, rapuh, dan merasa tidak pantas berdiri di hadapan Tuhan.
Namun justru di saat seperti itulah Tuhan berkata,
"Janganlah takut… Akulah yang menolong engkau."

Bacaan Injil menambah kedalaman makna ini.
Yesus memuji Yohanes Pembaptis sebagai yang terbesar di antara mereka yang dilahirkan dari perempuan.
Yohanes adalah pribadi yang luar biasa taat, kuat, jujur, dan berani.
Tetapi Yesus berkata, "Yang terkecil dalam Kerajaan Surga lebih besar daripadanya."
Mengapa?
Karena ukuran Allah bukan ukuran manusia.
Yang dianggap kecil, lemah, tidak diperhitungkan, bahkan yang sedang bergumul dalam dosa — selama ia membuka hati bagi Tuhan — dapat menjadi besar dalam Kerajaan Surga.
Kita bukan Yohanes Pembaptis.
Bisa jadi saja kita ini penuh kelemahan, masih sering terjatuh ke dalam dosa,
tetapi Allah tidak pernah menyerah pada kita.
Di sinilah pesan itu semakin jelas:
Allah tidak menilai kita berdasarkan rapuhnya kita,
tetapi berdasarkan kasih-Nya yang membentuk kita.

Adik-adik, Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara se-iman dalam Kasih Kristus,
saya sendiri dalam perjalanan hidup ini
beberapa kali mengalami masa-masa ketika saya merasa begitu kecil.
Ada saat-saat ketika saya menyadari ternyata saya masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki, ketika saya kecewa pada diri sendiri, atau ketika saya merasa tidak sekuat dulu.
Tetapi yang menarik, pada saat-saat seperti itu, justru saya merasakan Tuhan paling dekat.
Bukan dengan teguran yang menghukum,
tetapi dengan sentuhan yang mengangkat, menuntun, dan memulihkan.
Tak salah orang berkata, "Kalau lagi susah baru ingat Tuhan".
Menurut saya, ini masih lebih baik daripada saya tak pernah mengingat Tuhan karena tak pernah mengalami kesusahan.

Allah memang membenci dosa — tetapi Ia tidak pernah berhenti mengasihi kita yang rapuh.
Apa yang Tuhan lakukan kepada Yakub ingin Ia lakukan kepada kita semua.
Ia tidak ingin kita terjebak dalam rasa malu.
Ia tidak ingin kita menilai diri kita sebagai "kotor" dan berhenti mendekat kepada-Nya.
Ia ingin kita datang, menyerahkan diri apa adanya, dan mengizinkan Dia mengubah kita.

Maka hari ini, saya mengajak kita semua:
Datanglah kepada Tuhan dengan hati yang jujur.
Akuilah kerapuhan diri kita, dan izinkan Tuhan mengangkat kita.
Biarkan kasih-Nya yang memurnikan, bukan membiarkan rasa bersalah yang memenjarakan diri kita, karena Allah tidak pernah memusuhi kita.
Yang Ia musuhi hanyalah dosa yang melukai kita.
Dan kalau kita mau jujur, kasih semacam itu hanya mungkin dari Tuhan.
Amin.



Peringatan Orang Kudus
Santo Damasus, Paus dan Pengaku Iman
Sebelum Yesus kembali kepada BapaNya, Ia bersabda: "Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Mat 28:20) Betullah janji Yesus ini dialami Paus Damasus ketika ia dipilih menjadi paus pada tanggal 1 Oktober 366, menggantikan Paus Liberius (352-366). Pada masa itu bidaah Arianisme dan bidaah-bidaah lainnya berkembang pesat di mana-mana, dan berhasil mempengaruhi sejumlah besar uskup, imam dan umat Kristen. Terpilihnya Damasus sebagai pemimpin tertinggi Gereja Kristus sungguh tepat dengan situasi dan gejolak zaman saat itu. Damasus terkenal cakap dan suci. Ia anak seorang imam Spanyol di Roma. Kemungkinan besar pada waktu itu Damasus berkarya sebagai diakon di wilayah gereja ayahnya sebelum ia diangkat menjadi paus. Ia menyuruh Santo Hieronimus, sekretarisnya, untuk menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Latin. Ia dengan gigih membela primat paus dalam masalah-masalah Gerejawi. Selama pontifikatnya, katakombe-katakombe dibuka kembali dan para peziarah di sana dibesarkan hatinya.
Damasus menentang habis-habisdn tuntutan-tuntutan Ursinus, pendukung ulung Arianisme. Situasi pertikaian semakin menjadi runyam oleh kenyataan bahwa Damasus didukung oleh Feliks II - paus tandingan pada masa kepemimpinan Paus Liberius - dan Kaisar Valentianus mengasingkan Ursinus dan para pengikutnya. Usaha-usaha dari Ursinus dan pengikut-pengikutnya untuk menjelek-jelekkan ketenaran dan nama baik Damasus dibantah habis-habisan ketika suatu sinode yang diselenggarakan di Aquileia pada tahun 381 menemukan bahwa tuduhan-tuduhan kebejatan moral terhadap Paus Damasus sama sekali tidak beralasan.
Damasus menghukum doktrin-doktrin berikut: Arianisme yang menyangkal keilahian Kristus; Apollinarianisme yang menyangkal tidak hanya keilahian Kristus tetapi juga kemanusiaanNya; dan Macedonianisme, yang menyatakan bahwa Roh Kudus lebih rendah derajadNya daripada Putera. Dalam menghukum ajaran-ajaran ini, Paus Damasus bertindak dengan bijaksana sesuai dengan keputusan-keputusan yang dihasilkan oleh Konsili Konstantinopel pertama pada tahun 381. Priscillian, seorang heretik asal Spanyol yang menganut paham Manicheisme juga dihukum oleh Paus Damasus.
Dalam semua pertikaian ini, Damasus menuntut suatu pengakuan akan primat Uskup Roma dalam masalah-masalah Gerejawi. Sebagai salah satu hasilnya, beberapa sejarawan menjuluki Damasus sebagai pengasal klaim/tuntutan Paus akan supremasi di dalam Gereja. Ia secara konsekuen bertindak sebagai pemimpin Gereja sesuai apa yang dikatakannya. Kesaksian hidup itu sungguh memperkokoh posisi paus sebagai pemimpin tertinggi Gereja Kristus di dunia.
Damasus tidak tanggung-tanggung di dalam usahanya untuk mempertinggi wibawa dan memperluas pengaruh Gereja. Ia tidak ingin kalau pelayan-pelayan umat bertindak tidak sesuai dengan martabatnya. Ia tidak ingin kalau mereka tidak memperhatikan kaum miskin. Oleh karena itu, ia bekerja sama secara erat dengan Kaisar Valentinianus untuk melarang rohaniwan-rohaniwan mengorbankan para janda dan anak-anak yatim-piatu.  Damasus dianggap sebagai paus pertama yang mempekerjakan seorang delegatus apostolik di suatu wilayah yang berada di dalam kancah pertikaian. Ia menunjuk Aschollius, Uskup Tesalonika, untuk tetap memangku yurisdiksi religius Roma di Ilyricum ketika wilayah itu berada di bawah pengaruh politik Konstantinopel. Kaisar Valentinianus menerbitkan satu edikta yang menyetujui yurisdiksi Uskup Roma atas semua kasus menyangkut Gereja.
Paus Damasus, seorang ahli Ilmu Ketuhanan dan Kitab Suci, serta mahir pula dalam Kesusastraan Latin dan Kebudayaan. Dalam masa pontifikatnya, ada juga bapa-bapa Gereja yang terkenal seperti Santo Anastasius, Ambrosius, Gregorius dari Nyssa, Basilius, Hieronimus, dan Gregorius dari Nazianz. Damasus bersama Santo Hieronimus, sekretarisnya, mengusahakan suatu kanon Kitab Suci yang mendaftarkan buku-buku Kitab Suci. Kanon Kitab Suci itu diterima dalam Konsili Roma pada tahun 382. Kemungkinan kanon Kitab Suci itulah warisannya yang terbesar untuk generasi kemudian.
Sebelum kematiannya pada tahun 384, ia meminta agar jenazahnya tidak dimakamkan bersama paus-paus lain di pekuburan Santo Kallistus, tetapi bersama ibu dan saudarinya di sebuah gereja kecil di Via Ardeatina. Permintaannya itu benar-benar dihargai. Sekarang - demikian kata cerita - relikuinya disemayamkan di sebuah gereja kecil yang ia dirikan, yaitu gereja Santo Lorenzo di Damaso.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/