Liturgia Verbi 2025-11-01 Sabtu.

Liturgia Verbi (C-I)
HR Semua Orang Kudus

Sabtu, 1 November 2025

Hari Sabtu Imam.
Marilah berdoa bagi para imam, agar Bapa Di Surga memberkati segala pelayanan mereka, serta dikuatkan dalam menghadapi godaan, cobaan dan marabahaya.

Ujud Gereja Universal: Pencegahan bunuh diri.
Semoga mereka yang bergumul dengan keinginan untuk mengakhiri hidup dapat menemukan dukungan, kepedulian, dan cinta yang mereka butuhkan melalui komunitas mereka, serta terbuka pada keindahan kehidupan.

Ujud Gereja Indonesia: Mahasiswa yang menger- jakan tugas akhir.
Semoga mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas akhir merasakan bimbingan dan penyertaan Roh Kudus, serta memperoleh anugerah daya juang dan semangat dalam menyelesaikan tanggung jawabnya.



Bacaan Pertama
Why 7:2-4.9-14

"Aku melihat suatu kumpulan besar orang banyak
yang tidak terhitung jumlahnya;
mereka terdiri dari segala bangsa dan suku, kaum dan bahasa."

Pembacaan dari Kitab Wahyu:

Aku, Yohanes, melihat seorang malaikat
muncul dari tempat matahari terbit.
Ia membawa meterai Allah yang hidup.
Dengan suara nyaring ia berseru kepada keempat malaikat
yang ditugaskan untuk merusakkan bumi dan laut,
katanya,
"Janganlah merusakkan bumi atau laut atau pohon-pohon
sebelum kami memeteraikan hamba-hamba Allah kami
pada dahi mereka!"

Dan aku mendengar jumlah mereka yang dimeteraikan itu:
seratus empat puluh empat ribu
yang telah dimeteraikan dari semua suku keturunan Israel.

Kemudian dari pada itu
aku melihat suatu kumpulan besar orang banyak
yang tidak terhitung jumlahnya,
dari segala bangsa dan suku, kaum dan bahasa.
Mereka berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba,
memakai jubah putih,
dan memegang daun-daun palem di tangan mereka.
Dengan suara nyaring mereka berseru,
"Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta,
dan bagi Anak Domba!"

Dan semua malaikat berdiri
mengelilingi takhta, tua-tua dan keempat makhluk
yang ada di sekeliling takhta itu.
Mereka tersungkur di hadapan takhta itu
dan menyembah Allah sambil berkata,
"Amin! Puji-pujian dan kemuliaan,
hikmat dan syukur,
hormat, kekuasaan dan kekuatan
bagi Allah kita sampai selama-lamanya! Amin!"

Seorang dari antara tua-tua itu berkata kepadaku,
"Siapakah mereka yang memakai jubah putih itu,
dan dari manakah mereka datang?"
Maka kataku kepadanya,
"Tuanku, Tuan mengetahuinya!"
Lalu ia berkata kepadaku,
"Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan besar!
Mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih
di dalam darah Anak Domba."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 24:1-2.3-4ab.5-6,R:6

Refren: Inilah angkatan orang-orang yang mencari wajah-Mu, ya Tuhan.

*Milik Tuhanlah bumi dan segala isinya,
jagat dan semua yang diam di dalamnya.
Sebab Dialah yang mendasarkannya bumi di atas lautan,
dan menegakkannya di atas sungai-sungai.

*Siapakah yang boleh naik ke gunung Tuhan?
Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?
Orang-orang yang bersih tangannya dan murni hatinya,
yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan.

*Dialah yang akan menerima berkat dari Tuhan
dan keadilan dari Allah, penyelamatnya.
Itulah angkatan orang-orang yang mencari Tuhan,
yang mencari wajah-Mu, ya Allah Yakub.



Bacaan Kedua
1Yoh 3:1-3

"Kita akan melihat Kristus dalam keadaan-Nya yang sebenarnya."

Pembacaan dari Surat pertama Rasul Yohanes:

Saudara-saudara terkasih,
Lihatlah, betapa besar kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita,
sehingga kita disebut anak-anak Allah,
dan memang kita sungguh anak-anak Allah.
Karena itu dunia tidak mengenal kita,
sebab dunia tidak mengenal Dia.

Saudara-saudaraku yang kekasih,
sekarang kita ini sudah anak-anak Allah,
tetapi bagaimana keadaan kita kelak belumlah nyata.
Akan tetapi kita tahu bahwa,
apabila Kristus menyatakan diri-Nya,
kita akan menjadi sama seperti Dia,
sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.
Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya,
ia menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci.

Demikianlah sabda Tuhan.



Bait Pengantar Injil
Mat 11:28

Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat,
Aku akan memberi kelegaan kepadamu.



Bacaan Injil
Mat 5:1-12a

"Bersukacita dan bergembiralah,
karena besarlah ganjaranmu di surga."

Inilah Injil Suci menurut Matius:

Sekali peristiwa
ketika melihat banyak orang yang datang,
Yesus mendaki lereng sebuah bukit.
Setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya.
Lalu Yesus pun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya,
"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah,
karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga.
Berbahagialah orang yang berdukacita,
karena mereka akan dihibur.
Berbahagialah orang yang lemah lembut,
karena mereka akan memiliki bumi.
Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran,
karena mereka akan dipuaskan.
Berbahagialah orang yang murah hati,
karena mereka akan beroleh kemurahan.
Berbahagialah orang yang suci hatinya,
karena mereka akan melihat Allah.
Berbahagialah orang yang membawa damai,
karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
Berbahagialah orang yang dianiaya demi kebenaran,
karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga.
Berbahagialah kamu,
jika demi Aku kamu dicela dan dianiaya,
dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat;
bersukacita dan bergembiralah,
karena besarlah ganjaranmu di surga."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Hari ini Gereja merayakan *Hari Raya Semua Orang Kudus* — hari istimewa untuk mengenang semua orang yang telah hidup dalam kesetiaan kepada Tuhan dan kini berbahagia bersama Dia di Surga.
Mereka bukan hanya para santo dan santa yang kita kenal namanya, yang patungnya berdiri di gereja-gereja, tetapi juga semua orang sederhana yang hidup dengan kasih, dengan iman, dan dengan kesetiaan, hingga akhirnya "menyucikan jubah mereka dalam darah Anak Domba" seperti dikatakan dalam bacaan pertama [Why 7:14].

Kita sering berpikir bahwa kekudusan itu hanya milik para biarawan, martir, atau orang luar biasa. Padahal, kekudusan adalah panggilan bagi semua orang — termasuk kita yang masih hidup di dunia ini.
Dalam bacaan kedua [1Yoh 3:1-3], Santo Yohanes menulis dengan indah: "Lihatlah betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah."
Menjadi kudus berarti menyadari identitas kita sebagai anak-anak Allah, dan berusaha setiap hari untuk hidup sesuai dengan kasih Bapa itu.

Injil hari ini [Mat 5:1-12a] memberikan jalan yang jelas menuju kekudusan. Delapan sabda bahagia itu bukan sekadar nasihat moral, melainkan potret wajah orang kudus.
Berbahagialah yang miskin di hadapan Allah — artinya, yang mengandalkan Tuhan lebih daripada kekuatan dirinya sendiri.
Berbahagialah yang berdukacita — sebab mereka tahu bagaimana berbelarasa dengan penderitaan orang lain.
Berbahagialah yang lemah lembut — sebab mereka menang bukan dengan kekerasan, melainkan dengan kasih.
Itulah wajah-wajah orang kudus yang kita jumpai setiap hari: orang yang sabar, yang tetap menolong, yang tetap setia, yang tetap berbuat baik sekalipun dunia menertawakannya.

Namun hari ini juga menjadi pengingat akan mereka yang telah meninggal dunia — saudara-saudari kita seiman yang sedang menantikan kepenuhan kebahagiaan di Surga.
Gereja mengajarkan bahwa masih ada jiwa-jiwa yang perlu disucikan sebelum masuk ke Surga. Karena itu, kita berdoa bagi mereka dan mempersembahkan indulgensi, agar kasih Allah segera menyempurnakan mereka.

Kita yang masih hidup, masih punya kesempatan untuk bertobat, untuk memperbaiki diri, untuk memperdalam kasih kita kepada Tuhan dan sesama.
Sedangkan mereka yang telah meninggal, tidak lagi bisa menambah amal kasih atau memperbaiki kesalahan. Maka, kita mendoakan mereka — bukan karena kita lebih baik dari mereka, melainkan karena kita percaya pada kuasa belas kasih Allah.

Jangan sampai kita terbalik: justru kitalah yang harus mendoakan mereka yang masih berada dalam penyucian, bukan meminta doa dari mereka.
Dan ketika kita berdoa bagi mereka, jangan berpikir seperti orang Farisi yang hanya mau mendoakan yang dianggap layak saja.
Siapa di antara kita yang tahu di mana seseorang berada sekarang — di surga, di api penyucian, atau di tempat lain?
Doa kita tak akan sia-sia, sebab Allah tahu kepada siapa rahmat itu perlu diberikan.

Lebih dari itu, doa bagi arwah adalah juga doa bagi diri kita sendiri — agar kita dibebaskan dari dendam, kebencian, iri hati, dan luka lama terhadap mereka yang telah mendahului kita.
Masak iya, kita masih menyimpan benci kepada orang yang sudah meninggal dunia?
Apakah kita tega berharap seseorang tidak diselamatkan?
Yesus sendiri berkata, "Barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang… Aku akan membangkitkannya pada akhir zaman." [Yoh 6:37.40]

Maka, marilah kita berbelarasa seperti Yesus.
Doakan mereka yang pernah melukai kita, sebab mereka juga orang beriman yang sedang menantikan belas kasih Allah.
Dan marilah kita pun menyiapkan hati agar suatu hari nanti, ketika giliran kita tiba, kita pun diperkenankan masuk dalam persekutuan para kudus — bersama semua orang yang telah setia sampai akhir.

Kekudusan bukanlah hadiah untuk segelintir orang, tetapi perjalanan untuk semua yang mau membuka diri terhadap kasih Allah.
Kita menjadi kudus bukan karena sempurna, melainkan karena setiap hari kita mau dibentuk dan disucikan oleh Tuhan.
Dan di situlah letak kebahagiaan sejati — sebagaimana Sabda Bahagia menutup Injil hari ini:
"Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di surga." [Mat 5:12]
Amin.



Peringatan Orang Kudus
Hari Raya Semua Orang Kudus
Hari raya ini mula-mula dirayakan di lingkungan Gereja Timur untuk menghormati semua saksi iman yang mati bagi Kristus dalam usahanya merambatkan iman Kristen. Di lingkungan Gereja Barat, khususnya di Roma, pesta ini bermula pada tahun 609 ketika Paus Bonifasius IV merombak Pantheon, yaitu tempat ibadat kafir untuk dewa-dewi Romawi, menjadi sebuah gereja. Gereja ini dipersembahkan kepada Santa Maria bersama para Rasul.
Dahulu di Roma hari raya ini biasanya dirayakan pada hari minggu sesudah Pentekosta.   Lama kelamaan pesta ini menjadi populer untuk menghormati para Kudus, baik mereka yang sudah diakui resmi oleh Gereja maupun mereka yang belum dan yang tidak diketahui. 
Pesta hari ini dirayakan untuk menghormati segenap anggota Gereja, yang oleh jemaat-jemaat perdana disebut "Persekutuan para Kudus", yakni persekutuan semua orang yang telah mempercayakan dirinya kepada Yesus Kristus dan disucikan oleh Darah Anak Domba Allah. Secara khusus pada hari raya ini kita memperingati rombongan besar orang yang berdiri di hadapan takhta Allah, karena mereka telah memelihara imannya dengan baik sampai pada akhir pertandingan di dunia ini, sehingga memperoleh ganjaran yang besar di surga. 
Di antara mereka yang berbahagia itu teristimewa tampil para Santo-santa, Beato-beata sebagai perintis jalan dan penuntun bagi kita. Para kudus yang berbahagia di surga itu bersama Santa Perawan Maria, Bunda Gereja, mendoakan kita agar tekun dalam perjuangan dan tabah dalam penderitaan. Bersama mereka kita nantikan kebangkitan badan. Dan bila Kristus menyatakan diri dalam kemuliaan, kita akan menjadi serupa dengan Dia. Pada saat itulah terjalin kesatuan kita yang sempurna dengan Kristus dan dengan semua saudara kita. Para kudus itu berbahagia karena mereka telah mengikuti Kristus. 
Kebahagiaan dan kemuliaan mereka tak bisa kita lukiskan dengan kata-kata manusiawi.
Sehubungan dengan itu Santo Paulus berkata: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia; semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." (1Kor 2:9)
Ganjaran yang diterimanya dari Kristus adalah turut serta di dalam Perjamuan Perkawinan Anak Domba Allah. Air mata mereka telah dihapus sendiri oleh Yesus. Tentang itu Yohanes menulis: "Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan perkawinan Anak Domba." (Why 19:9) "Dan Dia akan menghapus segala air mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau berdukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu."
Oleh sebab itu "Kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita meninggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan kepada kita.   Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah." (Hibr 12:1-2).



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-10-31 Jumat.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXX

Jumat, 31 Oktober 2025



Bacaan Pertama
Rom 9:1-5

"Aku rela terkutuk demi saudara-saudaraku."

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma:

Saudara-saudara,
demi Kristus aku mengatakan kebenaran, aku tidak berdusta.
Suara hatiku turut bersaksi dalam Roh Kudus,
bahwa aku sangat berdukacita dan selalu bersedih hati.
Bahkan aku rela terkutuk dan terpisah dari Kristus
demi saudara-saudaraku,
kaum sebangsaku menurut daging.
Sebab mereka itu adalah orang Israel.
Mereka telah diangkat menjadi anak,
telah menerima kemuliaan dan perjanjian-perjanjian,
hukum Taurat, ibadat, dan janji-janji.
Mereka itu keturunan bapa-bapa leluhur,
yang menurunkan Mesias sebagai manusia,
yang mengatasi segala sesuatu.
Dialah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 147:12-13.14-15.19-20,R:12a

Refren: Megahkanlah Tuhan, hai Yerusalem.

*Megahkanlah Tuhan, hai Yerusalem,
pujilah Allahmu, hai Sion!
Sebab Ia meneguhkan palang pintu gerbangmu,
dan memberkati anak-anak yang ada padamu.

*Ia memberikan kesejahteraan kepada daerahmu
dan mengenyangkan engkau dengan gandum yang terbaik.
Ia menyampaikan perintah-Nya ke bumi;
dengan segera firman-Nya berlari.

*Ia memberitakan firman-Nya kepada Yakub,
ketetapan dan hukum-hukum-Nya kepada Israel.
Ia tidak berbuat demikian kepada segala bangsa,
dan hukum-hukum-Nya tidak mereka kenal.



Bait Pengantar Injil
Yoh 10:27

Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku, sabda Tuhan;
Aku mengenal mereka, dan mereka mengikuti Aku.



Bacaan Injil
Luk 14:1-6

"Siapakah yang anak atau lembunya terperosok ke dalam sumur,
tidak segera menariknya ke luar meski pada hari Sabat?"

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Pada suatu hari Sabat
Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin orang-orang Farisi
untuk makan di situ.
Semua orang yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama.
Tiba-tiba datanglah seorang yang sakit busung air
dan berdiri di hadapan Yesus.

Lalu Yesus bertanya kepada para ahli Taurat dan orang-orang Farisi,
"Bolehkah menyembuhkan orang pada hari Sabat atau tidak?"
Tetapi mereka semua diam saja.
Lalu Yesus memegang tangan si sakit itu dan menyembuhkannya,
serta menyuruhnya pergi.

Kemudian Ia berkata kepada mereka,
"Siapakah di antara kalian
yang anak atau lembunya terperosok ke dalam sumur,
tidak segera menarik ke luar,
meskipun pada hari Sabat?"
Mereka tidak sanggup membantah-Nya.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Bacaan Injil hari ini menceritakan bagaimana Yesus diundang makan oleh seorang pemimpin Farisi pada hari Sabat. Di situ ada seorang yang sakit busung air, dan Yesus tahu bahwa para ahli Taurat dan orang Farisi sedang memperhatikan apakah Ia akan menyembuhkan orang itu pada hari Sabat. Maka Yesus bertanya kepada mereka, "Apakah diperbolehkan menyembuhkan orang pada hari Sabat atau tidak?" Tetapi mereka diam saja. Lalu Yesus menyembuhkan orang itu dan membiarkannya pergi. Setelah itu Ia berkata, "Siapa di antara kamu yang tidak segera menarik ke luar anaknya atau lembunya yang jatuh ke dalam sumur pada hari Sabat?" Mereka pun tidak sanggup membantah.

Berulang kali Yesus dan para murid-Nya diprotes karena dianggap melanggar ketentuan Sabat—baik ketika memetik gandum, menyembuhkan orang sakit, maupun mengusir roh jahat.
Apakah Yesus menolak atau tidak mengakui hari Sabat? Tentu tidak.
Yesus justru menghormati Sabat sebagaimana tertulis dalam Hukum Taurat. Ia sendiri pernah menegaskan bahwa tidak satu pun dari Hukum Taurat akan dihapus, bahkan yang paling kecil sekali pun.

Namun Yesus menolak bentuk formalitas dan aturan tambahan yang justru mengaburkan maksud asli dari hukum itu sendiri. Hari Sabat, yang semula ditetapkan sebagai hari untuk beristirahat dan memuliakan Allah, berubah menjadi beban hukum yang kaku dan menekan. Maka Yesus menegaskan: *"Hari Sabat diadakan untuk manusia, bukan manusia untuk hari Sabat."* [Mrk 2:27]

Hari Sabat diadakan agar manusia memiliki waktu khusus untuk berhenti dari kesibukan, mengingat kembali siapa sumber hidupnya, dan memulihkan relasinya dengan Tuhan serta sesama. Bukan sebaliknya—bukan untuk mengikat manusia dengan larangan-larangan yang justru menjauhkan mereka dari belas kasih.

Dalam konteks ini, Bacaan Pertama dari [Rom 9:1-5] memperlihatkan hati Paulus yang penuh kasih terhadap bangsanya sendiri, bangsa Israel. Ia mengungkapkan kesedihan yang mendalam karena banyak dari mereka yang justru tidak mengenal Kristus, padahal kepada merekalah janji dan hukum itu telah diberikan. Ini sejalan dengan semangat Yesus: hukum dan peraturan hanyalah sarana untuk membawa manusia pada kasih Allah, bukan tujuan itu sendiri.

Kita pun sering terjebak dalam hal yang sama. Banyak orang lebih sibuk menjaga aturan, prosedur, atau penampilan lahiriah agama, tetapi lupa pada inti dari semua itu: kasih dan belas kasih. Kadang kita lebih takut melanggar tata tertib daripada mengabaikan penderitaan orang lain.
Padahal Tuhan menilai hati, bukan sekadar ketaatan luar.

Hari ini kita diingatkan: ibadah yang sejati bukan hanya soal hadir di gereja atau tidak bekerja di hari tertentu, tetapi tentang bagaimana kita menyalurkan kasih Allah kepada sesama—terutama yang sedang menderita.
Menolong orang yang membutuhkan tidak mengenal hari.
Karena belas kasih Tuhan tidak pernah libur, bahkan pada hari Sabat sekalipun.
Amin.



Peringatan Orang Kudus
Santo Bruder Alfonsus Rodriguez, Pengaku Iman
Alfonsus lahir di Segovia, Spanyol pada tahun 1531. Ayahnya, Rodriguez adalah seorang pedagang kain wol yang tergolong kaya raya di negeri itu. Sementara belajar di Universitas Alkala, ayahnya terkasih meninggal dunia sehingga ibunya terpaksa memanggilnya pulang untuk melanjutkan usaha dagang ayahnya.
Selang beberapa tahun ia menikah dan dikaruniai dua orang anak. Meskipun demikian, Tuhan yang menyelenggarakan hidup manusia, rupanya menginginkan sesuatu yang lain dari Alfonsus. Usaha dagangnya yang pada tahun-tahun awal berjalan begitu lancar tanpa masalah serius, lama-kelamaan berangsur-angsur merosot dan bangkrut. Isterinya terkasih tak terduga jatuh sakit keras lalu meninggal dunia. Lebih dari itu, kedua anaknya pun kemudian menyusul kepergian ibunya. Tinggallah Alfonsus seorang diri dalam bimbingan Tuhan secara rahasia. Tampaknya semua peristiwa ini sangat tragis dan menyayat hati. Tetapi Alfonsus yang sejak masa mudanya beriman teguh menerima segalanya dengan pasrah. Ia yakin bahwa Tuhan itu mahabaik dan penyelenggaraanNya terhadap hidup manusia tidak pernah mengecewakan manusia. Ia yakin bahwa Tuhan selalu memilih yang terbaik untuk manusia.
Lalu Tuhan menggerakkan hati Alfonsus untuk memasuki cara hidup bakti dalam suatu tarekat religius. Pada umur 40 tahun ia memutuskan untuk meninggalkan kehidupan duniawi dan mengajukan permohonan menjadi seorang bruder dalam Serikat Yesus di Valencia, Spanyol. Setelah dipertimbangkan agak lama, akhirnya ia diterima dan ditempatkan di Kolese Montesion di Palma de Majorca. Di sinilah ia menekuni sisa-sisa hidupnya dengan melaksanakan tugas-tugas yang diserahkan kepadanya. Tugasnya sangat remeh dan sepele: membukakan pintu bagi tamu, memberitahu penghuni bila kedatangan tamu dan mengerjakan hal-hal kecil sembari menjaga pintu.
Tuhan yang mengenal baik Alfonsus mengaruniakan kepadanya karunia-karunia istimewa, antara lain ketekunan berdoa dan pengetahuan adikodrati. Karunia-karunia ini membuatnya dikenal banyak orang sebagai seorang yang diterangi Allah. Banyak orang datang kepadanya untuk minta nasehat, antara lain Santo Petrus Klaver sewaktu masih belajar. Oleh bimbingan Alfonsus, Petrus Klaver akhirnya tertarik untuk membaktikan dirinya bagi kepentingan jiwa orang-orang Negro yang menjadi budak belian di Amerika Selatan.
Cita-citanya ialah melupakan dirinya. Konon, pada suatu upacara besar semua kursi biara termasuk yang dipakai oleh para biarawan di kamarnya, diangkat ke dalam gereja. Sehabis upacara itu, kursi bruder Alfonsus tidak dikembalikan ke kamarnya. Bruder yang rendah hati itu tidak memintanya juga. Ia membiarkan kamarnya tanpa kursi selama setahun. Pada tahun berikutnya ketika akan diadakan lagi upacara besar di gereja, barulah diketahui bahwa bruder Alfonsus tidak mempunyai kursi sudah selama satu tahun. Pemimpin biara itu tertegun memandang bruder Alfonsus yang rendah hati itu. Ia tidak memberontak karena ia menganggap dirinya seorang pengemis malang yang tidak segan menerima hal-hal yang paling sederhana.
Pengalaman-pengalaman rohaninya dituangkan dalam sebuah tulisan yang menarik atas permintaan atasannya. Setelah menikmati jalan yang ditunjukkan Tuhan padanya, ia menghembuskan nafasnya di Palma de Majorca pada tahun 1617.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-10-30 Kamis.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXX

Kamis, 30 Oktober 2025



Bacaan Pertama
Rom 8:31b-39

"Tiada makhluk mana pun yang dapat memisahkan kita
dari cinta kasih Allah yang ada dalam Kristus Yesus."

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma:

Saudara-saudara,
Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?
Allah bahkan tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri,
tetapi menyerahkan-Nya demi kita sekalian.
Bagaimana mungkin Dia tidak menganugerahkan segalanya
bersama Anak-Nya itu kepada kita?
Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah?
Allah, yang membenarkan mereka!
Siapakah yang akan menghukum mereka?
Kristus Yesus yang telah wafat?
Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit?
yang juga duduk di sisi kanan Allah?
yang malahan menjadi Pembela kita?

Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus?
Penindasan atau kesesakan?
Penganiayaan? Kelaparan? Ketelanjangan?
Bahaya? Atau pedang?
Seperti ada tertulis,
'Karena Engkaulah kami berada dalam bahaya maut sepanjang hari
dan dianggap sebagai domba sembelihan.'
Tetapi dalam segalanya itu
kita akan menang oleh Dia yang mengasihi kita.

Sebab aku yakin,
baik maut maupun hidup,
malaikat-malaikat maupun pemerintah-pemerintah,
baik yang ada sekarang maupun yang akan datang,
atau kuasa-kuasa baik yang di atas maupun yang di bawah,
ataupun suatu makhluk lain mana pun,
takkan dapat memisahkan kita dari kasih Allah
yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 109:21-22.26-27.30-31,R:26b

Refren: Selamatkanlah aku sesuai dengan kasih setia-Mu, ya Tuhan.

*Engkau, ya Allah, Tuhanku,
bertindaklah kepadaku demi kebesaran nama-Mu,
lepaskanlah aku karena kasih setia-Mu yang murah!
Sebab sengsara dan miskinlah aku,
dan hatiku terluka dalam diriku.

*Tolonglah aku, ya Tuhan, Allahku,
selamatkanlah aku sesuai dengan kasih setia-Mu,
supaya mereka tahu, bahwa tangan-Mulah ini,
bahwa Engkaulah, ya Tuhan, yang telah melakukannya.

*Aku hendak bersyukur nyaring kepada Tuhan dengan mulutku,
aku hendak memuji-muji Dia di tengah-tengah orang banyak.
Sebab Ia berdiri di sebelah kanan orang miskin
untuk menyelamatkan dia dari orang-orang yang menghukumnya.



Bait Pengantar Injil
Luk 13:35; Mrk 11:10

Teberkatilah yang datang atas nama Tuhan.
Terpujilah Engkau di Surga.



Bacaan Injil
Luk 13:31-35

"Tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh di luar Yerusalem."

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Pada waktu itu datanglah beberapa orang Farisi
dan berkata kepada Yesus,
"Pergilah, tinggalkanlah tempat ini,
karena Herodes hendak membunuh Engkau."

Jawab Yesus kepada mereka,
"Pergilah, dan katakanlah kepada si serigala itu,
'Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang
pada hari ini dan esok,
dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai.
Tetapi hari ini dan esok dan lusa
Aku harus meneruskan perjalanan-Ku,
sebab tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh kalau tidak di Yerusalem.'

Yerusalem, Yerusalem, engkau membunuh nabi-nabi
dan merajam orang-orang yang diutus kepadamu!
Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu,
sama seperti  induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayap,
tetapi  kalian tidak mau.

Sungguh, rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi!
Tetapi Aku berkata kepadamu,
kalian tidak akan melihat Aku lagi hingga pada saat kamu berkata,
'Teberkatilah Dia yang datang atas nama Tuhan'."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Renungan hari ini diambil dari renungan "The Power of Word" yang dibawakan oleh Ibu Erna Kusuma:

"Kasih yang Tak Pernah Menyerah"
[Luk 13:31-35]

Doa Pembuka:
Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus, Amin.
Allah Bapa yang penuh kasih,
terima kasih atas cinta-Mu yang tak pernah menyerah kepada kami, meski sering kali kami berpaling dari-Mu.
Bukalah hati kami agar semakin peka terhadap kasih-Mu yang lembut dan sabar, yang selalu menantikan kami kembali di bawah naungan sayap-Mu.
Dengan perantaraan Kristus, Tuhan kami.

Amin.

Renungan:
Bapak-Ibu dan Saudara-saudara yang terkasih dalam Yesus Kristus,
Dalam Bacaan Injil hari ini, Yesus diberitahu bahwa Raja Herodes ingin membunuh-Nya.
Namun Yesus tidak mundur, tidak takut, dan tidak berhenti melayani.
Ia tahu bahwa jalan menuju Yerusalem adalah jalan penderitaan, bahkan menuju kematian.
Tetapi Ia tetap melangkah, karena kasih-Nya kepada manusia jauh lebih besar daripada rasa takut akan maut.

Yerusalem disebut sebagai kota yang membunuh para nabi, kota yang menolak utusan-utusan Allah.
Namun Yesus tidak membalas dengan amarah atau kutukan.
Ia justru menanggapi dengan kerinduan dan kasih yang dalam:
"Berapa kali Aku ingin mengumpulkan anak-anakmu, seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau." [Luk 13:34]
Ungkapan ini sungguh luar biasa.
Yesus tidak menampilkan diri sebagai raja yang berkuasa, tetapi sebagai seorang ibu yang penuh kasih, ibu yang hatinya remuk melihat anak-anaknya menjauh.
Kasih seperti ini adalah kasih yang tidak menyerah, kasih yang tetap ada bahkan ketika tidak diterima, kasih yang terus memberi walau tak dibalas.

Sebagai seorang ibu, saya sungguh bisa memahami kata-kata Yesus ini.
Ketika seorang anak menolak nasihat, ketika pintu hati mereka tertutup, kasih seorang ibu tidak berhenti.
Ia tetap menunggu, tetap berdoa, dan tetap berharap.
Kasih seorang ibu tidak diukur dari seberapa besar anaknya membalas kasih itu, melainkan dari ketulusan untuk terus mencintai apa pun yang terjadi.

Begitulah Yesus mencintai kita semua.
Kasih-Nya tidak berhenti ketika kita berdosa.
Ia tidak menyerah ketika kita menjauh dari-Nya.
Ia tetap memanggil kita, menunggu kita dengan sabar, seperti seorang ibu yang menanti anaknya pulang.

Kasih sejati memang tidak selalu disambut dengan baik.
Kadang kasih justru diuji saat ditolak.
Tetapi Yesus menunjukkan bahwa kasih sejati bukan soal timbal balik, melainkan keteguhan untuk tetap mencintai walau disakiti, tetap memberi walau tidak dihargai.
Kasih yang seperti ini adalah kasih yang menyelamatkan dunia, kasih yang rela menanggung penderitaan demi yang dikasihi.
Kasih yang lembut tapi kuat, sabar tapi tegas, dan tidak pernah menyerah sekalipun luka dan air mata menjadi bagian dari perjalanan itu.

Maka hari ini, mari kita merenung:
Apakah kasih kita masih bertahan ketika menghadapi penolakan?
Apakah kita tetap mengasihi mereka yang menyakiti hati kita?
Kalau Tuhan sendiri tidak pernah menyerah mencintai kita, pantaskah kita mudah menyerah mencintai sesama?
Jawaban kita adalah cermin dari iman kita.
Amin.

Doa Penutup:
Allah Bapa yang penuh kasih,
ajarilah kami untuk memiliki hati seperti Yesus,
hati yang kuat namun lembut, yang tidak pernah menyerah dalam mengasihi.
Teguhkanlah kasih kami agar mampu memaafkan, melindungi,
dan memberi harapan kepada siapa pun yang Kautemui melalui hidup kami.
Seperti kasih seorang ibu yang tak berhenti berharap bagi anak-anaknya,
jadikanlah kami cermin kasih-Mu di tengah keluarga, di lingkungan, dan di mana pun kami berada.
Dengan perantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus, Amin.



Peringatan Orang Kudus
Santo Marcellus, Martir
Perwira Romawi yang bertugas di Tanger, Afrika ini konon menjadi Kristen dan dipermandikan langsung oleh Santo Petrus Rasul. Ia menolak mengikuti upacara korban untuk memuja kaisar dan dewa-dewa Romawi. Dengan tegas ia berkata: "Aku hanya mengabdi kepada Raja Abadi, Tuhanku Yesus Kristus". Akibatnya ia langsung ditangkap dan dihukum mati pada tahun 298.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-10-29 Rabu.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXX

Rabu, 29 Oktober 2025



Bacaan Pertama
Rom 8:26-30

"Bagi mereka yang mengasihi Tuhan segala sesuatu mendatangkan kebaikan."

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma:

Saudara-saudara,
Roh membantu kita dalam kelemahan kita.
Sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa.
Tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah
dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.
Dan Allah yang menyelami hati nurani,
mengetahui maksud Roh itu,
yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah,
berdoa untuk orang-orang kudus.

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu
untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia,
yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
Sebab semua orang yang dipilih Allah sejak semula,
mereka itu juga ditentukan sejak semula
untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya,
supaya Anak-Nya itu menjadi yang sulung di antara banyak saudara.
Dan mereka yang ditentukan Allah dari semula,
mereka itu juga dipanggil-Nya.
Dan yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya.
Dan yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 13:4-5.6,R:6a

Refren: Aku percaya akan kasih setia-Mu, ya Tuhan.

*Pandanglah kiranya, jawablah aku, ya Tuhan, Allahku!
Buatlah mataku bercahaya, supaya jangan aku tertidur dan mati,
supaya musuhku jangan berkata, "Aku telah mengalahkan dia,"
dan lawan-lawanku bersorak-sorak, apabila aku goyah.

*Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku percaya,
hatiku bersorak-sorak karena penyelamatan-Mu.
Aku mau menyanyi untuk Tuhan,
karena Ia telah berbuat baik kepadaku.



Bait Pengantar Injil
2Tes 2:14

Allah telah memanggil kita
untuk memperoleh kemuliaan Tuhan kita Yesus Kristus.



Bacaan Injil
Luk 13:22-30

"Mereka datang dari timur dan barat,
dan akan duduk makan di dalam kerajaan Allah."

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem
Yesus berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa
sambil mengajar.
Maka bertanyalah orang kepada-Nya,
"Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?"

Jawab Yesus kepada orang-orang di situ,
"Berusahalah masuk melalui pintu yang sempit itu!
Sebab Aku berkata kepadamu,
'banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat.
Jika tuan rumah telah bangkit dan menutup pintu,
kalian akan berdiri di luar
dan mengetok-ngetok pintu sambil berkata,
'Tuan, bukakan pintu bagi kami.'
Tetapi dia akan berkata,
'Aku tidak tahu dari mana kalian datang.'
Maka kalian akan berkata,
'Kami telah makan dan minum di hadapan-Mu,
dan Engkau telah mengajar di jalan-jalan kota kami.'

Tetapi ia akan berkata,
'Aku tidak tahu dari mana kalian datang.
Enyahlah dari hadapan-Ku,
hai kalian semua yang melakukan kejahatan!'
Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi,
apabila kalian melihat
Abraham dan Ishak dan Yakub dan semua nabi
ada di dalam Kerajaan Allah,
tetapi kalian sendiri dicampakkan ke luar.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat, dari Utara dan Selatan,
dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah.
Ingatlah, ada orang terakhir yang akan menjadi terdahulu,
dan ada orang terdahulu yang akan menjadi yang terakhir."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Setelah mendengarkan pengajaran dari Yesus, banyak orang mulai menyadari bahwa cara hidup mereka selama ini ternyata keliru. Mereka merasa lebih sering melanggar daripada menaati perintah Allah. Maka muncullah pertanyaan yang sangat manusiawi: "Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?"

Yesus menjawab dengan tegas, "Berusahalah masuk melalui pintu yang sempit itu!"
Pintu yang sempit ini menggambarkan jalan menuju keselamatan yang memerlukan perjuangan, kesetiaan, dan pengorbanan. Banyak orang gagal melewatinya, bahkan lebih banyak lagi yang tidak berusaha mencarinya. Ada yang sibuk dengan urusan duniawi, ada pula yang tidak menyadari bahwa pintu itu memang ada — pintu menuju Kerajaan Allah.

Apakah ini berarti hanya sedikit yang akan masuk surga dan sebagian besar lainnya binasa? Tidak demikian. Allah menghendaki agar semua orang diselamatkan. Namun, Allah juga memberi manusia kebebasan untuk memilih: apakah mau menempuh jalan sempit yang menuju kehidupan, atau jalan lebar yang menuju kebinasaan.

Bacaan dari surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma meneguhkan hal ini: "Kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." [Rom 8:28]
Artinya, Allah tidak pernah berhenti menolong kita agar mampu melewati pintu sempit itu. Bahkan ketika kita tidak tahu bagaimana harus berdoa, Roh Kudus sendiri berdoa untuk kita dengan keluhan yang tak terucapkan [Rom 8:26].

Yesus menegaskan, "Orang akan datang dari Timur dan Barat, dari Utara dan Selatan, dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah."
Artinya, keselamatan terbuka bagi semua orang — siapa pun yang mau berjuang dan setia pada kehendak Allah. Tidak ditentukan oleh asal, status, atau latar belakang.

Akhirnya Yesus menutup dengan peringatan yang menggugah: "Sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang terdahulu dan ada orang yang terdahulu yang akan menjadi orang yang terakhir."
Inilah paradoks kasih Allah yang penuh rahmat. Seperti Rasul Paulus yang dulu bernama Saulus — penganiaya umat Allah — tetapi kemudian menjadi pewarta terbesar Kerajaan Allah.

Maka, tidak ada kata terlambat untuk bertobat dan berjalan menuju pintu sempit itu. Asalkan kita mau dibentuk oleh Allah dan tetap mengandalkan kuasa-Nya, bukan kekuatan kita sendiri.



Peringatan Orang Kudus
Tidak ada peringatan Orang Kudus.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-10-28 Selasa.

Liturgia Verbi (C-I)
Pesta S. Simon dan Yudas, Rasul

Selasa, 28 Oktober 2025



Bacaan Pertama
Ef 2:19-22

"Kamu dibangun di atas dasar para rasul."

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Efesus:

Saudara-saudara,
kamu bukan lagi orang asing dan pendatang,
melainkan sewarga dengan orang kudus
dan anggota keluarga Allah.
Kamu dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi,
dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.
Di atas Dia tumbuhlah seluruh bangunan,
yang rapi tersusun,
menjadi bait Allah yang kudus dalam Tuhan.
Di atas Dia pula kamu turut dibangun
menjadi tempat kediaman Allah dalam Roh.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 19:2-3.4-5,R:5a

Refren: Di seluruh dunia bergemalah suara mereka.

*Langit menceritakan kemuliaan Allah,
dan Cakrawala memberitakan karya tangan-Nya;
hari yang satu mengisahkannya kepada hari yang lain,
dan malam yang satu menyampaikan pengetahuannya
kepada malam berikut.

*Meskipun tidak berbicara,
dan tidak memperdengarkan suara,
namun di seluruh bumi bergaunglah gemanya,
dan amanat mereka sampai ke ujung bumi.



Bait Pengantar Injil


Allah, Tuhan kami, Engkau kami puji dan kami muliakan.
Kepada-Mu paduan para rasul bersyukur, ya Tuhan.



Bacaan Injil
Luk 6:12-19

"Yesus memilih dari antara murid-murid-Nya
dua belas orang yang disebut-Nya rasul."

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Sekali peristiwa,
Yesus mendaki sebuah bukit untuk berdoa.
Semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah.
Keesokan harinya, ketika hari siang,
Ia memanggil murid-murid-Nya,
lalu memilih dari antara mereka
dua belas orang yang disebut-Nya rasul.
Mereka itu ialah:
Simon yang juga diberi-Nya nama Petrus,
Andreas saudara Simon,
Yakobus dan Yohanes,
Filipus dan Bartolomeus,
Matius dan Tomas,
Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot,
Yudas anak Yakobus,
dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat.

Lalu Yesus turun bersama mereka
dan berhenti pada suatu tempat yang datar.
Di situ berkumpul sejumlah besar dari murid-murid-Nya,
dan banyak orang lain
yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem,
dari daerah pantai Tirus dan Sidon.
Mereka datang untuk mendengarkan Dia
dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka;
juga mereka yang dirasuk oleh roh-roh jahat beroleh kesembuhan.
Dan orang banyak itu berusaha menjamah Dia,
karena dari pada-Nya keluar suatu kuasa,
dan semua orang itu disembuhkan-Nya.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Renungan hari ini saya ambilkan dari renungan Daily Fresh Juice:

Para Pendengar dan Pewarta Daily Fresh Juice,
Setiap kali kita hendak mengambil keputusan penting,
pasti kita ingin hasilnya baik dan tepat.
Tapi sering kali justru di saat-saat itu kita diliputi kebimbangan,
rasa takut salah, atau tekanan dari sekitar.
Dalam situasi seperti itu, kita diajak meneladani apa yang dilakukan oleh Yesus
sebagaimana yang ditulis dalam Injil hari ini.

Sebelum memilih kedua belas rasul-Nya, sebelum mengambil keputusan yang sangat penting bagi kelanjutan karya keselamatan,
Yesus naik ke bukit dan berdoa semalam-malaman.
Ia tidak meminta masukan dari para murid, tidak meminta pendapat orang banyak.
Ia mengasingkan diri, mencari keheningan,
dan berbicara langsung dengan Bapa di surga.
Tindakan Yesus ini memberi pesan mendalam bagi kita:
bahwa setiap keputusan besar harus dimulai dengan doa.

Yesus menunjukkan bahwa doa bukan pelengkap,
tetapi fondasi dalam proses pengambilan keputusan.
Ia tidak hanya mengandalkan kebijaksanaan manusiawi,
tetapi mencari kesesuaian dengan kehendak Bapa.
Karena itu, ketika keesokan harinya Ia memanggil para murid
dan memilih dua belas rasul,
keputusan itu lahir dari hati yang selaras dengan kehendak Allah.

Kalau kita perhatikan, Yesus tidak memilih orang-orang terkemuka,
tidak juga tokoh agama atau orang berpengaruh pada zamannya.
Ia justru memilih orang-orang sederhana — nelayan, pemungut cukai, dan pribadi-pribadi biasa yang mau belajar dan mau berubah.
Ini menunjukkan bahwa dalam setiap keputusan,
yang dilihat Tuhan bukan kemampuan lahiriah,
melainkan kesiapan hati untuk melayani.

Para Pendengar dan Pewarta yang dikasihi Tuhan,
Mari kita cermati kehidupan kita sendiri.
Berapa kali kita mengambil keputusan penting
tanpa terlebih dahulu berdoa dengan sungguh-sungguh?
Kadang kita hanya mengandalkan pengalaman, logika, atau perasaan.
Kadang kita tergesa-gesa karena situasi mendesak,
baru berdoa setelah semuanya terlanjur terjadi.
Padahal Yesus mengajarkan,
justru doa harus menjadi langkah pertama, bukan langkah terakhir.

Ketika kita berdoa,
bukan berarti Tuhan langsung memberi jawaban seperti mesin otomatis.
Doa adalah proses menyelaraskan kehendak kita dengan kehendak Tuhan.
Melalui doa, hati kita dijernihkan, pikiran kita dituntun,
dan kita diajak melihat sesuatu
bukan hanya dari sisi manusiawi, tapi dari kacamata Allah.
Dan sering kali, setelah berdoa, kita menemukan kekuatan baru:
keberanian untuk mengambil keputusan yang mungkin saja berat, tapi benar.

Selain itu, kita juga mesti sadar,
apakah memang merupakan kewenangan kita untuk mengambil keputusan itu?
Kalau pun iya, apakah kita sudah memperhatikan dengan seksama apakah keputusan yang kita ambil sudah selaras dengan kehendak Allah Bapa kita.
Yesus tahu bahwa Ia mesti mengambil keputusan sesuai dengan kehendak Bapa-Nya.
Kewenangan-Nya berasal dari Bapa, dan karena itu Ia berdoa semalam-malaman
agar keputusan yang Ia ambil benar-benar selaras dengan kehendak Bapa-Nya.

Apa pun keputusan yang kita ambil, selalu ada konsekuensinya.
Tidak ada keputusan yang bisa menyenangkan semua pihak.
Kita mesti siap dengan konsekuensi dari keputusan itu.
Ada kalanya keputusan yang diambil membuat orang lain tidak senang.
Yesus pun menghadapi reaksi seperti itu.
Bisa saja ada murid lain yang merasa lebih layak dipilih,
ada yang iri atau tidak setuju.
Namun, Yesus tidak mencari keputusan yang menyenangkan semua pihak,
melainkan keputusan yang benar di hadapan Bapa.
Begitu juga kita:
keputusan terbaik bukanlah yang membuat semua orang senang,
tapi yang sesuai dengan kebenaran dan kehendak Tuhan.

Dalam dunia sekarang, kita sering dihadapkan pada tekanan
untuk cepat memutuskan sesuatu, apalagi di dunia kerja dan pelayanan.
Kadang orang berkata, "Ah, nggak usah terlalu dipikirin, jalanin dulu aja."
Atau sebaliknya, terlalu banyak pertimbangan sampai tak pernah berani memutuskan.

Yesus mengajarkan keseimbangan: berpikir matang, mempersiapkan diri,
tetapi tetap memberi ruang bagi Tuhan untuk menuntun langkah kita.
Kalau Yesus saja, yang adalah Anak Allah, berdoa semalam-malaman
sebelum mengambil keputusan,
apalagi kita manusia biasa yang sering keliru menilai sesuatu.

Kita pun perlu "naik ke bukit doa", entah dalam arti harfiah atau simbolik.
Bukit doa itu bisa berarti saat kita mengambil waktu hening di tengah kesibukan, menutup layar handphone, dan membuka hati untuk berbicara dengan Tuhan.
Tidak harus semalam suntuk,
tapi dengan hati yang sungguh mencari bimbingan Ilahi.

Banyak orang sukses yang kemudian berkata seperti ini:
"Saya tidak selalu tahu keputusan saya benar atau salah,
tapi ketika saya ambil keputusan itu dalam doa, saya tidak pernah menyesal."
Doa tidak menjamin hidup kita tanpa salah,
tapi menjamin kita tidak berjalan sendirian, karena Tuhan hadir di setiap langkah orang yang mengundang-Nya dalam setiap keputusan.

Para Pendengar dan Pewarta Daily Fresh Juice,
Hari ini Yesus mengajarkan kepada kita
bahwa doa dan ketaatan adalah kunci dari setiap keputusan yang benar.
Marilah kita meneladani-Nya, berdoa sebelum bertindak,
memohon hikmat sebelum memutuskan,
dan tetap rendah hati menerima konsekuensi dari keputusan yang kita ambil.

Sebelum mengambil keputusan apa pun, besar maupun kecil,
mari kita bawa terlebih dahulu ke hadapan Tuhan dalam doa.
Karena keputusan yang dimulai dengan doa akan selalu diakhiri dengan damai.

Semoga setiap keputusan penting dalam hidup kita menjadi sarana Tuhan berkarya melalui diri kita.
Dan semoga hati kita selalu peka mendengar suara-Nya,
agar setiap langkah kita tidak didorong oleh keinginan pribadi,
tetapi oleh kehendak Allah sendiri.
Amin.



Peringatan Orang Kudus
Santo Simon dan Yudas, Rasul
Pesta kedua rasul ini dirayakan bersama hari ini, (mungkin) karena nama keduanya selalu disebutkan serentak berurutan dalam Injil-injil Sinoptik (Mat 13:55; Mrk 3:18 dan 14:3; Luk 6:16) dan karena keduanya sama-sama mengalami nasib sebagai martir di negeri Persia (sekarang: Iran).
Simon, selain dikenal sebagai saudara sepupu Yesus, juga dikenal sebagai saudara rasul Yakobus Muda dan Yudas (Lih. Mat. 13:55). Ia dijuluki 'Si Zelot', yang berarti 'yang rajin', 'yang meluap semangatnya' dalam mempelajari dan menaati Hukum Taurat Yahudi. Gelaran ini diberikan juga barangkali karena ia termasuk salah seorang penganut aliran Zelot (lih. Mrk 3:18 dst), yang sangat fanatik berpegang teguh pada Taurat dan yang turut ambil bagian dalam pemberontakan melawan penjajah Romawi tahun 67-70. Ia orang Kanaan yang dipanggil Yesus menjadi RasulNya. Kisah hidupnya dan karyanya sebagai rasul sama sekali tidak dicantumkan di dalam Injil-injil, kecuali pencantuman namanya. Kita mengetahui sedikit tentang dia dalam tradisi-tradisi kuno. Buku Menologi Santo Blasius menyebutkan bahwa Simon wafat dengan damai di Edessa, Irak. Dalam tradisi Barat yang tertera di dalam Liturgi Romawi disebutkan bahwa ia pernah mewartakan Injil di Mesir, kemudian bergabung dengan Yudas pergi ke Mesopotamia, dan dari sana mereka pergi sebagai misionaris ke negeri Persia, Iran hingga menemui ajalnya sebagai martir bersama Yudas. Tradisi lain menyebutkan bahwa setelah saudaranya Yakobus, Uskup Yerusalem, dibunuh, rasul lain memilih dia menggantikan Yakobus. Ia memegang jabatan uskup pada tahun 62 hingga kematiannya sebagai martir ketika terjadi penganiayaan umat Kristen pada masa pemerintahan Kaisar Trayanus pada tahun 107.
Yudas yang disebut juga Tadeus yang berarti 'yang berani' adalah saudara rasul Yakobus Muda. Tidak diketahui bagaimana dan kapan Yesus memanggilnya menjadi Rasul. Tradisi mengakui dia sebagai penulis Surat Yudas, yang berisi dorongan semangat dan peneguhan kepada umat Kristen yang berada dalam krisis akhlak pada masa itu. Namun hal ini masih dipersoalkan oleh banyak ahli modern, mengingat Yudas bukanlah seorang yang terdidik baik sehingga mampu menulis sebaik itu. Mungkin ia menyuruh orang lain menuliskannya.
Namanya dimunculkan dalam Injil Yohanes pada waktu Yesus mengadakan Perjamuan Terakhir. Dialah yang bertanya kepada Yesus: "Tuhan, apakah sebabnya maka Engkau menyatakan diriMu kepada kami, dan bukan kepada dunia?" Jawab Yesus: "Jika seseorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firmanKu dan BapaKu akan mengasihi dia dan kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia." (Yoh 14:22, 23)
Setelah kenaikan Yesus, tak ada cerita Kitab Suci tentang karya Yudas. Menurut tradisi, Yudas mewartakan Injil di Mesopotamia sebelum bergabung bersama Simon di Persia, di mana keduanya bersama-sama menemui ajal sebagai martir Kristus. Sejarawan Eusebius menyebutkan bahwa ia mempunyai dua orang cucu: Zoker dan Yakobus, yang dihadapkan kepada Raja Domisianus, karena ada laporan bahwa keduanya berasal dari Kerajaan Daud. Tetapi setelah diketahui bahwa keduanya orang-orang miskin dan sederhana, maka mereka dibebaskan kembali. Santo Yudas dihormati Gereja sebagai pelindung bagi orang-orang yang mengemban tugas-tugas yang sulit.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-10-27 Senin.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXX

Senin, 27 Oktober 2025



Bacaan Pertama
Rom 8:12-17

"Kalian telah menerima Roh yang menjadikan kalian anak Allah.
Oleh Roh itu kita berseru, 'Abba, ya Bapa.'"

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma:

Saudara-saudara,
kita ini orang berhutang,
tetapi bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging.
Sebab jika kalian hidup menurut daging, kalian akan mati.
Tetapi jika oleh Roh
kalian mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu,
maka kalian akan hidup.

Semua orang yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.
Sebab kalian menerima bukan roh perbudakan
yang membuat kalian menjadi takut lagi,
melainkan Roh yang menjadikan kalian anak Allah.
Oleh Roh itu kita berseru, 'Abba, ya Bapa.'

Roh itu memberi kesaksian bersama-sama roh kita,
bahwa kita ini anak Allah.
Dan kalau kita ini anak, berarti juga ahliwaris,
yakni ahliwaris Allah, sama seperti Kristus.
Artinya jika kita menderita bersama dengan Dia,
kita juga akan dipermuliakan bersama dengan Dia.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 68:2,4.6-7ab.20-21,R:21a

Refren: Allah kita adalah Allah yang menyelamatkan.

*Allah bangkit, maka terseraklah musuh-musuh-Nya,
orang-orang yang membenci Dia melarikan diri dari hadapan-Nya.
Tetapi orang-orang benar bersukacita,
mereka beria-ria di hadapan Allah,
bergembira dan bersukacita.

*Bapa bagi anak yatim dan Pelindung bagi para janda,
itulah Allah di kediaman-Nya yang kudus;
Allah memberi tempat tinggal kepada orang-orang sebatang kara,
Ia mengeluarkan orang-orang tahanan, sehingga mereka bahagia.

*Terpujilah Tuhan!
Hari demi hari Ia menanggung beban kita;
Allah adalah keselamatan kita.
Allah kita adalah Allah yang menyelamatkan,
Allah, Tuhanku, memberi keluputan dari maut.



Bait Pengantar Injil
Yoh 17:17b.a

Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah kebenaran;
kuduskanlah kami dalam kebenaran.



Bacaan Injil
Luk 13:10-17

"Bukankah wanita keturunan Abraham ini harus dilepaskan dari ikatannya sekalipun pada hari Sabat?"

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Pada suatu hari Sabat Yesus mengajar dalam salah satu rumah ibadat.
Di situ ada seorang wanita yang telah delapan belas tahun dirasuk roh.
Ia sakit sampai bungkuk punggungnya
dan tidak dapat berdiri lagi dengan tegak.

Ketika Yesus melihat wanita itu, dipanggil-Nyalah dia.
Lalu Yesus berkata, "Hai ibu, penyakitmu telah sembuh."
Kemudian wanita itu ditumpangi-Nya tangan,
dan seketika itu juga ia berdiri tegak dan memuliakan Allah.

Tetapi kepala rumah ibadat itu gusar
karena Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat.
Lalu ia berkata kepada orang banyak,
"Ada enam hari untuk bekerja.
Karena itu datanglah pada salah satu hari itu untuk disembuhkan
dan jangan pada hari Sabat."

Tetapi Tuhan menjawab dia, kata-Nya,
"Hai orang-orang munafik,
bukankah kalian semua melepaskan lembu dan keledaimu pada hari Sabat
dan membawanya ke tempat minum?
Nah, wanita ini sudah delapan belas tahun diikat oleh Iblis.
Bukankah dia harus dilepaskan dari ikatannya itu
karena dia keturunan Abraham?"

Waktu Yesus berkata demikian, semua lawan-Nya merasa malu,
sedangkan orang banyak bersukacita karena segala perkara mulia
yang telah dilakukan-Nya.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Hari ini kita mendengarkan kisah yang sangat indah dari Injil Lukas [Luk 13:10-17].
Yesus sedang mengajar di rumah ibadat pada hari Sabat. Tiba-tiba Ia melihat seorang wanita yang sudah delapan belas tahun bungkuk dan tidak dapat berdiri tegak.
Tanpa diminta apa pun, Yesus memanggilnya dan berkata, "Hai ibu, penyakitmu telah sembuh."
Lalu Yesus menumpangkan tangan-Nya, dan seketika itu juga wanita itu berdiri tegak dan memuliakan Allah.

Luar biasa ya... Yesus menyembuhkan tanpa diminta.
Tapi bukan berarti wanita itu tidak punya iman.
Coba kita bayangkan — selama delapan belas tahun ia tetap datang ke rumah ibadat.
Itu artinya ia tetap berharap, tetap mencari, dan tetap percaya bahwa Allah akan menolongnya.
Dan benar saja, sebelum ia sempat "mengetuk," Yesus sudah membukakan pintu baginya.

Namun, bukannya bersukacita, kepala rumah ibadat justru marah.
Ia menegur orang-orang di situ dan berkata bahwa hari Sabat bukan untuk bekerja, termasuk menyembuhkan orang sakit.
Yesus menanggapi dengan lembut tapi tegas. Ia berkata,
"Hai orang munafik! Bukankah setiap orang di antara kamu melepaskan lembu atau keledainya pada hari Sabat dari kandangnya dan membawanya ke tempat minum?
Bukankah perempuan ini, yang sudah delapan belas tahun diikat oleh Iblis, harus dilepaskan dari ikatannya itu pada hari Sabat?"

Nah, di sini Yesus mau menunjukkan bahwa *berbuat baik itu tidak pernah salah,* bahkan pada hari Sabat sekalipun.
Jangan sampai aturan atau kebiasaan manusia malah menjadi penghalang untuk berbuat kasih.
Kadang kita terlalu sibuk mencari alasan untuk tidak menolong:
"Ah, saya belum siap," atau "Nanti saja, tunggu waktu yang pas,"
atau bahkan, "Kalau tidak tulus, percuma berbuat baik."

Padahal, berbuat baik itu tetaplah baik — walau belum sempurna niatnya.
Kalau bisa dilakukan dengan tulus dan tanpa pamrih, tentu lebih indah.
Tapi jangan biarkan syarat-syarat itu malah membuat kita berhenti berbuat baik.
Lebih baik berbuat baik dengan cara sederhana, daripada hanya menunggu niat yang sempurna tapi tidak jadi-jadi.

Kadang memang berbuat baik itu melelahkan.
Mungkin kita dikritik, disalahpahami, atau malah dirugikan.
Tapi ingat, kita tidak mencari penilaian dari manusia, melainkan dari Allah Bapa di surga.
Yang penting, kita lakukan yang benar dan yang berkenan di hadapan-Nya.

Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma [Rom 8:12-17] mengingatkan,
"Kita tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh."
Artinya, kalau Roh Allah sungguh tinggal di dalam diri kita, maka kasih itu sendirilah yang akan mendorong kita untuk berbuat baik, bahkan ketika orang lain tidak setuju.
Paulus juga berkata, "Semua orang yang dipimpin Roh Allah adalah anak-anak Allah."
Nah, kalau kita ini anak-anak Allah, bukankah sudah seharusnya kita meniru Bapa kita yang penuh kasih?

Berbuat baik tidak perlu menunggu waktu tertentu.
Tidak perlu menunggu hari yang istimewa.
Kapan pun kita melihat ada kesempatan untuk menolong, lakukanlah.
Itulah hari Sabat yang sejati — ketika kita memuliakan Allah lewat perbuatan kasih kita kepada sesama.

Mari kita belajar dari Yesus hari ini.
Jangan biarkan aturan, kesibukan, atau rasa takut menghalangi kita untuk berbuat baik.
Dan kalau bisa, jadikan kebaikan itu sebagai kebiasaan.
Bukan hanya sekali dua kali, tapi menjadi bagian dari hidup kita setiap hari.

Karena setiap kali kita berbuat baik, sebenarnya kita sedang memuliakan Allah — sama seperti wanita yang disembuhkan Yesus itu.
Amin.



Peringatan Orang Kudus
Santo Frumensius, Uskup dan Pengaku Iman
Orang-tuanya berdiam di kota Tyrus, Asia Kecil. Dari orangtuanya Frumensius bersama adiknya Edesius mendapat pendidikan yang baik. Keluarga Kristen ini tergolong keluarga kaya di kota itu. Frumensius bersama Edesius mempunyai seorang guru pribadi bernama Meropius. Di bawah bimbingan Meropius, kedua bersaudara ini berkembang dewasa menjadi pemuda-pemuda yang berhati mulia dan saleh. Ketika Meropius berlayar ke India, kedua bersaudara ini diizinkan turut serta ke sana, guna menambah dan memperdalam ilmunya di negeri itu.
Dalam perjalanan pulang ke negerinya, kapal yang mereka tumpangi singgah di pelabuhan Adulius, Etiopia, untuk mengambil perbekalan. Malang nasib mereka. Tak terduga terjadilah perkelahian seru antara awa-awak kapal itu dengan penduduk setempat. Peristiwa ini menyebabkan kematian banyak penumpang kapal itu. Untunglah bahwa pada waktu itu Frumensius dan adiknya Edesius berada di darat. Mereka bermaksud untuk beristirahat sebentar di bawah pohon sambil belajar. Tetapi mereka pun kemudian ditangkap lalu dihadapkan kepada raja. Raja Aksum tidak menindak dan membunuh mereka karena mereka terdidik dan berpengetahuan luas. Sebaliknya mereka dipekerjakan sebagai pegawai raja. Frumensius bahkan diangkat sebagai sekretaris Raja Aksum dan diminta mendidik puteranya.
Kesempatan emas ini mereka manfaatkan untuk mewartakan Injil kepada orang-orang Etiopia. Konon, Frumensius bersama Edesius berhasil mentobatkan banyak orang dan membangunkan sebuah kapela di sana. Sepeninggal Raja Aksum, Frumensius bersama Edesius diizinkan pulang ke tanah airnya. Edesius pergi ke Tyrus dan di sana ditahbiskan menjadi imam. Sedangkan Frumensius memutuskan untuk menemui Santo Atanasius, Uskup dan Patriark kota Aleksandria. Ia bermaksud meminta bantuan tenaga imam untuk melayani umat Etiopia yang sudah dipermandikannya sambil melanjutkan pewartaan Injil di sana. Supaya umat Etiopia mempunyai seorang gembala maka Santo Atanasius menahbiskan Frumensius menjadi uskup. Ketika itu bidaah Arianisme sedang berkembang pesat di sana. Oleh karena itu karya kerasulannya mendapat hambatan dari orang-orang Arian yang sesat itu. Meskipun demikian ia terus melanjutkan karyanya: mengajar dan mempermandikan banyak orang, menerjemahkan doa-doa liturgis ke dalam bahasa setempat, dan mendidik imam-imam pribumi untuk melanjutkan pewartaan Injil di Etiopia. Frumensius meninggal dunia pada tahun 380 dan dijuluki "Rasul Etiopia"



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-10-26 Minggu.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Minggu Biasa XXX

Minggu, 26 Oktober 2025



Bacaan Pertama
Sir 35:12-14.16-18

"Doa orang miskin menembusi awan."

Pembacaan dari Kitab Putera Sirakh:

Tuhan adalah Hakim yang tidak memihak.
Ia tidak memihak dalam perkara orang miskin,
tetapi doa orang yang terjepit didengarkan-Nya.
Jeritan yatim piatu tidak Ia abaikan,
demikian pula jeritan janda yang mencurahkan permohonannya.

Tuhan berkenan kepada siapa saja
yang dengan sebulat hati berbakti kepada-Nya,
dan doanya naik sampai ke awan.
Doa orang miskin menembusi awan,
dan ia tidak akan terhibur sebelum mencapai tujuannya.
Ia tidak berhenti sebelum Yang Mahatinggi memandangnya,
dan Yang Mahatinggi memberikan hak kepada orang benar
dan menjalankan pengadilan.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 34:2-3.17-18.19.23,R:7a

Refren: Orang yang tertindas berseru,
dan Tuhan mendengarkan.

*Aku hendak memuji Tuhan setiap waktu;
puji-pujian kepada-Nya selalu ada di dalam mulutku.
Karena Tuhan jiwaku bermegah;
biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita.

*Wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat
untuk melenyapkan ingatan akan mereka dari muka bumi.
Apabila orang benar itu berseru-seru, maka Tuhan mendengar;
dari segala kesesakannya mereka Ia lepaskan.

*Tuhan itu dekat kepada orang yang patah hati,
Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.
Tuhan membebaskan jiwa hamba-hamba-Nya,
dan semua yang berlindung pada-Nya tidak akan menanggung hukuman.



Bacaan Kedua
2Tim 4:6-8.16-18

"Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran."

Pembacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada Timotius:

Saudaraku terkasih,
darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan,
dan saat kematianku sudah dekat.
Aku telah mengakhiri pertandingan dengan baik,
aku telah mencapai garis akhir,
dan aku telah memelihara iman.
Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran
yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya;
bukan hanya kepadaku,
tetapi juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.

Pada waktu pembelaanku yang pertama
tidak ada seorang pun yang membantu aku;
semuanya meninggalkan aku.
Kiranya hal itu jangan ditanggungkan atas mereka.
Tetapi Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku,
supaya dengan perantaraanku
Injil diberitakan dengan sepenuhnya
dan semua orang bukan Yahudi mendengarkannya.
Dengan demikian aku lepas dari mulut singa.
Tuhan akan melepaskan aku
dari setiap usaha yang jahat.
Dia akan menyelamatkan aku,
sehingga aku masuk ke dalam Kerajaan-Nya di surga.
Bagi-Nyalah kemuliaan selama-lamanya! Amin.

Demikianlah sabda Tuhan.



Bait Pengantar Injil
2Kor 5:19

Dalam Kristus Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya
dan mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami.



Bacaan Injil
Luk 18:9-14

"Pemungut cukai ini pulang ke rumahnya,
sebagai orang yang didengarkan Allah,
sedang orang Farisi itu tidak."

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Sekali peristiwa
Yesus mengatakan perumpamaan ini
kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar
dan memandang rendah semua orang lain,
"Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa;
yang satu adalah orang Farisi, dan yang lain pemungut cukai.
Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini:
Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu,
karena aku tidak sama seperti semua orang lain;
aku bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah,
dan bukan juga seperti pemungut cukai ini!
Aku berpuasa dua kali seminggu,
aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.

Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh,
bahkan ia tidak berani menengadah ke langit,
melainkan ia memukul diri dan berkata:
Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.

Aku berkata kepadamu:
Orang ini pulang ke rumahnya
sebagai orang yang dibenarkan Allah,
sedang orang lain itu tidak.
Sebab barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan,
dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Hari ini Yesus menyampaikan perumpamaan tentang orang Farisi dan pemungut cukai yang sama-sama datang ke bait Allah untuk berdoa. Orang Farisi dikenal sebagai ahli Taurat, taat terhadap hukum dan aturan agama, sementara pemungut cukai sering dianggap pendosa besar karena suka memeras rakyat demi kepentingan pribadi. Dalam pandangan umum, orang Farisi pasti dianggap lebih suci, sedangkan pemungut cukai pasti najis dan berdosa. Tetapi Yesus membalik cara pandang itu.

Orang Farisi yang sedang berdoa berkata, "Aku bersyukur kepada-Mu, ya Allah, karena aku tidak sama seperti orang lain: perampok, lalim, pezina, atau juga seperti pemungut cukai itu." Ia berdoa dengan menonjolkan kebaikannya sendiri, bukan untuk memuliakan Allah. Sedangkan pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, tidak berani menengadah ke langit, tetapi menunduk dan memukul dadanya sambil berkata, "Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini."

Yesus menutup perumpamaan ini dengan kalimat yang tajam: "Aku berkata kepadamu, orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah, sedangkan orang itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."

Bacaan pertama dari Kitab Sirakh menegaskan hal yang sama: Allah tidak memihak orang yang berkuasa, dan tidak mengistimewakan siapa pun atas dasar kedudukan. "Doa orang yang rendah hati menembus awan," demikian dikatakan [Sir 35:16-17]. Allah mendengarkan doa orang miskin dan tertindas, bukan karena mereka miskin, melainkan karena mereka datang dengan hati yang tulus dan berserah penuh.

Dalam bacaan kedua, Rasul Paulus juga menyingkapkan rahasia yang sama dari sisi kehidupannya. Ia berkata, "Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir, dan aku telah memelihara iman" [2Tim 4:7]. Paulus, yang dulu juga seorang Farisi, kini tidak lagi membanggakan dirinya, melainkan hanya bermegah dalam rahmat Tuhan yang menyelamatkannya. Ia sadar bahwa keberhasilannya semata-mata karena kekuatan Tuhan: "Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku, supaya dengan perantaraanku Injil diberitakan dengan sepenuhnya."

Renungan ini mengajak kita untuk merenungkan: siapa sebenarnya yang didengarkan oleh Allah? Bukan mereka yang fasih berdoa dengan kata-kata indah, bukan pula yang rajin beramal hanya supaya dilihat orang, melainkan mereka yang berdoa dengan hati yang jujur, rendah hati, dan sadar bahwa tanpa Tuhan kita bukan apa-apa.

Dalam kehidupan masa kini, sikap orang Farisi seringkali muncul dalam bentuk modern: merasa paling benar, paling saleh, atau paling suci. Kita mungkin rajin beribadah, aktif di lingkungan, atau dikenal sebagai "orang gereja", namun jika dalam hati kita masih menghakimi sesama, meremehkan mereka yang kita anggap "kurang rohani", maka doa kita tidak lebih baik daripada doa orang Farisi dalam perumpamaan.

Sebaliknya, banyak orang yang mungkin tidak menonjol secara rohani, tidak banyak bicara soal iman, tetapi hidupnya penuh kasih, tidak menyakiti, dan selalu bersyukur. Orang seperti inilah yang diam-diam didengarkan oleh Allah, sebab ia berbicara dengan hati yang murni, bukan dengan kebanggaan diri.

Dalam dunia yang semakin kompetitif ini, kita sering berlomba untuk menjadi "yang paling" — paling hebat, paling pintar, paling sukses, paling taat. Tapi di hadapan Allah, ukuran itu tidak berlaku. Yang Tuhan lihat adalah ketulusan hati. Ia lebih senang melihat seorang pendosa yang berbalik hati daripada seorang yang merasa tidak butuh pengampunan.

Maka, marilah kita belajar menjadi pribadi yang rendah hati, yang tahu diri di hadapan Tuhan. Jangan mudah menilai orang lain dari penampilan, profesi, suku, atau agamanya. Seperti kata Yesus, biarlah Tuhan sendiri yang membenarkan atau tidak membenarkan seseorang, sebab hanya Dia yang tahu isi hati manusia.

Kiranya setiap doa kita selalu berangkat dari kesadaran bahwa kita ini hanyalah hamba yang lemah dan berdosa, namun tetap dikasihi Allah. Dan semoga, ketika kita berdoa seperti pemungut cukai itu — dengan hati yang remuk dan jujur — doa kita pun menembus awan dan sampai ke telinga Tuhan.
Amin.



Peringatan Orang Kudus
Santo Lucianus dan Marcianus, Martir
Lucianus dan Marcianus dikenal sebagai tukang sihir yang bertobat menjadi Kristen. Di kemudian hari pada tahun 250 mereka dengan berani mengorbankan nyawanya di Nikomedia demi tegaknya iman Kristen yang telah mereka terima. Di dalam sebuah buku yang mengisahkan tentang kesengsaraan mereka diceritakan bahwa sebelum bertobat mereka mempelajari ilmu sihir hitam (black magic). Tetapi kemudian ternyatalah bahwa kekuatan sihir mereka tidak bisa menandingi kekuatan iman seorang gadis yang beragama Kristen. Mereka tak berdaya di hadapan gadis cilik itu.
Sejak saat itu mereka bertobat dan mulai mempelajari ajaran iman Kristen. Mereka membakar buku-buku sihirnya di kota Nikomedia dan kemudian dipermandikan. Harta milik mereka dibagikan kepada para fakir miskin, lalu keduanya mengasingkan diri ke tempat sunyi untuk berdoa dan bertapa agar semakin kuat dalam imannya. Dari tempat pertapaan itu mereka pergi ke Bithinia dan daerah-daerah sekitar untuk mewartakan Injil.
Sementara itu Raja Decius mengeluarkan keputusan untuk menangkap umat Kristen di daerah Bithinia. Lucianus dan Marcianus serta umatnya ditangkap dan dibawa ke hadapan Prokonsul Sabinus.  Kepada Lucianus, Sabinus bertanya: "Dengan kekuasaan siapa kamu berani mengajarkan Kristus?" Dengan tenang Lucianus menjawab: "Setiap orang harus berusaha sungguh-sungguh untuk membebaskan saudara­saudaranya dari penyakit yang berbahaya." Atas jawaban yang berani itu prokonsul Sabinus memerintahkan penganiayaan atas Lucianus dan Marcianus bersama umatnya. Walaupun mereka disiksa secara ngeri namun mereka tetap tidak goyah pendiriannya. Marcianus dalam kesengsaraannya masih dengan lantang berkata: "Kami siap menderita demi Tuhan dan iman kami. Kami tidak akan mengkhianati Tuhan kami, supaya kami tidak disiksa olehNya di kemudian hari di dalam neraka." Mereka dengan gembira menanggung hukuman bakar hidup-hidup.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/