Ajarku mengasihi-Mu, ya Tuhan
Dengan segenap hati dan jiwaku
Ajarku mengenal-Mu lebih dalam
Menjadi pusat hidupku
Ajarku mengasihi sesama
Seperti Engkau mengasihi diriku
Melihat wajah-Mu dalam saudara
Melayani dengan kasih-Mu
Kasihilah Tuhan Allahmu
Dengan hati, jiwa, akal budi, dan kekuatanmu
Kasihilah sesamamu manusia
Seperti dirimu sendiri
Itulah hukum yang utama
Itulah jalan menuju Surga
Tak cukup hanya tahu
Ku mau hidup dalam kasih-Mu
Dekat dengan-Mu, tinggal di hadirat-Mu
Kasihilah... kasihilah...
Kasihilah Tuhan Allahmu
Dengan hati, jiwa, akal budi, dan kekuatanmu
Kasihilah sesamamu manusia
Seperti dirimu sendiri
Di sanalah Kerajaan Allah
Dekat… bahkan di dalam kita
Kasihilah… kasihilah…
Ajarku Tuhan, kasihilah…
---------------------------------------------------
[SK, 2025-03-27]
Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa Pekan Prapaskah III
Jumat, 28 Maret 2025
Bacaan Pertama
Hos 14:2-10
"Kami tidak akan berkata lagi "Ya Allah kami"
kepada buatan tangan kami."
Pembacaan dari Kitab Nubuat Hosea:
Beginilah firman Allah,
"Bertobatlah, hai Israel, kepada Tuhan Allahmu,
sebab engkau telah tergelincir karena kesalahanmu.
Datanglah membawa kata-kata penyesalan,
dan bertobatlah kepada Tuhan.
Berserulah kepada-Nya:
'Ampunilah segala kesalahan, sehingga kami mendapat yang baik,
maka kami akan mempersembahkan pengakuan kami.
Asyur tidak dapat menyelamatkan kami;
kami tidak mau mengendarai kuda,
dan kami tidak akan berkata lagi 'Ya, Allah kami'
kepada buatan tangan kami.
Karena Engkau menyayangi anak yatim.'
Beginilah firman Tuhan:
Aku akan memulihkan mereka dari penyelewengan,
Aku akan mengasihi mereka dengan sukarela,
sebab murka-Ku telah surut dari pada mereka.
Aku akan menjadi seperti embun bagi Israel,
maka ia akan berbunga seperti bunga bakung
dan akan menjulurkan akar-akarnya seperti pohon hawar.
Ranting-rantingnya akan merambak,
semaraknya akan seperti pohon zaitun
dan berbau harum seperti yang di Libanon.
Mereka akan kembali dan diam dalam naungan-Ku;
mereka akan tumbuh seperti gandum.
Mereka akan berkembang seperti pohon anggur,
yang termasyhur seperti anggur Libanon.
Efraim, apakah lagi sangkut paut-Ku dengan berhala-berhala?
Akulah yang menjawab dan memperhatikan engkau!
Aku ini seperti pohon sanobar yang menghijau,
dari pada-Ku engkau mendapat buah.
Siapa yang bijaksana, biarlah ia memahami semuanya ini;
siapa yang budiman, biarlah ia mengetahuinya;
sebab jalan-jalan Tuhan adalah lurus,
dan orang benar menempuhnya,
tetapi pemberontak tergelincir di situ.
Demikianlah sabda Tuhan.
Mazmur Tanggapan
Mzm 81:6c-8a.8bc-9.10-11ab.14.17,R:11.9a
Refren: Akulah Tuhan, Allahmu, dengarkanlah suara-Ku.
*Aku mendengar bahasa yang tidak kukenal,
"Akulah yang telah mengangkat beban dari bahumu,
dan membebaskan tanganmu dari keranjang pikulan;
dalam kesesakan engkau berseru, maka Aku meluputkan engkau.
*Aku menjawab engkau dengan bersembunyi di balik badai,
Aku telah menguji engkau dekat Meriba.
Dengarlah, hai umat-Ku,
Aku hendak memberi peringatan kepadamu;
Hai Israel, kiranya engkau mau mendengarkan Aku!
*Janganlah ada di antaramu allah lain,
dan janganlah engkau menyembah orang asing.
Akulah Tuhan Allahmu,
yang menuntun engkau keluar dari tanah Mesir.
*Sekiranya umat-Ku mendengarkan Aku!
Sekiranya Israel hidup menurut jalan yang Kutunjukkan!
Umat-Ku akan Kuberi makan gandum yang terbaik,
dan dengan madu dari gunung batu
Aku akan mengenyangkannya.
Bait Pengantar Injil
Mat 4:17
Bertobatlah, sabda Tuhan, sebab Kerajaan Surga sudah dekat.
Bacaan Injil
Mrk 12:28b-34
"Tuhan Allahmu itu Tuhan yang esa,
kasihilah Dia dengan segenap jiwamu."
Inilah Injil Suci menurut Markus:
Sekali peristiwa datanglah seorang ahli Taurat kepada Yesus
dan bertanya kepada-Nya,
"Perintah manakah yang paling utama?"
Jawab Yesus, "Perintah yang paling utama ialah:
Dengarlah, hai orang Israel,
Tuhan Allah kita itu Tuhan yang esa.
Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati,
dengan segenap jiwa, dengan segenap akal budi,
dan dengan segenap kekuatanmu.
Dan perintah yang kedua ialah:
Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Tidak ada perintah lain yang lebih utama
daripada kedua hukum ini."
Berkatalah ahli Taurat itu kepada Yesus,
"Guru, tepat sekali apa yang Kaukatakan,
bahwa Dia itu esa, dan bahwa tidak ada allah lain kecuali Dia.
Memang mengasihi Dia dengan segenap hati,
dengan segenap pengertian, dan dengan segenap kekuatan,
serta mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri
jauh lebih utama dari pada semua kurban bakar dan persembahan."
Yesus melihat betapa bijaksana jawaban orang itu.
Maka Ia berkata kepadanya,
"Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!"
Dan tak seorang pun berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus.
Demikianlah sabda Tuhan.
Renungan Injil
Renungan berikut saya ambilkan dari renungan Daily Fresh Juice.
Ada lagu yang menyertai, judulnya "Kasihilah".
Para Pendengar dan Pewarta Daily Fresh Juice.
Seorang ahli Taurat bertanya kepada Yesus, "Perintah manakah yang paling utama?" Jawaban Yesus adalah inti dari seluruh kehidupan rohani kita: *"Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dengan segenap akal budi, dan dengan segenap kekuatanmu"*, dan yang kedua *"Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri"*.
Jawaban Yesus ini bukan hanya tepat, tapi juga memampukan kita memahami seluruh isi hukum Taurat dalam dua kutub kasih:
kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama.
Inilah fondasi utama yang menjadi tiang salib Kristus:
satu batang vertikal dan satu batang horisontal.
Tanpa salah satunya, salib takkan lengkap.
Batang vertikal, yang lebih kokoh dan panjang, melambangkan kasih kepada Tuhan. Ia bisa berdiri sendiri.
Sedangkan batang horisontal, kasih kepada sesama, hanya bisa bertahan jika bergantung pada yang vertikal.
*Mengasihi Tuhan* artinya menjadikan Dia sebagai jantung-hati, belahan-jiwa, pusat perhatian, dan satu-satunya tujuan persembahan kita.
Mengasihi Tuhan bukan sekadar mengagumi, melainkan memberi—dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan.
Segenap hati berarti dengan perasaan terdalam;
segenap jiwa berarti menyatu dalam tekad dan batin;
segenap akal budi berarti melibatkan seluruh nalar dan pertimbangan;
segenap kekuatan berarti seluruh tenaga, harta, waktu, wewenang, dan seluruh milik kita. Itu artinya: kasih yang total, seratus persen, tak bersisa, tak menuntut, dan hanya memberi.
Kalau begitu, apakah kita sudah mengasihi Tuhan?
Kita sering berkata, "Saya cinta Tuhan,"
tapi apa yang sudah kita berikan kepada-Nya?
Apakah doa-doa kita isinya lebih banyak permintaan atau persembahan?
Mengasihi artinya memberi, bukan meminta.
Bahkan tindakan kita yang kelihatannya rohani,
seperti pergi ke gereja atau membaca Injil,
bisa saja sebenarnya lebih bernuansa "menerima" daripada "memberi",
jika tidak disertai kesadaran untuk mempersembahkan hati.
Ada yang berkata, "Sulit mencintai Tuhan yang tidak kita lihat."
Tapi mari kita jujur.
Banyak orang bisa mengidolakan artis atau tokoh yang belum pernah mereka temui. Mereka tahu warna kesukaan dari tokoh idolanya itu, tahu tanggal lahirnya, tahu persis gaya panggungnya, dan sebagainya.
Kalau bisa begitu terhadap artis, mengapa tidak bisa terhadap Tuhan?
Bukankah Injil, renungan harian, dan pengalaman hidup bisa menjadi jalan kita untuk mengenal dan jatuh cinta kepada-Nya?
Saya sendiri—iya, —pernah merasa jauh dari Tuhan.
Tapi saat saya jatuh cinta kepada-Nya, semuanya berubah.
Saya rindu membaca sabda-Nya, ingin menyenangkan-Nya.
Seperti saat kita jatuh cinta, selalu ingin dekat dan membuat kekasih hati tersenyum. Tuhan tak menampakkan diri-Nya, tapi Ia hadir melalui Roh Kudus dan tanda-tanda dalam hidup.
Saya pun merasakan: inilah cinta sejati yang mengalir dan membakar hati.
Lalu bagaimana dengan kasih kepada sesama?
Kasih ini adalah buah dari kasih kepada Allah.
Tak bisa dipisahkan.
Bahkan Yesus berkata,
*"Segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku."* [Mat 25:40]
Maka, ketika kita memberi senyum, perhatian, atau pengampunan kepada orang lain, kita sedang mempersembahkan kasih itu kepada Tuhan.
Mengasihi sesama adalah tindakan nyata dari kasih kepada Tuhan.
Jika kita mengasihi diri sendiri
dengan menjaga agar tidak jatuh dalam dosa dan tetap dekat dengan Allah,
maka kita pun akan mengasihi sesama dengan cara yang sama:
membantu mereka untuk dekat kepada Allah, bukan sebaliknya.
Dan mari kita sadari satu hal penting:
Yesus tidak berkata kepada semua orang, *"Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!"* Tapi hanya kepada si ahli Taurat itu. Mengapa?
Karena ia mengerti dan mengamini bahwa mengasihi Tuhan dan sesama jauh lebih utama daripada seluruh kurban bakaran.
Artinya: tidak cukup hanya berada dekat dengan gereja,
atau tahu banyak hal tentang iman, tapi tidak melakukannya dengan cinta.
Kita bisa merasa dekat dengan Tuhan karena kita sering berdoa,
tetapi jangan-jangan kita hanya dekat secara lokasi, bukan secara relasi.
*Tanda bahwa kita dekat dengan Kerajaan Allah adalah bila kita mendengar sabda-Nya dan merespons dengan kasih yang nyata.*
Dan untuk benar-benar masuk ke dalam Kerajaan Allah,
kita memerlukan "tiket masuk".
Tiket itu adalah pertobatan.
Kabar baiknya: tiket ini gratis dan tersedia untuk siapa saja.
Tapi tiket ini hanya bisa diambil
jika kita rela mengasihi—Tuhan dan sesama—dengan total.
Kalau kita hidup dalam kasih, maka kita tidak jauh dari Kerajaan Allah.
Bahkan, kita sudah ada di dalamnya.
Maka, jangan hanya berdiri di depan gerbang Kerajaan Allah.
Masuklah.
Kasihilah Tuhan dan sesama.
Itulah hukum yang terutama.
Itulah jalan keselamatan.
Amin.
Peringatan Orang Kudus
Santo Doroteus dari Gaza, Pengaku Iman
Selagi dalam pendidikan Doroteus bosan dengan segala macam pelajaran di sekolah. "Lebih baik aku memegang ular daripada membolak- balik buku pelajaran" katanya. Tetapi lama kelamaan ia merobah sikapnya yang konyol itu dan berjuang menghilangkannya. Hasilnya ialah ia kemudian menjadi orang yang amat rajin dan suka belajar dan membaca.
Semangat baru ini kemudian menghantar dia ke dalam kehidupan membiara pada tahun 530 di sebuah biara di Palestina. Kepada rekan-rekannya ia mengatakan: "Jika kita dapat mengalahkan perasaan bosan dan segan belajar sehingga kita menjadi orang yang suka belajar, maka tentunya kita juga dapat mengalahkan hawa nafsu dan menjadi orang kudus". Kata-kata ini menunjukkan tekadnya yang keras membaja untuk mencapai kesempumaan hidup lewat cara hidup membiara. Salah satu caranya ialah senantiasa bersikap terus terang, dan terbuka hati dan pikiran kepada atasan dan rekan-rekannya. Dengan cara ini ia memperoleh ketenangan batin dan semangat dalam menjalani cara hidup membiara. Dalam bukunya ia menulis: "Barangsiapa rajin berdoa dan bermati-raga serta berusaha sungguh-sungguh menguasai kehendaknya, ia akan mencapai ketenteraman batin yang membahagikan".
Doroteus mencapai kemajuan pesat dalam kehidupan rohaninya dan kemudian mendirikan dan memimpin sebuah biara pertapaan di Gaza. la berusaha memajukan pertapaannya dengan menjalankan pekerjaan- pekerjaannya dengan baik dan menciptakan persaudaraan antar para rahibnya. la selalu berlaku ramah terhadap rekan-rekannya. Tahun-tahun terakhir hidupnya, ia mengalami banyak masalah. Godaan dan penyakit merupakan pencobaan besar baginya. Namun ia tetap riang. Kepada rekan-rekannya ia mengatakan: "Tidaklah sukar mencari dan menemukan sebab-musabab dari semuanya itu. Baiklah kalau kita mempercayakan diri kepada Tuhan sebab la tahu apa yang penting dan berguna bagi kita ". Tulisan-tulisan rohaninya sangat bagus, sehingga pada abad ke-17 tulisan-tulisan itu diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis dan Inggris.
Bagi Doroteus, kesucian tidak sama dengan mengerjakan mujizat- mujizat dan/atau menjalankan puasa dan tapa. Semuanya itu memang baik dan berguna, kesucian itu suatu tindakan menyangkal diri sendiri dan menundukkan kehendak pribadi pada kehendak Tuhan atau menghendaki semata-mata apa yang dikehendaki Tuhan, demi cinta kasih akan Dia. Dengan berusaha mencapai tujuan inilah, maka Doroteus akhirnya menjadi orang kudus.