Liturgia Verbi 2025-04-01 Selasa.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa Pekan Prapaskah IV

Selasa, 1 April 2025

Ujud Gereja Universal: Penggunaan teknologi baru. Semoga penggunaan teknologi baru tidak menggantikan relasi antarmanusia, melainkan membantu kita menghargai martabat manusia, dan menghadapi krisis masa kini.

Ujud Gereja Indonesia: Budaya kasih dan apresiatif.
Semoga tangan Tuhan menggerakkan anggota keluarga, sekolah, komunitas, dan masyarakat untuk menciptakan budaya kasih dan apresiatif yang dapat mematahkan budaya perundungan dan kekerasan.



Bacaan Pertama
Yeh 47:1-9.12

"Saya melihat air mengalir dari dalam Bait Suci;
ke mana saja air itu mengalir, semua yang ada di sana hidup."

Pembacaan dari Nubuat Yehezkiel:

Kata nabi:
Seorang malaikat membawa aku ke pintu Bait Suci,
dan sungguh, ada air keluar dari bawah ambang pintu Bait Suci,
itu dan mengalir menuju ke timur;
sebab Bait Suci juga menghadap ke timur;
Air itu mengalir
dari bawah bagian samping kanan dari Bait Suci,
sebelah selatan mezbah.
Lalu malaikat itu menuntun aku ke luar
melalui pintu gerbang utara,
dan dibawanya aku berkeliling dari luar
menuju pintu gerbang yang menghadap ke timur.
Sungguh, air itu membual dari sebelah selatan.
Lalu malaikat itu pergi ke arah timur
dan memegang tali pengukur di tangannya.
Ia mengukur seribu hasta,
dan menyuruh aku masuk dalam air itu;
dalamnya sampai di pergelangan kaki.
Ia mengukur seribu hasta lagi,
dan menyuruh aku masuk sekali lagi dalam air itu;
sekarang sudah sampai di lutut.
Kemudian ia mengukur seribu hasta lagi,
dan menyuruh aku ketiga kalinya masuk ke dalam air itu;
sekarang sudah sampai di pinggang.
Sekali lagi ia mengukur seribu hasta,
dan sekarang air itu sudah menjadi sungai
di mana aku tidak dapat berjalan lagi,
sebab air itu sudah meninggi sehingga orang dapat berenang;
suatu sungai yang tidak dapat diseberangi lagi.

Lalu malaikat itu berkata kepadaku,
"Sudahkah engkau lihat, hai anak manusia?"
Kemudian ia membawa aku kembali menyusur tepi sungai itu.
Dalam perjalanan pulang,
sungguh, sepanjang tepi sungai itu ada amat banyak pohon,
di sebelah sini dan di sebelah sana.
Malaikat itu berkata kepadaku,
"Sungai ini mengalir menuju wilayah timur,
dan menurun ke Araba-Yordan, dan bermuara di Laut Asin,
maka air laut yang mengandung banyak garam itu menjadi tawar.
Ke mana saja sungai itu mengalir,
segala makhluk yang berkeriapan di dalamnya akan hidup.
Ikan-ikan akan menjadi sangat banyak,
sebab ke mana saja air itu sampai,
air laut di situ menjadi tawar,
dan ke mana saja sungai itu mengalir,
semua yang ada di sana hidup.

Pada kedua tepi sungai itu
tumbuh bermacam-macam pohon buah-buahan,
yang daunnya tidak layu dan buahnya tidak habis-habis.
Tiap bulan ada lagi buahnya yang baru,
sebab pohon-pohon itu mendapat air dari tempat kudus.
Buahnya menjadi makanan dan daunnya menjadi obat."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 46:2-3.5-6.8-9,R:8

Refren: Tuhan semesta alam menyertai kita,
kota benteng kita ialah Allah Yakub.

*Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan,
sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti.
Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah,
sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut.

*Kota Allah, kediaman Yang Mahatinggi,
disukakan oleh aliran-aliran sebuah sungai.
Allah ada di dalamnya, kota itu tidak akan goncang;
Allah akan menolongnya menjelang pagi.

*Tuhan semesta alam menyertai kita,
kota benteng kita ialah Allah Yakub.
Pergilah, pandanglah pekerjaan Tuhan,
yang mengadakan pemusnahan di bumi.



Bait Pengantar Injil
Mzm 51:12a.14a

Ciptakanlah hati yang murni dalam diriku, ya Allah,
berilah aku sukacita karena keselamatan-Mu.



Bacaan Injil
Yoh 5:1-3a.5-16

"Orang itu disembuhkan seketika."

Inilah Injil Suci menurut Yohanes:

Pada hari raya orang Yahudi, Yesus berangkat ke Yerusalem.
Di Yerusalem, dekat Pintu Gerbang Domba, ada sebuah kolam,
yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda;
serambinya ada lima,
dan di serambi-serambi itu berbaring sejumlah besar orang sakit.

Ada di situ
seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit.
Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di sana,
dan karena Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu,
berkatalah Ia kepadanya, "Maukah engkau sembuh?"
Jawab orang sakit itu kepada-Nya,
"Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu,
apabila airnya mulai goncang;
dan sementara aku sendiri menuju kolam itu,
orang lain sudah turun mendahului aku."
Kata Yesus kepadanya,
"Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah."
Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu,
lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan.

Tetapi hari itu hari Sabat.
Karena itu orang-orang Yahudi berkata
kepada orang yang baru sembuh itu,
"Hari ini hari Sabat,
dan tidak boleh engkau memikul tilammu."
Akan tetapi ia menjawab mereka,
"Orang yang telah menyembuhkan aku,
dia yang mengatakan kepadaku:
Angkatlah tilammu dan berjalanlah."
Mereka bertanya kepadanya,
"Siapakah orang itu yang berkata kepadamu:
Angkatlah tilammu dan berjalanlah?"
Tetapi orang yang baru sembuh itu
tidak tahu siapa orang itu,
sebab Yesus telah menghilang
ke tengah-tengah orang banyak di tempat itu.
Kemudian ketika bertemu dengan dia dalam Bait Allah,
Yesus berkata kepadanya,
"Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi,
supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk."
Orang itu keluar, lalu menceriterakan kepada orang-orang Yahudi,
bahwa Yesuslah yang telah menyembuhkan dia.
Dan karena itu orang-orang Yahudi berusaha menganiaya Yesus,
karena Ia melakukan hal-hal itu pada hari Sabat.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Pada Bacaan Pertama hari ini [Yeh 47:1-9.12], Yehezkiel diperlihatkan oleh malaikat tentang sebuah sungai yang mengalir dari bawah ambang pintu Bait Allah. Air yang semula hanya sedikit itu semakin lama semakin banyak hingga menjadi sungai yang dalam dan melimpah. Sungai itu menjadi sumber kehidupan bagi berbagai pohon buah yang tumbuh di sepanjang bantaran sungai, serta berbagai ikan yang hidup di dalamnya. Air yang mengalir dari Bait Allah membawa kesuburan, menyembuhkan, dan memberi hidup di mana pun ia mengalir. 

Pesan ini mengingatkan kita bahwa sumber kehidupan sejati berasal dari Tuhan sendiri. Mata air kecil yang memancar dari Bait Allah menggambarkan bahwa segala sesuatu yang besar sering kali bermula dari sesuatu yang kecil. Janganlah kita menyepelekan permulaan yang sederhana, karena dengan pemeliharaan dan kasih Tuhan, segala sesuatu dapat bertumbuh dan berkembang dengan luar biasa.

Begitu pula dengan kehidupan kita. Pada awalnya, kita hanyalah sebuah sel telur yang dibuahi. Namun, melalui proses yang menakjubkan, kita bertumbuh menjadi bayi, lalu berkembang menjadi dewasa. Iman kita juga demikian. Awalnya hanya sebesar biji sesawi, tetapi jika dipelihara dengan baik, akan bertumbuh menjadi pohon yang besar dan menghasilkan buah yang baik. 

Dalam setiap tahap kehidupan kita, kita diajak untuk kembali ke sumber kehidupan itu, yaitu Tuhan sendiri. Air yang mengalir dari-Nya adalah kasih, rahmat, dan pengampunan yang terus-menerus mengalir dalam hidup kita. 

Dalam Bacaan Injil hari ini [Yoh 5:1-3a.5-16], Yesus mengunjungi kolam Betesda di mana banyak orang sakit menantikan air kolam diguncangkan oleh malaikat Tuhan. Mereka percaya bahwa siapa pun yang pertama-tama masuk ke dalam kolam setelah airnya terguncang akan disembuhkan dari segala penyakitnya.* 

*Di sana, Yesus melihat seorang yang sudah 38 tahun menderita sakit. Namun, karena tidak ada seorang pun yang membantunya turun ke kolam saat air terguncang, ia selalu gagal untuk sembuh. Lalu Yesus datang kepadanya dan bertanya, "Maukah engkau sembuh?"* 

*Sekilas, pertanyaan Yesus ini terdengar aneh. Bukankah jelas bahwa orang sakit itu berada di kolam Betesda karena ingin sembuh? Namun, Yesus tentu tidak sedang menawarkan jasanya untuk menolong orang itu masuk ke dalam kolam. Sebaliknya, Yesus ingin mengalihkan perhatian orang itu dari kolam Betesda kepada diri-Nya. Bukan kolam yang menjadi asal-muasal dari kesembuhan, melainkan Yesus sendiri.* 

*Yesus adalah Tabib Agung yang dapat menyembuhkan segala penyakit, bahkan tanpa perlu melalui proses fisik yang terbatas seperti masuk ke kolam. Kehadiran Yesus menegaskan bahwa penyembuhan sejati datang dari-Nya, bukan dari ritual atau kepercayaan tertentu. Ia menunjukkan bahwa sumber kehidupan dan penyembuhan yang sejati adalah Dia sendiri. 

Sering kali kita mencari kesembuhan, kebahagiaan, atau keberhasilan dari berbagai cara yang terlihat logis di mata manusia. Kita mengandalkan kekuatan diri, mengandalkan bantuan dari luar, atau bahkan berharap pada sesuatu yang sifatnya sementara. Sama seperti orang-orang di kolam Betesda yang mengandalkan guncangan air untuk mendapatkan kesembuhan.

Namun, melalui Injil hari ini, Yesus mengingatkan kita bahwa Dialah sumber sejati dari semua yang kita butuhkan. Penyembuhan, kehidupan, dan kebahagiaan sejati hanya dapat ditemukan di dalam-Nya. Ketika kita menyadari bahwa Tuhan adalah asal-muasal dari segalanya, hidup kita akan lebih tenang dan berdaya. 

Seperti air yang mengalir dari Bait Allah, kasih dan rahmat Tuhan terus mengalir kepada kita. Air yang semula kecil akan terus bertambah besar jika kita terbuka menerima kasih-Nya dan terus mempercayakan diri kepada-Nya.

Pertanyaannya, apakah kita sungguh mengarahkan diri kepada sumber yang sejati itu? Atau justru kita terjebak mengandalkan hal-hal lain yang bukan Tuhan?

Hari ini, Yesus juga bertanya kepada kita, "Maukah engkau sembuh? Maukah engkau mengalami hidup yang penuh dan bermakna?" Jawabannya ada di hati kita masing-masing. Mari kita kembali kepada-Nya, Sang Sumber Kehidupan yang sejati.



Peringatan Orang Kudus
Santo Hugo, Uskup dan Pujangga
Hugo lahir pada tahun 1053. Dalam usia yang masih sangat muda ia diangkat menjadi Uskup Grenoble, Prancis pada tahun 1080. Semula ia tidak bersedia menerima tugas yang mulia itu mengingat usianya masih sangat muda dan masih sering tertarik pada hal-hal duniawi. Tetapi ia akhirnya menerima juga jabatan itu karena pilihan atas dirinya didukung oleh banyak orang.
Dalam pelaksanaan tugas kegembalaannya, ia dengan tegas menentang praktek simonia (pembelian jabatan gerejani dengan uang) dan praktek pernikahan imam-imam serta menghukum para pegawai tinggi yang menyita harta kekayaan Gereja. la juga giat membantu sahabatnya Santo Bruno dalam pembangunan biara Kartus pertama. Hugo meninggal dunia pada tahun 1132.




https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-03-31 Senin.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa Pekan Prapaskah IV

Senin, 31 Maret 2025



Bacaan Pertama
Yes 65:17-21

"Tidak akan terdengar lagi bunyi tangisan dan bunyi erang."

Pembacaan dari Kitab Yesaya:

Beginilah firman Allah,
"Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru!
Hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi,
dan tidak akan timbul lagi dalam hati.

Bergiranglah dan bersorak-sorak untuk selama-lamanya
atas apa yang Kuciptakan.
Sebab sesungguhnya,
Aku menciptakan Yerusalem penuh sorak-sorai,
dan penduduknya penuh kegirangan.
Aku akan bersorak-sorai karena Yerusalem,
dan bergirang karena umat-Ku;
di dalamnya tidak akan kedengaran lagi bunyi tangisan,
dan bunyi erang pun tidak.

Di situ tidak akan ada lagi bayi yang hidup beberapa hari
atau orang tua yang tidak mencapai umur suntuk.
Sebab siapa yang mati pada umur seratus tahun
masih akan dianggap muda,
dan siapa yang tidak mencapai umur seratus tahun
akan dianggap kena kutuk.
Mereka akan mendirikan rumah-rumah dan mendiaminya juga;
mereka akan menanami kebun-kebun anggur
dan memakan buahnya juga.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 30:2.4.5-6.11-12a.13b,R:2a

Refren: Aku akan memuji Engkau, ya Tuhan,
sebab Engkau telah menarik aku ke atas.

*Aku akan memuji Engkau, ya Tuhan,
sebab Engkau telah menarik aku ke atas,
dan tidak membiarkan musuh-musuhku bersukacita atas diriku.
Tuhan, Engkau mengangkat aku dari dunia orang mati,
Engkau menghidupkan aku di antara mereka
yang turun ke liang kubur.

*Nyanyikanlah mazmur bagi Tuhan,
hai orang-orang yang dikasihi oleh-Nya,
dan persembahkanlah syukur kepada nama-Nya yang kudus!
Sebab sesaat saja Ia murka,
tetapi seumur hidup Ia murah hati;
sepanjang malam ada tangisan
menjelang pagi terdengar sorak-sorai.

*Dengarlah, Tuhan, dan kasihanilah aku!
Tuhan, jadilah penolongku!
Aku yang meratap
telah Kauubah menjadi orang yang menari-nari.
Tuhan, Allahku,
untuk selama-lamanya aku mau menyanyikan syukur bagi-Mu.



Bait Pengantar Injil
Am 5:14

Carilah yang baik dan jangan yang jahat, supaya kamu hidup;
dengan demikian Allah akan menyertai kamu.



Bacaan Injil
Yoh 4:43-54

"Lihat anakmu hidup."

Inilah Injil Suci menurut Yohanes:

Sekali peristiwa
Yesus berangkat dari Samaria dan pergi ke Galilea.
Sebab Ia sendiri telah bersaksi,
bahwa seorang nabi tidak dihormati di negerinya sendiri.
Setelah Yesus tiba di Galilea,
orang-orang Galilea pun menyambut Dia,
karena mereka telah melihat segala sesuatu
yang dikerjakan Yesus di Yerusalem pada pesta itu,
sebab mereka sendiri pun turut ke pesta itu.

Maka Yesus kembali lagi ke Kana di Galilea,
di mana Ia membuat air menjadi anggur.
Dan di Kapernaum ada seorang pegawai istana,
yang anaknya sedang sakit.
Ketika pegawai itu mendengar,
bahwa Yesus telah datang dari Yudea ke Galilea,
pergilah ia kepada-Nya,
lalu meminta supaya Yesus datang dan menyembuhkan anaknya,
sebab anaknya itu hampir mati.

Maka kata Yesus kepadanya,
"Jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat,
kamu tidak percaya."
Pegawai istana itu berkata kepada-Nya,
"Tuhan, datanglah sebelum anakku mati."
Kata Yesus kepadanya, "Pergilah, anakmu hidup!"
Orang itu percaya akan perkataan yang dikatakan Yesus kepadanya, lalu pergi.
Ketika ia masih di tengah jalan
hamba-hambanya telah datang kepadanya dengan kabar,
bahwa anaknya hidup.
Ia bertanya kepada mereka pukul berapa anak itu mulai sembuh.
Jawab mereka, "Kemarin siang pukul satu demamnya hilang."
Maka teringatlah ayah itu,
bahwa pada saat itulah Yesus berkata kepadanya, "Anakmu hidup."
Lalu ia pun percaya, ia dan seluruh keluarganya.
Dan itulah tanda kedua yang dibuat Yesus
ketika Ia pulang dari Yudea ke Galilea.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Dari Bacaan Injil hari ini, kita melihat seorang pegawai istana yang datang kepada Yesus dengan hati penuh harap. Anaknya sedang sekarat karena sakit berat, dan ia memohon Yesus agar datang dan menyembuhkannya. Ada rasa putus asa, tetapi juga keyakinan bahwa hanya Yesus yang dapat menyembuhkan. 

Namun, yang menarik dari peristiwa ini adalah bagaimana Yesus memberikan kesembuhan. Apakah Yesus mesti datang ke rumah pegawai itu untuk menyembuhkan anaknya? Apakah Yesus perlu hadir secara fisik agar kesembuhan terjadi? 

Ternyata, Yesus tidak datang ke rumah si pegawai istana. Pegawai itu juga tidak membawa anaknya kepada Yesus. Ia datang sendirian, tanpa kehadiran anaknya. Di sini kita belajar bahwa *Pertolongan Tuhan dapat diterima oleh siapa saja yang datang kepada-Nya dengan iman, walaupun tidak membawa masalah atau orang yang didoakan secara fisik kepada-Nya.* 

Pegawai istana itu datang dengan permohonan yang mendesak. Namun, yang terpenting adalah *apa yang ia bawa kepada Yesus*. Apakah ia membawa persembahan, kekayaan, atau jasa? Tidak. Yang ia bawa adalah *Harapan* yang lahir dari kepercayaannya kepada Yesus. Harapan itu menjadi 'buah tangan' yang diterima oleh Tuhan. 

Jika pegawai istana itu tidak percaya, tak mungkinlah ia bersusah-payah menemui Yesus. Ketika Yesus tidak memenuhi permintaannya untuk datang ke rumahnya, ia tetap percaya. Ia menerima perkataan Yesus, *"Pergilah, anakmu hidup!"* dengan keyakinan bahwa perkataan itu cukup, bahkan lebih dari cukup. 

Iman pegawai itu diuji ketika ia pulang tanpa kepastian dari bukti yang nyata. Namun, ia memegang teguh perkataan Yesus. Saat hamba-hambanya menyongsong dan memberitahu bahwa anaknya telah sembuh, ia menelusuri waktu kejadiannya. Ternyata, kesembuhan itu terjadi tepat pada saat Yesus berkata kepadanya, *"Anakmu hidup."* 

Iman yang teguh adalah iman yang berani percaya sebelum bukti nyata terlihat. Seperti yang dikatakan dalam [Yesaya 65:17-21], Tuhan menciptakan langit baru dan bumi baru di mana *"tidak akan terdengar lagi bunyi tangisan dan bunyi erang."* Kesembuhan anak pegawai istana itu adalah gambaran kecil dari janji besar Allah, yaitu dunia baru yang penuh dengan sukacita dan kehidupan. 

Kita sering kali menganggap bahwa iman kita sudah kokoh, sekuat batu karang yang tak mungkin goyah. Tetapi kenyataannya, iman kita itu rapuh, *fragile*, dan mudah pecah. Oleh sebab itu, kita perlu membangun iman kita setiap hari, berkesinambungan, semakin kokoh dari waktu ke waktu. 

Suatu saat, jika kita terus bertekun dalam iman, kita akan menyerupai Yesus. Kita akan memiliki kepercayaan 100 persen, ketaatan 100 persen, dan kebersihan dari dosa 100 persen. Ketika itu terjadi, wajah kita akan memancarkan cahaya Kristus yang menerangi dunia di sekitar kita. 

Pertanyaannya sekarang: *Apa yang kita bawa kepada Yesus setiap kali kita datang kepada-Nya?* Harapan? Iman? Pengakuan dosa? Rasa syukur? 

Mari kita datang kepada-Nya dengan iman yang teguh. Karena *"Pergilah, anakmu hidup!"* bukan hanya janji bagi pegawai istana itu, tetapi juga bagi kita semua yang percaya kepada-Nya.



Peringatan Orang Kudus
Santo Benyamin, Martir
Dalam Kisah Para Rasul, kita membaca kisah Petrus dan Yohanes dihadapkan kepada Dewan Sanhendrin karena mereka mewartakan Injil Yesus Kristus dan menyembuhkan seorang lumpuh. Kedua rasul itu dilarang keras mengajar lagi atas nama Yesus. Tetapi Petrus dan Yohanes menjawab: "Silahkan kamu putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada Allah.  Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar" (Kis 4:19-20).
Kata-kata inilah yang mendorong Benyamin untuk mengorbankan hidupnya bagi Kristus dan Injil. Benyamin adalah seorang diakon, berkebangsaan Persia. la hidup kurang lebih pada permulaan abad kelima. Oleh karena kesalahan seorang Uskup bernama Abdas, penganiayaan terhadap umat Kristen mulai berkecamuk lagi. Uskup Abdas membakar kuil dewa utama orang-orang Persia. Perbuatan ini menimbulkan reaksi hebat di antara orang-orang Persia yang masih kafir itu. Mereka menangkap orang-orang Kristen dan menyiksa mereka hingga mati. Di antara orang-orang Kristen yang ditangkap itu ada diakon Benyamin yang sama sekali tidak terlibat di dalam tindakan pembakaran kuil kafir itu. Diakon Benyamin dianiaya dengan kejam.
Kebetulan ada seorang Romawi yang mengenal baik Benyamin. la memohon kepada raja Persia agar membebaskan Benyamin. Permohonan ini dikabulkan raja Persia, tetapi dengan syarat: Benyamin tidak boleh lagi mewartakan Injil atau menyebarkan agama Kristen di kalangan orang Persia.
Mendengar syarat pelepasan itu, Benyamin dengan gagah berani menolak persyaratan itu.  Seperti Santo Petrus dan Yohanes, Benyamin menjawab: "Tidak mungkin saya tidak mewartakan Kristus dan InjilNya". Karena jawaban ini, Benyamin dihukum mati pada tahun 424.




https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-03-30 Minggu.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Minggu Prapaskah IV

Minggu, 30 Maret 2025



Bacaan Pertama
Yos 5:9a.10-12

"Umat Allah memasuki tanah yang dijanjikan,
dan merayakan Paskah."

Pembacaan dari Kitab Yosua:

Sekali peristiwa,
setelah Yosua selesai menyunatkan seluruh bangsa,
berfirmanlah Tuhan kepada Yosua,
"Hari ini telah Kuhapuskan cela Mesir dari padamu."

Sementara berkemah di Gilgal,
orang Israel itu merayakan Paskah
pada hari yang keempat belas bulan itu,
pada waktu petang, di dataran Yerikho.
Lalu pada hari sesudah Paskah
mereka makan hasil negeri itu,
yakni roti yang tidak beragi dan bertih gandum,
pada hari itu juga.
Pada keesokan harinya,
setelah mereka makan hasil negeri itu,
manna tidak turun lagi.
Jadi orang Israel tidak beroleh manna lagi,
tetapi dalam tahun itu mereka makan yang dihasilkan tanah Kanaan.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 34:2-3.4-5.6-7,R:9a

Refren: Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan.

*Aku hendak memuji Tuhan setiap waktu;
puji-pujian kepada-Nya selalu ada di dalam mulutku.
Karena Tuhan jiwaku bermegah;
biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya
dan bersukacita.

*Muliakanlah Tuhan bersama dengan daku,
marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya.
Aku telah mencari Tuhan, lalu Ia menjawab aku,
dan melepaskan daku dari segala kegentaranku.

*Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya,
maka mukamu akan berseri-seri,
dan tidak akan malu tersipu-sipu.
Orang yang tertindas ini berseru, dan Tuhan mendengarkan;
Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya.



Bacaan Kedua
2Kor 5:17-21

"Allah mendamaikan kita dengan diri-Nya lewat Kristus."

Pembacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada Jemaat di Koristus:

Saudara-saudara,
barangsiapa ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru.
Yang lama telah berlalu, dan sungguh, yang baru sudah datang.
Semuanya ini datang dari Allah
yang telah mendamaikan kita dengan diri-Nya
dengan perantaraan Kristus
dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami.
Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya lewat Kristus
tanpa memperhitungkan pelanggaran mereka.
Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami.

Jadi kami ini utusan Kristus,
seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami.
Dalam nama Kristus kami meminta kepadamu:
Berilah dirimu didamaikan dengan Allah.
Kristus yang tidak mengenal dosa
telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita,
supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.

Demikianlah sabda Tuhan.



Bait Pengantar Injil
Luk 15:18

Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku,
dan berkata kepadanya,
"Bapa, aku telah berdosa terhadap surga dan terhadap Bapa."



Bacaan Injil
Luk 15:1-3.11-32

"Adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali."

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa
biasa datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia.
Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat,
katanya, "Ia menerima orang-orang berdosa
dan makan bersama-sama dengan mereka."

Maka Yesus menyampaikan perumpamaan ini kepada mereka,
"Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki.
Kata yang bungsu kepada ayahnya,
'Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita
yang menjadi hakku. '
Lalu ayahnya membagi-bagi harta kekayaan itu di antara mereka.

Beberapa hari kemudian
anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu
lalu pergi ke negeri yang jauh.
Di sana ia memboroskan harta miliknya itu
dengan hidup berfoya-foya.
Setelah dihabiskannya harta miliknya,
timbullah bencana kelaparan di negeri itu,
dan ia pun mulai melarat.
Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu.
Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babi.
Lalu ia ingin mengisi perutnya
dengan ampas yang menjadi makanan babi itu,
tetapi tidak seorang pun yang memberikannya kepadanya.
Lalu ia menyadari keadaannya, katanya,
'Betapa banyak orang upahan bapaku
yang berlimpah-limpah makanannya,
tetapi aku di sini mati kelaparan.
Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku
dan berkata kepadanya,
'Bapa, aku telah berdosa terhadap surga dan terhadap bapa,
aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa;
jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa.'

Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya.
Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihat dia,
lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.
Ayahnya itu berlari mendapatkan dia
lalu merangkul dan mencium dia.
Kata anak itu kepadanya,
'Bapa, aku telah berdosa terhadap surga dan terhadap bapa,
aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa.'
Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya,
'Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik,
kenakanlah kepadanya;
pasanglah cincin pada jarinya, dan sepatu pada kakinya.
Dan ambillah anak lembu tambun itu,
sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita.
Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali,
ia telah hilang dan didapat kembali.
Maka mulailah mereka bersukaria.

Tetapi anaknya yang sulung sedang berada di ladang.
Ketika pulang dan dekat ke rumah,
ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian.
Lalu ia memanggil salah seorang hamba
dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu.
Jawab hamba itu,
'Adikmu telah kembali,
dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun,
karena ia mendapatkan kembali anak itu dengan selamat.'

Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk.
Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia.
Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya,
'Telah bertahun-tahun aku melayani Bapa,
dan belum pernah aku melanggar perintah Bapa,
tetapi kepadaku belum pernah Bapa memberikan seekor anak kambing pun
untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku.
Tetapi baru saja anak Bapa
yang telah memboroskan harta kekayaan Bapa
bersama dengan pelacur-pelacur,
maka Bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia.'

Kata ayahnya kepadanya,
'Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku,
dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu.
Kita patut bersukacita dan bergembira
karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali,
ia telah hilang dan didapat kembali."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Renungan hari Minggu Prapaskah IV hari ini saya ambilkan dari renungan *The Power of Word* yang dibawakan oleh Ibu Erna Kusuma berikut ini.

"*Kerinduan yang Tak Pernah Padam*"

*Doa Pembuka*
Dalam Nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus, Amin.

Ya Allah Bapa kami,
pada hari Minggu Prapaskah keempat ini,
kami datang menghadap-Mu dengan hati yang rindu untuk kembali ke pelukan-Mu.
Bukalah hati kami untuk memahami kedalaman cinta-Mu,
agar dalam masa pertobatan ini,
kami sungguh-sungguh mau kembali—bukan hanya secara lahiriah,
tetapi juga dengan hati yang baru.
Berikanlah kami rahmat untuk mendengarkan sabda-Mu dengan penuh kerinduan, dan semoga sabda itu menjadi pelita bagi langkah kami yang kadang ragu untuk pulang.
Bimbinglah kami, ya Tuhan, dalam renungan ini, agar kami mengalami kembali kehangatan rumah-Mu dan kasih-Mu yang memulihkan.
Amin.

*Renungan*
Bapak-Ibu dan Saudara-saudara yang terkasih dalam Yesus Kristus,
Ada kisah yang sangat menggetarkan hati dalam Injil hari ini:
perumpamaan tentang seorang ayah dan dua anak laki-lakinya.
Tapi izinkanlah saya, sebagai seorang ibu,
membacanya dari hati seorang ibu
yang setiap hari menanti anak-anaknya untuk pulang.
Bukan hanya pulang secara fisik, tetapi juga pulang secara batin,
menyempatkan diri untuk duduk bersama, berbagi cerita, memeluk,
dan menikmati momen sederhana yang sering kali hilang ditelan kesibukan.

Kita tahu, setelah anak-anak dewasa, mereka punya kehidupan masing-masing, pekerjaan yang menuntut, tanggung jawab dalam keluarga mereka sendiri.
Maka seorang ibu belajar untuk tidak menuntut.
Ia hanya bisa berharap dan berdoa.
Seperti Bunda Maria yang "menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya", begitulah hati seorang ibu bekerja—diam, mendoakan, menanti dalam kasih.
Dalam bacaan Injil, kita melihat kerinduan seorang ayah
yang tiap hari menanti anak bungsunya yang pergi jauh.
Tapi tahukah kita, bahwa di balik figur ayah itu,
bisa jadi berdiri pula seorang ibu yang diam-diam menyiapkan pakaian bersih, menyimpan makanan favorit anaknya,
dan tak pernah berhenti menengadah kepada Tuhan
memohon keselamatan anaknya?
Seorang ibu yang tetap menjaga rumah tetap hangat,
seandainya anak-anaknya pulang suatu hari nanti.

Hari ini, Allah Bapa digambarkan seperti orang tua yang hatinya luas dan penuh pengampunan.
Lewat Paulus, kita diingatkan bahwa dalam Kristus, kita telah menjadi ciptaan baru. Yang lama sudah berlalu.
Tidak ada dosa yang terlalu besar bagi Allah untuk diampuni,
tidak ada luka yang tidak bisa Ia pulihkan.
Dan melalui kisah perjumpaan anak bungsu dengan sang ayah,
kita melihat betapa pertobatan yang tulus akan disambut dengan sukacita surgawi.
"Ia telah mati dan menjadi hidup kembali,
ia telah hilang dan didapat kembali." [Luk 15:32]

Bagaimana dengan si sulung?
Ia tidak pernah pergi.
Ia selalu ada di rumah.
Tapi hatinya menjauh.
Ia menuntut keadilan, merasa tidak diperhatikan.
Inilah juga kenyataan hidup dalam keluarga.
Kadang yang tinggal di dekat kita justru yang hatinya makin jauh,
para ibu bisa merasakannya.
Maka, renungan ini bukan hanya undangan untuk yang pergi jauh agar pulang,
tapi juga untuk yang di rumah agar membuka hati.
Agar kasih tidak hanya jadi rutinitas, tapi benar-benar dirasakan dan dibagikan.
Sebagai seorang ibu, saya tahu betapa bahagianya
ketika semua anak bisa pulang, duduk bersama di meja makan,
meski hanya sebentar.
Bukan karena masakannya enak, tapi karena kasih itulah yang menyatukan.
Seperti umat Israel yang akhirnya bisa makan hasil tanah mereka sendiri di tanah yang dijanjikan (Yos 5:10-12), demikianlah kita sebagai keluarga dipanggil untuk menikmati "buah tanah" kasih dan pengampunan, yang menjadi berkat nyata dari Tuhan.
Maka, kepada para anak yang masih jauh—pulanglah.
Ibumu menantimu, bukan untuk menuntut penjelasan, tetapi hanya ingin memelukmu.
Dan kepada para anak yang di rumah—bukalah hatimu.
Mungkin sudah lama kasih itu dingin tanpa engkau sadari.
Karena seorang ibu—seperti Allah sendiri—tidak pernah lelah berharap, tidak pernah berhenti mengasihi.
Amin.

Marilah kita berdoa bersama untuk menutup perjumpaan kita pada hari ini.

Tuhan yang Maha Pengasih,
kami bersyukur atas sabda-Mu hari ini yang kembali mengingatkan kami akan kerinduan-Mu yang tak pernah berhenti.
Engkau adalah Bapa bagi kami,
yang selalu terbuka untuk memeluk kami kembali,
meski kami sering menjauh dari-Mu, dan bahkan melukai-Mu.
Berilah kami hati yang lembut seperti hati seorang ibu,
agar kami mampu mengampuni dan merangkul sesama,
terutama dalam keluarga kami sendiri.
Jadikan kami anak-anak yang tahu diri, tahu arah pulang, |
dan tahu bersyukur atas kasih yang Kau limpahkan setiap hari.
Dalam masa Prapaskah ini, semoga kami sungguh-sungguh bertobat,
mengambil waktu untuk pulang sejenak,
dan tinggal bersama-Mu dalam keheningan doa dan kehangatan cinta.
Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami,
Amin.

Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus, Amin.



Peringatan Orang Kudus
Santo Yohanes Klimakus, Pertapa
Kisah masa kecil dan masa muda Yohanes Klimakus kurang diketahui dengan pasti. Banyak orang menduga bahwa ia berasal dari Palestina dan telah berkeluarga sewaktu memasuki biara pertapaan di gunung Sinai.
la dikenal sebagai orang yang mampu bertahan terhadap aneka macam cobaan. la mampu mengekang dirinya terhadap segala macam godaan. Setelah menyelesaikan masa novisiatnya selama 4 tahun, ia mengikrarkan kaulnya. Melihat kepribadiannya yang menarik, Abbas biara itu meramalkan bahwa Yohanes akan menjadi 'terang besar' bagi Gereja.
Beberapa tahun setelah kaulnya, Yohanes mengundurkan diri dari pertapaan di gunung Sinai itu dan memencilkan diri ke gurun pasir yang sunyi. Di sana ia mempelajari riwayat para kudus serta berbagai tulisan mereka. Usaha ini berhasil membentuk kepribadiannya menjadi seorang yang bijaksana dan suci. Banyak orang yang tertarik dengan kepribadiannya rajin datang memintai nasehat dan bimbingannya. la seridiri pun sangat sering mengunjungi para pertapa lain di Mesir.  Tentang para pertapa Mesir itu, Yohanes berkata: "Kebanyakan mereka sudah tua; rambut mereka sudah putih termakan usia; kulit mereka berkerut keriput; tetapi wajah mereka ceria dan memancarkan kebijaksanaan hidup yang mendalam; keramahan dan kegembiraan mereka membuat saya senang berada di antara mereka; hati mereka tertuju kepada Allah dalam kepolosan dan kemurnian".
Dalam usia 70 tahun Yohanes dipilih menjadi Abbas di tempat pertapaan gunung Sinai.  la menulis sebuah buku mengenai kesempurnaan hidup Kristiani, yang terkenal selama berabad-abad. Pada hari-hari menjelang kematiannya, ia mengundurkan diri ke tempat sunyi untuk berdoa dan bertapa.  la meninggal pada tahun 649.


Santa Roswita, Pengaku Iman
Roswita hidup antara tahun 935-1000. Orang-tuanya yang kaya itu memasukkan dia dalam biara Gandersheim di Jerman untuk dididik oleh suster-suster di biara itu. Mereka berharap anaknya bisa memperoleh pendidikan yang baik. Sesudah dewasa, Roswita memutuskan untuk menjadi suster di biara itu. Suster Roswita pandai menggubah syair dan mengarang buku-buku roman dan buku-buku keagamaan.


Minggu Prapaskah IV adalah Minggu Laetare, "alat-alat musik dapat dibunyikan dan altar boleh dihiasi dengan bunga, dapat dipakai busana liturgi warna merah muda.  PPP art. 25.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-03-29 Sabtu.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa Pekan Prapaskah III

Sabtu, 29 Maret 2025



Bacaan Pertama
Hos 6:1-6

"Aku menyukai kasih setia, dan bukan kurban sembelihan."

Pembacaan dari Nubuat Hosea:

Umat Allah berkata,
"Mari, kita akan berbalik kepada Tuhan,
sebab Dialah yang telah menerkam tetapi lalu menyembuhkan kita,
yang telah memukul dan membalut kita.
Ia akan menghidupkan kita sesudah dua hari,
pada hari yang ketiga Ia akan membangkitkan kita,
dan kita akan hidup di hadapan-Nya.
Marilah kita mengenal
dan berusaha sungguh-sungguh mengenal Tuhan.
Ia pasti muncul seperti fajar,
Ia akan datang kepada kita seperti hujan,
seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi."

Dan Tuhan berfirman:
"Apakah yang akan Kulakukan kepadamu, hai Efraim?
Apakah yang akan Kulakukan kepadamu, hai Yehuda?
Kasih setiamu seperti kabut pagi,
dan seperti embun yang hilang pagi-pagi benar.
Sebab itu Aku telah meremukkan mereka
dengan perantaraan nabi-nabi.
Aku telah membunuh mereka dengan perkataan mulut-Ku,
dan hukum-Ku keluar seperti terang.
Sebab Aku menyukai kasih setia,
dan bukan kurban sembelihan.
Aku menyukai pengenalan akan Allah,
lebih daripada kurban-kurban bakaran.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 51:3-4.18-19.20-21ab,R:Hos 6:6

Refren: Aku menyukai kasih setia,
dan bukan kurban sembelihan.

*Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu,
menurut besarnya rahmat-Mu hapuskanlah pelanggaranku.
Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku,
dan tahirkanlah aku dari dosaku!

*Sebab Engkau tidak berkenan akan kurban sembelihan;
dan kalau pun kupersembahkan korban bakaran,
Engkau tidak menyukainya.
Persembahan kepada-Mu ialah jiwa yang hancur;
hati yang remuk redam
tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.

*Lakukanlah kerelaan hati-Mu kepada Sion,
bangunlah kembali tembok-tembok Yerusalem!
Maka akan dipersembahkan kurban sejati
yang berkenan kepada-Mu:
kurban bakar dan kurban-kurban yang utuh.



Bait Pengantar Injil
Mzm 95:8ab

Pada hari ini, kalau kamu mendengar suara Tuhan,
janganlah bertegar hati.



Bacaan Injil
Luk 18:9-14

"Pemungut cukai ini pulang ke rumahnya,
sebagai orang yang dibenarkan Allah."

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Sekali peristiwa,
Yesus menyatakan perumpamaan ini
kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar
dan memandang rendah semua orang lain:
"Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa;
yang satu adalah orang Farisi dan yang lain pemungut cukai.
Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini:
Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu,
karena aku tidak sama seperti semua orang lain,
aku bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah,
dan bukan juga seperti pemungut cukai ini.
Aku berpuasa dua kali seminggu,
aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.

Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh,
bahkan ia tidak berani menengadah ke langit,
melainkan ia memukul diri dan berkata,
Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.

Aku berkata kepadamu:
Orang ini pulang ke rumahnya
sebagai orang yang dibenarkan Allah,
sedang orang lain itu tidak.
Sebab barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan,
dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Hari ini kita diajak merenungkan tentang *kerendahan hati*, sebuah sikap batin yang lahir dari pengenalan akan kasih Allah dan kesadaran akan kelemahan diri sendiri. 
Orang yang rendah hati adalah orang yang kaya akan kasih. Ia tidak menyombongkan kekayaannya itu, tetapi justru senang membagikannya kepada siapa saja, terlebih lagi kepada Tuhan. Ia tahu *kepada siapa* kasih itu ia bagikan—bukan sekadar karena ia merasa berkelebihan, apalagi demi mencari pujian atau imbalan.

Nubuat Hosea dalam Bacaan Pertama mengajak kita, *"Mari kita berusaha sungguh-sungguh untuk mengenal Tuhan!"* 
Dan jika boleh saya tambahkan: "Mari kita juga dengan sungguh-sungguh berusaha mengenal orang-orang di sekitar kita—mereka yang diam-diam menantikan limpahan kasih, pengertian, dan penerimaan."

Yesus dalam Bacaan Injil hari ini (Luk 18:9–14) mengisahkan dua tokoh dengan sikap hati yang sangat kontras: seorang *Farisi* dan seorang *pemungut cukai*. 
Orang Farisi berdoa dengan membanggakan dirinya: ia berpuasa dua kali seminggu, memberi sepersepuluh dari penghasilannya, dan tidak seperti orang lain yang ia anggap berdosa. Ia bahkan membandingkan dirinya langsung dengan pemungut cukai yang berdiri agak jauh. 
Sementara itu, si pemungut cukai berdiri dengan kepala tertunduk, bahkan tidak berani menatap ke langit. Ia hanya memukul diri dan berkata, *"Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini."*

Perbedaannya jelas: 
- Orang Farisi *memusatkan doa pada keunggulan dirinya*, dan merasa layak di hadapan Allah. 
- Pemungut cukai *memusatkan doa pada belas kasih Allah*, dan merasa tidak layak, tetapi justru karena itulah ia dibenarkan oleh Tuhan.

Orang Farisi *menghitung jasa*, tapi lupa bahwa kasih tidak bisa dihitung. Sedangkan si pemungut cukai *mengakui dosa*, dan dari pengakuan itulah kasih Allah mengalir.

Kadang, tanpa sadar, kita juga bisa seperti orang Farisi—mengingat-ingat perbuatan baik yang telah kita lakukan, lalu berharap balasan, atau bahkan menuntut pamrih. 
Padahal, perbuatan baik bukanlah *piutang* yang bisa ditagih, melainkan *donasi* yang perlu dilepaskan dengan hati ikhlas. Setelah memberi, kita justru perlu merasa belum cukup memberi. Dan dari situlah lahir keinginan untuk terus berbuat baik—bukan demi pujian, tetapi karena cinta.

Sebaliknya, kesalahan dan kelemahan kita justru *perlu kita ingat*, bukan untuk menyiksa diri, melainkan agar kita memiliki semangat untuk bertobat, untuk tidak mengulanginya, dan untuk memperbaiki diri. Dari kesadaran inilah lahir kerendahan hati yang sejati—yakni sikap yang tidak memandang rendah orang lain karena sadar diri masih jauh dari sempurna.

Saya sering berkata: 
*"Jika sulit untuk merendahkan diri di hadapan orang lain, maka tinggikanlah orang itu. Maka dengan sendirinya kita akan menjadi lebih rendah."* 
Inilah juga yang Tuhan ajarkan kepada kita: 
Barangsiapa merendahkan diri di hadapan Allah, justru akan ditinggikan oleh-Nya. 
Sebaliknya, mereka yang meninggikan diri akan direndahkan.

Nabi Hosea menggambarkan kasih Tuhan seperti fajar yang pasti menyingsing dan seperti hujan yang membasahi bumi. Ia setia dan selalu datang untuk memberi hidup dan berkat. Tetapi kasih-Nya tidak akan Ia curahkan bagi mereka yang hanya mendekat secara lahiriah—seperti embun pagi yang cepat hilang. 
Ia mencari hati yang tulus dan rendah. Karena *"Aku menyukai kasih setia dan bukan kurban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah lebih daripada kurban-kurban bakaran."* (Hos 6:6)

Hari ini, mari kita belajar dari pemungut cukai. 
Berdoalah seperti dia. 
Bersikaplah rendah hati seperti dia. 
Maka kasih Allah akan melimpah seperti hujan dan fajar yang baru.



Peringatan Orang Kudus
Santo Bertold, Rahib
Bertold dikenal sebagai seorang rahib. Bersama kawannya Brokard, Bertold bertapa di gunung Karmel, Palestina dan mendirikan Ordo Karmel pada awal abad ke-13. Brokard sangat dihormati oleh orang Islam.


Santo Yonah dan Berikjesu, Martir
Martir kakak beradik ini disiksa hingga mati karena meneguhkan iman banyak orang Kristen di berbagai penjara di Persia. Yonah ditindih dengan press sampai mati, sedangkan adiknya Berikjesu menemui ajalnya setelah dituangkan ter panas ke dalam mulutnya. Keduanya tak gentar sedikitpun menghadapi siksaan yang ditimpakan atas mereka. Mereka bahkan bersyukur karena turut serta bersama Kristus dalam penderitaannya untuk menyelamatkan manusia.




https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-03-28 Jumat.

*Kasihilah*

Ajarku mengasihi-Mu, ya Tuhan
Dengan segenap hati dan jiwaku
Ajarku mengenal-Mu lebih dalam
Menjadi pusat hidupku

Ajarku mengasihi sesama
Seperti Engkau mengasihi diriku
Melihat wajah-Mu dalam saudara
Melayani dengan kasih-Mu

Kasihilah Tuhan Allahmu
Dengan hati, jiwa, akal budi, dan kekuatanmu
Kasihilah sesamamu manusia
Seperti dirimu sendiri
Itulah hukum yang utama
Itulah jalan menuju Surga

Tak cukup hanya tahu
Ku mau hidup dalam kasih-Mu
Dekat dengan-Mu, tinggal di hadirat-Mu
Kasihilah... kasihilah...

Kasihilah Tuhan Allahmu
Dengan hati, jiwa, akal budi, dan kekuatanmu
Kasihilah sesamamu manusia
Seperti dirimu sendiri
Di sanalah Kerajaan Allah
Dekat… bahkan di dalam kita

Kasihilah… kasihilah…
Ajarku Tuhan, kasihilah…
---------------------------------------------------
[SK, 2025-03-27]

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa Pekan Prapaskah III

Jumat, 28 Maret 2025



Bacaan Pertama
Hos 14:2-10

"Kami tidak akan berkata lagi "Ya Allah kami"
kepada buatan tangan kami."

Pembacaan dari Kitab Nubuat Hosea:

Beginilah firman Allah,
"Bertobatlah, hai Israel, kepada Tuhan Allahmu,
sebab engkau telah tergelincir karena kesalahanmu.
Datanglah membawa kata-kata penyesalan,
dan bertobatlah kepada Tuhan.
Berserulah kepada-Nya:
'Ampunilah segala kesalahan, sehingga kami mendapat yang baik,
maka kami akan mempersembahkan pengakuan kami.
Asyur tidak dapat menyelamatkan kami;
kami tidak mau mengendarai kuda,
dan kami tidak akan berkata lagi 'Ya, Allah kami'
kepada buatan tangan kami.
Karena Engkau menyayangi anak yatim.'

Beginilah firman Tuhan:
Aku akan memulihkan mereka dari penyelewengan,
Aku akan mengasihi mereka dengan sukarela,
sebab murka-Ku telah surut dari pada mereka.
Aku akan menjadi seperti embun bagi Israel,
maka ia akan berbunga seperti bunga bakung
dan akan menjulurkan akar-akarnya seperti pohon hawar.
Ranting-rantingnya akan merambak,
semaraknya akan seperti pohon zaitun
dan berbau harum seperti yang di Libanon.

Mereka akan kembali dan diam dalam naungan-Ku;
mereka akan tumbuh seperti gandum.
Mereka akan berkembang seperti pohon anggur,
yang termasyhur seperti anggur Libanon.
Efraim, apakah lagi sangkut paut-Ku dengan berhala-berhala?
Akulah yang menjawab dan memperhatikan engkau!
Aku ini seperti pohon sanobar yang menghijau,
dari pada-Ku engkau mendapat buah.
Siapa yang bijaksana, biarlah ia memahami semuanya ini;
siapa yang budiman, biarlah ia mengetahuinya;
sebab jalan-jalan Tuhan adalah lurus,
dan orang benar menempuhnya,
tetapi pemberontak tergelincir di situ.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 81:6c-8a.8bc-9.10-11ab.14.17,R:11.9a

Refren: Akulah Tuhan, Allahmu, dengarkanlah suara-Ku.

*Aku mendengar bahasa yang tidak kukenal,
"Akulah yang telah mengangkat beban dari bahumu,
dan membebaskan tanganmu dari keranjang pikulan;
dalam kesesakan engkau berseru, maka Aku meluputkan engkau.

*Aku menjawab engkau dengan bersembunyi di balik badai,
Aku telah menguji engkau dekat Meriba.
Dengarlah, hai umat-Ku,
Aku hendak memberi peringatan kepadamu;
Hai Israel, kiranya engkau mau mendengarkan Aku!

*Janganlah ada di antaramu allah lain,
dan janganlah engkau menyembah orang asing.
Akulah Tuhan Allahmu,
yang menuntun engkau keluar dari tanah Mesir.

*Sekiranya umat-Ku mendengarkan Aku!
Sekiranya Israel hidup menurut jalan yang Kutunjukkan!
Umat-Ku akan Kuberi makan gandum yang terbaik,
dan dengan madu dari gunung batu
Aku akan mengenyangkannya.



Bait Pengantar Injil
Mat 4:17

Bertobatlah, sabda Tuhan, sebab Kerajaan Surga sudah dekat.



Bacaan Injil
Mrk 12:28b-34

"Tuhan Allahmu itu Tuhan yang esa,
kasihilah Dia dengan segenap jiwamu."

Inilah Injil Suci menurut Markus:

Sekali peristiwa datanglah seorang ahli Taurat kepada Yesus
dan bertanya kepada-Nya,
"Perintah manakah yang paling utama?"
Jawab Yesus, "Perintah yang paling utama ialah:
Dengarlah, hai orang Israel,
Tuhan Allah kita itu Tuhan yang esa.
Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati,
dengan segenap jiwa, dengan segenap akal budi,
dan dengan segenap kekuatanmu.
Dan perintah yang kedua ialah:
Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Tidak ada perintah lain yang lebih utama
daripada kedua hukum ini."

Berkatalah ahli Taurat itu kepada Yesus,
"Guru, tepat sekali apa yang Kaukatakan,
bahwa Dia itu esa, dan bahwa tidak ada allah lain kecuali Dia.
Memang mengasihi Dia dengan segenap hati,
dengan segenap pengertian, dan dengan segenap kekuatan,
serta mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri
jauh lebih utama dari pada semua kurban bakar dan persembahan."

Yesus melihat betapa bijaksana jawaban orang itu.
Maka Ia berkata kepadanya,
"Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!"
Dan tak seorang pun berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Renungan berikut saya ambilkan dari renungan Daily Fresh Juice.
Ada lagu yang menyertai, judulnya "Kasihilah".

Para Pendengar dan Pewarta Daily Fresh Juice.
Seorang ahli Taurat bertanya kepada Yesus, "Perintah manakah yang paling utama?" Jawaban Yesus adalah inti dari seluruh kehidupan rohani kita: *"Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dengan segenap akal budi, dan dengan segenap kekuatanmu"*, dan yang kedua *"Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri"*.

Jawaban Yesus ini bukan hanya tepat, tapi juga memampukan kita memahami seluruh isi hukum Taurat dalam dua kutub kasih:
kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama.
Inilah fondasi utama yang menjadi tiang salib Kristus:
satu batang vertikal dan satu batang horisontal.
Tanpa salah satunya, salib takkan lengkap.
Batang vertikal, yang lebih kokoh dan panjang, melambangkan kasih kepada Tuhan. Ia bisa berdiri sendiri.
Sedangkan batang horisontal, kasih kepada sesama, hanya bisa bertahan jika bergantung pada yang vertikal.

*Mengasihi Tuhan* artinya menjadikan Dia sebagai jantung-hati, belahan-jiwa, pusat perhatian, dan satu-satunya tujuan persembahan kita.
Mengasihi Tuhan bukan sekadar mengagumi, melainkan memberi—dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan.
Segenap hati berarti dengan perasaan terdalam;
segenap jiwa berarti menyatu dalam tekad dan batin;
segenap akal budi berarti melibatkan seluruh nalar dan pertimbangan;
segenap kekuatan berarti seluruh tenaga, harta, waktu, wewenang, dan seluruh milik kita. Itu artinya: kasih yang total, seratus persen, tak bersisa, tak menuntut, dan hanya memberi.

Kalau begitu, apakah kita sudah mengasihi Tuhan?
Kita sering berkata, "Saya cinta Tuhan,"
tapi apa yang sudah kita berikan kepada-Nya?
Apakah doa-doa kita isinya lebih banyak permintaan atau persembahan?
Mengasihi artinya memberi, bukan meminta.
Bahkan tindakan kita yang kelihatannya rohani,
seperti pergi ke gereja atau membaca Injil,
bisa saja sebenarnya lebih bernuansa "menerima" daripada "memberi",
jika tidak disertai kesadaran untuk mempersembahkan hati.

Ada yang berkata, "Sulit mencintai Tuhan yang tidak kita lihat."
Tapi mari kita jujur.
Banyak orang bisa mengidolakan artis atau tokoh yang belum pernah mereka temui. Mereka tahu warna kesukaan dari tokoh idolanya itu, tahu tanggal lahirnya, tahu persis gaya panggungnya, dan sebagainya.
Kalau bisa begitu terhadap artis, mengapa tidak bisa terhadap Tuhan?
Bukankah Injil, renungan harian, dan pengalaman hidup bisa menjadi jalan kita untuk mengenal dan jatuh cinta kepada-Nya?

Saya sendiri—iya, —pernah merasa jauh dari Tuhan.
Tapi saat saya jatuh cinta kepada-Nya, semuanya berubah.
Saya rindu membaca sabda-Nya, ingin menyenangkan-Nya.
Seperti saat kita jatuh cinta, selalu ingin dekat dan membuat kekasih hati tersenyum. Tuhan tak menampakkan diri-Nya, tapi Ia hadir melalui Roh Kudus dan tanda-tanda dalam hidup.
Saya pun merasakan: inilah cinta sejati yang mengalir dan membakar hati.

Lalu bagaimana dengan kasih kepada sesama?
Kasih ini adalah buah dari kasih kepada Allah.
Tak bisa dipisahkan.
Bahkan Yesus berkata,
*"Segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku."* [Mat 25:40]
Maka, ketika kita memberi senyum, perhatian, atau pengampunan kepada orang lain, kita sedang mempersembahkan kasih itu kepada Tuhan.

Mengasihi sesama adalah tindakan nyata dari kasih kepada Tuhan.
Jika kita mengasihi diri sendiri
dengan menjaga agar tidak jatuh dalam dosa dan tetap dekat dengan Allah,
maka kita pun akan mengasihi sesama dengan cara yang sama:
membantu mereka untuk dekat kepada Allah, bukan sebaliknya.

Dan mari kita sadari satu hal penting:
Yesus tidak berkata kepada semua orang, *"Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!"* Tapi hanya kepada si ahli Taurat itu. Mengapa?
Karena ia mengerti dan mengamini bahwa mengasihi Tuhan dan sesama jauh lebih utama daripada seluruh kurban bakaran.
Artinya: tidak cukup hanya berada dekat dengan gereja,
atau tahu banyak hal tentang iman, tapi tidak melakukannya dengan cinta.

Kita bisa merasa dekat dengan Tuhan karena kita sering berdoa,
tetapi jangan-jangan kita hanya dekat secara lokasi, bukan secara relasi.
*Tanda bahwa kita dekat dengan Kerajaan Allah adalah bila kita mendengar sabda-Nya dan merespons dengan kasih yang nyata.*

Dan untuk benar-benar masuk ke dalam Kerajaan Allah,
kita memerlukan "tiket masuk".
Tiket itu adalah pertobatan.
Kabar baiknya: tiket ini gratis dan tersedia untuk siapa saja.
Tapi tiket ini hanya bisa diambil
jika kita rela mengasihi—Tuhan dan sesama—dengan total.
Kalau kita hidup dalam kasih, maka kita tidak jauh dari Kerajaan Allah.
Bahkan, kita sudah ada di dalamnya.

Maka, jangan hanya berdiri di depan gerbang Kerajaan Allah.
Masuklah.
Kasihilah Tuhan dan sesama.
Itulah hukum yang terutama.
Itulah jalan keselamatan.
Amin.



Peringatan Orang Kudus
Santo Doroteus dari Gaza, Pengaku Iman
Selagi dalam pendidikan Doroteus bosan dengan segala macam pelajaran di sekolah. "Lebih baik aku memegang ular daripada membolak- balik buku pelajaran" katanya. Tetapi lama kelamaan ia merobah sikapnya yang konyol itu dan berjuang menghilangkannya. Hasilnya ialah ia kemudian menjadi orang yang amat rajin dan suka belajar dan membaca.
Semangat baru ini kemudian menghantar dia ke dalam kehidupan membiara pada tahun 530 di sebuah biara di Palestina. Kepada rekan-rekannya ia mengatakan: "Jika kita dapat mengalahkan perasaan bosan dan segan belajar sehingga kita menjadi orang yang suka belajar, maka tentunya kita juga dapat mengalahkan hawa nafsu dan menjadi orang kudus". Kata-kata ini menunjukkan tekadnya yang keras membaja untuk mencapai kesempumaan hidup lewat cara hidup membiara. Salah satu caranya ialah senantiasa bersikap terus terang, dan terbuka hati dan pikiran kepada atasan dan rekan-rekannya. Dengan cara ini ia memperoleh ketenangan batin dan semangat dalam menjalani cara hidup membiara. Dalam bukunya ia menulis: "Barangsiapa rajin berdoa dan bermati-raga serta berusaha sungguh-sungguh menguasai kehendaknya, ia akan mencapai ketenteraman batin yang membahagikan".
Doroteus mencapai kemajuan pesat dalam kehidupan rohaninya dan kemudian mendirikan dan memimpin sebuah biara pertapaan di Gaza. la berusaha memajukan pertapaannya dengan menjalankan pekerjaan- pekerjaannya dengan baik dan menciptakan persaudaraan antar para rahibnya. la selalu berlaku ramah terhadap rekan-rekannya. Tahun-tahun terakhir hidupnya, ia mengalami banyak masalah. Godaan dan penyakit merupakan pencobaan besar baginya. Namun ia tetap riang. Kepada rekan-rekannya ia mengatakan: "Tidaklah sukar mencari dan menemukan sebab-musabab dari semuanya itu. Baiklah kalau kita mempercayakan diri kepada Tuhan sebab la tahu apa yang penting dan berguna bagi kita ". Tulisan-tulisan rohaninya sangat bagus, sehingga pada abad ke-17 tulisan-tulisan itu diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis dan Inggris.
Bagi Doroteus, kesucian tidak sama dengan mengerjakan mujizat- mujizat dan/atau menjalankan puasa dan tapa. Semuanya itu memang baik dan berguna, kesucian itu suatu tindakan menyangkal diri sendiri dan menundukkan kehendak pribadi pada kehendak Tuhan atau menghendaki semata-mata apa yang dikehendaki Tuhan, demi cinta kasih akan Dia. Dengan berusaha mencapai tujuan inilah, maka Doroteus akhirnya menjadi orang kudus.




https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-03-27 Kamis.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa Pekan Prapaskah III

Kamis, 27 Maret 2025



Bacaan Pertama
Yer 7:23-28

"Inilah bangsa yang tidak mau mendengarkan suara Tuhan."

Pembacaan dari Kitab Yeremia:

Beginilah firman Tuhan,
"Inilah yang telah Kuperintahkan kepada mereka:
Dengarkanlah suara-Ku,
maka Aku akan menjadi Allahmu dan kamu akan menjadi umat-Ku,
dan ikutilah seluruh jalan yang Kuperintahkan kepadamu,
supaya kamu berbahagia!

Tetapi mereka tidak mau mendengarkan
dan tidak mau memberi perhatian,
melainkan mereka mengikuti rancangan-rancangan
dan kedegilan hatinya yang jahat,
dan mereka memperlihatkan punggungnya dan bukan mukanya.
Sejak nenek moyangmu keluar dari tanah Mesir sampai waktu ini,
Aku mengutus kepada mereka hamba-hamba-Ku, para nabi,
hari demi hari, terus-menerus.
Tetapi mereka tidak mau mendengarkan kepada-Ku
dan tidak mau memberi perhatian;
malahan mereka menegarkan tengkuknya,
berbuat lebih jahat daripada nenek moyang mereka.

Sekalipun engkau mengatakan kepada mereka segala perkara ini,
mereka tidak akan mendengarkan perkataanmu,
dan sekalipun engkau berseru kepada mereka,
mereka tidak akan menjawab engkau.
Sebab itu, katakanlah kepada mereka:
Inilah bangsa
yang tidak mau mendengarkan suara Tuhan, Allah mereka,
dan yang tidak mau menerima pengajaran!
Ketulusan mereka sudah lenyap,
sudah musnah dari mulut mereka."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 95:1-2.6-7.8-9,R:8

Refren: Pada hari ini, kalau kamu mendengar suara-Nya,
janganlah bertegar hati.

*Marilah kita bernyanyi-nyanyi bagi Tuhan,
bersorak-sorai bagi Gunung Batu keselamatan kita.
Biarlah kita menghadap wajah-Nya dengan nyanyian syukur,
bersorak-sorai bagi-Nya dengan nyanyian mazmur.

*Masuklah, marilah kita sujud menyembah,
berlutut di hadapan Tuhan yang menjadikan kita.
Sebab Dialah Allah kita,
kita ini umat gembalaan-Nya dan kawanan domba-Nya.

*Pada hari ini, kalau kamu mendengar suara-Nya,
Janganlah bertegar hati seperti di Meriba,
seperti waktu berada di Masa di padang gurun,
ketika nenek moyangmu mencobai dan menguji Aku,
padahal mereka melihat perbuatan-Ku.



Bait Pengantar Injil
Yl 2:12-13

Berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, sabda Tuhan,
sebab Aku ini pengasih dan penyayang.



Bacaan Injil
Luk 11:14-23

"Siapa tidak bersama aku, ia melawan Aku."

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Sekali peristiwa
Yesus mengusir dari seorang
suatu setan yang membisukan.
Ketika setan itu keluar, orang bisu itu dapat berkata-kata.
Maka heranlah orang banyak.

Tetapi ada di antara mereka yang berkata,
"Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan."
Ada pula yang meminta suatu tanda dari surga kepada Yesus
untuk mencobai Dia.

Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata,
"Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa,
dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh.
Jikalau Iblis itu terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri,
bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan?
Sebab kamu berkata,
bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul.
Jadi, jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul,
dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya?
Nah, merekalah yang akan menjadi hakimmu!
Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah,
maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.
Apabila seorang yang kuat dan yang bersenjata lengkap
menjaga rumahnya sendiri,
maka amanlah segala miliknya.
Tetapi jika seorang yang lebih kuat daripadanya
menyerang dan mengalahkannya,
maka orang itu akan merampas perlengkapan senjata
yang diandalkannya,
dan akan membagi-bagikan rampasannya.
Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku,
dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku,
ia mencerai-beraikan."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Mari kita renungkan sabda Yesus di bagian akhir Bacaan Injil hari ini:
 "Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku."   [Luk 11:23]
Apa maksudnya ya?

Bukankah dalam hidup ini sering ada tiga pilihan? 
Kita bisa memilih "Ya", bisa memilih "Tidak", atau bisa juga tidak memilih—alias *netral*. 
Contohnya dalam Pemilihan Presiden: 
Ada yang memilih calon A, ada yang memilih calon B, dan ada juga yang memilih untuk *golput*. 
Lalu, mengapa Yesus hanya menyebut dua pilihan: *bersama* atau *melawan*? 
Mengapa seolah-olah tidak ada ruang untuk bersikap netral?

Mari kita gali lebih dalam.
Kalau kita bersama Kristus, kita tahu arah akhirnya: *surga*. 
Kalau kita melawan Kristus, kita pun tahu akibatnya: *neraka*. 
Tapi bagaimana kalau kita netral—tidak melawan, tapi juga tidak bersama Kristus?
Apakah mungkin ada tempat ketiga? 
Surga tidak, neraka juga bukan? 
Apakah kita akan "melayang-layang" seperti arwah gentayangan?
Tentu tidak.
Yesus menegaskan dengan sangat jelas:
 "Akulah jalan, kebenaran, dan hidup. 
 Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." 
 [Yoh 14:6]

Tidak ada jalan lain. 
Pepatah "Banyak jalan menuju Roma" tidak berlaku dalam hal keselamatan. 
Untuk sampai ke rumah Bapa, kita hanya bisa melalui Kristus.
Itulah sebabnya tidak ada pilihan ketiga. 
Karena bersikap netral terhadap Kristus sama saja dengan tidak memilih Dia. 
Dan siapa yang tidak bersama Kristus, berarti melawan-Nya.

Yeremia pun mencatat hal serupa, tentang umat yang enggan mendengarkan Tuhan:
 "Dengarkanlah suara-Ku, maka Aku akan menjadi Allahmu dan kamu akan menjadi umat-Ku." 
 Tapi mereka tidak mau mendengarkan atau memperhatikan, 
 melainkan hidup menurut kedegilan hatinya yang jahat... 
 [Yer 7:23-24]

Sikap diam, bersikap netral, atau mengabaikan Tuhan—itu bentuk ketidaktaatan.
Memang, mengikuti Kristus bukan jalan yang mudah. 
Yesus berkata bahwa jalan menuju kehidupan itu *sempit* dan *pintunya pun sesak*: 
 "Masuklah melalui pintu yang sesak itu... 
 karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, 
 dan sedikit orang yang mendapatinya." 
 [Mat 7:13-14]

Lalu, apakah kita harus terus menderita dan bersusah payah untuk mengikuti jalan sempit itu?
Tidak juga. 
Mari kita bandingkan dengan pengalaman saat sakit. 
Segalanya terasa tak enak, makanan pun hambar. 
Namun kita rela minum obat pahit, taat pada aturan dokter, bahkan beristirahat penuh. 
Mengapa? Karena kita *ingin sembuh*. 

Begitu pula dalam hidup rohani. 
Jika kita sungguh ingin hidup bersama Kristus di surga, 
kita pun akan rela menaati perintah dan larangan-Nya. 
Manusia memang sering bertindak aneh: 
laki-laki menolak minum obat pahit, tapi doyan kopi pahit. 
perempuan enggan minum obat pahit, tapi gemar sayur pare atau daun pepaya.
Jadi bukan soal pahitnya, tapi soal *keterbiasaan dan kecanduan*. 
Ajaran Kristus pun bisa menjadi adiktif—*membangkitkan kerinduan yang terus-menerus*. 
Bagi saya pribadi, membaca Injil sudah menjadi kebutuhan rohani. 
Kalau belum mendengar sabda Tuhan hari ini, rasanya ada yang kurang.

Ada kenikmatan rohani yang tidak bisa digantikan oleh makanan kesukaan kita. 
Ada damai sejahtera yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata, 
tetapi bisa sungguh-sungguh *dihidupi*.
Dan bila hati kita telah dikuasai oleh sabda-Nya, 
maka kita akan paham sepenuhnya ketika Yesus berkata:
 "Akulah terang dunia; 
 barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, 
 melainkan ia akan mempunyai terang hidup." 
 [Yoh 8:12]

Tidak ada pilihan netral. 
Tidak ada posisi abu-abu. 
Kita hanya punya satu jalan: bersama Kristus. 

Mari kita tempuh jalan itu bersama, 
karena itulah satu-satunya jalan menuju rumah Bapa kita di surga.



Peringatan Orang Kudus
Santo Rupertus, Uskup dan Pengaku Iman
Rupertus dikenal sebagai Orang Kudus keturunan suatu suku bangsa berbahasa Jerman. Sebelum menjadi misionaris di Bavaria sehingga dijuluki 'Rasul Bavaria', dia telah menjadi Uskup Worms, Jerman.
Perjalanan misionernya ke Regensburg, Bavaria, dilakukan pada tahun 697.  Di Regensburg, Rupertus bersama beberapa orang rekannya diterima baik oleh Adipati Theodo. Adipati ini masih kafir namun ia sangat baik hati dan mendukung para misionaris itu dalam melaksanakan tugasnya sebagai pewarta Injil Kristus.
Agama Kristen memang sudah masuk di wilayah kekuasaan Theodo sebelum kedatangan Rupertus bersama kawan-kawannya. Ini terbukti dari data yang ada bahwa beberapa orang di wilayah itu sudah menganut agama Kristen, termasuk saudari kandung Theodo sendiri. Setelah menyaksikan keberhasilan karya para misionaris itu dan merasakan sehdiri kebenaran agama Kristen, Theodo memutuskan untuk menerima pelajaran agama Kristen dari para misionaris itu.  Rupertuslah yang mengajari dia agama Kristen bersama beberapa orang lainnya.
Di Bavaria, Rupertus dengan kawan-kawannya mendapat sukses besar dalam karyanya. Untuk memperkokoh karya mereka, Rupertus mendirikan sebuah pusat pendidikan agama di Juvavum, Austria. Di sini ia melayani umatnya sebagai uskup hingga hari kematiannya pada tahun 710.


Santo Nikodemus, Pengajar Israel
Nikodemus adalah seorang Parisi dan anggota Dewan Sanhendrin. Kisah tentang dirinya dalam hubungannya dengan Yesus dapat ditemukan di dalam Injil Yohanes: 3:1-21.  la kagum akan kepribadian Yesus dan cara pengajaranNya yang penuh wibawa.  la mengakui Yesus sebagai seorang utusan Allah. la datang kepada Yesus di waktu malam hari dan menanyakan Yesus tentang bagaimana orang dapat memperoleh Kerajaan Allah. Yesus menjawab bahwa manusia harus dilahirkan kembali dari air dan Roh. Pada akhir hidup Yesus dengan peristiwa tragis di Salib, Nikodemus tampil lagi sebagai seorang yang mengurapi jenazah Yesus dengan minyak wangi (Yoh 19: 39).


Santa Lucy Filipini, Pengaku Iman
Lucy Filipini lahir pada tahun 1672 di Tarquinia, Italia, barat laut Roma. la dikenal sebagai pelanjut pendidikan bagi kaum wanita Katolik di Italia.
Sebagai seorang gadis yatim-piatu, Lucy berhasil menarik perhatian Kardinal Martinus Barbarigo karena ketelatenan, kesalehan dan bakat-bakatnya. la mendesak Lucy untuk belajar di sebuah Institut Pendidikan Guru, yang disebut 'Maestre Pie' di Monte Fiascone, dekat Tarquinia. Kemudian pada tahun 1707, Paus Klemens XI meminta Lucy untuk mendirikan sekolah pertama dari Maestre Pie di Roma. Tugas ini dijalankannya dengan sukses besar hingga ia menghembuskan nafasnya terakhir pada tanggal 25 Maret 1732. Pada tahun 1930 ia dinyatakan 'Kudus' oleh Sri Paus Pius XI (1922-1939).




https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-03-26 Rabu.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa Pekan Prapaskah III

Rabu, 26 Maret 2025



Bacaan Pertama
Ul 4:1.5-9

"Lakukanlah ketetapan-ketetapan itu dengan setia."

Pembacaan dari Kitab Ulangan:

Di padang gurun seberang Sungai Yordan
Musa berkata kepada bangsanya,
"Hai orang Israel, dengarlah ketetapan dan peraturan
yang kuajarkan kepadamu untuk dilakukan,
supaya kamu hidup
dan memasuki serta menduduki negeri
yang diberikan kepadamu oleh Tuhan, Allah nenek moyangmu.
Ingatlah,
aku telah mengajarkan ketetapan dan peraturan kepadamu,
seperti yang diperintahkan kepadaku oleh Tuhan, Allahku,
supaya kamu melakukan yang demikian di dalam negeri,
yang akan kamu masuki untuk mendudukinya.
Lakukanlah itu dengan setia,
sebab itulah yang akan menjadi kebijaksanaan dan akal budimu
di mata bangsa-bangsa.
Begitu mendengar segala ketetapan ini mereka akan berkata:
Memang bangsa yang besar ini
adalah umat yang bijaksana dan berakal budi.

Sebab bangsa besar manakah
yang mempunyai allah yang demikian dekat kepadanya
seperti Tuhan, Allah kita,
setiap kali kita memanggil kepada-Nya?
Dan bangsa besar manakah
yang mempunyai ketetapan dan peraturan demikian adil
seperti seluruh hukum,
yang kubentangkan kepadamu pada hari ini?

Tetapi waspadalah dan berhati-hatilah,
supaya jangan engkau melupakan hal-hal
yang dilihat oleh matamu sendiri itu,
dan supaya jangan semuanya itu hilang dari ingatanmu
seumur hidup.
Beritahukanlah semuanya itu
kepada anak-anakmu dan kepada cucu cucumu serta cicitmu."

Demikianlah Sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 147:12-13.15-16.19-20,R:12a

Refren: Megahkanlah Tuhan, hai Yerusalem!

*Megahkanlah Tuhan, hai Yerusalem,
pujilah Allahmu, hai Sion!
Sebab Ia meneguhkan palang pintu gerbangmu,
dan memberkati anak-anak yang ada padamu.

*Ia menyampaikan perintah-Nya ke bumi;
dengan segera firman-Nya berlari.
Ia menurunkan salju seperti bulu domba
dan menghamburkan embun beku seperti abu.

*Ia memberitakan firman-Nya kepada Yakub,
ketetapan dan hukum-hukum-Nya kepada Israel.
Ia tidak berbuat demikian kepada segala bangsa,
dan hukum-hukum-Nya tidak mereka kenal.



Bait Pengantar Injil
Yoh 6:63b.68a

Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah roh dan kehidupan.
Engkau mempunyai sabda kehidupan kekal.



Bacaan Injil
Mat 5:17-19

"Siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah Taurat,
ia akan menduduki tempat yang tinggi."

Inilah Injil Suci menurut Matius:

Dalam khotbah di bukit Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,
"Janganlah kamu menyangka,
bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat
atau kitab para nabi.
Aku datang bukan untuk meniadakannya,
melainkan untuk menggenapinya.
Karena Aku berkata kepadamu:
Sungguh, selama belum lenyap langit dan bumi ini,
satu iota atau satu titik pun
tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat,
sebelum semuanya terjadi.
Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah Taurat
sekalipun yang paling kecil,
dan mengajarkannya demikian kepada orang lain,
ia akan menduduki tempat-tempat yang paling rendah
di dalam Kerajaan Surga.
Tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan
segala perintah Taurat,
ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Nampaknya *kerendahan hati* menjadi kunci penting bagi kita untuk dapat menerima perintah Tuhan dan melaksanakannya dengan setia. Tanpa kerendahan hati, hati kita akan lebih mudah dikuasai oleh ego, logika duniawi, dan rasa ingin bebas tanpa batas.

Namun, untuk setia dan taat kepada perintah Tuhan memang bukan perkara mudah. Penghalang terbesar justru bukan berasal dari dalam, melainkan datang dari luar: keduniawian, mulai dari iming-iming kesenangan, godaan kenikmatan sesaat, cobaan yang mengguncang, hingga marabahaya yang mengintimidasi. Semua itu dapat membuat kita menjadi bimbang, ragu-ragu, bahkan bisa tergelincir meninggalkan jalan Tuhan.

Bangsa Israel juga mengalami hal yang sama. Mereka memulai dengan semangat tinggi untuk membebaskan diri dari perbudakan di Mesir, berjalan menuju kemerdekaan dan Tanah Terjanji. Namun dalam perjalanan, berbagai persoalan dan kesulitan membuat semangat mereka luntur. Maka Musa merasa perlu untuk menegaskan kembali nilai penting dari hukum dan ketetapan Tuhan. Ia berkata: 
*"Lihatlah, aku telah mengajarkan ketetapan dan peraturan, seperti yang diperintahkan kepadaku oleh TUHAN, Allahku... supaya kamu melakukannya... dan menjaganya dengan sungguh-sungguh..."*  ([Ul 4:5–6])

Pada Bacaan Injil, Yesus juga melihat kebingungan umat yang mulai mempertanyakan: apakah ajaran-Nya menggantikan hukum Taurat? Apakah mereka harus memilih antara hukum lama dan yang baru? 
Belum lagi adanya kelompok yang mencoba membentur-benturkan ajaran Yesus dengan hukum Musa, seolah bertentangan.

Maka Yesus menegaskan dengan sangat jelas: 
*"Janganlah kamu menyangka bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya."* ([Mat 5:17])

Yesus tidak membuang hukum, tetapi membawa pemenuhannya ke tingkat yang lebih tinggi, lebih dalam, dan lebih sejati—hukum kasih yang bersumber dari hati yang rendah hati dan tulus.

Kita tidak sedang dihadapkan pada pilihan "mana yang lebih menguntungkan," melainkan "mana yang lebih bijaksana dan menyelamatkan." Dunia mungkin melihat *kerendahan hati* sebagai kelemahan, sebagai kerugian. Tetapi Surga memandangnya sebagai kekuatan, sebagai ketaatan sejati.

Masih ragu-ragu atau bimbang? 
Mari hari ini kita periksa kembali sikap hati kita: adakah ruang bagi kerendahan hati yang membuka jalan bagi firman-Nya tumbuh dan berbuah?



Peringatan Orang Kudus
Santo Ludgerus, Uskup
Ludgerus lahir pada tahun 742. Cita-cita imamatnya tercapai ketika ia ditahbiskan menjadi imam dan kemudian menjadi uskup pertama di Muenster, Jerman. Sebagai uskup ia berusaha keras mempertobatkan orang-orang Jerman yang masih kafir dan meletakkan dasar yang kokoh bagi perkembangan iman umat di seluruh keuskupannya. la meninggal dunia pada tahun 809 tatkala sedang dalam perjalanan apostolis mengelilingi wilayah keuskupannya.


Santo Ireneus dari Sirmium, Martir
Ireneus masih sangat muda ketika terpilih menjadi uskup kota Sirmium, sebuah kota di Propinsi Pannonia, Eropa Tenggara. Dia dikenal sebagai seorang uskup yang beriman kokoh dan punya semangat pengabdian dan kerasulan yang tinggi.  Demi Kristus dan Kerajaan Allah, ia rela meninggalkan sanak saudara dan orang-tuanya.
Sewaktu terjadi penganiayaan terhadap umat Kristen pada masa pemerintahan kaisar Diolektianus, Ireneus dihadapkan kepada Gubernur Pannonia untuk diadili.  la dipaksa membawakan korban persembahan kepada dewa-dewa kafir Romawi. Uskup Ireneus yang saleh itu dengan tegas menolak perintah Gubemur. Katanya kepada Gubernur : "Sengsara itu akan kutanggung dengan gembira supaya aku dapat mengambil bagian dalam sengsara Tuhanku ".
Karena jawabannya ini, ia disiksa dengan kejam. Ibu dan sanak- saudaranya, kenalan dan sahabat-sahabatnya menganjurkan agar dia mengikuti saja kemauan gubemur itu supaya luput dari kematian yang ngeri.
Meskipun demikian Ireneus tetap setia kepada Kristus karena berpegang teguh pada kata-kata Kristus: "Barangsiapa menyangkal Aku di hadapan manusia, maka aku pun akan menyangkal dia di hadapan BapaKu yang di sorga".  la sebaliknya menantang Gubemur agar segera menyelesaikan perkaranya sesuai kehendaknya.
la digiring ke atas panggung untuk dipenggal kepalanya. Ireneus tampak tak gentar.  la bahkan membuka sendiri pakaiannya, lalu mengangkat tangannya ke atas sambil berdoa memohon agar Yesus datang menjemput jiwanya. Peristiwa ini terjadi di kota Mitrovicea, Yugoslavia pada tahun 304.




https://liturgia-verbi.blogspot.com/