Liturgia Verbi (C-I)
Hari Rabu Abu
Rabu, 5 Maret 2025
Sangat tepat pada Masa Prapaskah ini diadakan perayaan tobat, baik bagi orang-orang Kristiani sebagai pribadi-pribadi maupun bagi persekutuan, agar mereka dibantu untuk mempersiapkan diri merayakan misteri Paskah secara sempurna (bdk. PPP No. 37)
Bacaan Pertama
Yl 2:12-18
"Koyakkanlah hatimu, dan janganlah pakaianmu."
Pembacaan dari Nubuat Yoel:
"Sekarang," beginilah firman Tuhan,
"berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu,
dengan berpuasa, dengan menangis dan mengaduh."
Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu,
berbaliklah kepada Tuhan, Allahmu,
sebab Ia pengasih dan penyayang,
panjang sabar dan berlimpah kasih setia,
dan Ia menyesal karena hukuman-Nya.
Siapa tahu, mungkin Ia mau berbalik dan menyesal,
lalu meninggalkan berkat
menjadi korban sajian dan korban curahan bagi Tuhan, Allahmu.
Tiuplah sangkakala di Sion,
adakanlah puasa yang kudus, maklumkanlah perkumpulan raya;
kumpulkanlah bangsa ini, kuduskanlah jemaah,
himpunkanlah orang-orang yang lanjut usia,
kumpulkanlah anak-anak, bahkan anak-anak yang menyusu;
baiklah pengantin laki-laki keluar dari kamarnya,
dan pengantin perempuan dari kamar tidurnya.
Baiklah para imam, pelayan-pelayan Tuhan,
menangis di antara balai depan mezbah, dan berkata,
"Sayangilah, ya Tuhan, umat-Mu,
dan janganlah biarkan milik-Mu sendiri menjadi cela,
sehingga bangsa-bangsa menyindir kepada mereka.
Mengapa orang berkata di antara -bangsa-bangsa:
Di mana Allah mereka?"
Maka Tuhan menjadi cemburu karena tanah-Nya,
dan menaruh belas kasihan kepada umat-Nya.
Demikianlah sabda Tuhan.
Mazmur Tanggapan
Mzm 51:3-4.5-6a.12-13.14.17,R:3a
Refren: Kasihanilah kami, ya Allah,
karena kami orang berdosa.
*Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu,
menurut besarnya rahmat-Mu hapuskanlah pelanggaranku.
Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku,
dan tahirkanlah aku dari dosaku!
*Sebab aku sadar akan pelanggaranku,
dosaku selalu terbayang di hadapanku.
Terhadap Engkau, terhadap Engkau sendirilah aku berdosa,
yang jahat dalam pandangan-Mu kulakukan.
*Ciptakanlah hati yang murni dalam diriku, ya Allah,
dan baharuilah semangat yang teguh dalam batinku.
Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu,
dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku!
*Berilah aku sukacita karena keselamatan-Mu,
dan teguhkanlah roh yang rela dalam diriku.
Ya Tuhan, bukalah bibirku,
supaya mulutku mewartakan puji-pujian kepada-Mu.
Bacaan Kedua
2Kor 5:20-6:2
"Berilah dirimu didamaikan dengan Allah.
Sesungguhnya hari ini adalah hari penyelamatan."
Pembacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus
kepada Jemaat di Korintus:
Saudara-saudara,
kami ini adalah utusan-utusan Kristus;
seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami.
Dalam nama Kristus kami meminta kepadamu:
Berilah dirimu didamaikan dengan Allah.
Kristus yang tidak mengenal dosa
telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita,
supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.
Sebagai teman-teman sekerja, kami menasihati kamu,
supaya kamu jangan membuat sia-sia
kasih karunia Allah yang telah kamu terima.
Sebab Allah berfirman,
"Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau,
dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau."
Camkanlah, saat inilah saat perkenanan itu;
hari inilah hari penyelamatan itu.
Demikianlah sabda Tuhan.
Bait Pengantar Injil
Mzm 95:8ab
Pada hari ini, kalau kamu mendengar suara Tuhan,
janganlah bergetar hati.
Bacaan Injil
Mat 6:1-6.16-18
"Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan mengganjar engkau."
Inilah Injil Suci menurut Matius:
Dalam khotbah di bukit Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya,
"Hati-hatilah,
jangan sampai melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang
supaya dilihat.
Karena jika demikian,
kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga.
Jadi, apabila engkau memberi sedekah,
janganlah engkau mencanangkan hal itu,
seperti yang dilakukan orang munafik
di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong,
supaya mereka dipuji orang.
Aku berkata kepadamu: 'Mereka sudah mendapat upahnya.'
Tetapi jika engkau memberi sedekah,
janganlah diketahui tangan kirimu
apa yang diperbuat tangan kananmu.
Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi.
Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi
akan membalasnya kepadamu.
Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik.
Mereka suka mengucapkan doanya
dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat
dan pada tikungan-tikungan jalan raya,
supaya mereka dilihat orang.
Aku berkata kepadamu, 'Mereka sudah mendapat upahnya.'
Tetapi jika engkau berdoa,
masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu,
dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi.
Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi
akan membalasnya kepadamu.
Dan apabila kamu berpuasa,
janganlah muram mukamu seperti orang munafik.
Mereka mengubah air mukanya,
supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa.
Aku berkata kepadamu, 'Mereka sudah mendapat upahnya.'
Tetapi apabila engkau berpuasa,
minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu,
supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa,
melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi.
Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi
akan membalasnya kepadamu."
Demikianlah sabda Tuhan.
Renungan Injil
Rabu Abu menandai dimulainya masa Prapaskah, yaitu 40 hari masa tobat dan persiapan menjelang Paskah.
Gereja mengajak kita untuk merenungkan kefanaan manusia dan pentingnya pertobatan.
Abu yang ditorehkan di dahi dengan tanda salib mengingatkan kita akan kata-kata Kitab Kejadian: "Sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu" [Kej 3:19].
Abu ini berasal dari daun palma yang telah diberkati pada Minggu Palma tahun sebelumnya dan dibakar sebagai simbol bahwa segala kejayaan duniawi akan berlalu.
Tradisi Rabu Abu berakar dari kebiasaan Yahudi di zaman dulu, yang mengenakan kain kabung dan menaburkan abu di kepala sebagai tanda pertobatan [bdk. Yun 3:6, Ayb 42:6].
Gereja meneruskan tradoisi ini sebagai bentuk ajakan bagi umat untuk bertobat dan dengan rendah hati kembali kepada Allah dengan segenap hati.
Dalam Injil hari ini, Yesus menekankan pentingnya ketulusan dalam berbuat baik, berdoa, dan berpuasa.
Yesus menegur mereka yang melakukan amal, doa, dan puasa hanya demi mendapatkan pujian manusia.
Ia mengajarkan bahwa segala perbuatan baik harus dilakukan dengan motivasi yang benar: bukan untuk mencari pengakuan, tetapi sebagai bentuk hubungan pribadi dengan Allah. "Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu" [Mat 6:6].
Oleh karena itu, dalam masa Prapaskah ini, kita diajak untuk tidak sekadar menjalankan kewajiban rohani secara lahiriah, tetapi sungguh memperbarui hati dan niat kita.
Nabi Yoel juga menyerukan pertobatan sejati: "Berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan mengaduh" [Yl 2:12].
Allah tidak menghendaki pertobatan yang hanya bersifat seremonial, tetapi yang lahir dari lubuk hati terdalam.
Ia mengundang umat untuk merendahkan diri dan mencari belas kasih-Nya, sebab "Tuhan itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia" [Yl 2:13].
Bacaan ini menegaskan bahwa Allah senantiasa siap mengampuni jika kita sungguh-sungguh kembali kepada-Nya.
Kita sedang menghadapi berbagai tantangan, baik dalam aspek sosial, ekonomi, maupun politik.
Banyak orang berjuang menghadapi ketidakpastian ekonomi dan meningkatnya ketimpangan sosial.
Di tengah era digital yang serba terbuka, praktik amal sering kali dipamerkan di media sosial demi citra pribadi.
Yesus mengingatkan kita untuk kembali kepada esensi kasih yang sejati: berbuat baik bukan demi pengakuan, tetapi karena kasih yang tulus kepada sesama dan Allah.
Selain itu, ajakan Yoel untuk pertobatan relevan bagi bangsa ini.
Banyak orang terjebak dalam materialisme, individualisme, dan konflik yang menggerus nilai-nilai kebersamaan.
Semoga Rabu Abu dapat menjadi momen refleksi bagi kita sebagai bangsa untuk kembali kepada Tuhan, memohon bimbingan-Nya agar dapat hidup dalam keadilan, kedamaian, dan kasih.
Masa Prapaskah adalah kesempatan bagi kita semua untuk memperbarui diri.
Kita diajak untuk menjalankan amal, doa, dan puasa dengan hati yang tulus, seraya memohon belas kasih Tuhan atas bangsa dan dunia yang sedang bergumul dengan berbagai tantangan.
Semoga kita menjalani masa tobat ini dengan penuh kesungguhan agar semakin dekat dengan Allah dan membawa terang bagi sesama.
Peringatan Orang Kudus
Santo Yohanes Yosef, Pengaku Iman
Sudah sejak masa mudanya, Yohanes menaruh minat besar pada kepentingan kawan-kawannya, yang miskin dan menderita. Minat ini akhirnya menghantar dia ke dalam biara Santo Fransiskus. Setelah tiga tahun menjadi seorang biarawan Fransiskan, ia diutus ke Piedemonte di Alife untuk membangun sebuah biara baru di sana. Ketika itu ia masih sangat muda dan belum ditahbiskan menjadi imam.
Tak lama kemudian, ia dipanggil kembali ke Napoli dan diangkat menjadi Magister untuk para Novis. Pada umur 24 tahun, ia diangkat menjadi pemimpin biara. Jelas kelihatan bahwa Yohanes memiliki suatu kepribadian yang mengagumkan. la menampilkan diri sebagai seorang biarawan yang arif, penuh pengertian, seorang pendoa dan beriman teguh. Rekan-rekannya sebiara merasakan suasana cinta yang diusahakan Yohanes di dalam biara. Mereka semua sangat mencintai dan menghormati dia.
Ketika terjadi kelaparan di negerinya, para biarawan diberinya roti yang diusahakannya sendiri. Yohanes memiliki suatu kekuatan ilahi yang menyanggupkan dia melenyapkan berbagai penyakit dan kesulitan hidup. Pernah seorang imam yang sakit datang kepadanya memohon kesembuhan. Dan Yohanes berdoa memohon kepada Tuhan agar penyakit imam itu berpindah saja kepadanya. Dan terjadilah demikian. Kepada para pendosa yang datang mengakukan dosanya, Yohanes hanya memberikan penitensi-penitensi yang ringan, sedangkan dia sendiri menjalankan tapa yang berat demi penghapusan dosa-dosa mereka. la meninggal dunia pada tahun 1734 dalam usia 85 tahun. Saat ajalnya ini sudah diketahuinya sendiri sejak lama, jauh sebelum ketibaannya.
Santo Eusebius dari Kremona, Pengaku Iman
Putera bangsawan Kremona ini pada masa mudanya mendapat pendidikan yang sangat baik dari orang-tuanya. la kemudian melanjutkan pendidikannya di Roma yang terkenal sebagai pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan pada masa itu. Di sana ia menjadi murid Santo Hieronimus yang ahli dalam bidang bahasa dan Kitab Suci.
Hieronimus kagum akan kesalehan, minat dan bakat Eusebius terhadap Alkitab dan ilmu-ilmu lainnya. la dengan senang mendidik Eusebius, bahkan menganggapnya sebagai teman dan sahabatnya. Eusebius mengikuti Hieronimus ke mana saja ia pergi, antara lain ke Yunani, Syria, Mesir dan Palestina. Akhirnya ia menetap di Betlehem, di biara yang didirikanoleh Hieronimus.
Di biara ini Eusebius berkembang pesat dalam kesempumaan hidup rohani sebagai seorang rahib mengikuti teladan Hieronimus. Sekali peristiwa Eusebius berangkat ke Roma. Dalam perjalanannya itu, ia berjumpa dengan Rufinus, seorang imam yang menaruh dendam pada Hieronimus dan murid-muridnya. Rufinus mencaci maki Eusebius sebagai salah seorang murid Hieronimus dengan kata-kata yang tidak sopan. Namun Eusebius yang saleh itu tidak mempedulikannya, bahkan membalas penghinaan itu dengan menolong Rufinus. Eusebius meninggal dunia pada tahun 440.
Santo Gerasimos, Pengaku Iman
Gerasimos adalah sahabat Santo Eutimos dari Yerusalem. la bertapa dekat Yeriko dan membina rahib-rahib muda di sana. Suatu ketika ada seekor singa yang kakinya tertusuk duri. Gerasimos mencabut duri itu dan sejak itu ia ditemani oleh singa itu. Gerasimos meninggal dunia pada tahun 475.